Prakrikum Seri IV Alergi

58
PRAKRIKUM SERI IV ALERGI KELOMPOK GANJIL

description

prskripsi seri 3

Transcript of Prakrikum Seri IV Alergi

Page 1: Prakrikum Seri IV Alergi

PRAKRIKUM SERI IVALERGI

KELOMPOK GANJIL

Page 2: Prakrikum Seri IV Alergi

Muhammad Syultonil Ichsan

Rahmat Ibrahim Dewi Novarina

Niswatul Imro’ah Susi Melindah

Tri Widia Astuti Ratna Puspita Sari

Kasnita Larissa Tania

Reviani Otit Rizky Una Alfian Iryanto

Andi ilham Pratama N. Inge Rahmawati

Maya Dwi Wulan Sari Rizky Ilhamsyah

Pratama Ach. Khairul Hidayat

Primadona Permatasari Ogawa

Fadlilatur Rizqi Risa Puspita Iswandari

Firdia Tsani Aulia Rahmi Meidianti

Wulan Megasari Jihan Nurchairini

Kelompok Ganjil

Page 3: Prakrikum Seri IV Alergi

Definisi Alergi

• Alergi merupakan suatu perubahan reaksi (menyimpang) dari tubuh seseorang terhadap lingkungan berkaitan dengan peningkatan kadar immunoglobulin (Ig)E, suatu mekanisme sistem imun (Retno W.Soebaryo,2002)

• Alergi merupakan respons sistem imun yang tidak teapat dan seringkali membahayakan terhadapa substansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi alergi merupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara antigen dan antibodi ( Brunner & Suddarth, 2002)

• Reaksi alergi tidak selalu di ikuti dengan peningkatan kadar Imunoglobulin E. Istilah tersebut dibedakan dengan sensitif, yaitu perubahan reaksi terhadap bahan yang secara normal aman. Istilah lain yang juga harus dibedakan ialah intoleransi, yaitu penyimpangan reaksi yang tidak berdasarkan reaksi imun. (Retno W.Soebaryo,2002)

Page 4: Prakrikum Seri IV Alergi

Klasifikasi Alergi

Alergi dibagi menjadi 4 macam yaitu tipe I, II, III, IV yang berhubungan dengan antibody humoral. Macam ke IV mencakup reaksi alergi lambat oleh antibodi seluler

Page 5: Prakrikum Seri IV Alergi

Type I (reaksi anafilaktis dini)

Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen, di dalam tubuh akan dibentuk antibodi jenis IgE (proses sensibilisasi). Pada kontak selanjutnya, akan terbentuk kompleks antigen-antibodi. Dalam proses ini zat-zat mediator (histamin, serotonin, brdikinin, SRS (Slow Reacting Substances of anaphylaxis) akan dilepaskan (released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang terutama bereaksi terhadap zat-zat tersebut ialah otot-otot polos (smooth muscles) yang akan mengerut (berkontraksi). Juga terjadi peningkatan permeabilitas (ketembusan) dari kapiler endotelial, sehingga cairan plasma darah akan meresap keluar dari pembuluh ke jaringan. Hal ini mengakibatkan pengentalan darah dengan efek klinisnya hipovolemia berat. Gejala-gejala atau tanda-tanda dari reaksi dini anafilaktis Contoh : shok anafilaktis, urtikaria, asthma bronchiale, rhinitis.

Page 6: Prakrikum Seri IV Alergi

Type II (reaksi imun sitotoksis)

Reaksi ini terjadi antara antibodi dari kelas IgG dan IgM dengan bagian-bagian membran sel yang bersifat antigen, sehingga mengakibatkan terbentuknya senyawa komplementer. Contoh : reaksi setelah transfusi darah, morbus hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis, leukopeni, trombopeni dan penyakit-penyakit autoimun.

Page 7: Prakrikum Seri IV Alergi

Typ e II I (rea ksi b erle b ih an o leh ko m p le ks im u n = i mmu n e c o mp lex = p r ecip i tat e)

Reaksi ini merupakan reaksi inflamasi atau peradangan lokal/setempat (Type Arthus) setelah penyuntikan intrakutan atau subkutan ke dua dari sebuah alergen. Proses ini berlangsung di dinding pembuluh darah. Dalam reaksi ini terbentuk komplemen-komplemen intravasal yang mengakibatkan terjadinya kematian atau nekrosis jaringan. Contoh : fenomena Arthus, serum sickness, lupus eritematodes, periarteriitis nodosa, artritis rematoida.

Page 8: Prakrikum Seri IV Alergi

Type IV (Reaksi lambat type tuberkulin)

Reaksi ini baru mulai beberapa jam atau sampai beberapa hari setelah terjadinya kontak dan merupakan reaksi dari t-limfosit yang telah tersensibilisasi. Prosesnya merupakan proses inflamatoris atau peradangan seluler dengan nekrosis jaringan dan pengubahan fibrinoid pembuluh-pembuluh yang bersangkutan.Contoh : reaksi tuberkulin (pada tes kulit tuberkulosa), kontak dermatitis, penyakit autoimun (poliarthritis, colitis ulcerosa)

Page 9: Prakrikum Seri IV Alergi

Macam-macam alergi yang paling sering terjadi

Page 10: Prakrikum Seri IV Alergi

Reaksi Anafilaktik (Shock Anafilaktik) Merupakan bentuk alergi yang dapat membahayakan nyawa penderita. Biasanya menunjukkan manifestasi atau gejala yang berat, berupa gatal, kemerahan di kulit, sesak nafas, bengkak pada beberapa bagian tubuh (wajah, lengan, kaki), rasa cemas, gelisah hingga berujung kematian (shock anafilaktik) bila tidak ditangani segera. Alergi ini muncul sesaat atau beberapa saat setelah penderita kontak dengan alergen seperti : kacang dari pohon (kenari, pistachio, kacang mete), kerang, udang, lobster, ikan, susu dan telur. Adapun sistem tubuh yang terlibat antara lain kulit, pernafasan, kardiovaskuler dan gastrointestinal.

Page 11: Prakrikum Seri IV Alergi

Asma Bronchiale

Merupakan sindrom klinis dengan ciri-ciri inflamasi (penyempitan) saluran nafas bawah (bronchus dan alveolus paru) yang bersifat reversibel akibat masuknya alergen ke saluran nafas. Bersifat genetik dan biasanya ditandai oleh adanya wheezing pada fase ekspirasi. Faktor resikonya antara lain : adanya riwayat asma dalam keluarga, adanya reaksi allergen dengan IgE, penyakit pernafasan akibat virus, pajanan allergen udara, kegemukan.

Page 12: Prakrikum Seri IV Alergi

UrtikariaMerupakan suatu kelainan alergi pada kulit yang berbentuk bentol berwarna merah disertai rasa gatal dengan ukuran diameter yang bervariasi. Sering juga disebut sebagai bidur atau kaligata. Urtikaria dapat tersebar pada berbagai tempat di kulit tubuh. Gejalanya dapat terjadi segera atau beberapa hari setelah kontak dengan bahan penyebab. Sebagian besar urtikaria yang kronik sulit diketahui penyebabnya. Salah satu cara untuk mengetahui pencetus alergi ialah dengan melakukan uji kulit (tes alergi).

Page 13: Prakrikum Seri IV Alergi

Angiodema

Mirip dengan urtikaria yang merupakan gatal-gatal, bekas merah (pembengkakan atau bercak) dari berbagai ukuran yang tiba-tiba muncul dan menghilang pada kulit. Angiodema merupakan jenis bengkak, bilur-bilur besar dan melibatkan lapisan kulit yang lebih dalam, terutama dekat bibir dan mata. Dalam kebanyakan kasus tidak berbahaya dan tidak meninggalkan bekas pada kulit setelah sembuh. Dalam kasus pembengkakan dari angiodema dapat menyebabkan tenggorokan atau lidah menghalangi jalan nafas dan menyebabkan kehilangan kesadaran yang dapat mengancam nyawa.

Page 14: Prakrikum Seri IV Alergi

Rhinitis AlergikaReaksi alergi yang melibatkan mukosa hidung, mata, tuba, eustachii, telinga tengah, rongga sinus dan faring. Biasanya ditandai dengan bersin-bersin di pagi hari atau ketika penderita terpajan alergen. Hidung menjadi buntu dan sulit bernafas.

Page 15: Prakrikum Seri IV Alergi

Alergi Obat-obatanAlergi obat merupakan reaksi yang diberikan tubuh secara berlebihan karena konsumsi obat tertentu meski dalam dosis ringan. Hal ini muncul secara tiba-tiba meskipun sebelumnya tidak pernah mengalami alergi tersebut. Misal, seseorang yang biasa minum parasetamol, pada suatu ketika meminumnya, ia malah merasakan gatal-gatal di sekujur tubuh. Reaksinya bisa terjadi dengan lambat atau cepat. Gejala umum yang terjadi biasanya gatal, bercak kemerahan pada kulit, diare, ganggunan pernafasan seperti pilek, bersin, sesak nafas, mengalami gangguan jantung hingga shock atau hipotensi (tekanan darah rendah). Ada beberapa obat yang dianggap sering menimbulkan alergi yaitu penisilin, sulfonamid, obat penurun panas dan obat analgetik (penghilang rasa sakit). Selain jenis obat, metode pemberian obat juga memberi peranan dalam menimbulkan alergi.

Page 16: Prakrikum Seri IV Alergi

Dermatitis AtopikMerupakan peradangan pada lapisan atas kulit yang sifatnya kronis atau menahun. Penderita biasanya mengeluh kulitnya terasa gatal dan kering yang tidak sembuh-sembuh atau sering kambuh walaupun sudah diobati. Umumnya mengenai bayi dan anak-anak, namun tidak jarang dialami oleh orang dewasa. Pada orang dewasa biasanya menimbulkan gangguan secara kosmetik dikarenakan kulit yang sering digaruk lama kelamaan akan menimbulkan bercak kehitaman (hiperpigmentasi) sehingga mengganggu penampilan. Kondisi ini biasanya muncul pada penderita yang memiliki kecenderungan atopi atau suatu tendensi gangguan alergi yang diturunkan secara genetik. Jadi penderita yang mengalami dermatitis atopik biasanya memiliki riwayat penyakit asma atau alergi pada kondisi tertentu dalam keluarganya.

Page 17: Prakrikum Seri IV Alergi

Etiologi

• Makanan. Biasanya makanan dapat mnyebabkan alergi adalah makanan yang mengandung protein tinggi,seperti susu sapi, putih telur, kacang tanah, terigu, kacang kedelai, ikan, jagung, buncis, udang, cumi-cumi, kerang-kerangan, dan lain-lain.

• Debu dan bulu binatang.• Formalin• Serbuk bunga• Jamur• Obat-obatan tertentu. (sumber: dipiro 2008)

Page 18: Prakrikum Seri IV Alergi

Patofisiologi

Mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular tergantung pada aktivitas sel B dan sel T. Aktivitas berlebihan oleh antigen atau gangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu keadaan imunopatologik yang disebut reaksi hipersensitivitas. Mekanisme imun mendasari terjadinya alergi adalah mekanisme tipe I dalam klasifikasi Gell dan Coomb yang diperankan oleh IgE. Seratus tahun yang lalu Paul Erlich mengemukakan sel mast dan basofil, dimana sel-sel ini mempunyai peran penting pada reaksi hipersensitivitas tipe cepat (reaksi tipe I) melalui mediator yang dikandungnya, yaitu histamin dan zat peradangan lainnya. Dermatitis atopik terjadi imunitas seluler dan respons terhadap reaksi hipersensitivitas tipe lambat akan menurun pada penderita DA.

Page 19: Prakrikum Seri IV Alergi

Lanjutan....

Paparan awal, alergen akan dikenali oleh sel penyaji antigen (APC) untuk selanjutnya mengekpresikan pada sel limfosit T secara langsung atau melalui sitokin. Pada fase akut sel T helper (Th2) memproduksi antibodi switching pembentukan IgE dan ekspresi molekul adhesi endotel sehinga terjadi reaksi hipersensitivitas tipe cepat. Sel limfoit T tersensitisasi akan merangsang sel limfosit B menghasilkan antibodi dari berbgai kelas. Alergen yang utuh diserap oleh usus dan mencapai pembentuk antibodi di dalam mukosa usus dan organ limfosid usu (plak Peyer) dan kan membentuk imunoglubulin tipe IgG, IgM, IgA, dan IgE. Pda anak atopi, IgE dibentuk secara berlebihan dan akan menempel pada reseptornya di sel mast, basofil an eosinofil yang terdapat sepanjang saluran cerna, kulit dan saluran nafas. Produksi IgE dipengaruhi dari sitokin yang diproduksi dari Th2 yaitu IL-4, IL-9, IL-13, sedangkan sitokin yang berfungsi mengaktifkan makrofag dan mensupresi Th1 adalah IL4, IL-10, dan IL-13

Page 20: Prakrikum Seri IV Alergi

Lanjutan.......

Kombinasi alergen dengan paparan alergen berikutnya adalah dua molekul IgE yang terikat pada reseptornya akan mengalami degranulasi dan mengeluarkan mediator yang sudah ada dalam sel ( preformed mediator ) dan mediator yang terbentuk kemudian (newly performed mediator)

Mediator yang sudah ada dalam selAda 3 jenis mediator yang penting yaitu histamin, eosinophil chemotactic factor of anaphylactic (ECF-A), dan neutrophil chemotacticfactor (NCF).

• Mediator yang terbentuk kemudianMediator yang terdiri dari hasil metabolisme asam arakidonat,faktor aktivitas trombosit, serotonin dan lain-lain. Etabolisme asam arakidonat terdiri dari jalur siklooksigenase dan jalur lipoksigensae yang masing-masing akan mengeluarkan produk yang berperan sebagai mediator bagi berbagai proses inflamasi

Page 21: Prakrikum Seri IV Alergi

Lanjutan..........

Produk siklooksigenase yaitu protaglandin (PGD2, PGE2, PGF) serta tromboksan A2. Leukotrien merupakan produk jalur lipoksigenase. Leukotrien LTE4 adalah zat yang membentuk slow reacting substance of anaphylaxis (SRS-A). Leukotrien LTB4 merupakan kemotaktik untuk eosinofil dan neutrofil, sedangkan LTC4, LTD4, dan LTE4 adalah zat yang dinamakan SRS-A yang dibebaskan dari jaringan paru yang tersensitisasi.

Page 22: Prakrikum Seri IV Alergi
Page 23: Prakrikum Seri IV Alergi

GEJALA

• Batuk• Pilek• Rasa gatal pada hidung• Rasa gatal pada kulit• Mata merah dan berarir• Timbul sesak napas bila parah

Page 24: Prakrikum Seri IV Alergi

PEMERIKSAAN MENUNJANG

1. Pemeriksaan test kulit Macam tes kulit untuk mediagnosis alergi antara lain :• Scratch test biasa dilakukan untuk menentukan alergi oleh karena

allergen inhalan, makanan atau bisa serangga.• Tes intradermal biasa dilakukan pada alergi obat dan alergi bisa

serangga.• Patch test (epicutaneus test) biasanya untuk melakukan tes pada

dermatitis kontak.2. Pemeriksaan Uji Provokasi Hidung (Nasal Provocation Test)

Metode digunakan untuk menentukan secara langsung allergen spesifik terhadap mukosa hidung.

Page 25: Prakrikum Seri IV Alergi

3. Pemeriksaan laboratorium• Jumlah leukosit dan hitung jenis sel• Sel eosinofil pada sekret konjungtiva, hidung, dan sputum• Serum IgE total• IgE spesifik• Pemeriksaan komplemen

Page 26: Prakrikum Seri IV Alergi

RESEP

Page 27: Prakrikum Seri IV Alergi

MENERIMA & MENGINTERPRETASIKAN RESEP

1. Tanggal penulisan resep / copy resep : 2. Sediaan yang diminta :

3. Data penulisan resep/copy resep : dr. 4. Aturan pakai :–

5. Tanda tangan penulis resep/ copy resep : 6. Catatan lain :

Page 28: Prakrikum Seri IV Alergi

ANALISIS ASPEK LEGALValiditas prescriber

1.Nama dokter :2.Alamat praktek :3.SIP :4.No. Telepon :5.Paraf :6.Tanggal penulisan resep :7.Kesesuaian spesialisasi :

Validitas pasien8.Nama pasien :9.Umur/BB :10.Alamat :11.No. TELP. :

Page 29: Prakrikum Seri IV Alergi

Informasi Obat

Page 30: Prakrikum Seri IV Alergi

DEXAMETHASONDexamethasone Pustaka

Komposisi

Indikasi Anti-inflamasi atau imunosuppressan pada alergi, dermatologi, endokrin, hematologi, inflamasi, neoplastik, nervous system, renal, respiratory, reumatik, edema cerebral, septic shock, chronic swelling, antiemetik, , multiple sclerosis

Drug Information Handbook 17th Ed

A to Z drug facts

Dosis Anti-inflamasi: Dewasa: PO: 0,75-9 mg/hari dlm dosis trbgi tiap 6-12 jam. Opth: Sol.: 1-2 tetes tiap jam siang & malam, scra bertahap dosis diturunkan tiap 3-4 jam, lalu 3-4 kali/hari. Susp.: 1-2 tetes 4-6 kali/hari, dapat digunakan tiap jam jika parah

Drug Information Handbook 17th Ed A to Z drug facts

Kontraindikasi Hipersensitifitas dexamethasone, infeksi jamur sistemik, malaria cerebral, ophthalmik utk virus (active ocular herpes simplex), jamur

Drug Information Handbook 17th Ed

Efek Samping Tromboemboli, hipertensi, pusing, urtikaria, iritasi, mulut kering, glaucoma, hypokalemi, eritema

A to Z drug facts

Perhatian Kategori C (topikal), diekskresi lewat ASI, pada geriatri perlu penurunan dosis

A to Z drug facts

Page 31: Prakrikum Seri IV Alergi

CetirizineKomposisi Cetirizine Indikasi Mengurangi gejala-gejala terkait dengan pengobatan rhinitis alergi menahun

ataupun musiman, dan urtikaria idiopatik kronik. (A to Z drug fact)

Dosis Alergi menahun, urtikaria kronik : Oral : -6-12 bulan : 2,5 mg sekali sehari-12 bulan sampai < 2 tahun : 2,5 mg sekali sehari ; bisa meningkat sampai 2,5 mg setiap 12 jam jika diperlukan

Alergi musiman , urtikaria kronik : -Oral : 2-5 tahun : Awal : 2,5 mg sekali sehari ; dapat ditingkatkan sampai 2,5 mg setiap 12 jam atau 5 mg sekali sehari(A to Z drug fact)

Efek samping Sakit kepala, mengantuk. (A to Z drug fact)Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap cetirizine , hidroksizin , atau komponen dari

formulasi. (A to Z drug fact)

Cara penyimpanan Simpan pada suhu ruangPerhatian Kehamilan, ibu menyusui, kerusakan ginjal. (A to Z drug fact)

Page 32: Prakrikum Seri IV Alergi

Unguentum Zinc Oxide PUSTAKA

Komposisi R/ Zinc Oxyd 10 Vas. Album 100 m.f.Ungt S.U.E

FMS hal 93

Indikasi Dermatosis dari kwashiorkor, ruam popokluka bakar tingkat pertamairitasi kulit ringan dan lecet, penyembuhan kulit pecah-pecah,

Essential Drugs 13th Ed, p294

DIH 17th ed

Dosis Dioleskan 2 sampai 3 kali sehari pada daerah luka DIH 17th ed

kontraindikasi Hipersensitivitas DIH 17th ed

Efek Samping Iritasi kulit ( minor ), ruam, gatal/bengkak (khususnya pada wajah/lidah/tenggorokan), pusin

MIMS. Zinc Oxide. 2016. http://mims.com/Indonesia/Home/GatewaySubscription/?generic=Zinc+Oxide Accessed December 12th, 2015

Unguentum Zinc Oxyd

Page 33: Prakrikum Seri IV Alergi

Zinc Oxide PUSTAKAPerhatian membersihkan kulit sebelum menerapkan

salep, tidak berlaku untuk eksudatif dan / atau lesi superinfeksi

Essential Drugs 13th Ed, p294

Pemerian Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak berbau, lambat laun akan menyerap karbondioksida dari udara

(Farmakope Indonesia edisi III, Hal 536).

Page 34: Prakrikum Seri IV Alergi

PASIEN ASSESMENT1. Alamat pasien dan nomer telpon ? 2. Berat Badan?3. Keluhan yang diderita ? 4. Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi keluhan

sebelum ke dokter ? 5. Informasi apa yang diberikan oleh dokter ? 6. Riwayat alergi ? 7. Riwayat penyakit ? 8. Riwayat pengobatan ?

Page 35: Prakrikum Seri IV Alergi

PASIEN ASSESMENT

Page 36: Prakrikum Seri IV Alergi

Permasalahan Penyelesaian

Dexamethasone Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gagal jantung; penggunaan jangka panjang telah dikaitkan dengan retensi cairan dan hipertensi.

Ditanyakan riwayat penyakit ke pasien

Dexamethasone Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan diabetes mellitus; dapat mengubah produksi glukosa / regulasi yang mengarah ke hiperglikemia(meningkatkan kadar gula darah)

Ditanyakan riwayat penyakit ke pasien

Dexamethasone kategori kehamilan C, menembus plasenta dan ditemukan pada ASI

Diberikan secara hati-hati pada pasien ibu hamil dan menyusui

Dexamethasone berinteraksi dengan beberapa obat seperti Anticoagulants, Barbiturates, salicylates.

Ditanyakan ke pasien

DRP’Ssource: A to Z Drug Facts, Drug Information Handbook, 17th Edition

Page 37: Prakrikum Seri IV Alergi

permasalahan penyelesaian

Pemakaian dexamethasone jangka panjang dapat menyebabkan moon face, cushing change

Pemakaian dexamethasone dihentikan setelah efek terapeutik yg diinginkan terpenuhi

Cetirizine berinteraksi terhadap alkohol dan obat-obat CNS depresant

Diberitahukan ke pasien untuk tidak mengkonsumsi alkohol dan CNS depresant selama pengobatan

Efek samping yang tidak diinginkan dari cetirizine sedasi

hati-hati saat mengemudi atau melakukan tugas-tugas lain yang membutuhkan kewaspadaan

Cetirizine menyebabkan reaksi fotosensitifitas Sarankan pada pasien untuk menggunakan sunblock saat keluar rumah dan menggunakan pakaian tertutup

Membuat Unguentum zinci oxydi Dibuat dengan mencampurkan 10 bagian zinci oxyd dengan 90 bagian vaselin album (FMS hal. 103)

Zinci oxyd dapat bereaksi dengan Co2 diudara menyebabkan bahan menggumpal

Zinci oxyd sebelum ditimbang diayak terlebih dahulu.

Page 38: Prakrikum Seri IV Alergi

DRUG RELATED PROBLEMN0. Jenis DRP DRP yang ditemukan dlam resep Penyelesaian

1 Interaksi obat

2 Penyakit yang tidak diterapi

3 Pemberian obat tanpa indikasi

4 Pemilihan obat obat yang tidak tepat

5 Over dosis

6 Under dosis

7 Reaksi obat yang tidak diinginkan

8 Gagal mendapatkan obat

Page 39: Prakrikum Seri IV Alergi

PENYIAPAN OBAT

• Pengambilan Obat :

Nama obat kekuatan Bentuk sediaan Perhitungan Jumlah kadaluarsa

Page 40: Prakrikum Seri IV Alergi

CARA PERACIKAN

Page 41: Prakrikum Seri IV Alergi

Komposisi Salep UNGUENTUM ZINCI OXYDI(Zinkzalf)(Zinksalap)R/ Zinci oxyd 10

Vas. Alb. Ad 100m.f. ungS. u.e.

Literatur : FMS hal 103

Page 42: Prakrikum Seri IV Alergi

Permasalahan Peracikan :1. Pembuatan salep dengan

bahan yang tidak larut dalam lemak dan air Zinc Oxyd

2. Zn. O beraksi dengan CO2

dan membentuk gumpalan.

3. Pembuatan salep berpotensi kekurangan bobot.

Penyelesaian

1. Bahan yang tidak larut dalam lemak dan air (Zn.O) diayak dahulu dengan ayakan no. 100, setelah itu serbuk dicampur baik-baik dengan sama berat massa salep, jika perlu dengan peleburan bahan dasar salep (IMO hal 59).

2. Zn. O diayak terlebih dahulu sebelum ditimbang (IMO hal 48).

3. Pembuatan salep dibantu dengan 2 sudip.

Page 43: Prakrikum Seri IV Alergi

Pengambilan Bahan1. Zn. O 10/100 x (bobot sediaan) = ………2. Vaselin Album 90/100 x (bobot sediaan) = ………

(ditimbang sejumlah Vas. Alb yang digunakan untuk ditambahkan dengan Zn. O (aa Zn. O = …..) prinsip homogenitas) .

Bobot akhir = ………..% kesalahan = (bobot sediaan) – (bobot akhir) x 100%

(bobot sediaan)

Page 44: Prakrikum Seri IV Alergi

Cara Peracikan1. Disetarakan timbangan dan tara pot salep.2. Siapkan mortir panas3. Ditimbang vaselin album sebanyak (…) dengan alas kertas perkamen

dan diambil dengan spatel kayu, kemudian timbang sebanyak aa Zn. O (…) untuk ditambahkan pada Zn. O.

4. Zn. O diambil q.s kemudian diayak dengan ayakan no. 100 dan ditimbang sebanyak (…).

5. Masukkan Zn. O ke dalam mortir panas, gerus.6. Tambahkan vaselin alb. (aa Zn.O), gerus ad homogen dan dingin.7. Tambahkan sisa vas. alb sedikit demi sedikit, gerus ad homogen.8. Masukkan hasil salep ke dalam pot yang telah ditara, ditimbang bobot

akhir salep dan hitung persen kesalahan.9. Kemas salep dan beri etiket biru.

Page 45: Prakrikum Seri IV Alergi

Etiket dan Label :

• Etiket , No. Resep :• Nama pasien : • Aturan pakai : • Label :

• Etiket , No. Resep : • Nama pasien : • Aturan pakai : • Label :

Page 46: Prakrikum Seri IV Alergi

Etiket dan Label :

• Etiket , No. Resep :• Nama pasien : • Aturan pakai : • Label :

• Etiket , No. Resep : • Nama pasien : • Aturan pakai : • Label :

Page 47: Prakrikum Seri IV Alergi

Turunan Resep

• Perlu / tidak : • Alasan :

Page 48: Prakrikum Seri IV Alergi

INTERAKSI OBAT

Page 49: Prakrikum Seri IV Alergi

DEXAMETHASONE

• Antasida: Dapat menurunkan bioavailabilitas Kortikosteroid (Oral).• Salisilat: Dapat mengurangi kadar serum dan efikasi dari salisilat• Troleandomycin: Dapat meningkatkan efek deksametason.• Antikoagulan, oral : dapat mengubah persyaratan dosis antikoagulan.• Rifampisin: Dapat meningkatkan clearance dan mengurangi efikasi terapi deksametason.• Barbiturat: Dapat mengurangi efek dari dexamethasone• Hydantoins: Dapat meningkatkan clearance dan mengurangi efikasi terapi deksametason• Aminoglutethimide: Dapat menurunkan supresi adrenal deksametason-induksi. • Deksametason mungkin mengurangi atau menambah konsentrasi plasma fenitoin. Seperti obat enzim-inducing lain, fenitoin juga

memiliki potensi untuk meningkatkan metabolisme deksametason.

Interaksi yang umum pada corticosteroid :• Mungkin ada peningkatan insiden perdarahan gastrointestinal dan ulserasi ketika kortikosteroid diberikan dengan NSAID. • kontrasepsi oral atau ritonavir dapat meningkatkan konsentrasi plasma kortikosteroid.• Penggunaan bersamaan barbiturat, carbamazepine, phenytoin, primidone, atau rifampisin dapat meningkatkan metabolisme dan

mengurangi efek kortikosteroid sistemik.• Ada juga peningkatan risiko hipokalemia dengan konsumsi bersamaan amfoterisin B atau terapi bronkodilator dengan xanthines

atau beta 2 agonis.• Respon terhadap antikoagulan dapat berubah karena kortikosteroid dan kebutuhan obat antidiabetes dan antihipertensi dapat

ditingkatkan..• Kortikosteroid dapat menurunkan konsentrasi serum salisilat dan dapat mengurangi efek antikolinesterase di myasthenia gravis.

A to Z drugs Facts, 2003 dan Martindle 36tn ed

Page 50: Prakrikum Seri IV Alergi

CETIRIZINE

• Tak satu pun didokumentasikan dengan baik.A to Z drugs facts, 2003

• Alkohol (Ethyl): CNS depressants dapat meningkatkan efek depresan SSP dari alkohol (Ethyl).

• Amfetamin: Dapat mengurangi efek sedatif dari Antihistamin.• Betahistin: Antihistamin dapat mengurangi efek terapeutik betahistin.• Antikolinergik: Dapat meningkatkan efek merugikan / toxic dari antikolinergik lainnya.

Pengecualian: Paliperidone.• CNS depressants: Dapat meningkatkan efek yang merugikan / toksik dari CNS depressants

lainnya Drug Information Handbook 17th ed

Karena cetirizine dimetabolisme hanya minimal dalam hati dan diekskresikan terutama tidak berubah dalam urin, obat mungkin memiliki potensi rendah untuk interaksi obat yang merugikan terkait dengan sistem enzim metabolik.

AHFS Drug Information 2008

Page 51: Prakrikum Seri IV Alergi

UNGUENTUM ZINC OXYDE

Untuk zinc oxyde nya sendiri : Tidak ada interaksi yang signifikan.

Drug Information Handbook 17th ed

Karena salep (obat luar), mungkin tidak ada interaksi yang berarti dengan obat lainnya

Page 52: Prakrikum Seri IV Alergi

mekanisme, farmakokinetik, & farmakodinamik

Page 53: Prakrikum Seri IV Alergi

DEXAMETHASON

Mekanisme Kerja Dexamethasone• Mekanisme aksi : Aksi Sintetis long-acting glukokortikoid yang menekan pembentukan,

pelepasan dan aktivitas mediator endogen peradangan termasuk prostaglandin, kinin, histamin, enzim liposomal dan melengkapi sistem. Juga memodifikasi respon imun tubuh. (A to Z Drug Facts)

Farmakokinetik & farmakodinamik dexamethasone• Dexa diserap di GIT, dimetbolisme hepar dan ekskresi lewat urin dan feses• Waktu paruh plasma sekitar 190 menit• Puncak plasma dicapai setelah 1-2 jam pemberian peroral• Ikatan protein plasma-dexamethasone sekitar 77%• Dexamethasone dapat menembus plasenta dengan inaktivasi minimal• (Drug Information Handbook 17 ed; martindale 36 halaman 1526)

Page 54: Prakrikum Seri IV Alergi

Mekanisme Kerja Cetirizine

Cetirizine adalah antihistamin selektif, antagonis reseptor-H1 perifer yang mempunyai efek sedatif yang rendah pada dosis aktif dan mempunyai sifat tambahan sebagai anti alergi. Cetirizine berkerja menghambat pelepasan histamin pada fase awal dan mengurangi migrasi sel inflamasi.

Farmakodinamik :Cetirizine adalah antihistamin dengan efek sedative yang rendah pada dosis aktif farmakologi dan mempunyai sifat tambahan sebagai anti alergi. Merupakan antagonis selektif reseptor H1, efeknya terhadap reseptor lain dapat diabaikan sehingga cetirizine hampir bebas dari efek anti kolinergik dan anti serotonin. Cetirizine menghambat pelepasan histamin pada fase awal dari reaksi alergi, mengurangi migrasi dari sel inflamasi dan melepaskan mediator yang berhubungan dengan “late allergic response”.

Cetirizine

Page 55: Prakrikum Seri IV Alergi

Farmakokinetik:Absorpsi : cetirizine diabsorpsi dengan cepat dengan waktu mencapai konsentrasi maksimum dalam plasma (Tmaks) rata-rata 1 jam melalui pemberian tablet atau sirup pada orang dewasa. Jika relawan sehat diberikan multi cetirizine ( 10 mg sehari selama 10 hari),konsentrasi puncak plasma rata-rata (Cmaks) adalah 311 ng/ml. dalam penelitian tidak ditemukan akumulasi. Farmakokinetik cetirizine linier pada dosis oral berkisar antara 5-60 mg. Makanan tidak menimbulkan efek pada daerah bawah kurva (AUC) cetirizine, tetapi Tmaks mengalami penundaan 1,7 jam dan Cmaks menurun hingga 23% karena adanya makanan.Distribusi : Ikatan protein plasma rata-rata dari cetirizine adalah 93%, tidak tergantung pada konsentrasi dengan kisaran antara 25-1000 ng/ml, yaitu termasuk level terapeutik plasma yang diobservasi.

Metabolisme : 70% ekskresi melalui urin (50% bentuk utuh) dan 10% melalui feses. Cetirizine mengalami metabolism lintas pertama (first-pass metabolism) yang rendah. Cetirizine dimetabolisme secara terbatas melalui O-dedikilasi oksidatif menjadi sebuah metabolit dengan aktivitas antihistamin yang tidak berarti.Eliminasi : Waktu paruh eliminasi pada 146 relawan melalui beragam studi farmakokinetik adalah 8.3 jam dan bersihan tubuh total dari cetirizine adalah kira-kira 53 ml/menit.

Page 56: Prakrikum Seri IV Alergi

Ungt. Zinc OxydMekanisme kerja• Oxydum zincicum sebagai komponen bekerja menyerap air, sehingga memberi efek mendinginkan. Seng oksida

adalah zat adstringen ringan dan digunakan secara topikal sebagai pelembut dan aplikasi pelindung dalam eksim dan sedikit excoriations, diluka, dan untuk wasir. Hal ini juga digunakan dengan ichthammol dalam pengobatan eksim. Seng oksida mencerminkan radiasi ultraviolet dan digunakan sebagai tabir surya.(Martindale, hal 1621)

Farmakokinetik • Tidak diserap secara sistemik. Bekerja lokal dimana dioleskan. Setelah 72 jam diaplikasikan, penyerapan zinc

secara perkutan meningkatkan konsentrasi zinc di seluruh kulit dan epidermis. Ion zinc meresap ke dalam kulit, dan dapat ditemukan dalam dermis dan darah

Farmakodinamik• Zinc topikal dapat mengurangi acne dengan fungsinya sebagai antiseptik, berpotensi untuk membersihkan infeksi

pada kulit dan membantu membunuh bakteri. Zinc topical memiliki drying effect pada kulit, yang dapat mengurangi produksi minyak berlebih serta mencegah penyumbatan di pori – pori. Zinc topikal akan membentuk suatu lapisan putih saat diaplikasikan pada wajah yang juga efektif sebagai sun screen sehingga mengurangi faktor yang bisa menimbulkan jerawat. Zinc topical (zinc oxide) juga meningkatkan reepitelisasi pada luka sehingga membantu mempercepat proses penyembuhan luka.

Page 57: Prakrikum Seri IV Alergi

KIE

Page 58: Prakrikum Seri IV Alergi

TERIMA KASIH