PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

25
Klimatologi Hutan Pertemuan 9 PRESIPITASI - HUJAN -

Transcript of PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

Page 1: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

Klimatologi

Hutan

Pertemuan 9

PRESIPITASI - HUJAN -

Page 2: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

Presipitasi (endapan)

PRESIPITASI

Semua deposit air dengan bentuk cair (hujan) atau

bentuk air padat (salju) yang jatuh dari atmosfer ke

permukaan tanah

Hujan Ø < 7 mm Gerimis Ø < 0,5 mm Salju; suhu <0oC Es

Hujan adalah bentuk presipitasi yang sering dijumpai di bumi dan di Indonesia yang

dimaksud dengan presipitasi adalah curah hujan (Rainfall).

Page 3: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9
Page 4: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

Faktor utama yg mendukung adanya presipitasi

PRESIPITASI

Massa udara lembab

Inti kondensasi

Proses naiknya massa udara lembab hingga terjadi kondensasi

Page 5: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

PROSES PEMBENTUKAN

HUJAN

Page 6: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

Berlaku pada awan hangat suhu > 0oC

Butir air yang besar memiliki

kecepatan jatuh yang lebih cepat

dibanding butir air yang lebih kecil

Butir air besar yang jatuh kemudian

terjadi tumbukan dan penggabungan

dengan butir air yang ada di

sepanjang lintasan

Butir air semakin besar dan dapat

melawan daya angkat udara, maka

terjadilah hujan

1. TEORI TUMBUKAN DAN

PENGGABUNGAN

Collision – coalescence process

Page 7: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

Pertumbuhan butir hujan

pada awan dingin bersuhu

<0oC, supercooled water dan

kristal es

Butir menguap dan terjadi

desposisi dari butir air ke

kristal es. Kristal es menarik

butir-butir air yang kecil

(menjadi inti kondensasi)

Kristal es tumbuh lebih

besar, jatuh melawan daya

angkat udara, mencair

menjadi butir air

2. TEORI BERGERON-FINDEISEN

Page 8: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

Hujan terjadi ketika udara berada di wilayah tidak stabil

sehingga terjadi pengangkatan massa udara.

1. Hujan Orografis (Gerak Orografik)

2. Hujan Konvektif (Gerak Konveksi)

3. Hujan Frontal (Gerak Front)

4. Hujan Siklon (Gerak konvergen)

TIPE HUJAN

Page 9: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

Gerakan udara yang dipaksa naik karena halangan topografi

HUJAN OROGRAFIS

Page 10: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

Gerakan massa udara yang naik karena mekanisme

pengangkatan udara hangat dan lembab yang disebabkan

pemanasan permukaan bumi

HUJAN KONVEKTIF

Page 11: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

Gerakan massa udara yang naik karena konvergensi dari

massa udara hangat lembab bertemu dengan massa udara

dingin kering, bidang frontal

HUJAN FRONTAL

Page 12: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

Gerakan massa udara yang naik karena mekanisme gerakan

massa udara secara horizontal yang berasosiasi dengan

sistem pusat tekanan rendah

HUJAN SIKLON

Page 13: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

Curah hujan (CH) : tinggi air hujan (mm, inch) yang

diterima permukaan sebelum mengalami aliran

permukaan, evaporasi dan infiltrasi.

Hari hujan (HH) : periode sehari semalam dengan curah

hujan minimal 0,5 mm

Hari Hujan Tanaman : suatu hari dg CH ≥ 2,5 mm, ini

dapat membasahi tanah & dapat tersedia bagi tanaman

Intensitas hujan (IH) : jumlah curah hujan dibagi selang

waktu terjadinya hujan

Alat pengukur curah hujan: ombrometer

Isohyet: garis yang menghubungkan tempat-tempat

dengan curah hujan sama

PENGERTIAN HUJAN

Page 14: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

INTENSITAS HUJAN

Curah hujan rendah

0-25 mm/hari

Curah hujan sedang

26-50 mm/hari

Curah hujan tinggi

51-100 mm/hari

Curah hujan ekstrim 100 mm/hari

Page 15: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

Awal musim hujan

2 dasarian berturut-turut CH > 50 mm

Musim hujan mulai pada dasarian

pertama CH terukur > 50 mm

Awal musim kemarau

2 dasarian berturut-turut CH < 50 mm

Musim kemarau mulai pada dasarian pertama CH terukur

< 50 mm

AWAL MUSIM

Dasarian : rentang waktu 10 hari

Page 16: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

DATA HUJAN

•Tinggi hujan per satuan waktu (hari, bulan. Tahun)

•124 mm/hari; 462 mm/bulan; 2158 mm/tahun

Curah hujan

• Lama terjadinya hujan

• 12 menit; 2 jam pada satu kejadian hujan

Durasi hujan

•Banyaknya hujan yang jatuh dalam periode tertentu

•44 mm/jam Intensitas hujan

• Peluang terjadinya hujan atau dilampauinya suatu CH tertentu

• CH 100 mm/hari terjadi dalam 20 tahun Frekuensi hujan

Page 17: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

Variasi yang besar

Periode pengamatan yang panjang

Satu alat mewakili luasan tertentu

(tipe topgrafi dan sifat hujan)

Data harian diakumulasi

menjadi data mingguan, bulanan, tahuan, dekade

SIFAT DATA HUJAN

Sifat data

diskontinyu

Page 18: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

KERAPATAN JARINGAN STASIUN HUJAN

Semakin homogen suatu wilayah, alat bisa mewakili wilayah semakin luas

Page 19: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

TIPE ALAT UKUR

1. Manual

Ombrometer manual

2. Otomatis 3. Remote sensing

Satelit

Page 20: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

1. Rataan aritmatik

CH bulanan diperoleh dengan menjumlahkan nilai curah hujan tiap

stasiun pada suatu wilayah kemudian dibagi jumlah stasiun

ANALISIS DATA CURAH HUJAN

Page 21: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

2. Metode Isohayet

ANALISIS DATA CURAH HUJAN

Page 22: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

3. Metode Poligon Thiessen

ANALISIS DATA CURAH HUJAN

Page 23: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

POLA HUJAN DI INDONESIA

Page 24: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

Lintang 30o LU – 30oLS Zona 1 : dekat equator, zona pertemuan

angin pasat timur laut dan tenggara. Hampir sepanjang tahun menerima hujan

Zona 2 : Lintang 5o – 20o LU dan LS, CH bersifat musiman, jumlah CH < zona 1

Zona 3 : CH rendah

Zona 4 : CH sedikit

Lintang 30o – 40o LU/LS Zona 5 dan 6: di antara zona

konvergensi lintang menengah dan zona angin baratan antisiklon subtropis. Hujan sangat sedikit di musim panas, cukup banyak di musim dingin

Lintang di atas 40o LU/LS Zona 7: CH pada semua musim tetapi

lebih banyak pada musim panas

Zona 8: CH jarang sepanjang musim. CH maksimum terjadi pada bulan terpanas karena uap air lebih banyak.

POLA CURAH HUJAN

Page 25: PRESIPITASI Klimatologi Hutan HUJAN - Pertemuan 9

TERIMA KASIH