Presus Keratosis Seboroik

17
BAB I PENDAHULUAN Keratosis seboroik merupakan tumor jinak kulit yang paling banyak muncul pada orang yang sudah tua, sekitar 20% dari populasi dan biasanya tidak ada atau jarang pada orang dengan usia pertengahan. Keratosis seboroik memiliki banyak manifestasi klinik yang bisa dilihat, dan keratosis seboroik ini terbentuk dari proliferasi sel-sel epidermis kulit. Keratosis seboroik dapat muncul dalam berbagai bentuk lesi, bisa satu lesi ataupun tipe lesi yang banyak atau multipel. Walaupun tidak ada faktor etiologi khusus yang dapat diketahui, keratosis seboroik lebih sering muncul pada daerah yang terpapar sinar matahari, terutama pada daerah leher dan wajah, juga daerah ekstremitas. (1) Secara global atau internasional, keratosis seboroik merupakan tumor jinak pada kulit yang paling banyak diantara populasi di Amerika Serikat. Angka frekuensi untuk munculnya keratosis seboroik terlihat meningkat seiring dengan peningkatan usia seseorang. (2)

Transcript of Presus Keratosis Seboroik

Page 1: Presus Keratosis Seboroik

BAB I

PENDAHULUAN

Keratosis seboroik merupakan tumor jinak kulit yang paling banyak muncul pada orang yang

sudah tua, sekitar 20% dari populasi dan biasanya tidak ada atau jarang pada orang dengan usia

pertengahan. Keratosis seboroik memiliki banyak manifestasi klinik yang bisa dilihat, dan

keratosis seboroik ini terbentuk dari proliferasi sel-sel epidermis kulit. Keratosis seboroik dapat

muncul dalam berbagai bentuk lesi, bisa satu lesi ataupun tipe lesi yang banyak atau multipel.

Walaupun tidak ada faktor etiologi khusus yang dapat diketahui, keratosis seboroik lebih

sering muncul pada daerah yang terpapar sinar matahari, terutama pada daerah leher dan wajah,

juga daerah ekstremitas.(1)

Secara global atau internasional, keratosis seboroik merupakan tumor jinak pada kulit yang

paling banyak diantara populasi di Amerika Serikat. Angka frekuensi untuk munculnya keratosis

seboroik terlihat meningkat seiring dengan peningkatan usia seseorang.(2)

Page 2: Presus Keratosis Seboroik

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama Pasien : Ny. Sri Widowati

Umur : 39 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

No.Rekam Medis : 290364

Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Dodokan, Sri Gading, Sanden, Bantul

ANAMNESIS

Keluhan Utama :

Timbul bercak-bercak berwarna coklat di daerah bawah mata, pelipis, dan leher.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang wanita usia 39 tahun, datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Panembahan

Senopati dengan keluhan di sekitar mata kanan dan kiri serta leher muncul bercak-bercak

berwarna coklat. Pasien mengatakan keluhan sudah lama dirasakan, kurang lebih sudah 4 tahun.

Pada awalnya bercak yang muncul hanya sedikit dan kecil-kecil, tapi lama-kelamaan makin

banyak dan membesar. Sebelumnya pasien mengaku memakai produk kecantikan selama ± 5

tahun. Pasien tidak mengeluh gatal maupun nyeri, tetapi merasa terganggu secara kosmetik.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat penyakit serupa (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Pasien mengatakan keponakannya juga mengalami gejala yang sama dengan dirinya.

Page 3: Presus Keratosis Seboroik

STATUS DERMATOLOGIS

Tampak plak multiple berwarna coklat, menonjol, berbatas tegas, dengan diameter yang

bervariasi di daerah bawah mata, pelipis, dekat telinga hingga ke leher. Terdapat beberapa lesi

yang bertangkai di region leher.

RESUME

– Wanita, 39 tahun.

– Timbul bercak berwarna coklat di daerah bawah mata, pelipis, dekat telinga, dan, leher

– Lesi tak nyeri dan tak gatal

– Tampak plak multiple berwarna coklat, menonjol, berbatas tegas, dengan diameter yang

bervariasi di daerah bawah mata, pelipis, dekat telinga hingga ke leher. Terdapat

beberapa lesi yang bertangkai di region leher.

DIAGNOSIS BANDING

– Nevus Pigmentosus

– Keratosis senilis

– Melanoma Maligna

– Epitelioma sel basal berpigmen

DIAGNOSIS KERJA

Keratosis Seboroik

TERAPI

Electrocautery

Fuladic cream 2 dd ue

Page 4: Presus Keratosis Seboroik

BAB III

KERATOSIS SEBOROIK

a. Definisi

Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang sering dijumpai pada orang tua berupa tumor

kecil atau makula hitam yang menonjol diatas permukaan kulit. (Siregar, 2005).

b. Etiologi

Penyebab pasti dari keratosis seboroik belum diketahui. Ada pendapat yang mengatakan

bahwa faktor keturunan memegang peranan penting. Pada individu yang mempunyai

predisposisi genetik, pembentukan keratosis seboroik juga dapat dipacu oleh kerusakan

aktinik ( actinic damage ) dan kadang kadang bentuk lesi kulit yang lain seperti drug

eruption.

Ada pula yang mengatakan bahwa terpapar sinar matahari secara kronis yang menjadi

penyebabnya. Proses terjadinya disebabkan oleh efek kumulasi dari energi radiasi sinar

matahari. sebagian besar kasus menyerang mareka yang berkulit putih dan terpapar sinar

matahari.

c. Epidemiologi

1) Ras

Keratosis seboroik kurang umum di populasi dengan kulit gelap dibandingkan dengan

mereka yang memiliki kulit putih, namun orang-orang kulit hitam mengembangkan

varian keratosis seboroik yang disebut dermatosis papulosa nigra. Lesi ini mempengaruhi

wajah, terutama pipi atas dan lateral daerah orbita. Lesi ini kecil, pedunkulasi, dan sangat

berpigmen dengan elemen keratotic minimal. Awal lesi ini umumnya berawal dari

keratosis seboroik biasa (Balin, 2009).

2) Gender

Tidak ada perbedaan gender dalam frekuensi terjadinya seborrheic keratoses

(Balin,2009).

Page 5: Presus Keratosis Seboroik

3) Umur

Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang umum pada individu yang lebih tua.Mereka

tampak meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Keratosis seboroik juga telah

ditemukan terjadi pada individu muda.

d. Patogenesis

Epidermal Growth Faktor (EGF) atau reseptornya, telah terbukti terlibat dalam

pembentukan keratosis seboroik. Tidak ada perbedaan yang nyata dari ekspresi

immunoreactive growth hormone receptor di keratinosit pada epidermis normal dan keratosis

seboroik.

Ekspresi dari gen bcl-2, suatu gen onkogen penekan apoptosis, rendah pada keratosis

seboroik dibandingkan dengan basal sel karsinoma atau skuamos sel karsinoma, yang

memiliki nilai yang tinggi untuk jenis gen ini (Nakagawa et al, 1994). Tidak ada peningkatan

yang dapat dilihat dalam sonic hedgehog signal transducers patched (ptc) dan smoothened

(smo) mRNA pada keratosis seboroik dibanding kulit yang normal (Tojo et al,1999).

Frekuensi yang tinggi dari mutasi gene dalam mengencode reseptor tyrosine kinase

FGFR3 (fibroblast growth factor receptor 3) telah ditemukan pada beberapa tipe keratosis

seboroik. Hal ini menjadi alasan bahwa faktor gen menjadi basis dalam patogenesis keratosis

seboroik. FGFR3 terdapat dalam reseptor transmembrane tyrosine kinase yang ikut serta

dalam memberikan sinyal transduksi guna regulasi pertumbuhan, deferensiasi, migrasi dan

penyembuhan sel. Mutasi FGFR3 terdapat pada 40% keratosis seboroik hiperkeratosis, 40%

keratosis seboroik akantosis, dan 85% keratosis seboroik adenoid. (Haffner et al, 2007).

Keratosis Seboroik memiliki banyak derajat pigmentasi. Pada pigmentasi keratosis

seboroik, proliferasi dari keratinosit memacu aktivasi dari melanosit di sekitarnya

dengan mensekresi melanocyte-stimulating cytokines. Endotelin-1 memiliki efek simulasi

ganda pada sintesis DNA dan melanisasi pada melanosit manusia dan telah terbukti terlibat

sabagai salah satu peran penting dalam pembentukan hiperpigmentasi pada keratosis

seboroik (Teraki et al, 1996). Secara Immunohistokimia, keratinosit pada keratosis seboroik

Page 6: Presus Keratosis Seboroik

memperlihatkan keratin dengan berat molekul yang rendah, tetapi ada sebagian kecil

pembentukan keratin dengan berat molekul yang tinggi.

e. Varian Klinikopatologi

Ada beberapa bentuk histologi dan terkadang berbeda secara klinis untuk keratosis

seboroik (Balin, 2009; Wolff et al , 2008) :

1) Common Seborrheic Keratosis

Sinonim: basal cell papilloma, solid seborrheic keratosis. Jenis ini dianggap

sebagai lesi klasik. Bentuknya seperti jamur, dengan epidermis hiperplastik dan

berbatas tegas yang menggantung di sekitar kulit. Tumor ini terdiri dari sel-sel

basaloid yang seragam. Kista-kista keratin kadang lebih banyak, dan bias tampak

didalam folikel dan diluar folikel. Melanosit terkadang muncul dalam jumlah

banyak, dan produksi pigmennya menghasilkan warna luka hitam. Perpindahan

pigmen ke keratinosit kelihatan cukup normal.

2) Reticulated Seborrheic Keratosis

Sinonim: adenoid seborrheic keratosis. Kumpulan sel-sel basaloid turun dari

dasar epidermis. Kista-kista keratin dikelilingi oleh sel-sel ini. Stroma kolagen

eosinopilik yang halus membungkus di sekeliling kumpulan sel basaloid dan dapat

membentuk lesi yang banyak.

3) Stucco Keratosis

Sinonim: hyperkeratotic seborrheic keratosis, digitate seborrheic keratosis, serrated

seborrheic keratosis, verrucous seborrheic keratosis.Stucco keratosis muncul

berukuran 3-4 mm, berwarna seperti warna kulit atau benjolan berwarna putih abu-

abu yang muncul di tungkai bagian bawah. Penampakan sel epidermal seperti

puncak menara gereja mengelilingi inti kolagen membentuk hiperkeratosis seperti

jalinan keranjang. Keratinosit yang bervakuola yang ada pada veruka vulgaris tidak

ditemukan pada lesi ini, meskipun secara klinis lesi ini bisa menyerupai kutil virus

yang kecil.

4) Clonal Seborrheic Keratosis.

Jenis keratosis seboroik ini berbentuk sarang-sarang sel basaloid yang

tidak selamanya berbatas tegas berbentuk bulat dan terbungkus longgar di dalam

Page 7: Presus Keratosis Seboroik

jaringan epidermis. Walaupun sel yang paling banyak adalah keratinosit, sarang-

sarang tersebut mengandung melanosit dalam jumlah besar. Keratinosit ini ukurannya

bisa bermacam-macam.

5) Irritated Seborrheic Keratosis

Sinonim: inflamed seborrheic keratosis, basosquamous cell acanthoma. Kelainan kulit

eksematous berubah menjadi keratosis seboroik yang khas. Penyebab dari reaksi

eksematous ini tidak diketahui. Bisa jadi disebabkan trauma, tapi belum dapat

dibuktikan. Secara histologi, suatu keratosis seboroik memperlihatkan bagian-bagian

dari perubahan inflamasi, banyak lingkaran atau pusaran dari sel-sel

eosinofilik skuamous yang merata dan tertata seperti bawang. Ini menyerupai mutiara

keratin dalam sel karsinoma bersisik, tapi bisa dibedakan oleh besarnya jumlah

mereka,kecilnya ukuran, dan bentuknya yang terbatas. Keratinosit dalam suatu

keratosis seboroik yang iritasi menunjukan tingginya tingkat keratinisasi atau

keratosis seboroik yang sudah dewasa dibandingkan dengan common seborrheic

keratosis.

6) Seborrheic Keratosis with Squamous Atypia

Sel atipik dan diskeratosis bisa terlihat pada beberapa keratosis seborrheic. Lesi

tersebut bisa sangat mirip dengan penyakit Bowen’s atau karsinoma sel squamous

yang invasive. Tidak diketahui sebab-sebab perubahan tersebut, baik itu akibat dari

iritasi atau aktivasi, atau tanda karsinoma sel squamous. Sebaiknya

untuk menghilangkan lesi ini seluruhnya.

7) Melanoacanthoma.

Sinonim : pigmented seborrheic keratosis. Melanoacanthoma lebih gelap dari

pigmented seborrheic keratosis. Di dalam lesi ini, ada proliferasi melanosit

dendritik yang jelas. Melanosit tersebut kaya dengan melanin, sebaliknya di sekitar

keratinosit sangat sedikit mengandung melanin. Melanosit dapat berkembang menjadi

sarang, yang melebar dari lapisan basal ke lapisan superfisial epidermis. Lesi ini

tidak berpotensi menjadi ganas.

8) Dermatosis Papulosa Nigra.

Dermatosis papulosa nigra merupakan papul kecil pada wajah yang tampak

padaorang Afrika Amerika, namun terlihat pada orang yang berkulit lebih gelap dari

Page 8: Presus Keratosis Seboroik

raslain, nampak merupakan varian dari keratosis seboroik. Lesi ini merupakan erupsi

papul yang berpigmen pada wajah dan leher. Mereka menyerupai melanoacanthoma

kecil-kecil. Gambaran histologis seperti common seborrheic keratosis tapi berukuran

lebih kecil.

9) The Sign of Leser-Trelat

Erupsi multipel keratosis seboroik, juga dikenal sebagai the sign of Leser-Trelat,

disebutkan berkaitan dengan multipel internal malignancies yang tersembunyi

dan sering diikuti dengan rasa gatal . Keganasan yang paling sering dihubungkan

adalah adenokarsinoma lambung, colon, dan payudara. Tanda ini juga telah

dilaporkan dengan berbagai macam tumor, termasuk limfoma, leukemia, dan

melanoma. Tanda ini juga disebutkan bahwa berhubungan dengan hyperkeratosis

telapak tangan dan telapak kaki terkait dengan penyakit keganasan dan dengan

acanthosis nigricans. Fenomena keratosis seboroik yang bisa pecah, mungkin

menunjukkan peradangan dermatosis yang berpusat di sekitar papiloma kulit dan

keratosis seboroik membuat fenomena itu lebih kelihatan. Tentu saja, dibutuhkan

keahlian klinis melihat peninggian lesi keratosis seboroik pada pasien dengan

dermatitis generalisata yang disebabkan banyak hal. Kemoterapi, khususnya

citarabine, bias menyebabkan peradangan keratosis seboroik, khususnya ketika

dikaitkan dengan tanda Leser-Trelat. Maligna acanthosis nigricans muncul sebanyak

35% pasien dengan tanda Leser-Trelat, yang menunjukkan kesamaan mekanisme.

Namun, hubungan sebenarnya antara erupsi keratosis seboroik multipel dengan

keganasan organ dalam masih harus dijelaskan.

f. Penegakan Diagnosis

a. Anamnesis

– Biasanya asimptomatik, pasien hanya mengeluh terdapat bejolan hitam terasa

tidak nyaman.

– Lesi kadang dapat terasa gatal, ingin digaruk atau dijepit.

– Pasien kadang merasa benjolan semakin membesar secara lambat.

– Lesi tidak dapat sembuh sendiri secara tiba-tiba.

– Sebagian kasus terdapat riwayat keluarga yang diturunkan.

Page 9: Presus Keratosis Seboroik

– Lesi dapat timbul di seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan kaki serta

membrane mukosa. (Barlin, 2009)

b. Pemeriksaan fisik

Keratosis seboroik tampak sebagai lesi berupa papul atau plak yang agak menonjol,

namun dapat juga terlihat menempel pada permukaan kulit. Lesi biasanyamemiliki

pigmen warna yang sama yaitu coklat, namun kadang kadang juga dapat ditemukan

yang bewarna hitam atau hitam kebiruan, bentuk bulat sampai oval, ukuran dari

miliar sampai lentikular bahkan sampai 35x15cm. Pada lesi multiple distribusi seiring

dengan lipatan kulit. Permukaan lesi biasanya berbenjol benjol. Pada lesi yang

memiliki permukaan halus biasanya terkandung jaringan keratotik yang menyerupai

butiran gandum. Pada perabaan terasa lunak dan berminyak.

Lesi biasanya timbul pada usia lebih dari 40 tahun dan terus bertambah seiring

dengan bertambahnya usia. Pada beberapa individu lesi dapat bertambah besar dan

tebal, namun jarang lepas dengan sendirinya.

Trauma atau penggosokan dengan keras dapat menyebabkan bagian puncak lesi

lepas, namun akan tumbuh kembali dengan sendirinya. Tidak ada tendensi untuk

berubah ke arah keganasan. Akan tetapi melanoma, karsinoma sel basal, dan

terkadang tumbuh di lesi keratosis seboroik (Balin, 2009; Wolff et al, 2008).

g. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan histopatologi.

Komposisi keratosis seboroik adalah sel basaloid dengan campuran sel skuamosa.

Invaginasi keratin dan horn cyst merupakan karakteristiknya. Sarang-sarang sel skuamosa

kadang dijumpai, terutama pada tipe irritated. Satu dari tiga keratosis seboroik terlihat

hiperpigmentasi pada pewarnaan hematoksilin-eosin. Setidaknya ada 5 gambaran

histologi yang dikenal : acanthotic (solid), reticulated (adenoid), hyperkeratotic

(papilomatous), clonal dan irritated. Gambaran yang bertumpang tindih biasa dijumpai.

(Balin, 2009; Harahap, 2000; Wolff et al, 2008)

a) Tipe acanthotic dibentuk oleh kolumna-kolumna sel basal dengan campuran horncyst.

b) Tipe reticulated mempunyai gambaran jalinan untaian tipis dari sel

basal, seringkali berpigmen, dan disertai horn cyst yang kecil.

Page 10: Presus Keratosis Seboroik

c) T i p e h i p e r k e r a t o t i k t e r l i h a t e k s o f i l i k d en g an b e r b a g a i t i n gk a t

h i p e r k e r a t o t i s , papilomatosis dan akantosis. Terdapat sel basaloid dan sel

skuamosa.

d) Tipe clonal mempunyai sarang sel basaloid intraepidermal

e) Pada tipe irritated, terdapat infiltrat sel yang mengalami inflamasi berat,

dengan gambaran likenoid pada dermis bagian atas. Sel apoptotik terdapat pada

dasar lesiyang menggambarkan adanya regresi imunologi pada keratosis seboroik.

Kadangkala terdapat infiltrat sel yang mengalami inflamasi berat tanpa likenoid,

Jarang terdapat netrofil yang berlebihan dalam infiltrat. Pada pemeriksaan dengan

menggunakan mikroskop elektron menunjukkan bahwasel basaloid yang kecil

berhubungan dengan sel pada lapisan sel basal epidermis. Kelompok - kelompok

melanososm yang sering membatasi membran dapat ditemukan di antara sel.

h. Diagnosis banding

a) Melanoma maligna

Awalnya berupa tahi lalat yang berubah dalam warna, ukuran, mulai timbul gejala

(terbakar, gatal, sakit), terjadi peninggian lesi, berkembangnya lesi satelit. Akademi

dermatologi Amerika menekankan pentingnya evaluasi lesi berpigmen,yaitu: A =

asimetri, B = border irregularity, C = color variegation, D = Diameter lebih dari 0,6 mm.

b) Epitelioma sel basal berpigmen

Predileksi terutama pada wajah, jarang pada lengan, tangan, badang, tungkai

dan kaki. Lesi dapat berupa papul atau nodul kecil dengan diameter kurang 2 cm dengan

tepi meninggi dan berwarna hitam atau coklat. Permukaan tampak mengkilat, sering

dijumpai teleangiektasia dan kadang ada skuama halus atau krusta tipis.

c) Nevus pigmentosus

Nevus pigmentosus dapat terjadi di semua tempat termasuk membrana mukosa dekat

permukaan tubuh. Lesi dapat datar, papuler, atau papulomatosa biasanya berukuran 2-4

mm. Papul berbatas tegas dan mengkilat dengan permukaan agak licin, umumnya

berambut.

Page 11: Presus Keratosis Seboroik

d) Keratosis senilis

Lesi awalnya berupa makula atau plak kecoklatan berbentuk bulat atau irreguler, dapat

soliter atau multiple, berbatas tegas, teleangiektasi dengan permukaan kasar, kering dan

skuama yang melekat.

i. Penatalaksanaan

1) Medikamentosa Keratolytic agent

Dapat menyebabkan epitelium yang menanduk menjadi mengembang, lunak,

maserasi kemudian deskuamasi (Balin, 2009).

a) Amonium lactat lotion

Mengandung asam laktat dan asam alfa hidroxi yang telah terbukti mengurangi

keratosis seboroik (Klaus et al, 1990; Van Scott et al, 1989).

Hal tersebut disebabkan karena mempunyai daya keratolitik dan memfasilitasi

pelepasan sel-sel keratin. Sedian 15% dan 5% strenght; 12% strenght dapat

menyebabkan iritasi muka karena menjadikan sel-sel keratin tidak beradesi.

b) Trichloroacetic acid

Membakar kulit, keratin dan jaringan lainya. Dapat menyebabkan iritasi lokal.

Pengobatan keratosis seboroik dengan 100% trichloroacetic acid dapat

menghilangkan lesi, tepi penggunaanya harus ditangan profesional yang ahli. Terapi

topikal dapat digunakan tazarotene krim 0,1% dioles 2 kali sehari dalam 16 minggu

menunjukkan perbaikan keratosis seborik pada 7 dari 15 pasien.

2) Terapi bedah

a) Krioterapi

Merupakan bedah beku dengan menggunakan cryogen bisa berupa nitrogen cair atau

karbondioksid padat. Mekanismenya adalah dengan membekukan sel-sel kanker,

pembuluh darah dan respon inflamasi lokal. Pada keratosis seboroik bila pembekuan

terlalu dingin maka dapat menimbulkan skar atau hiperpigmentasi, tetapi apabila

pembekuan dilakukan secara minimal diteruskan dengan kuretase akan memberikan

hasil yang baik secara kosmetik (Wolff et al , 2008)

Page 12: Presus Keratosis Seboroik

b) Bedah listrik

B ed ah l i s t r i k ( e l e c t r o s u r g e r y) ad a l a h s u a t u c a r a p em b ed ah a n

a t au t i n d ak a n dengan perantaraan panas yang ditimbulkan arus listrik bolak-balik

berfrekuensi tinggi yang terkontrol untuk menghasilkan destruksi jaringan secara

selektif agar jaringan parut yang terbentuk cukup estetis den aman baik

bagi dokter maupun penderita. Tehnik yang dapat dilakukan dalam bedah

listrik adalah : elektrofulgurasi, elektrodesikasi, elektrokoagulasi, elektroseksi atau

elektrotomi, elektrolisis den elektrokauter.

c) Laser CO

Sinar Laser adalah suatu gelombang elektromagnetik yang memiliki panjangtertentu,

tidak memiliki efek radiasi dan memiliki afinitas tertentu terhadap suatu bahan/target.

Oleh karena memiliki sel target dan tidak memiliki efek radiasi sebagaimana sinar

lainnya, ia dapat digunakan untuk tujuan memotong jaringan,membakar jaringan pada

kedalaman tertentu, tanpa menimbulkan kerusakan pada jaringan sekitarnya. Sebagai

pengganti pisau bedah konvensional, memotong jaringan sekaligus membakar

pembuluh darah sehingga luka praktis tidak berdarah saat memotong. (PERAPI,

2002)

d) Bedah scalpel

Satu cara konservatif namun tetap dipakai sampai sekarang ialah bedah

skalpel. Umumnya karena invasi tumor sering tidak terlihat sama dengan tepi lesi

dari permukaan, sebaiknya bedah ini dilebihkan 3 -4 mm dari tepi lesi

agar yakin bahwa seluruh isi tumor bisa terbuang. Keuntungan prosedur

ini ialah tingkat kesembuhan yang tinggi serta perbaikan kosmetis yang sangat

baik.

e) Dermabrasi

Prosedur dermabrasi dikerjakan menggunakan instrumen yang digerakkan

motor 24,000 rpm dengan silinder sandpaper / wire brush. Menggunakan anestesi

local atau narkose. Perbaikan terjadi karena dermis yang ditipiskan dengan

tehnik ini t i d ak a k an m e n e b a l k em b a l i . S e t e l ah l u k a s em b u h

d i t u t u p i ep i t e l b a r u ya n g terbentuk diatas raw surface. Keberhasilan dan

cepatnya penyembuhan tergantung pertumbuhan sel-sel epitel, foilikel rambut,

Page 13: Presus Keratosis Seboroik

kelenjar keringat yang ada. Proses ini menyerupai penyembuhan pada donor-site skin

graft (PERAPI, 2002).

j. Prognosis

Keratosis seboroik merupakan tumor jinak dan tidak menjadi ancaman bagi kesehatan

individu. Lesi keratosis seboroik umumya tidak mengecil namun akan bertambah besar dan

tebal seiring dengan waktu, dan tidak berubah menjadi ganas (Halfian, 2006; Harahap, 2000)

Page 14: Presus Keratosis Seboroik

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini disebutkan bahwa seorang wanita 39 tahun, seorang pedagang, datang ke

dokter dengan keluhan muncul bintil-bintil berwarna coklat di wajah dan lehernya. Keluhannya

dirasakan sejak empat tahun yang lalu. Awal keluhan bintil hanya sedikit, berwarna coklat muda,

semakin lama semakin banyak dan berwarna lebih gelap seperti tahi lalat dan membesar. Pasien

tidak mengeluh gatal maupun nyeri, tetapi merasa terngganggu secara kosmetik. Pasien

mengaku sering terpapar sinar matahari jika mau berangkat ke pasar. Sebelumnya pasien

menggunakan produk kecantikan selama 5 tahun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan UKK plak

multiple berwarna coklat, menonjol, berbatas tegas, dengan diameter yang bervariasi. Dari hasil

wawancara selanjutnya diketahui keponakan pasien juga menderita penyakit yang sama. Oleh

dokter dilakukan bedah listrik elektrokauter, kemudian diberikan obat antibiotika topical.

Penyebab pada pasien ini kemungkinan besar adalah seringnya terpanjan sinar matahari

dan penggunaan produk kecantikan. Faktor genetic juga turut mengambil peranan dalam

manifestasi klinis yang muncul pada pasien ini. Pada penderita keratosis seboroik, terjadi mutasi

pada gen bcl-2 yang merupakan genonkogen penekan apoptosis dan gen yang menyandi FGFR3

(fibroblast growth factor receptor 3). Pada keratosis seboroik, rendahnya gen bcl-2 menyebabkan

tidak terjadinyaapoptosis sehingga terjadi proliferasi keratosit yang terus menerus. Proliferasi

keratositmemacu aktivasi dari melanosit disekitarnya dengan mensekresi melanocyte-

stimulatingcytokines sehingga ditemukan papul hiperpigmentasi dan permukaannya verukosa.

Mutasi juga terjadi pada gen yang menyandi FGFR3. FGFR3 terdapat dalam reseptor

transmembranetyrosine kinase yang ikut serta dalam memberikan sinyal transduksi guna

regulasi pertumbuhan, deferensiasi, migrasi dan penyembuhan sel. Mutasi pada gen tersebut

menyebabkan tidak ada pengaturan dalam produksi melanin sehingga terjadi hiperpigmentasi.

Gen-gen yang mengalami mutasi tersebut dapat terjadi akibat dari paparan sinar matahari yang

terus menerus maupun dapat juga diturunkan secara genetik dari orang tua. Padakasus ini

diketahui bahwa keponakan pasien juga menderita penyakit yang sama. Kemungkinan gen

yang telah mengalami mutasi yang muncul di keluarga pasien diturunkan pada pasien.

Page 15: Presus Keratosis Seboroik

Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah bedah listrik elektrokauter. Bedah

listrik merupakan suatu tindakan bedah dengan menggunakan alat bedah listrik yang dapat

membangkitkan aliran listrik terkontrol untuk menghasilkan destruksi jaringan yang selektif.

Sedangkan teknik yang digunakan adalah elektrokauterisasi yaitu dengan mengalirkan arus

listrik melalui tahanan logam platina di ujung elektroda. Panas yang timbul ditempelkan pada

jaringan hidup sehingga timbul koagulasi mekanik dan terjadi destruksi fisik. Keuntungan

penatalaksanaan dengan bedah listrik ialah sederhana dan mudah dipakai dalam praktek sehari-

hari, instrumen sedikit, tidak memerlukan waktu lama, tidak perlu anti septik yang berlebihan,

efek hemostasis baik, parut hipertrofik dapat dihindarkan dengan arus yang rendah, trauma

minimal, hasil kosmetik yang dapat diterima dengan baik, tidak memerlukan perawat di rumah

sakit. Namun juga memiliki kerugian yaitu penyembuhan luka lebih lama dan biayanya yang

relatif mahal. Selanjutnya setelah dilakukan bedah listrik elektrokauter juga diberikan antibiotika

topikal yang berfungsi untuk menghindari adanya infeksi. Eduksi yang diberikan pada pasien

ialah untuk melindungi diri dari paparan sinar matahari langsung karena jika terpapar sinar

matahari langsung akantimbul bintil-bintil kehitaman lagi pada wajah pasien, juga menghentikan

pemakaian produk kecantikan. Saran yang dapat diberikan pada pasien adalah melindungi diri

dari paparan sinar matahari langsung pascaterapi. Apabila terjadi kekambuhan, pasien disarankan

untuk tidak melakukan penggosokan. Trauma atau penggosokan dengan keras dapat

menyebabkan bagianpuncak lesi lepas, namun akan tumbuh kembali dengan sendirinya. Tidak

ada tendensi untuk berubah ke arah keganasan.

Page 16: Presus Keratosis Seboroik

Daftar Pustaka

Balin, Arthur. 2009. Seborrheic Keratosis. http://emedicine.medscape.com/article/1059477-

overview

Ginarte M, Garcia-Caballero T, Fernandez-Redondo V, Beiras A, Toribio J. Expression of

growth hormone receptor in benign and malignant cutaneous proliferative entities. J Cutan

Pathol. Jul 2000;27(6):276-82. in Balin, Arthur. 2009. Seborrheic Keratosis.

http://emedicine.medscape.com/article/1059477-overview

Groves RW, Allen MH, MacDonald DM. Abnormal expression of epidermal growth factor

receptor in cutaneous epithelial tumours. J Cutan Pathol. Feb 1992;19(1):66-72 in Balin,

Arthur. 2009. Seborrheic Keratosis. http://emedicine.medscape.com/article/1059477-

overview

Hafner C, Hartmann A, Vogt T. FGFR3 mutations in epidermal nevi and seborrheic keratoses:

lessons from urothelium and skin. J Invest Dermatol. Jul 2007;127(7):1572-3. in Balin,

Arthur. 2009. Seborrheic Keratosis. http://emedicine.medscape.com/article/1059477-

overview

Hafner C, van Oers JM, Hartmann A, Landthaler M, Stoehr R, Blaszyk H, et al. High frequency

of FGFR3 mutations in adenoid seborrheic keratoses. J Invest Dermatol. Nov

2006;126(11):2404-7. in Balin, Arthur. 2009. Seborrheic Keratosis.

http://emedicine.medscape.com/article/1059477-overview

Hafner C, Hartmann A, Real FX, Hofstaedter F, Landthaler M, Vogt T. Spectrum of FGFR3

mutations in multiple intraindividual seborrheic keratoses. J Invest Dermatol. Aug

2007;127(8):1883-5. in Balin, Arthur. 2009. Seborrheic Keratosis.

http://emedicine.medscape.com/article/1059477-overview

Halfian, 2006. Keratosis Seboroik. Diakses dari

http://halfian.multiply.com/journal/item/20/KERATOSIS_SEBOROIK

Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit Hipokrates. Jakarta

Page 17: Presus Keratosis Seboroik

Nakagawa K, Yamamura K, Maeda S, Ichihashi M. bcl-2 expression in epidermal keratinocytic

diseases. Cancer. Sep 15 1994;74(6):1720-4 in Balin, Arthur. 2009. Seborrheic Keratosis.

http://emedicine.medscape.com/article/1059477-overview

Nanney LB, Ellis DL, Levine J, King LE. Epidermal growth factor receptors in idiopathic and

virally induced skin diseases. Am J Pathol. Apr 1992;140(4):915-25. in Balin, Arthur.

2009. Seborrheic Keratosis. http://emedicine.medscape.com/article/1059477-overview

PERAPI. 2002. Dermabrasi. Diakses dari http://www.perapisurgeon.org/faq/01,03,002.html

Siregar, R.A., 2005. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC.

Teraki E, Tajima S, Manaka I, Kawashima M, Miyagishi M, Imokawa G. Role of endothelin-1 in

hyperpigmentation in seborrhoeic keratosis. Br J Dermatol. Dec 1996;135(6):918-23. in

Balin, Arthur. 2009. Seborrheic Keratosis.

http://emedicine.medscape.com/article/1059477-overview

Wolff, K. et al. 2008. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Seventh edition. McGraw

Hill.