PRAKTIKUM

35
PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM KEANEKARAGAMAN ORGANISME Kelompok 3 1. Afifah Nurharyani 13308141019 2. Ningtyas Yuniar Respati 13308141026 3. Dwi Nurhayati 13308141031 4. Kharirotul Munawiroh 13308141039 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Transcript of PRAKTIKUM

Page 1: PRAKTIKUM

PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM

KEANEKARAGAMAN ORGANISME

Kelompok 3

1. Afifah Nurharyani 13308141019

2. Ningtyas Yuniar Respati 13308141026

3. Dwi Nurhayati 13308141031

4. Kharirotul Munawiroh 13308141039

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

2013

Page 2: PRAKTIKUM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda sehingga menunjukkan

adanya keanekaragaman makhluk hidup. Tingginya tingkat keanekaragaman makhluk

hidup sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup umat manusia. Keanekaragaman

hidup yang ada disebut sebagai keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati dapat

terbentuk karena adanya keseragaman dan keanekaragaman untuk sifat atau ciri mahluk

hidup. Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah keanekaragaman organisme

yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu

daerah, yang merupakan dasar kehidupan di bumi. Keanekaragaman hayati melingkupi

berbagai perbedaan atau variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat

pada berbagai tingkatan. Keanekaragaman hayati dibedakan menjadi tiga tingkatan,

yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem.

Keanekaragaman gen (genetic diversity) merujuk kepada berbagai macam informasi

genetik yang terkandung di dalam individu tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang

mendiami bumi. Keanekaragaman jenis (species diversity) merujuk kepada

keanekaragaman organisme hidup di bumi. Keanekaragaman ekosistem (ecosystem

diversity) berkaitan dengan keanekaragaman habitat, komunitas biotik, dan proses

ekologi di biosfer. Di dalam keanekaragaman jenis, spesies atau jenis memiliki

pengertian, individu yang mempunyai persamaan secara morfologis, anatomis, fisiologis

dan mampu saling kawin dengan sesamanya (interhibridisasi) yang menghasilkan

keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan generasinya. Kumpulan makhluk hidup

satu spesies atau satu jenis inilah yang disebut dengan populasi.

Keanekaragamn hayati telah banyak dipelajari oleh manusia sejak zaman dahulu.

Hal tersebut dilakukan selain untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan juga untuk

keperluan kesehatan dan pengobatan suatu penyakit, mengetahui kekerabatan antar

makhluk hidup serta mengetahui manfaat keanekaragaman dalam mendukung

kelangsungan hidup manusia. Contohnya seperti pohon Jati, tanaman Sawo Manila,

tanaman Jambu Biji Merah dan tanaman Jambu Bangkok. Untuk itu, dalam praktikum

Page 3: PRAKTIKUM

kali ini kami akan membahas tentang keanekaragaman dalam satu spesies dan

keanekaragaman antar spesies yang memiliki ciri-ciri khusus yang beranekaragam.

B. Tujuan

1. Menjelaskan ciri atau karakter pohon Jati, tanaman Sawo Manila, tumbuhan Jambu

Air, dan tumbuhan Jambu Semarang.

2. Membandingkan ciri atau karakter pohon Jati dengan tanaman Sawo Manila.

3. Membandingkan ciri atau karakter tumbuhan Jambu Biji Merah dengan tumbuhan

Jambu Bangkok.

Page 4: PRAKTIKUM

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tata nama Jati dengan nama ilmiah T. grandis L.f. termasuk ke dalam famili

Verbenaceae. Jati dikenal pula dengan nama daerah sebagai berikut: deleg, dodokan, jate, jatos,

kiati dan kulidawa. Di berbagai negara, jati lebih dikenal dengan nama gianti (Venezuela), teak

(USA, Jerman), kyun (Birma), sagwan (India), mai sak (Thailand), teek (Perancis) dan teca

(Brazil) (Martawijaya et al., 1981).

Sifat-sifat umum kayu Jati (T. grandis L.f.) merupakan kayu bobot-sedang yang agak

lunak dan mempunyai suatu penampilan yang sangat khas. Kayu teras sering berwarna

kekuningan kusam jika baru dipotong, tetapi berubah menjadi cokelat keemasan atau kadang

cokelat keabuan tua setelah terkena udara. Sedangkan kayu gubalnya berwarna putih kekuningan

atau cokelat kekuningan pucat. Jika diraba kayu terasa berminyak dan mempunyai bau seperti

bahan penyamak yang mudah hilang. Lingkaran tumbuh nampak jelas, baik pada bidang

transversal maupun radial serta seringkali menimbulkan gambar atau corak yang indah

(Lemmens dan Soerienegara, 2002).

Daun jati memiliki beberapa khasiat antara lain sebagai obat radang tenggorokan, sakit

sendi, dan memiliki beberapa kandungan kimia seperti flavonoid, saponin, tanin galatin, tanin

katekat, kuinon dan steroid/triterpenoid. Flavonoid yang banyak terkandung dalam tanaman jati

adalah quersetin dengan kadar 0,023% ( Duta, 2011 dan Hartati, 2007 ).

Kondisi iklim di Indonesia yang merupakan iklim tropis ini sangat cocok dengan iklim

pertumbuhan tanaman jati sehingga tanaman jati dapat berkembang baik di Indonesia. Penelitian

dan pengembangan tanaman jati sering dilakukan karena kegunaannya, terutama untuk

menghasilkan tanaman jati dengan kualitas kayu yang baik. Saat ini jati lokal dan jati dari luar

Indonesia sudah mengalami proses-proses adaptasi morfologi dengan kondisi geografi di

Indonesia sehingga karakter morfologi yang muncul sebagai bentuk ekspresi genetis sudah

sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Chasani, 2006).

Menurut Sunardi (2008), kandungan yang terdapat dalam Sawo antara lain lemak,

karbohidrat, vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi, potassium, dan sodium. 

Getah buah daun Achras zapota L berkhasiat sebagai obat mencret, disamping itu

getahnya dapat digunakan sebagai campuran gula-gula. Untuk obat mencret dipakai lebih kurang

Page 5: PRAKTIKUM

15 tetes getah buah Achras zapota L, diseduh dengan ½ gelas air matang panas. Hasil seduhan

diminum sekaligus (Sugati dan Johnny, 1991).

Jambu biji (Psidium guajava L.) berasal dari daerah Amerika Tropikantara Mexico

sampai dengan Peru,menyebar ke daerah Asia olehpedagang Spanyol dan Portugis(Verheij and

Coronel, 1999). Tinggi tanaman dapat mencapai10 m (Heyne, 1987), mulai berbuah antara umur

2 sampai dengan 4 tahun dan umur tanaman produktif 30 – 40 tahun (Burkill, 1935, Verheij

danCoronel, 1999). Kultivar jambu bijiyang dikenal dan beredar di masyarakat, pedagang buah

dan bunga bermacam-macam diantaranya jambu krikil, jambu biasa, jambu mawar, jambu sukun

dan jambu Bangkok.

Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya, karena daunnya

diketahui mengandung senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat.

Daun jambu biji mempunyai khasiat sebagai antidiare, astringen, sariawan dan menghentikan

pendarahan (Depkes,1989).

Menurut Seshadri dan Vasishta dalam Depkes (1989) telah diteliti bahwa ekstrak etanol

dari daun jambu biji mengandung quersetin, 3- arabinosapiranosida, guayaverin dan leukosin

dengan kadar quersetin sampai 0,02%. Perbedaan kadar tersebut dapat disebabkan karena tipe

atau varietas yang berbeda. Tanin dan quersetin, keduanya termasuk dalam golongan fenol.Tanin

banyak terdapat didalam tumbuhan berpembuluh, khususnya dalan jaringan kayu, selain itu

banyak terdapat pada bagian daunnya. Tumbuhan yang banyak mengandung tanin pada

umumnya dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan, karena senyawa ini mempunyai rasa sepat

dan dianggap sebagai penolak hewan (Harborne, 1987).

Page 6: PRAKTIKUM

BAB III

MATERI

A. Alat dan Bahan

1. Buku Catatan

2. Pensil

3. Bolpoin

4. Kamera

C. Prosedur Kerja

Menentukan dua tumbuhan yang termasuk dalam species yang berbeda dan dua tumbuhan yang termasuk dalam spesies yang sama.

Menginventarisasi parameter – parameter pada individu tersebut, misalnya bentuk

daun, lebar daun, bentuk batang, dan ukuran batang.

Mengamati atau mengukur parameter – parameter dari setiap individu tersebut.

Memasukkan hasil pengamatan ke dalam tabel pengamatan.

Page 7: PRAKTIKUM

PROSEDUR KERJA

Menentukan dua tumbuhan yang termasuk dalam species yang berbeda dan dua tumbuhan yang termasuk dalam spesies yang sama.

Menginventarisasi parameter – parameter pada individu tersebut

Mengamati atau mengukur parameter – parameter dari setiap individu

Memasukkan hasil pengamatan ke dalam tabel pengamatan

Page 8: PRAKTIKUM

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabulasi Data

Jenis

Keanekaragaman

Struktur

Morfologi

Tectona grandis

(Pohon Jati)

Achras sapota L

(Sawo Manila)

Bentuk Daun Lebar seperti kipas

( elips )

Kecil ( lebih kecil dari

daun pohon Jati )

Antar Spesies Lebar Daun Panjang ± 40 cm untuk

daun dewasa

Lebar ± 30 cm untuk

daun dewasa

Panjang ± 10 cm untuk

daun dewasa

Lebar ± 5 cm untuk

daun dewasa

Batang Batang pohon Jati

memiliki diameter yang

lebih besar dari pada

batang Sawo Manila

Batang Sawo Manila

memiliki diameter yang

lebih kecil dari batang

pohon Jati. Kira- kira

diameternya 2x lebih

kecil dari pohon Jati

Jenis

Keanekaragaman

Struktur

Morfologi

Psidium guajava Linn

( Jambu Biji Merah)

Jambu Biji Bangkok

Satu Spesies

Ukuran Batang Diameter batangnya

sedikit lebih besar dari

pada batang Jambu Biji

Bangkok

Diameter batangnya

sedikit lebih kecil dari

pada batang Jambu Biji

Merah

Bentuk Daun Lonjong agak bulat

memanjang

Lonjong agak bulat

memanjang

Permukaan

Batang

Licin Licin

Page 9: PRAKTIKUM

B. Hasil dan Pembahasan

1. Pohon Jati ( Tectona grandis L. )

1.1. Klasifikasi Pohon Jati

Klasifikasi dari pohon jati adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dycotyledoneae

Ordo : Verbenales

Famili : Verbenaceae

Genus : Tectona

Spesies : Tectona grandis L.

1.2. Morfologi Pohon Jati

Secara morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai

sekitar 30-45 m dengan pemangkasan, batang yang bebas cabang dapat mencapai

antara 15–20 cm. Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu berwarna

kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Pangkal batang berakar papan

pendek dan bercabang sekitar 4. Daun berbentuk jantung membulat dengan ujung

meruncing, berukuran panjang 20-50 cm dan lebar 15–40 cm, permukaannya

berbulu.Daun muda (petiola) berwarna hijau kecoklatan, sedangkan daun tua

berwarna hijau tua keabu-abuan.

Tanaman jati tergolong tanaman yang menggugurkan daun pada saat

musim kemarau, antara bulan November hingga Januari. Setelah gugur, daun akan

tumbuh lagi pada bulan Januari atau Maret. Tumbuhnya daun ini juga secara umum

ditentukan oleh kondisi musim.

Page 10: PRAKTIKUM

1.3. Daun Jati

Daun biasanya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang

amat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, lebih kurang 60-70 cm ×

80-100 cm , namun pada pohon tua berkurang jadi lebih kurang 15 × 20 cm. Berbulu

halus serta memiliki rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda

berwarna kemerahan serta mengeluarkan getah berwarna merah darah jika diremas.

Ranting yang muda berpenampang sisi empat, serta berbonggol di buku-bukunya.

1.4. Bunga Pohon Jati

Bunga majemuk terdapat di dalam malai besar, 40 cm × 40 cm atau semakin

besar, diisi beberapa ratus kuntum bunga tersusun didalam anak payung menggarpu

serta terdapat di ujung ranting , jauh di puncak tajuk pohon. Taju mahkota 6 hingga 7

buah, warnanya agak keputih-putihan, dan berukuran sekitar 8 mm, berumah satu.

1.5. Buah Pohon Jati

Buah berupa bulat agak gepeng, 0, 5 – 2, 5 cm, memiliki rambut kasar dengan

inti tidak tipis, berbiji 2-4, namun biasanya cuma satu yang akan tumbuh. Buah akan

tersungkup oleh perbesaran kelopak bunga yang bentuknya melembung seperti balon

kecil.

1.6. Ciri-ciri Pohon Jati

Ketika muda (semai) batang berbentuk segi empat karena termasuk Family

Verbenaceae, ciri khusus pohon jati dengan perakaran dalam dengan tipe tunggang,

batang monopodial (hanya memiliki satu batang pokok), tipe percabangan arah agak

keatas, ciri khusus pohon jati tipe daun tunggal, duduk daun berseling, bentuk daun

oblong, tipe buah batu (terdiri dari 3 lapisan), kayu termasuk kualitas awet 1,

meranggas saat musim kemarau.

Page 11: PRAKTIKUM

1.7. Kandungan Zat Warna Daun Jati Muda

Daun jati muda memiliki kandungan pigmen alami yang terdiri dari

pheophiptin, β-karoten, pelargonidin 3-glukosida, pelargonidin 3,7-diglukosida,

klorofil dan dua pigmen lain yang belum diidentifikasi.

1.8. Kandungan Kimia Pohon Jati

- isolat B (flavonoid golongan flavon dengan gugus OH pada 5, 7, 3’ dan 4’).

- terdapat minimal dua asam fenolat dalam bentuk glikosida.

- terdapat minimal tiga asam fenolat dalam bentuk ester.

- terdapat minimal empat asam fenolat dalam bentuk bebas

1.9. Kandungan Bahan Aktif Pada Tanaman Jati yang Berpotensi sebagai Obat

Bahan aktif yang terdapat dalam daun jati, yaitu quercetin, saponin dan tanin

dapat bekerja secara bersama-sama untuk menurunkan kadar kolesterol yang terlarut

dalam darah.  Quercetin berperan untuk meningkatkan aktivitas enzim lipase

sehingga metabolisme lipid terjadi secara optimal. Saponin mampu menguraikan

plak-plak yang terdapat pada pembuluh darah, yang merupakan penyebab utama

terjadinya hipertensi. Selain itu, saponin berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah

dan memperlancar peredaran darah. Sedangkan tanin, berfungsi untuk menghambat

penyerapan nutrisi oleh tubuh sehingga lemak yang terlarut dalam serum darah tidak

diserap oleh tubuh dan banyak yang dikeluarkan dalam bentuk feses. Kinerja

quercetin, saponin, dan tanin saling mendukung. Oleh karena itu, penggunaan daun

jati sebagai salah satu alternatif mengobati dan mencegah hipertensi lebih baik

daripada ekstrak dari masing-masing komponen.

Quercetin merupakan flavonoid yang terdapat pada daun jati. Quercetin dan α-

tokoferol berfungsi untuk melindungi terjadinya akumulasi lipid dan glikoprotein

pada pembuluh darah, terutama pembuluh darah arteri yang menuju ke jantung.

Page 12: PRAKTIKUM

Metode yang digunakan untuk menghambat terjadinya akumulasi lipid dan

glikoprotein adalah dengan efek anti-lipid peroksidatif. Efek anti-lipid peroksidatif

mampu mereduksi jumlah kolesterol, trigliserida, asam lemak bebas, dan fosfolipid

dalam serum darah. Selain itu, quercetin mampu menekan produksi peroksidasi lipid

dan meningkatkan aktivitas enzim pemecah lipid di hati.

Saponin, sama seperti quercetin merupakan hasil metabolisme sekunder yang

banyak dihasilkan oleh tumbuhan. Saponin berfungsi sebagai anti-inflamatori,

melebarkan pembuluh darah, meningkatkan trombosit, mengobati artritis dan

aterioskelrosis. Namun, pada ikan dan amfibi, saponin merupakan suatu senyawa

yang sangat toksik dan mampu membunuh hewan tersebut. Namun, konsumsi

saponin tidak berbahaya bagi manusia.

Tanin merupakan salah satu dari hasil metabolit sekunder tumbuhan yang

tidak dimanfaatkan oleh tumbuhan. Tanin biasanya digunakan sebagai bentuk

pertahanan diri tumbuhan karena konsumsi tanin dapat menghambat penyerapan

nutrisi dari makanan oleh tubuh. Tanin berfungsi untuk mereduksi amonia dan NPN

(non protein nitrogen) hingga level yang sangat rendah. Konsumsi tanin secara

berlebihan dapat mengakibatkan iritasi ginjal, kerusakan liver, iritasi lambung, dan

penyakit pencernaan lainnya.

1.10.Budidaya Jati

Budidaya Jati Jati telah lama dibudidayakan di Indonesia oleh negara

(Perhutani) maupun oleh masyarakat.Pengetahuan dan pengalaman menanam jati

sudah banyak diketahui baik secara konvensional (biji) maupun secara terpadu yaitu

penerapan silvikultur intensif, penanaman Jati klon unggul, rekayasa genetik dan

sebagainya. Secara garis besar, pengadaan bibit jati dapat dilakukan melalui dua cara

yaitu secara generatif dan secara vegetatif. Secara generatif, pengadaan bibit jati

dilakukan dengan menggunakan biji. Biji jati yang akan digunakan dipilih yang masih

baru, karena biji jati yang telah disimpan sangat mudah berkurang daya

kecambahnya. Buah jati termasuk jenis buah batu, memiliki kulit yang keras dan

persentase perkecambahan rendah dibandingkan dengan species lain. Untuk itu

perlakuan-perlakuan tertentu dilaksanakan agar mampu memecah dormansi biji.

Page 13: PRAKTIKUM

2. Sawo Manila ( Acrhras zapota L. )

2.1. Sistematika Tumbuhan

Sistematika tumbuhan sawo adalah sebagai berikut

divisi : Spermatophyta

sub divisi : Angiospermae

kelas : Dicotyledonae

bangsa : Ebenales

suku : Sapotaceae

marga : Achras

jenis : Acrhras zapota L.

2.2. Batang (Caulis)

Keras, berkayu, bulat, bercabang, coklat kotor, pada pohon yang sudah tua

terdapat banyak lentisel.

2.3. Daun (Folium)

Tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 3-14 cm, lebar

3-5 cm. tangkai panjang ± 1,5 cm, hijau mengkilat.

2.4. Bunga (Flos)

Majemuk, di ketiak daun, menggantung, berkelamin dua, karangan bunga tiga

sampai delapan, daun kelopak bulat, benang sari enam, putik menjulang ke luar,

mahkota bentuk tabung, bertajuk, kuning muda.

2.5. Akar (Radix)

Tunggang, coklat, perakarannya cukup kuat.

2.3. Buah Sawo Manila

Page 14: PRAKTIKUM

Buah berukuran bulat hingga lonjong dengan permukaan kasar dan berwarna

kecoklatan. Daging buah lunak, manis berair, dan berbiji hitam kecoklatan sebanyak

hingga enam buah. Daging buahnya mempunyai tekstur yang khas, rasanya manis serta

aroma yang khas dan segar. Buah sawo banyak dikonsumsi untuk buah segar dan jarang

dimakan dalam bentuk awetan. Sawo dipetik dalam kondisi yang benar-benar tua karena

buah sawo bersifat nonklimakterik.Akan tetapi, beberapa literature menyebutkan bahwa

sawo termasuk buah klimakterik sehingga dapat dipanen ketika masih muda dan dapat

diperam hingga matang. Buah sawo yang sudah matang beraroma harum, buahnya

menjadi lunak, dan rasanya manis sekali. Buah sawo mengandung banyak gula atau

sebesar 14% yang terdiri atas 7,2 %sukrosa, 3,7 % dekstrosa, dan 3,5 % levulose.

Buah berasal dari bakal buah. Bunga hanya memiliki satu bakal buah saja. Dalam

satu buah terdapat 3-5 biji. Biasanya biji-biji ini berwarna hitam. Dinding buah

(pericarpium) tebal berdaging dan dapat dibedakan lapisan-lapisannya, yaitu kulit luar

(epicarpium), lapisan paling luar berwarna coklat, tipis, kasar, kaku seperti kulit, dan

kulit tengah (mesocarpium), tebal berdaging, bisa dimakan, berair, berwarna coklat muda

sampai coklat kemerahan. Jika sudah masak buah tidak pecah. Biji-biji terletak bebas

dalam mesocarpium. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa buah Achras zapota

merupakan buah sejati, tunggal, dan berdaging.

2.6. Kandungan Kimia

Daun dan batang Achras zapota L mengandung flavonoid, disamping itu daun

juga mengandung saponin dan batangnya juga mengandung tannin.

2.7. Khasiat

Selain menggunakan getahnya, buah muda dari sawo juga dapat digunakan untuk

obat diare. Sebagai obat diare dapat digunakan satu buah muda, kemudian diparut, lalu

diperas dan disaring. Air hasil saringannya direbus selama 15 menit.

Juga bisa untuk membantu mengatasi gangguan pada paru. Air seduhan daun

sawo yang sudah agak tua atau semacam teh diminum untuk mengobati batuk, demam,

diare, dan disentri. Biji yang sudah dihancurkan memiliki sifat diuretik (peluruh kencing)

serta bisa membantu menghancurkan batu ginjal dan batu kandung kemih. Ekstrak biji ini

Page 15: PRAKTIKUM

di kawasan Yucatan dipakai sebagai penenang atau obat tidur. Bijinya juga bisa

dilumatkan dan dioleskan untuk mengatasi gigitan atau sengatan binatang berbisa. Getah

buah dan daun Achras zapota berkhasiat sebagai obat mencret, di samping itu getahnya

dapat digunakan untuk campuran gula-gula. Untuk obat mencret dipakai lebih kurang 15

teles getah buah muda Achras zapota, diseduh dengan ½ gelas air matang panas. Hasil

seduhan diminum sekaligus. Kandungan zat aktif antara lain gula, asam askorbat,

karbohidrat, serat.

2.8. Habitat

Tanaman sawo mudah menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan baru, dari

dataran rendah hingga dataran tinggi. Namun, daerah yang disenangi adalah dataran

rendah hingga ketinggian 700 m dpl. Tipe tanah yang dikehendaki adalah lempung

berpasir yang mengandung banyak bahan organik dengan pH antara 5,5 -7. Curah hujan

yang sesuai 1.500-2.500 mm per tahun (beriklim basah). Tanaman sawo tahan terhadap

kekeringan dengan lima bulan musim kemarau. Perakarannya cukup kuat sehingga

tanaman sawo baik untuk daerah yang rawan erosi.Tanaman ini mampu tumbuh di tempat

yang ternaungi maupun terbuka sehingga sering ditanam di lahan rumah.

2.9. Manfaat Tanaman

Manfaat tanaman sawo adalah sebagai makanan buah segar atau bahan makan

olahan seperti es krim, selai, sirup atau difermentasi menjadi anggur atau cuka. Selain itu,

manfaat lain tanaman sawo dalam kehidupan manusia adalah:

1) Tanaman penghijauan di lahan-lahan kering dan kritis.

2) Tanaman hias dalam pot dan apotik hidup bagi keluarga;

3) Tanaman penghasil buah yang bergizi tinggi; dan dapat dijual di dalam dan

luar negeri yang merupakan sumber pendapatan ekonomi bagi keluarga dan

negara;

4) Tanaman penghasil getah untuk bahan baku industri permen karet;

5) Tanaman penghasil kayu yang sangat bagus untuk pembuatan perabotan rumah

2.10. Syarat Pertumbuhan

Page 16: PRAKTIKUM

Tanaman sawo mudah menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan baru, dari

dataran rendah hingga dataran tinggi. Namun, daerah yang disenangi adalah dataran

rendah hingga ketinggian 700 m dpl. Tipe tanah yang dikehendaki adalah lempung

berpasir yang mengandung banyak bahan organik dengan pH antara 5,5-7. Curah hujan

yang sesuai 1.500-2.500 mm per tahun (beriklim basah). Tanaman sawo tahan terhadap

kekeringan dengan lima bulan musim kemarau. Perakarannya cukup kuat sehingga

tanaman sawo baik untuk daerah yang rawan erosi. Tanaman ini mampu tumbuh di

tempat yang ternaungi maupun terbuka sehingga sering ditanam di lahan rumah.

3. Jambu Biji Merah

3.1. Definisi Jambu Biji Merah

Nama ilmiah jambu biji adalah psidium guajava. Psidium berasaldari bahasa yunani

yaitu “psidium” yang berarti delima, “guajava” berasaldari nama yang diberikan oleh orang

Spanyol. Adapun taksonomi tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut.

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Myrtales

Family : Myrtaceae

Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava Linn.

Jambu biji merah merupakan tanaman perdu bercabang banyak, tingginya dapat

mencapai 3 – 10 m. Umumnya umur tanaman jambu biji hingga sekitar 30 – 40 tahun.

Tanaman yang berasal dari biji relatife berumur lebih panjang dibandingkan hasil

cangkokan atau okulasi. Namun, tanaman yang berasal dari okulasi memiliki postur lebih

pendek dan bercabang lebih banyak. Tanaman ini sudah mampu berbuah saat berumur

sekitar 2-3 bulan meskipun ditanam dari biji.

3.1. Akar (Radix)

Page 17: PRAKTIKUM

Adalah bagian pokok yang nomor tiga setelah batang dan daun bagi tumbuhan

yang tubuhnya telah merupakan kormos dan pada jambu biji ini, sistem perakarannya

adalah sistem akar tunggang, karena akar lembaganya terus tumbuh menjadi akar pokok

yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil dan akar pokok yang berasal

dari akar lembaga disebut akar.

Tunggang (radik primaria). Di lihat dari percabangannya dan bentuknya, jambu

biji memiliki akar tunggang yang bercabang (ramosus) yang bentuknya kerucut panjang,

tumbuh lurus kebawah,bercabang cabang banyak dan cabang-cabangnya bercabang

lagi.sehingga memberi kekuatan yang lebih besar pada batang, dan juga daerah perakaran

menjadi amat luas, hingga dapat menyerap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak.

3.2. Batang

Tumbuhan biji belah pada umumnya mempunyai batang yang di bagian

bawahnya lebih besar dan keujung semakin mengecil, jadi batangnya dapat di pandang

sebagai suatu kerucut atau limas yang amat memanjang dan mempunyai percabangan.

Bentuk cabang pada jambu biji yaitu berkayu dan permukaannya licin dan terlihat

lepasnya kerak (bagian kulit yang mati), arah tumbuh batangnya tegak lurus (erectus),

jambu biji memiliki cabang sirung pendek (virgula atau virgula sucre scens) yaitu

cabang–cabang kecil dengan ruas–ruas yang pendek yang selain daun juga merupakan

pendukung bunga dan buah.

3.3.Daun (folium)

Merupakan suatu bagian yang penting, yang berfungsi sebagai alat pengambilan

zat–zat makanan (reabsorbsi), asimilasi transpirasi dan respirasi. Daun jambu biji

tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai dan helaian saja disebut

daun bertangkai. Sifat– sifat daun yang di miliki oleh jambu adalah sebagai berikut :

3.3.1. Bangun daun (Circumscription). Dilihat dari letak bagian terlebarnya

jambu biji bagian terlebar daunya berada di tengah– tengah dan memiliki bangun jorong

karena perbandingan panjang : lebarnya adalah ½ – 2 : 1.

Page 18: PRAKTIKUM

3.3.2. Ujung (epex). Jambu biji memiliki ujung yang tumpul tepi daun yang

semula masih agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju kesuatu titik pertemuan

membentuk sudut 900.

3.3.3. Pangkal (basis folii). Karena tepi daunnya tidak pernah bertemu, tetapi

terpisah oleh pangkal ibu tulang / ujung tangkai daun, maka pangkal dari daun jambu biji

ini, adalah tumpul (obtusus).

3.3.4. Susunan tulang–tulang daun (nervation atau vanation). Daun jambu biji

memiliki pertumbuhan daun yang menyirip (penninervis) yang mana daun ini memiliki

satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun

dari ibu tulang kesamping, keluar tulang–tulang cabang, sehingga susunannya

mengingatkan kita kepada susunan sirip–sirip pada ikan.

3.3.5. Tepi daun (margo). Jambu biji memiliki tepi daun yang rata (integer)

3.3.6. Daging daun (intervinium)

3.4. Bunga

Pada tumbuhan biji bunga merupakan alat perkembangan generatif, yang mana

pada bunga inilah terdapat bagian yang setelah terjadi peristiwa yang disebut persarian

(penyerbukan) dan pembuahan akan menghasilkan bagian tumbuhan yang di sebut

dengan buah. Bunga pada jambu biji terdiri dari kelopak dua mahkota yang masing-

masing terdiri atas 4–5 daun berkelopak dan sejumlah daun mahkota yang sama, dan

tidak merapat memiliki benang sari yang banyak dan berkelopak, berhadapan dengan

daun–daun mahkota memiliki tangkai sari dengan warna yang cerah bakal buah

tenggelam dan mempunyai satu tangkai putik. Bunga tunggal terletak di ketiak daun,

bertangkai. Perbungaan terdiri 1 sampai 3 bunga. Panjang gagang perbungaan 2 cm

sampai 4 cm. Bunga banci dengan hiasan bunga yang jelas dapat dibedakan dalam

kelopak dan mahkota bunga, aktinomorf/zigomorf, berbilangan 4. Daun mahkota bulat

telur terbalik, panjang 1,5-2 cm, putih, segera rontok. Benang sari pada tonjolan dasar

bunga yang berbulu, putih, pipih dan lebar, seperti halnya tangkai putik berwarna seperti

mentega. Tabung kelopak berbentuk lonceng atau bentuk corong, panjang 0,5 cm.

pinggiran tidak rontok (1 cm panjangnya). Tabung kelopak tidak atau sedikit sekali

diperpanjang di atas bakal buah, tepik kelopak sebelum mekar berlekatan menjadi bentuk

Page 19: PRAKTIKUM

cawan, kemudian membelah menjadi 2-5 taju yang tidaksama. Bulat telur, warna hijau

kekuningan. Bakal buah tenggelam, dengan 1-8 bakal biji tiap ruang.

3.5. Buah

Jambu biji memiliki buah sejati tunggal artinya, buah ini terjadi dari satu bunga

dengan satu bakal buah saja dan memiliki lebih dari satu biji. Jambu biji termasuk dalam

buah sejati tunggal yang berdaging (curnosus) dan bentuk buahnya bulat. Jambu Biji

(Psidium guajava) banyak tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia, sampai Asia

Selatan, India dan Srilangka. Jambu biji termasuk tanaman perdu dan memiliki banyak

cabang dan ranting, batang pohonnya keras. Permukaan kulit luar pohon jambu biji

berwarna coklat dan licin. Apabila kulit kayu jambu biji tersebut dikelupas, akan terlihat

permukaan batang kayunya basah. Bentuk daunnya umumnya bercorak bulat telur dengan

ukuran yang agak besar. Bunganya kecil-kecil berwarna putih dan muncul dari balik

ketiak daun. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai pada

ketinggian 1200 meterdiatas permukaan laut. Pada umur 2-3 tahun jambu biji sudah

mulai berbuah. Bijinya banyak dan terdapat pada daging buahnya. Jambu biji ini akrab

juga dengan nama Psidium guajava (Inggris/Belanda), Jambu klutuk, Bayawas, tetokal,

Tokal (Jawa), Jambu klutuk, Jambu Batu (Sunda), Jambu bender (Madura).

3.6. Anatomi Jambu Biji

Baik akar maupun batang mempunyai kambium, hingga akar maupun batangnya

memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder. Pada akar sifat radial berkas

pengangkutnya hanya nyata pada akar yang belum mengadakan pertumbuhan menebal.

Pada batang, berkas pengangkutan tersusun dalam lingkaran dengan xilem di sebelah

dalam dan floem disebelah luar, di antaranya terdapat kambium, jadi berkas

pengangkutan bersifat kolaterral terbuka kadangkadang bikolateral.Anatomi yang khas

adalah tedapatnya floem dalam kayu (floem intraxiler).

3.7. Khasiat Jambu Biji

Page 20: PRAKTIKUM

Pada jambu biji mengandung tannin, yang menimbulkan rasa sepat pada buah

yang berfungsi untuk memperlancar sistem pencernaan, sirkulasi darah, dan berguna

untuk menyerang virus. Jambu biji juga mengandung kalium yang berfungsi

meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur

pengiriman zat-zat gizi lainnya ke sel-sel tubuh, mengendalikan keseimbangan cairan

pada jaringan dan sel tubuh serta menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida

darah, serta menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi). Dengan memakan jambu biji

0,5 – 1 kg /hari selama 4 minggu resiko terkena penyakit jantung dapat berkurang sebesar

16 %. Dalam jambu biji juga ditemukan likopen yaitu karatenoid (pigmen penting dalam

tanaman) yang terdapat dalam darah (0,5 mol per liter darah) serta memiliki aktivitas anti

oksidan. Riset-riset epidemologis likopen pada studi yang dilakukan peneliti Itali,

mencakup 2.706 kasus kanker rongga mulut, tekek, kerongkongan, lambung, usus besar

dan dubur, jika mengkonsumsi likopen yang meningkat, khususnya pada jambu biji yang

daging buahnya berwarna merah, berbiji banyak dan berasa manis mempunyai efek

memberikan perlindungan pada tubuh dari beberapa jenis kanker.

4. Jambu Bangkok

Struktur morfologi tumbuhan Jambu Biji Bangkok hampir sama seperti morfologi

tumbuhan Jambu Biji Merah, mulai dari daun, batang,tetapi yang membedakan adalah

buahnya. Jambu Bangkok merupakan sebutan untuk jambu biji dengan buah berukuran

besar. Jambu bangkok berasal dari Bangkok, Thailand. Keunggulannya terletak pada

ukuran, rasa, dan warnanya. Ukurannya tergolong besar gemuk dengan panjang 6-7 cm

dan diameter sekitar 5 cm. Rasanya sangat manis dengan kandungan air sedikit sehingga

teksturnya agak keras. Buah muda berwarna hijau kekuningan, sedangkan yang tua merah

bergaris hijau kekuningan. Produksi buahnya sangat banyak sehingga dalam satu pohon

buahnya tampak menutupi daun. Jenis ini memiliki biji lebih besar dari jenis lainnya.

Page 21: PRAKTIKUM

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Individu antarspesies memiliki stuktur yang sangat kontras berbeda dari segi

struktur batang, daun, bunga dan akar serta memiliki kandungan kimia dan khasiat yang

berbeda seperti pada Pohon Jati dengan Sawo Manila. Sedangkan individu dalam satu

spesies memiliki struktur yang hampir sama tetapi tetap ada perbedaannya, misal pada

tumbuhan Jambu Biji Merah dengan Jambu Biji Bangkok dari segi daun,akar, dan batang

sama tetapi buahnya berbeda. Jadi keanekaragaman terjadi antarspesies dan juga terjadi

dalam satu spesies.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah biologi umum ini masih jauh

dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan semoga bermanfaat bagi para

pembaca.

Page 22: PRAKTIKUM

DAFTAR PUSTAKA

Al-Khairi, 2008, Keragaman Genetik Jati Rakyat Di Jawa Berdasarkan Penanda Random

Amplified Polymorphic DNA (RAPD): Jurnal , http://iirc.ipb.ac.id /jspui /bitstream/

123456789/11 615/2/E08alk .pdf , Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013. Adisoemarto, S.,

Suhardjono, Y.R. 1997, Arah Pengembangan Biosistematika di Indonesia , 3(1): 48-53

Anonimous, 2001. Keuntungan Investasi Budi Daya Hutan Jati. Satu Pilihan Investasi Bijaksana.

http://www.reforeste.com

Chasani, A.R., 2006, Variasi Morfologi dan Hubungan Fenetik Tiga Jenis Jati Di Pulau Jawa:

Laporan Penelitian, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Deherba. 2011. Kandungan Sarang Semut. www.deherba.com. Tanggal akses 1 Oktober 2013

Direktorat Jenderal (Ditjen) Kehutanan.1976. Vademeccum Kehutanan Indonesia. Departemen

Pertanian : Jakarta

Divisiflora. 2007. Jati. http://divisiflora.files.wordpress.com/2007/03/foto-jati.jpg.Tanggal akses

1 Oktober 2013

Djauzi,S. 2008. Obat Tradisional untuk Hipertensi.http://cetak.kompas.com. Tanggal akses 1

Oktober 2013

Duta. 2011. Jati.http://www.duta.com/jati.pdf. Tanggal akses 1 Oktober 2013

Hartati R., A.Gana, dan K. Ruslan. 2005. Detail Penelitian Obat Bahan Alam.http://bahan-alam.

fa.itb.ac.id/detail.php?id=104. Tanggal akses 1 Oktober 2013

Hyene,K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III.Jakarta.Koperasi Karyawan Departemen

Kehutanan Gedung Manggala Wahana Bakti blok 1

Indonet . 2007. Obat - Obatan dengan Efek Samping Teraneh. www.indo.net.com. Tanggal

akses 1 Oktober 2013

Irwanto, 2006, Usaha Pengembangan Jati (Tectona grandis L.F ): Jurnal , http://save

forest.webs.com/jati.pdf

Page 23: PRAKTIKUM

Lemmens, R.H.M.J. dan I.Soerianegara. 2002. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara No.5(1)

Pohon Penghasil Kayu Perdagangan Utama. PT Balai Pustaka Prosesa Indonesia : Bogor

Lenny,S. 2006. Senyawa Flavonoida,Fenilpropanoida dan Alkaloida.Medan.USU repository

Mahfudz et al, 2003. Sekilas Jati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan

Pemuliaan Tanaman Hutan.Purwobinangun. Yogyakarta

Martawijaya, A. , I. Kartasujana, K. Kadir dan S.A.Prawira. 1981. Atlas Kayu Indonesia Jilid I.

Balai Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan : Bogor

Medicastore. 2009. Artikel. http://www.medicastore.com. Tanggal akses 1 Oktober 2013

Plantamor. 2011. Jati (Tectona Grandis). http://plantamor.com. Tanggal akses 1 Oktober 2013

Sumarna, Y. 2003. Budidaya Jati. PT. Penebar Swadaya. Jakarta

Sunardi. 2008. Nabi Saja Suka Buah. Aqwamedia, Solo

http://bahan-alam.fa.itb.ac.id

http://bebas.vlsm.org/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1-007.pdf

http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/sawo.pdf

http://wartabepe.staff.ub.ac.id/files/2013/01/Kandungan-Gizi-Sawo-Manila.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22112/4/Chapter%20II.pdf