PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang...

23
Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015 PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM PERSPEKTIF ENVIRONMENTAL GOVERNANCE (STUDI KEBIJAKAN PENGAMANAN TANGGUL SUNGAI BRANTAS BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI KABUPATEN JOMBANG) Oleh: Novy Setia Yunas Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIPOL Universitas Darul ‘Ulum Jombang e-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui indepth interview, observasi, studi dokumentasi dan studi literatur. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui usaha apa yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Jombang untuk menanggulangi kerusakan lingkungan akibat aktivitas penambangan pasir menggunakan mesin mekanik yang terjadi di sepanjang daerah aliran Sungai Brantas dalam kaitannya dengan keberhasilan implementasi kebijakan pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis partisipasi masyarakat. Kebijakan pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis partisipasi masyarakat diimplementasikan sebagai akibat dari inefektivitas implementasi kebijakan operasi penambangan pasir illegal berbasis represif. Sesuai penelitian ini, kebijakan tersebut relevan dengan konsep-konsep yang ada pada environmental governance, dimana proses implementasi kebijakan tersebut dibangun oleh relasi antara pemerintah, masyarakat dan sektor swasta. Faktor utama dari keberhasilan implementasi kebijakan tersebut terletak pada penggunaan energi masyarakat, kemitraan/ kolaborasi multi aktor dan yang terakhir adalah adanya perubahan pola pendekatan dari represif ke partisipatif. Sehingga kebijakan pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis partisipasi masyarakat tersebut merupakan perwujudan dari praktik kekuasaan persuasif dalam perspektif Environmental Governance. Keyword: Kerusakan, sungai, kebijakan, partisipasi, represif Pendahuluan Sungai Brantas merupakan salah satu sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Sungai Bengawan Solo. Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan hidup masyarakat Jawa Timur ini memiliki luas area sekitar 12.000 kilometer persegi dan panjang sungai mencapai 320 kilometer. Sungai Brantas bersumber dari Sumber Brantas Kota Batu, tepatnya di lereng Gunung Arjuna dan Anjasmara, lalu mengalir ke Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto, dan akhirnya ke Surabaya (Selat Madura atau Laut Jawa). Berdasar data yang dirilis oleh Balai Besar Wilayah Sungai Brantas (BBWS), jumlah penduduk di wilayah yang dilalui Sungai Brantas pada tahun 2008 lalu mencapai 16.194.400 jiwa atau 42,16 persen dari total penduduk Jawa Timur. 1 Sungai Brantas merupakan sumber utama kebutuhan air baku untuk konsumsi domestik, irigasi, kesehatan, industri, rekreasi, pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain. Oleh karena itu, sangat jelas bahwa Sungai Brantas memiliki fungsi dan 1 Profil Daerah Aliran Sungai Brantas http://bbwsbrantas.pdsda.net/index.php?option=com diakses tanggal. 20 Januari 2015 87

Transcript of PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang...

Page 1: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM PERSPEKTIF ENVIRONMENTAL GOVERNANCE

(STUDI KEBIJAKAN PENGAMANAN TANGGUL SUNGAI BRANTAS BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI KABUPATEN JOMBANG)

Oleh: Novy Setia Yunas

Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIPOL Universitas Darul ‘Ulum Jombang

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui indepth interview, observasi, studi dokumentasi dan studi literatur. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui usaha apa yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Jombang untuk menanggulangi kerusakan lingkungan akibat aktivitas penambangan pasir menggunakan mesin mekanik yang terjadi di sepanjang daerah aliran Sungai Brantas dalam kaitannya dengan keberhasilan implementasi kebijakan pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis partisipasi masyarakat. Kebijakan pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis partisipasi masyarakat diimplementasikan sebagai akibat dari inefektivitas implementasi kebijakan operasi penambangan pasir illegal berbasis represif. Sesuai penelitian ini, kebijakan tersebut relevan dengan konsep-konsep yang ada pada environmental governance, dimana proses implementasi kebijakan tersebut dibangun oleh relasi antara pemerintah, masyarakat dan sektor swasta. Faktor utama dari keberhasilan implementasi kebijakan tersebut terletak pada penggunaan energi masyarakat, kemitraan/ kolaborasi multi aktor dan yang terakhir adalah adanya perubahan pola pendekatan dari represif ke partisipatif. Sehingga kebijakan pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis partisipasi masyarakat tersebut merupakan perwujudan dari praktik kekuasaan persuasif dalam perspektif Environmental Governance.

Keyword: Kerusakan, sungai, kebijakan, partisipasi, represif

Pendahuluan

Sungai Brantas merupakan salah satu sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Sungai

Bengawan Solo. Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan hidup masyarakat Jawa

Timur ini memiliki luas area sekitar 12.000 kilometer persegi dan panjang sungai mencapai 320

kilometer. Sungai Brantas bersumber dari Sumber Brantas Kota Batu, tepatnya di lereng Gunung

Arjuna dan Anjasmara, lalu mengalir ke Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto, dan

akhirnya ke Surabaya (Selat Madura atau Laut Jawa).

Berdasar data yang dirilis oleh Balai Besar Wilayah Sungai Brantas (BBWS), jumlah

penduduk di wilayah yang dilalui Sungai Brantas pada tahun 2008 lalu mencapai 16.194.400 jiwa

atau 42,16 persen dari total penduduk Jawa Timur.1 Sungai Brantas merupakan sumber utama

kebutuhan air baku untuk konsumsi domestik, irigasi, kesehatan, industri, rekreasi, pembangkit

tenaga listrik, dan lain-lain. Oleh karena itu, sangat jelas bahwa Sungai Brantas memiliki fungsi dan

1 Profil Daerah Aliran Sungai Brantas http://bbwsbrantas.pdsda.net/index.php?option=com diakses tanggal. 20 Januari 2015

87

Page 2: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

memberikan manfaat yang sangat besar bagi keberlangsungan hidup masyarakat yang ada di

sekitarnya.

Namun dalam perkembangannya saat ini, Sungai Brantas tidak lagi dapat memberikan manfaat

yang sangat baik seperti sedia kala, bahkan potensi bencana juga mengancam masyarakat yang

bermukim di sekitar Sungai Brantas tersebut. Pasalnya, Sungai Brantas saat ini telah mengalami

proses penurunan manfaat yang cukup besar. Proses penurunan manfaat ini disebabkan oleh

perilaku-perilaku alam dan manusia itu sendiri yang mengarah pada tindakan destruktif terhadap

daerah mata air serta lingkungan di sepanjang daerah aliran sungai tersebut. Berdasarkan data dari

Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH IX Jawa Timur) menyebutkan bahwa daerah aliran

Sungai Brantas adalah salah satu daerah aliran sungai paling kritis dari sekitar 29 daerah aliran

sungai yang ada di Jawa Timur. Hampir setengah dari wilayah daerah aliran sungai ini termasuk

dalam kategori lahan kritis. Isu kerusakan lingkungan yang paling menonjol di kawasan ini adalah

alih-guna lahan dari hutan menjadi lahan pertanian maupun perumahan di wilayah hulu Sungai

Brantas, penurunan kuantitas dan kualitas air akibat pencemaran industri maupun rumah tangga dan

penurunan dasar sungai akibat eksploitasi pasir sungai menggunakan mesin mekanik.2

Permasalahan kerusakan lingkungan yang ada di sepanjang daerah aliran Sungai Brantas

tersebut hampir mayoritas disebabkan oleh perilaku manusia. Dalam kondisi dan kenyataan yang

seperti ini semakin menegaskan bahwa alam masih menjadi alat bagi kepentingan manusia.

Manusia mengejar berbagai kepentingannya seperti kepentingan ekonomi, sosial maupun politik

tanpa memperhatikan kelestarian dan kepeduliannya terhadap alam semesta. Kondisi seperti inilah

yang kemudian relevan untuk dianalisa berdasar pada perspektif antroposentrik. Perlu diketahui

bahwa perspektif antroposentrik merupakan salah satu pendekatan dan konsep teoritis dalam studi

politik lingkungan dan sumber daya alam. Pendekatan antroposentrik secara tegas menjelaskan

bahwa manusia merupakan sentral dari alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang

paling menentukan dalam tatanan ekosistem maupun dalam kebijakan yang diambil kaitannya

dengan alam baik secara langsung maupun tidak langsung. Pendekatan ini memandang bahwa nilai

tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Dengan dalih memenuhi kepentingannya, manusia

dapat seenaknya mengeskploitasi alam.

Kemudian berbicara lebih lanjut mengenai kerusakan di sepanjang daerah aliran Sungai

Brantas, salah satu daerah di Jawa Timur yang dilalui Sungai Brantas adalah Kabupaten Jombang.

Daerah tersebut dihadapkan pada masalah yang sama yakni kerusakan lingkungan di sepanjang

daerah aliran Sungai Brantas. Sudah berulang kali pemandangan terkait kerusakan di daerah aliran

Sungai Brantas yang melewati Kabupaten Jombang ini terlihat secara jelas. Mulai dari penurunan

2 Widianto, Didik Suprayogo, Sudarto. Implementasi Kaji Cepat Hidrologi (RHA) di Hulu DAS Brantas. Bogor: World Agroforestry Centre, 2011, hal 1

88

Page 3: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

dasar sungai yang berdampak pada longsornya tanggul penampang sungai dan kerusakan

infrastruktur pengairan, penurunan kuantitas dan kualitas air yang disebabkan oleh pembuangan

limbah industri maupun limbah rumah tangga dan alih fungsi lahan di sekitar bantaran Sungai

Brantas yang tidak sesuai dengan peruntukannya seperti untuk perumahan dan sebagainya.

Salah satu bentuk kerusakan lingkungan di daerah aliran Sungai Brantas Kabupaten

Jombang yang kini menjadi sorotan para pemerhati lingkungan dan kondisinya yang cukup

memperihatinkan adalah penurunan dasar sungai akibat maraknya aktivitas penambangan pasir

menggunakan mesin mekanik. Mesin mekanik yang dimaksud adalah alat atau sarana penambangan

yang termodernisasi sejak munculnya beberapa penambang besar yang mengadopsi mesin penyedot

pasir bertenaga diesel. Tren modernisasi ini menular secara cepat dan masiv ke kalangan

penambang lain yang ada di sepanjang aliran Sungai Brantas. Kegiatan penambangan pasir sungai

dengan mesin mekanik ini menjadi perhatian bersama saat ini, pasalnya berdasar penelitian yang

dilakukan Perum Jasa Tirta, volume pasir yang dikeruk dengan cara mekanik per tahunnya bisa

mencapai kisaran 2 juta meter kubik lebih. Angka ini jauh melebihi ambang batas toleransi

pengambilan pasir di sepanjang aliran Sungai Brantas yang hanya 450 ribu meter kubik/ tahun.3

Akibatnya sungguh mengerikan, eksploitasi besar-besaran tersebut menyebabkan penurunan dasar

sungai yang berdampak pada keamanan konstruksi jembatan, infrastruktur pengairan seperti dam

karet dan tanggul-tanggul pengaman Sungai Brantas yang keberadaanya amat penting untuk

melindungi pemukiman penduduk atau lingkungan yang terdekat dengan sungai dari bencana-

bencana primer seperti banjir dan sebagainya. Berdasar hasil penelitian yang dilakukan Perum Jasa

Tirta Divisi Jasa Air dan Sumber Air (ASA) I/II wilayah Tulungagung-Trenggalek menunjukkan,

akibat maraknya penambangan pasir di sepanjang aliran Sungai Brantas, dasar Sungai Brantas turun

sampai kisaran 8 meter pada tahun 2006 dan bertambah menjadi 12 meter pada tahun 2009.4 Fakta

riil di lapangan juga ditemukan banyak titik tanggul Sungai Brantas di wilayah Kabupaten Jombang

yang kondisinya kritis dan sudah hampir jebol, otomatis resiko dari kondisi tersebut nantinya jika

sampai tanggul penahan air di sepanjang aliran Sungai Brantas jebol, maka bencana besar terutama

banjir bisa melanda area pemukiman penduduk maupun lahan-lahan pertanian milik penduduk.

Permasalahan kerusakan lingkungan yang terjadi di sepanjang daerah aliran Sungai Brantas

sebagaimana dimaksud di atas nampaknya sudah berada pada kondisi yang sangat mendesak dan

menuntut perhatian dari berbagai pihak. Pemerintah sebagai otoritas di daerah dituntut untuk lebih

mampu membuat sebuah kebijakan yang bisa menjadi solusi atas permasalahan tersebut dengan

melibatkan serta menguntungkan banyak pihak. Artinya, kebijakan yang ada selama ini terbatas

pada pola pendekatan kekuasaan dengan instrumen penegakan hukum seperti aksi-aksi penertiban

3 Efek domino penurunan dasar Sungai Brantas. http://www.antaranews.com/berita/1303716 diakses tanggal 20 Januari 2015 4 Ibid.

89

Page 4: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

dan tindakan represif aparat sehingga tidak sedikit dari tindakan-tindakan tersebut justru

menyebabkan konflik ataupun gesekan diantara pemerintah dan masyarakat. Kondisi seperti ini

yang kemudian tidak jarang menciptakan kerugian bagi masyarakat dan masyarakat pun semakin

menilai pemerintah pada posisi yang tidak baik. Kebijakan-kebijakan berbasis represif seperti itu

nampaknya menjadi sebuah kebijakan yang banyak diambil oleh pemerintah kabupaten maupun

kota yang dilalui Sungai Brantas dengan permasalahan yang sama, mulai dari Kabupaten/ Kota

Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Blitar, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung

dan Kabupaten/ Kota Mojokerto.

Berdasarkan pengalaman di lapangan sebagaimana yang dimaksud di atas, maka yang

dibutuhkan saat ini adalah kebijakan yang mampu mengakomodir berbagai kepentingan baik dari

masyarakat, pemerintah dan juga pihak-pihak yang mengambil bagian penting dalam proses

kerusakan dan sebaliknya mengambil manfaat dari Sungai Brantas seperti pihak swasta. Dalam

konteks studi politik lingkungan dan sumber daya alam, terdapat sebuah konsep environmental

governance yang merupakan salah satu konsep manajemen pengelolaan lingkungan dan sumber

daya alam yang diarahkan untuk meminimalisir kerusakan lingkungan. Konteks utama dalam

environmental governance didasarkan pada relasi di antara pemerintah, pihak swasta dan

masyarakat atau dalam konteks governance disebut segitiga governance. Melalui hubungan

relasional yang baik tersebut diharapkan muncul beberapa gagasan dan aksi-aksi penyelamatan

lingkungan serta pelestarian alam maupun kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal itu,

Bupati Jombang atas nama pemerintah daerah Kabupaten Jombang memperoleh banyak masukan

dari elemen masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap kondisi Sungai Brantas, kemudian

menginstruksikan sebuah kebijakan penyelamatan daerah aliran Sungai Brantas berbasis partisipasi

masyarakat. Kebijakan yang diberi nama Jaga Tanggul atau kebijakan pengamanan tanggul Sungai

Brantas berbasis partisipasi masyarakat tersebut dinilai sebagai sebuah kebijakan yang melibatkan

banyak aktor seperti masyarakat, pemerintah dan membangun kemitraan publik serta swasta dalam

penyelamatan dan pengelolaan daerah aliran Sungai Brantas. Perkembangan kebijakan yang

berbeda dengan daerah lain tersebut, sampai saat ini cukup membawa banyak perubahan yang

sangat signifikan bagi aksi penyelamatan lingkungan di daerah aliran Sungai Brantas. Karena dalam

implementasinya, kebijakan tersebut tidak hanya menjalankan tindakan represif aparat dalam

menertibkan aktivitas penambangan pasir menggunakan mesin mekanik tersebut melainkan dengan

pendekatan yang persuasif, humanis serta memperhatikan aspek sosio-kultural dan ekonomi. Dalam

artian, pemerintah tidak hanya bertindak secara represif dalam menertibkan usaha illegal mereka

melainkan pemerintah juga mempersiapkan perubahan mata pencaharian atau alih profesi yang

lebih layak bagi para penambang pasir yang selama ini menggantungkan hidupnya dari usaha

penambangan pasir illegal tersebut. Selain itu, masyarakat juga dilibatkan sebagai pelaksana

90

Page 5: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

inisiatif pemerintah daerah tersebut sekaligus mengawasi proses implementasi kebijakan yang ada.

Dengan pola dan pendekatan seperti itu, maka realita di lapangan saat ini tidak ditemui lagi

aktivitas-aktivitas penambangan pasir menggunakan mesin mekanik di wilayah Kabupaten

Jombang. Berkaitan dengan latar belakang penelitian tersebut serta keberadaan kebijakan

pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis partisipasi masyarakat yang dilakukan oleh

pemerintah daerah Kabupaten Jombang sebagai fokus studi penelitian ini, maka penelitian ini

dimaksudkan untuk mengetahui usaha-usaha apa yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten

Jombang untuk menanggulangi kerusakan-kerusakan lingkungan yang terjadi di sepanjang daerah

aliran Sungai Brantas akibat aktivitas penambangan pasir menggunakan mesin mekanik dalam

kaitannya dengan keberhasilan implementasi kebijakan pengamanan tanggul Sungai Brantas

berbasis partisipasi masyarakat.

Potensi Kerusakan Daerah Aliran Sungai Brantas di Kabupaten Jombang

Salah satu potensi kerusakan yang saat ini menjadi sorotan para pemerhati lingkungan dan

masyarakat khususnya di daerah aliran Sungai Brantas Kabupaten Jombang adalah maraknya

aktivitas eksploitasi pasir sungai dengan menggunakan mesin mekanik. Mesin mekanik yang

dimaksud adalah alat atau sarana penambangan yang cukup mengalami modernisasi sejak

munculnya beberapa penambang besar yang mengadopsi mesin penyedot pasir bertenaga diesel.

Tren modernisasi ini menular secara cepat dan masiv ke kalangan penambang lain yang ada di

sepanjang aliran sungai terbesar dan terpanjang di Provinsi Jawa Timur itu maupun di kawasan atau

daerah aliran Sungai Brantas. Kondisi penambangan pasir yang terjadi di Kabupaten Jombang

benar-benar memprihatinkan hal tersebut dapat dilihat pada jumlah penambang pasir yang sangat

besar. Bahkan berdasarkan data dari JPIP menyatakan bahwa mereka melakukan aktivitas

penambangan pasir tersebut sejak tahun 1987.5 Sehingga dampak yang dihasilkan dari aktivitas

penambangan pasir tersebut cukup signifikan karena yang pertama perahu menggunakan mesin

mekanik yang dilengkapi dengan paralon-paralon yang panjang dan sifatnya elastis bisa

menjangkau kemana-mana bahkan sampai dasar sungai yang dalamnya berkisar 10-25 meter. Dan

yang kedua, perahu ini bisa mobile, artinya bergerak kemana-mana mencari lahan baru yang masih

memiliki kandungan pasir yang berkualitas dan kuantitasnya besar. Bahkan dari hasil wawancara

dengan Kasi Pengendalian Operasional Satpol PP Kabupaten Jombang menyatakan bahwa

penambangan pasir dengan menggunakan perahu ini sifatnya hampir sama dengan pengeboran

minyak karena bukan hanya pasir di bawah air yang disedot melainkan sampai padasnya juga

5 The Jawa Pos Institute of Pro Otonomi. Kinerja Pengelolaan Sungai dan Saluran Terbuka (Salter) di Jawa Timur. Surabaya: The Jawa Pos Institute of Pro Otonomi, 2012, hal 13

91

Page 6: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

diambil karena pada areal tersebut kualitas pasir sangat baik dengan nilai ekonomis yang sangat

tinggi.6

Kegiatan penambangan pasir sungai dengan mesin mekanik ini memang menjadi persoalan

tersendiri dan membutuhkan perhatian saat ini. Pasalnya, berdasar estimasi yang dilakukan Sub

Divisi III PT Jasa Tirta Kediri, volume pasir yang dikeruk dengan cara manual dan mekanik

pertahunnya bisa mencapai kisaran 1,6 juta meter kubik lebih. Angka ini jauh melebihi ambang

batas toleransi pengambilan pasir di sepanjang aliran Sungai Brantas yang hanya 450 ribu meter

kubik/ tahun. Jumlah sebesar itu akan dapat merusak lingkungan di daerah aliran sungai dalam

jangka waktu yang akan datang, sehingga sekecil apapun penambangan pasir sungai seharusnya

mampu untuk lebih menyeimbangkan ekosistem sungai yang diharapkan dapat memberi dampak

yang positif bagi warga sekitar daerah aliran sungai bukan malah memberi rasa khawatir bagi warga

sekitar daerah aliran sungai.7

Dari penelitian yang dilakukan penulis di lapangan melalui studi dokumentasi milik Badan

Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Jombang ditemukan bahwa akibat dari kondisi eksploitasi

pasir besar-besaran tersebut sungguh mengerikan, karena menyebabkan beberapa potensi kerusakan

antara lain:

1. Penurunan dasar sungai

Penurunan (degradasi) dasar sungai disebabkan karena tidak seimbangnya suplai dan

besarnya ekspoitasi sedimen (pasir) di sungai. Berdasar hasil penelitian yang dilakukan

Perum Jasa Tirta Divisi Jasa Air dan Sumber Air (ASA) I/II wilayah Tulungagung-

Trenggalek menunjukkan, akibat maraknya penambangan pasir di sepanjang aliran

Sungai Brantas, dasar sungai turun sampai kisaran 8 meter pada tahun 2006 dan

bertambah menjadi 12 meter pada tahun 2009. Kondisi penurunan dasar sungai tersebut

kemudian berdampak pada longsornya tanggul-tanggul sungai. Padahal keberadaan

tanggul sungai ini sangat penting, fungsi utama dari tanggul sungai tersebut adalah

melindungi pemukiman penduduk atau lingkungan yang terdekat dengan sungai dari

bencana-bencana primer seperti banjir dan sebagainya. Pada observasi lapangan yang

dilakukan oleh penulis di beberapa kecamatan yang dilalui Sungai Brantas tepatnya di

Kecamatan Plandaan, Kecamatan Tembelang, Kecamatan Kudu, Kecamatan Megaluh,

Kecamatan Ploso penulis memperoleh fakta di lapangan bahwa banyak titik tanggul

Sungai Brantas di wilayah Kabupaten Jombang yang longsor dan hampir jebol, otomatis

6 Narasumber: M. Ronny Affriandie (Kepala Seksi Pengendalian Operasional Satpol PP Jombang). Hari: Senin. Tanggal: 12 November 2012. Pukul. 10.00- 11.00 WIB Bertempat di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Jombang, Jalan. KH. Wahid Hasyim Jombang 7 Data tersebut dirilis oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang dalam kajian kerusakan lingkungan hidup akibat penambangan pasir Sungai Brantas di Wilayah Kabupaten Jombang tahun 2010

92

Page 7: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

resiko dari kondisi tersebut nantinya jika sampai tanggul penahan air di sepanjang aliran

Sungai Brantas jebol, maka bencana banjir dapat melanda area padat penduduk maupun

lahan-lahan pertanian. Selain itu, penurunan dasar sungai akibat penambangan pasir

menggunakan mesin mekanik menyebabkan konstruksi penyangga bangunan di dasar

sungai menjadi menggantung, sehingga berpengaruh terhadap keamanan konstruksi

bendungan/ dam maupun jembatan. Selain itu akan terjadi penurunan elevasi muka air

Sungai Brantas sehingga pengaturan saluran irigasi primer dan sekunder menjadi

semakin sulit. Berdasar data yang dirilis oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Jombang penulis memperoleh temuan bahwa pada tahun 2002 konstruksi dam

Jatimlerek anjlok karena penurunan dasar sungai yang diakibatkan maraknya

penambangan pasir menggunakan mesin mekanik yang dilakukan di sekitar dam

Jatimlerek.8 Kemudian berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Badan Lingkungan

Hidup Kabupaten Jombang, pada tahun 2007 yang lalu juga terjadi kerusakan Jembatan

Beng di Desa Gebangbunder, Kecamatan Plandaan. Jembatan sepanjang 100 meter

dengan lebar 4 meter yang melintasi Kali Beng dan menghubungkan Desa

Gebangbunder dengan Kecamatan Lengkong, Kabupaten Nganjuk, itu patah akibat

tiang penyangga bagian tengah turun sekitar 1 meter. Tiang itu turun akibat pasir di

dasar sungai hanyut terbawa arus Kali Beng ke Sungai Brantas. 9

2. Kerusakan infrastruktur jalan

Selain kerusakan yang telah disebutkan di atas, aktivitas pengangkutan pasir yang

berlebihan di ruas jalan sepanjang Sungai Brantas, dengan tonase truk yang melebihi

dari ketentuan kelas jalan menyebabkan terjadinya kerusakan jalan. Dampak

lanjutannya adalah terganggunya aktivitas masyarakat terutama aktivitas perekonomian,

karena tidak memadainya infrastruktur transportasi. Sementara kontribusi dari kegiatan

penambangan pasir relatif kecil dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan

kondisi jalan.10

3. Kepunahan Biota Sungai.

Substrat di permukaan dasar sungai menjadi habitat bagi berbagai jenis biota dasar

sungai (bentos)11 misalnya kerang, keong, dan larva serangga. Hewan yang hidup di

dasar sungai menyaring makanan dari air dan mengais bahan organik yang menempel di

permukaan pasir dan batuan. Hewan di dasar sungai berperan penting dalam membantu

8 Ibid. 9 Ibid. 10 Ibid. 11 Menurut Rini (2009) Bentos adalah organism air yang mendiami dasar perairan dan tinggal di dalam atau pada sedimen dasar perairan. Bentos ini memegang peranan penting dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan.

93

Page 8: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

penguraian bahan pencemar organik yang mencemari air sungai. Selain itu hewan

bentos ini juga menjadi sumber makanan bagi ikan. Hewan ini berperan penting dalam

menjaga kesehatan dan keseimbangan ekosistem sungai. Perubahan substrat dasar

sungai dapat menyebabkan punahnya hewan bentos yang akan menghambat proses

penguraian bahan pencemar di sungai serta mengurangi sumber makanan bagi ikan dan

hewan air lainnya. Kepunahan hewan bentos dapat diikuti oleh penumpukan bahan

pencemar organik di perairan sungai dan berkurangnya jumlah ikan di bagian sungai.12

4. Kerusakan konstruksi rumah masyarakat

Salah satu temuan di lapangan terkait potensi kerusakan di daerah aliran Sungai Brantas

adalah rusaknya konstruksi rumah masyarakat yang bermukim di sepanjang aliran

Sungai Brantas. Banyak masyarakat khususnya yang bermukim di sepanjang aliran

Sungai Brantas mengeluhkan hal yang sama, misalnya retak-retak pada dinding rumah

maupun lantai. Hal ini disebabkan karena keroposnya tanah yang ada di sekitar sungai

akibat eksploitasi besar-besaran oleh penambang pasir menggunakan mesin mekanik.

5. Kuantitas air yang semakin menipis

Selain rusaknya konstruksi rumah warga sebagai hasil temuan di lapangan terkait

potensi kerusakan di sepanjang aliran Sungai Brantas, tidak sedikit warga yang

mengeluhkan kuantitas air sumur mereka yang semakin lama semakin menipis. Selain

kuantitas air yang semakin menipis, kualitas air juga kurang baik. Air kini mulai keruh,

berbau tidak sedap dan membawa pasir.

Dua temuan di atas, kemudian diperkuat dari hasil wawancara dengan Abdul Wahab selaku

masyarakat sekitar Sungai Brantas yang menyatakan bahwa selama ada aktivitas penambangan

pasir di Sungai Brantas, masyarakat merasakan semakin lama semakin mengganggu lingkungan

sekitar. Kondisi lingkungan yang terganggu tersebut terasa dari kualitas dan kuantitas air bersih.

Selain itu masyarakat mulai merasakan bahwa rumah mereka yang terletak di sekitar sungai ini

mulai mengalami keretakan pada dinding maupun lantai.13

Kebijakan Represif: Operasi Penertiban Penambangan Pasir Illegal

Melihat tingkat kerusakan yang cukup mengkhawatirkan bagi keselamatan penduduk di

sekitar daerah aliran Sungai Brantas sebagaimana yang dijelaskan pada pembahasan sebelumnya,

maka saat ini dibutuhkan sebuah peran dan upaya yang terbaik dari pemerintah daerah untuk

mengatasi persoalan kerusakan yang diakibatkan oleh maraknya aktivitas penambangan pasir

12 Data tersebut dirilis oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang dalam kajian kerusakan lingkungan hidup akibat penambangan pasir Sungai Brantas di Wilayah Kabupaten Jombang tahun 2010 13 Narasumber: Abdul Wahab (Tokoh Masyarakat dan Koordinator Satgas Pengamanan Tanggul Sungai Brantas Kecamatan Megaluh). Hari: Senin, Tanggal: 29 Oktober 2012. Pukul. 16.30- 17.30 WIB Bertempat di Desa. Ngogri Kecamatan. Megaluh.

94

Page 9: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

menggunakan mesin mekanik. Di tingkat provinsi, pemerintah daerah provinsi Jawa Timur telah

menerbitkan sebuah peraturan daerah (perda) nomor 1 tahun 2005 yang mengatur tentang

pengendalian usaha pertambangan bahan galian golongan C pada wilayah sungai di Provinsi Jawa

Timur sebagai bentuk tindak lanjut dari undang-undang pengelolaan lingkungan hidup. Selain

peraturan daerah (perda) provinsi Jawa Timur nomor 1 tahun 2005, untuk mengatur aktivitas

penambangan pasir di wilayah sungai yang ada di provinsi Jawa Timur, Gubernur Jawa Timur juga

mengeluarkan surat gubernur Jawa Timur nomor. 331.1/84/303/2007 tentang penambangan pasir

liar menggunakan mesin mekanik di Sungai Brantas maupun Sungai Bengawan Solo. Sedangkan di

tingkat Kabupaten Jombang, Bupati Jombang juga mengeluarkan surat keputusan Bupati Jombang

nomor: 188/48/405.12/2002 tentang pembentukan tim operasi PATAS (Penertiban Penambang

Pasir Sungai Brantas) dalam wilayah Kabupaten Jombang.

Maka sebagai langkah implementasi peraturan daerah tersebut, pemerintah provinsi

menginstruksikan kepada seluruh pemerintah kabupaten yang berada di wilayah sungai

sebagaimana dimaksud pada peraturan tersebut untuk melakukan upaya semaksimal mungkin

berupa operasi penertiban aktivitas penambangan pasir menggunakan mesin mekanik di wilayah

sungai yang ada di Provinsi Jawa Timur. Satpol PP merupakan leading sector dari upaya operasi

penertiban tersebut karena sesuai dengan perannya yakni menegakkan peraturan pemerintah daerah

dituntut untuk dapat bekerja sama dengan instrumen penegak hukum lainnya seperti pihak

Kepolisian, TNI, Polisi Militer dan pihak-pihak sipil lainnya seperti Jasa Tirta I, Dinas Pekerjaan

Umum, Dinas Pengairan serta Muspika. Upaya yang dilakukan dalam operasi represif tersebut

sangat konkrit yakni perahu yang mereka gunakan untuk aktivitas penambangan pasir akan dibakar

ataupun dirusak sedangkan mesin penyedot dan mesin perahu akan disita sebagai barang bukti.

Namun dalam realita di lapangan dan hasil penelitian, menyatakan bahwa masyarakat

menilai bahwa operasi penambangan pasir dengan cara represif yang dilakukan selama ini kurang

maksimal. Buktinya beberapa tahun operasi dilakukan dengan anggaran yang tidak sedikit kurang

berhasil menekan aktivitas penambangan pasir menggunakan mesin mekanik di Sungai Brantas.

Terlebih hasil temuan di lapangan menyebutkan bahwa, ketika operasi petugas tidak memperoleh

apa-apa atau dinyatakan nihil tetapi setelah petugas pulang para penambang pasir melakukan

aktivitasnya kembali. Hal ini menimbulkan banyak spekulasi di masyarakat. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh penulis bahwa kondisi tersebut semata-mata disebabkan oleh adanya

kebocoran informasi sebelum operasi dilaksanakan, sehingga para penambang pasir dapat

mengamankan terlebih dahulu seluruh aset usaha penambangan yang dimilikinya. Yang menjadi

pertanyaan mengapa bisa bocor informasi sebelum diadakannya operasi dan siapa yang

mencoborkan? Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang kerap kali diajukan penulis dalam

melakukan penelitian terhadap masyarakat baik mantan penambang pasir ataupun otoritas terkait

95

Page 10: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

dari Satpol PP. Berdasar hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan Kasi Pengendalian

Operasional Satpol PP Kabupaten Jombang didapatkan hasil bahwa secara umum mereka mengakui

bahwa potensi kebocoran informasi sebelum operasi benar adanya sehingga para penambang pasir

bisa mengamankan usahanya terlebih dahulu. Potensi kebocoran yang ditekankan oleh narasumber

tersebut terletak pada jauhnya akses dari kantor menuju tempat operasi ditambah dengan arus lalu

lintas yang terkadang tidak mendukung seperti adanya kemacetan. Sehingga dari kondisi tersebut

memungkinkan adanya informasi yang bocor sehingga para penambang pasir dapat mengamankan

usahanya sebelum petugas datang. 14

Namun hasil temuan di atas berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh masyarakat.

Masyarakat mengungkapkan hal yang lebih ekstrim terkait pertanyaan mengapa operasi bisa bocor

dan siapa sebenarnya pihak yang membocorkan? Hampir seluruh narasumber dari pihak masyarakat

terutama masyarakat mantan penambang pasir menyatakan bahwa bocornya informasi sebelum

operasi itu disebabkan oleh adanya oknum internal yang sengaja membocorkan kepada para

penambang pasir. Dari penjelasan itu, kemudian muncul kembali pertanyaan mengapa ada oknum

internal yang sengaja membocorkan informasi tersebut? Jawabannya adalah hampir setiap usaha

penambangan pasir illegal menggunakan mesin mekanik ini melakukan tindakan kongkalikong

dengan oknum aparat penegak hukum yang melakukan operasi penambangan pasir dengan harapan

agar usaha penambangan pasir mereka tidak disentuh atau dengan kata lain tidak dioperasi.

Masyarakat juga mengungkapkan bahwa usaha penambangan pasir tersebut memberikan income

yang sangat besar bagi beberapa pihak yang terkait operasi tersebut.

Selain adanya indikasi kebocoran informasi sebelum operasi dilaksanakan akibat adanya

kongkalikong antara penambang pasir dan penegak hukum yang menyebabkan efektivitas operasi

represif ini dipertanyakan, ada satu hal lain yang juga menyebabkan efektivitas operasi represif ini

kembali dipertanyakan yakni adanya gesekan atau konflik dengan masyarakat ketika dilakukannya

operasi. Adanya gesekan atau konflik dengan masyarakat ini pada mulanya penulis sendiri pernah

mengetahui pada tahun 2002 tepatnya ketika terjadi operasi penertiban penambang pasir di Desa.

Rejoagung, Kecamatan. Ploso. Saat itu terjadi gesekan antara penambang dan aparat yang berujung

pada aksi bakar-bakaran ban, blokade jalan sampai ada penggunaan senjata api untuk menghentikan

aksi massa tersebut. Apa yang pernah dilihat oleh penulis pada tahun 2002 lalu hampir sama dengan

hasil temuan di lapangan yang menyatakan bahwa tidak sedikit terjadi gesekan antara aparat dan

masyarakat ketika dilakukannya operasi. Dari pihak satpol PP mengakui bahwa pada awalnya

memang banyak terjadi gesekan diantara aparat dan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan

pemahaman masyarakat berkaitan dengan dampak penambangan pasir masih rendah. Masyarakat

14 Narasumber: M. Ronny Affriandie (Kasi Pengendalian Operasional Satpol PP Jombang). Hari: Senin. Tanggal: 12 November 2012. Pukul. 10.00-11.00 WIB Bertempat di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Jombang, Jalan. KH. Wahid Hasyim Jombang.

96

Page 11: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

utamanya penambang pasir masih berpikiran bahwa penambangan pasir merupakan aktivitas

ekonomi yang menjanjikan dan mayoritas menggantungkan hidupnya pada aktivitas tersebut.

Sehingga sekuat tenaga mereka akan mempertahankan usahanya.15

Jadi kesimpulannya, memang benar bahwa operasi represif justru akan menimbulkan

gesekan dengan masyarakat sekitar utamanya penambang pasir maupun masyarakat lain yang

menggantungkan hidupnya pada aktivitas penambangan pasir tersebut. Berdasar hasil observasi

yang dilakukan penulis, memang jika berbicara aktivitas penambangan pasir ini tidak hanya sebatas

aktivitas ekonomi penambangan pasir saja, melainkan lebih dari itu ada beberapa aktivitas ekonomi

lainnya seperti warung, buruh angkut, penyewaan truk angkut dan sebagainya. Wajar kemudian jika

terjadi gesekan saat operasi karena masyarakat belum siap jika aktivitas ekonominya selama ini

ditutup begitu saja dengan cara-cara kekuasaan tanpa memperhatikan kondisi hidup mereka

selanjutnya. Dalam membuat kebijakan untuk pengendalian aktivitas penambangan pasir illegal

dengan menggunakan mesin mekanik di Sungai Brantas ini seharusnya pemerintah tidak hanya

bertindak melarang melainkan ada solusi yang ditawarkan bagi penambang pasir utamanya pada

sistem alih profesi. Dengan harapan, setelah tidak menambang pasir lagi ada usaha yang cukup

menjanjikan bagi mereka sehingga mereka tidak lagi melakukan aktivitas ekonomi yang destruktif

terhadap lingkungan.

Kebijakan Partisipatif: Pengamanan Tanggul Sungai Brantas Berbasis Partisipasi Masyarakat

Setelah kebijakan operasi penambangan pasir yang dilakukan oleh instrumen penegakan

hukum dipandang kurang efektif dalam proses implementasinya dikarenakan beberapa hal seperti

adanya permainan atau kongkalikong antara oknum penegak hukum dengan para penambang pasir

sehingga terjadi kebocoran informasi yang menyebabkan ketika operasi dilakukan petugas tidak

mendapat hasil apa-apa tetapi setelah petugas pulang para penambang beraktivitas kembali. Kedua,

terjadinya gesekan diantara penambang pasir dan penegak hukum ketika dilaksanakannya operasi

akibat pendekatan kekuasaan yang dilakukan oleh pemerintah tanpa memperhatikan aspek sosio

kultural dan terutama aspek ekonomi dimana solusi alih profesi yang harus diperoleh oleh para

penambang pasir jika pemerintah menutup aktivitas penambangannya. Karena jika berbicara

aktivitas penambangan pasir, ada banyak usaha dan aktivitas ekonomi masyarakat yang terkait

dengan usaha penambangan pasir. Alhasil operasi represif yang dilakukan pemerintah dengan

menggunakan instrumen hukumnya tidak berhasil meminimalisir atau bahkan menghentikan

15 Narasumber: M. Ronny Affriandie (Kepala Seksi Pengendalian Operasional Satpol PP Jombang). Hari: Senin. Tanggal: 12 November 2012. Pukul. 10.00-11.00 WIB Bertempat di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Jombang, Jalan. KH. Wahid Hasyim Jombang.

97

Page 12: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

aktivitas penambangan pasir di sepanjang daerah aliran Sungai Brantas yang ada di wilayah

Kabupaten Jombang.

Melihat kondisi tersebut ditambah dengan semakin parahnya kondisi kerusakan yang

disebabkan oleh aktivitas penambangan pasir, maka pemerintah dituntut untuk membuat sebuah

upaya yang lebih serius dalam rangka penyelamatan daerah aliran Sungai Brantas di wilayah

Jombang. Selain itu, melihat banyaknya elemen masyarakat di berbagai wilayah yang mulai geram

dengan aktivitas penambangan pasir menuntut pemerintah untuk segera membuat solusi yang tegas

dan tepat guna menghentikan proses penambangan pasir secara illegal yang merusak kondisi

tanggul dan lingkungan di sekitar Sungai Brantas. Seperti halnya yang terjadi pada keberadaan

gerakan masyarakat di Kecamatan Megaluh yang proaktiv untuk menghalau atau bahkan

menghentikan aktivitas penambangan pasir Sungai Brantas. Gerakan massa tersebut menghalau dan

menghentikan aktivitas penambangan pasir menggunakan peralatan-peralatan seadanya seperti

senapan, ketapel, petasan dan sebagainya. Bahkan sudah berulang kali pula gerakan massa tersebut

mengancam untuk melakukan tindakan menertibkan para penambang pasir tersebut jika pemerintah

khususnya pemerintah kecamatan dinilai tidak mampu mengatasi permasalahan tersebut. Tidak mau

terjadi konflik diantara masyarakat, akhirnya pemerintah kecamatan Megaluh menginisiasi

pembentukan satgas pengamanan tanggul yang memiliki tugas untuk menjaga keamanan tanggul

dan mengawasi segala bentuk aktivitas penambangan pasir sungai dengan menggunakan mesin

mekanik.16 Di sisi lain, masyarakat sekitar juga turut serta mengawasi secara langsung jika terjadi

operasi yang dilakukan oleh Satpol PP dan aparat penegak hukum lainnya, jika Satpol PP tidak

berhasil menangkap atau memperoleh perahu penambangan padahal di daerah tersebut sebelumnya

terdapat perahu maka masyarakat secara proaktiv akan ikut serta Satpol PP dalam operasi

penertiban tersebut. Hal tersebut disebabkan oleh ketidakpercayaan masyarakat terhadap operasi-

operasi yang dilakukan oleh instrumen penegakan hukum selama ini dalam menertibkan aktivitas

penambangan pasir menggunakan mesin mekanik di Sungai Brantas.

Selain di Kecamatan Megaluh, resistensi masyarakat yang menolak keberadaan aktivitas

penambangan pasir secara mekanik juga pernah terjadi di Kecamatan Ploso. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan salah satu mantan penambang pasir yang kini

menjadi koordinator satgas Jaga Tanggul Desa Rejoagung, menyatakan bahwa dahulu pernah

terjadi demonstrasi masyarakat desa yang menolak keberadaan aktivitas penambangan pasir di

Kecamatan Ploso khususnya di Desa Rejoagung.17 Melihat tingginya resistensi masyarakat sebagai

16 Narasumber: Abdul Wahab (Tokoh Masyarakat dan Koordinator Satgas Pengamanan Tanggul Sungai Brantas Kecamatan Megaluh). Hari: Senin, Tanggal: 29 Oktober 2012. Pukul. 16.30-17.30 WIB Bertempat di Desa. Ngogri Kecamatan. Megaluh, Kabupaten Jombang.

17 Narasumber: Imam Julianto (Mantan Penambang Pasir dan Ketua Satgas Jaga Tanggul Desa. Rejoagung, Kecamatan. Ploso). Hari: Selasa, Tanggal: 30 Oktober 2012. Pukul. 08.30- 09.00 WIB Bertempat di Desa. Rejoagung, Kecamatan. Ploso, Kabupaten Jombang.

98

Page 13: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

akibat dari pemahaman masyarakat yang mulai terbangun untuk menjaga lingkungan di daerah

aliran Sungai Brantas, maka Bupati Jombang atas nama pemerintah daerah Kabupaten Jombang

menginstruksikan kepada jajarannya utamanya Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan

Desa untuk membuat sebuah inovasi dalam hal kebijakan untuk memperbaiki, menyelematkan serta

menjaga kondisi Sungai Brantas. Berkaca pada kebijakan sebelumnya yang hanya terpusat pada

instrumen kekuasaan dengan mengutamakan upaya represif aparat penegakan hukum, kini

pemerintah daerah dituntut untuk bisa menciptakan sebuah kebijakan yang bisa mengakomodir

semua kepentingan termasuk kepentingan masyarakat dengan memanfaatkan energi masyarakat

yang sangat besar dalam upaya penyelamatan daerah aliran Sungai Brantas tersebut. Selain itu,

pemerintah juga dituntut untuk membuat sebuah kebijakan yang lebih humanis dan mengedepankan

pendekatan persuasif, sosio-kultural dan ekonomi atau dalam artian pemerintah tidak hanya

menghentikan aktivitas penambangan pasir di Sungai Brantas melainkan ada solusi untuk alih

profesi bagi masyarakat yang selama ini menggantungkan hidupnya pada usaha penambangan pasir

tersebut. Sehingga muncul sebuah kebijakan pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis

partisipasi masyarakat dengan leading sector pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintah Desa.

Kebijakan pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis partisipasi masyarakat ini

merupakan sebuah kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Jombang yang mulai diimplemetasikan

pada tahun 2010. Kebijakan ini belum berupa peraturan daerah melainkan hanya sebuah instruksi

bupati yang merujuk pada peraturan Bupati Jombang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2009 – 2013 point 25 yang berisi program

pemberdayaan masyarakat dalam pelestarian lingkungan. Selain itu, kebijakan pengamanan tanggul

Sungai Brantas berbasis partisipasi masyarakat ini juga mengacu pada undang-undang nomor 32

tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, peraturan daerah provinsi

Jawa Timur nomor 1 tahun 2005 tentang pengendalian pengendalian usaha pertambangan bahan

galian golongan C pada wilayah sungai di provinsi Jawa Timur, undang-undang nomor 7 Tahun

2004 tentang sumber daya air dan peraturan daerah provinsi Jawa Timur nomor 2 tahun 2006

tentang rencana tata ruang wilayah Jawa Timur.

Point penting dalam kebijakan ini antara lain adanya penggunaan energi masyarakat dalam

pelaksanaan kebijakan tersebut. Selain itu, kebijakan pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis

partisipasi masyarakat ini juga dapat dikatakan sebagai sebuah kebijakan yang dilakukan melalui

kemitraan berbagai pihak yakni pemerintah daerah, masyarakat, pihak swasta dalam hal ini

perusahaan umum Jasa Tirta sebagai perusahaan milik negara yang memiliki kewenangan

pengelolaan sumber daya air dan Balai Besar Wilayah Sungai Brantas (BBWS) yang merupakan

representasi pemerintah pusat dalam hal pengelolaan wilayah Sungai Brantas sebagai wilayah

99

Page 14: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

sungai strategis nasional. Masing-masing pihak yang berperan dalam kebijakan tersebut memiliki

peran yang berbeda sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sebagaimana dalam peraturan perundangan

undangan yang mengatur mekanisme kerja setiap institusi, misalnya peraturan pemerintah nomor 46

tahun 2010 tentang perusahaan umum Jasa Tirta I dan peraturan menteri pekerjaan umum nomor

21/ PRT/ M/ 2010 yang mengatur tentang tugas pokok dan fungsi Balai Besar Wilayah Sungai

Brantas (BBWS). Dalam kedua peraturan tersebut, secara jelas diatur peran untuk melakukan

pengelolaan sumber daya air, konservasi daerah aliran sungai dan pengendalian daya rusak air.

Sehingga melalui peraturan yang mengatur peran masing-masing institusi tersebut, maka kemitraan

diantara berbagai pihak dalam kebijakan pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis partisipasi

masyarakat ini dapat terwujud dengan baik. Adapun peran dan fungsi dari masing-masing pihak

yang berperan dalam kebijakan ini antara lain:

1. Pemerintah Daerah:

1. Membuat strategi dan kebijakan yang memiliki kekuatan hukum.

2. Bertindak sebagai fasilitator dan mediator antara masyarakat dan berbagai pihak

seperti Perum Jasa Tirta maupun Balai Besar Wilayah Sungai Brantas (BBWS).

3. Melembagakan para mantan penambang pasir ke dalam kelompok-kelompok

masyarakat (pokmas) yang kemudian dibina dan diberikan bantuan untuk alih profesi

4. Mengalokasikan dana dari APBD Kabupaten Jombang sebesar Rp. 1.000.000.000

sebagai bantuan modal untuk mekanisme alih profesi mantan penambang pasir.

2. Balai Besar Wilayah Sungai Brantas (BBWS)

Sebagai institusi yang merepresentasikan pemerintah pusat dalam pengelolaan wilayah

sungai strategis nasional. BBWS memiliki peran penting dalam menyediakan dana yang

bersumber dari APBN untuk penyediaan paket pemberdayaan ekonomi bagi mantan

penambang pasir.

3. Perum Jasa Tirta I

Menyediakan uang jasa atau honorarium bagi Satgas Jaga Tanggul senilai Rp. 1.000.000

per kilometer tanggul yang dijaga dan dirawat.

4. Masyarakat

Peran yang dilakukan masyarakat dititikberatkan pada partisipasi instrumental yang

artinya sebagai pelaksana kebijakan tersebut, yakni menjadi Satgas Jaga Tanggul yang

bertugas untuk merawat tanggul dan melakukan pengawasan terhadap lingkungan

Sungai Brantas dari tindakan-tindakan destruktiv terhadap sungai

100

Page 15: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

Kebijakan Pengamanan Tanggul Sungai Brantas Berbasis Partisipasi Masyarakat Sebagai Perwujudan Praktik Kekuasaan Persuasif dalam Perspektif Environmental Governance

Dalam studi politik lingkungan dan sumber daya alam dikenal sebuah konsep yang diberi

nama environmental governance. Konsep environmental governance ini merupakan perwujudan

dari komitmen terhadap perlindungan lingkungan hidup sebagai bagian dari prinsip good

governance.18 Sebagai pengembangan dari good governance maka point penting dari konsep

environmental governance terletak pada hubungan (relasi) diantara pemerintah, masyarakat, dan

swasta. Sebagai sebuah sistem, environmental governance terdiri atas aspek sosial budaya,

interaksi politik, dan ekonomi diantara banyak aktor dalam masyarakat madani. Environmental

governance adalah cara dimana masyarakat menggunakan kewenangan terhadap alam.19

Environmental governnace juga memberikan perhatian kepada aktor dalam setiap tingkatan

pemerintahan, diantara para pejabat yang dipilih dan ditunjuk, dan diantara badan-badan non

pemerintah, swasta dan masyarakat tradisional, serta kekuasaan yang digunakan dalam

pembuatan kebijakan mengenai pengaturan sumber daya alam, dan keuntungan yang berasal dari

lingkungan.20 Di sisi lain, Samekto (2005) juga menjelaskan beberapa hal yang membuat konsep

environmental governance kurang terimplementasikan dengan baik yakni terlalu state based,

sentralistik, energi masyarakat tidak dimanfaatkan, isu-isu legalistik dan teknokratik, terlalu

mengandalkan kekuatan dan instrumen penegakan hukum, kurang memanfaatkan instrumen

ekonomi (swasta), tidak transparan dan akuntabel.21 Dari realita tersebut, secara otomatis

manajemen pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan bukan berdampak positif melainkan

sebaliknya akan berdampak negatif.

Selain kerangka teori di atas, penulis juga menghubungkannya dengan teori power after

Foucault yang menekankan pada kritik terhadap kekuasaan. Dalam teori kekuasaan Foucault yang

dikenal dengan Bio Power tersebut, pandangan Foucault terkait kekuasaan didasarkan pada kritik

terhadap Hobbes dan Locke (yang menyatakan bahwa kekuasaan dijalankan melalui kekerasan atau

kontrak sosial), terhadap Marx dan Machiavelli (kekuasaan yang didasarkan pertarungan kekuatan),

dan terhadap Freud dan Reich (represi yang menekan), juga terhadap pandangan kekuasaan sebagai

dominasi kelas dan manipulasi ideologi (Marx).22 Foucault mengartikan bio power sebagai sebuah

18 A. Qodry Azizy. Change Management dalam Reformasi Birokrasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal 20 19 Teguh Kurniawan (2007). Mewujudkan Kepemerintahan Lingkungan di Indonesia. Diunduh dari http://teguhkurniawan.web.ugm.ac.id/publikasi/environmental_governance_new (diakses pada 01 Februari 2015) hal 03 20 Ibid. 21 Slamet Muljono. Jurnal Widyaprana Volume 1, No.2 Desember 2008: Pendidikan Lingkungan Hidup bagi Pimpinan Aparatur Pemerintah dalam mewujudkan Good Environmental Governance. Diunduh dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/120889118.pdf (diakses pada 01 Februari 2015), 2008, hal. 98 22 Moeflich Hasbullah. “Konstruksi Pemikiran Michael Foucault tentang sejarah.” http://moeflich.wordpress.com/2007/11/24/konstruksi-pemikiran-michel-foucault-tentang-sejarah/ (diakses pada 10 Februari 2015)

101

Page 16: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

kekuasaan yang ada di dalam masyarakat. Dengan adanya bio power maka masyarakat akan lebih

menerima dan terkontrol apabila terdapat sebuah aturan maupun kebijakan dari pemerintah yang

bertujuan untuk membentuk society control. Apabila dikaitkan dengan konteks resistensi dalam

masyarakat, maka bio power juga dapat menimbulkan sebuah kesadaran di dalam masyarakat itu

sendiri sehingga mereka dapat melakukan perlawanan maupun pelaksanaan terhadap semua

kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dengan cara mempengaruhi proses dari kebijakan tersebut.23

Dalam teori kekuasaanya, Foucault menjelaskan setidaknya ada empat karakteristik kekuasaan

yakni pertama, kekuasaan itu bersifat tersebar dan tidak dilokalisasi; kedua, kekuasaan itu tidak

represif; ketiga, kekuasaan itu produktif; dan keempat, kekuasaan itu tidak dapat diukur.

Berkaca pada kedua kerangka teori tersebut, maka kebijakan pengamanan tanggul Sungai

Brantas berbasis partisipasi masyarakat di Kabupaten Jombang, dapat dikatakan sedikit banyak

mengadopsi konsep-konsep yang ada dalam environmental governance dan teori kekuasaan yang

diungkapkan oleh Michael Foucault. Pertama dalam konteks pelaku atau aktor kebijakan, pada

kebijakan pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis partisipasi masyarakat terlihat secara jelas

bahwa terdapat interaksi dan relasi diantara banyak pihak antara lain pemerintah daerah,

masyarakat, Balai Besar Wilayah Sungai Brantas (BBWS) yang merupakan representasi pemerintah

pusat dalam pengelolaan sumber daya air pada Sungai Brantas dan pihak swasta yang ditunjukkan

dengan keterlibatan Perum Jasa Tirta I sebagai salah satu badan usaha milik negara yang memiliki

kewenangan untuk mengelola sumber daya air Sungai Brantas kepada publik. Beberapa pihak

terkait, berinteraksi dan berhubungan secara konsisten pada aksi penyelamatan Sungai Brantas

melalui kebijakan tersebut sesuai perannya masing-masing.

Keberhasilan implementasi kebijakan tersebut didasarkan pada beberapa faktor antara lain,

pertama adanya kemitraan dan kolaborasi dari berbagai pihak yang telah disebutkan di atas.

Artinya, kebijakan ini tidak dilaksanakan oleh beberapa pihak saja melainkan semua pihak ikut

berperan dan berkolaborasi sesuai dengan tugas dan fungsi pokoknya. Misalnya saja dalam kasus

ini, ternyata setelah kebijakan pengamanan tanggul Sungai Brantas diimplementasikan, para

penegak hukum juga masih melakukan operasi penambangan pasir namun dalam kondisi yang tidak

seintens pada periode sebelumnya. Operasi hanya dilakukan jika ada laporan dari masyarakat terkait

aktivitas penambangan pasir dan masyarakat juga proaktiv dalam melakukan pengawasan ketika

operasi tersebut dilaksanakan. Kemitraan dan kolaborasi dari berbagai pihak ini penting

dilaksanakan, karena berbicara tentang Sungai Brantas ada banyak institusi yang memiliki peran

yang cukup besar dalam aksi pelestarian dan penyelamatan terhadap Sungai Brantas. Hal tersebut

semakin menegaskan bahwa pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam tidak dapat

23 Rizky Amalia. “On Resistance and Solidarity: Biopolitical Production”. http://rizki-a--fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-47488-Globalisasi%20dan%20Strategi-On%20Resistance (diakses pada 10 Februari 2015)

102

Page 17: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

dilakukan secara terpusat (state based sentralistik), melainkan diperlukan partisipasi dan kemitraan

dari berbagai pihak terutama masyarakat serta sektor swasta. Selain itu, keterlibatan banyak pihak

tersebut semakin menunjukkan bahwa kekuasaan itu bersifat tersebar sebagaimana yang

dikemukakan oleh Michael Foucault. Hal ini sangat berbeda dengan kebijakan sebelumnya yakni

operasi represif yang hanya terlokalisir pada pemerintah dan instrumen kekuasaannya saja.

Pengalaman pada kasus-kasus sebelumnya dan kasus ini memperlihatkan bahwa pengelolaan

lingkungan hidup dan sumber daya alam yang terlalu terpusat pada pemerintah dengan segala

instrumen kekuasaan yang dimiliki justru akan menimbulkan konflik yang berkepanjangan dengan

masyarakat itu sendiri. Sehingga dari konflik tersebut justru akan melahirkan public distrust dan

menurunkan wibawa pemerintah dihadapan masyarakat.

Kemudian faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan

pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis partisipasi masyarakat adalah adanya perubahan

pendekatan dari pendekatan represif yang dilakukan dalam kebijakan sebelumnya, yakni operasi

penertiban penambangan pasir illegal ke pendekatan yang lebih persuasif dan memperhatikan aspek

sosial-ekonomi masyarakat. Hal ini memiliki relevansi penting dengan salah satu karakteristik

kekuasaan yang diungkapkan oleh Michael Foucault, dimana kekuasaan itu tidak bersifat represif.

Jika kekuasaan dibangun dengan sifat yang menekan dan represif, yang ada bukan menyelesaikan

masalah melainkan akan muncul masalah-masalah baru yang berdampak kurang baik bagi

masyarakat. Dalam kebijakan pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis partisipasi masyarakat

ini, yang dimaksud dengan pendekatan yang mengedepankan aspek sosial-ekonomi masyarakat

adalah pemerintah juga berusaha memperhatikan perubahan profesi mantan penambang pasir yang

lebih layak agar dikemudian hari tidak lagi melakukan usaha penambangan pasir. Secara teknis,

mantan penambang pasir dilembagakan secara benar, artinya mereka dibuatkan atau dikelompokkan

dalam kelompok-kelompok masyarakat yang kemudian didampingi, diberikan pemahaman dan

diberikan pelatihan, serta permodalan untuk mengembangkan usaha yang lebih baik tanpa

melakukan usaha yang merusak lingkungan Sungai Brantas. Dalam kebijakan pengamanan tanggul

Sungai Brantas berbasis partisipasi masyarakat ini, pemerintah berkomitmen kuat untuk

mempersiapkan alih profesi dengan mengalokasikan dana yang bersumber dari APBD sebagai

bantuan pengembangan usaha yang disalurkan kepada mantan penambang pasir. Di sisi lain,

pemerintah juga bermitra dengan berbagai pihak salah satunya Balai Besar Wilayah Sungai Brantas

(BBWS) yang mengalokasikan dana yang bersumber dari APBN untuk bantuan pengembangan

usaha dan bantuan ternak. Mulai tahun 2011, Balai Besar Wilayah Sungai Brantas mengalokasikan

dana APBN sebesar Rp. 150.000.000 yang disalurkan berupa bantuan ternak kambing kepada tiga

kelompok masyarakat di tiga kecamatan yakni Kecamatan Ploso, Kecamatan Kudu, dan Kecamatan

Megaluh. Sedangkan pada tahun 2012 Balai Besar Wilayah Sungai Brantas kembali

103

Page 18: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

mengalokasikan Rp. 200.000.000 yang bersumber dari dana APBN untuk empat pokmas di empat

kecamatan yakni Kecamatan Bandar Kedung Mulyo, Kecamatan Kesamben, Kecamatan Ploso, dan

Kecamatan Megaluh. Bantuan pada tahun 2012 ini berupa uang masing-masing Rp. 50.000.000 per

kelompok masyarakat.

Selain faktor yang telah disebutkan di atas, yang menjadi kunci keberhasilan implementasi

kebijakan pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis partisipasi masyarakat ini adalah adanya

pemanfaatan energi masyarakat yang cukup besar. Masyarakat yang mulai paham akan kondisi

Sungai Brantas yang mengkhawatirkan serta adanya resistensi dari masyarakat jika terjadi aktivitas-

aktivitas yang mengarah pada tindakan pengrusakan terhadap tanggul maupun lingkungan di sekitar

Sungai Brantas. Hal tersebut tercermin dari keberadaan gerakan masyarakat di Kecamatan Megaluh

yang proaktiv untuk menghalau atau bahkan menghentikan aktivitas penambangan pasir di Sungai

Brantas. Gerakan masyarakat tersebut menghalau dan menghentikan aktivitas penambangan pasir

menggunakan peralatan-peralatan seadanya seperti senapan, ketapel, petasan, dan sebagainya.

Bahkan sudah berulang kali gerakan masyarakat tersebut mengancam untuk melakukan tindakan

menertibkan para penambang pasir, jika pemerintah khususnya pemerintah kecamatan dinilai tidak

mampu mengatasi permasalahan tersebut. Tidak mau terjadi konflik diantara masyarakat, akhirnya

pemerintah kecamatan Megaluh menginisiasi pembentukan satgas pengamanan tanggul yang

memiliki tugas untuk menjaga keamanan tanggul dan mengawasi segala bentuk aktivitas

penambangan pasir sungai dengan menggunakan mesin mekanik. Selain itu seperti yang

diungkapkan pada pembahasan sebelumnya, masyarakat utamanya mantan penambang pasir juga

diberikan pemahaman untuk tidak lagi melakukan aktivitas penambangan pasir di Sungai Brantas

yang cukup merusak dan membahayakan bagi kehidupan ekosistem dan masyarakat di sekitarnya.

Kemudian mereka dilibatkan sebagai satgas Jaga Tanggul yang memiliki tugas untuk menjaga

kebersihan, kelestarian, dan keamanan tanggul Sungai Brantas dari berbagai tindakan destruktif

yang mengancam kelestarian tanggul Sungai Brantas. Dari aktivitas Jaga Tanggul tersebut, mereka

memperoleh uang jasa yang diberikan oleh Perum Jasa Tirta adalah sebesar Rp. 1.000.000 per

kilometer tanggul yang dijaga oleh masyarakat.

Kesadaran dan pemahaman yang dimiliki masyarakat untuk menjaga Sungai Brantas

menjadi bagian penting dalam proses implementasi sebuah kebijakan terutama dalam kebijakan

pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis partisipasi masyarakat ini. Hal tersebut mampu

merepresentasikan bahwa kekuasaan itu produktif dan tidak dapat diukur sebagaimana yang

dikemukakan oleh Foucault. Kekuasaan dikatakan produktif apabila kebijakan-kebijakan yang ada

dijalankan tanpa paksaan dan pengawasan yang ketat dari pemerintah. Selain itu kebijakan dibuat

melalui input yang jelas dari pelaksana kebijakan tersebut dalam hal ini masyarakat, sehingga

masyarakat akan mampu mengawal kebijakan yang ada dengan baik dan terpenting implementasi

104

Page 19: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

kebijakan tersebut menghasilkan positif impact. Melalui kesadaran dan pemahaman yang dimiliki

masyarakat tersebut, maka energi masyarakat yang sangat besar ini terdorong untuk melaksanakan

kebijakan tersebut tanpa paksaan dan pengawasan yang ketat dari pemerintah. Dengan kesadaran

dan pemahaman tersebut masyarakat juga mampu menjadi pelaksana inisiatif pemerintah yang baik

serta mengawal dan bekerja sama dengan pihak-pihak lain yang ada dalam kebijakan tersebut guna

mendapatkan hasil yang positif dari implementasi kebijakan pengamanan tanggul Sungai Brantas

berbasis partisipasi masyarakat.

Di sisi lain, Foucault menyatakan bahwa kekuasaan dikatakan tidak dapat diukur adalah

ketika kekuasaan itu tidak terbatas pada peraturan yang hanya membatasi atau mengatur perilaku

manusia. Peraturan merupakan bentuk institusional dari implementasi kekuasaan. Bahwa bentuk

implementasi kekuasaan berupa hal-hal yang tidak kita sadari mempengaruhi perilaku kita sehingga

kita pada akhirnya memutuskan untuk mengikuti atau tidak mengikuti peraturan. Begitupula yang

ada dalam implementasi kebijakan pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis partisipasi

masyarakat tersebut, melalui pendekatan yang persuasif, humanis, dan mengedepankan aspek

sosial-ekonomi, secara tidak langsung mempengaruhi masyarakat terutama mantan penambang

pasir untuk dapat bersama-sama mengimplementasikan kebijakan tersebut. Namun lebih dari itu,

kesadaran dan pemahaman yang mulai terbangun dari masyarakat akan kondisi Sungai Brantas

yang kritis dan sewaktu-waktu dapat mengancam kehidupannya menjadi faktor penting dalam

mempengaruhi perilaku masyarakat untuk dapat bersama-sama mengimplementasikan kebijakan ini

dengan baik. Penutup

Keberadaan Sungai Brantas yang memberikan manfaat besar bagi masyarakat yang

bermukim di sekitarnya saat ini tengah dihadapkan pada kondisi yang cukup kritis dan

memprihatinkan terkait potensi kerusakan yang ada. Potensi kerusakan yang meliputi perubahan

alih fungsi lahan di wilayah hulu, pencemaran sungai yang berdampak pada penurunan kuantitas

dan kualitas air serta yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah penurunan dasar sungai yang

berdampak pada jebolnya tanggul-tanggul sungai serta kerusakan pada infrastruktur pengairan yang

diakibatkan oleh aktivitas penambangan pasir menggunakan mesin mekanik. Semua potensi

kerusakan tersebut secara jelas diakibatkan oleh perilaku manusia yang masih menggunakan alam

sebagai alat pemuas kebutuhan ekonominya. Melihat tingkat kerusakan yang cukup parah tersebut,

maka pemerintah daerah utamanya pemerintah daerah Kabupaten Jombang dituntut untuk membuat

sebuah kebijakan yang tepat dalam mengatasi persoalan penambangan pasir menggunakan mekanik

yang dampaknya sudah sangat memprihatinkan tersebut. Karena jika pemerintah lamban maka

ancaman bencana besar sewaktu-waktu akan melanda seluruh wilayah di sekitar Sungai Brantas dan

105

Page 20: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

masyarakatlah yang akan menjadi korbannya. Salah satu kebijakan yang digunakan pemerintah

Kabupaten Jombang untuk menekan dan mengendalikan aktivitas penambangan pasir menggunakan

mekanik sebagai tindak lanjut dari perda provinsi Jawa Timur nomor 1 tahun 2005 adalah kebijakan

operasi penambangan pasir illegal. Pemerintah menggunakan pendekatan represif dengan instrumen

kekuasaanya untuk menekan dan menghentikan aktivitas penambangan pasir tersebut. Namun

dalam perkembangannya, kebijakan tersebut tidak berhasil menekan aktivitas penambangan pasir

secara maksimal. Masyarakat justru semakin apriori dan wibawa pemerintah dihadapan masyarakat

semakin menurun dikarenakan tidak sedikit dari operasi represif tersebut justru akan menimbulkan

gesekan/ konflik dengan masyarakat. Sedangkan masyarakat pun menilai inefektivitas kebijakan

tersebut berasal dari oknum penegak hukumnya yang seringkali melakukan kongkalikong dengan

pemilik usaha penambangan pasir. Alhasil ketika operasi mereka telah menyelamatkan usahanya

terlebih dahulu atas informasi yang diperoleh dari “orang dalam” dan setelah operasi selesai mereka

akan membuka kembali usahanya.

Dihadapkan pada kondisi seperti itu, maka pemerintah dituntut untuk mampu menciptakan

sebuah kebijakan yang tepat dan mengakomodir kepentingan semua pihak. Selain itu, didukung

dengan pemahaman masyarakat yang semakin terbangun, maka pemerintah mengeluarkan sebuah

kebijakan pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis partisipasi masyarakat. Kebijakan

pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis partisipasi masyarakat ini mampu merepresentasikan

setiap komponen yang ada dalam teori environmental governance. Konsep environmental

governance ini merupakan perwujudan dari komitmen terhadap perlindungan lingkungan hidup

sebagai bagian dari prinsip good governance. Sebagai pengembangan dari good governance maka

point penting dari konsep environmental governance terletak pada hubungan (relasi) diantara

pemerintah, masyarakat dan swasta. Sebagai sebuah sistem, environmental governance terdiri atas

aspek sosial budaya, interaksi politik dan ekonomi diantara banyak aktor dalam masyarakat

madani. Environmental governance juga memberikan perhatian kepada aktor dalam setiap

tingkatan pemerintahan, diantara para pejabat yang dipilih dan ditunjuk, dan diantara badan-badan

non pemerintah, swasta dan masyarakat tradisional, serta kekuasaan yang digunakan dalam

pembuatan kebijakan mengenai pengaturan sumber daya alam dan keuntungan yang berasal dari

lingkungan.

Hal tersebut tercermin dimana kebijakan ini menempatkan masyarakat sebagai pelaksana

kebijakan tersebut dan membangun kemitraan dengan berbagai pihak salah satunya pihak swasta.

Dengan pola relasi seperti itu, maka pemerintah daerah tidak bekerja sendiri melainkan memperoleh

dukungan dari masyarakat dan perum Jasa Tirta I sebagai representasi dari pihak swasta serta Balai

Besar Wilayah Sungai Brantas yang menjadi representasi pemerintah pusat dalam pengelolaan

sumber daya air Sungai Brantas. Point penting dari kebijakan tersebut adalah adanya pemberdayaan

106

Page 21: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

ekonomi untuk mantan penambang pasir sebagai langkah alih profesi dan partisipasi instrumental

masyarakat pada kebijakan tersebut.

Dengan pendekatan yang lebih humanis dan persuasif tersebut ditambah dengan adanya

mekanisme alih profesi maka kebijakan tersebut sampai saat ini berhasil menekan aktivitas

penambangan pasir menggunakan mesin mekanik dan apresiasi yang cukup tinggi dari masyarakat,

stakeholder dan kalangan legislatif terhadap kebijakan tersebut. Setidaknya penulis menyimpulkan

ada beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut, antara lain: Pertama, adanya pemanfaatan

energi masyarakat yang cukup besar khususnya pada partisipasi sebagai pelaksana kebijakan

tersebut. Masyarakat yang mulai paham akan kondisi Sungai Brantas yang mengkhawatirkan serta

adanya resistensi dari masyarakat jika terjadi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada tindakan

pengrusakan terhadap tanggul maupun lingkungan di sekitar Sungai Brantas. Di sisi lain, adanya

kekecewaan masyarakat terhadap pelaksanaan operasi represif yang sarat akan permainan diantara

oknum penegak hukum dengan pemilik usaha penambangan pasir sehingga terjadi kebocoran

informasi sebelum dilakukannya operasi. Serta operasi represif tersebut dinilai mengutamakan

pendekatan kekuasaan tanpa mempertimbangkan aspek humanitas, sosio kultural dan ekonomi.

Sehingga tidak sedikit terjadi gesekan atau konflik diantara masyarakat dengan instrumen penegak

hukum tersebut sehingga terjadi bad impact pada kebijakan tersebut. Kedua, adanya pendekatan

yang mempertimbangkan aspek sosio kultural dan ekonomi. Dengan kata lain, pemerintah

memikirkan perubahan profesi penambang pasir yang lebih layak agar dikemudian hari tidak lagi

melakukan usaha penambangan pasir. Selain itu, mantan penambang pasir juga dilembagakan

secara benar, artinya mereka dibuatkan atau dikelompokkan dalam kelompok-kelompok masyarakat

yang kemudian didampingi, diberikan pemahaman dan diberikan pelatihan serta permodalan untuk

mengembangkan usaha yang lebih baik tanpa melakukan aktivitas usaha yang merusak lingkungan

Sungai Brantas. Ketiga, adanya kemitraan dan kolaborasi dari berbagai pihak. Artinya, kebijakan ini

tidak dilaksanakan oleh beberapa pihak saja melainkan semua pihak ikut berperan dan

berkolaborasi sesuai dengan tugas dan fungsi pokoknya. Misalnya saja dalam kasus ini, ternyata

setelah kebijakan pengamanan tanggul Sungai Brantas berbasis partisipasi masyarakat

diimplementasikan, operasi penambangan pasir juga masih dilakukan namun dalam kondisi yang

tidak seintens dengan periode sebelumnya. Operasi pun dilakukan jika ada laporan dari masyarakat

terkait aktivitas penambangan pasir, kemudian masyarakat juga proaktiv dalam melakukan

pengawasan ketika operasi tersebut dilaksanakan. Kemitraan dan kolaborasi dari berbagai pihak ini

penting dilaksanakan, karena berbicara tentang Sungai Brantas ada banyak institusi yang memiliki

peran cukup besar dalam aksi pelestarian dan penyelamatan terhadap Sungai Brantas. Hal tersebut

juga semakin menegaskan bahwa pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam tidak dapat

dilakukan secara terpusat (state based sentralistik) melainkan diperlukan adanya partisipasi dan

107

Page 22: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

kemitraan dari berbagai pihak terutama masyarakat serta sektor swasta. Pengalaman pada kasus-

kasus sebelumnya dan kasus ini memperlihatkan bahwa pengelolaan lingkungan hidup dan sumber

daya alam yang terlalu terpusat pada pemerintah dengan segala instrumen kekuasaan yang dimiliki

justru akan menimbulkan konflik yang berkepanjangan dengan masyarakat itu sendiri. Sehingga

dari konflik tersebut justru akan melahirkan public distrust dan menurunkan wibawa pemerintah

dihadapan masyarakat.

Kesimpulan penting dari hasil positif implementasi kebijakan pengamanan tanggul Sungai

Brantas berbasis partisipasi masyarakat di Kabupaten Jombang ini semakin meneguhkan teori

kekuasaan Foucault yang menegaskan bahwa kekuasaan bukanlah sesuatu yang bisa dilokalisasi

atau dimiliki, karena ia tidak bertumpu pada negara, partai politik, dan kepemimpinan. Lebih dari

itu, kekuasaan merupakan hubungan antar komunikasi, jaringan sosial, tatanan disiplin, meresap

dan melekat pada setiap perbedaan dan kehendak individu serta kelompok, atau dengan kata lain

kekuasaan bersifat tersebar dan tidak terlokalisir. Selain itu, adanya pola perubahan pendekatan dari

represif ke persuasif menegaskan bahwa kekuasaan memang tidak bersifat represif. Di samping

pergeseran pola pendekatan dalam proses implementasi kebijakan, pemahaman dan kesadaran yang

meningkat terhadap kondisi Sungai Brantas membuat energi masyarakat semakin besar untuk turut

serta dalam usaha penyelematan lingkungan Sungai Brantas melalui kebijakan tersebut, sehingga

menegaskan pula apa yang dikatakan Foucault bahwa kekuasaan itu produktif dan tidak dapat

diukur.

Daftar Pustaka Hadi. Sudharto. 1999. Manajemen Lingkungan Berbasis Kerakyatan dan dan Kemitraan. Pidato

Pengukuhan Jabatan Guru Besar Madya dalam Ilmu manajemen lingkungan dan

administrasi FISIP UNDIP, Sudharto P. Hadi tanggal 12 Oktober 1999.

JPIP. 2012. Laporan Kinerja Pengelolaan Sungai dan Saluran Terbuka (Salter) di Jawa Timur.

Surabaya: The Jawa Pos Institute of Pro Otonomi (JPIP)

Kurniawan, Teguh. 2007. Mewujudkan Kepemerintahan Lingkungan (Environmental Governance)

di Indonesia. diakses melalui

http://teguhkurniawan.web.ugm.ac.id/publikasi/environmental_governance_new_versio

n_juli2007.pdf pada tanggal. 01 Februari 2015

Purwanto. 2012. Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2005

tentang Pengendalian Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C di Kecamatan

Ploso Kabupaten Jombang. Surabaya: Airlangga Library

108

Page 23: PRAKTIK KEKUASAAN PERSUASIF DALAM · PDF filePenelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik . ... Sungai yang menjadi kebanggaan sekaligus tumpuan

Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015

Widianto, Didik Suprayogo, Sudarto. 2011. Implementasi Kaji Cepat Hidrologi (RHA) di Hulu DAS

Brantas . Bogor: World Agroforestry Centre. diakses melalui

www.worldagroforestrycentre.org/sea. diakses pada tanggal. 20 September 2015

Internet

Antara News. Efek domino penurunan dasar Sungai Brantas.

http://www.antaranews.com/berita/1303716315/efek-domino-penurunan-dasar-sungai-

brantas diakses pada tanggal 20 Januari 2015

Balai Besar Wilayah Sungai Brantas (BBWS). Profil dan Latar Belakang

http://bbwsbrantas.pdsda.net/index.php?option=com_content&view=article&id=137&It

emid=138 diakses pada tanggal 20 Januari 2015

Bappeda Jakarta. Pembangunan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

http://bappedajakarta.go.id/download/propeda/Propeda_BAB10.pdf diakses pada

tanggal 30 Januari 2015

Husamah. Sungai Brantas Riwayatmu Kini

http://green.kompasiana.com/polusi/2012/02/11/sungai-brantas-riwayatmu-kini/ diakses

pada tanggal 30 Januari 2015

Surjono. H. Sutjahjo. Impelementasi pengelolaan DAS Terpadu

http://www.metrotvnews.com/read/analisdetail/2012/02/19/248/Impleme.. diakses pada

tanggal 30 Januari 2015

109