Presentation

32
L/O/G/O HIPERBILIRUBINEMIA KELOMPOK IX Eko Endriyanto Hendri Hardi W.R Impriyadi Nelva Rina Oktari Yolanda Putri Ana Sari Riska Rola Mesrani Susiana Jansen

description

Presentation

Transcript of Presentation

L/O/G/O

HIPERBILIRUBINEMIAKELOMPOK IX

Eko Endriyanto

Hendri Hardi W.R

Impriyadi

Nelva Rina

Oktari Yolanda

Putri Ana Sari

Riska

Rola Mesrani

Susiana Jansen

DEFINISI

Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan yang merujuk pada tingginya kadar bilirubin terakumulasi dalam darah dan ditandai dengan jaundis atau ikterus, pewarnaan kuning pada kulit, sclera dan kuku (Wong, 2008).

ETIOLOGI

PRODUKSI BILIRUBIN BERLEBIHAN

FAKTOR FISIOLOGIS

ASI

GENETIK

KOMBINASI KELEBIHAN PRODUKSI DAN KURANG SEKRESI

hiperbilirubinemiahiperbilirubinemiaGANGGUAN KAPASITAS HATI

PENYAKIT

KLASIFIKASI

1. Hiperbilirubinemia Fisiologis

Tidak terjadi pada hari pertama kehidupan (usia 3-13 hari)

Peningkatan bilirubin total tidak lebih dari 5 mg/dl perhari

Turun perlahan sampai dengan normal pada umur 11 -12 hari.

Pada BBLR/prematur bilirubin mencapai puncak pada 120 jam serum bilirubin 10 mg/dl (10-15 %) dan menurun setelah 2 minggu.

Pada hari ke-5 akan turun sampai 3 mg/dl. Selama 3 hari kadar bilirubin 2 – 3 mg/dl.

CONT...

Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupanserum bilirubin total meningkat lebih dari 5 mg/dl perhari.

Pada bayi cukup bulan serum bilirubin total lebih dari 12 mg/dl, pada bayi prematur > 15 mg/dl. Bilirubin conjugated > 1,5 – 2 mg/dl.

Ikterus berlangsung > 1 minggu pada bayi cukup bulan dan 2 minggu pada bayi prematur.

2.Hiperbilirubinemia Patologis/Non Fisiologis

www.themegallery.com

PATOFISIOLOGI

SKEMA PATOFISIOLOGI

www.themegallery.com

Manifestasi klinis

Click to add title in here

Click to add title in here

Dapat tuli, ggn bicara, retardasi mental

Tampak ikterus

Muntah, anoreksia, warna tinja pucat

Letargi

kejang

Tonus otot meninggi, leher kaku

Tidak mau menghisap

www.themegallery.com

Komplikasi

Bilirubin tidak terkonjugasi sangat toksik bagi neuron; maka bayi dengan jaundis berat berisiko mengalami ensefalopati bilirubin, suatu sindrom kerusakan otak berat akibat deposisi bilirubin tidak terkonjugasi di sel otak.

Kernikterus menggambarkan pewarnaan kuning sel otak yang bisa mengakibatkan ensefalopati bilirubin (Maisels,1994 dalam Wong,2008).

Cont...

Kerusakan terjadi bila konsentrasi serum mencapai kadar toksik, tanpa memperhitungkan penyebabnya terdapat bukti bahwa ada sebuah fraksi bilirubin tak terkonjugasi melintasi sawar darah otak pada bilirubinemia fisiologis.

Bila terjadi kondisi patologis tersebut akibat tingginya kadar bilirubin, akan terdapat peningkatan permeabilitan sawar darah otak terhadap bilirubin tidak terkonjugasi yang mengakibatkan kerusakan ireversibel.

Penatalaksanaan

• Pemberian lampu fluoresen dengan spektrum 420-460 nm ke kulit bayi

• Tindakan pengambilan sejumlah darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian beasar darah penderita tertukar

• Berperan dalam mempercepat proses konjugasi dengan meningkatkan ekskresi bilirubin dalam hati

fototerapifototerapi

Transfusi tukarTransfusi tukar

fenobarbitalfenobarbital

www.themegallery.com

Cont....

• Diagram penatalaksanaan

KASUS

Ny A, umur 22 tahun, pendidikan SMP, agama islam, suku melayu, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Suami Tn. U umur 29 tahun, pendididkan SLTA, agama islam, suku padang. Datang ke IGD RSUD Arifin Achmad tanggal 22 februari 2011, jam 10.00 WIB dengan keluhan utama keluar air-air sejak 2 jam sebelum masuk ke rumah sakit.

Klien dirujuk dari RSUD bangkinang dengan G1P0A0H 28 minggu, ketuban pecah, porsio terbuka. Dari hasil pemeriksaan di RSUD pekanbaru didapatkan hasil pemeriksaan obstetric: tinggi fundus uteri (TFU) 25 cm, janin presentasi kepala, kepala masuk pintu atas panggul,punggung kiri, denyut jantung janin 150 dpm, kondisi tidak teratur, taksiran berat janin 1000 gram.

CONT KASUS...

Pemeriksaan dengan inspekulo: porsio membuka, ketuban negatif, air ketuban berwarna kehijauan bercampur mekonium, kepala di hodge 2. USG didapatkan kesan: hamil 29-30 minggu, air ketuban berkurang. Berdasarkan hasil pemeriksaan disarankan bayi segera dilahirkan, pasien dan keluarga menyetujui. Beberapa menit kemudian, bayi lahir perempuan, BB 1500 gram, PB 25 cm, dan bayi segera dirawat di ruang perinatologi untuk mendapatkan penanganan khusus.

Bayi terlihat kuning dan setelah 24 jam belum mengeluarkan feses, minum 1x8 cc NGT, dari hasil pemeriksaan bilirubin didapatkan hasil bilirubin 15 mg/dl, sehingga direncanakan fototerapi.

Berdasarkan kasus ini:

• Buatlah WOC (Web of Causation)• Buatlah asuhan keperawatan dengan

tahapan-tahapannya (pengkajian, analisa masalah, diagnosa keperawatan, intervensi beserta kriteria hasil dan rasionalisasi, implementasi dan evaluasi)

WOC (Web Of Causation)

WOC

1. pengkajian

a. Identitas• Identitas klien

• Nama : Ny.A• Umur : 22 Tahun• Pendidikan terakhir : SMP• Agama : Islam• Suku bangsa : Melayu• Pekerjaan : IRT

Cont...

• Identitas penanggung jawab (suami)• Nama : Tn. U• Umur : 29 Tahun• Pendidikan terakhir : SLTA• Agama : Islam• Suku bangsa : Padang• Pekerjaan : Pedagang

Cont...

a. Riwayat kesehatan sekarang

Bayi terlihat kuning dan setelah 24 jam belum mengeluarkan feses, minum 1x8 cc NGT, dari hasil pemeriksaan bilirubin didapatkan hasil bilirubin 15 mg/dl.

Cont...

b. Riwayat kesehatan yang lalu

o Pre Natal• Kaji faktor resiko hiperbilirunemia seperti obat-obat

yang dicerna oleh ibunya selama hamil (seperti salisilat, sulfonamid), riwayat inkompatibilitas ABO/Rh, penyakit infeksi seperti rubela atau toxoplasmosis.

o Intra Natal• Persalinan preterm, BB 1500 gram, hamil 29-30

minggu .

o Post Natal• Defekasi mekonium tidak ada.

Cont...

c. Riwayat kesehatan keluarga

Kaji golongan darah ibu dan ayah dan riwayat inkompatibilitas ABO/Rh, riwayat keluarga dengan hiperbilirubinemia pada kelahiran sebelumnya, dan gangguan saluran cerna dan hati (hepatitis).

2. Pemeriksaan Fisik

a. Jaundice pada sklera dan mukosa oral, kulit menguning Jaundice dengan lokasi yang berbeda-beda dapat diperkirakan level bilirubin (Pemeriksaan ikterometer dari Kremer).

b. Letargi, bayi tampak malas untuk bergerak dan minum, refleks sucking dan refleks rooting menurun atau menghilang.

c. Pucat menandakan anemia

d. Bising usus hipoaktif

e. Palpasi abdomen ditemukan pembesaran hepar dan limpa

f. Reflex moro menghilang

g. Hipertonisitas, opistotonus, kejang

h. Cephalhematom besar mungkin terlihat pada ½ tulang parietal

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Urine gelap, feses lunak coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin

b. Peningkatan konsentrasi bilirubin

c. Golongan darah ibu dan bayi untuk mengidentifikasi inkompatibilitas ABO

d. Test Coomb tali pusat bayi yang baru lahir :

· Hasil test Coomb indirek (+) :

Menunjukan adanya antibodi Rh (+), anti-A dan anti-B dalam sel darah ibu.

· Hasil test Coomb direk (+) :

Menunjukan adanya sensitivitas (Rh (+), anti-A dan anti-B) sel darah merah dari neonatus.

e. Bilirubin serum

· Bilirubin conjugated bermakna bila > 1.0 – 1.5 mg/dl

· Bilirubin unconjugated meningkat tidak > 5 mg/dl dalam 24 jam, kadarnya tidak > 20 mg/ dl pada bayi cukup bulan atau 15 mg/dl pada bayi praterm.

Analisa masalahData Objektif Data Subjektif

1. Ketuban pecah

2. Porsio terbuka

3. Hasil pemeriksaan obstetric :

TFU 25 cm , janin persentasi kepala, kepala masuk

pintu atas panggul, punggung kiri, DJJ 150 dpm,

kondisi tidak teratur.Pemeriksaan dengan inspekulo:

porsio membuka, ketuban negatif, air ketuban

berwarna kehijauan bercampur mekonium, kepada di

hodge 2.

4. Pemeriksaan USG: hamil 29-30 minggu, air ketuban

berkurang.

5. BB bayi 1500 gram

6. PB 25 cm

7. Bayi terlihat kuning dan setelah 24 jam belum

mengeluarkan feses.

8. Minum 1 x 8 cc NGT

9. Bilirubin 15 mg/dl

1. Ny A 22 thn

2. Keluar air sejak 2 jam sebelum masuk RS (22 Februari

2011, jam 10.00 wib)

3. G1P0A0H 28 minggu

4. Keputihan lebih kurang 3 bulan yang lalu, bau, gatal

(warna putih)

5. Pasien tidak berobat

Diagnosa

Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi.

Tujuan : resiko gangguan integritas kulit tidak terjadi

Kriteria hasil : • Mempertahankan suhu tubuh dan

keseimbangan cairan dalam batas normal• Bebas dari cedera kulit/jaringan• Mendemonstrasikan pola interaksi yang

diharapkan• Menunjukkan penurunan kadar bilirubin serum.

intervensi

a. Perhatikan adanya / perkembangan bilier atau obstruksi usus

Rasional :

Fototerapi dikontraindikasikan pada kondisi ini karena foto isomer bilirubin yang diproduksi dalam kulit dan jaringan subkutan dengan pemajanan pada terapi sinar tidak dapat siap diekskresikan.

Cont...

b. Ukur kuantitas fotoenergi pola lampu fluorosen dengan menggunakan fotometer.

Rasional :

Intensitas sinar menembus permukaan kulit dari spectrum ungu menentukan seberapa dekat bayi ditempatkan terhadap sinar. Sinar biru dan biru khusus dipertimbangkan lebih efektif dari pada sinar putih dalam meningkatkan pemecahan bilirubin. Tetapi hal ini membuat kesulitan dalam mengevaluasi bayi baru lahir terhadap sianosis.

Cont...

c. Tutup testis dan penis bayi pria

Rasional :

Mencegah kerusakan testis dari panas

d. Pasang lapisan pletiglas diantara bayi dan sinar.

Rasional :

Menyaring radiasi sinar ultraviolet (panjang gelombang lebih sedikit dari 380 nm) dan melindungi bayi apabila bola lampu pecah.

Cont...

e. Pantau kulit neonatus dan suhu inti setiap 2 jam atau lebih sering sampai stabil (misalnya: suhu aksila 97,8 oF, suhu rectal 98,9 oF) ukur suhu incubator/insolette dengan tepat.

Rasional :

Fluktuasi pada suhu tubuh dapat terjadi sebagai respons terhadap pemajanan sinar, radiasi dan konveksi.

Cont...

f. Pantau masukan dan haluaran cairan; timbang BB bayi 2x sehari; perhatikan tanda-tanda dehidrasi (misalnya : penurunan haluaran urine, fountanel tertekan, kuliut hangat dan kering dengan turgor buruk dan mata cekung). Tingkatkan masukan cairan peroral sedikitnya 25%.

Rasional :

Peningkatan kehilangan air melalui feses dan evaporasi dapat menyebabkan dehidrasi. Catatan : bayi dapat tidur lebih lama dalam hubungannta dengan fototerapi, meningkatkan resiko dehidrasi bila jadwal pemberian makan yang sering tidak dipertahankan.

Cont....

g. Perhatikan perubahan prilaku atau tanda-tanda penyimpangan kondisi (misalnya: letargi, hipotonis, hipertonitas, atau tanda-tanda eksipapiramidal).

Rasional :

Perubahan ini dapat bermakna deposisi pigmen empedu pada basal ganglia dan terjadinya kepraktus.

h. Kolaborasi: pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi (kadar bilirubin setiap 12 jam).

Rasional :

Penurunan pada kadar bilirubin menandakan keefektifan fototerapi, peningkatkan yang kontinyu menandakan hemolisis yang kontinyu dan dapat menandakan kebutuhan terhadap transfusi tukar.

L/O/G/O

Thank You!

hiperbilirubinemia

www.themegallery.com

• Apa bilirubin itu sendiri ?• Tindakan di skema• Tes kom tali pusat mengenai ABO/rh apa

kaitannya

• Apa efek dari transfusi tukar untuk bayi

• Jelaskan penangan penatalaksanaan terhadapa hiperbilirubin