PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor...

153
PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK DAN PERHUBUNGAN

Transcript of PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor...

Page 1: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIKDAN PERHUBUNGAN

Page 2: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

4

Page 3: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

BAB IX

PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK DAN PERHUBUNGAN

A. PENGAIRAN

Dalam pembangunan sektor pertanian, yang memperoleh prioritas utama dalam Repelita II, peranan pengairan sangat menentukan, ter -utama untuk peningkatan produksi pangan. Di samping untuk menun-jang usaha-usaha peningkatan produksi pangan, pembangunan sub sektor pengairan ini dimaksudkan pula untuk (1) meningkatkan kese -jahteraan para petani melalui penyediaan air irigasi, (2) mengamankan daerah pemukiman dan produksi pangan dari bencana banjir, dan (3) menunjang pembangunan industri, baik melalui pembangunan instalasi listrik tenaga air maupun melalui penyediaan air untuk bahan baku industri. Di samping itu, dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat baik di kota maupun di pedesaan, pembangunan pengairan juga dimaksudkan untuk menunjang usaha-usaha penyediaan air baku yang memenuhi persyaratan kesehatan untuk keperluan rumah tangga.

Dalam usaha pembangunan tersebut dilakukan berbagai jenis kegi-atan yang terutama meliputi kegiatan-kegiatan perbaikan dan penyem-purnaan irigasi yang ada, pembangunan jaringan irigasi baru, rekla- masi daerah rawa dan usaha-usaha pengaturan serta pengembangan sungai-sungai. untuk menunjang kegiatan-kegiatan itu dilaksanakan juga kegiatan-kegiatan penelitian, survai, penyelidikan dan perancang- an pengembangan sumber-sumber air.

Hasil-hasil yang telah dicapai dalam pembangunan sub sektor Pengairan selama Repelita II dapat dilihat pada Tabel IX - 1. Dari tabel tersebut tampak bahwa dalam tahun terakhir Repelita II, yaitu tahun 1978/79, dapat diselesaikan usaha-usaha perbaikan dan penyem-purnaan irigasi seluas 70.498 ha, pembangunan jaringan irigasi baru seluas 41.715 ha, perbaikan dan pengamanan sungai yang meliputi

567

Page 4: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX – 1HASIL PEMBANGUNAN PENGAIRAN, 1973/74 – 1978/79

(dalam Ha)

568

Page 5: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

areal pengamanan seluas 62.228 ha dan pengembangan daerah rawa serta daerah pasang surut untuk persawahan baru seluas 122.604 ha.

Irigasi yang dibangun sebagian besar terdiri dari irigasi sederhana, yaitu irigasi yang masing-masing meliputi areal pengairan kurang dari dua ribu hektar. Dalam hubungan ini perlu disebutkan bahwa selesainya pembangunan suatu jaringan irigasi baru belum berarti bahwa jaringan itu akan langsung berguna secara efektif. Agar suatu jaringan irigasi baru berguna secara efektif diperlukan kegiatan lain yang, penting, yakni pencetakan sawah oleh para pemilik tanah di daerah irigasi tersebut. Mengingat pentingnya, maka untuk pencetakan sawah Pemerintah memberikan bantuan berupa penyediaan kredit disertai dengan bimbingan teknis yang diperlukan.

Di samping tergantung pada pencetakan sawahnya kegunaan irigasi baru secara efektif dapat juga terhalang apabila diwilayah yang bersangkutan pembangunan saluran tertier dan kwarternya belum ada atau belum selesai. Pembangunan saluran-saluran tertier dan kwarter pada dasarnya harus dilaksanakan oleh masyarakat yang memperoleh manfaat dari irigasi.

Pada tahun-tahun pertama Repelita II, pembangunan saluran-saluran tertier dan kwarter tidak berjalan seperti yang diharapkan. Untuk mengatasi persoalan ini maka telah ditempuh kebijaksanaan baru. Sejak itu seluruh biaya bangunan air dan sebagian biaya penggalian saluran tertier ditanggung oleh Pemerintah, sedangkan sebagian lagi dibebankan pada petani pemilik sawah. Biaya penggalian yang ditanggung Pemerintah disediakan melalui program Das- wati II atau Padat Karya. Selanjutnya, biaya pengelolaan dan pemeliharaan jaringan irigasi yang sudah selesai dibangun atau direhabilitasi disediakan Pemerintah

Page 6: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

melalui program Inpres Daswati I.

Pengaturan serta pengembangan sungai dan rawa antara lain di-maksudkan untuk lebih meningkatkan pengamanan daerah produksi pertanian dan daerah padat penduduk terhadap bahaya banjir. Di samping itu pengembangan sungai dan rawa juga dimaksudkan untuk memperoleh tambahan areal pertanian dari pembukaan areal persa- wahan pasang surut dan reklamasi sederhana daerah rawa.

569

Page 7: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Untuk menunjang kegiatan-kegiatan di atas, maka kegiatan-kegiatan perencanaan untuk mendapatkan pola induk pengembangan dan pemanfaatan sumber-sumber air telah ditingkatkan. Berdasarkan pola induk ini kegiatan-kegiatan pemanfaatan sumber-sumber air dapat dikaitkan dengan usaha-usaha pembangunan wilayah secara terpadu.

Di samping kegiatan-kegiatan tersebut, eksploitasi dan pemeliharaan hasil pembangunan irigasi yang telah dicapai merupakan kegiatan yang makin memerlukan perhatian. Kegiatan eksploitasi dan pe-meliharaan sangat diperlukan untuk meningkatkan dan melestarikan pendayagunaan prasarana pengairan yang telah dibangun secara optimal. Dalam kaitannya dengan usaha melestarikan pendayagunaan jaringan irigasi itu, usaha pencegahan penggundulan dan kerusakan hutan, terutama di daerah hulu sungai, memegang peranan yang sangat menentukan. Demikian juga kegiatan-kegiatan reboisasi dan penghijauan yang sejak Repelita II terus ditingkatkan.

Dalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah pembebasan tanah, ganti rugi tanah dan perubahan-perubahan teknis yang menyangkut perubahan desain sehingga volume pekerjaan lebih besar dari yang direncanakan semula. Masalah-masalah itu pada dasarnya dapat diselesaikan, tetapi penyelesaiannya memakan waktu dan mengakibatkan meningkatnya biaya pelaksanaan proyek yang bersangkutan.

Demikianlah garis besar gambaran mengenai pembangunan dalam sub sektor pengairan selama Repelita II. Di bawah ini diberikan gambaran yang sedikit lebih terperinci mengenai pelaksanaan program-program pengairan selama tahun-tahun 1974/75 -1978/79.

1. Program Perbaikan dan Penyempurnaan Irigasi

Page 8: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Seperti tahun-tahun sebelumnya program perbaikan dan penyempurnaan irigasi dalam tahun 1978/79 adalah melanjutkan perbaikan -dan penyempurnaan irigasi yang telah ada. Program ini meliputi proyek-proyek Prosida (Cisadane, Rentang, Ciujung, Cirebon, Semarang,

570

Page 9: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Demak, Kudus, Pemali Comal, Pekalen Sampean, Madiun dan Sadang), proyek Jatiluhur, Way Seputih/Way Sekampung, Gambar-sari/Pesanggrahan, Delta Brantas, Tabo-Tabo, Serayu, Lalung, Mbay, Simalungun, Jurang Sate dan Lembor. Beberapa proyek Prosida, seperti Cisadane, Ciujung, Rentang dan Pemali Comal, sudah hampir selesai.

Agar irigasi yang sudah selesai dibangun dapat dimanfaatkan dengan lebih efisien, maka dalam tahun ini dilaksanakan pula penyempurnaan pembangunan saluran tertier dan saluran pembuang. Perbaikan dan penyempurnaan irigasi terutama dilaksanakan terha-dap irigasi yang berada dalam keadaan rusak dan tidak berfungsi lagi.

Untuk tahun 1974/75 sampai dengan tahun 1978/79 proyek Prosida merencanakan untuk merehabilitasi jaringan utama yang meliputi areal seluas lebih kurang 375.000 ha. Dalam tahun 1978/79 proyek Prosida telah merehabilitasi jaringan irigasi utama yang diperkirakan dapat mengairi areal seluas 56.469 ha.

proyek irigasi Jatiluhur meliputi tiga daerah pengairan, yaitu daerah pengairan Utara seluas 248.343 ha, daerah pengairan Sela- tan seluas 56.423 ha dan daerah pengairan tadah hujan seluas 36.477 ha. Di samping pembangunan jaringan irigasi baru yang akan menghasilkan perluasan daerah pengairan teknis, dalam rangka proyek ini juga dilaksanakan rehabilitasi jaringan irigasi utama, saluran ter- tier dan saluran pembuang yang telah ada.

Proyek irigasi Jatiluhur secara keseluruhan akan dapat mengairi areal seluas 341.243 ha. Sampai tahun 1978/79 seluruh jaringan utamanya yang meliputi areal seluas 197.342 ha, telah selesai direha-bilitasikan. Pembangunan sisanya yang meliputi areal seluas 114.901 ha dan sebagian merupakan areal irigasi baru, masih akan dilanjut- kan pelaksanaannya.

Dalam tahun 1978/79 telah selesai dilaksanakan pembangunan jaringan tertier untuk areal seluas lebih kurang 57.000 ha. Pembangunan seluruh jaringan tertier di kawasan proyek irigasi Jatiluhur

Page 10: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

direncanakan akan dapat selesai pada tahun 1982/83.

571

Page 11: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

2. Program Pembangunan Jaringan Irigasi Baru

Program ini meliputi proyek-proyek irigasi sedang kecil dan proyek irigasi sederhana yang tersebar di seluruh propinsi dan proyek-proyek khusus, seperti Gumbasa, Krueng Jrue, Kedu Selatan, Kali Progo, Dumoga, Lodoyo, Cidurian, Sungai Dareh Sitiung, Way Umpu/ Way Pangubuan, Luwu, Binuang dan Semboja.

Dalam tahun 1978/79 proyek irigasi sedang kecil dan proyek irigasi sederhana diperkirakan dapat membuka areal seluas 51.459 ha yang lokasinya tersebar di seluruh Indonesia, Karena bersifat "quick yielding", artinya dapat memberikan hasil dalam jangka waktu re- latif singkat, maka proyek ini dalam pembangunan pengairan memperoleh prioritas utama.

Lain halnya dengan proyek irigasi khusus. Proyek ini bertujuan membangun sistem pengairan teknis, sehingga penyelesaian proyek ini relatif lebih lama dibandingkan dengan proyek irigasi sederhana dan irigasi sedang kecil. Beberapa gambaran dari pelaksanaan proyek-proyek irigasi khusus adalah sebagai berikut

a. Proyek Irigasi Gumbasa di Sulawesi TengahProyek irigasi Gumbasa mempunyai tujuan

membuka areal persawahan baru. Pelaksanaan pembangunan bendungan telah selesai, sedangkan pembangunan jaringan irigasi utamanya masih dalam tahap penyelesaian. Apabila pembangunan jaringan tertier dan pencetakan sawahnya telah dapat diselesaikan, maka proyek ini akan dapat mengairi areal seluas lebih kurang 12.000 ha. Dalam tahun 1978/79 telah dilaksanakan pengukuran dan perencanaan jaringan tertier seluas 4.000 ha dan pembangunan bangunan-bangunan air dalam rangka pembangunan jaringan tertier untuk areal seluas 1.500 ha.

Page 12: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

b. Proyek Irigasi Dumoga di Sulawesi Utara

Proyek ini direncanakan selesai tahun 1985. Kegiatannya dalam tahun 1978/79 adalah melanjutkan pembangunan jaringan utama dan

572

Page 13: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

saluran tertier. Apabila selesai seluruhnya, proyek ini akan dapat mengairi areal seluas 13.807 ha, yang sebagian, yaitu seluas 5.207 ha, akan memperoleh air dari jaringan irigasi baru Dumoga/Kasinggolan dan sebagian dari jaringan Toraut.

Dalam rangka proyek ini sampai dengan tahun 1978/79 diperki- rakan telah dapat diselesaikan pembangunan jaringan irigasi tertier seluas 1.000 ha.

c. Proyek Irigasi Krueng Jrue di Aceh

Kegiatan proyek irigasi Krueng Jrue dalam tahun 1978/79 meru-pakan lanjutan dari tahun-tahun sebelumnya. Apabila telah selesai proyek ini diperkirakan akan dapat mengairi areal seluas 1.0.555 ha. Dalam rangka proyek ini pada tahun 1978/79 diperkirakan telah di -selesaikan pembangunan jaringan irigasi tertier untuk areal seluas 750 ha.

d. Proyek Irigasi Kedu Selatan di Jawa Tengah

Proyek Irigasi Kedu Selatan terutama meliputi proyek Irigasi Sempor dan Wadas Lintang. Jika proyek ini selesai diperkirakan akan dapat mengairi areal seluas 17.800 ha. Sampai tahun 1978/79 telah dapat diselesaikan pekerjaan pembangunan jaringan utama (primer dan sekunder) dan bangunan-bangunan pengairan lainnya.

e. Proyek Irigasi Kali Progo di Yogyakarta

Proyek irigasi Kali Progo bertujuan membuka daerah irigasi baru dan rehabilitasi jaringan irigasi yang sudah ada, termasuk pemba-ngunan saluran drainage dan pengaturan pencegahan banjir Kali Bo-gowonto dan Kali Opak. Proyek ini apabila telah selesai akan dapat mengairi areal seluas sekitar 30.000 ha; sampai dengan tahun 1978/ 79 sudah dapat diselesaikan sebagian yang secara potensial dapat mengairi areal seluas 6.846 ha.

f. Proyek Irigasi Way Jepara di Lampung

Kegiatan proyek ini merupakan lanjutan dari yang telah dilak-sanakan tahun-tahun sebelumnya. Jaringan utamanya sebagian besar

573

Page 14: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

sudah selesai. Apabila proyek ini telah selesai, dan demikian pula pencetakan sawah serta pembangunan jaringan tertiernya, maka akan dapat mengairi areal seluas 8.481 ha dengan areal drainasi seluas 2.900 ha.

g. Proyek Irigasi Way Umpu dan Way Pangubuan di

LampungProyek Irigasi Way Umpu dan Way Pangubuan juga

merupakan proyek lanjutan. Dalam tahun 1978/79 telah diselesaikan pembangunan bendungan dan jaringan utamanya. Apabila jaringan, irigasinya selesai seluruhnya proyek ini diharapkan dapat mengairi areal seluas kurang lebih 12.500 ha.

3. Program Pengaturan Serta Pengembangan Sungai dan Rawa

Program ini meliputi proyek perbaikan dan pengamanan sungai dalam rangka penanggulangan banjir yang lokasinya tersebar di seluruh Indonesia, proyek pengamanan sungai yang bersifat khusus, pro-yek penanggulangan akibat bencana alam, proyek pasang surut dan proyek pengembangan daerah rawa.

Proyek perbaikan dan pengamanan sungai mencakup kegiatan memperbaiki/memperkuat tanggul-tanggul sungai, pembuatan sodet-an (coupure) dan pengerukan sungai yang dangkal. Selama tahun-tahun 1974/75 - 1977/78 telah dapat diamankan areal sekitar 369.000 ha dan dalam tahun 1978/79 diharapkan dapat diamankan areal sekitar 62.000 ha.

Proyek pengamanan sungai yang bersifat khusus meliputi sungai Bengawan Solo, Citanduy, Wampu, Ular, Kali Brantas, Cisanggarung, Arakundo dan proyek pengendalian banjir DKI Jaya. Proyek ini, di samping untuk penanggulangan banjir di sekitar sungai-sungai tersebut, juga dimaksudkan untuk mengamankan daerah-daerah produksi pertanian. Di samping itu proyek-proyek ini juga dimaksudkan

Page 15: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

untuk menunjang sektor industri, misalnya, untuk penyediaan listrik tenaga air dan penyediaan air untuk keperluan perusahaan-perusahaan.

Proyek pengamanan akibat bencana alam dimaksudkan untuk menanggulangi banjir lahar panas dan banjir lahar dingin di daerah

574

Page 16: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

daerah sekitar G. Merapi G. Agung, G. Kelud, dan G. Semeru. Kegiatan utamanya berupa pembuatan kantong lahar serta penguatan te-bing untuk mencegah terjadinya tanah longsor.

Di samping proyek-proyek tersebut, dalam rangka program pengaturan dan pengembangan sungai juga dilaksanakan proyek pa- sang surut dan proyek pembangunan daerah rawa. Proyek ini bertujuan menambah luas areal tanah pertanian. Proyek pasang surut pada tahun 1978/79 berhasil menambah areal pertanian seluas 116.252 ha sedang proyek pengembangan daerah rawa menambah 6.070 ha. Da-lam angka-angka areal ini termasuk pelaksanaan pekerjaan tahun-tahun sebelumnya yang diselesaikan pada tahun 1978/79, yaitu seluas 71.734 ha dari proyek P4S dan seluas 3.189 dari proyek pengem-bangan daerah rawa.

4. Program Penelitian Pertanian dan Pengairan

Program ini bersifat sebagai penunjang program-program terse- but di atas dan meliputi proyek survai, penyelidikan dan perancangan pengembangan sumber-sumber air, proyek pengembangan air tanah untuk irigasi, proyek perbaikan keadaan danau dan proyek penyelidikan masalah air.

Proyek survai, penyelidikan dan perancangan sumber-sumber air merupakan persiapan dalam penyusunan rencana induk pengembangan wilayah sungai yang lokasinya tersebar di seluruh Indonesia. Kegiatan proyek pengembangan air tanah untuk irigasi dalam tahun 1978/ 79 adalah melanjutkan pekerjaan tahun-tahun sebelumnya. Proyek ini terutama dilaksanakan di daerah-daerah pertanian yang mengalami kesukaran dalam mendapatkan air permukaan untuk irigasi. Salah satu kegiatan proyek ini adalah mengadakan penelitian mengenai ke-mungkinan penggunaan pompa-pompa air untuk pengairan. Di daerah- daerah yang sudah diselidiki akan dikembangkan cara-cara pompani-sasi seperti yang telah dilaksanakan di Kediri, Nganjuk, Madiun, Gunung Kidul dan Madura.

Page 17: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Proyek penyelidikan masalah air mempunyai tujuan utama mengembangkan kegiatan-kegiatan hidrologi untuk perencanaan bangun-

575

Page 18: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

an-bangunan pengairan. Kegiatan dalam proyek ini juga mencakup penyusunan buku-buku pedoman untuk keperluan pengembangan teknik pengairan.B. LISTRIK DAN GAS

1. ListrikSebagaimana telah digariskan dalam Repelita 11,

program peningkatan tenaga listrik diarahkan untuk meningkatkan dan meratakan penyelenggaraan pelayanan bagi kepentingan umum dengan menyedia-kan tenaga listrik dalam volume yang mencukupi dan dengan keandalan serta kwalitas yang terus meningkat.

Sehubungan dengan kebijaksanaan tersebut di atas maka perencanaan dan pembangunan kelistrikan diarahkan pada pembentukan dan pengembangan suatu sistem kelistrikan nasional yang menjadikan setiap pembangunan kelistrikan bukan merupakan proyek-proyek yang berdiri sendiri melainkan merupakan bagian dari suatu kesatuan perencanaan yang menyeluruh. Program pembangunan kelistrikan disesuaikan pula dengan kebutuhan yang nyata, terutama kebutuhan akan tenaga listrik untuk sektor industri. Dengan pengarahan ini maka secara bertahap kebutuhan akan listrik untuk sektor industri, baik yang belum terpenuhi maupun yang sudah terpenuhi dengan mempergunakan pembangkit sendiri (captive power), akan dapat dipenuhi dari jaringan umum. Selanjutnya dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat di daerah pedesaan, terutama untuk menunjang industri/kerajinan rakyat di desa, diusahakan penyebar luasan kegiatan-kegiatan pembangunan kelistrikan ke daerah-daerah pedesaan.

Sesuai dengan kebijaksanaan di atas, maka usaha yang dilakukan adalah merehabilitasi pembangkit tenaga listrik yang telah ada dan membangun pembangkit tenaga listrik baru untuk menambah daya terpasang serta memperbaiki keseimbangan antara

Page 19: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

daya terpasang dan jaringan listrik. Khusus mengenai kelistrikan desa, usaha yang dilakukan sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan yang ada. Di desa-desa tertentu dengan membangun pusat listrik tenaga diesel (PLTD) berkapasitas kecil; di desa-desa yang lain dengan membangun pusat listrik tenaga mikro hidro (PLTM) dengan memanfaatkan sumber tenaga air

576

Page 20: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

yang tersedia. Dan di desa-desa yang dilewati jaringan kelistrikan dengan melakukan penyadapan terhadap jaringan tegangan menengah yang melewati desa yang bersangkutan. Usaha penyebarluasan listrik ke desa-desa ini telah ditingkatkan sejak tahun 1976/77, tetapi sesuai dengan kemampuan yang ada, pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.

Sebagai hasil dari kebijaksanaan yang telah diungkapkan di atas, maka selama Repelita II dapat diselesaikan pembangunan pusat pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas L210,609 MW, jaringan trans-misi sepanjang 2.161,22 kms, gardu induk sebanyak 66 unit dengan kapasitas sebesar 2.691,93 MVA, jaringan distribusi tegangan menengah sepanjang 6.484,92 kms, jaringan distribusi tegangan rendah sepanjang 6.368,403 kms beserta gardu distribusinya sebanyak 10.361 unit dan pelaksanaan perubahan tegangan untuk sebanyak 10.361 unit dan pelaksanaan perubahan tegangan untuk sebanyak 105.357 langganan.

Penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 1.210,609 MW tersebut di atas diperoleh dari pembangunan pusat listrik tenaga diesel (PLTD) sebesar 304,701 MW, pusat listrik tenaga gas (PLTG) sebesar 710 MW, pusat listrik tenaga uap (PLTU) sebe-sar 125 MW, pusat listrik tenaga air (PLTA) sebesar 68,70 MW dan pusat listrik tenaga mikro hidro sebesar 2,208 MW. Selain dari itu, pada saat ini. sedang dilaksanakan pembangunan dan penyelesaian beberapa pusat pembangkit tenaga listrik, antara lain, PLTU Muara Karang 1/11/IC[ (3 X 100 MW), 1V/V (2 X 200 MW) dan PLTU Semarang (2 X 50 MW).

Di samping kegiatan-kegiatan tersebut di atas, selama Repelita II juga dipersiapkan pembangunan beberapa pusat pembangkit tenaga listrik, di antaranya, PLTU Gresik I/II (2 X 100 MW), PLTU Belawan (2 X 65 MW), PLTU Semarang III (1 x 200

Page 21: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

MW), PLTU Surabaya (2 X 400 MW), PLTP Kamojang (1 x 30 MW), PLTA Maninjau I/IV (4 X 17 MW), PLTA Tes (2 X 1,2 MW), PLTA Garung (2 X 13,2 MW), PLTA Wlingi II (1 X 27 MW), PLTA Saguling (4 X 175 MW), PLTA Mrica (3 X 60 MW), dan PLTA Wonogiri (2 X 6,5 MW).

577

Page 22: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Dari hasil pembangunan pusat pembangkit selama Repelita II patut dicatat bahwa PLTG merupakan pusat pembangkit tenaga listrik yang sangat menonjol. Hal ini disebabkan karena selama Repelita II permintaan masyarakat akan tenaga listrik sangat meningkat, sehingga perlu ditanggulangi dengan membangun pusat pembangkit tenaga listrik yang relatif cepat pembangunannya yaitu PLTG. Di samping itu juga karena pembangunan pusat listrik tenaga uap (PLTU) memerlukan waktu yang lama.

Dengan terselesaikannya beberapa pusat pembangkit tenaga listrik di beberapa kota besar, maka kini secara bertahap telah dapat dilaksanakan pemeliharaan pusat-pusat pembangkit tenaga listrik secara lebih teratur. Di samping itu juga telah dapat dilakukan pemindahan unit-unit diesel dari kota-kota yang telah mendapatkan tambahan pembangkit tenaga listrik yang berkapasitas besar ke daerah yang memerlukan, khususnya daerah atau kota yang mengalami pemadaman. Selain itu, meningkatnya kebutuhan masyarakat akan tenaga listrik semakin dapat diimbangi.

Di samping itu, pendekatan masalah dalam perencanaan dan pem. bangunan kelistrikan juga diarahkan pada pendekatan secara antar regional, dengan maksud agar tercapai suatu sistem inter koneksi regional, lengkap dari pembangkitan, transmisi dan distribusi. Selanjut-nya dalam usaha meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pelak-sanaan perubahan tegangan rendah (PTR) yang dilakukan sejak permulaan Repelita II, dan dimulai di daerah-daerah di Pulau Jawa, di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Barat dan Sulawesi Utara, sejak tahun 1977/78 ditingkatkan. Selain itu sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah dalam rangka penghematan bahan bakar minyak, maka baik

Page 23: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

usaha maupun penelitian mengenai kemungkinan pemanfaatan sumber-sumber energi non minyak untuk keperluan pembangkit tenaga listrik, seperti batubara dan gas alam serta tenaga air, dilanjutkan.

Dalam tahun terakhir Repelita II, telah dapat dihasilkan kenaikan daya terpasang sebanyak 236,030 MW, penambahan jaringan transmisi sepanjang 530,27 kms, penyelesaian gardu induk sebanyak 16 unit

578

Page 24: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

dengan kapasitas 1.543,6 MVA, penambahan jaringan distribusi tegangan menengah dan tegangan rendah masing-masing sepanjang 1,958,068 kms dan 1.628,92 kms beserta gardu distribusinya sebanyak 1.532 unit dan pelaksanaan perubahan tegangan untuk 26.969 lang- ganan.

Penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 236,030 MW tersebut di atas diperoleh dari penambahan pusat listrik tenaga diesel (PLTD) sebesar 68,662 MW; pusat listrik tenaga uap (PLTU) sebesar 100 MW; pusat listrik tenaga gas (PLTG) sebesar 40 MW; pusat listrik tenaga air (PLTA) sebesar 27 MW; dan pusat listrik tenaga mikro hidro (PLTM) sebesar 0,368 MW.

Adapun perincian kegiatan dan perkembangan pembangunan kelistrikan secara regional selama tahun terakhir Repelita II adalah seperti diuraikan di bawah ini.

Program peningkatan tenaga listrik di Aceh, yang antara lain dilaksanakan di kota-kota Banda Aceh, Lhokseumawe, Birruen, Langsa, Takengon, Tapak Tuan, Idie, Indrapuri, Samalanga, Kota-cane, Blang Pidie dan Blang Kejeren, telah dapat menyelesaikan pembangunan pusat listrik tenaga diesel yang seluruhnya berkapa- sitas 6.545 KW, serta pembangunan jaringan distribusi tegangan menengah sepanjang 6,668 kms beserta gardu distribusinya sebanyak 4 unit. Dalam pada itu dewasa ini sedang dilaksanakan pula pembangunan pusat listrik tenaga diesel di beberapa kota lain, seperti di Garut-Aree, Labuhan Haji, Balongan, Sinabang, Beureunum, Panton Labu dan Lhok Sukon yang seluruhnya diperkirakan berkapasitas 2.200 KW.

Dalam rangka pembangunan kelistrikan di daerah Sumatera Utara, yang antara lain dilaksanakan di kota-kota Medan, Prapat, Tanjung Balai, Sibolga, Tanjung Pura, Brastagi dan Kisaran, telah dapat diselesaikan pusat listrik tenaga diesel yang

Page 25: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

seluruhnya berkapasitas 10.398 KW, perluasan satu gardu induk dengan kapasitas 30 MVA, pembangunan jaringan distribusi tegangan menengah sepanjang 328,272 kms, jaringan distribusi tegangan rendah sepanjang 186.955 kms dan gardu distribusi sebanyak 337 unit. Selain itu

579

Page 26: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

dalam tahun 1978/79 sedang dilaksanakan pula pembangunan pusat listrik tenaga diesel di kota Tanjung Pura, Kisaran, Pematang Siantar dan Balige yang seluruhnya diperkirakan berkapasitas 6.500 KW. Selanjutnya untuk meningkatkan daya terpasang sistem kelistrikan di Medan dan sekitarnya, dalam tahun itu telah mulai dipersiapkan pembangunan suatu pembangkit listrik tenaga uap di Belawan yang berkapasitas 2 X 65 MW beserta jaringan transmisi dan gardu induknya.

Di daerah Sumatera Barat dan Riau telah dapat diselesaikan pembangunan pusat listrik tenaga diesel di Padang yang berkapa- sitas 2 X 4.040 KW, jaringan transmisi antara Padang Panjang dan Lubuk Alung sepanjang 37,4 kms, jaringan distribusi tegangan menengah dan tegangan rendah yang meliputi daerah Sumatera Barat dan Riau, masing-masing sepanjang 80,14 kms dan 39,27 kms, beserta gardu distribusinya sebanyak 29 unit. Di samping itu pada saat ini sedang dilaksanakan pembangunan pusat listrik tenaga diesel di Tanjung Pinang yang berkapasitas 2 X 1.000 KW. Selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga listrik di daerah Sumatera Barat di masa yang akan datang, saat ini telah mulai dibangun pula suatu pusat listrik tenaga air di Maninjau yang berkapasitas 4 X 17 MW beserta jaringan transmisinya yang menghubungkan Maninjau - Padang - Teluk Bayur.

Di beberapa kota di Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu dan Lampung, seperti Batu Raja, Kayu Agung, Pagar Alam, Lahat, Metro, Tanjung Karang dan Bengkulu, telah diselesaikan pembangunan pusat listrik tenaga diesel yang seluruhnya berkapasitas 11.688 KW, jaringan transmisi sepanjang 5,75 kms beserta satu unit gardu induk yang berkapasitas 15 MVA, jaringan distribusi tegangan menengah sepanjang 165 kms dan jaringan distribusi tegangan rendah sepanjang 260 kms beserta gardu

Page 27: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

distribusinya sebanyak 165 unit. Di Palembang dewasa ini juga sedang dilaksanakan pembangunan pusat listrik tenaga gas dengan kapasitas 1 X 1.5 MW beserta jaringan transmisi dan gardu induknya dan di Tes sedang dibangun pusat listrik tenaga air dengan kapasitas 2 X 1.200 KW.

580

Page 28: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Dengan selesainya pembangunan beberapa pusat listrik tenaga diesel di daerah Kalimantan Barat pada tahun 1977/78 maka sejak 1978/79 di daerah tersebut diutamakan penyelesaian jaringan distribusi tegangan menengah dan tegangan rendah, masing-masing sepanjang 95,65 kms dan 18,835 kms beserta gardu distribusinya sebanyak 28 unit. Untuk daerah itu dalam tahun 1978/79 telah diselesaikan pula pembangunan pusat listrik tenaga diesel di berbagai tempat yang seluruhnya berkapasitas 864,4 KW.

Dalam usaha memenuhi kebutuhan akan tenaga listrik di daerah-daerah Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, dalam tahun 1978/79 telah dapat diselesaikan pembangunan sejumlah pusat listrik tenaga diesel di berbagai tempat seluruhnya berkapasitas 4.772 KW, penambahan jaringan distribusi tegangan menengah sepanjang 101,093 kms, penambahan jaringan distribusi tegangan rendah sepanjang 94,623 kms dan gardu distribusi sebanyak 176 unit. Di samping itu, dewasa ini sedang dipersiapkan perluasan PLTA Riam Kanan III yang kapasitasnya 10.000 KW beserta jaring-an transmisi sirkit kedua dan gardu induknya yang berkapasitas 2 X 6.000 KVA dan pembangunan PLTD di Sampit yang kapasitas- nya 2 X 1.000 KW.

Pengembangan kelistrikan di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah dalam tahun 1978/79 meliputi penyelesaian beberapa pusat listrik tenaga diesel di Bitung, Gorontalo, Palu, Tahuna, Siau, Tompasobaru, yang seluruhnya berkapasitas 7.753 KW, penambahan jaringan distribusi tegangan menengah 49.64 kms, jaringan distribusi tegangan rendah sepanjang 32,20 kms dan gardu distribusi sebanyak 30 unit.

Dalam rangka meningkatkan penyediaan tenaga listrik untuk daerah Sulawesi bagian Utara untuk masa yang akan datang dewasa ini sedang

Page 29: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

dipersiapkan pemasangan mesin unit ke III di PLTA Tonsea Lama, pembangunan prasarana untuk penelitian mengenai kemungkinan untuk membangun PLTA Tenggari 1/11 yang diharapkan berkapasitas 2 X 8.500 KW, jaringan_ transmisi sepanjang 50 kms dan 8 unit gardu yang seluruhnya berkapasitas 58 MVA.

581

Page 30: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Pembangunan kelistrikan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara dalam tahun 1978/79 meliputi penyelesaian beberapa pusat listrik tenaga diesel, antara lain di Wundulako, Wangi-Wangi, Kendari dan Pare-Pare yang seluruhnya berkapasitas 4.283 KW, pemasangan kabel sepanjang 1 kms, penambahan jaringan distribusi tegangan menengah sepanjang 107,807 kms, penambahan jaringan distribusi tegangan rendah sepanjang 126,657 kms dan penambahan gardu distribusi sebanyak 77 unit.

Page 31: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga listrik di Sulawesi Sela-tan di masa yang akan datang, dewasa ini sedang dipersiapkan prasarana untuk pembangunan PLTD di Ujung Pandang dengan kapasitas 2 X 12 MW dan diselenggarakan penelitian mengenai kemungkinan pembangunan suatu PLTA di sungai Sadang, yang diharapkan berkapasitas 3 X 31 MW, beserta jaringan transmisinya ke kota Ujung Pandang dan gardu induknya.

Untuk daerah Maluku pada saat ini telah dapat diselesaikan pembangunan pusat listrik tenaga diesel di kota Ambon, Ternate dan Nam-lea, yang seluruhnya berkapasitas 936 KW, penambahan jaringan distribusi tegangan menengah sepanjang 23 kms, penambahan jaringan distribusi tegangan rendah sepanjang 25,5 kms dan pembangunan gardu distribusi sebanyak 13 unit. Untuk penyediaan tenaga listrik tahap selanjutnya dewasa ini sedang dipersiapkan prasarana untuk pembangun-an beberapa pusat listrik tenaga diesel di berbagai-bagai lokasi, seluruhnya berkapasitas 5.644 KW, beserta jaringan distribusinya.

Hasil pembangunan kelistrikan di Irian Jaya meliputi penyelesai- an beberapa pusat listrik tenaga diesel dengan kapasitas 504 KW, penambahan jaringan distribusi tegangan menengah dan tegangan rendah masing-masing sepanjang 10,5 dan 6,5 kms serta penambahan gardu distribusi sebanyak 43 unit.

Di daerah Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur telah dapat diselesaikan pembangunan beberapa pusat listrik tenaga diesel antara lain di kota-kota Singaraja, Karangasem, Dompu, Sum-bawa dan Selong yang seluruhnya berkapasitas 2.616 KW, pembangunan jaringan transmisi antara Jimbaran dan Nusa Dua sepanjang 8 kms,

582

582

Page 32: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

penambahan jaringan distribusi tegangan menengah sepanjang 157 kms, penambahan jaringan distribusi tegangan rendah sepanjang 123 kms dan pembangunan gardu distribusi sebanyak 72 unit.

Dalam pada itu, untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga listrik di masa yang akan datang, dewasa ini sedang dipersiapkan pembangunan beberapa pusat tenaga listrik dengan kapasitas seluruhnya sebesar 4.250 KW beserta jaringan distribusinya di berbagai tempat di Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga listrik yang makin meningkat di daerah Jawa Timur, pada waktu ini telah dapat diselesai-kan beberapa unit pembangkit tenaga listrik besar, seperti pusat listrik tenaga uap Perak unit 3 dan 4 (2 X 50 MW), pusat listrik tenaga gas Gresik (2 x 20 MW) dan pusat listrik tenaga air Wlingi (1 X 27 MW). Untuk menyalurkan tenaga listrik yang dihasilkan oleh pusat pembangkit tersebut maka telah diselesaikan jaringan transmisi sepanjang 125,4 kms. Jaringan ini meliputi: Perak - Waru 1144 kms, Gresik - Petrokimia 8,4 kms, Blimbing - Polehan 13 kms, Madiun - Maospati 20 kms, PLTG Gresik - gardu induk Gresik 7,4 kms , Malang Selatan - Polehan 8,4 kms, Wlingi - Karang Kates 23,6 kms, Caruban Incoming 0,1 kms, Semen Gresik Incoming 0,2 kms dan Tandes Branch 0,3 kms. Selanjutnya telah diselesaikan penambahan dan perluasan gardu induk sebanyak 3 buah/376 MVA, terdiri atas: perluasan gardu induk Gresik (l x 20 + 1 X 50) MVA, perluasan gardu induk Waru II (2 X 20 + 1 X 30 -f- 1 X 39) MVA, perluasan gardu induk Sukolilo 1 X 30 MVA, perluasan gardu induk Malang Selatan 1 X 35 MVA, perluasan gardu induk Bangil 2 X 35 MVA, penambahan gardu induk Petro Kimia 1 x 20 MVA, penambahan gardu induk Caruban l X 16 MVA, perluasan gardu induk Sawahan 1 X 20 MVA dan penambahan gardu induk Kertosono

Page 33: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

1 X 6 MVA.Di samping itu sudah diselesaikan pula jenis

jaringan distribusi tegangan menengah sepanjang 264,688 kms, jaringan distribusi tegangan rendah sepanjang 357,113 kms dan pembangunan gardu distribusi sebanyak 114 unit yang lokasinya tersebar di seluruh Jawa Timur,

583

Page 34: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan di masa datang saat ini telah dipersiapkan pembangunan PLTU Gresik I/II (2 X 100 MW) dan PLTA Wlingi II (1 x 27 MW) beserta jaringan transmisi dan distribusinya.

Untuk memenuhi kebutuhan konsumen di kota-kota kecil Jawa Tengah telah diselesaikan pembangunan pusat listrik tenaga diesel berkapasitas kecil di kota-kota tersebut dengan jumlah kapasitas 5,536 MW. Di samping itu kini sedang diselesaikan pembangunan pusat listrik tenaga uap (PLTU) Semarang unit 1 dan 2 (2 X 50 MW) serta pembangunan jaringan transmisi sepanjang 216,72 kms yang menghubungkan Pekalongan - Tegal 0,38 kms, Tegal - Purwokerto 1,06 kms, Purwokerto - Cilacap 0,80 kms, Semarang Timur -- Jelok 23,66 kms, Jelok - Magelang 41,28 kms, Yogyakarta Utara - Magelang 37,88 kms, Yogya Utara - Yogya Selatan 16,27 kms, Yogya Selatan - Klaten 34,77 kms, Klaten - Solo Timur 34,86 kms dan Solo Barat - Solo Timur 25,76 kms. Selanjutnya juga sedang dilaksanakan pembangunan dan perluasan gardu induk sebanyak 7 buah dengan kapasitas 122,6 MVA yang terdiri atas perluasan Semarang Barat 1 X 30 MVA, pembangunan gardu induk Tegal 1 X 6,3 MVA, pembangunan gardu induk Cepu 1 X 6,3 MVA, pembangunan gardu induk Magelang 1 X 16 MVA, pembangunan gardu induk Yogya Utara 1 X 16 MVA, pembangunan gardu induk Yogya Selatan l X 16 MVA, pembangunan gardu induk Klaten 1 X 16 MVA dan pembangunan gardu induk Solo Timur 1 X 16 MVA serta pembangunan jaringan distribusi tegangan menengah sepanjang 177 kms, gardu distribusi 212 unit dan jaringan distribusi tegangan rendah sepanjang 141,714 kms yang meliputi seluruh Jawa Tengah.

Untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang pada saat ini juga sedang dilakukan penelitian mengenai kemungkinan dibangunnya PLTA

Page 35: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Mrica (3 X 60 MW), PLTA Garung (2 X 13,2 MW) dan PLTA Wonogiri (2 X 6.500 KW).

Di daerah Jawa Barat dalam tahun 1978/79 telah dapat diselesaikan pembangunan pembangkit tenaga listrik di kota-kota kecil

584

Page 36: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

di Jawa Barat seperti Pamanukan, Pelabuhan Ratu dan Pameungpeuk, dengan jumlah kapasitas sebesar 1.137 KW. Di samping itu dalam tahun itu juga sedang diselesaikan pembangunan pusat listrik tenaga uap Muara Karang unit I (1 X 100 MW) yang akan memberikan tambahan penyediaan tenaga listrik untuk daerah Jakarta Raya dan sekitarnya. Selanjutnya telah diselesaikan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 136 kms, yang menghubungkan Muara Karang - Angke 8 kms, Bekasi - Pulo Gadung 17 kms, Cawang - Mam- pang 24 kms, Parakan - Malangbong 27 kms, Sunyaragi - Cang- kring 4 kms, Kosambi - Pupuk Kujang 16 kms dan Purwakarta - Subang 40 kms. Selain itu telah selesai pula perluasan dan penam bahan gardu induk sebanyak 5 buah dengan kapasitas 1010 MVA, ang terdiri atas perluasan gardu induk Gandaria 1 X 30 MVA, gardu induk Pulo Gadung (3 X 30 + 2 x 100) MVA, gardu induk Gambir 1 X 30 MVA, gardu induk Mampang 1 X 30 MVA, gardu induk Angke 2 X 100 MVA, gardu induk Ancol 1 X 30 MVA, gardu induk Pulo Mas 1 X 30 MVA, gardu induk Purwakarta 1 x 10 MVA, perluasan gardu induk Cigareleng 2 X 10 MVA, penambahan gardu induk Plumpang 2 x 60 MVA, Bekasi 2 x 60 MVA, gardu induk Depok 1 x 30 MVA, gardu induk Cibabat 2 x 20 MVA dan penambahan gardu induk Pupuk Kujang 1 x 30 MVA, perluasan jaringan distribusi tegangan menengah sepanjang 397,61 kms, penambahan jaringan distribusi tegangan rendah sepanjang 224,21 kms beserta pembangunan gardu distribusinya sebanyak 189 unit yang lokasinya tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta Raya dan Jawa Barat. Di samping itu telah diselesaikan pula pelaksanaan perubahan tegangan rendah untuk sebanyak 26.969 konsumen. Untuk memenuhi kebutuhan listrik dimasa mendatang, dewasa ini sedang dipersiapkan penelitian mengenai kemungkinan pembangunan suatu PLTU di Suralaya yang kapasitasnya sebesar 2 x 400 MW,

Page 37: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

perluasan/penambahan mesin pada PLTA Juanda yang kapasitasnya 1. X 25 MW, persiapan pembangunan pusat listrik tenaga panas bumi di Kamojang yang berkapasitas 1 X 30 MW, pembangunan PLTU Muara Karang II/III (2 x 100 MW), IV/V (2 X 200 MW) serta penelitian menge- nai kemungkinan dan perencanaan teknis untuk pembangunan suatu

585

Page 38: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

PLTA di Saguling (4 X 175 MW) dan jaringan transmisi untuk menyalurkan tenaga listrik ke daerah pusat-pusat beban.

Selain hasil-hasil pembangunan kelistrikan seperti yang diuraikan di atas, dalam rangka pemerataan pembangunan kelistrikan ke pelosok-pelosok daerah telah dibangun pusat listrik tenaga mikro hidro di berbagai daerah dengan jumlah kapasitas 368 KW. Pembangunan PLTM, antara lain dilaksanakan di Kota Anau (Sumatera Barat), Narmada (NTB), dan Maja (Jawa Barat), dengan memanfaatkan tenaga air yang kemampuannya kecil.

Usaha-usaha pembangunan yang diuraikan di atas, yang semuanya merupakan pembangunan phisik, selalu diimbangi dengan usaha-usaha peningkatan kemampuan dan kelengkapan organisasi dalam tubuh PLN. Dalam hubungan ini usaha peningkatan kelistrikan dan ketrampilan personil terus dilaksanakan melalui pendidikan dan latihan yang dilaksanakan dengan jalan penyelenggaraan penataran-penataran dan kursus-kursus kejuruan baik di dalam maupun di luar negeri. Di samping itu peningkatan kemampuan staf pimpinan di bidang teknik dan administrasi dilaksanakan melalui penyelenggaraan latihan di perusahaan-perusahaan, lokakarya dan seminar-seminar.

Dalam tahun 1978/79 pendidikan yang dilaksanakan oleh PLN dalam PUSDIKLAT dan UDIKLAT-nya, dan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan di luar PLN dapat mencapai 1.052 karyawan, sehingga pendidikan selama Repelita II telah mencapai 5.000 karyawan.

Sebagai hasil dari kegiatan pembangunan yang diuraikan di atas pengadaan tenaga listrik dan pelayanan dalam bidang kelistrikan bagi masyarakat pada tahun 1978/79 telah dapat ditingkatkan. Penyediaan tenaga listrik dapat ditingkatkan sebesar 20,7%, dari 4.740.660 MWH pada tahun 1977/78

Page 39: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

menjadi 5.721.558 MWH pada tahun 1978/79. Di samping itu juga terjadi kenaikan penjualan tenaga listrik sebesar 21,9%, yaitu dari 3.532.027 MWH pada tahun 1977/78 menjadi 4.305.488 MWH pada tahun 1978/79. Kenaikan daya tersambung meningkat dengan 27,1%, yaitu dari 1.933.511 KVA dalam tahun 1977/78 menjadi 2.457.942 KVA pada tahun 1978/79 dan jumlah langganan meningkat sebesar 26,4%, yaitu dari 1.413.068 menjadi 1.786.179 langganan.

586

Page 40: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah
Page 41: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX - 2HASIL PROYEK-PROYEK TENAGA LISTRIK,

1973/74 - 1978/79

587

Page 42: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

GRAFIK IX – 1HASIL PROYEK-PROYEK TENAGA LISTRIK

1973/74 – 1978/79

588

Page 43: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

(Sambungan Grafik IX – 1)

589

Page 44: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX - 3PENGUSAHAAN TENAGA LISTRIK,

1973/74 - 1978/79

Uraian 1968 1973/74 1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79**)

Produksi Tenaga Listrik 1.756.4

523.006.66

93.345.241 3.770.29

44.127.39

04.740.66

05.721.558

Penjualan Tenaga Listrik(MWH)

1.204.382

2.214.950

2.411.107 2.803.613

3.081.817

3.532.027

4.305.488Daya Tersambung(KVA) 504.48

31.076.26

41.261.815 1.426.37

61.594.48

21.933.51

12.457.942

Daya Terpasang (MW) 527,37 970,77 1.116,84 1.283,88 1.376,50 1.862,74*)

2.098,74

*) Angka diperbaiki * * ) Angka sementara

Page 45: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah
Page 46: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

PENGUSAHAAN TENAGA LISTRIK,GRAFIK IX – 2

1968, 1973/74 - 1978/79

591

Page 47: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

(Sambungan Grafik IX – 2)

592

Page 48: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Adapun angka-angka mengenai hasil perkembangan phisik dan hasil usaha yang lebih terperinci selama tahun 1974/75 - 1978/79 dapat dilihat dalam Tabel IX -- 2, Grafik IX - 1 dan Tabel IX - 3, Grafik IX - 2.

2. G a s

Dalam Repelita II program peningkatan pemanfaatan tenaga gas diarahkan untuk memperbesar peranan tenaga gas dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan energi, sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah untuk meningkatkan usaha konservasi energi dan diversifikasi penyediaan bahan bakar di dalam negeri. Dengan pro-gram itu diharapkan pemanfaatan gas akan membantu usaha mene- kan peningkatan konsumsi minyak yang bernilai lebih tinggi sebagai penghasil devisa dan secara tidak langsung akan membantu mengurangi pemakaian kayu bakar yang berlebihan dan tidak terkendali- kan.

Dalam rangka pelaksanaan program tersebut telah diusahakan peningkatan penyediaan gas atas dasar pertimbangan bahwa pemanfaatan gas sebagai bahan bakar perlu diarahkan agar dapat meme-nuhi kebutuhan masyarakat banyak di kota-kota dengan biaya yang serendah-rendahnya.

Di samping itu dalam usaha diversifikasi penyediaan bahan bakar di dalam negeri, telah dijajagi kemungkinan guna melakukan rehabilitasi peralatan distribusi di beberapa tempat untuk dapat menyalurkan gas bumi yang tersedia sebagai pengganti gas buatan dari minyak bumi.

Dalam tahun 1978/79, seperti tahun-tahun sebelumnya usaha pengembangan pemanfaatan gas mengutamakan kegiatan-kegiatan rehabilitasi peralatan produksi dan distribusi yang telah tua di semua satuan usaha. Di samping itu telah

Page 49: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

dilaksanakan pula usaha peningkatan penyaluran gas bumi.

Dalam tahun 1978/79 telah dilaksanakan rehabilitasi pipa distribusi di Medan, Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Surabaya dan

593

Page 50: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Ujung Pandang. Dengan demikian kehilangan gas yang terjadi seba- gai akibat ketuaan pipa distribusi dapat ditekan. Selain itu untuk Jakarta telah diselesaikan pembangunan jaringan transmisi gas bumi dari pencabangan pipa transmisi gas bumi Cilamaya - Cilegon sepanjang 30 km dan konversi jaringan dan peralatan konsumen. Sejak awal April 1979 untuk kota Jakarta telah tersedia sarana gas bumi dengan kapasitas sebesar 250 juta kcal per hari atau ekivalen dengan 2i;,000 liter BBM per hari sebagai pengganti fasilitas pro- duksi gas batubara/minyak yang tempatnya tidak sesuai lagi dengan keadaan kota dewasa ini.

Untuk keperluan kota Surabaya dan sekitarnya dewasa ini se- dang dilakukan penelitian mengenai kemungkinan pemanfaatan gas bumi dari Cepu, Poleng dan Arosbaya. Dan guna mencukupi kebutuhan gas di kota Medan dan sekitarnya sedang dilakukan penelitian mengenai kemungkinan untuk meningkatkan gas bumi dari sumber Wampu dan Pangkalan Susu.

Di samping penelitian-penelitian di atas penelitian-penelitian yang lain juga terus dilakukan guna mencari kemungkinan-kemungkinan untuk (1) peningkatan penyediaan bahan bakar gas yang sesuai dengan peningkatan jaringan distribusi gas bumi yang terjadi, (2) pembangunan fasilitas produksi di tempat-tempat yang belum dapat tersaluri gas bumi dan (3) khusus mencari kemungkinan pengembangan industri-industri gas dan kokas di Sumatera Barat dengan memanfaatkan batu bara Ombilin sebagai bahan baku.

Agar usaha-usaha pengembangan pemanfaatan gas dapat memberikan hasil yang setinggi-tingginya perlu sekali diusahakan peningkatan kemampuan serta kwalitas kegiatan dalam pengembangan dari

Page 51: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

pada pemanfaatan/produksi tenaga gas.

Agar kebutuhan akan tenaga kerja yang berpengetahuan dan ber-ketrampilan tercukupi, baik dalam mutu Maupun jumlahnya, maka di samping kegiatan-kegiatan di atas dilaksanakan pula program pendidikan yang diarahkan kepada peningkatan pengetahuan dan

594

Page 52: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX - 4PERKEMBANGAN GAS KOTA, 1973/74 - 1978/79

U r a i a n 1973/74 1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 *) 1978/79 **)

I. Tambahan Produksi/Penyediaan(juta kcal per hari)

1. Ga

Gas Batubara - 2,6 12,4 - - -2. Gas Minyak Thermis - - - - - -3. Gas Minyak Katalitis 41,7 29,2 - - - -4. Gas Bumi 264,0 366,0 - 300,0 - 1.800

Jumlah 305,7 397,8 12,4 300,0 - 1.800II. Jaringan Transmisi/Distribusi

(Km)1. Pipa Distribusi 7,4 28,9 20,61 7,0 32,2 23,72. Pipa Transmigrasi 34,0 - - - 18,0 12,0

jumlah 41,4 28,9 20,61 7,0 50,2 35,7

*) Angka diperbaiki. **) Angka sementara.

595

Page 53: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX-5PENGUSAHAAN GAS KOTA, 1974 - 1978

596

Page 54: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

keahlian tenaga kerja dari tingkat yang terendah sampai yang ter- tinggi.

Angka-angka yang menunjukkan hasil kegiatan program pening- katan pemanfaatan/produksi tenaga gas dalam Repelita II dapat di- lihat pada Tabel IX - 4 dan Tabel IX - 5.

C. PERHUBUNGAN

1. Perhubungan Darat

a. Jalan

Kebijaksanaan yang ditempuh dalam bidang pembangunan jaringan jalan dan jembatan dititik beratkan pada usaha peningkatan dan rehabilitasi jalan yang mempunyai nilai ekonomi dan sosial yang tinggi. Di samping itu masih terus dilaksanakan pemeliharaan jalan dan pembangunan jalan baru. Dengan kebijaksanaan tersebut dalam akhir Pelita II ini telah kelihatan hasil-hasil yang cukup baik di bidang prasarana jalan,

Dalam tahun 1968 panjang jaringan jalan negara dan propinsi yang seluruhnya sekitar 32,028 kilometer menunjukkan keadaan sebagai berikut : 11 % dalam keadaan baik; 33 % dalam keadaan sedang dan 56% dalam keadaan rusak. Pada awal Pelita I dimulai program rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan dengan mengutamakan jaringan jalan yang mempunyai nilai ekonomi dan sosial yang tinggi. Pada dasarnya program rehabilitasi jalan dan jembatan ini bertujuan untuk mengembalikan kondisi jaringan jalan pada keadaan semula tanpa menaikkan mutu dan kelas jalan.

Pada Pelita II program pembinaan jaringan jalan lebih mengutamakan peningkatan mutu dan kelas

Page 55: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

jalan dengan meningkatkan daya dukung dan mutu jalan serta geometriknya. Di samping pekerjaan fisik telah pula dilakukan survai, studi asal tujuan dan kegiatan persiapan proyek lainnya, seperti studi kelayakan jalan dan jembatan

597

Page 56: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

serta perencanaan teknis jalan, jembatan serta penyelidikan masa- lah-masalah tanah dan jalan. Dalam bidang peralatan telah dipergunakan peralatan-peralatan berat dalam usaha meningkatkan mutu dan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan teknis jalan. Bagi pembinaan dan peningkatan fasilitas perbengkelan telah pula didirikan 7 Depot peralatan di Medan, Padang, Palembang, Cikampek, Semarang, Surabaya dan Ujung Pandang.

Dalam rangka mengembangkan dan memanfaatkan potensi da-lam negeri maka pemakaian aspal panas produksi dalam negeri dan butas terus ditingkatkan pemakaian butas selama ini telah mencapai 150 ribu ton/tahun. Di samping itu dalam usaha meningkatkan pelaksanaan jembatan dengan konstruksi beton pratekan telah dimulai pembangunan 6 pabrik komponen jembatan pratekan di 6 propinsi. Dengan demikian pelaksanaan program jembatan dapat dipercepat.

Pembangunan di bidang jalan dan jembatan sejak tahun 1973/74 sampai dengan akhir tahun 1978/79 memberikan hasil sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel IX - 6. Selama Pelita II telah dilakukan pemeliharaan jalan sepanjang 47.102 km dan jembatan 25.765 m serta rehabilitasi jalan sepanjang 7.484 km dan jembatan 23.683 m. Dalam memenuhi tuntutan dan perkembangan lalu lintas telah ditingkatkan jalan sepanjang 4.646 km dan jembatan 21.973 m serta pembangunan jalan baru sepanjang 693 km dan jembatan 5.771 m.

Di dalam tahun 1978/79 saja telah dapat dipelihara 8.858 km jalan serta diselesaikan rehabilitasi jalan sepanjang 2.226 km dan rehabilitasi jembatan sepanjang 4.560 m. Untuk memenuhi tuntutan dan perkembangan lalu lintas melalui program peningkatan telah pula ditingkatkan jalan sepanjang 1.165 km dan jembatan sepanjang 4.224 m.

Page 57: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Pembangunan jalan baru mencapai 110 km dan jembatan sepanjang 1.199 m.

Hasil kebijaksanaan yang ditempuh dalam bidang jalan dan jembatan tersebut dapat dilihat dari semakin panjang dan meluasnya jaringan jalan yang bertambah baik. Dalam tahun 1977/78 keadaan jaringan jalan negara dan propinsi, yang seluruhnya sekitar 38.744 kilometer, adalah sebagai berikut; 29,6% dalam keadaan baik, 38.2%

598

Page 58: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX - 6REALISASI PROGRAM BIDANG JALAN DAN JEMBATAN

1968, 1973/74 – 1978/79

Program 1968 1973/74 1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/1. Pemeliharaan jalan Jalan (km) 10.573 18.730 10.419 8.887 8.982 9.956 8.858 Jembatan (m) 7.506 1.366 2.465 2.390 2.782 5.526 12.60

22. Rehabilitasi Jalan (km) 935 993,5 1.779 829 1.294 1.356 2.226 Jembatan (m)

11.956 4.028,6 3.502 3.515 6.789 5.317 4.560

3. Peningkatan Jalan (km) - 684,3 546 757 916 1.165 1.262 Jembatan (m) - 2.707,9 2.132 3.502 4.787 4.224 7.328Pembangunan baru Jalan (km) - 50,5 230 145 148 110 60 Jembatan (m) - 688 1.305 840 1.514 1.199 913

599

Page 59: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

dalam keadaan sedang dan 32,2% % dalam keadaan rusak, Dengan hasil yang dicapai dalam tahun 1978/ 19, maka pada akhir tahun 1978/79 keadaan sistem jaringan jalan negara dan propinsi diperkirakan sebagai berikut: 35,4% dalam keadaan baik, 45,2% dalam ke- adaan sedang dan sisanya 19,4% dalam keadaan rusak.

b. Angkutan jalan rayaHasil-hasil usaha. rehabilitasi/pembangunan jalan

telah mendorong pertambahan armada angkutan lain yang meliputi bis, mobil barang/truk, mobil penumpang dan sepeda motor. Jika pada tahun 1968, di luar alat angkutan militer, tercatat jumlah armada tersebut sebanyak 622.554 buah kendaraan yang terdiri dari 19.610 bis, 93.417 truk, 201.123 mobil penumpang dan 308.404 sepeda motor, pada tahun 1973 jumlah tersebut meningkat sampai 1.202.223 buah yang terdiri 30.368 bis, 144.060 truk, 307.739 mobil penumpang dan 720.056 sepeda motor. Hal ini secara keseluruhan berarti telah naik sebesar 73,89% yang terdiri dari kenaikan bis 54,86%, truk 54,21 %, mobil penumpang 53,01 % dan sepeda motor 133,48 %.

Pada tahun 1978 jumlah kendaraan tersebut di atas meningkat menjadi 2.857.037 buah yang terdiri dari 57.835 bis, 328.022 truk, 531.206 mobil penumpang dan 1.939.974 sepeda motor. Dihitung sejak tahun 1973 berarti mempunyai angka kenaikan sebesar 115% yang terdiri dari bis 90,45%, mobil barang/truk 127,51%, mobil penum- pang 72,62% dan sepeda motor 169,42%

Perkembangan armada angkutan jalan dari tahun 1973 sampai tahun 1978 dapat dilihat dalam Tabel IX - 7.

Dalam menghadapi pertambahan armada angkutan

Page 60: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

jalan tersebut kebijaksanaan di bidang angkutan jalan raya ditekankan pada usaha penambahan fasilitas pengaturan dan pengamanan jalan raya serta peningkatan penertiban dan pengawasan lalu-lintas.

Pelaksanaan pembangunan selama Repelita II telah menghasilkan penambahan fasilitas yang meliputi 10 alat pengujian, 89.905 rambu, 143 jembatan timbang, 601 lampu pengatur lalu-lintas, 9 loadmeter,

600

Page 61: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX -7PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN FASILITAS ANGKUTAN JALAN RAYA

1968, 1.973/74- 1978/79

601

Page 62: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX-7aPERKEMBANGAN PEMBANGUNAN FASILITAS ANGKUTAN

JALAN RAYA,1973/74-1978/79

602

Page 63: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

kendaraan inspeksi yang terdiri dari 30 jeep dan 66 sepeda motor, sebuah alat pengontrol kecepatan kendaraan, 3 buah kantor inspeksi, 47 brake efficiency recorder, dan alat telekomunikasi yang terdiri dari 4 two way radio transciever dan 3 base station. Dalam tahun 1978/ 79 telah tercapai penambahan fasilitas lalu-lintas yang antara lain meliputi sebuah alat pengujian, 14.171 rambu, 24 jembatan timbang, 55 lampu pengatur lalu-lintas, 13 brake efficiency recorder.

Di samping itu telah pula dimulai persiapan pembangunan pusat pengujian kendaraan bermotor. Perkembangan pembangunan fasilitas jalan raya antara tahun 1973/74 - 1978/79 dapat dilihat dalam Tabel IX - 7a.

Pada umumnya sasaran pembangunan dapat tercapai, bahkan beberapa fasilitas jauh melebihi sasaran seperti jembatan timbang dan lampu pengatur lalu-lintas.

Dalam usaha menanggulangi kebutuhan alat angkutan daerah-daerah terpencil telah diusahakan penambahan alat angkutan perintis. Pada tahun 1974 jumlah alat angkutan perintis meliputi 86 buah bis yang beroperasi di Lampung, Pangkal Pinang, Sulawesi Selatan, Lombok, Irian Jaya, Ambon, Kupang, Timor Timur, Bengkulu, Jawa dan Bali. Jumlah tersebut pada tahun 1979 meningkat menjadi 303 buah bis dan tersebar di Ujung Pandang, Pangkal Pinang, Kupang, Ambon, Bengkulu, Mataram, Sumbawa, Irian Jaya, Timor Timur, Jawa dan Bali.

Untuk mengatasi kesulitan angkutan kota, selain dari pada di Jakarta juga di kota-kota lain armada angkutan kota telah ditambah. Dalam tahun 1979 jumlah bis kota di luar Jakarta tercatat sebanyak 478 buah dan beroperasi di kota-kota Surabaya 170 buah bis, Medan 75 buah bis, Semarang 121 buah bis,

Page 64: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Tanjungkarang 24 buah bis dan Bandung 88 buah bis.

c. Angkutan Kereta Api

Dengan meningkatnya pemeliharaan dan rehabilitasi selama Pelita I keadaan peralatan kereta api selama Pelita II telah mengalami per-

603

Page 65: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

baikan. Meskipun demikian kerusakan prasarana dan peralatan yang sudah terjadi, keterbelakangan dalam teknologi, serta kelemahan di bidang administrasi dan keuangan, merupakan persoalan yang cukup besar, yang tidak dapat diselesaikan oleh PJKA dalam jangka waktu singkat. Oleh karena itu titik berat program rehabilitasi tetap diarahkan pada usaha meneruskan perbaikan prasarana dan penambahan peralatan operasi dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas dan mutu pelayanannya kepada masyarakat.

Perbaikan dalam peralatan kereta api tersebut ternyata memberikan hasil yang cukup menggembirakan, seperti terlihat dalam Tabel IX - 8 berikut;

Dalam Tabel IX - 8 terlihat bahwa selama Repelita II telah dapat dilaksanakan perbaikan jalur kereta api sepanjang 2.845 km, rehabilitasi lok uap 239 buah, lok diesel 447 buah, lok listrik 2 buah, kereta penumpang 1.212 buah dan gerbong barang 11649 buah. Di samping perbaikan jalur kereta api sepanjang 164 km, per- baikan jembatan sebanyak 190 buah, rehabilitasi lok uap 31 buah, rehabilitasi lok diesel 11.0 buah, gerbong barang 2.083 buah, kereta penumpang 305 buah, bangunan operasional sebanyak 107 buah, perbaikan peralatan sinyal sebanyak 99 buah dan peralatan telekomunikasi sebanyak 146 unit, diselesaikan dalam tahun 1978/79. Dalam rangka meningkatkan kapasitas dan mutu pelayanan angkutan kereta api selama Pelita 11 peralatan kereta api telah ditambah sejumlah 91 lokomotif, 232 gerbong penumpang (termasuk di dalamnya 52 kereta rel diesel dan 40 kereta rel listrik) dan 780 gerbong barang.

Disadari bahwa peranan angkutan kereta api akan menjadi lebih penting di masa mendatang demi menunjang perkembangan di sektor yang lain terutama untuk mengangkut hasil produksi perkebunan di Sumatera Utara, hasil industri semen

I

Page 66: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

di Sumatera Barat, hasil pertambangan di Sumatera Selatan. Dalam bidang angkutan penumpang, PJKA telah memperluas fasilitasnya terutama dalam rangka angkutan kota dan angkutan transmigrasi. Perkembangan produksi jasa angkutan kereta api selama tahun 1973 - 1978 dapat dilihat dalam Tabel IX - 9 dan Grafik IX - 3 di bawah ini.

604

Page 67: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX - 8HASIL-HASIL REHABILITASI PERKERETAAPIAN DI INDONESIA,

1969/70, 1973/74 - 1978/79

No. 1969/70 1973/74 1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79

1. Perbaikan jalur Kereta Api (Km)

132,5 272 513,7 578,8 620 968 164

2. Perbaikan jalurJembatan (M3/buah) 92 138 191 1.606 - 301 190

3. Bangunan Operasional (Unit) 22 22 38 58 39 15 1074. Lok Uap (buah) 15 7 23 69 68 48 315. Lok Diesel (buah) 13 15 40 91 10.3 103 1106. Lok Listrik (buah) - 2 2 - - - -7. Kereta (buah) 42 58 62 176 390 279 305

8. Pasang Airbrake (buah) - - 1.000 500 640 760 5009. Rehabilitasi Gerbong (buah) 160 455 714 2.772 2.960 3.120 2.08310. Jembatan beton (buah) - 34 196 111 93 - 17

605

Page 68: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX- 9PERKEMBANGAN PRODUKSI JASA ANGKUTAN KERETA API,

1973 - 1978(dalam ribuan)

Tahun Penumpang PenumpangKm

BarangTon

BarangTon/Km

1973 29.370 2.727.000 5.040 1.069.0001974 25.416 3.466.300 4.540 1.116.2001975 23.854 3.534.200 3.871 959.30

01976 20.060 3.371.040 3.322 701.0401977 20.960 3.082.360 3.998 813.7301978 26.001 4.063.000 4.744 762.000

Dari Tabel di atas tampak bahwa antara tahun 1973 dan 1978 pertumbuhan angkutan penumpang turun naik secara tidak teratur karena pengaruh perkembangan angkutan jalan raya. Namun dalam tahun 1978 jumlah penumpang naik sebesar 24% atau jika dihitung dalam penumpang kilometer kenaikan tersebut mencapai 32% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dalam bidang angkutan barang dialami perkembangan yang sama seperti pada angkutan penumpang. Dalam tahun 1978 jumlah angkutan barang meningkat sebesar 18,7% jika dibandingkan dengan tahun 1977. Hal ini antara lain disebabkan karena adanya peningkatan mutu pelayanan angkutan kereta api yang dilakukan oleh PJKA selama ini. Hal ini dimungkinkan melalui perbaikan-perbaikan peralatan operasi yang telah dilakukan di Balai Yasa-Balai Yasa seperti di Surabaya, Madiun, Semarang, Yogyakarta, Jakarta dan Sumatera.

Usaha penyehatan PJKA di bidang administrasi, keuangan dan pendidikan/latihan tetap dilaksanakan sejalan dengan pengembangan fasilitas operasi. Hal ini menyebabkan produktivitas dan pendapatan perkeretaapian dapat ditingkatkan. Dalam tahun 1978 pendapatan PJKA naik sekitar 22% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Page 69: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

d. Angkutan Sungai, Danau dan FerrySampai dengan tahun ke empat Pelita 11 di bidang

angkutan sungai berhasil dibangun rambu sungai sebanyak 3.616 buah, skala

606

Page 70: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

GRAFIK IX - 3PERKEMBANGAN PRODUKSI JASA ANGKUTAN KERETA API,

1973-1978(dalam ribuan )

607

Page 71: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

(Sambungan Grafik IX – 3)

608

Page 72: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

ketinggian air 121 buah, tonggak kilometer 900 buah, dermaga sungai/ bus/truk air sebanyak 37 buah, pengadaan kapal kerja 19 buah, pembersihan alur 2.985 km pengerukan 500.000 m3.

Sementara itu di bidang angkutan ferry telah dibangun 29 buah dermaga ferry dan 17 buah kapal ferry. Selain itu juga berhasil dibangun 20 kapal inspeksi, 18 buah kapal patroli dan telah dibeli 25 buah bis air.

Untuk angkutan danau telah dibangun 10 buah dermaga di beberapa danau, antara lain Danau Toba, Danau Diatas, Danau Dibawah dan Danau Singkarak.

Selama tahun kelima Pelita II di bidang angkutan sungai, danau dan ferry telah dibangun rambu sungai sebanyak 855 buah, dermaga sungai 2 buah, dermaga danau 1 buah dan pengerukan sekitar 120.000m3.

Hubungan ferry yang telah dibuka sampai tahun 1978/79 antara lain lintasan Ferry Merak - Panjang, Ujung - Kamal, Ketapang - Gilimanuk, Buitan - Lembar, Poka - Galala dan Bajoe - Kolaka.

Mengenai hubungan ferry Merak - Bakauhuni yang telah sele- sai persiapannya kini telah dimulai pembangunannya dan diharap- kan akan selesai dalam tahun 1981, sehingga hubungan ferry antara Jawa - Sumatera dapat lebih ditingkatkan lagi.

Perkembangan angkutan ferry sejak tahun. 1973/74 sampai dengan tahun 1978/79 dapat dilihat dalam Tabel IX - 10 berikut :

TABEL IX - 10

PERKEMBANGAN ANGKUTAN FERRY, 1973/74 - 1978/79(dalam ribuan rupiah)

1973/74 1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79

Angkutan penumpang (orang) 1.864 2.474 4.206 4.987 6.341 7.777

Page 73: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Angkutan barang(ton) 343 453 576 665 615 811

Angkutan kendaraan (buah) 158 186 237 326 402 715

609

Page 74: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Dari Tabel IX - 10 di atas terlihat bahwa angkutan ferry sejak tahun 1973/74 sampai dengan tahun 1978/79 telah meningkat dengan rata-rata per tahun sekitar 33 % untuk angkutan penumpang, 19 % untuk angkutan barang dan 33 % untuk angkutan kendaraan.

2. Perhubungan LautKebijaksanaan sub sektor perhubungan laut selama

Pelita II secara keseluruhan terus ditingkatkan dengan prioritas lebih memantapkan sistem Pelayaran Nusantara yang tetap dan teratur di samping membina perkembangan Pelayaran Samudera, Pelayaran Khusus, Pelayaran Lokal/Rakyat dan Pelayaran Perintis. Peningkatan pembi- naan pelayaran juga diikuti dengan perkembangan pembangunan prasarana perhubungan laut yang meliputi fasilitas-fasilitas pelabuhan, keselamatan pelayaran, kesyahbandaran, galangan, keamanan, Biro Klasifikasi dan lain-lain. Perkembangan pembangunan sarana dan prasarana saling dibangun bersamaan sehingga unsur-unsur tersebut dalam pengoperasiannya saling tunjang-menunjang dalam mewujudkan tugas perhubungan laut. Bersamaan dengan itu juga dilakukan penyehatan perusahaan-perusahaan pelayaran, galangan dan lain-lainnya yang antara lain meliputi bidang pengelolaan, perizinan, tarif, kepegawaian, sehingga dapat diberikan jasa angkutan yang cukup murah dan terjangkau oleh daya beli masyarakat yang memerlukannya.

a. Bidang Pelayaran1. Pelayaran Nusantara

Selama Pelita 11 terdapat kenaikan muatan yang diangkut dari 2.775 ribu ton pada tahun 1973/74 menjadi 3.529 ribu ton dalam tahun 1978/79. Jadi selama 5 tahun terdapat kenaikan 754 ribu ton dengan rata-rata kenaikan setiap tahun sekitar 4,9 %.

Page 75: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Pelayaran Nusantara dioperasikan berdasarkan pola trayek Pelayaran Tetap dan Teratur yang terus disempurnakan dan disesuaikan dengan kebutuhan penyebaran pelayanan pengangkutan. Sehingga dalam tahun 1978/79 Pola Trayek Pelayaran Tetap dan Teratur telah mencakup 133 pelabuhan di seluruh Nusantara, terdiri dari 50 pelabuhan wajib dan 83 pelabuhan fakultatip untuk disinggahi.

610

Page 76: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Kegiatan Pelayaran Nusantara dalam tahun 1978/79 dilayani oleh 322 unit kapal dengan kapasitas sekitar 312.299 Dwt. Bila dibanding -kan dengan jumlah kapal yang beroperasi pada awal tahun 1973/74 sebanyak 300 unit dengan kapasitas 284.000 Dwt maka terdapat ke -naikan rata-rata 3,8 % per tahun. Jumlah kapal yang melayari trayek Pelayaran Tetap dan Teratur mulai tahun 1973/74 sampai dengan 1976/77 terus meningkat, kemudian dalam tahun 1977/78 menurun dan meningkat kembali dalam tahun 1978/79. Penurunan jumlah ka-pal yang beroperasi adalah disebabkan karena adanya penggantian sebagian kapal-kapal yang sudah tua dengan kapal-kapal yang baru yang lebih besar, dan adanya sebagian kapal yang beroperasi pada pelayaran lokal. Keadaan ini dapat kita lihat dengan makin mening -katnya jumlah kapasitas dan muatan yang diangkut pada tiap-tiap tahun. Sampai dengan tahun 1978/79 telah dilakukan penambahan dan penggantian kapal lama dengan kapal baru sebanyak 33 unit dengan kapasitas sekitar 43.150 Dwt.

Walaupun sebagian kapal-kapal yang sudah tua telah berhasil diganti namun masih terdapat sekitar 130 buah kapal yang sudah tua dengan kapasitas 126.844 Dwt yang masih diberi izin beroperasi, ka -rena kemampuan keuangan perusahaan-perusahaan pelayaran yang memiliki kapal-kapal tersebut masih lemah. Sehingga dalam pengo-perasian seluruh kapal Pelayaran Nusantara produktivitasnya belum mencapai yang dikehendaki, meskipun jumlah muatan yang diangkut tiap tahunnya terus meningkat.

Dalam angkutan transmigrasi Pelayaran Nusantara melakukan pengangkutan dari pelabuhan asal antara lain Tanjung Priok, Sura -baya, Semarang, Benoa dan Lembar ke pelabuhan tujuan di berbagai daerah pemukiman transmigrasi antara lain; Sumatera Barat, Kali -mantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Sela -tan, Jambi, Riau dan Irian Jaya.

Perkembangan armada niaga nusantara dapat dilihat dalam Tabel IX - 11 dan Grafik IX - 4 berikut

Dalam tahun 1973/74 terdapat kenaikan jumlah kapal sekitar 21 % dengan penurunan kapasitas 7% bila dibandingkan dengan tahun

611

Page 77: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

1968/69, karena ada beberapa kapal ukuran besar diganti dengan kapal-kapal kecil. Keadaan tahun 1978/79 menunjukkan kenaikan kapal yang beroperasi sekitar 21 % dan kenaikan kapasitas sekitar 10% dengan kenaikan muatan yang diangkut sekitar 52% bila dibandingkan dengan tahun 1973/74.2. Pelayaran Samudera

Armada Samudera Nasional terus berkembang. Dalam tahun 1974/75 kapal yang beroperasi sebanyak 45 buah dengan kapasitas 337.458 Dwt dan telah mengangkut muatan sekitar 2.000 ribu ton. Jumlah ini telah berkembang sehingga dalam tahun 1.978/79 menjadi 52 buah kapal dengan kapasitas 512.705 Dwt dan telah mengangkut muatan sekitar 2.275 ribu ton. Hal ini berarti kenaikan muatan yang diangkut sebesar rata-rata 3,3 % per tahun. Di samping penyelenggaraan angkutan Pelayaran Samudera yang diatur berdasarkan "liners" antara Indonesia - Jepang, Indonesia - Australia, Indone- sia - Amerika, Indonesia - Eropa dan sebaliknya, juga dilakukan angkutan-angkutan untuk jurusan Hongkong, Taiwan, Bangkok, India, Korea, Birma, Afrika, Pakistan, Timur Tengah dan Philipina. Sum-bangan Pelayaran Samudera Nasional dalam perdagangan ekspor maupun impor sejak tahun 1974/75 terus meningkat sampai dengan tahun 1978/79.

Produktivitas Armada Pelayaran Samudera ini belum setinggi yang diharapkan karena masih terdapat sekitar 24 buah kapal yang sudah tua dengan kapasitas 304.490 Dwt yang beroperasi dengan produktivitas rendah karena sudah tua.3. Pelayaran Khusus

Pelayaran Khusus melayani pengangkutan barang-barang seperti kayu, minyak bumi, nikel, bauksit, molases dan minyak kelapa sawit. Angkutan komoditi

Page 78: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

kayu (logs) keluar negeri cukup besar terutama ke Jepang, Korea dan Taiwan.

Dalam tahun 1974/75 dari sekitar 16.758 ribu m3

kayu armada khusus nasional baru mengangkut sekitar 531 ribu m3, atau sekitar 3,2%, sedang sisanya diangkut oleh kapal asing.

612

Page 79: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX - 11PERKEMBANGAN ARMADA NIAGA NUSANTARA

1968, 1973/74 - 1978/79

Tahun/Uraian 1968/69 1973/74 1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79

Kapal (unit) 221 267 300 305 340 316 322Kapasitas (000) dwt 306 2234

240 263 277 311 312

Muatan (000) ton - 2.316 2.775 3.040 3a09 3.635 *) 3.5229 **)

*)Perbaikan.**)Angka sementara.

613

Page 80: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

GRAFIK IX – 4PERKEMBANGAN ARMADA NIAGA NUSANTARA

1968/69, 1973/74 – 1978/79

614

Page 81: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Peranan sumbangan Armada Khusus Nasional ini dalam angkut - an kayu dapat ditingkatkan terus sehingga dalam tahun 1978/79 dari seluruh muatan sekitar 19.900 ribu m3 kira-kira 8.798 ribu m 3 atau 44% telah diangkut oleh andil armada khusus nasional. Berarti ada kenaikan prosentase sumbangan Armada Pelayaran Khusus Nasional dalam mengangkut kayu sebesar rata-rata 10 % tiap tahun.

4. Pelayaran Rakyat

Pembinaan pelayaran rakyat tujuannya adalah untuk menunjang perkembangan ekonomi dan sosial daerah-daerah yang terpencil. Usa -ha pembinaan dan perlindungan atas perkembangan pelayaran rakyat melalui motorisasi perahu-perahu layar terus dilaksanakan. Sampai tahun 1978/79 telah selesai dimotorisasikan sekitar 393 perahu layar dan diadakan peningkatan beberapa fasilitas pelabuhan, antara lain Sunda Kelapa, Kalibaru (Jakarta), Palembang, Cirebon, Tegal, Sema -rang, Gresik, Paotere (Ujung Pandang) dan Dalay (Sulawesi Selatan).

5. Pelayaran PerintisKegiatan Pelayaran Perintis dimulai sejak tahun 1974/75 dengan

tujuan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi, sosial dan Pemerintah -an daerah-daerah terpencil yang lemah ekonominya.

Peningkatan kegiatan Pelayaran Perintis mulai dari tahun 1974/ 75 sampai dengan tahun 1978/79 dapat dilihat dari peningkatan jum lah kapal yang dioperasikan dari 9 buah menjadi 21 buah, jumlah trayek yang dilayari dari 15 trayek menjadi 22 trayek, jumlah pelabuhan yang dikunjungi dari 79 pelabuhan menjadi 174 pelabuhan dan jumlah frekwensi penyinggahan dari tiap-tiap pelabuhan dari 30 hari menjadi 12 hari.

Perkembangan angkutan penumpang dan barang dari Pelayaran Perintis terlihat dalam Tabel IX - 12 di bawah ini.

TABEL IX-12PERKEMBANGAN PELAYARAN PERINTIS

1974/75 - 1978/79

Tahun/Uraian 1974/75

1975/76 1976/77

1977/78

1978/79

Penumpang (orang) 13.858 33.496 38.944 76.280 115.552Barang (ton) 14.702 39.687 47.037 62.888 70.226

Page 82: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

615

Page 83: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Perkembangan angkutan penumpang dan barang tiap tahun terus meningkat dan bila dibandingkan keadaan tahun 1978/79 dengan tahun 1974/75 angkutan penumpang naik 734% dan angkutan barang naik 377 %.

b. Fasilitas Pelabuhan dan PengerukanPeningkatan fasilitas pelabuhan yang merupakan

salah satu penunjang dari seluruh kegiatan pelayaran baik nusantara maupun samudera terus ditingkatkan dengan melaksanakan rehabilitasi, meningkatkan dan menambah fasilitas-fasilitas pelabuhan yang sudah ada. Kegiatan tersebut selalu dilakukan berdasarkan rencana induk dari masing-masing pelabuhan.

Perluasan beberapa pelabuhan yang strategis antara lain Tan- jung Priok, Tanjung Perak (Surabaya), Belawan dan Panjang masih dalam taraf pelaksanaan. Pada saat ini sedang dipersiapkan pem-buatan rencana induk dengan desain yang terperinci untuk beberapa pelabuhan antara lain, Semarang, Bitung, Balikpapan, Banjarmasin, Cirebon, Teluk Bayur, Cilacap, Pulau Baai, Ambon, Palembang dan Banyuasin.

Pembangunan pelabuhan baru beserta peningkatan dan penambahan fasilitas pelabuhan yang terdiri dari dermaga, gudang, lapang-an penumpukan, fasilitas air, listrik, fasilitas kepanduan dan sebagainya dalam tahun 1978/79 dilakukan pada beberapa pelabuhan antara lain: Semarang, Krueng Raya, Belawan, Sibolga, Teluk Bayur, Dumai, Tanjung Pinang, Palembang, Panjang, Pontianak, Sunda Kelapa, Samarinda, Balikpapan, Makasar, Ambon, Celukan Bawang, Benoa, Tenau, Waingapu, Banjarmasin, Kendari, Pantoloan, Bitung, Jambi, Bengkulu dan Sampit.

Pengembangan pelabuhan perintis yang dilaksanakan untuk menunjang route pelayaran perintis, dalam tahun 1978/79 dilakukan pada sekitar 28 pelabuhan yang tersebar di pantai Barat Sumatera, kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya.

I

Page 84: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Peningkatan fasilitas-fasilitas pelabuhan dapat dilihat dalam Tabel IX - 13. Terjadinya penambahan fasilitas pelabuhan yang meningkat dan yang menurun untuk tiap-tiap tahun

616

Page 85: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX – 13PENAMBAHAN FASILITAS PELABUHAN

1973/74 - 1978/79

617

Page 86: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

dari tahun 1973/74 sampai dengan tahun 1978/79 adalah untuk menyeimbangkan fasilitas-fasilitas pelabuhan dalam operasinya.

Untuk menjamin keamanan dan kelancaran keluar masuk pelabuhan dan di alur-alur pelayaran tiap-tiap tahun dilakukan kegiatan rutin pengerukan di Tanjung Priok, Sunda Kelapa, Cirebon, Palembang, Gresik, Probolinggo, Belawan, S. Barito, S. Kahayan, S. Mahakam, dan Menado/Bitung dengan jumlah lumpur yang dikeruk sekitar 64,4 juta m3. Dalam tahun 1978/79 jumlah armada kapal keruk telah ditambah dengan 2 buah yang dibiayai dengan bantuan proyek sehingga jumlah armada seluruhnya menjadi 22 buah kapal keruk dengan kapasitas 18,8 juta meter setahun. Perkembangan hasil pengerukan dapat dilihat dalam Tabel IX - 14 dan Grafik IX-5.

TABEL IX - 14

PERKEMBANGAN HASIL PENGERUKAN,

1973/74- 1978/79

Jumlah lumpur yang dikeruk dalam tahun 1973/74 meningkat sekitar 14 % bila dibandingkan dengan tahun 1968 /69. Dalam tabel kelihatan hasil pengerukan pada Pelita II. Hasil-hasil pengerukan pada tahun 1975/7C, 1976/77 dan 1977/78 cukup tinggi. Hal ini disebabkan adanya hasil pengerukan pokok untuk sungai Kahayan dan sungai Kapuas kecil.

c. Fasilitas Keselamatan PelayananKeselamatan dan keamanan pengangkutan penumpang

dan barang terus ditingkatkan dengan rehabilitasi dan peningkatan kemampuan fasilitas-fasilitas keselamatan pelayaran yang meliputi pengadaan sarana bantu

Page 87: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

navigasi, telekomunikasi pelayaran, pemetaan laut, kesyahbandaran, keamanan dan Biro Klasifikasi Indonesia. Jumlah

618

Page 88: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

GRAFIK IX – 5PERKEMBANGAN HASIL PEMBANGUNAN

1973/74 – 1978/79

619

Page 89: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

kapal-kapal perawatan dan pemeliharaan dalam tahun 1978/79 bertambah dengan 2 buah. Di samping itu telah ditingkatkan fasilitas-fasilitas sarana bantu navigasi, telekomunikasi dan pemetaan laut sehingga pelayanannya dapat ditingkatkan sampai ke daerah-daerah terpencil.

Pembangunan 5 pangkalan induk navigasi untuk melayari seluruh perairan Indonesia terus dilanjutkan. Sampai saat ini yang telah selesai dibangun dan beroperasi adalah untuk lokasi Dumai, Jakarta dan Surabaya.

Kegiatan survai Selat Malaka -- Singapura masih dilanjutkan, sedang survai Selat Lombok dan Selat Makasar telah selesai dan dalam proses desain untuk dijadikan proyek.

Survai navigasi untuk perairan Belawan, Surabaya, Jakarta, Balikpapan, Bali dan Ujung Pandang telah selesai dan berdasarkan hasil- hasil survai telah dimulai pelaksanaannya. Perkembangan rehabilitasi/ pembangunan fasilitas keselamatan pelayaran, kesatuan penjagaan laut dan pantai dan kesyahbandaran dapat dilihat dalam Tabel IX - 15.

Perkembangan rehabilitasi/pembangunan fasilitas keselamatan pelayanan tiap-tiap tahun dari tahun 1973/74 sampai dengan tahun 1978/79 yang turun naik adalah untuk. penyesuaian keseimbangan dalam operasinya.

d. Jasa Maritim.Usaha peningkatan dan perluasan kemampuan

galangan untuk melayani perbaikan dan pemeliharaan kapal-kapal nasional terus dilaksanakan sehingga kegiatan perbaikan dan pemeliharaan yang dilaku-kan di luar negeri dapat berangsur-angsur dikurangi.

Kemampuan fasilitas reparasi telah ditambah dari sebesar 98.000 Dwt pada tahun 1974/75 menjadi 119.600 Dwt pada tahun 1.978/79, yang berarti

Page 90: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

penambahan sebanyak 21.600 Dwt selama 4 tahun. Penambahan tersebut di antaranya terjadi dalam tahun 1978/79 dengan pembelian sebuah floating dock berkapasitas 5000 Dwt. Sebagai hasilnya kemampuan produksi reparasi juga telah dapat ditingkatkan dari 710.000 Dwt pada tahun 1974/75 menjadi 950.000 Dwt pada tahun 1978/79.

Kegiatan pengangkatan kerangka kapal dan pekerjaan di bawah air masih banyak ditentukan oleh kemampuan usaha nasional yang620

Page 91: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX --- 15

PERKEMBANGAN REHABILITASI/PEMBANGUNAN FASILITASKESELAMATAN PELAYARAN

1973/74 - 1978/79

R e a l i s a s iJenis Fasilitas 1973/74 1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I. Perambuan danPenerangan Pantai1. Elektrifikasi

Menara Suar7 4 12 7 9 11

2. Rambu Suar 11 9 17 5 13 253. Pelampung

Suar13

6 - - - -4. Anak Pe-

lampung26

- - 10 - 75. Lampu pe

labuhan 2 5 - 5 146. Bouy tender 2 2 - 2 - 2

7. Supply Vessel 1 1 2 - -

8. Wacht Boat(Kapal Ram

bu)

2

2 1 1 1 19. Pangkalan

Bantu Sarana Navigasi - - 1 - - -

10. Bengkel 1 - - 511. Dermaga - - 1 - - 212. Rehabilitasi

Kapal-

- 26 35 40 5513. Asrama

ABK/JKLM-

- 20 38 23 1914. SBB - - - 30 - 15

Page 92: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

621

Page 93: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

622

Page 94: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah
Page 95: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

masih terbatas. Usaha nasional baru mampu menangani masalah peng -angkutan kerangka kapal, sedang untuk kegiatan di bawah air lainnya masih digunakan usaha asing.

Perkembangan produksi reparasi/docking dapat dilihat dalam Tabel IX -- 16 dan Grafik IX-6.

TABEL IX – 16PERKEMBANGAN PRODUKSI REPARASI/DOCKING,

1973/74- 1978/79

Tahun/Uraian 1973/74

1974/75 1975/76 1976/77

1977/78

1978/79

Rencana (Dwt)

473.250

605.000 750.000 1.145.000

1.410.000

1.995.000Realisasi

(Dwt)610.000

710.000 800.000 900.000

900.000

950.000

Bila dibandingkan perkembangan realisasi produksi reparasi/ docking pada tahun 1978/79 terdapat kenaikan sekitar 56% dari tahun1973/74.

3. Perhubungan Udara

Sebagai hasil usaha peningkatan jasa angkutan udara telah diope -rasikan pesawat udara dengan kapasitas yang besar dan kecepatan tinggi yang diikuti dengan pengembangan fasilitas dan peralatan di darat yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi. Perkembang-an angkutan udara yang diperkirakan hanya sebesar 16% setahun selama Repelita II ternyata telah berkembang dengan lebih cepat. Kenaikan rata-rata untuk angkutan penumpang adalah sebesar 21,8% per tahun dan untuk angkutan barang 21,6% per tahun. Peningkatan hasil angkutan adalah juga sebagai hasil dari pengembangan armada, perluasan fasilitas jaringan dan penambahan frekwensi penerbangan beserta perbaikan dan peningkatan prasarana perhubungan udara yang berkembang secara lebih seimbang dan saling menunjang. Perkem-bangan angkutan udara dalam negeri sejak tahun 1974 sampai tahun 1978 dapat dilihat dalam Tabel IX - 17 dan Grafik IX - 7.

Dalam tahun 1978 armada penerbangan seluruhnya terdiri dari 598 buah pesawat udara, 119 buah di antaranya berupa pesawat udara ukuran besar yang dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan yang me-layani penerbangan yang teratur. Perkembangan kapasitas armada ang -

623

Page 96: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

GRAFIK IX – 6PERKEMBANGAN PRODUKSI REPARASI/DOCKING,

1973/74 – 1978/79

624

Page 97: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX-17PERKEMBANGAN ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI,

1968, 1973 – 1978

U r a i a n 1968 1973 1974 1975 1976 1977 1978

Km Pesawat (ribuan) 11.218 33.194 42.448 46.972 55.377 59.142 65.958Penumpang diangkut 382.285 1.649.217 2.126.053 2.323.148 2.782.980 3.372.560 3.979.557

Barang (ton) - 13.790 19252 22.619 28.781 32.908 35.822

Jam terbang 40.636 55.304 106.321 115.820 137.423 151.281 166.031

Ton/Km tersedia (ribuan) 46.195 213.925 264.461 302.570 378 .925 489.816 422.400

Ton/Km produksi (ribuan) 27.352 115.062 144.401 164.955 196.602 293.591 253.716

Faktor muatan (%%) 59 54 55 55 52 60 62

625

Page 98: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

GRAFIK IX – 7PERKEMBANGAN ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI,

1968, 1974 – 1978

626

Page 99: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

(Sambungan Grafik IX – 7)

627

Page 100: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

628

Page 101: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

kutan udara dalam negeri adalah disebabkan karena bertambahnya jumlah pesawat yang dioperasikan dan karena dioperasikannya pesawat-pesawat berukuran besar dengan daya angkut yang besar dan dengan kecepatan yang tinggi, antara lain pesawat bermesin turbojet seperti F. 28 dan DC. 9, sedang untuk penerbangan internasional juga diterbangkan pesawat udara yang berdaya angkut besar dengan kecepatan tinggi seperti DC. 10. Kemampuan armada angkutan udara ini akan terus ditingkatkan dan disesuaikan dengan permintaan dan pemerataan pelayanan sampai ke daerah-daerah terpencil. Pesawat udara jenis Cassa 212 sebagai hasil perakitan dalam negeri telah berhasil digunakan untuk penerbangan komersial. Perkembangan armada angkutan udara dalam negeri dapat dilihat dalam Tabel IX - 18 dan Grafik IX - 8.

TABEL IX- 18

PERKEMBANGAN ARMADA ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI,

1973 - 1978

Jenis pesawat udara 1973 1974 1975 1976 1977 1978

Bermesin piston 14 14 20 20 8 8Bermesin turboprop 25 30 35 39 50 53Bermesin turbojet 16 20 32 46 56 58

Pelayanan penerbangan antara berbagai kota besar dan ibukota propinsi telah dapat ditingkatkan dengan menggunakan pesawat udara bermotor jet seperti F-28 dan DC-9. Demikian juga penerbangan "Shuttle" yang telah dilaksanakan antara Jakarta - Surabaya dan an- tara Jakarta -- Semarang pulang pergi akan dilihat kemungkinannya untuk diterapkan pada jalur-jalur lainnya yang cukup padat.

Peningkatan kegiatan angkutan udara, baik

Page 102: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

angkutan dalam ne-geri maupun internasional terus diikuti dengan jalan peningkatan kewaspadaan dalam bidang keselamatan dan keamanan operasinya dengan peningkatan pemeriksaan dan perbaikan terhadap pesawat dan peralatan-peralatan navigasi yang berada di darat.

Dalam menunjang program transmigrasi telah diadakan percobaan pengangkutan para transmigran dengan menggunakan pesawat udara629

Page 103: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah
Page 104: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

GRAFIK IX - 8PERKEMBANGAN ARMADA ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI,

1973 – 1978

630

Page 105: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

untuk jalur Jakarta - Padang dan Jakarta - Jambi dengan meng-angkut sekitar 1.167 orang transmigran dan 20.546 kilogram barang, dan percobaan ini berhasil dengan baik. Untuk meningkatkan kemam-puan dalam menunjang program transmigrasi Pemerintah menyediakan sejumlah pesawat.

Program pariwisata telah dapat ditunjang dengan diadakannya penerbangan charter di samping peningkatan penerbangan teratur dari luar negeri langsung ke Bali dan tempat-tempat tujuan pariwisata lainnya.

Pelayanan untuk kota-kota kecil beserta daerah terpencil dilakukan dengan terus meningkatkan penerbangan perintis yang telah meliputi 76 lokasi yang tersebar pada 22 propinsi, dan yang dalam tahun 1978 telah mengangkut penumpang sekitar 219.519 orang dan barang seberat 2.017.600 kilogram barang termasuk angkutan pos. Dibanding dengan realisasi tahun 1977 di mana telah diangkut sekitar 214.053 orang penumpang dan 1.801.866 kilogram barang dan angkutan pos, hal ini berarti ada kenaikan sebesar 2,5% untuk penumpang dan 12% untuk barang. Armada penerbangan perintis ini terdiri dari 19 pesawat udara jenis DHC-6 (twin otter) dan 2 buah Cassa 212.

Jemaah haji udara yang diangkut pada tahun 1977 adalah sekitar 27.660 orang, yang merupakan 81 % dari seluruh jemaah haji Indonesia. Pada tahun 1978 telah dapat diangkut sekitar 72.744 orang jemaah haji yang merupakan 100% dari jemaah haji Indonesia pada tahun itu. Jadi terdapat kenaikan sekitar 163 % dalam pengangkutan jemaah haji dibanding dengan tahun sebelumnya. Untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan dalam penyelenggaraan angkutan jemaah haji antara lain telah diusahakan penerbangan langsung ke Jeddah dari daerah-daerah asal dengan menggunakan pesawat berbadan lebar.

Dalam tahun 1978 telah dicapai berbagai perjanjian

Page 106: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

penerbangan (air agreement) dengan luar negeri. Di samping itu terus ditingkatkan kegiatan penerbangan regional dengan negara-negara tetangga. Hal ini telah meningkatkan perkembangan angkutan udara internasional. Da- lam tahun 1978 telah dapat diangkut penumpang sekitar 461.464 orang dan barang sekitar 5.702 ton. Bila dibandingkan dengan realisasi ang-

631

Page 107: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

kutan tahun 1977 di mana baru dapat diangkut 426.958 orang penumpang dan 4.936 ton barang, ini berarti terdapat kenaikan 8% dalam angkutan penumpang dan 15,5% dalam angkutan barang.

Dalam angkutan penumpang dan barang pada penerbangan internasional pada tahun 1978 terdapat kenaikan sekitar 10% untuk angkutan penumpang dan sekitar 7,7 % untuk angkutan barang bila diban-dingkan dengan realisasi pada tahun 1.977. Perkembangan angkutan udara internasional dalam tahun 1974 sampai dengan tahun 1978 dapat dilihat dalam Tabel IX - 19 dan Grafik IX - 8.

Peningkatan fasilitas meliputi landasan, peralatan navigasi udara, peralatan telekomunikasi udara, dan peralatan pemadam kebakaran sebagai unsur pelayanan terhadap operasi penerbangan; sedang pra-sarana untuk pelayanan umum, seperti gedung terminal, tempat par-kir kendaraan keluar masuk dan fasilitas pelayanan umum lainnya juga ditingkatkan dengan menerapkan skala prioritas sesuai dengan keperluan dan kemampuan pembiayaannya. Peningkatan fasilitas untuk keselamatan penerbangan berupa pemasangan radar, telah dilakukan di Medan, Pekanbaru, Palembang, Jakarta, Semarang, Denpa- sar dan Ujung Pandang; sedang ILS (Instrument Landing Services) telah dipasang di Jakarta dan Denpasar, dan sedang direncanakan pemasangan ILS di Palembang, Ujung Pandang dan di 4 lokasi lainnya. Pemasangan peralatan tersebut di atas adalah dalam rangka mengimbangi peningkatan dan pengembangan angkutan udara yang menggunakan pesawat udara berkemampuan tinggi (high performance aircraft).

Keadaan pelabuhan udara dalam tahun 1978 adalah sebagai berikut : 13 buah berkemampuan operasional sampai dengan jenis pesawat udara DHC-6/DC-3; 14 buah berkemampuan operasional sampai dengan pesawat jenis F-27; 19 buah berkemampuan

Page 108: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

operasional sampai dengan pesawat udara jenis F-28; 7 buah berkemampuan operasional sampai dengan pesawat udara jenis DC-9; 2 buah berkemampuan operasional sampai dengan pesawat udara jenis DC-8; 2 buah berkemampuan operasional sampai dengan pesawat udara jenis DC- 10 dan 2 buah berkemampuan operasional sampai dengan pesawat udara jenis B-747.

632

Page 109: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX -19PERKEMBANGAN ANGKUTAN UDARA INTERNASIONAL,

Uraian Tahun

1968,

1968

1973 - 1978

1973 1974 1975 1976 1977 1978

Penumpang (orang) 69.170 97.098 109.840 134.675 169.985 245.217 269.746

Barang (ton) 3.312 3.125 3.574 3.635 3.318 3.953 4.257Jam terbang 6.875 10.340 10.429 11.791 14.377 17.016 17.789Ton Km tersedia (ribuan) 90.493 127.348 180.340 216.824 291.371 396.607 446.362Ton Km Produksi (ribuan) 29.047 62.674 80.620 87.917 97.412 146.353 155.800Faktor muatan (%) 32 49 45 41 33 37 35

633

Page 110: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

GRAFIK IX - 8PERKEMBANGAN ARMADA ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI,

1.973 - 1978

634

Page 111: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

(Sambungan Grafik IX - 9)

635

Page 112: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

(Sambungan Grafik IX - 9)

Page 113: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

636

Page 114: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Dalam usaha mengimbangi peningkatan kegiatan angkutan udara, baik yang berupa peningkatan frekwensi penerbangan, peningkatan fasilitas-fasilitas perhubungan udara, maupun peningkatan teknologi-nya, selalu dilakukan peningkatan dan penambahan tenaga akhli dan tenaga trampil di berbagai bidang. Pendidikan dan latihan guna meningkatkan tenaga akhli dan tenaga trampil ini dilaksanakan di Pusat Latihan Penerbangan di Curug - Tangerang dan di luar negeri.

4. Pos dan GiroSelama Pelita l dan Pelita II, Pos dan Giro telah

berusaha me-ningkatkan pelayanan kepada masyarakat pemakai jasa. Dalam rang- ka meningkatkan usaha tersebut telah banyak dibangun kantor pos pembantu di kecamatan-kecamatan tersebar merata di seluruh Indonesia, di daerah-daerah transmigrasi, daerah-daerah pemukiman baru dan daerah-daerah terpencil.

Untuk kota-kota besar dibangunlah kantor pos besar/I, kantor kepala daerah pos, kantor sentral giro dan disediakan kendaraan roda dua ataupun roda empat sebagai angkutan pos dan sebagai kantor pos keliling, sehingga jaringan hubungan komunikasi melalui pos telah dapat terjalin dari kota-kota besar sampai daerah-daerah terpencil.

Dalam tahun terakhir Pelita 11 telah direncanakan pembangunan kantor pos pembantu sebanyak 134 buah dengan lokasi tersebar di seluruh Indonesia, di antaranya 80 buah sudah selesai. Juga telah dibangun 3 buah gedung kantor pos besar kelas I masing-masing di Semarang, Menado dan Kupang. Disamping itu juga dilakukan penambahan fa-silitas angkutan sebagai penunjang operasional pos dan giro, berupa motor sebanyak 120 buah dan kendaraan pos sebanyak 26 buah.

Selama Pelita II, dari tahun 1974/75 sampai dengan tahun 1978/ 79, telah dapat diselesaikan pembangunan 459 buah kantor pos pembantu, 9 buah

Page 115: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

kantor pos besar kelas I, di antaranya 1 buah kantor biro daerah pos di Bandung dan 1 buah gedung sentral giro di Surabaya. Di samping itu disediakan kendaraan bermotor sebanyak 560 buah terdiri dari kendaraan pos dan sepeda motor. Data pengembang- an pembangunan dapat dilihat dalam Tabel IX - 20 di atas.

637

Page 116: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX-20PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN KANTOR POS DAN

SARANA PENUNJANG 1969/70,1973/74 - 1978/79

*) ditambah dengan pekerjaan lanjutan 1977/78. **) dalam pelaksanaan.

638

Page 117: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Sejalan dengan meningkatnya pelayanan jasa Pos dan Giro telah diusahakan untuk mempercepat waktu tempuh kiriman pos, yaitu untuk pos udara maksimum 3 hari dengan frekwensi 2 kali seminggu tanpa melalui kantor singgah dan ditambah 2 hari lewat kantor singgah. Kemajuan pelayanan dinas pos dan giro kepada masyarakat diiringi dengan meningkatnya volume lalu lintas pos dan giro dari tahun ke tahun sebagaimana dapat dilihat perkembangannya dalam Tabel IX - 21 dan Grafik IX - 9.

Dalam tahun 1978/79 terdapat kenaikan arus lalu lintas pos biasa/kilat khusus sebesar 6,58%, paket pos 7,fi4% dan wesel pos 14.04%. Peredaran giro dan cekpos bertambah dengan 27,12 %, sedang tabungan pada Bank Tabungan Negara meningkat dengan 44,16%.

Dari Tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa selama dalam Pelita I, dari tahun 1968-1973, perkembangan arus lalu lintas pos rata-rata per tahun : untuk surat-surat pos 4,9%, dan dalam Pelita II meningkat rata-rata 7,4% sedangkan wesel-pos rata-rata naik 36,9%. Dalam Pelita II bertambah sebesar 24,9%. Peredaran giro dan cek pos meningkatkan dengan 52,4%, dan dalam Pelita II dengan 32,7%. Tabungan pada Bank Tabungan Negara bertambah dengan 114,4% dan dalam Pelita II peningkatannya mencapai 61,5%. Diharapkan hubungan pos di tahun-tahun mendatang akan lebih lancar setelah dinas pos keliling dan dinas pos pedesaan ditingkatkan fasilitas ang-kutannya.

5. Telekomunikasi

Kebijaksanaan yang ditempuh di bidang telekomunikasi selama ini adalah melaksanakan otomatisasi sambungan telepon di kota-kota besar, memperluas pelayanan telepon sampai daerah

Page 118: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Kabupaten perluasan sambungan langsung jarak jauh (SLJJ) dan peningkatan kapasitas telex dan telegrap. Selama Pelita II telah dibangun sentral-sentral telepon otomat, sehingga kapasitasnya meningkat dari 126.000 sambungan menjadi 423.600 sambungan. Penambahan jumlah sambungan telepon ini dilaksanakan bersama dengan pengembangan jaringan

639

Page 119: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX - 21

PERKEMBANGAN ARUS LALU-LINTAS SURAT POSPAKET-POS DAN LALU-LINTAS UANG POS,

1968, 1973 - 1978

Uraian 1968 1973 1974 1975 1976 1977 1978

Surat pos biasa/kilat(ribuan)

138.881 176.541 187.233 199.840 200.564 236.703 252.295

Paket pos - 494.711 613.953 794.082 772.460 848.086 912.964

Wesel pos 9,50 45,65 63,30 81,29 99,48 121,71 138,81(milyar rupiah)

Peredaran giro dan cek pos 24,80 204,19 325,61 426,43 471,45 660,59 840,34

(milyar rupiah)

Tabungan padaBank Tabungan Negara

31,21 1.414,98 2.325,82 4.435,18 7.042,17 10.908,80 15.256,00

(jutaan rupiah)

640

Page 120: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

641

Page 121: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

interlokal lewat Satelit Domestik Palapa sehingga kebutuhan lalu lintas telepon lokal dan interlokal, telegrap, telex dan data transmisi dapat dipenuhi dengan lebih memadai.

Perkembangan yang dapat dicapai dalam bidang telekomunikasi dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian sebagai berikut :a. Perkembangan di bidang

perteleponan 1. TeleponSelama tahun 1978/79 telah diselesaikan

penambahan fasilitas telepon sebanyak 227.500 sambungan, yaitu 181.500 sambungan di Jakarta dan 46.000 sambungan di kota-kota lain di Indonesia. Di samping itu juga diselesaikan pembangunan Sentral Telepon Otomat (STO) di 79 kota, antara lain kota Banda Aceh, Ujung Pandang, Banjarmasin, Manado, Ambon, dan Mataram untuk menampung peralatan semi elektronik seperti PRX, Metaconta, Pentaconta dan lain-lain. Pembangunan ini juga akan diikuti oleh pemasangan kabel untuk mendukung pemanfaatan proyek Telekomunikasi Nusantara ini.

Perkembangan jumlah kapasitas telepon dapat dilihat dari angka-angka kapasitas telepon pada tahun 1973 dan tahun 1978 seperti tercantum dalam Tabel IX - 22.

TABEL IX-22

PERKEMBANGAN KAPASITAS TELEPON DI INDONESIA(satuan sambungan)

Kapasitas 1968 1973 1978

Sentral Otomat 90.747 126.000 423.600Sentral Tangan BS(Batere Sentral)

71.218 40.800 40.800

Page 122: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Sentral Tangan BL(Batere Lokal)

27.677 66.100 66.100

J u m 1 a h 189.642 232.900 530.500

Tabel di atas menunjukkan bahwa antara tahun 1968 dan 1973 kapasitas telepon otomat bertambah dengan rata-rata 6,8 % per

642

Page 123: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

tahun. Dan selama tahun 1973 - 1978 bertambah dengan rata-rata 27,5% per tahun. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan permintaan masyarakat akan jasa telepon.

2. Telegram/TelexSungguhan pada tahun 1978 telah ditambah

fasilitas telex sebanyak 7.360 unit di beberapa kota, tetapi dalam kenyataannya kebutuhan masyarakat akan unit telex dan telegrap baru, baik di Jakarta maupun di kota-kota lainnya, masih jauh lebih besar dari jumlah fasilitas yang tersedia.a. Perkembangan di bidang

transmisi 1. Satelit Domestik

Dengan adanya Sistem Komunikasi Satelit Domestik yang didukung oleh sistem-sistem lainnya seperti Gelombang Mikro dan Troposcatter, maka hubungan antara ibukota propinsi dan kota-kota besar lainnya di seluruh Indonesia menjadi lebih lancar.Jaringan komunikasi tersebut bahkan akan diperluas sampai ke ibukota Kabupaten. Pada akhir tahun 1978 melalui Setasiun Bumi Kecil, ibukota propinsi Timor Timur, Dili telah dapat dihubung- kan dengan semua ibukota propinsi lainnya.

Mengingat usia Satelit Palapa Al dan A2 Generasi Pertama yang akan berakhir pada tahun 1983/1984, maka Satelit Palapa Generasi Kedua (Palapa B) sedang dipersiapkan rencana peluncurannya. Dalam tahun 1979/1980 survai desain dan persiapan lainnya akan diselesaikan. Direncanakan peluncuran satelit tersebut akan dilakukan pada tahun 1983 mendatang.

Dalam rangka meningkatkan kerja sama ASEAN dan untuk memaksimalkan pemanfaatan Satelit Palapa

Page 124: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

telah dirintis kerja sama di bidang telekomunikasi dengan negara Philipina, Malaysia dan Muangthai. Di samping itu kerja sama telekomunikasi dengan Singapura telah pula disetujui melalui hubungan kabel laut yang direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun 1981.

643

Page 125: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

2. Gelombang MikroProyek gelombang mikro yang telah diselesaikan

sampai pada tahun 1978 : adalah proyek gelombang mikro Jawa - Bali, Trans Sumatera, Medan-Banda Aceh dan Indonesia Bagian Timur. Jaring- an ini meliputi kota-kota Medan, Jakarta, Denpasar, Ujungpandang yang sudah dapat dihubungkan secara langsung melalui Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ). Jaringan gelombang mikro ini akan diperluas sesuai dengan tuntutan perkembangan pembangunan.

6. Meteorologi dan GeofisikaSampai tahun 1973/74 rehabilitasi stasion-stasion

meteorologi dan geofisika meliputi sebanyak 34 buah stasion meteorologi penerbangan dan 4 buah stasion geofisika. Dalam tahun tersebut juga dapat diselesaikan pembangunan sebuah stasion cuaca pertanian biasa dan 220 buah pengamatan hujan. Usaha-usaha rehabilitasi yang telah dirintis selama. Pelita I, terus dilanjutkan dalam Pelita II. Di samping itu dilakukan pula pembangunan baru stasion-stasion meteorologi terutama di lapangan-lapangan terbang perintis dan pembangunan stasion-stasion meteorologi maritim.

Sampai tahun 1978/79 rehabilitasi/pembangunan stasion-stasion meteorologi dan geofisika meliputi 75 buah stasion penerbangan/synoptic, 9 buah stasion meteorologi maritim, 4 buah stasion cuaca pertanian utama dan 19 buah stasion geofisika. Dalam tahun ini telah pula dibangun sampai selesai 4 buah stasion cuaca pertanian biasa, 2 buah stasion cuaca pertanian khusus, 672 buah pengamatan hujan dan 29 buah pengamatan penguapan.

Hasil-hasil rehabilitasi/pembangunan yang dicapai selama Pelita II secara kumulatif meliputi 75 buah stasion meteorologi penerbangan/synoptic, 9 buah

Page 126: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

stasion meteorologi maritim, 4 buah stasion cuaca pertanian utama, 16 buah stasion cuaca pertanian biasa, 27 buah stasion cuaca pertanian khusus, 2.745 buah pengamatan hujan dan 160 buah pengamatan penguapan. Perkembangan rehabilitasi/pembangunan meteorologi dan geofisika dari tahun 1973/74 - 1978/79 dapat dilihat dalam Tabel IX-23 berikut:

644

Page 127: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX-23PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA,

1973/74 - 1978/79

645

Page 128: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Selain dari pada hasil-hasil tersebut di atas, pada tahun 1974 telah diterbitkan peta hujan seluruh Indonesia. Juga telah dibuat peta pusat gempa bumi (epicentrum) untuk seluruh daerah di Indonesia.

Dengan berhasilnya rehabilitasi/pembangunan tersebut jam operasi sudah dapat ditingkatkan. Juga telah berhasil ditingkatkan ketelitian data serta kecepatan pengumpulan dan penyebaran data. Dengan demikian maka pelayanan data-data bertambah baik dalam kwalitas maupun kwantitasnya.

Hubungan kerja-sama internasional antara lain meliputi kerja- sama Asean dalam membuat atlas iklim dan statistik klimatologi dan kerja-sama Asia Tenggara dalam usaha pembuatan peta pembagian daerah gempa bumi di wilayah negara-negara tersebut. Kerja-sama ini disponsori Organisasi Meteorologi Sedunia (WMO) dalam program penelitian atmosfir dan program penelitian cuaca dan bantuan teknik dari W.M.O. dengan UNDP dalam rangka peningkatan stasion meteorologi pertanian.

II. PARIWISATADalam masa Repelita I dan Repelita II

perkembangan kepariwisataan Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang menggembirakan, walaupun angka pertumbuhan yang direncanakan dalam Repelita I dan Repelita II sebesar 14% setahun belum tercapai. Tingkat pertumbuhan yang dicapai rata-rata 11,6% per tahunnya. Pertumbuhan ini masih dalam batas kemampuan nasional yang wajar dalam menampung pertumbuhan arus wisatawan asing dari luar kawasan Indonesia.

Pembangunan kepariwisataan nasional hingga Repelita II tergantung kepada pembangunan sektor lain, sehingga untuk mengembangkan obyek ataupun

Page 129: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

atraksi wisata pada suatu daerah harus pula dilakukan dalam suatu perencanaan yang terpadu.

Pertumbuhan arus wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia selama Repelita II dapat terlihat dalam Tabel IX - 24 dan Grafik IX - 10.

646

Page 130: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX - 24

ARUS WISATAWAN ASING KE INDONESIA,

1973 - 1978

Tahun Jumlah Wisatawan

1973 273.303

1974 313.452

1975 366.293

1976 401.237

1977 486.779

1978 488.614

Dalam tahun 1978 wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia adalah sebanyak 488.61.4 orang. Diharapkan dalam tahun-tahun mendatang jumlah ini akan terus meningkat.

Hingga akhir Repelita II telah dapat diselesaikan 10 daerah tujuan wisata, antara lain Sumatera Utara, Sumatera Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Kesepuluh daerah wisatawan ini telah siap untuk menampung arus wisatawan asing maupun domestik, karena baik sarana pengangkutan, akomodasi, maupun sarana penunjang lainnya telah sejalan pembangunannya dengan pembangunan daerah tujuan tersebut. Masalah yang masih dihadapi adalah segi pemasarannya yang masih perlu ditingkatkan di masa mendatang. Dalam Repelita III ini masih akan dilanjutkan dibuka lagi beberapa daerah di luar 10 daerah yang telah ada, sehingga seluruh daerah di Indonesia akan merupakan suatu paket wisata yang dapat lebih menarik wisatawan asing berkunjung ke Indonesia.

Page 131: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

Langkah-langkah untuk membuat Indonesia sebagai daerah tujuan wisata di dunia masih terus dilaksanakan. Usaha-usaha dalam hal tersebut yang telah dijalankan meliputi antara lain : telah dibukanya

647

Page 132: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

GRAFIK IX – 11ARUS WISATAWAN ASING KE INDONESIA

1973 - 1978

648

Page 133: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

beberapa kantor penerangan pariwisata di Eropa Barat, Amerika Se -rikat, Jepang, Australia dan Singapura. Usaha lainnya adalah ikut sertanya Indonesia dalam pameran dagang di luar negeri, pengiriman misi kesenian dan penyelenggaraan promosi secara terus-menerus me-lalui media penerangan, persurat kabaran, majalah di luar negeri.

Pembinaan wisata remaja telah pula menunjukkan suatu kemajuan yang menggembirakan. Para pelajar dan mahasiswa telah memanfaat -kan masa liburnya untuk mengunjungi secara kelompok obyek-obyek wisata yang tersebar di seluruh daerah. Hal ini sangat bermanfaat, karena segi pendidikan lebih menonjol jika dibanding dengan segi rekreasinya. Di samping itu mereka juga akan merasa bangga sebagai tamu di negaranya sendiri. Usaha kearah penyuluhan akan dilanjutkan melalui para pengajar dan melalui tempat-tempat pendidikan. Di be -berapa daerah telah pula mulai dibangun fasilitas untuk perkemahan (camping ground) hasil swadaya Pemerintah Daerah yang terbuka untuk para remaja, pramuka, serta para pelajar dan mahasiswa untuk memanfaatkan masa liburnya.

Penyediaan fasilitas pengangkutan dan akomodasi telah pula di -tingkatkan. Antara lain telah dibuka jalur-jalur penerbangan antara Indonesia dan sumber wisatawan internasional melalui penerbangan secara borongan (package tour). Di samping pembangunan juga pere -majaan serta peningkatan mutu hotel-hotel terus dilanjutkan, agar sejauh mungkin dapat menampung arus wisatawan asing dan wisata -wan domestik.

Jumlah hotel dan penyediaan kamar di beberapa daerah yang telah berhasil ditingkatkan sampai tahun 1977 dapat terlihat dalam Tabel IX - 25 berikut

649

Page 134: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

TABEL IX - 25

KAPASITAS HOTEL/JUMLAH KAMAR DI INDONESIA,TAHUN 1977

Daerah Jumlah Hotel Jumlah kamar

DKI Jakarta 122 9.223Jawa Barat 421 7.452B a 1 i 180 3.902Jawa Timur 414 6.790Jawa Tengah 451 6.061Yogyakarta 150 1.895Sulawesi Selatan 54 523Sumatera Barat 61 3.597Sulawesi Utara 101 2.913

1.954 42.356

Dalam bidang pembinaan industri pariwisata telah mulai dilaku- kan penyuluhan terhadap para pengusaha dan usaha memperkuat posisi modalnya dengan cara kredit baik kredit mini, kredit investasi kecil maupun kredit yang lain yang dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu hasil kerajinannya.

I

Page 135: PRASARANA : PENGAIRAN, LISTRIK · Web viewDalam melaksanakan program pembangunan sub sektor pengairan telah timbul beberapa masalah yang semula belum diperkirakan, antara lain masalah-masalah

650