Pre-analitik Forensik

download Pre-analitik Forensik

of 46

Transcript of Pre-analitik Forensik

CAIRAN SEREBROSPINALProsedur Pungsi Lumbal (Spinal Tap)1. Pasien diposisikan berbaring menyamping dengan kepala fleksi ke arah dada dan kedua lutut ditarik (namun tidak menekan) ke arah perut agar punggung dalam keadaan teregang. Posisi ini membantu perluasan ruang di antara vertebra lumbal bawah sehingga jarum spinal lebih mudah dimasukkan di antara prosesus spina. Pasien juga dapat dalam posisi duduk dengan kepala fleksi ke arah dada. Bantu pasien agar tidak tegang dan bernafas dengan lambat dan dalam dengan mulut terbuka.

2. Tentukan titik penusukan, biasanya di antara L4 dan L5 atau lebih rendah. Di ruang antara L5-S1 dapat ditemukan sebuah bangunan tulang kecil yang dikenal sebagai kesenangan dokter bedah (surgeons delight). Bangunan ini dapat membantu penentuan lokasi penusukan. Bersihkan area tersebut secara menyeluruh dengan larutan antiseptik, dan area di sekitarnya ditutup dengan doek tanpa menutupi bangunan tulang yang penting tersebut. (Gb 1).

Gb 1. Teknik Penusukan Spinal. Pasien berbaring miring dengan lutut ditekuk dan punggung direntangkan untuk memisahkan vertebra lumbal. Raba area antara vertebrae lumbal L4 dan L5 dengan sarung tangan steril. Jarum spinal diarahkan ke antara prosesus spinosus, ditusukkan melalui ligamen infraspinosus dalam saluran spinal.

3. Suntikkan anestesi lokal perlahan ke lapisan dermis di sekitar area yang akan ditusuk.

4. Tusukkan jarum spinal dengan stilet ke garis tengah antara spina di ruang antar lumbal dan perlahan-lahan teruskan penusukan hingga jarum memasuki ruang subaraknoid. Pasien mungkin merasa masuknya jarum ke ruang subaraknoid ini seperti sebuah robekan saat jarum melewati duramater. Bila hal ini terjadi, pasien dapat meluruskan kakinya secara perlahan untuk mengembalikan tekanan abdomen.5. Keluarkan stilet dengan jarum tetap di ruang subaraknoid, dan tempelkan manometer tekanan ke jarum untuk mengetahui tekanan pembukaan cairan serebrospinal.KEWASPADAAN PROSEDURAL :

(a) Bila tekanan pembukaan > 200 mmH2O pada pasien dalam keadaan tidak tegang, pengambilan cairan serebrospinal tidak boleh melebihi 2 mL.

(b) Bila tekanan awal normal, dapat dilakukan tes Queckenstedt. (Tes ini tidak dilakukan bila dicurigai adanya tumor sistem saraf pusat.) Dalam tes ini, dilakukan penekanan pada kedua vena jugularis untuk pembendungan sementara sehingga terjadi peningkatan tekanan cairan serebrospinal secara mendadak. Dalam keadaan normal, tekanan akan segera kembali normal setelah pembendungan vena dihentikan. Hambatan cairan spinal total atau sebagian dapat dilihat bila tekanan lumbal tidak naik saat kedua vena jugularis ditekan atau bila dibutuhkan waktu > 20 detik untuk tekanan kembali ke normal setelah bendungan dihentikan.6. Ambil spesimen cairan serebrospinal hingga 20 mL. Pengambilan dilakukan sebanyak 4x dan masing-masing terdiri dari 2-3 mL, kemudian masukkan ke dalam tabung steril yang berbeda, dan diberi label sesuai urutan pengambilan. Tabung 1 digunakan untuk pemeriksaan kimia dan serologi; tabung 2 untuk pemeriksaan mikrobiologi; tabung 3 untuk hitung sel darah; tabung 4 untuk pemeriksaan khusus seperti antigen kriptokokus, tes sifilis (Veneral Disease Research Laboratory [VDRL]), elektroforesis protein, dan pemeriksaan imunologi lainnya. Sebelum jarum dicabut, perlu dibaca kembali tekanannya. Bila terjadi peningkatan tekanan intrakranial (TIK), pengambilan cairan tidak boleh melebihi 2 mL karena adanya resiko pergeseran batang otak.7. Tutup area penusukan dengan kassa steril kecil.

8. Beri label pada tabung dengan nomor urut yang tepat (1, 2, 3, 4), nama pasien, dan tanggal pengambilan. Spesimen cairan serebrospinal harus segera diantar ke laboratorium, untuk kemudian diberikan kepada karyawan laboratorium dengan instruksi spesifik mengenai tes yang akan dilakukan. Sampel cairan serebrospinal tidak boleh ditaruh dalam kulkas karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan bakteri dan jamur. Analisa harus dimulai secepatnya. Bila ada permintaan pemeriksaan virus, sebagian dari spesimen harus dibekukan.

9. Catat waktu mulai dan selesainya prosedur, keadaan pasien, penampakan cairan serebrospinal, dan pembacaan tekanan cairan serebrospinal.

PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGIPrinsip UmumTenaga medis bertanggung jawab atas pengambilan spesimen untuk pemeriksaan diagnostik. Dengan berbagai pilihan prosedur, tenaga medis perlu meninjau kembali protokol institusi untuk pengambilan, transportasi, dan pengawetan spesimen serta pelaporan hasil pemeriksaan.

Spesimen untuk kultur bakteri harus dapat merepresentasikan proses penyakit. Selain itu, materi yang diambil juga harus dalam jumlah yang memadai untuk menjamin keakuratan pemeriksaan. Sebagai contoh, cairan serosa yang diambil dari ulkus pada kaki diabetik dengan kemungkinan osteomielitis dapat memberikan hasil yang tidak akurat. Pada kasus ini, biopsi tulang atau cairan purulen dari jaringan yang terinfeksi merupakan spesimen yang lebih baik. Contoh lain, bila terdapat lesi di kulit dan jaringan subkutaneus, materi dari bagian pinggir lesi akan lebih berguna dibandingkan materi dari bagian tengahnya. Bila sampel sputum purulen tidak dapat diperoleh untuk diagnosis pneumoni; maka dapat dilakukan pemeriksaan kultur darah, pemeriksaan cairan pleura, dan speismen bronchoalveolar lavage (BAL).

Pengambilan spesimen dari area dimana kemungkinan besar dapat ditemukan organisme yang dicurigai tersebut sangatlah penting, dengan minimalisasi kontaminasi dari flora normal sebisanya. Untuk alasan ini, beberapa tindakan pencegahan perlu dilakukan secara rutin:1. Perhatikan prosedur pencegahan standar. Bersihkan kulit dimulai dari bagian tengah dan kemudian dengan gerakan berputar ke arah luar. Ulangi beberapa kali dengan menggunakan kassa yang berbeda setiap kalinya. Bila menggunakan alkohol 70%, maka proses ini harus dilakukan selama 2 menit. Sedangkan iodin tinktur hanya membutuhkan 1 menit.

2. Lewati area dengan flora normal: kultur hanya untuk patogen spesifik.

3. Ambil cairan, jaringan, sisa kulit, dan urin dalam wadah steril dengan tutup yang erat. Swab dengan ujung poliester mengandung satu ampul media transport Stuart yang memastikan spesimen akan bertahan selama 72 jam pada suhu ruangan.

4. Letakkan spesimen dalam kantung bahaya biologis.KEWASPADAAN KLINIS :

(a) Tanpa prosedur pencegahan rutin dalam pengambilan dan penanganan spesimen, kondisi pasien mungkin tidak terdiagnosa dengan benar, waktu laboratorium terbuang percuma, pengobatan efektif tertunda, atau organisme patogen terpapar ke tenaga medis dan pasien lain.(b) Merupakan hal yang penting untuk melaporkan identifikasi penyakit, kondisi, dan penyebaran menurut panduan regional maupun nasional.(c) Sistem pengawasan tradisional menyatakan bahwa sebuah penyakit perlu didiagnosa terlebih dahulu sebelum dilaporkan. Sistem pelaporan yang lebih baru dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention) menyatakan tidak perlu menunggu diagnosa pasti, namun dapat didasarkan pada pengambilan informasi sindrom atas gejala dan tanda yang dilaporkan ke dokter. Sistem sindrom akan membandingkan laporan awal dari keluhan demam, sakit kepala, diare, muntah, kemerahan pada kulit, dan fluktuasi yang dibutuhkan, normal musiman, atau harian dari penyakit yang telah diketahui. Jaringan terkomputerisasi dirancang untuk menyediakan tanda bahaya awal dari serangan teror penyakit infeksius dengan memantau kunjungan pasien ke tempat praktek dokter, IGD, dan apotik (untuk penebusan obat). Kedua sistem digunakan saat ini. Pendekatan tim gabungan bergantung pada menanyakan pasien mengenai tanda atau gejala yang dialami sebelum melakukan pemeriksaan untuk penyakit infeksius yang dilaporkan.(d) Sebagai tambahan, Agen Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection Agency / EPA) memantau kualitas udara di kota-kota besar. Sistem pemantauan ini dirancang agar mampu mengenali adanya patogen berbahaya yang menyebar melalui udara selama 24 jam (contoh: cacar, antraks).

Sumber: M. Toner COX News Servicem Januari 29, 2003.

Sumber SpesimenSpesimen mikrobiologi dapat diperoleh dari berbagai sumber; seperti darah, nanah atau eksudat atau cairan luka, urin, sputum, feces, cairan atau sekresi genital, cairan serebrospinal, dan cairan mata atau telinga. Selama pengambilan spesimen, prosedur umum berikut harus dilaksanakan :

1. Berikan label pada spesimen dengan informasi berikut (dapat berbeda tergantung pada institusi):a. Nama pasien, usia, jenis kelamin, alamat, nomor rekam medis, dan nama lengkap dokter penanggung-jawab;

b. Sumber spesimen (contoh: kerongkongan, konjungtiva);

c. Waktu pengambilan;

d. Permintaan pemeriksaan spesifik;

e. Diagnosa klinis, dugaan mikroorganisme;

f. Riwayat pasien;

g. Keadaan imun pasien;

h. Infeksi sebelum dan yang sedang terjadi;

i. Terapi antibiotik sebelum atau yang sedang berlangsung;

j. Status isolasi nyatakan tipe isolasi (contoh: kontak, respiratori, luka);k. Informasi lain yang dibutuhkan menyangkut pemeriksaan tersebut.2. Hindari adanya kontaminasi terhadap spesimen; gunakan teknik aseptik atau sterilisasi yang sesuai:

a. Peralatan khusus mungkin dibutuhkan:

(1) Untuk kuman anaerob dari pus atau cairan tubuh lain menggunakan aspirasi dengan syringe steril,

(2) Untuk spesimen jaringan, menggunakan wadah transport anaerob.

b. Wadah spesimen steril;

c. Yang perlu diperhatikan dalam pengambilan spesimen mencakup :

(1) Jaga kebersihan permukaan bagian luar dari wadah yang akan digunakan;

(2) Penggunaan penutup yang tepat untuk botol dan tabung spesimen;

(3) Ganti tutup steril yang telah terkontaminasi;

(4) Perhatikan standar prosedur kewaspadaan.

3. Pastikan spesimen ditangani dengan benar dengan mengantarkannya segera ke laboratorium. Beberapa spesimen butuh didinginkan (bukan dibekukan) untuk beberapa jam tanpa menimbulkan perubahan. Perhatikan pengecualian berikut :a. Sampel kultur urin harus didinginkan;

b. Spesimen cairan serebrospinal harus dibawa ke laboratorium sesegera mungkin. Bila tidak memungkinkan, kultur harus diinkubasi (meningokokus tidak bisa berada di suhu dingin).4. Bawa spesimen segera ke laboratorium untuk mencegah spesimen mengering dan kematian mikroorganisme.

a. Untuk kultur anaerobik, waktu antara pengambilan spesimen hingga kultur tidak boleh melebihi 10 menit. Spesimen anaerobik harus ditempatkan pada wadah transpor anaerobik.

b. Feces yang dicurigai mengandung Salmonella atau Shigella harus ditaruh dalam media transpor khusus; seperti Cary-Blair, bila proses kultur terhadap spesimen akan tertunda lebih dari 30 menit.5. Pastikan jumlah spesimen cukup. Dengan beberapa pengecualian, jumlah spesimen harus sebanyak mungkin. Bila hanya terdapat sejumlah kecil spesimen, swab harus direndam dengan larutan salin steril sebelum pengambilan, terutama untuk kultur dari kerongkongan.

6. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menangani spesimen:

a. Masukan seluruh spesimen cairan yang sudah diambil. Jangan masukkan cairan dari swab.

b. Apabila memungkinkan, spesimen harus diambil sebelum pasien menggunakan antibiotik; sebagai contoh, tuntaskan pengambilan darah untuk kultur sebelum memulai terapi antibiotik.

c. Pengambilan harus menyesuaikan perkembangan gejala seperti demam. (Dokter klinisi harus megenal perjalanan gejala klinis dari dugaan penyakit).Transpor Spesimen melalui PosSaat ini sudah tersedia beberapa perlengkapan yang mencakup medium untuk transpor yang dapat digunakan apabila sekiranya akan terjadi penundaan antara pengambilan hingga proses kultur. Swab kultur (termasuk medium transpor) telah tersedia bagi pengambilan spesimen untuk bakteri, virus, dan anaerob. Beberapa laboratorium memiliki tabung transpor yang mengandung zat fiksatif alkohol polivinil (PVA) dan Cary-Blair untuk feces yang akan dikultur dan pemeriksaan parasit dan ova. Pada beberapa jenis permintaan yang diinginkan, spesimen kadang perlu dikirim dalam kotak styrofoam dalam suhu dingin. Hal ini umumnya pada spesimen untuk pemeriksaan virus. Sebaiknya seseorang berkonsultasi terlebih dahulu dengan laboratorium rujukan yang akan melakukan pemeriksaan terhadap spesimen tersebut untuk informasi pengumpulan dan pengiriman spesimen yang tepat.Menurut peraturan setempat (Code of Federal Regulations / 49 CFR), spesimen yang merupakan organisme hidup atau toksinnya atau sebuah spesimen diagnostik (volume < 50 mL) harus ditaruh dalam wadah pertama yang aman, tertutup, kedap air dan kemudian dimasukkan dalam wadah kedua yang aman dan kedap air. Label bahaya biologis harus ditempel di bagian luar wadah.

Spesimen yang akan dipindahkan di dalam institusi yang sama harus ditaruh dalam kantung dengan segel bahaya biologis. Idealnya, surat permintaan pemeriksaan disertakan bersama spesimen namun tidak dalam kantung yang tersegel tersebut.Lampiran A

KEWASPADAAN UNIVERSAL / STANDARIstilah kewaspadaan standar mengacu pada sebuah sistem yang dirancang untuk mengurangi resiko transmisi mikroorganisme dari baik sumber infeksi yang diketahui maupun tidak diketahui. Kewaspadaan standar menuntun praktek yang aman dan dirancang untuk melindungi tenaga medis, pasien, dan pihak lainnya dari paparan terhadap patogen yang ditularkan melalui darah atau bahan lain yang dapat menyebabkan infeksi dari cairan tubuh atau jaringan tubuh manusia dari siapapun, baik mereka yang masih hidup atau sudah meninggal.

Panduan terbaru didasarkan pada informasi baru mengenai pola penyakit infeksius dan cara transmisi. Panduan yang telah dirancang untuk memudahkan penggunaannya ini dua pertiganya berisi kewaspadaan. Bagian pertama, Kewaspadaan Standar, dirancang untuk mengontrol infeksi nosokomial dan mengurangi resiko transmisi baik dari infeksi yang sudah dipastikan maupun yang masih dicurigai. Bagian kedua, merupakan tambahan dari kewaspadaan standar, mencakup kewaspadaan terhadap penularan melalui udara, droplet, dan kontak untuk mencegah penyebaran dari patogen virulen dan menular yang telah dipastikan atau baru dicurigai.PELAKSANAAN YANG AMANSaat menangani spesimen dan melakukan atau membantu prosedur diagnostik, seluruh tenaga medis perlu melindungi dan selalu memperhatikan keselamatan dirinya dahulu. Anggap saja seluruh pasien menderita Hepatitis B, Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis C, atau patogen potensial lainnya, dan melaksanakan kewaspadaan standar dengan konsisten. Perhatikan dengan benar proses pengambilan, penanganan, pengemasan, pemindahan, penyimpanan dan penerimaan spesimen. Pengamatan awal dan penanganan spesimen harus dilakukan di bawah area tertutup yang memiliki beberapa lapisan, dan pakaian pelindung, yang mencakup-namun tidak terbatas pada sarung tangan, gaun, masker atau pelindung wajah, dan pelindung mata. Kewaspadaan yang sama berlaku untuk prosedur diagnostik invasif.KATEGORI UMUM UNTUK SUBSTANSI, SEKRESI, DAN CAIRAN TUBUH 1. Darah dan produk darah.

2. Urin.

3. Sekresi vaginal.

4. Saliva.

5. Cairan perikardial.

6. Cairan peritoneal.

7. Cairan pleura.

8. Cairan serebrospinal.

9. Cairan lambung.

10. Sekresi pernafasan.

11. Semen.

12. Cairan sinovial.

13. Muntahan.

14. Cairan dari luka atau ulkus.

15. Asites.

16. Cairan amnion.

17. Keringat.

CATATAN: Kewaspadaan standar juga perlu dijalankan saat menghadapi tungkai yang telah diamputasi atau selama proses pemindahan bagian tubuh (bedah, otopsi, atau donasi).PANDUAN DAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR UNTUK SITUASI KHUSUS

Perlengkapan Perlindungan Personal

1. Antisipasi kemungkinan paparan kulit dan membran mukosa terhadap darah, tetesan darah, atau cairan tubuh lainnya.2. Gunakan peralatan perlengkapan perlindungan untuk melindungi mata, wajah, kepala, ekstremitas, jalur udara, dan pakaian. Perlengkapan ini harus selalu digunakan dalam melaksanakan prosedur invasif. Pastikan kesesuaian ukuran.Sarung Tangan1. Gunakan sarung tangan saat mengambil dan menangani spesimen; menyentuh darah, urin, cairan tubuh lain, membran mukosa, atau kulit yang tidak utuh; atau melakukan prosedur yang berhubungan dengan pembuluh darah atau prosedur invasif lainnya.2. Gunakan sarung tangan saat menangani benda atau permukaan yang tercemar darah, urin, atau cairan tubuh.3. Perintahkan penggunaan sarung tangan bila pada kulit tenaga medis terdapat luka terbuka, abrasi, atau terpotong selama pemeriksaan bagian orofaring pasien, saluran pencernaan atau saluran kemih, kulit yang tidak utuh atau mengalami abrasi, atau luka dengan pendarahan aktif; dan saat membersihkan wadah spesimen atau berhubungan dengan prosedur dekontaminasi.4. Beberapa pengecualian untuk tidak menggunakan sarung tangan :a. Saat sarung tangan menghalangi palpasi vena untuk penusukan vena (pada neonatus, pasien obesitas)b. Dalam keadaan mengancam nyawa dimana penundaan dapat berakibat fatal (cuci tangan dan gunakan sarung tangan sesegera mungkin)5. Sarung tangan sekali pakai harus diganti bila :a. Saat beralih dari satu pasien ke pasien lainb. Saat berpindah dari area terkontaminasi ke area yang lebih bersih pada seorang pasien atau permukaan lain

c. Saat sarung tangan robek atau tertusuk atau fungsinya sebagai pembatas terganggu (lakukan sesegera mungkin)

KEWASPADAAN KLINIS

Sarung tangan, gaun, apron, dan masker hanya digunakan di tempat dan harus dibuang di tempat yang sudah disediakan di area tersebut.Gaun, Masker, dan Pelindung Mata

1. Diperlukan penggunaan gaun, apron, dan/atau jas laboratorium yang tidak dapat ditembus cairan untuk menutupi seluruh area kulit yang terpapar bila terdapat kemungkinan adanya cipratan ke pakaian.

2. Gaun atau apron tidak boleh digantung atau digunakan ulang.

3. Gunakan masker dengan posisi benar yaitu menutupi hidung hingga dagu dan diikat di puncak kepala dan tengkuk. Jangan menggantung masker di leher. Ganti masker bila sudah lembab.

4. Gunakan masker, pelindung wajah, dan kacamata (atau kacamata khusus dengan pelindung di sisinya) bila ada kemungkinan terjadinya kontaminasi terhadap mata, hidung, atau mulut.

5. Penutup sepatu harus digunakan di area dengan kemungkinan terjadinya kontaminasi (ruang operasi, bagian kebidanan atau IGD). Penutup ini harus dibuang di dalam area tersebut.

6. Sediakan masker, ambu-bags, atau peralatan ventilasi lainnya sebagai bagian dari perlengkapan resusitasi darurat pada lokasi yang strategis.

Pembuangan Sampah Medis

1. Tuang cairan rendah dan lambat untuk mencegah terjadinya cipratan, semprotan, atau efek aerosol.

2. Waspada terhadap kemungkinan perlukaan akibat jarum, lanset, skapel, dan instrumen tajam lainnya dan peralatan selama dan sesudah prosedur dan saat membuang jarum yang sudah digunakan. Jangan menutup kembali jarum dalam keadaan normal.

3. Buang semua instrumen tajam sekali pakai dalam wadah yang sudah dirancang khusus. Jangan menutup kembali, menekuk, mematahkan dengan tangan, atau memindahkan jarum dari syringe sekali pakai (Gambar 2). Gunakan forsep atau potong tabung intravenus bila perlu. Berhati-hatilah saat mengoper benda tajam ke orang lain. Gunakan forsep atau taruh benda tajam tersebut dalam wadah.4. Taruh dan pindahkan spesimen dalam wadah yang anti bocor dengan pelapis padat dan kedap. Tutup wadah. Sebelum dipindahkan, spesimen harus ditaruh dalam sebuah kantung yang tersegel erat dengan label bahaya biologis. Simbol bahaya biologis menyatakan adanya bahaya biologis dan harus digunakan bila pada agen biologis atau lokasi yang berbahaya.

5. Taruh kain dan benda serupa lainnya yang sudah tercemar dalam kantong anti bocor sebelum dipindahkan.

Gb 2. Perlengkapan Pengaman Jarum. (1) Tempelkan jarum merk apapun. (2) Buka tutup dan ambillah darah dari pasien. (3) Tekan sarung penutup pada permukaan yang rata. (4) Tutup dan buang. (Sumber: MarketLab Inc., Kentwood, Michigan, USA)Penempatan Label dan Tanda Peringatan

1. Letakkan label peringatan dengan tepat untuk mencegah terjadinya luka atau sakit yang tidak disengaja pada klinisi yang terpapar pada perlengkapan atau prosedur yang berbahaya, tidak terduga, atau tidak umum.2. Label peringatan harus memuat kata sinyal atau simbol, seperti bahaya biologis (biohazard) atau materi biokimia (biochemical material), disertai dengan pesan utama seperti Memuat Spesimen Bank Darah (Blood Banking Specimen Inside). Semua spesimen ditaruh dalam kantung bahaya biologis.Kewaspadaan Lingkungan Umum

1. Gunakan sabun antimikroba yang telah disetujui sebelum dan sesudah menangani pasien.2. Cuci tangan segera setelah melepaskan sarung tangan.3. Cuci tangan dan permukaan kulit lain segera dan menyeluruh bila terkontaminasi darah atau cairan tubuh lain.4. Pertimbangkan liur sebagai kontaminan infeksius selain darah, meskipun tidak terbukti pada pasien HIV.5. Transmisi AIDS dapat terjadi melalui spesimen feces, terutama bila terdapat kemungkinan adanya darah pada feces.

6. Tenaga medis dengan luka terbuka atau infeksi pada kulit tidak boleh berhubungan langsung dengan pasien hingga kondisi membaik atau tidak membahayakan pasien.

7. Perjalanan infeksi HIV selama kehamilan dapat menaruh janin dalam resiko tertular infeksi.Apabila Terpapar Human Immunodeficiency Virus atau Virus Hepatitis B

1. Identifikasi, minta persetujuan, dan periksa sumber paparan segera untuk mencari adanya HIV, HBV, dan HCV. Bila pasien menolak memberikan persetujuan, pasien harus menandatangani lembar penolakan (nonconsenting). Bila dilakukan pemeriksaan tanpa persetujuan pada sumber tersebut, staf yang terkena paparan juga harus diperiksa.2. Ingatkan pekerja dengan hasil tes HIV negatif untuk segera periksa apabila mengalami demam akut dalam 12 minggu setelah paparan terhadap HIV dan tes ulang dalam kurun waktu 6 minggu, 12 minggu, dan 6 bulan setelah paparan.3. Vaksin tersedia gratis bagi tenaga medis untuk mencegah infeksi Hepatitis B. Belum tersedia vaksin untuk HIV dan Hepatitis C.Protokol Cuci Tangan

Selain situasi yang benar-benar darurat, tangan harus selalu dicuci :

1. Sebelum dan sesudah tindakan pelayanan yang melibatkan kontak langsung.

2. Sebelum tindakan pembedahan atau kebidanan.

3. Sebelum dan sesudah endoskopi.

4. Sebelum dan sesudah tindakan invasif.

5. Sebelum kontak langsung dengan pasien dengan gangguan sistem imun.6. Setelah kontak dengan jaringan atau cairan tubuh atau dengan perlengkapan, peralatan, atau permukaan yang telah ternoda.

7. Setelah kontak langsung dengan pasien dalam unit isolasi.

Protokol Penanganan Awal

Contoh protokol untuk dugaan penyakit infeksi serius dengan gejala dan tanda yang diklasifikasikan resiko tinggi (kemerahan pada kulit dan demam tinggi); gejala prodormal demam tinggi, pada kemungkinan cacar (lesi klasik); demam kuning (jaundis); dan wabah (bubo) seperti berikut: apabila kemungkinan penyakit-penyakit ini tidak dapat disingkirkan dan diagnosa pasti tidak dapat ditegakkan, pasien ini diklasifikasikan sebagai resiko tinggi. Jalankan prosedur kewaspadaan penyebaran udara dan kontak, segera laporkan, dan beritahu departemen kesehatan yang berwenang. Bila muncul kemerahan, konsultasikan kepada Spesialis Kulit dan Kelamin dan tenaga terlatih segera mengambil spesimen kulit untuk diperiksa. Pemeriksaan dilakukan di Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (CDC). Beberapa penyakit tersebut kemungkinan adalah teror biologis dan hanya dapat didiagnosa pada tahap demam dan munculnya gejala klasik. Diagnosa cacar (penyakit yang membunuh 30% manusia yang terinfeksi) ditegakkan berdasarkan pemeriksaan terhadap virus variola dan pengenalan gejala demamnya, lesi cacar klasik, dan lesi di tingkat yang sama dalam perjalanan penyakit.Kewaspadaan Klinis

1. Vaksin diberikan sebelum paparan terhadap cacar, atau dalam 3 hari hingga seminggu setelah paparan.2. Vaksin diperuntukkan bagi semua pihak yang berhubungan langsung dan segala pihak yang memiliki resiko terpapar.Untuk informasi tambahan, dapat dilihat pada website CDC (www.cdc.gov/smallpox)Lampiran BKEWASPADAAN ALERGI LATEKS DAN KARETMeningkatnya kejadian alergi lateks dapat terjadi tidak hanya karena peningkatan pengunaan produk dengan bahan dasar lateks dalam perawatan pasien (terutama semenjak turunnya mandat kewaspadaan universal/standar), namun juga berhubungan dengan cara pengambilan dan penyimpanan lateks mentah. Reaksi alergi disebabkan protein lateks yang masih tersisa pada produk akhir, yang tidak dapat dipastikan tingkat alergennya. Paparan bahaya lingkungan terbesar berasal dari sarung tangan lateks dan bubuk dari sarung tangan lateks yang penyebarannya dapat terjadi melalui udara.

Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan Amerika saat ini memberlakukan peraturan yang menyatakan bahwa semua perlengkapan medis yang mengandung lateks karet alam dan digunakan untuk berhubungan baik langsung maupun tidak dengan pasien harus mencantumkan kalimat: BENDA INI MENGANDUNG LATEKS KARET ALAM. (THIS PRODUCT CONTAINS NATURAL RUBBER LATEX)Dengan meningkatnya prevalensi alergi terhadap produk lateks, perlu dibentuk suatu panduan dan protokol spesifik untuk menciptakan lingkungan yang aman dari lateks baik bagi pasien maupun tenaga medis.

Pihak-pihak yang memiliki resiko besar terhadap alergi lateks atau karet yaitu:

1. Tenaga medis (diperkirakan sekitar 17%) dibandingkan dengan angka 1-3% dari kalangan non-medis

2. Individu dengan spina bifida, cedera tulang belakang, mielodisplasia, atau kelainan urogenital (mencapai 73%)

3. Individu dengan riwayat alergi baik pribadi maupun keluarga (termasuk alergi musim semi, alergi terhadap sengatan lebah, asma, bulu hewan peliharaan, dan makanan atau obat-obatan)4. Individu dengan riwayat pembedahan multipel

5. Individu dengan paparan pekerjaan (contoh: pekerja industri karet; terjadi pada 10% dari pekerja yang mengolah atau memproduksi karet)

6. Individu dengan dermatitis atopi atau ekzema

7. Individu dengan riwayat anafilaksis intraoperatif (untuk alasan yang tidak diketahui)Bertambah atau berulangnya paparan meningkatkan sensitifitas terhadap alergen lateks dan memperburuk reaksi alergi. Pasien dan tenaga medis dapat tersensitisasi terhadap lateks melalui kontak berulang pada kulit atau membran mukosa atau dengan menghidup alergen dari sarung tangan yang teraerasi.Mereka yang memiliki alergi terhadap lateks cenderung akan bereaksi terhadap beberapa jenis makanan yang mengandung protein reaktif silang, terutama pisang, alpukat, kacang, buah kiwi, kentang mentah, tomat, buah persik, buah plum, buah cherry, melon, seledri, apel, pir, dan pepaya. Alergi lateks seringkali dimulai dengan munculnya kemerahan pada kedua tangan (dari sarung tangan). Selain alergi lateks, dapat muncul reaksi terkait sarung tangan lainnya.

KEWASPADAAN ALERGI LATEKS UNTUK MELINDUNGI PASIEN

1. Identifikasi pasien dengan alergi (pasien yang memiliki riwayat masalah terkait kateter, tabung, drain, peralatan rumah tangga, kondom, sarung tangan lateks, balon, mainan, dan sebagainya); mungkin perlu dilakukan uji alergi. Beritahu dan catat data.

ReaksiTanda dan GejalaPenyebab

Dermatitis kontak iritan (iritasi non alergi)Kulit kering, bersisik, terbentuk benjolan, borok, dan pecah-pecah; dapat bermanifestasi sebagai dermatitis dengan keluhan gatal pada punggung tangan di bagian yang tertutup sarung tanganCuci tangan, membasuh dan menggosok yang kurang bersih, antiseptik, bubuk sarung tangan

Hipersensitivitas tipe lambat; dermatitis kontak alergi; alergi zat kimiaGejala seperti di atas dengan area meluas hingga lengan bawah. Muncul setelah periode desensitisasi. Muncul beberapa jam setelah penggunaan sarung tangan dan hilang setelah beberapa hariPaparan terhadap zat kimia yang digunakan dalam produksi lateks, umumnya thiurams

Hipersensitivitas tipe cepat; alergi lateks; alergi proteinReaksi wheal-and-flare atau kemerahan yang gatal pada kulit yang tertutup sarung tangan. Muncul dalam hitungan menit; cepat menghilang setelah sarung tangan dilepas. Dalam bentuk kronis dapat meniru gambaran dermatitis kontak iritan dan alergi.Gejala dapat meliputi bengkak pada wajah; kemerahan di seluruh tubuh; gejala nasal, sinus dan mata; asma dan gangguan pernafasan. Pada beberapa kasus (jarang), dapat terjadi anafilaktik syok dan mengancam nyawa. Dapat muncul gejala berupa bintik dan gatal yang menyebar luas, bronkospasme, hipotensi, udem wajah dan udem laring ekstrim, dan takikardi.Paparan terhadap protein dari lateks yang terdapat pada permukaan sarung tangan dan/atau bubuknya dan tertahan di udara, sentuhan yang lama dengan benda, atau melalui sentuhan

American Nurses Association latex allergy work place information series, Washington DC, 1996.2. Mereka yang sensitif harus selalu membawa epinefrin injeksi (Epi-pen), sarung tangan non lateks, dan petunjuk medis darurat; harus mengenakan gelang peringatan medis; harus menghindari segala bentuk lateks; dan harus memberitahu klinisi, keluarga, teman, dan tenaga medis akan keadaan medis ini.

3. JANGAN PERNAH menggunakan sarung tangan lateks berbubuk saat menangani pasien yang sensitif.

4. Hindari kontak lateks pada jaringan (luka, membran mukosa, kulit vagina). Berlatihlah cara cuci tangan yang benar.

5. Gunakan produk bebas lateks, seperti :

a. Sarung tangan

b. Pipa endotrakeal

c. Sistem penampungan dan pipa suction dan drainase luka

d. Kateter

e. Manset tekanan darah

f. Stetoskop

g. Alat pengukur suhu, plester, kapas, perban

h. Perlengkapan dan peralatan monitoring (lead EKG, alat pengukur denyut oksimeter, dan kabel)

i. Cabut sumbat karet dari vial sebelum mengambil atau menambah isinya. Bilas menambah isinya. Bilas syringe dengan cairan steril atau salin sebelum digunakan.j. Cabut sambungan lateks dari selang intravena dan ganti dengan sumbat non lateks. Ganti sambungan pada kantung terapi intravena dengan sambungan non lateks.

k. Letakkan peralatan dan obat-obatan resusitasi dan gawat darurat di tempat yang mudah diambil bila terjadi reaksi anafilaksis. (WASPADA: Beberapa perlengkapan dan peralatan resusitasi dapat mengandung lateks).

l. Jelaskan kepada pasien mengenai perlengkapan yang mengandung lateks, baik medis maupun non medis, yang dapat menimbulkan alergi.

m. Asosiasi Spina Bifida di Amerika menerbitkan daftar produk mengandung lateks yang diperbaharui dua kali setiap tahunnya. Benda Medis yang Umumnya Mengandung Lateks

Perlengkapan anestesi / pipa ET, pipa saluran nafas

Plester

Pelapis ranjang

Manset/selang tensimeter

Syringe Kateter (berbagai tipe)

Verban elastis

Jalur intravena

Masker, topi, pelindung sepatu untuk di kamar operasi

Masker oksigen / kanul / perlengkapan resusitasi

Perlengkapan suction Palu refleksKewaspadaan KlinisGejala anafilaksis mencakup penurunan tekanan darah yang ekstrim, dispnu, kemerahan pada wajah, bengkak (tenggorokan, lidah, hidung), pusing tak tertahankan, penurunan kesadaran.STRATEGI DAN TINDAKAN PENCEGAHAN UNTUK MENGURANGI RESIKO ALERGI LATEKS BAGI TENAGA MEDIS

Sensitivitas terhadap lateks merupakan bahaya tersendiri bagi tenaga medis. Untuk itu, penting bagi tempat kerja untuk melaksanakan langkah-langkah pengurangan insiden paparan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi klinisi. Identifikasi dan penanganan dini dari alergi lateks merupakan hal yang penting. Ahli di bidang alergi yang memiliki spesialisasi menangani kasus alergi lateks seringkali merekomendasikan tes tempel (patch test) dengan sarung tangan yang mengandung bahan kimia dan tes alergi lateks dengan tes serum atau tes tusuk pada kulit (prick test). Pemeriksaan darah tidak sesensitif atau seakurat tes kulit.Kewaspadaan KlinisSaat ini, belum tersedia tes kulit untuk lateks yang siap pakai, dan ekstrak sarung tangan yang digunakan untuk tes kulit memiliki kandungan protein lateks yang beragam.

Cara untuk mengurangi resiko alergi lateks untuk tenaga medis mencakup:

1. Penggunaan sarung tangan bebas lateks (sarung tangan tanpa bubuk mengandung protein dan alergen kimiawi yang rendah) sesering mungkin dan menjaga paparan terhadap lateks seminimal mungkin.

2. Gunakan sarung tangan yang sesuai untuk tindakan; lepaskan sarung tangan setidaknya setiap jam untuk mengeringkan tangan.

3. Cuci, bilas, dan keringkan tangan dengan baik setelah melepas sarung tangan atau saat akan mengganti sarung tangan.

4. Gunakan sabun dengan pH seimbang dan hindari kontak kulit dengan zat kimia yang berbahaya.

5. Gunakan produk rendah alergen (diluar area kerja) untuk mengembalikan sistem pertahanan lemak kulit.

6. Gunakan sarung tangan sintetis atau sarung tangan kerja dengan bahan katun untuk pekerjaan basah, bila memungkinkan.7. Segera periksakan untuk mencegah komplikasi alergi lebih lanjut.

8. Anjurkan usulan pembelian produk bebas lateks dengan fungsi dan kualitas yang setara.

9. Jalankan segala tindakan pencegahan pada pasien. Lateks alam ditemukan pada banyak produk komersial seperti kondom, balon, ban mobil, mainan karet, dan dot.

Kewaspadaan KlinisPenggunaan sarung tangan tanpa bubuk tidak seketika menghentikan masalah.Kewaspadaan KlinisProtokol penanganan reaksi alergi :

1. Pembebasan jalan nafas

2. Pemberian oksigen

3. Peningkatan volume (Ringer Laktat atau cairan salin normal secara intravena)

4. Epinefrin intravena

5. Steroid (oral atau intravena)

6. Difenhidramin (oral atau intravena)

7. Aminofilin intravenaMANDAT DAN STRATEGI UNTUK KARYAWAM TERKAIT ALERGI LATEKS ATAU KARET1. Cantumkan keterangan mengenai alergi lateks sebagai bagian dari orientasi karyawan baru dan berikan pelatihan mengenai hal ini.

2. Peraturan K3 Hak untuk Mengetahui mewajibkan perusahaan untuk memberi tahu karyawan akan substansi yang memiliki potensi bahaya di tempat kerja.

3. Cantumkan keterangan mengenai alergi latek dalam laporan berkala; alergi lateks hrus menjadi agenda komite penanganan resiko.

4. Sediakan produk alternatif.

5. Buat protokol dan prosedur yang berhubungan dengan alergi lateks untuk memastikan lingkungan kerja yang aman.

6. Pastikan karyawan yang alergi terhadap lateks berada di lingkungan kerja yang bebas dari lateks.Lampiran EPANDUAN TRANSPOR DAN PENYIMPANAN SPESIMEN

Cara pengambilan dan penanganan spesimen dan pelaporan dari informasi pasien yang spesifik berbeda-beda tergantung pada protokol perusahaan, setting klinik, dan ketentuan laboratorium. Hal yang harus diperhatikan dalam transpor spesimen diagnostik adalah mempertahankan sampel semirip dengan keadaan awlnya dengan perubahan seminimal mungkin dan meminimalkan bahaya bagi pembawa spesimen. Spesimen harus diambil dan ditranspor secepat mungkin (batas waktu yang direkomendasikan adalah dalam 2 jam). Untuk transpor urin, dapat digunakan sedikit asam borat; media transport dapat digunakan pada sebagian besar spesimen tipe lainnya. Ikuti petunjuk penanganan dan transpor spesimen yang disediakan dari pabrik pembuatnya, atau laboratorium yang menyediakan perlengkapan tersebut.1. Bila pasien yang secara langsung membawa spesimen, sediakan kantung dengan tanda bahaya biologis dan sertakan petunjuk tertulis yang jelas dan spesifik mengenai kewaspadaan dalam menangani spesimen, kondisi penyimpanan, dan petunjuk spesifik dalam menaruhnya.

2. Spesimen dapat dikirim dengan pos atau ditranspor ke laboratorium spesialistik yang berada di kota lain atau area yang jauh. Untuk menghindari penundaan analisa spesimen, perlu diikuti instruksi spesifik untuk pengambilan, pengemasan, pemberian label, dan transpor spesimen. Beberapa spesimen harus diterima oleh laboratorium dalam jarak waktu yang tepat, dalam kondisi penyimpanan yang spesifik. Instansi pengatur (seperti Departemen Transportasi, atau Asosiasi Transportasi Udara Internasional / International Air Transport Association) harus mengadakan pelatihan untuk memastikan sampel dikemas dengan benar. Departemen Transportasi wajib mengadakan pelatihan setiap 3 tahun, sedangkan IATA wajib mengadakannya setiap 2 tahun.

a. Saat mengemas spesimen untuk pengiriman, letakkan spesimen dalam wadah yang tertutup erat dan kedap air (seperti tabung tes, vial, atau wadah primer lainnya), lalu letakkan seluruh wadah primer dalam wadah kedua yang kuat dan kedap air (wadah sekunder). Wadah sekunder ini kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang tertutup dan kokoh (Gb. 3)

Gb 3. Teknik yang Tepat untuk Pengemasan Zat dengan Bahaya Biologis.b. Ikuti petunjuk yang tertera pada label untuk agen etiologis dan materi biomedis (Gb. 4 dan Gb. 5). Bila kemasan rusak atau bocor, kurir -mengikuti peraturan setempat- dapat mengisolasi kemasan dan melaporkan pada Kantor Kontrol Bahaya Biologis, CDC di Atlanta, Georgia. Kurir juga harus memberitahu pengirim bahwa kemasan yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dapat menyebabkan penundaan bermakna dalam analisa spesimen, pelaporan hasil, dan diagnosa medis dan pengobatan pasien.

Gb 4. Logo Agen Etiologis dan Peringatan bagi Kurir yang harus disertakan di bagian luar kemasan yang mengandung bahaya biologis potensial dan materi infeksi biologis. Menurut instruksi kemasan di atas dibutuhkan beberapa surat tertulis untuk disertakan dalam pengiriman paket.

Gb 5. Label Substansi Infeksius

PERSYARATAN TRANSPOR, PENGEMASAN, DAN PENGIRIMAN BEBERAPA SPESIMEN SPESIFIK

Darah untuk Pemeriksaan Zat Logam

Awasi adanya kontaminasi dalam pengambilan spesimen sebagai contoh, kebanyakan tabung darah terkontaminasi oleh zat logam, dan semua syringe plastik dengan tutup karet hitam mengandung alumunium, zink dalam jumlah bervariasi, dan beberapa logam berat lainnya (timah, merkuri, kadmium, tembaga, kromium, dan lainnya). Sampel untuk pemeriksaan zat logam harus diambil terlebih dahulu begitu jarum menusuk tutup karet, darah telah terkontaminasi dan tidak dapat digunakan untuk pemeriksaan zat logam. Gunakan kapas alkohol untuk membersihkan alat; hindari penggunaan disinfektan yang mengandung iodin, gunakan hanya jarum flebotomi baja anti karat. Darah untuk pemeriksaan serum untuk zat logam harus ditampung dalam tabung darah dengan tutup biru-royal (antikoagulan: sodium heparin). Setelah ditampung dan disentrifugasi, pindahkan dalam vial polipropilen 5 mL, bebas logam, tutup berulir. Tutup dengan erat, tempelkan label spesimen, dan kirim ke laboratorium dalam keadaan dingin atau beku. Semua spesimen yang disimpan > 48 jam harus dibekukan dan dikirim dengan biang es.Darah untuk Analisa FotosensitifHindari paparan dari cahaya jenis apapun (buatan atau sinar matahari). Spesimen ini harus ditempatkan dalam bungkus kertas alumunium atau tabung plastik coklat. Spesimen untuk vitamin A, vitamin B6, -karoten, porfirin, vitamin D, dan bilirubin adalah beberapa contoh substansi yang harus dihindari dari paparan terhadap cahaya.

Urinalisis Rutin, Acak, MidstreamWadah transpor yang umum digunakan adalah tabung plastik kuning dengan tutup ulir yang mengandung sebuah tablet yang mengawetkan berbagai elemen (kristal, silinder, atau sel) dan mencegah perubahan kandungan kimiawi yang diakibatkan pertumbuhan bakteri. Tuang urin ke dalam tabung, tutup dengan erat, dan putar tabung 180o agar tablet larut.Kultur UrinGunakan peralatan transpor khusus untuk kultur dan sensitivitas (culture and sensitivity) yang sudah mencakup tabung plastik steril dan alat penampungan. Tabung ini mengandung formula khusus yang mencegah multiplikasi cepat dari bakteri dalam urin. Tuangkan spesimen urin ke dalam tabung dan tutup dengan erat.

Urin untuk Pemeriksaan Kalsium, Magnesium dan OksalatGunakan wadah yang sudah dicuci dengan larutan asam untuk penampungan dan pengiriman spesimen. Bila pH urin >4, hasilnya tidak lagi akurat. Jangan tampung urin dalam wadah dari bahan logam.

FecesGunakan wadah khusus dengan volume 1000-mL, seperti Nalgene, untuk menampung seluruh sampel dan sebuah wadah polipropilen putih 100-mL untuk sebagian dari sampel tersebut. Setiap wadah harus diberikan label yang sama sebelum diberikan kepada pasien. Saat wadah diberikan ke pasien, berikan penjelasan mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan, persyaratan spesimen, persyaratan diet, penampungan dan penyimpanan spesimen; dua wadah Nalgene 1000-mL disediakan untuk penampungan dalam jangka waktu tertentu dan sebuah wadah 100-mL untuk penampungan spesimen sewaktu; jelaskan juga bagaimana untuk memperoleh wadah tambahan bila diperlukan, dan bahwa wadah tidak boleh diisi lebih dari (terindikasi dari garis pada label). Saat pasien mengembalikan wadah ke klinik, tenaga medis mengisi label dengan keterangan yang tepat. Bila lainnya dicentang, masukkan durasi pada label. Bila lebih dari satu wadah yang dikirim, tuliskan jumlah wadah yang dikirim.Feces, terhomogenasiUntuk spesimen terhomogenasi (tercampur), syarat spesimen untuk pengiriman adalah 80-mL dari feces yang sudah teraduk. Dicampur dan ditimbang sesuai dengan protokol laboratorium. Tuang feces yang sudah terhomogenasi dalam wadah sesegera mungkin. Dalam formulir permintaan, tulis berat total spesimen dan jumlah air yang ditambahkan, serta cantumkan lama waktu penampungan. Kirim spesimen terhomogenasi dalam temperatur yang diinginkan sesuai dengan protokol persyaratan spesimen menurut instansi terkait. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan di laboratorium rujukan khusus.

Substansi InfeksiusLabel bahaya biologis (Agen Etiologi) harus ditempelkan (atau diprint pada kantung) untuk semua spesimen yang akan dikirim. Cairan tubuh telah dinyatakan oleh CDC sebagai salah satu perantara langsung dari transmisi HIV (AIDS) dan virus Hepatitis B (HBV). Kewaspadaan standar diperlukan dalam menangani cairah darah, semen, produk darah, sekresi vagina, cairan serebrospinal, cairan sinovial, cairal pleura, cairan peritoneal, cairan perikardial, cairan amnion, HIV dan HBV terkonsentrasi. Selain itu, label bahaya biologis juga perlu disertakan pada semua spesimen mikrobiologi, mencakup bakteri anaerobik dan aerobik, mikobakteri, jamur, dan ragi. Spesimen harus dikirim dalam tabung dengan agar berposisi miring dalam wadah transpor khusus (kultur murni, tumbuh dengan aktif); jangan mengirim dalam plat kultur. Semua wadah terluar dari agen etiologis yang akan dikirim melintasi wilayah bagian harus diberikan label seperti pada Gb. 4.Spesimen yang Membutuhkan Penanganan KhususBerikan label dengan jelas dan tepat untuk setiap spesimen berisi nama lengkap pasien, jenis kelamin, tanggal lahir, nomor identifikasi, jam dan tanggal pengambilan spesimen, nama dokter yang meminta pemeriksaan, dan tanda tangan dari petugas yang mengambil spesimen. Formulir permintaan pemeriksaan dan sampel harus dicek kecocokannya dan diantar dalam paket tunggal.

PembekuanBila sekiranya akan tertunda lebih dari 4 hari sebelum pemeriksaan spesimen dapat dilakukan, spesimen perlu dibekukan. Letakkan spesimen dalam tabung plastik (bukan kaca); wadah tidak boleh terisi lebih dari , untuk memungkinkan pengembangan saat dibekukan. Simpan dalam freezer atau biang es hingga spesimen diambil oleh kurir atau dibawa ke laboratorium. Berikan label pada tabung dengan nama pasien, tanggal, tipe spesimen (contoh: plasma EDTA, serum, urin).DidinginkanUrin, eksudat pernafasan, dan kotoran atau feces (medium transpor tidak digunakan) harus didinginkan sebelum dikirim. Spesimen yang harus disimpan pada suhu kamar sebelum penambahan medium adalah cairan spinal dan cairan tubuh lainnya, spesimen untuk isolasi Neisseria gonorrhoeae, dan kultur darah dan luka. Simpan spesimen dalam kulkas sebelum diambil oleh kurir. Saat pengemasan, letakkan wadah spesimen dalam kantung dengan tutup zip-lock dan pendingin yang dibutuhkan di bagian luar kantung. Biang es harus diletakkan di antara wadah sekunder dan wadah terluar untuk pengiriman; zat penyerap guncangan harus diletakkan sedemikian rupa agar wadah kedua tidak menjadi longgar di dalam wadah pengiriman terluar saat biang es mencair.AnareobLebih baik dilakukan aspirasi dengan jarum dan syringe dibandingkan dengan swab untuk bakteri anaerob; begitu diambil, spesimen harus dilindungi dari paparan terhadap oksigen dan jangan sampai mengering sebelum diproses di laboratorium. Wadah transpor untuk spesimen anaerob terdiri atas :

1. Syringe dan jarum untuk aspirasi hanya dapat digunakan bila spesimen dapat diantar tanpa penundaan. Buka tutup jarum sebelum pengiriman.

2. Port-a-cult (tabung atau vial) tabung digunakan umumnya untuk penadahan swab spesimenl vial digunakan untuk inokulasi spesimen cair.

3. Kultur anaerob tabung atau penutup plastik yang disesuaikan dengan swab dan mengandung baik medium transpor atau pre-reduksi. Sistem kultur juga mencakup sebuah vial atau ruangan yang terpisah oleh membran yang mengadung zat kimia yang dapat menghasilkan katalis CO2 dan pengering untuk menghilangkan sisa oksigen yang mungkin masuk dalam sistem. Ampul harus diremukkan untuk mengaktifkan sistem ini.4. Bio-bag atau sistem kantung plastik kantung plastik transparan yang mengandung sistem penghasil CO2, wadah katalis paladium, dan indikator anaerob. Kantung disegel setelah piring terinokulasi dimasukkan dan sistem penghasil CO2 diaktivasi. Keuntungan dari sistem ini adalah piringan dapat langsung diperiksa untuk menilai pertumbuhan awal dari koloni.

Lampiran KPROTOKOL PENGAMBILAN SPESIMEN RAMBUT, KUKU, LIUR, SPUTUM, dan NAFASPengambilan spesimen rambut, kuku dan liur mudah dilakukan dan tidak invasif. Metodologi pengambilan spesimen nafas bervariasi dari yang sederhana hingga yang rumit, sedangkan penampungan dahak melibatkan protokol spesifik. Spesimen sputum umumnya mudah didapatkan, hingga tidak perlu mengikuti prosedur spesifik. Hasil analisa dari sampel-sampel ini membantu diagnosa dari beberapa penyakit dan dapat digunakan sebagai bukti dalam beberapa kasus hukum. Perlu diingat bahwa semua protokol harus dilaksanakan dengan tepat untuk mencegah adanya gangguan dalam mengevaluasi hasil pemeriksaan.

Sampel dari kuku dan rambut bersih dapat dianalisa untuk pembuktian infeksi jamur, konsentrasi abnormal dari zat toksin dan mineral nutrisi (selenium), logam berat (merkuri dan timah), obat-obatan terapeutik, dan obat-obatan ilegal. Kadar yang tinggi dari beberapa elemen dapat diakibatkan paparan terhadap limbah industri dan kontaminasi dari air minum. Batasan deteksi dari kebanyakan obat-obatan di rambut adalah 0,1 ng/mL atau lebih.

Indikasi untuk pemeriksaan menggunakan sampel rambut untuk obat-obatan:

1. Sebagai tanda dari paparan toksin2. Untuk memantau orang yang berada dalam masa percobaan

3. Untuk memvalidasi pelaporan penggunaan narkoba secara sukarela

4. Mengidentifikasi penggunaan obat dalam kandungan

5. Untuk menilai pola penggunaan obat-obatan (dalam interval 1 bulan)

6. Untuk membantu program terapi dengan obat-obatan

7. Pemeriksaan di tempat kerja

8. Untuk mengevaluasi penggunaan obat-obatan orang tua dalam kasus hukum anak.

9. Sebagai bukti forensik bila terjadi kematian

10. Adanya kekebalan terhadap obat-obatan non psikotropika (antihipertensi atau antibiotik) setelah penggunaan bulanan hingga tahunan.

Spesimen liur cairan rongga mulut dapat digunakan untuk mengidentifikasi IgG dalam kadar tinggi bila terdapat celah pada gusi. Celah ini akan mensekresi cairan atau transudat yang mengandung IgG dalam konsentrasi cukup tinggi. Prosedur pengumpulan spesimen liur cairan rongga mulut melibatkan pengambilan spesimen cairan bagian leher gusi (transudat mukosa) dengan menggosok bagian mukosa rongga mulut (batas antara gusi dan pipi) menggunakan kapas berbentuk tongkat.Spesimen dahak diperiksa untuk mengidentifikasi patogen atau kondisi yang berhubungan dengan sistem pernafasan. Gejala dapat mencakup batuk dengan atau tanpa produksi sputum, demam, nyeri dada, pernafasan yang dangkal, dan kelelahan. Spesimen dahak juga dapat memberi petunjuk mengenai sensitivitas terhadap antibiotik atau obat-obatan, pemberian terapi terbaik, dan efektivitas pengobatan.Spesimen nafas ekshalasi digunakan untuk mengidentifikasi infeksi H. pylori, deteksi alkohol, dan pemantauan hormon serta produk sampingan hasil metabolisme abnormal menggunakan alat analisa atau peralatan khusus lainnya yang melibatkan instruksi spesifik.

NILAI RUJUKAN

Normal

1. Rambut dan kuku, tidak ditemukan adanya :

a. Jamur

b. Logam berat

c. Obat-obatan terapi dan psikotropika

d. Steroid anabolik

2. Dahak, tidak ditemukan adanya :

a. TB

b. Streptokokkus

c. Stafilokokkus

d. Patogen lainnya

3. Liur, tidak ditemukan adanya :

a. Alkohol

b. Tembakau

c. Obat-obatan medis dan ilegal

d. Hepatitis A, B, C

e. Kanker

f. Diabetes

g. Penyakit autoimun dan infeksi

h. Kadar hormon yang melebihi batas normal4. Nafas, tidak ditemukan adanya :

a. Urease seperti pada infeksi H. pylorib. Alkohol dan obat-obatan lain dan toksin

c. Tidak ditemui adanya perubahan yang bemakna pada spesimen nafas setelah menelan substansi seperti laktosa

PROSEDUR

1. Pengambil Sampel Rambut

a. Dalam mengambil sampel rambut, diperlukan ekstra kehati-hatian. Gunakan sarung tangan dan ikuti protokol yang sudah ada. Rambut harus dibersihkan dengan shampoo dan bebas dari minyak, conditioner, hair spray, dan gel. Jepit rambut di bagian dekat kulit kepala. Rambut yang sudah dicat umumnya masih dapat digunakan, meskipun umumnya dipilih rambut pubis.b. Ambil rambut dari area yang tepat: jenggot, kumis, bulu ketiak, area genital, dan rambut kepala. Jelaskan kepada pasien untuk tidak menggunakan deodoran, bedak atau lotion setelah keramas atau mandi sampai pengambilan sampel selesai dilakukan. Gunakan gunting atau instrumen steril saat menggunting rambut atau kuku.

c. Ambil spesimen rambut sekitar 10 gram agar zat opiat, kokain, metadon, dan amfetamin dapat diekstraksi setelah pecucian dan dekontaminasi dengan zat seperti aseton, metilen klorida, atau metanol.

d. Umumnya rambut diambil dari bagian belakang kepala (punggung leher).

e. Potong rambut sedekat mungkin dengan kulit kepala dan simpan dalam tabung kering.

f. Ikat spesimen kira-kira setebal pensil dengan benang sebelum digunting sepanjang 8 cm (bila mungkin).

2. Pengambilan Sampel Kuku

a. Gunakan sarung tangan dan ikuti protokol yang sudah berlaku.

b. Gunting kuku sedekat mungkin dengan kutikula; umumnya yang digunakan adalah jari kaki. Sebelum digunting, cuci bersih dan keringkan jari kaki atau tangan.

3. Pengambilan Sampel Rambut dan Kukua. Transfer spesimen ke laboratorium dalam amplop khusus dengan label biohazard atau wadah plastik, bebas logam, dengan tutup ulir.b. Catat tipe dan jumlah spesimen, area pengambilan rambut atau kuku, jenis pemeriksaan yang diinginkan, pemindahan spesimen, warna rambut dan perawatan dengan bahan-bahan kimiawi, kondisi kuku (bengkak, gangren), penampang folikel pada batang rambut, waktu pengambilan, dan kondisi kulit yang bermakna (berkerak, dermatitis, radang, kemerahan).4. Pengambilan Sampel Liur

a. Gunakan sarung tangan dan peralatan pemeriksaan khusus. Peralatan ini umumnya meliputi kapas dengan batang nilon khusus dan sebuah botol kecil yang berisi cairan pengawet. Cairan salin pada kapas memungkinkan penyerapan sampel cairan rongga mulut.b. Ikuti prosedur yang sudah ada. Letakkan kapas di antara pipi bawah dan gusi, gosok ke arah depan dan belakang dengan lembut namun tegas hingga basah, kemudian tinggalkan di daerah tersebut setidaknya selama 2 menit hingga maksimal 3 menit. Hindari cedera kelenjar liur. Setelah waktu yang ditentukan, keluarkan kapas dari rongga mulut, dan masukkan ke dalam botol kecil yang mengadung cairan pengawet khusus antimikroba. Pertahankan posisi botol tegak ke atas agar tidak tumpah. Patahkan setengah bagian atas dari batang kapas. Buang patahan dan biarkan sisa patahan di dalam botol.c. Saat memasang penutup botol, pastikan untuk menutup sambil menekan untuk mencegah kebocoran.

d. Tempelkan plester yang sudah dibubuhkan tanda tangan dan tanggal sebagai bukti melewati tutup dan ke arah bawah di kedua sisi tabung.

e. Letakkan wadah spesimen dalam kantung biohazard yang dapat dibuka-tutup dan berikan label dengan tepat.

f. Pindahkan spesimen ke laboratorium sesegera mungkin. Di laboratorium, beberapa sampel liur akan membeku dengan cepat (contoh kortisol, estriol, estradiol, progesteron, dan testosteron).

g. Catat nama pasien, tipe spesimen, jenis pemeriksaan yang diinginkan, tanggal dan waktu pengambilan, dan data hasil pengamatan lainnya.

5. Prosedur Pengambilan Sampel Dahak

a. Ingat bahwa spesimen dahak harus diambil dari area bronkhi. Sekresi postnasal atau liur tidak dapat diterima. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperoleh spesimen dahak dan bronkial adalah pembatukkan; nebulisasi ultrasonik, fisioterapi dada, penyedotan nasotrakeal atau trakeal, dan bronkoskopi. Spesimen yang diambil di pagi hari merupakan spesimen yang terbaik.b. Perintahkan pasien untuk melepaskan gigi palsu, basuh mulut dengan air, dan berkumur, bila mungkin.

c. Pasien pertama-tama harus membersihkan hidung dan tenggorokan, mengambil tiga atau empat nafas dalam, melakukan beberapa kali batuk dangkal, dan kemudian menarik nafas dalam dan membatukkan dengan paksa untuk mengeluarkan spesimen dahak.

d. Dahak harus dibatukkan ke dalam wadah steril dengan pengawet sesuai indikasi. Sampel sebanyak 2-3 mL sudah cukup. Masukkan wadah tersegel ke dalam kantung biohazard anti bocor dan bawa ke laboratorium setelah pemberian label dengan tepat.

e. Spesimen dahak umumnya tidak didinginkan dan harus dibawa ke laboratorium sesegera mungkin. Sertakan informasi yang penting seperti jenis spesimen, penampakan spesimen, pengawet, pemeriksaan yang diinginkan, tanggal dan jam pengambilan, dan proses pemindahan spesimen.

f. Catat penampakan spesiman dan tanggapan pasien terhadap prosedur.

6. Pengambilan Sampel Nafas

a. Gunakan sarung tangan. Gunakan peralatan pemeriksaan khusus bila diperlukan. Ikuti petunjuk dengan cermat; petunjuk ini biasanya disertakan dalam set perlengkapan. Prosedur ini membutuhkan pelatihan khusus untuk sejumlah besar jenis pemeriksaannya.

b. Beberapa peralatan merupakan peralatan sekali pakai, termasuk breath analyzer scanner, dan dirancang untuk digunakan satu kali saja (misalnya untuk pemeriksaan alkohol).

c. Segala jenis pengambilan spesimen, baik tunggal maupun multipel, harus diawasi oleh klinisi. Pasien menghirup udara dengan normal dan menghembuskan udara ke mouthpiece jenis pipa.

d. Peralatan khusus untuk pemeriksaan defisiensi laktosa meliputi mouthpiece yang menempel dengan kantung spesial, pipa penampungan kedap udara, dan laktosa untuk ditelan.e. Dalam prosedur penampungan untuk tes nafas laktosa, nafas yang dihembuskan ditampung dalam kantung dan/atau pipa kedap udara khusus baik sebelum dan sesudah meminum cairan laktosa dan air (1, 2, dan 3 jam). Pasien harus minum cairan laktosa dalam 5 menit dengan sekali teguk dan puasa sebelumnya sebagai syarat untuk pemeriksaan laktosa.

f. Analisa nafas memiliki dua fase:

1. Fase gas < 5cc/mL

2. Fase cair (kondensasi)

Kewaspadaan Klinis1. Sampel urin dapat memberi gambaran mengenai penggunaan obat-obatan jangka pendek; rambut memberi gambaran tentang penggunaan obat-obatan jangka panjang.

2. Hasil urinalisis yang mencurigakan dari seorang karyawan harus dilanjutkan dengan pemeriksaan rambut.

CATATANBeberapa alat (contoh, OmniSal) menjalankan metode pengambilan sampel yang berbeda dimana kapas diletakkan di bawah lidah. Terdapat indikator yang kemudian akan berubah warna apabila jumlah cairan rongga mulut yang tertampung sudah cukup.Kewaspadaan KlinisPada beberapa lingkungan kerja khusus, spesimen liur diperiksa sekali sebulan atau maksimal dua kali sehari sebagai bagian dari perjanjian Kesempatan Terakhir, atau apabila terdapat kecurigaan yang masuk akal akan penyalahgunaan alkohol. Bila pada pemeriksaan di tempat kerja, kadar alkohol dalam liur mencapai 20 mg/dL (4.3 mmol/L), karyawan akan dikirim ke IGD atau klinik rekanan dengan menggunakan taksi untuk melakukan uji nafas alkohol.FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI

Sampel dahak yang tidak memuaskan seperti adanya spesimen kering (yaitu sampel liur tanpa adanya dahak) atau spesimen yang terkontaminasi.

MANFAAT KLINIS1. Pemeriksaan sampel rambut dan kuku:

a. Temuan abnormal memberi gambaran adanya paparan kronis terhadap logam berat dan pemantauan kadarnya dalam tubuh sebagai bagian dari terapi.

b. Adanya asam lemak ester etil (FAEEs) di rambut merupakan tanda penyalah-gunaan alkohol jangka panjang.

c. Adanya infeksi jamur pada rambut dan kuku

d. Identifikasi penyalahgunaan obat-obatan ilegal

e. Pemeriksaan rambut pada ibu dan neonatus dapat menggambarkan penggunaan obat-obatan selama kehamilan

f. Dalam pemeriksaan post mortal, penggunaan obat-obatan dapat turut menentukan penyebab kematian.

g. Untuk penerimaan karyawan dan evaluasi berkala di tempat kerja

2. Pemeriksaan sampel liur: Temuan yang normal mencakup:

a. Adanya penyalahgunaan alkohol dan narkoba (obat-obatan golongan amfetamin, barbiturat, benzodiazepin, kafein, kokain, inhalan, LSD, marijuana, opiat, tembakau)b. Adanya infeksi HIV

c. Adanya hepatitis A, B, dan C; infeksi Helicobacter pylori; penyakit autoimun; kanker (seperti antigen karsinoembrionik, antigen spesifik prostat-PSA, antigen CA 125); diabetes (tipe 1 dan 2); adanya obat-obatan terapeutik maupun jenis lainnya (konsentrasi obat di liur lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasinya dalam plasma darah atau urin); kadar hormon di atas atau di bawah yang diharapkan (kortisol, testosteron, progesteron, prolaktin, DHEA); steroid anabolik; penentuan golongan darah ABO

d. Spesimen dapat memberi gambaran yang berguna untuk penelitian atau penyidikan.

3. Pemeriksaan sampel dahakTemuan abnormal dapat memberikan gambaran penyebab pneumonia dan gangguan pernafasan lainnya (seperti virus influenza, Legionella spp., mikobakterium, tuberkulosis, Mycoplasma spp., dan Staphylococcus aureus).4. Pemeriksaan sampel nafas

a. Hasil abnormal menggambarkan adanya konsumsi alkohol, toksin hasil produksi bakteri, atau hidrogen (H2) setelah konsumsi laktosa dan elektrolit.

b. Kurva datar ditemui pada kebanyakan individu dengan defisiensi laktosa yang tidak mengalami diabetes.Kewaspadaan KlinisBila tujuan pemeriksaan adalah untuk mendeteksi HIV, penyalahgunaan alkohol atau narkoba, atau untuk menegakkan paternitas, diperlukan protokol hukum:

1. Pasien harus menandatangani formulir persetujuan.

2. Cantumkan nama pasien, tanggal lahir, dan tanggal pengambilan dalam tabung.

Lampiran LPROTOKOL PENGAMBILAN SPESIMEN UNTUK PEMBUKTIAN DALAM KASUS PIDANA ATAU FORENSIKSpesimen pembuktian yang penting dapat diambil baik dari makhluk hidup maupun jenazah dan dapat mencakup darah, jaringan, rambut, kuku, cairan tubuh (seperti urin, semen, liur, cairan vagina, cairan lambung), dan dapat juga melalui prosedur diagnostik seperti sinar-x, CT scan, angiogram, endoskopi, dan elektrokardiogram. Semua prosedur pengumpulan harus dijalani dengan tepat, dengan pencatatan yang lengkap dan keterangan yang tepat sesuai kebutuhan. Spesimen dan hasil pemeriksaan ini seringkali menjadi bukti dalam kasus hukum. Kerjasama dengan tenaga ahli di bidang lain merupakan suatu keharusan. Tenaga medis dapat pula berhubungan dengan korban penganiayaan di luar IGD dan ambulans (seperti dalam zona perawatan kritis, bagian bedah rumah sakit, lingkungan rumah dan sekolah).PROSEDUR PENGUMPULAN SPESIMEN DAN PENGAWETAN DALAM KASUS PIDANA ATAU FORENSIK

1. Bukti diperoleh dari korban atau subjek, termasuk korban perampokkan, kekerasan fisik dan seksual (baik pria maupun wanita), pembunuhan, dan kekerasan terhadap anak-orang tua-pasangan, korban pemerkosaan dengan penggunaan obat-obatan, korban keracunan. Spesimen dapat diperoleh dari pasien, dari mayat, pelaku kejahatan, tertuduh, pecandu narkoba, atau masyarakat umum.2. Ambil barang bukti sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, persyaratan untuk pemeriksaan medis, persyaratan dari pihak penyidik ilmiah, dan untuk proses hukum.

3. Cari barang bukti (seperti proyeksi tembakan di kepala, peluru shotgun atau proyektil) yang seringkali didapat dari pakaian korban atau tertuduh, atau kain yang digunakan untuk memindahkan korban. Benda ini harus dibungkus dalam kain kassa dan dimasukkan ke dalam amplop atau gelas.4. Ambil pakaian korban yang mungkin mengandung darah, cairan tubuh dan/atau jaringan dari tubuh korban atau pelaku.

5. Perhatikan tanda-tanda lain yang berhubungan dengan barang bukti, seperti adanya jelaga pada luka tembak, kelim tato akibat bubuk mesiu, cincin lecet pada luka tembak jarak sedang, atau adanya benda-benda kecil (seperti kerikil, rumput, tanah, jerami, serpihan kaca) yang sesuai dengan keadaan pasien di TKP.

6. Catat dan cari saksi lain (yaitu dengan mencari orang lain untuk merekam) bila ditemukan adanya narkotika pada korban, obat-obatan berbahaya, dan uang (setidaknya harus ada dua orang saat pemeriksaan).

7. Taruh benda-benda tersebut dalam kantung kertas, bukan plastik.

8. Catat keadaan pasien, tanda dan gejala adanya konsumsi obat bius, hipertermia maligna, dan/atau bau alkohol. Obat bius ini tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Kombinasi dari obat-obatan ini dapat menyebabkan kelumpuhan otot, gagal jantung, dan kematian.

Daftar Obat Psikotropika yang Umum Digunakan dalam Kasus PemerkosaanNama Obat

(Kimia & Nama Dagang)Jalur Masuknya ObatPemeriksaan Fisik(Tanda & Gejala pada Pasien yang tidak Sadar)

MDMA 3-4 Metilen dioksimetamfetamin

Ecstacy, adam, XTC, X, Hug Drugs, Beans, Love Drugs, Lovers, SpeedDihisap dengan mulut (seperti rokok), disedot dengan hidung, ditelan, disuntikkanTakikardi, hipertensi, hipertermi, midriasis, diaforesis, stimulan, efek entactogenic, halusinasi visual

GHB

Gamma hidroksibutirat

Ekstasi cair, liquid X, Everclear, Soap, Easy Lay, Goops, Georgia home boyDiminum; biasanya dicampur dengan alkohol atau jus untuk menghilangkan rasa pahit; pil, kapsul, injeksi intramuskularBradikardi, depresi pernafasan, halusinasi, amnesia

LSD

Lysergic acid diethylamide

Acid, L, Blotter, Trips, Cid, Tabs, MicrodotsOral (kapsul tablet, tidak berbau), blotters (kertas berbintik)Takikardi, hipertensi, hipertermi, midriasis, lakrimasi, halusinasi visual, sintesis ataksia, tremor

Rohypnol

Flunitrazepam

Rophies, Roofies, Roach, Rope, Circles, Mexican valiumDihisap dengan hidung, dicampur dengan alkohol atau air, disuntikkan dengan heroinDepresi pernafasan, hipotensi, disorientasi, pusing, gangguan penglihatan, amnesia anterograd

Metamfetamin

Metilamfetamin

Speed, Ice, Meth, Crystal, Crank, Fire, GlassDihisap dengan mulut (seperti rokok), disedot dengan hidung, ditelan, disuntikkan intravenaTakikardi, hipertensi, hipertermi, midriasis, diaforesis, halusinasi visual, perasaan melayang keluar dari tubuh atau mendekati kematian

Ketamin

Ketamin hidroklorida

Special K, Lady Kay, Vitamin K, Jet, K, Keets, Super C, Cat valium, K-holeDitelan, disedot dengan hidung, dihisap dengan mulut (seperti rokok), disuntikkan intramuskular, digabungkan dengan obat-obatan lain (seperti MDMA), dihisap bersama ganja dan tembakauTakikardi, hipertensi, nistagmus, depresi pernafasan, halusinasi visual, status kataleptik.

Kewaspadaan Klinis1. Jangan pernah meninggalkan barang bukti tanpa pengawasan.

2. Gigitan manusia memiliki kemungkinan infeksi 15-20%.

Prosedur untuk Kekerasan Seksual

1. Peroleh persetujuan menggunakan formulir yang umum digunakan.2. Gunakan sarung tangan dan kewaspadaan standar pada pasien dalam keadaan sadar, kooperatif dan tidak berhalusinasi.

3. Untuk mengambil spesimen setelah kekerasan seksual, gunakan peralatan pengambilan barang bukti kekerasan seksual. Sampel dapat diambil dengan menggunakan set peralatan ini baik dari wanita maupun pria, korban maupun tertuduh. Perlu diambil foto dari bagian tubuh yang mengalami kekerasan.4. Sediakan informasi dalam amplop tertutup yang disertakan bersama dengan set spesimen dengan tanggal dan tanda tangan individu yang diperiksa serta tenaga medis yang melakukan pemeriksaan.

5. Terdapat perbedaan penggunaan teknik yaitu teknik sekali usap (one-swab) untuk sekresi lembab dan teknik dua usapan (two-swab) untuk sekresi kering dalam tes berikut:

a. Sampel pakaian

1. Minta individu berdiri di atas kertas pemeriksaan yang bersih bila ia sadar dan mampu berdiri.

2. Minta individu membuka pakaian, dan menaruh masing-masing potongan pakaian di kantong kertas yang baru dan bersih. Kemudian lipat kertas pemeriksaan, masukkan dalam kantung kertas bersih. Tutup, tuliskan tanggal dan inisial untuk setiap kantung.

b. Sediaan hapus vagina

1. Gunakan empat swab yang tersedia dalam set perlengkapan, usap vagina secara menyeluruh.2. Buat preparat dengan empat swab tersebut; keringkan swab dan preparat dengan diangin-anginkan.

3. Letakkan swab dalam kotaknya, simpan preparat di tempatnya, dan tutup dengan erat. Segel dan lengkapi informasi yang diminta pada pembungkusnya.

c. Sediaan hapus serviks

1. Gunakan dua swab, usap servix secara menyeluruh dan segera buat preparat.

2. Biarkan swab dan preparat mengering dengan sendirinya, masukkan swab ke dalam kotaknya dan simpan preparat di tempatnya. Segel dan lengkapi informasi yang diminta pada pembungkusnya.

d. Sediaan hapus rektal

1. Menggunakan teknik sekali usap, rendam dengan cairan steril, masukan ke dalam rektum dengan lembut (kedalaman sekitar 3 cm) dan putar.

2. Biarkan swab mengering, letakkan di dalam amplop, tutup dan beri label.

e. Sediaan hapus penis

1. Menggunakan teknik sekali usap, rendam dengan cairan steril, usap secara menyeluruh bagian luar penis.

2. Gunakan minimal dua (2) swab, biarkan swab mengering, letakkan di dalam amplop, tutup dan beri label.

f. Rambut pubis

1. Gunakan sisir yang disediakan, ambil 20-30 rambut pubis, atau sekitar 20-25 rambut pubis yang dicabut dari korban. Pasien diberikan kesempatan untuk mencabuti rambut pubisnya sendiri.

2. Perlu diketahui bahwa rambut-rambut ini akan dibandingkan dengan rambut tersangka.

g. Sampel darah dan/atau urin untuk pemeriksaan DNA1. Lakukan pungsi vena, ambil darah sekitar 5 mL dalam tabung darah berisi EDTA yang tersedia di set perlengkapan. Beri label pada tabung dengan nama individu dan tanggal pengambilan.

2. Dari tabung ini, ambil 1 mL darah, dan penuhi masing-masing dari empat lingkaran yang terdapat pada kartu pemeriksaan DNA.

3. Biarkan kartu mengering, tulis nama individu pada kartu, masukkan ke dalam amplop, tutup, dan lengkapi informasi yang diminta. Tabung darah harus dimasukkan ke dalam tempat tabung darah berbahan sytrofoam.

4. Segel tempat tabung dengan segel barang bukti, lengkapi informasi yang dibutuhkan, dan letakkan unit dalam kantung zip-lock yang tersedia. DNA dapat diidentifikasi dari sel kulit, ketombe, dan noda keringat pada pakaian. Spesimen urin diperbolehkan diambil secara acak dengan saksi atau diambil dengan kateter.

h. Sampel lainnya

1. Perlu diingat bahwa hanya beberapa alat analisa komersial yang diakui untuk pembuktian dengan pemeriksaan nafas (contohnya nafas alkohol).2. Sampel liur sebagai barang bukti biasanya tidak diambil mengingat spesimen lain untuk pemeriksaan DNA lebih penting.

6. Sebelum pemeriksaan spesimen internal, gunakan lampu Wood (sinar ultraviolet gelombang panjang) untuk memeriksa area genital. Catat penemuan. Gunakan cat toluidin biru ada bagian perineal eksternal dengan aplikator berujung kapas. Area tersebut kemudian dibiarkan mengering dan ditambahkan gel pelumas.

7. Setelah semua sampel ditampung, taruh seluruh spesimen (kecuali tabung darah) ke dalam set pemeriksaan. Tabung darah harus disimpan dalam suhu kamar hingga diambil oleh polisi. Benda-benda yang basah (misalnya, pakaian dengan noda darah) harus dikeringkan terlebih dahulu dan kemudian ditaruh ke dalam kantung kertas yang tebal (bukan plastik) dan kemudian diberi label biohazard. Setiap spesimen harus diberi label dan dikemas terpisah.

8. Dalam kasus pemerkosaan, ambil sampel untuk identifikasi adanya Penyakit Menular Seksual (PMS).

a. Catat dan laporkan temuan, jenis spesimen yang diambil, dan laporkan ke pihak yang berwenang. Pemerkosaan saat kencan atau kebetulan dengan melibatkan penggunaan obat bius akan menunjukkan gejala dan tanda yang bervariasi (contoh: penurunan ingatan, kebingungan, vertigo, kesulitan bicara, pusing, dan sebagainya).b. Nilai dan catat adanya tanda trauma. Seringkali dilakukan pemeriksaan kolposkopi.

c. Catat penggunaan senjata, paksaan penggunaan obat-obatan, frekuensi tindakan seksual, dan penetrasi pada vagina atau rektum oleh penis atau objek.

Kewaspadaan Klinis1. Spesimen pada dugaan kasus pemerkosaan harus melibatkan pemeriksaan kehamilan, HIV, hepatitis B, sifilis, trikomoniasis, gonorea, dan klamidia.

2. Spesimen dari tali pusat dan mekonium dapat diperiksa untuk bukti penggunaan obat oleh Ibu selama kehamilan. Potongan dan serpihan kuku juga diperiksa.

3. Periksa tingkat kesadaran dan catat tanda vital dalam individu yang setengah sadar, tidak sadar, dan tidak mampu memberi respon.

4. Takikardi, bradikardi, hipertensi, dan hipertermi merupakan tanda penggunaan obat psikotropika. Perlu ditangani segera.

5. Periksa, ukur, foto, dan catat bukti adanya bekas gigitan, luka bakar, luka lecet, ekimosis, dan trauma.

6. Catat ada tidaknya trauma.

Prosedur Pengumpulan Spesimen Bukti Lainnya dalam Kasus Kekerasan dan Trauma

1. Pastikan untuk tidak membuat irisan yang melalui lubang peluru atau bekas dari senjata lainnya yang mungkin digunakan dalam tindakan kekerasan.

2. Pakaian atau benda lain milik korban tidak boleh diserahkan kepada tersangka, meskipun ia mungkin saja mendampingi korban dalam pemeriksaan.3. Simpan pakaian dalam kantung kertas, karena bakteri dapat merusak DNA bila disimpan dalam kantung plastik.

4. Periksa barang bukti dengan cermat, carilah bekas trauma, pola percikan pada pakaian, helai rambut, adanya bubuk mesiu dan identifikasi penyebab potensial dari luka (luka tembak, luka tusuk). Ambil foto dan pastikan pencantuman informasi identifikasi (seperti nama korban, tanggal/jam, jumlah kasus dan info bermakna lainnya) di foto, pinggiran foto, atau film.

5. Sebagai contoh, dalam keadaan dimana anak-anak terpapar dengan pabrik metamfetamin rumahan, cari kemungkinan penelanan metamfetamin, kumpulkan bukti, dan siapkan anak untuk perlindungan hukum. Untuk memudahkan kerjasama dari anak, kembangkan rapor positif dengan mereka dan kurangi ketakutan mereka.PENERAPAN KLINIS1. Adanya sperma atau semen temuan negatif dalam dugaan kasus perkosaan bila asam fosfatase 833 nkat/L) mengindikasikan hasil positif adanya semen. Meskipun kadar asam fosfatase dari cairan prostat masih dapat meningkat sekitar 10% pada wanita dalam 72 jam setelah kejadian, kadar rendah atau tidak terdeteksi tidak mengeksklusi adanya penetrasi penis (bisa saja penetrasi tanpa ejakulasi).

2. Sampel DNA dari darah, cairan semen, noda pada pakaian, dan lainnya diambil dan dibandingkan dengan sampel darah vena dari korban.

3. Ada atau tidaknya temuan untuk kehamilan, PMS, HIV, hepatitis B, sifilis, klamidia, gonorea, dan trikomoniasis.

4. Ada tidaknya penyerapan dari cat toluidin biru, sebagai temuan negatif akan keberadaan mikrolaserasi.

5. Tidak adanya temuan abnormal dalam pemeriksaan kolposkopi pada trauma genital.

6. Ada tidaknya temuan positif dari obat bius, racun, atau zat toksik lainnya. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Sampel idealnya harus ditampung segera setelah terjadinya tindakan kekerasan seksual, karena 66% wanita yang diperiksa 6 jam setelah insiden tidak menunjukkan adanya sperma yang bergerak. Untuk itu, dapat diperkirakan waktu kejadian. Mandi dapat menghilangkan bukti.

45