Praktikum Dukungan Nutrisi Pada Ppok Merta
Transcript of Praktikum Dukungan Nutrisi Pada Ppok Merta
PRAKTIKUM DUKUNGAN NUTRISI PADA PPOK
A. Kasus :
Seorang penderita laki-laki dengan nama A, mengeluh sesak nafas. Penderita berumur 50 tahun,
mempunyai berat badan 47 kg dan tinggi badan 170 cm. Sejak 1 minggu sebelum MRS
mengeluh nafsu makan menurun. Penderita ini didiagnosis PPOK, hasil laboratorium albumin
2,5 g persen, analisis gas darah Asidosis Respiratorik, oleh dokter pada saat ini penderita dalam
perawatan Bed rest.
B. Diagnosis :
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)
C. Tujuan Penatalaksanaan :
1. Mengendalikan anoreksia
2. Memperbaiki fungsi paru
3. Mengendalikan penurunan berat badan
D. Subyektif :
Anamnesis :
1.1 Identitas Pasien
1.2 Tanyakan detail tentang keluhan utama (dyspnoea). Sejak kapan?
1.3 Bagaimana deskripsi keluhannya?
1.4 Apa yang memberatkan dan meringankan?
1.5 Ada keluhan yang mengiringi?
1.6 Sejak masuk rumah sakit keluhan berkurang?
1.7 Merasa berat badan berkurang akhir-akhir ini?
1.8. Faktor risk. 1. Merokok?
2. Minum-minuman?
3. Sering jajan?
4. Siapa masak makanan di rumah?
1
5. Lebih sering makan di luar?
6. Kondisi pekerjaan?
7. Ada masalah akhir-akhir ini Pak?
1.9 Riwayat penyakit dahulu.
2.0 Riwayat penyakit keluarga
2.1 Riwayat makan obat.
Objektif
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Tampak sakit berat.
b. Kesadaran
Compos mentis (most likely, mungkin juga somnolent).
c. Tanda vital
Tachypnoea.
d. Pemeriksaan fisik respiratoire
Dyspnoea dengan penggunaan otot-otot pernapasan tambahan.
E. Obyektif :
2. Pemeriksaan Fisik :
2.1 Keadaan Umum : Lemah, sesak nafas (dispneu)
3. Antropometrik :
3.1 Tinggi Badan : 170 cm
3.2 Berat Badan : 47 kg
4. Laboratorium :
4.1 Disesuaikan dengan faktor risiko
- Darah rutin
- Penunjang : analisis gas darah
5. Pemeriksaan Fungsional :
- Tes fungsional paru (spirometri)
2
- Tes fungsional kekuatan otot (ventilatory muscle strength, periferal muscle
strength)
6. Analisis Asupan :
6.1 Dietary assessment : Dietary history Rutin/standar
7. Pemeriksaan Penunjang :
- Foto radiologis
F. ASESSMENT
8. Diagnosis Kerja :
8.1 Status Gizi : Kurang
- IMT = (BB/TB2) = (47/1.702) = 16.262 (Kurus)
1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan
tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan
tingkat ringan atau KEK ringan.
3. IMT 18,5 – 25,0: keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
4. IMT 25,1 – 27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan
tingkat ringan.
5. IMT > 27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan
tingkat berat (Direktorat Gizi Masyarakat RI, 2000)
8.2 Status Metabolik : Hipermetabolik :sesak nafas, kurus, anoreksia,
hipoalbumin, asidosis respiratorik
G. PLANNING
9. Penatalaksanaan Terapi Nutrisi
9.1 Komposisi Nutrisi :
9.1.1 Cairan :
FASE STABILISASI
Rumus 1
3
Kebutuhan cairan adalah sekitar 1 mililiter untuk setiap kilokalori kebutuhan energi
tubuh. Jika seseorang kebutuhan energinya 1.800 kkal, berarti kebutuhannya akan
cairan adalah 1 x 1.800 = 1.800 mililiter atau 1,8 liter air.
Rumus 2
Untuk 10 kg pertama berat badan butuh 1 liter cairan, 10 kg kedua berat badan butuh
500 mililiter cairan, dan sisanya setiap kilogram berat badan butuh 20 mililiter cairan.
Penyelesaian
- Berat badan 47 kg
- 10 kg pertama berat badan = 1 liter
- 10 kg kedua = 500 ml
- Sisanya 27 x 20 ml = 540 ml
- Jadi kebutuhan cairan keseluruhan adalah : 1.000 + 500 + 540 = 2.040 ml /hari.
9.1.2 Energi :
FASE STABILISASI
A. Formula Harris Benedict
KEB laki-laki = 66,5+13,7 BB+5,0 TB - 6,8U
Keterangan : KEB = Kebutuhan Energi Basal
BB = Berat Badan
TB = Tinggi Badan
U = Umur
KEB = 66,5 + 13,7 (47) + 5,0 (170) – 6,8 (50)
KEB = 66,5 + 643,9 + 850 - 340
KEB = 1220,4 kkal
B. Kebutuhan Kalori
KET = KEB + FS + AF
Keterangan : KET = Kebutuhan energi total
FS = Stres Metabolik
Ringan : 15-20% dari basal
4
Sedang : 20-40% dari basal
Berat : di atas 40% basal
AF = Aktivitas Fisik
Bedrest total : 10% basal
Tidak bedrest (masih berjalan) : 20% basal
Untuk Hal Praktis Kebutuhan Kalori
Kondisi stabil : 20-25 kkal/KgBB/hr
Fase akut : 25-35 kkal/KgBB/hr
Fase Pemulihan : 35-50 kkal/KgBB/hr
KET = KEB + 40% KEB + 10% KEB
KET = 1220,4 + 488,16 + 122,04
KET = 1830,6 kkal
PEMBAHASAN
1. Rumus yang digunakan untuk kebutuhan energi basal adalah formula Harris Benedict
untuk laki-laki, sehingga hasil yang didapat yaitu kebutuhan energy basal per hari
adalah 1220,4 kkal
2. Kebutuhan energi total dapat kita hitung melalui penjumlahan kebutuhan energi
basal, stress metabolik dan aktivitas fisik. Saya memilih stress metabolik 40% (range
maksimal stress metabolik sedang) karena pada fase stabilisasi ini masih terdapat
keadaan hipermetabolik (sesak nafas, hipoalbumin, asidosis, anoreksia, penurunan
berat badan)
3. Untuk aktifitas fisik, digunakan 10%KEB karena pasien sedang dalam bed rest.
4. Tujuan pemberian nutrisi fase stabilisasi adalah menjaga kondisi tubuh pasien agar
berat badannya tetap terjaga tanpa membebani kondisi pasien yang hipermetabolik.
FASE PEMULIHAN
A. Rumus mencari berat badan ideal:
Tinggi badan-100 = Berat badan ideal
170-100 = 70kg
5
B. Kebutuhan Energi Basal (Formula Harris Benedict)
KEB laki-laki = 66,5+13,7 BB+5,0 TB - 6,8U
KEB = 66,5 + 13,7 (70) + 5,0 (170) – 6,8 (50)
KEB = 66,5 + 959 + 850 - 340
KEB = 1535,5 kkal
C. Kebutuhan Kalori
KET = KEB + FS + AF
Keterangan : KET = Kebutuhan energi total
FS = Stres Metabolik
Ringan : 15-20% dari basal
Sedang : 20-40% dari basal
Berat : di atas 40% basal
AF = Aktivitas Fisik
Bedrest total : 10% basal
Tidak bed rest (masih berjalan) : 20% basal
Untuk Hal Praktis Kebutuhan Kalori
Kondisi stabil : 20-25 kkal/KgBB/hr
Fase akut : 25-35 kkal/KgBB/hr
Fase Pemulihan : 35-50 kkal/KgBB/hr
KET = KEB + 20% KEB + 20% KEB
KET = 1535,5 + 307,10 + 307,10
KET = 2149,7 kkal
PEMBAHASAN
1. Digunakan rumus mencai berat badan ideal, untuk mendapatkan berat badan yang
kita harapkan pada fase pemulihan
2. Rumus yang digunakan untuk kebutuhan energi basal adalah formula Harris Benedict
untuk laki-laki, sehingga hasil yang didapat yaitu kebutuhan energi basal per hari
adalah 1535,5 kkal
6
3. Kebutuhan energi total dapat kita hitung melalui penjumlahan kebutuhan energi
basal, stress metabolik dan aktivitas fisik. Saya memilih stress metabolik 20% karena
fase pemulihan bukanlah ketika pasien benar-benar sembuh, tapi keluhan utama atau
keluhan berat (sesak nafas) reda, maka kita harus memberikan nutrisi fase
pemulihan, jadi pada saat ini stress metabolik baru turun, itulah mengapa saya
memilih 20% (range minimal stress metabolik sedang / range maksimal stress
metabolik ringan)
4. Saya memilih tidak bed rest (bisa berjalan) 20% karena pasien sudah memasuki
tahap pemulihan, tidak dalam keadaan bedrest lagi
5. Tujuan pemberian nutrisi fase pemulihan ini adalah agar kebutuhan nutrisinya
kembali lagi ke gizi nutrisi seimbang, sehingga kita bisa meningkatkan berat
badannya kembali tanpa memperberat kerja tubuhnya
9.1.3 Makronutrien
FASE STABILISASI
Karbohidrat : 35-50%
Protein : 15-20%
Lemak : 30-40 %
A. Perhitungan Komposisi
1. Karbohidrat = 40%
40% KET = 40% (1830,6) = 732,24 kkal = 183,06 gram
2. Protein = 20%
20% KET = 20% (1830,6) = 366,12 kkal = 91,53 gram
3. Lemak = 40%
40% KET = 40% (1830,6) = 732,24 kkal = 81,36 gram
B. Jenis nutrisi
1. Karbohidrat : bubur nasi, roti, gula, kentang, gandum
Pada pemberian intravena, pemberian glukosa maksimal 4-5 mg/kgBB/menit
7
2. Protein : Telur, daging, ikan, kacang-kacangan, susu
3. Lemak : daging, susu, keju, krim, minyak kelapa
PEMBAHASAN
1. Saya memilih karbohidrat 40% karena RQ karbohidrat = 1, yaitu rasio CO2 terhadap
O2 semakin besar, maka kita harus mengurangi konsumsi karbohidrat agar tidak
membebani kerja pernafasan dan bisa mengurangi keluhan sesaknya
2. Saya memilih protein 20% karena kebutuhan protein seperti pada umumnya, dapat
meningkatkan ventilasi semenit oxygen comsumption dan respons ventilasi terhadap
hipoksia dan hiperkapni. Tetapi jangan berlebihan karena justru bisa membebani
kerja nafas. Hipoalbumin juga menyebabkan tekanan osmotik plasma menurun
sehingga kapiler tidak mampu melawan tekanan hidrostatik sehingga timbul edem
(cairan darah menuju ke jaringan interstitial). Maka dari itu, asupannya sebaiknya
tinggi.
3. Saya memilih lemak 40% karena RQ lemak = 0,7, yaitu rasio CO2 terhadap O2 lebih
rendah, sehingga dengan meningkatkan lemak dan mengurangi karbohidrat dapat
membantu mengurangi sesak nafas pada pasien ini
FASE PEMULIHAN
Karbohidrat : 55-65%
Protein : 10-15%
Lemak : 20-25 %
A. Perhitungan Komposisi
1. Karbohidrat = 55%
55% KET = 55% (2149,7) = 1182,33 kkal = 295,58 gram
2. Protein = 20%
20% KET = 20% (2149,7) = 429,94 kkal = 107,48 gram
3. Lemak = 25%
25% KET = 25% (2149,7) = 537,42 kkal = 59,71 gram
8
B. Jenis nutrisi
1. Karbohidrat : bubur nasi, roti, gula, kentang, gandum
Pada pemberian intravena, pemberian glukosa maksimal 4-5 mg/kgBB/menit
2. Protein : Telur, daging, ikan, kacang-kacangan, susu
3. Lemak : daging, susu, keju, krim, minyak kelapa
PEMBAHASAN
1. Saya memilih karbohidrat 55% karena tujuan pemberian nutrisi fase pemulihan ini
adalah meningkatkan berat badan sehingga mencapai ideal. Kemudian penderita
PPOK juga mudah lelah dalam beraktivitas, maka harus diberikan asupan energi
yang tinggi dalam aktivitasnya.
2. Saya memilih protein 20% karena kebutuhan protein seperti pada umumnya, dapat
meningkatkan ventilasi semenit oxygen comsumption dan respons ventilasi terhadap
hipoksia dan hiperkapni. Tetapi jangan berlebihan karena justru bisa membebani
kerja nafas. Hipoalbumin juga menyebabkan tekanan osmotik plasma menurun
sehingga kapiler tidak mampu melawan tekanan hidrostatik sehingga timbul edem
(cairan darah menuju ke jaringan interstitial). Maka dari itu, asupannya sebaiknya
tinggi.
3. Saya memilih lemak 25% karena lemak juga merupakan asupan yang tinggi energi,
maka dengan mengkonsumsi lemak juga bisa meningkatkan berat badan menuju
ideal
9.1.4 Mikronutrien : P, K, Ca, Mg, Zn
A. Jenis Nutrisi :
- P (Fosfor) = Susu, kacang-kacangan, telur, keju, daging, dan sayuran
- K (Kalium) = Pepaya, pisang, kacang-kacangan, alpukat, melon, ikan
salmon, kerang laut
- Ca (Kalsium) = Susu, bayam, kacang-kacangan, ikan, kubis, yoghurt,
brokoli
- Mg (Magnesium) = Kacang-kacangan, sayuran hijau, makanan hasil laut,
sereal, biji-bijian, dan beras merah
9
- Zn (Zinc) = Daging, seafood (makanan laut, terutama tiram), produk
susu, biji-bijian, kacang-kacangan
B. Manfaat :
- P (Fosfor) = Fosfor diberikan untuk meningkatkan kekuatan otot-otot
pernafasan, yaitu otot diafragma dan interkostal
- K (Kalium) = Kalium berperan juga dalam kontraksi otot
- Mg (Magnesium) = Magnesium berperan dalam membantu metabolisme
tubuh dan meningkatkan relaksasi otot, sehingga
otot tidak kaku untuk bernafas
- Zn (Zinc) = Untuk daya tahan tubuh, dan meningkatkan nafsu makan
9.1.5 Nutrien spesifik
A. Jenis nutrisi :
- Asam lemak omega-3 = Telur, ikan salmon, ikan tuna, minyak ikan,
bayam, kedelai
- Vitamin E = bayam, kacang tanah , kacang almond, sawi,
brokoli, paprika, tomat
- Vitamin A = hati (sapi, babi, ayam, kalkun, ikan), wortel,
brokoli, ubi jalar, mentega, kankung, bayam
- Vitamin C = Jambu biji, kiwi, kelengkeng, pepaya, paprika
merah, brokoli, stroberi, jeruk
B. Manfaat :
- Asam lemak omega-3 = Asam lemak omega 3 berguna untuk
mengurangi kondisi hipermetaboliknya,
kemudian sifat anti-inflamasi nya dapat
mengurangi peradangan, memperbaiki sel,
terutama sel surfaktannya sehingga bisa
memperbaiki fungsi ventilasinya
meningkatkan daya tahan tubuh, dan
meningkatkan nafsu makan.
10
- Vitamin A, C, E = Berfungsi sebagai anti-inflamasi yang berguna
untuk memperbaiki sel, terutama sel surfaktannya
sehingga bisa memperbaiki fungsi ventilasinya,
dan mengurangi peradangan, meningkatkan nafsu
makan, meningkatkan daya tahan tubuh, serta
vitamin ini juga berfungsi sebagai antioksidan
9.2 Metoda Pembeprian Nutrisi
9.2.1 Cara pemberian : - Parenteral oral enteral
- Pemberian makanan oral : porsi kecil dan sering
Apabila pasien masih bisa makan, maka yang terbaik adalah pemberian makan secara
oral. Untuk fase stabilisasi pemberian makanan oral dilakukan dengan porsi kecil dan
sering. Namun, pada fase pemulihan dimana anoreksi pada pasien sudah mulai hilang
maka porsi ditingkatkan menjadi sedang.
9.3 Bentuk Nutrisi
9.3.1 Bentuk makan (per oral) : - makanan lunak
10. Monitoring dan Evaluasi
10.1 Monitoring
- Kepatuhan pasien untuk menghabiskan makanan
- Sesuai dengan jalur pemberian nutrisi dan kondisi pasien
- Jika asupan tidak adekuat, modifikasi komposisi nutrien dan bentuk makanan
10.2 Evaluasi
10. 2.1 Penilaian Keadaan Umum
- Fisik : kahaksia, lemah, sesak nafas
10.2.2 Analisa asupan : pola makan : 24-h food recalls
10.2.3 Penilaian Status Gizi : SGA
10.2.4 Penilaian status Gastrointestinal :
- Analisis gas darah
11
- pada penderita dengan intoleransi glukosa:monitor glukosa darah
11. Edukasi :
- Menghindari faktor resiko seperti merokok, minuman beralkohol
- Bentuk makanan lunak
- Porsi kecil dan sering
- Istirahat sesudah makan
- Motivasi penderita mengkonsumsi makanan sesuai anjuran
- Memeriksakan berat badan secara teratur
KESIMPULAN Mr. A, yang mengalami COPD dan di-bedrest, harus diberikan nutrisi dengan mengurangi karbo-
hydrat, small but frequent meals, dan edukasi harus dilakukan kepada keluarga Mr. A agar
mampu memberikan makanan yang sesuai untuk kondisi COPD Mr. A.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. “Nutrition” dalam
http://www.lung.org/lung-disease/copd/living-with-copd/nutrition.html diakses tanggal 25 Maret
2014 pukul 19.15 WIB
Guidelines for the Diagnosis and Treatment of COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
2nd Edition (The Japanese Respiratory Society, 2003)
13