Preeklamsia Print
-
Upload
yanuar-saputra -
Category
Documents
-
view
23 -
download
3
description
Transcript of Preeklamsia Print
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala,
karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah SISTEM
REPRODUKSI yang berjudul “ASKEP PRE EKLAMSIA “
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa (i) dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Pontianak, 25 Maret 2015
Kelompok IV
DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………………………………………….2
Daftar isi…………………………………………………………………………...3
1
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………...
A. Latar belakang masalah………………………………………………..4
B. Tujuan penulisan………………………………………………………4
C. Rumusan masalah.……………………………………………………..5
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….
A. Definisi………………………………………………………………...6
B. Etiologi………………………………………………………………...7
C. Patofisiologi…………………………………………………………...8
D. Manifestasi Klinis……………………………………………………12
E. komplikasi……………………………………………………………12
F. pencegahan…………………………………………………………...13
G. Asuhan keperawatan…………………………………………………18
BAB III PENUTUP………………………………………………………………..
A. Kesimpulan…………………………………………………………..22
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
2
Pre eklamsia dan eklamsia merupakan penyakit dalam proses persalinan
yang kejadiannya senantiasa tinggi. Tingginya angka kejadian pre eklamsia
merupakan faktor utama penyebab timbulnya eklamsia yang dapat mengancam
hidup ibu bersalin. Tingginya angka kematian bulin sebagai akibat perkembangan
dari pre eklamsia yang tidak terkontrol memeberikan kontribusi yang sangat besar
terhadap tingginya angka kematian. Dari kasus persalinan yang di rawat di rumah
sakit 3-5% merupakan kasus pre eklamsia atau eklamsia (Manuaba, 1998). Dari
kasus tersebut 6% terjadi pada semua persalinan,12% terjadi pada primi gravida.
Masih tingginya angka kejadian ini dapat di jadikan sebagai gambaran umum
tingkat kesehatan ibu bersalin dan tingkat kesehatan masyarakat secara umum.
Dengan besarnya pengaruh pre eklamsia terhadap tingginya kematian bulin,maka
sudah selayaknya di lakukan upaya untuk mencegah dan menangani kasus pre
eklamsia. Perawatan pada bulin dengan pre eklamsia merupakan salah satu usaha
nyata yang dapat di lakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi-komplikasi
sebagai akibat lanjut dari pre eklamsia tersebut.
1.2 Tujuan Penulisan
A. Tujuan umum
Untuk dapat menegetahui serta dapat memahami mengenai
permasalahan dalam penyakit pre eklamsia dalam kehamilan serta upaya
penanggulannya
B. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengertian dari pre eklamsia
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari pre eklamsia
3. Untuk mengetahui etiologi dari pre eklamsia
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari pre eklamsia
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari pre eklamsia
6. Untuk mengetahui komplikasi dari pre eklamsia
7. Untuk mengetahui cara pencegahan dari pre eklamsia
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari pre eklamsia
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari pre eklamsia
3
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pre eklamsia ?
2. Apa saja klasifikasi dari pre eklamsia ?
3. Apa saja etiologi dari pre eklamsia ?
4. Bagaimana patofisiologi dari pre eklamsia ?
5. Bagaimana manifestasi klinik dari pre eklamsia ?
6. Apa komplikasi dari pre eklamsia ?
7. Bagaimana cara pencegahan dari pre eklamsia ?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis dari pre eklamsia ?
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari pre eklamsia ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan dari pre eklamsia ?
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.1 Definisi
Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi di sertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalianan. Eklamsia adalah pre eklamsia yang di sertai kejang dan atau koma
yang timbul akibat kelainan neurologi.
Pre eklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil,bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi,edema dan proteinuria tetapi
tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya,sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28
minggu atau lebih. Pre eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda
hipertensi,edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Pre eklamsia berat adalah
suatu komplikasi kehamilan yang di tandai dengan timbulnya hipertensi 160/110
mmHg atau lebih di sertai proteinuria dan atau di sertai edema pada kehamilan 20
minggu atau lebih.
Jadi menurut kelompok kami pre eklamsia adalah timbulnya
hipertensi,edema proteinuria yang timbul pada kehamilan 20 minggu. Dimana pre
eklamsia dapat menimbulkan eklamsia.
2.2 Klasifikasi
Pre eklamsia di bagi dalam 2 golongan ringan dan berat (Sarwono Prawirohardjo,
2010)
1) Pre eklamsia ringan :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi
berbaring terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih,atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-
kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1
jam,sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum, kaki, jari tangan,dam muka,atau kenikan berat 1 kg
atau lebih per minggu
c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter.kwantitatif 1+ atau 2+
pada urin kateter atau midstream.
5
2) Pre eklamsia berat :
a. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih,atau tekanan diastolik 110
mmHg atau lebih.
b. Proteinuria 5 kg atau lebih dalam 24 jam,atau 3 atau 4+ pada
pemeriksaan kualitatif.
c. Oliguria,air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam.
d. Keluhan serebral,gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrium.
e. Edema paru dan sianosis.
2.2 Etilogi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum di ketahui dengan pasti. Banyak
teori-teori di kemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya.
Oleh karena itu di sebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban
yang memuaskan. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab
pre eklamsia,yaitu:
a) Bertambahnya frekuensi pada primigravida,kehamilan ganda, hidramnion,
dan mola hidatidosa.
b) Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.
c) Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
d) Timbulnya hipertensi,edema,proteinuria,kejang dan koma.
Tetapi terdapat suatu kelainan yang menyertai penyakit ini,yaitu:
a) Spasmus asteriola
b) Retensi Na dan air
c) Koagulasi intravaskuler
Walaupun vaso spasme mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit
ini,akan tetapi vaso spasme ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai
eklamsia.
Teori yang dewasa ini banyak di kemukakan sebagai sebab pre eklamsia
ialah iskemia plasenta. Akan tetapi,dengan teori ini tidak dapat di terangkan
semua hal yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya dengan satu
6
faktor,melainkan banyak faktor yang menyebabkan pre eklamsia dan eklamsia. Di
antara faktor-faktor yang di temukan sering kali sukar di temukan mana yang
sebab mana yang akibat.
Faktor predisposisi:
a) Mola hidatidosa
b) Diabetes melitus
c) Kehamilan ganda
d) Hidropfetalis
e) Obesitas
f) Umur yang lebih dari 35 tahun
2.3 Patofisiologi
Pada pre eklamsia terjadi spasme pembuluh darah di sertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal di temukan spasme hebat arteriola glomerulus.
Pada beberapa kasus,lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
di lalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme,maka tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi
tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat di cukupi. Sedangkan kenaikan
berat badan dan edema yang di sebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan
dalam ruangan interstitial belum di ketahui sebabnya,mungkin karena retensi air
dan garam. Proteinuria dapat di sebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus.
Pada pre eklamsia yang berat dan eklamsia dapat terjadi perburukan patologis
pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan di akibatkan oleh vasospasme
dan iskemia.
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon
terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan) yang
dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan
perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang di tandai dengan sakit
kepala dan defisit syaraf liakl dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomerulus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis
hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati.
Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskuler,
7
meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.
Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trombositopeni.
Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat
bahkan kematian janin dalam rahim.
1. Perubahan dalam organ
a. Perubahan kardiovaskuler
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada pre
eklamsia dan eklamsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan
dengan peningkatan afterload jantung akibat hipertensi,preload jantung yang
secara nyata di pengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia
kehamilan atau yang secara iatrogenik di tingkatkan oleh larutan
onkonik/kristaloid intravena,dan aktifasi endotel di sertai ekstravasasi ke dalam
ekstravaskuler terutama paru.
b. Metabolisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai pre eklamsia dan eklamsia tidak di
ketahui penyebabnya. Jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada
penderita pre eklamsia dan eklamsia dari pada wanita hamil biasa atau penderita
dengan hipertensi kronik. Penderita pre eklamsia tidak dapat mengeluarkan
dengan sempurna air dan garam yang di berikan. Hal ini menyebabkan oleh
filtrasi glomerulus menurun,sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak
berubah. Elektrolit,kristaloid,dan protein tidak menunjukkan perubahan yang
nyata pada pre eklamsia. Konsentrasi kalium,natrium,dan klorida dalam serum
biasanya dalam batas normal.
c. Mata
Dapat di jumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu
dapat terjadi ablasio retina yang di sebabkan oleh edema intraokuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain
yang menunjukkan pada pre eklamsia berat yang mengarah pada eklamsia adalah
adanya skotoma,diplopia dan ambliopia. Hal ini di sebabkan oleh adanya
8
perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di
dalam retina.
d. Otak
pada penyakit yang belum berlanjut hanya di temukan edema dan anemia pada
korteks serebri,pada keadaan yang berlanjut dapat di temukan perdarahan.
e. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada
plasenta,sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan
oksigen terjadi gawat janin. Pada pre eklamsia dan eklamsia sering terjadi
peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan,sehingga terjadi
partus prematur.
f. Paru paru
Kematian ibu pada pre eklamsia dan eklamsia biasanya di sebabkan oleh
edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi
pnemonia atau abses paru.
2.4 Pathway
9
( Sumber : Rohan H.H Siyoto,Sandu.Buku Ajar Kesehatan Reproduksi, 2013)
2.5 Manifestasi Klinik
10
Diagnosis pre eklamsia di tegakkan berdasarkan adanya dari tiga gejala,yaitu :
Edema
Hipertensi
Proteinuria
Berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa
kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan,pembengkakan kaki,jari
tangan dan muka. Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat
> 30 mmHg atau tekanan diastolik > 15 mmHg di ukur setelah pasien beristirahat
selama 30 menit. Tekanan diastolik pada trimester kedua yang lebih dari 85
mmHg patut di curigai sebagai bakat pre eklamsia. Proteinuria bila terdapat
protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif
menunjukkan + 1 atau 2,atau kadar protein > 1 g/l dalam urin yang di keluarkan
dengan kateter atau urin porsi tengah,di ambil minimal 2 kali dengan jarak waktu
6 jam.
Di sebut pre eklamsia berat bila di temukan gejala:
a. tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik >110 mmHg.
b. proteinuria + > 5g/24 jam atau > 3 pada tes celup
c. oliguria (<400 ml dalam 24 jam)
d. sakit kepala hebat di daerah frontal
e. gangguan penglihatan,diplopia
f. nyeri epigastrium dan ikleus
g. trombositopenia
h. pertumbuhan janin terhambat
i. mual muntahj. penurunan visus
2.6 Komplikasi
Tergantung pada derajat pre eklamsia yang di alami. Namun yang
termasuk komplikasi antara lain :
1. Stroke
2. Eklamsia
3. Solusio plasenta
4. Pendarahan subkapsula hepar
5. Kelainan pembekuan darah (DIC)
11
6. Sindrom HELPP (Hemolisis,Elevated,Liver,Enzymes,dan Low Platet
Count)
7. Gagal jantung hingga syok dan kematian
8. Hipoxia janin
9. Asfiksia neonatorum
10. Prematur
11. Gagal ginjal
12. Kebutaan
13. Kejang
14. Hipertensi permanen
15. Distress fetal
16. Infark plasenta
17. Abruptio plasenta
18. Kematian janin dalam uterus
19. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
2.7 Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-
tanda dini pre eklamsia,dan dalam hal itu harus di lakukan penanganan
semestinya. Kita perlu lebih waspada akan timbulnya pre eklamsia dengan adanya
faktor-faktor predisposisi seperti yang telah di uraikan di atas. Walaupun
timbulnya pre eklamsia tidak dapat di cegah sepenuhnya,namun frekuensinya
dapat di kurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan palaksanaan
pengawasannya yang baik pada wanita hamil. Penerangan tentang manfaat
istirahat dan diet berguna dalam pemcegahan,istirahat tidak selalu berarti
berbaring di tempat tidur,namun pekerjaan sehari hari perlu di kurangi,dan di
anjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah
lemak,karbohidrat,garan dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu
di anjurkan. Mengenal secara dini pre eklamsia dan segera merawat penderita
tanpa memberikan diuretika dan obat antihipertensif, memang merupakan
kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik.
12
2.7 Penatalaksanaan Medis
Di tinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre
eklamsia berat selama perawatan maka perawatan di bagi menjadi:
A. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera di akhiri atau di terminasi di tambah
pengobatan medisinal.
a) Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita di
lakukan pemeriksaan fetal assesment (NST dan USG). Indikasi:
a. Ibu
1. Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
2. Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklamsia,kegagalan
terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi
kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan
medisinal,ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan)
b. Janin
1. Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG)
2. Adanya tanda IUGR (janin terhambat)
c. Laboratorium
1. Adanya “HELLP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi
hepar,trombositopenia)
b) Perawatan mediastinal
Pengobatan mediastinal pasien pre eklamsia berat adalah :
a. Segera masuk rumah sakit
b. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu di periksa setiap 30
menit,refleks patella setiap jam
c. Infus dextrose 5% dimana tiap 1 liter di selingi dengan infus RL (60-125
cc/jam) 500 cc
d. Diet cukup protein,rendah karbohidrat,lemak dan garam
e. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4).
1. Dosis awal sekktar 4 gr MgSO4) IV (20% dalam 20 cc) selama 1
gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5
menit). Di ikuti segera 4 gram di pantat kiri dan 4 gr di pantat kanan
13
(40% dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk
mengurangi nyeri dapat di berikan xylocain 2% yang tidak
mengandung adrenalin pada suntikan IM.
2. Dosis ulang: di berikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis
awal lalu dosis ulang di berikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana
pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
3. Syarat-syarat pemberian MgSO4
1. Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gr
(10% dalam 10 cc) di berikan IV dalam 3 menit.
2. Refleks patella positif kuat.
3. Frekuensi pernapasan lebih 16x/menit.
4. Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5
cc/KgBB/jam)
4. MgSO4 di hentikan bila :
a) Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot,refleks
fisiologis menurun,fungsi jantung terganggu,depresi
SSP,kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian
karena kelumpuhan otot pernapasan karena ada serum 10 U
magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks
fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15
mEq/liter dapat terjadi kelumpuhan otot pernapasan dan >15
mEq/liter terjadi kematian jantung.
b) Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4 :
1. Hentikan pemberian MgSO4
2. Berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10% dalam 10 cc)
secara IV dalam waktu 3 menit
3. Berikan oksigen
4. Lakukan pernapasan buatan
c) MgSO4 di hentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan
sudah terjadi perbaikan (normotensi)
14
d) Diurerikum tidak di berikan kecuali bila ada tanda-tanda edema
paru,payah jantung kongestif atau edema anasarka. Di berikan
furosemid injeksi 40 mg IM.
e) Anti hipertensi di berikan bila:
1. desakan darah sistolik > 180 mmHg,diastolik > 110 mmHg
atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah
tekanan diastolik <105 mmHg (bukan < 90 mmHg) karena
akan menurunkan perfusi plasenta.
2. dosis anthipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada
umumnya.
3. bila di perlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat di
berikan obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan
kontinyu),catapres injeksi. Dosis yang dapat di pakai 5 ampul
dalam 500 cc cairan infus atau press di sesuaikan dengan
tekanan darah.
4. bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat di berikan
tablet antihipertensi secara sublingual di ulang selang 1
jam,maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian
sublingual maka obat yang sama mulai di berikan secara oral
(Syakib Bakri,1997)
B. perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap di pertahankan di tambah
pengobatan medisinal.
C. Indikasi: bila kehamilan paterm kurang 37 minggu tanpa di sertai tanda-
tanda inpending eklamsia dengan keadaan janin baik.
D. Pengobatan medisinal: sama dengan perawatan medisinal pada
pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak di berikan IV,cukup
intramuskular saja dimana gram pada pantat kiri dan 4 garam pada pantat
kanan.
E. Pengobatan obstetri:
a. selama perawatan konservatif: observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya disini tidak di lakukan terminasi
15
b. MgSO4 di hentikan bila ibu sudah mempunyai tanda- tanda pre
eklamsia ringat,selambat-lambatnya dalam 24 jam
c. bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka di anggap pengobatan
medisinal gagal dan harus di terminasi
d. bila sebelum 24 jam hendak di lakukan tindakan maka di beri dulu
MgSO4 20% 2 gr IV
F. Penderita eklamsia di pulangkan bila:
a. Penderita kembali ke gejala-gejala atau tanda-tanda pre eklamsia
ringan dan telah di rawat selama 3 hari
b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklamsia ringan:
penderita dapat di pulangkan dan di rawat sebagai pre eklamsia
ringan (di perkirakan lama perawatan 1-2 minggu)
2.8 Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium:
1. pemeriksaan spesimen urine mid-stream untuk menyingkirkan
kemungkinan infeksi urin.
2. pemeriksaan darah lengkap,khususnya untuk mengetahui kadar
ureum darah (untuk menilai kerusakan pada ginjal), hematokrit
meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%), trombosit menurun (nilai
rujukan 150-450 ribu/mm3), dan kadar hemoglobin (terjadi
penurunan,nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr%)
3. Pemeriksaan fungsi hati
a. Bilirubin meningkat (normal: < 1 mg/dl)
b. LDH (Laktat Dehidrogenase) meningkat
c. Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul
d. Serum Glutamat Pirufat Transaminase (SGPT) meningkat
(normal: 15-45 u/ml)
e. Serum Glutamat Oxaloacetic Transaminase (SGOT)
meningkat (normal: <31 u/l)
f. Total protein serum menurun (normal: 6,7-8,7 g/dl)
4. Tes kimia darah. Asam urat meningkat (normal: 2,4-2,7 mg/dl)
16
5. Pemeriksaan retina,untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh
darah retina
6. Pemeriksaan kadar human laktogen plasenta (HPL) dan esteriol di
dalam plasma serta urin untuk menilai faal unit fetoplasenta
B. Radiologi :
1. elektrokardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran
ventrikel dan kerdiomegali
2. kardiotografi. Di ketahui denyut jantung janin lemah
3. ultrasonografi. Di temukan retardasi pertumbuhan janin intra
uterus. Pernafasan intrauterus lambat,aktivitas janin lambat,dan
volume cairan ketuban sedikit
2.9 Asuhan Keperawatan Pada Preeklamsia
A. Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan preeklampsia adalah :
1. Data subyektif :
a. Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun
atau > 35 tahun
b. Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi,
edema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan
kabur
c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia,
vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
d. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan preeklampsia atau
eklampsia sebelumnya
e. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan
pokok maupun selingan
f. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat
menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril
untuk menghadapi resikonya
17
2. Data Obyektif :
a. Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
b. Palpasi : untuk mengetahui Tinggi Fundus Uteri (TFU), letak
janin, lokasi edema
c. Auskultasi : mendengarkan Denyut Jantung Janin (DJJ) untuk
mengetahui adanya fetal distress
d. Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat
pemberian Safe Motherhood (SM) ( jika refleks + )
e. Pemeriksaan penunjang :
a) Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur,
diukur 2 kali dengan interval 6 jam
b) Laboratorium : proteinuria dengan kateter atau midstream
( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2
pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, berat
jenisss urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric
acid biasanya > 7 mg/100 ml
c) Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
d) Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya
kelainan pada otak
e) USG ; untuk mengetahui keadaan janin
f) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
B. Diagnosa yang di tegakkan pre eklamsia adalah :
1. Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang
berlebihan,edema,hipertensi,dan timbulnya proteinuria
2. Gejala subyektif : sakit kepala di daerah frontal,nyeri
epigastrium,gangguan visus,penglihatan kabur,diplopia,mual dan
muntah
3. Gangguan serebral lainnya : refleks meningkat dan tidak tenang
3.0 Intervensi
a. Catat tingkat kesadaran pasien
Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah
otak
18
b. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam,
penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria)
Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada
otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
c. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
Rasional : Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang
d. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
Rasional : Ambang nyeri setiap orang berbeda,dengan demikian akan
dapat menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien
terhadap nyerinya
e. Jelaskan penyebab nyerinya
Rasional : Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa
kooperatif
f. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
Rasional : Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02
pada jaringan terpenuhi
g. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
Rasional: untuk mengalihkan perhatian pasien
3.1 Implementasi
Setelah rencana keperawatan ditetapkan maka langkah selanjutnya
diterapkan dalam bentuk tindakan nyata.Implementasi merupakan pelaksanaan
perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien.hal-hal yang harus diperhatikan
ketika melakukan implementasi adalah intervensi yang dilakukan sesuai dengan
rencana setelah dilakukan validasi., penguasaan keterampilan interpersonal,
19
intelektual dan teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien
pada waktu dan situasi yang tepat. Keamanan fisik dan psikologis harus
dilindungi dan didokumentasikan dalam dokumentasi keperawatan berupa
pencatatan dan pelaporan
20
BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Pre eklamsia dan eklamsia merupakan penyakit dalam proses persalinan
yang kejadiannya senantiasa tinggi. Tingginya angka kejadian pre eklamsia
merupakan faktor utama penyebab timbulnya eklamsia yang dapat mengancam
hidup ibu bersalin
Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan
dengan tanda dan gejala yang berurutan yaitu pertumbuhan berat badan yang
berlebihan, di ikuti edema, hipertensi dan akhirnya proteinuria
Jadi menurut kelompok kami pre eklamsia adalah timbulnya
hipertensi,edema proteinuria yang timbul pada kehamilan 20 minggu. Dimana pre
eklamsia dapat menimbulkan eklamsia.
Sedangkan eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil dalam
persalinan/nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma.
Sebelumnya wanita tadi menunjukan gejala-gejala pre eklamsia (kejang-kejang
timbul bukan akibat kelainan neurologik). Tindakan yang mungkin dilakukan
adalah menyelamatkan ibu dan bayinya. biasanya bayi yang lahir dengan kasus ini
akan lahir dengan berat badan rendah/kurang gizi.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-
tanda dini pre eklamsia. Perlu diwaspadai pada wanita hamil dengan adanya
faktor-faktor predisposisi
3.3 Saran
Dengan besarnya pengaruh pre eklamsia terhadap tingginya tingkat
kematian bulin, maka sudah selayaknya dilakukan upaya untuk mencegah dan
menangani kasus –kasus pre eklamsia. Perawatan pada bulin dengan pre eklamsia
merupakan salah satu usaha nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah
timbulnya komplikasi-komplikasi sebagai akibat lanjut dari pre eklamsia tersebut.
21
Pengawasan dan perawatan yang intensif sangat penting bagi penanganan
penderita pre eklamsia dan eklamsia sehingga ia harus dirawat di rumah sakit
22
DAFTAR PUSTAKA
Rohan H.H Siyoto, Sandu.2013.Buku ajar kesehatan reproduksi.
Yogyakarta:Nuha Medika
Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu kebidanan Sarwono prawirohardjo edisi
keempat. Jakarta. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
23