Praktikum Shampo

download Praktikum Shampo

of 64

Transcript of Praktikum Shampo

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN SHAMPO MOBIL ATAU MOTOR

OLEH KELOMPOK 3 KELAS AARBHY INDERA I FAJRINA QAISHUM NOFERI YANLI YOPALIM ZANSTRA 1007113576 1007113681 1007121556 1007135110

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSTAS RIAU PEKANBARU 2011

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Laporan ini telah diperiksa dan dinilai oleh dosen pembimbing Mata kuliah praktikum kimia organik

Disusun Oleh: 1. 2. 3. 4. Arbhy Indera I Fajrina Qaishum Noferi Yanli Yopalim Zanstra

Pekanbaru, 15 Oktober 2011 Menyetujui Asisten Dosen Pembimbing

Salamun Qaulan NIM 0807135304

Drs. Irdoni, HS. MS NIP 195704151986091001

ABSTRAK Sampo motor atau mobil yang sekarang dikonsumsi masyarakat adalah shampo yang terbuat dari deterjen, karena sampo yang menggunakan bahan alam sudah banyak ditinggalkan, sehingga saat ini jika orang berbicara mengenai sampo yang dimaksud adalah suatu deterjen. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari cara pembuatan shampo motor atau mobil, menentukan karakteristik (viskositas dan densitas) serta bagaimana aplikasinya. Bahan yang digunakan adalah LABS, NaOH, SLS, serta esens panden dan parfum. Langkah pertama untuk membuat shampo mobil atau motor ini adalah mencampurkan LABS dengan NaOH. Setelah itu campuran tadi dicampurkan lagi dengan SLS dan esens pandan serta parfum. Dari hasil percobaan, shampo yang didapat memiliki viskositas yang labih besar dari sampel, hal ini dikarenakan shampo hasil memiliki gaya gesekan antara molekul-molekul yang lebih besar dan saling bertautan, maka molekul tersebut akan bergerak sangat lambat. Pergerakan molekul yang lambat ini lah yang menyebabkan viskositasnya tinggi. Uji viskositas dilakukan dengan melihat kecepatan jatuh shampo yang telah dimasukkan kedalam botol yang dibalikkan dan telah dilubangi tutupnya dan didapatkan waktu jatuhnya 20 menit 50 detik Densitas shampo hasil percobaan sebesar 0,9582 gram/ml. Efektiftas pencucian shampo juga bagus, terbukti dengan banyaknya busa yang ditimbulkan dan kemampuan membersihkan kotoran yang bagus. Berdasarkan hasil yang didapat, shampo hasil percobaan memenuhi syarat sebagai deterjen yang mampu membersihkan kotoran yang melekat pada mobil atau motor. Kata Kunci : deterjen, shampo, surfaktan ABSTRACT Shampoo motorcycle or car which is now consumed by the public is made of detergent shampoo, because shampoo that uses natural ingredients have a lot left, so now when people talk about the shampoo in question is a detergent. The purpose of this experiment is to study ways of making shampoo motorcycle or car, determine the characteristics (viscosity and density) as well as how the application. The material used is LABS, NaOH, SLS, as well as panden essences and perfumes. The first step to make shampoo or motor car is mixing LABS with NaOH. After the mixture was mixed again with the SLS and pandan essences and perfumes. From the experimental results, a shampoo that has gained great labih viscosity of the sample, this is because the shampoo has the friction force between the molecules are larger and interlocked, then the molecule will move very slowly. This slow movement of molecules is what causes the high viscosity. Viscosity test conducted by looking at the falling speed which has been incorporated into the shampoo bottle is inverted and has perforated lid and fall time obtained 20 minutes 50 seconds Density shampoo experimental results of 0.9582 grams / ml. Efektiftas washing shampoo is also good, as evidenced by the amount of foam is generated and the ability of a good clean dirt. Based on the results obtained, shampoo experimental results qualify as a detergent that is able to clean the dirt on a car or motorcycle. Keywords: detergents, shampoos, surfactants

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dewasa ini shampo yang menggunakan bahan alam sudah banyak ditinggalkan masyarakat dan diganti dengan shampo yang terbuat dari bahan deterjen. Sehingga saat ini jika orang berbicara mengenai shampo yang dimaksud adalah shampo yang terbuat dari bahan deterjen. Shampo yang terbuat dari bahan deterjen lebih banyak digunakan karena memiliki efektifitas pencucian yang lebih bagus. Hal ini dikarenakan kandungan surfaktan dalam deterjen memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan serta mampu mengikat dan membersihkan kotoran (Ibnu, 2008). Dalam percobaan ini akan dilakukan proses pembuatan shampo mobil atau motor secara sederhana dan akan dilakukan pengamatan terhadap kinerjanya serta menentukan karakteristik shampo.

1.2 Tujuan Percobaan Mempelajari cara pembuatan shampoo motor atau mobil Menentukan karakteristik shampoo motor atau mobil dan bagaimana kinerjanya.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Shampo Motor atau Mobil Sampo motor atau mobil adalah suatu detergen yang sekarang sudah banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan yang penting dalam pembuatan sampo ini adalah surfaktan, yaitu LABS (Linier Alkyl Benzene Sulfonat) atau kadang disebut juga Linier Alkyl Benzene (LAS) dan surfaktan penunjang yaitu SLS (Sodium Lauryl Sulfonat). Surfaktan (Surface Active Agents), zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun merupakan salah satu contoh dari surfaktan. Molekul surfaktan mempunyai dua ujung yang terpisah, yaitu ujung polar (hidrofilik) dan ujung non polar (hidrofobik) . Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu surfaktan yang larut dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air teknologi pembuatan sampo motor atau mobil ini termasuk salah satu teknologi tepat guna dalam pembuatannya. Karena dalam proses pembuatannya tidak memerlukan alat yang canggih dan proses yang rumit (H. Nirwana, 2010).

2.2 Surfaktan Komponen yang paling penting dari sistem deterjen adalah surfaktan. Sistem bahan pembersih pertamapada sabun adalah surfaktan. Terbentuk dari lemak nabati maupun hewani ditambah air dan alkali. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa tahun 1940-an,sabun mulai diganti dengan sintetis deterjen, yaitu, kombinasi sintetis surfaktan, sebagian besar alkylbenzene sulfonat (ABS), dan zat pembangun pentasodium tripolifosfat (STPP). Faktor lingkungan menyebabkan penggantian ABS oleh alkylbenzene linier sulfonat (LAS), dan penggantian STPP oleh zeolit, karena pembangunnya lebih kompleks (Baileys, 1996).

Surfaktan merupakan suatu senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang dapat diproduksi melalui sintesis kimiawi maupun biokimiawi. Karakteristik utama surfaktan adalah memiliki gugus polar dan non polar pada molekul yang sama. Sifat aktif permukaan yang dimiliki surfaktan diantaranya mampu menurunkan tegangan permukaan, tegangan antarmuka dan meningkatkan kestabilan sistem emulsi. Tegangan permukaan adalah gaya dalam dyne yang bekerja pada permukaan sepanjang 1 cm dan dinyatakan dalam dyne/cm, atau energi yang diperlukan untuk memperbesar permukaan atau antarmuka sebesar 1 cm2 dan dinyatakan dalam erg/cm2. Surface tension umumnya terjadi antara gas dan cairan sedangkan Interface tension umumnya terjadi antara cairan dan cairan lainnya atau kadang antara padat dan zat lainnya (anonim 2.http://smk3ae. wordpress.com,2009). Hal ini membuat surfaktan banyak digunakan dalam berbagai industri, seperti industri sabun, deterjen, produk kosmetika dan produk perawatan diri, farmasi, pangan, cat dan pelapis, kertas, tekstil, pertambangan dan industri perminyakan untuk Enhanced Oil Recovery (EOR). Surfaktan ini dapat berupa anionic (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS), Kationik (Garam Ammonium), Nonionic (Nonyl Phenol polyethoxyle), Amphoterik (acyl ethylenediamines) (Elefani, 2008). Jika surfaktan dilarutkan dalam satu fase pada campuran minyak dan air, sebagian surfaktan akan berkonsentrasi pada permukaan antara minyak-air, dan pada kesetimbangan energi bebas (disebut tegangan antar muka atau permukaan) akan lebih rendah dari tidak adanya surfaktan. Energi mekanik yang diberikan ke dalam sistem (misalnya, dengan mencampur) berfungsi untuk membagi satu fasa, akan meningkatkan jumlah total tegangan permukaan dan energi. Semakin rendah jumlah energi bebas antarmuka per satuan luas, semakin besar jumlah luas antar muka baru yang dapat dibuat dengan jumlah energi masuk yang diberikan . Tahap yang terbagi lagi disebut fase terputus-putus, dan fase lainnya adalah fase kontinyu (Baileys, 1996).

Surfaktan memiliki lipofilik (suka lemak) dan hidrofilik (suka air). Bagian lipofilik dari surfaktan biasanya merupakan rantai-panjang asam lemak yang diperoleh dari lemak atau minyak. Bagian hidrofilik adalah nonionik (misalnya gliserol); anionik (bermuatan negatif, misalnya laktat), atau amfoter, baik membawa muatan positif dan negatif (misalnya, asam amino serin). Surfaktan yang berasal dari petrokimia, didominasi oleh LAS, sebagian besar telah menggantikan komposisi sabun. Namun demikian, surfaktan berbasis oleokimia masih berperan penting dalam formulasi deterjen. Sabun itu sendiri umumnya hadir sebagai komponen kecil untuk pengkontrol busa, mengurangi transfer pewarna, dan bertindak sebagai kosurfaktan atau zat pembangun. Selain LAS surfaktan dari petrokimia yang sering digunakan, adalah alkohol etoksilat, ethoxysulfates alcohol, dan sulfat alkohol primer, berasal dari alkohol rantai panjang yang dapat bersumber dari petrochemically atau oleochemically. Surfaktan lain yang telah digunakan di Jepang antara lain Metil Ester Sulfonat, alkyl polyglycosides, dan glucamides telah banyak digunakan. Surfaktan tersebut digunakan pada dasarnya sebagai pengganti anionik untuk LAS (Baileys, 1996). Surfaktan, termasuk sabun, memiliki struktur bipolar, terdiri dari baik hidrofobik (ekor) dan kelompok hidrofilik (kepala). Sebagai hasil dari struktur bifunctional, surfaktan memiliki banyak sifat fisik yang unik. Dalam larutan, surfaktan berkonsentrasi sebagai monolayers di daerah antar muka antara dua fase konstanta dielektrik yang berbeda atau polaritas. Contoh daerah antarmuka adalah minyak dan air atau udara dan air. Bagian hidrofilik preferentially solubilizes dalam fase polaritas kutub atau lebih tinggi, sedangkan hidrofobik bagian secara istimewa solubilizes dalam tahap polaritas nonpolar lebih rendah. Kehadiran surfaktan pada antarmuka memberikan stabilitas di antarmuka dengan menurunkan total energi pada permukaan (Baileys, 1996). Dengan demikian, surfaktan memfasilitasi stabilisasi bercampur, biasanya fase tidak bercampur, seperti minyak dalam air, dengan menurunkan energi yang diperlukan untuk mempertahankan besar interfacial wilayah yang terkait dengan pencampuran. Sebagai contoh, tanpa adanya surfaktan, suatu dalam campuran minyak-air, biasa disebut sebagai suatu emulsi, cepat memisahkan ke dua lapisan

yang berbeda untuk meminimalkan area permukaan atau kontak antara dua fase. Kemampuan surfaktan untuk menurunkan ini energi antarmuka antara minyak dan air memungkinkan untuk pembentukan dan stabilisasi tetesan minyak yang lebih kecil dan akan tersebar di seluruh air. Dalam hal ini, penurunan energi antarmuka mengakibatkan peningkatan permukaan total luas pada sistem. Lain halnya dengan surfaktan yang berkemampuan untuk membentuk agregat dalam larutan dan membentuk komposit dengan berbagai struktur, seperti misel dan kristal cair, sebagai fungsi dari konsentrasi dan suhu (Baileys, 1996). Konsentrasi surfaktan dalam larutan meningkat,merupakan titik tercapai dimana molekul agregat akan membentuk misel. Konsentrasi ini didefinisikan sebagai konsentrasi misel kritis (CMC). Struktur misel meminimalkan energi melalui asosiasi surfaktan, sedangkan misel dalam air biasanya ditandai dengan ekor hidrofobik mengarah ke pusat dan kelompok kepala menunjuk ke arah air. Sebagai konsentrasi surfaktan dalam larutan lebih jauh meningkat, misel memanjang ke tubulus panjang yang sejajar dengan satu sama lain untuk membentuk susunan heksagonal (Baileys, 1996). Struktur ini sering disebut kristal cair sebagai heksagonal. Jika konsentrasi surfaktan meningkat, tubulus akan berkembang di kedua arah dan membesar, lembaran pipih surfaktan, sering disebut sebagai lamelar kristal cair. Kristalkristal cair sangat penting dalam pembuatan sabun. Sebagai inti dari sebuah misel sangat hidrofobik, ia memiliki kemampuan untuk melarutkan minyak di dalamnya, serta untuk menstabilkan dispersi satu. Solubilisasi ini dan suspensi sifat surfaktan adalah dasar bagi kemampuan pembersihan sabun

dan surfaktan lainnya. Selain itu, kemampuan surfaktan untuk menstabilkan antarmuka daerah, khususnya antarmuka udara-air, merupakan dasar untuk penyabunan (Baileys, 1996). Surfaktan dapat dikelompokkan beberapa macam : 1. Menurut komposisi ekor (yang dapat berupa) : Hidrokarbon rantai: hidrokarbon aromatik (arena), alkana ( alkil ), alkena, sikloalkana, alkuna

Alkil eter rantai: Teretoksilasi surfaktan: polietilen oksida dimasukkan untuk

meningkatkan karakter hidrofilik dari surfaktan; Propoxylated surfaktan: polypropylene oksida dimasukkan untuk meningkatkan sifat lipofilik dari surfaktan; Fluorocarbon rantai: fluorosurfactants ; siloxane. 2. Menurut Komposisi ekor a. Ionik Anionik : berdasarkan anion permanen ( sulfat , sulfonat , fosfat ) atau anion tergantung pH ( karboksilat ): Alkil sulfat: amonium lauril sulfat , natrium lauril sulfat (SDS); Alkil eter sulfat: laureth natrium sulfat , juga dikenal sebagai natrium lauril eter sulfat (SLES), myreth natrium sulfat Sulfonat: Docusates : natrium dioktil sulfosuccinate,Sulfonat fluorosurfactants: perfluorooctanesulfonate (PFOS) Alkil benzena sulfonat siloxane rantai: surfaktan

Kationik, berdasarkan: pH-tergantung primer, sekunder atau tersier amina : amina primer menjadi bermuatan positif pada pH