Presentation 2

8
SOAP PM SUBJ ECT OBJEC T ASSASSEMENT PLAN MONITORIN G 1.pne u- monia - Batuk - Sekre t hijau - Suhu = 38,8°C - WBC = 13,4 x 10³/mm ³ Pasien telah didiagnosa pneumonia, dimana hasil tes laboratorium menunjukkan bahwa pasien mengalami pneumonia kategori Community-acquired pneumonia (CAP). Pasien belum mendapatkan terapi untuk mengobati pneumonia yang dideritanya. Terapi untuk pasien pneumonia dengan nilai Berdasarkan penilaian CRB65, pasien memiliki resiko kematian kurang dari 1%, sehingga tergolong dalam CAP dengan tingkat keparahan rendah (low risk). disarankan pasien diberikan antibiotik golongan fluoroquinolone yaitu ciprofloxacin untuk mengobati CAP yang dideritanya. Berdasarkan dipiro ES: Kemerahan (1%), diare (2%), nyeri perut IO : Kortikostero id, NSAID Data Klinik: Suhu normal (37 °C) Data lab : WBC normal (5000- 10000µL) Limfosit normal (20- 40%) Tidak adanya sputum

description

Pasien telah didiagnosa pneumonia, dimana hasil tes laboratorium menunjukkan bahwa pasien mengalami pneumonia kategori Community-acquired pneumonia (CAP). Pasien belum mendapatkan terapi untuk mengobati pneumonia yang dideritanya

Transcript of Presentation 2

Page 1: Presentation 2

SOAPPM SUBJE

CTOBJECT ASSASSEMENT PLAN MONITORING

1.pneu-monia

- Batuk- Sekret hijau

-Suhu = 38,8°C

- WBC = 13,4 x 10³/mm³

Pasien telah didiagnosa pneumonia, dimana hasil tes laboratorium menunjukkan bahwa pasien mengalami pneumonia kategori Community-acquired pneumonia (CAP). Pasien belum mendapatkan terapi untuk mengobati pneumonia yang dideritanya. Terapi untuk pasien pneumonia dengan nilai CRB65 = 0 adalah antibiotik golongan penisilin dan makrolida.

Berdasarkan penilaian CRB65, pasien memiliki resiko kematian kurang dari 1%, sehingga tergolong dalam CAP dengan tingkat keparahan rendah (low risk). disarankan pasien diberikan antibiotik golongan fluoroquinolone yaitu ciprofloxacin untuk mengobati CAP yang dideritanya.Berdasarkan dipiro edisi 7, ciprofloxacin merupakan antibiotik yang efektif untuk pengobatan CAP pada pasien rawat inap atau pasien masuk rumah sakit.

ES:Kemerahan (1%), diare (2%), nyeri perutIO : Kortikosteroid, NSAIDData Klinik:Suhu normal (37 °C)Data lab :WBC normal (5000-10000µL)Limfosit normal (20-40%)Tidak adanya sputum

Page 2: Presentation 2

PM SUBJECT

OBJECT ASSASSEMENT PLAN MONITORING

MK :Menghambat reaksi dari DNA; menghambat DNA girase dalam organisme yang rentan; meningkatkan kerusakan DNA berantai ganda.Ciprofoxacin 500mg 2x1 selama 7-14 hari.

Page 3: Presentation 2

PM SUBJECT

OBJECT ASSASSEMENT PLAN MONITORING

2. Asma -SOB-Batuk-Rasa tidak nyaman di dada

-RR = 22 kali/ menit

-Puse oximetry = 89 % pada suhu kamar

Pasien telah menderita asma selama 15 tahun dan telah mendapatkan terapi fluticasoen yang di kombinasi dengan salmeterol. Terapi ini merupakan terapi kombinasi bronkodilator ICS dan long-acting beta 2 antagonist.MK:- Fluticasone:Sebagai kortikosteroid dengan potensi antiinflamasi menghambat tipe sel ganda (sel mast, basofil, makrofag) dan memproduksi atau mensekresi mediator ( histamin, eikosanoid, leukotrien, sitokin) yang dapat menyebabkan respon asma.

Fluticasone/salmeterol DPI 100 mcg/500 mcg 1 semprot dua kali sehari

ES :Sakit kepala(12-21 %), faringitis (9-13 %), infeksi saluran pernapasan atas (16-27 %)IO :Data klinik :Nadi normal (60-100 kali/menit)RR normal (14-20 kali/menit)Data lab:

Page 4: Presentation 2

PM SUBJECT

OBJECT ASSASSEMENT PLAN MONITORING

- Salmeterol :Merelaksasi otot halus dari stimulasi reseptor beta 2 adrenergik dengan meningkatkan siklik AMP dan memproduksi antagonis pada bronkokonstriksi secara signifikan salmeterol dapat menurunkan fungsi paru.

Page 5: Presentation 2

PM SUBJECT

OBJECT ASSASSEMENT PLAN MONITORING

3. DM -GDA = 6,3 mmol/L

Pasien telah menderita DM selama 32 tahun dan telah mendapatkan terapi insulin untuk menurunkan gula darahnya. Pemberian insulin dianggap telah tepat, tetapi pada kasus ini diketahui tekanan darah pasien rendah, sehingga penggunaan insulin tersebut perlu diperhatikan khususnya pada waktu penggunaannya. Disarankan insulin yang digunakan adalah insulin glargin, dimana insulin ini merupakan insulin kerja panjang untuk menurunkan gula darah.MK:Menurunkan glukosa darah dengan

Insulin glargin

Page 6: Presentation 2

PM SUBJECT

OBJECT ASSASSEMENT PLAN MONITORING

merangsang penyerapan glukosa perifer, terutama oleh otot rangka dan lemak; menghambat produksi glukosa hepatik; insulin menghambat lipolisis dan proteolisis dan meningkatkan sintesis protein termasuk otot rangka, hati, dan jaringan adipose

Page 7: Presentation 2

PM SUBJECT

OBJECT ASSASSEMENT PLAN MONITORING

4.Hipertensi

-TD = 105/70 mmHg

Pasien telah menderita hipertensi selama 10 tahun dan telah mendapatkan terapi olmesartan. Pemberian terapi tersebut dianggap telah tepat, karena olmesartan merupakan first-line dari pengobatan pasien hipertensi yang disertai dengan DM, dimana olmesartan merupakan obat antihipertensi golongan ARB.MK:Menghambat ikatan dari angiotensin II ke reseptor angiotensin II tipe I; menghambat vasokonstriksi dan sekresi aldosteron.

Olmesartan 40 mg PO/hari

Karena tekanan darah pasien rendah ,dimana tekanan darah normal pada pasien hipertensi yang disertai dengan diabtes mellitus adalah 130/80 mmHg, maka sebaiknya dosis olmesartan diturunkan menjadi 20 mg Po/ hari

Olmesartan 20 mg PO/hari

ES :Sakit kepala (3%)

IO:

Data Klinik:TD normal (130/80 mmHg)

Data Lab:

Page 8: Presentation 2

PM SUBJECT

OBJECT ASSASSEMENT PLAN MONITORING

5.Sakit kepala

Pasien diberikan asetaminofen untuk mengatasi sakit kepala akibat dari efek samping penggunaan obat asmaMK:Bekerja dengan menghambat reseptor-reseptor nyeri; menghambat sintesis prostaglandin di CNS

Asetaminofen 650 mg PO jika diperlukan