Presus PSCBB
-
Upload
avida-arma-rosswantari -
Category
Documents
-
view
32 -
download
0
description
Transcript of Presus PSCBB
Perdarahan SCBB (Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah)
1. Karakteristik Klinik dari Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah
Hematokezia.
Hematokezia diartikan darah segar yang keluar melalui anus dan merupakan
mznifestasi tersering dari perdarahan saluran cerna bagian bawah. Hematokezia
lazimnya menunjukkan perdarahan kolon sebelah kiri, namun demikian perdarahan
seperti ini juga dapat berasal dari saluran cerna bagian atas, usus halus, transit darah
yang cepat.
Melena.
Melena diartikan sebagai tinja yang berwarna hitam dengan bau yang khas.
Melena timbul bilamana hemoglobin dikonversi menjadi hematin atau hemokhrom
lainnya oleh bakteri setelah 14 jam. Umumnya melena menunjukkan perdarahan di
saluran cerna bagian atas atau usus halus, namun demikian melena dapat juga berasal
dari perdarahan kolon sebelah kanan dengan perlambatan mobilitas. Tidak semua
kotoran hitam ini melena karena bismuth, sarcol, lycorice, obat-obatan yang
mengandung besi (obat tambah darah) dapat menyebabkan faeces menjadi hitam. Oleh
karena itu dibutuhkan test guaiac untuk menentukan adanya hemoglobin.
Darah Samar.
Darah samar timbul bilamana ada perdarahan ringan namun tidak sampai
merubah warna tinja/feses. Perdarahan jenis ini dapat diketahui dengan tes guaiac.
2. Penyebab Tersering dari Saluran Cerna Bagian Bawah
Perdarahan divertikel kolon, angiodisplasia dan kolitis iskemik merupakan penyebab
tersering dari saluran cerna bagian bawah. Perdarahan saluran cerna bagian bawah yang
kronik dan berulang biasanya berasal dari hemoroid dan neoplasia kolon. Tidak seperti
halnya perdarahan saluran cerna bagian atas, kebanyakan perdarahan saluran cerna
bagian bawah bersifat lambat, intermiten, dan tidak memerlukan perawatan rumah
sakit.
Divertikulosis.
Perdarahan dari divertikulum biasanya tidak nyeri dan terjadi pada 3% pasien-
divertikulosis. Tinja biasanya berwarna merah marun, kadang-kadang bisa juga menjadi
merah. Meskipun divertikel kebanyakan ditemukan di kolon sigmoid namun perdarahan
divertikel biasanya terletak di sebelah kanan. Umumnya terhenti secara spontan dan tidak
berulang, oleh karena itu tidak ada pengobatan khusus yang dibutuhkan oleh para pasien.
Angiodisplasia.
Angiodisplasia merupakan penyebab 10-40% perdarahan saluran cerna bagian bawah.
Angiodisplasia merupakan salah satu penyebab kehilangan darah yang kronik.
Angiodisplasia kolon biasanya multipel, ukuran kecil kurang dari diameter <5mm dan
biasa terlokalisir di daerah caecum dan kolon sebelah kanan. Sebagaimana halnya dengan
vaskular ektasia di saluran cerna, jejas di kolon umumnya berhubungan dengan usia lanjut,
insufisiensi ginjal, dan riwayat radiasi.
Kolitis Iskemia.
Kebanyakan kasus kolitis iskemia ditandai dengan penurunan aliran darah viseral dan tidak
ada kaitannya dengan penyempitan pembuluh darah mesenteik. Umunya pasien kolitis
iskemia berusia tua. Dan kadang-kadang dipengaruhi juga oleh sepsis, perdarahan akibat
lain, dan dehidrasi.
Penyakit Perianal.
Penyakit perianal contohnya: hemoroid dan fisura ani biasanya menimbulkan perdarahan
dengan warana merah segar tetapi tidak bercampur dengan faeces. Berbeda dengan
perdarahan dari varises rectum pada pasien dengan hipertensi portal kadang-kadang bisa
mengancam nyawa. Polip dan karsinoma kadang-kadang menimbulkan perdarahan yang
mirip dengan yang disebabkan oleh hemoroid oleh karena itu pada perdarahan yang diduga
dari hemoroid perlu dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan polip dan
karsinoma kolon.
Neoplasia Kolon.
Tumor kolon yang jinak maupun ganas yang biasanya terdapat pada pasien usia lanjut dan
biasanya berhubungan dengan ditemukannya perdarahan berulang atau darah samar.
Kelainan neoplasma di usus halus relatif jarang namun meningkat pada pasien IBD seperti
Crohn’s Disease atau celiac sprue.
Penyebab Lain dari Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah
Kolitis yang merupakan bagian dari IBD, infeksi (Campilobacter jejuni spp, Salmonella
spp, Shigella spp, E. Coli) dan terapi radiasi, baik akut maupun kronik. Kolitis dapat
menimbulkan perdarahan namun biasanya sedikit sampai sedang. Divertikular Meckel
merupakan kelainan kongenital di ileum dapat berdarah dalam jumlah yang banyak akibat
dari mukosa yang menghasilkan asam. Pasien biasanya anak-anak dengan perdarahan
segar maupun hitam yang tidak nyeri. Intususepsi menyebabkan kotoran berwarna marun
disertai rasa nyeri di tempat polip atau tumor ganas pada orang dewasa. Hipertensi portal
dapat menimbulkan varises di ileukolon dan di anorektal yang dapat menimbulkan
perdarahan dalam jumlah yang besar. Penyebab perdarahan saluran cerna bagian bawah
yang lebih jarang seperti fistula autoenterik, ulkus rektal soliter, dan ulkus di caecum.
PENDEKATAN
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.
Anamnesis yang teliti dan pemeriksaan jasmani yang akurat merupakan data
penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Riwayat hemoroid atau IBD sangat
penting untuk dicatat. Nyeri abdomen atau diare merupakan petunjuk kepada kolitis atau
neoplasma. Keganasan kadang ditandai dengan penurunan berat badan, anoreksia,
limfadenopati atau massa yang teraba.
Pemeriksaan Penunjang
Endoskopi.
Bilamana perdarahan saluran cerna berlangsung perlahan atau sudah berhenti maka
pemeriksaan kolonoskopi merupakan prosedur diagnostik yang terpilih sebab akurasinya
tinggi dalam menentukan sumber perdarahan sekaligus dapat menghentikan tindakan
terapeutik. Kolonoskopi dapat menunjukkan adanya divertikel namun demikian sering
tidak dapat mengidentifikasikan sumber perdarahan yang sebenarnya. Pada perdarahan
yang hebat pemeriksaan kolonoskopi yang dilaksanakan setelah pembersihan kolon
singkat merupakan alat diagnostik yang baik dengan akurasi yang menyamai bahkan
melebihi angiografi. Sebaliknya enema barium tidak mampu mendeteksi sampai 20% lesi
yang ditemukan secara endoskopi khususnya jejas angioplasia.
Pada perdarahan saluran cerna yang diduga berasal dari distal ligamentum Treitz
dan dengan pemeriksaan kolonoskopi memberikan hasil yang negatif maka dapat
dilakukan pemeriksaan enteroskopi atau endoskopi kapsul yang dapat mendeteksi jejas
angiodisplasia di usus halus.
Scintigraphy dan angiografi.
Kasus dengan perdarahan yang berat tidak memungkinkan pemeriksaan dengan
kolonoskopi maka dapat dilakukan pemeriksaan angiografi dengan perdarahan lebih dari ½
ml per menit. Sebelum pemeriksaan angiografi dilakukan sebaiknya periksa terlebih
dahulu dengan scintigraphy bilamana lokasi perdarahan tidak dapat ditemukan. Sebagian
ahli menganjurkan pendekatan tidak dapat ditemukan. Sebagian ahli menganjurkan
pendekatan angiografi dengan pemberian heparin atau streptokinase untuk merangsang
perdarahan sehingga mempermudah deteksi lokasi perdarahan. Helical CT-angiography
juga dapat mendeteksi angiodisplasia. Divertikulum Meckel dapat didiagnosis dengan
scanning Meckel menggunakan radio label technetium yang akan berakumulasi pada
mukosa yang memproduksi asam di dalam divertikulum.
Pemeriksaan radiografi lainnnya.
Enema barium dapat bermanfaat untuk mendiagnosis sekaligus mengobati
intususepsi. Pemeriksaan usus halus dengan barium yang teliti juga dapat menunjukkan
divertikulum Meckel. Deteksi sumber perdarahan yang tidak lazim di usus halus
membutuhkan enteroclysis yaitu pemeriksaan usus halus dengan barium yang melibatkan
difusi barium, air, methyl selulosa melalui tabung fluoroskopi yang melewati ligamentum
Treitz untuk menciptakan gambaran kontras ganda. Bila enteroskopi, kolonoskopi, radio
barium tidak dapat mengidentifikasi sumber perdarahan dan suplementasi besi dapat
mengatasi dampak kehilangan darah maka pemeriksaan lebih lanjut tidak dapat
dilanjutkan.
Prinsip-prinsip Penatalaksanaan
Resusitasi.
Resusitasi pada perdarahan saluran cerna bagian bawah yang akut mengikuti
protokol yang juga dianjurkan pada perdarahan saluran cerna bagian atas. Dengan langkah
awal menstabilkan hemodinamik.
Oleh karena perdarahan saluran cerna bagian atas yang hebat juga menimbulkan
darah segar di anus maka pemasangan NGT (nasogatric tube) dilakukan pada kasus-kasus
yang perdarahannya kemungkinan dari saluran cerna bagian atas. Pemeriksaan
laboratorium memberikan informasi serupa dengan perdarahan saluran cerna bagian atas
meskipun azotemia jarang ditemukan pada perdarahan saluran cerna bagian atas.
Pemeriksaan segera diperlukan pada kasus-kasus yang membutuhkan transfusi lebih 3 unit
pack red cell.
Medikamentosa
Beberapa perdarahan saluran cerna bagian bawah dapat diobati secara
medikamentosa. Hemoroid fisura ani dan ulkus rektum soliter dapat diobati dengan bulk-
forming agent, sitz baths, dan menghindari mengedan. Salep yang mengandung steroid dan
obat supositoria sering digunakan namun manfaatnya masih dipertanyakan.
Kombinasi estrogen dan progesteron dapat mengurangi perdarahan yang timbul
pada pasien yang menderita angiodisplasia. IBD biasanya memberi respon terhadap obat-
obatan anti inflamasi. Pemberian formalin intrarektal dapat memperbaiki perdarahan yang
timbul pada proktitis radiasi. Respon serupa juga terjadi pada pemberian oksigen
hiperbarik.
Terapi Endoskopi.
Colonoscopic bipolar cautery, monopolar cautery, heater probe application, argon
plasma caogulation, and Nd: YAG laser bermanfaat untuk mengobati angiodisplasia dan
perubahan vaskular pada kolitis radiasi. Kolonoskopi juga dapat digunakan untuk
melakukan ablasi dan reseksi polip yang berdarah atau mengendalikan perdarahan yang
timbul pada kanker kolon. Sigmoidoskopi dapat mengatasi perdarahan hemoroid internal
dengan ligasi maupun teknik termal.
Angiografi Terapeutik.
Bilamana kolonoskopi gagal atau tida dikerjakan maka angiografi dapat digunakan
untuk melakukan tindakan terapeutik. Embolisasi arteri secara selektif dengan polyvinyl
alcohol atau mikrokoil telah menggantikan vasopresin intraartery untuk mengatasi
perdarahan saluran cerna bagian bawah. Embolisasi angiografi merupakan pilihan terakhir
karena dapat menimbulkan infark kolon sebesar 13-18%.
Terapi Bedah.
Pada beberapa diagnostik (seperti divertikel Meckel atau keganasan) bedah
merupakan pendekatan utama setelah keadaan pasien stabil. Bedah emergensi
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi dan dapat memperburuk keadaan
klinis. Pada kasus-kasus dengan perdarahan berulang tanpa diketahui sumber
perdarahannya maka hemikolektomi kanan atau hemikolektomi subtotal dapat
dipertimbangkan dan memberikan hasil yang baik.
Komplikasi.
Sebagaimana halnya perdarahan saluran cerna bagian atas, perdarahan saluran
cerna bagian bawah yang masif dapat menimbulkan sequele yang nyata. Perdarahan
saluran cerna bagian bawah yang berulang atau kronik berhubungan dengan morbiditas
dan dapat menyebabkan kebutuhan transfusi yang lebih sering dan juga dapat menguras
sumber pembiayaan kesehatan. Perdarahan yang persisten biasanya bearasal dari usus
halus dan tidak dapat dijangkau dengan tindakan terapi endoskopi, hanya dapat dilakukan
diagnosis saja.
Daftar Pustaka:
Abdullah. Murdani, Sudoyo. Aru W dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Dep. IPD. FKUI.