Presentasi kolokium

35
GEOLOGI DAN ARAHAN PENANGGULANGAN GERAKANTANAH DAERAH DONGKO DAN SEKITARNYA KECAMATAN DONGKO KABUPATEN TERNGGALEK PROPINSI JAWA TENGAH Lembar peta 51 XL/III-k TUGAS AKHIR TIPE-I Oleh : NORROHMAN 03.10.0437 JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA 2008

Transcript of Presentasi kolokium

Page 1: Presentasi kolokium

GEOLOGI DAN ARAHAN PENANGGULANGAN GERAKANTANAH DAERAH DONGKO DAN SEKITARNYA KECAMATAN DONGKO

KABUPATEN TERNGGALEK PROPINSI JAWA TENGAH

Lembar peta 51 XL/III-k TUGAS AKHIR TIPE-I

Oleh : NORROHMAN

03.10.0437

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA 2008

Page 2: Presentasi kolokium

BAB IBAB IPENDAHULUANPENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah• Secara fisiografi daerah penelitian termasuk dalam Zona Pegunungan

Selatan Jawa Timur Penelitian geologi ini pada dasarnya adalah untuk mempelajari kondisi geologi pada daerah penelitian yang meliputi beberapa aspek, yaitu: geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, mekanisme dan kronologi pembentukannya dalam ruang dan waktu geologi.

• Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak pengambilan keputusan, dalam hal ini adalah Pemerintah Daerah setempat untuk menentukan kebijakan yang berkaitan dengan sumber daya geologi, bahaya geologi serta kemungkinan identifikasi bahan galian lain yang terdapat di dalamnya.

Page 3: Presentasi kolokium

I.2. Maksud dan TujuanI.2. Maksud dan Tujuan

Maksud: Memenuhi persyaratan kurikulum tingkat Sarjana Strata-1 pada

Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut

Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Tujuan: Sedangkan tujuan dari penelitian ini ada dua, yaitu tujuan umum

dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui kondisi geologi yang mencakup aspek

geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi yang pada akhirnya

dapat digunakan untuk menentukan sejarah geologi serta aspek-

aspek geologi lingkungan pada daerah penelitian. Sedangkan

tujuan khususnya adalah menentukan arahan penanggulangan

gerakantanah di daerah Dongko dan sekitarnya, Kecamatan

Dongko, Kabupaten Trenggalek, Propinsi Jawa Timur.

Page 4: Presentasi kolokium

I.3. Letak, Luas dan Kesampaian Daerah I.3. Letak, Luas dan Kesampaian Daerah PenelitianPenelitian

Secara geografis terletak pada koordinat 8°10’08” LS - 8°15’00” LS dan

111°32’30”BT - 111°37’30” BT, serta pada peta topografi lembar 51/XLIII-k

dengan skala peta 1 : 25.000 dan memiliki luas daerah 9 km x 9 km atau 81

km². Lokasi penelitian berjarak 30 km sebelah baratdaya dari kota Trenggalek

yang dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan bermotor roda empat

maupun roda dua. Lokasi penelitian dapat ditempuh dalam waktu lima puluh

menit ke arah baratdaya kota Trenggalek. Dari kota Trenggalek menuju ke

daerah penelitian kondisi jalan cukup baik. Jalan menuju ke daerah penelitian

beraspal, namun demikian untuk daerah penelitian tidak semua jalan dalam

kondisi baik sehingga harus ditempuh dengan jalan kaki dan menyusuri jalan

setapak

Page 5: Presentasi kolokium

I.5. Metode PenelitianI.5. Metode Penelitian

Tahap pra lapangan

Tahap penelitian lapangan

Tahap analisis laboratorium

Tahap kerja studio

Page 6: Presentasi kolokium

BAB IIBAB IIGEOMORFOLOGIGEOMORFOLOGI

II.1. Geomorfologi Regional

Berdasarkan fisiografinya daerah Jawa Timur dibagi menjadi 7 jalur fisiografi (Bemmelen, 1949) yaitu:

• Zona Volkanik Kuarter• Zona Dataran Aluvial Jawa Utara• Zona Antiklinorium Rembang-Madura• Zona Bogor, Serayu Utara dan Antiklinorium Kendeng• Zona Solo• Zona Randublatung• Zona Pegunungan Selatan

Page 7: Presentasi kolokium

II.2 Geomorfologi Daerah PenelitianII.2 Geomorfologi Daerah Penelitian

II.2.1.Satuan geomorfik asal denudasional (D)

Subsatuan geomorfik perbukitan dan lereng terdenudasi

lemah (D1)

Subsatuan geomorfik perbukitan dan lereng terdenudasi

kuat (D2)

II.2.2.Satuan geomorfik asal struktural (S)

Subsatuan geomorfik dike (S12)

Page 8: Presentasi kolokium

II.2.1.1. Subsatuan perbukitan dan lereng II.2.1.1. Subsatuan perbukitan dan lereng terdenudasi lemah (D1)terdenudasi lemah (D1)

Daerah ini menempati area seluas 39 % dari luas daerah penelitian, dan mempunyai kemiringan lereng 25,88%. Lereng landai-curam, perajangan lemah-menengah. Dicirikan dengan daerah perbukitan dengan lereng landai sampai curam menengah (gentle to moderately steep slopes) dan bentuk topografi berombak-ombak sampai bergulung-gulung (undulating to rolling topography). Daerah ini tersusun oleh litologi breksi andesit dan batugamping

Page 9: Presentasi kolokium

II.2.1.2. Subsatuan geomorfik perbukitan dan II.2.1.2. Subsatuan geomorfik perbukitan dan lereng terdenudasi kuat (D2)lereng terdenudasi kuat (D2)

Subsatuan geomorfik perbukitan dan lereng

terdenudasi kuat (D2) menempati area seluas 60% dari

seluruh total luas daerah penelitian. Subsatuan

geomorfik ini berupa perbukitan dengan kemiringan

lereng curam menengah sampai curam sebesar 44,24%

dan berupa topografi perbukitan bergelombang kuat-

berbukit. Morfologi ini terletak pada bagian tenggara

dan selatan daerah penelitian, dan daerah ini

didominasi oleh litologi breksi andesit

Page 10: Presentasi kolokium

II.2.2.1. Subsatuan intusi ansesitII.2.2.1. Subsatuan intusi ansesit

Subsatuan geomorfik intrusi andesit (S12) menempati area

seluas 1% dari seluruh total luas daerah penelitian.

Subsatuan geomorfik ini mempunyai kenampakan

punggungan dengan lereng menengah-curam, terajam

menengah, dengan beda tinggi 112,71 m dari permukaan

laut

Page 11: Presentasi kolokium

II.3. Pola Aliran Sungai dan stadia II.3. Pola Aliran Sungai dan stadia daerahdaerah

Pola aliran dendritik dicirikan oleh kelompok sungai-sungai dan

cabangnya yang membentuk suatu pola aliran dengan kenampakan

seperti cabang pohon dengan ranting-rantingnya.

Stadia daerah di daerah penelitian telah memasuki tahap dewasa

Page 12: Presentasi kolokium

BAB IIIBAB IIISTRATIGRAFISTRATIGRAFI

III.1. Stratigrafi Regional

Tatanan stratigrafi regional daerah Tulungagung (Samodra,dkk 1992), dari tertua ke muda, antara lain:

III.1.1 Satuan batuan terobosan

III.1.2. Formasi Mandalika

III.1.3. Formasi Arjosari

III.1.4. Formasi Campurdarat

III.1.5. Formasi Jaten

III.1.6. Formasi Wuni

III.1.7. Formasi Nampol

III.1.8. Formasi Wonosari

III.1.9. Satuan Batuan Gunungapi Wilis

III.1.10. Endapan Aluvium

Page 13: Presentasi kolokium

III.2. Stratigrafi Daerah PenelitianIII.2. Stratigrafi Daerah Penelitian

Daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4

satuan litostratigrafi tidak resmi. Berurutan dari tua

sampai muda adalah:•Satuan breksi andesit•Satuan intrusi andesit•Satuan batugamping•Satuan endapan alluvial

Page 14: Presentasi kolokium

III.2.1 Satuan breksi andesitIII.2.1 Satuan breksi andesit

Satuan breksi andesit pada daerah penelitian terdiri dari

breksi andesit, batupasir tufan dan lava. Satuan ini

menempati 70% dari seluruh total luas daerah penelitian.

Satuan ini mempunyai ketebalan lebih dari 975 m.

Berumur Oligosen Atas sampai Miosen Awal.

Kontak batuan bagian bawah tidak ditemukan, hubungan

vertikal ke atas satuan breksi andesit ditutupi secara

selaras oleh satuan batugamping dan diterobos oleh

satuan intrusi andesit.

Page 15: Presentasi kolokium

III.2.2 Satuan intrusi andesitIII.2.2 Satuan intrusi andesit

Satuan batuan terobosan atau intrusi pada daerah penelitian terdiri dari intrusi andesit. Satuan ini menempati 1% dari seluruh total luas daerah penelitian (pada peta geologi berwarna merah). Satuan ini terdapat di G. Gong. Daerah ini mempunyai ketinggian antara 600-800 m dari permukaan laut dan terletak pada bagian utara daerah penelitian

Penentuan umur satuan ini dilakukan dengan cara membandingkan terhadap satuan batuan secara regional atau menggunakan lembar geologi regional Lembar Tulungagung. Berdasarkan kesebandingan ini didapatkan umur untuk batuan terobosan ini adalah Oligosen atas-Miosen Bawah. Batuan terobosan ini menerobos batuan di atasnya (breksi andesit) yang berumur Oligosen Tengah.

Page 16: Presentasi kolokium

III.2.3 Satuan batugampingIII.2.3 Satuan batugamping Satuan batugamping ini menempati daerah penelitian

28,5% dari total luas daerah penelitian (Lihat pada peta geologi warna biru). Satuan batugamping ini terdapat di daerah Dongko dan Ngerdani.

Hasil analisis paleontologi terhadap contoh satuan batugamping yang dambil di LP 15 dan LP 49, didapatkan fosil dengan kandungan Foraminifera planktonik menunjukkan kisaran umur Miosen Bawah (N6) (Blow,

1969). Hasil analisis Foraminifera benthos pengendapannya

didapatkan kisaran kedalaman 0-30m atau Neritik Tepi. Hubungan stratigrafi antara satuan batugamping dengan satuan breksi andesit yang ada di bawahnya memiliki hubungan selaras

Page 17: Presentasi kolokium

III.2.4. Endapan aluvialIII.2.4. Endapan aluvial

Endapan aluvial merupakan satuan termuda di daerah

penelitian yang tersusun material lepas seperti lempung,

pasir, kerikil, dan kerakal yang telah mengalami proses

transportasi dan merupakan akumulasi endapan hasil erosi

batuan di atasnya. Endapan ini terdapat setempat-

setempat pada daerah penelitian, sebagian ada yang

terpetakan dan ada juga yang tidak terpetakan. Endapan

aluvial ini mempunyai luas penyebaran ± 0.5% dan

mempunyai ketebalan sekitar 1-2 m. Hubungan stratigrafi

dengan satuan batuan yang lain adalah tidak selaras.

Page 18: Presentasi kolokium

BAB IVBAB IVSTRUKTUR GEOLOGISTRUKTUR GEOLOGI

IV.1. Struktur Geologi Regional

Menurut Bemmelen (1949) Pegunungan Selatan Jawa

Timur merupakan sayap Geantiklin Jawa yang miring ke

arah selatan dengan struktur regional berarah barat-timur.

Adanya pengangkatan pada Geantiklin Jawa yang terletak

pada Zona Solo meluncur ke arah utara dan terpisah dengan

Pegunungan Selatan oleh beberapa sesar tangga (step fault)

dan membentuk flexure dengan blok-blok antithetic fault.

Page 19: Presentasi kolokium

IV.2. Struktur Geologi Daerah PenelitianIV.2. Struktur Geologi Daerah Penelitian

Struktur geologi yang terdapat pada daerah penelitian berupa struktur

lipatan yaitu Sinklin Dongko dan antiklin Ngerdani, kekar dan sesar geser

ngajaran.

IV.2.1. Struktur kekar

Kekar adalah rekahan pada batuan yang belum mengalami pergeseran.

Struktur kekar pada daerah penelitian berupa kekar gerus dan kekar tarik

yang umumnya berkembang pada litologi breksi andesit dan lava.

Page 20: Presentasi kolokium

Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan

yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan

pada unsur garis atau bidang di dalam bahan tersebut. Pola lengkung

kedua struktur tersebut diakibatkan oleh gaya kompresi yang bergerak

horisontal-subhorisontal. Untuk jenis lipatan di daerah penelitian,

penulis menggunakan klasifikasi menurut Fluety, (1964, vide Ragan

1973) yang mengklasifikasikan lipatan berdasarkan dip dari sumbu

lipatan dan plunge dari hinge line.

Lipatan di daerah penelitian terdiri dari dua jenis, yaitu Sinklin Dongko

yang berarah timurlaut-baratdaya yang berjenis upright horizontal fold

dan Antiklin Ngerdani yang berarah timurlaut baratdaya, lipatan ini

berjenis Recumbent horizontal fold.

IV.2.2.LipatanIV.2.2.Lipatan

Page 21: Presentasi kolokium

IV.2.3. SesarIV.2.3. Sesar

• Sesar adalah suatu zona rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran (Ragan, 1985). Sesar yang terbentuk pada daerah penelitan berupa sesar geser. Sesar ini memotong satuan batuan breksi yang terdeapat pada bagian selatan daerah penelitian

• Dari hasil analisis didapatkan kedudukan bidang sesar: N 110°E/57°, Net slip: 24°/N114° E, Rake : 28°, 1: 01°/N127°E, 2: 48°/N225°E, 3: 32°E/N47°E. Klasifikaasi sesar ini berdasarkan besarnya rake dan arah pergeseran net slip dan dip bidang sesar: reverse right slip fault (Rickard, 1972 dalam Ragan, 1985).

Page 22: Presentasi kolokium

BAB VBAB VSEJARAH GEOLOGISEJARAH GEOLOGI

Pada permulaan Oligosen Akhir di Pegunungan Selatan mulai terjadi

suatu pergolakan endogen di mana Lempeng Australia menunjam masuk

ke bawah Lempeng Eurasia melalui suatu zona penekukan Benioff,

sebagai kelanjutan tumbukan antar lempeng ini, mengakibatkan

terbentuknya busur magmatis dan menghasilkan urutan batuan yang

umumnya tersusun oleh andesitan, kemudian diterobos oleh batuan

pluton bersusun sedang (intermitten). Sejarah geologi daerah penelitian

berlangsung sejak Kala Oligosen Akhir Pada Oligosen atas berupa

lingkungan laut diendapkan breksi andesit dengan mekanisme

sedimentasi turbidit, yang kemudian diterobos oleh intrusi andesit

Page 23: Presentasi kolokium

Menjelang akhir Miosen Awal, pada laut yang teluknya mendangkal terjadi pembentukan terumbu-terumbu batugamping yang menghasilkan batuan karbonat yang termasuk dalam Formasi Campurdarat. Lingkungan pengendapan dari satuan batugamping ini adalah Neritik Tepi-Neritik Tengah dengan kedalaman 0-100 m, berumur Miosen Bawah (N6).

Pada Miosen Akhir terjadi generasi tektonik pertama membentuk Sesar Ngajaran yang berarah relatif baratdaya-timurlaut serta memotong satuan breksi andesit. Pada Kala Miosen Akhir sampai dengan Pliosen, daerah penelitian termasuk sebagian dari daerah Pegunungan Selatan yang terangkat menjadi daratan. Pengangkatan ini ditandai dengan tidak dijumpainya satuan batuan yang lebih muda lagi di atas satuanbatugamping.

Pada Kala Miosen Atas aktivitas sedimementasi terhenti, hingga kemudian pada Kala Pliosen terendapkan secara tidak selaras endapan aluvial yang hasil endapan hasil erosi dari batuan di atasnya yang masih berlangsung sampai sekarang. Proses berlangsung sekarang adalah proses eksogen berupa proses erosi dan denudasional.

Page 24: Presentasi kolokium

BAB VIBAB VIGEOLOGI LINGKUNGANGEOLOGI LINGKUNGAN

1. Sesumber berupa sumberdaya air dan Bahan Galian

Golongan C (batugamping dan andesit)

2. Bencana yaitu berupa gerakan tanah berjenis nendatan

(slump) runtuhan batuan (Rock fall),runtuhan debris

(debris fall), longsoran batuan (rock slide), longsoran

debris (debris slide), aliran debris (debris flow)

Page 25: Presentasi kolokium

BAB VIIBAB VII ARAHAN PENANGGULANGAN ARAHAN PENANGGULANGAN

GERAKANTANAHGERAKANTANAHVII. 1. Latar Belakang

Gerakantanah (mass movment) adalah perpindahan massa batuan

atau tanah pada daerah tegak, miring atau mendatar dari kedudukan

semula, yang terjadi apabila adanya gangguan kesetimbangan massa

pada saat itu (Purbo Hadiwidjoyo, 1975). Perpindahan ini seringkali

dipermudah dengan adanya aliran air dalam massa tersebut, sehingga

massa batuan atau tanah tersebut dapat bergerak dengan mudah

akibat adanya kandungan air di dalamnya. Terjadinya gerakantanah

antara lain karena berkurangnya kemantapan lereng akibat terjadinya

degradasi tanah atau batuan karena waktu dan usianya.

Page 26: Presentasi kolokium

VII. 2. Dasar TeoriVII. 2. Dasar Teori

Secara umum faktor penyebab terjadinya gerakantanah dapat

dibagi menjadi 2 faktor, yaitu faktor geologi dan faktor non geologi.

Pada ke dua faktor tersebut dapat berupa faktor alami maupun hasil

budidaya manusia yang dapat mempengaruhi kestabilan lereng

sehingga dapat menyebabkan terjadinya gerakantanah. Faktor

geologi meliputi sudut maupun kemiringan lereng, kerapatan sungai

serta jenis litologi. Sedangkan faktor non geologi di antaranya yaitu

tataguna lahan serta curah hujan.

Page 27: Presentasi kolokium

VII. 2.2 Klasifikasi gerakantanahVII. 2.2 Klasifikasi gerakantanah

Flint & Skinnner (1977), mengklasifikasikan gerakantanah menjadi beberapa jenis (Tabel 14), di antaranya adalah:

•Runtuhan batuan (Rock fall)•Runtuhan debris (Debris fall)•Longsoran batuan (Rock slide)•Longsoran debris (Debris slide)•Nendatan (Slump)•Aliran debris (Debris flow) •Aliran lumpur (Mud flow)

Page 28: Presentasi kolokium

VII. 3 Gerakan Tanah Di Daerah VII. 3 Gerakan Tanah Di Daerah PenelitianPenelitian

1. Runtuhan batuan (Rock fall)

2. Runtuhan debris (Debris fall)

3. Longsoran batuan (Rock slide)

4. Longsoran debris (Debris slide)

5. Nendatan (Slump)

6. Aliran debris (Debris flow)

Page 29: Presentasi kolokium

VII. 4 Potensi Gerakan Tanah Di Daerah VII. 4 Potensi Gerakan Tanah Di Daerah

PenelitianPenelitian Dari data yang diperoleh penyusun mengelompokan potensi gerakan

tanah pada daerah penelitian menjadi 3 zona kerentanan gerakantanah,

yaitu:•Zona kerentanan gerakantanah rendah, daerah ini menempati 15%

dari luas daerah penelitian. Litologi daerah ini adalah batugamping. •Zona kerentanan gerakantanah menengah, daerah ini menempati

24% dari luas daerah penelitian. Litologi daerah ini adalah breksi andesit. •Zona kerentanan gerakantanah tinggi, daerah ini menempati 61% dari

luas daerah penelitian. Litologi daerah ini adalah breksi andesit.

Page 30: Presentasi kolokium

VII. 5. Arahan Penanggulangan VII. 5. Arahan Penanggulangan Gerakan Tanah Di Daerah PenelitianGerakan Tanah Di Daerah Penelitian

VII. 5. 1. Mengubah geometri lereng•Pelandaian kemiringan lereng•Pembuatan trap-trap/bangku (benching)

•VII. 5. 2. Perbaikan stabilitas lereng dengan

cara mengontrol drainase dan Rembesan

1. Drainase air permukaan

a. Parit permukaan

b. Pengalihan air permukaan

c. Menutup retakan pada bagian atas lereng

d. Perataan kembali untuk menghilangkan genangan air

e. Perkerasan permukaan lereng

f. Penanaman tumbuh-tumbuhan

Page 31: Presentasi kolokium

VII. 5. 3. Alternatif pengendalian VII. 5. 3. Alternatif pengendalian gerakantanahgerakantanah

•Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada

lereng bagian atas di dekat pemukiman.• Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal

bila membangun permukiman.•Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.•Jangan menebang pohon pada daerah lereng.•Jangan membangun rumah di bawah tebing. •Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yang terjal.

Page 32: Presentasi kolokium

BAB VIIIBAB VIIIKESIMPULANKESIMPULAN

Daerah penelitian secara fisiografi termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan Jawa Timur. Satuan geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi dua satuan geomorfik antara lain: subsatuan geomorfik perbukitan dan lereng terdenudasi lemah (D1), subsatuan geomorfik perbukitan dan lereng terdenudasi kuat (D2) dan subsatuan geomorfik dike (S12). Pola aliran sungai yang berkembang di daerah penelitian adalah pola aliran dendritik. Stadia daerah di daerah penelitian telah memasuki dalam tahapan stadia dewasa.

Stratigrafi daerah penelitian tersusun menjadi beberapa satuan batuan yang berturut-turut dari tua ke muda terdiri dari satuan breksi andesit yang berumur Oligosen Atas-Miosen Bawah, satuan intrusi andesit, satuan batugamping berumur Miosen Bawah yang mempunyai hubungan selaras dengan satuan batuan breksi andesit yang berumur Miosen Bawah-Miosen Tengah dan endapan aluvial yang berumur Pliosen.

Page 33: Presentasi kolokium

Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian berupa lipatan, yaitu Sinklin Kali Gede yang merupakan lipatan jenis upright horizontal fold yang pola tegasan utamanya hampir tenggara-baratlaut, antiklin Ngerdani yang berjenis Recumbent horizontal fold dan Sesar Geser Kali Gede yang berjenis reverse right slip fault. Sejarah geologi daerah penelitian berlangsung sejak Kala Oligosen Atas. Pada Oligosen Atas berupa lingkungan laut diendapkan breksi andesit dengan komposisi fragmen andesit dan diendapkan dengan mekanisme sedimentasi turbidit, yang kemudian secara bersamaan diterobos oleh intrusi andesit (dike). Di atas satuan breksi andesit dan satuan intrusi andesit terdapat batugamping yang hubungannya selaras. .

Sejarah geologi daerah penelitan dimulai pada Kala Oligosen Akhir dimulai dengan diendapkannya satuan breksi andesit. Akibat dari pendangkalan cekungan muka busur maka diendapkan bersamaan satuan Satuan batugamping ini memiliki umur Miosen Bawah. Batugamping ini diendapkan di laut atau dengan kedalaman laut 0-300 m atau Neritik Tepi. Genesa batugamping bisa tersingkap di darat dikarenakan proses tektonik pada Kala Miosen Atas Pada Kala Pliosen-Pleistosen terjadi proses pengangkatan (uplift) yang mengakibatkan terjadinya pensesaran di daerah penelitian. Selanjutnya proses geologi muda saat ini adalah erosi dan denudasi serta pelapukan yang menghasilkan endapan aluvial.

Page 34: Presentasi kolokium

Sesumber geologi berupa air dan bahan galian. Sesumber bahan galian

yang ada di daerah penelitian adalah batugamping dan andesit. Bencana

alam yang ada di daerah penelitian berupa runtuhan batuan (Rock fall),

runtuhan debris (debris fall), longsoran batuan (rock slide), longsoran debris

(debris slide), nendatan (slump), aliran debris (debris flow). Penanggulangan

gerakan tanah di daerah penelitian dapat dilakukan dengan berbagai cara

sesuai dengan jenis dan karakteristik gerakantanah tersebut. Ada beberapa

metode yang dapat diterapkan guna menaggulangi terjadinya gerakantanah

di daerah penelitian, di antaranya yaitu: 1) Mengubah geometri lereng

dengan cara: pelandaian kemiringan lereng dan pembuatan trap-trap/bangku

(benching). 2) Perbaikan stabilitas lereng dengan cara mengontrol drainase

dan rembesan dengan cara: membuat parit permukaan, menutup retakan

pada bagian atas lereng, perataan kembali untuk menghilangkan genangan

air, perkerasan permukaan lereng dan penanaman tumbuh-tumbuhan.

Page 35: Presentasi kolokium

TERIMA KASIHTERIMA KASIH