Islam Dan Ilmu Pengetahuan

Novrizal NugrohoAgung Eki Pratama

Perkataan ‘ilm dilihat dari sudut kebahasaan bermakna penjelasan. Dipandang dari akar katanya artinya kejelasan. Semua ilmu yang disandarkan pada manusia mengandung arti kejelasan. Menurut alquran ilmu adalah suatu keistimewaan pada manusia yang meyebabkan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain. Berdasarkan keterangan alquran, sejak diciptakan, manusia telah mempunyai potensi berilmu dan mengembangkan ilmunya dengan izin Allah

Ilmu

Maksud dari kedudukan disini adalah tempat akal

dan wahyu dalam sistem agama Islam. Dengan mengetahui kedudukannya kita dapat mengetahui peranannya dalam Islam

Para ahli filsafat dan ahli ilmu kalam mengartikan akal sebagai daya (kekuatan,tenaga) untuk memperoleh pengetahuan, daya yang membuat seseorang dapat membedakan antara dirinya dengan orang lain, daya untuk mengabstrakkan (menjadikan tidak berwujud) benda-benda yang ditangkap oleh pancaindera.

Kedudukan Akal dan wahyu dalam Islam

Kedudukan akal dalam islam adalah sangat penting karena akallah wadah yang menampung akidah, syari’ah, serta akhlak dan menjelaskannya. Kita tidak pernah dapat memahami islam tanpa menggunakan akal. Dan dengan mempergunakan akal secara baik dan benar, sesuai denga petunjuk Allah, manusia akan merasa selalu terikat dan dengan sukarela mengikatkan diri pada Allah. Dengan mempergunakan akalnya manusia dapat berbuat, memahami, dan mewujudkan sesuatu.

Kedudukan Akal dan wahyu dalam Islam

Dari sekian banyak arti, wahyu lebih dikenal dalam arti “apa yang disampaikan Allah kepada para nabi.” Dengan demikian, dalam kata wahyu terkandung arti penyampaian sabda Allah kepda orang pilihan-Nya agar diteruskan ke pada umat manusia untuk dijadikan pegangan hidup. Sabda tuhan itu mengandung ajaran, petunjuk dan pedoman yang diperlukan umat manusia untuk dijadikan pegangan hidup. Sabda tuhan itu mengandung ajaran, petunjuk dan pedoman yang diperlukan umat manusia dalam perjalanan hidupnya baik didunia maupun diakhirat nanti

Kedudukan Akal dan wahyu dalam Islam

Dapat disimpulkan kedudukan akal dan wahyu dalam ajaran Islam. Keduanya, akal dan wahyu, merupakan hal penting dalam agam islam. Dalam sistem ajaran agama islam, wahyulah yang pertama dan utama,sedang akal adalah yang kedua. Wahyulah yang memberi tuntunan, arah, dan bimbingan pada akal manusia. Oleh karena itu pula, akal manusia harus dimanfaatkan dan dikembangkan secara baik dan benar untuk memahami wahyu dan berjalan sepanjang garis-garis yang telah ditetapkan Allah dalam wahyu-Nya itu.

Kedudukan Akal dan wahyu dalam Islam

Akal menghasilkan ilmu dan ilmu berkembang dalam masa keemasan sejarah islam. Supaya dapat dipelajari dengan baik dan benar, ilmu perlu diklasifikasikan (digolong-golongkan). Klasifikasi ilu merupakan salah satu kunci untuk memahami tradisi intelektual islam.

Klasifikasi ilmu yang berpengaruh:1. Al-Farabi (258/870-339/950)2. Al-Gazali (450/1058-505/1111)3. Qutubuddin al-Syirazi (634/1256-710/1311)

Klasifikasi yang mereka buat akan dibahas dengan pertimbangan bahwa, 1. Karena mereka adalah pendiri atau wakil terkemuka alian

intelektual (cendekiawan) utama dalam islam, 2. Karena mereka masing-masing tumbuh dan berkembang dalam

periode-periode penting sejarah islam

Klasifikasi dan karakteristik ilmu dalam islam

Al-Farabi (258/870-339/950)Menurut al-Farabi, klasifikasi dan perincian ilmu adalah sebagai berikut:

Ilmu bahasa (ilmu Al-lisan), dibagi menjadi tujuh bagian Logika (ilm al-mantiq), yang dibagi mejadi delapan bagian Ilmu-ilmu matematis atau propaedetik (ulum al-ta’alim) yang terdiri dari tiga bagian Geometri (ilm al-handasah),yang terdiri dari dua bagian Optika (ilm al-manazhir), yang terdiri dari dua bagian studi Ilmu perbintangan (ilm al-nujum) yang memiliki satu sub bab: Astronomi (ilm al-nujum al-ta’limi), yang terdiri dari tiga bagian Musik (ilm al-musiqa), yang terdiri dari dua bagian Ilmu tentang berat (ilm al-atsqal) Teknik atau ilmu tentang perbuatan alat (ilm al-hiyal) yang dibagi menjadi empat

bagian Fisika atau ilmu kealaman (al-ilm al-thabi’i), ini dibagi menjadi delapan bagian utama Metafisika (al-ilm al-ilahi) yang terdiri dari tiga bagian Ilmu politik (al-ilm al-madani), Yurisprudensi (ilm al-fiqh) dan Teologi Dialektis (ilm al-

kalam) yang masing-masing terdiri dari dua bagian

Klasifikasi Ilmu

Karakteristik klasifikasi ilmu al-farabi itu adalah:1. Dimaksudkan sebagai petunjuk umum ke arah berbagai

ilmu , sehingga para pengkaji dapat memilih subyek-subyek yang benar-benar membawa manfaat bagi dirinya2. Klasifikasi tersebut memungkinkan seseorang belajar tentang Hierarki (urutan tingkatan) ilmu.3. Berbagai bagian dan sub bagiannya memberikan sarana

yang bermanfaat dalam menentukan sejauh mana spesialisasi dapat ditentukan secara benar4. Klasifikasi itu menginformasikan kepada para pengkaji tentang apa yang seharusnya dipelajari sebelum seseorang dapat mengklaim(menuntut pengakuan) diri ahli dalam suatu ilmu tertentu.

Klasifikasi Ilmu

Al-Gazali (450/1058-505/1111)

Al-Gazali menyebut empat klasifikasi ilmu:1. Ilmu teoritis dan praktis2. Ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang dicapai3. Ilmu-ilmu keagamaan dn ilmu-ilmu intelektual4. Ilmu fardu ‘ain(kewajiban setiap orang) dan ilmu fardu kifayah (kewajiban masyarakat)

Klasifikasi Ilmu

Qutubuddin al-Syirazi (634/1256-710/1311)

Qutubuddin al-Syirazi menyajikan klasifikasi ilmu sebagai berikut:

Ilmu-ilmu filosofis (kefilsafatan)• Ilmu Teoretis• Ilmu Praktis

Ilmu-ilmu nonfilosofis• Ilmu-ilmu religius

o Ilmu naqli (keagamaan) & Ilmu intelektual (aqli atau akal)o klasifikasi ilmu tentang pokok-pokok (ushul) dan ilmu-

ilmu tentang cabang-cabang (furu’)• Ilmu-ilmu non religius

Klasifikasi Ilmu

Seperti yang telah dibahas diatas istilah fardu ‘ain merujuk pada kewajiban agama yang mengikat setiap muslim dan muslimah. Ilmu fardu ‘ain adalah ilmu yang wajib dituntut, dicari dan diamalkan oleh setiap pemeluk agam islam. Istilah fardu kifayah merujuk pada hal-hal yang merupakan perintah ilahi yang mengikat komunitas muslim dan muslimat sebagai satu kesatuan, tidak mengikat setiap anggota komunitas.Kalau klasifikasi Gazali tersebut dihubungkan dengan ilmu, maka menuntut ilmu merupakan kewajiban manusia, laki-laki dan perempuan, tua dan muda, orang dewasa dan anak-anak menurut cara-cara yang sesui keadaan, bakat dan kemampuan. Bahwa menuntut atau mencari ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah (tanpa membedakan jenis kelamin) dasarnya terdapat baik dalam alquran maupun dalam hadis

Kewajiban Menuntut Ilmu

Karena pentingnya ilmu, alquran menyebutkan perbedaan yang jelas antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Menurut alquran hanya orang yang berakal (yang berilmu) yang dapat menerima pelajaran. Dan hanya orang-orang yang berilmu yang takut kepada Allah bersama dengan para malaikat. Hanya orang-orang yang berilmu yang mampu memahami hakikat sesuatu yang disampaikan Allah melalui perumpamaan-perumpamaan. Menurut sunnah Nabi Muhammad , manusia, dalam hubungannya dengan ilmu dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu 1.orang yang berilmu (‘alim), 2.pencari ilmu (muta’alim), 3.orang awam. Para ilmuwan (‘alim, ‘ulama) menurut sunnah rasulullah, adalah pewaris para nabi. Tinta mereka lebih mulia dari darah orang yang mati syahid. Tuhan akan memudahkan jalan ke surga bagi orang-orang yang berilmu.

Kewajiban Menuntut Ilmu

Kata Nabi Muhammad saw. Diwajibkan setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan, mulai dari kelahiran sampai kematian untuk mencari ilmu. Ilmu wajib dituntut, dicari oleh setiap orang, selama hayat dikandung badan dimana pun ilmu itu berada. “Carilah Ilmu” kata Rasulullah “ karena ilmu memberikan kepada yang memiliki pengetahuan unuk membedakan apa yang terlarang dan apa yang tidak, menerangi jalan ke surga, kawan di waktu sepi, dan teman apabila kita kehilangan sahabat. Ilmu memimpin kita kepada kebahagiaan, menghibur kita dalam duka, perhiasan dalam pergaulan, perisai terhadap musuh.”

Kewajiban Menuntut Ilmu

Ilmu pengetahuan telah membuat taraf hidup manusia menjadi lebih baik. Selain itu, bagi kita umat Islam, ilmu pengetahuan dapat mempertebal kadar keimanan kita. Dengannya kita menyadari betapa Allah terus menerus melimpahkan rahmat-Nya yang tak terhingga bagi kita.Dengan mengembangkan pengetahuan ilmiah secara seimbang dan tepat akan menjadikan kita sebagai seorang muslim yang progresif yang selalu menatap kemajuan positif dalam kehidupannya, namun dalam waktu yang sama memegang teguh prinsip dan dapat mempertanggung jawabkan setiap hasilnya. Kita sangat perlu berkontribusi demi kemajuan ilmu pengetahuan namun dengan diiringi ajaran-ajaran dan prinsip agama.

Makna Ilmu Pengetahuan Dalam Kehidupan Beragama

Dua hal di bawah ini perlu kita pertimbangkan bersama:

1. Pengembangan Ilmu PengetahuanMemiliki Tujuan Akhir Yang Penting – YaituMengangkat Kualitas Hidup ManusiaBerdasarkan Nilai-Nilai Ajaran Islam

2. Ilmu Pengetahuan Ditujukan untukKontribusi Kebaikan Kemanusiaan Universal

Makna Ilmu Pengetahuan Dalam Kehidupan Beragama