Presentasi Penanggulangan Bencana-s12013

27
PERATURAN DAN TATA KELOLA KULIAH III

description

gugug

Transcript of Presentasi Penanggulangan Bencana-s12013

PERATURAN DAN TATA

KELOLA

KULIAH III

U.U.D 1945Ps. 20 & Ps. 21

U.U. 24/2007

Ps. 7 ayat 3 PPres……….. ttg

Pedoman Status & Tingkatan Bencana

Ps. 17 PPres 8/2008 ttg

Pembentukan BNPB

Ps. 25Perda…… ttg Pembentukan

BPBD

Ps. 30PP 23/2008 ttg

Peran Lembaga Asing

Ps. 65-69PP 22/2008 ttg Pe-

ngelolaan Ban-tuan & Penda-

naan

Ps. 50, 58, 59PP 21/2008 ttg

Penyelenggaraan Penanggulangan

Bencana

Ps. 35, 36PerKa BNPB ttg

Pedoman Pe-nyusunan RPB

Ps. 35Perda/Pergub……

ttg RPB

Ps. 51PPres ……… ttg

Penetapan Status Bencana

Ps. 35Pergub…… ttg

Penetapan Status Bencana

Ps. 61Perda…… ttg

Alokasi Anggaran Bencana

U.U. NO. 24/2007Pasal 3. ayat (2).

Prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, yaitu:

a. cepat dan tepat;

b. prioritas;

c. koordinasi dan keterpaduan;

d. berdaya guna dan berhasil guna;

e. transparansi dan akuntabilitas;

f. kemitraan;

g. pemberdayaan;

h. nondiskriminatif; dan

i. nonproletisi.

U.U. NO. 24/2007

Pasal 7

(1) Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:

a. penetapan kebijakan penanggulangan bencana selaras dengan kebijakan pembangunan nasional;

b. pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-unsur kebijakan penanggulangan bencana;

c. penetapan status dan tingkatan bencana nasional dan daerah;

d. penentuan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana dengan negara lain, badan-badan, atau pihakpihak internasional lain;

e. perumusan kebijakan tentang penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber ancaman atau bahaya bencana;

f. perumusan kebijakan mencegah penguasaan dan pengurasan sumber daya alam yang melebihi kemampuan alam untuk melakukan pemulihan; dan

g. pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang berskala nasional

(2) Penetapan status dan tingkat bencana nasional dan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c memuat indikator yang meliputi:

a. jumlah korban;

b. kerugian harta benda;

c. kerusakan prasarana dan sarana;

d. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan

e. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan status dan tingkatan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden.

REHABILITASI

Tujuan:

PENYELAMATAN

KORBAN

Penyelamatan Korban

Penanganan Korban Luka2

Pembentukan Tim Tanggap Darurat/Satkorlak

Pembentukan Pusat2 Layanan (Posko)

Distribusi Supplies (Logistik, tenda dll)

Penyediaan hunian sementara

Penguatan Jalur Distribusi

Pendataan Korban & Akibat Bencana (Media Center)

Pendampingan Psikologis

Pengalihan Program Pembangunan ke Program Darurat

Tujuan:

PEMULIHAN

STANDAR

PELAYANAN MINUM :

Pemulihan sistem pe-merintahan (Kab, Kec, Desa)

Pemulihan Pelayanan publik (pendidikan, kesehatan dll)

Pembangunan kembali perumahan

Pemulihan Pelayanan sosial dasar

Rekonstruksi Prasa-rana & sarana dasar

Pemulihan fasilitas perekonomian

Rehabilitasi psikologis

dll

Tujuan:

PEMBANGUNAN

KEMBALI SELURUH

SISTEM :

Sistem ekonomi (pro-duksi, perdagangan, perbankan)

Sistem transportasi

Sistem telekomunikasi

Pemulihan sosial dan budaya

Pemulihan kelembagaan

Pengembalian (main-streaming) program darurat ke Program Pembangunan

Dll.

KEGIATAN DALAM SETIAP TAHAPAN

PROGRAM PENANGANAN PASCA BENCANA

TANGGAP DARURAT

& PEMULIHANREKONSTRUKSI

? ?

BEBERAPA KETENTUAN YANG PERLU DICERMATI ;

TANGGAP DARURAT

• Keterkaitannya dengan status keadaan darurat (status kedaruratan yang mana)

• Persyaratan ditetapkannya kegiatan tanggap darurat

• Siapa yang menetapkan diambilnya kegiatan tanggap darurat (penentu status & tingkatan bencana)

• Konsekuensi yang timbul bagi pejabat penentu pengambilan kegiatan tanggap darurat (kalau ternyata kedaruratan tidak separah perkiraan)

STATUS KEADAAN DARURAT

• Ditetapkan oleh Presiden ? (bagaimana di daerah)

• Sequence/urutan status keadaan (kalau mendadak)

• Bersifat responsif atau antisipatif (menunggu sampai terjadi bencana)

• Konsekuensi bagi pejabat yang menetapkan status (kalau ternyata tidak terjadi bencana)

• Pengakhiran status kedaruratan (kasus DIY & Klaten)

CATATAN :

STATUS KEADAAN DARURAT NAMPAKNYA HANYA BERLAKU HANYA UNTUK KEJADIAN BENCANA YANG DAPAT DIPERKIRAKAN SEBELUMNYA (SEPERTI; Gn. MERAPI)

BEBERAPA KETENTUAN YANG PERLU DICERMATI ;

STATUS BENCANA

• Proses penilaian kerusakan & kerugian (DLA) yang memerlukan waktu (prinsip cepat tepat tidak terpenuhi)

• Penetapan metode penilaian kerusakan & kerugian (banyak metode, mis; ECLAC)

• Kuantifikasi indikator untuk menentukan status bencana (ukuran dari ; ringan, sedang, berat)

• Kemungkinan peningkatan status bencana dan prosedurnya (dari ringan ke sedang dst dan dari lokal ke daerah dst)

• Cakupan wilayah (mestinya masuk ke indikator tingkatan bencana)

TINGKATAN BENCANA

• Proses penilaian kerusakan & kerugian (DLA) yang memerlukan waktu(prinsip cepat tepat tidak terpenuhi)

• Kuantifikasi nilai kerusakan untuk menentukan tingkat bencana (misal; dampak sosek dari bencana tingkat lokal, daerah, nasional)

• Kemungkinan peningkatan status bencana dan prosedurnya (bencana makin meluas, mis; pandemi penyakit)

• Keterkaitannya dengan pembagian kewenangan penyelenggaraan pemerintahan (otonomi daerah dan desentralisasi)

U.U. NOMOR 24/2007Pasal 1

10. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelematan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana

U.U. NOMOR 24/2007Pasal 1

19. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana.

DRAFT PERATURAN PRESIDEN R.I. TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINGKATAN BENCANA

20. Status keadaan darurat dibedakan menjadi; awas, siaga dan waspada,yang penentuannya didasarkan atas pemantauan yang dilakukan secara akurat oleh Badan atau Lembaga yang berkompeten

21. Status keadaan darurat waspada adalah suatu keadaan darurat yang menunjukkan peningkatan suatu gejala dari suatu proses atau peristiwa yang memungkinkan timbulnya ancaman bencana dan ditentukan berdasarkan hasil pemantauan secara akurat

22. Status keadaan darurat siaga adalah peningkatan dari keadaan darurat waspada, yang penentuannya didasarkan atas pemantauan yang akurat

23. Status keadaan darurat awas adalah peningkatan dari keadaan darurat siaga yang penentuannya didasarkan atas pemantauan yang akurat

STATUS BENCANA

Keadaan bencana di suatu tempat pada saat terjadi, dengan indikator jumlah korban, kerugian harta benda, kerusakan prasarana-sarana, cakupan wilayah dan dampak sosial ekonomi, yang dapat dibedakan menjadi ; bencana ringan, sedang dan berat

TINGKATAN BENCANA

Keadaan di suatu tempat yang terlanda oleh jenis bencana tertentu dan dinilai berdasarkan jumlah korban, kerugian harta benda, kerusakan prasarana-sarana, cakupan wilayah dan dampak sosial ekonomi, yang dibedakan menjadi lokal, daerah dan nasional

DRAFT PERATURAN PRESIDEN R.I. TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINGKATAN BENCANA

PENENTUAN STATUS DAN TINGKATAN BENCANA

TINGKATINDIKATOR

(DRAFT PERPRES) KOMENTAR

LOKAL (KABUPATEN-KOTA)

• Jumlah korban (jiwa?) kurang dari 100 orang

• Kerugian harta benda kurang dari Rp. 1 milyar

• Kerusakan sarpras ringan

• Cakupan wilayah kurang dari 10 km2

• Dampak sosek terbatas

• Pemerintah (kab/kota) mampu menangani ber-dasar SDM, sumberdaya finansial dan dari segi teknologi

• Perlu kejelasan apakah indikator-indikator ters-ebut bersifat kumulatif (dan) atau alternatip (atau), misalnya ; korban kurang dari 100 orang tapi kerugian > Rp. 1 milyar

• Kerusakan sarpras di-ukur dari fungsi

• Apa keuntungan dita-ngani sendiri dibanding jika diserahkan kepada level lebih tinggi (de-ngan “surat takluk”)

PENENTUAN STATUS DAN TINGKATAN BENCANA

TINGKATINDIKATOR

(DRAFT PERPRES) KOMENTAR

DAERAH (PROPINSI)

• Jumlah korban (jiwa?) ku-rang dari 500 orang

• Kerugian harta benda ku-rang dari Rp. 1 trilyun

• Kerusakan sarpras mene-ngah (beberapa meng-ganggu kehidupan masya-rakat)

• Cakupan wilayah lebih dari 1 kab/kota dalam propinsi

• Dampak sosek menengah, sebagian besar kegiatan sosek terganggu

• Pemerintah bersama Pem kab/kota mampu mena-ngani berdasar SDM, sum-berdaya finansial dan dari segi teknologi

• Perlu kejelasan apakah indikator-indikator ters-ebut bersifat kumulatif (dan) atau alternatip (atau), misalnya ; korban kurang dari 500 orang tapi kerugian > Rp. 1 trilyun

• Kerusakan sarpras di-ukur dari fungsi

• Apa keuntungan dita-ngani sendiri dibanding jika diserahkan kepada level lebih tinggi (de-ngan “surat takluk”)

PENENTUAN STATUS DAN TINGKATAN BENCANA

TINGKATINDIKATOR

(DRAFT PERPRES) KOMENTAR

NASIONAL • Jumlah korban (jiwa?) lebih dari 500 orang

• Kerugian harta benda lebih besar dari Rp. 1 trilyun

• Kerusakan sarpras sangat berat sehingga tidak dapat berfungsi mendukung kehi-dupan

• Cakupan wilayah sangat lu-as mencakup beberapa kab/kota di lebih dari 1 propinsi

• Pemerintah (kab/kota) ti-dak mampu lagi menangani berdasar SDM, sumberda-ya finansial, srapras, ke-lembagaan, manajemen dan dari segi teknologi

BENCANA RINGAN

BENCANA SEDANG

BENCANA BERAT

LOKAL/

KABUPATEN-KOTA

bencana ringan di kab/kota dalam

propinsiKAB/KOTA YBS

bencana se-dang di kab/ kota

dalam propinsiKAB/KOTA YBS

bencana berat di kab/ kota dalam

propinsiPROPINSI YBS

DAERAH/

PROPINSI

bencana ringan meliputi > 1

kab/kota dalam propinsiMASING2

KAB/KOTA DGN KOORD PROPINSI

bencana sedang meliputi > 1

kab/kota dalam propinsi

PROPINSI YBS

bencana berat meliputi > 1

kab/kota dalam propinsi

PROPINSI DGN KOORD PUSAT

NASIONAL

bencana ringan meliputi > 1

propinsiMASING2

KAB/KOTA DGN KOORD PUSAT

bencana sedang meliputi > 1

propinsiMASING2 PROPINSI

DGN KOORD PUSAT

bencana berat meliputi > 1

propinsiPUSAT

USULAN LEMBAGA PENENTU STATUS DAN TINGKATAN

BENCANA

CATATAN :

MESTINYA PENETAPAN STATUS DAN TINGKATAN BENCANA TIDAK MERUPAKAN ALASAN UNTUK PENGALIHAN KEWENANGAN PENANGGULANGAN BENCANA

MANAJEMEN BANTUAN

TIDAK ADA NEGARA/DAERAH DI DUNIA INI YANG MAMPU MENANGGULANGI BENCANA YANG MELANDA TANPA

BANTUAN DARI LUAR (NEGERI/DALAM NEGERI)

Aspek kemitraan dan kerjasama internasional adalah salah satu kunci utama dalam penanganan bencana.

Hal ini merupakan elemen yang sama pentingnya dengan peningkatan kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam memandang dan

mengelola bencana,

BAGAIMANA AGAR BANTUAN YANG DITERIMA ;

1. EFEKTIP DAN EFFISIEN

2. BERMANFAAT

3. CEPAT SAMPAI KE SASARAN

4. TEPAT SASARAN

5. SESUAI KEBUTUHAN (TIDAK MESTI MEMENUHI KEBUTUHAN)

6. TERCATAT (DALAM SISTEM DATA BASED BERBASIS I.T)

7. DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN

8. TRANSPARAN/AKSESIBEL

BANTUAN DAPAT BERWUJUD ;

• BARANG/LOGISTIK

• JASA

• MEDIS

• KONSTRUKSI

• PELAYANAN

• CASH

• KONSULTASI

1. menjamin penghormatan terhadap peran dan tindakan Pemerintah berdasarkan kepentingan masyarakat sebagai penanggung jawab utama dalam mengatur dan mengkoordinir kegiatan penanggulangan bencana;

2. memungkinkan masyarakat internasional memberikan dukungan dan kontribusi secara efektif dalam kegiatan penanggulangan bencana;

3. memperjelas proses, peran, dan tanggung jawab Pemerintah dan komunitas internasional dalam kegiatan penanggulangan bencana;

4. meminimalisasi hambatan-hambatan administrasi dan hukum yang dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pemberian bantuan internasional dalam situasi darurat; dan

5. menjamin kerjasama dan bantuan internasional yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan dan kualitas standar baik secara nasional maupun internasional.

Bantuan (dari luar/dalam negeri, bilateral, multilateral, swasta/lsm dsb) diarahkan untuk mendukung penguatan upaya penanggulangan bencana, pengurangan ancaman dan risiko bencana, pengurangan penderitaan korban bencana, dan mempercepat pemulihan kehidupan masyarakat

Selain itu juga untuk ;

P.P. NOMOR 23 tahun 2008

PP. 22 tahun 2008 mengatur tentang “PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA”

PP. 23 tahun 2008 mengatur tentang “PERAN SERTA LEMBAGA INTERNASIONAL DAN LEMBAGA ASING NONPEMERINTAH DALAM PENANGGULANGAN BENCANA”

Keduanya kurang memberi arahan bagaimana mengelola bantuan (luar negeri/dalam negeri/individu/private/LSM) baik pada saat ; tanggap bencana, rehabilitasi maupun rekonstruksi

Bagaimanapun, pemberi bantuan berharap agar bantuannya;

• EFEKTIP DAN EFFISIEN

• BERMANFAAT

• CEPAT SAMPAI KE SASARAN

• TEPAT SASARAN

• SESUAI KEBUTUHAN (TIDAK MESTI MEMENUHI KEBUTUHAN)

• DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN

• TRANSPARAN/AKSESIBEL

AGAR MEMENUHI KRITERIA TERSEBUT, PERLU DISIAPKAN STRATEGI PENGELOLAAN BANTUAN SEBAGAI BERIKUT ;

1. Perlu dibentuk Media Center untuk menyampaikan kepada dunia luar kondisi terkini dari akibat bencana

2. Perlunya dirilis hasil penilaian kerugian dan kerusakan akibat bencana melalui Media Center

3. Melalui Media Center juga perlu dirilis mengenai kebutuhan-kebutuhan darurat yang diperlukan sehingga calon donor mengetahui apa yang harus diperbantukan

4. Pelaksanaan kebijakan penerimaan dan penyaluran bantuan satu pintu sulit dilaksanakan, tetapi pada pintu-masuk (terminal, airport, stasiun KA dsb) perlu disediakan desk untuk membantu para donor

5. Ada unit kerja khusus yang mengelola bantuan-bantuan tersebut yang dilengkapi dengan perangkat IT

6. Pada saat tanggap darurat selesai, perlu adanya handing overbantuan dari unit kerja khusus ke unit kerja sektoral untuk selanjutnya ditangani melalui program rehab/rekon

7. Kepala Daerah mewakili masyarakat harus menyampaikan ucapan terimakasih kepada para donor, baik secara tertulis maupun melalui media elektronik

R.P.B. PEMDA & INSTANSI VER-TIKAL DAERAH

R.A.D. DAERAH

WHO PLAN WHAT

WHO DO WHAT

FA

CIL

ITA

TIN

G

PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH

DIBANTU STAKEHOLDERS

UNTUK MENANGGULANGI

BENCANA

PEMERINTAH (PUSAT/DAERAH),

MASYARAKAT, SWASTA, DONOR

AGENCIES, LEMBAGA BANTUAN ASING, DLL

UNTUK MENANGGULANGI

BENCANA, SEBAGAIMANA DICANTUMKAN

DALAM R.P.B.

PEME-RINTAH

PEMDA

MASY.L.S.M.

N.G.O.

INTL. AGENCI-

ES

DLL

S.K.P.D

INST. VERT

L.S.M.

MASY.

KEDUDUKAN R.P.B DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

RenstraKL

RenjaKL

RKA-KLRincian RAPBN

RPJMNasional

RKP RAPBN APBN

RPJMDaerah

RKP Dae-rah (incl.

kebencanaan)

RAPBD APBD

RenstraSKPD

RenjaSKPD (incl. kebencanaa

n)

RKA-SKPD

Rincian APBD

RPJPNasional

RPJPDaerah

Diacu DiperhatikanDiserasikan

melalui Musrenbang

P U

S A

TD

A E

R A

H

20 TAHUNAN

5 TAHUNAN TAHUNAN

R.P.B.

Di dalam melaksanakan arah dan kebijakan pembangunan yang tertuang dalam RKPD ini, terdapat prinsip-prinsip pengarus-utamaan yang menjadi landasan operasional, yaitu:

• pro rakyat miskin

• pro lapangan pekerjaan

• pro lingkungan hidup

• berwawasan gender

• partisipasi masyarakat

• pembangunan berkelanjutan

• tata pengelolaan yang baik

• pengurangan kesenjangan antar wilayah

• percepatan pembangunan daerah tertinggal

• tanggap bencana

R.K.P.D. 2010

BENCANA ALAM

BENCANA

NON-ALAM

BENCANA

SOSIAL

SEKTOR YANG MUNGKIN TERKENA DAMPAK BENCANA

BIDANGINFRASTRUKTUR

BIDANGSOSIAL BUDAYA

BIDANGPEREKONOMIAN

BIDANG PEMERINTAHAN,

KEAMANAN, KETERTIBAN

• Perhubungan

• Pengendalian Ling-kungan

• PU, Perumahan, ESDM

• Sosial

• Kesehatan

• Pendidikan

• Kebudayaan

• Pertanian

• Perikanan/Kelautan

• Kehutanan/Perkebunan

• Nakertrans

• Pariwisata

• Indagkop

• Hukum & HAM

• Pemerintahan

• Keamanan

• Ketertiban

PENGARUS-UTAMAAN PRB DALAM PROGRAM PEMBANGUNAN

DAPAT DILAKUKAN MELALUI BEBERAPA TINGKATAN (contoh : PPAS APBD 2010);

1. Tingkat Program

PRIORITAS SASARAN ARAH KEBIJAKANPROGRAM PRIORITAS

4. Peningkatan Pe-layanan Publik melalui Penata-an Kawasan dan Peningkatan Sa-rana & Prasara-na Ekonomi dan Fisik

3. Terwujudnya ke-sadaran masya-rakat terhadap bahaya dan pe-nanggulangan bencana secara mandiri

1. Memantapkan manajemen pe-nanggulangan bencana

Urusan Pemerin-tahan Umum

1. Program Mana-jemen Pencegahan dan penanggu-langan bencana

3. Tingkat Sub Kegiatan :

BIDANGSASARAN

PROGRAM/KEGIATANPOSISI PENGARUS-

UTAMAAN

LINGKUNGAN HIDUP

Badan Lingkungan Hidup

Workshop Pengembangan Kelembagaan Pengelola-an Lingkungan Hidup Kawasan Sungai

Dimasukkannya isu-isu mengenai “PENCEGAHAN BENCANA BANJIR dan TANAH LNGSOR”

2. Tingkat Kegiatan :

BIDANGSASARAN

PROGRAM/KEGIATANPOSISI PENGARUS-

UTAMAAN

SOSIALDinas Sosial

Penanganan masalah-masalah strategis yang menyangkut tanggap cepat darurat dan kejadian luar biasa

• Pemberian bantuan kesiapsiagaan

• Penyegaran Tagana dalam rangka kesiapsia-gaan penanggulangan bencana