Preskas Purpura Henoch

26
STATUS PASIEN I. IDENTITAS A. Identitas Pasien Nama : An. Fachri Umur : 4 tahun 7 Bulan Berat Badan : 10,2 kg Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : ISLAM Alamat : Jl. Jijoko 6 Lenteng Agung Tgl Masuk : Jumat 16 Mei 2014 B. Identitas Orang Tua Ayah Ibu Nama : Tn. I Ny. R Usia : Agama : ISLAM ISLAM Pendidikan : SMA SMP Pekerjaan : Secure parking Ibu rumah tangga Hubungan dengan orang tua : Anak kandung II. ANAMNESIS A. Keluhan utama Nyeri perut yang dirasakan sudah 1 minggu SMRS

description

hh

Transcript of Preskas Purpura Henoch

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

A. Identitas PasienNama: An. FachriUmur: 4 tahun 7 BulanBerat Badan: 10,2 kgJenis Kelamin: Laki-lakiAgama: ISLAMAlamat: Jl. Jijoko 6 Lenteng AgungTgl Masuk : Jumat 16 Mei 2014

B. Identitas Orang TuaAyahIbuNama:Tn. I Ny. RUsia: Agama :ISLAM ISLAMPendidikan :SMA SMPPekerjaan :Secure parking Ibu rumah tangga Hubungan dengan orang tua : Anak kandung

II. ANAMNESISA. Keluhan utamaNyeri perut yang dirasakan sudah 1 minggu SMRS

B. Keluhan tambahanBengkak pada telapak kaki, bintik-bintik kemerahan pada kaki, BAB cair disertai lendir dan darah

C. Riwayat penyakit sekarangPasien datang dengan keluhan nyeri perut yang dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri perut disertai kembung. Keluhan mual dan muntah disangkal. Satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien sempat dibawa ke puskesmas oleh kedua orang tuanya dan diberikan obat oleh dokter untuk mengobati nyeri perutnya. Setelah meminum obat tersebut, pasien merasa mual dan akhirnya muntah. Pasien juga sempat mengeluhkan BAB cair yang disertai lendir dan darah yang hanya terjadi satu kali. Pada malam harinya pasien mengeluhkan telapak kaki membengkak dan nyeri, disertai bintik pada tungkai bawah. Beberapa jam sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan nyeri perut yang sangat terasa sakit dan bintik pada kaki mulai timbul dan semakin banyak. Pasien tidak dapat jalan dikarenakan nyeri pada kakinya yang bengkak. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala dan memar pada kaki dan telinga. Keluhan demam disangkal. Pasien tidak mengeluhkan batuk dan pilek baik selama sakit maupun 30 hari sebelum keluhan nyeri perut.

D. Riwayat penyakit dahuluPasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Pasien memiliki riwayat alergi (+)

E. Riwayat penyakit keluargaIbu pasien memiliki riwayat alergi (+), riwayat asma (-)

F. Riwayat kehamilan dan persalinan Pasien lahir dibidan dengan cara persalinan normal pervaginam Pasien lahir cukup bulan 39 minggu dengan cara diinduksi, berat lahir pasien 3300 gram, panjang badan 50 cm dan lingkar kepala - cm. Pasien lahir langsung menangis dengan nilai APGAR 9/10 Tidak ada cacat/kelainan bawaan sejak pasien lahirKesan: Riwayat kehamilan dan persalinan baik.

G. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

Usia Motorik kasar Motorik halusBicara Sosial

0-3 blnBelajar angkat kepalaMenahan barang yang dipegangMengoceh spontan & beraksi trhdp suara bereaksi jika dipanggil namaMulai memanggil ibu

3-6 blnMengangkat kepala tegak lurus dadaMulai meraih benda, menaruh benda dimulutBereaksi jika dipanggil namaTertawa jika diajak bermain

6-9 blnDuduk sendiri, tengkurap dan merangkakMemindahkan bendaMengeluarkan kata2 tanpa artiBergembira &melemparkan benda, mulai cilukba&tepuk tangan

9-12 blnBerdiri sendiri, berjalan masih dituntunMemegang benda kecilMeniru suara yang didengarBerpartisipasi dalam permainan

1-2 thBerjalan sendiri, lariMencoret-coret menyusun kotakMenyusun 5-10 kataBermain dengan orang lain

2-4 thBelajar melompatMenggambar, memakai bajuBisa bertanya, bicara baikDengar cerita, menunjukkan rasa sayang

4-6 thBisa melompat, menariBisa memasang kancing, mengikat tali sepatuPandai bicaraProtes jika dilarang

H. Riwayat makanan Pasien mengkonsumsi ASI sampai usia 2 bulan. Kemudian diganti dengan susu formula sampai saat ini. Paien mengkonsumsi bubur bayi pada umur 4 bulan, kemudian nasi TIM pada umur 1 tahun,dan mengkonsumsi makanan keluarga pada umur 2 tahun.Kesan : kualitas dan kuantitas makanan pasien baik.

I. Riwayat imunisasi dasarImunisasi dilakukan di puskesmas

J. Riwayat sosial ekonomi Pendapatan : Ayah pasien berpenghasilan Rp.2.200.000,- per bulan. Cukup untuk menghidupi keluarganya yang terdiri dari pasien, kakak pasien, adik pasien dan ibu pasien. Lingkungan : Pasien bertempat tinggal dikawasan padat penduduk namun jauh dari bantaran kali. Rumah berukuran 2,5x7 meter memiliki 2 lantai, dimana pencahayaan dirasakan cukup masuk melalui jendela depan dan belakang. Terdapat penerangan dengan listrik. Air berasal dari air sumur. Air limbah rumah tangga disalurkan melalui selokan di belakang rumah. Ibu pasien mengaku kalau lingkungan rumahnya terjaga kebersihannya.

III. PEMERIKSAAN

A. Pemeriksaan umumKeadaan umum: Sakit sedangKesadaran: Compos mentisNadi : 118 x/menit, reguler, isi cukupRespirasi: 32 x/menit tipe thorakal.Suhu: 36CTekanan darah : 100/60 mmHg

B. Pemeriksaan fisik Kepala: Normocephal Mata: Conjunctiva anemis -/-, Sklera ikterik -/- Telinga: Normotia, deformitas -/-, sekret -/- Hidung: Bentuk normal, deformitas -/-, sekret +/+, napas cuping hidung (-) Tenggorokan: Tonsil T1-T1 tenang Leher: KGB leher tidak teraba membesar, kel.tiroid tidak membesar Thoraks: Paru: Simetris, statis dan dinamis, pernafasan cepat dan dangkal, retraksi dinding dada bagian bawah (-), suara napas bronkial +/+, ronkhi -/-, wheezing -/- Jantung: BJ I-II normal reguler, murmur (-), gallop (-) Abdomen: Supel, Timpani, BU (+) Normal, nyeri tekan (+) Genitalia: Tidak ada kelainan Ekstremitas: Akral hangat, Edema (-) di keempat ekstremitas, rash pada tungkai bawah Kulit : palpable purpura kecoklatan (+) simetris pada kedua tungkai bawah

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG (16 Mei 2014)Hematologi :Hb : 13,6 g/dLHt: 38%Leukosit: 10.990Trombosit: 447.000Urinalisa : Leukosit esterase : 1+Leukosit: 3-6 /LPBEritrosit : 1-2 /LPBSel epitel: (1+)

USG abdomenHepar : besar dan bentuk normal, permukaan rata, tepi tajam. Tidak tampak lesi fokal/nodul/pelebaran bilier.Kandung empedu : dinding tidak menebal, tak tampak batu/sludge/pelebaran bilierGinjal : besar dan bentuk normal, pelvicocalices tidak melebar. Tidak tampak batu/massa. Densitas cortex-medulla tidak meningkat. Batas cortex-medulla jelas.Kesan : meteorismus, organ intraabdominal lain normal

V. RESUMEPasien datang dengan keluhan nyeri perut yang dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien sempat mengeluhkan BAB cair yang disertai lendir dan darah yang hanya terjadi satu kali. Namun pasien muntah setelah meminum obat tersebut. Beberapa jam sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan nyeri perut yang sangat terasa sakit dan bintik pada kaki mulai timbul dan semakin banyak. Pasien tidak dapat jalan dikarenakan nyeri pada kakinya yang bengkak. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala dan memar pada kaki dan telinga. Keadaan umum: Sakit sedangKesadaran: Compos mentisNadi : 118 x/menit, reguler, isi cukupRespirasi: 32 x/menit tipe thorakal.Suhu: 36CTekanan darah : 100/60 mmHgKulit : vaskulitis (+) pada tungkai, edema (-)

VI. DIAGNOSA KERJAPurpura Henoch Schonlein

VII. TATALAKSANA Kaen IB 10tpm Inj. Sanmol 3x150mg Inj. Kalmethason 3x2mg Inj. Omeprazole 2x15mg Cetirizine 1x3/4

VIII. PROGNOSISQuo ad vitam: ad bonamQuo ad functionam: ad bonamQuo ad sanationam: ad bonam

IX. FOLLOW UP16 Mei 2014SNyeri perut (+), bengkak pada kaki, ruam kecoklatan pada kedua kaki dan telinga, nyeri jika digerakkan

OKU : Sakit sedangKes : Compos mentisNadi : 100/menitRespirasi : 24/menitSuhu: 37,80CKepala: NormocephalMata: CA -/-, SI -/-Telinga:deformitas -/-, sekret -/-Hidung: Napas cuping hidungLeher: pembesaran KGB (-)Paru: Simetris, statis dan dinamis, suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung: BJ I-II normal reguler, murmur (-), gallop (-)Abdomen: Supel, Timpani, BU (+) Normal, Nyeri tekan (+)Ekstremitas: Akral hangat, Edema (+)

AMeteorismus

P Kaen IB 10 tpm Sanmol 3x150mg Kalmetason 3x2mg Omeprazole 2x15mg

17 Mei 201407.00 WIBSBintik kemerahan pada kedua kaki dan telinga, nyeri (+), BAB (-) 3 hari, nyeri perut (+)

OKU : Sakit sedangKes : Compos mentisNadi : 100/menitRespirasi : 24x/menitSuhu: 35,80C

Kepala: NormocephalMata: CA -/-, SI -/-Telinga: deformitas -/-, sekret -/-Hidung: Napas cuping hidungLeher: Pembesaran KGB (-)Paru: Simetris, statis dan dinamis, suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung: BJ I-II normal reguler, murmur (-), gallop (-)Abdomen: Supel, Timpani, BU (+) Normal, Nyeri tekan (+)Ekstremitas: Akral hangat, Edema (-) di keempat ekstremitas

AMeteorismus, susp RHD

P Kaen IB 6tpm Kalmetason 3x2mg Sanmol 3x150mg Omeprazole 2x15mg

18 Mei 2014 07.00 WIBSNyeri perut berkurang, bengkak pada kaki (-), demam (-)

OKU : BaikKes : Compos mentisNadi : 100/menitRespirasi : 24x/menitSuhu: C

Kepala: NormocephalMata: CA -/-, SI -/-Telinga: deformitas -/-, sekret -/-Hidung: Napas cuping hidung, sekret +/+Leher: Pembesaran KGB (-)Paru: Simetris, statis dan dinamis, suara napas bronkial +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung: BJ I-II normal reguler, murmur (-), gallop (-)Abdomen: Supel, Timpani, BU (+) Normal, Nyeri tekan (+)Ekstremitas: Akral hangat, Edema (-) di keempat ekstremitasASTO (-)

APurpura henoch schonlein

P Kalmetason 3x2mg Omeprazole 2x15mg Kaen IB

19 Mei 201407.00 WIBSBintik sudah mulai berkurang, gatal (+), nyeri perut (-)

OKU : BaikKes : Compos mentisNadi : 100 x/menitRespirasi : 26x/menitSuhu: 35,80CKepala: NormocephalMata: CA -/-, SI -/-Telinga: deformitas -/-, sekret -/-Hidung: Napas cuping hidung, sekret -/-Leher: Pembesaran KGB (-)Paru: Simetris, statis dan dinamis, suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung: BJ I-II normal reguler, murmur (+), gallop (-)Abdomen: Supel, Timpani, BU (+) Normal, nyeri tekan (-)Ekstremitas: Akral hangat, Edema (-) di keempat ekstremitas

APurpura henoch schonlein

P Kalmetason 3x2 mg Sanmol 3x150mg Omeprazole 2x15mg Cetirizine 1x3/4mg

ANALISA KASUS

American College of Rheumatology (ACR) membuat 4 kriteria untuk mendiagnosis PHS,9 sebagai berikut:- purpura yang teraba- umur < 20 tahun saat awitan penyakit- bowel angina (nyeri perut difus atau didiagnosis iskemi usus disertai diare berdarah)- hasil biopsi membuktikan granulosit pada dinding pembuluh darah arteriol atau venula.

Diagnosis PHS dapat ditegakkan bila ditemukan 2 dari 4 kriteria di atas dengan sensitivitas 87,1 % dan spesifisitas 87,7%.9

Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan klinis yaitu lesi kulit berupa purpura multipel, nyeri perut dan diare berdarah. Sedangkan berdasarkan ACR, telah memenuhi 3 kriteria. Saat perawatan pertama pasien didiagnosis sebagai meteorismus, diagnosis ini sebenarnya lebih mengarah kepada salah satu manifestasi PHS. Lalu berikutnya pasien diduga Rheumatoid Heart Disease dikarenakan gejala-gejala pasien seperti eritema dan polyarthritis yang menyerupai gejala RHD, namun setelah dilakukan pemeriksaan ASTO dan dinyatakan negative, maka diagnosis lebih mengarah kepada purpura henoch schonlein.

Diagnosis banding Purpura Henoch-Schnlein adalah hipersensitivitas vaskulitis (HV)Kriteria Michel dkk, digunakan untuk membedakan kedua penyakit ini, yaitu: purpura yang teraba bowel angina perdarahan gastrointestinal hematuria umur < 20 tahun saat awitan penyakit tidak minum obat-obatan

Jika memenuhi > 3 kriteria di atas diklasifikasikan sebagai PHS. Sedangkan jika memenuhi < 2 kriteria, diklasifikasikan sebagai HV.

Pada pemeriksaan urinalisa, pasien ini tidak didapatkan hematuria yang bermakna sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam perjalanan penyakitnya tidak ada keterlibatan ginjal.

Pengobatan hanya bersifat suportif. Tidak ada pengobatan yang spesifik pada PHS.Pemberian paracetamol sebagai antiinflamasi nonsteroid pada pasien ini untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien pada sendi kaki.Sedangkan kortikosteroid diberikan pada pasien yang mengalami nyeri perut hebat atau jika ditemukan purpura yang bersifat persisten. Beberapa peneliti menggunakan kortikosteroidmisalnya prednison untuk mencegah terjadinya nefritis. Pada pasien ini diberikan dexametason sebanyak 2mg 3 kali sehari. Dosis dexametason IV : 0,5-1 mg/kgBB/hari.

TINJAUAN PUSTAKAPURPURA HENOCH-SCHONLEIN

DEFINISIPurpura henoch-schonleinadalah kelainan inflamasiyang ditandai oleh vaskulitis generalisata pada pembuluh darah kecildi kulit, saluran cerna,ginjal, sendi,danmeskipun jarangdapat di parudansusunan saraf pusat. Purpura Henoch-Schonlein merupakan vaskulitis yang paling sering ditemui pada anak-anak.

EPIDEMIOLOGIPrevalensi terjadinya HSP di Amerika Serikat mencapai 14-15 kasus dalam 100.000 populasi. Lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan dengan usia dewasa, terutama pada kisaran umur 2-11 tahun. Pada anak, ratio terjadinya HSP antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2:1.

ETIOLOGISampai saat ini penyebab pasti terjadinya HSP belum diketahui. Beberapa kondisi yang diduga berperan: Setelah infeksi Streptococcus grup A (20- 50%), Mycoplasma, virus Epstein Barr, virus Herpes Simplex, Parvovirus B19, Coxsackievirus, Adenovirus, measles, mumps. Vaksinasi (varicella, rubella, Hepatitis B) Lingkungan: alergen makanan, obat-obatan, pestisida, paparan terhadap dingin, gigitan serangga.

PATOFISIOLOGIPenyakit ini merupakan vaskulitis pembuluh darah kecil yang diperantarai oleh IgA sebagai respons terhadap antigen asing atau endogen sehingga terbentuk deposit kompleks IgA pada pembuluh darah kecil yaitu venula, kapiler, dan arteriol. Ig A makromolekular dan Ig A kompleks imun ini akan mengendap sehingga mengaktivasi sistim komplemenmelalui jalur alternatif. Deposit kompleks imun dan aktivasi komplemen mengakibatkan terjadinya inflamasi pada pembuluh darah kecil di kulit, ginjal, sendi, dan abdomen sehingga terjadi purpura di kulit, nefritis, dan artritis. Pada pasien PHS terdapat kelainan yang melibatkan IgA, antara lain peningkatan kadar IgA di dalam serum, agregat makromolekuleryang mengandung Ig A, Ig A kompleks imun, Ig A faktor rematoid, Ig A kompleks fibronektin, Ig A antikardiolipin antibodi, IgA antineutrophil cytoplasmic antibodies dan IgA antiendothelial cell antibodies.

MANIFESTASI KLINIS Dapat dimulai dengan gejala prodormal demam, nyeri kepala, dan anoreksia Kemudian muncul lesi kulit, nyeri perut, edema perifer, muntah dan atau tanpa disertai arthritis. Erupsi kulit akan berlangsung selama kira-kira 3 minggu Gejala saluran cerna dialami oleh 85%kasus, umumnya berupa nyeri perut kolik Arthritis ditemukan pada 75% kasus Keterlibatan ginjal ditemukan pada 30-50% kasus dan dapat menetap hingga 6 bulan kemudian.Gejala yang muncul adalah hematuria ringan, proteinuri, oliguri hingga gagal ginjal

Pada 1/2 - 2/3 kasus pada anak ditandai dengan infeksi saluran napas atas yang muncul1-3 minggu sebelumnya berupa demam ringan dan nyeri kepala.Artralgia dan artritis ditemukan pada 68-75% kasus dan 25% nya merupakan keluhan penderita saat datang berobat. Tempat predileksi yang paling seringadalah pergelangan kaki dan lutut. Sendi-sendi bengkak dan nyeri, bersifat sementara dan tidak menimbulkan deformitas yang menetap. Timbul mendahului kelainan kulit terutama mengenai lutut dan pergelangan kaki, dapat pula mengenai pergelangan tangan, siku, dan persendian jari tangan. Kelainan kulit dimulai dengan terbentuknya ruam makula eritematosa yang berkembang menjadi purpura dalam waktu singkat. Purpura PHS ini menonjol di ataspermukaan kulit sehingga dapat diraba dan kadang disertai rasa gatal yang minimal.

Gejala prodormal : Demam Nyeri kepala AnoreksiaGejala lanjutan : Rash (95-100% of cases), terutama pada tungkai bawah Abdominal pain and vomiting (35-85%) Joint pain (60-84%), especially involving the knees and ankles Subcutaneous edema (20-50%) Scrotal edema (2-35%) Bloody stoolsRashPada kulit didapatkan lesi awal berupa macula eritem atau urtikaria yang berkembang menjadi papula dan nantinya akan menjadi palpable purpura. Lesi biasanya simetris bilateral. Predileksi tersering adalah tungkai bawah. Dalam 12-24 jam, macula berubah menjadi bentuk purpura yang berwarna dusky red berdiameter 0,5-2mm. Warna purpura akan berubah dari kemerahan menjadi ungu dan krusta coklat sebelum akhirnya menghilang.

DIAGNOSIS Lesi purpura yang dapat diraba dengan lokasi yang khas dikulit Manifestasi kelainan saluran cerna, ginjal dan sendi Tidak ada kelainan hematologikAmerican College of Rheumatology (ACR) membuat 4 kriteria untuk mendiagnosis PHS,9 sebagai berikut:- purpura yang teraba- umur < 20 tahun saat awitan penyakit- bowel angina (nyeri perut difus atau didiagnosis iskemi usus disertai diare berdarah)- hasil biopsi membuktikan granulosit pada dinding pembuluh darah arteriol atau venula.

Kriteria European League Against Rheumatism (EULAR) 2006 dan Pediatric RheumatologySociety (PreS) 2006 : 1. Palpable purpura harus ada2. Diikuti minimal satu gejala berikut: nyeri perut difus, deposisi IgA yang predominan (pada biopsi kulit), artritis akut dan kelainan ginjal (hematuria dan atau proteinuria)

PEMERIKSAAN PENUNJANGPada umumnya HSP sudah dapat ditegakkan dengan klinis. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk menegakkan diagnosis. Tidak ada pemeriksaan laboratorium spesifik untuk purpura Henoch-Schonlein. Darah tepi lengkap dapat menunjukkan leukositosis dengan eosinofilia dan pergesaran hitung jenis ke kiri Trombositosis dijumpai pada 67% pasien LED tidak selalu meningkat Urinalisis menunjukan hematuri dan terkadang proteinuria Pemeriksaan feses menunjukkan adanya perdarahan Ureum dan kreatinin dapat meningkat, yang menunjukkan menurunnya fungsi ginjalDapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi abdomen untuk mendiagnosis intususepsi.

LaboratoriumPemeriksaan laboratorium rutin yang harus dilakukan adalah darah perifer lengkap, laju endap darah, pemeriksaan fungsi ginjal, dan urinalisis. Jumlah leukosit dan trombosit meningkat,laju endap darah dapat meningkat. Hemoglobin umumnya normal tergantung ada tidaknyaperdarahan. Analisis urin dapat menunjukkan hematuria dengan atau tanpa proteinuria. Demikian pula pada feses dapat ditemukan darah.

USGUSG abdomen dilakukan jika terdapat keluhan gastrointestinal. Biasanya didapatkan penebalan dinding usus, cairan bebas, atau intususepsi.

Biopsi Biopsi kulit pada PHS menunjukkan vaskulitis leukositoklastik yaitu berupa inflamasi segmental pembuluh darah, sel endotel membengkak, nekrosis fibrinoid dinding pembuluh darah dan infiltrat di sekitar pembuluh darah.Pemeriksaan imunofluoresens menunjukkan deposit IgA dan C3 di antara pembuluh darah papila dermis.

TATALAKSANA Purpura Henoch Sconlein (PHS) merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri. Perjalanan penyakit berlangsung 2 - 6 minggu. Pengobatan hanya bersifat suportif. Tidak ada pengobatan yang spesifik pada PHS.Manajemen PHS ini termasuk : Hidrasi yang adekuat Penghentian pajanan terhadap allergen yang menstimulasi penyakit PHS Follow up setiap minggu pada bulan pertama

Pasien dengan akut abdomen, perdarahan saluran cerna atau gejala insufisiensi ginjal biasanya dianjurkan untuk dirawat.

Obat antiinflamasi nonsteroid dapat mengontrol nyeri sendi. seperti ibuprofen atauparasetamol 10 mg/kgBB. Jika terjadi edema dilakukan elevasi tungkai. Beri diet lunak selama terdapat keluhan perut seperti muntah dan nyeri perut.

kortikosteroid diberikan pada pasien PHS dengan nyeri perut hebat atau jika ditemukan adanya purpura yang persisten. Beberapa peneliti menggunakan kortikosteroid misalnya prednison untuk mencegah terjadinya nefritis. Dosis prednison adalah 1 2 mg/kgBB/hari. Faedda menggunakan metilprednisolon 250-750 mg/hari/iv selama 3-7 hari dikombinasikan dengan siklofosfamid 100-200 mg/hari untuk fase akut HSP yangberat; dilanjutkan dengan prednison oral 100-200 mg selang sehari dan siklofosfamid 100-200 mg/hari selama 30-75 hari sebelum siklofosfamid dihentikan langsung dan tapering off steroid hingga 6 bulan.

Kortikosteroid dipertimbangkan pada kondisi : Sindrom nefrotik persisten Nyeri perut hebat Perdarahan saluran cerna Edema berat Keterlibatan saraf pusat atau paru-paru

DAFTAR PUSTAKAMatondang C. Purpura Henoch Schnlein. Dalam: Akib A, Matondang C, penyunting. Alergi dan Imunologi Anak. Edisi ke-1. Jakarta: BP-IDAI 1996. h. 270-3.

Soepriadi M,Setiawan B.Henoch Schonlein purpura.Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak.edisi ke-3.Bandung:Bagian IKA FK Unpad,2005; 167-9.Cassidy P. Textbook of pediatrics rheumatology. London, Livingstone;2005Robinowitz LG. Henoch-Schnlein purpura. Dalam: Harper J, Oranje A, Prose N, penyunting. Textbook ofPediatric-Dermatology. Edisi ke-1. Oxford: Blackwell Science 2000. h. 1564-8.

http://emedicine.medscape.com/article/780452 http://www.kalbemed.com/Portals/6/05_194Purpura%20Henoch-Schonlein.pdf