Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

159

Click here to load reader

description

Skripsi

Transcript of Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

Page 1: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

1

MIRAWATI

PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT

TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH

Penerbit:

LSIP (Lembaga Studi Islam Progresif)

2011

Page 2: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

2

PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP

PEMBIAYAAN MURABAHAH

MIRAWATI

Editor : Ahmad Rodoni, Khamami Azda

Desain Cover : Saifuddin

Lay out : Muhammad Mulyadi

Penerbit:

LSIP (Lembaga Studi Islam Progresif)

Jl. Alam Indah Villa Inti Persada Blok C6/ No: 36

Pamulang, Tangerang Selatan

Telp/Fax : 021-7497810

ISBN : 978-979-998535-9-2

Cetakan I, Agustus 2011

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan

Mirawati

Persepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah /

Mirawati

Jakarta : LSIP, 2011

202 hlm, 16 X 24 cm

ISBN : 978-979-98535-9-2

I. Judul II. Mirawati

Page 3: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

3

KATA PENGANTAR

Alhamdulilla>h, berkat rahmat dan karunia Allah Swt. penulis

dapat menyelesaikan buku yang berjudul Persepsi dan perilaku

Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah. Shalawat dan salam

senantiasa dicurahkan kehadirat Nabi Muhammad Saw., beserta

keluarganya, para sahabat, serta pengikut jejak risalahnya hingga akhir

zaman. Amin.

Setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya

buku ini dapat selesai dengan segala kekurangannya dan kelebihannya,

buku ini berasal dari tesis yang dipertahankan dalam sidang ujian

promosi magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada hati kamis, 11 Agustus 2011.

Buku ini merupakan sebuah kajian studi lapangan untuk melihat

faktor-faktor persepsi dan perilaku masyarakat dalam memilih

pembiayaan murabahah di Bank Muamalat cabang Pekanbaru. Setelah

itu dianalisis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode

analisis deskriptif. Buku ini juga diperkaya oleh teori dari disiplin ilmu

ekonomi Islam terutama yang menyangkut pada pembiayaan murabahah.

Seraya memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. dengan

penuh ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada berbagai pihak yang

berkenan membantu, membimbing, memberi kemudahan dalam

penyelesaian buku ini.

Kepada Prof. Dr. Ahmad Rodoni, yang telah membimbing dalam

penulisan buku ini. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA, selaku Rektor

Universitas Islam egeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan., Prof. Dr.

Azyumardi Azra, M.A, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Beserta para para

pengelola program, Prof. Dr. Suwito, Prof. Amany Burhanuddin Lubis,

MA, Dr. Fuad Jabali, MA, dan Dr. Yusuf Rahman, MA.tidak lupa juga

kepada Prof. Dr Abdul Hamid dan Dr. Hasanudin atas segala bimbingan,

dorongan, dan arahan yang mencerahkan. Semoga Allah Swt., membalas

jasa baik beliau semua dengan sebaik-baik balasan.

Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Asri dan Ibunda Asni yang tidak

pernah kenal lelah dan letih mendo‟akan dalam setiap sujud, serta

membesarkan dan mendidik dengan penuh kasih sayang, membimbing

dan memfasilitasi dalam banyak hal demi meraih cita-cita dan mencari

Page 4: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

4

jati diri yang hakiki menuju ridha-Nya. Semoga Allah Swt.,

melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya, dan semoga penulis dapat

membalas jasa-jasa keduanya yang tak ternilai.

Akhirnya, seraya mengharap ridha dan karunia Allah Swt.,

penulis persembahkan karya ini kepada mereka yang memiliki perhatian

pada kajian keislaman, disertai harapan semoga kehadiran karya kecil ini

bermanfaat dalam memperkaya wacana intelektual, khususnya bagi

pengembangan kajian Ekonomi Islam. Dengan segala kerendahan hati,

penulis memohon doa dan restu semuanya, agar ilmu yang telah

diperoleh menjadi ilmu yang bermanfaat dan memberi berkah bagi

kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.

Amin.

Jakarta, Agustus 2011

P e n u l i s,

Page 5: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

5

PENGANTAR PENERBIT

Pembiayaan Murabahah di Perbankan Syariah telah menjadi trend dalam

pergulatan ekonomi syariah. Tumbuhnya Bank-bank Syariah di

Indonesia yang semakin marak telah menjadikan wacana dan praktik

ekonomi syariah semakin berkembang. Jika dulu, pembiayaan keuangan

dimonopoli oleh Perbankan Konvensional, maka sekarang ini Perbankan

Syariah telah mampu menyerap pembiayaan.

Buku “Persepsi dan Perilaku Masyarakat terhadap Pembiayaan

Murabahah” yang ditulis oleh Mirawati ini membuktikan bahwa faktor

utama yang mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap pembiayaan

murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru, yaitu faktor

sosial ekonomi dan psikologi.

Pemenuhan faktor-faktor ini akan dapat mengakselerasikan tingkat

pertumbuhan nasabah pembiayaan, tidak hanya dari nasabah yang

syraiah loyalist, akan tetapi juga dari kalangan rasionalis, dan mereka

yang tidak terlalu mempermasalahkan hukum bunga bank sama dengan

riba dari sudut pandang agama maupn kalangan non-Muslim. Sehingga

bank syariah tidak hanya menjadi sebuah bank alternatif, tetapi bisa

memposisikan dirinya menjadi sebuah bank yang profitable serta sejajar

nilai jualnya dengan bank konvensional.

Pamulang Timur, Agustus 2011

Page 6: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

6

PEDOMAN TRANSLITERASI DAN TRANSLASI

A. Huruf Konsonan

q = ق z = ز ' = أ

k = ك s = س b = ب

l = ل sh = ش t = ت

m = م {s = ص th = ث

n = ن }d = ض j = ج

w = و {t = ط }h = ح

h = ه {z = ظ kh = خ

` = ء „ = ع d = د

y = ي gh = غ dh = ذ

f = ف r = ر

B. Huruf Vokal

Vokal Tunggal: a = ´ ; i = ِ ; u = ُ

Vokal Panjang: a< = ا ; i> = ي ; ū = و

Vokal Rangkap: ay = ا ي ; aw = ا و

C. Translasi

- Kecuali terjemahan al-Qur‟an dan kecuali dinyatakan sebaliknya,

seluruh terjemahan dalam tesis ini adalah milik penulis.

- Untuk terjemahan al-Qur‟an penulis mengitip Mushaf al-Qur‟an

Terjemahan, Departemen Agama RI, edisi 2006, dengan beberapa

penyesuaian.

D. Singkatan

tp : tanpa penerbit

Page 7: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

7

t.th : tanpa tahun terbit

Page 8: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

8

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ................................................................... v

SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... vi

SURAT PERSETUJUAN TIM PENGUJI ..................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................ viii

TRANSLITERASI DAN TRANSLASI .......................................... x

DAFTAR ISI ....................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Permasalahan ............................................................................ 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan .......................................... 7

E. Metodologi Penelitian .............................................................. 11

F. Defenisi Konsepsional .............................................................. 16

G. Sistematika Penulisan .............................................................. 17

BAB II WAWASAN PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT

TERHADAP BANK SYARIAH

A. Wawasan tentang Persepsi ..................................................... 19

B. Wawasan tentang Perilaku ...................................................... 24

C. Wawasan tentang Bank Syariah ............................................. 28

D. Persepsi dan {Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah .... 37

BAB III WAJAH PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK

SYARIAH A. Pembiayaan Murabahah ......................................................... 56

B. Tahapan Praktek Murabahah .................................................. 65

C. Kesalahan Persepsi Tentang Murabahha ................................ 75

D. Ketentuan Umum Murabahah ................................................. 76

E. Penyelesaian Sengketa yang Terjadi ........................................ 77

BAB IV EVALUASI PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT

TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH A. Karakteristik Responden Secara Keseluruhan ....................... 82

Page 9: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

9

B. Persepsi Masyarakat terhadap Pembiayaan Muarabahah ......... 87

C. Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah ........ 106

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 131

B. Saran-saran dan Rekomendasi ................................................. 132

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 133

INDEKS ............................................................................................. 141

GLOSARI ........................................................................................... 144 LAMPIRAN

BIOGRAFI

Page 10: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

10

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Proses Pembentukan Persepsi ........................................ 21

Gambar 2.1: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ................ 23

Gambar 2.3: Faktor-Faktor Yg Mempengaruhi Perilaku Konsumen . 27

Gambar 3.1: Skema Pembiayaan Murabahah ..................................... 67

Page 11: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

11

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ………………………… 13

Tabel 2.1 Dasar Prisip Produk Perbankan Syariah dalam Praktek .. 34

Page 12: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dasawarsa ini sistem ekonomi dan keuangan Islam mulai

memperlihatkan eksistensinya sebagai alternatif baru dari sistem

ekonomi sosialisme yang dianggap telah berakhir seiring runtuhnya

Negara Uni Sovyet, dan juga sistem kapitalisme yang kerap melahirkan

krisis financial dan moneter yang menyengsarakan umat manusia.

Banyak kalangan yang memiliki optimisme bahwa sistem ekonomi islam

akan terus tumbuh berkembang dan semakin lebih baik pada masa-masa

mendatang. Keadilan, kesejahteraan, dan kedamaian merupakan tujuan

mulia yang ingin diraih oleh sistem ekonomi islam saat ini1.

Sekarang ini merupakan saat yang menentukan bagi umat islam

dapatkah umat Islam mempergunakan sistem ekonomi dunia dengan

suatu yang dapat dikatakan sebagai kekuatan baru meski sampai saat ini

juga kondisi ekonomi dan politiknya masih dipengaruhi oleh Negara-

negara maju, sebagian besar masih dibawah garis kemiskinan bahkan

terpuruk sebagai produksi Negara-negara maju sabagai dampak kultural,

politis dan ideologis.

Adanya bank syariah di Indonesia dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan lapisan masyarakat yang meyakini bahwa system operasional

perbankan konvensional tidak sesuai dengan nilai-nilai islam. Sistem

Islam menggunakan sistem bagi hasil(profit and loss sharing)2 dan

melarang adanya fixed return ( penetapan keuntungan yang pasti diawal

aqad), sebagaimana sistem yang berjalan pada bank konvensional dengan

sistem bunga yang diberlakukan pada sistem perbankan konvensional

adalah tergolong riba, yang diiringi fatwa haram atas bunga oleh MUI

tahun 20043.

1 Mohamad Hidayat, An Intoduction to the Sharia Economic (Jakarta: Zikrul

Hakim, 2010), xi

2 Lihat, pada Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis fiqh dan Keuangan,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2009). 3 Dewan Syariah Nasional (DSN) - MUI, Himpunan Fatwa Devvan Syariah

Nasional, (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 2006).

Page 13: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

13

Sistem bunga merupakan titik perbedaan mendasar antara bank

syariah dengan bank konvensional. Kehadiran sebuah bank syariah

dalam percaturan dunia modern yang mengglobal, diharapkan mampu

menjadi sebuah perwujudan dan peruhaan terhadap sistem bunga bank

konvensional yang dapat melahirkan pemerasan secara tidak langsung

terlindungi oleh hukum positif yang ada. Situasi dan kondisi umat islam

dewasa ini pada umumnya dan di Indonesia khususnya, tidak mungkin

melepaskan diri dari perbankan konvensional dengan sistem bunganya.

Karena itu suatu hal yang logis apabila para sarjana muslim atau para

ulama menganggap situasi dan kondisi pada saat itu sebagai keadaan

darurat. Kehadiran bank syariah, menjadi suatu keniscayaan dan sebagai

alternative yang sangat positif.

Dibukanya bank syariah ditengah masyarakat Pekanbaru

disambut sangat gembira karena hal ini adalah moment yang sangat

ditunggu-tunggu sejak dikeluarkannya fatwa haramnya bunga bank oleh

MUI. Dilihat dari latar belakang masyarakat Pekanbaru adalah pusat kota

budaya melayu, dimana melayu di identikkan dengan islam.

Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang populer di

masyarakat Pekanbaru, hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan

jumlah masyarakat yang menggunakan pembiayaan murabahah di Bank

Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru setiap tahunnya secara signifikan

dari pada produk pembiayaan lainnya yang ditawarkan oleh pihak bank4.

Dalam pembiayaan murabahah di perbankan syariah penjual

(pihak bank) harus memberitahu harga pokok yang ia beli dan

menentukan suatu tingkatan keuntungan sebagai tambahan5. Pembiayaan

murabahah menurut Adiwarman A.Karim adalah akad jual beli barang

dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan(margin) yang

disepakati oleh penjual dan pembeli6. Sampai saat ini pendapatan umum

masyarakat tentang pembiayaan mura>bah}ah adalah sama dengan

pembiayaan sistem bunga pada perbankan konvensional.

Hal ini disebabkan karena dalam praktek pembiayaan

mura>bah}ah terjadi perubahan-perubahan yang mencontoh kepada

4 PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Pembiayaan murabahah di Pekanbaru.

5 Frank F Vogel dan Samuel Hayes, Islamic Law and Finance, Risk and Return

(London: Kluwer Law International, 2009), 140. 6 Adiwarman A.Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, 113.

Page 14: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

14

kemiripan praktek dalam pembiayaan di perbankan konvensional.

Masyarakatpun cenderung mengeluhkan tingkat pembiayaan murabahah

yang relative mahal.

Bahasan pembiayaan murabahah pada bank syariah diambil

karena hal ini didasari pada laporan awal tahun 2009 dominasi jenis

pembiayaan murabahah pada bank syariah mencapai 58,73% yang

menunjukkan bahwa bank dan masyarakat lebih nyaman terhadap jenis

pembiayaan ini dibandingkan dengan jenis pembiayaan lain seperti

mudharabah atau musyarakah7. Dan pembiayaan sistem bunga di bank

konvensional masih diminati oleh masyarakat dikarenakan persyaratan

yang tidak berbelit-belit yang dapat dengan mudah dan cepat

mendapatkan pembiayaan tersebut. Dengan dua fenomena ini penulis

ingin melihat seperti apa sebenarnya persepsi dan tingkah laku

masyarakat sebagai nasabah dalam pembiayaan di perbankan ini.

Di Pekanbaru perkembangan ekonomi Islam ditandai dengan

beroperasinya Bank Muammalat Indonesia pada tahun 1999, dengan

dikeluarkannya UU no.7 tahun 1992 tentang perbankan syariah.

Perkembangan perbankan syariah di Pekanbaru tidak terlepas dari sistem

perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah

sebagaimana diatur dalam Undang - undang No. 10 tahun 1998,

disebutkan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dukungan

terhadap pengembangan perbankan syariah juga diperlihatkan dengan

adanya “dual banking system”, dimana bank konvensional diperkenankan

untuk membuka unit usaha syariah. Peran bank syariah dalam memacu

pertumbuhan perekonomian daerah semakin strategis walaupun disadari

bahwa pemahaman dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang produk

dan system perbankan syariah di Indonesia masih sangat terbatas.

Hal ini di dukung oleh data yang dipublikasikan oleh Bank

Indonesia, tahun 2009 perbankan syariah hanya memiliki 2,46% dari

7 Biro Perbankan Syariah Tim Pengembangan Syariah IBI 2009, “Annual

Report 2008: PT. Bank Muamalat Indonesia, bandingkan dengna laporan Bank

Indonesia statistic perbankan syariah tahun 2008.” Laporan tahun 2009

Page 15: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

15

total pangsa pasar perbankan secara nasional8. Meskipun mayoritas

penduduk Indonesia adalah kaum muslim.

Dalam konteks ini, pangsa pasar (maket share) bank syariah dapat

dibagi ke dalam tiga segmen, yaitu: pertama, masyarakat yang secara

absolute menolak bunga bank sehingga tidak memanfaatkan jasa bank

konvensional atau disebut syariah loyalist. Kedua, masyarakat yang

memanfaatkan jasa bank syariah dan bank konvensional (floating

market). Sedangkan ketiga adalah masyarakat yang hanya menggunakan

jasa bank konvensional disebut juga sebagai conventional loyalist. Dari

ketiga segmen pasar ini, yang memiliki potensi terbesar justru yang

berasal dari pasar mengambang(floating market), yaitu diperkirakan

sebesar Rp 720 triliun, dibandingkan dengan pasar conventional loyalist

yang hanya sebesar Rp 240 triliun dan pasar syariah loyalist yang

berpotensi sebesar Rp 10 triliun9.

Sesuai dengan namanya, segmen floating market ini

mencerminkan segmen yang memiliki perilaku yang dapat bergerak ke

posisi memilih produk-produk bank konvensional atau produk-produk

bank syariah. Mayoritas dari segmen ini berasal dari kalangan menengah

keatas. Mereka cenderung melihat dari segi pelayanan yang memuaskan

serta keuntungan yang didapat dalam memilih dan memanfaatkan jasa

suatu bank. Dengan kata lain segmen floating market merupakan

nasabah atau calon nasabah yang memiliki perilaku rasional. Dari sinilah,

pihak perbankan syariah dituntut untuk merumuskan strategi yang tepat

dengan memahami perilaku pasar yang potensial tersebut, tentunya

dengan tanpa mengurangi perhatian terhadap pasar conventional loyalist

dan syariah loyalist.

Pengembangan produk syariah berjalan lambat dan belum

berkembang sebagaimana halnya bank konvensional. Upaya

pengembangan bank syariah tidak cukup hanya berlandaskan kepada

aspek-aspek legal dan peraturan perundang-undangan tetapi juga harus

8 Indonesian Commercial Newsletter, “Laporan Market Intelligence

Perkembangan Sistim Bank Syariah di Indonesia” Monthly Report, (2009),

http://www.datacon.co.id/BankSyariah1.html 9 Potensi ini berdasarkan riset yang dilakukan oleh Karim Business Consulting

pada awal tahun 2004. Lihat Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah

Marketing, cet, ke-2 (Bandung: Mizan, 2006), 167.

Page 16: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

16

berorientasi kepada pasar atau masyarakat sebagai pengguna jasa

(konsumen) lembaga perbankan. Keberadaan bank (konvensional dan

syariah) secara umum memiliki fungsi strategis sebagai lembaga

intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, namun

karakteristik dari kedua tipe bank (konvensional dan syariah) dapat

mempengaruhi perilaku calon nasabah dalam menentukan preferensi

mereka terhadap pemilihan antara kedua tipe bank tersebut. Lebih lanjut,

perilaku nasabah terhadap produk perbankan (bank konvensional dan

bank syariah) dapat dipengaruhi oleh sikap dan persepsi masyarakat

terhadap karakteristik perbankan itu sendiri. Dengan memahami

preferensi masyarakat terhadap bank-bank tersebut, maka bank (syariah

atau konvensional) memiliki peluang yang kuat untuk mendisain produk

yang ditawarkan agar lebih bersifat market driven10

.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Persepsi dan perilaku masyarakat dalam menggunakan produk

pembiayaan suatu bank dapat dilihat dari floating market dan bisa

dijelaskan kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap

perbankan syariah khususnya dan aktifitas ekonomi secara syariah.

Umumnya terasa masih minim bahkan bisa digolongkan sangat rendah,

sehingga berimplikasi kepada animo untuk turut serta menjadi mitra bank

syariah, hal ini masih diwarnai dengan banyaknya pertanyaan, bahkan

sedikit dengan sinisme, keraguan dan kecurigaan terhadapnya.

2. Batasan Masalah

Pembahasan tesis ini terfokus dan tidak melebar maka

permasalahan yang dibahas dalam tesis ini adalah objek yang diteliti

yaitu persepsi dan prilaku masyarakat terhadap produk pembiayaan

murabahah pada Bank Muamalat Indonesia di Pekanbaru11

. Serta hal lain

10

Muliriwan, “Analisis Persepsi Masyarakat tentang produk perbankan

konvensional dan pengaruhnya terhadap pencapaian segmen pasar perbankan

syariah” 20 Agustus 2010

hppt://mul1rawan.wordpress.com/category/analisispersepsimasyarakattentangprodukper

bankan 11

Pembatasan dalam kajian ini dikarenakan pembiayaan murabahah banyak

ditawarkan oleh pihak bank kepada nasabah dan juga sangat diminati oleh nasabah

sehingga pembiayaan ini menempati rangking teratas dalam transaksi pembiayaan,

Page 17: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

17

yang mendukung, melengkapi serta mempertajam kajian yang akan

dibahas ini guna mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan yang telah

diuraikan diatas, maka masalah yang dikaji dalam tesis ini dapat

dirumuskan yaitu:

a. Apakah faktor pribadi, lingkungan serta obyek merupakan

faktor utama yang mempengaruhi persepsi masyarakat

terhadap pembiayaan murabahah di Bank Muamalat cabang

Pekanbaru?

b. Apakah faktor pribadi, sosial ekonomi serta psikologi

merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku

masyarakat terhadap pembiayaan murabahah di Bank

Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah:

a. Menganalisa faktor pribadi, lingkungan serta obyek yang paling

dominan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap

pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang

Pekanbaru.

b. Menganalisa faktor pribadi, sosial ekonomi serta psikologi yang

paling dominan mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap

pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang

Pekanbaru.

2. Manfaat Penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif

bagi akademisi dan praktisi perbankan syariah dalam

mensosialisasikan konsep perbankan syariah kepada masyarakat

luas.

b. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini adalah sebuah penelitian

terhadap perilaku konsumen terkait dengan nasabah perbankan,

namun disisi hukum pembiayaan murabahah yang dipraktekan oleh bank syariah tidak

semua ulama memperbolehkannya walupun sebagain besar memperbolehkannya.

Page 18: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

18

sehingga dapat menjadi acuan dalam mendisain sebuah

penelitian tentang karakteristik perilaku konsumen

terkait dengan lembaga perbankan syariah khususnya, untuk

mencapai target customer satisfaction.

c. Bagi pihak perbankan syariah berguna sebagai masukan tentang

persepsi dan perilaku masyarakat terhadap pembiayaan

murabahah di Pekanbaru sebagai pertimbangan dalam menyusun

langkah-langkah kebajikan dan merancang strategi pemasaran

mereka.

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Hasil penelitian terdahulu mendukung pendapat bahwa perilaku

konsumen sebagai nasabah perbankan sangat dipengaruhi oleh sikap dan

persepsi mereka. Hasil survey yang dilakukan Tim Penelitian dan

Pengembangan Bank Syariah12

, menunjukkan bahwa Persepsi bunga dari

sudut pandang agama dapat dibedakan menjadi tiga pendapat; (1)

bertentangan dengan ajaran agama, (2) tidak bertentangan dengan ajaran

agama, (3) tidak tahu/ragu-ragu. Survey di Jawa Barat menunjukkan

indikasi bahwa 62% responden menyatakan bertentangan dengan ajaran

agama, sementara 22% diantara responden menyatakan tidak

bertentangan dan sisanya (16%) menyatakan tidak tahu/ragu-ragu.

Hasil penelitian Bank Indonesia tahun 2001 di Sumatera Barat

menunjukkan bahwa 20% masyarakat menyatakan bunga itu haram, 39%

menyatakan tidak tahu/ ragu-ragu, dan sisanya 41% menyatakan bahwa

bunga itu tidak haram13

. Selanjutnya, penelitian Pusat Studi Ekonomi

Islam Dan Bisnis Brawijaya Malang di Jawa Timur mendukung bahwa

perbedaan penting dalam memilih bank terletak pada faktor kelompok

acuan, peran dan status, kepraktisan dalam menyimpan kekayaan, ukuran

produk, jaminan, dan periode pembayaran14

.

12

Budi S.Utomo, Menuju Era Ekonomi Berkeadilan dan Bebas Bunga

(Jakarta, 2001). 13

Bank Indonesia, Potensi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat terhadap

Bank Syariah di Jawa Barat (Jakarta, tp, 2001). 14

Kompas, “Pangsa Perbankan Syariah 2011 diprediksi 20 persen”, Senin 7

Maret 2005.

Page 19: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

19

Survey yang dilakukan Institut Pertanian Bogor di Kalimantan

Selatan tentang persepsi bank konvensional, menunjukkan bahwa 94.5%

responden setuju dengan peranan perbankan dalam kehidupan sehari-

hari, dengan alasan utama menguntungkan masyarakat dan permodalan.

Berdasarkan kelompok responden, sebesar 79.3% responden bank

syariah menyatakan bunga bank bertentangan dengan ajaran agama,

cenderung menyatakan penolakan pada sistem perbankan konvensional.

Namun di sisi lain, mereka adalah nasabah bank konvensional, sehingga

hal ini dapat mengindikasikan tidak konsistennya perilaku konsumen.

Implikasi hasil penelitian di atas memperlihatkan bahwa pemahaman

tentang perilaku konsumen, dalam hal ini nasabah perbankan, menjadi

semakin krusial dan perlu untuk diteliti15

.

Untuk tingkatan internasional, penelitian tentang perilaku

nasabah Islamic Bank di Bahrain menemukan bahwa keputusan nasabah

dalam memilih bank syariah lebih didorong oleh faktor keagamaan

melalui dukungan masyarakat pada ketaatan perbankan terhadap prinsip -

prinsip Islam, disamping itu masyarakat di Negara tersebut juga

dipengaruhi oleh dorongan keluarga, dan teman serta lokasi keberadaan

bank16

.

Penelitian yang dilakukan oleh Coyle memberikan kesimpulan

yang berbeda tentang faktor yang mendorong nasabah memilih bank

konvensional atau bank syariah. Hasil penelitian tersebut mendukung

bahwa motivasi nasabah dalam memilih bank syariah cenderung

didasarkan kepada motif keuntungan, bukan kepada motif keagamaan.

Dengan kata lain, nasabah lebih mengutamakan economic rationale

dalam keputusan memilih bank syariah dibandingkan dengan lembaga

perbankan non-syariah atau bank konvensional17

. Lewis berargumen

meskipun banyak upaya, namun untuk generalisasi konsep tentang

15

Institut Pertanian Bogor. Potensi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat

terhadap Bank Syariah di Wilayah Kalimantan Selatan. Kerjasama Direktorat

Perbankan Syariah – Bank Indonesia dengan Institut Pertanian Bogor.2004. 16

M. Almossawi, “Bank Selection Criteria Employed by College Student in

Bahrain: an Emperical Analysis”, The International Journal of Bank Marketing, Vol. 19

No.3,2001 115. 17

T. Coyle, “The Bank of Tomorrow”, American Community Banker, Vol 8,

No.7,1999, 16-18.

Page 20: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

20

dinamika pengambilan keputusan konsumen terhadap bank atau lembaga

keuangan, masih memerlukan penelitian lebih lanjut18

.

Penelitian tentang persepsi konsumen di Malaysia menemukan

bahwa persepsi konsumen terhadap bank syariah terdiri dari beberapa

dimensi; pemanfaatan fasilitas perbankan, pengetahuan terhadap

perbankan Islam, peranan konsumen dalam memilih produk perbankan

telah dilakukan19

. Pada sebuah studi tentang sikap konsumen Amerika

terhadap bank komersial, Kaynak menemukan tiga atribut penting yang

menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih bank, ketersediaan

ATM, pelayanan yang cepat dan efisien, serta respon petugas yang

cepat20

.

Metawa dan Almossawi (1998) menemukan bukti bahwa

keputusan konsumen dalam memilih bank Islam didorong oleh faktor

agama, di mana konsumen menekankan kepatuhan terhadap prinsip-

prinsip Islam. Selanjutnya, keputusan juga termotivasi oleh faktor faktor

keuntungan, keluarga dan teman-teman, dan lokasi bank. Faktor-faktor

tersebut selanjutnya dikaitkan dengan karekteristik responden seperti

umur, pendapatan dan pendidikan, mengindikasikan lima atribut penting

yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih bank yaitu, (1) lokasi

ATM yang mudah dijangkau, (b) ketersediaan ATM dibeberapa lokasi,

(c) reputasi bank, (d) layanan ATM 24 jam, dan (e) ketersediaan tempat

parkir yang memadai21

.

Erol dan El-Bdour tahun 1989 menemukan bahwa motif memilih

bank syariah sebagai suatu lembaga penyimpanan dan penyaluran bukan

agama, tetapi keuntungan. adanya cabang baru bank syariah adalah

bukan pertimbangan penting bagi peningkatan pelayanan. Selain itu,

suatu kelompok memiliki pengaruh terhadap keputusan konsumen

untuk memilih bank Islam dan kesadaran konsumen untuk memperoleh

18

B. R. Lewis, “Student account-A porofitable segment?” Bank Marketing,

(1982) Vol. 16 No. 3, 63- 72. 19

S. Haron, N. Ahmed, & S. Planisek, “Bank patronage factors of Muslim and

non Muslim customers”, Marketing Vol. 12, No.1,(1994), pp 32-40. 20

E, Kaynak, “American Consumers‟ Attitudes Towards Commercial Banks”,

Marketing Bank, Vol 23, No.1, (2005), 32-40. 21

S. A. Metawa, & Almossawi, M. “Banking behavior of Islamic bank

customers: Perspectives and implications”, Bank Marketing Vol. 16, No. 7,(1998), 299-

313.

Page 21: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

21

keuntungan dari laba dan bagi hasil investasi dan redistribusi pendapatan

peran sistem perbankan Islam. Kemudian, pada tahun 1990, Erol et al.

melakukan studi tentang konsumen keputusan untuk memilih bank

Islam atau perbankan konvensional. Penelitian ini melaporkan bahwa

konsumen memilih bank Islam karena layanan yang cepat dan efisien,

yang reputasi, dan kerahasiaan perbankan. Di sini, kesimpulan yang

dapat diambil adalah laba yang bermotif (faktor ekonomi) ada dalam

memilih perbankan Islam22

.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Naser, Jamal, dan Al-Khatib

pada tahun 1999 menunjukkan bahwa faktor-faktor motivasi konsumen

memilih perbankan syariah adalah reputasi bank, alasan agama, persepsi

bahwa perbankan Islam tidak hanya menawarkan fasilitas yang sama

dengan perbankan konvensional tetapi juga menerapkan prinsip Islam,

dan kemampuan perbankan untuk menjaga kerahasiaan, serta laba. Pada

saat yang sama, faktor-faktor motivasi konsumen untuk memilih baik

bank Islam maupun konvensional untuk melakukan diversifikasi

investasi dan pembatasan cabang perbankan Islam dan pelayanan waktu.

Kesimpulan dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa konsumen

memilih perbankan Islam, karena faktor agama dan laba (faktor

ekonomi)23

.

Suatu penelitian yang telah dilakukan di Inggris untuk

mempelajari perilaku pengguna jasa perbankan dalam kelompok muslim,

terutama sikapnya terhadap pemberlakuan bunga memberikan hasil

bahwa dari responden yang tidak pernah meminjam uang, hanya sekitar

23% yang tidak mau meminjam karena menolak adanya pemberlakuan

bunga dalam pinjaman24

.

E. Metodologi Penelitian

22

Erol, Cengiz, and Radi El-Bdour, 1989. “Attitudes, Behaviour and Patrinage

Factors of Bank Customers Towards Islamic Banks”, International Journal Banking

and Marketing, Vol.7 No.6 : 31-37. 23

Kamal, Naser, Jamal, Ahmad, and Khalid Al-Khatib “Islamic Banking: A

Study of Customer Satisfaction and Preferences in Jordan”, The International Journal

of Banking Marketing for the Financial Services Sector, Vol.17 No.3, 1999, 135-150. 24

Anny Ratnawaty, Bank Syariah: Potensi, Prefensi dan Perilaku Masyarakat

di Wilayah SUMUT (Medan: kerjasama Biro Perbankan Syariah-BI dengan LP-

IPB,2003), 4.

Page 22: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

22

Untuk mengetahui persepsi dan perilaku masyarakat terhadap

produk murabahah di perbankan, maka dibutuhkan suatu metode

analisi yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode analisis

deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah metode yang digunakan

untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya25

.

Metode deskriptif menurut Revers sebagaimana yang dikutip oleh Husein

umar adalah metode yang bertujuan untuk menggambarkan sifat suatu

yang sedang berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa

sebab-sebab dari suatu gejala tertentu26

.

1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah bank syariah yang

berkedudukan diwilayah Pekanbaru yaitu Bank Muamalat Indonesia.

Adapun produk yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah

pembiayaan murabahah.

2. Metode Penentuan Sampel

Mengingat keterbatasan sumber daya dalam perlaksanaan penelitian

ini, maka upaya pengambilan sample didasarkan pada model probability

sampling dengan teknik random sampling yaitu metode pemilihan

sampel secara acak sederhana kepada nasabah pembiayaan murabahah27

.

Sementara penentuan sampel dari populasi tersebut dilakukan

dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut28

:

Keterangan:

N n : Ukuran Sampel

n = N : Ukuran Populasi

25

Sugiyono, Metode Penelitian bisnis. Cet ke-9 (Bandung: Alfabeta, 2006),

142. 26

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 1999), 22. 27

Nur Indrianto dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitan Bisnis untuk

Akuntansi dan Manajemen (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2002), 124. 28

Husein Umar, Strategic Management In Action (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2003), 146.

Page 23: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

23

1 + N (e)2 e :persen kelonggaran ketidak telitian

karena kesalahan pengambilan sampel

(10%)

3. Metode pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu:

a. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap

obyek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan29

.

Sedangkan obyek dalam penelitian adalah masyarakat yang menjadi

nasabah pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia.

Penyebaran kuesioner ini dilakukan pada tanggal 7 sampai 18 maret

2011.

b. Kuesioner

Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab30

.Disain pokok-pokok isi kuesioner penelitian

meliputi aspek demografi, aktifitas penggunaan jasa perbankan, dan

perilaku masyarakat. Aspek demografi terdiri dari: (1) jenis kelamin (2)

Agama, (3) usia, (4) pendidikan terakhir, (5) penghasilan, (6) jenis

pekerjaan. Aktifitas penggunaan jasa perbankan meliputi: (1)

pengetahuan, kesan, (2) lokasi bank, (3) Brand Image,pelayanan dan

pemasaran. Sedangkan aspek perilaku terdiri dari (1) afeksi, (2)

perbandingan, (3) motivasi dan sikap.

Untuk memperoleh data primer (hasil penelitian lapangan), baik

yang berkaitan dengan variabel bebas maupun variabel terikat, setiap

variabel terlebih dahulu dijabarkan ke dalam bentuk dimensi, kemudian

dioperasionalkan ke dalam indikato-indikator. Setiap indikator dirinci

kepada setiap item dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan pada instrument

kuesioner, lalu diukur dengan skala likert, Skala likert sendiri digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok

tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini

29

Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, cet ke-1 (Bandung: Alfabeta,

2004),104. 30

Sugiyono, Metode Penelitian bisnis. Cet ke-9, 135.

Page 24: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

24

telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut

sebagai variabel penelitian. Setia jawaban nantinya dihubungkan dengan

bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan

kata-kata yang terdiri dari 5 poin31

(1, berarti Sangat Tidak Setuju; 2,

berarti Tidak Setuju; 3, berarti Netral/Ragu-ragu; 4, berarti Setuju; dan 5,

berarti Sangat Setuju), yang mempunyai gradasi dari sangat negatif

sampai sangat positif. Sedangkan kisi-kisi instrument penelitian untuk

mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan perilaku

masyarakat terhadap pembiayaan murabahah dalam penelitian ini

ditunjukkan pada tabel berikut:

31

Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, cet ke 1, 86.

Page 25: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

25

Tabel 1.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

4. Metode Analisis

Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, pendekatan penelitian ini

adalah kuantitatif dengan model deskriptif analisis. Teknik deskriptif

digunakan untuk menggambarkan data karakteristik responden, dimensi-

dimensi yang mempengaruhi persepsi serta dimensi-dimensi yang

mempengaruhi perilaku. Metode ini dimulai dengan memberikan scoring

dan kode. Selanjutnya data-data tersebut dianalisa secara obyektif dengan

menggunakan teknik sebagai berikut:

Variabel Dimensi Teori Indikator No. item

PERSEPSI

1.Faktor

Pribadi

2.Faktor

lingkungan

3.Faktor

Obyek

Stephen P.

Robbin

Stephen P.

Robbin

Stephen P.

Robbin

1. Pengetahuan

2. Kesan

lokasi

1.Brand image

2.Pelayanan

3.pemasaran

1,2

3,4,5,6,7,

8

9

10,11,12,

13,14,

15,16,17,

18,19,20

PERILAKU

1.Pribadi

2.Sosial

Ekonomi

3.Faktor

Psikologi

Philip

Kotler

Philip

Kotler

Philip

Kotler dan

Amstrong

Kepribadian

dan konsep diri

Kel. Acuan

(Perbandingan)

1.Motivasi

2.sikap

1,2

3,4,5,6,7

8,9,10,11,12,

13,

14,15,16,17,

18,19,20

Page 26: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

26

1. Validitas dan Reabilitas

Sebelum melakukan analisis data-data penelitian, uji validitas dan

reabilitas perlu dilakukan. Pengujian instrument penelitian ini

menggunakan uji validitas dan reabilitas Alpha dengan bantuan program

SPSS (Statistics Package for Social Sciences)32

.

Adapun langkah proses validitas dan reliabilitas adalah:

Pengambilan keputusan

a. Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka variabel tersebut

valid.

b. Jika r hasil negative, serta r hasil < r tabel, maka variabel tersebut

tidak valid.

2. Analsis deskriptif statistic

Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan

secara detail masing-masing variabel dalam penelitian ini. Beberapa

teknik analsis statistic deskriptif yang akan digunakan antara lain:

Modus, Median dan Mean.

a. Mean

Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan

atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Rata-rata (mean) ini didapat

dengan menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok tersebut,

kemudian dibagi dengan jumlah individu yang ada pada kelompok

tersebut33

.

b. Median

Median adalah salah satu teknik penjelasan kelompok yang

didasarkan atas nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun

urutannya dari yang terkecil sampai yang terbesar, atau sebaliknya dari

yang besar sampai yang terkecil34

. Median digunakan untuk mengetahui

kecenderungan responden terhadap variabel faktor-faktor persepsi dan

variabel faktor-faktor perilaku.

c. Mode (Modus)

Modus merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan

atas nilai yang sedang popular (yang menjadi mode) atau nilai yang

32 Sofyan Yamin, Heri Kurniawan, SPSS Compelete: Tek\nik Analisasi Statistik

Terlengkap dengan Software SPSS (Jakarta: Selemba Infotek, 2009). 33

Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2007), 48. 34

Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, 49.

Page 27: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

27

sering muncul dalam kelompok tersebut35

. Modus digunakan untuk

mengetahui kecenderungan mayoritas responden terhadap variabel

faktor-faktor persepsi dan perilaku.

3. Analisis faktor

Analisis faktor berfungsi melayani tujuan keiritan upaya ilmiah,

yaitu memberitahukan tes-tes yang tepat dan serasi atau sama tujuannya

dan sejauh manakah kesamaan itu. Dengan demikian dapat mengurangi

banyaknya variabel yang harus diteliti36

. Untuk mengetahui faktor

– faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi dan perilaku masyarakat

dalam memilih pembiayaan dibank syariah digunakan analisis faktor.

Model analisis faktor yang digunakan adalah sebagai berikut37

:

Keterangan:

1. Zjk = skor standar dari personil k pada variabel j

2. αij = faktor loading dari variabel j pada faktor k

3. Fik = skor faktor dari personil k pada faktor 1 dalam bentuk

skor standar

4. αsj = faktor loading dari variabel j pada faktor yang spesifik

5. Ssk = skor faktor dari personil k pada faktor yang spesifik.

F. Defenisi Konsepsional

Defenisi konsepsional merupakan sarana penjelasan tentang judul

yang sedang dibahas dalam penelitian tesis ini dan sangat berguna untuk

dapat mempertegas arti kata demi kata yang dimaksud dalam judul:

“Persepsi dan perilaku Masyarakat terhadap pembiayaan murabahah ”

1. Persepsi menurut Kotler adalah proses yang digunakan seorang

individu untuk memilih, mengelola dan menafsirkan suatu input

35

Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, 50. 36

Fred N. Kerlinger, Foundation of Behavioral Research Third edition

(Yogyakarta: UGM Press, 2006), 1000. 37

Bennet Spencer & David Bowers, An Introduction to Multivariate

Techniques for Social and Behavioral Sciences (New York: John Wiley & Sons, 1978),

146.

Zjk = α1jF1k + α2jF2k + … + αijFik + … + αsjSsk …

Page 28: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

28

informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang memiliki arti.

Persepsi ini tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik tetapi juga

pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan

keadaan individu yang bersangkutan. Ketiga poin inilah yang

menjadi elemen dasar terjadinya persepsi38

.

2. Perilaku masyarakat menurut David Loudon ialah suatu proses

keputusan dengan kegiatan fisik individu terikat dalam mengevaluasi,

perolehan, penggunaan atau mendapatkan barang dan jasa39

.

3. Murabahah berasal dari kata ribhn yang artinya keuntungan

sedangkan kata murabahah sendiri adalah bentuk isim maful secara

bahasa berarti pembagian keuntungan sedangkan pengertian secara

syar‟iy adalah jual beli barang dengan tambahan harga atau cost plus

atas dasar harga pembelian yang pertama secara jujur40

.

G. Sistematika Penulisan

Pembahasan tesis ini dituangkan bab per bab secara garis besar

masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan uraian sebagai berikut:

Bab pertama, pendahuluan yang mencangkup latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

Bab kedua, pembahasan tentang wawasan persepsi dan perilaku

masyarakat terhadap bank syariah baik itu faktor-faktor yang

menentukan persepsi ataupun perilaku masyarakat terhadap bank

syariah, dan wawasan tentang bank syariah, serta persepsi masyarakat

terhadap bank syariah di Timur Tengah, Inggris, Amerika, Singapura,

Malaysa dan juga Indonesia .

Bab ketiga, membahas tentang pembiayaan murabahah di bank

syariah, dari jenis pembiayaan, fungsi dan unsurnya, prosedur dan

tahapan praktek pembiayaan murabahah di bank syariah, dan cara

penyelesaian sengketa terhadap pembiayaan murabahah di bank syariah.

38

Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation,

and Control 11th

edition (New Jersey: Prentice – Hall International Inc, 2003), 197.

39 David Loudon & Della Bitta, Albert J, Consumer Behavior : Concept and

Applications 4th

edition (USA: McGraw-Hill, 1993), 5. 40

Ibnu Rushd, Bida>yat al-Mujtahid (Semarang: Toha Putra,tt), 116.

Page 29: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

29

Bab keempat, hasil dari analisis persepsi dan perilaku masyarakat

terhadap pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia. Hasil itu

mencakup demografi responden secara umum. Karakteristik masyarakat

yang akan dijadikan sampel. Hasil Persepsi masyarakat dengan uji

validitas dan reabilitis,analisis faktor yang mempengaruhi persepsi.

Begitu juga dengan hasil perilaku masyarakat dengan uji validitas dan

reabilitis,serta analisis faktor yg mempengaruhinya.

Bab kelima, merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan

dan saran-saran.

Page 30: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

30

Page 31: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

31

BAB II

WAWASAN PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARKAT

TERHADAP BANK MUAMALAT INDONESIA

PEKANBARU

A. Wawasan Tentang Persepsi

Manusia sadar atau tidak, secara konstan menerima rangsangan

dari dunia luar melalui panca inderanya. Panca indera pada manusia

terdiri dari mata untuk merespon gelombang cahaya, telinga menerima

hantaran suara, kulit merespon temperatur dan tekanan dari objek yang

disentuh, hidung menghirup bau dan lidah merasakan sesuatu yang

manis, pahit, pedas tawar dan seterusnya. Seluruhnya memberi informasi

penting tentang objek dan peristiwa yang terjadi pada seseorang dalam

kehidupan sehari-hari. Melalui panca indra manusia memperoleh

pengetahuan dan kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya. Tanpa

alat indra yang disebutkan, manusia sama. Bahkan sama dengan mahluk

ciptaan lain41

.

Persepsi merupakan suatu hal penting untuk melihat citra dan

reputasi suatu perusahaan atau suatu lembaga. Citra tersebut dibentuk

atau dihasilkan dari komunikasi pemasaran yang efektif dan strategik.

Sedangkan kualitas citra tersebut tergantung pada reputasi yang

disandang oleh perusahaan atau lembaga yang bersangkutan. Terujinya

kualitas suatu citra tidak terlepas dari beberapa faktor seperti usia,

pengalaman, konsistensi, makna dan lingkungan makro42

.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia ditemukan makna persepsi

yang berarti pemahaman, penafsiran dan tanggapan individu proses

untuk mengingat atau mengidentifikasi sesuatu43

. Persepsi menurut

Kotler adalah proses yang digunakan seorang individu untuk memilih,

mengelola dan menafsirkan suatu input informasi untuk menciptakan

suatu gambaran yang memiliki arti. Persepsi ini tidak hanya tergantung

41

Muh Fadhail Rahman, “Hubungan Persepsi Civitas Akademika terhadap

Perilaku Untuk Menjadi Nasabah Pada Perbankan Syariah” (Tesis UIN Syariaf

Hidayatullah Jakarta,2005), 42. 42

Abdul Gafur, “Persepsi dan Perilaku Pedagang Etnik Tionghoa di Mangga

Dua Terhadap Bank Syariah” (Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), 19. 43

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Tim Pustaka Phoenix,2007) cet

ke-2, 663.

Page 32: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

32

pada rangsangan fisik tetapi juga rangsangan yang berhubungan dengan

lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Ketiga poin

inilah yang menentukan sebuah persepsi44

.

Menurut Bilson Simamora persepsi adalah bagaimana kita

melihat dunia sekitar kita. Secara formal lebih lanjut menurutnya,

persepsi didefenisikan sebagai suatu proses, dimana seseorang

menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterprestasikan stimulasi

kedalam gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh45

.

Kaplan menyebutkan dalam bukunya persepsi adalah salah satu

dari bentuk pemikiran manusia, sedangkan disisi lain adalah

kepercayaan. Persepsi dapat dianggap sebagai penyebab dan berpengaruh

terhadap perilaku seseorang. Persepsi yang difungsikan sebagai salah

satu alat problem solving dapat menjadi sarana jitu jika dimaksimalkan

perannya. Semakin banyak alternatif persepsi yang ada dalam pikiran

manusia dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan, maka akan

semakin kaya pula kemungkinan-kemungkinan untuk menyelesaikan

masalah dengan baik, demikian pula sebaliknya46

.

Persepsi menurut J.P.Chaplin diartikan kedalam lima kategori

yaitu47

: (1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian

objektif dengan bantuan indra. (2) Kesadaran dari proses-proses

organisme. (3) (Ticher) satu kelompok pengindraan dengan penambahan

arti-arti yang berasal dari pengalaman masa lalu. (4) Variabel-variabel

yang menghalangi atau ikut campur tangan berasal dari kemampuan

seorang untuk melakukan pembedaan di antara perangsang-perangsan.

(5) Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang

serta merta mengenai sesuatu.

1. Proses Terbentuknya Persepsi

44

Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning, implamentation,

and Control, 11th

edition (New Jersey: Prantice- Hall International Inc,2003), 197. 45

Bilson Simamora, Panduan Riset Prilaku Konsumen (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama,2002), 102. 46

Robert S. Kaplan and David P. Norton, Strategy Maps (Boston: Harvard

Bussiness School, 2004), 209. 47

J.P.Chaplin, Kamus Lengkap (Jakarta; PT Raja GrafindoPersada, 2004),

Cet. 9, Ed.1, 359.

Page 33: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

33

Dalam psikologi kontemporer secara umum persepsi yang terbentuk

dari stimuli-stimuli diberlakukan sebagai suatu variabel campur tangan

(intervening variable), bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara

belajar, perangkat keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktor-faktor

motivasional. Untuk memudahkannya dapat dilihat pada gambar dibawah

ini48

:

Gambar 2.1: Proses Pembentukan Persepsi

Sumber: Rita Damayanti, Dasar-dasar Psikologi, (2000)

Persepsi pada prinsipnya adalah memberikan arti kepada berbagai

data, terdapat beberapa persepsi yang dapat mempengaruhi penafsiran.

Diantaranya adalah perangkat persepsi, nilai-nilai atau kepercayaan yang

dianut individu akan mempengaruhi persepsi yang diterima. Kepercayaan

dan pendapat-pendapat, dapat disebut sebagai perangkat-perangkat

persepsi. Persepsi lain yang mempengaruhi penafsiran adalah pembelaan

persepsi, apabila terdapat data atau rangsangan – rangsangan yang

diterima individu bertentangan dengan nilai dan keyakinan yang dimiliki,

maka individu melakukan apa yang disebut persepsi dengan

mekanisme menolak data yang diterima, memodifikasi data,

pembenaran sikap dan kepercayaan dan data itu pasti diterima49

.

48

Rita Damayanti, Dasar-dasar Psikologi (Jakarta:FKM UI, 2000), 14. 49

Rita Damayanti, Dasar-dasar Psikologi , 15.

Proses

Belajar

Pengalaman

Lingkungan

Interpretasi PERSEPSI

Proses

Pengorganisasian

Seleksi

Input

Rangsangan

sensasi

Page 34: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

34

2. Faktor yang mempengaruhi persepsi

Penjelasan lebih lengkap tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi datang dari Robbins. Dia menjelaskan faktor-

faktor yang dapat membentuk atau yang dapat memutarbalikkan persepsi

seseorang adalah pertama, pelaku persepsi (perceiver). Bila seseorang

individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan apa

yang dilihatnya, penafsiran itu sarat dipengaruhi oleh karakteristik-

karakteristik pribadi dari perilaku persepsi individual tersebut. Di antara

karakteristik pribadi yang lebih relevan mempengaruhi pelaku persepsi

adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan

pengharapan (ekspektasi).

Kedua, target, karakteristik-karakteristik dalam target yang akan

diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Gerakan, bunyi,

ukuran, dan atribut-atribut lain dari target membentuk cara kita

memandangnya. Karena target tidak dipandang dalam keadaan terpencil,

hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi,

seperti kecenderungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang

berdekatan atau yang mirip.

Ketiga, situasi, merupakan konteks di mana kita melihat objek-

objek atau peristiwa-peristiwa50

. Unsur-unsur dalam lingkungan sekitar

mempengaruhi persepsi manusia. Berikut skema yang bisa digambarkan:

50

Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, 9th Edition (New Jersey:

Prentice-Hall International, 2001), 124.

Situasi:

Waktu

Keadaan/Tempat Kerja

Keadaan Sosial

Pelaku persepsi:

Sikap

Motif

Kepentingan

Pengalaman

Pengharapan

Objek/Target:

Hal Baru

Gerakan

Bunyi

Ukuran

Latar Belakang

Kedekatan

Page 35: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

35

Gambar 2.2: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

51

Sumber: Stephen P. Robbin, Organizational Behavior, 9th Edition, (2001)

Ada beberapa karakteristik yang mempengaruhi persepsi yaitu52

:

1. Membedakan stimulus, satu hal yang sangat penting bagi pemasar

adalah mengetahui bagaimana nasabah bisa membedakan

perbedaan antara dua stimuli atau lebih. Apakah nasabah

merasakan perbedaan merek berdasarkan rasa, perabaan, harga

dari bentuk kemasan produk agar berbeda dari yang lainnya.

2. Tingkat ambang batas (threshold level), kemampuan nasabah

untuk mendeteksi perbedaan dalam suara, cahaya , bau atau

stimuli yang lainnya. Ditentukan oleh tingkat ambang batasnya.

Ada dua jenis threshold yaitu, Absolute threshold dan Differential

threshold.

3. Persepsi bawah sadar (subliminal Perception), pemasar (bank)

selalu berusaha menciptakan pesan diatas tingkat ambang batas

kesadaran konsumen. Para peneliti menemukan bahwa

nasabah(konsumen) sebenarnya mampu memberikan respons atas

informasi ataupun pesan yang datang pada bawah sadarnya.

Artinya, ketika nasabah dirangsang oleh suatu pesan, sebenarnya

nasabah tidak menyadari akan keberadaan pesan tersebut, namun

alam bawah sadarnya mampu menangkapnya. Dengan demikian

stimulus (pesan) tersebut dibawah tingkat ambang batas

kesadaran nasabah.

51

Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, 9th Edition, 126. 52

Michael R. Solomon, Consumer Behavior: Buying, Having, and Being. 3th

edition (New Jersey: Prentice-Hall International, 1996), 67.

PERSEPSI

Page 36: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

36

4. Tingkat adaptasi, suatu konsep yang berkaitan erat dengan ambang

batas absolut adalah adaptasi. Hal ini terjadi ketika nasabah sudah

merasa terbiasa dan kemudian tidak mampu lagi, maka ketika itu

juga ambang batas absolutnya berubah. Tingkat adaptasi terjadi

ketika konsumen tidak lagi memperhatikan stimulus yang

berulang-ulang.

5. Generalisasi stimulus, terjadi ketika nasabah melihat dua stimulus

atau lebih yang mempunyai kesamaan (mempunyai hubungan

yang dekat), dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya,

oleh karena itu dapat disubstitusikan.

B. Wawasan Tentang Perilaku

1. Pengertian perilaku

Secara spesifik perilaku dapat diartikan sebagai padanan kata dari

behavior yang mempunyai arti cara bertindak, bersikap dan memberi

respon terhadap seseorang atau suatu objek.

Green dalam bukunya yang berjudul Measurment of human

behavior menjelaskan bahwa perilaku adalah kegiatan manusia atau

makhluk hidup lainnya yang dapat dilihat secara langsung pada saat

tertentu di suatu tempat53

. Sedangkan Djamaluddin Ancok menyatakan

hubungan antara pengetahuan, sikap, niat dan perilaku adalah bahwa

adanya pengetahuan akan manfaat terhadap suatu hal, menyebabkan

orang mempunyai sikap positif akan hal terhadap hal tersebut.

Selanjutnya dengan sikap itu akan mempengaruhi niat untuk ikut serta

dalam kegiatan yang berkaitan dengan hal tersebut. Niat untuk ikut serta

dalam suatu kegiatan, sangat tergantung apakah orang itu mempunyai

sikap terhadap kegiatan tersebut. Adanya niat untuk

kegiatan tersebut akhirnya sangat menentukan apakah kegiatan itu betul-

betul dilakukan. Kegiatan yang sudah dilakukanlah yang disebut dengan

perilaku54

.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Gibson juga berpendapat bahwa perilaku timbul karena suatu

sebab, perilaku diarahkan kepada tujuan, perilaku yang diamati masih

dapat diukur, perilaku yang tidak langsung dapat diamati (seperti berfikir

53

E.B. Green, Measurment of human behavior (New York: P.S. The Odessey

PRess, 1971) 54

Djamaluddin Ancok, Teknik Penyusunan Skala Pengukuran (Yogyakarta:

Pusat Penelitian Kependudukan UGM, 1987)

Page 37: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

37

dan persepsi) juga penting dalam mencapai tujuan, serta perilaku

bermotivasi55

.

Kotler menyatakan empat karakteristik atau faktor yang

mempengaruhi perilaku masyarakat yaitu yang pertama faktor budaya56

.

Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada

perilaku masyarakat. Hal ini karena budaya adalah penyebab paling

mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.

Budaya merupakan suatu petunjuk arahan pada fase pemecahan

masalah di masyarakat untuk memuaskan kebutuhan psikologis, personal

dan sosial. Sub-budaya adalah bagian kecil dari budaya atau kelompok

orang yang mempunyai sistem sama berdasarkan pada pengalaman hidup

dan situasi. Sub-budaya termasuk nasionalitas, agama, kelompok ras, dan

wilayah geografis. Sedangkan kelas sosial adalah divisi masyarakat yang

relative permanen dan teratur dengan para anggotanya menganut nilai-

nilai, minat, dan tingkah laku yang serupa. Dalam konteks kultural, jika

suatu produk tidak dapat lagi diterima karena nilainya tidak dapat lagi

memuaskan kebutuhan maka masyarakat harus siap merevisi

penawarannya.

Kedua adalah faktor sosial57

. Perilaku masyarakat juga

dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga,

serta peran dan status sosial masyarakat. Kelompok kecil merupakan

orang atau kelompok yang berperan sebagai titik referensi dari individu

untuk membentuk nilai, sikap serta perilaku baik secara umum maupun

khusus. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil.

Keluarga adalah orang atau pihak yang dihubungkan karena

pertalian darah atau keturunan dengan perkawinan. Anggota keluarga

dapat sangat mempengaruhi perilaku masyarakat. Keterlibatan suami istri

sangat bervariasi menurut kategori produk dan menurut tahap proses

pembelian. Peran dan status sosial konsumen yaitu seseorang individu

mempunyai tugas peranan yang berbeda saat berpatisipasi dalam

keluarga ataupun organisasi. Seseorang individu mempunyai peranan

beragam dalam keluarga.

55

Gibson, Ivancenich, Donnely, Organisasi: Perilaku Sturuktur Proses,

(Terjemah dari Organizations, 5th Edition) (Jakarta: Erlangga, Cet ke-7, 1994). 56

Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning, Implamantation,

and Control, 11th

(New Jersey: Prentice-Hall International Inc, 2003), 147. 57

Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning, Implamantation,

and Control, 148

Page 38: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

38

Ketiga adalah faktor pribadi58

. Keputusan pembelian juga

dipengaruhi berbagai karakteristik dari individu itu sendiri. Mulai dari

umur dan tahap daur hidup. Orang mengubah barang dan jasa yang

mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian,

perabotan, rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga

dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahapn yang mungkin

dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Pekerjaan seseorang

mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya pekerjaan kasar

cenderung membeli lebih banyak pakaian untuk bekerja, sedangkan

pekerja kantor lebih banyak membeli jas dan dasi. Situasi ekonomi,

kondisi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk.

Gaya hidup, orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial,

pekerjaan yang sama mungkin mempunyai gaya hidup yang jauh

berbeda. Gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang yang diwujudkan

dalam psikografiknya. Gaya hidup mencakup sesuatu yang lebih dari

sekedar kelas sosial atau kepribadian seseorang. Gaya hidup

menampilkan pola beraksi dan berinteraksi seseorang secara keseluruhan

di dunia. Kepribadian dan konsep diri, kepribadian seseorang yang jelas

mempengaruhi perilaku membelinya. Kepribadiannya mengacu pada

karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respon yang relative

konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan sekitarnya.

Terakhir adalah faktor psikologi59

. Pilihan barang yang

dikonsumsi seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh faktor psikologi

yang penting. Motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan

sikap. motivasi adalah kebutuhan yang cukup menekan untuk

mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tadi.

Seseorang mempunyai banyak kebutuhan pada suatu saat. Kebutuhan

biologis, yang muncul dari keadaan yang tegang seperti lapar, haus, atau

merasa tidak nyaman. Setalah itu kebutuhan psikologis, yang sering

muncul dari kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa

memiliki. Kebanyakan dari kebutuhan ini tidak cukup kuat memotivasi

seseorang supaya berindak pada suatu saat. Kebutuhan berubah menjadi

motif kalau merangsang sampai tingkat intensitas yang mencukupi. Keyakinan dan sikap. melalui tindakan dan pembelajaran, orang

mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya ini pada waktunya, akan

mempengaruhi perilaku konsumsi. Keyakinan adalah pemikiran

deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Orang yang

58

Philip Kotler and Gary Amstrong, Principles of Marketing, (Jakarta:

Prenhallindo, 1997), 150. 59

Philip Kotler and Gary Amstrong, Principles of Marketing, 156.

Page 39: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

39

mempunyai sikap terhadap agama, politik, pakaian, dan hampir segala

sesuatu yang lain. Sikap mengenai evaluasi, perasaan, dan

kecenderungan dari seseorang terhadap suatu objek atau ide yang relatif

konsisten.

Gambar 2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

Sumber: Philip Kotler dan Gery Amstrong, Principles of Marketing (1997)

Sedangkan menurut Green ada tiga faktor yang mempengaruhi

perilaku yaitu60

:

1. Faktor dasar (predispotitioning factor) meliputi kebiasaan,

kepercayaan, tradisi dan pengalaman.

2. Faktor pendukung (Enabling factor) meliputi pendidikan, sosial,

ekonomi, pekerjaan, ketersediaan fasilitas.

3. Faktor pendorong (Reinforcing factor) meliputi sikap dan

pengalaman.

C. Wawasan Tentang Bank Syariah

1. Lahirnya bank syariah

Perkembangan perbankan syariah merupakan fenomena yang

menarik kalangan akademisi maupun praktisi dalam 20 tahun terakhir.

Tak kurang IMF juga telah melakukan kajian-kajian atas praktek

perbankan Islam sebagai alternatif sistem keuangan internasional yang

60

E.B, Green, Measurment of human behavior (New York: P.S. The Odessey

Press, 1971)

Budaya Budaya Sub-budaya Kelas sosial

Pribadi Umur dan tahap daur hidup Pekerjaan Situasi ekonomi Gaya hidup Kepribadian dan konsep diri

Psikologi Motivasi Persepsi Pengetahuan Keyakinan dan sikap

Sosial Kel. Acuan Keluarga Peran dan status

PEMBELI / NASABAH

Page 40: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

40

memberikan peluang upaya penyempurnaan sistem keuangan

internasional yang belakangan dirasakan banyak sekali mengalami

goncangan dan ketidakstabilan yang menyebabkan krisis dan

keterpurukan ekonomi akibat lebih dominannya sektor finansial

dibanding sektor riil dalam hubungan perekonomian dunia

Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

utama yaitu, menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan

memberikan jasa pengiriman uang. Didalam sejarah perekonomian kaum

muslim, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah

telah menjadi bagian dari tradisi umat islam sejak zaman Rasulullah

saw61

.

Awalnya bermula dari beroperasinya Mith Ghamr Local Saving

Bank di Mesir pada tahun 1963 dan ini merupakan tonggak sejarah

perkembangan Sistem Perbankan Syariah. Kemudian pada tahun 1967

pengoperasian Mith Ghamr diambil alih oleh National Bank of Egypt dan

Bank Sentral Mesir disebabkan adanya kekacauan politik. Walaupun

Mith Ghamr sudah berhenti beroperasi sebelum mencapai kematangan

dan menyentuh semua profesi bisnis, keberadaannya telah memberikan

tanda positif bagi masyarakat muslim pada umumnya, dengan

diperkenalkannya prinsip - prinsip Islam yang sangat applicable dalam

dunia bisnis modern62

.

Konferensi Negara-negara Islam sedunia yang diselenggarakan

tanggal 21-27 April 1969 di Kuala Lumpur menghasilkan beberapa

keputusan yang terkait dengan perkembangan bank syariah dunia.

Perkembangan selanjutnya adalah berdirilah Islamic Development Bank

(IDB), yang didirikan atas prakarsa dari hasil sidang menteri luar negeri

Negara Negara OKI di Pakistan tahun 1970, Libya tahun 1973, dan

Jeddah tahun 1975. Dalam sidang tersebut diusulkan penghapusan suatu

sistem keuangan berdasarkan Bunga dan menggantinya dengan Sistem

Bagi Hasil. Berdirinya IDB telah memotivasi banyak negara negara

Islam untuk mendirikan suatu lembaga keuangan syari‟ah. Pada akhirnya

tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an bank syari‟ah mulai bermunculan

di Mesir, Sudan, Negara Negara Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia,

Bangladesh, dan Turki. Secara umum lembaga keuangan Syariah secara

internasional diklasifikasikan menjadi dua yaitu bank komersial (Islamic

commercial Bank) dan lembaga investasi dalam bentuk International

Holding Company. Pada tahun 1984 telah berkembang 5 bank Islam di

61

Adiwarman A.Karim, Bank IslamL Analisis Fiqih dan Keuangan, 18. 62

Muhammad Imran Ashraf Ustmani, Meezan Bank‟s Guide To Islamic

Banking (Urdu Bazar Karachi: Dâr al-Ishat, 2002) 43.

Page 41: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

41

Negara non muslim (Inggris, Swiss, Cyprus, Luxemburg, dan Denmark),

dan 23 bank Islam di Negara-negara Islam63

.

Perkembangan bank Syariah ini telah menarik bank-bank

konvensional untuk menawarkan produk-produk syariah, misalnya

dengan Islamic windows di Malaysia, Islamic transaction di cabang bank

Mesir, dan Islamic services di cabang bank perdagangan Arab Saudi.

Tahun 1996, Citibank mendirikan Citi Islamic Investment Bank di

Bahrain yang berprinsip pada wholly-owned subsidiary. Produk

investment banking yang islami juga ditawarkan oleh beberapa fund

management internasioal seperti the Wellington Management Company

(Amerika), Oasis International equity Fund (Inggris), State Street

Investment Management (Amerika), Hongkong-Shanghai Banking

Corporation (HSBC-London) dan ANZ Bank (Melbourne-London).

Disisi lain, pengguna jasa bank syariah dari non muslim juga sudah

berkembang, misalnya KFC, Xerox, General Motor, IBM, General

Electric, dan Chrysler64

.

Dengan berkembangnya bank bank syari‟ah di Berbagai Negara

Negara Islam lainnya, Di Indonesia rintisan praktek perbankan syariah

dimulai pada awal periode 1980-an, melalui diskusi-diskusi bertemakan

bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam. Tokoh-tokoh yang terlibat

dalam pengkajian tersebut, untuk menyebut beberapa, di antaranya

adalah Karnaen A Poerwataatmadja, M Dawam Rahardjo, AM

Saefuddin, dan M Amien Azis. Sebagai gambaran, M Dawam Rahardjo

dalam tulisannya pernah mengajukan rekomendasi Bank Syari‟at Islam

sebagai konsep alternatif untuk menghindari larangan riba, sekaligus

berusaha menjawab tantangan bagi kebutuhan pembiayaan guna

pengembangan usaha dan ekonomi masyarakat. Jalan keluarnya secara

sepintas disebutkan dengan transaksi pembiayaan berdasarkan tiga

modus, yakni mudlarabah, Musyarakah dan Murabahah65

.

Prakarsa lebih khusus mengenai pendirian Bank Islam di

Indonesia baru dilakukan tahun 1990. Pada tanggal 19 – 22 Agustus

tahun tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan

lokakarya bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada

Musyawarah Nasional IV MUI di Jakarta 22 – 25 Agustus 1990, yang

63

Khursyid Ahmad, Islamic Finance And Banking, Plan Field (The lslamic

Society of North America,1999) 21. 64

Fies UMY, Sejarah Bank Syari‟ah (2009),

hhtp://fiesumy.blogspot.com/2009/01/sejarah-bank-syariah.html 65

Moch. Yazid Afandi, Aspek Legal Perbankan Syariah di Indonesia, (2011)

http://www.ibnussite.com/aspek-legal-perbankan-syariah-di-indonesia.html

Page 42: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

42

menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja pendirian bank

Islam di Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim Perbankan

MUI dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi

dengan semua pihak yang terkait. Sebagai hasil kerja Tim Perbankan

MUI tersebut adalah berdirinya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI),

yang sesuai akte pendiriannya, berdiri pada tanggal 1 Nopember 1991.

Sejak tanggal 1 Mei 1992, BMI resmi beroperasi dengan modal

awal sebesar Rp 106.126.382.000,-. Sampai bulan September 1999, BMI

telah memiliki lebih dari 45 outlet yang tersebar di seluruh wilayah

Indonesia66

. sedangkan untuk tahun 2010 secara kuantitas, pencapaian

perbankan syariah terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank.

Jumlah BUS saat ini telah mencapai 10 unit dengan 23 UUS. Selain itu,

jumlah BPRS telah mencapai 146 unit dan total jumlah kantor syariah

sebanyak 1,640 unit. Secara geografis, sebaran jaringan kantor perbankan

syariah juga telah menjangkau masyarakat di lebih dari 89

kabupaten/kota di 33 provinsi. Dari segi aset, perkembangan perbankan

syariah meningkat secara signifikan, dari Rp 20,880 miliar (2005)

menjadi Rp 83,454 miliar (September 2010). Sementara itu, Dana Pihak

Ketiga (DPK) mencapai Rp 63,912 miliar dan jumlah pembiayaan

sebesar Rp 60,970 miliar67

.

Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan

dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam

kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan

alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat

Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan

perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana

masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan

pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi

berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan

yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta

menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,

mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam

berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi

66

Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sistem Bank Islam Bukan

Hanya Solusi Menghadapi Krisis, Namun Solusi Dalam Menghadapi Berbagai

Persoalan Perbankan dan Ekonomi Global (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 105. 67

Ali Rahma, Outlook Ekonomi Syariah 2011, (2011)

http://blogekonomisyariah.wordpress.com/2011/01/01/outlook-ekonomi-syariah-2011/

Page 43: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

43

keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa

perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif,

perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan

dapat dinikmati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa

terkecuali.

Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya

penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat

merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta

menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin

meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan

mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan

mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga

mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada

gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan

industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum

yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat

lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai

rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun

terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam

mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan68

.

Dalam pendirian BMI telah ditetapkan sebagai perusahan terbatas (perseroan) dengan ketetapan akta notaris karena sudah memenuhi syarat-syarat finansial maupun yuridis. Adanya struktur kepengurusan bank yang telah ditentukan oleh peraturan pemerintah dimana adanya dewan syariah yang tidak ditemukan dibank konvensional. Dewan syariah yaitu lembaga yang berperan secara proaktif dalam menanggapi perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis dalam bidang ekonomi dan keuangan

69.

2. Dasar Operasional Bank Syariah Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi

memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas

68

Lihat UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan syariah 69

MUI, Tentang Dewan Syariah Nasional (2009)

http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=55:tentang-

dewan-syariah-nasional&catid=39:dewan-syariah-nasional&Itemid=58

Page 44: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

44

kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip Syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai Syariah yang bersifat makro maupun mikro.

Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah, bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil), dan penggunaan uang sebagai alat tukar. Sementara itu, nilai-nilai mikro yang harus dimiliki oleh pelaku perbankan syariah adalah sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Yaitu shiddiq, amanat, tablygh, dan fat}onah. Selain itu, dimensi keberhasilan bank syariah meliputi keberhasilan dunia dan akhirat (long term oriented) yang sangat memerhatikan kebersihan sumber, kebenaran proses, dan kemanfaatan hasil

70.

Prinsip-prinsip dasar sistem ekonomi syariah akan menjadi dasar beroperasinya bank syariah yaitu yang paling menonjol adalah tidak mengenal konsep bunga uang dan yang tidak kalah pentingnya adalah untuk tujuan komersial Islam tidak mengenal peminjaman uang tetapi adalah kemitraan atau kerjasama (mudharabah dan musyarakah) dengan prinsip bagi hasil, sedang peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya imbalan apapun.

Didalam menjalankan operasinya fungsi bank syariah terdiri dari

71:

1. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi / deposan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank.

2. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik dana / sahibul mal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana (dalam hal ini bank bertindak sebagai manajer investasi)

3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

4. Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan penerimaan serta penyaluran dana kebajikan ( fungsi optional ).

70

Za‟tari, Alauddin, Al-Mas}a>rif Al-Islamiyyah Wa Ma>dha> Yajibu An

Yu‟rafa „Anha> ( Damaskus: Dar Ghar Hira, 2006). 71

Achmad Baraba, Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah, (2011)

http://www.vibiznews.com/1new/knowledge/syariah/PRINSIP%20DASAR%20OPER

ASIONAL%20PERBANKAN%20SYARIAH.pdf

Page 45: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

45

Dari fungsi tersebut maka produk bank syariah akan terdiri dari 72

:

Tabel 2.1 : Dasar Prisip Produk Perbankan Syariah dalam Praktek

PRODUK/JASA PRINSIP SYARIAH

Penghimpunan Dana

1. Giro

1. Wadiah

2. Mudharabah

2. Tabungan Syariah 1. Wadiah

2. Mudharabah

3. Deposito Mudharabah

Penyaluran Dana

1. Pembiayaan mudharabah

1. Mudharabah

2. Mudharabah Muthlaqah

3. Mudharabah Muqayyadah

2. Pembiayaan Musyarakah Musyarakah

3. Pembiayaan Murabahah Murabahah

4. Pembiayaan salam Salam

5. Pembiayaan Ististhna‟ Istishna‟

6. Pembiayaan Ijarah Ijarah

7. Pembiayaan Qardh Qardh

8. Pembiayaan Multijasa 1. Ijarah

2. Kafalah

Pelayanan

1. Letter of Credit (L/C)

impor syariah

1. Wakalah bil Ujroh

2. Kafalah

2. Bank Garansi Syariah Kafalah

3. Penukaran Valuta Asing

(Sharf)

Sharf

Sumber: Bank Indonesia, Kodifikasi Produk Perbankan Syariah73

Seperti telah disebutkan di atas, bank syariah adalah lembaga

keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor

riil melalui aktivitas investasi atau jual beli, serta memberikan pelayanan

jasa simpanan perbankan bagi para nasabah. Mekanisme kerja bank

syariah adalah sebagai berikut. Bank syariah melakukan kegiatan

72

Achmad Baraba, Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah 2011. 73

Lihat, Bank Indonesia, Kodifikasi Produk Perbankan Syariah,(2011)

www.bi.go.id

Page 46: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

46

pengumpulan dana dari nasabah melalui deposito atau investasi maupun

titipan giro dan tabungan. Dana yang terkumpul kemudian diinvestasikan

pada dunia usaha melalui investasi sendiri (non-bagi hasil/trade finan-

cing) dan investasi dengan pihak lain (bagi basil/investment financing).

Ketika ada hasil (keuntungan), maka bagian keuntungan untuk bank

dibagi kembali antara bank dan nasabah pendanaan. Di samping itu, bank

syariah dapat memberikan berbagai jasa perbankan kepada nasabahnya.

3. Aspek Legal Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia

Meski wacana bank syari‟ah sudah mengemuka di Indonesia

sejak tahun 70-an, tetapi secara formal kelembagaan saat itu belum

mendapatkan respon yang baik dari pemerintah sebagai pemegang

tunggal kebijakan. Baru di era 90-an wacana tersebut mendapatkan

respon yang baik dengan diterbitkannya UU No 7/1992. namun

demikian, keberadaan UU tersebut sebagai satu-satunya payung hukum

praktek perbankan syariah ketika itu masih belum dapat memberikan

ruang gerak secara maksimal. Beberapa kelemahan masih banyak

ditemukan dalam UU tersebut.

Seiring dengan perkembangan yang terjadi, para pemerhati

perbankan syari‟ah terus melakukan evaluasi terhadap kelemahan UU

perbankan syari‟ah yang telah ada dan menerbitkan berbagai peraturan

terbaru. Maka, muncullah UU No. 10/1998 dan berbagai peraturan lain

yang dikelaurkan oleh Lembaga pemegang otoritas tertinggi moneter

Indonesia, Bank Indonesia. Semua peraturan tersebut muncul atas dasar

kebutuhan bagi sempurna dan leluasanya praktek perbankan syari‟ah di

Indonesia.

Dengan telah diberlakukannya UU tentang Perbankan Syariah,

maka terdapat 2 (dua) UU yang mengatur perbankan di Indonesia, yaitu

UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah

dengan UU No. 10 Tahun 1998, dan UU No. 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah. Walaupun telah terdapat 2 (dua) UU yang masing-

masing mengatur bank berdasarkan prinsip syariah dan bank

konvensional, namun dalam masa peralihan ini masih dikenal Unit Usaha

Syariah, yang membuka kesempatan bagi bank konvensional untuk

melakukan kegiatan bank berdasarkan prinsip syariah. Hal ini

menyebabkan bank konvensional di satu sisi tunduk pada UU Perbankan

(bagi kantor bank yang beroperasi secara konvensional), dan di sisi lain

tunduk pada UU Perbankan Syariah (bagi UUS dan KC Syariah dari

bank konvensional dimaksud). Pada umumnya sistematika pengaturan

Page 47: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

47

UU Perbankan Syariah sama dengan UU Perbankan, yaitu antara lain

meliputi azas, tujuan dan fungsi; perizinan, bentuk badan hukum; jenis

dan kegiatan usaha, rahasia bank; pembinaan dan pengawasan; dengan

beberapa perbedaan prinsip di dalamnya khususnya yang menyangkut

aspek syariah, di samping itu terdapat beberapa pengaturan baru yaitu

mengenai tata kelola, prinsip kehatihatian, dan pengelolaan risiko,

penyelesaian sengketa; Komite Perbankan Syariah; self liquidation, serta

perluasan kewenangan pengawasan Bank Indonesia74

.

D. Persepsi dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank Syariah

1. Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap Bank Syariah di

Timur Tengah

Penelitian yang dilakukan Naser dan Moutinho pada tahun 1997

terhadap 100 bank syariah teratas di Negara-negara Arab,

memperlihatkan bahwa secara umum bank syariah mulai berkembang

pada pertengahan tahun 1970-an. Saat itu bank syariah menghadapi

persaingan antar bank konvensional itu sendiri. Serta bank-bank

konvensional dari barat yang melakukan penyesuaian dengan prinsip-

prinsip syariah75

.

Untuk memenangkan persaingan tersebut, maka penelitian itu

menyarankan perlunya strategi pemasaran yang efektif. Agar bank-bank

syariah bisa survive Maka mereka harus menempatkan pola yang koheren

untuk memperbaiki posisinya sehingga menjadi kompetitif untuk masa

jangka panjang. Perubahan lingkungan sosial ekonomi dan politik

menuntut bank-bank syariah untuk melakukan inovasi dan kreatifitas

dalam jasa dan produk, selain pengembangan pasar.

Hasil analisis ini juga mengindikasikan bahwa bank syariah tidak

menggunakan keunggulan kompetitifnya dalam komunitas muslim.

Karena itu diperlukan perubahan organisasinya untuk meningkatkan

pelayanan terhadap nasabah. Mereka juga harus bisa membuat keputusan

strategis berkenaan dengan minimum dan maksimun capital yang

ditawarkan konsumen dan peta investasi antar wilayah dan antar sektor

74

Arief R. Permana, SEKILAS ULASAN UU PERBANKAN SYARIAH,(2008),

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/40B277F4-2C92-4807-86C7-

61D01BE47127/15112/03_Sekilas_Ulasan_UU_Perbankan_Syariah1.pdf 75

Laporan penelitian Bank Indonesia, Potesi, Preferensi,dan Perilaku

Masyarakat terhadap Bank Syariah di Wilayah Sumatra Utara (Jakarta:2003), 22.

Page 48: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

48

yang ada. Untuk mengambil peran yang aktif di masa depan, maka isu-

isu pokok yang harus diperhatikan adalah mampu mengukur penerimaan

banknya ditengah masyarakat (brand equity), mengukur keefektifan

pemasaran yang diterapkan, proses produk baru yang lebih baik, serta

memperkirakan kepuasan konsumen76

.

Di Bahrain penelitian dilakukan oleh Metawa dan Almossawi

pada tahun 1998, dengan menggunakan 300 orang nasabah. menemukan

bukti bahwa keputusan konsumen dalam memilih bank syariah

didorong oleh faktor agama, di mana konsumen mereka menekankan

kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Selanjutnya, keputusan juga

termotivasi oleh faktor faktor keuntungan, keluarga dan teman-teman,

dan sebuah lokasi bank. Faktor-faktor tersebut selanjutnya dikaitkan

dengan karekteristik responden seperti umur, pendapatan dan

pendidikan.Secara umum, nasabah puas dengan pelayanan bank syariah.

Dua hal utama yang menjadi kriteria pemilihan bank syariah adalah

kesetiaan (adherence) terhadap prinsip-prinsip syariah, dan tingkat jasa

yang diperoleh (rate of return). Lama berhubungan dengan bank

memiliki kaitan dengan pemahaman terhadap jasa-jasa dan produk yang

disediakan oleh perbankan tersebut. Almossawi mengidentifikasi lima

atribut penting yang dipertimbangkan nasabah dalam memilih bank77

:

1. Lokasi ATM yang mudah dijangkau

2. Ketersediaan ATM beberapa lokasi

3. Reputasi bank

4. Layanan ATM 24 jam

5. Ketersediaan tempat parkir yang memadai

Pada tahun1989, Cengis Erol dan Radi el-Bdour melakukan

penelitian di Jordania, yaitu dikota Irbid, Zarka, dan Amman. Responden

terdiri dari golongan kelas menengah professional. Jumlah sampel adalah

237 orang dari nasabah bank konvensional dan 197 orang dari nasabah

bank syariah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor agama bukan

menjadi pertimbangan motivasi dalam memilih layanan jasa perbankan.

Responden terlihat lebih termotivasi dengan keuntungan yang akan

76

Abdul Gafur, “Persepsi dan Perilaku Pedagang Etnik Tionghoa di Mangga

Dua Terhadap Bank Syariah”, 37. 77

Metawa, S.A, Almossawi,M, Bank Marketing, 299-313.

Page 49: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

49

diperoleh jika menggunakan jasa bank78

. Adanya cabang baru bank

syariah adalah bukan pertimbangan penting bagi peningkatan

pelayanan. Selain itu, suatu kelompok memiliki pengaruh terhadap

keputusan konsumen untuk memilih bank syariah dan kesadaran

konsumen untuk memperoleh keuntungan dari laba dan bagi hasil

investasi dan redistribusi pendapatan sistem perbankan syariah79

.

Kemudian, pada tahun 1990, Erol et al. melakukan studi tentang

konsumen keputusan untuk memilih bank Islam atau perbankan

konvensional. Penelitian ini melaporkan bahwa konsumen memilih bank

Islam karena layanan yang cepat dan efisien, yang reputasi, dan

kerahasiaan perbankan. Di sini, kesimpulan yang dapat diambil adalah

laba yang bermotif (faktor ekonomi) ada dalam faktor memilih

perbankan syariah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Naser, Jamal, dan Al-Khatib

pada tahun 1999 menunjukkan bahwa faktor-faktor motivasi konsumen

memilih perbankan syariah adalah reputasi bank, alasan agama, persepsi

bahwa perbankan syariah tidak hanya menawarkan fasilitas yang sama

dengan perbankan konvensional tetapi juga menerapkan prinsip Islam,

dan kemampuan perbankan untuk menjaga kerahasiaan, serta laba. Pada

saat yang sama, faktor-faktor motivasi konsumen untuk memilih baik

bank syariah maupun konvensional untuk melakukan diversifikasi

investasi dan pembatasan cabang perbankan syariah dan pelayanan

waktu. Kesimpulan dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa

konsumen memilih perbankan syariah, karena faktor agama dan laba

(faktor ekonomi)80

.

2. Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah di

Inggris dan Amerika

Penelitian yang dilakukan pada tahun 1992 di Inggris

menunjukkan bahwa secara umum responden yang berpendidikan tidak

mengetahui apa yang dimaksud dengan lembaga keuangan syariah. Hal

ini mungkin disebabkan oleh lembaga keuangan syariah masih tergolong

baru dinegara tersebut. Hasil dari penelitian itu menyebutkan sekitar 10

persen responden berprinsip masih tetap membuka tabungan di bank

78

Abdul Gafur, “Persepsi dan Perilaku Pedagang Etnik Tionghoa di Mangga

Dua Terhadap Bank Syariah”, 37. 79

Cengiz Erol, Radi El-Bdour, International Journal Banking and Marketing,

Vol.7 No.6, 1989, 31-37. 80

Kamal Naser, Ahmad Jamal, and Khalid Al-Khatib, The International

Journal of Banking Marketing for the Financial Services Sector, Vol.17 No.3, 1999,

135-150.

Page 50: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

50

konvensional, 29 persen bersedia membuka dua rekening yaitu dibank

syariah dan bank konvensional, dan sepertiga responden akan menutup

rekening di bank konvensional dan menggantinya dengan bank syariah81

.

Namun dalam penelitian lain tentang aspek financial perumahan

di Inggris pada tahun 1990 dengan 100 reponden muslim yang bertempat

tinggal di Leichestershier (Leichester dan Loughborogh),

memperlihatkan adanya kecenderungan bahwa pendidikan memiliki

peranan yang cukup besar. Dengan semakin tingginya pendidikan, maka

kesadaran dan pengetahuan mengenai permasalahan dalam sistem

keuangan syariah juga semakin baik. Hasil yang diperoleh dari penelitian

ini menunjukkan bahwa 37 persen responden cenderung membuka

rekening di bank syariah, sekitar 42 persen bersedia menutup rekening

mereka di bank konvensional dan menggantikannya dengan rekening

bank syariah. Lewis juga berargumen bahwa meskipun banyak upaya,

namun untuk generalisasi konsep tentang dinamika pengambilan

keputusan terhadap bank atau lembaga keuangan, masih memerlukan

penelitian lebih lanjut82

. Penelitian yang dilakukan oleh Coyle memberikan kesimpulan

yang berbeda tentang faktor yang mendorong nasabah memilih bank konvensional atau bank syariah. Hasil penelitian tersebut mendukung bahwa motivasi nasabah dalam memilih bank syariah cenderung didasarkan kepada motif keuntungan, bukan kepada motif keagamaan.

Dengan kata lain, nasabah lebih mengutamakan economic

rationale dalam keputusan memilih bank syariah dibandingkan dengan

lembaga perbankan non-syariah atau bank konvensional83

. Sedangkan

Kaynak menemukan tiga atribut penting yang menjadi pertimbangan

dalam memilih bank yaitu ketersedian ATM, pelayanan yang cepat dan

efisien, serta respon petugas yang cepat pula84

.

3. Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah di

Malaysia dan Singapura

81

Abdul Gafur, “Persepsi dan Perilaku Pedagang Etnik Tionghoa di Mangga

Dua Terhadap Bank Syariah”, 36. 82

B.R. Lewis, “Studen Account A Porofitable segmen?” Bank Marketing, Vol.

16 no.3, (1982)a, 63-72. 83

T. Cooyle, “The Bank Tomorrow”, American Community Banker, Vol 8,

no.7, 1999, 16-18. 84

Kaynak, E. “American Consumers‟Attitudes Towards Commercial Banks”,

Bank Marketing, Vol.23, No.1, (2005), 73-89

Page 51: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

51

Di Malaysia penelitian dilakukan oleh Haron dan kawan-

kawannya pada tahun 1994 melakukan penelitian yang menyatakan

bahwa secara umum sikap masyarakat terhadap bank syariah relatif

sama. Meskipun demikian, ditemukan perbedaan yang cukup menarik,

responden muslim menginginkan pelayanan cepat dan efisien dalam

memilih bank, sementara responden non muslim lebih mengutamakan

keakraban secara personal dengan staf bank,diatas pelayanan yang

diberikan dan reputasi oleh suatu bank. Dalam hal pengenalan dalam

perbankan syariah, 100 persen responden mengetahui eksistensi bank

syariah yang diperolehnya dari surat kabar, majalah , TV, radio dan

keluarga. Sebalinya, 57 persen responden non muslim yang mengetahui

keberadaan bank syariah. Mereka hanya mengandalkan pengetahuan

tersebut dari majalah dan Koran, namun tidak dari anggota keluarga.

Suatu temuan yang menarik adalah bahwa 32 persen responden non

muslim merasa yakin bahwa bank syariah hanya khusus untuk orang

muslim saja85

.

Saiful Azhar dan Mohd Afandi Abu Bakar dalam jurnalnya yang

berjudul Performance of Islam and Mainstream Banks in Malaysia

mengatakan bahwa tren dalam bank syariah yang beroperasi di Malaysia

dalam aplikasi pembiayaan (al- Mura>bah}ah dan Ijarah wa iqtina),

sekarang ini terdapat lebih dari 90 persen di asset bank syariah tersebut.

Dalam pembiayaan, bank syariah akan membeli barang tersebut dengan

tunai dan dengan cicilan(kredit). Dalam cara ini, tidak ada pinjaman yang

diberikan senjak nasabah membuat kesepakatan dengan pihak bank untuk

membeli barang tersebut.pihak bank berasumsi bahwa nasabah akan

membeli dan membayar sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat

atas dasar kepercayaan, ini terkait terhadap pandangan masyarakat

terhadap bank syariah yang mempunyai akhlak yang sesuai dengan

norma-norma agama islam serta hukum-hukum islam yang

mengaturnya86

.

85

Nurafifah Ahmad &S. Haron,” Perception of Malaysia Corporate Customers

Toward Islamic Banking Product & Services”, International Journal of Islamic

Financial Services. Vol 3. No.4, edisi Januari- Maret 2002, dari www.islamic-

finance.net/journal. 86

Saiful Azhar Rosly and Mohd Afandi Abu Bakar, “Performance of Islamic

and Mainstrem Bank in Malaysia”, Social Economics (2003), 1250.

Page 52: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

52

Gerrard dan Cunningham melakukan penelitian di Singapura

pada tahun 1997, hasil penelitiannya menyatakan bahwa masyarakat

muslim dan non muslim belum sadar dengan budaya bank syariah,

namun mereka mempunyai sikap yang berbeda pada perbankan syariah.

Mereka hanya sepakat pada satu hal yaitu “jasa yang lebih tinggi dari

tabungan mereka. Untuk responden non muslim hanya 0,6 persen yang

dapat menjelaskan makna riba, dan hanya 2 persen yang dapat

menjelaskan makna syariah, serta tidak ada paham tentang sistem

keuangan syariah. Pada kalangan reponden muslim, 20,7 persen yang

paham tentang riba dan 37 persen yang paham tentang syariah.

Meskipun demikian hanya satu responden yang memahami

dengan baik produk-produk perbankan syariah itupun hanya dari

responden muslim. Sedangkan dalam hal sikap terhadap bank syariah

22,6 persen responden dari kalangan muslim menyatakan bahwa alasan

agama merupakan motivasi utama untuk menyimpan uang dibank

syariah. Sementara lebih dari dua pertiga responden muslim

menggunakan panduan alasan keagamaan dan keuntungan. Ada

kesepakatan antara reponden muslim dan non muslim mengenai

keharusan bank dalam menyediakan pelayanan yang cepat dan efisien.

Kalangan non muslim lebih mengutamakan bunga yang tinggi dari

tabungan, sementara kalangan muslim tidak terlalu memprioritaskan

masalah bunga tersebut87

.

4. Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah di

Indonesia

a. Persepsi dan perilaku masyrakat terhadap bank syariah di

Kalimantan Selatan88

Penelitian terhadap perbankan syariah di Kalimantan selatan

dilakukan di 8 kabupaten atau kota dengan Kriteria yang dijadikan dasar

dalam memilih kabupaten atau kota yaitu berdasarkan variabel-variabel

sosial ekonomi yang digunakan meliputi kriteria jumlah rumah tangga,

87

Gerrard, Philip, and J. Barton Cunningham, 1997. “Islamic Banking: A

Study in Singapore”, International Journal of Bank Marketing, Vol.15 No.6 : 202-216. 88

Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut

Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank

Syariah,(2004) http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F0-88AC-

248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-kalsel-pdf

Page 53: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

53

jumlah tempat ibadah, jumlah penduduk menurut lapangan kerja, dan

potensi pertumbuhan ekonomi serta pertimbangan peneliti. Berdasarkan

variabel-variabel tersebut maka terpilih 8 kabupaten atau kota contoh

adalah: Kota Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tapin,

Banjar Baru, Tanah Laut, Hulu Sungai Selatan, dan Hulu Sungai Utara.

Pengambilan data lapang dilakukan secara serentak pada bulan maret

2004.

Sebagian besar responden dari delapan kabupaten di Kalimantan

Selatan menyatakan pernah mendengar tentang bank syariah (88.2%).

Kesan awal yang tertangkap oleh responden tentang bank syariah yang

dominan adalah: bank syariah merupakan bank yang islami (64.3%),

bank dengan sistem bagi hasil (45.2%), kurang dikenal (14.7%), dan

bank khusus orang islam (13.2%). Lebih jauh, jika responden ditanya

tentang pengetahuannya tentang bank syariah, sebagian responden

menjawab tidak memiliki pengetahuan sama sekali (24.4%).

Pada umumnya responden mengetahui bahwa bank syariah

adalah: bank dengan sistem bagi hasil (51.6%), bank yang beroperasi

tidak dengan sistem bunga (34.3%), bank yang berbasis pada syariah

agama (29.0%), dan bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah

Islam (20.1%). Dalam hal menjawab kesan dan pengetahuan tentang

bank syariah,dimungkinkan satu responden menjawab lebih dari satu

jawaban. Informasi tentang bank syariah umumnya diperoleh responden

dari: media elektronik (televisi) (47.7%), teman, keluarga, rekan kerja

(36.8%), dan media cetak (surat kabar) (33.9%).

Ketiga media informasi ini merupakan media utama bagi

masyarakat dalam memperoleh informasi tentang bank syariah pada

semua lokasi penelitian. Informasi ini penting sebagai masukan bagi

pihak terkait dalam rangka memilih media informasi untuk sosialisasi

bank syariah. Lebih jauh, untuk ketiga media informasi ini jenis acara

yang paling banyak diikuti oleh masyarakat adalah siaran berita, hiburan,

dan dialog politik maupun ekonomi. Lebih jauh, tentang perilaku adopsi

terhadap bank syariah, dari 160 responden (18.2%) mengatakam bahwa

alasan responden dalam memilih bank syariah yang dominan adalah:

kesesuaian dengan syariah agama (72.5%), lokasi/aksesibilitas (35%),

Page 54: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

54

profesionalisme pelayanan (16.9%), kredibilitas (16.9%) dan fasilitas

(16.9%)89

.

Sementara itu, jenis produk bank syariah yang banyak

dimanfaatkan adalah produk penghimpunan dana, yaitu tabungan

mudharabah (90.6%). Produk pembiayaan masih relatif sedikit, dengan

sistem yang dominan adalah murabahah. Sementara untuk jasa, hanya

wakalah yang relatif sudah ada yang memanfaatkannya. Motivasi

responden dalam memanfaatkan produk penghimpunan dana bank

syariah adalah: dalam rangka menjalankan syariah agama (58.8%), bank

syariah tidak menggunakan sistem bunga (43.1%), sistem bagi hasil yang

jelas (38.1%), dan pelayanan yang cepat (25.6%).

Dalam memanfaatkan produk pembiayaan, alasan yang dominan

adalah tidak menggunakan sistem bunga, menjalankan syariah agama.

Alasan lainnya adalah penanggungan risiko bersama (lebih adil) dan

pelayanan yang cepat. Pada pemanfaatan jasa, alasan dominan adalah

pelayanan yang cepat, menjalankan syariah agama dan biaya transaksi

yang murah. Sebagian besar responden tidak menjawab ketika ditanya

tentang kelebihan bank syariah. Beberapa responden yang menjawab

tentang kelebihan bank syariah adalah bahwa sistem bank syariah tidak

mengandung riba (halal), sistem bagi hasil tidak memberatkan, produk

bank syariah telah mampu memenuhi harapan dan keinginan sebagian

responden, dan pelayanan yang ramah, cepat dan akurat. Sementara itu

menurut persepsi masyarakat adalah belum yakin apakah prinsip syariah

diterapkan dengan benar, informasi tentang produk yang dinilai masih

sangat kurang dan perhitungan bagi hasil tidak jelas.

b. Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap Bank syariah di

Jawa tengah dan Yogyakarta90

89

Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut

Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank

Syariah,(2004) http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F0-88AC-

248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-kalsel-pdf 90

Ringkasan Eksekutif kerjasama Bank Indonesia dengan Pusat Penelitian

Kajian Pembangunan Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro Semarang,

Penelitain Potensi, Preperensi dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di

Wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta,

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/219C8504-BB4A-4F86-B982-

1A24ED29627D/13439/BPSESjatengindonesia.pdf

Page 55: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

55

Dari hasil pembahasan terhadap potensi, preferensi, sikap dan

perilaku masyarakat terhadap bank syariahmaka dapat disimpulkan

sebagai berikut : Potensi demografi yang meliputi antara lain umur dan

pendidikan menunjukkan bahwa keluargakeluarga, yang ada di Jawa

Tengah dan DI Yogyakarta masuk dalam kategori yang berumur tua serta

mempunyai rata-rata pendidikan yang relatif tinggi. Potensi ekonomi

yang menunjukkan tentang aksesibilitas wilayah serta tingkat

pengeluaran keluarga maka terlihat bahwa terdapat kabupaten dengan

kategori sangat tinggi antara lain Kota Semarang, Kota Pekalongan,

Kabupaten Kendal , Kota Tegal, Kota Surakarta dan Kota Yogyakarta.

Sementara untuk yang masuk dalam kategori rendah antara lain

kabupaten-kabupaten Rembang, Jepara,Kudus, Demak, Boyolali dan

Cilacap. Potensi nilai sosial yang menunjukkan respon masyarakat pada

hal – hal yang baru menunjukkan bahwa kabupaten/kota yang sangat

responsif adalah Kota Pekalongan dan Kabupaten Cilacap. Sedangkan

daerah yang kurang responsif terdapat di Kabupaten Kudus, Kab.

Demak, Kota Tegal dan Kabupaten Boyolali. Potensi sistem sosial yang

mencerminkan derajat keaktifan sosial terlihat bahwa kabupaten-

kabupaten Kudus, Demak dan Kota Semarang merupakan daerah

yang sangat tertutup. Sementara daerah yang terbuka terdapat pada

Kabupaten Rembang, Kab. Jepara, Kab. Kendal, Kota Pekalongan, dan

Kab. Bantul.

Preferensi terhadap keuntungan relatif yang mencerminkan

pandangan responden tentang perbankan syariah mempunyai nilai lebih

jika dibandingkan dengan bank konvensioanal maka terlihat Kota

Magelang dan Kota Semarang merupakan daerah yang mempunyai

proporsi terbesar terhadap nilai keuntungan relatif pada bank syariah91

.

Preferensi terhadap tingkat kompatibilitas yang menunjukkan tingkat

kecocokan terhadap sistem perbankan syariah maka terlihat bahwa

sebagian besar masyarakat tidak setuju terhadap tingkat kompatibilitas

dari perbankan syariah. Tingkat kompatibilitas terendah terlihat pada

Kabupaten Demak, Kota Semarang dan Kabupaten Kendal. Preferensi

terhadap tingkat kompleksitas perbankan syariah yang menunjukkan nilai

dimana perbankan syariah mempunyai dimensi yang komplek maka

terlihat sebagian besar masyarakat setuju terhadap tingkat kompleksitas

perbankan syariah. Preferensi terhadap tingkat triabilitas/observabiltas

yang menunjukkan derajat keingin-tahuan masyarakat terhadap

91

Rudjito, Ekonomi Syariah dalam Sorotan (Jakarta: Yayasan Amanah, 2003).

Page 56: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

56

perbankan syariah maka terlihat bahwa Kabupaten Brebes dan Kota

Semarang merupakan daerah dengan derajat keingintahuan yang

tertinggi. Tingkat preferensi masyarakat yang merupakan gabungan dari

indikator-indikator keuntungan relatif,kompatibilitas, kompleksitas dan

triabilitas terhadap perbankan syariah menunjukkan bahwa daerahyang

paling tinggi terdapat pada Kabupaten Brebes, Kota Surakarta dan

Kabupaten Cilacap.

Sikap masyarakat yang meliputi sikap terhadap sistem dan produk

perbankan syariah menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakt tidak

mengetahui sistem maupun produk perbankan syariah.

Meskipundemikian, ada beberapa daerah yang mempunyai proporsi

terbesar berkaitan dengan pengetahuantentang sistem dan produk

terdapat pada Kabupaten Demak dan Kabupaten Kendal. Perilaku

masyarakat yang dilihat dari dua aspek masing - masing keinginan

masyarakat untuk menabung dan memperoleh pembiayaan dari

perbankan syariah. Ada sekitar 59,00 persen yang menginginkan

menabung di perbankan syariah dan 55,11 persen yang menyatakan

menginginkan untuk memperoleh pembiayaan dari perbankan syariah.

Ditinjau dari pengembangan Bank Syariah di Jawa Tengah maupun DIY

dapat dilihat bahwa pengembangan perbankan syariah mempunyai

prospek yang mengembirakan. Hal ini tercemin dimana sebagian besar

responden mempunyai respon yang positif meskipun mereka belum

mengenal tentang sistem dan produk-produk perbankan syariah.

c. Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah di

Jakarta dan sekitarnya92

Penelitian ini dilakukan oleh pusat pendidikan dan pusat

kebanksentralan Bank Indonesia bekerjasama dengan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah pada tahun 2003. Cakupan wilayah dalam

penelitian ini meliputi 8 wilayah jabodetabek yaitu, Jakarta pusat, Jakarta

Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Bekasi, tangrang dan

Bogor. Sedangkan untuk jumlah reponden sebanyak 100 responden

untuk setiap wilayah.

Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa persepsi masing-

masing kelompok terhadap bank syariah relative beragam. Kesan yang

paling banyak dirasakan oleh responden adalah bank syariah adalah bank

92

UIN Syariaf Hidayatullah dan Bank Indonesia, Persepsi dan Perilaku

Masyarakat terhadap Bank Syariah di wilayah Jakarta dan sekitarnya (Jakarta, 2003)

Page 57: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

57

islami dan bank yang menerapkan sistem bagi hasil. Namun, sebagian

kecil responden memiliki kesan bahwa bank islam adalah bank khusus

orang islam. Hal ini dikarenakan istilah penamaan produknya

menggunakan istilah islam bahasa arab.

Dari segi pengetahuan masyarakat terhadap bank syariah

diperoleh bahwa umunya sebagaian besar responden menyatakan pernah

mendengar bank syariah. Namun pengetahuan itu belum bersifat

menyeluruh dan masih bersifat parsial dalam memahami bank syariah.

Sumber informasi yang paling banyak mereka terima adalah melalui

kontak individual, surat kabar, televise dan informasi langsung dari

bank. Kesemua media informasi tersebut memiliki peranan penting untuk

mensosialisasikan perbankan syariah.

Temuan dari perilaku responden menunjukan bahwa hampir

seluruh nasabah bank syariah akan terus menajadi nasabah bank syariah.

Variabel utama yang menjadi pengaruh terhadap keputusan itu adalah

jenis pekerjaan, lokasi/aksesibilitas, dan terkait dengan prinsip bank

syariah. Terdapat faktor utama yang mempengaruhi masyarakat dalam

memanfaatkan jasa perbankan syariah antara lain tingkat pendidikan,

lokasi/ aksesibilitas, dan kesesuaian dengan syariah agama. Sedangkan

variabel utama dalam yang berpengaruh nyata terhadap rencana

masyarakat (non nasabah bank syariah) untuk mengadosi produk jasa

bank syariah adalah pendidikan agama, hadiah atau bonus pada bank

konvensional dan kenyamanan pelayanan.

Perilaku seluruh responden terlihat bahwa variabel yang sangat

dekat dengan obyek syariah adalah orang yang lambat menerima

perubahan atau sesuatu yang baru dan meidentifikasikan diri sebagai

sosok yang islami. Sedangkan obyek yang dekat dengan syariah

konvensional adalah orang yang terbuka terhadap informasi, memiliki

tipe panutan atau pelopor dan cepat dalam mengambil keputusan.

Sementara kualifikasi responden dengan pendidikan tinggi,yang dekat

dengan obyek syariah adalah obyek yang lambat dalam menerima

perubahan atau sesuatu yang baru.

Page 58: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

58

d. Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah di

Sumatra Selatan93

Penelitian di wilayah kerja BI Palembang mencakup wilayah

Propinsi Sumater Selatan dan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung,

dengan mengambil lokasi pada 7 (tujuh) daerah kabupaten dan kota,

yaitu: Kota Palembang, Kabupaten Musi Banyuasin, Musi Rawas, Muara

Enim, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu, serta Kota Pangkal

Pinang. Total jumlah responden adalah 775 orang, yaitu antara 99 sampai

103 orang di 6 wilayah, di tambah 158 orang di kota Palembang. Jumlah

responden di Kota Palembang yang 1,5 kali lebih banyak dibandingkan

lokasi-lokasi lain, dengan pertimbangan bahwa kota Palembang

merupakan sentra aktifitas ekonomi dengan potensi yang jauh lebih besar

secara relatif di seluruh wilayah ini.

Satu temuan yang cukup menarik adalah, hanya 72,0 persen dari

seluruh responden yang mengaku “pernah mendengar” tentang bank

syariah, dan yang kemudian mengaku “tahu” hanya 86,9 persen

dari yang mendengar tersebut. Dengan pengetahuan yang masih rendah

tersebut, kesan pokok yang muncul adalah bahwa bank syariah adalah

sebagai “bank Islami” (72,8%), dan “bank sistem bagi hasil” (46,3%).

Sementara untuk yang mengaku tahu, pengetahuan pokok yang dimiliki

adalah bahwa bank syariah adalah “bank sistem bagi hasil”, “bank yang

berbasiskan syariah agama” dan “bank yang sesuai dengan prinsip-

prinsip syariah”. Tampak bahwa, belum satupun alasan ekonomi yang

muncul dari responden, misalnya yang menyatakan “bank syariah adalah

bank yang lebih menguntungkan dan lebih adil secara ekonomi”.

Konfigurasi pengetahuan dan persepsi seperti ini, sebagaimana dengan

bank konvensional, sumber informasi pokoknya berasal televisi, surat

kabar, serta nonformal social network dari teman, keluarga dan tetangga.

Artinya, televisi dan surat kabar, merupakan dua saluran komunikasi

yang juga disarankan untuk dijadikan alat untuk mengkomunikasikan

perbankan syariah ke masyarakat.

Kesesuaian dengan syariah agama (Islam) (69,3%) merupakan

faktor utama yang mendorong nasabah syariah (total 137 orang) dalam

memanfaatkan bank syariah, sementara faktor sekundernya adalah

93

Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut

Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank

Syariah,(2004) http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F0-88AC-

248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-sumsel-pdf

Page 59: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

59

kredibilitas dan kemudahan aksesibilitas. Jadi, tampaknya keputusan

mengadopsi masih dilandaskan kepada hal-hal yang bercorak sentiment

keagamaan, belum lagi dari satu alasan rasionalitas ekonomi. Alasan ini

bukan merupakan alasan yang teguh, karena terbukti kemudian dalam

analisis logit, bahwa mereka yang cenderung akan terus memanfaatkan

jasa bank syariah bukan dari kelompok ini, tapi dari pertimbangan bagi

hasil. Dengan kata lain, jika untuk masuk pertama kali menjadi nasabah

sentimen keagamaan cukup berguna, namun jika kemudian mereka

merasa tidak puas, terutama bagi hasil yang tidak menguntungkan

(rasionalitas ekonomi), maka mereka cenderung akan meninggalkan.

Impilkasi dari temuan ini, disarankan agar “rasionalitas ekonomi” harus

lebih dikedepankan dalam mengkomunikasikan kelebihan bank syariah

kepada khalayak.

Kendalanya kemudian adalah, bahwa saluran tradisional yaitu

kyai, ustadz dan ulama belum siap untuk mengkomunikasikannya, karena

umumnya belum memiliki pengetahuan terhadap analisis ekonomi

tersebut. Pihak perbankan syariah sendiri perlu semakin meningkatkan

kinerja dan pelayanannya, sehingga mampu memberikan bukti - bukti

keuntungan ekonomi pula. Perlu ditekankan bahwa, perdebatan halal

dan haram dapat diminimalisir apabila keunggulan bank syariah dapat

dibuktikan secara riel dari sisi keuntungan ekonominya. Inilah tantangan

bagi institusi perbankan syariah ke depan.

Dari seluruh nasabah bank syariah (137 orang), hampir

seluruhnya (96,4%) hanya memanfaatkan satu jenis produk saja yaitu

Tabungan Mudharabah, dan 9,5 persen mengadopsi Deposito

Mudharabah. Khusus untuk produk pembiayaan, 15,3 persen

menggunakan Bai Murabahah atas prinsip jual beli, dan hanya 5,8 persen

yang sudah memanfaatkan Syirkah Mudharabah. Dari indepth interview

dan focus group discussion ditemukan alasan, bahwa pihak perbankan

sendiri masih terkendala oleh kelemahan sumber daya manusia untuk

mengaplikasikan pembiyaan mudharabah dan musyarakah secara lebih

luas.

Disebabkan karena pengetahuan yang masih dangkal dan

interaksi yang masih terbatas dengan perbankan syariah, berbagai

persepsi responden berkenaan dengan kelebihan bank syariah masih

terkait dengan aspek hukum, yaitu produk yang “tidak riba atau halal”

(10,9%). Sementara itu, secara umum 94,2 persen responden syariah

merasa bank syariah lebih memiliki kelebihan, namun 47,4 persen juga

melihat bahwa bank syariah juga memilki kelemahan, dibandingkan

Page 60: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

60

dengan bank konvensional atau dibandingkan antara bentuk yang ideal

dengan yang saat ini beroperasi. Satu temuan yang cukup menarik untuk

dikemukakan disini adalah, bahwa saat ini konsep berpikir masyarakat

tentang perbankan dapat dikatakan cenderung tidak konsisten. Dari

seluruh responden (775 orang), 49,9 persen merupakan responden yang

tidak konsisten, sedangkan 50,1 persen adalah konsisten. Responden

yang tergolong konsisten dan teguh dengan prinsip syariah hanyalah 33,2

persen, dan tergolong konsisten dengan bank konvensional 16,9 persen.

Kemudian, dari 33,2 persen yang bersikap bahwa bunga bank

bertentangan dengan agama dan karena itu tidak setuju dengan

penggunaan bunga dalam perbankan; namun sebagian besar dari mereka

(222 dari 257 orang) sesungguhnya saat ini sedang menjadi nasabah

perbankan konvensional. Jadi meskipun mereka konsisten dalam

bersikap, namun dalam kenyataannya mereka juga tidak konsisten dalam

perilaku. Hal inipun dapat dipahami secara logis, bahwa meskipun

mereka bersikap teguh dalam prinsip, namun belum tersedianya jaringan

bank syariah yang handal padahal mereka terdesak untuk memanfaatkan

jasa perbankan untuk keperluan sehari-hari.

Data tersebut menggambarkan apa yang diperoleh dari kebijakan

elit pemerintah dan agama yang terlalu lama mengambangkan legalitas

bunga selama ini. Akibatnya, sebagian masyarakat (muslim) sudah

sangat terbiasa dengan bunga dan tidak kritis lagi melihat kelemahan-

kelemahan bunga secara ideologis. Mengintroduksikan sikap baru,

bahwa bunga adalah haram sebagai mana fatwa MUI pada bulan

Desember 2003, ternyata tidak langsung mampu merubah konfigurasi

persepsi dan perilaku masyarakat muslim yang sudah agak baku selama

ini. Dari penelitian ini juga terungkap, bahwa meskipun 60,0 persen

menyatakan mendukung terhadap prinsip fatwa tersebut, namun 78,6

persen responden belum melakukan tindakan apa-apa, dan hanya 28,0

persen yang berencana untuk membuka rekening di bank syariah, dan

24,6 persen berencana untuk mengalihkan ke rekening bank Syariah

Informasi ini menyiratkan bahwa “kepatuhan” ummat terhadap ulama di

Indonesia tidaklah mutlak. Atau, mungkin saja kepatuhan tersebut

tidaklah semata-mata kepada institusi Majelis Ulama Indonesia (MUI)

saja. Mungkin institusi keulamaan lokal juga merupakan referensi yang

lebih diakui masyarakat tertentu.

Dari analisis logit terhadap seluruh responden, diperoleh bahwa

berbagai faktor yang memiliki pengaruh positif dalam mengadopsi bank

Page 61: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

61

syariah adalah mereka yang memiliki pendidikan nonformal bisnis,

bekerja pada industri, pekerjaan petani, mempertimbangkan kemapanan

dan profesionalisme perbankan, tokoh agama, taat beragama, mereka

yang menyatakan bahwa bunga bertentangan dengan agama, memiliki

kesan positif terhadap bank syariah, serta yang diwilayah tersebut

tersedia bank syariah. Namun, khusus untuk keberlangsungan dalam

mengadopsi bank syariah, responden yang lebih cenderung terus

mengadopsi adalah mereka yang memiliki pendidikan nonformal

keagamaan, terbuka terhadap sumber informasi, serta yang

mempertimbangkan bagi hasil. Sedikit berbeda dari data di atas, dari

analisis psikografis diperoleh pemahaman bahwa karakter yang melekat

pada mereka yang selama ini telah mengadopsi bank syariah adalah

mereka yang tergolong cepat mengambil keputusan, bersosok Islami, dan

merupakan panutan atau pelopor di tengah masyarakat. Implikasinya,

segmen masyarakat seperti ini layak dijadikan prioritas utama sebagai

nasabah untuk perbankan syariah.

e. Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah di

Jawa Barat94

Penelitian di Jawa Barat ini dilakukan oleh Lembaga Penelitian

dari Istitut Pertanian Bogor. Cakupan wilayah penelitian meliputi 10

Daerah Tingkat II di Wilayah Propinsi Jawa Barat, dengan jumlah

responden ditargetkan sebesar 100 responden setiap Daerah Tingkat II.

Kriteria wilayah penelitian didasarkan pada kondisi aktual dan potensial

yang menyangkut variabel-variabel seperti jumlah pondok pesantren,

panjang jalan, tempat ibadah, jumlah penduduk menurut lapangan kerja,

aktifitas perdagangan, dan aktifitas perbankan.

Hasil analisis model logit menunjukkkan bahwa bank syariah

ternyata lebih diminati kalangan berpenghasilan menengah ke bawah.

Hal ini terutama karena didukung dengan sistem jemput bola yang

merupakan andalan utama dalam melayani nasabah (terutama BPRS)

yang sangat diminati masyarakat dari kalangan tersebut. Temuan hasil

studi menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat terhadap bank

94

Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut

Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank

Syariah,(2000) http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F0-88AC-

248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-jawabarat-pdf

Page 62: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

62

syariah baik yang berkaitan dengan sistem maupun jenis layanan/jasa,

masih dapat dikatakan rendah. Selain itu aksesibilitas/keberadaan bank

syariah juga menjadi salah satu faktor yang menentukan keinginan

masyarakat untuk mengadopsi (terus mengadopsi) bank syariah.

Variabel-variabel dominan yang dihasilkan dari proses

pengolahan data primer dengan analisa logit kemudian dianalisa silang

dengan variabel-variabel yang relevan ditemukan pada lokasi penelitian..

Variabel ekonomi yang relevan terpilih yaitu jumlah tenaga kerja, jumlah

perdagangan skala menengah dan kecil, jumlah kantor bank dan lembaga

keuangan, aksesibilitas jalan, jumlah penghimpunan dana perbankan dan

penyaluran kredit perbankan. Sementara variabel sosial yang relevan

adalah jumlah umat Islam, jumlah tokoh agama yang menunjukkan posisi

sosial dalam masyarakat, jumlah pondok pesantren dan jumlah rumah

ibadah. Berdasarkan variabel-variabel tersebut, analisa dengan skor

tertimbang menunjukkan bahwa wilayah di lokasi penelitian dapat dibagi

menjadi tiga klasifikasi potensi pengembangan.

Klasifikasi pertama menunjukkan daerah-daerah yang memiliki

potensi terbaik dalam pengembangan bank syariah yaitu Kodya Bandung,

Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Tangerang. Sementara kelompok

kabupaten yang memiliki tingkat potensi cukup baik adalah Kabupaten

Bekasi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Tasikmalaya. Sedangkan

yang termasuk dalam kategori memiliki potensi wilayah kurang baik

adalah Kodya Bogor, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Cianjur, dan

Kabupaten Sukabumi. Sementara yang termasuk dalam potensi wilayah

rendah adalah Kabupaten Karawang.

Penelitian untuk wilayah Jawa Barat diperoleh informasi bahwa

masyarakat non nasabah bank syariah yang diberi penjelasan sistem,

produk dan jasa serta kehalalan bank syariah mempunyai kecenderungan

kuat untuk memilih bank syariah. Namun sebaliknya, nasabah yang

menggunakan jasa bank syariah, terenyata sebagian dari mereka memiliki

kecenderungan untuk berhanti menjadi nasabah bank syariah. Alasannya

antara lain adalah kualitas pelayanan yang kurang baik atau keraguan

akan konsistensi penerapan prinsip syariah95

.

Untuk melengkapi hasil analisa potensi wilayah dan penentuan

kelompok sasaran pasar bagi bank syariah, maka dilakukan analisa

95

Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia, Ringkasan

Pokok-pokok Hasil Penelitian “Potensi, Preferensi, dan Perilaku Masyarakat terhadap

Bank Syariah di Pulau Jawa” ,Desember 2000, www.bi.go.id

Page 63: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

63

berdasarkan data primer pada keragaan responden yang menjadi nasabah

bank syariah atau berkeinginan mengadopsi produk bank syariah. Dari

jenis pekerjaan utama responden, maka kelompok yang potensial

menjadi nasabah bank syariah adalah yang memiliki pekerjaan sebagai

pengusaha/pedagang, dengan kabupaten yang memiliki potensi baik

untuk hal ini adalah Kabupaten Bandung, Kabupaten Sukabumi,

Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Cirebon. Sedangkan Kodya

Bandung, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten

Tasikmalaya merupakan wilayah yang berpotensi untuk menjaring

masyarakat potensial menjadi nasabah pada tingkat penghasilan sedang.

Untuk variabel keberadaan tokoh masyarakat yang cukup berperan dalam

sosialisasi sistem dan produk bank syariah maka Kabupaten Cianjur,

Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor memiliki prioritas

pengembangan yang cukup besar. Sedangkan dari sisi aksesibilitas maka

lokasi yang memiliki prioritas pengembangan adalah Kabupaten

Tangerang, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Tasikmalaya.

f. Persepsi dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di

Sumatra Utara96

Penelitian ini dilakukan oleh Bank Indonesia bekerjasama dengan

Lembaga Penelitian Institut Pernatian Bogor pada tahun 2003, dengan

mengambil 8 kabupaten kota yaitu, Kabupaten Asahan, Kabupaten

Labuhan Batu, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat,

Kabupaten Tapanuli Selatan, Kota Medan , Kota Tanjung Balai, dan

Kabupaten Mandailing Natal.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa sebagian besar nasabah

bank syariah juga menjadi nasabah bank konvensional, dengan

pendidikan umumnya relatif tinggi (SLTA ke atas). Hal ini menunjukkan

bahwanya adanya bank syariah telah menarik sebagian nasabah bank

konvensional untuk beralih atau setidaknya mencoba menjadi nasabah

bank syariah. Jenis pekerjaan dominan nasabah bank syariah adalah

pegawai (pemerintah atau swasta) dan pengusaha, dengan jenis usaha

dominan dibidang perdagangan. Sementara dari tingkat pendapatan,

sebagian besar nasabah bank syariah memiliki tingkat pendapatan sedang

atau tinggi.

96 Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut

Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank

Syariah,(2000) http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F0-88AC-

248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-sumatrautara-pdf

Page 64: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

64

Pemahaman masyarakat terhadap bank syariah masih rendah,

yang disebabkan oleh sosialisasi terhadap prinsip dan sistem ekonomi

syariah kepada masyarakat kurang, dan bersifat parsial. Hal ini sangat

berpengaruh terhadap persepsi dan perilaku masyarkat terhadap bank

syariah. Persepsi masyarakat terhadap bank syariah adalah bank islami

dan bank sistem bagi hasil. Informasi yang diterima oleh masyarakat

terhadap bank syariah bersiafat parsial dengan sumber informasi dari

mulut ke mulut. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pemahaman

masyarakat terhadap bank syariah harus disosialisasikan dengan lebih

luas dengan media yang efektif. Sebagian nasabah bank syariah ternyata

tidak memiliki pengetahuan tentang bank syariah.

Alasan utama masyarkat untuk memilih perbankan adalah

aksestabilitas dari bank tersebut dan pelayanannya. Sementara itu alasan

utama masyarakat untuk menjadi nasabah bank syariah adalah faktor

keagamaan dan karena bank syariah menerapkan prinsip kemitraan

melalui produk pembiayaannya. Alasan keagaman yang dikemukakan

berpotensi untuk mempertahankan nasabah menjadi nasabah yang setia

dengan catatan tuntutan penerapan prinsip-prinsip syariah dalam

operasional dapat dipenuhi oleh pihak bank. Bagi masyarakat yang telah

memanfaatkan jasa bank syariah, perilakunya dipengaruhi oleh

pertimbangan aksetabilitas, keamanan dan pelayanan, sebagaimana

pertimbangan dalam pemilihan bank secara umum. Hal ini berimplikasi

bahwa bank syariah harus terus berupaya meningkatkan tingkat

aksetabilitas, kredibilitas, professionalism dan pelayanannya.

Analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa keputusan

masyarakat dalam mengadopsi bank syariah relatif dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan, pekerjaan utama, tingkat penghasilan, ketersediaan

transportasi, persepsi terhadap keberadaan bank, pertimbangan dalam

memilih bank, jenis jasa yang diadopsi, dan pengetahuan terhadap bank

syariah. Dari variabel tingkat pendidikan ditemukan kecenderungan

masyarakat yang berkeinginan untuk mengadopsi memiliki pendidikan

yang relatif baik, yaitu level SMA keatas dan pekerjaan yang relative

baik pula yaitu pegawai. Hal ini sangat rasional dimana masyarakat yang

memiliki pendidikan yang relative baik, secara relative memiliki akses

terhadap sumber informasi yang lebih baik dan lebih mudah untuk

menerima informasi. Sehingga peluang dan menerima bank syariah lebih

Page 65: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

65

baik daripada masyarakat yang berpendidikan rendah. Dari aspek

pendapatan individu, terdapat kecenderungan pasar potensial untuk

mengembangkan bank syariah berasal dari kelompok masyarakat

berpenghasilan menengah keatas.

Variabel pilihan manfaat jasa perbankan memiliki hubungan

negative dengan tingkat adopsi. Artinya,jika masyarakat ingin

memanfaatkan jasa pinjaman terdapat kecenderungan tidak meminjam

diperbankan syariah. Variabel pengetahuan tentang bank syariah

merupakan salah satu variabel yang dominan mempengaruhi keputusan

masyarakat untuk mengadopsi produk bank syariah. Hal ini berarti

peluang masyarakat untuk menjadi nasabah bank syariah lebih besar dari

pada masyarakat yang mengetahui tentang bank syariah, karena itu

peranan sosialisasi dan informasi secara aktif menjadi aspek yang paling

penting untuk meningkatkan aktivitas bank syariah. Masyarakat yang

mengakses bank konvensional dan bank syariah, cenderung memiliki

perilaku cepat dalam mengambil keputusan, terbuka dalam menerima

informasi dan lambat dalam menerima perubahan.

Page 66: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

66

BAB III

WAJAH PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK SYARIAH

A. Pembiayaan Murabahah

Murabahah dalam kitab Lisan al-Arab berasal dari kata al-

riba>h} artinya beruntung atau memberikan keuntungan97

. Murabahah

berarti suatu akad jual beli barang dimana penjual menyebutkan harga

beli barang kepada pembeli kemudian ia mensyaratkan laba atau

keuntungan (margin) dalam jumlah tertentu yang disepakati oleh kedua

belah pihak98

. Para ahli hukum Islam mendefinisikan bai‟ al-

mura>bah}ah sebagai berikut :

1. „Abd ar-Rahman al-Jaziri mendefinisikan bai‟ al-mura>bah}ah

sebagai menjual barang dengan harga pokok beserta keuntungan

dengan syarat-syarat tertentu99

.

2. Menurut Wahbah az-Zuhaili adalah jual-beli dengan harga

pertama (pokok) beserta tambahan keuntungan100

.

3. Ibn Rushd –filosof dan ahli hukum Maliki– mendefinisikannya

sebagai jual-beli di mana penjual menjelaskan kepada pembeli

harga pokok barang yang dibelinya dan meminta suatu margin

keuntungan kepada pembeli101

.

4. Ibn Qudamah (ahli hukum Hambali) mengatakan bahwa arti jual-

beli murabahah adalah jual-beli dengan harga pokok ditambah

margin keuntungan.

Mura>bah}ah sebuah akad dalam bentuk akad jual beli yang

telah dikaji dan dibahas oleh para ulama dalam fiqh mu‟amalah terbilang

sangat banyak jumlahnya dan bisa mencapai puluhan. Namun demikian,

dari sekian banyak kajian dan bahasan tersebut, Cuma ada tiga jenis jual

97

Ibnu Manz}ur, Lisa>n al-'Arab Juz III (Ttp: Dậr al-Ma'ârif), tt), 1553 98

Sayyid Sa>biq, Fiqh al-Sunnah (Beirut: Dâr el Fikr, 1992), Vol. 12 h. 83.

Lihat pula Ibnu Rusyd, Bida>yah al-Mujtahid, (Semarang: Toha Putra, tt) juz II, h. 161.

Lihat pula Taqyuddin Abi Bakar, Kifa>yat al-Akhya>r fi Halli Gha>yat al-Ikhtis}a>r

Juz II, (Bandung: Syirkah al-Ma'ârif, t.t.), h. 239 Lihat pula Muhammad Rawis Qal'ahji

dan Hamid Shadîq Qaniby, Mu'jam Lugha>t al-Fuqaha>, (Beirut: Da>r al-Nafa>is,

1985), Cet I, hlm. 219: Lihat pula: al-Jurja>ni, Kita>b al-Ta'ri>fa>t (Beirut: Dar al-

Kitab al 'Arabiy,1996), Cet III,. 266; 99

„Abd ar-Rahman al-Jaziri, al-Fiqh „ala al-Mazahibh al-Arba‟ah (Beirut :

Dar al-Fikr al-„Ilmiyyah, 1990), jld. II, h. 250. 100

Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh (Damaskus : Dar al-

Fikr, 1989), jld. IV, h. 703. 101

Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Ibn Rusyd al-Qurtubi, Bidayat al-

Mujtahid wa Nihayat al-Muqtas}id (Beirut : Dar al-Fikr, t.t.), juz II, h. 161.

Page 67: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

67

beli yang telah dikembangkan secara terus menerus sebagai dasar utama

dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam produk perbankan

syari‟ah, yaitu akad bai‟murâbahah, bai‟ al- salam, dan bai‟ al-

Istishna‟102

.

Mura>bah}ah adalah salah satu bentuk jual-beli yang bersifat

amanah. Bentuk jual-beli ini berlandaskan pada hadits Rasulullah SAW

dari Shuhaib ar Rumy 103

. Al Mura>bah}ah adalah kontrak jual-beli

atas barang tertentu. Pada transaksi jual-beli tersebut penjual harus

menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan dan tidak

termasuk barang haram. Demikian juga, harga pembelian dan

keuntungan yang diambil dan cara pembayarannya harus disebutkan

dengan jelas. Yang dimaksud dengan keuntungan adalah selisih harga

jual dari harga yang pertama dalam kesepakatan bersama atau yang

disepakati104

.

Dalam teknis perbankan, mura>bah}ah adalah akad jual-beli

antara bank selaku penyedia barang (penjual) dengan nasabah yang

memesan untuk membeli barang. Bank memperoleh keuntungan dari

jual-beli yang disepakati bersama. Rukun dan syarat mura>bah}ah

adalah sama dengan rukun dan syarat dalam fiqih, sedangkan syarat-

syarat lain seperti barang, harga dan cara pembayaran adalah sesuai

dengan kebijakan bank yang bersangkutan. Harga jual bank adalah harga

beli dari pemasok ditambah keuntungan yang disepakati bersama. Jadi

nasabah mengetahui keuntungan yang diambil oleh bank.

Selama akad belum berakhir maka harga jual-beli tidak boleh

berubah. Apabila terjadi perubahan maka akad tersebut menjadi batal.

Cara pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama, bisa secara

lumpsum ataupun secara angsuran. Melalui akad mura>bahah, nasabah

dapat memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh dan memiliki barang

yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai lebih dulu. Dengan

kata lain nasabah telah memperoleh pembiayaan dari bank untuk

pengadaan barang tersebut.

102

Ataul Haque, Reading in Islamic Banking (Dhaka: Islamic Foundation

1987) bandigkan dengan pendapat Mannan, MA., Ekonomi Islam Teori dan Praktek,

Seri Ekonomi Islam,(Terjemahan) (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1992). 103

Sabda Rasulullah "Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak

secara tunai (murabahah), muqaradhah (nama lain dari mudharabah) dan mencampur

tepung dengan gandum untuk kepentingan rumah, bukan untuk diperjualbelikan."(HR.

Ibnu Majah) 104 Muhammad Ibn Ahmad Ibnu Muhammad Ibn Rushd, Bida>yat al-Mujtihad

wa Niha>yat al-Muqtas}id, vol. II, 216

Page 68: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

68

Seperti uraian di atas bahwa pembiayaan akad mura>bahah yang

telah di laksanakan pada Bank Syariah dipahami sebagai berikut adalah

sebuah pembiayaan atas dasar jual beli dimana harga jual didasarkan

atas harga asal yang di ketahui bersama ditambah keuntungan yang telah

disepakati bersama. Yang dimaksud keuntungan adalah selisih harga jual

dari harga yang pertama dalam kesepakatan bersama atau yang

disepakati105

.

Pada Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru, pembiayaan

murabahah sangat diminati oleh nasabah ini terbukti adanya peningkatan

nasabah menggunakan pembiayaan ini setiap tahunnya. Pada tahun 2006

di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru mempunyai nasabah

pembiayaan sebanyak 1050 orang dengan saldo keseluruhan berjumlah

Rp. 162.318.405.224, tahun 2007 nasabah pembiayaan sebanyak 1.619

dengan saldo keseluruhan berjumlah Rp. 283.903.103.290, tahun 2008

nasabah pembiayaan sebanyak 1.203 dengan saldo keseluruhan

berjumlah Rp. 167.912.075.402, tahun 2009 nasabah pembiayaan

sebanyak 1.015 dengan saldo keseluruhan berjumlah Rp.

124.235.847.815, dan untuk tahun 2010 nasabah pembiayaan sebanyak

1.154 dengan saldo keseluruhan berjumlah Rp. 133.873.181.750106

.

Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun

2008 Tentang Perbankan Syariah, Murabahah adalah akad pembiayaan

suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan

pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan

yang disepakati107

. Dengan demikian melalui skim transaksi pembiayaan

murabahah nasabah bank dapat memenuhi kebutuhannya untuk

memperoleh barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang

tunai terlebih dahulu.

Mura>bahah mencerminkan transaksi jual beli dimana harga jual

merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk

mendatangkan obyek transaksi (harga beli/pokok) dengan tambahan

keuntungan tertentu yang diinginkan penjual (margin), dimana harga beli

dan jumlah keuntungan yang diinginkan diketahui oleh pembeli.

105

Muhammad Ibn Ahmad Ibnu Muhammad Ibn Rusdy, Bidayat al-Mujtihad

wa Nihâyat al Muqtas}id, vol. II. 216. 106

Data nasabah pembiayaan dalam lima tahun terakhir di PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk. cabang Pekanbaru. 107

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, Undang-Undang Perbankan

Syariah Dan Surat Berharga Syariah Negara, (Bandung: Fukusmedia, 2008), 92

Page 69: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

69

Dalam arti, pembeli diberitahu berapa harga belinya dan tambahan

keuntungan yang diinginkan108

.

Ibnu Abidin mengatakan, murabahah adalah menjual sebuah harta

benda yang dimiliki dengan harga pokok pembelian yang telah

dikeluarkan, dengan adanya tambahan margin109

. Dengan syarat, barang

yang diperjualbelikan merupakan harta mit}li atau qimi110

yang dimiliki

penuh oleh penjual, dan menyebutkan tingkat margin secara jelas. Pembiayaan prinsip jual beli (mura>bahah) pada dasarnya sama

dengan kredit pembiayaan sistem bunga yang dioperasikan bank konvensional

111. Namun begitu antara pembiayaan sistem kredit dengan

pembiayaan mura>bahah terdapat perbedaan yang sangat esensial, perbedaan itu terletak pada sistem bunga dan prinsip keuntungan jual beli yang sudah disepakati bersama untuk pembiayaan mura>bahah. Menurut hukum Islam, Bank Syariah dalam operasionalnya tetap diperbolehkan mengambil keuntungan atau ujrah (ongkos) dalam segala bentuk pembiayaan atau jasa, akan tetapi dalam mengambil ujrah (ongkos) Bank Syariah tidak diperkenankan menggunakan sistem bunga, maka ditetapkanlah prinsip bagi hasil yang menyeluruh pada semua

108

Surahman Hidayat,” Al-Mas}aryf al-Islamiyah fî Indonesia wa Siyasatuha

al-Istitsmariyah:Muqaranah bi Al-Masha>rif al-Islamiyah fî Mishr”, Disertasi Fakultas

Syariah dan Qanun Jurusan Siyasah Syar‟iyah, (Kairo:Universitas Al-Azhar, 1999),

214. 109

Muhammad Amin Ibnu Abidin, Hashiyah Ra>dd al-Mukhta>r Ala al-

Durar al-Mukhta>r: Syarh Tanwiir al-Absha>r fî Fiqh Madzhab Imam Abu Hanifah

al-Nu‟man (Beirut: Dâr al-Fîkr, 1992), jld V. 132-135. 110

Al-ma>l al-mitsli adalah harta yang terdapat padanannya di pasaran, tanpa

adanya perbedaan atas bentuk fîsik atau bagian-bagiannya, atau kesatuannya. Harta

mitsli dapat dikategorikan menjadi 4 bagian: al-makilât (sesuatu yang dapat ditakar)

seperti; gandum, terigu, beras; al-Mauzunât (sesuatu yang dapat ditimbang) seperti;

kapas, besi, tembaga; al-„adadiya>t (sesuatu yang dapat dihitung dan memilki

kemiripan bentuk fîsik) seperti; pisang, telor, apel, begitu juga dengan hasil-hasil

industri, seperti; mobil yang satu tipe, buku-buku baru, perabotan rumah, dan lainnya;

al-dzira‟iya>t (sesuatu yang dapat diukur dan memiliki persamaan atas bagian-

bagiannya) seperti; kain, kertas, tapi jika terdapat perbedaan atas juz-nya (bagian), maka

dikategorikan sebagai harta qimi, seperti tanah. Lihat Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh al-

Islami wa Adillatuhu, jld IV, h. 49.

Al-mâl al-qimi> adalah harta yang tidak terdapat padanannya di pasaran, atau

terdapat padanannya, akan tetapi nilai tiap satuannya berbeda, seperti domba, tanah,

kayu, dan lainnya. Walaupun mungkin sama jika dilihat dari fîsiknya, akan tetapi setiap

satu domba memiliki nilai yang berbeda antara satu dan lainya. Juga termasuk dalam

harta qimi adalah durian, semangka yang memiliki kualitas dan bentuk fîsik yang

berbeda. Lihat Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, jld IV, . 49. 111

A. Mannan, Ekonomi lslam Teori dan Praktek (terjemahan Abd. Rasyid)

(Jogyakarta: Seri Ekonomi lslam, Dana Bakti Wakaf, Prima Yasa, 1997).160

Page 70: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

70

produk pembiayaan Bank Syariah sebagai pengganti dari sistem bunga

112.

Sistem ekonomi Islam, di samping mencari keuntungan juga mempunyai misi luhur yaitu tolong-menolong (ta„a>wun) di antara sesama, hal ini didasari atas rasa persaudaraan di antara sesama manusia (ukhuwah insa>niyah), dengan prinsip prinsip mu„awanah atau tolong menolong (al-Maidah:2), musya>warah atau dialog (Ali-Imran:159), musya>wamah atau persamaan sesama manusia (al-Hujurat:13), al-Ikhâ atau persaudaraan (al-Hujura>t:10) inilah antara lain yang melatarbelakangi dari konsep-konsep ekonomi Islam dalam hal ini konsep bagi hasil.

Bai„ al-Mura>bahah dapat dilakukan untuk pembelian secara pemesanan dan biasa disebut sebagai mura>bahah kepada pemesan pembelian, menurut Imam Syafi‟i dalam kitabnya al-Umm, Imam Syafi'i menamai transaksi sejenis ini dengan istilah al-Amir bi alsyira>

113.

a. Landasan Syariah Yang Menjadi Acuan Murabahah memiliki landasan yuridis yang kuat karena

disyariatkannya berdasarkan Alquran, Sunnah dan Ijma. 1. Alquran, berdasarkan Surat Al-Baqarah ayat 275:

¨ Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Dari ayat Alquran di atas, walaupun secara tekstual tidak disebut kata

murabahah, akan tetapi murabahah merupakan al-bai (jual-beli)114

.

2. Sunnah,

Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka. (H.R.

al-Baihaqy dan Ibnu Majah dan Ibnu Hibban menshahihkannya dari Abu

Said al-Khudry).

3. Ijma

Orang-orang Islam telah mempraktekkan dan bermuamalah

dengan murabahah sepanjang masa tanpa ada yang menolak dan

mengingkari keabsahannya. Hal ini sebagai petunjuk adanya ijma akan

kebolehan murabahah115

. Ibnu Rushd berkata bahwa jumhur ulama

112

Ahmad Ibnu Qudâmah, Syamsudin Abu al-Farj bin Abdurahman bin Syaikh

al-Imam al „A>lim al-„A>mil al-Za>hid Abu Umar Muhammad (W. 682H), Al-Sharh}

al-Kabir.Jilid II (Riyad: Jami„ah al- Imam Muhammad bin Su„ud al-Islamiyah, Tt), 161. 113

Muhammad ibn Idris al-Syafi„i (w. 204H.), al-Umm (Kairo: Maktabah

Kuliyyat al-Azhariyah, 1961M). Pembahasan lebih lanjut tentang konsep ini, Sami

Hasan Hamoud, Tathwiiral-A'mal al-Mashrafiyyah bima> Yattafiqu al-Syari„ah al-

Isla>miyyah (Amman: Matbaatu al-Syarq wa Maktabatuha,1982) 114

Fayadh Abd al-Mun‟im Hasanain, Bay al-Muurabahah fi al-Masharif al-

Islamiyah (Kairo: Al-Ma‟had al-Alami li al-Fikri al-Islami, 1996), 19. 115

Al-Kassani, Bada‟i al-Shana‟i (Beirut: Dar al-Kitab al-Araby, cet.2, 1982)

juz 5, 222.

Page 71: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

71

berijma tentang jual beli terbagi dua yaitu musawamah (jual beli tawar

menawar) dan murabahah116

.

Jual beli dan riba sungguh berbeda substansi. Jual beli adalah

transaksi yang menguntungkan kedua belah pihak, sedangkan riba

merugikan s;ah satu pihak. Keuntungan yang pertama diperoleh melalui

kerja manusia. Jual beli menurut aktivitas manusia, sedangkan riba

tergantung kepada kepandaian mengelola, kondisi dan situasi pasar pun

ikut menentukan, sedangkan riba menjamin keuntungan bagi yang

meminjamkan, dan tidak menanggung kerugian. Riba tidak

membutuhkan kepandaian, dan kondisi pasarpun tidak terlalu

menentukan.

Sebenarnya persoalan riba telah dibicarakan al-Qur‟an sebelum

ayat ini. Kata riba ditemukan dalam empat surah al-Qur‟an, yaitu al-

Baqarah, Ali‟Imran, an-Nisa>, dan ar-Ru>m. Tiga surah pertama turun di

Madinah setelah Nabi berhijrah dari Mekah, sedangkan ar-Ru>m turun di

Mekkah. Ini berarti ayat pertama yang berbica tentang riba adalah ayat

39 surah tersebut yang menyatakan , “Suatu riba(Kelebihan) yang kamu

berikan agar ia menambah kelebihan pada harta manusia, maka riba itu

tidak bertambah disisi Allah” sedangkan ayat terakhir tentang riba

adalah ayat-ayat yang terdapat dalam surah al-Baqarah, dimulai dari ayat

275 ini. Bahkan ayat ini dinilai sebagai ayat hukum terakhir, atau ayat

terakhir yang diterima Rasulullah saw. Umar ibn Khattab berkata, bahwa

Rasulullah saw. Wafat sebelum sempat menafsirkan maknanya yakni

keseluruhan117

.

b. Syarat akad murabahah

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi kedua belah pihak

dalam melakukan transaksi pembiayaan murabahah118

:

1. Penjual memberitahu harga jual kepada nasabah.

2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.

3. Kontrak harus bebas dari riba.

4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas

barang sesudah pembelian.

116

Muhammad bin Ahmad bin Rusydi al-Qurtubi, Bidayah al-Mujtahid wa

Nihayah al-Muqtashid (Jeddah : Al-Haramain, t.t) juz 2, 213. 117

Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Jakarta: Lentera hati, 2000),

550. 118

M. Syafi‟I Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum (Jakarta:

Tazkia Institute, 1999), 146.

Page 72: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

72

5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

Secara prinsip jika syarat dalam nomor 1,4 atau 5 tidak terpenuhi,

pembeli memiliki pilihan, melanjutkan pembelian seperti apa adanya,

kembali kepada penjual dan menyatakan ketidak setujuan atas barang

yang dijual, membatalkan kontrak. Jual beli secara murabahah diatas

hanya untuk barang atau produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh

penjual pada waktu negosiasi atau berkontrak. Bila produk tersebut tidak

dimiliki oleh penjual, sistem yang digunakan adalah murabahah

kepada pemesan pembelian. Hal ini dinamakan demikian karena

sipenjual semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan

sipembeli yang memesannya119

.

Disamping syarat-syarat jual beli secara umum tadi, jual beli

dengan cara murabahah menuntut terpenuhnya syarat khusus yang

membedakan dari bentuk transaksi lainnya, yaitu120

:

1. Si pembeli (nasabah) harus tahu harga pembelian barang

(pembelian awal) yang akan dijual kepadanya, apabila pihak bank

berbohong dalam menyebutkan harga beli aslinya maka

sipembeli(nasabah) mempunyai hak pilih (khiyar/Option) apabila

dia setuju dengan harga tersebut maka transaksi boleh

dilangsungkan, apabila ia tidak setuju maka transaksi boleh

dibatalkan. Dan sipembeli (nasabah) berhak juga meminta

transaksi dilangsungkan dengan harga pembelian awal (ditambah

keuntungan dan biaya operasional pengadaan barang)

2. Keuntungan yang diminta pihak bank (penjual kedua) harus jelas

dan diketahui, karena keuntungan itu bagian dari harga

transaksi,baik dalam bentuk jumlah nominal ataupun presentasi

dari harga penjual barang.

3. Transaksi pembelian awal harus terlaksana dengan benar dan sah

(antrara pihak bank sebagai penjual kedua dan pihak pabrik

sebagai penjual pertama), apabila pembelian awalnya tidak sah

dan cacat, maka transaksi murabahah yang didasarkan pada dasar

yang cacat dan tidak sah akan melahirkan transaksi yang cacat

dan tidak sah pula.

119

Surahman Hidayah, “Al-Masharif al-Islamiyah Fi Indonesia wa Siyâsatuha

al-Istit}mariyah :Muqâranah bi al-Mashârif al-Islamiyah fi Mishr”, Disertasi fakultas

Syari‟ah, al-Azhar University. 120

Uqinu Attaqi, Produk-Produk Investasi Bank Islam Teori dan Praktek

(Kairo:ICMI Orsat Kairo, 2005),68.

Page 73: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

73

4. Pembayaran transaksi awal (antara pihak bank dan pihak industri)

tidak boleh dilakukan dengan cara barter antara barang dengan

barang sejenisnya yang masuk dalam kategori barang riba (enam

jenis barnag yang apabila dilakukan barter satu dengan yang

lainnya, dan dengan cara tukar tambah maka hukumnya

haram)121

.

c. Pengetahuan Masyarakat Tentang Jenis-Jenis Pembiayaan

Murabahah

Menurut Adiwarman A. Karim transaksi murabahah di perbankan

syariah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Murabahah Tanpa Pesanan

Dalam transaksi murabahah di perbankan syariah dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu murabahah berdasarkan pesanan dan murabahah

tanpa pesanan. Murabahah tanpa pesanan maksudnya ada yang pesan

atau tidak, ada yang beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang

dagangannya122

. Penyedian barang pada murabahah ini tidak terpengaruh

atau terkait langsung dengan ada tidaknya pesanan atau pembeli.

Murabahah tanpa pesanan tidak perduli ada yang pesan atau tidak, ada

yang beli atau tidak, bank syariah selalu menyediakan barang

dagangannya.

b. Murabahah Berdasarkan Pesanan

Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya adalah bank syariah

baru akan melakukan transaksi murabahah apabila ada nasabah yang

memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada

pesanan. Kedua belah pihak akan mengakhiri penjualan setelah kepemilikan aset pindah ke nasabah. Ketentuan dalam Accounting and

Auditing Organization for Islamic Finantial Institution dan mengutip

pandangan Adimarwan Karim dalam murabahah si penjual boleh

121

Dari ubadah bin Tsamitl: Rasulullah bersabda: “ Emas bertukar denga emas

(harus sama), biji dan logamnya, perak dan perak (harus sama) biji dan logamnya,

gandum dengan gandum (harus sama ukurannya) satu mud dengan satu mud, korma

dengan korma (harus sama takarannya), satu mud dengan satu mud, garam dengan garam (harus sama ukurannya) satu mud dengan satu mud, barang siapa yang

menambah atau meminta tamabahan maka ia telah mekakukan riba, dan tidak apa jual

beli emas dengan perak atau perak dengan emas dengan dilebihkan asal tunai dengan

tunai, adapun bila diberikan tenggang waktu maka tidak boleh” HR. Abu Daud. Lihat

Ibn Atsur: “Tafsir Attahreer wan Tanweer”, h 3/87-89. Dan dalam riwayat Abi Saeed

Al-Khudriy disebutkan jenis enam yaitu jelai (sejenis gandum) 122

Wiroso, Jual Beli Murabahah (Yogjakarta: UII Press, 2005) 38.

Page 74: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

74

meminta pembayaran ha>amish gha>diyah, yakni uang tanda jadi ketika

terjadi ijab qabul. Hal ini menunjukan bukti keseriusan si pembeli123

. Ide tentang jual beli mura>bahah yang berbentuk pesanan

tampaknya berakar pada dua alasan berikut : Pertama, mencari

pengalaman satu pihak yang berkontrak pemesan pembelian meminta

pihak lain yakni pembeli untuk membeli sebuah aset, pemesan dalam hal

ini berjanji untuk mengganti membeli aset tersebut dan memberinya

keuntungan. Pemesan memilih sistem pembelian ini, yang biasanya

dilakukan secara kredit, lebih karena ingin mencari informasi dibanding

alasan kebutuhan yang mendesak terhadap aset tersebut. Kedua, mencari

pembiayaan.

Dalam operasi perbankan syariah, motif pemenuhan pengadaan

aset atau modal kerja merupakan alasan utama yang mendorong datang

ke bank. Pada gilirannya, pembiayaan yang diberikan akan membantu

memperlancar arus kas (cash flow) yang bersangkutan. Cara menjual

secara kredit sebenarnya bukan bagian dari syarat sistem murâbahah atau

murâbahah kepada pemesan pembelian. Meskipun demikian, transaksi

secara angsuran ini mendominasi praktik pelaksanaan kedua jenis

murâbahah tersebut, hal ini karena memang seseorang tidak akan datang

ke bank kecuali untuk mendapat kredit dan membayar secara angsur124

.

Beberapa Bank syariah menggunakan istilah arboun sebagai kata

lain dari "uang muka”. Dalam yurisprudensi Islam, arboun adalah jumlah

uang yang dibayar di muka kepada penjual. Ringkasnya, arboun adalah

uang muka untuk sebuah pembelian. Bila pembeli memutuskan untuk

tetap membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga. Bila ia

batal membeli, uang muka tersebut akan hangus dan menjadi milik

penjual. Dengan demikian, seluruh uang arboun akan menjadi milik

pembeli (penerima pesanan) yang telah membelikan barang pesanan

tersebut. Adapun uang muka akan diperhitungkan sesuai besar kerugian

aktual pembeli. Bila uang muka melebihi kerugian, pembeli (penerima

pesanan) harus mengembalikan kelebihan itu kepada pemesan125

.

B. Tahapan Praktek Murabahah.

123

Adiwarman A Karim, Bank Islam: Analisis fiqh dan Keuangan, 115. 124

Muhammad Nejatullah Siddiqi, Issue In Islamic Banking The Islamic

Foundation (London:tp, 1983) 156. 125

The Islamic Fiqh Academy dalam sidang tahunannya yang ke-8 di Brunai

pada tahun 1414 H, telah menyatakan keabsahan sistem arboun ini. Lihat Wahbah

Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu (Damaskus: Dâr al-Fikr, 1997), cet. ke4, vol.

V, him. 3435.

Page 75: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

75

Pemberian Pembiayaan berarti memberikan kepercayaan, yakni

kepercayaan kemampuan seseorang untuk membayar. Kepercayaan ini

didasarkan atas suatu perjanjian. Hal ini sesuai dengan pasal 1 (12)

Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998.

Perbedaan antara Bank Syari‟ah dan Bank Konvensional dalam

memberikan kredit adalah bahwa pada Bank Konvensional memungut

bunga dalam persen, sedangkan pada Bank Syari‟ah mengenakan

ezpected of profit (perkiraan keuntungan) dalam jumlah uang. Dalam

memberikan fasilitas murabahah ini, Bank Syari‟ah mengadakan

perjanjian terlebih dahulu dengan calon nasabah, yaitu perjanjian

pembiayaan. Perjanjian pembiayaan tersebut merupakan suatu

persetujuan antara pihak dan nasabah. Dengan adanya perjanjian ini,

maka timbul suatu hak dan kewajiban yang merupakan tanggung jawab

dari masing-masing pihak.

Kesesuaian dengan prinsip-prinsip Islam dapat dilihat dari:

1. Didalam perjanjian pembiayaan Murabahah ini tidak terdapat

riba, tetapi menggunakan mark-up atau margin keuntungan yang

ditetapkan dimuka kontrak berdasarkan kesepakatan bersama,

yang nilainya tidak boleh berubah atau bertambah sampai

pelunasan (Q.S Al-Luqman:34)

2. Melakukan pembelian terhadap berang-barang yang halal

3. Adanya jaminan kebendaan atas hutang (Q.S Al-Baqarah:282)

4. Jika terjadi masalah dengan nasabah dilakukan dengan cara

musyawarah dan pendekatan dengan cara persuasif, hal ini sesuai

dengan konsep Islam yang mementingkan perdamaian dalam

menyelesaikan masalah.

Jika terjadi wanprestasi maka pihak bank telah mempunyai

langkah-langkah antisipatif untuk mengatasinya, yaitu:

1. Melakukan pemantauan terhadap nasabah sejak pembiayaan

diberikan

2. Dengan pendekatan secara kekeluargaan terhadap nasabah

3. Mengamankan obyek yang dibiayai dan jaminannya untuk

menjamin kepentingan keamanan bank

4. Sebagai upaya terakhir, diserahkan kepada Badan Arbitrase

Syariah Nasional (BASYARNAS) untuk diselesaikan

Page 76: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

76

Selanjutnya pembahasan tentang prosedur dan tahapan pemberian

pembiayaan secara umum, skim besar pembiayaan dapat dibagi menjadi

dua bagian besar126

,yaitu:

1. Pembiayaan Produktif, yakni pembiayaan yang diberikan untuk

kebutuhan usaha. Pembiayaan produktif ini terbagi menjadi dua

2. macam, yaitu: pembiayaan investasi dan pembiayaan modal

kerja.

3. Pembiayaan konsumtif, yakni pembiayaan yang diberikan untuk

pembelian ataupun pengadaan barang tertentu yang tidak

digunakan untuk tujuan usaha. Perbedaan perlakuan antara

pembiayaan produktif dan konsumtif terletak pada metode

pendekatan analisanya. Pada pembiayaan konsumtif, jelas analisa

dilakukan pada kemampuan finansial pribadi dalam

mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya. Sedangkan

pada pembiayaan produktif, fokus analisa diarahkan pada

kemampuan finansial usaha untuk melunasi pembiayaan yang

telah diterimanya. Dari sisi prosesnya, analisa pembiayaan

produktif jauh lebih rumit daripada pembiayaan konsumtif.

Di bawah ini adalah bentuk standart pola pembiayaan murabahah

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan yang harus diterapkan oleh

perbankan syari'ah yang ada di Indonesia yang merupakan pola secara

umum yaitu127

:

126

Adiwarman A Karim, Bank Islam: Analisis fiqh dan Keuangan, 127

Telah diperbaharui agar tidak ada lagi kesalahan-kesalahan yang terjadi

dalam pembiayaan murabahah di bank syariah.

Page 77: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

77

Gambar 3.1: Skema Pembiayaan Murabahah

Sumber: Bank Muamalat Indonesia, 2010

Dari gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bank dan Nasabah mengadakan negosiasi dan persyaratan untuk

pelaksanaan pembiayaan murabahah, sehingga terjadi

kesepakatan antara kedua belah pihak,

2. Setelah mengadakan kesepakatan, bank membeli barang kepada

penjual barang (suplier) sesuai dengan kesepakatan dengan

nasabah tersebut.

3. Bank dan nasabah mengadakan perjanjian akad pembiayaan

murabahah, yang mana nantinya akan mengikat masing-masing

pihak berdasarkan kewajiban dan haknya.

4. Supplier mengirimkan barang yang telah dibeli oleh pihak bank

kepada nasabah.

5. Setelah barang terkirim, maka nasabah melakukan pembayaran ke

bank sesuai dengan akad atau perjanjian yang telah

ditentukan. Proses pelaksanaan pembiayaan Murabahah melalui

tahap-tahap yang ada telah sesuai dengan prinsip-prinsip syari‟ah

Islam.

Sedangkan untuk syarat pembiayaan dibedakan berdasarkan jenisnya,

yaitu:

1. Syarat pembiayaan konsumtif128

.

128

Lihat lampiran, Hasil wawancara dengan staff marketing PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 31.

NASABAH BANK SUPPLIER

MURABAHAH

1 2

3

4

5

Page 78: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

78

a. Mengisi formulir pembiayaan individu syaratnya yaitu, foto copy

KTP suami istri, foto copy kartu keluarga, surat persetujuan suami

istri yang ditandatangani dengan matrai 6000, foto copy surat nikah,

slip gaji 3 bulan terakhir, surat keterangan atau rekomendasi dari

perusahaan, dan rekening bank 3 bulan terkhir.

b. Ketentuan umumnya, usia 21-54 tahun (tidak melebihi usia pensiun

normal), masa kerja minimal dua bulan, angsuran tidak melebihi 35%

dari gaji pokok, nominal pembiayaan minimal Rp. 50.000.000.,

sistem pembiayaan jual beli dengan akad murabahah, biaya

administrasi 1,5% sampai 2%, biaya notaris Rp. 50.000 sampai

dengan Rp. 200.000, jaminan berupa sertifikat atau BPKB mobil,

jangka waktu pengembalian (pembelian rumah: 1 sampai 7 tahun,

renovasi rumah: 1 sampai 5 tahun, pembelian kendaraan: 1 sampai 3

tahun).

2. Syarat pembiayaan produktif.

a. Pembiayaan koperasi.

Surat permohonan, foto copy NPWP, foto copy SIUP, foto copy

TDP, AD/ART koperasi dan perubahannya, surat pengesahan dari

departemen koperasi, susunan pengurus koperasi yang disahkan oleh

departemen koperasi, laporan keuangan 2 tahun terakhir, laporan

Rapat Anggaran Tahunan (RAT) selama 2 tahun terakhir, cash flow

projection selama masa pembiayaan, data jaminan, dokumen-

dokumen lain yang menunjang usaha nasabah harus melakukan

mutasi keuangan di Bank Muamalat.

b. Pembiayaan korperasi (PT atau CV)

Surat permohonan, foto copy NPWP, foto copy SIUP, foto copy TOP

dan kelengkapan izin usaha lainnya, foto copy KTP direksi, profil

perusahaan, Akta pendirian dan perubahannya surat

pengesahan dari Departemen Kehakiman, foto copy rekening Koran

3 bulan terakhir, laporan keuangan 2 tahun terakhir, cash flow

projection selama masa pembiayaan, data jaminan, dokumen-

dokumen lain yang menunjang usaha nasabah harus melakukan

mutasi keuangan di Bank Muamalat

Secara administrasi proses transaksi murabahah tidak jauh

berbeda dengan model kredit di bank konvensional, skim transaksi

pembiayaan murabahah mirip dengan kredit modal kerja yang biasa

diberikan oleh bank-bank konvensional dan karenanya skim produk

pembiayaan murabahah berjangka waktu pendek dibawa atau short

Page 79: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

79

financing129

. Karena hal ini memang disyaratkan oleh Undang-Undang

yang mengatur tentang perbankan di Indonesia, UU RI Nomor 21 Tahun

2008 Tentang Perbankan Syariah, tentang pembiayaan diatur pada pasal

1 ayat 25, Pembiayaan adalah penyediaan dana yang dipersamakan

dengan itu berupa transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah

dan lain-lainnya130

.

Proses pembiayaan murabahah di bank syariah ditandai dengan

adanya permohon permintaan pembiayaan dari nasabah kepada bank

syariah,setelah itu bank syariah menganalisa permintaan nasabah tersebut

apakah nasabah dapat mengembalikan pembiayaan itu tepat waktu atau

tidak, serta menganalisa untuk apa pembiayaan itu diperlukan oleh

nasabah. Proses selanjutnya pihak bank syariah ngambil keputusan

apakah nasabah layak mendapatkan pinjaman pembiyaan murabahah

tersebut atau tidak, ini semua tergantung dari analisis yang dilakukan dan

kalau pembiayaan itu disetujui oleh pihak bank tinggal

merealisasikannya saja yaitu nasabah harus memenuhi kelengkapan

syarat-syarat yang diperlukan. Yang terakhir adalah monitoring dari

pihak bank, baik itu bersifat kekeluargaan atau tidak.

Keberhasilan operasi suatu bank bebas riba berbeda dengan

keberhasilan mengelola suatu perekonomian bebas riba atau

perekonomian yang didasarkan pada penyertaan modal, persoalan yang

berkaitan dengan yang kedua jauh lebih kompleks, tetapi manfaatnya

juga jauh lebih mendalam dan revolusioner131

. Sebagai lembaga

intermediary keuangan maka bank syariah akan selalu melakukan

berbagai macam analisa pada setiap transaksinya termasuk analisa

transaksi pembiayaan murabahah. Sistem berbankan syariah menekankan

konsep manfaat pada kegiatan yang lebih luas, bukan hanya pada

manfaat di setiap akhir kegiatan, akan tetapi juga pada setiap proses

transaksi132

. Tahap pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut:

129

Muhammad Syafii Antonio dkk, Apa dan Bagaimana Bank Islam, 25, Lihat

pula Wahab Zuhaili, Al-Mu‟âmalah al-Mâliyah al-Mu‟âs}irah: Buhût} wa Fatwa wa

Hulul (Damaskus : Dâr al-Fikr, 2002) 609. 130

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, Undang-Undang Perbankan

Syariah Dan Surat Berharga Syariah Negara (Bandung: Fokusmedia, 2008) 42-43. 131

M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam (Jakarta: Gema Insani Press,

2000),. xxvii 132

Lihat, Bank Indonesia , Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah

Indonesia, 8.

Page 80: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

80

1. Tahap Solisitas Pembiayaan Murabahah

Solisitasi adalah sebuah proses mencari nasabah sesuai kriteria

yang telah ditetapkan pembiayaan sesuai dengan kapasitas dan

jabatannya dan tentu pertimbangan besar kecilnya diterima. Atau dengan

kata lain tahap solistis sesungguhnya adalah sebuah kegiatan yang

dilakukan oleh bagian marketing officer guna mendapatkan nasabah

pembiayaan murabahah. Semakin senior kedudukan seorang marketing

maka semakin besar target penyaluran dana yang harus dikeluarkan.

Karena dikejar target itulah terkadang seorang marketing sedikit

menolong performance nasabah dengan menutupi kekurangannya. Asal

kekurangan itu tidak terlalu parah karena pada akhirnya jika terjadi macet

maka pertanggungjawaban ada pada marketing133

. Tahap solsitasi terdiri

dari penetapan target market, seperti sektor produksi, penetapan sektor

bisnis, seperti industri barang dagangan, penetapan reisk acceptance

assets criteria seperti risiko di bidang industri dan penetapan nasabah

yang dibiayai oleh pihak Bank.

2. Tahap Pemenuhan Dokumen Pembiayaan Murabahah

Para nasabah harus dapat memenuhi dan menyerahkan dokumen-

dokumen terkait yang disyaratkan oleh bank syariah dalam pembiayaan

murabahah. Yaitu diantaranya134

:

a. Pre-sign documentation, meliputi offering letter, akad

pembiayaan, akad dokumen jaminan, dokumen pendukung ,

kontrak kerja, asuransi, dan lain-lain.

b. Pre-sign documentasi meliputi surat permohonan realisasi

pembiayaan, tanda terima barang, surat perintah transfer dana,

dokumen pendukung lainnya yang disyaratkan didalam offering

letter. Kelengkapan dokumentasi kredit penting mengingat hal

tersebut berhubungan langsung dengan tingkat kualitas kredit

yang ditetapkan oleh pengawas bank.

3. Tahap Evaluasi Pembiayaan Murabahah.

Ada beberapa evaluasi yang di lakukan oleh bank syariah

yaitu135

:

133

lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank Muamalat

Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30. 134

Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30. 135

Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.

Page 81: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

81

a. Kunjungan ke nasabah, dengan membuat laporan kunjungan

nasabah (call report) berupa tujuan, hasil kunjungan, rencana

tidak lanjut.

b. Pengumpulan data-data, berupa surat permohonan nasabah, data

legalitas, data keuangan nasabah, data jaminan, prospek proyek

yang dibiayai, proyeksi cash flow136

proyek

c. Memasukkan data ke dalam financing file berupa persetujuan

keterangan ringkas nasabah, kolektibilitas, laporan kunjungan,

permintaan informasi korespondensi intern, penyidikan,

korespondensi ekstern, penilaian jaminan permanen.

d. Tahapan evaluasi terdiri dari evaluasi kelayakan usaha yang akan

dibiayai, evaluasi dokumentasi legalitas, taksasi jaminan dan

checking.

e. Evaluasi data disajikan ke dalam usulan pembiayaan (UP) dengan

out line sebagai berikut: tujuan, latar belakang nasabah (legtalitas

kepemilikan, kepengurusan, track record, dll), hubungan

perbankan nasabah, usaha nasabah (sarana, proses produksi,

supplier, konsumen industri nasabah), deskripsi proyek yang

dibiayai, analisa cash flow, dan penentuan plafond pembiayaan,

analisa jaminan, aspek syariah,kesimpulan dan rekomendasi

struktur fasilitas. Evaluasi adalah pengukuran suatu nilai bank

pada setiap keadaan, dilakukan oleh intern bank yang

bersangkutan.

4. Tahap Analisa Pembiayaan Murabahah

Jika rangkuman evaluasi mendapatkan persetujuan dari

Marketing Manager, aplikasi pembiayaan tersebut selanjutnya diberikan

kepada Analyst Officer untuk dilakukan analisa. Dalam melakukan

analisa pembiayaan Murabahah, terdapat beberapa aspek yang harus

diperhatikan oleh Analyst Officer sebagai berikut: (1) Analisa aspek

yuridis (nasabah, supplier).(2) Analisa aspek moral nasabah, aspek

pendapatan nasabah, aspek anggunan dan aspek risiko.(3) Menghitung

besaran kewajaran pembiayaan. (4) Menetapkan/menghitung margin. (5)

Membuat kesimpulan dan rekomendasi termasuk menetapkan syarat dan

136

Cash flow adalah sejumlah kas yang dihasilkan serta digunakan selama satu

periode tertentu serta dihitung dengan menambah biaya-biaya non kas seperti depresiasi

dengan laba setelah pajak, Cash flowdapat digunakan sebagai suatu indikasi untuk

menilai kekuatan keuangan, Lihat Frista Artamanda Widodo,Kamus Istilah Ekonomi,

67,lihat pula Sujana Ismaya, Kamus Perbankan, 56.

Page 82: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

82

prasyarat pembiayaan. Semua hasil analisa tersebut dituangkan dalam

Nota Analisa Pembiayaan Cabang (NAPC) untuk mendapatkan

persetujuan atau penolakan dari Manajer Pemasaran dan Pimpinan

Cabang137

.

5. Tahap Approval Pembiayaan Murabahah

Approval merupakan proses yang dilakukan Account Manager

(AM) Bank Syariah untuk mempresentasikan usulan pembiayaan (UP) di

depan komite pembiayaan (minimal 3 orang yang salah satunya

mempunyai limit approval)138. Setelah itu komite pembiayaan Bank

Syariah membuat kebijakan sebagai berikut : Jika ditolak, dokumen

nasabah dikembalikan disertai surat penolakan dari bank. Jika disetujui,

Account Manager membuat offering letter139 (OL)/ surat persetujuan

prinsip pembiayaan yang ditandatangani oleh direksi/pemimpin cabang

kepala devisi.

6. Tahap Pengikatan Pembiayaan Murabahah

Jika nasabah setuju dengan persyaratan yang terdapat dalam

offering letter, ia harus segera melengkapi dokumen-dokumen yang

dipersyaratkan diserahkan kepada MO. Selanjutnya dokumen tersebut

diserahkan Analyst Officer, dan kemudian dibuatkan draf kontrak

pembiayaan berdasarkan ketentuan dalam offering letter. Secara ringkas,

akad pembiayaan biasanya terdiri atas penjelasan obyek pembiayaan,

beberapa definisi terkait akad pembiayaan, tujuan, jumlah dan jangka

waktu pembiayaan, jumlah margin, teknik pembayaran, biaya-biaya,

diskon dan pajak, jaminan, asuransi dan hal lainnya. Draft akad tersebut

kemudian diserahkan kepada Marketing Manager dan Kepala Cabang

untuk disetujui. Jika telah disetujui, akad dibaca oleh nasabah untuk

disetujui, kemudian ditandatangani oleh nasabah dan Kepala Cabang di

hadapan notaris140

.

7. Tahap Pencairan Pembiayaan Murabahah

Pada tahap ini Marketing Officer membuat DPRP (Daftar

Pengecekan Realisasi Pembiayaan). Daftar ini berupa lembaran yang

137

Lihat lempiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30. 138

Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30. 139

Offering Letter adalah dokumentasi legal berisi komitmen bank untuk

membiayai nasabah 140

Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.

Page 83: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

83

berisi rincian dokumen yang dipersyaratkan dalam pembiayan dan

prasyarat serta syarat yang telah disepakati sebagaimana disebutkan

dalam akad maupun SP3 antara lain: (a) Akad pembiayaan telah

ditandatangani oleh calon nasabah diatas materai cukup.(b) Surat

sanggup telah ditandatangani calon nasabah diatas materai cukup. (c)

Jaminan yang diserahkan telah diikat sesuai ketentuan dan ditutup

asuransinya (kecuali pengikatan dan penutupan asuransi jaminan utama

untuk pembiayaan Murabahah baru akan dilakukan bila barangnya telah

dibeli). (d) Biaya administrasi dan biaya pengikatan jaminan telah

dibayar oleh nasabah. (e) Pengamanan sumber pelunasan pembiayaan

telah dilakukan oleh bank. (f) Dan prasyarat lainnya yang telah

ditetapkan141

.

Setelah semuanya disetujui proses selanjutnya adalah membuat

Customer Facility dan Memo Pencairan dan memintakan persetujuan

dari Manajer Pemasaran dan selanjutnya diserahkan ke Customer Service

untuk proses (input) pembukaan rekening pembiayaan a/n nasabah atas

dasar Customer Facility, setelah proses ini mendapatkan pengesahan dari

pejabat berwenang,maka pencairan segera dilakukan oleh Administrasi

Pembiayaan.

8. Tahap Pembayaran Angsuran Pembiayaan Murabahah

Pada tahap ini antara 5 sampai 10 hari sebelum pembayaran jatuh

tempo. Bagian Marketing harus sudah mulai menghubungi nasabah dan

mengingatkan bahwa pembayaran angsuran akan segera jatuh tempo, jika

saldo pada rekening atas nama nasabah belum mencukupi untuk

pembayaran, maka nasabah harus segera mencukupinya sebelum tanggal

jatuh tempo untuk menghindari keterlambatan142

.

9. Tahap Monitoring Pembiayaan Murabahah

Regulator monitoring yaitu monitoring aktif, yaitu mengunjungi

nasabah secara regular dan memberikan laporan kunjungan nasabah /call

report kepada komite pembiayaan atau supervisor accoun manager dan

monitoring pasif adalah monitoring pembayaran kewajiban nasabah

141

Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30. 142

Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.

Page 84: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

84

kepada bank setiap akhir bulan, restrukturisasi pembiayaan, meliputi:

restrukturisasi, rekondusi, reschedulle dan penjadwalan jaminan143

.

a. Monitoring kegiatan usaha nasabah oleh Bank Syariah dilakukan

atas dasar laporan aktivitas usaha yang diberikan oleh nasabah

tiap akhir bulan, laporan angsuran menunggak serta daftar KAP

(kualitas aktiva produktif) yang dibuat oleh adminitrasi

pembiayaan. Kemudian nasabah diklasifikasikan untuk

memudahkan mana yang perlu mendapatkan pembinaan

b. Monitoring kualitas aktifa produktif, dimulai dengan adminitrasi

pembiayaan Bank Syariah membuat laporan nominatif

pembiayaan dan memo mengenai nasabah pembiayaan

murabahah yang perlu mendapat perhatian untuk dibina, laporan

dan memo tersebut disetujui oleh pejabat berwenang kemudian

ditindaklanjuti oleh Marketing Officer Bank Syariah.

c. Menindak lanjuti surat Kantor Pusat, jika kantor pusat memberi

surat mengenai KAP Cabang, maka pihak Bank Syariah harus

menindaklanjuti dan membuat surat penjelasan atau tanggapan

untuk kantor pusat mengenai hal yang dimintai penjelasan oleh

kantor pusat.

10. Tahap Penilaian Ulang Pembiayaan Murabahah

Tahap penilaian akhir ini dilakukan atas fasilitas pembiayaan

yang telah berjalan 6 bulan atau telah menunjukan kolektabilitas kurang

lancar, dengan penekanan pada: (1) Masa laku legalitas usaha. (2)

Performance nasabah meliputi: a. Penyampaian laporan. b. Mutasi

rekening nasabah. c. Pelunasan kewajiban jatuh tempo. d. Aktivitas

volume bisnis nasabah. e. Likuiditas usaha. f. Rentabilitas usaha. (3)

Kewajaran limit pembiayaan dikaitkan dengan volume bisnis nasabah.

(4) Nilai polis asuransi dan masa berlakunya. (5) Nilai transaksi jaminan

dan pengamananya144

.

C. Kesalahan Persepsi Tentang Murabahah Perbankan syariah mulai menunjukan kemajuan yang signifikan

dalam 30 tahun ke belakang dibandingkan dengan usia perbankan

konvensional yang mencapai setengah abad. Dalam praktiknya,

komposisi pembiayaan murabahah dalam perbankan syariah Indonesia

dan dunia umumnya selalu lebih besar dari jenis-jenis pembiayaan yang

143

Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30. 144

Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.

Page 85: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

85

lain. Dalam kondisi yang seperti ini, banyak kritikus yang melontarkan

pernyataan bahwa eksistensi murabahah di perbankan syariah saat ini

adalah sama dengan riba. Dalam kaitannya dengan ini, pembelaan bagi

keabsahan praktik murabahah adalah145

:

1. Dalam murabahah, yang dilakukan adalah menetapkan harga

barang yang diajukan oleh nasabah berdasarkan harga dasar

pembelian ditambah margin keuntungan yang diketahui bersama

asal-usulnya, sedangkan pinjaman dalam bank konvensional

adalah dalam bentuk pinjaman yang terikat jaminan

pengembalian dengan kelebihan. Kedua bentuk akad berbeda

secara mendasar.

2. Dalam murabahah selalu ada objek yang diperjual-belikan,

sedangkan dalam pinjaman konvensional tidak. Dana yang

diberikan pada pinjaman konvensional tidak diatur

penggunaannya, sedangkan pada akad murabahah harus sesuai

dengan perjanjian diawal, yaitu untuk pembelian barang yang

diajukan. Sehingga dasarnya adalah ada uang ada barang, yang

dapat menyeimbangkan proporsi uang di masyarakat dengan

produksi barang/komoditas.

3. Dalam pinjaman konvensional, bank konvensional hanya

menghadapi resiko kredit dimana bank akan mengalami kerugian

jika nasabah tidak dapat mengembalikan uang pinjaman beserta

bunganya. Sedangkan pada murabahah, bank syariah menghadapi

resiko harga sejak pembelian barang dari distributor sampai

barang tersebut diterima oleh nasabah. Oleh karena itu pula, dasar

berpijak kedua akad ini jelas berbeda dan tidak bisa disamakan.

D. Ketentuan Umum Murabahah

Ada beberapa ketentuan umum yang diajukan Bank Muamalat

Indonesia cabang Pekanbaru kepada calon nasabah pembiayan yaitu146

:

a. Jaminan.

Pada dasarnya jaminan bukanlah satu rukun atau syarat yang

mutlak dipenuhinya dalam pembiayaan murabahah di Bank Muamalat

145

Lihat, Kuliah Ekonomi dan Keuangan Islam, “Murabahah & Aplikasinya

dalam Bank Syariah”, (2010), http://www.badilag.net/index-murabahah-&-aplikasi-

dalam-bank-syariah

146

Asmi Nur Siwi Kusmiyati, Risiko Akad dalam Pembiayaan Murabahah

pada BMT di Yogyakarta (dari Teori ke Terapan), (2007),http://journal.uii.ac.id/index.php/JEI/article/viewFile/1045/970

Page 86: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

86

Indonesia cabang Pekanbaru. Jaminan dimaksudkan untuk menjaga agar

calon nasabah tidak main-main dengan pesanan. Pihak bank dapat

meminta calon nasabah pembiayaan suatu jaminan (Rahn) untuk

dipegang. Dalam teknis operasionalnya barang-barang yang dipesan

dapat menjadi salah satu jaminan yang bisa diterima untuk pembayaran

hutang.

b. Hutang dalam pembiayaan murabahah

Secara prinsip, penyelesaian hutang si pemesan (nasabah) dalam

transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang

dilakuakn si pemesan kepada pihak ketiga atas barang pesanan tersebut.

Apakah si pemesan menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan

atau kerugian, ia tetap berkewajiban menyelesaikan hutang kepada

sipembeli. Jika pemesan (nasabah) tersebut sebelum masa angsurannya

berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.

c. Penundaan pembayaran oleh dibitur mampu

Seorang nasabah yang mempunyai kemampuan ekonomi dilarang

menunda penyelesaian hutangnya dalam pembiayaan murabahah ini. Bila

nasabah menunda penyelesaian hutang tersebut, pihak bank dapat

mengambil tidakan sebagai berikut:

Mengambil prosedur hukum untuk mendapatkan kembali hutang

itu dan mengklaim kerugian financial yang terjadi akibat penundaan.

Sebagai mana hadits Rasulullah saw. “Yang melalaikan pembayaran

hutang (padahal ia mampu) maka dapat dikenakan saksi dan dicemarkan

nama baiknya”

Prosedur dan mekanisme penyelesaian sengketa antara Bank

Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru dan nasabahnya telah diatur

melalui Badan Arbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI). Suatu lembaga

yang didirikan bersama anatara Kejaksaaan Agung Republik Indonesia

dan MUI.

d. Bankrut.

Jika nasabah yang berhutang dianggap pailit dan gagal

menyelesaiakan hutangnya karena benar-benar tidak mampu secara

ekonomi dan bukan karena lalai sementara ia mampu, kreditor harus

menunda tagihan hutang sampai ia menjadi sanggup kembali.

Sebagaimana firman Allah dala Surat al-Baqarah ayat 280 “Dan jika

(orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh

sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua

hutang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”

Page 87: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

87

E. Penyelesaian Sengketa Yang Terjadi

Penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui dua proses, yaitu

penyelesaian sengketa di dalam pengadilan dan penyelesaian sengketa

diluar pengadilan. Proses penyelesaian sengketa tertua adalah melalui

proses litigasi di dalam pengadilan. Namun penyelesaian sengketa di

dalam pengadilan hanya akan menghasilkan kesepakatan yang bersifat

adversarial yang belum mampu merangkul kepentingan bersama dan

cenderung menimbulkan masalah yang baru serta akan membutuhkan

waktu yang panjang.

Kemudian berkembanglah proses penyelesaian sengketa melalui

kerja sama diluar pengadilan, yang dianggap bisa mengakomodir

kelemahan-kelemahan litigasi dan memberikan jalan keluar yang lebih

baik dari pengadilan. Proses diluar pengadilan bersifat win-win solution,

menjamin kerahasiaan sengketa pada pihak lain, menghindarkan

keterlibatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif,

menyelesaikan masalah secara komprehensif dalam kebersamaan, dan

tetap menjaga hubungan baik. Adanya beberapa pilihan penyelesaian

sengketa diluar pengadilan diantaranya adalah:

a. Arbitrase.

Menurut MN Purwasutjito147

, arbitrase atau perwasitan adalah

suatu peradilan perdamaian, dimana para pihak bersepakat agar

perselisihan mereka tentang hal pribadi yang dapat mereka kuasai

sepenuhnya, diperiksa dan diadili oleh hakim yang tidak memihak, yang

ditunjuk oleh para pihak sendiri dan putusannya mengikat bagi kedua

belah pihak.

Dengan demikian, perjanjian arbitrase timbul karena adanya

kesepakatan secara tertulis dari para pihak untuk menyerahkan

penyelesaian suatu sengketa atau perselisihan perdata kepada lembaga

arbitrase atau arbitrasead hoc. Dengan adanya kesepakatan tertulis tadi,

berarti meniadakan hak para pihak untuk mengajukan penyelesaian

sengketa ke pengadilan negeri. Selanjutnya pengadilan negeri wajib

menolak dan tidak ikut campur tangan dalam menyelesaiakan sengketa

yang sudah ditetapkan memalui arbitrase.

b. Alternatif penyelesaian sengketa.

147

M.N Purwasutjito, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Buku

Kedelapan Perwasitan, Kepailitan, dan Penundaan Pembayaran (Jakarta:PT.

Djambatan, 1992), 1.

Page 88: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

88

Terdapat berbagai bentuk alternatif yang digunakan oleh para

pihak dalam menyelesaikan sengketa yaitu:

a) Konsultasi. Sebagai perantara alternatif penyelesaian sengketa

dalam prakteknya dapat berbentuk menyewa konsultan untuk

dimintai pendapatannya dalam upaya penyelesaian masalah.

b) Negosiasi. Komunikasi dua arah yang dirancang untuk

mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki

kepentingan yang sama maupun berbeda, tanpa keterlibatan

pihak ketiga (penengah).

c) Mediasi. Tidak seperti arbitrase atau hakim, seseorang

mediator tidak membuat keputusan mengenai sengketa yang

terjadi, tetapi hanya membantu para pihak untuk mencapai

tujuan mereka dan menentukan pemecahan masalah.

d) Konsiliasi. Penciptaan penyelesaian pendapat dan

penyelesaian suatu sengketa dengan suasana persahabatan dan

tanpa ada rasa permusuhan yang dilakukan dipengadilan

sebelum dimulainya persidangan dengan maksud untuk

menghindari proses litigasi.

e) Pendapat atau penelitian ahli. Meminta pendapat para ahli

untuk menyelesaikan sengketa yang berlangsung

diperbolehkan asalkan dapat mengikat lembaga arbitrase atas

hubungan hukum tertentu dari suatu perjanjian148

.

Menurut hukum Islam ada beberapa hal yang dapat

menyelesaikan sengketa diatur dalam Al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat

282149

- 283150

yaitu:

148

Lihat. UU No. 30 tentang Arbitrase pasal 52. 149

artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak

secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan

hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah

penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia

menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis

itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi

sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau

lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah

walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari

orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang

lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang

lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi

Page 89: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

89

a) Perdamain (Islah)151. Secara harfiah mengandung pengertian

“Memutuskan pertengkaran dan perselisihan” dalam pengertian

syariah dirumuskan sebagai berikut:”suatu jenis akad (perjanjian)

untuk mengakhiri perlawanan (perselisihan) antara dua orang

yang berlawanan”

keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,

baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih

adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak

(menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu

perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu,

(jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan

janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang

demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan

bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala

sesuatu.” (QS. Al-Baqarah:282)

Ini adalah ayat yang terpanjang dalam al-Qur‟an, dan yang dikenal oleh para

ulama dengan nama ayat al-Muda>yanah (ayat utang-piutang). Ayat ini anatara lain

berbicara tentang anjuran atau menurut sebahagian ulama kewajiban menulis hutang-

piutang dan mempersaksikannya di hadapan pihak ketiga yang dipercaya (notaris),

sambil menekankan perlunya menulis utang walau sedikit, disertai dengan jumlah dan

ketetapan waktunya.

Ayat ini adalah nasehat Ilahi kepada yang memiliki piutang untuk tidak

menagih siapa yang sedang dalam kesulitan, nasehat itu dilanjutkan oleh ayat ini,

kepada yang melakukan transaksi hutang-piutang, yakni bahwa demi memelihara harta

serta mencegah kesalah pahaman, maka hutang-piutang hendaknya ditulis walau

jumlahnya kecil, disamping nasehat serta tuntunan lain yang berkaitan dengan hutang

piutang. Sebagaimana Allah berpesan kepada para penulis, kepada para saksipun Allah

berpesan, Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka

dipanggil karena keengganannya dapat mengakibatkan hilangnya hak atau terjadi

korban.

Setelah mengingatkan para saksi, ayat ini kembali berbicara tentang penulisan

hutang-piutang, tetapi dengan memberi penekanan pada hutang-piutang yang jumlahnya

kecil, padahal yang kecilpun dapat mengakibatkan permusuhan, bahkan pembunuhan.

Apalagi yang kecil bagi seseorang boleh jadi dinilai besar oleh yang lain. Memang

menilis yang kecil-kecil, apalagi yang sering kali dapat membosankan. Karena itu, ayat

ini mengingatkan, Janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar

sampai yakni termasuk batas waktu membayarnya. Lihat, M.Quraish Shihab, Tafsir Al-

Mishba>h (Jakarta: Lentera Hati, 2000). 150

Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)

sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang

tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu

mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya

(utangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah, Tuhannya. Dan janganlah kamu

menyembunyikan kesaksian, karena barang siapa menyembunyikannya, sungguh,

hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. 151

Lihat, UU No. 30 tahun 1999 tentang Perdamaian /Sulh.

Page 90: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

90

b) Arbitrase152

. Yang dalam Islam dikenal dengan istilah al-tahkim

merupakan bagian dari al-qadla (peradilan)153

. Ketika jalan damai

telah ditempuh dan tidak berhasil menemukan jalan keluar

masing-masing pihak masih tetap pada pendiriannya. Maka

mereka bisa meminta kepada pihak ketiga yang untuk

menyelesaikan sengketa diantara mereka.

c) Pengadilan biasa (al-Qadla)154

. Secara harfiah berarti antara lain

memutuskan atau menetapkan. Menurut istilah fikih kata ini

berarti menetapkan hukum syara‟ pada suatu peristiwa atau

mengikat. Lembaga peradilan semacam ini berwenang

menyelesaikan perkara-perkara perdata dan pidana. Dasar

hukumnya sendiri ada dalam Al-Qur‟an surat an-Nisa ayat ke

35155

.

152

Lihat, UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase/tahkim. 153

Said Agil Husain Munawar, Arbitrase Islam di Indonesia, (Jakarta: Badan

Arbitrase Muamalat Indonesia bekerjasama dengan Bank Muamalat,1994),47. 154

Lihat, UU No.4 tahun 2004 dan UU No,3 tahun 2006

Artinya: Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka

kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga

perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya

Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui

lagi Maha Mengenal.(QS. An-Nisaa:35)

Page 91: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

91

BAB IV

EVALUASI PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT

TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH

A. Karakteristik Responden Secara Keseluruhan

Karakteristik responden dapat dilihat melalui penyebaran

kuesioner yang telah disebarkan sebelumnya, yaitu kepada nasabah Bank

Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru yang menjadi nasabah

pembiayaan pembiayaan murabahah. Dari 1.154 nasabah hanya di ambil

92156

orang saja sebagai sampel penelitian dengan cara pengambilan

sampelnya menggunakan rumus slovin157

.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dari 92 responden

terdapat 69.6% atau sebanyak 64 responden berjenis kelamin laki-laki,

sedangkan selebihnya sebanyak 30.4% atau sebanyak 28 responden

adalah berjenis kelamin perempuan. Dapat disimpulkan bahwa penelitian

ini sebagian besar didominasi oleh laki-laki. Terkait dengan pembiayaan

murabahah yang mereka butuhkan kebanyakan untuk modal usaha,

seperti jenis pembiayaan produktif158

.

Ini sangat berkaitan dengan firman Allah dalam surah An-Nisa‟

ayat 34159

yang menyatakan bahwa seorang laki-laki adalah pemimpin

156

Lihat, perhitungannya pada lampiran Rumus Slovin, 146. 157

Pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin disebabkan karena,

jumlah populasinya sudah diketahui,dan dengan tingkat keyakinan benar 90%. 158

Lihat, tabel pada lampiran Identitas Responden, 147.

Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena

Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain

(wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.

sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri

ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka). wanita-

wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah

Page 92: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

92

bagi perempuan dan mereka diwajibkan menafkahkan harta mereka

untuk keluarganya. Para mufassir klasik menyatakan, ayat di atas

membicarakan kepemimpinan laki-laki terhadap perempuan.

Kepemimpinan itu terbentuk berdasarkan asumsi kewajiban nafkah yang

diemban suami atas istri dan keluarganya. Banyak ulama tafsir

mengkaitkan antara kewajiban nafkah dan superioritas lakilaki (suami)

dengan inferioritas perempuan (istri). Jatuhnya kewajiban nafkah kepada

suami karena laki-laki dianggap sebagai manusia yang sanggup

melakukan pekerjaan otot dan otak. Istri tidak berkewajiban memberi

nafkah lantaran perempuan dianggap sebagai manusia lemah dan kurang

akal160

.

Untuk responden perempuan yang berjumlah 30.4%, mereka

lebih cenderung menggunakan pembiayaan murabahah untuk jenis

pembiayaan yang konsumtif. Ini tidak dapat dielakkan bahwa kaum

perempuan adalah kaum yang gemar belanja. Namun ada juga mitos

yang menyatakan bahwa perempuan adalah pembelanja tidak dapat

dibenarkan juga. Rhenald Kasali menyatakan bahwa betul jika

perempuan adalah manajer dapur suatu rumah tangga, tetapi salah kaprah

menyamakan perempuan dari satu generasi dengan generasi selanjutnya,

atau dari satu kelas sosial ekonomi dengan kelas sosial ekonomi

lainnya. Ini dimasa lalu lapangan pekerjaan yang terbatas, sehingga lebih

banyak perempuan tinggal dirumah menjadi homemaker. Merekalah

yang berbelanja dari hari ke hari, sementara uangnya berasal dari suami.

Mitos ini mengatakan perempuan pembelanja yang kecil-kecil.

Sedangkan perempuan di daerah perkotaan zaman sekarang cenderung

bekerja di dunia industry jasa dan cenderung tidak memiliki banyak

waktu untuk melakukan tugas harian161

.

Untuk karakteristik responden dalam agama yang dianutnya

mayoritas responden beragama Islam yaitu sebanyak 82.6% atau 76

responden, diposisi kedua adalah agama Kristen yaitu 8.7% atau

sebanyak 8 responden, diposisi ketiga adalah agama Budha yaitu 6.5%n

atau sebanyak 6 responden, dan selebihnya menganut agama Kong Hu

Cu yang tidak dicantumkan dalam kuesioner penelitian sebagai pilihan

mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka

mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.

Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. (QS: An-Nisa‟:34) 160

Lihat, Syaikh Nawawi al-Jawi, Marah Labid (Tafsir al-Munir), Juz 1, tt.149 161

Lihat, Rhenald Kasali, Membidik Pasar Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 1998), 181.

Page 93: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

93

tapi meraka membuat dalam pilihan lain-lainnya untuk agama yaitu

sebanyak 2.2% atau 2 responden162

.

Sebagai salah satu alasan aspek relijius responden dapat dilihat

pada pengambilan keputusan responden untuk berinteraksi dengan Bank

Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru yang berlandaskan syariah. Ini

terbukti banyaknya responden yang beragama Islam dalam menggunakan

pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru.

Dengan adanya faktor relijius tadi responden ada rasa takut dalam

menggunakan kredit sistem bunga, karena bunga bank sama dengan riba

dan Islam dengan jelas mengharamkan riba tersebut. Untuk pelarangan

bunga bank sendiri tidak hanya Islam yang melarang banyak agama lain

yang melarangnnya163

.

Dalam bermuamalah umat Islam tidak seharusnya membedakan

agama seseorang ini terkait akan hadist yang diriwayatkan oleh imam

Bukhari yaitu Dari Aisyah r.a. (ia berkata): “Sesungguhnya Nabi saw.

telah membeli makanan dari seorang Yahudi buat dibayar disatu waktu,

dengan menggadaikan (memberikan jaminan) baju besi kepadanya”. Dari

hadist ini Rasulullah telah mencontohkan kepada kita bahwa kita dapat

bermuamalah dengan siapapun baik itu yang beragama islam maupun

tidak.

Karakteristik usia responden lebih didominasi oleh usia produktif

ini terlihat dalam data spss yang pada tabel lampiran yaitu usia yang

berkisar 31-40 tahun sebanyak 53.3% atau sebanyak 49 responden, usia

yang lebih dari 40 tahun ternyata berada diposisi kedua yaitu 26.1%

sebanyak 24 responden, selanjutnya diikuti oleh usia 21-30 tahun

yaitu17.4% atau sebanyak 16 responden dan yang terakhir usia dibahwah

20 tahun yaitu 3.3% atau sebanyak 3 responden164

.

Untuk usia ini Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbatu tentu

saja punya alasan tersendiri dalam menentukan nasabahnya. Apalagi ini

terkait masalah pembiayaan murabahah dalam jangka panjang setidaknya

akan selalu berhubungan dengan pihak bank. Salah satu alasan Bank

Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru lebih banyak memberikan

pembiayaan murabahah pada usia 31-40 tahun karena pada usia ini

nasabah sudah matang dalam hal ekonomi. Ini sangat terkait akan

pembayaran yang akan dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama.

162

Lihat, tabel pada lampiran Identitas Responden, 147. 163

Lebih lanjut lihat, Mohamad Hidayat, The Sharia Economic, 65. 164

Lihat, tabel pada lampiran Identitas Responden, 148.

Page 94: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

94

Untuk karakteristik responden dalam hal pendidikan. Responden

yang menggunakan pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia

cabang Pekanbaru adalah responden yang terdidik yaitu sebesar 38% atau

sebanyak 35 responden berpendidikan Diploma atau S1. Untuk

responden yang berpendidikan SLTA ada 37% atau sebanyak 34

responden, selanjutnya responden yang berpendidikan SD sebanyak

15,2% atau 14 responden, untuk responden yang berpendidikan SLTP

sebanyak 8.7% atau 8 responden. Sedangkan untuk Pascasarjana hanya

terdapat 1.1% saja atau hanya 1 orang saja sebagai responden165

.

Semakin banyaknya responden terpelajar yang menggunakan

pembiayaan murabahah di Bank Muamalat ini membuktikan bahwa

tingkat pengetahuan mereka terhadap bunga bank semakin baik yaitu

bunga bank sama dengan riba dan riba diharamkan dalam Islam. Aspek

ini berbanding lurus dengan tingkat relijiusitas seseorang dalam

menganut agamanya.

Mengenai karakteristik penghasilan responden, yang

berpenghasilan dibawah Rp.1.000.000 ada 34.8% atau sebanyak 32

responden, dan penghasilan responden Rp.1.000.000 sampai Rp.

4.000.000 ada 34.8% atau sebanyak 32 responden, responden yang

berpenghasilan Rp. 4.000.000 sampai Rp. 9.000.000 ada 25% atau

sebanyak 23 responden, dan yang terakhir responden yang

berpenghasilan di atas Rp. 9.000.000 ada 5.4% atau sebanyak 5

responden166

.

Banyaknya responden yang berpenghasilan dibawah

Rp.1.000.000 dan responden yang berpenghasilan Rp.1.000.000 sampai

dengan Rp.4.000.000 sangat potensial untuk menggunakan pembiayaan

murabahah yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia cabang

Pekanbaru. Menurut hemat penulis bahwa ada sebagian responden yang

menutup-nutupi untuk memberikan informasi penghasilannya. Hal ini

bisa dimaklumi, mungkin karena mereka khawatir dengan beban pajak

yang tinggi atas penghasilan mereka.

Serta yang terakhir untuk karakteristik responden adalah masalah

pekerjaan yang mana pada home industry sebagai dominasi utama

responden yang menggunakan pembiayaan murabahah di bank Muamalat

cabang Pekanbaru yaitu sebanyak 29.3% atau 27 responden, selanjutnya

responden yang bekerja sebagai pedagang yaitu 26.1% atau sebanyak 24

165

Lihat, tabel pada lampiran Identitas Responden, 148. 166

Lihat, tabel pada lampiran Identitas Responden, 149.

Page 95: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

95

responden, untuk responden yang berkerja sebagai karyawan atau

pegawai sebanyak 22.8% atau 21 responden, selanjutnya adalah

responden yang berkerja sebagai petani sebanyak 15.2% atau 14

responden, sedangkan sisanya 6.5% atau 6 responden bekerja pilihan

yang disediakan dalam kuesioner penelitian167

.

Dapat ditarik kesimpulan dalam hasil penelitian ini bahwa

responden yang bekerja di bidang home industry lebih banyak

menggunakan pembiayaan murabahah di bank Muamalat cabang

Pekanbaru. Ini dikarenakan pembiayaan yang mereka gunakan sebagian

besar adalah jenis pembiayaan yang produktif yang akan mereka putar

lagi menjadi pendapat yang maksimal168

.

Walaupun banyak juga responden yang bekerja sebagai pegawai

tapi mereka mempunyai penghasilan yang besar di pekerjaan sampingan

mereka, ada yang mempunyai pekerjaan sampingan di perkebunan kelapa

sawit yang menyebabkan penghasilan mereka lebih besar dari pada

bekerja sebagai pegawai. Ini adalah salah satu alasan Bank Muamalat

Indonesia cabang Pekanbaru mau memberikan pembiayaan murabahah

kepada mereka walaupun gaji sebagai pegawai kecil.

Banyak ayat Al-Qur‟an dan hadits Rasulullah saw. Yang

memerintahkan manusia agar bekerja. Manusia dapat bekerja apa saja,

yang penting tidak melanggar garis-garis yang telah ditentukan-Nya. Ia

bisa melakukan aktivitas produksi, dan ia juga dapat melakukan aktivitas

distribusi ini semua untuk memenuhi kebutuhan mereka169

.

B. Persepsi Masyarakat terhadap Pembiayaan Murabahah

Untuk melihat seberapa besar persepsi masyarakat terhadap

pembiayaan murabahah dapat dilihat dari tabel-tabel yang telah

dilampirkan. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan terlebih dahulu hasil

dari validitas dan realibilitas selanjutnya baru modus, median dan mean

dan yang terakhir dengan melihat hasil dari analisis faktornya.

1. Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas dan reabilitas digunakan untuk mengetahui apakah

pertanyaan yang diajukan valid dan realibel sehingga pertanyaan yang

167

Lihat, tabel pada lampiran Identitas Responden, 149. 168

Hasil wawancara dengan staff pemasaran Bank Muamalat Indonesia cabang

Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011. 169

Lihat, Muhyiddin Attiyah, al-Kas}af al-Iqtisadi li Ayati Al-Qur‟an al-Karim

(Washington: International Institute of Islam Thought, 1991).

Page 96: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

96

diajukan nanti konsisten dan stabil dari waktu ke waktu. Hal ini

dilakukan agar tidak terdapat pertanyaan yang sama ataupun kurang

dipahami oleh responden dari seluruh item pertanyaan yang diajukan.

Sehingga butir-butir pertanyaan tersebut benar-benar bisa digunakan apa

yang diukur dan menunjukkan keandalan suatu alat ukur.

Suatu angket dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada suatu

angket mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh angket

tersebut. Jika korelasi antara masing-masing indikator variabel terhadap

total skor konstruk atau variabel menunjukkan hasil yang signifikan, dari

tabel validitas menyatakan indikator adalah valid170

.

Ini dibuktikan dengan perhitungan r tabel pada penelitian ini

terdapat n = 92-2 =90, dengan tingkat signifikan 5%, maka akan didapat

hasilnya 0,205171

. Nilai r (nilai cored item-total coralation) untuk setiap

item pertanyaan adalah positif dan mempunyai nilai lebih besar dari r

tabel (0.205)172

, maka semua butir item pertanyaan tersebut valid untuk

mengukur validitas faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dalam

penelitian ini.

Sedangkan untuk mengukur reliabilitasnya menunjukkan Alpha

yang bertanda positif sebesar 0,848173

, dan lebih besar dari r tabel

(0,205), maka semua item pertanyaan tersebut reliable untuk mengukur

faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dalam penelitian ini.

2. Analisis Mean, Median , Modus (Mode)

Hasil jawaban respon untuk median semuanya menunjukkan nilai

4 yang berarti setuju atau tidak setuju untuk pertanyaan terbalik. Untuk

modusnya sendiri nilai 4 ada 16 faktor yang berarti setuju atau tidak

setuju untuk pertanyaan terbalik, sedangkan sisanya nilai 3 sebanyak 4

faktor yang berarti netra atau ragu-ragu Sedangkan untuk nilai meannya

ada 15 faktor yang mempunyai nilai rata-rata antara 3,5 sampai 4. Untuk

nilai rata-rata 4 sampai 4,5 ada 5 faktor174

. Hal ini mengindikasi bahwa

mayoritas faktor- faktor yang disebutkan dalam penelitian ini mempunyai

pengaruh penting terhadap pembiayaan murabahah.

170

Lihat, tabel pada lampiran uji Validitas dan Reabilitas Faktor Persepsi, 150. 171

Lihat, r tabel untuk melihat perbadingan pada uji validitas dan realibilitas

pada lampiran, 152. 172

Lihat, tabel pada lampiran Item-Total Statistics, 151. 173

Lihat , tabel pada lampiran Reliability Statistics, 150. 174

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153.

Page 97: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

97

Pertanyaan pertama untuk variabel persepsi adalah Pembiayaan

Murabahah di Bank Muamalat adalah pembiayaan yang bersifat

Universal (tidak terbatas pada orang islam saja) untuk nilai yang sering

muncul dalam jawaban responden adalah angka 4 yang berarti

“setuju”175

. Hal ini berarti responden mayoritas setuju dalam pertanyaan

pertama ini. Hal ini dapat dibuktikan dalam identitas responden bahwa

yang menggunakan pembiayaan murabahah tidak hanya orang islam saja.

Melainkan ada juga orang non islam yang menggunakannya.

Pertanyaan kedua untuk variabel persepsi adalah Pembiayaan

Murabahah di Bank Muamalat bebas dari praktek riba. Yang mendapat

kode 4 atau setuju dalam mayoritas jawaban responden176

. Dalam

menyalurkan pembiayaan murabahah, Bank Muamalat lebih menekankan

pada keharusan kehalalanya, bukan hanya pada profit semata. Yang lebih

penting lagi, uang hanya dijadikan sebagai instrumen bukan

komoditas177

.

Pertanyaan ketiga untuk variabel persepsi adalah Pembiayaan

Murabahah di Bank Muamalat menekankan pada pola kemitraan.

Mayoritas responden menjawab dengan kode 4 atau setuju178

. Dalam

memberikan pembiayaan murabahah Bank Muamalat cabang Pekanbaru

juga memberikan kesan bahwa nasabah pembiayaan adalah mitra bisnis

bukan hanya sekedar sebagai seorang peminjam di Bank Muamalat

cabang Pekanbaru.

Pertanyaan keempat untuk variabel persepsi adalah Pembiayaan

Murabahah di Bank Muamalat adalah yang berlandaskan moral dan

saling percaya. Responden dalam menjawab pertanyaan ini mayoritas

setuju dalam pernyataan ini dengan kode 4179

. Adanya saling

kepercayaan dari pihak bank dan nasabah adalah awal mulainya terjadi

akad pembiayaan murabahah.

Pertanyaan kelima untuk variabel persepsi adalah Pembiayaan

Murabahah di Bank Muamalat lebih stabil, berpeluang dan

menjanjika.dalam hal ini responden juga menjawab dengan kode 4 atau

175

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153. 176

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153. 177

Lihat, Ahmad Ruhiat, “Peran Perbankan Syariah dalam Memulihkan

Ekonomi Nasional”, Republika, 3 oktober 2005. 178

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153. 179

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153.

Page 98: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

98

setuju atas pernyataan tersebut180

. Adanya pertanyaan ini responden

sangat cepat menjawab karena telah membuktikannya sendiri dengan

menggunakan pembiayaan murabahah tersebut. Secara tidak langsung

terjadinya krisis moneter pada tahun 1997 yang menyebabkan banyaknya

bank konvensional yang bangkrut tapi Bank Muamalat tidak berdampak

yang begitu berarti. Mungkin ini juga yang menyebabkan reponden

mayoritas menjawab setuju atas pernyataan tersebut yang berkode 4.

Pertanyaan keenam untuk variabel persepsi adalah Inovasi dalam

pemberian pembiayaan murabahah sejalan dengan kebutuhan masyarakat

yang terus berkembang. Banyaknya responden yang menjawab dengan

kode 4 atau setuju181

, ini membuktikan bahwa setiap inovasi atau

perubahan itu diperbolehkan dalam muamalah kecuali ada dalil yang

melarangnya. Ini berarti ketika suatu transaksi baru muncul dimana

belum dikenal sebelumnya dalam hukum islam, maka transaksi tersebut

dapat diterima kecuali terdapat implikasi dari Al-Qur‟an dan Hadist yang

melarangnya secara eksplisit ataupun implisit182

.

Pertanyaan ketujuh untuk variabel persepsi adalah Pembiayaan

Murabahah di Bank Muamalat adalah pembiayaan yang adil dalam

melakukan transaksinya. Dalam pernyataan ini pun responden mayoritas

menjawab dengan kode 4 atau jawaban setujunya183

. Keadilan dalam

pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru

dapat dilihat dalam surat penyataan akad dimana pihak bank dan nasabah

pembiayaan telah sepakat dalam transaksi ataupun pembagian

keuntungan yang didapat.

Pertanyaan kedelapan untuk variabel persepsi adalah

Aksetabilitas untuk mendapatkan Pembiayaan Murabahah di Bank

Muamalat cepat dan mudah. Untuk nilai yang sering muncul adalah kode

4 atau setuju184

. Jadi responden setuju dengan pernyataan nomor tujuh.

Bank Muamalat cabang Pekanbaru selalu mengutamakan kemudahan

pengaksesan melalui media manapun baik itu bekerja sama dengan bank

konvensional ataupun pihak-pihak terkait. Ini yang menjadikan semakin

180

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153. 181

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153. 182

Lihat, Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), “Perbankan Syariah”,

PKES publishing, Jakarta, 2008. 183

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153. 184

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153.

Page 99: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

99

lama semakin mudah mendapatkan pembiayaan murabahah di Bank

Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru.

Pertanyaan kesembilan untuk variabel persepsi adalah

Pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat popular dimasyarakat.

Responden mayoritas menjawab dengan kode 4 atau jawaban setuju185

untuk pernyataan tersebut. Ini terbukti bahwa pada laporan awal tahun 2009 dominasi jenis pembiayaan murabahah pada bank syariah mencapai 58,73% yang menunjukkan bahwa masyarakat lebih nyaman terhadap jenis pembiayaan ini dibandingkan dengan jenis pembiayaan lain seperti mudharabah atau musyarakah

186.

Pertanyaan kesepuluh untuk variabel persepsi adalah Pelayanan di Bank Muamalat untuk pembiayaan Murabahah cepat dan tanggap. Responden mayoritas menjawab dengan kode 4 atau setuju dalam pertanyaan ini

187. Pelayanan adalah purna jual yang sangat menentukan

bagi seorang produsen yang menyebabkan dengan pelayanan yang cepat dan tanggap konsumen tidak akan merasa kecewa dan pastinya akan mengunakan produk yang ditawarkan dengan senang hati.

Pertanyaan kesebelas untuk variabel persepsi adalah Karyawan Bank Muamalat untuk pembiayaan murabahah sangat professional dan dapat dipercaya. Responden menjawab mayoritas dengan kode 4 atau responden setuju dengan pertanyaan tersebut

188. Profesionalitas adalah

salah satu modal utama dari Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru, dengan keprofesionalan karyawan terhadap apa yang mereka kerjakan akan berdampak positif bagi bank .

Pertanyaan keduabelas untuk variabel persepsi adalah Biaya administrasi Pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat murah. Mayoritas jawaban responden untuk pertanyaan ini adalah dengan kode 4 atau jawaban setuju

189. Walaupun banyak juga responden yang

mengeluhkan bahwa tidak ada bedanya dengan biaya sistem kredit bank konvensional. Tapi dengan faktor lain mereka tetap memilih pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru.

185

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153. 186

Lihat, Biro Perbankan Syariah Tim Pengembangan Syariah IBI 2009,

“Annual Report 2008: PT. Bank Muamalat Indonesia, bandingkan dengna laporan

Bank Indonesia statistic perbankan syariah tahun 2008.” Laporan tahun 2009. 187

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153. 188

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153. 189

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153.

Page 100: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

100

Pertanyaan ke tigabelas untuk variabel persepsi adalah Sikap karyawan/ti Bank Muamalat ramah, simpati dan murah senyum. Responden mayoritas menjawab dengan kode 4 atau setuju

190. Ini

mengindikasikan bahwa hanya dengan senyum yang tulus semua hal yang berat dan sangat mendesak akan menjadi ringan kembali, sebagaimana salah satu hadist Rasullah yang menyatakan bahwa senyum ialah ibadah.

Pertanyaan ke empatbelas untuk variabel persepsi adalah

Penampilan dan busana karyawan/ti Bank Muamalat rapi dan sopan.

Respon dalam menjawab pertanyaan sangat banyak memberi nilai

dengan kode 4 atau setuju191

. Ini dikarenakan di Bank Muamalat

Indonesia diharuskanya seorang karyawannya berpenampilan rapi dan

sopan agar Bank Muamalat Indonesia dapat mencerminkan salah satunya

berbusana secara syariah.

Pertanyaan ke limabelas untuk variabel persepsi adalah

Sosialisasi dan promosi pembiayaan murabahah sudah menyentuh

seluruh lapisan masyarakat. Responden dalam menjawab pertanyaan ini

mayoritas menjawab dengan kode 3 atau ragu-ragu192

. Promosi sangat

penting demi dalam perkembangan Bank Muamalat Indonesia cabang

Pekanbaru, apalagi kota Pekanbaru adalah pusat kota budaya melayu,

dimana melayu di identikkan dengan Islam. Sikap gencar Bank

Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru dalam mempromosikan produk

pembiayaan murabahah disambut positif warga kota Pekanbaru. Hal ini

juga akan berdampak positif dengan kelangsungan Bank Muamalat

Indonesia di Pekanbaru. Promosi dan sosialisasi pembiayaan murabahah

di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru lebih banyak melalui

media cetak lokal.

Pertanyaan ke enambelas untuk variabel persepsi adalah Promosi

pembiayaan murabahah diketahui lewat hubungan personal dan kerabat.

Sama halnya dengan pertanyaan sebelum-sebelumnya responden

menjawab yang terbanyak dengan kode 4 yaitu setuju193

bahwa mereka

mendengar atau mengetahui mengenai pembiayaan murabahah di Bank

190

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153. 191

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153. 192

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153. 193

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153.

Page 101: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

101

Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru melalui omangan orang ke orang.

Promosi dengan cara ini sangatlah efektif karena calon nasabah

mengetahui dengan baik orang yang memberi tahunya tentang

keberadaan pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang

pekanbaru.

Pertanyaan ke tujuhbelas untuk variabel persepsi adalah Prospek

perkembangan pembiayaan murabahah diwilayah pekanbaru sangat baik

karena telah dilakukan sosialisasi dengan baik pula. Responden

mayoritas menjawab dengan kode 3 atau netral atau ragu-ragu194

. Dengan

jawaban seperti itu yang diberikan oleh responden maka dapat

disimpulkan bahwa sosialisasi Bank Muamalat Indonesia sangat minim.

Minimnya gerakan sosialisasi tersebut terlihat dari upaya yang dilakukan

oleh Bank Indonesia. Menurut laporan akhir tahun Bank Indonesia 2008,

kegiatan sosialisasi oleh Bank Indonesia sepanjang tahun 2008 hanyalah

51 kali. Sebuah upaya yang sangat minim mengingat besarnya jumlah

penduduk Indonesia. Idealnya dalam setahun bisa dilakukan minimal 5

juta kali sosialisasi dalam setahun, bukan 51 kali. Bentuk sosilisasi

perbankan syariah sangat beragam dan luas, seperti melalui media massa

cetak atau elektronik, buletin, majalah, buku, lembaga pendidikan, dan

sebagainya. Dalam tulisan ini, lingkup sosialisasi yang dibahas hanyalah

sosialisasi dalam bentuk edukasi masyarakat melalui dialog dan ceramah

secara langsung kepada umat195

.

Sosialisasi atau pemasaran di Bank Muamalat adalah sebuah

awal dari diterimanya produk pembiayaan murabahah oleh masyarkat.

Sehingga aspek ini patut diperhatikan dan diberikan solusi yang optimal.

Jika berpijak pada tujuan untuk meningkatkan nasabah layanan bank

syariah yang beberapa pihak mengatakan masih kurang optimal. Maka

aspek pemasaran tidak bisa diabaikan bagitu saja. Tentu saja dengan

asumsi bahwa pengelolaan atau manajemen internal Bank Muamalat

khususnya berkaitan dengan produk yang berbasis syariah telah matang.

Pentingnya edukasi mengenai produk pembiayaan murabahah dalam

kaitannya dengan aspek pemasaran diperlukan karena melihat kenyataan

bahwa sudah banyak bank di Indonesia yang mempunyai layanan

194

Lihat, tabel pada lampiranMean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi ,

153. 195

Lihat, Agustianto, Menyoroti Minimnya Sosialisasi Perbankan Syariah,

(2010),

http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&view=article&id=11

91:menyoroti-minimnya-sosialisasi-perbankan-syariah&catid=8:kajian-

ekonomi&Itemid=60

Page 102: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

102

berbasiskan syariah. bahkan pengelolaan bank syariah telah terpisah dari

layanan bank konvensional196

.

Pertanyaan ke delapanbelas untuk variabel persepsi adalah

Informasi Pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat diketahui lewat

media cetak dan televisi. Kebanyakan responden menjawab dengan kode

3 atau netral atau ragu-ragu197

. Promosi merupakan salah satu faktor

penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Dalam persaingan yang

begitu ketat, Bank Muamalah Indonesia cabang Pekanbaru tidak hanya

dapat mengandalkan peningkatan mutu dan pengembangan produk jasa

semata, walaupun berkualitasnya pembiayaan murabahah, bila calon

nasabah belum pernah mengetahuinya dan tidak yakin kalau pembiayaan

murabahah itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan

pernah menggunakannya. Oleh sebab itu Bank Muamalat Indonesia perlu

melakukan prosmosi, yang terdiri dari periklanan media cetak ataupun

elektronik, promosi penjualan, penjualan pribadi, hubungan masyarakat

dan pemasaran langsung198

.

Pertanyaan ke Sembilan belas untuk variabel persepsi adalah

Informasi Pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat diketahui langsung

dari pihak bank. Kebanyakan responden menjawab pernyataan ini dengan

kode 3 atau netral atau ragu-ragu199

.

Minimnya sosialisasi perbankan syariah di lingkungan

masyarakat Islam sendiri khusunya Indonesia, yang notabene

berpenduduk mayoritas muslim ini ternyata belum benar-benar paham

tentang sistematika ekonomi syariah serta banyak sekali istilah-istilah

yang unfamiliar di telinga umat Islam sendiri200

.

Hal ini membuktikan walaupun Bank Muamalat Indonesia

berusaha mensosialisasikannya dengan cara menerjunkan langsung

karyawan bank untuk lebih mengenalkan bank syariah dimasyarakat, tapi

196

Lihat, Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Pustaka Al-

Kausar, 2003), 35. 197

Lihat, tabel pada lampiran Mean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi,

153. 198

Lihat, Husma Fadillah Nasution, “Analisis Pengaruh Promosi dan

Komunikasi Terhadap Keputusan Nasabah untuk Menabung di Bank Syariah Mandiri

cabang Tebing Tinggi “ (Tesis, Universitas Sumatera Utara Medan, 2008), 22. 199

Lihat, tabel pada lampiranMean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi ,

153. 200

Lihat, Edy Ramdan, “Pengaruh Minimnya Sosialisasi Perbankan Syariah

terhadap Minat Masyarkat Memilih Bank Syariah” (Tesis, UIN Sunan Gunung Jati

Bandung, 2009), 5.

Page 103: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

103

tetap saa kurang optimal. Karena tidak didukung oleh SDM atau aspek-

aspek lainnya yang menyebabkan masyarakatpun begitu kurang

pengetahuannya terhadap Bank Muamalat.

Pertanyaan terakhir untuk variabel persepsi adalah Bank

Muamalat mempunyai banyak kendala dalam mensosialisasikan

pembiayaan murabahah. Responden kebanyakan menjawab dengan kode

4 atau setuju201

.

Untuk memuluskan proses sosialisasi perbankan syariah di tanah

air perlu kiranya melakukan berbagai pendekatan yang bersifat sosio-

kultural, sosio-politik dan akademis. Terhadap para kiyai atau ulama

yang masih meragukan hukum haramnya bunga bank perlu dilakukan

pendekatan konstruktif untuk mencari titik temu kesamaan pandangan

dan status hukum. Pendekatan yang ditempuh tersebut tidak

menghasilkan kesamaan pandangan, dan hal ini mungkin sekali terjadi,

maka agenda sosialisasi perbankan syariah tetap jalan dan jangan sampai

pihak yang tidak sepakat lantas merendahkan upaya luhur ini dengan

su‟uddhon bahwa mereka ini tidak mengenal spirit islam atau mengecap

mereka sebagai islam simbolis, Islam tekstualis atau Islam skriptualis dan

lain sebagainya202

.

3. Analisis Faktor Utama yang Mempengaruhi Persepsi

Masyarakat terhadap Pembiyaan Murabahah

Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat tentang faktor apa

saja yang dominan mempengaruhi persepsi masyarakat maka akan

digunakan analisis faktor. Tujuannya adalah untuk mencari cara

menyingkat informasi yang terdapat dalam beberapa variabel asal

menjadi serangkaian variabel yang lebih kecil (faktor) dengan

meminimalkan kehilangan informasi203

.

Dengan menggunakan analisis faktor ini maka tabel yang pertama

muncul adalah KMO and Barlett‟s Test204

pada tabel tersebut, terlihat

201

Lihat, tabel pada lampiranMean, Median, Mode (modus) faktor Persepsi ,

153. 202

Lihat, Ikhwan Abidin Basri, Kendala Sosialisasi Perbankan Syariah di

Indonesia, (2007). http://shariahlife.wordpress.com/2007/01/15/kendala-sosialisasi-

perbankan-syariah-di-indonesia 203

Lihat, Sofyan Yamin, Heri Kurniawan, SPSS Compelete: Tek\nik Analisasi

Statistik Terlengkap dengan Software SPSS, 179. Lihat juga, Hair, J.F, R.E. Anderson,

R.L. Tatham., dan W.C. Black., Multivariate Data Analysis With Readings, 4th

Edition.

Englewood Cliffs, (NJ:Prentice Hall,1995). 204

Lihat, lampiran pada tabel KMO and Bartletts Test, 154.

Page 104: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

104

angka KMOMeasure of Sampling Adequency (MSA) adalah 0.662. Oleh

karena angka MSA di atas 0.5 maka kumpulan variabel faktor-faktor

tersebut dapat diproses lebih lanjut. Kesimpulan yang sama juga dapat

dilihat pada angka Barlett‟s Test of Spbericity (yang ditampakkan dengan

angka Chi Square) sebesar 1244,200 dengan signifikansi 0,000.

Nilai Measure of Sampling Adequary (MSA) masing-masing

faktor pada tabel tersebut, tidak ada faktor yang memperoleh nilai MSA

dibawah 0,5 205

. Oleh karena seluruh variabel faktor-faktor tidak ada

yang memperoleh nilai 0,5, maka seluruh variabel layak untuk dianalisis

ke tahapan selanjutnya. Ketentuan tersebut didasarkan pada kriteria

sebagai beriku:

a. Jika probabilitas (sig) <0,05 maka variabel dapat dianalisis lebih

lanjut

b. Jika probabilitas (sig) >0,05 maka variabel tidak dapat dianalisis

lebih lanjut.

Ada 20 variabel yang dimasukkan dalam analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi persepsi dalam penelitian ini. Dengan total varians

masing-masing, maka total varians adalah 20x1=20. Varians faktor 1

tersebut adalah 9.953/20 x 100% = 49.763%, faktor 2 adalah 5.026/2 x

100% = 25.128%, faktor 3 adalah 1.240/20 x 100% = 6.198%, faktor 4

adalah 1092/20 x 100% = 5.458% dan selanjutnya sebagaimana bisa

dilihat pada kolom % of variance.206

Total jumlah keseluruhan varians

dari 4 faktor sebesar 86.547% yang mengandung arti bahwa dari seluruh

faktor yang nanti terbentuk, memberi penjelasan bahwa sebesar

86.547%. nilai eigen value menunjukkan kepentingan relative masing-

masing faktor dalam menghitung varians ke empat variabel yang

dianalisis207

.

Susunan eagen values selalu diurutkan dari yang paling besar

sampai yang paling kecil, dengan kriteria bahwa angka eigen values

dibawah angka 1 tidak digunakan dalam menghitung faktor yang

terbentuk, yang mempunyai nilai eigen values di atas angka 1, sedangkan

untuk faktor ke 5 angka eigen values sudah dibawah angka 1. Setelah

diketahui bahwa 4 faktor adalah jumlah yang paling optimal, maka tabel

rotated component matrix menunjukkan distribusi ke 20 faktor variabel

tersebut pada 4 faktor yang terbentuk. Angka yang ada pada tabel

205

Lihat, lampiran pada tabel KMO and Bartletts Test, 154. 206

Lihat,lampiran pada tabel total Varience Explained,155. 207

Lihat, lampiran pada tabel total Varience Explained, 155.

Page 105: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

105

tersebut adalah factor loading, atau besar korelasi antara suatu variabel

dengan keempat faktor sebagaimana berikut:

Variabel faktor pembiayaan murabahah berlandaskan moral dan

saling percaya, aksestabilitas pembiayaan murabahah cepat dan mudah,

pembiayaan murabahah popular di masyarakat, karyawannya sangat

professional dan dapat dipercaya, biaya administrasinya murah, sikap

karywan ramah, simpati, dan murah senyum, sosialisasi dan promosi

pembiayaan murabahah telah mencapai seluruh lapisan masyarakat,

promosi pembiayaan murabahah diketahui lewat hubungan personal dan

kerabat, prospek perkembangan pembiayaan murabahah sangat baik,

informasi pembiayaan murabahah diketahui lewat media cetak dan

televisi, karena ke sepuluh variabel tersebut mempunyai korelasi yang

kuat pada komponen faktor 1. Variabel pertama merupakan faktor

pribadi, variabel ke dua merupakan faktor lingkungan, variabel ke tiga

sampai kesepuluh merupakan faktor obyek. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi persepsi

masyarakat terhadap pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut:

Pertama, faktor pembiayaan murabahah berlandaskan moral dan

saling percaya menepati urutan pertama, meskipun bukan merupakan

faktor paling dominan pada komponen faktor pertama ini. jika

peningkatan pelayanan tidak dilakukan secara terus menerus, maka bank

tersebut lambat laun akan ditinggalkan oleh nasabahnya, Salah satu cara

yang dilakukan bank untuk menarik untuk menjaga dan meningkatkan

kepercayaan masyarakat adalah dengan menyediakan dan

mengembangkan pelayanan keuangan yang inovatif, berkualitas dan

melebihi harapan masyarakat yang dinamik dengan hasil terbaik.

Kemudian membina jejaring kerjasama saling menguntungkan yang

dilandasi rasa saling percaya. Serta kepercayaan masyarakat sangat

bergantung dari kinerja karyawannya yang sangat ramah dalam melayani.

Cepat tanggap dalam merespon yang memberikan kesan moral para

karyawan kepada nasabah sangat baik.

Kedua, faktor aksestabilitas pembiayaan murabahah cepat dan

mudah, kemudahan masyarakat dalam mengakses pembiayaan

murabahah di bank syariah adalah salah satu faktor penting yang

menjadikan nasabah memilih bank syariah. faktor loading yang

menunjukkan aksestabilitas masyarakat kebank syariah menunjukkan

sangat besar dan berpengaruh besar pula terhadap persepsi masyarakat208

.

208

Lihat, lampiran pada tabel factor Component 1, 158.

Page 106: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

106

Akses ke Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru tergolong

mudah dan cepat. Tidak hanya penempatan cabang-cabangnya di daerah-

daerah strategis, tapi juga transaksi keuangannya juga mempunyai akses

yang mudah. Dimana kerjasama yang telah dilakukan oleh Bank

Muamalat Indonesia dengan bank-bank lainnya, ataupun instansi lainnya

membuat transaksi keuangan sangat fleksibel seperti contohnya ATM

bersama.

Ketiga, faktor pembiayaan murabahah popular di masyarakat,

kepopuleran pembiayaan murabahah dapat dilihat dari transaksi yang

sering dilakukan oleh masyarakat di Bank Muamalat Indonesia cabang

Pekanbaru yang menyatakan bahwa akad yang paling sering digunakan

pada transaksi pembiayaan. Hal ini dapat dilihat pada data yang

dikeluarkan oleh pihak bank yang menyatakan bahwa persentase

akad mudharabah209

dalam pembiayaan hanya sebesar 19,9% dan

akad musyarakah210

dalam pembiayaan sebesar 11,4%, berbeda dengan

akad murabahah211

yang persentasenya mencapai 61,7%, data ini

mengindikasi bahwa separuh lebih transaksi pembiayaan di Bank

Muamalat Indonesia menggunakan akad murabahah.

Kepopuleran pembiayaan murabahah di mata masyarakat.

Dikarenakan pembiayaan murabahah sangat mirip dengan pembiayaan

sistem bunga di bank konvensional, yang menjadikan masyarakat

mempunyai pilihan selain ke bank konvensional. Mereka dapat

melakukan transaksi pembiayaan di Bank Muamalat apabila dengan

tingkat religiusitas nasabah yang mengerti bahwa bunga bank adalah

haram.

Keempat, faktor karyawannya sangat profesional dan dapat

dipercaya, Yang menjadikan persepsi masyarakat terhadap bank syariah

209

Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihk utnuk suatu usaha, di

mana pihak pertama (Shahibul ma>l) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak

kedua (mudha>rib) bertindak sebgai pengelola, dan keuntungan usahah di bgai antara

mereka sesuai dengan kesepakatan diantara mereka yang bertransaksi, lihat, az-Zuhaily

Wahab, al-fiqh al-Isla>mi Wa Adillatuhu (Damaskus: Darul Fikr, 1997), 3924. 210

Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu

usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memebrikan kontribusi dana dengan

ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan

kesepakatan. Lihat, az-Zuhaily Wahab, al-fiqh al-Isla>mi Wa Adillatuhu (Damaskus:

Darul Fikr, 1997), 3876. 211

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menciptakan suatu harga

berdasarkan harga beli ditambah dengan keuntungan (profit margin) sesuai kesepakatan

antara kedua belah pihak yang bertransaksi. Lihat, az-Zuhaily Wahab, al-fiqh al-

Isla>mi Wa Adillatuhu (Damaskus: Darul Fikr, 1997), 3765.

Page 107: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

107

adalah bank yang sangat dapat dipercaya, berbeda dengan bank

konvensional. Banyak dari internalnya sendiri membuat kecurangan yang

banyak merugikan masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa

kurangnya pengawasan dari BI sendiri sebagai badan pengawas

perbankan nasional. Sangat berbeda dengan bank syariah yang

mempunyai badan sendiri yang ditunjuk langsung oleh BI yaitu DPS212

.

Ketidak percayaan masyarakat terhadap bank konvensional salah

satunya karena terjadinya krisis moneter dan perbankan yang

menghantam Indonesia pada tahun 1998, yang ditandai dengan

dilikuidasinya 16 bank yang mengakibatkan menurunnya tingkat

kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan konvensional. Untuk

mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah mengeluarkan jaminan atas

seluruh kewajiban pemabayaran bank213

. Serta menciptakan lingkungan

kerja yang meningkatkan profesionalisme dan mendorong pembaharuan

organisasional dengan semangat kekeluargaan. Dan yang terpenting

adalah membangun kepercayaan publik melalui perilaku etikal, peduli

dan hati-hati

Kelima, biaya administrasinya murah, salah satu yang

mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap bank syariah adalah biaya

administrasi yang murah. Ini disebabkan bank syariah tidak memungut

biaya-biaya lain yang berkenaan dengan transaksi pembiayaan

murabahah214

.

Persepsi masyarakat terhadap biaya administrasinya murah adalah

sebagai daya tarik dari pihak Bank Muamalat Indonesia untuk bersaing

mendapatkan nasabah pembiayaan dengan bank konvensional. Hal ini

juga dimaksudkan oleh Bank Muamalat Indonesia untuk menjadikan

citra positif pada masyarakat, bahwa Bank Muamalat Indonesia tidak

menjadikan nasabah sebagai ladang pendapatan tapi sebagai mitra usaha

yang sama-sama menguntungkan.

212

DPS (Dewan Pengawas Syariah) adalah badan yang ada di lembaga

keuangan syariah dan bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan DSN di lembaga

keuangan syariah tersebut. 213

Lihat, Keputusan Presiden Nomor 26 tahun 1998 tentang “Jaminan

Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum” dan keputusan Presiden Nomor 193

tahun 1998 tentang “Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan

Rakyat”. 214

Lihat, Abd. Adhim, “Studi Komparatif Akad Mudlarabah dan Murabahah

Bank Islam dengan Pembiayaan Sistem Bunga Bank Konvensional dalam Perspektif ke-

Adil-an” (Distertasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2008), 240.

Page 108: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

108

Keenam, sikap karyawan ramah, simpati dan murah senyum,

sikap ramah, simpatik dan murah senyum ini sudah menjadi pedoman

yang universal bagi seluruh staff dan karyawan bank syariah dimanapun.

Etika seorang karyawan bank sebagai perusahaan jasa, apalagi Bank

Muamalat Indonesia yang berlandaskan syariah Islam sudah semestinya

mencerminkan sikap yang ramah, simpati dan murah senyum. Ini juga

sejalan dengan hadis yang diriwayatkan oleh at-Turmizi, Rasululllah

saw. pernah bersabda, “senyum itu adalah sedekah”.

Ketujuh, sosialisasi dan promosi pembiayaan murabahah telah

mencapai seluruh lapisan masyarakat, promosi215

adalah aktivitas yang

dilakukan bank syariah untuk mendapatkan konsumen, bukan hanya

untuk sekali datang, tetapi juga konsumen yang akan melakukan

transaksi yang berulang-ulang. Tujuan promosi adalah meningkatkan

awareness216

.

Promosi adalah ujung tombak penjualan produk pembiayaan

murabahah di Bank Muamalat Indonesia. Dengan promsi yang gencar

dan dengan cara-cara penyampaian yang inovatif untuk menarik

pelanggan. Hal ini akan menjadikan orang yang sebelumnya sangat

antipati terhadap hal-hal baru dapat terbujuk dengan mudah dan menjadi

pelanggan yang setia.

Kedelapan, promosi pembiyaan murabahah diketahui lewat

hubungan personal dan kerabat. Penyampaian sesuatu dengan cara

personal atau disampaikan langsung oleh orang terdekat akan membuat

seseorang akan lebih cepat percaya akan hal yang akan disampaikan oleh

kerabat tersebut karena adanya hubungan emosional yang kuat. Dengan

andanya hubungan emosional yang kuat, membuat orang yang akan

diajak untuk memilih pembiayaan murabahah lebih cepat mempercayai

omongan mereka. Karena orang yang mengajak adalah orang yang telah

215

Promosi merupakan bentuk komunikasi yang dipergunakan oleh perusahan

untuk memeberitahukan sesuatu dan memberitahukan tingkah laku membeli dari

pelanggan yang sudah ada dan pelanggan potensial. Komunikasi pemasaran harus

dirancang untuk memberitahukan pelanggan mengenai manfaat dan nilai dari produk

atau jasa yang ditawarkan. Bentuk dasar dari komunikasi pemasaran, artinya unsure-

unsur dari bauran promosi adalah periklanan, penjualan pribadi, publisitas, dan promosi

penjualan, lihat, Warren J. Keegan, Manajemen Pemasaran Global (Jakarta:

Prenhallindo, 1996), 139. 216

Awareness adalah pengetahuan yang dimiliki konsumen tentang keberadaan

produk, biasanya dinyatakan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: saya pernah

mendengar, saya pernah melihatnya, atau saya pernah mencobanya, dan saya tahu apa

gunanya. Lihat, Rhenald Kasali, Membidik pasar Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 1998), 378.

Page 109: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

109

dikenal baik dan mereka langsung melihat dampaknya dengan cepat

dalam penyampaian berita tersebut.

Kesembilan, prospek perkembangan pembiayaan murabahah

sangat baik, perkembangan pembiayaan murabahah dari tahun ketahun

terus meningkat ini dibuktikan dengan laporan dari Bank Muamalat

Indonesia cabang Pekanbaru yang menyatakan adanya peningkatan

nasabahah menggunakan pembiayaan ini setiap tahunnya. Pada tahun

2006 di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru mempunyai

nasabah pembiayaan sebanyak 1050 orang dengan saldo keseluruhan

berjumlah Rp. 162.318.405.224, tahun 2007 nasabah pembiayaan

sebanyak 1.619 dengan saldo keseluruhan berjumlah Rp.

283.903.103.290, tahun 2008 nasabah pembiayaan sebanyak 1.203

dengan saldo keseluruhan berjumlah Rp. 167.912.075.402, tahun 2009

nasabah pembiayaan sebanyak 1.015 dengan saldo keseluruhan

berjumlah Rp. 124.235.847.815, dan untuk tahun 2010 nasabah

pembiayaan sebanyak 1.154 dengan saldo keseluruhan berjumlah Rp.

133.873.181.750217

.

Perkembangan pembiayaan murabahah di Bank Muamalat

Indonesia sudah tidak diragukan, apalagi dengan melihat data-data yang

telah disajikan diatas. Perkembangan ini tidak lain adalah usaha pihak

bank yang ingin mengalihkan pandangan masyarakat, yang sebelumnya

hanya tertuju pada pembiayaan sistem bunga di bank konvensional,

kepada pembiayaan murabahah yang bebas dari bunga bank. Prospek

untuk lebih maju lagi masih terbuka lebar, apalagi didukung oleh

peraturan yang telah menjadi hukum positif di Indonesia, yang selama ini

sangat membantu dalam mengembangkan produk pembiayaan Bank

Muamalat Indonesia. Tidak hanya peraturan dari pemerintah yang

mendukung, tapi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh syariah

Islam lebih menjamin lagi karena prinsip bermuamalah itu hukumnya

diperbolehkan dan tidak diharamkan segala sesuatunya kecuali ada nash-

nash yang melarangnya.

Kesepuluh, informasi pembiayaan murabahah diketahui lewat

media cetak dan televisi, pada umumnya memanfaatkan media elektronik

sangat intensif untuk memperkenalkan produknya dan menarik perhatian

dan membujuk masyarakat218

.

217 Data nasabah pembiayaan dalam lima tahun terakhir di PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk. cabang Pekanbaru. 218

Iklan merupakan aspek pemasaran yang penting, sebab iklan menentukan

hubungan antara produsen dan konsumen. Secara kongkret, iklan menentukan pola

hubungan penawaran dan permintaan antara produsen dan konsumen, yang pada

Page 110: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

110

Pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia promosinya

sangat gencar. Ini terbukti banyaknya iklan-iklan yang dipasang oleh

pihak bank di media cetak untuk menarik perhatian masyarakat.

Banyaknya respon positif yang diberikan masyarakat terhadap iklan-

iklan yang dilakukan pihak bank, membuat masyarakat banyak beralih ke

pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia dari pada ke

pembiayaan kredit sistem bunga di bank konvensional.

Untuk komponen faktor yang ke dua, ada lima variabel faktor

yang dominan yaitu pembiayaan murabahah bersifat universal,

pembiayaan murabahah adil dalam melakukan transaksi, pelayanan cepat

dan mudah, penampilan karyawan rapi dan sopan, informasi pembiayaan

murabahah diketahui langsung dari pihak bank. Dengan demikian ke

lima variabel faktor memiliki pengaruh signifikan, terlihat dari nilai

faktor loading yang ada219

.

Pertama, pembiayaan murabahah bersifat universal, yang berarti

dalam persepsi masyarakat, bank syariah itu tidak hanya khusus bagi

orang Islam saja, karena ditinjau dalam agama manapun bank syariah

lebih baik dari pada bank konvensional yang menggunakan sistem bunga.

Dalam pandangan agama baik itu Yahudi, Nasrani apalagi Islam

menyatakan bahwa bunga bank tidaklah membawa faedah yang baik bagi

seseorang, dan pandangan beberapa tokoh filsuf Yunani yang terkenal di

dunia juga menyatakan bunga bank itu tidak baik220

.

gilirannya ikut pula menentukan harga barang yang dijual di dalam pasar. Ada pendapat

yang mengatakan bahwa produksilah yang menciptakan permintaan, yang kemudian

dispuaskan. Dengan kata lain, bukan permintaan yang melahirkan produksi, malainkan

sebaliknya, produksi yang melahirkan permintaan. Salah satu tokoh yang menyatakan

pendapat seperti ini adalah John K. Galbraith dalam bukunya The Afflueant Society.

Dengan begitu, apa yang dianggap sebagai permintaan masyarakat sesungguhnya

disebabkan, ditimbulkan, dan diciptakan oleh adanya produksi. Permintaan muncul

karena adanya produksi barang tertentu yang ditawarkan didalam pasar. Demi

menciptakan dan membangkitkan permintaan inilah iklan memainkan peran yang sangat

penting dan strategis. persoalan moral dan etis yang timbul adalah dengan scenario ini

kebebasan individu dalam menentukan kebutuhannya dalam masyarakt modern

sekarang ini hampir tidak ada sama sekali. Permintaan, atau bahkan permintaan yang

sudah dianggap sebagai kebutuhan, tidak timbul secara bebas, melainkan dipengaruhi

dan dirangsang dari luar oleh pasar, oleh iklan. Dalam mekanisme semacam ini, iklan

tidak sejalan dengan konsep mengenai kebutuhan atau keinginan yang ditentukan bebas

oleh konsumen sendiri, karena fungsi iklan disini adalah menciptakan permintaan atau

kebutuhan, termasuk kebutuhan yang sebelumnya tidak dirasakan. Lihat, A. Sony

Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), 215. 219

Lihat, lampiran pada tabel Factor Component 2, 158. 220

Lihat, Mohamad Hidayat, The Sharia Economic, 66-69.

Page 111: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

111

Keuniversalan pembiayaan murabahah di Bank Muamalat

Indonesia dapat dilihat oleh masyarakat dalam bentuk pemilihan nasabah

pembiayaan yang sesuai oleh pihak bank. Kesesuaian yang dimaksudkan

tidak hanya berupa kesamaan prinsip ataupun beragama tapi juga

kesesuaian dalam bertransaksi pembiayaan murabahah.

Kedua, pembiayaan murabahah adil dalam melakukan transaksi,

keadilan bank syariah diimplementasikan dalam bentuk berbagai

keuntungan dan kerugian (profit and loss sharing). Bentuk inilah yang

perlu diperkenalkan dan disosialisasikan kepada masyarakat, sehingga

mereka dapat memahami bahwa bentuk dan sistem demikian lebih baik

dan lebih sesuai dengan salah satu bentuk jual beli.

Lawan dari keadilan adalah berlaku curang. Dalam agama

manapun, perilaku tersebut tidak dibenarkan, tidak hanya dalam

berbisnis tapi juga dalam setiap interaksi masyarakat pada

umumnya.sebagaimana dalam Al-Qur‟an surat al-Muthaffifin ayat 1-3221

.

Ketiga, pelayanan cepat dan mudah. Persepsi yang tertanam

dibenak para masyarakat terhadap pembiayaan murabahah memiliki

keunggulan dalam hal pelayanan dan nilai tambah. Menurut Muhammad

Syafi‟I Antonio222

, dalam konteks marketing syariah,

pelayanan223

merupakan salah satu faktor penting. Baginya, servis harus

dilakukan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. Dalam Islam,

tidaklah seorang merupakan salah satu faktor penting. Baginya, servis

harus dilakukan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. Dalam Islam,

tidaklah seorang melakukan pelayanan kepada saudaranya (pelanggan)

kecuali akan mendapatkan dua keuntungan, keuntungan komersial di

dunia dan keuntungan pahala di akhirat nanti. Karena, tidaklah seseorang

mampu memenuhi kebutuhan orang lain atau meringankan kesulitannya

221

“Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan

menimbang)! (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain

mereka minta dicukupkan. Dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang

lain), mereka mengurangi” (Q,S al-Muthaffifin:1-3) 222

Muhammad Syafi‟I Antonio, tulisan pengantar dalam, Hermawan Kertajaya

dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2006),

xix. 223

Dalam setiap usaha, variabel pelayanan (Service) penting karena pada

dasarnya manusia selalu ingin diperhatikan dan dilayani, karena sudah merupakan sifat

alamiah (nature) dari manusia sejak kecil diperhatikan dan dilayani oleh keluarga.

Begitu dewasa, terjun ke dalam lingkungan masyarkat yang lebih luas, rasa haus akan

kekeluargaanpun muncul sehingga mereka berusaha mencari tempat dimasyarakat yang

memungkinkan mereka mengaktualisasikan diri mereka dengan nyaman dan damai.

Lihat, Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing,

(Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2006), 183.

Page 112: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

112

kecuali dicatat sebagai ibadah. Untuk mencapai sasaran, servis harus

dilakukan melalui suatu proses (value enabler) yang terus menerus.

Rasulullah saw mengatakan, khair al-umu>ri dawa>muha> wain qalla

(Sebaik-baik hal adalah kontinuitasnya sekalipun sedikit). Hanya dengan

kontinuitas atau keistiqamahanlah seseorang mampu mengukuhkan brand

(value indicator) yang merupakan citra produk suatu usaha di pasar.

Keempat, penampilan karyawan rapi dan sopan, pelayanan yang

simpatik, pakaian serta gaya bicara yang sopan dan perhatian terhadap

kebutuhan masyarakat akan informasi terhadap pembiayaan murabahah

sangatlah menjadi ujung tombak dalam meningkatkan pelayanan yang

memuaskan. Dengan bekal tersebut, menjadi salah satu daya tarik untuk

memuaskan, mengembangkan pembiayaan murabahah kedepannya dan

bank syariah pada umumnya.

Sudah dijelaskan diatas tadi bahwa seorang karyawan bank harus

mempunyai etika yang baik, apa lagi seorang karyawan bank syariah

harus mempu mencerminkan syariah Islam. Dalam berpakaianpun

seorang karyawan harus mencerminkan kesopanannya tidak hanya dari

pelayanan yang harus sopan. Pakaiannya pun sudah semestinya sesuai

dengan syariah Islam.

Dan variabel faktor yang terakhir adalah informasi pembiayaan

murabahah diketahui langsung dari pihak bank. Pendekatan untuk

menarik minat nasabah lewat penjualan pribadi224

(personal Selling),

sangatlah jitu, karena salah satu cara menciptakan kepercayaan adalah

dengan promosi yang bersifat hubungan emosional. Program seperti ini

pada dunia perbankan dilakukan oleh semua lapisan yang terlibat

didalamnya, baik sebagai karyawan sampai kepada pejabat bank,

bahkan menjadikan masyarakat nantinya mempunyai tanggung jawab

secara moril untuk mengkampanyekan produk dan jasa perbankan

syariah kepada orang lain. Personal selling adalah salah satu usaha Bank Muamalat

Indonesia dalam meningkatkan jumlah nasabah. Jika mengharapkan

pihak Bank Indonesia dalam membantu mensosialisasikan pembiayaann

murabahah sangat tidak mungkin. Karena sedikitnya anggaran yang

dikeluarkan oleh pihak Bank Indonesia dalam mensosialisasikan

perbankan syariah, apalagi harus memsosialisasikan salah satu produk

yang menjadi unggulan bank syariah tersebut. Banyaknya masyarakat

224

Personal selling adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mencari

pembeli, mempengaruhi dan memberi petunjuk agar pembeli dapat menyesuaikan

kebutuhannya drngan produksi yang ditawarkan serta mengadakan perjanjian mengenai

harga yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Page 113: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

113

yang mengetahui langsung tentang pembiayaan murabahah dari bank

syariah memberi dampak positif terhadap persepsi masyarakat pada

pembiayaann murabahah. Masyarakat dapat menanyakan langsung atau

menyampaikan masalah-masalah terkait. yang ada dalam pembiayaan

murabahah

Faktor pembiayaan murabahah bebas dari praktek riba, inovasi

dalam pembiayaan murabahah sejalan dengan kebutuhan masyarakat225

.

Dua variabel faktor ini adalah yang paling dominan pada komponen

faktor yang ke tiga.

Pertama, variabel faktor pembiayaan murabahah bebas dari

praktek riba. Ini bisa dibuktikan dengan hadits-hadits Rasulullah saw

yang menyatakan bahwa jual beli itu halal dan para ulama mazhab telah

sepakat bahwa membolehkan pembebanan biaya langsung yang harus

dibayarkan kepada pihak ketiga. Keempat mazhab sepakat tidak

membolehkan pembebanan biaya langsung yang berkaitan dengan

pekerjaan yang memang semestinya dilakukan penjual maupun biaya

langsung yang barkaitan dengan hal-hal yang berguna226

.

Dalam perhitungan pembiayaan murabahah di Bank Muamalat

Indonesia sangat menekankan pada transparansi akad yang menjadikan

pembiayaan murabahah jauh dari praktek riba. Sangat berbeda sekali

dengan kredit sistem bunga di bank konvensional yang tidak transparan.

Variabel faktor yang terakhir adalah inovasi dalam pembiayaan

murabahah sejalan dengan kebutuhan masyarakat. Inovasi dalam

pembiayaan murabahah dapat dilihat dari ada beberapa cabang

pembiayaan murabahah di bank syariah. baik itu murni murabahah

ataupun yang berupa akad murabahah yang dilebarkan kearah akad yang

lebih baik lagi, agar masyarakat dengan leluasa menggunakan

pembiayaan murabahah dalam transaksi yang lainnya.

Inovasi pembiayaan murabahah ini sudah sangat lazim dikenal

kan di negara-negara lain. Salah satunyanya adalah murabahah

commodity, di Indonesia sendiri inovasi terhadap pembiayaan

murabahah masih bisa dikontrol oleh pihak DPS jadi, asalkan akad itu

tidak melanggar hukum yang telah ditetapkan maka inovasi pembiayaan

murabahah itu diperbolehkan pada Bank Muamalat Indonesia.

Faktor komponen yang ke empat ada tiga yaitu pembiayaan

murabahah menekankan pola kemitraan, pembiayaan murabahah lebih

stabil berpeluang dan menjanjikan, karyawannya sangat professional dan

225

Lihat, lampiran pada tabel Factor Component 3, 159. 226

Lihat, Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan,

114.

Page 114: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

114

dapat dipercaya. Dengan tiga variabel faktor yang paling dominan dan

berpengaruh signifikan terhadap faktor komponen yang ke empat.

Pertama, variabel faktor pembiayaan murabahah menekankan

pola kemitraan. Bank syariah disini memposisikan dirinya sebagai mitra

kerja atau usaha karena bank syariah mempunyai landasan moral yang

lebih baik dari bank konvensional dalam memberikan pembiayaan pada

nasabah. Di bank syariah, ketika ada masalah yang terjadi pada

pembayaran pembiayaan, mereka pertama sekali akan berpikiran positif

dahulu dan akan menawarkan win - win solution. Sebagaimana Muslim

meriwayatkan dari Abu Qatadah, Rasulullah swa bersabda, “Barang

siapa yang senang untuk dibebaskan dari kesulitan kelak pada hari

kiamat. Hendaklah bersikap toleran kepada orang yang berutang

kepadanya atau membebaskannya dari hutangnya”227

.

Kedua, pembiayaan murabahah lebih stabil berpeluang dan

menjanjikan. kalau dilihat dari pengambilan keuntungan pembiayaan

murabahah di bandingkan kredit sistem bunga, pembiayaan murabahah

lebih stabil karena persentase pengambilan keuntungannya berdasarkan

keuntungan yang didapat oleh nasabah sendangkan pada kredit sistem

bunga persentase pengambilan keuntungan bungannya berdasarkan

besarnya pinjaman nasabah.

Stabilnya pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia

dapat dilihat dari pengambilan keuntungan pihak bank dalam

bertransaksi ini, stabilnya pembiayaan murabahah sangat dirasakan

masyarakat, karena mayoritas yang menggunakan pembiayaan

murabahah adalah dengan jenis pembiayaan produktif. Hal ini sangat

mendukung masyarakat dalam menentukan pengelolaan usaha mereka.

Ketiga, Bank Muamalat mempunyai banyak kendala

mensosialisasikan pembiayaan murabahah, kendala-kendala yang

dirasakan oleh pihak bank dalam mensosialisasikan pembiayaan murabah

adalah sosialisasi sistem syariah. karena banyak masyarakat yang belum

paham benar dengan sistem syariah. mereka masih beranggapan bahwa

sistem syariah sama saja dengan sistem konvensional seperti disertasi

yang telah dijadikan buku karangan Abdullah Saeed yang berjudul

“Islamic Banking and Interest “ dimana kesimpulan penelitiannya

menyatakan bahwa yang membedakan Bank syariah dan Bank

Konvensional hanya pada label-label produknya saja.

227

Lihat, Imam Nawawi, Ringkasan Riyadhush Shalihin,(Bandung: Irsyad

Baitus Salam, 2006), 429.

Page 115: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

115

Sumber daya manusia juga merupakan kendala yang patut

diperhitungkan bagi pihak bank syariah karena selama ini belum

banyaknya SDM yang berkualitas atau paham betul dengan sistem

syariah. Walaupun banyak sarjana-sarjana ekonomi Islam yang telah

diciptakan di Universitas terkemuka tapi mereka belum mempunyai skill

yang tepat dalam mensosialisasikan sistem syariah ini.

Sarana dan prasarana yang menunjang juga menjadi kendala

dalam mensosialisasikan pembiayaan murabahah, karena Bank Indonesia

sangat minim sekali memberikan bantuan dana untuk menunjang sarana

dan prasarana yang di butuhkan oleh bank syariah.

C. Perilaku Masyarakat terhadap Pembiayaan Murabahah

Dalam variabel perilaku akan dihitung seberapa besar perilaku

masyarakat terhadap pembiayaan murabahah. Pertama sekali akan

dilakukan pengujian mean, median dan modus, setelah itu dilakukan uji

validitas dan reliabilitas dan yang terakhir menggunakan analisis faktor,

agar diketahui faktor-faktor mana saja yang paling berpengaruh pada

perilaku masyarakat terhadap pembiayaan murabahah di Bank Muamalat

Indonesia cabang Pekanbaru.

1. Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas dan reabilitas digunakan untuk mengetahui apakah

pertanyaan yang diajukan valid dan realibel sehingga pertanyaan yang

diajukan nanti konsisten dan stabil dari waktu ke waktu. Hal ini

dilakukan agar tidak terdapat pertanyaan yang sama ataupun kurang

dipahami oleh responden dari seluruh item pertanyaan yang diajukan.

Sehingga butir-butir pertanyaan tersebut benar-benar bisa digunakan apa

yang diukur dan menunjukkan keandalan suatu alat ukur.

Suatu angket dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada suatu

angket mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh angket

tersebut. Jika korelasi antara masing-masing indikator variabel terhadap

total skor konstruk atau variabel menunjukkan hasil yang signifikan, dari

tabel validitas menyatakan indikator adalah valid228

. Ini dibuktikan

dengan perhitungan r tabel pada penelitian ini terdapat n = 92-2 =90,

dengan tingkat signifikan 5%, maka akan didapat hasilnya 0,205229

. Nilai

r (nilai cored item-total coralation) untuk setiap item pertanyaan adalah

positif dan mempunyai nilai lebih besar dari r tabel (0.205), maka semua

228

Lihat, tabel pada lampiran Item-Total Statistics, 161. 229

Lihat, r tabel untuk melihat perbadingan pada uji validitas dan realibilitas

pada lampiran, 152.

Page 116: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

116

butir item pertanyaan tersebut valid untuk mengukur validitas faktor-

faktor yang mempengaruhi perilaku dalam penelitian ini.

Sedangkan untuk mengukur reliabilitasnya menunjukkan Alpha

yang bertanda positif sebesar 0,857230

, dan lebih besar dari r tabel

(0,205), maka semua item pertanyaan tersebut reliable untuk

mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dalam penelitian

ini.

2. Analisis Mean, Median, Modus (Mode)

Hasil jawaban respon menunjukkan semua median menunjukkan

kode 4 yang berarti setuju atau tidak setuju untuk pertanyaan terbalik.

Modus sendiri terdiri dari 16 yang mempunyai kode 4 yang berarti setuju

dan 4 sisanya yang mempunyai kode 3 yang berarti netral atau ragu-ragu

ataupun tidak tahu. Sedangkan untuk nilai meannya ada 15 faktor yang

mempunyai nilai rata-rata antara 3,5 sampai 4. Untuk nilai rata-rata 4

sampai 4,5 ada 5 faktor231

. Hal ini mengindikasi bahwa mayoritas faktor-

faktor yang disebutkan dalam penelitian ini mempunyai pengaruh

penting terhadap pembiayaan murabahah.

Pertanyaan pertama pada variabel perilaku adalah Memilih

Pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat karena agama melarang riba.

Ada kode 4 untuk modus dalam pertanyaan ini. Yang berarti bahwa

responden setuju akan pernyataan tersebut.

Bank Muamalat Indonesia adalah bank syariah yang berlandaskan

akan ajaran Islam yang berakar pada Al-Qur‟an dan Hadist nabi. Seperti

firman Allah swt dalam surah Al-Baqarah ayat 275 yang

menyatakan bahwa orang yang mengambil riba sama dengan orang yang

kerasukan syetan232

.

230

Lihat , lampiran tabel pada Reliability Statistics, 160. 231

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162.

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit

gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata

Page 117: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

117

Pertanyaan kedua pada variabel perilaku adalah memilih

pembiayaan murabahah di Bank Muamalat dikarenakan kredibilitas,

kepercayaan dan keamanan. Dalam pertanyaan ini responden

menjawab dengan modus kode 3, berarti jawaban responden netral

atau ragu-ragu atas pertanyaan tersebut233

.

Kunci kesuksesan suatu bank syariah sangat ditentukan oleh

tingkat kepercayaan publik terhadap kekuatan finansial bank yang

bersangkutan, dan kepercayaan terhadap kesesuaian operasional bank

dengan sistem syariah Islam. Kepercayaan ini terutama kepercayaan

yang diberikan oleh para depositor dan investor, dimana keduanya

termasuk stakeholder utama sistem perbankan di dunia ini. Salah satu

sumber utama untuk meraih kepercayaan publik adalah tingkat

kualitas informasi yang diberikan kepada publik, dimana bank syariah

harus mampu meyakinkan publik bahwa ia memiliki kemampuan dan

kapasitas di dalam mencapai tujuan-tujuan finansial maupun tujuan-

tujuan yang sesuai dengan syariat Islam234

.

Pertanyaan ketiga pada variabel perilaku adalah bandingkan

dengan kredit sistem bunga di bank konvensional, apakah pembiayaan

murabahah di Bank Muamalat lebih sesuai untuk anda. Dalam

pertanyaan ini responden menjawab dengan modus kode 3, berarti

jawaban responden netral atau ragu-ragu atas pertanyaan tersebut235

.

Dengan banyaknya responden yang menjawab dengan angka 3

yaitu ragu-ragu atau netral. Maka dapat disimpulkan bahwa kesesuaian

dalam memilih pembiayaan murabahah atau kredit sistem bunga adalah

tergantung dari nasabahnya sendiri, kebutuhannya dalam faktor-faktor

lain yang mendukung.

(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai

kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka

baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya

(terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah

penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. 233

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162. 234

Lihat, Abdul Fossei, Urgensi Standarisasi Akuntansi Perbankan

Syariah.(2010).

http://www.facebook.com/topic.php?uid=104828002887494&topic=146 235

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162.

Page 118: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

118

Pertanyaan empat, pada variabel perilaku adalah Memilih

pembiayaan murabahah karena halal dan berbeda secara prinsip

dengankredit sistem bunga di bank konvensional. Responden kebanyakan

menjawab dengan kode 4 atau setuju236

.

Bagaimana hukum praktek akad murabahah dalam persepektif

hukum Islam". Hasil kajian ini Mura>bah}ah adalah akad jual beli antara

bank dan nasabah di mana bank membeli barang yang diperlukan oleh

nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan

sebesar harga perolehan ditambah dengan margin yang disepekati antara

bank dan nasabah. Para Ulama' berbeda pendapat tentang hukum akad

seperti ini. Pendapat yang tidak membolehkan yaitu al-Malikiyah.

Pendapat yang membolehkan adalah pendapat al-Shafi„iyah, al-

Hanafiyah, dan al-Hanabilah, dengan syarat jika fase perjanjian itu tidak

mengikat secara hukum, tetapi jika perjanjian itu mengikat secara

hukum, hukumnya haram.

Pendapat yang ketiga adalah pendapat dari Dewan Syariah

Nasional dan pendapat hasil Mu'tamar al-Mas}raf al-Islami di

Dubai yaitu hukumnya boleh dan perjanjiannya mengikat secara hukum.

Pendapat ini memang berdasar bahwa murabahah adalah akad yang baru

dan harus dicarikan jalan keluar hukumya secara ijtihad baru mengingat

akad ini telah digunakan dan telah dibutuhkan oleh masyarakat dan demi

memenuhi kebutuhan fatwa dalam masalah ini, dan dengan

menggunakan kaedah bahwa setiap mu„amalah pada dasarnya hukumnya

adalah boleh, hingga ada nas} dari Shari„ yang melarangnya237

.

Pertanyaan kelima pada variabel perilaku adalah memilih

pembiayaan murabahah di Bank Muamalat karena ini mencari variasi

lain dari pembiayaan yang telah digunakan sebelumnya. Mayoritas

responden menjawab dengan kode 4 yang berarti setuju238

.

Dari tipe proses pembelian konsumen terdapat proses limited

decision makin yaitu konsumen kadang-kadang mengambil keputusan

walaupun mereka tidak memiliki keterlibatan kepentingan yang tinggi,

mereka hanya memiliki sedikit pengalaman masa lalu dari produk

236

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162. 237

Lihat, Sirajul Arifin,”Praktek Akad Murabahah Perbankan Syariah dalam

Perspektif Hukum Islam” (Tesis, IAIN Sunan Ampel, 2009) 67. 238

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162.

Page 119: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

119

tersebut. Konsumen membeli barang mencoba-coba untuk

membandingkan terhadap yang lainnya. Pencarian informasi dan evaluasi

terhadap pilihan merek lebih terbatas dibanding pada proses pengambilan

keputusan yang komplek. Pengambilan keputusan terbatas juga terjadi

ketika konsumen mencari variasi. Keputusan itu tidak direncanakan,

biasanya dilakukan seketika berada dalam bank. Keterlibatan

kepentingan yang rendah, konsumen cenderung akan berganti merek

apabila sudah mosan mencari variasi lain sebgai perilaku pencari variasi

akan melakukan apabila resikonya minimal239

.

Pertanyaan keenam pada variabel perilaku adalah memilih

pembiayaan murabahah di Bank Muamalat lebih menguntungkan dari

pada kredit sistem bunga di bank konvensional. Responden dalam

menjawab pertanyaan ini mayoritas menjawab dengan kode 4 atau

setuju240

.

Untuk melihat keuntungan dalam pembiayaan murabahah dapat

dilihat dari perbedaan pembiayaan murabahah dan kredit sistem bunga.

Yaitu di pembiayaan murabahah penentuan bagi hasil dibuat sewaktu

perjanjian berdasarkan laba rugi objek yang dibiayai, dihitung

berdasarakan jumlah keuntungan yang diperoleh, bila terjadi kerugian

akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi modal, jumlah bagi hasil

meningkat seiring peningkatan keuntungan yang diperoleh. Sedangkan

pada kredit sistem bunga penentuan bunga dibuat sewaktu perjanjian

tanpa berdasarkan orientasi hasil objek yang dibiayai, dihitung

berdasakan nilai kredit yang diberikan, pembayaran bunga tanpa

mempertimbangkan apakah proyek yang dilaksanakan untung atau rugi,

perolehan bunga yang diterima bank bersifat tetap, meski keuntungan

berlipat ganda, sebagian besar agama mengharamkan sistem bunga241

.

Pertanyaan ketujuh pada variabel perilaku adalah pembiayaan murabahah di Bank Muamalat sebagai pesaing baru yang berkembang dengan capat dari kredit sistem bunga di bank konvensional. Responden mayoritas menjawab dengan kode 3 atau netral atau ragu-ragu

242.

239

Lihat, Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning,

Implementation, and Control 11th

edition, 129. 240

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162. 241

Hasil wawancara dengan staff pemasaran Bank Muamalat Indonesia cabang

Pekanbaru 242

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162.

Page 120: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

120

Persaingan usaha antar bank yang semakin tajam dewasa ini telah mendorong munculnya berbagai jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan yang kompetitif. Dalam situasi seperti ini bank konvensional akan menghadapi persaingan baru dengan pertumbuhan lembaga keuangan dengan sistem syariah

243.

Sementara, yang berpendapat ragu-ragu cukup menempati jumlah suara yang banyak pula. memandang prospek bank syari„ah yang kurang jelas. Alasan mereka bisa jadi karena dipengaruhi oleh, perjalanan dan pengalaman yang masih tergolong hijau. Di sisi lain bahwa keberadaan bank konvensional telah mengakar di tengah-tengah masyarakat pada umumnya.

Pertanyaan kedelapan pada variabel perilaku adalah salah satu

motivasi menggunakan pembiayaan murabahah di Bank Muamalat

cabang Pekanbaru karena tidak menggunakan sistem bunga. Mayoritas

responden menjawab dengan kode 4 yang berarti setuju244

. Perbedaan pendapat terhadap bunga bank masih terus berlanjut

baik dikalangan ulama maupun masyarakat Islam di Indonesia.

Perdebatan masih terjadi di kalangan ulama dan ahli agama. Sebagian

ulama berkeyakinan bahwa bunga bank termasuk dalam kategori riba

sehingga haram hukumnya. Sebagaian lagi berpendapat bahwa dalam

kondisi terpaksa dimana belum ada lembaga keuangan alternatif masih

diperbolehkan, namun ada juga yang berpendapat selama tidak

memberatkan, dan pada sisi lain nilai riil uang juga mengalami

penurunan akibat inflasi, masih diperbolehkan. Jika pada tingkat ulama

memiliki perbedaam pendapat, maka dikalangan masyarakat dapat

dipastikan juga lebih banyak pendapat terhadap bunga bank,

implementasinya dalam sistem perbankan konvensional dan juga

pendapat terhadap sistem perbankan syariah (yang menerapkan sistem

bagi hasil)245

.

Pertanyaan kesembilan pada variabel perilaku adalah memilih

pembiayaan murabahah di Bank Muamalat ada kejelasan akad atau

transaksinya. Kebanyakan responden menjawab dengan kode 4 yaitu

setuju akan pernyatanyaan tersebut246

.

243

Lihat, Chairuddin Syah Nasution, Manajemen Kredit Syariah Bank

Muamalat,(2003), http://www.docstoc.com/docs/17726639/MANAJEMEN-KREDIT-

SYARIAH 244

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162. 245

Lihat, Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan

Institut Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank Syariah,(2000) http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F0-88AC-

248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-sumatrautara-pdf

Page 121: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

121

Berbicara mengenai masalah mu‟amalah, Islam sangat

menekankan pentingnya peranan akad dalam menentukan sah tidaknya

suatu perjanjian bisnis. Yang membedakan ada tidaknya unsur riba dan

gharar (penipuan) dalam sebuah transaksi adalah terletak pada akadnya.

Sebagai contoh adalah akad murabahah dan pinjaman bunga dalam bank

konvensional. Secara hitungan matematis, boleh jadi keduanya sama.

Misalnya, seseorang membutuhkan sebuah barang dengan harga pokok

Rp 1000. Jika ia pergi ke bank syariah dan setuju untuk mendapatkan

pembiayaan dengan pola murabahah, dengan margin profit yang

disepakatinya 10 %, maka secara matematis, kewajiban orang tersebut

adalah sebesar Rp 1100. Jika ia memilih bank konvensional, yang

menawarkan pinjaman dengan bunga sebesar 10 %, maka kewajiban

yang harus ia penuhi juga sebesar Rp 1100. Namun demikian, transaksi

yang pertama (murabahah) adalah halal, sedangkan yang kedua adalah

haram. Perbedaannya adalah terletak pada faktor akad247

.

Pertanyaan kesepuluh pada variabel perilaku adalah memilih

pembiayaan murabahah karena aksestabilitas mudah dijangkau.

Responden menjawab kebanyakan setuju yaitu dengan memilih kode

4.248

Aksestabilitas masyarakat Pekanbaru untuk mendapatkan pelayanan

Bank Muamalat sangatlah mudah, karena Bank Muamalat yang berada di

Pekanbaru sudah mempunyai 4 cabang pembantu dan akses untuk ke

bankpun sangat mudah karena cabang-cabang tersebut berada di tengah-

tengah kota yang mempunyai akses untuk kendaraan umum dan pribadi.

Sedangkan untuk akses ATM nya Bank Muamalat sudah bekerja sama

dengan beberapa bank yang tergabung dalam pengelolaan ATM bersama.

Jadi nasbah Bank Muamalat dapat dengan mudah memakai

ATM dari Bank mana saja, asalkan bank tersebut ada berlogo ATM

bersama249

.

Pertanyaan kesebelas pada variabel perilaku adalah memilih

pembiayaan murabahah di Bank Muamalat karena keinginan sendiri.

246

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162. 247

Lihat, Adiwarman A.Karim, Bank Islam: Analisis fiqh dan Keuangan, 34 248

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162. 249

Hasil wawancara dengan staff pemasaran Bank Muamalat Indonesia cabang

Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011.

Page 122: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

122

Dalam pernyataan ini pun responden mayoritas menjawab dengan kode 4

atau jawaban setujunya250

.

Motivasi dari diri sendiri adalah karakteristik psikologis yang

berada dari setiap orang yang memandang responnya terhadap

lingkungan yang relative konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu

variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen.

Bila jenis- jenis kepribadian dapat diklasifikasikan dan memiliki korelas

yang kuat antara jenis-jenis kepribadian tersebut dengan berbagai pilihan

produk atau merek251

.

Pertanyaan kedua belas pada variabel perilaku adalah memilih

pembiayaan murabahah di Bank Muamalat karena dukungan keluarga

dan kerabat. Responden dalam menjawab pertanyaan ini mayoritas setuju

dalam pernyataan ini dengan kode 4252

.

Keluarga merupakan kelompok rujukan yang utama untuk

berbagai sikap dan perilaku. Gaya pengambilan keputusan keluarga

sering dipatuhi oleh gaya hidup, peran, dan faktor-faktor budayanya.

Keluarga memiliki struktur sendiri, seperti juga yang terjadi pada

masyarakat, di mana setiap anggota memainkan perannya masing-

masing. Bagi pemasar adalah penting untuk membedakan peran setiap

anggota keluarga dalam tujuan untuk mengoptimalkan strategi

pemasaran253

.

Pertanyaan ketiga belas pada veriabel perilaku adalah memilih

pembiayaan murabahah di Bank Muamalat karena di dukung oleh

lingkungan kerja dan masyarakat. untuk nilai yang sering muncul dalam

jawaban responden adalah angka 4 yang berarti “setuju”254

.

250

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162. 251

Lihat, Ikrama Nailul Sari, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nasabah

Memilih Bank Muamalat Cabang Batam Tahun 2009-2010”, (Skripsi, UII

Yogakarta,2010), 20. 252

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162. 253

Lihat, Ikrama Nailul Sari, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nasabah

Memilih Bank Muamalat Cabang Batam Tahun 2009-2010”, (Skripsi, UII

Yogakarta,2010), 18. 254

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162.

Page 123: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

123

Faktor lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi

seseorang dalam mengambil keputusan. Hal ini berkaitan erat dengan

apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Lingkungan kerja ataupun

masyarakat adalah faktor utama seseorang dalam mengambil keputusan

karena di masyarakat seseorang lebih lama berinteraksi dalam satu hari

dari pada dengan keluarganya sendiri.

Pertanyaan ke empat belas pada variabel perilaku adalah memilih

margin yang tinggi dan hadiah yang menarik menjadi sugesti untuk

memilih pembiayaan di bank. Yang mendapat kode 4 atau setuju dalam

mayoritas jawaban responden255

.

Salah satu cara yang efektif dan sangat mungkin untuk

dilaksanakan untuk memasarkan perbankan syariah adalah dengan cara

viral marketing yang merupakan teknik pemasaran dengan menggunakan

jaringan sosial untuk mencapai suatu tujuan pemasaran tertentu yang

dilakukan melalui proses komunikasi yang secara berantai

memperbanyak diri. Dengan cara ini perbankan syaraih tidak akan

mengeluarkan biaya yang begitu besar untuk mendapatkan konsumen,

justru konsumen itu sendiri yang akan menjadi tenaga pemasar bagi

industri. Karena, mereka yang merasa terpuaskan oleh pelayanan, hadiah

yang diberikan oleh perbankan akan mensugesti orang lain agar

merasakan hal yang sama dengan mereka. Viral marketing juga sangat

dikatakan sebagai pemasaran dari mulut kemulut256

.

Pertanyaan kelima belas pada variabel perilaku adalah memilih

pembiayaan murabahah di Bank Muamalat dan terus tetap sebagai

nasabahnya karena faktor kebiasaan menggunakan pembiayan ini.

Responden dalam menjawab pertanyaan ini mayoritas menjawab dengan

kode 4 atau setuju257

.

Faktor kebiasaan seseorang dapat menjadikan seseorang dalam

tahap loyalitas pada sesuatu dan tentunya menimbulkan kepercayaan

pada sesuatu tersebut, yang akan membuat orang tersebut hanya akan

255

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162. 256

Lihat, Haritsman Hamman, Viral Marketing Bank Syariah (Jakarta, PT.

Raja Grafindo Persada, 2007), 58. 257

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162.

Page 124: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

124

memilih dan tidak akan tergoyahkan pilihannya pada yang lainnya

walaupun dengan jenis yang sama258

.

Pertanyaan keenam belas pada variabel perilaku adalah senang

merekomendasikan hal baru pada keluarga dan teman. untuk nilai yang

sering muncul dalam jawaban responden adalah angka 4 yang berarti

“setuju”259

.

Seperti telah disebutkan diatas bahwa viral marketing sangat

berpengaruh pada pemasaran produk di suatu perusahaan karena

memasarkannya melalui mulut kemulut. Hal ini menjadi lebih efektif

karena seseorang yang melakukan viral marketing pada keluarga dan

temannya akan dapat secara optimal menggambarkan apa maksud dari

perusahaan yang bersangkutan260

.

Pertanyaan ke tujuh belas pada variabel perilaku adalah merasa

tenang untuk menjadi nasabah pembiayaan murabahah jika orang lain

telah memberi tahu bahwa pembiayaan murabahah terbukti baik.

Kebanyakan responden menjawab dengan kode 3 atau netral atau ragu-

ragu261

.

Pengambilan keputusan karena telah menunjukkan bukti yang

real, akan membuat seseorang lebih percaya diri untuk menentukan

pilihannya . ini berkaitan langsung terhadap perilaku seseorang dalam

bersikap dan mencerminkan bagaimana seseorang dalam menanggapi

suatu masalah dalam kehidupannya262

.

Pertanyaan kedelapan belas pada variabel perilaku adalah tetap

bersedia menjadi nasabah pembiayaan murabahah dan tidak akan

memilih pembiayaan lainnya. Ada kode 4 untuk modus dalam pertanyaan

ini. Yang berarti bahwa responden setuju akan pernyataan tersebut263

.

Loyalitas dapat dijelaskan melalui loyalitas afektif dan konatif.

Kepuasan merupakan konsep kompleks dengan komponen afektif. Salah

satu manifestasi yang diharapkan adalah emosi kepuasan, komponen

yang berdasarkan perasaan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap

hasil-hasil yang emosional berdasarkan perasaan. Hubungan antara

258

Lihat, Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, 9th Edition, (New

Jersey: Prentice-Hall International, 2001),287. 259

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162. 260

Lihat, Haritsman Hamman, Viral Marketing Bank Syariah, 59. 261

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162. 262

Lihat, Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, 9th Edition, 123. 263

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162.

Page 125: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

125

nasabah dan pelayanan yang baik, kepercayaan , komitmen agama dan

atribut produk yang sifatnya Islami membentuk hubungan emosional

dan ikatan-ikatan yang kuat. Semakin puas nasabah maka semakin loyal

nasabah pada Bank Muamalat264

.

Pertanyaan kesembilan belas pada variabel perilaku adalah

memilih pembiayaan murabahah karena prosesnya tidak berbelit-belit.

Dalam pernyataan ini pun responden mayoritas menjawab dengan kode 3

atau jawaban ragu-ragu ataupun netral265

.

Prinsipnya, dalam jual beli, pedagang akan mengambil manfaat

berupa margin atau keuntungan yang didapatkan dari selisih harga jual

dan harga beli barang. Harga jual pasti diusahakan lebih tinggi dari harga

beli agar pedagang dapat hidup dari kegiatan jual beli. Sebagaimana

pedagang, Bank Syariah dalam kegiatan pembiayaan jual beli murabahah

juga menentukan margin yang wajar dari kegiatan jual beli, apalagi Bank

Syariah memberikan kemudahan kepada nasabah berupa pelunasan

barang secara cicilan. Bank Syariah bukanlah lembaga non profit

sehingga tetap membutuhkan keuntungan dari usaha jual beli yang

dilakukannya untuk membiayai operasional usaha. Pertanyaannya yang

muncul adalah berapa margin yang dianggap wajar oleh kedua pihak

(bank syariah dan nasabah) Apakah mengacu pada suku bunga

pembiayaan bank konvensional.

Pembahasan mengenai hal ini akan cukup panjang dan menurut

saya lebih bijaksana jika dibahas secara terpisah. Skim jual beli

murabahah ini memiliki perbedaan signifikan dengan skim kredit

pembelian barang bank konvensional. Perbedaan terbesar adalah pada

prinsip kepastian harga jual barang oleh bank (harga perolehan nasabah).

Harga perolehan nasabah tidak akan berubah selama proses pembiayaan

sehingga cicilan nasabah tidak akan terpengaruh oleh naik turunnya suku

bunga bank. Kondisi ini sangat terasa menguntungkan nasabah bank

syariah terutama ketika masa krisis moneter di tahun 1997. Saat itu suku

bunga pada bank konvensional melonjak tinggi karena bank umum

berusaha menghindari negative spread (selisih suku bunga pinjaman

dengan suku bunga dana yang negatif) akibat tingginya cost of fund dana

pada masa-masa minimnya likuiditas bank. Cicilan nasabah bank syariah

264

Lihat, Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sistem Ekonomi

Islam Bukan Hanya Solusi Menghadapi Krisis Namun Solusi dalam Menghadapi

Berbagai Persoalan Perbankan dan Ekonomi global, 675. 265

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162.

Page 126: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

126

tidak terpengaruh oleh kondisi ini, kebalikannya nasabah bank

konvensional babak belur dengan cicilan yang tiba-tiba melonjak

tinggi266

.

Pertanyaan kedua puluh pada variabel perilaku adalah adanya

rasa puas setelah menggunakan pembiayaan murabahah di Bank

Muamalat. Yang mendapat kode 4 atau setuju dalam mayoritas jawaban

responden267

. kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang

yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang

dipikirkan terhadap kinerja atau hasil yang diharapkan. Jika kinerja

berada di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi

harapan, pelanggan merasa puas. Jika kinerja melebihi harapan, maka

pelanggan amat puas atau amat senang. Dengan memahami tingkat

kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan, maka

perusahaan dapat mengetahui kesenjangan antara yang dilakukan

perusahaan dan yang pelanggan butuhkan, sehingga perusahaan dapat

menentukan langkah yang tepat untuk melakukan perbaikan di masa

mendatang268

.

3. Analisis Faktor Utama yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat

terhadap Pembiyaan Murabahah

Sama halnya dengan analisis faktor persepsi masyarakat terhadap

pembiayaan murabahah yang menggunakan teknik analisis faktor dengan

tujuan mendapatkan variabel utama yang dominan mempengaruhi

perilaku masyarakat terhadap pembiayaan murabahah. Dengan

memasukkan seluruh variabel, maka tabel pertama yang muncul adalah

KMO and barlett‟s Test. Terlihat angka KMO Measure of Sampling

Adequency (MSA) adalah 0,562. Oleh karena angka MSA di atas 0,5

maka kumpulan variabel faktor-faktor tersebut dapat diproses lebih

lanjut. Kesimpulan yang sama juga dapat dilihat pada angka Barlett‟s

Test of Sphericity (yang ditampakkan dengan angka Chi Square) sebesar

1644,837 dengan signifikasi 0,000269

.

266

Lihat, Kartajaya,Hermawan dan Muhammad Syakir Sula, Syariah

Marketing, cet, ke-2 (Bandung: Mizan, 2006), 87. 267

Lihat, lampiran pada tabel Mean, Median, Mode (modus) faktor Perilaku,

162. 268

Lihat, Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning,

Implementation, and Control 11th

edition, 182. 269

Lihat, lampiran pada tabel KMO and Bartlett‟s Test, 163.

Page 127: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

127

Semua variabel yang akan diteliti dimasukkan ke analisis faktor-

faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap pembiayaan

murabahah. Dengan total varians masing-masing, maka total varians

adalah 20 x 1 = 20. Varians faktor 1 tersebut adalah 4,974 / 20 x 100% =

24,869%, faktor yang ke dua adalah 4,338 / 20 x 100% = 21,689%,

faktor yang ke tiga adalah 3,668 /20 x 100% = 18,342%, faktor yang ke

empat adalah 3,380 / 20 x 100% = 16, 898, dan faktor yang terakhir

adalah 1,126 / 20 x 100% = 5, 632 %, selanjutnya dapat dilihat pada tabel

Total Variance Explained 270

.

Total jumlah keseluruhan varians dari lima faktor sebesar

87,429% yang menggandung arti bahwa dari seluruh faktor yang nanti

terbentuk, memberikan penjelasan sebesar 87,429%. Nilai eagen values

menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam

menghitung varians ke lima variabel yang dianalisis. Susunan eigen

values selalu diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil, dengan

kriteria bahwa angka eigen values di bawah angka 1 tidak digunakan

dalam menghitung faktor yang terbentuk, yang mempunyai nilai eigen

values di atas angka 1, sedangkan untuk faktor yang ke 6 angka eigen

values sudah dibawah angka 1271

.Setelah diketahui bahwa 5 faktor

adalah jumlah yang paling optimal, maka tabel Rotated Component

Matrix menunjukkan distribusi ke 20 faktor variabel tersebut pada 5

faktor yang terbentuk. Angka yang ada pada tabel tersebut adalah factor

loading, atau besar korelasi antara suatu variabel dengan lima faktor

sebagai berikut:

Variabel faktor pembiayaan murabahah ada kejelasan akad atau

transaksi, memilih pembiayaan murabahah karena dukungan keluarga

dan kerabat, pembiayaan murabahah berbeda secara prinsip, memilih

pembiayaan dikarenakan bunga tinggi dan hadiah, dan proses

pembiayaan murabahah tidak berbelit-belit. Menjadi variabel faktor yang

memiliki korelasi kuat pada komponen faktor 1272

. Dengan demikian

lima atribut tersebut memiliki pengaruh signifikan dalam mempengaruhi

perilaku masyarakat.

Pertama, pembiayaan murabahah berbeda secara prinsip,

pembiayaan murabahah sangat berbeda secara prinsip. Seperti yang telah

dijelaskan diatas bahwa pembiayaan murabahah adalah akad dimana

270

Lihat, lampiran pada tabel Total Variance Explained, 164. 271

Lihat, lampiran pada tabel Total Variance Explained, 164. 272

Lihat, lampiran pada tabel Factor Component 1, 67.

Page 128: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

128

keuntungan nantinya telah disepakati oleh kedua belah pihak (bank

syariah dan nasabah), sedangkan pada pembiayaan sistem bunga bank

konvensional tidak memberikan gambaran yang jelas dalam pengambilan

keuntungan pada nasabahnya273

.

Prinsip ini juga didukung oleh tingkat pemahaman masyarakat

terhadap akad pembiayaan murabahah yang mereka lakukan, dari analisis

karakteristik responden telah tampak dengan jelas bahwa pemahaman

masyarakat yang berpendidikan lebih baik terhadap Bank Muamalat

Indonesia dari pada mereka yang berpendidikan rendah.

kedua, variabel faktor pembiayaan murabahah ada kejelasan akad

atau transaksi. Dalam kejelasan akad pembiayaan murabahah dapat

dikatakan bahwa akad tersebut telah sah menurut imam mazhab karena

Rasulullah telah lazim melakukannya dan diikuti oleh para sahabat274

.

Karena defenisinya disebutkan adanya “keuntungan yang disepakati”,

karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberi tahu pembeli

tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan

yang ditambahkan pada biaya tersebut275

.

273

Lihat, Karim,Adiwarman A, Bank Islam: Analisis fiqh dan Keuangan. 274

Sabda Rasulullah "Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak

secara tunai (murabahah), muqaradhah (nama lain dari mudharabah) dan mencampur

tepung dengan gandum untuk kepentingan rumah, bukan untuk diperjualbelikan."(HR.

Ibnu Majah) 275

Para ulama mazhab berbeda pendapat tentang biaya apa saha yang dapat di

bebankan kepda harga jual barang tersebut. Misalnya ulam mazhab maliki

mmebolehkan biaya-biaya yang langsung terkait dengan transaksi jual beli itu dan

biaya-biaya tidak langsung terkait dengna transaksi tersebut, namun memberikan nilai

tambah pada barang itu.

Ulama mazhab Syafi‟I membolehkan membebankan biaya-biaya yang secara

umum timbul dalam suatu transasksi jual beli kecuali biaya tenaga kerjanya sendiri

karena komponen ini termasuk dalam keuntunganya. Begitu pula biaya-biaya yang

ridak menambah nilai barang tidak boleh dimasukkan sebagai komponen biaya.

Umala mazhab Hanafi membolehkan membebankan biaya-biaya yang secara

umum timbul dalam suatu transaksi jual beli, namun mereka tidak membolehkan biaya-

biaya yang memang semestinya dikerjakan oleh si penjual.

Ulama mazhab Hambali berpendapat bahwa semua biaya langsung maupun

tidak langsung dapat dibebankan pada harga jual selama biaya-biaya itu harus

dibayarkan kepada pihak ketika dan akan menambah nilai barang yang dijual.

Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa keempat mazhan membolehkan

pembebanan biaya langsung yang harus dibayarkan kepada pihak ketiga. Keempat

mazhab sepakat tidak membolehkan pembebanan biaya langsung yang berkaitan dengan

pekerjaan yang memang semestinya dilakukan penjual maupun biaya langsung yang

barkaitan dengan hal-hal yang berguna. Keempat mazhab juga membolehkan

Page 129: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

129

Dengan kejelasan akad ini sudah terpenuhilah transparansi yang

selalu dijanjikan oleh Bank Muamalat Indonesia. Kejelasn akad ini akan

berdampak besar bagi masyarakat yang terhanyut oleh arus keragu-

raguan selama ini. Dimana mereka mengetahui akan unsure riba di dalam

bunga bank, tapi fasililtas untuk menjadikan lebih syar‟I lagi belum ada.

Dengan kejelasn akad ini akan menjawab semua keraguan itu.

Ketiga, variabel faktor memilih pembiayaan murabahah karena

dukungan keluarga dan kerabat, variabel keluarga dan kerabat berperan

dalam membentuk kebiasaan bertransaksi menggunakan bank syariah,

dengan demikian variabel ini mempunyai pengaruh penting

terhadapperilaku masyarakat276

.

Keempat, memilih pembiayaan dikarenakan margin dan hadiah.

Sebagai salah satu daya tarik terhadap produk yang ditawarkan oleh bank

syariah. menjadi salah satu faktor penting juga dalam persepsi

masyarakat untuk memilih pembiayaan. Dalam mensosialisasikan hadiah

tersebut harus memikirkan konsep, harus berbeda dan unik, pesan harus

tersampaikan, dengan pencapaian yang diharapkan adalah iklannya nanti

akan selalu tertinggal dalam ingatan orang yang berarti produk tersebut

akan selalu diingat dan tentu peningkatan penjualan dari produk tersebut.

Hadiah yang diberikan pihak bank kepada nasabahnya selama

ini hanya sebagai daya tarik bank untuk meningkatkan jumlah

nasabahnya, mereka membuat seolah-olah dengan bertransaksi di bank

tersebut akan mendatangkan keuntungan yang berlipat ditambah dengan

hadiah yang di inginkan. Banyaknya masyarakat yang ingin bertransaksi

dengan bank yang memberikan hadiah atau sebagainya, itu semua hanya

trik pemasaran bank. Dan masyarakatpun ikut terhanyut kedalam

promosi tersebut. Tapi ada sebagian masyarakat yang tidak terbujuk oleh

pembebanan biaya tidak langsung yang dibayarkan kepada pihak ketiga dan pekerjaan

itu harus dilakukan oleh pihak ketiga. Bila pekerjaan itu harus dilakukan oleh penjual,

mazhab maliki tidak membolehkan pembebanannya. Mazhab yang empat sepakat tidak

membolehkan pembebanan biaya tidak langsung bila tidak menambahkan nilai barang

atau tidak berkatan dengan hal-hal yang berguna. Lihat Adiwarman A. Karim, Bank

Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, 113. 276

Keluarga adalah lingkungan paling utama diman manusia mengalami

kedekatan dan kebersamaan yang sangat intensif, lingkungan tempat individu menjalani

proses sosialisasi berbagai nilai dasar kemanusiaan. Kelompok ini merupakan

lingkungan dimana seseorang mulai belajar memasuki dunia luar yang lebih luas. Maka,

perilaku setiap individu banyak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga maupun

lingkungan pergaulan dimana individu tersebut berada. Antonius Atosokhi Gea, dkk.,

Character Building, Relasi dengan Sesama, (Jakarta: PT. Elex Media komputindo,

2002), 7.

Page 130: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

130

hadiah yang diberikan oleh pihak bank. Ini dikarenakan oleh loyalitas

nasabah, atau kepentingan lainnya.

Dan yang terakhir, proses pembiayaan murabahah tidak berbelit-

belit. Sebagaimana pedagang, Bank Muamalat Indonesia dalam kegiatan

pembiayaan jual beli murabahah juga menentukan margin yang wajar

dari kegiatan jual beli, apalagi Bank Muamalat Indonesia memberikan

kemudahan kepada nasabah berupa pelunasan barang secara cicilan.

Bank Muamalat Indonesia bukanlah lembaga non profit sehingga tetap

membutuhkan keuntungan dari usaha jual beli yang dilakukannya untuk

membiayai operasional usaha.

Pembiayaan murabahah ini memiliki perbedaan signifikan dengan

kredit sistem bunga bank konvensional. Perbedaan terbesar adalah pada

prinsip kepastian harga jual barang oleh bank (harga perolehan nasabah).

Harga perolehan nasabah tidak akan berubah selama proses pembiayaan

sehingga cicilan nasabah tidak akan terpengaruh oleh naik turunnya suku

bunga bank. Kondisi ini sangat terasa menguntungkan nasabah bank

syariah terutama ketika masa krisis moneter di tahun 1997. Saat itu suku

bunga pada bank konvensional melonjak tinggi karena bank umum

berusaha menghindari negative spread (selisih suku bunga pinjaman

dengan suku bunga dana yang negatif) akibat tingginya cost of fund dana

pada masa-masa minimnya likuiditas bank. Cicilan nasabah bank syariah

tidak terpengaruh oleh kondisi ini, kebalikannya nasabah bank

konvensional babak belur dengan cicilan yang tiba-tiba melonjak

tinggi277

.

Satu hal yang menarik dari pembiayaan murabahah adalah

mampu menghindari terjadinya penyimpangan pada proses pembiayaan

sehingga semua pihak yang terlibat mendapatkan keuntungan. Dalam

fungsi sebagai pedagang, Bank Syariah akan selalu berusaha

mendapatkan barang dengan kualitas terbaik karena terkait dengan

kredibilitas bank. Pada akhirnya nasabah akan mendapatkan barang

dengan kualitas yang dijamin pula oleh kredibilitas bank syariah/lembaga

pembiayaan syariah.

Proses pembiayaan di Bank Syariah sekilas terlihat lebih ruwet.

Pada pelaksanaannya sesungguhnya nasabah tidak perlu harus ikut ruwet

dan repot karena proses tersebut dapat disiapkan oleh pihak Bank Syariah

bersama pihak terkait dalam pembiayaan. Setelah nasabah mengajukan

pembiayaan, Bank Syariah akan melakukan verifikasi terhadap nasabah

dan arus keuangannya. Jika pembiayaan dapat disetujui, maka Bank

277

Lihat, Perwataatmadja A. Karnaen, Bank Syariah: Teori Praktek dan

Peranannya (Jakarta: Celestial Publishing, 2007), 85.

Page 131: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

131

Syariah akan menyiapkan semua proses pengadaan barang dan setelah

siap, nasabah cukup datang untuk menandatangani akad pembiayaannya

dan mendapatkan barang yang diinginkan. Bank Syariah dapat pula

mewakilkan pembelian barang tersebut kepada nasabahnya melalui akad

wakalah, sehingga nasabah dapat melakukan pembelian barang sendiri

atas nama Bank Syariah.

Pada komponen faktor yang ke dua ada empat variabel faktor

yang memiliki nilai di atas 0,5 atau nilai yang tertinggi, yaitu

aksestabilitas mudah dijangkau, mencari variasi lain tentang pembiayaan

yang telah digunakan sebelumnya, adanya faktor kebiasaan dalam

menggunakan pembiayaan murabahah, dan yang terkahir adanya

kepuasan dalam menggunakan pembiayaan murabahah278

. Dengan

demikian empat atribut tersebut memiliki pengaruh signifikan dalam

mempengaruhi perilaku masyarakat.

Pertama, mencari variasi lain tentang pembiayaan yang telah

digunakan sebelumnya, Sebagaimana diketahui, bahwa produk

pembiayaan dan jasa yang ditawarkan pada perbankan syari„ah sangat

beragam jika dibandingkan dengan produk dan jasa pada perbankan

konvensional. Keberagaman itu juga diikuti dengan penggunaan

peristilahan yang bersumber dari lafaz-lafaz islami, sehingga berbeda

dengan istilah-istilah yang telah dikenal pada umumnya. Salah satu sisi

positif yang dapat dotarik dari istilah dan keberagaman produk

pembiayaan dan jasa tersebut adalah memperkenalkan lebih jauh ke

sumber-sumber tentang peristilahan yang pernah hadir menghiasi sejaran

Islam. Selain itu, dapat menambah spirit dan keyakinan secara emosional

keberislaman para nasabah, khususnya yang beragama Islam.

Keragaman produk sangat memungkinkan terjadi, karena selain merujuk

kepada praktek perbankan yang telah pernah ada dalam lintasan sejarah

dan masih relevan untuk dipakai dewasa ini, juga mengadopsi, baik

istilah maupun bentuk produk dan jasa yang ditawarkan pada perbankan

konvensional. Sehingga, wajar jika produk dan jasa pada perbankan

syariah lebih dapat memenuhi berbagai keinginan dan kebutuhan

nasabah. Para bankir pada perbankan syariah mengkondisikan produk

tersebut supaya selaras dengan prinsip-prinsip dasar Islam.

Kedua, variabel faktor aksestabilitas mudah dijangkau.

Aksestabilitas adalah faktor penting dalam perilaku masyarakat untuk

menggunakan pembiayaan murabahah di bank syariah, karena dengan

akses yang bagus dalam menjangkau bank syariah ketika menggunakan

278

Lihat lampiran pada tabel Factor Component 2, 167.

Page 132: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

132

produk pembiayaannya. Menjadi nilai plus bagi bank syariah dari

masyarakat yang menjadi nasabah pembiayaan tersebut. Akses tabilitas

adalah salah satu urat nadi perusahaan dalam mendapatkan

pelanggannya. Dengan akses yang baik ke perusahaan dijamin

perusahaan itu akan berjalan dengan baik.

Ketiga, adanya faktor kebiasaan dalam menggunakan pembiayaan

murabahah. Kebiasaan seseorang dalam kehidupannya mempunyai arti

luas buat orang disekelilingnya. Ini berarti suatu kesempatan bagi bank

syariah untuk membuat masyarakat yang telah menjadi nasabahnya

menjadi kebiasaan menggunakan pembiayaan murabahah dan pada

akhirnya masyarakat akan menjadi nasabah yang loyal terhadap bank

syariah ataupun produk pembiayaan murabahahnya.

Variabel faktor yang terakhir pada komponen faktor yang kedua

adalah adanya kepuasaan dalam menggunakan pembiayaan murabahah,

agar dapat menjaga kepuasan masyarakat dalam menggunakan

pembiayaan murabahah setiap bank syariah mesti memperhatikan

perlayanan yang ditawarkan. Karena filosofinya, “every business is a

service business”. Maka dalam melakukan pelayanan perlu penekanan

sikap yang simpatik, lembut, sopan, dan penuh kasih sayang279

.

Masyarakat yang puas akan menciptakan pelanggan yang loyal,

dan seseorang pelanggan cenderung akan selalu menceritakan atau

mengajak teman atau saudaranya pada saat terjadi proses sosialisasi280

.

Pada variabel faktor yang ke tiga terdapat empat variabel yang

memiliki korelasi kuat yaitu variabel faktor memilih pembiayaan

murabahah karena lingkungan kerja, lebih menguntungkan dari pada

kredit sistem bunga, senang mempromosikan hal baru kepda teman dan

keluarga, dan yang terakhir adalah bersedia untuk loyal dengan

279

Vernon A. Musselman dan John H. Jackson, Pengantar Ekonomi

Perusahaan (Jakarta: Erlangga,1994), 297. 280

Salah satu alat untuk mengukur dan melacak kepuasan masyarakat adalah

dengan survei kepuasan masyarakat. Penelitian menunjukkan bahwa bila masyarakat

tidak pusa dengan satu dari empat pembelian atau pemakaian jasa, kurang dari 5%

masyarakat tidak puas akan mengeluh. Kebanyakan masyarakat akan membeli atau

memakai jasanya lebih sedikit atau berganti pemasok atau berganti perusahaan jasa dari

pada mengajukan keluhan. Karenanya,perusahaan-perusahaan tidak dapat menggunakan

banyaknya keluhan sebagai ukuaran kepuasan masyarakat. Perusahaan-perusahaan yang

responsive memperoleh ukuran kepuasan masyarakat secara langsung

Page 133: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

133

pembiayaan murabahah281

. Dengan demikian ke empat variabel faktor

tersebut berpengaruh signifikan terhadap perilaku masyarakat.

Pertama, lebih menguntungkan dari pada kredit sistem bunga, hal

ini jelas menguntungakn karena pihak bank syariah mengambil

persentase dari keuntungan yang berasal dari hasil usaha setelah

dibulatkan dalam satu bulan dengan pertimbangan faktor kemanusiaan,

administrasi bank dan kesepakatan atau kerelaan dari kedua belah pihak

sedangkan bank konvensional berasal dari bunga yang berlaku pada saat

itu secara umum.

Bisa diambil contoh misalnya seperti ini, ada dua orang nasabah

sama-sama mendapat pinjaman uang dari bank yang berbeda (bank

syariah dan bank konvensional) sejumlah Rp. 10.000.000 namun pada

akhir pengembalian terdapat perbedaan yang mencolok. Secara

operasonal memang tidak mencolok, yang mencolok mungkin cara

pengambilan keuntungannya, pada bank syariah 10% sedang kan bank

konvensional sebanyak 3%. Walaupun bank konvensional hanya 3%

langsung merujuk pada pokok pinjaman tampa mempedulikan hasil

keuntungan nasabah hanya memperlihatkan kesehatan

administrasi,sedangakan bank syariah mengambil 10% dari hasil

keuntungan nasabah. Secara beban kedua nasabah tersebut mempunyai

beban yang sama secara financial, kecuali denda keterlambatan

pembayaran angsuran dan biaya administrasi yang diterapkan pada kedua

bank tersebut282

.

Kedua, variabel faktor memilih pembiayaan murabahah karena

lingkungan kerja. Lingkungan adalah faktor yang sangat menentukan

dalam komponen faktor yang ke empat karena lingkungan kerja akan

dengan melakukan survei berkala. Mereka mengirim daftar pertanyaan atau menelpon

masyarakat yang terakhir sebagai sampel acak dan menanyakan apakah mereka amat

puas, biasa saja, kurang pusa, atau amat sangat puas dengan berbagai aspek kinerja

perusahaan. Mereka juga meminta pendapat pembeli tentang kinerja para pesaing

mereka.

Selain mengumpulakan informasi tentang kepuasan masyarakat, juga berguna

untuk mengajukan pertanyaan tambahahn untuk mengukur keinginan masyarakat untuk

menggunakan kembali jasa yang mereka berikan, hal ini biasanya tinggi jika kepuasan

masyarakat tinggi. Juga kepada orang lain. Nilai positif tinggi dari informasi pelanggan

menunjukkan bahwa perusahaan menghasilkan kepuasaan pelanggan yang tinggi. Lebih

mendalam lihat, Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan,

Implementasi dan Kontrol (Jakarta: Prenhallindo, 2003), 38. 281

Lihat, lampiran pada tabel Factor Component 3, 167. 282

Lihat, Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan.

Page 134: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

134

mempengaruhi sesorang secara nyata dalam kehidupannya, baik itu cara

pengambilan keputusan dan lain-lainnya.

Ketiga, senang mempromosikan hal baru pada teman dan

keluarga. Promosi adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk

mencari konsumen lebih banyak lagi menggunakan jasa perbankannya.

Tapi promosi tidak selalu dilakukan oleh perusahaan, seorang konsumen

yang telah menggunakan produk atau jasa perusahaan adalah alat

promosi yang paling baik, ini dikarenakan keluarga dan kerabat ataupun

teman adalah penyampai yang baik terhadap target penjualan283

.

Dan variabel faktor yang terakhir adalah bersedia untuk loyal

dengan pembiayaan murabahah. Kesetiaan masyarakat yang memakai

suatu produk atau jasa tergantung dari apa yang telah diberikan oleh

perusahaan tersebut pada pelanggannya, baik itu dalam segi kualitas,

pelayanan dan lain-lainnya. Hal ini lah yang dapat menjadi faktor

seseorang dapat loyal dengan suatu produk atau tidak.

Bank Muamalat Indonesia sebagai sebagai perusahaan jasa sangat

menonjolkan pelayanan yang terbaik, ditunjang performa seorang

karyawan dan produk-produk yang ditawarkan menjadi lebih inovatif

yang membuat nasabah menajadi prioritas bila datang kesana.

Pada komponen faktor yang ke empat terdapat empat variabel

faktor yaitu memilih pembiayaan murabahah karena kredibilitas,

kepercayaan dan keamanan, kesesuaian pembiayaan murabahah,

pembiayaan murabahah berkembang dengan cepat dari yang lain, dan

yang terakhir variabel faktornya adalah adanya ketenangan setelah orang

bilang pembiayaan murabahah terbukti baik284

. Dengan demikian ke

empat variabel faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap perilaku

masyarakat.

Pertama, variabel faktor memilih pembiayaan murabahah karena

kredibilitas, kepercayaan, dan keamanan. Kepercayaan adalah kunci

utama seseorang dalam menginvestasikan uangnya di bank syariah, bank

syariah adalah bank yang berlandaskan saling kepercayaan antara

nasabah dan pihak bank, dengan adanya kepercayaan akan tercipta rasa

aman yang membuat kredibilitas bank dalam menghimpun dan

meyalurkan uang nasabah dapat dilakukan dengan baik.

283

Komunikasi pemasaran “P” nya adalah promosi dalam bauran pemasaran,

merujuk pada semua bentuk komunikasi yang dipergunakan oleh organisasi untuk

memberitahukan sesuatu dan mempengaruhi tingkah laku pembeli dari masyarkat yang

sudah ada dan masyarakat sebagai pelanggan potensial. 284

Lihat, lampiran pada tabel Factor Component 4, 168.

Page 135: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

135

Kepercayaan masyarakat terhadap Bank Muamalat Indonesia

tidak hanya pada segi menghimpun dan menyalurkan uang saja. Tapi

kepercayaan masyarakat timbul karena Bank Muamalat Indonesia selalu

berada dijalur sistem keuangan syariahnya. Hal ini yang menjadikan

msyarakat lebih percayaa lagi terhadap Bank Muamalat Indonesia.

Kedua, kesesuaian pembiayaan murabahah, seperti yang telah

dijelaskan diatas tadi, kesesuaian masyarakat dalam menggunakan

pembiayaan murabahah harus berdasarkan pada kepercayaannya

terhadap bank syariah. tidak hanya kepercayaan yang menjadi faktor

seseorang merasa sesusai, nyaman, dan aman. Dengan semua reaksi yang

ditunjukkan oleh pihak bank membuat masyarakat dapat dengan nyaman

menggunakan produk pembiayaan murabahah di Bank Muamalat

Indonesia.

Ketiga, pembiayaan murabahah berkembang lebih cepat dari yang

lain, Sepintas kita menganalisa peta pandangan di tabel lampiran yang

menyatakan bahwa variabel faktor ini sangat berpengaruh, bahwa

mayoritas memprediksikan bank syari„ah memiliki prospek yang cerah.

Hal ini mengindikasikan bahwa responden yang notabene sebagai

nasabah dari bank syari„ah menaruh harapan terhadap perbankan syari„ah

sebagai lembaga keuangan akan dapat bersaing dengan lembaga

keuangan lainnya di tanah air. Artinya bahwa bank syariah akan dapat

lebih eksis jika dtinjau dari prediksi nasabah, karena dengan demikian

mereka akan tetap menjadikan bank syari„ah sebagai mitra dalam

mengelolah maupun bekerjasama. Hal ini mungkin dapat dibenarkan,

bahwa setelah beberapa kali Indonesia diterpa krisis ekonomi, yang

tentunya sangat berimbas kepada ketahanan sebuah lembaga keuangan,

maka bank syariah pada umumnya tetap eksis dan survive, sementara

beberapa bank lain (konvensional) mulai gulung tikar (likuidasi).

Dengan demikian, perbankan syari„ah akan tetap berdiri karena

mendapat kepercayaan dari para mitra atau nasabahnya. Sebagaimana,

salah satu strategi pengembangan dan peningkatan perbankan adalah

minimal mempertahankan nasabah yang telah lebih dahulu menjadikan

bank syari„ah sebagai parner mereka dalam usaha maupun mengharapkan

jasa, dan selanjutnya mengembangkan sayap untuk menarik nasabah-

nasabah lainnya. Hal tersebut tidak akan terwujud, kecuali jika telah

tertanam image positif di masyarakat, khususnya bagi mereka yang

memang mengambil banyak manfaat atas keberadaan bank di tengah-

tengah dinamika pasang surut perekonomian masyarakat luas.

Page 136: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

136

Keempat, adanya ketenangan setelah orang bilang pembiayaan

murabahah terbukti baik,orang lain adalah faktor lingkungan yang paling

cepat mempengaruhi seserang dalam mengambil keputusan. Hal ini

dikarenakan banyaknya masukan-masukan yang dapat diambil

pertimbangan baik atau buruknya sebuah keputusan yang akan diambil

nantinya dengan melihat masukan yang berupa ajakan ataupun fakta yang

diperlihatkan oleh lingkungan seseorang.

Dan yang terakhir komponen faktornya ada tiga variabel faktor

yaitu agama melarang riba, pembiayaan murabahah tidak menggunakan

sistem bunga dan memilih pembiayaan murabahah karena keinginan

sendiri285

. Dengan demikian ketiga variabel faktor tersebut sangat

berpengaruh signifikan terhadap perilaku masyarakat.

Pertama,varaibel faktornya agama melarang riba286

. Bunga bank

adalah bagian dari riba, dilihat dari cara kerjanya seharusnya lebih

Timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi motivasi

muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan. Kebutuhan sendiri

muncul karena konsumen merasakan ketidak nyamanan (state of tension)

antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan.

Untuk memahami kebutuhan manusia, Teori Maslow dan McClelland

285

Lihat, lampiran pada tabel Factor Component 5, 168. 286

Padangan filsuf Yunani tentang bunga, (1) Plato (427-347 SM), menyatakan

bahwa bunga menyebabkan perpecahan dan perasaan tidak pusas dalam masyarakat,

serta bunga merupakan alat golongan kaya untuk mengekspoitasi golongan miskin, (2)

Aristoteles (384-322 SM), menyatakan bahwa fungsi uang adalah sebagai alat tukar

(medium of exchange), bukan alat menghasilkan tambahan melalui uang.

Kitab suci Yahudi tentang bunga, (1) kitab Eksodus (keluaran) 22:25 “Jika

engkau meminjamkan uang kepada salah seorang umatku, orang yang miskin di

antaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai penagih hutang terhadap dia,

janganlah engkau bebenkan bunga terhadapnya” (2) Kitab Deuteronomy (Utangan)

23:19 “janganlah engkau membungakan uang kepada saudaramu, baik uang maupun

bahan makanan atau apapun yang dapat dibungakan” (3) Kitab Levicitus (Imamat)35:7

“ Jangan engkau mengambil bunga uang atau riba darinya, melainkan engkau harus

takut akan Allahmu, supaya saudaramu bisa hidup diantaramu. Janganlah engkau

memberi uangmu kepadanya dengan meminta bunga, juga makananmu janganlah kau

berikan dengan meminta riba”

Kitab suci Kristen tentang bunga, “Dan jika kamu meminjamkan kepda orang

karena kamu berharap akan menerima sesuatu daripadanya, apakah jasamu? Orang-

orang berdosa pun meminjamkan kepda orang berdosa, supaya mereka menerima

kembali sama banyak. Tetapi kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepda merekan

dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan

kamu akan menajdi anak-anak Tuhan Yang Maha Tinggi, sebab ia baik terhadap orang

yang ridak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat (Lukas 6:34-35)

Page 137: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

137

menggambarkan bahwa manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang

banyak lagi masyaratkat yang memberikan perhatian lebih kepada bank

syariah. ini dapat diketahui dari penentangan kitab-kitab suci agama-

agama besar yang menyatakan bahwa riba itu dilarang.

Kedua, variabel faktornya pembiayaan murabahah tidak

menggunakan sistem bunga. Jika kita melihat, bahwa bank syari„ah

dibentuk sebagai konsekuensi dari sistem perbankan yang berjalan, baik

di tanah air maupun di dunia internasional, dianggap tidak sejalan

dengan Islam yang mengharamkan praktek ribawi„. Sistem kapitalis dan

sosialis yang identik dengan sistem ribawi telah cukup lama mencekoki

dunia perbankan, yang tentunya kaum muslimin ikut serta dalam gaya

praktek itu. Paling tidak, orang Islam menjadi konsumen di dalamnya.

Oleh karena itu, lahirnya sistem yang berorientasi pada bebas riba„

adalah hal yang dinanti-nantikan. Karena selain, menghindarkan orang

dari praktek monopoli dan menzalimi orang, juga sebagai bentuk

implementasi dari nilai-nilai ajaran agama. Sebagaimana Rasulullah saw

pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim sebuah hadits

menjelaskan bahwa agar kita menjauhi tujuh perkara yang merusak, salah

satunya adalah memakan riba287

.

Terakhir variabel faktor yang mempengaruhi perilaku masyarkat

adalah memilih pembiayaan murabahah karena keinginan sendiri.

Keingin sendiri dalam memilih transaksi pembiayaan di bank syariah

dikarenakan beberapa faktor. Dimana salah satu faktornya adalah

motivasi288

yang ada didalam dirinya.

Dan kitab suci Al-Qur‟an tentang riba, dalam surat Ali Imaran ayat ke 130

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan

berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepda Allah supaya kamu mendapatkan

keberuntungan”. Lihat, Mohamad Hidayat, The Sharia Economic, 36.

Dan lihat juga dalam surat ar-Ruum ayat ke 39, surat an- Nisaa‟ ayat ke 160-

161, surat al-Baqarah ayat 278. Lihat, Mohamad Hidayat, The Sharia Economic, 66-69. 287

Imam Nawawi, Ringkasan Riyadhush Shalihin, (Bandung: Irsyad Baitus

Salam, 2006), 432. Lihat juga, Al-Qur‟an ayat 275. 288

Motivasi adalah berbagai bentuk faktor yang menyebabkan, menyalurkan,

dan mempertahankan tingkah laku individu. Asumsi –asumsi yang bisa dipakai dalam

motivasi yaitu (1) motivasi biasanya diasumsikan sebagai hal yang baik, (2) motivasi

adalah satu dari beberapa faktor yang menentukan praktek kerja seseorang, (3) pasokan

motimasi kurang banyak dan perlu menggantinya secara periodic, (4) motivasi

merupakan peralatan yang dapat dipakai oleh sebuah perusahaan untuk mengatut

Page 138: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

138

Motivasi di bentuk melalui proses seseorang yang memiliki

banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat

biogenis; kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar,

haus, tidak nyaman. Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis; kebutuhan

itu muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan,

penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok. Sehingga kebutuhan akan

menjadi motif yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak289

.

berbeda sehingga hal ini dapat digunakan pemasar untuk mendorong

konsumsi suatu produk dan atau jasa. Al-Ghazali mendifinisikan aspek

ekonomi dari fungsi kesejahteraan sosialnya dalam kerangka sebuah

hierarki utilitas individu dan sosial yang tripartit meliputi: kebutuhan

(daruriat); kesenangan atau kenyamanan (hajaat); dan kemewahan

(tahsinaat) sebuah klasifikasi peninggalan tradisi Aritotelian. Tujuan

dasar terletak pada penyediaan tingkatan pertama, yaitu kebutuhan

seperti makanan, pakaian, dan perumahan. Menurut Gazali kebutuhan -

kebutuhan dasar tersebut cendrung fleksibel mengikuti waktu dan

tempat. Kelompok kebutuhan kedua terdiri dari semua kegiatan dan hal-

hal untuk menghilangkan rintangan dan kesukaran dalam hidup.

Kelompok ketiga mencangkup kegiatan-kegiatan dan hal-hal yang jauh

dari sekedar kenyamanan saja; meliputi hal-hal yang melengkapi,

menerangi atau menghiasi hidup290

.

hubungan dengan masyarakat. Lihat James A.F. Stoner, Manajemen (Jakarta: PT.

Bhuana Ilmu Populer, 1996), 134. 289

Philip Kolter, Manajemen Pemasaran, Benyamin Molan (ed.), Cet. III,

(ttp.: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008, 7), 224. 290

Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, Cet. III, (Jakarta:PT

RajaGrafindo Persada,2007), 62.

Page 139: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

139

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian, faktor utama yang

mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap pembiayaan murabahah di

Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru, dapat disimpulkan bahwa

faktor pribadi hanya ditunjukkan oleh pembiayaan murabahah

berlandaskan moral dan saling percaya. Faktor lingkungan juga hanya

ditunjukkan oleh aksesibilitas pembiayaan murabahah cepat dan mudah.

Masyarkat banyak memilih faktor obyek dalam mempengaruhi persepsi

mereka terhadap pembiayaan murabahah diantaranya adalah pembiayaan

murabahah popular di masyarakat, karyawan sangat professional dan

dapat dipercaya, biaya administrasinya murah, sikap karyawan ramah,

simpati, dan murah senyum, sosialisasi dan promosi pembiayaan

murabahah telah mencapai seluruh lapisan masyarakat, promosi

pembiayaan murabahah diketahui lewat hubungan personal dan kerabat,

prosepek perkembangan pembiayaan murabahah sangat baik, informasi

pembiayaan diketahui lewat media cetak dan televise.

Faktor utama yang mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap

pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru

yaitu, hanya dua faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat secara

signifikan yaitu, faktor sosial ekonomi dan faktor psikologi. Untuk

faktor sosial ekonomi hanya ditunjukkan oleh pembiayaan murabahah

berbeda secara prinsip, sedangkan untuk faktor psikologi diantaranya

ditunjukkan oleh adanya kejelasan akad pada pembiayaan murabahah,

memilih pembiayaan murabahah karena dukungan keluarga dan kerabat,

memilih pembiayaan murabahah dikarenakan margin dan hadiah, dan

yang terakhir adalah proses pembiayaan murabahah yang tidak berbelit-

belit.

Pemenuhan faktor-faktor ini, akan dapat mengakselerasikan

tingkat pertumbuhan nasabah pembiayaan, tidak hanya dari nasabah yang

syariah loyalist, akan tetapi juga dari kalangan rasionalis, dan mereka

yang tidak terlalu mempermasalahkan hukum bunga bank sama dengan

riba dari sudut pandang agama maupun kalangan non Muslim. Sehingga

bank syariah tidak hanya menjadi sebuah bank alternatif, tetapi bisa

memposisikan dirinya menjadi sebuah bank yang profitable, serta sejajar

nilai jualnya dengan bank konvensional.

Hasil ini juga sejalan dengan teori yang telah digunakan bahwa

persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor pribadi, lingkungan dan

obyek yang dikemukakan oleh Stephen P. Robbins. Faktor yang

Page 140: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

140

mempengaruhi perilaku juga sejalan dengan teori dari Philip Kotler yang

menyatakan faktor sosial ekonomi dan psikologi, dapat mempengaruhi

perilaku seseorang terhadap sesuatu hal.

B. Rekomendasi

Diketahui bahwa kelemahan-kelemahan masyarakat dalam

mempersepsikan pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia di

Pekanbaru terdapat beberapa faktor yang menyatakan pembiayaan

murabahah lebih berpeluang dan menjanjikan, serta faktor pembiayaan

murabahah menekankan pola kemitraan. Kurangnya persepsi masyarakat

terhadap pembiayaan murabahah akan faktor-faktor tadi, menjadikan

beban yang sangat besar bagi Bank Muamalat Indonesia cabang

Pekanbaru untuk lebih memfokuskan sosialisasi yang baik dan yang

mendidik tentunya bagi masyarakat, agar brand image Bank Muamalat

Indonesia semakin baik lagi di masyarakat. Perilaku masyarakat terhadap pembiayaan murabahah di Bank

Muamalat Indonesia cabang pekanbaru mempunyai kelemahan-

kelemahan di beberapa faktor yaitu diantaranya faktor pembiayaan

murabahah tidak menggunakan sistem bunga dan memilih pembiayaan

murabahah karena keinginan sendiri. Kurangnya kesadaran seseorang

akan tanggung jawab terhadap hukum-hukum yang telah di tetap kan

oleh syariah, membuat motivasi pada diri sendiri untuk melaksanakan

perintah tersebut dianggap sebagai wacana saja oleh MUI yang telah

mengeluarkan fatwa haram bunga bank. Ini yang akan menjadi fokus

utama Bank Muamalat Indonesia sebagai pelaku keuangan syariah untuk

memberikan edukasi yang lebih baik lagi kapada masyarakat bagaimana

sebenarnya hukum syariah tentang muamalah itu dijalankan dengan baik

tentunya.

Page 141: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

141

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Adhim,. “Studi Komparatif Akad Mudlarabah dan Muarabahah

Bank Islam dengan Pembiayaan Sistem Bunga Bank

Konvensional dalam Perspektif ke-Adil-an” Disertasi, UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta, 2008.

Abi Bakar, Taqyuddin, Kifa>yat al-Akhya>r fi Halli Gha>yat al-

Ikhtis}a>r Juz II, Bandung: Syirkah al-Ma'ârif, t.t.

Abidin, Muhammad Amin Ibnu Hashiyah Ra>dd al-Mukhta>r Ala al-

Durar al-Mukhta>r: Syarh Tanwiir al-Absha>r fî Fiqh Madzhab

Imam Abu Hanifah al-Nu‟man Beirut: Dâr al-Fîkr, 1992.

Afandi, Moch. Yazid, Aspek Legal Perbankan Syariah di Indonesia,

(2011) http://www.ibnussite.com/aspek-legal-perbankan-syariah-

di-indonesia.html

Agustianto, Menyoroti Minimnya Sosialisasi Perbankan Syariah, (2010),

http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content

&view=article&id=1191:menyoroti-minimnya-sosialisasi-

perbankan-syariah&catid=8:kajian-ekonomi&Itemid=60

Ahmad, Khursyid, Islamic Finance And Banking, Plan Field , The

lslamic Society of North America,1999.

Ahmad, Nurafifah &S. Haron,” Perception of Malaysia Corporate

Customers Toward Islamic Banking Product & Services”,

International Journal of Islamic Financial Services. Vol 3. No.4,

edisi Januari- Maret 2002, dari www.islamic-finance.net/journal.

Alauddin, Za‟tari, Al-Mas}a>rif Al-Islamiyyah Wa Ma>dha> Yajibu An

Yu‟rafa „Anha>, Damaskus: Dar Ghar Hira, 2006.

Almossawi, M. “Bank Selection Criteria Employed by College Student

in Bahrain: an Emperical Analysis”, The International Journal of

Bank Marketing, Vol. 19 No.3.

Ali, Manzoor Islamic Banking and Finance in Theory and Practice

(paper), leatures on Islamic Economics, papers and proceeding of

an international seminar on tesching islamics for university

teachers, Jeddah, Saudi Arabia: islamics research and training

institute Islamic development bank, 1992.

Ancok, Djamaluddin, Teknik Penyusunan Skala Pengukuran,

Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM, 1987.

Antonio, M. Syafi‟I, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta:

Tazkia Institute, 1999.

Atosokhi, Antonius Gea., Relasi dengan Sesama, Jakarta: PT. Elex

Media komputindo, 2002.

Page 142: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

142

Attaqi, Uqinu, Produk-Produk Investasi Bank Islam Teori dan Praktek,

Kairo:ICMI Orsat Kairo, 2005.

Attiyah, Muhyiddin, al-Kas}af al-Iqtisadi li Ayati Al-Qur‟an al-Karim,

Washington: International Institute of Islam Thought, 1991.

Ahmad, Mustaq, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kausar,

2003.

Arifin, Sirajul, ”Praktek Akad Murabahah Perbankan Syariah dalam

Perspektif Hukum Islam” Tesis, IAIN Sunan Ampel, 2009.

Bank Indonesia, Kodifikasi Produk Perbankan Syariah,2011,

www.bi.go.id

Baraba, Achmad, Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah, (2011)

http://www.vibiznews.com/1new/knowledge/syariah/PRINSIP%2

0DASAR%20OPERASIONAL%20PERBANKAN%20SYARIA

H.pdf

Basri, Ikhwan Abidin, Kendala Sosialisasi Perbankan Syariah di

Indonesia, 2007.

http://shariahlife.wordpress.com/2007/01/15/kendala-sosialisasi-

perbankan-syariah-di-indonesia

Chaplin, J.P. Kamus Lengkap, Jakarta; PT Raja GrafindoPersada, 2004.

Chapra, M. Umer, Sistem Moneter Islam, Jakarta: Gema Insani Press,

2000.

Cooyle, T, “The Bank Tomorrow”, American Community Banker, Vol 8,

no.7, 1999.

Damayanti, Rita, Dasar-dasar Psikologi, Jakarta:FKM UI, 2000.

Dewan Syariah Nasional (DSN) - MUI, Himpunan Fatwa Devvan

Syariah Nasional, Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 2006.

Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia,

Ringkasan Pokok-pokok Hasil Penelitian “Potensi, Preferensi,

dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di Pulau Jawa”

,Desember 2000, www.bi.go.id

Donnely, Gibson, Ivancenich, Organisasi: Perilaku Sturuktur Proses,

Jakarta: Erlangga, Cet ke-7, 1994.

Erol, Cengiz, and Radi El-Bdour, 1989. International Journal Banking

and Marketing, Vol.7 No.6 : 31-37.

Fossei, Abdul, Urgensi Standarisasi Akuntansi Perbankan Syariah,

2010.

http://www.facebook.com/topic.php?uid=104828002887494&top

ic=146

Fies UMY, Sejarah Bank Syari‟ah (2009),

hhtp://fiesumy.blogspot.com/2009/01/sejarah-bank-syariah.html

Page 143: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

143

Gafur, Abdul, “Persepsi dan Perilaku Pedagang Etnik Tionghoa di

Mangga Dua Terhadap Bank Syariah”, Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah,2007.

Green, E.B, Measurment of human behavior, New York: P.S. The

Odessey Press, 1971.

Hair, J.F, R.E. Anderson, R.L. Tatham., dan W.C. Black., Multivariate

Data Analysis With Readings, 4th

Edition. Englewood Cliffs,

NJ:Prentice Hall,1995.

Hamman, Haritsman, Viral Marketing Bank Syariah, Jakarta, PT. Raja

Grafindo Persada, 2007.

Hamoud, Sami Hasan, Tathwiiral-A'mal al-Mashrafiyyah bima>

Yattafiqu al-Syari„ah al-Isla>miyyah, Amman: Matbaatu al-

Syarq wa Maktabatuha,1982.

Haron,S., N. Ahmed, & S. Planisek, “Bank patronage factors of Muslim

and non Muslim customers”, Marketing Vol. 12, No.1,1994.

Hasanain, Fayadh Abd al-Mun‟im, Bay al-Muurabahah fi al-Masharif

al-Islamiyah, Kairo: Al-Ma‟had al-Alami li al-Fikri al-Islami,

1996.

Haque, Ataul, Reading in Islamic Banking, Dhaka: Islamic Foundation

1987.

Hidayat, Surahman, ” Al-Mas}aryf al-Islamiyah fî Indonesia wa

Siyasatuha al-Istitsmariyah:Muqaranah bi Al-Masha>rif al-

Islamiyah fî Mishr”, Disertasi Fakultas Syariah dan Qanun

Jurusan Siyasah Syar‟iyah, Kairo:Universitas Al-Azhar, 1999.

Hidayat, Mohamad, An Intoduction to the Sharia Economic, Jakarta:

Zikrul Hakim, 2010.

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, Undang-Undang Perbankan

Syariah Dan Surat Berharga Syariah Negara, Bandung:

Fokusmedia, 2008.

Indrianto, Nur dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitan Bisnis

untuk Akuntansi dan Manajemen, Yogyakarta: BPFE

Yogyakarta, 2002.

Indonesian Commercial Newsletter, “Laporan Market Intelligence

Perkembangan Sistim Bank Syariah di Indonesia” Monthly

Report, (2009), http://www.datacon.co.id/BankSyariah1.html

al-Jawi, Syaikh Nawawi, Marah Labid, Tafsir al-Munir.

al-Jaziri, „Abd ar-Rahman, al-Fiqh „ala al-Mazahib al-Arba‟ah, Beirut :

Dar al-Fikr al-„Ilmiyyah, 1990.

al-Jurja>ni, Kita>b al-Ta'ri>fa>t, Beirut: Dar al-Kitab al 'Arabiy,1996.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Tim Pustaka Phoenix,2007.

Page 144: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

144

Kaplan, Robert S. and David P. Norton, Strategy Maps, Boston: Harvard

Bussiness School, 2004.

Karim, A. Adiwarman, Ekonomi Mikro Islam, Cet. III, Jakarta:PT

RajaGrafindo Persada,2007.

---------, Bank Islam: Analisis fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada,2009.

Karnaen, Perwataatmadja A. Bank Syariah: Teori Praktek dan

Peranannya, Jakarta: Celestial Publishing, 2007.

Kasali,Rhenald, Membidik pasar Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 1998.

Al-Kassani, Bada‟i al-Shana‟I, Beirut: Dar al-Kitab al-Araby, cet.2,

1982.

Keraf, sony, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Yogyakarta:

Kanisius, 1998.

Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut

Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat

Terhadap Bank

Kertajaya Hermawan dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing,

Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2006.

Keegan, Warren J, Manajemen Pemasaran Global, Jakarta: Prenhallindo,

1996.

Kerlinger, Fred N. Foundation of Behavioral Research Third edition,

Yogyakarta: UGM Press, 2006.

Al-Khatib, Naser, Kamal, Jamal, Ahmad, and Khalid, 1999. The

International Journal of Banking Marketing for the Financial

Services Sector, Vol.17.

Khan, M Fahin, Essays in Islamic Economic (London: the Islamic

foundation, Markfied Dawah Center, 1995.

Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut

Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat

Terhadap Bank Syariah,(2000)

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F0-

88AC-248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-jawabarat-pdf

Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut

Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat

Terhadap Bank Syariah,(2000)

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F0-

88AC-248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-sumatrautara-pdf

Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut

Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat

Terhadap Bank Syariah,(2004)

Page 145: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

145

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F0-

88AC-248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-kalsel-pdf

Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia dengan Institut

Pertanian Bogor, Potensi,Prefensi, dan Perilaku Masyarakat

Terhadap Bank Syariah,(2004)

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0DF09BE2-9FDE-49F0-

88AC-248B7B0856DD/13436/ringaksan-eks-sumsel-pdf

Kompas, “Pangsa Perbankan Syariah 2011 diprediksi 20 persen”, Senin 7

Maret 2005.

Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan,

Implementasi dan Kontrol, Jakarta: Prenhallindo, 2003.

--------, Gary Amstrong, Principles of Marketing, Jakarta: Prenhallindo,

1997.

Kuliah Ekonomi dan Keuangan Islam, “Murabahah & Aplikasinya dalam

Bank Syariah”, (2010), http://www.badilag.net/index-murabahah-

&-aplikasi-dalam-bank-syariah

Kusmiyati, Asmi Nur Siwi, Risiko Akad dalam Pembiayaan Murabahah

pada BMT di Yogyakarta,

2007,http://journal.uii.ac.id/index.php/JEI/article/viewFile/1045/9

70

Kaynak, E. “American Consumers‟Attitudes Towards Commercial

Banks”, Bank Marketing, Vol.23, No.1, 2005.

Laporan penelitian Bank Indonesia, Potesi, Preferensi,dan Perilaku

Masyarakat terhadap Bank Syariah di Wilayah Sumatra Utara,

Jakarta:2003.

Lewis, B.R. “Studen Account A Porofitable segmen?” Bank Marketing,

Vol. 16 no.3, 1982.

Mannan, A. Ekonomi lslam Teori dan Praktek , Jogyakarta: Seri

Ekonomi lslam, Dana Bakti Wakaf, Prima Yasa, 1997.

Ibnu Manz}ur, Lisa>n al-'Arab Juz III, Ttp: Dậr al-Ma'ârif), tt.

Metawa, S,A. & Almossawi, M. “Banking behavior of Islamic bank

customers: Perspectives and implications”, Bank Marketing Vol.

16, No. 7, 1998.

Michael R., Solomon, Consumer Behavior: Buying, Having, and Being.

3th

edition, New Jersey: Prentice-Hall International, 1996.

Muhammad Ahmad Ibnu Qudâmah, Syamsudin Abu al-Farj bin

Abdurahman bin Syaikh al-Imam al „A>lim al-„A>mil al-Za>hid

Abu Umar (W. 682H), Al-Sharh} al-Kabir.Jilid II, Riyad:

Jami„ah al- Imam Muhammad bin Su„ud al-Islamiyah, Tt.

MUI, Tentang Dewan Syariah Nasional (2009)

http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=artic

Page 146: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

146

le&id=55:tentang-dewan-syariah-nasional&catid=39:dewan-

syariah-nasional&Itemid=58

Muliriwan, “Analisis Persepsi Masyarakat tentang produk perbankan

konvensional dan pengaruhnya terhadap pencapaian segmen

pasar perbankan syariah” 20 Agustus 2010

hppt://mul1rawan.wordpress.com/category/analisispersepsimasya

rakattentangprodukperbankan

Musselman, Vernon A. dan John H. Jackson, Pengantar Ekonomi

Perusahaan, Jakarta: Erlangga,1994.

Nasution, Husma Fadillah, “Analisis Pengaruh Promosi dan Komunikasi

Terhadap Keputusan Nasabah untuk Menabung di Bank Syariah

Mandiri cabang Tebing Tinggi “, Tesis, Universitas Sumatera

Utara Medan, 2008.

Nasution, Chairuddin Syah, Manajemen Kredit Syariah Bank

Muamalat,(2003),

http://www.docstoc.com/docs/17726639/MANAJEMEN-

KREDIT-SYARIAH

Nawawi, imam, Ringkasan Riyadhush Shalihin, Bandung: Irsyad Baitus

Salam, 2006.

Philip, Gerrard, and J. Barton Cunningham, 1997. “Islamic Banking: A

Study in Singapore”, International Journal of Bank Marketing,

Vol.15 No.6.

Purwasutjito, M.N, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Buku

Kedelapan Perwasitan, Kepailitan, dan Penundaan Pembayaran,

Jakarta:PT. Djambatan, 1992.

Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), “Perbankan Syariah”,

PKES publishing, Jakarta, 2008.

Putri, Srinatalia, ”Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah pada Bank

Syariah (studi di BNI Syariah Malang)” (2004).

http://studen_research.umm.ac.id/index.php/department-of-

syariah/article/view/6649

Qal'ahji, Muhammad Rawis dan Hamid Shadîq Qaniby, Mu'jam

Lugha>t al-Fuqaha>,, Beirut: Da>r al-Nafa>is, 1985.

al-Qurtubi, Muhammad bin Ahmad bin Rusydi, Bidayah al-Mujtahid wa

Nihayah al-Muqtashid, Jeddah : Al-Haramain, t.t.

Ratnawaty, Anny, Bank Syariah: Potensi, Prefensi dan Perilaku

Masyarakat di Wilayah SUMUT, Medan: kerjasama Biro

Perbankan Syariah-BI dengan LP-IPB,2003.

Rahman, Muh Fadhail, “Hubungan Persepsi Civitas Akademika terhadap

Perilaku Untuk Menjadi Nasabah Pada Perbankan Syariah”

(2005), Tesis UIN Syariaf Hidayatullah Jakarta.

Page 147: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

147

Ramdan, Edy ,“Pengaruh Minimnya Sosialisasi Perbankan Syariah

terhadap Minat Masyarkat Memilih Bank Syariah”, Tesis, UIN

Sunan Gunung Jati Bandung, 2009.

Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, cet ke-1, Bandung:

Alfabeta, 2004.

Ringkasan Eksekutif kerjasama Bank Indonesia dengan Pusat Penelitian

Kajian Pembangunan Lembaga Penelitian Universitas

Diponegoro Semarang, Penelitain Potensi, Preperensi dan

Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di Wilayah Jawa

Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta,

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/219C8504-BB4A-4F86-B982-

1A24ED29627D/13439/BPSESjatengindonesia.pdf

Rivai, Veithzal, Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sistem Bank Islam

Bukan Hanya Solusi Menghadapi Krisis, Namun Solusi Dalam

Menghadapi Berbagai Persoalan Perbankan dan Ekonomi

Global, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Robbins, Stephen P. Organizational Behavior, 9th Edition, New Jersey:

Prentice-Hall International, 2001.

Rosly, Saiful Azhar and Mohd Afandi Abu Bakar, “Performance of

Islamic and Mainstrem Bank in Malaysia”, Social Economics,

2003.

Ruhiat, Ahmad “Peran Perbankan Syariah dalam Memulihkan Ekonomi

Nasional”, Republika, 3 oktober 2005.

Rudjito, Ekonomi Syariah dalam Sorotan, Jakarta: Yayasan Amanah,

2003.

Sari, Ikrama Nailul, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nasabah

Memilih Bank Muamalat Cabang Batam Tahun 2009-2010”,

Skripsi, UII Yogakarta,2010.

Sa>biq, Sayyid ,Fiqh al-Sunnah, Beirut: Dâr el Fikr, 1992.

Shihab, M.Quraish, Tafsir Al-Mishba>h, Jakarta: Lentera Hati, 2000.

Siddiqi, Muhammad Nejatullah, Issue In Islamic Banking The Islamic

Fondation London:tp, 1983.

Simamora, Bilson, Panduan Riset Prilaku Konsumen, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama,2002.

Spencer, Bennet & Bowers, David, An Introduction to Multivariate

Techniques for Social and Behavioral Sciences, New York: John

Wiley & Sons, 1978.

Stoner, James A.F, Manajemen, Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 1996.

Sugiyono, Metode Penelitian bisnis. Cet ke-9, Bandung: Alfabeta, 2006.

-----------, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2007.

Page 148: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

148

al-Syafi„I, Muhammad ibn Idris (w. 204H.), al-Umm, Kairo: Maktabah

Kuliyyat al-Azhariyah, 1961M.

UIN Syariaf Hidayatullah dan Bank Indonesia, Persepsi dan Perilaku

Masyarakat terhadap Bank Syariah di wilayah Jakarta dan

sekitarnya, Jakarta, 2003.

Umar, Husein, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis,

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999.

-------, Strategic Management In Action, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2003.

Utomo, Budi S. Menuju Era Ekonomi Berkeadilan dan Bebas Bunga,

Jakarta, 2001.

Ustmani, Muhammad Imran Ashraf Meezan Bank‟s Guide To Islamic

Banking, Urdu Bazar Karachi: Dâr al-Ishat, 2002.

UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan syariah

UU No. 30 tahun 1999 tentang Perdamaian /Sulh.

UU No. 30 tentang Arbitrase .

Vogel, Frank F dan Samuel Hayes, Islamic Law and Finance, Risk and

Return, London: Kluwer Law International, 2009.

Wahab, az- Zuhaily, al-fiqh al-Isla>mi Wa Adillatuhu , Damaskus: Darul

Fikr, 1997.

---------, Al-Mu‟âmalah al-Mâliyah al-Mu‟âs}irah: Buhût} wa Fatwa wa

Hulul, Damaskus : Dâr al-Fikr, 2002.

Wiroso, Jual Beli Murabahah, Yogjakarta: UII Press, 2005.

Yamin, Sofyan, Heri Kurniawan, SPSS Compelete: Tek\nik Analisasi

Statistik Terlengkap dengan Software SPSS, Jakarta: Selemba

Infotek, 2009.

Page 149: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

149

INDEKS

INDEKS TOKOH

„abd ar-Rahman al-Jazari 56

Abu Said al-Khudri 28, 61

Abu Qatadah 105

Adiwarman A Karim 2, 52, 53, 63, 64

Aisyah r.a. 83

Al-Ghazali 130

Almossawi, M 9, 29, 36

Antonio, Muhammad Syafi‟I 102

At-Turmizi 87

Azhar,Saiful 31

Bakar, Mohd Afandi Abu 31

Bilson Simamora 20

Chaplin.J.P 20

Cengis Erol 10, 29, 37,

Coyle,T. 7, 30

David loudon 17

Djamaluddin Ancok 24

Gerrard,Cunningham 32, 40,

Gery amstrong 27

Gibson, Ivancenich, Donnely 25

Green E.B. 21, 24, 27

Haron. S 31, 39,

Husein umar 11

Ibn rushd 56, 61

Ibnu Abidin 59

Ibnu Majah 28

Imam bukhari 84 , 11

Imam muslim 113

Imam Nawawi 2

Page 150: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

150

Imam syafi‟I 60

Kaynak, E 9, 31

Kotler, Philip 13, 14, 17, 25, 27, 132

Lewis B.R. 7, 30, 39,

Metawa 9, 29, 36,

Moutinho 28, 36

Mohd afandi abu bakar 40,

Naser 28

Purwasutjito M.N 77

Rasulullah Saw. 26, 28, 32, 46, 57, 61, 65, 73, 76, 79, 86, 87, 91, 92,

99, 105, 113, 129,

Radi el-Bdour 10, 29

Revers 9

Rhenald kasali 83

Rita damayanti 21

Robbin, P. Stephen 10, 18, 22, 23, 132

Shuhaib ar Rumy r.a 46

Saiful azhar 40

Wahbah az-Zuhaili 56

INDEKS TEMPAT

Amerika 18, 24

Amman 29, 37,

Arab Saudi 24

Asahan 52

Bahrain 7, 8, 24,29, 36,

Bandung 42, 43

Banglades 23

Bangka Belitung 46

Banjarmasin 41

Banjar Baru 41

Banjar 41

Bantul 44

Barito Kuala 41

Bekasi 51,

Page 151: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

151

Bogor 51, 52,

Boyolali 44

Brebes 44

Cirebon 42,43, 52

Cianjur 51, 52

Cilacap 44

Cyprus 24

Deli Serdang 52

Denmark 24

Demak 35

Hulu Sungai Selatan 41

Hulu Sungai Utara 41

Indonesia 1, 4, 14, 18, 24, 25, 30, 31, 33, 34, 35, 48, 55, 94, 105, 111

Inggris 11, 14, 18, 23,24, 30, 38,

Irbid 29

Iran 23

Jakarta pusat 45

Jakarta Utara 45

Jakarta Barat 45

Jakarta Timur 45

Jakarta Selatan 45

Jawa Barat 7, 41

Jawa tengah 35, 36

Jawa timur 8

Jeddah 23, 29

Jepara 44,

Karawang 42

Kalimantan Selatan 8, 33

Kendal 43

Kudus 43, 44

Kuala lumpur 28

Labuhan Batu 44

Langkat 52

Leichester 30

Libya 23

Page 152: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

152

Loughborogh 30

London 24

Luxemburg 24

Malang 7

Malaysia 8, 14, 23, 31, 39,

Mandailing Natal 52

Medan 52

Melbourne 24

Mesir 23, 24, 28, 29,

Musi Banyuasin 46

Musi Rawas 46

Muara Enim 46

Ogan Komering Ilir 46

Ogan Komering Ulu 46

Pakistan 23

Palembang 46

Pangkal Pinang 46

Pekalongan 43, 44

Pekanbaru 2, 3, 5, 6, 11, 48, 71,73, 74, 75, 76, 78, 79, 80, 82, 84, 85,

86, 88, 90, 91, 92, 93, 94, 97, 100, 106, 131, 132

Rembang 43, 44

Semarang 43,

Singapura 14, 18, 32,

Sudan 23

Sukabumi 51, 52

Sumatera Barat 7

Sumatra utara 43

Sumatra selatan 38

Surakarta 43, 44

Swiss 24

Tapanuli Selatan 52

Tanjung Balai 52

Tangerang 48, 51, 52

Tanah Laut 41

Tapin 33

Page 153: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

153

Tasikmalaya 42,43, 51, 52

Tegal 44

Turki 23

Uni soviet 1

Yogyakarta 43,

Zarka 29

INDEKS AL-QUR‟AN DAN HADITS

ali-Imran:159, 60

al-Baqarah: 275 60, 61, 93

al-Baqarah: 280 66

al-Baqarah:282 65, 67

al-Baqarah: 283 67

al-Hujurat:13 60

al-Hujura>t:10 60

al-Luqman:34 65

al-Maidah:2 60

al-Muthaffifin: 1-3 102

an-Nisa: 29 28

an-Nisa‟ :34 83

an-Nisa‟ :35 82

H.R. Ibnu Majah 28, 50

INDEKS ISTILAH

Adversarial 66

Amanah 26

Arbitrase 66, 67,69

Arboun 64

Bank konvensional 2, 3, 4, 5, 8, 9, 35, 36,37, 39, 46, 48, 52, 54, 60, 65,

76, 89, 92, 98, 99, 100, 101, 102, 106, 109, 110, 111, 117, 119, 122, 125,

131

Bank syariah 2, 3, 4, 5, 7, 9, 32, 34, 36, 37,38, 39, 40,41, 42, 43, 45, 46,

47, 48, 49, 50, 52, 53, 54, 58, 60, 63, 64, 65, 69, 74, 76, 92, 98, 99, 102,

103, 106, 107, 111, 117, 119, 122, 125, 126, 128

Bathil 26

Cash flow 53,56, 61, 64, 71

Page 154: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

154

Dual banking system 3,

Economic rationale 7, 30

Ezpected of profit 65

Fathonah 26

Fixed return 1

Floating market 4, 5

Gharar 26, 95

Ha>amish gha>diyah 53

al-Hiwalah 27

Ijarah 27

al-Kafalah 27

convensional loyalist 5,

Limited decision making 110

Lumsum 58

Maysir 26

Mitsli 49

Margin 2, 3, 35, 37, 62, 89,91, 98, 102, 109

Marketing officer 60, 63, 64

Market share 4,

Mudharabah 3, 28, 33, 38

Musyarakah 3, 33, 46

Mura>bah}ah 2, 3, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 18, 27, 31, 33, 40, 46,

47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 55, 56, 57, 58, 59,60, 61,62, 63,64, 65, 66, 68,

70, 71,72, 73, 74, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 85, 86, 87, 88, 89, 90,

91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 106, 107, 108,

109, 110, 111, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121, 122,

123, 124, 125, 126, 127, 128, 129, 131, 132

Negative spread 105

Offering Letter 60,62,

Profit and Loss Sharing 1

Problem solving 20, 46, 102

Qimi 49

Shiddiq 26

Syariah loyalist 4, 5, 131

Tabligh 26

Ujrah 60

Viral markting 114, 115

Page 155: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

155

al-Wakalah 27

Wholly-owned subsidiary 24

Win-win solution 66, 105

Page 156: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

156

GLOSARI

Applicable :Sesuatu yang dapat diterapkan

Bai‟ al-Salam :Jual beli dengan cara pemesanan, di mana

pembeli memberikan uang terlebih dahulu

terhadap barang yang telah disebutkan

spesifikasinya, dan barang dikirim

kemudian, Salam biasanya dipergunakan

untuk produk-produk pertanian jangka

pendek. Dalam hal ini lembaga keuangan

bertindak sebagai pembeli produk dan

memberikan uangnya lebih dulu sedangkan

para nasabah menggunakannya sebagai

modal untuk mengelola pertaniannya.

Dual Banking System :Diperbolehkan bank konvensional

membuka unit usaha syariah

Ezpected of Profit : Perkiraan keuntungan.

Fixed Return :Penetapan keuntungan yang pasti diawal

akad

Ha>amish gha>diyah : Uang tanda jadi ketika terjadi ijab qabul

Al-Hiwalah :Akad pemindahan utang/piutang suatu

pihak kepada pihak yang lain. Dalam

lembaga keuangan hawalah diterapkan

pada fasilitas tambahan kepada nasabah

pembiayaan yang ingin menjual produknya

kepada pembeli dengan jaminan

pembayaran dari pembeli tersebut dalam

bentuk giro mundur. Ini lazim disebut Post

Dated Check. Namun disesuaikan dengan

prinsip-prinsip Syariah.

Ijarah :Akad sewa menyewa barang antara

kedua belah pihak, untuk memperoleh

manfaat atas barang yang disewa. Akad

sewa yang terjadi antara lembaga keuangan

(pemilik barang) dengan nasabah

(penyewa) dengan cicilan sewa yang sudah

termasuk cicilan pokok harga barang

sehingga pada akhir masa perjanjian

Page 157: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

157

penyewa dapat membeli barang tersebut

dengan sisa harga yang kecil atau diberikan

saja oleh bank. Karena itu biasanya Ijarah

ini dinamai dengan al Ijarah waliqtina‟ atau

al Ijarah alMuntahia Bittamliik.

Al-Kafalah :Akad jaminan satu pihak kepada pihak

lain. Dalam lembaga keuangan biasanya

digunakan untuk membuat garansi atas

suatu proyek (performance bond),

partisipasi dalam tender (tender bond) atau

pembayaran lebih dulu (advance payment

bond).

Limited Decision making :Pengambilan keputusan yang kadang-

kadang mereka tidak memiliki keterlibatan

yang tinggi, mereka hanya memiliki sedikit

pengambilan masa lalu dari produk

tersebut.

long term oriented :Oriantasi yang berjangka panjang

Lumpsum :Uang yang dibayarkan sekaligus untuk

semua biaya

Margin :Besarnya keuntungan yang disepakati

antara bank dan nasabah atas transaksi

pembiayaan dengan akad jual beli

(murabahah). Margin pembiayaan bersifat

tetap (fixed) tidak berubah sepanjang

jangka waktu pembiayaan.

Mengintroduksikan : memperkenalkan

Musyarakah : Akad antara dua pemilik modal atau lebih

untuk menyatukan modalnya pada usaha

tertentu, sedangkan pelaksananya bisa

ditunjuk salah satu dari mereka. Akad ini

diterapkan pada usaha/proyek yang

sebagiannya dibiayai oleh lembaga

keuangan sedangkan selebihnya dibiayai

oleh nasabah.

Mudharabah :Akad yang dilakukan antara pemilik

modal (shahibul mal) dengan pengelola

(mudharib) dimana nisbah bagi hasil

Page 158: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

158

disepakati di awal, sedangkan kerugian

ditanggung oleh pemilik modal.

Negative Spread : selisih suku bunga pinjaman dengan suku

bunga dana yang negatif.

Offering Letter : Dokumentasi legal berisi komitmen bank

untuk membiayaai nasabah

Personal Selling :Suatu kegiatan yang ditujukan untuk

mencari pembeli, mempengaruhi dan

memberi petunjuk agar pembeli dapat

menyesuaikan kebutuhannya dengan

produksi yang ditawarkan serta

mengadakan perjanjian mengenai harga

yang menguntungkan bagi kedua belah

pihak

Profit and Loss Sharing : berbagi keuntungan dan kerugian

Viral Marketing :teknik pemasaran dengan menggunakan

jaringan sosial untuk mencapai suatu

tujuan pemasaran tertentu yang dilakukan

melalui proses komunikasi berantai

memperbanyak diri.

Problem Sloving :Cara pengatasan terhadap masalah

Al-Wakalah :Akad perwakilan antara satu pihak kepada

yang lain. Wakalah biasanya diterapkan

untuk pembuatan Letter of Credit, atas

pembelian barang di luar negeri (L/C

Import) atau penerusan permintaan.

Wholly-Owned Subsidiary :Anak Perusahaan yang dimiliki

sepenuhnya

Win win Solution :Memenangkan kedua belah pihak yang

bermasalah sehingga tidak ada yang

merasa dirugikan

BIOGRAFI

Page 159: Presepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah

159

Mirawati, lahir pada tanggal 1 januari 1986 di

pekanbaru. Merupakan anak pasangan dari bapak Asri

dan Ibu Asni. Menamatkan Sekolah dasarnya di SD N

036 Pekanbaru pada tahun 1999. Melanjutkan

pendidikan di SLTP N 13 Pekanbaru dan tamat tahun

2002. Lalu melanjutkan lagi di SMK N 1 Pekanbaru dalam bidang Bisnis

Manajemen yang tamat pada tahun 2005. Pada tahun itu juga anak ke dua

dari tiga bersaudara ini melanjutkan pendidikan di Strata 1 UIN Sultan

Syarif Kasim Riau di Pekanbaru pada jurusan Manajemen. Pada tahun

2009 menjadi mahasiswa program S2 di Sekolah Pascasarjana UIN

Syarif Hidayatullah. Sekarang ini penulis berprofesi sebagai dosen di

UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.

Buku ini merupakan hasil dari penelitian tesis penulis yang

berjudul PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP

PEMBIAYAAN MURABAHAH.