Presentasi Kelompok (STTNAS)

download Presentasi Kelompok (STTNAS)

of 8

Transcript of Presentasi Kelompok (STTNAS)

  • 7/26/2019 Presentasi Kelompok (STTNAS)

    1/8

  • 7/26/2019 Presentasi Kelompok (STTNAS)

    2/8

    Pasang surut investasi di pertambangan amat ditentukan oleh kemudahan danfasilitas yang diberikan oleh pemerintah. Selain itu,modal asing dalamindustri pertambangan juga bergantung kepada kebijakan peraturan

    pendukungnya. Investor asing tentu tidak mau mempertaruhkan modalnyadengan sia-sia. Pasalnya, investasi di pertambangan membutuhkan modal

    besar, teknologi tinggi, serta risiko yang amat besar.

    Saat ini, industri pertambangan Indonesia sedang suram. Banyak investor asingyang menunda kegiatan operasinya. Bahkan, beberapa di antaranya

    menyatakan mundur dari Indonesia. Mereka merasa beberapa kebijakan disektor pertambangan tumpang tindih dengan kebijakan di sektor lain,

    sehingga tidak menjamin kepastian usaha.

    Salah satu kebijakan yang dianggap kontraproduktif adalah UU ehutanan !o."#"$$$ yang melarang beroperasinya penambangan umum di ka%asan hutan

    lindung. &epotnya, UU ehutanan ini dikeluarkan setelah konsesipenambangan dibagi-bagi. Padahal, banyak perusahaan pertambangan yangterlambat mengetahui karena UU ehutanan tidak disosialisasikan dengan

    baik ke perusahaan pertambangan

  • 7/26/2019 Presentasi Kelompok (STTNAS)

    3/8

    Sebagai bagian dari %ilayah jajahan kolonial, Indonesia mengadopsi Indis'heMijn (et atau yang dikenal sebagai undang-undang tambang dari negeri

    Belanda pada a%al abad ke-)*. Undang-undang ini diterapkan hinggapertengahan "$+*-an dan menjadi a'uan bagi pelaksanaan aktivitas

    pertambangan saat itu.

    %alnya menjadi kebijaksanaan pemerintah Belanda untuk mengusahakansendiri tanbang-tambang besar, seperti timah dan batu bara. !amun, untuk

    beberapa proyek besar, eksplorasi tambang dilakukan oleh pihak s%astaberdasarkan kontrak khusus dari pemerintah. Pada kenyataannya, sampai

    jatuhnya pemerintah india-Belanda pada "$), selain minyak bumi, bahantambang yang digali dari Indonesia yang masuk dalam peringkat dunia

    hanyalah timah. Potensi tambang lainnya tidak sempat tergarap. Merujukpada undang-undang produk olonial belanda, pengelolaan migas di

    Indonesia untuk pertama kali merupakan sistem konsesi. Pada %aktu itu,kontrak pengelolaan migas belum dipisahkan dari pertambangan lainnya.Melalui sistem ini, kontraktor diberi ke%enangan penuh untuk bertindak

    sebagai operator yang bertanggung ja%ab penuh terhadap operasipertambangan, memiliki minyak dan gas bumi, serta sebagian besar assetterkait, termasuk hak atas tanah dipermukaan. Sedangkan, !egara hanya

    mendapatkan sejumlah royalty, sekitar / dari produksi kotor, pajakpenghasilan, pajak tanah, dan bonus.

  • 7/26/2019 Presentasi Kelompok (STTNAS)

    4/8

    Sebagai tindak lanjut dari hasil kajian Panitia Negara Urusan Pertambangan, makasistem konsesi dalam pengusahaan pertambangan tidak lagi digunakan karena

    dinilai memberikan hak yang terlalu luas dan terlalu kuat bagi Pemegang Konsesi,sehingga diganti dengan Kuasa Pertambangan. Maka pengusahaan pertambanganMigas dilakukan oleh Negara dan dilaksanakan hanya oleh Perusahaan 8 Negara.

    Hal ini tertuang didalam UU No. 3 Prp !ahun "#$% tentang Pertambangan sebagaipengganti &'ndis(he Mijn )et* dan UU No. ++ Prp !ahun "#$% tentang

    Pertambangan Minyak dan as -umi. Selanjutnya pengelolaan Migas 'ndonesia

    berada dibaah Kementrian Keuangan dengan keenangan menunjuk kontraktoruntuk melaksanakan pekerjaan yang belum atau tidak dapat dilaksanakan olehperusahaan negara. Konsekuensinya semua pemegang konsesi pertambanganmigas yaitu Shell, Stan/a( dan 0alte1 pada saat itu beralih menjadi Kontraktor

    Perusahaan Negara.

    Kemudian juga terjadi perubahan dalam perusahaan pertambangan negara.

    -erdasarkan UU No. "# Prp. !ahun "#$% tentang Perusahaan Negara dan UU No.++ Prp. !ahun "#$%, N2 Niam kepemilikan Pemerintah dan Shell4 diubahmenjadi P!. P56M'N7 yang kemudian menjadi Perusahaan Negara

    Pertambangan Minyak 'ndonesia P!. P56!9M'N4 berdasarkan PP No. 3 !ahun"#$". Menyusul P!. !MSU di Sumatera Utara juga diubah menjadi P!

    Perusahaan Minyak Nasional P!. P56M'N94, yang kemudian menjadi PN.P56M'N9.

  • 7/26/2019 Presentasi Kelompok (STTNAS)

    5/8

    7asar hukum dari Peraturan Pemerintah Pengganti undang:Undang ini baha bahangalian di seluruh ilayah kedaulatan bangsa dipergunakan untuk sebesar:besarnya

    kemakmuran rakyat baik se(ara gotong royong maupun se(ara perorangan.7isamping itu,bahan:bahan galian mempunyai arti penting sebagai unsur gunapembangunan berbagai bidang (abang industri dan sebagai bahan:bahan yang

    diperlukan.

    P56PU ini dibentuk untuk mengganti 'ndis(he Mijnet karena sudah tidak dapatdijadikan dasar untuk men(apai (ita:(ita bangsa 'ndonesia dan perkembangan

    kepentingan nasional yang se(ara mendalam ditinjau dari sudut politis, ekonomisosial dan strategis. Se(ara garis besar pokok:pokok pikiran dalam P56PU ini

    adalah ;

    Penguasaan bahan:bahan galian yang berada dibaah dan diatas ilayah'ndonesia atau bahan:bahan galian dikuasai oleh negara untuk kepentingan negaradan kemakmuran dan merupakan kekayaan nasional

    Pembagian bahan:bahan galian dalam beberapa golongan yang di dasarkan padapentingnya bahan galian itu yakni golongan strategis dan golongan /ital dangolongan yang tidak termasuk keduanya

    Si

  • 7/26/2019 Presentasi Kelompok (STTNAS)

    6/8

    Pada pertengahan tahun "#$%:an seluruh asetperminyakan dan gas bumi yang sudah terikat

    Kontrak Karya dikuasai oleh Negara yangpengelolaannya dilakukan melalui perusahaannegara yaitu PN.P56!9M'N, PN.P56M'N9,

    dan PN.P56M'9N. Selanjutnya PN.

    P56!9M'N dan PN. P56M'N9 menjadiPN.P56!9M'N9 atas dasar PP No. > !ahun"#$8 yang kemudian berubah menjadi

    P56!9M'N9 berdasarkan Undang:Undang

    Nomor 8 !ahun "#" tentang PerusahaanPertambangan Minyak dan as -umi, sebagaisatu:satunya perusahaan negara pemegang Kuasa

    Pertambangan di 'ndonesia.

  • 7/26/2019 Presentasi Kelompok (STTNAS)

    7/8

    Sejak "#$ hingga sekarang, sudah ada delapan generasi pertambangan. Meskipun

    kebijakan keuangan dan perpajakan berganti:ganti, tidak mempengaruhi ketentuandalam KK yang telah ditandatangani atau disepakati pemerintah. Perubahan inimenghasilkan KK Pertambangan generasi berikutnya yang memuat perpajakan dan

    re=im keuangan yang disesuaikan dengan perkembangan kebijakan baru pemerintah.

    Mulai "#8" hingga "##?, penanaman modal asing PM94 di pertambangan batubara tidakberlaku lagi KK pertambangan, tetapi Kerjasama Pengembangan Pertambangan-atubara KKS -atubara4 yang kemudian berganti menjadi Perjanjian Kerjasama

    Pengusahaan Pertambangan PKP>-4. @ika dalam KK Pertambangan yang menjadiprincipal adalah pemerintah, maka dalam KKS -atubara dan PKP>- yang menjadi

    principaladalah perusahaan tambang batubara negara selaku pemegang KuasaPertambangan. KKS -atubara pun telah diterima dunia pertambangan internasional.

    Pada dekade "##%:an, 'ndonesia pun masuk dalam deretan utama pertambanganinternasional. 'ndonesia ter(atat sebagai produsen timah nomor dua dunia, penghasil

    nikel nomor lima dunia, penghasil emas nomor sembilan dunia. -ahkan, Areeport'ndonesia ter(atat sebagai penghasil tembaga nomor dua terbesar di dunia. Namun,

    sebenarnya belum semua potensi pertambangan 'ndonesia sudah dikelola se(araoptimal. Sebagai (ontoh, Pulau Sulaesi dengan luas "8#.>"$ km> dengan potensi

    mineral yang besar, baru sedikit perusahaan tambang yang beroperasi.

  • 7/26/2019 Presentasi Kelompok (STTNAS)

    8/8

    TERIMA KASIH