Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN...

69
USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa DARI RAKYAT AMERIKA MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN PELAYANAN KHUSUS SISWA DI MI DAN MTs Praktik yang Baik

Transcript of Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN...

Page 1: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

DARI RAKYAT AMERIKA

MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN PELAYANAN KHUSUS SISWA DI MI DAN MTs

Praktik yang Baik

Page 2: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Buku praktik yang baik Manajemen, Budaya Baca dan Pelayanan Khusus Siswa di MI dan MTs ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID) melalui Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS). USAID PRIORITAS adalah program kemitraan antara Pemerintah Amerika dan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas di Indonesia.

Page 3: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Sambutan Direktur Jenderal Pendidikan IslamKementerian Agama

Kementerian Agama bekerja sama dengan USAID Program Prioritizing Reform, Innovation and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators and Students (PRIORITAS Tahun 2012-2017) untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas. Dalam implementasi kerja sama tersebut USAID PRIORITAS telah melaksanakan beberapa program dan kegiatan antara lain pelatihan dan pendampingan guru, kepala madrasah, pengawas serta kegiatan kelompok kerja di tingkat madrasah maupun gugus tentang pendekatan pembelajaran aktif dan kreatif, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), program budaya baca dan literasi dengan memberi hibah buku pengayaan, buku fiksi, dan buku bacaan lainnya kepada madrasah ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs).

Berbagai kemajuan yang dapat dilihat di madrasah di antaranya adalah guru berperan menjadi fasilitator dalam mendorong interaksi antar siswa, guru memberikan tugas yang bervariasi yang menantang siswa untuk berbuat dan berpikir, seperti diskusi, percobaan, pengamatan, dan pemecahan masalah. Dalam pembelajaran siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, memanfaatkan beragam sumber belajar, bekerja secara kooperatif dalam kelompok, menghasilkan karya yang merupakan hasil gagasannya sendiri, dan memajangkan karya tersebut dalam kelas. Sedangkan hasil implementasi MBS, pengelolaan sekolah oleh kepala sekolah menjadi partisipatif dengan melibatkan guru, komite sekolah dan masyarakat , serta transparan dan akuntabel.

Dalam rangka menyebarluaskan pengalaman pembelajaran, manajemen, dan budaya baca di MI dan MTs tersebut, USAID PRIORITAS menerbitkan beberapa buku praktik yang baik dengan tema pembelajaran tingkat MI, pembelajaran tingkat MTs, dan manajemen, budaya baca dan pelayanan khusus di MI dan MTs.

Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada USAID PRIORITAS yang telah membantu pendidikan di madrasah khususnya untuk MI dan MTs di kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS. Semoga buku praktik yang baik ini dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi kabupaten/kota lainnya di seluruh Indonesia, bagi guru dan praktisi untuk meningkatkan mutu pendidikan di madrasah.

Jakarta, Mei 2017Direktur Jenderal Pendidikan IslamKementerian Agama

Prof. Dr. Phill. H. Kamaruddin Amin

Page 4: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

DAFTAR ISI Membenahi Madrasah2 Zakat, Infak, dan Sedekah Guru

Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa

4 Optimalkan Segala Potensi Kembangkan Madrasah Rujukan

6 Transparansi, Buat Maju Luar Biasa

8 Peran Serta Masyarakat Ubah Wajah Madrasah Kami

10 Transparansi dan Akuntabilitas Buat MI Sumurrejo Bisa Mobilisasi Dana Masyarakat

12 Terapkan MBS, Antarkan Hamid Jadi Pengawas Berprestasi Nasional

13 Cepat Berubah Karena Kepemimpinan

Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus14 Libatkan Paguyuban Orangtua untuk

Pantau Keberhasilan Belajar Siswa di MIN 1 Cilegon

16 “Guru Intip” MI Ma'arif Surengede Kertek - Orang Tua Wajib Tahu Perkembangan Anaknya di Sekolah

18 Di Madrasah ini, Semua Orangtua Siswa Jadi Guru

20 Tata Ruang Kelas Nyaman; Belajarpun Kondusif

22 Pilih Pertahankan ABK

24 Membantu Pemahaman Siswa ABK Melalui Cerita Bergambar

26 Sikap Guru Tentukan Kenyamanan ABK dalam Belajar

Membantu Guru28 Buat Lomba Kreativitas Guru

30 Galang Program Orangtua Mengajar

32 Semakin Berprestasi karena Terapkan PAKEM dan MBS

Mengelola Buda Baca36 Mengelola Program Budaya Baca di

Sekolah: Bagaimana Caranya?

39 Cimahi Reading Habit (CRH)

40 Dulang Ilmu Lewat Budaya Baca

42 SMART Memunculkan Bakat Menulis Anak

44 Upaya Pemerintah Kabupaten Sragen dan Masyarakat Tingkatkan Ketersediaan Buku Bacaan

46 Gerilya, Hasilkan Sumbangan 2.500 Buku

iiiii Praktik yang Baik: Manajemen, Budaya Baca dan Pelayanan Khusus Siswa di MI dan MTs Daftar Isi

47 Alat Pencacah untuk Melihat Minat Baca Siswa di Perpustakaan

48 Wow! Satu Semester, Madrasah Tengah Sawah Ini Mampu Dorong Siswa Baca 152 buku

50 USAID Hibahkan 8 Juta Buku Bacaan Berjenjang untuk 13 Ribu SD/MI

Page 5: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

DAFTAR ISI Membenahi Madrasah2 Zakat, Infak, dan Sedekah Guru

Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa

4 Optimalkan Segala Potensi Kembangkan Madrasah Rujukan

6 Transparansi, Buat Maju Luar Biasa

8 Peran Serta Masyarakat Ubah Wajah Madrasah Kami

10 Transparansi dan Akuntabilitas Buat MI Sumurrejo Bisa Mobilisasi Dana Masyarakat

12 Terapkan MBS, Antarkan Hamid Jadi Pengawas Berprestasi Nasional

13 Cepat Berubah Karena Kepemimpinan

Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus14 Libatkan Paguyuban Orangtua untuk

Pantau Keberhasilan Belajar Siswa di MIN 1 Cilegon

16 “Guru Intip” MI Ma'arif Surengede Kertek - Orang Tua Wajib Tahu Perkembangan Anaknya di Sekolah

18 Di Madrasah ini, Semua Orangtua Siswa Jadi Guru

20 Tata Ruang Kelas Nyaman; Belajarpun Kondusif

22 Pilih Pertahankan ABK

24 Membantu Pemahaman Siswa ABK Melalui Cerita Bergambar

26 Sikap Guru Tentukan Kenyamanan ABK dalam Belajar

Membantu Guru28 Buat Lomba Kreativitas Guru

30 Galang Program Orangtua Mengajar

32 Semakin Berprestasi karena Terapkan PAKEM dan MBS

Mengelola Buda Baca36 Mengelola Program Budaya Baca di

Sekolah: Bagaimana Caranya?

39 Cimahi Reading Habit (CRH)

40 Dulang Ilmu Lewat Budaya Baca

42 SMART Memunculkan Bakat Menulis Anak

44 Upaya Pemerintah Kabupaten Sragen dan Masyarakat Tingkatkan Ketersediaan Buku Bacaan

46 Gerilya, Hasilkan Sumbangan 2.500 Buku

iiiii Praktik yang Baik: Manajemen, Budaya Baca dan Pelayanan Khusus Siswa di MI dan MTs Daftar Isi

47 Alat Pencacah untuk Melihat Minat Baca Siswa di Perpustakaan

48 Wow! Satu Semester, Madrasah Tengah Sawah Ini Mampu Dorong Siswa Baca 152 buku

50 USAID Hibahkan 8 Juta Buku Bacaan Berjenjang untuk 13 Ribu SD/MI

Page 6: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47
Page 7: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Membenahi Madrasah

Page 8: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs2 3Membenahi Sekolah

“Ayo berangkat! Siapa lagi yang belum naik?" tanya Amir sambil menghitung siswa yang sudah duduk di dalam mikroletnya. Dia akan segera me-ngantar mereka pulang ke rumahnya. Amir bersama delapan pemilik sekaligus sopir mikrolet lainnya bertugas mengantar jemput lebih kurang 250 siswa MTsN Takalalla, Kabupaten Soppeng, pergi dan pulang sekolah setiap hari.

"Kami punya daftar nama mereka yang setiap hari kami angkut. Jadi kami tidak sekadar mengangkut. Kami harus

pastikan mereka yang tidak pergi sekolah atau tidak pulang ke rumah. Itu tugas diberikan sekolah kepada kami," katanya.

Sekolah yang berkomitmen melayani gaya belajar siswanya dengan pembelajaran aktif itu memang sudah melaksanakan program layanan transportasi siswa sejak tahun 2009. "Kami ini kan pelayan siswa. Bukan saja melayani gaya belajarnya tapi juga melayani kebutuhannya," kata Bapak Drs Alimin, Kepala Madrasah yang juga Fasilitator MBS USAID PRIORITAS.

Dia melihat siswanya butuh transportasi pergi dan pulang sekolah. Mereka tinggal jauh dari sekolah dan akses transportasi tidak lancar. Akibatnya mereka telat tiba di sekolah. Kepala sekolah yang dikenal disiplin itu bertekad menemukan solusinya. Caranya? Dengan rendah hati dia menjawab, "Kami mulai dengan niat beribadah, yaitu menyediakan transportasi untuk siswa."

Pak Alimin bersama segenap gurunya sepakat mengumpulkan zakat profesi (penghasilan), infak dan sedekahnya

untuk biaya mobil angkutan siswa mereka. "Sebetulnya tidak tepat kalau dibilang zakat profesi karena semua guru di sini, kecuali saya, jumlah gajinya belum cukup ketentuan nizab zakat profesi. Tapi uang yang terkumpul sejumlah Rp. 4.000.000 per bulan itu kami meniatkannya sebagai infak atau sedekah jika tidak tergolong kategori zakat profesi," paparnya.

Untuk mencukupi sewa sembilan unit mobil mikrolet sebanyak Rp. 7.200.000 per bulan, dengan sewa per unitnya Rp. 800.000, pihaknya juga menerima subsidi dari orang tua yang membayarkan sendiri sewa mikrolet anaknya, dan ditambah lagi infak atau sumbangan sukarela dari guru yang menerima gaji sertifikasi. "Alhamdulillah semangat kami berbagi mendapat dukungan dari orang tua siswa," katanya lagi.

Dampak dari program layanan transportasi siswa itu, menurut Pak Alimin, sangat membantu menciptakan situasi kondusif dan nyaman yang mendukung pembelajaran di sekolah. Khususnya bagi siswa, mereka disiplin mengikuti pelajaran, tingkat kehadirannya di sekolah meningkat, dan tidak ada lagi siswa terlambat.

Bagi guru, mereka menjadi lebih dekat dan sayang kepada siswanya. Antara guru juga kian kompak dalam bekerja sama. Mereka saling membantu membuat lembar kerja siswa yang kontekstual sehingga tidak pernah ada kelas yang kosong dan siswa

berkeliaran karena tidak belajar. Dengan program layanan transportasi siswa ini hubungan sekolah dengan orang tua semakin kuat. Komunikasi guru dengan orang tua siswa semakin mudah dan intens karena setiap guru wali kelas memberikan nomor telepon ke orang tua siswa. Tujuannya agar mereka dapat saling tukar informasi mengenai keadaan siswa.

Dampak berharga yang dirasakan adalah orang tua siswa semakin

percaya kepada sekolah. Mereka ringan tangan membantu program sekolah. Ini semua memotivasi kami guru dan siswa di sekolah melaksanakan tugas dan kewajiban, mengajar dan belajar dengan hati.

"Kami yakin pembelajaran yang didasari dengan hati tulus akan berhasil. Seperti kata Imam Syafii, kunci kesuksesan pembelajaran adalah guru dan siswa ikhlas memberi dan mene-rima pelajaran," kata Pak Alimin.

MTsN Takalalla, Soppeng, Sulawesi Selatan

Zakat, Infak, dan Sedekah Guru Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa

Siswa menaiki mikrolet yang mengantar jemputnya dari rumah ke sekolah karena sumbangan dari para guru dan orang tua.

Pembelajaran di MTSn Takalalla dapat berjalan efektif karena mendapat dukungan dari orang tua siswa.

Page 9: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs2 3Membenahi Sekolah

“Ayo berangkat! Siapa lagi yang belum naik?" tanya Amir sambil menghitung siswa yang sudah duduk di dalam mikroletnya. Dia akan segera me-ngantar mereka pulang ke rumahnya. Amir bersama delapan pemilik sekaligus sopir mikrolet lainnya bertugas mengantar jemput lebih kurang 250 siswa MTsN Takalalla, Kabupaten Soppeng, pergi dan pulang sekolah setiap hari.

"Kami punya daftar nama mereka yang setiap hari kami angkut. Jadi kami tidak sekadar mengangkut. Kami harus

pastikan mereka yang tidak pergi sekolah atau tidak pulang ke rumah. Itu tugas diberikan sekolah kepada kami," katanya.

Sekolah yang berkomitmen melayani gaya belajar siswanya dengan pembelajaran aktif itu memang sudah melaksanakan program layanan transportasi siswa sejak tahun 2009. "Kami ini kan pelayan siswa. Bukan saja melayani gaya belajarnya tapi juga melayani kebutuhannya," kata Bapak Drs Alimin, Kepala Madrasah yang juga Fasilitator MBS USAID PRIORITAS.

Dia melihat siswanya butuh transportasi pergi dan pulang sekolah. Mereka tinggal jauh dari sekolah dan akses transportasi tidak lancar. Akibatnya mereka telat tiba di sekolah. Kepala sekolah yang dikenal disiplin itu bertekad menemukan solusinya. Caranya? Dengan rendah hati dia menjawab, "Kami mulai dengan niat beribadah, yaitu menyediakan transportasi untuk siswa."

Pak Alimin bersama segenap gurunya sepakat mengumpulkan zakat profesi (penghasilan), infak dan sedekahnya

untuk biaya mobil angkutan siswa mereka. "Sebetulnya tidak tepat kalau dibilang zakat profesi karena semua guru di sini, kecuali saya, jumlah gajinya belum cukup ketentuan nizab zakat profesi. Tapi uang yang terkumpul sejumlah Rp. 4.000.000 per bulan itu kami meniatkannya sebagai infak atau sedekah jika tidak tergolong kategori zakat profesi," paparnya.

Untuk mencukupi sewa sembilan unit mobil mikrolet sebanyak Rp. 7.200.000 per bulan, dengan sewa per unitnya Rp. 800.000, pihaknya juga menerima subsidi dari orang tua yang membayarkan sendiri sewa mikrolet anaknya, dan ditambah lagi infak atau sumbangan sukarela dari guru yang menerima gaji sertifikasi. "Alhamdulillah semangat kami berbagi mendapat dukungan dari orang tua siswa," katanya lagi.

Dampak dari program layanan transportasi siswa itu, menurut Pak Alimin, sangat membantu menciptakan situasi kondusif dan nyaman yang mendukung pembelajaran di sekolah. Khususnya bagi siswa, mereka disiplin mengikuti pelajaran, tingkat kehadirannya di sekolah meningkat, dan tidak ada lagi siswa terlambat.

Bagi guru, mereka menjadi lebih dekat dan sayang kepada siswanya. Antara guru juga kian kompak dalam bekerja sama. Mereka saling membantu membuat lembar kerja siswa yang kontekstual sehingga tidak pernah ada kelas yang kosong dan siswa

berkeliaran karena tidak belajar. Dengan program layanan transportasi siswa ini hubungan sekolah dengan orang tua semakin kuat. Komunikasi guru dengan orang tua siswa semakin mudah dan intens karena setiap guru wali kelas memberikan nomor telepon ke orang tua siswa. Tujuannya agar mereka dapat saling tukar informasi mengenai keadaan siswa.

Dampak berharga yang dirasakan adalah orang tua siswa semakin

percaya kepada sekolah. Mereka ringan tangan membantu program sekolah. Ini semua memotivasi kami guru dan siswa di sekolah melaksanakan tugas dan kewajiban, mengajar dan belajar dengan hati.

"Kami yakin pembelajaran yang didasari dengan hati tulus akan berhasil. Seperti kata Imam Syafii, kunci kesuksesan pembelajaran adalah guru dan siswa ikhlas memberi dan mene-rima pelajaran," kata Pak Alimin.

MTsN Takalalla, Soppeng, Sulawesi Selatan

Zakat, Infak, dan Sedekah Guru Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa

Siswa menaiki mikrolet yang mengantar jemputnya dari rumah ke sekolah karena sumbangan dari para guru dan orang tua.

Pembelajaran di MTSn Takalalla dapat berjalan efektif karena mendapat dukungan dari orang tua siswa.

Page 10: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Ruba Nurzaman dan D RidwanWakil Kepala MTs Al-Mukhtariyah Bandung Barat

Sampai awal tahun 2013, MTs Al-Mukhtariyah belum mampu memikat orangtua untuk menitipkan anak. Saat itu suasana pembelajaran madrasah masih konvensional dengan siswa duduk berbanjar dan guru lebih banyak berceramah secara monoton. Kondisi perpustakaan jauh dari standar kelayakan dan tidak mampu memenuhi kebutuhan warga madrasah atas sumber informasi akademik. Kondisi lingkungan madrasah cenderung tidak mendukung iklim akademik dan kenyamanan belajar. Spirit perubahan hadir di madrasah ketika USAID

PRIORITAS memberikan sejumlah paket pelatihan.

Para guru mendapat pelatihan praktik yang baik dalam pengajaran dan pembelajaran kontekstual (CTL-Contextual Teaching and Learning). Selepas pelatihan, mereka mendapat pendampingan oleh fasilitator daerah (fasda) guna mempraktikkan hasil pelatihan, mengevaluasi, dan mencoba kembali secara berkesinambungan.

Pada saat yang sama, kepala madrasah, guru, dan komite madrasah berkesempatan mengikuti pelatihan manajemen berbasis sekolah (MBS) yang juga ditindaklanjuti dengan pendampingan.

Setelah mengikuti pelatihan USAID PRIORITAS, kepala madrasah langsung menerapkan hasil pelatihan MBS di madrasahnya. Dibentuklah tim pengembang madrasah dan tim pengembang budaya baca yang merupakan tim gabungan dari pihak manajemen (kamad dan wakamad), perwakilan guru, staf tata usaha, dan komite madrasah. Tim ini segera menyusun program madrasah dan, usai digodog, segera disosialisasikan, dilaksanakan, dan dievaluasi.

Guru-guru yang belum mengikuti pelatihan USAID PRIORITAS, diwajibkan mengamati proses pembelajaran guru yang sudah dilatih, guna mendapatkan gambaran awal

model CTL. Setelah dirasa cukup punya gambaran, para guru ini dilatih dalam program diseminasi, praktik di ruang kelas, dan didampingi guru yang sudah dilatih lebih awal. Kini semua guru MTs Al-Mukhtariyah sudah mengikuti pelatihan CTL dan dalam semua mata pelajaran, mampu menerapkan model CTL.

Di akhir tahun 2013, perubahan penting telah terjadi di MTs Al-Mukhtariyah. Para siswa madrasah tampak menikmati proses pembelajaran yang menantang sekaligus menyenangkan. Lingkungan sekitar kini menjadi sumber belajar aktif yang sangat produktif. Siswa belajar Bahasa Inggris secara terpadu dengan praktik percobaan sains. Mereka belajar Bahasa Indonesia di alam terbuka sambil mencari inspirasi merangkai karya sastra. Mereka juga menemui dan mewawancarai pihak-pihak yang kompeten untuk belajar IPS dan mata pelajaran lain. Bahkan, pendekatan CTL mereka terapkan juga dalam proses pembelajaran Ilmu Fiqih mengenai pemulasaraan jenazah.

Para guru juga telah terampil membuat lembar kerja bermuatan pertanyaan tingkat tinggi dan proyek kegiatan yang merangsang kreatifitas siswa. Diskusi kelompok dan presentasi menjadi pengalaman keseharian siswa. Halaman madrasah dimanfaatkan guru untuk siswa belajar sambil bermain. Bahkan lorong-lorong sekolah dimanfaatkan guru untuk proses belajar yang mengasyikkan bagi

para siswa.

Kelas-kelas dibenahi dengan warna-warni yang terkesan semarak dan menyenangkan. Sehingga, muncul suasana yang mendukung aktivitas belajar. Aplikasi warna yang tepat turut menunjang semangat belajar.

Hasil karya siswa dipajang di setiap ruang kelas sehingga siswa merasa bangga, meneguhkan atmosfer akademik madrasah, dan siswa mendapat sumber belajar baru dari pajangan. Karya-karya siswa dihimpun pada sebuah galeri madrasah, pernah dipamerkan pada showcase tingkat kabupaten, pameran tingkat provinsi, dan bahkan unjuk karya dan kinerja madrasah tingkat nasional di Kemendikbud RI. Saat itu, stan MTs Al-Mukhtariyah disambangi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan yang tampak kagum dan membanggakan kinerja Al-Mukhtariyah dalam sambutannya di hadapan pemuka nasional.

Kepala madrasah mendukung penuh semua kebutuhan pembelajaran dari ATK, sarana, penataan ruang kelas dengan segala perabotannya, hingga penataan lingkungan madrasah. Segala kebutuhan pembelajaran dibahas pada tingkat perencanaan, termasuk kebutuhan anggarannya, antara manajemen, guru, dan komite madrasah.

Madrasah juga menjalin kemitraan dengan berbagai pihak agar kualitas

madrasah terus meningkat. Kemitraan dengan PT Indonesia Power, TISERA, ormas Islam, dokter Korea, dan masjid besar Rajamandala merupakan beberapa contoh kemitraan yang sudah dibangun. Guru dan siswa kerap memanfaatkan perpustakaan sebagai ruang pembelajaran.

Budaya baca telah berkembang baik. Perpustakaan ditata apik, koleksinya bervariasi dan up-to-date, dan dilengkapi dengan sistem layanan digital. Siswa teratur menerbitkan majalah dan mereka membentuk kelompok gemar membaca yang disebut reading club. Sudut baca terdapat pada setiap ruang kelas dan setiap bidang tembok, koridor, dan lorong dihiasi rak-rak buku yang bisa diakses warga madrasah setiap saat.

Untuk membiasakan siswa membaca, Al-Mukhtariyah menjadwalkan kegiatan membaca massal dan membaca senyap di halaman madrasah. Pembiasaan membaca ini disuntikkan lebih dini kepada siswa baru pada masa orientasi. Komitmen ini dikuatkan serangkaian kampanye budaya baca dalam bentuk poster, spanduk, dan baliho yang menghiasi setiap sudut madrasah.

Budaya baca ini telah melahirkan sejumlah karya siswa, antara lain artikel reviu buku menggunakan Ishikawa Fishbone, reading diary, kumpulan cerpen, dan buku digital. Guru-guru pun telah menulis buku yang diterbitkan dalam bentuk cetak dan digital.

Optimalkan Segala PotensiKembangkan Madrasah Rujukan

MTs Al-Mukhtariyah Bandung Barat, Jawa Barat

Siswa MTs Al-Mukhtariyah mengajak pejabat dariKemenag melakukan percobaan pengaruh penutupan tanah dengan tumbuhan terhadapvolume air yang dikeluarkan saat mendapatkan air. Para siswa tersebut mempraktikkan di sekolahnya pada acara Konferensi Praktik Terbaik Program Kerja Sama Peningkatan Mutu Madrasah di Jakarta, Oktober 2016 lalu.

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs4 5Membenahi Sekolah

Page 11: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Ruba Nurzaman dan D RidwanWakil Kepala MTs Al-Mukhtariyah Bandung Barat

Sampai awal tahun 2013, MTs Al-Mukhtariyah belum mampu memikat orangtua untuk menitipkan anak. Saat itu suasana pembelajaran madrasah masih konvensional dengan siswa duduk berbanjar dan guru lebih banyak berceramah secara monoton. Kondisi perpustakaan jauh dari standar kelayakan dan tidak mampu memenuhi kebutuhan warga madrasah atas sumber informasi akademik. Kondisi lingkungan madrasah cenderung tidak mendukung iklim akademik dan kenyamanan belajar. Spirit perubahan hadir di madrasah ketika USAID

PRIORITAS memberikan sejumlah paket pelatihan.

Para guru mendapat pelatihan praktik yang baik dalam pengajaran dan pembelajaran kontekstual (CTL-Contextual Teaching and Learning). Selepas pelatihan, mereka mendapat pendampingan oleh fasilitator daerah (fasda) guna mempraktikkan hasil pelatihan, mengevaluasi, dan mencoba kembali secara berkesinambungan.

Pada saat yang sama, kepala madrasah, guru, dan komite madrasah berkesempatan mengikuti pelatihan manajemen berbasis sekolah (MBS) yang juga ditindaklanjuti dengan pendampingan.

Setelah mengikuti pelatihan USAID PRIORITAS, kepala madrasah langsung menerapkan hasil pelatihan MBS di madrasahnya. Dibentuklah tim pengembang madrasah dan tim pengembang budaya baca yang merupakan tim gabungan dari pihak manajemen (kamad dan wakamad), perwakilan guru, staf tata usaha, dan komite madrasah. Tim ini segera menyusun program madrasah dan, usai digodog, segera disosialisasikan, dilaksanakan, dan dievaluasi.

Guru-guru yang belum mengikuti pelatihan USAID PRIORITAS, diwajibkan mengamati proses pembelajaran guru yang sudah dilatih, guna mendapatkan gambaran awal

model CTL. Setelah dirasa cukup punya gambaran, para guru ini dilatih dalam program diseminasi, praktik di ruang kelas, dan didampingi guru yang sudah dilatih lebih awal. Kini semua guru MTs Al-Mukhtariyah sudah mengikuti pelatihan CTL dan dalam semua mata pelajaran, mampu menerapkan model CTL.

Di akhir tahun 2013, perubahan penting telah terjadi di MTs Al-Mukhtariyah. Para siswa madrasah tampak menikmati proses pembelajaran yang menantang sekaligus menyenangkan. Lingkungan sekitar kini menjadi sumber belajar aktif yang sangat produktif. Siswa belajar Bahasa Inggris secara terpadu dengan praktik percobaan sains. Mereka belajar Bahasa Indonesia di alam terbuka sambil mencari inspirasi merangkai karya sastra. Mereka juga menemui dan mewawancarai pihak-pihak yang kompeten untuk belajar IPS dan mata pelajaran lain. Bahkan, pendekatan CTL mereka terapkan juga dalam proses pembelajaran Ilmu Fiqih mengenai pemulasaraan jenazah.

Para guru juga telah terampil membuat lembar kerja bermuatan pertanyaan tingkat tinggi dan proyek kegiatan yang merangsang kreatifitas siswa. Diskusi kelompok dan presentasi menjadi pengalaman keseharian siswa. Halaman madrasah dimanfaatkan guru untuk siswa belajar sambil bermain. Bahkan lorong-lorong sekolah dimanfaatkan guru untuk proses belajar yang mengasyikkan bagi

para siswa.

Kelas-kelas dibenahi dengan warna-warni yang terkesan semarak dan menyenangkan. Sehingga, muncul suasana yang mendukung aktivitas belajar. Aplikasi warna yang tepat turut menunjang semangat belajar.

Hasil karya siswa dipajang di setiap ruang kelas sehingga siswa merasa bangga, meneguhkan atmosfer akademik madrasah, dan siswa mendapat sumber belajar baru dari pajangan. Karya-karya siswa dihimpun pada sebuah galeri madrasah, pernah dipamerkan pada showcase tingkat kabupaten, pameran tingkat provinsi, dan bahkan unjuk karya dan kinerja madrasah tingkat nasional di Kemendikbud RI. Saat itu, stan MTs Al-Mukhtariyah disambangi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan yang tampak kagum dan membanggakan kinerja Al-Mukhtariyah dalam sambutannya di hadapan pemuka nasional.

Kepala madrasah mendukung penuh semua kebutuhan pembelajaran dari ATK, sarana, penataan ruang kelas dengan segala perabotannya, hingga penataan lingkungan madrasah. Segala kebutuhan pembelajaran dibahas pada tingkat perencanaan, termasuk kebutuhan anggarannya, antara manajemen, guru, dan komite madrasah.

Madrasah juga menjalin kemitraan dengan berbagai pihak agar kualitas

madrasah terus meningkat. Kemitraan dengan PT Indonesia Power, TISERA, ormas Islam, dokter Korea, dan masjid besar Rajamandala merupakan beberapa contoh kemitraan yang sudah dibangun. Guru dan siswa kerap memanfaatkan perpustakaan sebagai ruang pembelajaran.

Budaya baca telah berkembang baik. Perpustakaan ditata apik, koleksinya bervariasi dan up-to-date, dan dilengkapi dengan sistem layanan digital. Siswa teratur menerbitkan majalah dan mereka membentuk kelompok gemar membaca yang disebut reading club. Sudut baca terdapat pada setiap ruang kelas dan setiap bidang tembok, koridor, dan lorong dihiasi rak-rak buku yang bisa diakses warga madrasah setiap saat.

Untuk membiasakan siswa membaca, Al-Mukhtariyah menjadwalkan kegiatan membaca massal dan membaca senyap di halaman madrasah. Pembiasaan membaca ini disuntikkan lebih dini kepada siswa baru pada masa orientasi. Komitmen ini dikuatkan serangkaian kampanye budaya baca dalam bentuk poster, spanduk, dan baliho yang menghiasi setiap sudut madrasah.

Budaya baca ini telah melahirkan sejumlah karya siswa, antara lain artikel reviu buku menggunakan Ishikawa Fishbone, reading diary, kumpulan cerpen, dan buku digital. Guru-guru pun telah menulis buku yang diterbitkan dalam bentuk cetak dan digital.

Optimalkan Segala PotensiKembangkan Madrasah Rujukan

MTs Al-Mukhtariyah Bandung Barat, Jawa Barat

Siswa MTs Al-Mukhtariyah mengajak pejabat dariKemenag melakukan percobaan pengaruh penutupan tanah dengan tumbuhan terhadapvolume air yang dikeluarkan saat mendapatkan air. Para siswa tersebut mempraktikkan di sekolahnya pada acara Konferensi Praktik Terbaik Program Kerja Sama Peningkatan Mutu Madrasah di Jakarta, Oktober 2016 lalu.

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs4 5Membenahi Sekolah

Page 12: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

“Kemajuan ini terjadi setelah kami menerapkan secara konsisten pembelajaran aktif dan manajemen berbasis sekolah yang dilatihkan USAID PRIORITAS."

Transparansi dan akuntabilitas anggaran, serta melibatkan peran serta masyarakat dalam program madrasah, memantik pesatnya kemajuan MIN Pattiro Banggae, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. Kemajuan pembangunan dan prestasi yang dicapai membuat madrasah ini jadi pilihan favorit para orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Secara fisik, madrasah mitra USAID PRIORITAS ini tampak sangat asri dan nyaman untuk belajar. Taman-taman

tertata rapi dan indah. Dua kolam ikan beserta pancurannya menyegarkan lingku-ngan sekolah. Guru dan siswa menikmatinya karena dibuatnya sebagai sumber belajar kontekstual. Halaman bersih dengan beberapa inovasi taman baca unik, bangunan dan ruang kelas yang bersih serta pagar yang mengelilingi bangunan madrasah telah membuat guru dan siswa betah dan rajin ke sekolah. Semua terjadi karena besarnya peran serta masyarakat ke madrasah.

Kemajuan lainnya adalah peningkatan prestasi yang dicapai madrasah. "Dulu sampai tahun 2010, hanya satu piala yang ada di lemari ini. Semenjak tahun 2013, puluhan piala kami dapatkan," ujar Ibu Zulfikah, Kepala Madrasah MIN Pattiro Banggae sambil memperlihatkan piala yang berjejer di lemarinya. Di antaranya juara satu wiyata mandala tingkat kabupaten tahun 2015, juara I lomba sains tingkat madrasah se-Kabupaten Takalar, dan juara II lomba matematika dua tahun berturut-turut yaitu 2014 - 2015, dan masih banyak lagi.

Lantas, bagaimana Ibu Zulfikah memajukan sekolahnya? "Harus kami akui secara jujur bahwa kemajuan ini terjadi setelah kami menerapkan secara konsisten pembelajaran aktif dan manajemen berbasis sekolah yang dilatihkan USAID PRIORITAS," tegasnya.

Namun, yang paling utama bagi Ibu Zulfikah adalah menerapkan secara

sungguh-sungguh transparansi dan akuntabilitas sekolah yang didapatkan dari pelatihan. "Saya berusaha untuk merangkul masyarakat mulai dari sosialisasi program, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, bahkan pelaporan," ujar kepala madrasah inovatif itu. "Tidak ada satupun anggaran baik yang rutin maupun dari masyarakat yang tidak saya laporkan kepada masyarakat," tambahnya.

Pajangkan Anggaran Madrasah

Di dinding madrasah, terpajang papan operasional kegiatan sepanjang 2 x 2 meter yang berisi perincian anggaran yang masuk dan alokasi penggunaannya termasuk belanja pegawai, belanja modal dan barang. Realisasinya senantiasa dilaporkan pada rapat pertemuan dengan perwakilan orang tua, komite sekolah, pengawas, dan pihak-pihak lain yang terkait. Setiap kelas diwakili oleh sepuluh orang tua. Mereka membahas pelaksanaan dana berjalan, kebutuhan-kebutuhan madrasah, kegiatan yang akan dilakukan dan alokasinya.

Dalam eksekusi program, komite sekolah dan orang tua juga terlibat penuh. Mereka membantu mengeksekusi seperti membuat taman, ikut mengecat, mengawasi penggunaan keuangan dan juga ikut membuat laporan. Laporan tersebut juga dipajang di papan dekat pintu masuk sekolah sehingga semua orang

Transparansi, Buat Maju Luar Biasa

mudah mengaksesnya. Menurut Ibu Zulfikah, praktik transparansi itu telah mengubah segalanya. Guru-guru menjadi termotivasi dan kreatif berinovasi dalam pembelajaran. Siswa semakin fokus dan menikmati pembelajaran. Karya-karya siswa di setiap pembelajaran menunjukkan kalau kompetensi yang diajarkan dapat tercapai.

Selain prestasi sekolah dan peningkatan peran serta masyarakat, terbangunnya kepercayaan orang tua dan masyarakat pada madrasah merupakan dampak yang paling besar. Orang tua siswa berbondong-bondong mendaftarkan anaknya. Menurut dia, keterbukaan menghindarkan madrasah dari fitnah, isu, atau gosip tak sedap terkait penggunaan dana sekolah.

“Dulu waktu belum terbuka seperti ini, kalau datang wartawan, kami mengambil jarak jauh-jauh. Namun sekarang ini, mereka malah kami rangkul untuk memberitakan kegiatan madrasah kami," pungkasnya.

Papan Operasional Kegiatan yang berisi kegiatan dan alokasi dananya dipajang besar-besar di MIN Pattiro Banggae sehingga mudah dibaca dan diketahui kegiatan dan alokasi dananya. Dampak dari keterbukaan sekolah, kemajuan pembelajaran, manajemen madrasah, dan prestasi menjadi lebih meningkat.

MIN Pattiro Banggae, Takalar, Sulawesi Selatan

7Membenahi Sekolah

Page 13: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

“Kemajuan ini terjadi setelah kami menerapkan secara konsisten pembelajaran aktif dan manajemen berbasis sekolah yang dilatihkan USAID PRIORITAS."

Transparansi dan akuntabilitas anggaran, serta melibatkan peran serta masyarakat dalam program madrasah, memantik pesatnya kemajuan MIN Pattiro Banggae, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. Kemajuan pembangunan dan prestasi yang dicapai membuat madrasah ini jadi pilihan favorit para orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Secara fisik, madrasah mitra USAID PRIORITAS ini tampak sangat asri dan nyaman untuk belajar. Taman-taman

tertata rapi dan indah. Dua kolam ikan beserta pancurannya menyegarkan lingku-ngan sekolah. Guru dan siswa menikmatinya karena dibuatnya sebagai sumber belajar kontekstual. Halaman bersih dengan beberapa inovasi taman baca unik, bangunan dan ruang kelas yang bersih serta pagar yang mengelilingi bangunan madrasah telah membuat guru dan siswa betah dan rajin ke sekolah. Semua terjadi karena besarnya peran serta masyarakat ke madrasah.

Kemajuan lainnya adalah peningkatan prestasi yang dicapai madrasah. "Dulu sampai tahun 2010, hanya satu piala yang ada di lemari ini. Semenjak tahun 2013, puluhan piala kami dapatkan," ujar Ibu Zulfikah, Kepala Madrasah MIN Pattiro Banggae sambil memperlihatkan piala yang berjejer di lemarinya. Di antaranya juara satu wiyata mandala tingkat kabupaten tahun 2015, juara I lomba sains tingkat madrasah se-Kabupaten Takalar, dan juara II lomba matematika dua tahun berturut-turut yaitu 2014 - 2015, dan masih banyak lagi.

Lantas, bagaimana Ibu Zulfikah memajukan sekolahnya? "Harus kami akui secara jujur bahwa kemajuan ini terjadi setelah kami menerapkan secara konsisten pembelajaran aktif dan manajemen berbasis sekolah yang dilatihkan USAID PRIORITAS," tegasnya.

Namun, yang paling utama bagi Ibu Zulfikah adalah menerapkan secara

sungguh-sungguh transparansi dan akuntabilitas sekolah yang didapatkan dari pelatihan. "Saya berusaha untuk merangkul masyarakat mulai dari sosialisasi program, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, bahkan pelaporan," ujar kepala madrasah inovatif itu. "Tidak ada satupun anggaran baik yang rutin maupun dari masyarakat yang tidak saya laporkan kepada masyarakat," tambahnya.

Pajangkan Anggaran Madrasah

Di dinding madrasah, terpajang papan operasional kegiatan sepanjang 2 x 2 meter yang berisi perincian anggaran yang masuk dan alokasi penggunaannya termasuk belanja pegawai, belanja modal dan barang. Realisasinya senantiasa dilaporkan pada rapat pertemuan dengan perwakilan orang tua, komite sekolah, pengawas, dan pihak-pihak lain yang terkait. Setiap kelas diwakili oleh sepuluh orang tua. Mereka membahas pelaksanaan dana berjalan, kebutuhan-kebutuhan madrasah, kegiatan yang akan dilakukan dan alokasinya.

Dalam eksekusi program, komite sekolah dan orang tua juga terlibat penuh. Mereka membantu mengeksekusi seperti membuat taman, ikut mengecat, mengawasi penggunaan keuangan dan juga ikut membuat laporan. Laporan tersebut juga dipajang di papan dekat pintu masuk sekolah sehingga semua orang

Transparansi, Buat Maju Luar Biasa

mudah mengaksesnya. Menurut Ibu Zulfikah, praktik transparansi itu telah mengubah segalanya. Guru-guru menjadi termotivasi dan kreatif berinovasi dalam pembelajaran. Siswa semakin fokus dan menikmati pembelajaran. Karya-karya siswa di setiap pembelajaran menunjukkan kalau kompetensi yang diajarkan dapat tercapai.

Selain prestasi sekolah dan peningkatan peran serta masyarakat, terbangunnya kepercayaan orang tua dan masyarakat pada madrasah merupakan dampak yang paling besar. Orang tua siswa berbondong-bondong mendaftarkan anaknya. Menurut dia, keterbukaan menghindarkan madrasah dari fitnah, isu, atau gosip tak sedap terkait penggunaan dana sekolah.

“Dulu waktu belum terbuka seperti ini, kalau datang wartawan, kami mengambil jarak jauh-jauh. Namun sekarang ini, mereka malah kami rangkul untuk memberitakan kegiatan madrasah kami," pungkasnya.

Papan Operasional Kegiatan yang berisi kegiatan dan alokasi dananya dipajang besar-besar di MIN Pattiro Banggae sehingga mudah dibaca dan diketahui kegiatan dan alokasi dananya. Dampak dari keterbukaan sekolah, kemajuan pembelajaran, manajemen madrasah, dan prestasi menjadi lebih meningkat.

MIN Pattiro Banggae, Takalar, Sulawesi Selatan

7Membenahi Sekolah

Page 14: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Oleh Tasyfin MirdasMIN Lamkuta

Sebelumnya madrasah kami tak diminati masyarakat. Madrasah yang awalnya hanya memiliki 54 orang siswa dengan rata-rata 5 hingga 11 siswa per kelas ini berada di tanah sengketa selama 23 tahun sejak 1990. Selain itu, etos kerja guru/pegawai rendah dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran belum aktif/PAKEM. Hal-hal tersebut menyebabkan rendahnya kepercayaan masyarakat pada madrasah ini.

Saya mendapatkan pelatihan Modul I, II, dan III MBS dari USAID PRIORITAS. Pengalaman baru ini sangat penting

bagi saya, mengingat adanya permasalahan yang sangat kompleks pada madrasah yang baru kami tempati tahun 2013.

Dengan pengalaman baru yang kami dapatkan di USAID PRIORITAS, sebagai kepala madrasah saya mencoba membuka diri dengan komite madrasah, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh muda yang ada di sekitar madrasah bahkan dengan muspika di tingkat kecamatan. Kami mulai mengundang mereka dengan membuat pertemuan resmi sehingga kami punya kesempatan untuk mengutarakan semua permasalahan yang dihadapi madrasah

juga keterbukaan tentang ketersediaan anggaran yang ada pada madrasah serta program-program yang akan dilaksanakan di madrasah. Di samping itu juga memberikan kesempatan kepada setiap warga/muspika kecamatan untuk memberikan gagasan ikut pengembangan madrasah.

Pertemuan pertama tersebut diikuti dengan pertemuan-pertemuan berikutnya, seiring dengan perbaikan atau perubahan secara perlahan pada proses pembelajaran, dimulainya bedah kelas, pembentukan kepengurusan komite baru dan paguyuban kelas yang dinamai “Forum Silaturahmi Kelas”. Secara pelan tapi pasti, kami mulai

membuat program budaya baca, ekstrakurikuler pengajian dan bela diri serta penataan lingkungan sekolah.

Perubahan yang terjadi ini berdampak sangat signifikan. Masyarakat mulai melirik madrasah kami. Tahun Ajaran 2014 siswa baru langsung melonjak berjumlah 32 siswa dan tahun berikutnya menjadi 38 siswa serta di tahun ajaran baru 2016 menjadi 48 siswa. Dengan pendekatan yang persuasif bersama masyarakat dan muspika, permasalahan tanahpun terselesaikan dengan baik ditandai dengan dibuatkannya akte wakaf baru oleh ahli waris. Tanpa peran serta masyarakat, mustahil hal tersebut dapat terwujud.

Strategi yang saya lakukan untuk menggandeng masyarakat dalam meningkatkan dan mengembangkan mutu serta kemajuan madrasah di antaranya: memberikan bukti kerja keras dan rasa percaya pada masyarakat, membuat program pengembangan madrasah yang dituangkan pada RKS dan RKT dengan melibatkan masyarakat dan warga madrasah dalam penyusunannya, melaksanakan transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan anggaran madrasah, melibatkan orangtua siswa dalam pembelajaran terutama kelas awal melalui Forum Silaturrahmi Kelas. Kami juga mengembangkan inovasi baru seperti membuat becak angkutan antar jemput siswa. Pengadaannya merupakan bantuan dari berbagai

pihak. Becak angkutan antar jemput menjemput dan mengantar siswa yang berdomisili jauh dari madrasah.

Kerja keras seluruh warga madrasah telah membuahkan hasil dengan menjadikan madrasah ini salah satu madrasah favorit. Menurut ketua komite, Bapak Irjuarisman, keterlibatan masyarakat dalam pengembangan madrasah membangkitkan rasa tanggung jawab. Masyarakat terpanggil untuk membantu madrasah, “Ini adalah hal yang sangat dirindukan masyarakat selama ini. Masyarakat juga ingin berperan membantu pendidikan anak-anak di lingkungannya,” kata Pak Irjuarisman.

Senada dengan ketua komite, salah seorang tokoh agama, Ustad Ushukuddin, menjelaskan bahwa ada kekecewaan masyarakat terhadap pengelolaan madrasah sebelumnya. “Namun dengan adanya transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan anggaran madrasah serta melibatkan masyarakat dalam program-program madrasah maka secara perlahan masyarakat mulai menaruh harapan kembali untuk menitipkan anaknya belajar di madrasah ini,” jelas Ustad Ushukuddin. Terima kasih USAID PRIORITAS yang telah membawa angin perubahan bagi masyarakat, komite dan madrasah kami secara menyeluruh.

Peran Serta Masyarakat Ubah Wajah Madrasah Kami

MIN Lamkuta, Susoh, Aceh Barat Daya, Aceh

Pohon yang rindang dan gerobak baca untuk meningkatkan budaya baca di MIN Lamkuta.

Penerapan metode PAKEM di madrasah.

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs8 9Membenahi Sekolah

Page 15: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Oleh Tasyfin MirdasMIN Lamkuta

Sebelumnya madrasah kami tak diminati masyarakat. Madrasah yang awalnya hanya memiliki 54 orang siswa dengan rata-rata 5 hingga 11 siswa per kelas ini berada di tanah sengketa selama 23 tahun sejak 1990. Selain itu, etos kerja guru/pegawai rendah dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran belum aktif/PAKEM. Hal-hal tersebut menyebabkan rendahnya kepercayaan masyarakat pada madrasah ini.

Saya mendapatkan pelatihan Modul I, II, dan III MBS dari USAID PRIORITAS. Pengalaman baru ini sangat penting

bagi saya, mengingat adanya permasalahan yang sangat kompleks pada madrasah yang baru kami tempati tahun 2013.

Dengan pengalaman baru yang kami dapatkan di USAID PRIORITAS, sebagai kepala madrasah saya mencoba membuka diri dengan komite madrasah, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh muda yang ada di sekitar madrasah bahkan dengan muspika di tingkat kecamatan. Kami mulai mengundang mereka dengan membuat pertemuan resmi sehingga kami punya kesempatan untuk mengutarakan semua permasalahan yang dihadapi madrasah

juga keterbukaan tentang ketersediaan anggaran yang ada pada madrasah serta program-program yang akan dilaksanakan di madrasah. Di samping itu juga memberikan kesempatan kepada setiap warga/muspika kecamatan untuk memberikan gagasan ikut pengembangan madrasah.

Pertemuan pertama tersebut diikuti dengan pertemuan-pertemuan berikutnya, seiring dengan perbaikan atau perubahan secara perlahan pada proses pembelajaran, dimulainya bedah kelas, pembentukan kepengurusan komite baru dan paguyuban kelas yang dinamai “Forum Silaturahmi Kelas”. Secara pelan tapi pasti, kami mulai

membuat program budaya baca, ekstrakurikuler pengajian dan bela diri serta penataan lingkungan sekolah.

Perubahan yang terjadi ini berdampak sangat signifikan. Masyarakat mulai melirik madrasah kami. Tahun Ajaran 2014 siswa baru langsung melonjak berjumlah 32 siswa dan tahun berikutnya menjadi 38 siswa serta di tahun ajaran baru 2016 menjadi 48 siswa. Dengan pendekatan yang persuasif bersama masyarakat dan muspika, permasalahan tanahpun terselesaikan dengan baik ditandai dengan dibuatkannya akte wakaf baru oleh ahli waris. Tanpa peran serta masyarakat, mustahil hal tersebut dapat terwujud.

Strategi yang saya lakukan untuk menggandeng masyarakat dalam meningkatkan dan mengembangkan mutu serta kemajuan madrasah di antaranya: memberikan bukti kerja keras dan rasa percaya pada masyarakat, membuat program pengembangan madrasah yang dituangkan pada RKS dan RKT dengan melibatkan masyarakat dan warga madrasah dalam penyusunannya, melaksanakan transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan anggaran madrasah, melibatkan orangtua siswa dalam pembelajaran terutama kelas awal melalui Forum Silaturrahmi Kelas. Kami juga mengembangkan inovasi baru seperti membuat becak angkutan antar jemput siswa. Pengadaannya merupakan bantuan dari berbagai

pihak. Becak angkutan antar jemput menjemput dan mengantar siswa yang berdomisili jauh dari madrasah.

Kerja keras seluruh warga madrasah telah membuahkan hasil dengan menjadikan madrasah ini salah satu madrasah favorit. Menurut ketua komite, Bapak Irjuarisman, keterlibatan masyarakat dalam pengembangan madrasah membangkitkan rasa tanggung jawab. Masyarakat terpanggil untuk membantu madrasah, “Ini adalah hal yang sangat dirindukan masyarakat selama ini. Masyarakat juga ingin berperan membantu pendidikan anak-anak di lingkungannya,” kata Pak Irjuarisman.

Senada dengan ketua komite, salah seorang tokoh agama, Ustad Ushukuddin, menjelaskan bahwa ada kekecewaan masyarakat terhadap pengelolaan madrasah sebelumnya. “Namun dengan adanya transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan anggaran madrasah serta melibatkan masyarakat dalam program-program madrasah maka secara perlahan masyarakat mulai menaruh harapan kembali untuk menitipkan anaknya belajar di madrasah ini,” jelas Ustad Ushukuddin. Terima kasih USAID PRIORITAS yang telah membawa angin perubahan bagi masyarakat, komite dan madrasah kami secara menyeluruh.

Peran Serta Masyarakat Ubah Wajah Madrasah Kami

MIN Lamkuta, Susoh, Aceh Barat Daya, Aceh

Pohon yang rindang dan gerobak baca untuk meningkatkan budaya baca di MIN Lamkuta.

Penerapan metode PAKEM di madrasah.

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs8 9Membenahi Sekolah

Page 16: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Merebaknya isu tentang pungutan liar di sekolah setelah dikeluarkannya 58 jenis pungli oleh tim Saber Pungli menjadi kendala penghimpunan dana untuk mendukung pengembangan sekolah dan pembelajaran. Banyak sekolah yang gelisah dan akhirnya menghentikan berbagai upaya untuk menghimpun dana tersebut.

Namun kondisi tersebut tak berlaku bagi MI Sumurrejo, Gunung Pati Semarang. Madrasah ini, malah menambah program untuk menguatkan penghimpunan dana di masyarakat. Hal tersebut karena semua pihak dengan sukarela dan

tanpa paksaan memberikan sesuatu untuk pengembangan peserta didik. Di Madrasah ini sudah ada kesepahaman, saling mengerti, dan tidak ada pemaksaan. Mereka telah satu visi untuk bersama-sama mengembangkan sekolah. Kuncinya adalah transparansi dan akuntabilitas.

Beberapa hal yang dilakukan oleh komite sekolah untuk menggalakkan dan mendukung program madrasah adalah:

1. Komite bersama dengan kepala madrasah awalnya menawarkan iklan secara door-to-door ke industri di lingkungan sekolah.

Akhirnya industri mulai tertarik dan mau beriklan. Iklan eksklusif tersebut dipajang sepanjang jalan ke madrasah. Iklan tersebut berisi visi misi dan lima budaya kerja Kementerian Agama dengan penambahan nama industri yang beriklan. Tiap iklan dihargai Rp. 150.000 per tahun. Pada tahun kedua, iklan eksklusif tersebut dilelang.

2. Dibentuk komite kelas untuk mendukung pengembangan setiap kelas. Setiap minggu disusun daftar piket kehadiran dan setiap bulan rapat bersama. Tugas komite ini

adalah mendampingi dan memfasilitasi segala kebutuhan yang ada di kelas tersebut.

3. Diadakan infak serbaguna yang dilakukan tanpa paksaan dan sukarela. Infak serbaguna ini diambil dan dikelola oleh komite kelas. Setiap hari Jumat mereka menyebarkannya. Setiap bulan pendapatan masing-masing kelas dihitung bersama dalam rapat komite madrasah. Rata-rata sebulan pemasukan madrasah sebesar Rp 4-8 juta.

4. Untuk menambah pemasukan madrasah dalam rangka mendukung pembelajaran, komite bersepakat dengan pedagang untuk menyewakan tempat yang digunakan untuk berdagang. Pedagang yang berada di jalan diberikan waktu berjualan yaitu dari pukul 7 sampai 10 pagi. Pedagang di jalan membayar sewa sebesar Rp. 2.000 per jam, pedagang di dalam madrasah membayar Rp. 20.000, dan pedagang di sebelah madrasah Rp. 12.000. Uang sewa dikelola oleh komite. Para pedagang melibatkan orangtua dalam pengadaan jajanan bagi siswa.

5. Selain digunakan untuk pembangunan madrasah dan mendukung proses pembelajaran, uang yang dikelola Komite juga digunakan untuk menolong warga sekolah yang sakit. Warga sekolah

itu adalah para pedagang, orangtua siswa, siswa, maupun guru.

Semua pemasukan dan pengeluaran yang dikelola oleh Komite Madrasah dilaporkan secara berkala. Perencanaan kegiatan yang didanai dengan dana yang dikumpulkan oleh Komite Madrasah dilakukan secara bersama-sama dengan semua pihak sekolah. Dengan demikian semua pihak tahu berapa pemasukan, untuk apa dana tersebut dan manfaatnya bagi madrasah.

Sinergi komite ini, ternyata membuahkan hasil. Ikatan kekeluargaan orang tua, masyarakat dan madrasah menjadi sangat kuat. Mereka secara sadar bergotong- royong memfasilitasi kebutuhan madrasah. Berdirinya mushalla, pondok baca dan ruang kelas untuk kelas III adalah bukti dari sinergi tersebut. Sarana fisik tersebut adalah untuk menjawab kebutuhan siswa yang kekurangan tempat yang layak untuk sholat, membaca, dan kelas untuk belajar.

“Semua ini kami laksanakan untuk memenuhi tanggungjawab kami sebagai orang tua siswa. Anak-anak kami sekolah di sini. Jadi kami harus bersinergi untuk memfasilitasi yang terbaik,” ungkap ketua komite madrasah Bapak KH Rohani Amin.

Transparansi dan Akuntabilitas Buat MI Sumurrejo Bisa Mobilisasi Dana Masyarakat

MI Sumurrejo, Gunung Pati Semarang, Jawa Tengah

Ruang kelas hasil sinergi dengan komite.

Pondok Baca hasil kerjasama dengan komite dan masyarakat.

MI Sumurrejo menawarkan papan iklan ke industri lokal untuk mendapatkan pemasukan bagi sekolah.

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs10 11Membenahi Sekolah

Page 17: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Merebaknya isu tentang pungutan liar di sekolah setelah dikeluarkannya 58 jenis pungli oleh tim Saber Pungli menjadi kendala penghimpunan dana untuk mendukung pengembangan sekolah dan pembelajaran. Banyak sekolah yang gelisah dan akhirnya menghentikan berbagai upaya untuk menghimpun dana tersebut.

Namun kondisi tersebut tak berlaku bagi MI Sumurrejo, Gunung Pati Semarang. Madrasah ini, malah menambah program untuk menguatkan penghimpunan dana di masyarakat. Hal tersebut karena semua pihak dengan sukarela dan

tanpa paksaan memberikan sesuatu untuk pengembangan peserta didik. Di Madrasah ini sudah ada kesepahaman, saling mengerti, dan tidak ada pemaksaan. Mereka telah satu visi untuk bersama-sama mengembangkan sekolah. Kuncinya adalah transparansi dan akuntabilitas.

Beberapa hal yang dilakukan oleh komite sekolah untuk menggalakkan dan mendukung program madrasah adalah:

1. Komite bersama dengan kepala madrasah awalnya menawarkan iklan secara door-to-door ke industri di lingkungan sekolah.

Akhirnya industri mulai tertarik dan mau beriklan. Iklan eksklusif tersebut dipajang sepanjang jalan ke madrasah. Iklan tersebut berisi visi misi dan lima budaya kerja Kementerian Agama dengan penambahan nama industri yang beriklan. Tiap iklan dihargai Rp. 150.000 per tahun. Pada tahun kedua, iklan eksklusif tersebut dilelang.

2. Dibentuk komite kelas untuk mendukung pengembangan setiap kelas. Setiap minggu disusun daftar piket kehadiran dan setiap bulan rapat bersama. Tugas komite ini

adalah mendampingi dan memfasilitasi segala kebutuhan yang ada di kelas tersebut.

3. Diadakan infak serbaguna yang dilakukan tanpa paksaan dan sukarela. Infak serbaguna ini diambil dan dikelola oleh komite kelas. Setiap hari Jumat mereka menyebarkannya. Setiap bulan pendapatan masing-masing kelas dihitung bersama dalam rapat komite madrasah. Rata-rata sebulan pemasukan madrasah sebesar Rp 4-8 juta.

4. Untuk menambah pemasukan madrasah dalam rangka mendukung pembelajaran, komite bersepakat dengan pedagang untuk menyewakan tempat yang digunakan untuk berdagang. Pedagang yang berada di jalan diberikan waktu berjualan yaitu dari pukul 7 sampai 10 pagi. Pedagang di jalan membayar sewa sebesar Rp. 2.000 per jam, pedagang di dalam madrasah membayar Rp. 20.000, dan pedagang di sebelah madrasah Rp. 12.000. Uang sewa dikelola oleh komite. Para pedagang melibatkan orangtua dalam pengadaan jajanan bagi siswa.

5. Selain digunakan untuk pembangunan madrasah dan mendukung proses pembelajaran, uang yang dikelola Komite juga digunakan untuk menolong warga sekolah yang sakit. Warga sekolah

itu adalah para pedagang, orangtua siswa, siswa, maupun guru.

Semua pemasukan dan pengeluaran yang dikelola oleh Komite Madrasah dilaporkan secara berkala. Perencanaan kegiatan yang didanai dengan dana yang dikumpulkan oleh Komite Madrasah dilakukan secara bersama-sama dengan semua pihak sekolah. Dengan demikian semua pihak tahu berapa pemasukan, untuk apa dana tersebut dan manfaatnya bagi madrasah.

Sinergi komite ini, ternyata membuahkan hasil. Ikatan kekeluargaan orang tua, masyarakat dan madrasah menjadi sangat kuat. Mereka secara sadar bergotong- royong memfasilitasi kebutuhan madrasah. Berdirinya mushalla, pondok baca dan ruang kelas untuk kelas III adalah bukti dari sinergi tersebut. Sarana fisik tersebut adalah untuk menjawab kebutuhan siswa yang kekurangan tempat yang layak untuk sholat, membaca, dan kelas untuk belajar.

“Semua ini kami laksanakan untuk memenuhi tanggungjawab kami sebagai orang tua siswa. Anak-anak kami sekolah di sini. Jadi kami harus bersinergi untuk memfasilitasi yang terbaik,” ungkap ketua komite madrasah Bapak KH Rohani Amin.

Transparansi dan Akuntabilitas Buat MI Sumurrejo Bisa Mobilisasi Dana Masyarakat

MI Sumurrejo, Gunung Pati Semarang, Jawa Tengah

Ruang kelas hasil sinergi dengan komite.

Pondok Baca hasil kerjasama dengan komite dan masyarakat.

MI Sumurrejo menawarkan papan iklan ke industri lokal untuk mendapatkan pemasukan bagi sekolah.

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs10 11Membenahi Sekolah

Page 18: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Bapak Abdul Hamid, pengawas RA/MI Kementerian Agama Kabupaten Demak mendapat penghargaan sebagai Pengawas Kementerian Agama (Kemenag) Berprestasi Tingkat Nasional, yang dilaksanakan di Bogor pada Oktober 2015. Gelar tersebut merupakan buah dari keseriusannya dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam tugas kepengawasan yang dijalaninya.

“MBS merupakan solusi dari berbagai masalah di madrasah. Hal tersebut penting untuk terus ditekankan dan didorong implementasinya,” kata Pak Hamid yang juga fasilitator USAID PRIORITAS Kabupaten Demak.

Dalam ajang pemilihan pengawas

berprestasi tingkat nasional tersebut, Pak Hamid mempresentasikan tentang pengembangan profesionalisme guru dan pengawas melalui supervisi akademik dan supervisi manajerial berkelanjutan. Akademik yang dimaksud seperti peningkatan kualitas pembelajaran yang didahului dengan membuat perencanaan yang baik, sedangkan manajerial merupakan bentuk perencanaan dan pengelolaan madrasah yang baik. Bentuk-bentuk tersebut merupakan hal yang dilatihkan oleh USAID PRIORITAS dan dikembangkan dirinya bersama Kemenag Jawa Tengah.

“Saya sudah mendapatkan pelatihan MBS dari USAID, kemudian saya kembangkan di lingkungan Kemenag

sampai sekarang,” katanya.

Di sela aktivitasnya sebagai pengawas, dia juga aktif menjadi fasilitator USAID PRIORITAS di Jawa Tengah. Karena semangat berbagi yang dimiliki, beliau sering diundang untuk mengisi pelatihan MBS di berbagai tempat. Berkat hal tersebut, portofolio yang dikumpulkan oleh Pak Hamid paling banyak bila dibandingkan peserta dari provinsi lain. Hal itu menjadi nilai tambah untuk menjadi juara.

“Kunci sukses saya adalah tidak takut salah dalam setiap berkarya. Orang yang berkarya sudah dalam posisi benar. Malah yang tidak berkarya itu yang kurang benar. Maka jangan ragu untuk terus berkarya,” katanya.

Terapkan MBS, Antarkan Hamid Jadi Pengawas Berprestasi Nasional

Demak, Jawa Tengah

Bapak Abdul Hamid mendapat penghargaan Rp 10 juta atas prestasi sebagai pengawas madrasah terbaik.

Bapak Zulfikah baru saja pindah menjadi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Takalar. Sebelumnya dia adalah Kepala Madrasah Ibtidaiyah Pattiro Banggae. Madrasah yang dulu sama sekali tidak dilirik, kini maju pesat selama kepemimpinannya. Masyarakat lebih tertarik menyekolahkan anaknya ke MI tersebut daripada ke sekolah dasar negeri di desa tersebut.

Kunci suksesnya adalah pelaksanaan modul USAID PRIORITAS secara konsisten baik pembelajaran aktif, manajemen berbasis sekolah yang mencakup partisipasi masyarakat dan budaya baca.

Kesuksesan ini kembali diulang Pak

Zulfikah saat dia dipindah ke MIN I Takalar pada April 2016. Saat datang ke sekolah yang baru, hal yang pertama kali dia lakukan adalah mengadakan observasi dengan wawancara langsung dengan guru dan staf sekolah, rapat sekolah, dan menilik langsung semua sudut-sudut sekolah dan kelas. Setelah dua-tiga hari melakukan observasi, Pak Zulfikah menemukan beberapa hal: guru masih belum memakai metode PAKEM dalam mengajar, hasil pembelajaran tidak terpajang, tidak ada program literasi, media inovasi masih sedikit, kelas tidak terorganisasi, lingkungan belum dijadikan sebagai sumber belajar, belum ada papan RKAS,

keterlibatan masyarakat minim, belum ada paguyuban kelas, program budaya baca dan lain-lain.

Melihat kenyataan tersebut, Pak Zulfikah memimpin rapat untuk membuat perencanaan sekolah secara menyeluruh, mulai dari aspek pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, literasi, sampai partisipasi masyarakat. Dengan fasilitasinya, para guru menetapkan target-target dan jadwal-jadwal perubahan secara cepat.

Untuk mengubah pembelajaran, Pak Zulfikah yang merupakan fasilitator daerah USAID PRIORITAS ini langsung turun sendiri memimpin KKG internal madrasah seminggu

Cepat Berubah Karena KepemimpinanMIN 1 Takalar, Sulawesi Selatan

(Kiri) Gazebo baca di MIN 1 Takalar. (Kanan) Zulfikah sedang disalami oleh salah satu siswanya menjelang pulang sekolah.

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs12 13Membenahi Sekolah

Page 19: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Bapak Abdul Hamid, pengawas RA/MI Kementerian Agama Kabupaten Demak mendapat penghargaan sebagai Pengawas Kementerian Agama (Kemenag) Berprestasi Tingkat Nasional, yang dilaksanakan di Bogor pada Oktober 2015. Gelar tersebut merupakan buah dari keseriusannya dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam tugas kepengawasan yang dijalaninya.

“MBS merupakan solusi dari berbagai masalah di madrasah. Hal tersebut penting untuk terus ditekankan dan didorong implementasinya,” kata Pak Hamid yang juga fasilitator USAID PRIORITAS Kabupaten Demak.

Dalam ajang pemilihan pengawas

berprestasi tingkat nasional tersebut, Pak Hamid mempresentasikan tentang pengembangan profesionalisme guru dan pengawas melalui supervisi akademik dan supervisi manajerial berkelanjutan. Akademik yang dimaksud seperti peningkatan kualitas pembelajaran yang didahului dengan membuat perencanaan yang baik, sedangkan manajerial merupakan bentuk perencanaan dan pengelolaan madrasah yang baik. Bentuk-bentuk tersebut merupakan hal yang dilatihkan oleh USAID PRIORITAS dan dikembangkan dirinya bersama Kemenag Jawa Tengah.

“Saya sudah mendapatkan pelatihan MBS dari USAID, kemudian saya kembangkan di lingkungan Kemenag

sampai sekarang,” katanya.

Di sela aktivitasnya sebagai pengawas, dia juga aktif menjadi fasilitator USAID PRIORITAS di Jawa Tengah. Karena semangat berbagi yang dimiliki, beliau sering diundang untuk mengisi pelatihan MBS di berbagai tempat. Berkat hal tersebut, portofolio yang dikumpulkan oleh Pak Hamid paling banyak bila dibandingkan peserta dari provinsi lain. Hal itu menjadi nilai tambah untuk menjadi juara.

“Kunci sukses saya adalah tidak takut salah dalam setiap berkarya. Orang yang berkarya sudah dalam posisi benar. Malah yang tidak berkarya itu yang kurang benar. Maka jangan ragu untuk terus berkarya,” katanya.

Terapkan MBS, Antarkan Hamid Jadi Pengawas Berprestasi Nasional

Demak, Jawa Tengah

Bapak Abdul Hamid mendapat penghargaan Rp 10 juta atas prestasi sebagai pengawas madrasah terbaik.

Bapak Zulfikah baru saja pindah menjadi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Takalar. Sebelumnya dia adalah Kepala Madrasah Ibtidaiyah Pattiro Banggae. Madrasah yang dulu sama sekali tidak dilirik, kini maju pesat selama kepemimpinannya. Masyarakat lebih tertarik menyekolahkan anaknya ke MI tersebut daripada ke sekolah dasar negeri di desa tersebut.

Kunci suksesnya adalah pelaksanaan modul USAID PRIORITAS secara konsisten baik pembelajaran aktif, manajemen berbasis sekolah yang mencakup partisipasi masyarakat dan budaya baca.

Kesuksesan ini kembali diulang Pak

Zulfikah saat dia dipindah ke MIN I Takalar pada April 2016. Saat datang ke sekolah yang baru, hal yang pertama kali dia lakukan adalah mengadakan observasi dengan wawancara langsung dengan guru dan staf sekolah, rapat sekolah, dan menilik langsung semua sudut-sudut sekolah dan kelas. Setelah dua-tiga hari melakukan observasi, Pak Zulfikah menemukan beberapa hal: guru masih belum memakai metode PAKEM dalam mengajar, hasil pembelajaran tidak terpajang, tidak ada program literasi, media inovasi masih sedikit, kelas tidak terorganisasi, lingkungan belum dijadikan sebagai sumber belajar, belum ada papan RKAS,

keterlibatan masyarakat minim, belum ada paguyuban kelas, program budaya baca dan lain-lain.

Melihat kenyataan tersebut, Pak Zulfikah memimpin rapat untuk membuat perencanaan sekolah secara menyeluruh, mulai dari aspek pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, literasi, sampai partisipasi masyarakat. Dengan fasilitasinya, para guru menetapkan target-target dan jadwal-jadwal perubahan secara cepat.

Untuk mengubah pembelajaran, Pak Zulfikah yang merupakan fasilitator daerah USAID PRIORITAS ini langsung turun sendiri memimpin KKG internal madrasah seminggu

Cepat Berubah Karena KepemimpinanMIN 1 Takalar, Sulawesi Selatan

(Kiri) Gazebo baca di MIN 1 Takalar. (Kanan) Zulfikah sedang disalami oleh salah satu siswanya menjelang pulang sekolah.

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs12 13Membenahi Sekolah

Page 20: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

sekali. Selama KKG internal tersebut, Pak Zulfikah membimbing pembuatan RPP, melakukan permodelan mengajar dan memfasilitasi simulasi berdasarkan metode PAKEM. Setelah satu kali KKG pembelajaran, hari berikutnya dia meninjau kelas, mengawasi dan melakukan pembimbingan bahkan melakukan team teaching dengan guru yang dibimbing. KKG internal berikutnya berupa evaluasi atas RPP, model mengajar, atau hal-hal yang penting seperti pembuatan media dan sebagainya.

Untuk manajemen berbasis sekolah, dia mengadakan rapat dengan orangtua siswa. Dia memberikan data-data keuangan secara terbuka kepada para orangtua dan berjanji melaporkan semua bentuk program dan keuangannya kepada mereka. Orangtua akhirnya sepakat membentuk persatuan orangtua peduli sekolah (Popsa) dan organisasi tersebut berdiri di tiap kelas. RKAS dan laporan keuangan dipajang di dinding sekolah.

Untuk literasi, sekolah menjadwalkan membaca 10 menit sebelum pembelajaran tiap hari, mendirikan bengkel membaca yaitu pembimbingan khusus bagi yang kurang bisa membaca dengan salah seorang guru diberikan tanggung jawab penuh, mengadakan bazar buku per tiga bulan sekali bekerjasama dengan penerbit; lomba baca, membaca massal tiap hari Jumat selama 30 menit.

Agar kelas berubah, maka tiap kelas juga diberikan slogan karakter tertentu; kelas I disebut “kelas pelayanan prima “, dengan karpet, meja dan ruangan yang ditata sedemikian rupa agar siswa yang baru pindah dari TK menjadi kerasan sekolah; kelas II disebut kelas calistung, kelas III prakarya, kelas IV karya inovatif, kelas V visual audio, kelas VI kelas media inovatif. Nama-nama tersebut adalah tema sekaligus mencerminkan apa yang harus diutamakan dikelas berdasarkan tema itu. Dengan strategi ini, setiap kelas kelihatan nyata berbeda dan memiliki karakter khusus yang menyenangkan siswa untuk belajar.

Agar kelas semakin baik, diadakan juga lomba adiwiyata kelas tiap bulan. Tiap kelas berlomba untuk menata ruangan dan luar ruangannya. Mereka berlomba membuat bunga-bunga yang dipasang di pot-pot kecil dan botol-botol aqua dan digantung di dinding-dinding luar kelas. Bunga-bunga dan pohon-pohon yang ditanam membuat sekolah menjadi kelihatan lebih asri dan rindang.

Di dalam kelas juga dibuat sudut baca, sedang diluar kelas dibangun gazebo atau taman baca, green house, kantin kejujuran, air mancur besar di tengah madrasah, air mancur kecil-kecil di depan kelas, kebun anggrek dan pengembangan dan kegiatan baru lainnya yang membuat sekolah kelihatan berubah total dalam waktu singkat. Dari yang dahulu terasa

kering, menjadi semarak. Dari yang kurang banyak kegiatan, menjadi penuh kegiatan kreatif.

Menurutnya untuk mengubah itu semua dibutuhkan strategi mengatur keuangan dana BOS dengan baik, membangkitkan semangat kebersamaan dengan para guru, dan memompa semangat orangtua siswa untuk terlibat dalam kegiatan madrasah. “Harus pandai-pandai mengatur keuangan dan menggunakan dana BOS agar tetap sesuai juknis namun harapan kita terhadap sekolah tetap tercapai,” jawabnya.

Saat Kepala Seksi Pendidikan Madrasah (Kasei Penmas) berkunjung tiga bulan setelah pak Zulfikah menjabat, dia sangat terkejut dengan perubahan yang terjadi di madrasah tersebut. “Kasie Penmas yang berkunjung ke madrasah menjadi sangat terkejut melihat perubahan madrasah yang bergitu drastis,” cerita Pak Zulfikah.

Ternyata dana yang terbatas mampu membuat madrasah bisa berbuat banyak dari segi perwajahan. Apalagi dalam segi pembelajaran, banyaknya pajangan dan pengelolaan kelas yang berbeda telah membuat Kasie Penmas terpesona. “Setelah itu, dia usul agar semua madrasah se-Kecamatan Galesong studi banding ke sini, dan saya setuju saja. Kasie Penmas ingin semua madrasah meniru bagaimana mengelola keuangan yang minim tapi mampu membuat sekolah begitu banyak berubah dalam waktu yang singkat,” ujar Pak Zulfikah.

Suasana kelas yang menyenangkan di MIN I Takalar.

Setelah semua madrasah berkunjung, rupanya Kemenag Takalar tertarik untuk lebih jauh menjadikan madrasah sebagai tempat studi banding karena melihat perubahan yang begitu drastis dan cepat. Pada bulan keempat dan kelima setelah Pak Zulfikah menjabat,

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs14 15Membenahi Sekolah

semua madrasah baik tingkat MI, Tsanawiyah, dan Aliyah se-Kabupaten Takalar melakukan studi banding ke MIN Takalar.

Madrasah kecil ini telah membuktikan bahwa komitmen kepala sekolah menjadi pondasi utama perubahan

sekolah. Kepala sekolah atau madrasah yang berkomitmen akan membuat madrasah berubah dengan cepat, demikian juga sebaliknya. “Saya bahkan mengeluarkan sebagian uang saya pribadi untuk pengembangan madrasah ini,” ujar Pak Zulfikah.

Page 21: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

sekali. Selama KKG internal tersebut, Pak Zulfikah membimbing pembuatan RPP, melakukan permodelan mengajar dan memfasilitasi simulasi berdasarkan metode PAKEM. Setelah satu kali KKG pembelajaran, hari berikutnya dia meninjau kelas, mengawasi dan melakukan pembimbingan bahkan melakukan team teaching dengan guru yang dibimbing. KKG internal berikutnya berupa evaluasi atas RPP, model mengajar, atau hal-hal yang penting seperti pembuatan media dan sebagainya.

Untuk manajemen berbasis sekolah, dia mengadakan rapat dengan orangtua siswa. Dia memberikan data-data keuangan secara terbuka kepada para orangtua dan berjanji melaporkan semua bentuk program dan keuangannya kepada mereka. Orangtua akhirnya sepakat membentuk persatuan orangtua peduli sekolah (Popsa) dan organisasi tersebut berdiri di tiap kelas. RKAS dan laporan keuangan dipajang di dinding sekolah.

Untuk literasi, sekolah menjadwalkan membaca 10 menit sebelum pembelajaran tiap hari, mendirikan bengkel membaca yaitu pembimbingan khusus bagi yang kurang bisa membaca dengan salah seorang guru diberikan tanggung jawab penuh, mengadakan bazar buku per tiga bulan sekali bekerjasama dengan penerbit; lomba baca, membaca massal tiap hari Jumat selama 30 menit.

Agar kelas berubah, maka tiap kelas juga diberikan slogan karakter tertentu; kelas I disebut “kelas pelayanan prima “, dengan karpet, meja dan ruangan yang ditata sedemikian rupa agar siswa yang baru pindah dari TK menjadi kerasan sekolah; kelas II disebut kelas calistung, kelas III prakarya, kelas IV karya inovatif, kelas V visual audio, kelas VI kelas media inovatif. Nama-nama tersebut adalah tema sekaligus mencerminkan apa yang harus diutamakan dikelas berdasarkan tema itu. Dengan strategi ini, setiap kelas kelihatan nyata berbeda dan memiliki karakter khusus yang menyenangkan siswa untuk belajar.

Agar kelas semakin baik, diadakan juga lomba adiwiyata kelas tiap bulan. Tiap kelas berlomba untuk menata ruangan dan luar ruangannya. Mereka berlomba membuat bunga-bunga yang dipasang di pot-pot kecil dan botol-botol aqua dan digantung di dinding-dinding luar kelas. Bunga-bunga dan pohon-pohon yang ditanam membuat sekolah menjadi kelihatan lebih asri dan rindang.

Di dalam kelas juga dibuat sudut baca, sedang diluar kelas dibangun gazebo atau taman baca, green house, kantin kejujuran, air mancur besar di tengah madrasah, air mancur kecil-kecil di depan kelas, kebun anggrek dan pengembangan dan kegiatan baru lainnya yang membuat sekolah kelihatan berubah total dalam waktu singkat. Dari yang dahulu terasa

kering, menjadi semarak. Dari yang kurang banyak kegiatan, menjadi penuh kegiatan kreatif.

Menurutnya untuk mengubah itu semua dibutuhkan strategi mengatur keuangan dana BOS dengan baik, membangkitkan semangat kebersamaan dengan para guru, dan memompa semangat orangtua siswa untuk terlibat dalam kegiatan madrasah. “Harus pandai-pandai mengatur keuangan dan menggunakan dana BOS agar tetap sesuai juknis namun harapan kita terhadap sekolah tetap tercapai,” jawabnya.

Saat Kepala Seksi Pendidikan Madrasah (Kasei Penmas) berkunjung tiga bulan setelah pak Zulfikah menjabat, dia sangat terkejut dengan perubahan yang terjadi di madrasah tersebut. “Kasie Penmas yang berkunjung ke madrasah menjadi sangat terkejut melihat perubahan madrasah yang bergitu drastis,” cerita Pak Zulfikah.

Ternyata dana yang terbatas mampu membuat madrasah bisa berbuat banyak dari segi perwajahan. Apalagi dalam segi pembelajaran, banyaknya pajangan dan pengelolaan kelas yang berbeda telah membuat Kasie Penmas terpesona. “Setelah itu, dia usul agar semua madrasah se-Kecamatan Galesong studi banding ke sini, dan saya setuju saja. Kasie Penmas ingin semua madrasah meniru bagaimana mengelola keuangan yang minim tapi mampu membuat sekolah begitu banyak berubah dalam waktu yang singkat,” ujar Pak Zulfikah.

Suasana kelas yang menyenangkan di MIN I Takalar.

Setelah semua madrasah berkunjung, rupanya Kemenag Takalar tertarik untuk lebih jauh menjadikan madrasah sebagai tempat studi banding karena melihat perubahan yang begitu drastis dan cepat. Pada bulan keempat dan kelima setelah Pak Zulfikah menjabat,

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs14 15Membenahi Sekolah

semua madrasah baik tingkat MI, Tsanawiyah, dan Aliyah se-Kabupaten Takalar melakukan studi banding ke MIN Takalar.

Madrasah kecil ini telah membuktikan bahwa komitmen kepala sekolah menjadi pondasi utama perubahan

sekolah. Kepala sekolah atau madrasah yang berkomitmen akan membuat madrasah berubah dengan cepat, demikian juga sebaliknya. “Saya bahkan mengeluarkan sebagian uang saya pribadi untuk pengembangan madrasah ini,” ujar Pak Zulfikah.

Page 22: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47
Page 23: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus

Page 24: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs14

Ibu Ernawati adalah salah seorang anggota paguyuban orangtua yang didirikan di tiap kelas di MIN 1 Kota Cilegon. Pagi itu, dia datang memenuhi undangan pertemuan paguyuban orangtua yang biasa diselenggarakan setiap dua bulan sekali. Selama dua jam, Ibu Erna dan sejumlah orangtua yang hadir tampak berdiskusi di aula pertemuan bersama guru wali kelas. Mereka mendiskusikan berbagai hal yang menyangkut hasil pembelajaran siswa di kelas dan solusi yang perlu dilakukan untuk mengatasi persoalan belajar di rumah. Masing-masing

orangtua terlihat bersemangat membagikan pengalaman mereka di rumah saat mendampingi siswa belajar.

Ibu Erna berkata, “Secara khusus, wali kelas sudah mengetahui peta persoalan setiap siswa. Setiap persoalan yang dialami siswa harus dikomunikasikan kepada orangtuanya. Melalui pertemuan semacam ini, saya selaku orangtua diajak berpikir dan mencari solusi pembelajaran yang dihadapi anak-anak di rumah.”

Kebetulan topik pertemuan tersebut adalah mencari solusi bagi siswa yang tidak mampu memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM dijadikan dasar patokan nilai terendah dalam penilaian peserta didik. Jika siswa mampu mendapatkan nilai di atas KKM maka dianggap telah berhasil menguasai kompetensi yang dipelajarinya. Sebaliknya jika ditemukan siswa dengan nilai di bawah KKM berarti perlu ada perbaikan. Perbaikan ini memerlukan peran serta orangtua agar siswa berhasil mencapai target.

Libatkan Paguyuban Orangtua untuk Pantau Keberhasilan Belajar Siswa di MIN 1 Cilegon

MIN 1 Kota Cilegon, Banten

Pertemuan paguyuban orangtua untuk membahas prestasi siswa.

Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus 15

Ibu Erna melanjutkan, “Diskusi antara wali kelas dengan wali murid seperti pertemuan tadi misalnya membicarakan tentang kegiatan belajar anak terutama anak yang mampu dan tidak mampu memenuhi KKM. Contohnya ada siswa yang berada di bawah KKM. Guru wali kelas bertanya apa sebab persoalan yang dihadapi siswa dan kemudian orangtua juga berpikir bagaimana caranya agar KKM-nya mencapai target misalnya mendampingi saat mengerjakan tugas.”

Selain Ibu Ernawati, Bapak Kasani turut hadir dalam pertemuan paguyuban orangtua. Pak Kasani berpendapat bahwa pagayuban orangtua juga mendukung sarana belajar siswa di kelas. “Setiap bulan kami membayar iuran sebesar Rp. 10.000,- untuk membeli alat peraga belajar atau alat kebersihan seperti sapu dan pel. Penggunaan uang dilaporkan setiap pertemuan paguyuban orangtua. Notulen hasil pertemuan paguyuban orangtua ini dilaporkan saat pertemuan besar komite sekolah setiap enam bulan sekali,” kata Pak Kasani.

Sejalan dengan pendapat Pak Kasani, Bapak Suhardi yang saat itu menjabat kepala madrasah menuturkan bahwa paguyuban orangtua yang didirikan tiap kelas sangat berkontribusi dalam memberikan ide dan bantuan operasional bagi kemajuan madrasah. “Saya menyadari peran penting paguyuban orangtua tidak hanya untuk

kepentingan kemajuan madrasah saja tetapi juga meringankan beban orangtua dalam mengevaluasi keberhasilan pembelajaran setiap siswa. Guru pun senang adanya paguyuban orangtua per kelas dapat meringankan beban mereka untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran siswa,” tambah Pak Suhardi.

Paguyuban orangtua dilaksanakan setiap dua bulan sekali dengan tujuan untuk berbagi pengalaman dan diskusi mengenai keberhasilan pembelajaran siswa di kelas. Di samping itu, setiap paguyuban melaporkan hasil

pertemuan dalam rapat komite sekolah yang diselenggarakan setiap enam bulan sekali. Ada 54 orang yang menjadi perwakilan paguyuban orangtua dan memiliki hak suara dalam rapat komite sekolah seperti merancang, melaksanakan dan mengevaluasi program kerja. Seluruh program kerja yang disusun dimaksudkan bagi keberhasilan pembelajaran siswa di kelas.

MIN Langon Cilegon yang telah berdiri sejak 1994 kini menampung 640 siswa dan 35 guru. MIN Langon Cilegon adalah salah satu sekolah mitra LPTK USAID PRIORITAS Banten.

Sarana belajar di MIN 1 Cilegon yang didanai oleh bantuan sukarela orangtua.

Page 25: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs14

Ibu Ernawati adalah salah seorang anggota paguyuban orangtua yang didirikan di tiap kelas di MIN 1 Kota Cilegon. Pagi itu, dia datang memenuhi undangan pertemuan paguyuban orangtua yang biasa diselenggarakan setiap dua bulan sekali. Selama dua jam, Ibu Erna dan sejumlah orangtua yang hadir tampak berdiskusi di aula pertemuan bersama guru wali kelas. Mereka mendiskusikan berbagai hal yang menyangkut hasil pembelajaran siswa di kelas dan solusi yang perlu dilakukan untuk mengatasi persoalan belajar di rumah. Masing-masing

orangtua terlihat bersemangat membagikan pengalaman mereka di rumah saat mendampingi siswa belajar.

Ibu Erna berkata, “Secara khusus, wali kelas sudah mengetahui peta persoalan setiap siswa. Setiap persoalan yang dialami siswa harus dikomunikasikan kepada orangtuanya. Melalui pertemuan semacam ini, saya selaku orangtua diajak berpikir dan mencari solusi pembelajaran yang dihadapi anak-anak di rumah.”

Kebetulan topik pertemuan tersebut adalah mencari solusi bagi siswa yang tidak mampu memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM dijadikan dasar patokan nilai terendah dalam penilaian peserta didik. Jika siswa mampu mendapatkan nilai di atas KKM maka dianggap telah berhasil menguasai kompetensi yang dipelajarinya. Sebaliknya jika ditemukan siswa dengan nilai di bawah KKM berarti perlu ada perbaikan. Perbaikan ini memerlukan peran serta orangtua agar siswa berhasil mencapai target.

Libatkan Paguyuban Orangtua untuk Pantau Keberhasilan Belajar Siswa di MIN 1 Cilegon

MIN 1 Kota Cilegon, Banten

Pertemuan paguyuban orangtua untuk membahas prestasi siswa.

Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus 15

Ibu Erna melanjutkan, “Diskusi antara wali kelas dengan wali murid seperti pertemuan tadi misalnya membicarakan tentang kegiatan belajar anak terutama anak yang mampu dan tidak mampu memenuhi KKM. Contohnya ada siswa yang berada di bawah KKM. Guru wali kelas bertanya apa sebab persoalan yang dihadapi siswa dan kemudian orangtua juga berpikir bagaimana caranya agar KKM-nya mencapai target misalnya mendampingi saat mengerjakan tugas.”

Selain Ibu Ernawati, Bapak Kasani turut hadir dalam pertemuan paguyuban orangtua. Pak Kasani berpendapat bahwa pagayuban orangtua juga mendukung sarana belajar siswa di kelas. “Setiap bulan kami membayar iuran sebesar Rp. 10.000,- untuk membeli alat peraga belajar atau alat kebersihan seperti sapu dan pel. Penggunaan uang dilaporkan setiap pertemuan paguyuban orangtua. Notulen hasil pertemuan paguyuban orangtua ini dilaporkan saat pertemuan besar komite sekolah setiap enam bulan sekali,” kata Pak Kasani.

Sejalan dengan pendapat Pak Kasani, Bapak Suhardi yang saat itu menjabat kepala madrasah menuturkan bahwa paguyuban orangtua yang didirikan tiap kelas sangat berkontribusi dalam memberikan ide dan bantuan operasional bagi kemajuan madrasah. “Saya menyadari peran penting paguyuban orangtua tidak hanya untuk

kepentingan kemajuan madrasah saja tetapi juga meringankan beban orangtua dalam mengevaluasi keberhasilan pembelajaran setiap siswa. Guru pun senang adanya paguyuban orangtua per kelas dapat meringankan beban mereka untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran siswa,” tambah Pak Suhardi.

Paguyuban orangtua dilaksanakan setiap dua bulan sekali dengan tujuan untuk berbagi pengalaman dan diskusi mengenai keberhasilan pembelajaran siswa di kelas. Di samping itu, setiap paguyuban melaporkan hasil

pertemuan dalam rapat komite sekolah yang diselenggarakan setiap enam bulan sekali. Ada 54 orang yang menjadi perwakilan paguyuban orangtua dan memiliki hak suara dalam rapat komite sekolah seperti merancang, melaksanakan dan mengevaluasi program kerja. Seluruh program kerja yang disusun dimaksudkan bagi keberhasilan pembelajaran siswa di kelas.

MIN Langon Cilegon yang telah berdiri sejak 1994 kini menampung 640 siswa dan 35 guru. MIN Langon Cilegon adalah salah satu sekolah mitra LPTK USAID PRIORITAS Banten.

Sarana belajar di MIN 1 Cilegon yang didanai oleh bantuan sukarela orangtua.

Page 26: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Perkembangan pendidikan bagi anak-anak bukan melulu tanggung jawab guru. Orangtua juga memiliki tangung jawab yang sama, bahkan di sekolah sekalipun. Itulah kira-kira yang terlintas di benak Ibu Yuliati, salah satu anggota paguyuban kelas MI Ma'arif Surengede Kertek Wonosobo.

Dia merasa tugas guru, terutama guru kelas awal, sangat berat. Guru harus mempersiapkan bahan pelajaran, menyampaikan materi sampai pada menangani kebiasaan-kebiasaan umum siswa-siswa usia dini. Misalnya menengahi siswa-siswa yang bertengkar, membujuk siswa agar tidak terlalu ramai, membujuk siswa agar tidak menangis, dan lain-lain. Hal-hal

tersebut sering menjadi kendala bagi guru dalam menyampaikan materi.

Berangkat dari kondisi tersebut Ibu Yuliati bersama anggota paguyuban kelas yang lain berdiskusi untuk meringankan beban guru. Paguyuban kelas harus ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Maka dibuatlah jadwal piket pada hari Senin, Rabu, Kamis dan Sabtu, dengan jumlah setiap piket dua orang.

Kegiatan paguyuban kelas antara lain membantu penataan kelas, mengelompokkan siswa, membantu membagikan lembar kerja, dan lain-lain. Di samping itu dengan adanya aktivitas ini, orangtua akan bisa

memantau langsung perkembangan anak-anak mereka di sekolah.

Apa komentar guru? “Bantuan yang luar biasa,” begitu komentar Ibu Yuniarti, wali kelas 1-A. Apa lagi dengan tuntutan guru harus mengajar secara PAKEM, keberadaan paguyuban kelas yang mau terlibat dalam proses pembelajaran, sangat dibutuhkan. Karena dalam pembelajaran PAKEM diperlukan aktivitas, dan perangkat pembelajaran yang bervariasi, yang memerlukan lebih banyak tenaga dan pikiran. Kini kelas menjadi lebih teratur, siswa-siswa belajar dengan lebih tertib dan hasilnya mereka lebih memahami apa yang dipelajari di kelas.

“Guru Intip” MI Ma'arif Surengede Kertek - Orang Tua Wajib Tahu Perkembangan Anaknya di Sekolah

MI Ma'arif Surengede Kertek Wonosobo, Jawa Tengah

Melalui aktivitas guru intip, orangtua siswa juga mengikuti perkembangan anak-anak mereka dalam kegiatan pembelajaran.

Orangtua siswa MI Ma’arif Surengede Kertek turut membantu guru kelas dalam kegiatan pembelajaran untuk melihat secara langsung kebutuhan anak-anak mereka. Aktivitas ini disebut “guru intip”.

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs16 Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus 17

Page 27: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Perkembangan pendidikan bagi anak-anak bukan melulu tanggung jawab guru. Orangtua juga memiliki tangung jawab yang sama, bahkan di sekolah sekalipun. Itulah kira-kira yang terlintas di benak Ibu Yuliati, salah satu anggota paguyuban kelas MI Ma'arif Surengede Kertek Wonosobo.

Dia merasa tugas guru, terutama guru kelas awal, sangat berat. Guru harus mempersiapkan bahan pelajaran, menyampaikan materi sampai pada menangani kebiasaan-kebiasaan umum siswa-siswa usia dini. Misalnya menengahi siswa-siswa yang bertengkar, membujuk siswa agar tidak terlalu ramai, membujuk siswa agar tidak menangis, dan lain-lain. Hal-hal

tersebut sering menjadi kendala bagi guru dalam menyampaikan materi.

Berangkat dari kondisi tersebut Ibu Yuliati bersama anggota paguyuban kelas yang lain berdiskusi untuk meringankan beban guru. Paguyuban kelas harus ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Maka dibuatlah jadwal piket pada hari Senin, Rabu, Kamis dan Sabtu, dengan jumlah setiap piket dua orang.

Kegiatan paguyuban kelas antara lain membantu penataan kelas, mengelompokkan siswa, membantu membagikan lembar kerja, dan lain-lain. Di samping itu dengan adanya aktivitas ini, orangtua akan bisa

memantau langsung perkembangan anak-anak mereka di sekolah.

Apa komentar guru? “Bantuan yang luar biasa,” begitu komentar Ibu Yuniarti, wali kelas 1-A. Apa lagi dengan tuntutan guru harus mengajar secara PAKEM, keberadaan paguyuban kelas yang mau terlibat dalam proses pembelajaran, sangat dibutuhkan. Karena dalam pembelajaran PAKEM diperlukan aktivitas, dan perangkat pembelajaran yang bervariasi, yang memerlukan lebih banyak tenaga dan pikiran. Kini kelas menjadi lebih teratur, siswa-siswa belajar dengan lebih tertib dan hasilnya mereka lebih memahami apa yang dipelajari di kelas.

“Guru Intip” MI Ma'arif Surengede Kertek - Orang Tua Wajib Tahu Perkembangan Anaknya di Sekolah

MI Ma'arif Surengede Kertek Wonosobo, Jawa Tengah

Melalui aktivitas guru intip, orangtua siswa juga mengikuti perkembangan anak-anak mereka dalam kegiatan pembelajaran.

Orangtua siswa MI Ma’arif Surengede Kertek turut membantu guru kelas dalam kegiatan pembelajaran untuk melihat secara langsung kebutuhan anak-anak mereka. Aktivitas ini disebut “guru intip”.

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs16 Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus 17

Page 28: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Ada yang unik di MIN Maros Baru, semua orangtua siswa kelas satu dan dua, yang berjumlah kurang lebih 60 orang menjadi guru pendamping atau guru bantu secara sukarela. Mereka bergiliran membantu guru utama, memfasilitasi siswa-siswa belajar di sekolah dari pagi sampai siang.

Untuk pengajaran yang ideal, guru utama membutuhkan tim yang terdiri dua atau tiga orang guru pendamping yang bisa mendampingi kelompok siswa atau individu siswa di meja masing-masing. Dengan model ini, setiap siswa mendapatkan perhatian lebih dibanding dengan diajar oleh satu guru. Siswa-siswa yang mengalami kesulitan, bisa mendapatkan penanganan lebih cepat, umpamanya kesulitan membaca, menulis,

membutuhkan alat tulis, atau saat terjadi kegaduhan yang bisa mengganggu proses belajar mengajar.

Sebelum dikenalkan program guru pendamping oleh orangtua, siswa tahun sebelumnya yang belum bisa membaca di kelas I relatif banyak, bahkan mencapai sembilan siswa dari 30 siswa per rombongan belajar. Beberapa siswa juga kurang lancar membacanya. Hal ini menimbulkan kesalahpahaman orangtua terhadap sekolah, menganggap sekolah tidak serius memperhatikan pendidikan anak-anak mereka.

“Saya kemudian mengundang semua orangtua siswa berdiskusi mengenai pengembangan sekolah dan juga isu siswa yang belum bisa membaca. Kami

ingin menyusun kontrak kerja dengan para orangtua. Apa kewajiban sekolah, dan apa yang seharusnya bisa dilakukan orang tua siswa,” papar Ibu Nur Ridawati, kepala sekolah yang pernah menjadi juara satu guru MI berprestasi tingkat nasional.

“Kami undang mereka dan kami paparkan berbagai program, kewajiban, dan kebutuhan sekolah. Sebagai timbal balik, kami bertanya apa yang kira-kira yang orangtua siswa bisa lakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut,” ujarnya. Salah satu butir kesepakatannya adalah membentuk persatuan orangtua siswa (POS). Tugas POS ini, salah satunya secara bergiliran dan terjadwal orangtua ikut menjadi guru pendamping di kelas. Mereka sendiri yang menentukan

Di Madrasah ini, Semua Orangtua Siswa Jadi GuruMIN Maros Baru, Sulawesi Selatan

Ibu Muliati (duduk), salah seorang orangtua siswa sedang membantu guru menjadi guru pendamping sukarela memfasilitasi siswa kelas awal belajar.

jadwal mengajarnya, baik yang tinggalnya jauh dari sekolah maupun yang mendapat giliran membantu guru mengajar siswa-siswa kelas awal.

Dengan program tersebut, dua sampai tiga orangtua siswa tiap hari datang ke sekolah menjadi guru pendamping. Dalam satu kelas bisa sampai ada empat guru pengajar, yaitu satu guru utama, tiga lainnya guru pendamping.

Dengan cara demikian, orangtua juga bisa langsung melihat perkembangan anaknya. Mereka juga semakin mengetahui kebutuhan sekolah dalam mendukung pembelajaran anak mereka sendiri, seperti ATK dan bahan penunjang lainnya. Secara sukarela akhirnya mereka sering menyumbang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. “Saya jadi lebih tahu sifat anak saya kalau di kelas,” ujar Ibu Muliati, salah satu orangtua siswa.

Semenjak program itu diluncurkan di pertengahan tahun 2014, tinggal satu siswa kelas awal yang tidak lancar membaca. Itupun karena dia masih berusia lima tahun. Partisipasi orang tua siswa terbukti meningkatkan efektifitas pembelajaran dan mendorong kesadaran orangtua terhadap kebutuhan-kebutuhan pembelajaran.

Inspirasi mengaktifkan POS juga datang setelah madrasah ini difasilitasi USAID PRIORITAS mengadakan studi banding ke madrasah-madrasah di

Jawa Timur pada pertengahan tahun 2014. Setelah studi banding dan mendapat binaan USAID PRIORITAS, prestasi madrasah inipun berkembang pesat. Bahkan karena perkembangan pesat prestasinya, madrasah ini menjadi tempat studi banding pengelolaan madrasah oleh kepala MIN se-Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara pada bulan April 2015 lalu.

Ibu Emmi membantu siswa membaca dan menulis.

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs18 Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus 19

Page 29: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Ada yang unik di MIN Maros Baru, semua orangtua siswa kelas satu dan dua, yang berjumlah kurang lebih 60 orang menjadi guru pendamping atau guru bantu secara sukarela. Mereka bergiliran membantu guru utama, memfasilitasi siswa-siswa belajar di sekolah dari pagi sampai siang.

Untuk pengajaran yang ideal, guru utama membutuhkan tim yang terdiri dua atau tiga orang guru pendamping yang bisa mendampingi kelompok siswa atau individu siswa di meja masing-masing. Dengan model ini, setiap siswa mendapatkan perhatian lebih dibanding dengan diajar oleh satu guru. Siswa-siswa yang mengalami kesulitan, bisa mendapatkan penanganan lebih cepat, umpamanya kesulitan membaca, menulis,

membutuhkan alat tulis, atau saat terjadi kegaduhan yang bisa mengganggu proses belajar mengajar.

Sebelum dikenalkan program guru pendamping oleh orangtua, siswa tahun sebelumnya yang belum bisa membaca di kelas I relatif banyak, bahkan mencapai sembilan siswa dari 30 siswa per rombongan belajar. Beberapa siswa juga kurang lancar membacanya. Hal ini menimbulkan kesalahpahaman orangtua terhadap sekolah, menganggap sekolah tidak serius memperhatikan pendidikan anak-anak mereka.

“Saya kemudian mengundang semua orangtua siswa berdiskusi mengenai pengembangan sekolah dan juga isu siswa yang belum bisa membaca. Kami

ingin menyusun kontrak kerja dengan para orangtua. Apa kewajiban sekolah, dan apa yang seharusnya bisa dilakukan orang tua siswa,” papar Ibu Nur Ridawati, kepala sekolah yang pernah menjadi juara satu guru MI berprestasi tingkat nasional.

“Kami undang mereka dan kami paparkan berbagai program, kewajiban, dan kebutuhan sekolah. Sebagai timbal balik, kami bertanya apa yang kira-kira yang orangtua siswa bisa lakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut,” ujarnya. Salah satu butir kesepakatannya adalah membentuk persatuan orangtua siswa (POS). Tugas POS ini, salah satunya secara bergiliran dan terjadwal orangtua ikut menjadi guru pendamping di kelas. Mereka sendiri yang menentukan

Di Madrasah ini, Semua Orangtua Siswa Jadi GuruMIN Maros Baru, Sulawesi Selatan

Ibu Muliati (duduk), salah seorang orangtua siswa sedang membantu guru menjadi guru pendamping sukarela memfasilitasi siswa kelas awal belajar.

jadwal mengajarnya, baik yang tinggalnya jauh dari sekolah maupun yang mendapat giliran membantu guru mengajar siswa-siswa kelas awal.

Dengan program tersebut, dua sampai tiga orangtua siswa tiap hari datang ke sekolah menjadi guru pendamping. Dalam satu kelas bisa sampai ada empat guru pengajar, yaitu satu guru utama, tiga lainnya guru pendamping.

Dengan cara demikian, orangtua juga bisa langsung melihat perkembangan anaknya. Mereka juga semakin mengetahui kebutuhan sekolah dalam mendukung pembelajaran anak mereka sendiri, seperti ATK dan bahan penunjang lainnya. Secara sukarela akhirnya mereka sering menyumbang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. “Saya jadi lebih tahu sifat anak saya kalau di kelas,” ujar Ibu Muliati, salah satu orangtua siswa.

Semenjak program itu diluncurkan di pertengahan tahun 2014, tinggal satu siswa kelas awal yang tidak lancar membaca. Itupun karena dia masih berusia lima tahun. Partisipasi orang tua siswa terbukti meningkatkan efektifitas pembelajaran dan mendorong kesadaran orangtua terhadap kebutuhan-kebutuhan pembelajaran.

Inspirasi mengaktifkan POS juga datang setelah madrasah ini difasilitasi USAID PRIORITAS mengadakan studi banding ke madrasah-madrasah di

Jawa Timur pada pertengahan tahun 2014. Setelah studi banding dan mendapat binaan USAID PRIORITAS, prestasi madrasah inipun berkembang pesat. Bahkan karena perkembangan pesat prestasinya, madrasah ini menjadi tempat studi banding pengelolaan madrasah oleh kepala MIN se-Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara pada bulan April 2015 lalu.

Ibu Emmi membantu siswa membaca dan menulis.

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs18 Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus 19

Page 30: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Oleh Didin RidwanMTs Al-Mukhtariyyah

Sekolah merupakan tempat menuntut ilmu sebelum terjun ke dunia kehidupan. Sekolah memiliki level dan kualitasnya masing-masing. Demikian halnya ruang kelas. Masing-masing sekolah memiliki desain ruang kelas yang berbeda-beda

Misalnya untuk ruangan, warna yang pas diterapkan yaitu warna-warna terang atau warna cerah yang dapat menaikkan mood anak saat mengikuti kegiatan belajar, yang menciptakan kesan nyaman di ruang kelas.

Kehadiran warna-warna tersebut membuat ruang kelas terkesan semarak dan menyenangkan. Siswa-siswa menjadi tertarik dan bersemangat belajar. Selain itu, kelompok warna cerah juga mampu menciptakan suasana yang mendorong anak lebih kreatif, atraktif, berkonsentrasi, dan membantu perkembangan mentalnya menjadi lebih positif.

Kesan nyaman di ruang kelas bisa dengan memadukan warna-warna. Sehingga, muncul suasana yang mampu mendukung aktivitas belajar yang berlangsung di dalamnya. Selain itu,

dengan aplikasi warna yang tepat, semangat belajar pun akan turut ditunjang.

Inilah yang telah dan sedang dilakukan oleh MTs Al Mukhtariyah Rajamandala Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat, yang merubah warna dalam kelas sehingga siswa dan siswi belajar tidak jenuh dan mengasyikan. Sebagaimana yang terlihat pada gambar di samping ini.

Dari kedua gambar di samping terlihat jelas perbedaan yang sangat mencolok, gambar kelas sebelum ada perubahan sangat tidak menarik dan membuat guru bahkan siswa tidak akan betah lama di dalamnya. Sedangkan gambar yang telah mengalami perubahan terlihat jelas bahwa ruang kelas menjadi cerah, menarik dan menyenangkan.

Dengan perubahan warna yang sesuai, anak lebih antusias dan semangat dalam belajar dan terhindar dari kejenuhan. Ini terlihat dari pengakuan anak kelas VIII dan IX yang telah mengalami perubahan dalam kelasnya. Mereka mengaku perubahan warna ruang kelas meningkatkan semangat, pikiran dan memudahkan mencerna pelajaran.

Tata Ruang Kelas Nyaman,Belajarpun Kondusif

MTs Al Mukhtariyah Rajamandala, Cipatat, Bandung Barat, Jawa Barat Kelas VIII

Sebelum Sesudah

Kelas IX

Sebelum Sesudah

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs20 Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus 21

Page 31: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Oleh Didin RidwanMTs Al-Mukhtariyyah

Sekolah merupakan tempat menuntut ilmu sebelum terjun ke dunia kehidupan. Sekolah memiliki level dan kualitasnya masing-masing. Demikian halnya ruang kelas. Masing-masing sekolah memiliki desain ruang kelas yang berbeda-beda

Misalnya untuk ruangan, warna yang pas diterapkan yaitu warna-warna terang atau warna cerah yang dapat menaikkan mood anak saat mengikuti kegiatan belajar, yang menciptakan kesan nyaman di ruang kelas.

Kehadiran warna-warna tersebut membuat ruang kelas terkesan semarak dan menyenangkan. Siswa-siswa menjadi tertarik dan bersemangat belajar. Selain itu, kelompok warna cerah juga mampu menciptakan suasana yang mendorong anak lebih kreatif, atraktif, berkonsentrasi, dan membantu perkembangan mentalnya menjadi lebih positif.

Kesan nyaman di ruang kelas bisa dengan memadukan warna-warna. Sehingga, muncul suasana yang mampu mendukung aktivitas belajar yang berlangsung di dalamnya. Selain itu,

dengan aplikasi warna yang tepat, semangat belajar pun akan turut ditunjang.

Inilah yang telah dan sedang dilakukan oleh MTs Al Mukhtariyah Rajamandala Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat, yang merubah warna dalam kelas sehingga siswa dan siswi belajar tidak jenuh dan mengasyikan. Sebagaimana yang terlihat pada gambar di samping ini.

Dari kedua gambar di samping terlihat jelas perbedaan yang sangat mencolok, gambar kelas sebelum ada perubahan sangat tidak menarik dan membuat guru bahkan siswa tidak akan betah lama di dalamnya. Sedangkan gambar yang telah mengalami perubahan terlihat jelas bahwa ruang kelas menjadi cerah, menarik dan menyenangkan.

Dengan perubahan warna yang sesuai, anak lebih antusias dan semangat dalam belajar dan terhindar dari kejenuhan. Ini terlihat dari pengakuan anak kelas VIII dan IX yang telah mengalami perubahan dalam kelasnya. Mereka mengaku perubahan warna ruang kelas meningkatkan semangat, pikiran dan memudahkan mencerna pelajaran.

Tata Ruang Kelas Nyaman,Belajarpun Kondusif

MTs Al Mukhtariyah Rajamandala, Cipatat, Bandung Barat, Jawa Barat Kelas VIII

Sebelum Sesudah

Kelas IX

Sebelum Sesudah

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs20 Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus 21

Page 32: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Adelia Permata Agustin, siswa ABK

lambat belajar juara 3 dalam lomba story

telling yang diselenggarakan madrasah pada

acara Milad ke 70 untuk memupuk dan

meningkatkan keberanian siswa.

Pilih Pertahankan ABK

MI Islamiyah Alwathaniyah, merupakan satu di antara madrasah mitra USAID PRIORITAS di Kabupaten Jombang. Madrasah ini memiliki tiga program pembelajaran, yaitu kelas regular, kelas internasional, dan kelas inklusif. Madrasah juga menyediakan seorang native speaker untuk meningkatkan kualitas bahasa Inggris siswa dan pengajar di kelas internasional.

Madrasah ini memiliki 253 siswa, yang 26 siswa di antaranya termasuk dalam kategori ABK. Kekhususan yang dimiliki diantaranya 1 siswa dengan gangguan pendengaran, 8 siswa hiperaktif, dan 17 siswa lambat belajar.

Abd. Fattah SS, sang kepala madrasah

Guru memberikan bimbingan pada siswa ABK secara perorangan di luar jam belajar.

MI Islamiyah Alwathaniyah Jombang, JawaTimur

yang masih muda dan energik, pernah belajar tentang pendidikan inklusif selama 6 bulan di Sekolah Madania Parung Bogor yang berada di bawah naungan Universitas Paramadina.

Penerapan sistim pendidikan inklusif sudah mulai dari pendaftaran. Siapa pun anak yang mendaftarkan diterima semua selama masih ada tempat. Setiap orang tua yang datang mendaftarkan anaknya akan mengikuti proses wawancara bersama anaknya. Hal ini untuk mengetahui peta kemampuan anak sehingga madrasah dapat menentukan kebijakan dan strategi pembelajaran yang sesuai bagi anak. Dengan demikian diharapkan setiap anak dapat memperoleh layanan

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya.

Strategi yang diterapkan madrasah ini dalam melayani pembelajaran siswa ABK antara lain:

1. Proses pembelajaran di kelas 1 – III dibimbing oleh dua orang guru dengan model team teaching. Seorang guru menyampaikan materi untuk semua siswa dan guru lainnya bertugas mendampingi siswa ABK agar bisa mengikuti proses belajar.

2. Ada sesi parenting untuk orang tua siswa ABK. Mulai awal masuk madrasah dan 6 bulan berikutnya, orang tua mendapat pendampingan melalui paguyuban kelas. Tujuannya agar terjadi

pemahaman yang sama antara pihak madrasah dengan orang tua siswa.

3. Adanya buku komunikasi yang menjadi media penghubung antara guru dengan orang tua ABK. Guru dan orang tua bisa mengetahui perkembangan ABK, baik di rumah maupun di madrasah. Hal ini untuk mempermudah dalam menentukan tahapan bimbingan selanjutnya.

4. Madrasah juga menyediakan kelas khusus untuk pelajaran tambahan bagi ABK dan siswa lain yang kesulitan maupun ketinggalan pelajaran.

5. Ada program pengembangan bakat anak sesuai dengan bakat dan minat setiap siswa.

Ada peristiwa menarik yang membuktikan komitmen kepala madrasah terhadap layanan pembelajaran bagi siswa ABK. Pada saat orang tua mengetahui bahwa madrasah menerima siswa ABK, banyak orang tua yang belum memahami ABK dan pendidikan inklusif, mengancam akan memindahkan anaknya. Namun kepala madrasah lebih memilih mempertahankan ABK.

Menurut pertimbangannya, siswa yang normal bisa dengan mudah mencari madrasah lain, sedangkan siswa ABK akan mengalami kesulitan mencari madrasah karena tidak setiap madrasah bisa menerima mereka. Seiring waktu dan setelah mengetahui dampak positif program madrasah tersebut, orang tua kini bisa menerimanya.

Madrasah juga mengikutsertakan siswa ABK dalam kejuaraan sampai

tingkat nasional. Pada saat acara Joyful camp yang diikuti oleh sekolah internasional seluruh Indonesia pada bulan Desember 2015, madrasah ini mendapat 9 tropi dan 2 di antaranya diraih oleh ABK nama Gunawan Syahputra, siswa ABK hiperaktif dan lambat belajar juara 2 dalam lomba matematika kelas V, dan Muhammad Roudlatul Hidayat, siswa ABK keterbatasan penglihatan juara I dalam lomba story telling kelas VI.

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs22 Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus 23

Page 33: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Adelia Permata Agustin, siswa ABK

lambat belajar juara 3 dalam lomba story

telling yang diselenggarakan madrasah pada

acara Milad ke 70 untuk memupuk dan

meningkatkan keberanian siswa.

Pilih Pertahankan ABK

MI Islamiyah Alwathaniyah, merupakan satu di antara madrasah mitra USAID PRIORITAS di Kabupaten Jombang. Madrasah ini memiliki tiga program pembelajaran, yaitu kelas regular, kelas internasional, dan kelas inklusif. Madrasah juga menyediakan seorang native speaker untuk meningkatkan kualitas bahasa Inggris siswa dan pengajar di kelas internasional.

Madrasah ini memiliki 253 siswa, yang 26 siswa di antaranya termasuk dalam kategori ABK. Kekhususan yang dimiliki diantaranya 1 siswa dengan gangguan pendengaran, 8 siswa hiperaktif, dan 17 siswa lambat belajar.

Abd. Fattah SS, sang kepala madrasah

Guru memberikan bimbingan pada siswa ABK secara perorangan di luar jam belajar.

MI Islamiyah Alwathaniyah Jombang, JawaTimur

yang masih muda dan energik, pernah belajar tentang pendidikan inklusif selama 6 bulan di Sekolah Madania Parung Bogor yang berada di bawah naungan Universitas Paramadina.

Penerapan sistim pendidikan inklusif sudah mulai dari pendaftaran. Siapa pun anak yang mendaftarkan diterima semua selama masih ada tempat. Setiap orang tua yang datang mendaftarkan anaknya akan mengikuti proses wawancara bersama anaknya. Hal ini untuk mengetahui peta kemampuan anak sehingga madrasah dapat menentukan kebijakan dan strategi pembelajaran yang sesuai bagi anak. Dengan demikian diharapkan setiap anak dapat memperoleh layanan

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya.

Strategi yang diterapkan madrasah ini dalam melayani pembelajaran siswa ABK antara lain:

1. Proses pembelajaran di kelas 1 – III dibimbing oleh dua orang guru dengan model team teaching. Seorang guru menyampaikan materi untuk semua siswa dan guru lainnya bertugas mendampingi siswa ABK agar bisa mengikuti proses belajar.

2. Ada sesi parenting untuk orang tua siswa ABK. Mulai awal masuk madrasah dan 6 bulan berikutnya, orang tua mendapat pendampingan melalui paguyuban kelas. Tujuannya agar terjadi

pemahaman yang sama antara pihak madrasah dengan orang tua siswa.

3. Adanya buku komunikasi yang menjadi media penghubung antara guru dengan orang tua ABK. Guru dan orang tua bisa mengetahui perkembangan ABK, baik di rumah maupun di madrasah. Hal ini untuk mempermudah dalam menentukan tahapan bimbingan selanjutnya.

4. Madrasah juga menyediakan kelas khusus untuk pelajaran tambahan bagi ABK dan siswa lain yang kesulitan maupun ketinggalan pelajaran.

5. Ada program pengembangan bakat anak sesuai dengan bakat dan minat setiap siswa.

Ada peristiwa menarik yang membuktikan komitmen kepala madrasah terhadap layanan pembelajaran bagi siswa ABK. Pada saat orang tua mengetahui bahwa madrasah menerima siswa ABK, banyak orang tua yang belum memahami ABK dan pendidikan inklusif, mengancam akan memindahkan anaknya. Namun kepala madrasah lebih memilih mempertahankan ABK.

Menurut pertimbangannya, siswa yang normal bisa dengan mudah mencari madrasah lain, sedangkan siswa ABK akan mengalami kesulitan mencari madrasah karena tidak setiap madrasah bisa menerima mereka. Seiring waktu dan setelah mengetahui dampak positif program madrasah tersebut, orang tua kini bisa menerimanya.

Madrasah juga mengikutsertakan siswa ABK dalam kejuaraan sampai

tingkat nasional. Pada saat acara Joyful camp yang diikuti oleh sekolah internasional seluruh Indonesia pada bulan Desember 2015, madrasah ini mendapat 9 tropi dan 2 di antaranya diraih oleh ABK nama Gunawan Syahputra, siswa ABK hiperaktif dan lambat belajar juara 2 dalam lomba matematika kelas V, dan Muhammad Roudlatul Hidayat, siswa ABK keterbatasan penglihatan juara I dalam lomba story telling kelas VI.

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs22 Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus 23

Page 34: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Mengawali kegiatan pembelajaran pagi itu Ibu Fitriyah Widihastuti SPd, guru kelas V bertanya jawab tentang bagaimana menjaga alam, melestarikan alam dan pencegahan agar keseimbangan alam terjaga. “Selain memberi makan hewan ternak, membersihkan kandang, memupuk tumbuhan memanen buah ketika matang, dan menanami pekarangan yang kosong, apa yang dapat dilakukan untuk menjaga dan melestarikan alam?' tanya saya.

Sontak siswa berebut menjawab dengan mengangkat tangan. Cwan Zaki menjawab, “Menjaga lingkungan dengan berbergotong royong setiap hari minggu pagi dengan membersihkan selokan, dan memangkas pohon lebat dipinggir jalan.”

Fatimah Azzahra, menjawab Ia memberikan vitamin pada sapi ternaknya agar tidak terserang penyakit. Dan ia memisahkan sampah

organik dan anorganik di rumahnya.

Namun terlihat empat anak yaitu Rama, Kholid, Riski dan Reno belum terlihat aktif mengangkat tangan untuk menjawab. Empat anak ini merupakan anak yang tergolong spesial. Mereka memerlukan perhatian lebih untuk belajar. Melihat hal tersebut saya memberikan kesempatan kepada Rama untuk mencoba menjawabnya. “Rama pernah melakukan apa untuk menjaga lingkungan?” tanya saya.

“Saya tidak mau di antar ayah naik motor ke sekolah,” jawab Rama.

“Mengapa tidak mau, bukannya lebih cepat sampai di sekolah?” selidik saya.

Rama dengan cepat menjawab, “Karena asap motor mengakibatkan polusi udara, Bu.”

“Oh, begitu.. Kamu anak yang pandai. Memang polusi udara akan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Sekarang ibu akan mengajak kalian

semua untuk belajar tentang perubahan alam yang terjadi karena kegiatan manusia. Kegiatan tersebut dilakukan di luar kelas. Sehingga saya berpesan agar siswa bersikap sopan di lingkungan”, jelas Bu Fitri.

Kemudian saya membagikan lembar kerja yang berisi tentang kegiatan manusia yang merusak keseimbangan alam. Siswa bertugas mengidentifikasi kegiatan manusia yang merusak keseimbangan alam yang mereka temukan di lingkungan sekolah.

Siswa berjalan keluar gerbang sekolah ke arah perkampungan desa dengan mengamati dan menuliskan kegiatan manusia yang merusak keseimbangan alam. Kegiatan ini berlangsung selama 20 menit. Setelah selesai siswa masuk kembali ke kelas kemudian berdiskusi dengan kelompoknya untuk menuliskan temuannya.

Secara bergantian ketua kelompok membacakan hasil diskusi. Hal-hal yang

dibacakan tersebut di tulis oleh guru tentang perubahan alam yang terjadi karena kegiatan manusia. Secara klasikal siswa membuat simpulan dengan bantuan guru tentang perubahan alam yang terjadi karena kegiatan manusia. Selama 15 menit kegiatan ini berlangsung. Kemudian saya bertanya, Apakah akibat dari kegiatan manusia tersebut? Bagaimana cara mencegah/mengatasi ulah manusia merusak keseimbangan alam?”

Siswa secara bergantian mengangkat tangan menjawab. Guru membantu siswa menuliskan peta konsep akibat kegiatan manuasia terhadap alam. Peta konsep cara mencegah kegiatan manusia agar alam tidak rusak. Secara bergantian siwa menuliskan akibat dari kegiatan manusia dan cara mencegahnya.

Dari peta konsep tersebut siswa membuat cerita bergambar tentang mengenal perubahan alam yang terjadi karena kegiatan manusia. Kegiatan berlangsung selama 30 menit.

Walaupun tidak pernah mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan guru, Rama bersemangat mencurahkan pikirannya dalam cerita bergambar tentang perubahan alam yang terjadi karena kegiatan manusia. Tampak sesekali Rama meminjam crayon ke teman sebangku.

Tetapi ia menunduk dan sibuk dengan goresan pensilnya. Apa yang ia alami

saat berjalan mengelilingi lingkungan madrasah. Rama adalah siswa yang bersemangat dalam belajar walaupun termasuk katagori siswa yang lambat membaca. Tetapi ia mampu menceritakan apa yang ia amati.

Saat diberikan kesempatan untuk menceritakan hasil karyanya Rama nampak tenang maju ke depan kelas. Berdiri di samping saya melihat Rama berusaha membacakan sekuat tenaganya dengan apa yang telah digoreskan di cerita bergambar. Menunggu kata demi kata Rama membacakannya, suasana kelas menjadi hening. “Ada banyak sampah yang dibuang sembarangan. Lingkungan jadi kotor dan tidak indah,” kata Rama terbata-bata. Teman-temannya bertepuk tangan setelah Rama menyelesaikan ceritanya.

Pada dasarnya, Rama, siswa yang berkebutuhan khusus adalah sama dengan yang lain. Hanya saja ia membutuhkan waktu lebih lama dalam memahami sesuatu. Jika anak biasa yang mengalami membutuhkan waktu cepat dalam pemahaman tetapi anak yang berkebutuhan khusus membutuhkan waktu dan pengulangan

menuliskan apa yang di pelajari.

Sebagai guru di setiap jenjang pasti menemukan anak yang berkebutuhan khusus di setiap kelas. Kita tidak boleh mengabaikan mereka karena mereka juga ingin belajar. Keberadaan mereka menunjang kinerja guru karena ada tantangan yang harus dihadapi.

“Ibu besok-besok pelajarannya membuat cerita bergambar lagi ya,” pinta Rama di akhir pelajaran.

Membantu Pemahaman Siswa ABK Melalui Cerita Bergambar

Siswa melakukan observasi diluar kelas untuk mengidentifikasi ekosistem alami dan buatan yang ada di lingkungan kelas mereka.

MIN Sumurrejo, Semarang, Jawa Tengah

Salah satu cerita bergambar hasil karya siswa tentang penyebab rusaknya ekosistem alami.

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs24 Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus 25

Page 35: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Mengawali kegiatan pembelajaran pagi itu Ibu Fitriyah Widihastuti SPd, guru kelas V bertanya jawab tentang bagaimana menjaga alam, melestarikan alam dan pencegahan agar keseimbangan alam terjaga. “Selain memberi makan hewan ternak, membersihkan kandang, memupuk tumbuhan memanen buah ketika matang, dan menanami pekarangan yang kosong, apa yang dapat dilakukan untuk menjaga dan melestarikan alam?' tanya saya.

Sontak siswa berebut menjawab dengan mengangkat tangan. Cwan Zaki menjawab, “Menjaga lingkungan dengan berbergotong royong setiap hari minggu pagi dengan membersihkan selokan, dan memangkas pohon lebat dipinggir jalan.”

Fatimah Azzahra, menjawab Ia memberikan vitamin pada sapi ternaknya agar tidak terserang penyakit. Dan ia memisahkan sampah

organik dan anorganik di rumahnya.

Namun terlihat empat anak yaitu Rama, Kholid, Riski dan Reno belum terlihat aktif mengangkat tangan untuk menjawab. Empat anak ini merupakan anak yang tergolong spesial. Mereka memerlukan perhatian lebih untuk belajar. Melihat hal tersebut saya memberikan kesempatan kepada Rama untuk mencoba menjawabnya. “Rama pernah melakukan apa untuk menjaga lingkungan?” tanya saya.

“Saya tidak mau di antar ayah naik motor ke sekolah,” jawab Rama.

“Mengapa tidak mau, bukannya lebih cepat sampai di sekolah?” selidik saya.

Rama dengan cepat menjawab, “Karena asap motor mengakibatkan polusi udara, Bu.”

“Oh, begitu.. Kamu anak yang pandai. Memang polusi udara akan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Sekarang ibu akan mengajak kalian

semua untuk belajar tentang perubahan alam yang terjadi karena kegiatan manusia. Kegiatan tersebut dilakukan di luar kelas. Sehingga saya berpesan agar siswa bersikap sopan di lingkungan”, jelas Bu Fitri.

Kemudian saya membagikan lembar kerja yang berisi tentang kegiatan manusia yang merusak keseimbangan alam. Siswa bertugas mengidentifikasi kegiatan manusia yang merusak keseimbangan alam yang mereka temukan di lingkungan sekolah.

Siswa berjalan keluar gerbang sekolah ke arah perkampungan desa dengan mengamati dan menuliskan kegiatan manusia yang merusak keseimbangan alam. Kegiatan ini berlangsung selama 20 menit. Setelah selesai siswa masuk kembali ke kelas kemudian berdiskusi dengan kelompoknya untuk menuliskan temuannya.

Secara bergantian ketua kelompok membacakan hasil diskusi. Hal-hal yang

dibacakan tersebut di tulis oleh guru tentang perubahan alam yang terjadi karena kegiatan manusia. Secara klasikal siswa membuat simpulan dengan bantuan guru tentang perubahan alam yang terjadi karena kegiatan manusia. Selama 15 menit kegiatan ini berlangsung. Kemudian saya bertanya, Apakah akibat dari kegiatan manusia tersebut? Bagaimana cara mencegah/mengatasi ulah manusia merusak keseimbangan alam?”

Siswa secara bergantian mengangkat tangan menjawab. Guru membantu siswa menuliskan peta konsep akibat kegiatan manuasia terhadap alam. Peta konsep cara mencegah kegiatan manusia agar alam tidak rusak. Secara bergantian siwa menuliskan akibat dari kegiatan manusia dan cara mencegahnya.

Dari peta konsep tersebut siswa membuat cerita bergambar tentang mengenal perubahan alam yang terjadi karena kegiatan manusia. Kegiatan berlangsung selama 30 menit.

Walaupun tidak pernah mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan guru, Rama bersemangat mencurahkan pikirannya dalam cerita bergambar tentang perubahan alam yang terjadi karena kegiatan manusia. Tampak sesekali Rama meminjam crayon ke teman sebangku.

Tetapi ia menunduk dan sibuk dengan goresan pensilnya. Apa yang ia alami

saat berjalan mengelilingi lingkungan madrasah. Rama adalah siswa yang bersemangat dalam belajar walaupun termasuk katagori siswa yang lambat membaca. Tetapi ia mampu menceritakan apa yang ia amati.

Saat diberikan kesempatan untuk menceritakan hasil karyanya Rama nampak tenang maju ke depan kelas. Berdiri di samping saya melihat Rama berusaha membacakan sekuat tenaganya dengan apa yang telah digoreskan di cerita bergambar. Menunggu kata demi kata Rama membacakannya, suasana kelas menjadi hening. “Ada banyak sampah yang dibuang sembarangan. Lingkungan jadi kotor dan tidak indah,” kata Rama terbata-bata. Teman-temannya bertepuk tangan setelah Rama menyelesaikan ceritanya.

Pada dasarnya, Rama, siswa yang berkebutuhan khusus adalah sama dengan yang lain. Hanya saja ia membutuhkan waktu lebih lama dalam memahami sesuatu. Jika anak biasa yang mengalami membutuhkan waktu cepat dalam pemahaman tetapi anak yang berkebutuhan khusus membutuhkan waktu dan pengulangan

menuliskan apa yang di pelajari.

Sebagai guru di setiap jenjang pasti menemukan anak yang berkebutuhan khusus di setiap kelas. Kita tidak boleh mengabaikan mereka karena mereka juga ingin belajar. Keberadaan mereka menunjang kinerja guru karena ada tantangan yang harus dihadapi.

“Ibu besok-besok pelajarannya membuat cerita bergambar lagi ya,” pinta Rama di akhir pelajaran.

Membantu Pemahaman Siswa ABK Melalui Cerita Bergambar

Siswa melakukan observasi diluar kelas untuk mengidentifikasi ekosistem alami dan buatan yang ada di lingkungan kelas mereka.

MIN Sumurrejo, Semarang, Jawa Tengah

Salah satu cerita bergambar hasil karya siswa tentang penyebab rusaknya ekosistem alami.

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs24 Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus 25

Page 36: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

MIN Lumban Gurning Porsea bukan sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Namun sekolah ini sudah menerima siswa ABK karena tanggung jawab moril dan keyakinan warga sekolah bahwa anak itu amanah Tuhan sehingga mereka juga harus dididik dengan baik. Hampir di setiap kelas, ada siswa yang lambat menangkap pelajaran, dan ada yang tidak bisa membaca atau menulis meskipun sudah di kelas tinggi.

Rizki siswa kelas 1 adalah salah seorang anak berkebutuhan khusus

(ABK) di sekolah ini. Permasalahan yang dialami dia dalam pembelajaran antara lain sulit berbicara, pelafalan tidak jelas, bisa menulis jika ada contoh, dan tidak bisa membaca kalimat.

Guru menyadari bahwa setiap siswa memiliki kekurangan dan kelebihan. Ketika guru sudah menemukan masalah tersebut, maka menjadi dasar dalam menentukan strategi pembelajaran. Hal itu yang membuat siswa ABK dapat belajar dengan nyaman. Rizki, jika bosan dengan pelajaran yang sedang berlangsung dia akan asyik menggambar apa saja yang sedang terlintas di pikirannya termasuk menggambar wajah gurunya yang sedang mengajar.

Rizki beruntung memiliki ibu guru yang baik dan memahami kebiasaannya. “Yang penting Rizki tetap nyaman berada di dalam kelas dan tidak mengganggu teman-teman sehingga saya membiarkan Rizki

Sikap Guru Tentukan Kenyamanan ABK dalam Belajar

MIN Lumban Gurning Porsea, Tobasa, Sumatera Utara

Dengan membuat siswa ABK nyaman belajar, mereka menjadi lebih mudah mengikuti proses pembelajaran.

menggambar sendiri karena dengan menggambar dia merasa senang dan tetap nyaman mengikuti proses belajar di kelas,” kata Ibu Habibah guru kelas Rizki.

Bila Rizki mengalami kesulitan, Ibu Habibah juga menugaskan beberapa teman sekelas Rizki untuk membantu dalam pembelajaran. Hal itu membuat Rizki semakin dekat dengan teman-temannya.

Dalam mengajar di kelas 1, Ibu Habibah ditemani seorang guru honor (team teaching) yang akan membantunya ketika Rizki atau ABK yang lain mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Guru kelas tetap bisa menyampaikan materi pelajaran dengan baik karena ada guru lain yang membantu ABK. Guru honor tersebut sebenarnya sudah berperan sebagai guru pembimbing khusus meskipun tidak menyadarinya.

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs26

Page 37: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Membantu Guru

Page 38: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs28

Ada suasana berbeda di aula MI Asih Putera Cimahi siang itu (20/4/2016). Beragam alat peraga atau media pembelajaran terpajang di dinding sekeliling ruangan, bahkan sebagian lagi tergeletak di lantai ruangan beralas karpet warna merah. Sekelompok guru duduk berderet menunggu giliran untuk mempresentasikan dan memeragakan media pembelajaran buatannya di hadapan para juri. Apa yang dilakukan guru-guru di MI Asih Putera itu sungguh patut ditiru.

“Kami undang guru mentor kami, guru senior dari madrasah lain, serta kepala

biro kurikulum dan layanan pendidikan Yayasan Asih Putera untuk menjadi juri. Kami juga mengundang fasilitator daerah dan USAID PRIORITAS untuk dapat menyaksikan lomba ini sekaligus memberi dukungan semangat dan motivasi kepada kami,” kata Ibu Iis Siti Aisyah, kepala MI Asih Putera, saat membuka pelaksanaan ekspose dan presentasi pengembangan dan pembuatan media pembelajaran kreatif di madrasahnya.

Kepada setiap tim guru, madrasah memberi modal Rp. 100.000,- untuk membeli bahan dasar dalam

pembuatan media pembelajaran kreatif. “Kesulitan kami bukan pada pembuatannya, tetapi penemuan gagasannya. Kesulitan kami terbayar sudah ketika kami berhasil mewujudkan gagasan media yang kami kembangkan, membuat murid senang dan mudah dalam belajar,” ucap Ibu Ratu Siti Nurkhotimah, guru kelas III yang berhasil mengembangkan sejumlah media pembelajaran kreatif.

Bapak Sodikin, guru kelas VI, menuturkan bahwa media pembelajaran matematika yang dikembangkannya dibuat dari bahan

Buat Lomba Kreativitas Guru MI Asih Putera Cimahi, Jawa Barat

MI Asih Putera mendorong kreativitas guru dengan melakukan lomba membuat media pembelajaran kreatif. Salah satu media pembelajaran yang dilombakan adalah tentang menghitung sudut dalam sebuah jam analog.

Membantu Guru 29

sangat sederhanya, yaitu tutup kardus kertas fotokopi yang diberi sekat-sekat sesuai dengan kebutuhannya, ditambah dengan sejumlah kerikil warna-warni. Alat ini dapat dipergunakan untuk menunjukkan secara sederhana namun konkret dan jelas berbagai operasi hitung dalam pembelajaran matematika.

“Meskipun baru sekarang saya ikutkan lomba, alat ini telah saya manfaatkan di kelas. Hasilnya sangat efektif. Siswa semakin senang belajar matematika dan pemahamannya meningkat. Mereka juga bisa bermain menggunakan alat ini di luar jam pelajaran dan tanpa sadar bahwa mereka sesungguhnya sedang belajar,” tutur Pak Sodikin.

Pada lomba kali ini para guru berhasil membuat lebih dari 12 media pembelajaran. Misalnya, Matematika: Tangga Satuan Ukuran, Jam Serba Guna, Kotak Operasi Hitung, Botol Pengukur Debit, dan Kantong Nilai Tempat. IPS dan Bahasa Indonesia: Roda Berputar, Vocab Card, Puzzle Kalimat, Big Book, serta Papan Kata dan Kalimat. IPA: model peredaran darah manusia. Pendidikan Agama Islam: Pohon Rukun Islam, Kuartet Sejarah Nabi, dan Papan Permainan Muamalah Syar'iyah.

Guru-guru yang tergabung dalam satu tim asyik menyusun media pembelajaran kreatif.

Page 39: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs28

Ada suasana berbeda di aula MI Asih Putera Cimahi siang itu (20/4/2016). Beragam alat peraga atau media pembelajaran terpajang di dinding sekeliling ruangan, bahkan sebagian lagi tergeletak di lantai ruangan beralas karpet warna merah. Sekelompok guru duduk berderet menunggu giliran untuk mempresentasikan dan memeragakan media pembelajaran buatannya di hadapan para juri. Apa yang dilakukan guru-guru di MI Asih Putera itu sungguh patut ditiru.

“Kami undang guru mentor kami, guru senior dari madrasah lain, serta kepala

biro kurikulum dan layanan pendidikan Yayasan Asih Putera untuk menjadi juri. Kami juga mengundang fasilitator daerah dan USAID PRIORITAS untuk dapat menyaksikan lomba ini sekaligus memberi dukungan semangat dan motivasi kepada kami,” kata Ibu Iis Siti Aisyah, kepala MI Asih Putera, saat membuka pelaksanaan ekspose dan presentasi pengembangan dan pembuatan media pembelajaran kreatif di madrasahnya.

Kepada setiap tim guru, madrasah memberi modal Rp. 100.000,- untuk membeli bahan dasar dalam

pembuatan media pembelajaran kreatif. “Kesulitan kami bukan pada pembuatannya, tetapi penemuan gagasannya. Kesulitan kami terbayar sudah ketika kami berhasil mewujudkan gagasan media yang kami kembangkan, membuat murid senang dan mudah dalam belajar,” ucap Ibu Ratu Siti Nurkhotimah, guru kelas III yang berhasil mengembangkan sejumlah media pembelajaran kreatif.

Bapak Sodikin, guru kelas VI, menuturkan bahwa media pembelajaran matematika yang dikembangkannya dibuat dari bahan

Buat Lomba Kreativitas Guru MI Asih Putera Cimahi, Jawa Barat

MI Asih Putera mendorong kreativitas guru dengan melakukan lomba membuat media pembelajaran kreatif. Salah satu media pembelajaran yang dilombakan adalah tentang menghitung sudut dalam sebuah jam analog.

Membantu Guru 29

sangat sederhanya, yaitu tutup kardus kertas fotokopi yang diberi sekat-sekat sesuai dengan kebutuhannya, ditambah dengan sejumlah kerikil warna-warni. Alat ini dapat dipergunakan untuk menunjukkan secara sederhana namun konkret dan jelas berbagai operasi hitung dalam pembelajaran matematika.

“Meskipun baru sekarang saya ikutkan lomba, alat ini telah saya manfaatkan di kelas. Hasilnya sangat efektif. Siswa semakin senang belajar matematika dan pemahamannya meningkat. Mereka juga bisa bermain menggunakan alat ini di luar jam pelajaran dan tanpa sadar bahwa mereka sesungguhnya sedang belajar,” tutur Pak Sodikin.

Pada lomba kali ini para guru berhasil membuat lebih dari 12 media pembelajaran. Misalnya, Matematika: Tangga Satuan Ukuran, Jam Serba Guna, Kotak Operasi Hitung, Botol Pengukur Debit, dan Kantong Nilai Tempat. IPS dan Bahasa Indonesia: Roda Berputar, Vocab Card, Puzzle Kalimat, Big Book, serta Papan Kata dan Kalimat. IPA: model peredaran darah manusia. Pendidikan Agama Islam: Pohon Rukun Islam, Kuartet Sejarah Nabi, dan Papan Permainan Muamalah Syar'iyah.

Guru-guru yang tergabung dalam satu tim asyik menyusun media pembelajaran kreatif.

Page 40: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Melibatkan peran serta masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan menjadi indikator keberhasilan manajemen sekolah yang sudah dilatihkan USAID PRIORITAS. Hal itu menginspirasi MTsN 2 Tangerang menggagas program orangtua mengajar. Sedikitnya ada 15 orangtua yang berasal dari berbagai profesi pekerjaan dan tampil berpartisipasi dalam acara orangtua mengajar.

Ibu Ayu Cipta yang berprofesi sebagai jurnalis mengaku senang dan bangga terlibat dalam program orangtua mengajar. Ia pun memperluas wawasan siswa tentang peran wartawan dalam melakukan peliputan dan cara menulis berita. “Para siswa tampak sangat antusias belajar menulis berita,” kata wartawati Tempo tersebut.

Beberapa orangtua tidak menyangka bahwa mereka juga terlibat untuk mengajar di kelas sebagaimana layaknya guru. Seperti yang disampaikan Bapak Dadang Akhdiat, yang bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS) Tangerang, “Saya dari dulu bercita-cita ingin jadi guru. Baru sekarang terwujud dengan diberikan kesempatan mengajar. Kami jadi ketagihan untuk mengajar kembali di sini.”

Sementara siswa mengaku senang karena mendapatkan wawasan dan pengalaman baru mengenai berbagai profesi pekerjaan. “Saya senang dan tertarik dengan program orangtua mengajar ini karena saya belajar tentang pengalaman profesi yang jadi inspirasi di kemudian hari,” cerita Maryam Adelweis, siswa kelas VII.

Program yang dimulai awal tahun 2016 ini, akan menjadi agenda rutin

Galang Program Orangtua Mengajar MTsN 2 Tangerang, Banten

Ayu Cipta, wartawati sedang tampil mengajar di depan siswa.

madrasah. Para orang tua di setiap kelas diundang untuk membagikan kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya. ”Topiknya juga disesuaikan dengan topik yang pembelajaran yang diajarkan guru. Kegiatan ini memperkaya wawasan dan membantu guru memperkaya sumber pembelajaran,” kata Bapak Mulyadi SAg MPd, yang menjabat kepala MTsN 2 Tangerang pada 2016. Program orangtua mengajar di MTsN Tigaraksa dalam rangka Hari Guru Nasional.

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs30 Membantu Guru 31

Page 41: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Melibatkan peran serta masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan menjadi indikator keberhasilan manajemen sekolah yang sudah dilatihkan USAID PRIORITAS. Hal itu menginspirasi MTsN 2 Tangerang menggagas program orangtua mengajar. Sedikitnya ada 15 orangtua yang berasal dari berbagai profesi pekerjaan dan tampil berpartisipasi dalam acara orangtua mengajar.

Ibu Ayu Cipta yang berprofesi sebagai jurnalis mengaku senang dan bangga terlibat dalam program orangtua mengajar. Ia pun memperluas wawasan siswa tentang peran wartawan dalam melakukan peliputan dan cara menulis berita. “Para siswa tampak sangat antusias belajar menulis berita,” kata wartawati Tempo tersebut.

Beberapa orangtua tidak menyangka bahwa mereka juga terlibat untuk mengajar di kelas sebagaimana layaknya guru. Seperti yang disampaikan Bapak Dadang Akhdiat, yang bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS) Tangerang, “Saya dari dulu bercita-cita ingin jadi guru. Baru sekarang terwujud dengan diberikan kesempatan mengajar. Kami jadi ketagihan untuk mengajar kembali di sini.”

Sementara siswa mengaku senang karena mendapatkan wawasan dan pengalaman baru mengenai berbagai profesi pekerjaan. “Saya senang dan tertarik dengan program orangtua mengajar ini karena saya belajar tentang pengalaman profesi yang jadi inspirasi di kemudian hari,” cerita Maryam Adelweis, siswa kelas VII.

Program yang dimulai awal tahun 2016 ini, akan menjadi agenda rutin

Galang Program Orangtua Mengajar MTsN 2 Tangerang, Banten

Ayu Cipta, wartawati sedang tampil mengajar di depan siswa.

madrasah. Para orang tua di setiap kelas diundang untuk membagikan kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya. ”Topiknya juga disesuaikan dengan topik yang pembelajaran yang diajarkan guru. Kegiatan ini memperkaya wawasan dan membantu guru memperkaya sumber pembelajaran,” kata Bapak Mulyadi SAg MPd, yang menjabat kepala MTsN 2 Tangerang pada 2016. Program orangtua mengajar di MTsN Tigaraksa dalam rangka Hari Guru Nasional.

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs30 Membantu Guru 31

Page 42: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Pelatihan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) dan manajemen berbasis sekolah (MBS) telah memicu MIN Maros Baru untuk mengukir banyak prestasi. Madrasah yang awalnya tidak banyak memiliki prestasi ini, setelah mendapatkan program USAID PRIORITAS, prestasinya mulai bermunculan.

“Setelah pelatihan, saya semakin memiliki tekad bahwa saya, guru saya dan siswa juga harus berprestasi,” ujar Nur Ridawati, kepala sekolah yang pernah menjadi juara satu guru MI berprestasi tingkat nasional.

Sebelum mengenal pembelajaran PAKEM dan MBS yang mulai aktif

diterapkan pada tahun 2013, madrasah ini sejak didirikan tahun 1988 hanya memiliki kurang lebih 10 piala saja. Namun setelah secara konsisten menerapkan PAKEM dan MBS, dalam kurun waktu 2013 - 2015, piala di lemari sudah bertambah 48 buah.

Di antaranya piala untuk juara satu lomba bercerita se-Kabupaten Maros tingkat SD/MI tahun 2013, juara satu kompetensi sains madrasah (Aksioma) pada bidang Matematika dan IPA pada tahun 2014 se-Kabupaten Maros, dan juara satu bidang IPA pada perlombaan yang sama pada tahun 2015, juara satu Porseni tingkat MI se-Kabupaten Maros tahun 2013 dan lain-lain.

“Setelah menerima pelatihan MBS dan Pembelajaran, saya berusaha membenahi semua aspek sekolah mulai dari ruangan, taman, tempat baca, dan sampai metode-metode pembelajaran, dan manajemennya,” ujar Ibu Rida.

Menurutnya, dulu guru-guru masih mengajar dengan cara yang amat konvensional, dan kurang memanfaatkan media dalam pembelajaran. Setelah dilatih PAKEM, mereka menjadi sadar dan mengetahui cara mengajar yang efektif. “Dengan PAKEM, para guru merasa lebih mudah dalam mengajar. Mereka hanya perlu menjadi fasilitator yang efektif dan kreatif,” ujarnya.

Semakin Berprestasi karena Terapkan PAKEM dan MBS

Nur Ridawati, Kepala Madrasah MIN Maros Baru bersama-sama muridnya setelah memperoleh berbagai piala dalam ajang Kompetisi Science Madrasah Tingkat Kabupaten Maros Tahun 2015.

MIN Maros Baru, Sulawesi Selatan

Untuk meningkatkan prestasi sekolah, kepala sekolah juga menyusun program bimbingan terjadwal bagi para siswa. Bimbingan tersebut dilakukan untuk beberapa siswa yang terpilih dari kelas lima dan enam, yang dilaksanakan seminggu dua kali. Anak-anak tersebut dibimbing oleh guru-guru yang berkompeten.

“Siswa dibimbing menyelesaikan soal-soal olimpiade dan lainnya. Guru-guru mempelajari kompentensi dasar yang ingin dicapai dan menjadi dasar ujian pada tiap kompetisi dan mencoba menelaah soal-soal terkait,” ujarnya.

Berkat banyak prestasi dan perubahan perwajahan sekolah, sekolah yang dulunya tidak terlalu dilirik ini, kini menjadi dikenal masyarakat. Siswa yang ingin daftar ke sekolah inipun semakin banyak.

“Kalau dulu pada tahun 2012 jumlah siswanya 260. Sekarang mencapai 360 siswa. Peningkatan jumlah siswa sampai 100 merupakan sebuah prestasi tersendiri bagi sebuah madrasah di tengah banyaknya sekolah-sekolah negeri yang bagus disini,” ujar Ibu Rida.

Bahkan karena prestasinya, madrasah ini menjadi tempat studi banding pengelolaan madrasah oleh kepala MIN se-Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara pada April 2015 lalu.

Pakta Integritas sumpah para guru di MIN Maros Baru untuk konsisten terapkan metode PAKEM

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs32 Membantu Guru 33

Page 43: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Pelatihan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) dan manajemen berbasis sekolah (MBS) telah memicu MIN Maros Baru untuk mengukir banyak prestasi. Madrasah yang awalnya tidak banyak memiliki prestasi ini, setelah mendapatkan program USAID PRIORITAS, prestasinya mulai bermunculan.

“Setelah pelatihan, saya semakin memiliki tekad bahwa saya, guru saya dan siswa juga harus berprestasi,” ujar Nur Ridawati, kepala sekolah yang pernah menjadi juara satu guru MI berprestasi tingkat nasional.

Sebelum mengenal pembelajaran PAKEM dan MBS yang mulai aktif

diterapkan pada tahun 2013, madrasah ini sejak didirikan tahun 1988 hanya memiliki kurang lebih 10 piala saja. Namun setelah secara konsisten menerapkan PAKEM dan MBS, dalam kurun waktu 2013 - 2015, piala di lemari sudah bertambah 48 buah.

Di antaranya piala untuk juara satu lomba bercerita se-Kabupaten Maros tingkat SD/MI tahun 2013, juara satu kompetensi sains madrasah (Aksioma) pada bidang Matematika dan IPA pada tahun 2014 se-Kabupaten Maros, dan juara satu bidang IPA pada perlombaan yang sama pada tahun 2015, juara satu Porseni tingkat MI se-Kabupaten Maros tahun 2013 dan lain-lain.

“Setelah menerima pelatihan MBS dan Pembelajaran, saya berusaha membenahi semua aspek sekolah mulai dari ruangan, taman, tempat baca, dan sampai metode-metode pembelajaran, dan manajemennya,” ujar Ibu Rida.

Menurutnya, dulu guru-guru masih mengajar dengan cara yang amat konvensional, dan kurang memanfaatkan media dalam pembelajaran. Setelah dilatih PAKEM, mereka menjadi sadar dan mengetahui cara mengajar yang efektif. “Dengan PAKEM, para guru merasa lebih mudah dalam mengajar. Mereka hanya perlu menjadi fasilitator yang efektif dan kreatif,” ujarnya.

Semakin Berprestasi karena Terapkan PAKEM dan MBS

Nur Ridawati, Kepala Madrasah MIN Maros Baru bersama-sama muridnya setelah memperoleh berbagai piala dalam ajang Kompetisi Science Madrasah Tingkat Kabupaten Maros Tahun 2015.

MIN Maros Baru, Sulawesi Selatan

Untuk meningkatkan prestasi sekolah, kepala sekolah juga menyusun program bimbingan terjadwal bagi para siswa. Bimbingan tersebut dilakukan untuk beberapa siswa yang terpilih dari kelas lima dan enam, yang dilaksanakan seminggu dua kali. Anak-anak tersebut dibimbing oleh guru-guru yang berkompeten.

“Siswa dibimbing menyelesaikan soal-soal olimpiade dan lainnya. Guru-guru mempelajari kompentensi dasar yang ingin dicapai dan menjadi dasar ujian pada tiap kompetisi dan mencoba menelaah soal-soal terkait,” ujarnya.

Berkat banyak prestasi dan perubahan perwajahan sekolah, sekolah yang dulunya tidak terlalu dilirik ini, kini menjadi dikenal masyarakat. Siswa yang ingin daftar ke sekolah inipun semakin banyak.

“Kalau dulu pada tahun 2012 jumlah siswanya 260. Sekarang mencapai 360 siswa. Peningkatan jumlah siswa sampai 100 merupakan sebuah prestasi tersendiri bagi sebuah madrasah di tengah banyaknya sekolah-sekolah negeri yang bagus disini,” ujar Ibu Rida.

Bahkan karena prestasinya, madrasah ini menjadi tempat studi banding pengelolaan madrasah oleh kepala MIN se-Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara pada April 2015 lalu.

Pakta Integritas sumpah para guru di MIN Maros Baru untuk konsisten terapkan metode PAKEM

Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di MI dan MTs32 Membantu Guru 33

Page 44: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47
Page 45: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

MengelolaBudaya Baca

Page 46: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Praktik yang Baik: Budaya Baca36 Mengelola Budaya Baca 37

Oleh Ahmad Hanapiyah Guru Bahasa Indonesia MTsN 2 Tangerang

MTsN 2 Tangerang adalah salah satu madrasah yang serius mengembangkan minat baca siswa-siswinya. Sejak tahun 2007, madrasah ini telah memulai pembinaan minat baca siswa dengan pengadaan koleksi bahan bacaan, program promosi perpustakaan, dan hadiah pembaca buku terbanyak. Lalu pada 2014 setelah bekerja sama dengan USAID PRIORITAS, pengembangan program budaya baca semakin ditingkatkan.

Saat ini, kebiasaan dan kecintaan membaca para siswa-siswi telah mulai tumbuh. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya siswa-siswi yang mengguna-

kan waktu luangnya di sekolah dengan membaca buku-buku yang tersedia di sudut baca di kelas, buku-buku yang diletakkan di lorong-lorong sekolah, dan di perpustakaan.

Mengelola program budaya baca tidaklah mudah. Program ini tidak bisa dilakukan secara instan. Pengalaman kami, program budaya baca harus disiapkan dengan baik, dilaksanakan secara cermat dan dikembangkan terus menerus.

Perencanaan

Program dilakukan secara bertahap dan berkala. Tahap pertama berupa penyiapan tim, program, sarana, dan buku dengan melibatkan kerja sama

semua komponen. Tim program budaya baca terdiri dari pembina program (kepala madrasah), ketua, sekretaris, koordinator sarana, kegiatan, dan publikasi. Semua pihak seperti siswa, guru, kepala sekolah, orang tua, hingga instansi dan lembaga-lembaga harus terlibat dalam proses perencanaan. Tim inilah yang mengkoordinir keterlibatan semua pihak, menyusun rencana kegiatan dan memasukkan kebutuhan dana ke anggaran sekolah.

Setelah tim terbentuk, tim segera belajar dari berbagai sekolah yang telah lebih dulu menerapkan budaya baca. Sekolah kami belajar dari sekolah lain, di antaranya adalah "Pak Kumis Membaca" (Pagiku Kamis Membaca)

dari SDN 04 Ciruas Serang Banten, pojok baca di sudut sekolah SMPN 3 Tigaraksa, mobil baca pribadi milik Ibu Sri Hartati guru SMPN 1 Cisoka. Kami juga belajar bagaimana mengelola karya tulis siswa seperti portofolio, resensi, ular baca, tirai baca yang dapat dipakai untuk mengkreasi karya siswa dari hasil membaca.

Kami membahas apa saja yang perlu disiapkan sebelum program budaya baca dilakukan, seperti kebutuhan sudut baca, ketersediaan buku, penjad-walan kegiatan membaca dan lainnya. Penjadwalan kegiatan disesuaikan dengan kalender akademik. Pelaksanaan gerakan membaca ini dilakukan berkala dalam dua semester dan satu tahun pelajaran.

Memulai

Tahap kedua adalah memulai pelaksanaan program. Kami mulai dengan pengadaan sudut baca dengan sumber buku dari siswa bekerja sama dengan wali kelas. Kami membuat 30 sudut baca di 18 kelas dan di teras sekolah. Pembiasaan membaca senyap 15 menit di awal pembelajaran segera diterapkan. Pembiasaan membaca ini melibatkan partisipasi guru dan kepala madrasah. Kami juga meminta kepada orangtua untuk terlibat dalam pembiasaan membaca di rumah. Dalam hal ini, sistem koordinasi dan pengawasan semua pihak sangat penting dalam merealisasikan program.

Kami menambah koleksi buku melalui

kerjasama dengan orangtua siswa. Orangtua siswa menyumbangkan buku ke madrasah untuk dibaca oleh anak mereka sendiri. Kami mendapatkan buku 400 buku dari siswa baru dan alumni, guru, orang tua. Kami juga mendapatkan hibah 150 buku dari USAID PRIORITAS. Untuk meningkatkan akses buku, kami juga bekerjasama dengan Perpustakaan Daerah (Perpusda). Kami minta supaya layanan Perpustakaan Keliling dari Perpusda bisa secara rutin mengunjungi madrasah kami. Perpusda setuju untuk setiap dua minggu datang ke madrasah kami. Kami juga meminjam buku dari Perpusda yang bisa kami pakai selama 1 semester. Pada semester berikutnya, kami mendapatkan penggantian judul buku dari Perpusda.

Setelah perencanaan siap dan sudut baca serta bukunya sudah siap, kami melakukan Peluncuran Gerakan MTsN Tigaraksa Membaca pada 2 Oktober 2015. Kegiatan dilaksanakan dari pukul 07.00-09.00 WIB, setelah salat Dhuha di lapangan dengan hamparan terpal yang tersaji. Para pejabat terkait menyampaikan sambutan dukungan sekaligus meluncurkan gerakan. Instansi yang hadir dari Kementerian Agama Kabupaten Tangerang, Perpustakaan Kabupaten Tangerang, Prioritas Banten, Dewan Kesenian Kabupaten Tangerang, dan Komunitas Baca Tangerang. Hadir juga Mobil Pelayanan Perpustakaan Keliling dari Perpusda

pada acara peluncuran ini. Kehadiran para pejabat dari berbagai instansi ini diharapkan bisa menjadi penambah semangat kami untuk menjalankan program budaya baca. Kami juga membuat pameran koleksi perpustakaan madrasah koleksi buku sumbangan siswa dan guru, serta hibah buku USAID PRIORITAS.

Pelaksanaan Program dan Pengembangan

Setelah kegiatan pembiasaan membaca dilakukan, kami mulai membenahi perpustakaan. Kami bekerjasama dengan Kemenag, Balai Diklat Keagamaan untuk memberi pelatihan kepada pustakawan kami. Kami juga bekerjasama dengan Perpusda Kabupaten Tangerang untuk peningkatan sarana perpustakaan.

Setelah kegiatan membaca senyap berjalan satu bulan, kami mulai meminta siswa untuk meresensi buku yang dibaca. Kami juga secara rutin meminta beberapa siswa untuk presentasi resensi buku (Jumat, setelah solat Dhuha bersama). Resensi yang dibuat oleh siswa kami kumpulkan dan terbitkan.

Untuk menjaga konsistensi siswa dalam kegemaran membaca kami membentuk klub baca dan sanggar sastra, pemilihan duta baca, hadiah pembaca terbanyak. Kami juga secara berkala mengadakan kegiatan membaca senyap kolosal.

Mengelola Program Budaya Baca di Sekolah: Bagaimana Caranya?

MTsN 2 Tangerang, Banten

Siswa MTsN 2 Tangerang membaca

buku dari perpustakaan keliling yang datang ke

madrasahnya.

Page 47: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Praktik yang Baik: Budaya Baca36 Mengelola Budaya Baca 37

Oleh Ahmad Hanapiyah Guru Bahasa Indonesia MTsN 2 Tangerang

MTsN 2 Tangerang adalah salah satu madrasah yang serius mengembangkan minat baca siswa-siswinya. Sejak tahun 2007, madrasah ini telah memulai pembinaan minat baca siswa dengan pengadaan koleksi bahan bacaan, program promosi perpustakaan, dan hadiah pembaca buku terbanyak. Lalu pada 2014 setelah bekerja sama dengan USAID PRIORITAS, pengembangan program budaya baca semakin ditingkatkan.

Saat ini, kebiasaan dan kecintaan membaca para siswa-siswi telah mulai tumbuh. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya siswa-siswi yang mengguna-

kan waktu luangnya di sekolah dengan membaca buku-buku yang tersedia di sudut baca di kelas, buku-buku yang diletakkan di lorong-lorong sekolah, dan di perpustakaan.

Mengelola program budaya baca tidaklah mudah. Program ini tidak bisa dilakukan secara instan. Pengalaman kami, program budaya baca harus disiapkan dengan baik, dilaksanakan secara cermat dan dikembangkan terus menerus.

Perencanaan

Program dilakukan secara bertahap dan berkala. Tahap pertama berupa penyiapan tim, program, sarana, dan buku dengan melibatkan kerja sama

semua komponen. Tim program budaya baca terdiri dari pembina program (kepala madrasah), ketua, sekretaris, koordinator sarana, kegiatan, dan publikasi. Semua pihak seperti siswa, guru, kepala sekolah, orang tua, hingga instansi dan lembaga-lembaga harus terlibat dalam proses perencanaan. Tim inilah yang mengkoordinir keterlibatan semua pihak, menyusun rencana kegiatan dan memasukkan kebutuhan dana ke anggaran sekolah.

Setelah tim terbentuk, tim segera belajar dari berbagai sekolah yang telah lebih dulu menerapkan budaya baca. Sekolah kami belajar dari sekolah lain, di antaranya adalah "Pak Kumis Membaca" (Pagiku Kamis Membaca)

dari SDN 04 Ciruas Serang Banten, pojok baca di sudut sekolah SMPN 3 Tigaraksa, mobil baca pribadi milik Ibu Sri Hartati guru SMPN 1 Cisoka. Kami juga belajar bagaimana mengelola karya tulis siswa seperti portofolio, resensi, ular baca, tirai baca yang dapat dipakai untuk mengkreasi karya siswa dari hasil membaca.

Kami membahas apa saja yang perlu disiapkan sebelum program budaya baca dilakukan, seperti kebutuhan sudut baca, ketersediaan buku, penjad-walan kegiatan membaca dan lainnya. Penjadwalan kegiatan disesuaikan dengan kalender akademik. Pelaksanaan gerakan membaca ini dilakukan berkala dalam dua semester dan satu tahun pelajaran.

Memulai

Tahap kedua adalah memulai pelaksanaan program. Kami mulai dengan pengadaan sudut baca dengan sumber buku dari siswa bekerja sama dengan wali kelas. Kami membuat 30 sudut baca di 18 kelas dan di teras sekolah. Pembiasaan membaca senyap 15 menit di awal pembelajaran segera diterapkan. Pembiasaan membaca ini melibatkan partisipasi guru dan kepala madrasah. Kami juga meminta kepada orangtua untuk terlibat dalam pembiasaan membaca di rumah. Dalam hal ini, sistem koordinasi dan pengawasan semua pihak sangat penting dalam merealisasikan program.

Kami menambah koleksi buku melalui

kerjasama dengan orangtua siswa. Orangtua siswa menyumbangkan buku ke madrasah untuk dibaca oleh anak mereka sendiri. Kami mendapatkan buku 400 buku dari siswa baru dan alumni, guru, orang tua. Kami juga mendapatkan hibah 150 buku dari USAID PRIORITAS. Untuk meningkatkan akses buku, kami juga bekerjasama dengan Perpustakaan Daerah (Perpusda). Kami minta supaya layanan Perpustakaan Keliling dari Perpusda bisa secara rutin mengunjungi madrasah kami. Perpusda setuju untuk setiap dua minggu datang ke madrasah kami. Kami juga meminjam buku dari Perpusda yang bisa kami pakai selama 1 semester. Pada semester berikutnya, kami mendapatkan penggantian judul buku dari Perpusda.

Setelah perencanaan siap dan sudut baca serta bukunya sudah siap, kami melakukan Peluncuran Gerakan MTsN Tigaraksa Membaca pada 2 Oktober 2015. Kegiatan dilaksanakan dari pukul 07.00-09.00 WIB, setelah salat Dhuha di lapangan dengan hamparan terpal yang tersaji. Para pejabat terkait menyampaikan sambutan dukungan sekaligus meluncurkan gerakan. Instansi yang hadir dari Kementerian Agama Kabupaten Tangerang, Perpustakaan Kabupaten Tangerang, Prioritas Banten, Dewan Kesenian Kabupaten Tangerang, dan Komunitas Baca Tangerang. Hadir juga Mobil Pelayanan Perpustakaan Keliling dari Perpusda

pada acara peluncuran ini. Kehadiran para pejabat dari berbagai instansi ini diharapkan bisa menjadi penambah semangat kami untuk menjalankan program budaya baca. Kami juga membuat pameran koleksi perpustakaan madrasah koleksi buku sumbangan siswa dan guru, serta hibah buku USAID PRIORITAS.

Pelaksanaan Program dan Pengembangan

Setelah kegiatan pembiasaan membaca dilakukan, kami mulai membenahi perpustakaan. Kami bekerjasama dengan Kemenag, Balai Diklat Keagamaan untuk memberi pelatihan kepada pustakawan kami. Kami juga bekerjasama dengan Perpusda Kabupaten Tangerang untuk peningkatan sarana perpustakaan.

Setelah kegiatan membaca senyap berjalan satu bulan, kami mulai meminta siswa untuk meresensi buku yang dibaca. Kami juga secara rutin meminta beberapa siswa untuk presentasi resensi buku (Jumat, setelah solat Dhuha bersama). Resensi yang dibuat oleh siswa kami kumpulkan dan terbitkan.

Untuk menjaga konsistensi siswa dalam kegemaran membaca kami membentuk klub baca dan sanggar sastra, pemilihan duta baca, hadiah pembaca terbanyak. Kami juga secara berkala mengadakan kegiatan membaca senyap kolosal.

Mengelola Program Budaya Baca di Sekolah: Bagaimana Caranya?

MTsN 2 Tangerang, Banten

Siswa MTsN 2 Tangerang membaca

buku dari perpustakaan keliling yang datang ke

madrasahnya.

Page 48: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Terus belajar

Supaya program budaya baca di madrasah kami terus berkembang, tim selalu belajar hal-hal baru dalam mengembangkan program. Kami mengikuti seminar-seminar seperti pada Maret 2016, kami mengikuti seminar pembelajaran sastra dan gerakan literasi sekolah oleh HISKI Banten di Rumah Dunia.

Kami juga mengikuti pencanangan Gerakan Indonesia Membaca di Rangkasbitung yang dihadiri Mendikbud Anies Baswedan. Kami mengikuti Jambore Perpustakaan Kabupaten Tangerang ke-2 pada Mei 2016 yang mendeklarasikan gerakan literasi sekolah.

Kami juga mendatangi book fair di BPAD Provinsi Banten pada Mei 2016 untuk menambah koleksi buku. Pada acara book fair ini kami mengajak siswa.

Kami belajar dari Rumah Dunia di Serang yang dikelola oleh Gol A Gong yang telah lama menjadi inspirator dan lokomotif penggerak literasi di Banten. Apa yang kami dapat dari Rumah Dunia kami adaptasi untuk lingkungan madrasah kami.

Selain belajar secara langsung, kami juga belajar melalui sosial media. Kami belajar bagaimana pengalaman keberhasilan literasi sekolah dan masyarakat di Surabaya dari unggahan facebook Bapak Satria Darma seorang pegiat literasi sekolah. Kami juga

belajar tentang mengunggah resensi buku di laman facebook seperti yang dilakukan Bapak Handoko Widagdo.

Dari sedikit pengalaman di madrasah kami dan berbagai model literasi di berbagai sekolah dan daerah lain, ada refleksi yang patut kita dalami.

Pembinaan gerakan membaca di sekolah harus menyasar pada bergeraknya seluruh komponen sekolah dan madrasah serta jejaring literasi untuk menciptakan budaya baca. Gerak literasi tidak hanya dilakukan di kelas dan di lingkungan sekolah, tetapi juga di rumah dan di masyarakat demi peningkatan kualitas membaca, menulis, dan prestasi akademik.

Tanpa gerak bersama dan bertahap, program budaya baca hanya terasa hangatnya di awal. Komitmen dan teladan guru serta kepala sekolah merupakan kunci pembuka gerbang literasi sekolah. Ia harus berdiri terdepan dan menunjukkan ia membaca dan menulis.

Tentu, niat geraknya bukan hanya karena memenuhi tuntutan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang pembiasaan membaca pada siswa, tetapi lebih kepada niat investasi pendidikan siswa melalui pembiasaan membaca.

Para siswa menunjukkan buku yang akan dibacanya pada pagi hari.

Untuk meningkatkan minat membaca para siswa, Kantor Arsip Perpustakaan dan Pengelolaan Data Elektronik (KAPPDE) Kota Cimahi meluncurkan program Cimahi Reading Habit (CRH). Setiap sekolah peserta CRH menunjuk seorang koordinator, yaitu guru pendamping/pustakawan sekolah yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan CRH di sekolah dan membuat reportase evaluasi CRH secara berkala kepada koordinator kota/panitia.

Reportase dilaksanakan empat bulan sekali oleh KAPPDE dengan mengundang perwakilan seluruh sekolah peserta CRH. Tujuannya untuk:

Mengetahui perkembangan program CRH

Mengetahui kendala-kendala teknis pelaksanaan program

Menemukan solusi atas permasalahan yang

terjadi

Mengukur kemampuan membaca siswa SD/MI se-Kota Cimahi, tertuang dalam angka/indeks.

Sejumlah tamu dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Sukabumi, Bengkulu, dan Provinsi Bangka Belitung telah berkunjung dan menerima ekspose untuk belajar tentang program CRH.

Program ini sejalan dengan program Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Cimahi yang dalam Surat Edaran Kepala Disdikpora Cimahi Nomor: 423/2483/Disdikpora Tanggal 12 Agustus 2015 tentang Pendidikan Budi Pekerti, pada poin 1.c. “Kegiatan harian sebelum memulai pelajaran di sekolah adalah membaca buku nonpelajaran sekitar 15 menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai.”

Pada Juni 2015 lalu, KAPPDE menggelar “Jambore Cimahi Reading Habit” yang mempertemukan siswa

peserta CRH di dalam suatu kegiatan membaca yang menarik disertai permainan interaktif guna memacu peningkatan minat baca.

Peserta terbaik dikirim mengikuti West Java Reading Challenge atau lomba tantangan membaca tingkat provinsi. Setiap anak ditantang untuk membaca sebanyak-banyaknya buku yang mereka bisa dapatkan. Sebagai penghargaan peserta dapat memperoleh piagam sertifikat, medali bahkan hadiah uang bagi mereka yang bisa melampaui tantangan yang diberikan.

Awalnya program ini ditujukan untuk siswa SD/MI, sekarang dikembangkan ke tingkat SMP/MTs. USAID PRIORITAS dilibatkan dalam mendukung program ini dengan mendampingi SD/MI dan SMP/MTs. USAID PRIORITAS menjadi mitra untuk mengembangkan program budaya membaca khususnya dalam meningkatkan minat dan keterampilan membaca siswa.

Pada kegiatan Jambore CRH, siswa dapat memilih buku bacaan yang disukai untuk dibaca.

Cimahi Reading Habit (CRH)

Cimahi, Jawa Barat

Praktik yang Baik: Budaya Baca38 Mengelola Budaya Baca 39

Page 49: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Terus belajar

Supaya program budaya baca di madrasah kami terus berkembang, tim selalu belajar hal-hal baru dalam mengembangkan program. Kami mengikuti seminar-seminar seperti pada Maret 2016, kami mengikuti seminar pembelajaran sastra dan gerakan literasi sekolah oleh HISKI Banten di Rumah Dunia.

Kami juga mengikuti pencanangan Gerakan Indonesia Membaca di Rangkasbitung yang dihadiri Mendikbud Anies Baswedan. Kami mengikuti Jambore Perpustakaan Kabupaten Tangerang ke-2 pada Mei 2016 yang mendeklarasikan gerakan literasi sekolah.

Kami juga mendatangi book fair di BPAD Provinsi Banten pada Mei 2016 untuk menambah koleksi buku. Pada acara book fair ini kami mengajak siswa.

Kami belajar dari Rumah Dunia di Serang yang dikelola oleh Gol A Gong yang telah lama menjadi inspirator dan lokomotif penggerak literasi di Banten. Apa yang kami dapat dari Rumah Dunia kami adaptasi untuk lingkungan madrasah kami.

Selain belajar secara langsung, kami juga belajar melalui sosial media. Kami belajar bagaimana pengalaman keberhasilan literasi sekolah dan masyarakat di Surabaya dari unggahan facebook Bapak Satria Darma seorang pegiat literasi sekolah. Kami juga

belajar tentang mengunggah resensi buku di laman facebook seperti yang dilakukan Bapak Handoko Widagdo.

Dari sedikit pengalaman di madrasah kami dan berbagai model literasi di berbagai sekolah dan daerah lain, ada refleksi yang patut kita dalami.

Pembinaan gerakan membaca di sekolah harus menyasar pada bergeraknya seluruh komponen sekolah dan madrasah serta jejaring literasi untuk menciptakan budaya baca. Gerak literasi tidak hanya dilakukan di kelas dan di lingkungan sekolah, tetapi juga di rumah dan di masyarakat demi peningkatan kualitas membaca, menulis, dan prestasi akademik.

Tanpa gerak bersama dan bertahap, program budaya baca hanya terasa hangatnya di awal. Komitmen dan teladan guru serta kepala sekolah merupakan kunci pembuka gerbang literasi sekolah. Ia harus berdiri terdepan dan menunjukkan ia membaca dan menulis.

Tentu, niat geraknya bukan hanya karena memenuhi tuntutan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang pembiasaan membaca pada siswa, tetapi lebih kepada niat investasi pendidikan siswa melalui pembiasaan membaca.

Para siswa menunjukkan buku yang akan dibacanya pada pagi hari.

Untuk meningkatkan minat membaca para siswa, Kantor Arsip Perpustakaan dan Pengelolaan Data Elektronik (KAPPDE) Kota Cimahi meluncurkan program Cimahi Reading Habit (CRH). Setiap sekolah peserta CRH menunjuk seorang koordinator, yaitu guru pendamping/pustakawan sekolah yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan CRH di sekolah dan membuat reportase evaluasi CRH secara berkala kepada koordinator kota/panitia.

Reportase dilaksanakan empat bulan sekali oleh KAPPDE dengan mengundang perwakilan seluruh sekolah peserta CRH. Tujuannya untuk:

Mengetahui perkembangan program CRH

Mengetahui kendala-kendala teknis pelaksanaan program

Menemukan solusi atas permasalahan yang

terjadi

Mengukur kemampuan membaca siswa SD/MI se-Kota Cimahi, tertuang dalam angka/indeks.

Sejumlah tamu dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Sukabumi, Bengkulu, dan Provinsi Bangka Belitung telah berkunjung dan menerima ekspose untuk belajar tentang program CRH.

Program ini sejalan dengan program Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Cimahi yang dalam Surat Edaran Kepala Disdikpora Cimahi Nomor: 423/2483/Disdikpora Tanggal 12 Agustus 2015 tentang Pendidikan Budi Pekerti, pada poin 1.c. “Kegiatan harian sebelum memulai pelajaran di sekolah adalah membaca buku nonpelajaran sekitar 15 menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai.”

Pada Juni 2015 lalu, KAPPDE menggelar “Jambore Cimahi Reading Habit” yang mempertemukan siswa

peserta CRH di dalam suatu kegiatan membaca yang menarik disertai permainan interaktif guna memacu peningkatan minat baca.

Peserta terbaik dikirim mengikuti West Java Reading Challenge atau lomba tantangan membaca tingkat provinsi. Setiap anak ditantang untuk membaca sebanyak-banyaknya buku yang mereka bisa dapatkan. Sebagai penghargaan peserta dapat memperoleh piagam sertifikat, medali bahkan hadiah uang bagi mereka yang bisa melampaui tantangan yang diberikan.

Awalnya program ini ditujukan untuk siswa SD/MI, sekarang dikembangkan ke tingkat SMP/MTs. USAID PRIORITAS dilibatkan dalam mendukung program ini dengan mendampingi SD/MI dan SMP/MTs. USAID PRIORITAS menjadi mitra untuk mengembangkan program budaya membaca khususnya dalam meningkatkan minat dan keterampilan membaca siswa.

Pada kegiatan Jambore CRH, siswa dapat memilih buku bacaan yang disukai untuk dibaca.

Cimahi Reading Habit (CRH)

Cimahi, Jawa Barat

Praktik yang Baik: Budaya Baca38 Mengelola Budaya Baca 39

Page 50: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Saung buku MI At-Taqwa selalu dikunjungi siswa.

Oleh WahyudinPengawas Madrasah Kab. Bekasi

Semula, minat membaca di kalangan siswa MI At-Taqwa yang berlokasi di Pasirkonci Desa Pasirsari Kecamatan Cikarang Selatan Kabupaten Bekasi, tidaklah kentara. Manajemen madrasah tidak menyediakan kegiatan-kegiatan khusus guna mendorong pertumbuhan minat baca. Lingkungan madrasah pun tampak tidak begitu mendukung bagi para siswa untuk bergairah membaca.

Terlecut oleh USAID PRIORITAS, terjadilah perubahan penting di MI At-Taqwa. Didukung oleh komite sekolah dan paguyuban orangtua dalam mengimplementasikan program budaya baca, kini MI At-Taqwa mengalami kemajuan yang luar biasa. Hasil pelatihan USAID PRIORITAS, baik pembelajaran maupun MBS, dijabarkan melalui Rencana Tindak Lanjut

Dulang Ilmu Lewat Budaya BacaMI At-Taqwa Pasirkonci, Kecamatan Cikarang, Bekasi, Jawa Barat

Siswa-siswa MI At-Taqwa menikmati membaca buku di berbagai sudut sekolah.

Madrasah. Kepala madrasah, guru, dan komite bersinergi menerapkan hasil pelatihan.

Sekolah membuat jadwal umum praktik literasi, yakni setiap hari Selasa, diikuti oleh siswa kelas 1-VI. Seluruh peserta didik terlihat antusias dan semangat mengikuti jadwal pembiasaan literasi pekanan ini. Pada momen ini, atmosfer literasi sangat terasa dan para siswa tampak hanyut dalam suasana akademik. Madrasah tampak telah berhasil menyulut api akademik di lingkungannya, api yang terus menyala melampaui sekadar Selasa.

Dibangunlah saung baca, tempat setiap warga madrasah melahap beragam bahan bacaan secara nyaman. Hampir tidak ada waktu berlalu tanpa ada orang membaca di saung baca. Guru bergiliran melakukan proses

pembelajaran di saung baca. Saat segenap siswa berada di kelas, orangtua, guru, pegawai, atau pengunjung manfaatkan saung baca.

Pengayaan bahan bacaan diupayakan dengan program infak buku one man one book. Sekali gebrak, MI At-Taqwa mampu mengumpulkan 323 buku meliputi cerita anak, dongeng, kisah nabi, dan fabel yang bersifat edukatif. Buku yang bervariasi membangkitkan anak untuk membaca, memahami, dan menarik pelajaran dengan riang-gembira.

Upaya mendorong gairah membaca juga dilakukan pihak madrasah dengan cara memberi apresiasi. Pada bulan Agustus 2016, siswa kelas VI Yasmin Zahra Qisty dinobatkan sebagai Duta Baca. Secara spektakuler, Yasmin mampu membaca sebanyak 50 judul

buku dalam kurun sebulan, lengkap dengan resensi sederhana. “Manajemen madrasah memberi reward berupa tas untuk penumbuh semangat,” ujar Kepala MI At-Taqwa Bapak Adang Pirdaos. Menurut Pak Adang, program budaya baca memiliki daya tarik yang sangat istimewa, karena semua siswa berlomba dalam kegiatan membaca.

Lingkungan madrasah juga ditata dan dihias dengan beragam ornamen dan slogan yang diambil dari khazanah peribahasa Inggris, Arab, dan kearifan lokal. Keberadaan slogan-slogan itu telah menggugah siswa dan segenap warga madrasah untuk gemar dan giat membaca. Warga madrasah menyebut lingkungan madrasah sebagai mencerminkan gerakan iqra (bacalah).

Ada juga 'gerobak baca' yang beredar pada waktu istirahat. Perpustakaan yang bergerak secara dinamis ternyata telah membuat semua peserta didik lebih termotivasi. Begitu bel istirahat berbunyi, gerobak baca mendekati kerumunan siswa. Kebanyakan siswa menikmati bahan-bahan bacaan dari gerobak itu sambal menyantap kudapan ringan, baik dibekal dari rumah atau dibeli dari warung.

MI At-Taqwa juga menyiapkan 'sudut baca' di setiap ruang kelas, teras, dan selasar madrasah. Paguyuban orangtua siswa turut serta membenahi dan menghias sudut baca. Paguyuban orangtua aktif mengimplementasikan MBS hasil pelatihan USAID

PRIORITAS. Mereka menyadari bahwa peningkatan mutu pendidikan di madrasah bukan hanya tanggung jawab guru dan kepala madrasah. Mereka yakin, komite madrasah merupakan pemangku kepentingan utama bagi proses pendidikan yang berkualitas di madrasah.

Sebagai fasilitator daerah (fasda) MBS, saya melihat semua warga sekolah telah cukup tergugah, termotivasi, dan

mulai terbangun kesadaran cintai buku dan gemar membaca. Guru, kepala sekolah, orangtua mendorong siswa dengan menunjukkan keteladanan dalam kegiatan membaca di madrasah. Saya berharap, praktik yang baik ini terus tumbuh di MI At-Taqwa dan kiranya dapat terdiseminasikan ke madrasah lain di wilayah tugas saya sebagai pengawas madrasah.

Praktik yang Baik: Budaya Baca40 Mengelola Budaya Baca 41

Page 51: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Saung buku MI At-Taqwa selalu dikunjungi siswa.

Oleh WahyudinPengawas Madrasah Kab. Bekasi

Semula, minat membaca di kalangan siswa MI At-Taqwa yang berlokasi di Pasirkonci Desa Pasirsari Kecamatan Cikarang Selatan Kabupaten Bekasi, tidaklah kentara. Manajemen madrasah tidak menyediakan kegiatan-kegiatan khusus guna mendorong pertumbuhan minat baca. Lingkungan madrasah pun tampak tidak begitu mendukung bagi para siswa untuk bergairah membaca.

Terlecut oleh USAID PRIORITAS, terjadilah perubahan penting di MI At-Taqwa. Didukung oleh komite sekolah dan paguyuban orangtua dalam mengimplementasikan program budaya baca, kini MI At-Taqwa mengalami kemajuan yang luar biasa. Hasil pelatihan USAID PRIORITAS, baik pembelajaran maupun MBS, dijabarkan melalui Rencana Tindak Lanjut

Dulang Ilmu Lewat Budaya BacaMI At-Taqwa Pasirkonci, Kecamatan Cikarang, Bekasi, Jawa Barat

Siswa-siswa MI At-Taqwa menikmati membaca buku di berbagai sudut sekolah.

Madrasah. Kepala madrasah, guru, dan komite bersinergi menerapkan hasil pelatihan.

Sekolah membuat jadwal umum praktik literasi, yakni setiap hari Selasa, diikuti oleh siswa kelas 1-VI. Seluruh peserta didik terlihat antusias dan semangat mengikuti jadwal pembiasaan literasi pekanan ini. Pada momen ini, atmosfer literasi sangat terasa dan para siswa tampak hanyut dalam suasana akademik. Madrasah tampak telah berhasil menyulut api akademik di lingkungannya, api yang terus menyala melampaui sekadar Selasa.

Dibangunlah saung baca, tempat setiap warga madrasah melahap beragam bahan bacaan secara nyaman. Hampir tidak ada waktu berlalu tanpa ada orang membaca di saung baca. Guru bergiliran melakukan proses

pembelajaran di saung baca. Saat segenap siswa berada di kelas, orangtua, guru, pegawai, atau pengunjung manfaatkan saung baca.

Pengayaan bahan bacaan diupayakan dengan program infak buku one man one book. Sekali gebrak, MI At-Taqwa mampu mengumpulkan 323 buku meliputi cerita anak, dongeng, kisah nabi, dan fabel yang bersifat edukatif. Buku yang bervariasi membangkitkan anak untuk membaca, memahami, dan menarik pelajaran dengan riang-gembira.

Upaya mendorong gairah membaca juga dilakukan pihak madrasah dengan cara memberi apresiasi. Pada bulan Agustus 2016, siswa kelas VI Yasmin Zahra Qisty dinobatkan sebagai Duta Baca. Secara spektakuler, Yasmin mampu membaca sebanyak 50 judul

buku dalam kurun sebulan, lengkap dengan resensi sederhana. “Manajemen madrasah memberi reward berupa tas untuk penumbuh semangat,” ujar Kepala MI At-Taqwa Bapak Adang Pirdaos. Menurut Pak Adang, program budaya baca memiliki daya tarik yang sangat istimewa, karena semua siswa berlomba dalam kegiatan membaca.

Lingkungan madrasah juga ditata dan dihias dengan beragam ornamen dan slogan yang diambil dari khazanah peribahasa Inggris, Arab, dan kearifan lokal. Keberadaan slogan-slogan itu telah menggugah siswa dan segenap warga madrasah untuk gemar dan giat membaca. Warga madrasah menyebut lingkungan madrasah sebagai mencerminkan gerakan iqra (bacalah).

Ada juga 'gerobak baca' yang beredar pada waktu istirahat. Perpustakaan yang bergerak secara dinamis ternyata telah membuat semua peserta didik lebih termotivasi. Begitu bel istirahat berbunyi, gerobak baca mendekati kerumunan siswa. Kebanyakan siswa menikmati bahan-bahan bacaan dari gerobak itu sambal menyantap kudapan ringan, baik dibekal dari rumah atau dibeli dari warung.

MI At-Taqwa juga menyiapkan 'sudut baca' di setiap ruang kelas, teras, dan selasar madrasah. Paguyuban orangtua siswa turut serta membenahi dan menghias sudut baca. Paguyuban orangtua aktif mengimplementasikan MBS hasil pelatihan USAID

PRIORITAS. Mereka menyadari bahwa peningkatan mutu pendidikan di madrasah bukan hanya tanggung jawab guru dan kepala madrasah. Mereka yakin, komite madrasah merupakan pemangku kepentingan utama bagi proses pendidikan yang berkualitas di madrasah.

Sebagai fasilitator daerah (fasda) MBS, saya melihat semua warga sekolah telah cukup tergugah, termotivasi, dan

mulai terbangun kesadaran cintai buku dan gemar membaca. Guru, kepala sekolah, orangtua mendorong siswa dengan menunjukkan keteladanan dalam kegiatan membaca di madrasah. Saya berharap, praktik yang baik ini terus tumbuh di MI At-Taqwa dan kiranya dapat terdiseminasikan ke madrasah lain di wilayah tugas saya sebagai pengawas madrasah.

Praktik yang Baik: Budaya Baca40 Mengelola Budaya Baca 41

Page 52: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Komunitas di sekolah yang terbentuk dengan adanya budaya baca, di antaranya komunitas komik, komunitas puisi, dan komunitas cerpen.

Kegiatan budaya baca “SMART” (So Many Articles for Reading and Thinking) menjadi program kegiatan wajib di Pondok Pesantren Terpadu Al Fauzan Labruk Lor, Lumajang yang memiliki sistim pendidikan boarding school atau sekolah berasrama.

Pada 14 Juni 2015, MTs Pondok Pesantren Terpadu Al Fauzan Labruk Lor, Lumajang telah meresmikan Budaya Baca “SMART”. Kegiatan ini diresmikan dengan penandatanganan prasasti Budaya Baca oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lumajang, H Nuril Huda SH SPdI MH dan Kepala Kantor Perpustakaan Kabupaten Lumajang, Drs Siswinarko MM.

“Budaya baca ini sebagai tindak lanjut kegiatan Program USAID PRIORITAS dan semakin minimnya keinginan minat baca dari para generasi muda. Oleh sebab itu budaya baca merupakan

SMART Memunculkan Bakat Menulis AnakMTs Al Fauzan Labruk Lor, Lumajang, Jawa Timur

Mts Al Fauzan bekerjasama dengan Perpustakaan Daerah Kab Lumajang. Secara rutin setiap seminggu sekali mobil pustaka hadir membawa buku-buku yang dibutuhkan siswa.

materi wajib bagi santri dan siswa Al Fauzan, agar mendapatkan ilmu pengetahuan dan mendapatkan wawasan keilmuan yang lebih luas,” ujar Ibu Nur Ifadah SH MH, Ketua Lembaga MA dan MTs Terpadu Al Fauzan.

Program budaya baca juga menjadi program kegiatan di seluruh lembaga pendidikan di lingkungan Pondok Pesantren Terpadu Al Fauzan. Semua kelas diwarnai dengan majalah dinding (mading) kelas dan sudut baca yang terdiri dari jumlah buku sesuai dengan jumlah siswa di kelas pojok baca.

Setiap hari selama satu minggu siswa wajib membaca satu buku selama 10 menit pada awal pembelajaran. Di setiap hari Kamis, siswa meresensi keseluruhan buku yang telah dibaca. Hebatnya, resume ini menjadi kumpulan karya tulis individu yang

kemudian dikumpulkan kepada kader pustakawan kelas dan dinilai oleh Tim Pengembang Budaya Baca dan sebagai syarat mengikuti ujian tengah semester maupun akhir semester. Semua peserta didik diwajibkan membaca minimal 6 buku dalam 1 semester dan menulis resensi buku minimal 6 buku per semester sebagai syarat mengikuti ujian.

Sedangkan di lingkungan pesantren, setiap usai Shubuh, santri diwajibkan membaca Al Qur'an kemudian disetorkan hafalan bacaannya setiap usai Maghrib. Dilanjutkan dengan membaca kitab kuning selama 20 menit kemudian dibuat resume setiap siang hari.

Siswa dari jenjang MTs dan MA peraih peresensi terbaik terbanyak dalam satu tahun dinobatkan sebagai Duta Baca.

Setiap tanggal 17 setelah upacara bendera, siswa mengikuti kegiatan “satu hari bersama di perpustakaan”, yaitu siswa membaca senyap 30 menit dari buku yang dipilih di perpustakaan keliling Kabupaten Lumajang. Setiap minggu sekali Perpustakaan Keliling mampir di MTs Al Fauzan. Setelah itu siswa mempresentasikan hasil membaca pada kelompoknya masing-masing. Presenter terbaik dari masing-masing kelompok diberi kesempatan presentasi di depan seluruh siswa.

Selain itu sekolah yang menjadi satu komplek dengan pondok pesantren ini memiliki Taman Baca yang diciptakan untuk meningkatkan minat baca siswa dan seluruh warga madrasah. Siswa berserta keluarga melakukan pembiasaan membaca dalam kegiatan “Hari baca keluarga” setiap hari Jumat 08.00-15.00 WIB di Taman Baca.

Setelah program ini berjalan setahun lebih, ternyata muncul bakat-bakat luar biasa dari para siswa MTs Al Fauzan. Ada yang piawai membuat karikatur karena jago gambar, ada yang senang menulis cerpen dan puisi, ada yang gemar menulis lagu, pidato dsb sehingga terbentuklah komunitas-komunitas ilmiah.

Komunitas ini menurut Ibu Ifadah, berkumpul setiap minggu dan membahas topik mingguan yang akan mereka buat sebagai materi komunitas. Misalnya komunitas karikatur membuat tema karikatur yang akan mereka buat dalam satu

minggu ke depan. Setelah satu semester, karya mereka dikumpulkan dan dibukukan oleh sekolah.

Beberapa kegiatan literasi lain yang tak kalah serunya adalah kegiatan ilmiah (bedah buku) yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan analisis siswa. Siswa berkumpul di perpustakaan atau museum sekolah, selanjutnya guru atau salah seorang siswa mengupas satu buku yang menarik. Siswa lainnya boleh mengajukan pertanyaan atau masukan terkait buku yang dibedah. Siswa yang terbaik melakukan bedah buku akan diberi penghargaan dan diangkat sebagai duta baca. Kegiatan ini berlangsung sebulan sekali.

Untuk mendukung bakat siswa dibidang menulis, sekolah juga mengadakan pelatihan jurnalistik yang bekerjasama dengan Harian Radar Semeru Lumajang.

“Banyak kontribusi positif dan ilmu yang kita dapatkan setelah menjadi mitra USAID PRIORITAS, baik itu dari pelatihan, pendampingan maupun study visit ke kabupaten lain. Inspirasi tersebut kami tuangkan dalam program literasi sekolah MI hingga MA termasuk MTs. Ternyata semuanya berjalan dengan baik dan berhasil meningkatkan budaya baca di lingkungan pondok ini,” pungkas Ibu Ifadah.

Praktik yang Baik: Budaya Baca42 Mengelola Budaya Baca 43

Page 53: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Komunitas di sekolah yang terbentuk dengan adanya budaya baca, di antaranya komunitas komik, komunitas puisi, dan komunitas cerpen.

Kegiatan budaya baca “SMART” (So Many Articles for Reading and Thinking) menjadi program kegiatan wajib di Pondok Pesantren Terpadu Al Fauzan Labruk Lor, Lumajang yang memiliki sistim pendidikan boarding school atau sekolah berasrama.

Pada 14 Juni 2015, MTs Pondok Pesantren Terpadu Al Fauzan Labruk Lor, Lumajang telah meresmikan Budaya Baca “SMART”. Kegiatan ini diresmikan dengan penandatanganan prasasti Budaya Baca oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lumajang, H Nuril Huda SH SPdI MH dan Kepala Kantor Perpustakaan Kabupaten Lumajang, Drs Siswinarko MM.

“Budaya baca ini sebagai tindak lanjut kegiatan Program USAID PRIORITAS dan semakin minimnya keinginan minat baca dari para generasi muda. Oleh sebab itu budaya baca merupakan

SMART Memunculkan Bakat Menulis AnakMTs Al Fauzan Labruk Lor, Lumajang, Jawa Timur

Mts Al Fauzan bekerjasama dengan Perpustakaan Daerah Kab Lumajang. Secara rutin setiap seminggu sekali mobil pustaka hadir membawa buku-buku yang dibutuhkan siswa.

materi wajib bagi santri dan siswa Al Fauzan, agar mendapatkan ilmu pengetahuan dan mendapatkan wawasan keilmuan yang lebih luas,” ujar Ibu Nur Ifadah SH MH, Ketua Lembaga MA dan MTs Terpadu Al Fauzan.

Program budaya baca juga menjadi program kegiatan di seluruh lembaga pendidikan di lingkungan Pondok Pesantren Terpadu Al Fauzan. Semua kelas diwarnai dengan majalah dinding (mading) kelas dan sudut baca yang terdiri dari jumlah buku sesuai dengan jumlah siswa di kelas pojok baca.

Setiap hari selama satu minggu siswa wajib membaca satu buku selama 10 menit pada awal pembelajaran. Di setiap hari Kamis, siswa meresensi keseluruhan buku yang telah dibaca. Hebatnya, resume ini menjadi kumpulan karya tulis individu yang

kemudian dikumpulkan kepada kader pustakawan kelas dan dinilai oleh Tim Pengembang Budaya Baca dan sebagai syarat mengikuti ujian tengah semester maupun akhir semester. Semua peserta didik diwajibkan membaca minimal 6 buku dalam 1 semester dan menulis resensi buku minimal 6 buku per semester sebagai syarat mengikuti ujian.

Sedangkan di lingkungan pesantren, setiap usai Shubuh, santri diwajibkan membaca Al Qur'an kemudian disetorkan hafalan bacaannya setiap usai Maghrib. Dilanjutkan dengan membaca kitab kuning selama 20 menit kemudian dibuat resume setiap siang hari.

Siswa dari jenjang MTs dan MA peraih peresensi terbaik terbanyak dalam satu tahun dinobatkan sebagai Duta Baca.

Setiap tanggal 17 setelah upacara bendera, siswa mengikuti kegiatan “satu hari bersama di perpustakaan”, yaitu siswa membaca senyap 30 menit dari buku yang dipilih di perpustakaan keliling Kabupaten Lumajang. Setiap minggu sekali Perpustakaan Keliling mampir di MTs Al Fauzan. Setelah itu siswa mempresentasikan hasil membaca pada kelompoknya masing-masing. Presenter terbaik dari masing-masing kelompok diberi kesempatan presentasi di depan seluruh siswa.

Selain itu sekolah yang menjadi satu komplek dengan pondok pesantren ini memiliki Taman Baca yang diciptakan untuk meningkatkan minat baca siswa dan seluruh warga madrasah. Siswa berserta keluarga melakukan pembiasaan membaca dalam kegiatan “Hari baca keluarga” setiap hari Jumat 08.00-15.00 WIB di Taman Baca.

Setelah program ini berjalan setahun lebih, ternyata muncul bakat-bakat luar biasa dari para siswa MTs Al Fauzan. Ada yang piawai membuat karikatur karena jago gambar, ada yang senang menulis cerpen dan puisi, ada yang gemar menulis lagu, pidato dsb sehingga terbentuklah komunitas-komunitas ilmiah.

Komunitas ini menurut Ibu Ifadah, berkumpul setiap minggu dan membahas topik mingguan yang akan mereka buat sebagai materi komunitas. Misalnya komunitas karikatur membuat tema karikatur yang akan mereka buat dalam satu

minggu ke depan. Setelah satu semester, karya mereka dikumpulkan dan dibukukan oleh sekolah.

Beberapa kegiatan literasi lain yang tak kalah serunya adalah kegiatan ilmiah (bedah buku) yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan analisis siswa. Siswa berkumpul di perpustakaan atau museum sekolah, selanjutnya guru atau salah seorang siswa mengupas satu buku yang menarik. Siswa lainnya boleh mengajukan pertanyaan atau masukan terkait buku yang dibedah. Siswa yang terbaik melakukan bedah buku akan diberi penghargaan dan diangkat sebagai duta baca. Kegiatan ini berlangsung sebulan sekali.

Untuk mendukung bakat siswa dibidang menulis, sekolah juga mengadakan pelatihan jurnalistik yang bekerjasama dengan Harian Radar Semeru Lumajang.

“Banyak kontribusi positif dan ilmu yang kita dapatkan setelah menjadi mitra USAID PRIORITAS, baik itu dari pelatihan, pendampingan maupun study visit ke kabupaten lain. Inspirasi tersebut kami tuangkan dalam program literasi sekolah MI hingga MA termasuk MTs. Ternyata semuanya berjalan dengan baik dan berhasil meningkatkan budaya baca di lingkungan pondok ini,” pungkas Ibu Ifadah.

Praktik yang Baik: Budaya Baca42 Mengelola Budaya Baca 43

Page 54: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Sragen telah mendeklarasikan dirinya sebagai Kabupaten Literasi pada tanggal 27 Mei 2016 yang lalu. Upaya dan aksi nyata untuk mewujudkan kabupaten literasi telah banyak dilakukan, baik oleh Pemerintah Kabupaten Sragen maupun oleh masyarakat secara mandiri. Upaya-upaya yang dilakukan terkait dengan pembiasaan, keteladanan dan suplai buku. Ketiga upaya tersebut terus dilakukan demi terwujudnya budaya baca dan Sragen sebagai Kabupaten Literasi.

Upaya pembiasaan dan keteladanan banyak dilakukan oleh instansi-instansi terutama sekolah baik di tingkat dasar hingga menengah. Pembiasaan dilakukan dengan memberlakukan jam membaca bagi siswa dan guru, penyediaan sudut baca, penulisan resume hingga pemberian reward bagi siswa yang banyak menuliskan resume

dalam kurun waktu tertentu. Penyediaan sudut-sudut baca juga banyak dilakukan oleh instansi lain seperti dinas kesehatan dan rumah sakit, kelurahan/kantor desa dan beberapa instansi lain yang banyak melakukan pelayanan publik serta Perpustakaan Daerah dengan perpustakaan kelilingnya.

Upaya yang ketiga untuk benar-benar mewujudkan kabupaten literasi adalah suplai buku. Hal ini dirasa sangat penting bagi pemerintah Kabupaten Sragen sehingga pemeritah Kabupaten Sragen melakukan beberapa hal sebagai berikut :

1. Pembangunan perpustakaan di 11 titik dengan nilai masing-masing adalah Rp 120.000.000 untuk pembangunan /rehab gedung, mebel dan pengadaan buku-buku perpustakaan menggunakan dana APBN 2016.

2. Memberikan bantuan berupa buku perpustakaan non pelajaran di 38 SD senilai Rp 2.190.766.000 di tahun 2016.

3. Sekolah-sekolah memberlakukan pengadaan buku fiksi untuk sudut baca sebesar 5% dari BOS untuk penambahan koleksi buku perpustakaan sesuai dengan petunjuk BOS tahun 2016. Hal ini juga ditekankan oleh Bupati Sragen dalam pembukaan Sragen Book Fair pada tanggal 14 Agustus 2016.

4. Penambahan buku-buku dari Perpustakan Nasional ke Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen. Penambahan buku tahun ini bertepatan dengan Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca di Kabupaten Sragen Tahun 2016 pada tanggal 4 Agustus 2016 di Pendopo

Upaya Pemerintah Kabupaten Sragen dan Masyarakat Tingkatkan Ketersediaan Buku Bacaan

Sragen, Jawa Tengah

Perpustakaan keliling di Sragen turut tingkatkan budaya baca.

Sumonegaran – Rumah Dinas Bupati Sragen yang diselenggarakan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Sragen dengan tema “Membangun Karakter Bangsa Melalui Gemar Membaca Dengan Memberdayakan Perpustakaan” untuk meningkatkan minat baca di masyarakat. Kegiatan tersebut diikuti Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), guru, pustakawan, pegiat taman bacaan, pemerhati perpustakaan, LSM, organisasi profesi, Tim Penggerak PKK, tokoh agama dan tokoh masyarakat.

5. Upaya penyediaan buku murah yang dilaksanakan oleh Perpusda bekerjasama dengan Gramedia dalam kegiatan Sragen Book Fair bertempat di Gedung Kartini Kabupaten Sragen, sejak tanggal 25 Agustus 2016 sampai 8 September 2016. Dalam kegiatan ini disediakan berbagai macam buku baru dan murah yang diharapkan mampu meningkatkan Budaya Membaca Masyarakat di Kabupaten Sragen, sekaligus meningkatkan Apresiasi Masyarakat terhadap Dunia Perbukuan di Tanah Air. Demikian menurut Kepala Perpusda Kabupaten Sragen Ibu Dra Tri Andiyas Wororetno. Sragen Book Fair 2016 juga dimanfaatkan Kepala Sekolah dan Kepala Desa,

untuk menambah koleksi buku di perpustakaan sekolah dan perpustakaan desa, sebagai salah satu bagian dari gerakan Sragen sebagai Kabupaten Literasi.

6. Upaya penambahan buku di perpustakaan desa juga sudah dilakukan sejak tahun 2011, dengan diterbitkannya Surat Edaran (SE) Bupati Sragen Nomor 041/250/036/2011 tentang alokasi dana desa bagi pengembangan perpustakaan desa. Surat edaran ini merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran (SE) Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 143/161/PMD/2011, tanggal 10 Januari 2011. SE Kemendagri ini memberikan legalitas bagi penggunaan Alokasi Dana Desa untuk pemberdayaan perpustakaan desa. Prioritas penggunaan anggaran adalah untuk pengadaan buku dalam rangka memenuhi standar koleksi ideal. Koleksi perpustakaan desa menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah minimal 1.000 judul. Kebijakan tersebut sangat mendukung deklarasi Sragen sebagai Kabupaten Literasi.

Selain upaya pemerintah kabupaten yang sangat gencar dalam meningkatkan jumlah buku bacaan, masyarakatpun termotivasi untuk mengupayakan ketersediaan buku secara mandiri. Beberapa hal yang

dilakukan masyarakat secara mandiri adalah sebagai berikut:

1. Sumbangan buku dari masyarakat untuk perpusda pada saat deklarasi Kabupaten Literasi. Pada saat deklarasi Kabupaten Sragen sebagai Kabupaten Literasi masyarakat dihimbau membawa buku bacaan yang akan dibaca pada saat membaca bersama di alun-alun Kabupaten Sragen, setelah dibaca buku-buku tersebut disumbangkan kepada Perpusda Kabupaten Sragen.

2. Banyak sekolah memprogramkan: siswa yang lulus memberikan buku bacaan ke sekolah. Hal ini sudah dilakukan di banyak sekolah baik tingkat SD, SMP maupun SMA. Buku-buku yang disumbangkan berupa buku bacaan yang akan menambah koleksi perpustakaan sekolah.

3. Upaya penyediaan buku bacaan juga dilakukan oleh Rumah Zakat, di mana Rumah Zakat menyediakan perpustakaan keliling dengan sebuah mobil yang dinamakan mobil Juara Rumah Zakat. Selain menyediakan buku-buku bacaan, Rumah Zakat juga menyelenggarakan berbagai lomba menarik bagi siswa-siswa di sekolah yang dikunjungi.

Praktik yang Baik: Budaya Baca44 Mengelola Budaya Baca 45

Page 55: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Sragen telah mendeklarasikan dirinya sebagai Kabupaten Literasi pada tanggal 27 Mei 2016 yang lalu. Upaya dan aksi nyata untuk mewujudkan kabupaten literasi telah banyak dilakukan, baik oleh Pemerintah Kabupaten Sragen maupun oleh masyarakat secara mandiri. Upaya-upaya yang dilakukan terkait dengan pembiasaan, keteladanan dan suplai buku. Ketiga upaya tersebut terus dilakukan demi terwujudnya budaya baca dan Sragen sebagai Kabupaten Literasi.

Upaya pembiasaan dan keteladanan banyak dilakukan oleh instansi-instansi terutama sekolah baik di tingkat dasar hingga menengah. Pembiasaan dilakukan dengan memberlakukan jam membaca bagi siswa dan guru, penyediaan sudut baca, penulisan resume hingga pemberian reward bagi siswa yang banyak menuliskan resume

dalam kurun waktu tertentu. Penyediaan sudut-sudut baca juga banyak dilakukan oleh instansi lain seperti dinas kesehatan dan rumah sakit, kelurahan/kantor desa dan beberapa instansi lain yang banyak melakukan pelayanan publik serta Perpustakaan Daerah dengan perpustakaan kelilingnya.

Upaya yang ketiga untuk benar-benar mewujudkan kabupaten literasi adalah suplai buku. Hal ini dirasa sangat penting bagi pemerintah Kabupaten Sragen sehingga pemeritah Kabupaten Sragen melakukan beberapa hal sebagai berikut :

1. Pembangunan perpustakaan di 11 titik dengan nilai masing-masing adalah Rp 120.000.000 untuk pembangunan /rehab gedung, mebel dan pengadaan buku-buku perpustakaan menggunakan dana APBN 2016.

2. Memberikan bantuan berupa buku perpustakaan non pelajaran di 38 SD senilai Rp 2.190.766.000 di tahun 2016.

3. Sekolah-sekolah memberlakukan pengadaan buku fiksi untuk sudut baca sebesar 5% dari BOS untuk penambahan koleksi buku perpustakaan sesuai dengan petunjuk BOS tahun 2016. Hal ini juga ditekankan oleh Bupati Sragen dalam pembukaan Sragen Book Fair pada tanggal 14 Agustus 2016.

4. Penambahan buku-buku dari Perpustakan Nasional ke Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen. Penambahan buku tahun ini bertepatan dengan Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca di Kabupaten Sragen Tahun 2016 pada tanggal 4 Agustus 2016 di Pendopo

Upaya Pemerintah Kabupaten Sragen dan Masyarakat Tingkatkan Ketersediaan Buku Bacaan

Sragen, Jawa Tengah

Perpustakaan keliling di Sragen turut tingkatkan budaya baca.

Sumonegaran – Rumah Dinas Bupati Sragen yang diselenggarakan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Sragen dengan tema “Membangun Karakter Bangsa Melalui Gemar Membaca Dengan Memberdayakan Perpustakaan” untuk meningkatkan minat baca di masyarakat. Kegiatan tersebut diikuti Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), guru, pustakawan, pegiat taman bacaan, pemerhati perpustakaan, LSM, organisasi profesi, Tim Penggerak PKK, tokoh agama dan tokoh masyarakat.

5. Upaya penyediaan buku murah yang dilaksanakan oleh Perpusda bekerjasama dengan Gramedia dalam kegiatan Sragen Book Fair bertempat di Gedung Kartini Kabupaten Sragen, sejak tanggal 25 Agustus 2016 sampai 8 September 2016. Dalam kegiatan ini disediakan berbagai macam buku baru dan murah yang diharapkan mampu meningkatkan Budaya Membaca Masyarakat di Kabupaten Sragen, sekaligus meningkatkan Apresiasi Masyarakat terhadap Dunia Perbukuan di Tanah Air. Demikian menurut Kepala Perpusda Kabupaten Sragen Ibu Dra Tri Andiyas Wororetno. Sragen Book Fair 2016 juga dimanfaatkan Kepala Sekolah dan Kepala Desa,

untuk menambah koleksi buku di perpustakaan sekolah dan perpustakaan desa, sebagai salah satu bagian dari gerakan Sragen sebagai Kabupaten Literasi.

6. Upaya penambahan buku di perpustakaan desa juga sudah dilakukan sejak tahun 2011, dengan diterbitkannya Surat Edaran (SE) Bupati Sragen Nomor 041/250/036/2011 tentang alokasi dana desa bagi pengembangan perpustakaan desa. Surat edaran ini merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran (SE) Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 143/161/PMD/2011, tanggal 10 Januari 2011. SE Kemendagri ini memberikan legalitas bagi penggunaan Alokasi Dana Desa untuk pemberdayaan perpustakaan desa. Prioritas penggunaan anggaran adalah untuk pengadaan buku dalam rangka memenuhi standar koleksi ideal. Koleksi perpustakaan desa menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah minimal 1.000 judul. Kebijakan tersebut sangat mendukung deklarasi Sragen sebagai Kabupaten Literasi.

Selain upaya pemerintah kabupaten yang sangat gencar dalam meningkatkan jumlah buku bacaan, masyarakatpun termotivasi untuk mengupayakan ketersediaan buku secara mandiri. Beberapa hal yang

dilakukan masyarakat secara mandiri adalah sebagai berikut:

1. Sumbangan buku dari masyarakat untuk perpusda pada saat deklarasi Kabupaten Literasi. Pada saat deklarasi Kabupaten Sragen sebagai Kabupaten Literasi masyarakat dihimbau membawa buku bacaan yang akan dibaca pada saat membaca bersama di alun-alun Kabupaten Sragen, setelah dibaca buku-buku tersebut disumbangkan kepada Perpusda Kabupaten Sragen.

2. Banyak sekolah memprogramkan: siswa yang lulus memberikan buku bacaan ke sekolah. Hal ini sudah dilakukan di banyak sekolah baik tingkat SD, SMP maupun SMA. Buku-buku yang disumbangkan berupa buku bacaan yang akan menambah koleksi perpustakaan sekolah.

3. Upaya penyediaan buku bacaan juga dilakukan oleh Rumah Zakat, di mana Rumah Zakat menyediakan perpustakaan keliling dengan sebuah mobil yang dinamakan mobil Juara Rumah Zakat. Selain menyediakan buku-buku bacaan, Rumah Zakat juga menyelenggarakan berbagai lomba menarik bagi siswa-siswa di sekolah yang dikunjungi.

Praktik yang Baik: Budaya Baca44 Mengelola Budaya Baca 45

Page 56: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Oleh Tasyfin MirdasMIN Lamkuta

Membaca penting untuk kegiatan pembelajaran. Keterampilan membaca sangat besar pengaruhnya demi kesuksesan di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dengan kemampuan membaca yang baik biasanya belajarnya lebih baik dan mencapai hasil yang lebih baik pula dalam semua mata pelajaran.

Sebaliknya, siswa yang kurang mampu membaca cenderung tertinggal dan biasanya kurang berhasil di semua mata pelajaran. Untuk meningkatkan keterampilan tersebut, di madrasah kami, membaca merupakan kegiatan rutinitas karena setiap harinya selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai, dan 30 menit pada hari Rabu, Jum'at dan Sabtu, semua siswa membaca di kelas dan halaman madrasah, demikian juga pada saat jam istirahat.

Di samping keteladanan, pendistribusian buku, dan penyediaan buku yang beragam, mendekatkan buku kepada siswa adalah salah satu upaya yang kami lakukan untuk meningkatkan minat baca siswa. Dalam rangka mewujudkan ini, madrasah bersama dengan komite membuat sebuah gerobak baca yang diberi nama “Gerilya.” Gerilya ditempatkan di halaman madrasah setiap harinya pada jam 07.00 – 13.00 WIB, sehingga memudahkan siswa mengakses dan mendapatkan buku yang mereka sukai.

Agar pelaksanaannya berjalan dengan baik dan tertib dan untuk menjamin proses distribusi buku setiap minggunya dari perpustakaan madrasah ke gerobak baca berjalan lancar, maka kami menugaskan beberapa orang guru dan siswa kelas IV hingga VI secara bergiliran untuk bertanggungjawab.

Untuk menjamin konsistensi budaya baca dan karena tingginya minat baca siswa, mendorong madrasah dan komite menyediakan buku bacaan yang beragam. Berkat usulan orangtua siswa, madrasah mengajukan usulan bantuan kepada Perpustakaan Wilayah Provinsi Aceh melalui Badan Arsip dan Pustaka Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya. Perpustakaan Provinsi yang berkunjung ke madrasah ternyata sangat tertarik dengan program Gerilya. Perpustakaan Provinsi menyumbang 250 judul buku.

“Dengan adanya bantuan buku bacaan dari Perpustakaan Provinsi, kami melihat anak kami menjadi tambah gemar membaca. Dia terdorong untuk membaca di rumah karena buku-buku bacaan yang tersedia di madrasahnya beragam dan menarik baginya,” kata Bapak Naguruddin, S.Ag, salah seorang orangtua siswa dengan bangga.

Gerilya, Hasilkan Sumbangan 2.500 BukuMIN Lamkuta, Susoh, Aceh Barat Daya

Gerobak baca Gerilya dan siswa membaca di halaman sekolah.

Oleh Syarifah Usmawidah Guru MIN Teunom

Kurangnya minat baca siswa di sekolah kami terlihat dari jarangnya siswa mengunjungi perpustakaan sebagai tempat sumber belajar. Selama ini siswa menganggap bahwa perpustakaan hanyalah sebagai tempat untuk meminjam buku saja, ditambah lagi dengan penataan ruang perpustakaan yang kurang menarik minat baca siswa.

Untuk meningkatkan budaya baca bagi siswa kami berinisiatif untuk membuat sebuah media untuk melihat minat baca siswa. Kami menciptakan alat pencacah minat baca siswa.

Alat pencacah terbuat dari papan atau tripleks bekas berukuran 50 cm x 1 m,

pipa paralon kecil yang dipotong dengan ukuran 15 cm. Bahan lainnya adalah karet gelang atau gelang logam, lem untuk merekatkan pipa paralon dan kertas untuk menulis nama kelas. Setiap kelas mendapatkan satu tiang paralon. Karena sekolah ini memiliki 12 kelas (rombongan belajar), maka dibuatlah 12 tiang paralon.

Alat pencacah ini dibuat untuk melihat siswa per kelas yang rajin membaca di perpustakaan. Bagi siswa yang masuk ke perpustakaan untuk membaca atau meminjam buku diminta untuk memasukkan satu gelang karet ke dalam pipa sesuai kelasnya. Petugas perpustakaan juga mencatat siapa yang telah membaca dan meminjam buku di perpustakaan pada buku kunjungan. Setiap harinya petugas perpustakaan

merekap kelas yang siswanya paling ramai mengunjungi perpustakaan dan di akhir semester kelas yang siswanya terbanyak mengunjungi perpustakaan akan mendapatkan reward dari kepala sekolah.

Dampak dengan adanya alat pencacah ini minat baca siswa ke perpustakaan semakin meningkat. Siswa mulai memanfaatkan waktu luang mereka untuk membaca.

“Kami jadi sering memanfaatkan waktu luang di perpustakaan, selain mendapatkan ilmu dengan membaca, kami juga mengumpulkan point gelang supaya kelas kami menjadi juara membaca,” kata Alfina Fadila, salah seorang siswa kelas IV.

Alat Pencacah untuk Melihat Minat Baca Siswa di Perpustakaan

MIN Teunom, Aceh Jaya, Aceh

Siswa memasukkan gelang ke dalam alat pencacah setelah mengunjungi perpustakaan.

Praktik yang Baik: Budaya Baca46 Mengelola Budaya Baca 47

Page 57: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Oleh Tasyfin MirdasMIN Lamkuta

Membaca penting untuk kegiatan pembelajaran. Keterampilan membaca sangat besar pengaruhnya demi kesuksesan di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dengan kemampuan membaca yang baik biasanya belajarnya lebih baik dan mencapai hasil yang lebih baik pula dalam semua mata pelajaran.

Sebaliknya, siswa yang kurang mampu membaca cenderung tertinggal dan biasanya kurang berhasil di semua mata pelajaran. Untuk meningkatkan keterampilan tersebut, di madrasah kami, membaca merupakan kegiatan rutinitas karena setiap harinya selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai, dan 30 menit pada hari Rabu, Jum'at dan Sabtu, semua siswa membaca di kelas dan halaman madrasah, demikian juga pada saat jam istirahat.

Di samping keteladanan, pendistribusian buku, dan penyediaan buku yang beragam, mendekatkan buku kepada siswa adalah salah satu upaya yang kami lakukan untuk meningkatkan minat baca siswa. Dalam rangka mewujudkan ini, madrasah bersama dengan komite membuat sebuah gerobak baca yang diberi nama “Gerilya.” Gerilya ditempatkan di halaman madrasah setiap harinya pada jam 07.00 – 13.00 WIB, sehingga memudahkan siswa mengakses dan mendapatkan buku yang mereka sukai.

Agar pelaksanaannya berjalan dengan baik dan tertib dan untuk menjamin proses distribusi buku setiap minggunya dari perpustakaan madrasah ke gerobak baca berjalan lancar, maka kami menugaskan beberapa orang guru dan siswa kelas IV hingga VI secara bergiliran untuk bertanggungjawab.

Untuk menjamin konsistensi budaya baca dan karena tingginya minat baca siswa, mendorong madrasah dan komite menyediakan buku bacaan yang beragam. Berkat usulan orangtua siswa, madrasah mengajukan usulan bantuan kepada Perpustakaan Wilayah Provinsi Aceh melalui Badan Arsip dan Pustaka Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya. Perpustakaan Provinsi yang berkunjung ke madrasah ternyata sangat tertarik dengan program Gerilya. Perpustakaan Provinsi menyumbang 250 judul buku.

“Dengan adanya bantuan buku bacaan dari Perpustakaan Provinsi, kami melihat anak kami menjadi tambah gemar membaca. Dia terdorong untuk membaca di rumah karena buku-buku bacaan yang tersedia di madrasahnya beragam dan menarik baginya,” kata Bapak Naguruddin, S.Ag, salah seorang orangtua siswa dengan bangga.

Gerilya, Hasilkan Sumbangan 2.500 BukuMIN Lamkuta, Susoh, Aceh Barat Daya

Gerobak baca Gerilya dan siswa membaca di halaman sekolah.

Oleh Syarifah Usmawidah Guru MIN Teunom

Kurangnya minat baca siswa di sekolah kami terlihat dari jarangnya siswa mengunjungi perpustakaan sebagai tempat sumber belajar. Selama ini siswa menganggap bahwa perpustakaan hanyalah sebagai tempat untuk meminjam buku saja, ditambah lagi dengan penataan ruang perpustakaan yang kurang menarik minat baca siswa.

Untuk meningkatkan budaya baca bagi siswa kami berinisiatif untuk membuat sebuah media untuk melihat minat baca siswa. Kami menciptakan alat pencacah minat baca siswa.

Alat pencacah terbuat dari papan atau tripleks bekas berukuran 50 cm x 1 m,

pipa paralon kecil yang dipotong dengan ukuran 15 cm. Bahan lainnya adalah karet gelang atau gelang logam, lem untuk merekatkan pipa paralon dan kertas untuk menulis nama kelas. Setiap kelas mendapatkan satu tiang paralon. Karena sekolah ini memiliki 12 kelas (rombongan belajar), maka dibuatlah 12 tiang paralon.

Alat pencacah ini dibuat untuk melihat siswa per kelas yang rajin membaca di perpustakaan. Bagi siswa yang masuk ke perpustakaan untuk membaca atau meminjam buku diminta untuk memasukkan satu gelang karet ke dalam pipa sesuai kelasnya. Petugas perpustakaan juga mencatat siapa yang telah membaca dan meminjam buku di perpustakaan pada buku kunjungan. Setiap harinya petugas perpustakaan

merekap kelas yang siswanya paling ramai mengunjungi perpustakaan dan di akhir semester kelas yang siswanya terbanyak mengunjungi perpustakaan akan mendapatkan reward dari kepala sekolah.

Dampak dengan adanya alat pencacah ini minat baca siswa ke perpustakaan semakin meningkat. Siswa mulai memanfaatkan waktu luang mereka untuk membaca.

“Kami jadi sering memanfaatkan waktu luang di perpustakaan, selain mendapatkan ilmu dengan membaca, kami juga mengumpulkan point gelang supaya kelas kami menjadi juara membaca,” kata Alfina Fadila, salah seorang siswa kelas IV.

Alat Pencacah untuk Melihat Minat Baca Siswa di Perpustakaan

MIN Teunom, Aceh Jaya, Aceh

Siswa memasukkan gelang ke dalam alat pencacah setelah mengunjungi perpustakaan.

Praktik yang Baik: Budaya Baca46 Mengelola Budaya Baca 47

Page 58: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Di tengah kabar terpuruknya kemampuan membaca siswa di Indonesia menurut banyak survei internasional (PIRLS, PISA), ternyata letupan kecil dari salah satu madrasah di Desa Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang, memberikan semangat baru untuk meningkatkan kegemaran membaca siswa. Di MIN Sumurrejo ini, siswa telah didorong untuk mencintai buku. Serangkaian kegiatan digalakkan, mulai dari pembangunan fisik sampai non

fisik. Mulai dari siswa sampai komite bukan saja urun angan tapi turun tangan.

Kepala MIN Sumurrejo, Bapak Subiyono MPdI menceritakan bahwa awalnya mereka mendapatkan pelatihan dari USAID PRIORITAS tentang pengembangan budaya baca dengan melibatkan seluruh elemen sekolah. Selain pelatihan mereka juga mendapat hibah buku sebanyak 150 judul buku dan 600 buku bacaan

berjenjang sebagai suplemen membaca.

Pasca pelatihan dan hibah USAID PRIORITAS, dirinya bersama-sama komite dan guru melakukan serangkaian langkah. Di antaranya mendirikan pondok baca sebagai pusat kendali program pembudayaan membaca di madrasah.

Program dari Pondok Baca yang dilaksanakan oleh madrasah yaitu,

Wow! Satu Semester, Madrasah Tengah Sawah Ini Mampu Dorong Siswa Baca 152 buku

MIN Sumurrejo, Semarang, Jawa Tengah

Siswa dan guru sedang membaca di dekat pajangan buku depan kelas.

reading morning (program kebiasaan membaca setiap pagi), Juz Amma Ceria (mulai jam 06.30 - 06.45 WIB), Duta Baca (bertugas menjadi contoh bagi teman sebaya, memotivasi dan mengkampanyekan gemar membaca, dan mengkoordinir mading madrasah di Pondok Baca), layanan lambat baca, layanan baca untuk orangtua, majalah dinding, dan cerita bergambar (program tahunan untuk menggali bakat minat dan potensi siswa dalam menuangkan cerita melalui tulisan dan gambar).

“Kami berupaya membentuk ekosistem cinta membaca di lingkungan madrasah, baik melalui keteladanan, komunitas, program pembiasaan, pembelajaran literasi, dan fasilitas membaca. Orang tua juga telah kita fasilitasi layanan membaca dan diberikan pemahaman pentingnya membaca. Hal tersebut yang terus kita jaga,” ungkap Pak Subiyono.

Program untuk mendorong minat baca dilakukan dengan penuh semangat. Program penghargaan kepada siswa pembaca buku terbanyak dijalankan. Penghitungan dilakukan melalui jumlah buku yang telah dibaca melalui Buku Membaca Anak (BMA). Siswa menuliskan judul dan sinopsis sederhana di BMA setelah selesai membaca. Selain itu, penghitungan juga dilihat dari bukti fisik kunjungan dan peminjaman buku. Siswa tidak hanya mengisi di sekolah, namun buku membaca anak dapat diisi juga usai membaca buku di rumah.

Hasilnya beberapa anak telah membaca lebih dari 50 buku dalam satu semester. Guru-guru pun terkejut dengan hasil ini.

“Kami memberikan apresiasi pembaca buku terbanyak tahun lalu kepada Rizki kelas V yang telah membaca sebanyak 152 judul buku, Anggi Latifah siswa kelas VI yang telah membaca sebanyak 121 judul buku, Andin Aini Nur Latifah kelas IV dengan 82 judul buku dan Hani Asri Latif 74 buku

dalam satu semester,” ungkap Pak Subiyono.

“Saya hanya membaca dan menulis apa yang saya ingat ketika jam istirahat, jam membaca atau tidak banyak kegiatan,” kata Andin Aini Nur Latifah, seorang siswa kelas IV. “Kami membaca di pondok baca dan di tempat-tempat yang ada bukunya. Setiap kelas punya sudut baca dan pajangan buku. Kami jadi senang dan mudah membaca.

Siswa yang belum lancar membaca mendapat pendampingan khusus.

Praktik yang Baik: Budaya Baca48 Mengelola Budaya Baca 49

Page 59: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Di tengah kabar terpuruknya kemampuan membaca siswa di Indonesia menurut banyak survei internasional (PIRLS, PISA), ternyata letupan kecil dari salah satu madrasah di Desa Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang, memberikan semangat baru untuk meningkatkan kegemaran membaca siswa. Di MIN Sumurrejo ini, siswa telah didorong untuk mencintai buku. Serangkaian kegiatan digalakkan, mulai dari pembangunan fisik sampai non

fisik. Mulai dari siswa sampai komite bukan saja urun angan tapi turun tangan.

Kepala MIN Sumurrejo, Bapak Subiyono MPdI menceritakan bahwa awalnya mereka mendapatkan pelatihan dari USAID PRIORITAS tentang pengembangan budaya baca dengan melibatkan seluruh elemen sekolah. Selain pelatihan mereka juga mendapat hibah buku sebanyak 150 judul buku dan 600 buku bacaan

berjenjang sebagai suplemen membaca.

Pasca pelatihan dan hibah USAID PRIORITAS, dirinya bersama-sama komite dan guru melakukan serangkaian langkah. Di antaranya mendirikan pondok baca sebagai pusat kendali program pembudayaan membaca di madrasah.

Program dari Pondok Baca yang dilaksanakan oleh madrasah yaitu,

Wow! Satu Semester, Madrasah Tengah Sawah Ini Mampu Dorong Siswa Baca 152 buku

MIN Sumurrejo, Semarang, Jawa Tengah

Siswa dan guru sedang membaca di dekat pajangan buku depan kelas.

reading morning (program kebiasaan membaca setiap pagi), Juz Amma Ceria (mulai jam 06.30 - 06.45 WIB), Duta Baca (bertugas menjadi contoh bagi teman sebaya, memotivasi dan mengkampanyekan gemar membaca, dan mengkoordinir mading madrasah di Pondok Baca), layanan lambat baca, layanan baca untuk orangtua, majalah dinding, dan cerita bergambar (program tahunan untuk menggali bakat minat dan potensi siswa dalam menuangkan cerita melalui tulisan dan gambar).

“Kami berupaya membentuk ekosistem cinta membaca di lingkungan madrasah, baik melalui keteladanan, komunitas, program pembiasaan, pembelajaran literasi, dan fasilitas membaca. Orang tua juga telah kita fasilitasi layanan membaca dan diberikan pemahaman pentingnya membaca. Hal tersebut yang terus kita jaga,” ungkap Pak Subiyono.

Program untuk mendorong minat baca dilakukan dengan penuh semangat. Program penghargaan kepada siswa pembaca buku terbanyak dijalankan. Penghitungan dilakukan melalui jumlah buku yang telah dibaca melalui Buku Membaca Anak (BMA). Siswa menuliskan judul dan sinopsis sederhana di BMA setelah selesai membaca. Selain itu, penghitungan juga dilihat dari bukti fisik kunjungan dan peminjaman buku. Siswa tidak hanya mengisi di sekolah, namun buku membaca anak dapat diisi juga usai membaca buku di rumah.

Hasilnya beberapa anak telah membaca lebih dari 50 buku dalam satu semester. Guru-guru pun terkejut dengan hasil ini.

“Kami memberikan apresiasi pembaca buku terbanyak tahun lalu kepada Rizki kelas V yang telah membaca sebanyak 152 judul buku, Anggi Latifah siswa kelas VI yang telah membaca sebanyak 121 judul buku, Andin Aini Nur Latifah kelas IV dengan 82 judul buku dan Hani Asri Latif 74 buku

dalam satu semester,” ungkap Pak Subiyono.

“Saya hanya membaca dan menulis apa yang saya ingat ketika jam istirahat, jam membaca atau tidak banyak kegiatan,” kata Andin Aini Nur Latifah, seorang siswa kelas IV. “Kami membaca di pondok baca dan di tempat-tempat yang ada bukunya. Setiap kelas punya sudut baca dan pajangan buku. Kami jadi senang dan mudah membaca.

Siswa yang belum lancar membaca mendapat pendampingan khusus.

Praktik yang Baik: Budaya Baca48 Mengelola Budaya Baca 49

Page 60: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

USAID melalui program PRIORITAS menghibahkan lebih dari 8 juta buku bacaan berjenjang ke 13.000 sekolah dan madrasah mitra dan nonmitra yang tersebar di sembilan provinsi, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Papua, dan Papua Barat. Buku bacaan berjenjang adalah buku yang digunakan guru sebagai alat bantu belajar untuk membimbing kelompok siswa sesuai tingkat kemampuan membaca dalam pembelajaran membaca di kelas awal di SD dan MI, terutama untuk meningkatkan keterampilan membaca

dan menumbuhkan minat baca siswa.

“Buku ini akan membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca dan meningkatkan kenikmatan membaca. Semakin bagus kemampuan membaca seorang siswa, semakin baik kemampuan belajar mereka,” kata Wakil Duta Besar Amerika Serikat, Brian McFeeters, usai acara serah terima buku bacaan berjenjang kepada pemerintah Indonesia di Tangerang Selatan, Banten (24/5/2016).

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Hamid Muhammad, mengatakan pemberian

buku-buku ini sangat membantu pendidikan di Indonesia. Dia mengharapkan buku-buku tersebut dapat benar-benar dimanfaatkan. "Tujuannya adalah bagaimana semua penduduk termasuk anak-anak di sekolah gemar membaca, gemar menulis, dan literet. Literet adalah bisa mengakses informasi, memahami informasi yang dia akses, dan bisa menggunakan informasi tersebut untuk hal-hal yang berguna," katanya di sela-sela acara.

Buku bacaan berjenjang yang akan diberikan USAID ke sekolah dan madrasah dikembangkan oleh Yayasan

Literasi Anak Indonesia. Buku ini dibagi enam tingkatan atau jenjang kesulitan, mulai dari yang sederhana untuk anak yang baru belajar membaca, sampai yang tingkat kesulitannya semakin tinggi untuk anak yang sudah lancar membaca. Masing-masing jenjang ditandai warna sampul buku yang berbeda. Misalnya, pada jenjang yang paling rendah (buku berwarna merah) hanya ada satu kata per halaman. Tingkat selanjutnya ada satu kalimat yang terdiri dari beberapa kata di setiap halaman, dan ada pengulangan struktur kalimat untuk memudahkan anak mempelajari dan memahami isi buku.

Buku bacaan berjenjang diharapkan dapat digunakan untuk membantu anak mengembangkan keterampilan membaca dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Anak yang baru belajar membaca diberi buku yang tingkat kesulitannya rendah, sedangkan yang sudah lebih lancar membaca dapat membaca buku yang tingkat kesulitannya lebih tinggi. Buku ini dirancang untuk digunakan oleh guru dalam berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan anak baik dalam membaca kata dan kalimat, maupun memahami isi bacaan.

Sebelum buku-buku tersebut dibagikan ke sekolah dan madrasah, guru-guru kelas awal penerima buku dilatih strategi meningkatkan keterampilan dan minat membaca anak dengan memanfaatkan buku bacaan berjenjang tersebut. Berikut

USAID Hibahkan 8 Juta Buku Bacaan Berjenjang untuk 13 Ribu SD/MI

(Kiri) Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Prof Dr Kamarudin Amin menerima buku bacaan berjenjang dari direktur program USAID PRIORITAs Stuart Weston. (Kanan) Dirjen Dikdasmen Kemendikbud, Hamid Muhammad dan Wakil Duta Besar Amerika, Brian McFeeters melihat kegiatan membaca di kelas dengan buku bacaan berjenjang di SDN Jelupang 2, Tangerang Selatan.

adalah tiga strategi menggunakan buku bacaan berjenjang.

1. Membaca Bersama

Kegiatan ini dilakukan dengan semua siswa dalam satu kelas, dengan menggunakan buku besar di mana ukuran teksnya juga besar agar terbaca dengan mudah. Guru memodelkan cara membaca dan memandu siswa melalui kegiatan membaca bersama dan tanya jawab tentang isi bacaan.

2. Membaca Terbimbing

Kegiatan ini dilakukan dengan sekelompok kecil siswa dengan kemampuan membaca yang sama. Di dalam satu kelas bisa terdapat dua atau lebih kelompok siswa yang

kemampuan membacanya berbeda. Guru memilih dan memperkenalkan buku baru serta membimbing setiap siswa dalam membaca dan memahami seluruh bacaan. Melalui pendekatan membaca terbimbing ini, kebutuhan individual siswa dapat dipenuhi.

3. Membaca Mandiri

Siswa membaca berbagai buku secara individu atau berpasangan. Buku yang dibaca bisa diambil dari koleksi buku yang dimiliki sekolah. Bahan bacaan juga bisa diambil dari paket buku berjenjang sesuai tingkat membaca siswa.

Contoh beberapa buku bacaan berjenjang. Warna buku menunjukkan perbedaan jenjang buku. Ada juga buku besar yang digunakan untuk membaca bersama.

Praktik yang Baik: Budaya Baca50 Mengelola Budaya Baca 51

Page 61: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

USAID melalui program PRIORITAS menghibahkan lebih dari 8 juta buku bacaan berjenjang ke 13.000 sekolah dan madrasah mitra dan nonmitra yang tersebar di sembilan provinsi, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Papua, dan Papua Barat. Buku bacaan berjenjang adalah buku yang digunakan guru sebagai alat bantu belajar untuk membimbing kelompok siswa sesuai tingkat kemampuan membaca dalam pembelajaran membaca di kelas awal di SD dan MI, terutama untuk meningkatkan keterampilan membaca

dan menumbuhkan minat baca siswa.

“Buku ini akan membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca dan meningkatkan kenikmatan membaca. Semakin bagus kemampuan membaca seorang siswa, semakin baik kemampuan belajar mereka,” kata Wakil Duta Besar Amerika Serikat, Brian McFeeters, usai acara serah terima buku bacaan berjenjang kepada pemerintah Indonesia di Tangerang Selatan, Banten (24/5/2016).

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Hamid Muhammad, mengatakan pemberian

buku-buku ini sangat membantu pendidikan di Indonesia. Dia mengharapkan buku-buku tersebut dapat benar-benar dimanfaatkan. "Tujuannya adalah bagaimana semua penduduk termasuk anak-anak di sekolah gemar membaca, gemar menulis, dan literet. Literet adalah bisa mengakses informasi, memahami informasi yang dia akses, dan bisa menggunakan informasi tersebut untuk hal-hal yang berguna," katanya di sela-sela acara.

Buku bacaan berjenjang yang akan diberikan USAID ke sekolah dan madrasah dikembangkan oleh Yayasan

Literasi Anak Indonesia. Buku ini dibagi enam tingkatan atau jenjang kesulitan, mulai dari yang sederhana untuk anak yang baru belajar membaca, sampai yang tingkat kesulitannya semakin tinggi untuk anak yang sudah lancar membaca. Masing-masing jenjang ditandai warna sampul buku yang berbeda. Misalnya, pada jenjang yang paling rendah (buku berwarna merah) hanya ada satu kata per halaman. Tingkat selanjutnya ada satu kalimat yang terdiri dari beberapa kata di setiap halaman, dan ada pengulangan struktur kalimat untuk memudahkan anak mempelajari dan memahami isi buku.

Buku bacaan berjenjang diharapkan dapat digunakan untuk membantu anak mengembangkan keterampilan membaca dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Anak yang baru belajar membaca diberi buku yang tingkat kesulitannya rendah, sedangkan yang sudah lebih lancar membaca dapat membaca buku yang tingkat kesulitannya lebih tinggi. Buku ini dirancang untuk digunakan oleh guru dalam berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan anak baik dalam membaca kata dan kalimat, maupun memahami isi bacaan.

Sebelum buku-buku tersebut dibagikan ke sekolah dan madrasah, guru-guru kelas awal penerima buku dilatih strategi meningkatkan keterampilan dan minat membaca anak dengan memanfaatkan buku bacaan berjenjang tersebut. Berikut

USAID Hibahkan 8 Juta Buku Bacaan Berjenjang untuk 13 Ribu SD/MI

(Kiri) Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Prof Dr Kamarudin Amin menerima buku bacaan berjenjang dari direktur program USAID PRIORITAs Stuart Weston. (Kanan) Dirjen Dikdasmen Kemendikbud, Hamid Muhammad dan Wakil Duta Besar Amerika, Brian McFeeters melihat kegiatan membaca di kelas dengan buku bacaan berjenjang di SDN Jelupang 2, Tangerang Selatan.

adalah tiga strategi menggunakan buku bacaan berjenjang.

1. Membaca Bersama

Kegiatan ini dilakukan dengan semua siswa dalam satu kelas, dengan menggunakan buku besar di mana ukuran teksnya juga besar agar terbaca dengan mudah. Guru memodelkan cara membaca dan memandu siswa melalui kegiatan membaca bersama dan tanya jawab tentang isi bacaan.

2. Membaca Terbimbing

Kegiatan ini dilakukan dengan sekelompok kecil siswa dengan kemampuan membaca yang sama. Di dalam satu kelas bisa terdapat dua atau lebih kelompok siswa yang

kemampuan membacanya berbeda. Guru memilih dan memperkenalkan buku baru serta membimbing setiap siswa dalam membaca dan memahami seluruh bacaan. Melalui pendekatan membaca terbimbing ini, kebutuhan individual siswa dapat dipenuhi.

3. Membaca Mandiri

Siswa membaca berbagai buku secara individu atau berpasangan. Buku yang dibaca bisa diambil dari koleksi buku yang dimiliki sekolah. Bahan bacaan juga bisa diambil dari paket buku berjenjang sesuai tingkat membaca siswa.

Contoh beberapa buku bacaan berjenjang. Warna buku menunjukkan perbedaan jenjang buku. Ada juga buku besar yang digunakan untuk membaca bersama.

Praktik yang Baik: Budaya Baca50 Mengelola Budaya Baca 51

Page 62: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Sejak dikenalkan dengan program literasi pada pelatihan yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS, salah satu sekolah mitra Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) yakni MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo dengan cepat mengimplementasikannya.

Kegiatan ini dikolaborasikan dengan kegiatan Buku Bacaan Berjenjang (B3) untuk Kelas Awal. Untuk kelas I dan II, jadwal guru membacakan B3 adalah setiap Sabtu di jam ke-5 dan 6. Sedangkan kelas III dijadwalkan setiap Rabu.

Ibu Lindawati, guru MI Roudlotul Banat

mengungkapkan bahwa B3 sangat membantunya mengajar siswa membaca dan siswa lebih bisa memahami isi buku. “Setelah mendapatkan pelatihan B3 dari USAID PRIORITAS bersama dengan bimbingan dosen UINSA kami menyusun jadwal pelajaran untuk kelas awal. Kami memasukkan kegiatan membaca B3 dalam jadwal pelajaran untuk kelas I, II, dan III,” ungkapnya. Sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI menurut Ibu Linda tetap ada kegiatan literasi namun siswa lebih diarahkan pada membaca cerpen atau puisi.

Ibu Linda yang ditunjuk oleh sekolah

khusus untuk menangani pembelajaran B3 ini mengungkapkan bahwa siswa sangat antusias ketika memasuki jam pelajaran yang bertajuk literasi ini. Mereka lebih cepat memahami isi buku dengan menggunakan B3. Beberapa guru di kelas tinggi juga berkreasi dengan membuat buku besar buatan mereka sendiri dibantu beberapa siswa.

Ibu Linda yang mengajar di kelas awal dan kelas tinggi mengungkapkan bahwa untuk kelas tinggi dia lebih mengarahkan agar siswanya mengembangkan tulisan menjadi sebuah cerita. “Buku-buku bacaan berjenjang gambarnya lucu-lucu dan

Bikin Cergam ala Buku Bacaan Berjenjang

menginspirasi siswa. Saya tunjukkan ke siswa kelas tinggi beberapa B3 dan mereka membacanya sampai selesai. Setelah itu mereka mulai berimajinasi membuat cerita bergambar (cergam) ala B3,” ungkapnya sumringah.

Pada jam literasi di kelas tinggi, Ibu Linda membawa setumpuk B3 ke kelas tinggi. Siswa biasanya berebut untuk membacanya. Setelah selesai membaca, Ibu Linda membagikan kertas kepada siswa. Siswa diminta berimajinasi membuat sebuah cerita pendek. Siswa tersebut menuangkan gagasannya ke dalam draf tulisan.

Usai menemukan ide tulisan, barulah siswa membuat gambarnya di buku gambar yang dilengkapi dengan jalan cerita yang utuh. Mereka juga boleh berkolaborasi dengan temannya. Siswa yang pandai membuat cerita namun tak pandai menggambar, bisa bergabung dengan temannya yang piawai menggambar. “Nanti pada sampul buku akan dituliskan nama penulis dan ilustratornya, sama seperti di B3,” ungkapnya.

Meskipun masih sangat sederhana, cerita bergambar yang dibuat oleh siswa sangat menarik. Contohnya

adalah Liburanku Membuat Layang-layang karya Dasyha Azzura Albani Siswa kelas V, diilustratori oleh teman sebangkunya Patricia K. Sedangkan cergam berjudul Naik Awan ditulis dan diilustratori oleh Ach. Afifuddin Kelas V. Liburanku Membuat Layang-layang bercerita tentang pengalaman pertama Dasyha membuat layang-layang bersama teman-temannya saat libur sekolah. “Senang dan bangga bisa membuat layang-layang sendiri, apalagi waktu diterbangkan bisa membumbung tinggi. Makanya saya tulis sebagai cergam karena saya selalu teringat kenangan itu,” ungkap Dasyha.

Sedangkan cerita Naik Awan merupakan khayalan Afif seandainya dia bisa terbang naik awan keliling dunia. “Pasti menyenangkan ya, bisa jalan-jalan keliling dunia naik awan,” urainya gembira.

Ibu Linda sedang mengumpulkan karya-karya cergam anak. Yang terbaik akan ditulis ulang dan dibuat gambar yang lebih bagus serta dibukukan. “Cerita bergambar karya siswa ini akan menjadi kebanggaan untuk sekolah,” ungkap Ibu Linda bangga.

MI Roudlotul Banat, Sidoarjo, Jawa Timur

Terinspirasi dari koleksi B3 dan kegiatan budaya baca yang berhasil diterapkan di MI Roudlatul Banat Sidoarjo, memunculkan minat siswa untuk membuat cerita bergambar (cergam).

Cerita bergambar (Cergam) buatan siswa dengan cerita-cerita yang menarik hasil

imajinasi siswa.

Praktik yang Baik: Budaya Baca52 Mengelola Budaya Baca 53

Page 63: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Sejak dikenalkan dengan program literasi pada pelatihan yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS, salah satu sekolah mitra Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) yakni MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo dengan cepat mengimplementasikannya.

Kegiatan ini dikolaborasikan dengan kegiatan Buku Bacaan Berjenjang (B3) untuk Kelas Awal. Untuk kelas I dan II, jadwal guru membacakan B3 adalah setiap Sabtu di jam ke-5 dan 6. Sedangkan kelas III dijadwalkan setiap Rabu.

Ibu Lindawati, guru MI Roudlotul Banat

mengungkapkan bahwa B3 sangat membantunya mengajar siswa membaca dan siswa lebih bisa memahami isi buku. “Setelah mendapatkan pelatihan B3 dari USAID PRIORITAS bersama dengan bimbingan dosen UINSA kami menyusun jadwal pelajaran untuk kelas awal. Kami memasukkan kegiatan membaca B3 dalam jadwal pelajaran untuk kelas I, II, dan III,” ungkapnya. Sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI menurut Ibu Linda tetap ada kegiatan literasi namun siswa lebih diarahkan pada membaca cerpen atau puisi.

Ibu Linda yang ditunjuk oleh sekolah

khusus untuk menangani pembelajaran B3 ini mengungkapkan bahwa siswa sangat antusias ketika memasuki jam pelajaran yang bertajuk literasi ini. Mereka lebih cepat memahami isi buku dengan menggunakan B3. Beberapa guru di kelas tinggi juga berkreasi dengan membuat buku besar buatan mereka sendiri dibantu beberapa siswa.

Ibu Linda yang mengajar di kelas awal dan kelas tinggi mengungkapkan bahwa untuk kelas tinggi dia lebih mengarahkan agar siswanya mengembangkan tulisan menjadi sebuah cerita. “Buku-buku bacaan berjenjang gambarnya lucu-lucu dan

Bikin Cergam ala Buku Bacaan Berjenjang

menginspirasi siswa. Saya tunjukkan ke siswa kelas tinggi beberapa B3 dan mereka membacanya sampai selesai. Setelah itu mereka mulai berimajinasi membuat cerita bergambar (cergam) ala B3,” ungkapnya sumringah.

Pada jam literasi di kelas tinggi, Ibu Linda membawa setumpuk B3 ke kelas tinggi. Siswa biasanya berebut untuk membacanya. Setelah selesai membaca, Ibu Linda membagikan kertas kepada siswa. Siswa diminta berimajinasi membuat sebuah cerita pendek. Siswa tersebut menuangkan gagasannya ke dalam draf tulisan.

Usai menemukan ide tulisan, barulah siswa membuat gambarnya di buku gambar yang dilengkapi dengan jalan cerita yang utuh. Mereka juga boleh berkolaborasi dengan temannya. Siswa yang pandai membuat cerita namun tak pandai menggambar, bisa bergabung dengan temannya yang piawai menggambar. “Nanti pada sampul buku akan dituliskan nama penulis dan ilustratornya, sama seperti di B3,” ungkapnya.

Meskipun masih sangat sederhana, cerita bergambar yang dibuat oleh siswa sangat menarik. Contohnya

adalah Liburanku Membuat Layang-layang karya Dasyha Azzura Albani Siswa kelas V, diilustratori oleh teman sebangkunya Patricia K. Sedangkan cergam berjudul Naik Awan ditulis dan diilustratori oleh Ach. Afifuddin Kelas V. Liburanku Membuat Layang-layang bercerita tentang pengalaman pertama Dasyha membuat layang-layang bersama teman-temannya saat libur sekolah. “Senang dan bangga bisa membuat layang-layang sendiri, apalagi waktu diterbangkan bisa membumbung tinggi. Makanya saya tulis sebagai cergam karena saya selalu teringat kenangan itu,” ungkap Dasyha.

Sedangkan cerita Naik Awan merupakan khayalan Afif seandainya dia bisa terbang naik awan keliling dunia. “Pasti menyenangkan ya, bisa jalan-jalan keliling dunia naik awan,” urainya gembira.

Ibu Linda sedang mengumpulkan karya-karya cergam anak. Yang terbaik akan ditulis ulang dan dibuat gambar yang lebih bagus serta dibukukan. “Cerita bergambar karya siswa ini akan menjadi kebanggaan untuk sekolah,” ungkap Ibu Linda bangga.

MI Roudlotul Banat, Sidoarjo, Jawa Timur

Terinspirasi dari koleksi B3 dan kegiatan budaya baca yang berhasil diterapkan di MI Roudlatul Banat Sidoarjo, memunculkan minat siswa untuk membuat cerita bergambar (cergam).

Cerita bergambar (Cergam) buatan siswa dengan cerita-cerita yang menarik hasil

imajinasi siswa.

Praktik yang Baik: Budaya Baca52 Mengelola Budaya Baca 53

Page 64: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Oleh Masliana Dewi SPd SDGuru MIN Bintang Bayu

Sekolah kami sangatlah jauh dari kabupaten, tapi kami berusaha untuk menjadikan sekolah kami tidak tertinggal dari sekolah-sekolah yang ada di kota atau yang dekat dari kabupaten.

Bahkan kami punya slogan “Sekolah boleh di kampung tapi kita jangan kampungan.” Untuk itu kami berusaha agar sekolah kami menjadi yang terbaik, dimulai dari kepala madrasah yang selalu mendukung dan guru-guru yang aktif yang siap untuk melakukan perubahan dari yang baik ke tingkat yang lebih baik.

Bersyukurnya kami saat ini ada program Buku Bacaan Berjenjang (B3). Saya mulai menerapkannya di kelas I, tempat saya mengajar. Semua siswa antusias mengikutinya, dari yang sudah pandai membaca sampai yang belum bisa membaca, seperti Ryan, salah satu siswa saya yang semangat belajarnya menjadi luar biasa. Dari mengerjakan PR sampai bertanya kepada guru di kelas. Ryan mengerjakannya dengan senang hati. Tapi Ryan belum pandai

membaca sehingga kemampuannya menerima pelajaran menjadi sangat kurang. Ryan adalah satu dari antara siswa-siswa saya yang belum pandai membaca.

Saat memulai mengajar membaca buku bacaan berjenjang, di kelas saya ada delapan orang anak yang masih belum lancar membaca. Anak-anak ini masih membaca mengeja dengan sangat perlahan. Karena kemampuan membaca dari 20 murid saya berbeda-beda, saya lebih sering melakukan kegiatan membaca terbimbing ketimbang membaca mandiri dan membaca bersama.

Jika membaca bersama, anak-anak yang kurang mampu membaca menjadi tidak terlalu fokus, mereka akan cenderung untuk diam atau malah mengganggu temannya.

Sebuah peningkatan yang sangat baik, empat dari delapan anak yang masih sangat kurang kemampuan membacanya ini sudah lebih bisa membaca. Kegiatan membaca seperti ini harus terus dilakukan secara berkelanjutan agar kemampuan membaca siswa semakin baik.

Membaca Berjenjang Membuat Siswa Mahir Membaca

MIN Bintang Bayu, Serdang Bedagai, Sumatera Utara

Para siswa mengikuti membaca terbimbing yang dilaksanakan di dalam kelas dan di luar kelas.

Praktik yang Baik: Budaya Baca54 Mengelola Budaya Baca 55

Page 65: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Oleh Masliana Dewi SPd SDGuru MIN Bintang Bayu

Sekolah kami sangatlah jauh dari kabupaten, tapi kami berusaha untuk menjadikan sekolah kami tidak tertinggal dari sekolah-sekolah yang ada di kota atau yang dekat dari kabupaten.

Bahkan kami punya slogan “Sekolah boleh di kampung tapi kita jangan kampungan.” Untuk itu kami berusaha agar sekolah kami menjadi yang terbaik, dimulai dari kepala madrasah yang selalu mendukung dan guru-guru yang aktif yang siap untuk melakukan perubahan dari yang baik ke tingkat yang lebih baik.

Bersyukurnya kami saat ini ada program Buku Bacaan Berjenjang (B3). Saya mulai menerapkannya di kelas I, tempat saya mengajar. Semua siswa antusias mengikutinya, dari yang sudah pandai membaca sampai yang belum bisa membaca, seperti Ryan, salah satu siswa saya yang semangat belajarnya menjadi luar biasa. Dari mengerjakan PR sampai bertanya kepada guru di kelas. Ryan mengerjakannya dengan senang hati. Tapi Ryan belum pandai

membaca sehingga kemampuannya menerima pelajaran menjadi sangat kurang. Ryan adalah satu dari antara siswa-siswa saya yang belum pandai membaca.

Saat memulai mengajar membaca buku bacaan berjenjang, di kelas saya ada delapan orang anak yang masih belum lancar membaca. Anak-anak ini masih membaca mengeja dengan sangat perlahan. Karena kemampuan membaca dari 20 murid saya berbeda-beda, saya lebih sering melakukan kegiatan membaca terbimbing ketimbang membaca mandiri dan membaca bersama.

Jika membaca bersama, anak-anak yang kurang mampu membaca menjadi tidak terlalu fokus, mereka akan cenderung untuk diam atau malah mengganggu temannya.

Sebuah peningkatan yang sangat baik, empat dari delapan anak yang masih sangat kurang kemampuan membacanya ini sudah lebih bisa membaca. Kegiatan membaca seperti ini harus terus dilakukan secara berkelanjutan agar kemampuan membaca siswa semakin baik.

Membaca Berjenjang Membuat Siswa Mahir Membaca

MIN Bintang Bayu, Serdang Bedagai, Sumatera Utara

Para siswa mengikuti membaca terbimbing yang dilaksanakan di dalam kelas dan di luar kelas.

Praktik yang Baik: Budaya Baca54 Mengelola Budaya Baca 55

Page 66: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Ibu Khotimah, wali murid kelas 1 MI NU 2 Tangkisan Purbalingga ini aktif membantu siswa dalam membaca buku besar secara terbimbing. Dia adalah satu dari 24 orang anggota paguyuban kelas I di madrasah yang membantu siswa dalam membaca. Di sela-sela

aktivitasnya sehari-hari sebagai pembuat gula jawa atau gula aren, dia selalu datang setiap pagi untuk mendampingi siswa belajar.

“Setiap pagi saya selalu mengantar anak saya untuk naik tebing yang

curam ke madrasah. Saya menungguinya sampai selesai. Setelah itu, baru membuat gula aren yang diambil bapak dari pohon aren,” aku Ibu Khotimah.

Melihat banyaknya orang tua yang

selalu memadati madrasah setiap hari, madrasah membuat program membaca buku besar yang dilakukan oleh anggota paguyuban. Menurut Ibu Khotimah, mereka pertama dilatih untuk membaca buku besar, memegang dengan benar, dan membuat siswa tertarik dulu dengan buku. Minggu selanjutnya mereka dilatih kemampuan untuk menceritakan secara rinci setiap isi dan gambar. Lalu mereka dilatih untuk mengimajinasikan gambar yang ada pada buku untuk merangsang pengalaman baru kepada siswa.

Kemudian Ibu Khotimah memfokuskan dan mengeskplorasi gambar. Pertama-tama, mengeksplorasi isi dari dapur. Caranya dengan meminta siswa untuk menyebutkan nama dan menunjukkan barang-barang tersebut. Di situ dia mengajarkan siswa tentang pengetahuan barang dan apa yang boleh dilakukan dan tidak dilakukan di dapur.

“Ayo siapa yang tahu Rani dan Ibu sedang memasak apa?” tanya Ibu Khotim dengan nada kental Purbalingga. Sontak siswa menjawab dengan berbagai macam jawaban.

Cara menjawab Ibu Khotim menarik. Beliau tidak langsung mengiyakan jawaban siswa. Dia menunjuk gambar satu persatu di buku dan meminta siswa untuk menebaknya. Dengan telaten dia memberikan informasi bahan-bahan yang ada di samping kompor. Bila ada siswa yang belum

mengerti beliau Ibu Khotim menjelaskan dengan rinci. Mulai dari jenis sayuran, daging, minyak dan berbagai peralatan dapur lain. Akhirnya mereka tahu kalau Ibu dan Rani sedang memasak nasi goreng.

“Siapa yang suka makan nasi goreng?” tanyanya lagi. Semua siswa mengangkat tangannya dan Ibu Khotim menunjuk satu siswa untuk mengeksplorasi cerita yang sudah disampaikan serta pengalaman pribadi dari siswa tersebut. Begitulah suasana setiap jam membaca yang diampu oleh anggota paguyuban kelas. Mereka berasal dari berbagai latar belakang pendidikan dan ekonomi yang berbeda. Namun karena kepedulian yang sudah digali oleh madrasah akhirnya mereka terpanggil untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran di madrasah.

Dalam kegiatan membaca buku besar tersebut, ada hal unik lain. Buku-buku besar tersebut merupakan buku buatan siswa kelas VI yang menggambar dan mewarnai dengan tangan terampil mereka. Dari bahan yang seadanya, mereka berhasil membuat banyak buku besar dengan tema yang beraneka ragam.

Ibu Pembuat Gula Jawa Ini Bantu Siswa Memahami Buku Cerita

MI NU 2 Tangkisan Purbalingga, Jawa Tengah

Ibu Khotimah didampingi oleh guru dan salah satu rekannya sedang membelajarkan siswa tentang membaca dengan buku besar di Gazebo hasil partisipasi aktif orang tua siswa.

Praktik yang Baik: Budaya Baca56 Mengelola Budaya Baca 57

Page 67: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

Ibu Khotimah, wali murid kelas 1 MI NU 2 Tangkisan Purbalingga ini aktif membantu siswa dalam membaca buku besar secara terbimbing. Dia adalah satu dari 24 orang anggota paguyuban kelas I di madrasah yang membantu siswa dalam membaca. Di sela-sela

aktivitasnya sehari-hari sebagai pembuat gula jawa atau gula aren, dia selalu datang setiap pagi untuk mendampingi siswa belajar.

“Setiap pagi saya selalu mengantar anak saya untuk naik tebing yang

curam ke madrasah. Saya menungguinya sampai selesai. Setelah itu, baru membuat gula aren yang diambil bapak dari pohon aren,” aku Ibu Khotimah.

Melihat banyaknya orang tua yang

selalu memadati madrasah setiap hari, madrasah membuat program membaca buku besar yang dilakukan oleh anggota paguyuban. Menurut Ibu Khotimah, mereka pertama dilatih untuk membaca buku besar, memegang dengan benar, dan membuat siswa tertarik dulu dengan buku. Minggu selanjutnya mereka dilatih kemampuan untuk menceritakan secara rinci setiap isi dan gambar. Lalu mereka dilatih untuk mengimajinasikan gambar yang ada pada buku untuk merangsang pengalaman baru kepada siswa.

Kemudian Ibu Khotimah memfokuskan dan mengeskplorasi gambar. Pertama-tama, mengeksplorasi isi dari dapur. Caranya dengan meminta siswa untuk menyebutkan nama dan menunjukkan barang-barang tersebut. Di situ dia mengajarkan siswa tentang pengetahuan barang dan apa yang boleh dilakukan dan tidak dilakukan di dapur.

“Ayo siapa yang tahu Rani dan Ibu sedang memasak apa?” tanya Ibu Khotim dengan nada kental Purbalingga. Sontak siswa menjawab dengan berbagai macam jawaban.

Cara menjawab Ibu Khotim menarik. Beliau tidak langsung mengiyakan jawaban siswa. Dia menunjuk gambar satu persatu di buku dan meminta siswa untuk menebaknya. Dengan telaten dia memberikan informasi bahan-bahan yang ada di samping kompor. Bila ada siswa yang belum

mengerti beliau Ibu Khotim menjelaskan dengan rinci. Mulai dari jenis sayuran, daging, minyak dan berbagai peralatan dapur lain. Akhirnya mereka tahu kalau Ibu dan Rani sedang memasak nasi goreng.

“Siapa yang suka makan nasi goreng?” tanyanya lagi. Semua siswa mengangkat tangannya dan Ibu Khotim menunjuk satu siswa untuk mengeksplorasi cerita yang sudah disampaikan serta pengalaman pribadi dari siswa tersebut. Begitulah suasana setiap jam membaca yang diampu oleh anggota paguyuban kelas. Mereka berasal dari berbagai latar belakang pendidikan dan ekonomi yang berbeda. Namun karena kepedulian yang sudah digali oleh madrasah akhirnya mereka terpanggil untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran di madrasah.

Dalam kegiatan membaca buku besar tersebut, ada hal unik lain. Buku-buku besar tersebut merupakan buku buatan siswa kelas VI yang menggambar dan mewarnai dengan tangan terampil mereka. Dari bahan yang seadanya, mereka berhasil membuat banyak buku besar dengan tema yang beraneka ragam.

Ibu Pembuat Gula Jawa Ini Bantu Siswa Memahami Buku Cerita

MI NU 2 Tangkisan Purbalingga, Jawa Tengah

Ibu Khotimah didampingi oleh guru dan salah satu rekannya sedang membelajarkan siswa tentang membaca dengan buku besar di Gazebo hasil partisipasi aktif orang tua siswa.

Praktik yang Baik: Budaya Baca56 Mengelola Budaya Baca 57

Page 68: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47
Page 69: Praktik yang Baik MANAJEMEN, BUDAYA BACA DAN …prioritaspendidikan.org/file/Buku_PB_MBS_Madrasah.pdf · Tanggulangi Masalah Transportasi Siswa ... Melalui Cerita Bergambar ... 47

USAID PRIORITAS Ratu Plaza Office Tower Lt. 25. Jl. Jenderal Sudirman Kav 9, Jakarta-10270 Telp: (021) 722 7998 Fax: (021) 722 7978 email: [email protected]