PRAKTIKUM
-
Upload
ningtyas-yuniar-respati -
Category
Documents
-
view
62 -
download
1
Transcript of PRAKTIKUM
PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
KEANEKARAGAMAN ORGANISME
Kelompok 3
1. Afifah Nurharyani 13308141019
2. Ningtyas Yuniar Respati 13308141026
3. Dwi Nurhayati 13308141031
4. Kharirotul Munawiroh 13308141039
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda sehingga menunjukkan
adanya keanekaragaman makhluk hidup. Tingginya tingkat keanekaragaman makhluk
hidup sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup umat manusia. Keanekaragaman
hidup yang ada disebut sebagai keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati dapat
terbentuk karena adanya keseragaman dan keanekaragaman untuk sifat atau ciri mahluk
hidup. Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah keanekaragaman organisme
yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu
daerah, yang merupakan dasar kehidupan di bumi. Keanekaragaman hayati melingkupi
berbagai perbedaan atau variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat
pada berbagai tingkatan. Keanekaragaman hayati dibedakan menjadi tiga tingkatan,
yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem.
Keanekaragaman gen (genetic diversity) merujuk kepada berbagai macam informasi
genetik yang terkandung di dalam individu tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang
mendiami bumi. Keanekaragaman jenis (species diversity) merujuk kepada
keanekaragaman organisme hidup di bumi. Keanekaragaman ekosistem (ecosystem
diversity) berkaitan dengan keanekaragaman habitat, komunitas biotik, dan proses
ekologi di biosfer. Di dalam keanekaragaman jenis, spesies atau jenis memiliki
pengertian, individu yang mempunyai persamaan secara morfologis, anatomis, fisiologis
dan mampu saling kawin dengan sesamanya (interhibridisasi) yang menghasilkan
keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan generasinya. Kumpulan makhluk hidup
satu spesies atau satu jenis inilah yang disebut dengan populasi.
Keanekaragamn hayati telah banyak dipelajari oleh manusia sejak zaman dahulu.
Hal tersebut dilakukan selain untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan juga untuk
keperluan kesehatan dan pengobatan suatu penyakit, mengetahui kekerabatan antar
makhluk hidup serta mengetahui manfaat keanekaragaman dalam mendukung
kelangsungan hidup manusia. Contohnya seperti pohon Jati, tanaman Sawo Manila,
tanaman Jambu Biji Merah dan tanaman Jambu Bangkok. Untuk itu, dalam praktikum
kali ini kami akan membahas tentang keanekaragaman dalam satu spesies dan
keanekaragaman antar spesies yang memiliki ciri-ciri khusus yang beranekaragam.
B. Tujuan
1. Menjelaskan ciri atau karakter pohon Jati, tanaman Sawo Manila, tumbuhan Jambu
Air, dan tumbuhan Jambu Semarang.
2. Membandingkan ciri atau karakter pohon Jati dengan tanaman Sawo Manila.
3. Membandingkan ciri atau karakter tumbuhan Jambu Biji Merah dengan tumbuhan
Jambu Bangkok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tata nama Jati dengan nama ilmiah T. grandis L.f. termasuk ke dalam famili
Verbenaceae. Jati dikenal pula dengan nama daerah sebagai berikut: deleg, dodokan, jate, jatos,
kiati dan kulidawa. Di berbagai negara, jati lebih dikenal dengan nama gianti (Venezuela), teak
(USA, Jerman), kyun (Birma), sagwan (India), mai sak (Thailand), teek (Perancis) dan teca
(Brazil) (Martawijaya et al., 1981).
Sifat-sifat umum kayu Jati (T. grandis L.f.) merupakan kayu bobot-sedang yang agak
lunak dan mempunyai suatu penampilan yang sangat khas. Kayu teras sering berwarna
kekuningan kusam jika baru dipotong, tetapi berubah menjadi cokelat keemasan atau kadang
cokelat keabuan tua setelah terkena udara. Sedangkan kayu gubalnya berwarna putih kekuningan
atau cokelat kekuningan pucat. Jika diraba kayu terasa berminyak dan mempunyai bau seperti
bahan penyamak yang mudah hilang. Lingkaran tumbuh nampak jelas, baik pada bidang
transversal maupun radial serta seringkali menimbulkan gambar atau corak yang indah
(Lemmens dan Soerienegara, 2002).
Daun jati memiliki beberapa khasiat antara lain sebagai obat radang tenggorokan, sakit
sendi, dan memiliki beberapa kandungan kimia seperti flavonoid, saponin, tanin galatin, tanin
katekat, kuinon dan steroid/triterpenoid. Flavonoid yang banyak terkandung dalam tanaman jati
adalah quersetin dengan kadar 0,023% ( Duta, 2011 dan Hartati, 2007 ).
Kondisi iklim di Indonesia yang merupakan iklim tropis ini sangat cocok dengan iklim
pertumbuhan tanaman jati sehingga tanaman jati dapat berkembang baik di Indonesia. Penelitian
dan pengembangan tanaman jati sering dilakukan karena kegunaannya, terutama untuk
menghasilkan tanaman jati dengan kualitas kayu yang baik. Saat ini jati lokal dan jati dari luar
Indonesia sudah mengalami proses-proses adaptasi morfologi dengan kondisi geografi di
Indonesia sehingga karakter morfologi yang muncul sebagai bentuk ekspresi genetis sudah
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Chasani, 2006).
Menurut Sunardi (2008), kandungan yang terdapat dalam Sawo antara lain lemak,
karbohidrat, vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi, potassium, dan sodium.
Getah buah daun Achras zapota L berkhasiat sebagai obat mencret, disamping itu
getahnya dapat digunakan sebagai campuran gula-gula. Untuk obat mencret dipakai lebih kurang
15 tetes getah buah Achras zapota L, diseduh dengan ½ gelas air matang panas. Hasil seduhan
diminum sekaligus (Sugati dan Johnny, 1991).
Jambu biji (Psidium guajava L.) berasal dari daerah Amerika Tropikantara Mexico
sampai dengan Peru,menyebar ke daerah Asia olehpedagang Spanyol dan Portugis(Verheij and
Coronel, 1999). Tinggi tanaman dapat mencapai10 m (Heyne, 1987), mulai berbuah antara umur
2 sampai dengan 4 tahun dan umur tanaman produktif 30 – 40 tahun (Burkill, 1935, Verheij
danCoronel, 1999). Kultivar jambu bijiyang dikenal dan beredar di masyarakat, pedagang buah
dan bunga bermacam-macam diantaranya jambu krikil, jambu biasa, jambu mawar, jambu sukun
dan jambu Bangkok.
Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya, karena daunnya
diketahui mengandung senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat.
Daun jambu biji mempunyai khasiat sebagai antidiare, astringen, sariawan dan menghentikan
pendarahan (Depkes,1989).
Menurut Seshadri dan Vasishta dalam Depkes (1989) telah diteliti bahwa ekstrak etanol
dari daun jambu biji mengandung quersetin, 3- arabinosapiranosida, guayaverin dan leukosin
dengan kadar quersetin sampai 0,02%. Perbedaan kadar tersebut dapat disebabkan karena tipe
atau varietas yang berbeda. Tanin dan quersetin, keduanya termasuk dalam golongan fenol.Tanin
banyak terdapat didalam tumbuhan berpembuluh, khususnya dalan jaringan kayu, selain itu
banyak terdapat pada bagian daunnya. Tumbuhan yang banyak mengandung tanin pada
umumnya dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan, karena senyawa ini mempunyai rasa sepat
dan dianggap sebagai penolak hewan (Harborne, 1987).
BAB III
MATERI
A. Alat dan Bahan
1. Buku Catatan
2. Pensil
3. Bolpoin
4. Kamera
C. Prosedur Kerja
Menentukan dua tumbuhan yang termasuk dalam species yang berbeda dan dua tumbuhan yang termasuk dalam spesies yang sama.
Menginventarisasi parameter – parameter pada individu tersebut, misalnya bentuk
daun, lebar daun, bentuk batang, dan ukuran batang.
Mengamati atau mengukur parameter – parameter dari setiap individu tersebut.
Memasukkan hasil pengamatan ke dalam tabel pengamatan.
PROSEDUR KERJA
Menentukan dua tumbuhan yang termasuk dalam species yang berbeda dan dua tumbuhan yang termasuk dalam spesies yang sama.
Menginventarisasi parameter – parameter pada individu tersebut
Mengamati atau mengukur parameter – parameter dari setiap individu
Memasukkan hasil pengamatan ke dalam tabel pengamatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tabulasi Data
Jenis
Keanekaragaman
Struktur
Morfologi
Tectona grandis
(Pohon Jati)
Achras sapota L
(Sawo Manila)
Bentuk Daun Lebar seperti kipas
( elips )
Kecil ( lebih kecil dari
daun pohon Jati )
Antar Spesies Lebar Daun Panjang ± 40 cm untuk
daun dewasa
Lebar ± 30 cm untuk
daun dewasa
Panjang ± 10 cm untuk
daun dewasa
Lebar ± 5 cm untuk
daun dewasa
Batang Batang pohon Jati
memiliki diameter yang
lebih besar dari pada
batang Sawo Manila
Batang Sawo Manila
memiliki diameter yang
lebih kecil dari batang
pohon Jati. Kira- kira
diameternya 2x lebih
kecil dari pohon Jati
Jenis
Keanekaragaman
Struktur
Morfologi
Psidium guajava Linn
( Jambu Biji Merah)
Jambu Biji Bangkok
Satu Spesies
Ukuran Batang Diameter batangnya
sedikit lebih besar dari
pada batang Jambu Biji
Bangkok
Diameter batangnya
sedikit lebih kecil dari
pada batang Jambu Biji
Merah
Bentuk Daun Lonjong agak bulat
memanjang
Lonjong agak bulat
memanjang
Permukaan
Batang
Licin Licin
B. Hasil dan Pembahasan
1. Pohon Jati ( Tectona grandis L. )
1.1. Klasifikasi Pohon Jati
Klasifikasi dari pohon jati adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledoneae
Ordo : Verbenales
Famili : Verbenaceae
Genus : Tectona
Spesies : Tectona grandis L.
1.2. Morfologi Pohon Jati
Secara morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai
sekitar 30-45 m dengan pemangkasan, batang yang bebas cabang dapat mencapai
antara 15–20 cm. Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu berwarna
kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Pangkal batang berakar papan
pendek dan bercabang sekitar 4. Daun berbentuk jantung membulat dengan ujung
meruncing, berukuran panjang 20-50 cm dan lebar 15–40 cm, permukaannya
berbulu.Daun muda (petiola) berwarna hijau kecoklatan, sedangkan daun tua
berwarna hijau tua keabu-abuan.
Tanaman jati tergolong tanaman yang menggugurkan daun pada saat
musim kemarau, antara bulan November hingga Januari. Setelah gugur, daun akan
tumbuh lagi pada bulan Januari atau Maret. Tumbuhnya daun ini juga secara umum
ditentukan oleh kondisi musim.
1.3. Daun Jati
Daun biasanya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang
amat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, lebih kurang 60-70 cm ×
80-100 cm , namun pada pohon tua berkurang jadi lebih kurang 15 × 20 cm. Berbulu
halus serta memiliki rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda
berwarna kemerahan serta mengeluarkan getah berwarna merah darah jika diremas.
Ranting yang muda berpenampang sisi empat, serta berbonggol di buku-bukunya.
1.4. Bunga Pohon Jati
Bunga majemuk terdapat di dalam malai besar, 40 cm × 40 cm atau semakin
besar, diisi beberapa ratus kuntum bunga tersusun didalam anak payung menggarpu
serta terdapat di ujung ranting , jauh di puncak tajuk pohon. Taju mahkota 6 hingga 7
buah, warnanya agak keputih-putihan, dan berukuran sekitar 8 mm, berumah satu.
1.5. Buah Pohon Jati
Buah berupa bulat agak gepeng, 0, 5 – 2, 5 cm, memiliki rambut kasar dengan
inti tidak tipis, berbiji 2-4, namun biasanya cuma satu yang akan tumbuh. Buah akan
tersungkup oleh perbesaran kelopak bunga yang bentuknya melembung seperti balon
kecil.
1.6. Ciri-ciri Pohon Jati
Ketika muda (semai) batang berbentuk segi empat karena termasuk Family
Verbenaceae, ciri khusus pohon jati dengan perakaran dalam dengan tipe tunggang,
batang monopodial (hanya memiliki satu batang pokok), tipe percabangan arah agak
keatas, ciri khusus pohon jati tipe daun tunggal, duduk daun berseling, bentuk daun
oblong, tipe buah batu (terdiri dari 3 lapisan), kayu termasuk kualitas awet 1,
meranggas saat musim kemarau.
1.7. Kandungan Zat Warna Daun Jati Muda
Daun jati muda memiliki kandungan pigmen alami yang terdiri dari
pheophiptin, β-karoten, pelargonidin 3-glukosida, pelargonidin 3,7-diglukosida,
klorofil dan dua pigmen lain yang belum diidentifikasi.
1.8. Kandungan Kimia Pohon Jati
- isolat B (flavonoid golongan flavon dengan gugus OH pada 5, 7, 3’ dan 4’).
- terdapat minimal dua asam fenolat dalam bentuk glikosida.
- terdapat minimal tiga asam fenolat dalam bentuk ester.
- terdapat minimal empat asam fenolat dalam bentuk bebas
1.9. Kandungan Bahan Aktif Pada Tanaman Jati yang Berpotensi sebagai Obat
Bahan aktif yang terdapat dalam daun jati, yaitu quercetin, saponin dan tanin
dapat bekerja secara bersama-sama untuk menurunkan kadar kolesterol yang terlarut
dalam darah. Quercetin berperan untuk meningkatkan aktivitas enzim lipase
sehingga metabolisme lipid terjadi secara optimal. Saponin mampu menguraikan
plak-plak yang terdapat pada pembuluh darah, yang merupakan penyebab utama
terjadinya hipertensi. Selain itu, saponin berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah
dan memperlancar peredaran darah. Sedangkan tanin, berfungsi untuk menghambat
penyerapan nutrisi oleh tubuh sehingga lemak yang terlarut dalam serum darah tidak
diserap oleh tubuh dan banyak yang dikeluarkan dalam bentuk feses. Kinerja
quercetin, saponin, dan tanin saling mendukung. Oleh karena itu, penggunaan daun
jati sebagai salah satu alternatif mengobati dan mencegah hipertensi lebih baik
daripada ekstrak dari masing-masing komponen.
Quercetin merupakan flavonoid yang terdapat pada daun jati. Quercetin dan α-
tokoferol berfungsi untuk melindungi terjadinya akumulasi lipid dan glikoprotein
pada pembuluh darah, terutama pembuluh darah arteri yang menuju ke jantung.
Metode yang digunakan untuk menghambat terjadinya akumulasi lipid dan
glikoprotein adalah dengan efek anti-lipid peroksidatif. Efek anti-lipid peroksidatif
mampu mereduksi jumlah kolesterol, trigliserida, asam lemak bebas, dan fosfolipid
dalam serum darah. Selain itu, quercetin mampu menekan produksi peroksidasi lipid
dan meningkatkan aktivitas enzim pemecah lipid di hati.
Saponin, sama seperti quercetin merupakan hasil metabolisme sekunder yang
banyak dihasilkan oleh tumbuhan. Saponin berfungsi sebagai anti-inflamatori,
melebarkan pembuluh darah, meningkatkan trombosit, mengobati artritis dan
aterioskelrosis. Namun, pada ikan dan amfibi, saponin merupakan suatu senyawa
yang sangat toksik dan mampu membunuh hewan tersebut. Namun, konsumsi
saponin tidak berbahaya bagi manusia.
Tanin merupakan salah satu dari hasil metabolit sekunder tumbuhan yang
tidak dimanfaatkan oleh tumbuhan. Tanin biasanya digunakan sebagai bentuk
pertahanan diri tumbuhan karena konsumsi tanin dapat menghambat penyerapan
nutrisi dari makanan oleh tubuh. Tanin berfungsi untuk mereduksi amonia dan NPN
(non protein nitrogen) hingga level yang sangat rendah. Konsumsi tanin secara
berlebihan dapat mengakibatkan iritasi ginjal, kerusakan liver, iritasi lambung, dan
penyakit pencernaan lainnya.
1.10.Budidaya Jati
Budidaya Jati Jati telah lama dibudidayakan di Indonesia oleh negara
(Perhutani) maupun oleh masyarakat.Pengetahuan dan pengalaman menanam jati
sudah banyak diketahui baik secara konvensional (biji) maupun secara terpadu yaitu
penerapan silvikultur intensif, penanaman Jati klon unggul, rekayasa genetik dan
sebagainya. Secara garis besar, pengadaan bibit jati dapat dilakukan melalui dua cara
yaitu secara generatif dan secara vegetatif. Secara generatif, pengadaan bibit jati
dilakukan dengan menggunakan biji. Biji jati yang akan digunakan dipilih yang masih
baru, karena biji jati yang telah disimpan sangat mudah berkurang daya
kecambahnya. Buah jati termasuk jenis buah batu, memiliki kulit yang keras dan
persentase perkecambahan rendah dibandingkan dengan species lain. Untuk itu
perlakuan-perlakuan tertentu dilaksanakan agar mampu memecah dormansi biji.
2. Sawo Manila ( Acrhras zapota L. )
2.1. Sistematika Tumbuhan
Sistematika tumbuhan sawo adalah sebagai berikut
divisi : Spermatophyta
sub divisi : Angiospermae
kelas : Dicotyledonae
bangsa : Ebenales
suku : Sapotaceae
marga : Achras
jenis : Acrhras zapota L.
2.2. Batang (Caulis)
Keras, berkayu, bulat, bercabang, coklat kotor, pada pohon yang sudah tua
terdapat banyak lentisel.
2.3. Daun (Folium)
Tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 3-14 cm, lebar
3-5 cm. tangkai panjang ± 1,5 cm, hijau mengkilat.
2.4. Bunga (Flos)
Majemuk, di ketiak daun, menggantung, berkelamin dua, karangan bunga tiga
sampai delapan, daun kelopak bulat, benang sari enam, putik menjulang ke luar,
mahkota bentuk tabung, bertajuk, kuning muda.
2.5. Akar (Radix)
Tunggang, coklat, perakarannya cukup kuat.
2.3. Buah Sawo Manila
Buah berukuran bulat hingga lonjong dengan permukaan kasar dan berwarna
kecoklatan. Daging buah lunak, manis berair, dan berbiji hitam kecoklatan sebanyak
hingga enam buah. Daging buahnya mempunyai tekstur yang khas, rasanya manis serta
aroma yang khas dan segar. Buah sawo banyak dikonsumsi untuk buah segar dan jarang
dimakan dalam bentuk awetan. Sawo dipetik dalam kondisi yang benar-benar tua karena
buah sawo bersifat nonklimakterik.Akan tetapi, beberapa literature menyebutkan bahwa
sawo termasuk buah klimakterik sehingga dapat dipanen ketika masih muda dan dapat
diperam hingga matang. Buah sawo yang sudah matang beraroma harum, buahnya
menjadi lunak, dan rasanya manis sekali. Buah sawo mengandung banyak gula atau
sebesar 14% yang terdiri atas 7,2 %sukrosa, 3,7 % dekstrosa, dan 3,5 % levulose.
Buah berasal dari bakal buah. Bunga hanya memiliki satu bakal buah saja. Dalam
satu buah terdapat 3-5 biji. Biasanya biji-biji ini berwarna hitam. Dinding buah
(pericarpium) tebal berdaging dan dapat dibedakan lapisan-lapisannya, yaitu kulit luar
(epicarpium), lapisan paling luar berwarna coklat, tipis, kasar, kaku seperti kulit, dan
kulit tengah (mesocarpium), tebal berdaging, bisa dimakan, berair, berwarna coklat muda
sampai coklat kemerahan. Jika sudah masak buah tidak pecah. Biji-biji terletak bebas
dalam mesocarpium. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa buah Achras zapota
merupakan buah sejati, tunggal, dan berdaging.
2.6. Kandungan Kimia
Daun dan batang Achras zapota L mengandung flavonoid, disamping itu daun
juga mengandung saponin dan batangnya juga mengandung tannin.
2.7. Khasiat
Selain menggunakan getahnya, buah muda dari sawo juga dapat digunakan untuk
obat diare. Sebagai obat diare dapat digunakan satu buah muda, kemudian diparut, lalu
diperas dan disaring. Air hasil saringannya direbus selama 15 menit.
Juga bisa untuk membantu mengatasi gangguan pada paru. Air seduhan daun
sawo yang sudah agak tua atau semacam teh diminum untuk mengobati batuk, demam,
diare, dan disentri. Biji yang sudah dihancurkan memiliki sifat diuretik (peluruh kencing)
serta bisa membantu menghancurkan batu ginjal dan batu kandung kemih. Ekstrak biji ini
di kawasan Yucatan dipakai sebagai penenang atau obat tidur. Bijinya juga bisa
dilumatkan dan dioleskan untuk mengatasi gigitan atau sengatan binatang berbisa. Getah
buah dan daun Achras zapota berkhasiat sebagai obat mencret, di samping itu getahnya
dapat digunakan untuk campuran gula-gula. Untuk obat mencret dipakai lebih kurang 15
teles getah buah muda Achras zapota, diseduh dengan ½ gelas air matang panas. Hasil
seduhan diminum sekaligus. Kandungan zat aktif antara lain gula, asam askorbat,
karbohidrat, serat.
2.8. Habitat
Tanaman sawo mudah menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan baru, dari
dataran rendah hingga dataran tinggi. Namun, daerah yang disenangi adalah dataran
rendah hingga ketinggian 700 m dpl. Tipe tanah yang dikehendaki adalah lempung
berpasir yang mengandung banyak bahan organik dengan pH antara 5,5 -7. Curah hujan
yang sesuai 1.500-2.500 mm per tahun (beriklim basah). Tanaman sawo tahan terhadap
kekeringan dengan lima bulan musim kemarau. Perakarannya cukup kuat sehingga
tanaman sawo baik untuk daerah yang rawan erosi.Tanaman ini mampu tumbuh di tempat
yang ternaungi maupun terbuka sehingga sering ditanam di lahan rumah.
2.9. Manfaat Tanaman
Manfaat tanaman sawo adalah sebagai makanan buah segar atau bahan makan
olahan seperti es krim, selai, sirup atau difermentasi menjadi anggur atau cuka. Selain itu,
manfaat lain tanaman sawo dalam kehidupan manusia adalah:
1) Tanaman penghijauan di lahan-lahan kering dan kritis.
2) Tanaman hias dalam pot dan apotik hidup bagi keluarga;
3) Tanaman penghasil buah yang bergizi tinggi; dan dapat dijual di dalam dan
luar negeri yang merupakan sumber pendapatan ekonomi bagi keluarga dan
negara;
4) Tanaman penghasil getah untuk bahan baku industri permen karet;
5) Tanaman penghasil kayu yang sangat bagus untuk pembuatan perabotan rumah
2.10. Syarat Pertumbuhan
Tanaman sawo mudah menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan baru, dari
dataran rendah hingga dataran tinggi. Namun, daerah yang disenangi adalah dataran
rendah hingga ketinggian 700 m dpl. Tipe tanah yang dikehendaki adalah lempung
berpasir yang mengandung banyak bahan organik dengan pH antara 5,5-7. Curah hujan
yang sesuai 1.500-2.500 mm per tahun (beriklim basah). Tanaman sawo tahan terhadap
kekeringan dengan lima bulan musim kemarau. Perakarannya cukup kuat sehingga
tanaman sawo baik untuk daerah yang rawan erosi. Tanaman ini mampu tumbuh di
tempat yang ternaungi maupun terbuka sehingga sering ditanam di lahan rumah.
3. Jambu Biji Merah
3.1. Definisi Jambu Biji Merah
Nama ilmiah jambu biji adalah psidium guajava. Psidium berasaldari bahasa yunani
yaitu “psidium” yang berarti delima, “guajava” berasaldari nama yang diberikan oleh orang
Spanyol. Adapun taksonomi tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava Linn.
Jambu biji merah merupakan tanaman perdu bercabang banyak, tingginya dapat
mencapai 3 – 10 m. Umumnya umur tanaman jambu biji hingga sekitar 30 – 40 tahun.
Tanaman yang berasal dari biji relatife berumur lebih panjang dibandingkan hasil
cangkokan atau okulasi. Namun, tanaman yang berasal dari okulasi memiliki postur lebih
pendek dan bercabang lebih banyak. Tanaman ini sudah mampu berbuah saat berumur
sekitar 2-3 bulan meskipun ditanam dari biji.
3.1. Akar (Radix)
Adalah bagian pokok yang nomor tiga setelah batang dan daun bagi tumbuhan
yang tubuhnya telah merupakan kormos dan pada jambu biji ini, sistem perakarannya
adalah sistem akar tunggang, karena akar lembaganya terus tumbuh menjadi akar pokok
yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil dan akar pokok yang berasal
dari akar lembaga disebut akar.
Tunggang (radik primaria). Di lihat dari percabangannya dan bentuknya, jambu
biji memiliki akar tunggang yang bercabang (ramosus) yang bentuknya kerucut panjang,
tumbuh lurus kebawah,bercabang cabang banyak dan cabang-cabangnya bercabang
lagi.sehingga memberi kekuatan yang lebih besar pada batang, dan juga daerah perakaran
menjadi amat luas, hingga dapat menyerap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak.
3.2. Batang
Tumbuhan biji belah pada umumnya mempunyai batang yang di bagian
bawahnya lebih besar dan keujung semakin mengecil, jadi batangnya dapat di pandang
sebagai suatu kerucut atau limas yang amat memanjang dan mempunyai percabangan.
Bentuk cabang pada jambu biji yaitu berkayu dan permukaannya licin dan terlihat
lepasnya kerak (bagian kulit yang mati), arah tumbuh batangnya tegak lurus (erectus),
jambu biji memiliki cabang sirung pendek (virgula atau virgula sucre scens) yaitu
cabang–cabang kecil dengan ruas–ruas yang pendek yang selain daun juga merupakan
pendukung bunga dan buah.
3.3.Daun (folium)
Merupakan suatu bagian yang penting, yang berfungsi sebagai alat pengambilan
zat–zat makanan (reabsorbsi), asimilasi transpirasi dan respirasi. Daun jambu biji
tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai dan helaian saja disebut
daun bertangkai. Sifat– sifat daun yang di miliki oleh jambu adalah sebagai berikut :
3.3.1. Bangun daun (Circumscription). Dilihat dari letak bagian terlebarnya
jambu biji bagian terlebar daunya berada di tengah– tengah dan memiliki bangun jorong
karena perbandingan panjang : lebarnya adalah ½ – 2 : 1.
3.3.2. Ujung (epex). Jambu biji memiliki ujung yang tumpul tepi daun yang
semula masih agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju kesuatu titik pertemuan
membentuk sudut 900.
3.3.3. Pangkal (basis folii). Karena tepi daunnya tidak pernah bertemu, tetapi
terpisah oleh pangkal ibu tulang / ujung tangkai daun, maka pangkal dari daun jambu biji
ini, adalah tumpul (obtusus).
3.3.4. Susunan tulang–tulang daun (nervation atau vanation). Daun jambu biji
memiliki pertumbuhan daun yang menyirip (penninervis) yang mana daun ini memiliki
satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun
dari ibu tulang kesamping, keluar tulang–tulang cabang, sehingga susunannya
mengingatkan kita kepada susunan sirip–sirip pada ikan.
3.3.5. Tepi daun (margo). Jambu biji memiliki tepi daun yang rata (integer)
3.3.6. Daging daun (intervinium)
3.4. Bunga
Pada tumbuhan biji bunga merupakan alat perkembangan generatif, yang mana
pada bunga inilah terdapat bagian yang setelah terjadi peristiwa yang disebut persarian
(penyerbukan) dan pembuahan akan menghasilkan bagian tumbuhan yang di sebut
dengan buah. Bunga pada jambu biji terdiri dari kelopak dua mahkota yang masing-
masing terdiri atas 4–5 daun berkelopak dan sejumlah daun mahkota yang sama, dan
tidak merapat memiliki benang sari yang banyak dan berkelopak, berhadapan dengan
daun–daun mahkota memiliki tangkai sari dengan warna yang cerah bakal buah
tenggelam dan mempunyai satu tangkai putik. Bunga tunggal terletak di ketiak daun,
bertangkai. Perbungaan terdiri 1 sampai 3 bunga. Panjang gagang perbungaan 2 cm
sampai 4 cm. Bunga banci dengan hiasan bunga yang jelas dapat dibedakan dalam
kelopak dan mahkota bunga, aktinomorf/zigomorf, berbilangan 4. Daun mahkota bulat
telur terbalik, panjang 1,5-2 cm, putih, segera rontok. Benang sari pada tonjolan dasar
bunga yang berbulu, putih, pipih dan lebar, seperti halnya tangkai putik berwarna seperti
mentega. Tabung kelopak berbentuk lonceng atau bentuk corong, panjang 0,5 cm.
pinggiran tidak rontok (1 cm panjangnya). Tabung kelopak tidak atau sedikit sekali
diperpanjang di atas bakal buah, tepik kelopak sebelum mekar berlekatan menjadi bentuk
cawan, kemudian membelah menjadi 2-5 taju yang tidaksama. Bulat telur, warna hijau
kekuningan. Bakal buah tenggelam, dengan 1-8 bakal biji tiap ruang.
3.5. Buah
Jambu biji memiliki buah sejati tunggal artinya, buah ini terjadi dari satu bunga
dengan satu bakal buah saja dan memiliki lebih dari satu biji. Jambu biji termasuk dalam
buah sejati tunggal yang berdaging (curnosus) dan bentuk buahnya bulat. Jambu Biji
(Psidium guajava) banyak tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia, sampai Asia
Selatan, India dan Srilangka. Jambu biji termasuk tanaman perdu dan memiliki banyak
cabang dan ranting, batang pohonnya keras. Permukaan kulit luar pohon jambu biji
berwarna coklat dan licin. Apabila kulit kayu jambu biji tersebut dikelupas, akan terlihat
permukaan batang kayunya basah. Bentuk daunnya umumnya bercorak bulat telur dengan
ukuran yang agak besar. Bunganya kecil-kecil berwarna putih dan muncul dari balik
ketiak daun. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai pada
ketinggian 1200 meterdiatas permukaan laut. Pada umur 2-3 tahun jambu biji sudah
mulai berbuah. Bijinya banyak dan terdapat pada daging buahnya. Jambu biji ini akrab
juga dengan nama Psidium guajava (Inggris/Belanda), Jambu klutuk, Bayawas, tetokal,
Tokal (Jawa), Jambu klutuk, Jambu Batu (Sunda), Jambu bender (Madura).
3.6. Anatomi Jambu Biji
Baik akar maupun batang mempunyai kambium, hingga akar maupun batangnya
memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder. Pada akar sifat radial berkas
pengangkutnya hanya nyata pada akar yang belum mengadakan pertumbuhan menebal.
Pada batang, berkas pengangkutan tersusun dalam lingkaran dengan xilem di sebelah
dalam dan floem disebelah luar, di antaranya terdapat kambium, jadi berkas
pengangkutan bersifat kolaterral terbuka kadangkadang bikolateral.Anatomi yang khas
adalah tedapatnya floem dalam kayu (floem intraxiler).
3.7. Khasiat Jambu Biji
Pada jambu biji mengandung tannin, yang menimbulkan rasa sepat pada buah
yang berfungsi untuk memperlancar sistem pencernaan, sirkulasi darah, dan berguna
untuk menyerang virus. Jambu biji juga mengandung kalium yang berfungsi
meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur
pengiriman zat-zat gizi lainnya ke sel-sel tubuh, mengendalikan keseimbangan cairan
pada jaringan dan sel tubuh serta menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida
darah, serta menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi). Dengan memakan jambu biji
0,5 – 1 kg /hari selama 4 minggu resiko terkena penyakit jantung dapat berkurang sebesar
16 %. Dalam jambu biji juga ditemukan likopen yaitu karatenoid (pigmen penting dalam
tanaman) yang terdapat dalam darah (0,5 mol per liter darah) serta memiliki aktivitas anti
oksidan. Riset-riset epidemologis likopen pada studi yang dilakukan peneliti Itali,
mencakup 2.706 kasus kanker rongga mulut, tekek, kerongkongan, lambung, usus besar
dan dubur, jika mengkonsumsi likopen yang meningkat, khususnya pada jambu biji yang
daging buahnya berwarna merah, berbiji banyak dan berasa manis mempunyai efek
memberikan perlindungan pada tubuh dari beberapa jenis kanker.
4. Jambu Bangkok
Struktur morfologi tumbuhan Jambu Biji Bangkok hampir sama seperti morfologi
tumbuhan Jambu Biji Merah, mulai dari daun, batang,tetapi yang membedakan adalah
buahnya. Jambu Bangkok merupakan sebutan untuk jambu biji dengan buah berukuran
besar. Jambu bangkok berasal dari Bangkok, Thailand. Keunggulannya terletak pada
ukuran, rasa, dan warnanya. Ukurannya tergolong besar gemuk dengan panjang 6-7 cm
dan diameter sekitar 5 cm. Rasanya sangat manis dengan kandungan air sedikit sehingga
teksturnya agak keras. Buah muda berwarna hijau kekuningan, sedangkan yang tua merah
bergaris hijau kekuningan. Produksi buahnya sangat banyak sehingga dalam satu pohon
buahnya tampak menutupi daun. Jenis ini memiliki biji lebih besar dari jenis lainnya.
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Individu antarspesies memiliki stuktur yang sangat kontras berbeda dari segi
struktur batang, daun, bunga dan akar serta memiliki kandungan kimia dan khasiat yang
berbeda seperti pada Pohon Jati dengan Sawo Manila. Sedangkan individu dalam satu
spesies memiliki struktur yang hampir sama tetapi tetap ada perbedaannya, misal pada
tumbuhan Jambu Biji Merah dengan Jambu Biji Bangkok dari segi daun,akar, dan batang
sama tetapi buahnya berbeda. Jadi keanekaragaman terjadi antarspesies dan juga terjadi
dalam satu spesies.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah biologi umum ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan semoga bermanfaat bagi para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khairi, 2008, Keragaman Genetik Jati Rakyat Di Jawa Berdasarkan Penanda Random
Amplified Polymorphic DNA (RAPD): Jurnal , http://iirc.ipb.ac.id /jspui /bitstream/
123456789/11 615/2/E08alk .pdf , Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013. Adisoemarto, S.,
Suhardjono, Y.R. 1997, Arah Pengembangan Biosistematika di Indonesia , 3(1): 48-53
Anonimous, 2001. Keuntungan Investasi Budi Daya Hutan Jati. Satu Pilihan Investasi Bijaksana.
http://www.reforeste.com
Chasani, A.R., 2006, Variasi Morfologi dan Hubungan Fenetik Tiga Jenis Jati Di Pulau Jawa:
Laporan Penelitian, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Deherba. 2011. Kandungan Sarang Semut. www.deherba.com. Tanggal akses 1 Oktober 2013
Direktorat Jenderal (Ditjen) Kehutanan.1976. Vademeccum Kehutanan Indonesia. Departemen
Pertanian : Jakarta
Divisiflora. 2007. Jati. http://divisiflora.files.wordpress.com/2007/03/foto-jati.jpg.Tanggal akses
1 Oktober 2013
Djauzi,S. 2008. Obat Tradisional untuk Hipertensi.http://cetak.kompas.com. Tanggal akses 1
Oktober 2013
Duta. 2011. Jati.http://www.duta.com/jati.pdf. Tanggal akses 1 Oktober 2013
Hartati R., A.Gana, dan K. Ruslan. 2005. Detail Penelitian Obat Bahan Alam.http://bahan-alam.
fa.itb.ac.id/detail.php?id=104. Tanggal akses 1 Oktober 2013
Hyene,K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III.Jakarta.Koperasi Karyawan Departemen
Kehutanan Gedung Manggala Wahana Bakti blok 1
Indonet . 2007. Obat - Obatan dengan Efek Samping Teraneh. www.indo.net.com. Tanggal
akses 1 Oktober 2013
Irwanto, 2006, Usaha Pengembangan Jati (Tectona grandis L.F ): Jurnal , http://save
forest.webs.com/jati.pdf
Lemmens, R.H.M.J. dan I.Soerianegara. 2002. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara No.5(1)
Pohon Penghasil Kayu Perdagangan Utama. PT Balai Pustaka Prosesa Indonesia : Bogor
Lenny,S. 2006. Senyawa Flavonoida,Fenilpropanoida dan Alkaloida.Medan.USU repository
Mahfudz et al, 2003. Sekilas Jati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman Hutan.Purwobinangun. Yogyakarta
Martawijaya, A. , I. Kartasujana, K. Kadir dan S.A.Prawira. 1981. Atlas Kayu Indonesia Jilid I.
Balai Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan : Bogor
Medicastore. 2009. Artikel. http://www.medicastore.com. Tanggal akses 1 Oktober 2013
Plantamor. 2011. Jati (Tectona Grandis). http://plantamor.com. Tanggal akses 1 Oktober 2013
Sumarna, Y. 2003. Budidaya Jati. PT. Penebar Swadaya. Jakarta
Sunardi. 2008. Nabi Saja Suka Buah. Aqwamedia, Solo
http://bahan-alam.fa.itb.ac.id
http://bebas.vlsm.org/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1-007.pdf
http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/sawo.pdf
http://wartabepe.staff.ub.ac.id/files/2013/01/Kandungan-Gizi-Sawo-Manila.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22112/4/Chapter%20II.pdf