Preskas
description
Transcript of Preskas
![Page 1: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/1.jpg)
PRESENTASI KASUS
SEORANG WANITA 52 TAHUN DENGAN BADAN LEMAS E.C
MULTIPLE MYELOMA DENGAN MUTIPLE FRAKTUR DAN CKD
STAGE V
Oleh:
Eli Dwy Purbaningrum
G99141031
Pembimbing :
Dr. Hj. Trilastiti Widowati, Sp. KFR, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK SMF REHABILITASI MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2014
![Page 2: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/2.jpg)
STATUS PASIEN
I. ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Brumbung Jawa Tengah
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Masuk : 03 Juni 2014
Tanggal Pemeriksaan : 11 Juni 2014
No. RM : 01257001
B. Keluhan Utama
Badan terasa lemas.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 7 hari SMRS pasien mengeluhkan badan terasa lemas.
Lemas dirasakan di seluruh tubuh dan tidak dipengaruhi oeh pemberian
makan. Pasien juga mengeuh pusing berputar. Pasien mengeluhkan gejala
makin memberat dari hari ke hari. Pasien mengeluhkan makan berkurang
dan sering mual bila makan.
Pasien sebelumnya dirawat di RS. Orthopedi 4 yang lalu dan
mendapat transfusi darah merah 9 kantong. Pasien didiagnosa fraktur
femur serta gagal ginjal. Kurang lebih 6 bulan SMRS pasien jatuh dari
kamar mandi, pasien mengeluh kaki kiri dan tangan kanan terasa nyeri dan
tidak bisa digeraakkan. BAB dan BAK normal. Pasien mengeluh berat
badannya menurun tetapi tidak tahu berapa kilogram turunnya.
![Page 3: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/3.jpg)
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat sakit lues : disangkal
Riwayat trauma : (+) 6 bulan lalu jatuh di kamar mandi
Riwayat transfusi darah : (+) 9 kantong
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat sakit lues : disangkal
F. Riwayat Kebiasaan dan Gizi
Pasien makan tiga kali sehari dengan nasi dan lauk berupa tempe,
tahu, sayur, sesekali daging dan buah. Selama sakit porsi makan pasien
berkurang.
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat olahraga : jarang
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien dirawat di RSUD Dr. Moewardi dengan menggunakan fasilitas
BPJS.
II. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1. Keadaan Umum
Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan baik
![Page 4: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/4.jpg)
2. Tanda vital
Tensi : 140/90
Nadi : 80 x/ menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC per aksiler
3. Kulit
Pucat (-), ikterik (-)
4. Kepala
Mesocephal, simetris, jejas (-)
5. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya langsung
(+/+), isokor 3mm/3mm, sekret (-/-)
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
7. Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
8. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-)
9. Leher
JVP tidak meningkat, KGB tidak membesar
10. Thorax
Retraksi (-)
11. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi: BJ I–II intensitas normal, regular, bising (-)
12. Pulmo
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
![Page 5: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/5.jpg)
Auskultasi : SDV (+/+), nafas tambahan (-/-)
13. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding
dada
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani seluruh lapang perut
Palpasi : Supel, NT (-), hepar lien tidak teraba
14. Ekstremitas :
Extr.supor
dextra
Extr.supor
sinistra
Extr.infor
dextra
Extr.infor
sinistra
Oedem - - - -
Pucat - - - -
Akral
dingin
- - - -
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Lab Darah (06 Juni 2014)
06/06/2014 Rujukan Normal
Hb 9,3 g/dl 12-15,6 g/dl
Hct 26% 33-45%
AL 8,6 ribu/ul 4,5-11 ribu/ul
AT 161 ribu/ul 150-450 ribu/ul
AE 3,00 juta/ul 4,1-5,1 juta/ul
Ur 100 mg/dl <50 mg/dl
Cr 4,5 mg/dl 0,6-1,1mg/dl
Na 134 mmol/L 136-145 mmol/L
K 3,1 mmol/L 3,3-5,1 mmol/L
Cl 107 mmol/L 98-106 mmol/L
Serologi Non-reactive Non-reactive
![Page 6: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/6.jpg)
Hepatitis
b. Elektroforesis Serum Protein
c. USG Abdomen
Kesimpulan: Chronic kidney disease grade II bilateral
Hepar/GB/Pankreas/lien/VU/Uterus tak tampak kelainan
d. Bone Survey tanpa Kontras
Kesimpulan : multiple lesi osteolitik dengan fraktur patologis pada
tulang. Terpasang eksterna fiksasi (gips) pada anthebrachii kanan dengan
fraktur pada 1/3 distalis radius kanan. Terpasang AMP pada caput
femoris kiri.
e. Thorax PA
Kesimpulan : multiple lesi litik os clavicula kanan kiri, scapula kanan
kiri, costae kanan kiri, corpus VC VII, VTH I. Erosi pada sisi lateral
costa IV posterior kanan
![Page 7: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/7.jpg)
IV. ASSESMENT
Klinis Multiple Myeloma dengan multiple fraktur, CKD stage V, Left Ventrikel
Hipertrofi, Hipertensi Stage I.
V. MASALAH
Masalah medis: klinis multiple myeloma dengan multiple fraktur, CKD
stage V, left ventrikel hipertrofi, hipertensi stage I.
Problem Rehabilitasi Medik
- Fisioterapi : pasien merasa nyeri pada bagian lutut
- Speech Terapi : tidak ada
- Okupasi Terapi: gangguan dalam melaksanakan aktivitas sehari-
hari (ADL)
- Sosiomedik : memerlukan bantuan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Edukasi terhadap keluarga.
- Ortesa-protesa : keterbatasan mobilisasi
- Psikologi : depresi akibat penyakit yang diderita pasien
VI. PENATALAKSANAAN
A. Terapi medikamentosa (Interna)
Diet ginjal 1700kkal rendah protein 40gr/hari, rendah garam 5gr/hari
IVFD D5% 16 tpm
IVFD eas pfrimer 1 fl/hari
Injeksi furosemid 20 mg/8 jam
Injeksi ketorolac 3gr/12 jam
Captopril tab 12,5 mg 3dd1
Asam folat 3 dd 1
CaCO3 3 dd 1
B. Rehabilitasi Medik
1. Fisioterapi : pemberian TENS pada bagian lutut
2. Sosiomedik : edukasi keluarga mangenai penyakit yang diderita
![Page 8: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/8.jpg)
pasien serta motivasi untuk membantu dan merawat
pasien
3. Ortesa-protesa : memfasilitasi ambulasi dengan alat bantu
(menunggu kondisi klinis pasien)
4. Speech Terapi : tidak dilaksanakan
5. Okupasi terapi : latihan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
(menunggu kondisi klinis pasien)
6. Psikologi :
a. Memberikan dukungan mental dan konseling pada pasien untuk
tidak menyerah dan putus asa dalam menghadapi penyakitnya.
b. Memberi motivasi pasien untuk konsisten melaksanakan
pengobatannya.
VII. IMPAIRMENT, DISABILITAS, dan HANDICAP
A. Impairment : klinis multiple myeloma dengan multiple fraktur
B. Disabilitas : keterbatasan aktivitas karena fraktur dan nyeri yang
dirasakan pasien
C. Handicap : keterbatasan sosialisasi dan interkasi dengan lingkungan
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia
Ad sanam : dubia
Ad fungsionam : dubia
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
![Page 9: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/9.jpg)
Keganasan sel plasma dikenal sebagai neoplasma monoklonal yang
berkembang dari lini sel B, terdiri dari multiple myeloma (MM),
makroglobulinemia Waldemstrom amiloidosis primer dan penyakit rantai
berat. Neoplasma monoklonal dikenal dengan banyak nama antara lain
adalah gamopatiamonoklonal, paraproteinemia, diskrasia sel plasma dan
disproteinemia. Penyakit ini biasanya disertai produksi imunoglobulin atau
fragmen-fragmennya dengan satu penanda idiopatik, yang ditentukan oleh
regio variabel identik dalam rantai ringan dan berat. Istilah paraprotein,
protein monoklonal atau komponen M, menunjukkan adanya komponen
yang eletrofoetik homogen ini dalam serum dan urin. Paraprotein dapat
merupakan imunoglobulin lengkap, biasanya tipe IgG atau Costa, jarang
juga tipe IgD atau IgE. Rantai ringan ini oleh ginjal dapat cepat dieksresi
dan karena ituterutama dapat ditunjukkan dalam urin (protein Bence
Jones).
B. DEFINISI
Multiple myeloma adalah keganasan sel B dari sel plasma
neoplastik yang memproduksi protein immunoglobulin monoklonal,
ditandai oleh ekspansi monoklonal dan akumulasi abnormal sel plasma di
dalam kompartemen sumsum tulang yang secara karakteristik ditandai
dengan plasmasitosis, produksi paraprotein, lesi tulang, hiperkalsemia,
kerentanan terhadap infeksi dan gangguan fungsi ginjal.
C. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
Multiple myeloma merupakan 1% dari semua keganasan dan 10%
dari tumor hematologik. Di Amerika Serikat, insiden multiple myeloma
sekitar 3 sampai 4 kasus dari 100.000 populasi per tahun, dan diperkirakan
terdapat 14.000 kasus baru tiap tahunnya. Insidennya ditemukan dua kali
lipat pada orang Afro Amerika dan pada pria. Umur pasien rata-rata 65
tahun, dan sekitar 3% pasien kurang dari 40 tahun.
![Page 10: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/10.jpg)
D. ETIOLOGI
Penyebab multiple myeloma belum jelas. Paparan radiasi, benzena,
dan pelarut organik lainnya, herbisida, dan insektisida mungkin memiliki
peran. Faktor genetik juga mungkin berperan pada orang-orang yang
rentan untuk terjadinya perubahan yang menghasilkan proliferasi sel
plasma yang memproduksi protein M seperti pada MGUS. Dalam sel
terjadi transformasi maligna tepat terjadinya belum jelas. Dapat
ditunjukkan sel limfosit B matur yang termasuk klon sel maligna di darah
dan sumsum tulang, yang dapat menjadi dewasa menjadi sel plasma.
Terjadinya onkogen yang paling penting diduga berlangsung dalam sel
pendahulu yang mulai dewasa ini atau bahkan mungkin dalam sel plasma
sendiri. Beragam perubahan kromosom telah ditemukan pada pasien
myeloma seperti delesi 13q14, delesi 17q13, dan predominan kelainan
pada 11q.
E. FAKTOR RISIKO
Tidak ada yang tahu penyebab pasti dari multiple myeloma.
Penelitian telah menunjukkan bahwa faktor-faktor risiko tertentu
meningkatkan kemungkinan bahwa seseorang bisa menderita penyakit ini.
Studi-studi telah menemukan faktor-faktor risiko sebagai berikut :
Usia di atas 65: Usia tua meningkatkan kesempatan terjadinya
multiple myeloma. Kebanyakan orang dengan myeloma didiagnosis
setelah usia 65. Penyakit ini jarang terjadi pada usia kurang dari 35.
Ras: Risiko multiple myeloma adalah tertinggi di antara Afrika
Amerika dan terendah di antara Asia Amerika. Alasan untuk
perbedaan antara kelompok ras tidak diketahui.
Pria: Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 11.200 pria dan 8.700
wanita yang didiagnosis dengan multiple myeloma. Tidak diketahui
mengapa lebih banyak orang yang didiagnosis dengan penyakit
tersebut.
![Page 11: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/11.jpg)
Riwayat MGUS: MGUS adalah kondisi dimana sel-sel plasma
abnormal membuat protein M. Biasanya, tidak ada gejala, dan tingkat
yang abnormal dari protein M ditemukan dengan tes darah.
Riwayat keluarga multiple myeloma: Studi telah menemukan bahwa
risiko terjadinya multiple myeloma lebih tinggi jika saudara dekatnya
mempunyai penyakit serupa.
F. PATOGENESIS
Pada MM terjadi kerusakan genetik dari perkembangan limfosit B
pada saat perubahan isotipe, sehingga terjadi perubahan bentuk sel plasma
normal menjadi sel MM yang ganas. Sel-sel ini berasal dari klonal
tunggal, bermultiplikasi dalam sumsum tulang dan mengerumuni sel-sel
normal sumsum tulang kemudian memproduksi sejumlah besar
immunoglobulin monoklonal (M). Sel-sel plasma ganas ini menstimulasi
osteoklast yang menyebabkan resorpsi dan menghambat osteoblas (yang
fungsinya membentuk tulang baru) dan menyebabkan lesi-lesi lisis tulang.
Lesi ini merupakan tanda khas MM dan hiperkalsemia diduga terjadi
karena peningkatan aktifitas osteoklas.
Patogenetik awal dalam perkembangan myeloma adalah
terbatasnya jumlah klonal sel plasma dan secara klinik dikenal dengan
Monoclonal Gammopathy Of Undetermined Significance (MGUS), yang
ditandai dengan level serum M protein < 3 gram/dl, klonal sel plasma
dalam sumsum tulang < 10% dan tidak ada kelainan sel B, tidak ada
kerusakan organ tapi mempunyai risiko 1% pertahun progresif menjadi
MM. MGUS bukan merupakan suatu keganasan tapi diperkirakan
merupakan prekursor untuk MM, berkembang sampai mencapai 20%
individu. Kategori kedua adalah asimtomatik atau Smoldering Multiple
Myeloma, dengan karakteristik protein M 3 gram/dl dan atau sel plasma
dalam sumsum tulang 10%. Rata-rata waktu untuk berkembang menjadi
MM yang simtomatik adalah 2 - 3 tahun.
![Page 12: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/12.jpg)
Peran lingkungan dalam sumsum tulang
Setelah terjadi perubahan kelas imunoglobulin, sel-sel myeloma
dari kelenjar limfe kembali ke sumsum tulang, terjadilah pertumbuhan,
sehingga tidak terjadi apoptosis sel myeloma.
Detruksi tulang
Perlekatan sel myeloma pada sel-sel stroma dalam sumsum tulang
akan menginduksi produk sitokin dan protein inflamasi, sebagian dikenal
sebagai osteoclast activating factors (OAFs) yang termasuk didalamnya
adalah interleukin (IL)-6, IL-1, tumor necrosis factor (TNF), IL-11,
macrophage in! ammatory protein-1 (MIP-1), hepatocyte growth factor
(HGF) dan parathyroid hormone-related peptide (PTHrP),12 jalur sitokin
ini bertanggungjawab baik pada stimulasi osteoklas dan hambatan
terhadap osteoblas.
Peran sitogenetik
Penelitian sitogenetik atau kromosom selama pembelahan sel,
mulai digunakan dalam pengobatan MM. Ketidakstabilan gen termasuk
translokasi imunoglobulin rantai berat yang berubah pada posisi 14q32
dan ekspresi berlebihan dari cyclin D diduga berperan dalam patogenetik
penyakit ini. Diketahui bahwa MM dibagi menjadi 2 grup berdasarkan
penyimpangan pola kromosom dan hamper 60% penderita mempunyai
karyotip hiperploid, yang sisanya diklasifikasikan sebagai non hiperploid
atau hipoploid. Penderita dengan MM hiperploid cenderung mempunyai
prognosis yang lebih baik. Penderita dengan translokasi t (14;16) dan t
(4:14) mempunyai prognosis buruk.1,13 Dengan peningkatan jumlah sel
myeloma yang sangat banyak pada stroma sel sumsum tulang, selsel MM
tersebut menyebabkan beberapa komplikasi antara lain infeksi, disfungsi
ginjal, kelainan dalam darah (seperti anemia, neutropenia,
trombositopenia), neuropati, atau gangguan multiorgan.
G. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang muncul antara lain :
![Page 13: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/13.jpg)
Produksi Ig monoclonal :
1. Sindroma hiperviskositas :
- Mata : penurunan penglihatan, perdarahan,eksudat
- Hemostasis: perdarahan
- Neurologi : sakit kepala, kesadaran berfluktuasi,
dizziness, vertigo, ataksia, neuropati, kejang, koma
- Fatigue, malaise, penurunan BB
- Tendensi trombotik: DVT, infark pulmonum
- Fungsi jantung menurun
2. Perdarahan: perdarahan gusi, tractus respiratorius, tractus
gastrointestinal.
Penurunan sekresi Ig poliklonal oleh sel plasma normal
- Demam
- infeksi berulang
Penurunan hematopoesis / penggusuran sumsum tulang
- Anemia
- Trombositopenia
- Bone marrow failure
Penyakit tulang osteolitik
- sakit tulang
- sakit kepala
- fraktur tulang
- osteoporosis
Hiperkalsemia
- poliuri, polidipsi
- dehidrasi
- uremia
- osteoporosis & lesi litik menyeluruh
Disfungsi renal
- Gagal ginjal
![Page 14: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/14.jpg)
Infiltrasi sel plasma ke organ
- Jaringan
- Syaraf
- Kulit
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Morfologi Darah Tepi dan Bone Marrow Aspiration
2. Elektroforesis protein serum
![Page 15: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/15.jpg)
I. KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis Mutiple Myeloma menurut kriteria Durie dan Salmon
ditegakkan bila memenuhi paling sedikit satu kriteria mayor dan satu
kriteria minor, atau 3 kriteria minor dimana harus meliputi kriteria minor
nomor 1 dan 2. Kriteria mayor meliputi :
1. Plasmasitoma pada biopsy jaringan
2. Plasmasitosis > 30% sel plasma pada sumsum tulang
![Page 16: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/16.jpg)
3. Monoclonal globulin spike pada elektroforesa protein (Ig G > 35% g/l,
Ig A >20 g/l, ekskresi light chain pada elektroforesa urin >1g/24 jam
tanpa ada amyloidosis).
Kriteria minor meliputi :
1. Plasmasitosis dalam sel plasma 10-30% dalam sumsum tulang
2. Terdapat monoclonal globulin spike , tetapi dengan kadar dibawah
yang tersebut diatas
3. Lytic bone lesions
4. Kadar normal Ig M <500 mg/l, Ig A <1 g/l, atau Ig G < 6 g/l
J. STADIUM
Stadium multiple myeloma menurut Durie dan Salmon dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Stadium I : bila kadar hemoglobin >10,5 g/dl, kadar kalsium serum
normal, struktur tulang normal pada pemeriksaan radiografi atau hanya
terdapat solitary bone plasmasitoma, kecepatan produksi M rendah,
komponen M rantai ringan pada pemeriksaan elektroforesa urin <4
g/24 jam.
2. Stadium II : bila tidak memenuhi kriteria stadium I maupun kriteria
stadium III.
3. Stadium III : bila memenuhi satu atau lebih kriteria sebagai berikut:
kadar hemoglobin < 8,5 g/dl, kalsium serum > 12 mg/dl, lytic bone
lesions hebat (skala 3), kecepatan produksi komponen M tinggi (Ig G >
70 g/l, Ig A > 50 g/l, komponen M rantai ringan pada pemeriksaan
elektroforesa urin > 12/24 jam).
Stadium di atas disubklasifikasikan menjadi kelompok A bila fungsi
ginjal relatif normal (kadar kreatinin serum < 2 mg/dl), kelompok B
bila fungsi ginjal sudah abnormal (kadar kreatinin serum >2 mg/dl).
K. PROGNOSIS
![Page 17: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/17.jpg)
Prognosis multiple myeloma menurut International Prognostic Index
dibagi menjadi dua parameter yakni: β-2 microglobulin dan albumin.
- Stage 1 : β-2 microglobulin < 3,5 mg/l, albumin ≥ 3,5 mg/ l
- Stage 2 : β-2 microglobulin < 3,5 mg/l, albumin < 3,5 mg/ l atau β-
2 microglobulin 3,5 – 5,5 mg/l
- Stage 3 : β-2 microglobulin > 5,5 mg/l
Risiko rendah : umur < 60 tahun, β-2 microglobulin < 3,5 mg/l, albumin >
3,5 mg/ dl
Risiko tinggi : β-2 microglobulin > 10 mg/l, albumin < 3,5 mg/ dl,
trombosit rendah
L. TATALAKSANA
Medikamentosa
1. Thalidomide
Pada MM masih tidak begitu jelas, diduga sebagai imunomodulator,
anti inß amasi dan anti angiogenik. Thalidomide ini mempengaruhi
baik langsung maupun tidak langsung dalam mencegah adhesi dan
proliferasi sel-sel myeloma, diduga menghambat angiogenesis dengan
cara mencegah pembentukan pembuluh darah kecil dengan
menghambat pelepasan faktor-faktor pertumbuhan (hepatic growth
factor, vascular endothelial growth factor, basic " broblast growth
factor) yang mana semuanya ini mempunyai peran penting dalam
angiogenesis dari sel-sel plasma. Pengaruh secara langsung
merangsang apoptosis atau kematian G1 selama siklus sel, yang
diaktifasi oleh sitotoxic T (CD8) dan NK sel dan menyebabkan
lisisnya sel plasma, menghambat interaksi sel ke sel dan menghambat
pelepasan IL-6 (yang merupakan factor pertumbuhan mayor yang
menyebabkan proliferasi dan kelangsungan hidup sel plasma).
2. Bortezomib
![Page 18: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/18.jpg)
Bortezomib adalah asam boronat dipeptida yang merupakan
penghambat spesifik dari proteasome 26S yang reversibel, yang
mempunyai aktiÞ tas sebagai antiproliferatif, proapoptotik (yang
berkaitan dengan aktifasi caspase-8/9 dan caspase-3), anti
angiogenik, anti tumor. Proteasome adalah kompleks enzim
ubiquitous yang berfungsi dalam degradasi protein (dikatalase oleh 3
enzim E1, E2, E3) dan berguna untuk regulasi siklus sel dan
menyebabkan proteolisis IkB (suatu inhibitor faktor nuclear kappa
beta yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup sel, merangsang
pertumbuhan, menghambat apoptosis).29,30 Pada penelitian terakhir
menyebutkan bortezomib mencegah aktiÞ tas dari caveolin-1 sel MM.
Caveolin -1 adalah suatu protein yang berfungsi dalam pergerakan sel
atau perpindahan sel MM dalam jaringan dan membutuhkan
posporilasi, dalam hal ini bortezomib menghambat posporilasi
caveolin-1 oleh Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) yang
merupakan sitokin proangiogenik dan traskripsi NF-kB sehingga
dengan demikian bortezomib menghambat migrasi sel-sel kanker
maupun angiogenesis tumor, menghambat nuclear factor kappa B
(NF-kB) yang berimplikasi terhadap resisten terapi.
3. Lenalidomide
Meskipun belum jelas, lenalidomide mempunyai efek antiangiogenik,
menghambat sekresi sitokin pro inflamasi dan meningkatkan sekresi
sitokin anti inflamasi dari sel-sel mononuklear darah tepi,
menghambat prolifersi sel, menghambat ekspresi cyclooxigenase-
2(COX-2),31,38 menyebabkan apoptosis dan menurunkan ikatan sel
myeloma degan sel-sel stroma dalam sumsum tulang, meningkatkan
efek sitotoksik melalui sel-sel Natural Killer (NK). Diduga
mekanisme kerja dari lenalidomide pada MM adalah sitotoksisitas
melalui apoptosis(A) menghambat adhesi molekul sel seperti
Intercellular Adhesion Molecule 1 (ICAM-1) dan Vascular Cell
![Page 19: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/19.jpg)
Adhesion Molecule 1 (VCAM-1) yang menurunkan signal
pertumbuhan dari sel-sel MM (B); menghambat signal pertumbuhan
untuk meningkatkan angiogenesis sumsum tulang seperti VEGF,
TNF-α, dan IL-6. Menstimulasi sel T helper yang meningkatkan
produksi
IL-2 dan IFN-γ dan dengan demikian memperbaiki aktifasi sel NK
dan sel NK yang tergantung pada sitotoksisitas. Lenalidomide ini
mempunyai potensi 50.000 kali dibandingkan thalidomide dalam hal
menghambat TNF-α dan efek samping yang ditimbulkan lebih rendah.
Beberapa penelitian menunjukan lenalidomide yang dikombinasi
dengan dexamethason pada penderita yang relaps atau refrakter lebih
superior dibandingkan pengobatan lama yang hanya menggunakan
Dexametason.
4. Imunoterapi
Imunoterapi adalah pengobatan tumor secara biologis, termasuk
pengobatan penggunaan antibodi tubuh dan obat-obatan, imunoterapi
dilakukan dengan cara merangsang sistem kekebalan tubuh pasien
sendiri untuk melawan kanker. Salah satu cara adalah memberi
sejumlah antibodi secara langsung pada pasien, seperti interferon dan
interleukin-2 dan seterusnya.
- interferon: α-interferon dapat benar-benar meningkatkan
tingkat keberhasilan kemoterapi, dan memperpanjang
kelangsungan hidup pasien sehingga bebas penyakit.
- interleukin-2: terutama digunakan untuk menghilangkan
tumor yang masih tersisa
5. Kemoterapi
Usia < 60 tahun - Vincristine, Adryamicin, Dexamethasone
Usia > 60 tahun - Melphalan dan Prednisone
6. Transplantasi sumsum tulang
![Page 20: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/20.jpg)
Fisioterapi
TENS
Definisi
TENS adalah suatu rangsangan listrik yang digunakan sebagai
pengobatan untuk mengurangi nyeri. TENS merupakan terapi paliatif
pada penderita kanker.
Mekanisme kerja TENS
1. Teori gate control dari Melzack & Wall
TENS diperkirakan mengaktifkan secara khusus serabut perifer A
beta pada daerah tanduk dorsal sehingga memodulasi serabut A
delta dan C yang menghantar rasa nyeri.
2. TENS mengurangi nyeri dengan melepaskan opioid endogen pada
system saraf pusat.
3. Efek TENS mengurangi nyeri melalui system neurotransmitter lain
yaitu perubahan serotonin dan substansia P.
Indikasi TENS
1. Nyeri akut
TENS telah digunakan secara efektif untuk pengobatan berbagai
cedera olahraga seperti cedera bahu. Juga efektif untuk nyeri tulang
belakang, nyeri akut skeletal, tendinitis akut, nyeri dental, dan nyeri
pattelofemoral.
2. Nyeri kronis
Beberapa kondisi klinik seperti nyeri punggung bawah, rheumatoid
arthritis, penyakit sendi degenerative, neuropati perifer, cedera saraf
perifer, kanker, migraine, dan neuralgia pasca herpetika.
3. Nyeri pasca operasi
4. Vasodilatasi perifer dan meningkatkan temperature kuit pada
penyakit Ratnaud’s dan poineuropati diabetika, penyembuhan luka,
menggunakan TENS frekuensi rendah.
![Page 21: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/21.jpg)
Ha l yang perlu diperhatikan selama pemakaian TENS
1. Hati-hati pada uterus wanita hami
2. Penderita yang memakai pacu jantung
3. Pada pemakaian TENS semakin menimbukan nyeri
4. Jangan meletakkan elektroda di area arteri carotis
5. Penderita dengan hilangnya sebagian besar sensasi kulit
6. Kulit yang luka, infeksi, radang pada lokasi penempatan TENS.
7. Daerah pharingeal
Komp likasi TENS
1. Reaksi kemerahan pada kulit
2. Kulit terbakar
![Page 22: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/22.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Berenson JM, Vescio RA (2009). Pathogenesis of multiple myeloma. Available from: http:// highwire.stanford.edu.
Boccadoro M, Morgan G (2005). Preclinical evaluation of the proteasome inhibitor bortezomib in cancer therapy. Cancer Cell International;5:18.
Bosman C, Fusili S, Bisceglia M (1996). Oncocytic Non secretory Multiple Myeloma. Acta Haematol; 96: 50-56
Dispenzieri A, Lacy MQ, Greipp PR. Multiple myeloma. In: Greer JP, Foerster J, Rodgers GM, Paraskevas F, Glader B, Arber DA, et al. (2009). Wintrobe’s clinical hematology 12th ed. Vol 2. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; p.2372-438.
Foerster J, Paraskevas F: Multiple Myeloma. In: Wintrobe’s Clinical Haematology 10th ed, lee GC, Foerster J, lukens J eds (1999). William & Wilkins 2631-2680
George E, Sadovsky R (1999). Multiple myeloma: recognition and management. American Family Physician: 59:7.
Lee KW, Bellis DD (2009).Therapeutic considerations in managing multiple myeloma. Formulary
Litcman MA, Beuter E, Seligshon U. Malignant diseases plasma cell myeloma. In: Lichtman MA, Beutler E, Kipps TJ. Williams, editors (2005). Hematology. 7th ed. New York: McGraw-Hill"s Medical Publishing Division; p.100.
Multiple Myeloma (2009). National Cancer Institute US.
Oestreicher P (2007). Lenalidomide, a thalidomide derivative, shows promise in various application. ONS Connect.
Osborn M, Horvath N, Bik TL (2009). New drugs for multiple myeloma. Australian Prescriber;32:4.
![Page 23: Preskas](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033104/563dba12550346aa9aa2710f/html5/thumbnails/23.jpg)
Paliyama MJ (2004). Perbandingan Efek Terapi Arus Interfensi dengan TENS dalam Pengurangan Nyeri pada Penderita Nyeri Punggung Bawah Muskuloskeletal. FK UNDIP
Rao KV (2007). Lenalidomide in treatment of multiple myeloma. Medscape.
Siger CRJ (2003). Multiple myeloma and related condition. In: Provan D, editor. ABC of clinical hematology. 2nd ed. New York: BMJ publisher; p.37-42.
Terpos E, Rahemtulla A Myeloma. In: Hoffbrand AV, Catovsky D, Tuddenham EGD, editors (2005). Postgraduate haematology. 5th ed. Massachusetts: Blackwell publishing Ltd; p. 681-702.
Tricot G. Multiple myeloma and other plasma cell disorders. Meloni D, Kimberley JC, editors (2005). Hoffman: hematology basic principles and practice. 4th ed. Philadelpia: Churcill Livingstone; .p.83.