PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat...

194
1 PRAKATA Puji syukur kepada Allah SWT penulis panjatkan atas hidayah yang diberikan kepada penulis agar buku bahan ajar ini dapat diselesaikan. Seperti yang telah diketahui bahwa salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh mahasiswa-mahasiswi tingkat akhir dalam menyelesaikan tugas akhir mereka adalah kesulitan untuk menyusun karya ilmiah yang berupa skripsi. Oleh karena itu, buku ini ditujukan untuk para pembaca pada umummnya dan mahasiswa/i pada khususnya. Bagi para pembaca, buku ini diharapkan dapat membantu dalam proses penelitian dan memperoleh informasi akurat yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang dapat bermanfaat bagi organisasi atau lembaganya. Untuk para mahasiswa/i diharapkan buku ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam mempelajari metodologi penelitian sehingga diperoleh pengetahuan tentang metodologi penelitian yang dapat digunakan untuk penelitian guna penyusunan skripsi ataupun penelitian lapangan. Metodologi penelitian yang lebih banyka dijelaskan dalam buku ini adalah metode-metode dalam penelitian yang bersifat kuantitatif, dengan menggunakan pola pikir “logiko, hipotetiko, dan verifikasi”. Oleh karena itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus berangkat dari masalah yang jelas, kemudian dibuatkan hipotesis dan diuji dengan statistik baik dengan parametrik maupun nonparametrik. Sehingga untk dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara berurutan, karena antara bab yang satu dengan bab berikutnya terkait secara fungsional. Penulis mengakui kalau buku ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan buku ini. Untuk itu sebelumnya penulis ucapkan banyak terima kasih. Jakarta, 1 Agustus 2016 Penulis

Transcript of PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat...

Page 1: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

1

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT penulis panjatkan atas hidayah yang diberikan

kepada penulis agar buku bahan ajar ini dapat diselesaikan. Seperti yang telah diketahui

bahwa salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh mahasiswa-mahasiswi tingkat

akhir dalam menyelesaikan tugas akhir mereka adalah kesulitan untuk menyusun karya

ilmiah yang berupa skripsi.

Oleh karena itu, buku ini ditujukan untuk para pembaca pada umummnya dan

mahasiswa/i pada khususnya. Bagi para pembaca, buku ini diharapkan dapat membantu

dalam proses penelitian dan memperoleh informasi akurat yang dapat digunakan untuk

pengambilan keputusan yang dapat bermanfaat bagi organisasi atau lembaganya. Untuk

para mahasiswa/i diharapkan buku ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi

dalam mempelajari metodologi penelitian sehingga diperoleh pengetahuan tentang

metodologi penelitian yang dapat digunakan untuk penelitian guna penyusunan skripsi

ataupun penelitian lapangan.

Metodologi penelitian yang lebih banyka dijelaskan dalam buku ini adalah

metode-metode dalam penelitian yang bersifat kuantitatif, dengan menggunakan pola

pikir “logiko, hipotetiko, dan verifikasi”. Oleh karena itu setiap penelitian yang akan

dilakukan harus berangkat dari masalah yang jelas, kemudian dibuatkan hipotesis dan

diuji dengan statistik baik dengan parametrik maupun nonparametrik. Sehingga untk

dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab

secara berurutan, karena antara bab yang satu dengan bab berikutnya terkait secara

fungsional.

Penulis mengakui kalau buku ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya,

oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun sangat

diharapkan untuk penyempurnaan buku ini. Untuk itu sebelumnya penulis ucapkan

banyak terima kasih.

Jakarta, 1 Agustus 2016

Penulis

Page 2: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

2

DAFTAR ISI

PRAKATA ……………………………………………….. i

DAFTAR ISI ……………………………………................ ii

DAFTAR GAMBAR ………………………….................... v

DAFTAR TABEL ………………………….......................... vi

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………… vii

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………... 1

A. Pengetahuan, ilmu dan ilmu pengetahuan ………………….. 1

B. Metode ilmiah ……………………………………………….... 7

C. Konsep dasar penelitian …………………………................... 14

D. Syarat dan proses penelitian ………………........................... 17

BAB II. MASALAH PENELITIAN……………………………………. 22

A. Pengertian masalah …………………………………………….. 22

B. Kriteria memilih masalah ……………………………………….. 25

C. Sumber-sumber masalah ……………….................................. 27

D. Bentuk-bentuk masalah ……………………………………….... 29

E. Perumusan masalah …………………………………………….. 31

BAB III. VARIABEL DAN PARADIGMA PENELITIAN …………. 36

A. Pengertian variabel ……………………………………………… 36

B. Ciri-ciri variabel …………………………………..................... 38

C. Jenis-jenis variabel ……………………………………………… 38

D. Paradigma penelitian ……………………………………………. 41

BAB IV. DATA PENELITIAN …………………………………………. 45

A. Pengertian Data …………………………………………………. 45

B. Macam-macam Data ……………………………………………. 46

C. Sumber-sumber Data ……………………………………………. 54

BAB V. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN …….. 57

Page 3: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

3

A. Pengertian Landasan Teori ……………………………………… 57

B. Kerangka Berpikir ………………………………………………. 59

C. Pengertian Hipotesis Penelitian ………………………………… 61

D. Jenis dan Bentuk Hipotesis Penelitian ………………………….. 64

E. Karakteristik Hipotesis Penelitian yang Baik …………………… 67

F. Kesalahan Hipotesis …………………………………………….. 68

BAB VI. POPULASI DAN SAMPEL …………………………………. 71

A. Pengertian Populasi …………………………………………….. 71

B. Pengertian Sampel ………………………………………………. 72

C. Permasalahan Sampel …………………………………………… 73

D. Penentuan Ukuran Sampel ………………………………………. 75

E. Jenis-jenis Sampling ……………………………………………. 78

BAB VII. JENIS-JENIS PENELITIAN ……………………………….. 86

A. Penelitian Sejarah ………………………………………………. 86

B. Penelitian Deskriptif ……………………………………………. 90

C. Penelitian Grounded Research …………………………………. 94

D. Penelitian Tindakan atau Terapan (Action Research) ………….. 96

E. Penelitian Eksperimental ……………………………………….. 98

BAB VIII. PENELITIAN KORELASIONAL …………………………. 100

A. Pengertian Penelitian Korelasional …………………………… 100

B. Proses Dasar Penelitian Korelasional …………………………… 102

C. Macam Studi Korelasional ……………………………………… 107

BAB IX. PENELITIAN EKSPERIMENT ……………………………… 111

A. Definisi Penelitian Eksperimen …………………………………. 111

B. Ciri Khas Penelitian Eksperimen ……………………………….. 112

C. Jenis-jenis Penelitian Eksperimen ………………………………. 114

D. Cara dan Prosedur Penelitian Eksperimen ……………………… 121

BAB X. INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK

PENGUMPULAN DATA ………………………………….. 123

Page 4: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

4

A. Macam-macam Skala Pengukuran ……………………… 123

B. Instrumen Penelitian dan Cara Menyusun Instrumen ….. 128

C. Macam-macam Teknik Pengumpulan Data …………….. 129

BAB XI. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ……………………… 149

A. Pengertian Validitas ……………………………………… 149

B. Pengertian Reliabilitas …………………………………… 151

C. Pengujian Validitas ………………………………………. 153

D. Pengujian Reliabilitas …………………………………….. 158

BAB XII. TEKNIK ANALISA DATA ……………………………….. 165

A. Pengertian Teknik Analisa Data ……………………………….. 165

B. Macam-macam Teknik Analisa Data ………………………….. 167

C. Prosedur Analisa Data …………………………………………. 169

D. Analisis Statistik Deskriptif ……………………………………. 170

E. Analisis Statistik Inferensial …………………………………… 171

BAB XIII. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN ………………. 174

A. Bagian Awal ……………………………………………………. 174

B. Bagian Isi ……………………………………………………….. 177

C. Bagian Akhir …………………………………………………… 183

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 186

RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………. 193

Page 5: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

5

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kerangka Metode Ilmiah ………………………………. 13

Gambar 1.2. Proses dalam Penelitian ………………………………… 15

Gambar 3.1. Akar Filsafat Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif ……. 42

Gambar 5.1. Formulasi Hipotesis ……………………………………. 63

Gambar 6.1. Jenis-jenis Teknik Sampling …………………………… 79

Gambar 6.2. Teknik Simple Random Sampling ……………………… 80

Gambar 6.3. Teknik Stratified Random Sampling …………………… 81

Gambar 7.1. Pelaksanaan Metode Penelitian Grounded Research …. 96

Gambar 9.1. Jenis-jenis Design Experiment …………………………. 115

Page 6: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

6

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Berat Siswa Kelas IV …………………………………… 13

Tabel 4.2. Tabel Penolong Distribusi Frekuensi …………………… 15

Tabel 4.3. Penggunaan Statistik Parametrik dan Nonparametrik

Untuk Menguji Hipotesis Macam Data Bentuk

Hipotesis ……………………………………………….. 53

Tabel 5.1. Contoh Karakteristik Hipotesis, Rumusan Masalah

Dan Pernyataan Hipotesis ………………………………. 65

Tabel 5.2. Jenis Kesalahan (Error) Pada Saat Pengujian

Hipotesis ………………………………………………… 68

Page 7: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

7

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Susunan Isi Skripsi ……..………………………………. 187

Lampiran 2. Contoh Cover Skripsi …………………………………... 188

Lampiran 3. Contoh Penulisan Abstrak ……………………….…….. 190

Lampiran 4. Contoh Penulisan Ringkasan …………………………… 191

Lampiran 5. Contoh Penulisan Kata Pengantar ……………………… 192

Page 8: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

8

BAB I

PENDAHULUAN

Kompetensi yang hendak dicapai :

Mahasiswa mampu menjelaskan Pengetahuan, Ilmu dan Ilmu Pengetahuan

Mahasiswa mampu menjelaskan Metode Ilmiah

Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep dasar penelitian

Mahasiswa mampu menjelaskan Syarat dan Proses penelitian

Media yang dapat digunakan :

In Focus / LCD dan Computer

A. Pengetahuan, Ilmu dan Ilmu Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah segala informasi atau maklumat yang diketahui

atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan merupakan sesuatu yang tertinggal dari hasil

pengindraan manusia terhadap dunia luar. Hal ini mempunyai pemahaman bahwa

pengetahuan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi dan berbagai gejala yang

ditemui. Pengetahuan ini muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akalnya

untuk mengenali benda atau kejadian yang belum pernah dilihat atau dirasakan

sebelumnya. Misalnya ketika seseorang belajar gerakan olahraga yang baru dikenalnya,

maka ia akan mendapat pengetahuan tentang teknik gerakan olahraga tersebut.

Kata ‘pengetahuan’ tentunya merujuk pada ‘apa yang kita ketahui tentang

sesuatu’. Yang menjadi objek ingin tahu itu dapat berupa apa saja, sejauh objek itu ‘ada’

atau setidak-tidaknya ‘mungkin ada’. Pengetahuan senantiasa mengandaikan adanya

subyek yang mengetahui, dan objek yang diketahui hal ikhwalnya. Pengetahuan juga

berkaitan erat dengan kebenaran, yaitu persesuaian antara pengetahuan yan ada pada

subjek dan realitas yang ada pada objek. Dimana objek pengetahuan memiliki begitu

banyak aspek yang amat sulit diungkapkan secara serentak, maka dalam kenyataan apa

yang kita ketahui hanyalah sebagian saja dari keseluruhan kenyataan itu.

Pengetahuan dapat diperoleh dengan dua cara yaitu: pengetahuan empiris dan

pengetahuan rasionalisme. Pengetahuan empiris yang disebut juga dengan pengetahuan

aposteriori didapatkan melalui pengamatan dan pengalaman inderawi. Pengetahuan

Page 9: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

9

empiris yang didapatkan melalui pengamatan dapat berkembang menjadi pengetahuan

deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat dan

gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Selain itu, pengetahuan empiris juga bisa

didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulang kali. Misalnya,

seorang atlet yang telah berlatih selama bertahun-tahun, dengan sendirinya akan

mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana melatih dan memberikan bentuk-bentuk

atau jenis-jenis latihan untuk meningkatkan keterampilan atau fisik seseorang.

Pengetahuan rasionalisme merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui akal

budi dan lebih menekankan pada pengetahuan yang bersifat apriori (sumber

pengetahuan yang berasal dari sebelum pengalaman) atau tidak menekankan pada

pengalaman. Misalnya pengetahuan matematika. Dalam matematika, hasil 4 x 4 = 16

bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui

sebuah pemikiran logis akal budi. Contoh lainnya adalah pengetahuan logika bahasa.

Misalnya bujursangkar memiliki 4 sisi yang sama panjang. Kita tidak perlu mengadakan

penelitian lebih lanjut, karena otak kita langsung mengatakan bahwa bujursangkar

memiliki 4 sisi yang sama panjang.

Selain itu, pengetahuan juga dapat diperoleh oleh manusia melalui dua motif,

yaitu pengetahuan yang diperoleh begitu saja, tanpa niat, motif, keingintahuan, dan

usaha, serta pengetahuan yang didasari motif ingin tahu. Pengetahuan yang didasari oleh

motif ingin tahu inilah yang akhirnya mengembangkan pengetahuan menjadi ilmu.

Karena ilmu merupakan pengetahuan yang sudah dicoba dan diatur menurut urutan dan

arti bersifat menyeluruh dan sistematis, sehingga ilmu memiliki beberapa fungsi

(masyhuri dan M. Zainuddin, 2009), yaitu:

1. Menemukan materi-materi alamiah

2. Memberikan suatu yang rasional sebagai hokum alam

3. Membentuk kebiasaan dalam meningkatkan pengamatan (observation)

4. Kebiasaan melakukan percobaan (experiment)

5. Menentukan klarifikasi

6. Melakukan analisis dan membuat generalisasi.

Ilmu (sciences) adalah cara mempertanyakan dan sebagai suatu kumpulan ide

yang bertumpu pada observasi sistematis tentang dunia ini, dimana perolehan sistematis

ini umumnya berupa metode ilmiah. Oleh karena itu ilmu lebih jauh akan menjawab

Page 10: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

10

pertanyaan ‘mengapa (why)?’ dan ‘bagaimana (how)?’. Ilmu berlangsung dan maju

melalui kerjasama teori dan observasi yang terus-menerus. Teori-teori yang diajukan

memerlukan pengujian yang sistematis dengan fakta-fakta yang dikumpulkan melalui

observasi.

Dapat disimpulkan bahwa ilmu bisa berarti sebuah proses memperoleh

pengetahuan, atau pengetahuan yang terorganisasi yang diperoleh lewat sebuah proses

keilmuan. Proses keilmuan adalah cara memperoleh pengetahuan secara sistematis

berupa metode ilmiah tentang suatu sistem yang ada di alam semesta. Ilmu dapat

berkembang karena sejalan dengan sifat dasar manusia yang selalu ingin tahu dan

didukung dengan kemampuan berfikir manusia secara logis. Namun, dalam

memecahkan suatu masalah dimulai dari adanya perasaan sangsi dan ragu-ragu,

sehingga manusia akan mencari jalan penyelesaian dengan menggunakan proses

berpikir yang panjang dan menurut langkah-langkah tertentu yang dikatakan sebagai

proses berpikir secara reflektif (reflective thinking).

Secara normal, proses berpikir manusia mempunyai urutan sebagai berikut:

1. Timbul rasa sulit, baik terhadap situasi atau keadaan tertentu, adptasi dengan suatu

peralatan, maupun sulit dalam menjelaskan sesuatu yang tiba-tiba muncul dalam

benak pikiran.

2. Kemudian rasa sulit tersebut didefinisikan dalam bentuk permasalahan

3. Timbul suatu bentuk kemungkinan pemecahan permasalahan yang berupa rekaan,

hipotesis, inferensi (simpulan yang disimpulkan) atau teori

4. Ide-ide pemecahan diuraikan secara rasional melalui pembentukan implikasi dengan

jalan mengumpulkan bukti-bukti (data)

5. Mengadakan penilaian terhadap bukti-bukti yang telah dikumpulkan untuk menuju

pemecahan secara mental untuk diterima atau ditolak sehingga menimbulkan rasa

sulit

6. Menguatkan pembuktian tentang ide-ide tersebut dan menyimpulkannya atau

memberikan gambaran ke depan tentang situasi yang akan datang untuk dapat

menggunakan pemecahan tersebut secara tepat

Dengan demikian, akan terlihat bahwa pada proses berpikir manusia terdapat

dua (2) unsur penting; (1) unsur logis, yaitu pikiran berdasarkan atas logikanya sendiri,

dan (2) unsur analitis, yaitu ketika berfikir, maka didalam kegiatannya telah

Page 11: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

11

mengandung analitis sebagai konsekuensinya. Dan dari dua unsur tersebut, akan

memunculkan pola pikir yang ilmiah. Sehingga pada hakekatnya, berpikir secara ilmiah

merupakan gabungan antara penalaran secara induktif dan deduktif. Penalaran induktif

adalah berfikir dari kesimpulan yang bersifat khusus menuju ke kesimpulan yang umum

(teori). Pendekatan ini berkaitan erat dengan rasionalisme atau empirisme. Contohnya

adalah: kucing butuh makan, ayam butuh makan, sapi butuh makan, dan sebagainya –

dari fakta-fakta di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semua hewan butuh

makan.

Penalaran deduktif adalah berfikir dari kesimpulan umum (teori) ke kesimpulan

khusus. Contohnya adalah: perilaku konsumen dalam membeli barang ingin dengan

harga yang rendah tetapi kualitas barang baik. Oleh karena itu, dalam sebuah penelitian

dua pendekatan ini tidak bisa dipisah satu sama lain, namun namun kencendrungan

penelitian yang bersifat kuantitatif memakai pendekatan deduktif, sedangkan penelitian

yang bersifat kualitatif memakai pendekatan induktif.

Sehingga dapat dikatakan bahwa jika pengetahuan mempunyai sasaran tertenu,

mempunyai metode pengkajian obyek sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun

secara sistematis dan diakuis universal, maka terbentuklah suatu disiplin ilmu. Hal ini

berarti bahwa, pengetahuan dapat berkembang menjadi ilmu apabila:

1. Mempunyai obyek kajian, yaitu terdapat obyek yang dipelajari, diamati,

diteliti, dikupas dan dibahas secara hati-hati yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah

2. Mempunyai metode pendekatan, yaitu terdapat suatu metode yang digunakan

secara hati-hati, sistematis dan bertanggung jawab dalam proses pembuktian

keilmuan tersebut,

3. Bersifat universal, yaitu pengetahuan tersebut dapat diterima dan terbukti

kebenarannya oleh semua orang di semua tempat di belahan bumi ini.

Untuk memperoleh pengetahuan yang benar terdapat beberapa cara, salah

satunya dengan menggunakan ilmu. Sesuatu yang bersifat ilmu adalah ilmiah. Ilmu

yang diperoleh dari hasil penelitian atau studi disebut ilmu pengetahuan. Adapun ilmu

pengetahuan (pengetahuan ilmiah, scientific knowledge) ialah pengetahuan yang telah

diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis dan koheren. Dimana, metodis

berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan digunakan metode-metode

Page 12: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

12

tertentu. Sistematis, berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan menjabarkan

pengetahuan yang diperoleh, digunakan langkah-langkah tertentu yang teratur dan

terarah sehingga merupakan suatu keseluruhan yang terpadu. Dan koheren berarti,

setiap bagian dari jabaran pengetahuan merupakan rangkaian yang saling terkait dan

berkesesuaian.

Pengetahuan dapat disebut ilmiah, jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Bersifat Objektif, yaitu sesuai dengan kenyataan

Bersifat luas, maksudnya jika ia bersifat sempit, maka jika diperluas dapat terjadi

bahwa kesimpulan-kesimpulan menjadi keliru.

Bersifat dalam. Apabila timbul masalah, maka untuk mengatasi masalah tersebut

tidak hanya berpikir secara ‘pragmatis’ tetapi sampai kepada penyebab masalah dan

mencari alternatif-alternatif pemecahannya.

Bersifat relatif, maksudnya ia bersandar pada asumsi-asumsi tertentu yang bilamana

asumsinya berubah maka nilai-nilai pun berubah. Contoh, jika anda berlari di dalam

kereta api yang sedang melaju ke arah belakang. Apabila di lihat dari dalam kereta

api, anda bergerak mundur, tetapi dilihat dari luar kereta api anda bergerak maju

karena asumsinya telah dibuah dari melihat di dalam menjadi di luar kereta api.

Dapat diabstraksikan, maksudnya adalah teori tersebut harus dapat di atur atau

dipisahkan dari ilmu lainnya

Dapat dikonkretisasi, artinya kalau ada pertanyaan mengenai ilmu X walalupuan

dengan pola pertanyaan 5W – 1 H (What, Why, Where, When, Who dan How)

dapat dijawab dengan konkret.

Berupa sistem, artinya suatu ilmu memiliki kaitan dengan ilmu lain. Dan juga

melakukan transformasi memiliki input dan output dan lain-lain sesuai dengan

definisi sistem

Berkembang, maksudnya adalah bahwa dunia yang semakin maju dan berkembang

menjadikan masalah-masalah menjadi kompleks. Oleh karena itu, ilmu X yang

dibuat pada masa lalu dan berasumsi pada situasi masa lalu perlu disesuaikan

dengan situasi saat ini dan selayaknya pula untuk situasi masa datang.

Begitu juga ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan terkait dengan masalah, karena

masalah adalah bagian dari ilmu pengetahuan. Jika tidak ada masalah, maka tidak akan

muncul ilmu pengetahuan. Pengetahuan ilmiah adalah hasil dari pemecahan masalah

Page 13: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

13

ilmiah. Dan untuk menjadi ilmiah, maka seseorang harus memiliki kemauan untuk

mencoba memecahkan masalah. Ilmu pengetahuan melibatkan enam komponen penting,

yaitu:

1. Masalah (problem).

Masalah bisa dianggap ilmiah, memiliki tiga ciri, yaitu: a). terkait dengan

komunikasi; b). sikap ilmiah dan c) metode ilmiah. Karena semua masalah yang

disebut ilmiah jika masalah itu dapat dikomunikasikan kepada orang lain,

masalah tersebut dapat dihadapkan pada sikap ilmiah, dan masalah tersebut

terkait dengan penggunaan metode ilmiah.

2. Sikap (attitude)

Sikap ilmiah (scientific attitude) harus memiliki enam ciri pokok, yaitu:

a). Keingintahuan (curiosity). Keingintahuan harus dimiliki oleh seorang

ilmuwan.

b). Spekulasi (speculativeness). Spekulasi mjerupakan cirri penting dalam

sikap ilmiah. Karena hal ini penting dalam rangka menguji hipotesis.

c). Kemauan untuk berlaku objektif (willingness to be objective). Sikap ini

merupakan cirri ilmiah yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan.

d). Terbuka (open-maindedness). Selalu bersedia menerima kritik dan saran

dari ilmuwan lain secara lapang dada.

e). Kemauan untuk menangguhkan penilaian (willingness to suspend

judgment). Bersedia menangguhkan keputusan sampai semua bukti

penting terkumpul.

f) Bersifat sementara (tentativity). Menerima bahwa kesimpulan ilmiah

bersifat sementara.

3. Metode (method)

Esensi dari sebuah pengetahuan adalah metode. Setiap pengetahuan

memiliki metodenya sendiri sesuai dengan permasalahannya. Karena ilmu

pengetahuan adalah aktivitas yang menyelesaikan masalah dan melihat metode

ilmiah sebagai sesuatu yang memiliki karakteristik yang esensila bagi

penyelesaian masalaha. Ada lima langkah esensial dalam menerapkan metode

ilmiah yang harus dipahami oleh seorang peneliti, yaitu: a). memahami masalah,

Page 14: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

14

b). menguji masalah, c). menyiapkan solusi, d). menguji hipotesis, dan e).

memecahkan masalah

4. Aktivitas (activity)

Aktivitas dimaksud adalah penelitian ilmiah, yang memiliki dua aspek:

individual dan social. Aktivitas penelitian ilmiah meliputi: a). observasi, b).

membuat hipotesis, c). menguji observasi dan hipotesis dengan cermat dan

terkontrol.

5. Kesimpulan (conlusion)

Kesimpulan merupakan penilain akhir dari suatu sikap, metode dan

aktivitas. Kesimpulan ilmiah tidak pasti, tetapi bersifat sementara dan tidak

dogmatis.

6. Pengaruh (effects)

Ilmu pengetahuan memiliki dua pengaruh, yaitu: a). pengaruh terhadap

teknologi dan industri, b). pengaruh pada peradaban manusia. Ilmu yang

terindustrialisasi menjadi bagian utama dari penggerak ilmu pengetahuan dan

menjadi sebuah sumber bidang penelitian yang memiliki prestise tinggi.

Berdasarkan penjabaran-penjabaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu

pengetahuan itu merupakan suatu proses memperoleh informasi yang diketahui atau

disadari oleh seseorang dan melalui suatu proses keilmuan yang disusun secara metodis,

sistematis dan koheren.

B. Metode Ilmiah

Ilmu dapat berkembang apabila ada kegiatan berpikir ilmiah, sebab dengan

berpikir ilmiah inilah hampir semua fakta, hipotesis, premis dan argument semuanya

akan diuji dan diteliti secara ilmiah untuk kemudian diambil suatu kesimpulan yang

juga harus teruji kebenarannya. Jadi selama dilakukan penelitian untuk menguji

kebenara suatu hipotesis, sebenarnya pada saat itulah suatu proses berpikir sedang

berlangsung. Dan apabila telah berujung pada suatu kesimpulan, maka dapat terlahir

suatu ilmu, yang mana ilmu ini akan menghasilkan suatu kebenaran. Jadi kebenaran

disini adalah suatu hasil dari suatu proses penelitian.

Page 15: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

15

Pada umumnya, kebenaran (ilmiah) dapat diterima karena tiga (3) alasan, yaitu:

1. Adanya koheren/konsistensi; maksudnya adalah bahwa suatu pernyataan

dianggap benar jika pernyataan tersebut koheren/konsisten dengan

pernyataan sebelumnya yang dianggap dan diyakini benar. Misalnya,

pernyataan yang menyebutkan bahwa “Raja itu akan mati”. Hal ini

merupakan suatu kebenaran mengingat bahwa terdapat pernyataan

sebelumnya yang pasti benar bahwa semua makhluk hidup pasti akan amti,

sedangkan raja juga merupakna makhluk hidup.

2. Adanya koresponden; maksudnya adalah bahwa suatu pernyataan dapat

dianggap benar jika materi pengetahuan yang terkandung dapat dianggap

benar jika materi pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan tersebut

berhubungan atau mempunyai koresponden dengan obyek yang dituju oleh

pernyataan tersebut. Misalnya pernyataan “Danau Toba terdapat di Kota

Medan”. Pernyataan ini adalah benar karena obyek yang dituju pada

pernyataan ini yaitu Danau Toba memang benar berada di kota Medan.

3. Pragmatis; maksudnya adalah bahwa pernyataan dipercayai benar karena

pernyataan tersebut mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan praktis.

Dengan semakin berkembangnya kemampuan berpikir manusia, maka semakin

banyak manusia yang mengupayakan kemampuan berpikirnya dalam memecahkan

suatu permasalahan. Dengan kemampuannya ini telah banyak kebenaran yang dicapai

oleh manusia. Dalam menghadapi masalah, manusia berusaha menganalisisnya

berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki untuk sampai pada pemecahan

yang tepat. Cara berpikir yang ditempuh untuk sampai pada tingkat permulaan dalam

memecahkan masalah ialah dengan (a) cara berpikir analitik dan (b) cara berpikir

sintetik (Berling, 1997).

(a). Cara Berpikir Analitik.

Cara berpikir analitik ialah cara berpikir deduktif (dari hal-hal yang bersifat

umum kepada hal-hal yang bersifat khusus). Untuk mencapai kebenaran atau

pengetahuan yang benar, cara deduktif menggunakan silogisme sebagai alatnya.

Silogisme ialah suatu argumentasi yang terdiri dari tiga buah proposisi atau

pernyataan yang membenarkan atau menolak suatu perkara. Proposisi awal

merupakan premis mayor yang menjelaskan atau menyatakan sesuatu yang

Page 16: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

16

bersifat umum, proposisi kedua merupakan premis minor yang menyatakan

sesuatu yang lebih khusus dan terkait dengan proposisi pertama. Sedangkan

proposisi yang ketiga disebut simpulan atau konklusi, yang merupakan

konsekuensi dari kedua premis terdahulu. Contoh dari penalaran silogistik

deduktif adalah :

Semua manusia dapat mati (Premis Mayor)

Raja itu adalah manusia (Premis Minor)

Jadi Raja itu dapat mati (Kesimpulan)

Pada penalaran deduktif, bila premis-premisnya benar, maka

kesimpulannya harus benar. Tetapi, penalaran deduktif mempunyai

keterbatasan-keterbatasan kesimpulan silogisme tidak pernah melebihi premis-

premisnya. Karena itu kita harus mulai dengan premis-premis yang benar agar

dapat memperoleh kesimpulan yang dapat dipercaya. Karena kesimpulan

deduktif merupakan perwujudan dari pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.

Penelitian ilmiah tidak hanya dilakukan melalui penalaran deduktif. Hal ini

disebabkan karena kesulitan dalam menyajikan kebenaran semesta (universal

truth) dari sejumlah pernyataan mengenai peristiwa-peristiwa ilmiah. Penalaran

deduktif dapat menyusun apa yang sudah diketahui dan dapat melahirkan

hubungan baru pada waktu kita bergerak dari pernyataan yang umum ke yang

khusus, tapi belum cukup untuk menjadi sumber kebenaran baru.

Sekalipun penalaran deduktif mempunyai beberapa keterbatasan, tapi

penalaran deduktif juga bermanfaat pada proses penelitian. Penelitian ini

memungkinkan para peneliti untuk menyimpulkan fenomena apa yang harus

diamati dari teori yang sudah ada. Deduksi dari teori dapat melahirkan hipotesis,

yang merupakan bagian penting dari penelitian ilmiah.

(b). Cara Berpikir Sintetik

Cara berpikir sintetik adalah cara berpikir induktif (dari hal-hal yang

bersifat khusus kepada hal-hal yang bersifat umum) yang simpulannya

diharapkan berlaku umum untuk kelompok/jenis, dan peristiwa atu yang

diharapkan agar kasus yang bersifat khusus atau individual masuk ke dalam

wilayah kelompok/jenis yang dikenai simpulan (Anonim, 2000). Berikut adalah

contoh penalaran silogistik induktif adalah :

Page 17: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

17

Besi bila dipanaskan akan memuai (Premis Mayor)

Emas bila dipanaskan akan memuai (Premis Minor)

Semua logam bila dipanaskan akan memuai (Kesimpulan

Adapun perbedaan antara induktif dan deduktif adalah pada pengambilan

kesimpulannya. Pada penalaran deduktif premis-premis yang digunakan harus

sudah diketahui sebelum kesimpulan dibuat. Tetapi dalam penalaran induktif

kesimpulan diambil dengan pengamatan contoh-contoh dan kemudian barulah

penyimpulan dari contoh-contoh itu diambil. Agar kesimpulan yang induktif

lebih dapat dipercaya, semua contoh harus diamati.

Oleh karena itu, biasanya orang harus puas dengan induksi yang tak

sempurna yaitu suatu sistem dimana kita mengamati contoh dari suatu kelompok

dan mengambil kesimpulan daripadanya mengenai cirri-ciri yang sama dengan

seluruh kelompok tersebut. Hal ini terjadi karena pengamatan yang tak tuntas,

yang disebabkan sulitnya untuk mengamati semua contoh-contoh (sampel).

Misalnya : seorang dosen melihat bahwa mahasiswanya yang berpostur tinggi

yang sekarang terdaftar dalam kelasnya mempunyai nilai akhir mata kuliah

metodologi penelitian di atas nilai rata-rata kelas. Tetapi ia tidak dapat membuat

kesimpulan yang sah (sahih/valid) mengenai nilai akhir mata kuliah metodologi

penelitian di kelas lain.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat diketahui bahwa manusia mempunyai

sifat untuk menemukan kebenaran. Namun, setelah sekian lama manusia berkutat

dengan cara tradisional dalam menemukan kebenaran tersebut, maka manusia kadang

merasakan bahwa cara-cara tersebut kurang memuaskan pikiran manusia. Sehingga

mulailah berkembang metode penemuan kebenaran melalui berpikir kritis dan rasional,

yang menjadi cikal bakal adany metode ilmiah. Metode ilmiah dapat dibedakan dengan

metode akal sehat (common sense) terutama dalam proses penelitian. Karena proses

penelitian ilmiah bersifat empiris, terkendali, analitis dan sistematis, dimana ciri-ciri

tersebut secara terpadu tidak terdapat pada metode akal sehat.

Metode ilmiah merupakan suatu cara memperoleh pengetahuan yang baru atau

suatu cara untuk menjawab permasalahan-permasalahan penelitian yang dilakukan

secara ilmiah. Suatu pendekatan untuk mencari tahu sesuatu dikatakan ilmiah apabila

pendekatan tersebut mengikuti langkah-langkah metode ilmiah. Metode ilmiah biasanya

Page 18: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

18

dilukiskan sebagai suatu proses dimana peneliti menalar secara induktif dari

pengamatannya ke arah hipotesis dan kemudian secara deduktif dari hipotesis ke arah

implikasi logis hipotesis tersebut. Peneliti mendeduksikan hasil yang akan diperolehnya,

bila hipotesis tersebut didukung oleh data observasinya. Bila implikasi yang

dideduksikan sesuai dengan pengetahuan yang sudah ada, maka ini kemudian di uji

dengan data empiris tambahan. Berdasarkan bukti inilah, maka hipotesis peneliti ditolak

atau diterima.

Metode ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan

berdasarkan bukti fisis yang ada dan sangat jelas. Ilmu pengetahuan seringkali

berhubungan dengan fakta, maka cara mendapatkannya, jawaban-jawaban dari semua

pertanyaan yang ada pun harus secara sistematis berdasarkan fakta-fakta yang ada.

Hubungan antara penelitian dan metode ilmiah adalah sangat erat. Intinya bahwa

metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan,

pengesahan dan penjelasan kebenaran. Dengan adanya metode ilmiah ini pertanyaan-

pertanyaan dasar dalam mencari kebenaran seperti apakah yang dimaksud, apakah benar

demikian, mengapa begini/begitu, seberapa jauh, bagaimana hal tersebut terjadi dan

sebagainya, akan lebih mudah terjawab.

Ada enam (6) kriteria metode ilmiah, yaitu:

1. Berdasarkan data dan fakta, maksudnya bahwa semua keterangan dan

penjelasan yang ingin diperoleh dalam penelitian untuk keperluan analisis harus

berdasarkan data-data di lapangan yang asli serta fakta-fakta yang nyata.

2. Tidak ada Prasangka, maksudnya cara yang ditempuh untuk mencari kebenaran

atau pengetahuan harus bersifat bebas dari adanya prasangka di dalamnya.

Semua pertimbangan harus dilakukan dengan pikiran jernih tanpa ada

pertimbangan yang subyektif. Pembuktian dan pengambilan kesimpulan harus

didasarkan pada fakta dan penjelasan atau bukti yang nyata dan obyektif.

3. Terdapat analisis, maksudnya semua data dan fakta yang telah diperoleh harus

diberi penjelasan yang kuat dan memadai, agar mudah dipahami dan member

manfaat atu makna serta berkontribusi terhadap pengembangan pengetahuan.

Semua data, fakta atau fenomena harus dicari sebab-musabab serta

pemecahannya menggunakan analisis yang logis, padat, cermat dan tajam.

Page 19: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

19

4. Terdapat Hipotesis, maksudnya dengan adanya hipotesis ini peneliti dituntun

dalam proses berpikir secara analisis. Karena hipotesis merupakan jawaban

sementara dari rumusan masalah yang akan diteliti. Semua yang akan dilakukan

menggunakan tuntunan hipotesis tersebut. Oleh karena itu tidak berarti dan

tidak selalu bahwa hipotesis selalu benar dan sesuai dengan data dan fakta di

akhir penelitian, namun justru dengan itulah peneliti mempunyai panduan agar

sampai ke arah sasaran dan tujuan yang tepat.

5. Obyektif, maksudnya seorang peneliti harus selalu bersikap obyektif dalam

mencari kebenaran. Semua data dan fakta harus disajikan dan dianalisis secara

obyektif. Pertimbangan dan penarikan kesimpulan harus menggunakan pikiran

yang jernih dan tidak berdasarkan perasaan.

6. Menggunakan teknik kuantifikasi, maksudnya dalam perlakuan terhadap data

yang diperoleh terutama angka-angak dari suatu harga yang mempunyai

besaran tertentu harus mempergunakan ukuran-ukuran kuantitatif yang telah

lazim, misalnya derajat celcius untuk satuan temperatur, gram atau kilogram

untuk satuan berat, meter atau centimeter untuk satuan panjang dan lain-lain.

Metode ilmiah diawali dengan proses deduksim, yaitu pengambilan konsep atau

sesuatu yang lain berdasarkan pengalaman atau teori/dogma yang bersifat umum. Dan

untuik memperdalam dan mempertegas hal ini harus diperkuat dengan studi pustaka.

Dari teori atau konsep dan fenomena serta keadaan yang ada itulah kemudian baru

dirumuskan permasalahan apa yang akan diteliti. Perumusan atau penetapan masalah ini

diperlukan agar tidak terdapat keraguan pada saat melakukan penelitian dan juga untuk

membatasi sampai sejauhmana suatu penelitian akan dilakukan. Perumusan masalah

harus jelas dan tegas agar menjadi tuntunan dalam melakukan penelitian.

Tahap berikutnya adalah penyusunan hipotesis yang tak lain adalah jawaban

atau kesimpulan sementara tentang hubungan dan sangkut paut antar variabel atau

fenoena dalam suatu penelitian. Tentunya jawaban sementara ini harus mempunyai

dasar atau landasan yang kuat dan logis. Pada tahapan ini harus ditentukan cara-cara

untuk menguji hipotesis tersebut dan caranya tergantung pada disiplin ilmu peneliti dan

penelitian yang dilakukan. Selanjutnya tahap yang sangat krusial adalah verifikasi atau

pembuktian hipotesis itu sendiri. Pada tahapan ini yang diperlukan adalah data, dan ini

dapat diperoleh dari berbagai sumber dan cara/teknik sesuai dengan metode yang telah

Page 20: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

20

ditetapkan sebelumnya. Data-data yang telah terkumpul ini selanjutnya dianalisis dan

diinterpretasi menggunakan cara-cara yang sesuai dan dengan penjelasan yang logis dan

konseptual.

Setelah analisis dan tafsiran diberikan, maka selanjutnya dilakukan tahapan

induksi yaitu generalisasi dari temuan-temuan yang ada, dan berikutnya disusunlah

beberapa kesimpulan. Kesimpulan dan generalisasi ini harus ada kaitannya dengan

hipotesis, artinya bahwa kesimpulan ini menjawab semua rumusan masalah dan

membuktikan apakah hipotesis yang telah dirumuskan benar atau harus ditolak. Secara

singkat metode ilmiah mempunyai kerangka sebagaimana tergambar di bawah ini:

Gbr 1.1. Kerangka Metode Ilmiah

Kerangka metode ilmiah di atas merupakan salah satu kerangka yang lazim

dilakukan. Dan satu tahapan yang tidak kalah penting setelah tahapan induksi adalah

penyajian laporan ilmiah melalui berbagai jenis laporan ilmiah yang dapat dilakukan.

DEDUKSI

(Merumuskan masalah berdasar

pengalaman/teori/dogma yang bersifat umum)

HIPOTESIS

(Dugaan yang ditarik berdasar

teori/dogma/pengalaman)

VERIFIKASI (Proses pembukitan hipotesis dengan

mengumpulkan data kemudian di analisis dan

diinterprestasikan)

INDUKSI

(Membuat kesimpulan (generalisasi)

Page 21: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

21

C. Konsep Dasar Penelitian

Manusia dianugerahi oleh Tuhan sesuatu yang sangat khusus dan hal itulah yang

membedakan manusia dengan mahluk Tuhan yang lainnya yaitu akal. Dengan akal ini,

manusia mampu berpikir lebih cerdas, kritis dan mampu memanfaatkan segala sumber

daya yang ada di dalam dengan optimal. Pemanfaatan sumber daya ini tentu tidak lepas

dari proses berpikir manusia dan rasa ingin tahu manusia yang sangat besar yang

merupakan salah satu sifat dasar manusia. Seiring dengan semakin tumbuhnya manusia,

maka rasa ingin tahunya juga semakin berkembang yang tentunya juga diiringi dengan

berkembangnya kemampuan untuk memecahkan suatu permasalahan.

Dengan demikian segala sesuatu yang ingin diketahui oleh manusia lebih rumit

dan memerlukan suatu penguasaan berpikir dan berbahasa yang semakin rumit.

Seringkali keingintahuannya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan atau permasalahan

yang mengharapkan suatu jawaban atau pemecahan. Oleh karena itu sifat manusia

lainnya yang dianugerahkan adalah usaha untuk mengetahui jawaban atau memperoleh

pemecahan masalah. Dan tentunya pemecahan atau jawaban yang diperoleh adalah

suatu kenyataan yang benar mengenai masalah tersebut. Keingintahuan manusia yang

diawali dengan pertanyaan atau permasalahan dan ingin dicari pemecahannya inilah

yang mendasari adanya penelitian. Dan dari hasil penelitian ini akan diperoleh jawaban

dari semua pertanyaan atau permasalahan tersebut. Dalam melakukan penelitian untuk

menemukan jawaban atas suatu permasalahan atau pertanyaan yang dihadapi, maka

setidaknya orang tersebut harus melakukan suatu proses yang berdasar pada filosofi dan

kerangka kerja tertentu, menggunakan prosedur, metode dan teknik yang telah teruji.

Sebetulnya apakah definisi dari penelitian itu? Bagaimana dan apa saja yang

harus dilakukan dalam suatu penelitian? Kata penelitian Penelitian atau riset merupakan

terjemahan dari bahasa Inggris research, yang merupakan gabungan dari kata ‘re’ yang

artinya kembali dan ‘to search’ yang artinya mencari atau menguji secara cermat dan

hati-hati untuk mencoba atau membuktikan. Definisi dari penelitian menurut Burns

(1994), bahwa penelitian adalah investigasi atau penyelidikan secara sistematis untuk

menemukan jawaban dari suatu permasalahan. Sedangkan menurut Chris Gratton dan

Ian Jones (2010; 4) penelitian adalah: “a systematic process of discovery and

advancement of human knowledge”(sebuah proses yang sistematis dari suatu penemuan

dan pengembangan pengetahuan manusia).

Page 22: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

22

Berdasarkan definisi penelitian di atas, dapat dikatakan bahwa inti dari

penelitian adalah “mencari kembali”. Oleh karena itu penelitian dapat diartikan sebagai

upaya atau kegiatan yang bertujuan mencari jawaban sebenar-benarnya terhadap suatu

kenyataan atau realita yang dipikirkan atau dipermasalahkan dan memperoleh

pengetahuan ilmiah tertentu yang berguna dengan menggunakan metode-metode

tertentu menurut prosedur yang sistematis. Dimana proses dalam suatu penelitian yang

tergambar dalam gambar 1.2., meliputi: pengumpulan informasi/data, observasi secara

sistematis, analisis informasi/data, interprestasi informasi/data, pemecahan

masalah/menjawab pertanyaan.

Gambar. 1.2. Proses dalam Penelitian

Dalam proses di atas terlihat bahwa penelitian menunjukkan suatu proses yang

saling berkesinambungan. Dimana penelitian dimulai dari hasrat keingintahuan dan

permasalahan, dilanjutkan dengan pengkajian landasan teoritis yang terdapat dalam

kepustakaan untuk mendapatkan jawaban sementara atau hipotesis. Kemudian

direncanakan dan dilakukan pengumpulan data untuk menguji hipotesis yang akan

diperoleh kesimpulan dan jawaban permasalahan. Dalam proses pemecahan masalah

dan dari jawaban permasalahan tersebut akan timbul permasalahan baru.

Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk

memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Dimana

tujuan dari semua usaha ilmiah adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, dan/atau

PENGUMPULAN INFORMASI/DATA

OBSERVASI SECARA SISTEMATIS

ANALISIS INFORMASI/DATA

INTERPRETASI INFORMASI/DATA

PEMECAHAN MASALAH/MENJAWAB

PERTANYAAN

MASALAH

BARU

Page 23: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

23

mengontrol fenomena. Tujuan ini didasarkan pada asumsi bahwa semua perilaku dan

kejadian adalah beraturan dan bahwa semua akibat mempunyai penyebab yang dapat

diketahui. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan dari seseorang melakukan suatu

penelitian adalah:

1. Menemukan teori baru (eksploratif), yaitu melakukan penyelidikan terhadap

masalah tertentu yang memerlukan jawaban

2. Membuktikan atau menguji teori (verikatif), yaitu melakukan pengujian

terhadap suatu fenomena dengan teori yang telah ada

3. Meningkatkan atau mengembangkan teori atau pengetahuan (development).

Seperti yang telah dijabarkan di atas bahwa penelitian atau riset dapat diartikan

sebagai suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-

hati dan sempurna terhadap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang tepat

terhadap masalah tersebut. Apabila studi tersebut dilakukan dengan menggunakan

metode ilmiah disebut penelitian ilmiah (scientific research). Dan dalam ranah

penelitian terdapat beberapa istilah yang terkait, yaitu metode, metodologi dan metode

ilmiah.

Istilah metode berasal dari akta Yunani yaitu methodos yang merupakan

sambungan kata depatn meta (secara harfiah berarti menuju, melalui) dan kata benda

hodos (secara harfiah berarti: jalan, perjalanan, cara, arah). Menurut Klaus Buhr

(Mahmud, 2011, 22-23) metode merupakan cara bertindak menurut sistem aturan

tertentu. Maksud adanya metode adalah kegiatan praktis terlaksana secara terarah dan

mencapai hasil optimal. Metode menurut arti luas tersebut dapat dikhususkan

berhubungan dengan pemikiran pada umumnya sebagai cara berpikir menurut sistem

aturan tertentu. Karena metode memiliki tahapan langkah yang relatif baku sebagai

suatu pola, baik yang umum maupun yang khusus.

Sedangkan istilah metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dimana istilah cara ilmiah menunjukkan arti

bahwa kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuah, yaitu rasional, empiris,

dan sistematis. Rasional dalam penelitian adalah bahwa penelitian dilakukan dengan

cara-cara yang masuk akal. Empiris adalah bahwa kegiatan penelitian dapat diamati

oleh indra manusia sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara

Page 24: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

24

yang digunakan. Adapun sistematis adalah bahwa proses yang digunakan dalam

penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Dan yang terakhir adalah istilah metodologi. Secara sederhana metodologi dapat

diartikan sebagai ilmu yang membahas ragam metode. Metodologi secara filsafat

merupakan bagian pembahasan dari epistimologi, yaitu sebuah cabang filsafat yang

secara sederhana membahas cara mendapatkan pengetahuan. Isi kajian metodologi

adalah analisis dan penyusunan asas-asas dan jalan-jalan yang mengatur penelitian.

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian merupakan

kegiatan manusia yang didasarkan pada kecerdasannya dalam menelaah sesuatu. Tujuan

utama penelitian adalah penemuan, interpretasi dan pengembangan metode dan sistem

untuk perkembangan pengetahuan manusia. Penelitian juga adalah suatu proses berpikir,

menguji secara kritis berbagai aspek keseharian, memahami dan memformulasikan

tuntunan untuk pelaksanaan suatu prosedru, pengembangan dan pengujian teori baru

untuk peningkatan pemahaman dan pengetahuan

D. Syarat dan Proses Penelitian

Berdasarkan dari penjelasan pada sub bab sebelumnya dapat diketahui bahwa

yang membedakan sebuah penelitian dengan bukan penelitian adalah terletak pada

proses atau cara dalam menemukan jawaban dari permasalahan yang dihadapi. Untuk

itu, agar dapat dikatakan bahwa sebuah kegiatan merupakan suatu penelitian, maka

harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu bahwa kegiatan tersebut harus sedapat

mungkin:

Terkontrol. Yang dimaksud dengan konsep terkontrol adalah seseorang

harus melakukan pengaturan metode yang dapat meminimalkan

pengaruh dari beberapa faktor terhadap suatu hubungan antar kejadian.

Hal ini lazim dilakukan pada penelitian yang berbasis eksperimen.

Akurat dan hati-hati. Ketepatan dan kehati-hatian meliputi prosedur yang

diterapkan harus sesuai, dapat diperkirakan, tepat dan dapat

diaplikasikan.

Sistematis. Prosedur-prosedur yang diterapkan dalam penyelidikan untuk

menemukan suatu jawaban atau pemecahan masalah harus mengikuti

urutan-urutan tertentu yang logis dan dapat diterima akal sehat.

Page 25: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

25

Valid dan dapat dibuktikan. Kriteria ini mengharuskan seorang peneliti

merumuskan kesimpulan yang tepat. Apapun kesimpulan yang dibuat

harus berdasarkan penemuan yang benar dan dapat dibuktikan atau

diverifikasi oleh peneliti tersebut atau oleh orang lain.

Empiris. Semua jawaban dan kesimpulan harus dirumuskan berdasarkan

informasi dan data-data yang dikumpulkan dari eksperimen/percobaan

atau observasi yang benar dan nyata.

Kritis. Penyelidikan yang dilakukan harus dapat dibuktikan dan bebas

dari kelemahan mendasar. Proses yang diadopsi dan prosedur yang

digunakan harus dapat dilakukan pengujian secara kritis.

Selanjutnya penelitian ilmiah harus memuat unsure-unsur berpikir ilmiah, yaitu

terungkap adanya persoalan dan masalah, termasuk mengajukan dugaan sementara

(hipotesis), adanya informasi, bukti atau data yang logis utnuk dianalisis, dan diakhiri

dengan suatu kesimpulan berikut implikasinya. Suatu penelitian tidak membiarkan fakta

itu sekadar terpampang apa adanya tanpa makna, melainkan menjadikan fakta tersebut

sebagai bahan atau data yang harus ditafsirkan sekaligus dianalisis. Penafsiran dan

penganalisisan data ini harus ditempuh melalui metode dan prosedur pemecahan

masalah. Adapun ciri penelitian yang baik menurut metode atau kaidah ilmiah adalah

sebagai berikut:

1. Bersifat krits dan analitis (critical and analytical)

2. Memuat konsep dan teori

3. Rasional

4. Obyektif

5. Konsistensi (consistency) dalam menguraikan, menjelaskan, dan

menggunakan kalomat atau istilah singatk padat dan tidak berbelit-belit

6. Koherensi (coherency) yaitu saing kait mengkaitkan antara bagian satu

dengan lainnya, antar paragraph, atau antar satu bab dengan lainnya.

Selain itu, ada syarat penelitian agar penelitian itu dikatakan baik, maka harus

mengandung unsur:

1. Tujuan dan masalah dalam penelitian harus digambarkan secara jelas

2. Teknik dan prosedur dalam penelitian harus dijelaskan secara rinci

Page 26: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

26

3. Objektivitas penelitian harus tetap dijaga dengan menunjukkan bukti-bukti

mengenai sampel yang diambil

4. Kekurangan-kekurangan selama pelaksanaan penelitian harus diinformasikan

secara jujur

5. Validitas dan kehandalan data harus diperiksa dengan cermat

6. Kesimpulan yang diambil harus didasarkan pada hal-hal yang terkait dengan

data penelitian.

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa penelitian sebagai suatu proses

deduksi dan induksi yang dilakukan secara sistematis, ketat, analitis dan terkendali.

Tahap-tahap dalam proses itu teratur secara sistematis, tidak boleh langsung melakukan

tahap tertentu sebelum melewati tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi

tahap tersebut. Proses sistematik dari penelitian dan metode ilmiah mengarah pada

aktivitas yang dilibatkan dalam pelaksanaan suatu studi penelitain. Untuk melakukan

suatu penelitian, maka ada beberapa langkah penelitian yang dilakukan, yaitu :

1. Konseptualisasi masalah. Proses penelitian ilmiah diawali dengan merumuskan

pertanyaan penelitian atau apa yang disebut dengan konseptualisasi masalah. Ada

dua hal yang berhubungan dengan ini, yaitu masalah (substansi) yang

dipertanyakan, dan pertanyaan dasar serta cara menjawab pertanyaan itu

(metodologi).

2. Tujuan dan Hipotesis. Pada waktu kita mengajukan pertanyaan penelitian, maka

sebenarnya pada waktu itu juga jawabannya sudah ada dalam pikiran kita. Akan

tetapi jawaban tersebut masih diragukan, namun dapat dipakai sebagai jawaban

sementara yang mengarahkan kita untuk mencari jawaban yang sebenarnya.

Pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban (sementara) terhadap pernyataan itu

disebut hipotesis penelitian.

3. Kerangka Dasar Penelitian. Masalah-masalah yang dihadapi oleh peneliti

memerlukan suatu penjelasan yang disusun dalam kerangka teoritis tertentu.

Misalnya masalah prestasi, memerlukan penjelasan dengan menggunakan konsep-

konsep yang berhubungan dengan prestasi tersebut, seperti fisik, teknik, taktik,

mental dan sebagainya. Konsep-konsep itu saling berhubungan membentuk

beberapa proposisi. Hubungan-hubungan yang terbentuk di susun dalam suatu

kerangka dasar, sehingga kita memperoleh penjelasan secara teoretis terhadap

Page 27: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

27

masalah prestasi sebagai masalah penelitian. Konsep-konsep yang disusun dalam

kerangka dasar penelitian itu adalah konsep-konsep yang tercakup dalam hipotesis-

hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Karena itu, kerangka dasar tersebut

disebut juga kerangka hipotesis.

4. Penarikan sampel. Supaya data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis itu dapat

dikumpulkan, maka harus jelas dimana data tersebut dikumpulkan dan strategi apa

yang digunakan untuk mengumpulkannya. Tahap ini disebut perumusan populasi

dan sampel penelitian.

5. Konstruksi Instrumen. Selanjutnya perlu ditetapkan bagaimana mengumpulkan data

dari sampel yang telah ditetapkan itu. Hal ini berhubungan dengan metode

pengumpulan data dan alat-alat (instrument) yang diguankan untuk

mengumpulkannya. Tahap ini disebut pengumpulan data dan konstruksi instrument.

6. Pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dalam rangka pembuktian

hipotesis. Metode pengumpulan data disesuaikan dengan setiap variabel, supaya

diperoleh informasi yang valid dan dapt dipercaya.

7. Pengolahan Data. Data yang telah dikumpulkan masih berupa data mentah, sehingga

perlu diolah supaya dapat dianalisis.

8. Analisis data. Untuk menguji hipotesis, data yang telah diolah akan dianalisis

dengan cara-cara tertentu. Analisis data penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu

analisis pendahuluan dan analisis lanjut. Analisis pendahuluan bersfiat deskriptif

dan terbatas pada data sampel. Sedangkan analisis lanjut adalah analisis inferensila

yang diarahkan pada pengujian hipotesis. Alat-alat analisis yang dipakai disesuaikan

dengan hipotesis operasional yang telah dirumuskan sebelumnya.

9. Interpretasi. Hasil analisis kemudian diinterpretasikan melalui proses pembahasan.

Tahap ini disebut analisis dan interpratasi hasil penelitian.

10. Menulis laporan.

Page 28: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

28

Latihan

1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang ilmu dan pengetahuan!

2. Sebutkan dan jelaskan kriteria dalam melakukan metode ilmiah!

3. Jelaskan secara singkat apa yang anda ketahui tentang konsep dasar penelitian!

4. Jelaskan syarat suatu kegiatan dikatakan penelitian!

5. Sebut dan jelaskan secara singkat langkah-langkah dalam suatu penelitian!

Ringkasan

1. Ilmu bisa berarti sebuah proses memperoleh pengetahuan, atau pengetahuan yang

terorganisasi yang diperoleh lewat sebuah proses keilmuan

2. Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui

pengamatan inderawi.

3. Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara

metodis, sistematis dan koheren.

Sumber Lain

Masyhuri dan M. Zainuddin, Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dan Aplikatif,

Malang: PT. Refika Aditama, 2008

Jamal Ma’mur Asmani, Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan:

Buku Panduan Super Praktis Penelitian Pendidikan Modern Terkini,

Yogyakarta: DIVA Press, 2011

Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian; Sebuah Pengenalan dan Penuntun

Langkah demi langkah Pelaksanaan Penelitian, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010

Page 29: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

29

BAB II

MASALAH PENELITIAN

Kompetensi yang hendak dicapai :

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian masalah

Mahasiswa mampu menjelaskan kriteria memilih masalah

Mahasiswa mampu menjelaskan sumber-sumber masalah

Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk-bentuk masalah

Mahasiswa mampu menjelaskan perumusan masalah

Media yang dapat digunakan :

In Focus / LCD dan Computer

A. PENGERTIAN MASALAH

Pada dasarnya penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang

dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan

dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Kegiatan penelitian diawali adanya

masalah penelitian, bukan semata-mata karena keinginan atau ketertarikan peneliti

terhadap suatu persoalan. Kegiatan untuk menemukan masalah penelitian yang

kemudian diidentifikasi, dipikirkan, dan diuji secara mendalam lalu dirumuskan. Hal ini

merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam kegiatan penelitian. Kapabilitas

dan kredibilitas seorang peneliti, bukan hanya ditentukan oleh frekuensi atau jam

terbang melakukan penelitian, tetapi oleh kemampuan memilih masalah penelitian yang

layak dan menarik untuk diteliti.

Dari masalah penelitian yang jelas, kegiatan penelitian menjadi terfokus dan

pada gilirannya akan menghasilkan suatu temuan yang bermanfaat. Temuan tersebut

dapat berupa deskripsi terhadap suatu persoalan secara sistematis, rekomendasi, tesis,

bahkan teori. Lalu apakah masalah itu? Masalah adalah penyimpangan antara yang

diharapkan dengan kejadian atau kenyataan dan harus diselesaikan. Masalah timbul

karena adanya tantangan, kesangsian, ataupun kebingungan terhadap suatu hal atau

fenomena, kemenduaan arti (ambiguity), halangan atau rintangan, celah (gap) baik antar

kegiatan atau antar fenomena.

Page 30: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

30

Masalah yang baik adalah yang realistis, benar-benar ada di masyarakat dan

perlu untuk diselesaikan. Karena dalam kehidupan manusia, masalah tidak pernah

selesai dalam pengertian sebenarnya karena masalah datang dan pergi silih berganti.

Berbagai cara dan pendekatan dilakukan untuk menghadapi masalah tersebut sesuai

dengan jenis masalahnya, salah satunya melalui penelitian. Apabila penyelesaian

masalah menggunakan cara dan pendekatan ilmiah dengan menerapkan prosedur ilmiah,

itulah yang dimaksud dengan masalah penelitian.

Jadi apa sebetulnya yang dimaksud dengan masalah penelitian? Masalah

penelitian adalah: “merupakan suatau pernyataan yang mempersoalkan keberadaan

suatu variabel atau mempersoalkan hubungan antara variabel pada suatu fenomena.”

Stoner (1982:257) juga mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau

dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan antara apa

yang direncanakan dengan kenyataan adanya pengaduan dan kompetisi. Maka dapat

disimpulkan bahwa masalah penelitian merupakan pertanyaan yang mengungkapkan

hubungan variabel-variabel dalam penelitian.

Namun, tidak semua masalah yang dihadapi manusia merupakan masalah

penelitian. Karena masalah penelitian adalah masalah yang menjadi objek suatu

penelitian. Dan untuk memilih masalah penelitian diakui sering merupakan hal yang

paling sulit dalam proses penelitian. Sehingga, bila dalam penelitian telah dapat

menemukan masalah yang betul-betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian

itu telah selesai 50%. Oleh karena itu menemukan masalah dalam penelitian merupakan

pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat ditemukan, maka pekerjaan

penelitian akan segera dapat dilakukan.

Tegasnya, permasalahan penelitian merupakan justifikasi atau alasan mengapa

penelitian tertentu dilakukan. Jadi, problematika penelitian hendaknya mencakup bukan

hanya “what” tetapi juga mencakup “whom”, “where”, “who”, “when”, “why”, dan

“how”. Atau konsep ini disingkat menjadi konsep 5 W + 1 H, yaitu:

What = Apa yang hendak atau layak untuk diteliti?;

Where = Dimana akan dilaksanakannya penelitian tersebut

When = Kapan penelitian akan dilaksanakan

Page 31: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

31

Who = Siapa yang berperan dalam masalah tersebut, siapa yang

menyebabkan dan siapa yang kena akibatnya, siapa yang membantu dan

sebagainya

Why = Mengapa terjadi demikian, mengapa kenyataan tidak sesuai

dengan program, dan sebagainya

How = Bagaimana keadaannya, bagaimana peranannya, bagaimana

kejadiannya, dan sebagainya

Kecendrungan bagi peneliti professional tidaklah sulit untuk menemukan suatu

masalah dan merumuskannya. Akan tetapi bagi peneliti pemula, menemukan masalah

dan merumuskannya menjadi satu rumusan masalah yang terintegrasi berkenaan dengan

suatu keadaan tertentu relative mengalami kesulitan sehingga memerlukan suatu

pendampingan. Untuk dapat menemukan suatu masalah yang actual seorang peneliti

harus mempunyai sifat “skeptis” artinya selalu bertanya-tanya, tidak mudah percaya atu

tidak mudah menolak sebelum ada fakta yang kuat. Sehingga, sebetulnya untuk dapat

menemukan masalah seorang peneliti dapat mencermati keadaan sekelilingnya untuk

menemukan masalah apa yang terjadi.

Masalah yang sebenarnya ada dapat saja dianggap bukan merupakan masalah

atau tidak nampak lagi sebagai masalah, karena dianggap biasa. Karena permasalahan

yang dikatakan baik apabila permasalahan tersebut hasilnya nanti akan bermanfaat bagi

masyarakat baik secara langsung atau tidak. Oleh karena itu, setelah mendapatkan

masalah peneliti diharapkan dapat lebih selektif agar hasilnya dapat diimplementasikan.

Dan apabila masalahnya sudah ditentukan atau disepakati, diperlukan perumusan yang

jelas dan tajam agar memudahkan dalam menjajaki dan menghimpun data yang

diperlukan. Sehingga dapat dikatakan bahwa menemukan masalah merupakan langkah

untuk mengawali suatu penelitian. Dan dalam suatu penelitian, yang dapat

dikategorikan sebagai masalah, antara lain:

1. Kesenjangan antara cita dan fakta atau yang normative idealistik dengan

yang historis sosiologis.

2. Sesuatu yang unik, yang menyebar dari mainstream yang ada

3. Sesuatu yang belum diketahui.

4. Sesuatu yang luar biasa, apabila diteliti akan mengandung banyak keutamaan

dan pengetahuan.

Page 32: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

32

Pertanyaan ini muncul karena adanya kesenjangan antara apa yang diketahui

tentang hubungan antar variabel tadi dengan apa yang seharusnya diketahui. Contoh

masalah penelitian : “Apakah terdapat hubungan yang positif antara kekuatan otot kaki

dan kecepatan reaksi terhadap kemampuan start pada 50 meter gaya bebas?”,

mengungkapkan hubungan antara dua variabel utama yaitu kemampuan start pada 50

meter gaya bebas (Y) dengan kekuatan otot kaki dan kecepatan reaksi (X).

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa masalah penelitian adalah masalah-

masalah yang ingin dikaji oleh seseorang peneliti berkaitan dengan kondisi atau keadaan

yang dihadapi oleh seseorang atau sekelompok orang atau organisasi yang dianggap

tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan atau tidak sesuai dengan norma atau

aturan yang seharusnya dilakukan.

B. KRITERIA MEMILIH MASALAH

Untuk memilih masalah penelitian yang tepat dan baik, ada beberapa hal yang

harus diperhatikan. Karena tidak semua masalah yang ditemukan merupakan masalah

yang layak diteliti. Misalnya, seorang peneliti mengajukan masalah penelitian tentang

hubungan antara kebiasaan minum air hujan dengan kemampuan berenang. Nampaknya

masalah ini bagus untuk diteliti, karena si peneliti berupaya untuk mengungkap

hubungan antara air hujan dengan kemampuan berenang. Namun apabila dicermati

masalah ini bukanlah masalah yang layak diteliti, karena tidak memilii signifikansi yang

tinggi baik teoritis maupun praktis. Tanpa melakukan suatu penelitianpun orang sudah

tahu bahwa hanya dengan meminum air hujan tidak akan membuat orang bisa berenang.

Untuk memilih masalah penelitian yang tepat dan baik mempunyai beberapa

ciri-ciri, yaitu:

1. Masalah yang dipilih harus mempunyai nilai penelitian, yaitu:

a). Masalah harus mempunyai keaslian, dalam hal ini menyangkut hal-hal

yang up to date dan baru, mempunyai nilai ilmiah atau aplikasi ilmiah

b). Masalah harus menyatakan suatu hubungan

c). Masalah harus merupakan hal yang penting, dalam hal ini harus

mempunyai arti dan nilai, baik dalam bidang ilmunya sendiri maupun

dalam bidang aplikasi untuk penelitian terapan;

Page 33: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

33

d). Masalah harus dapat diuji dengan perlakuan-perlakuan serta data dan

fasilitas yang ada.

e). Maasalah harus dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan

tidak membingungkan

2. Masalah yang dipilih harus mempunyai visibilitas, yaitu:asdfasd

a). Data dan metode untuk memecahkan masalah harus tersedia

b). Biaya untuk memecahkan masalah, secara relatif harus ada di dalam

batas-batas kemampuan

c). Waktu untuk memecahkan masalah harus wajar

d). Biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang dicapai harus seimbang

e). Administrasi dan sponsor harus kuat

f). Tidak bertentangan dengan hukum dan adat.

3. Masalah yang dipilih harus sesuai dengan kualifikasi si peneliti, yaitu:

a). Menarik bagi peneliti, dalam hal ini menarik keingintahuan peneliti dan

member harapan untuk menemukan jawaban ataupun menemukan

masalah lain yang lebih penting dan lebih menarik

b). Cocok dengan kualifikasi peneliti, dalam hal ini masalah yang harus

dipecahkan sesuai dengan derajat keilmiahan yang dimiliki peneliti, atau

minimal cocok dengan bidang keilmuannya.

Masalah penelitian harus memiliki data dasar atau paling tidak tersedia sumber

datanya, karena data dasar merupakan syarat untuk dapat melakukan penelitian

kuantitatif. Dimana data tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber seperti klub-

klub, sekolah-sekolah dan lain-lain. Selain itu, masalah penelitian juga harus memiliki

alat pengukur variabel penelitian. Alat pengukur variabel penelitian merupakan faktor

utama untuk melakukan penelitian, sebab setiap variabel harus dapat diukur untuk

selanjutnya dianalisa. Alat ukur tersebut dapat berupa alat ukur yang umum dipakai atau

alat ukur yang harus dibuat khusus untuk penelitian itu. Namun harus diingat bahwa alat

ukur yang baik adalah alat ukur yang memiliki validitas dan reliabilitas tinggi.

Walaupun semua syarat kelayakan yang telah dikemukakan di atas dapat

dipenuhi, namun tanpa adanya dukungan dana dan waktu yang memadai, mustahil

penelitian dapat dilaksanakan. Dimana dana penelitian dipergunakan mulai dari

Page 34: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

34

perencanaan hingga penulisan laporan penelitian. Oleh karena itu dalam memilih

masalah penelitian masalah dana harus sudah dipikirkan. Ada banyak masalah yang

bagus dan layak diteliti, tetapi terbentur dengan dana. Jadi, jangan sekali-kali memilih

masalah penelitian yang membutuhkan dana besar kalau anggaran yang tersedia

terbatas.

C. SUMBER-SUMBER MASALAH

Permasalahan yang dapat dirumuskan untuk dikembangkan dan dicari

pemecahannya dalam penelitian cukup banyak. Masalah peneltian dapat muncul dan

bersumber dari kehidupan keseharian manusia yang dijumpainya, dan karena rasa ingin

tahunya, manusia terdorong untuk melakukan penelitian. Terkait dengan hal ini yang

diperlukan adalah kepekaan seorang peneliti untuk mengangkat dan

mengembangkannya menjadi rumusan permasalahan yang hendak dicari

permasalahannya.

Ketika seseorang ingin melaksanakan kegiatan penelitian, langkah awal yang

harus dilakukannya adalah mencari masalah penelitian yang sesuai dengan minatnya.

Seorang peneliti dapat melakukan studi terhadap masalah dalam berbagai bidang seperti

dalam bidang sosial dan humanioran, bidang akademik atau bidang eksakta. Dimana

permasalahan dapat diperoleh dari berbagai fenoemna, kejadian, kondisi atau

mengevaluasi sutau program yang memiliki dampak dalam masyarakat. Oleh karena itu,

secara umum, permasalahan yang dapat diangkat menjadi suatu penelitian dapat

bersumber dari:

1. Pengalaman.

Salah satu sumber yang sangat bermanfaat bagi peneliti pemula atau

yang belum berpengalaman adalah pengalaman dalam profesinya. Jika ia

seorang pelatih, pengalamannya sebagai seorang pelatih merupakan sumber

yang sangat membantu dalam pemilihan masalah. Persoalan yang dihadapi

sehari-hari dalam latihan akan membuka tabir data yang berlimpah-limpah.

2. Deduksi (penarikan kesimpulan) dari teori

Kemungkinan sumber kedua terletak pada deduksi yang dapat dibuat dari

teori-teori yang berkaitan dalam bidang yang ditekuni peneliti. Dengan kata lain,

dari teori-teori yang terdapat dalam berbagai bacaan, peneliti dapat membuat

Page 35: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

35

deduksi dan merumuskan masalahnya. Teori merupakan titik awal yang sangat

baik untuk penelitian. Teori mengandung prinsip-prinsip umum yang

penerapannya tidak dijelaskan. Karena itu, prinsip-prinsip penerapannya

memerlukan penelitian agar digunakan dalam situasi tertentu. Jadi penelitian

harus diadakan untuk mengetahui atau menentukan apaakh generalisasi toeri

dapat diterapkan dalam konteks tertentu.

3. Literatur yang relevan

Apabila belum berhasil menemukan masalah dengan dua pendekatan di

atas, peneliti dapat berpaling pada literatur mutakhir yang relevan dengan studi

yang akan dilaksanakannya. Terutama bacaan yang melaporkan hasil penelitian

baik berupa jurnal, artikel atau lainnya yan gmudah dijadikan sumber masalah

penelitian, karena laporan penelitian yang baik tentu akan mencantumkan

rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut.

4. Pengamatan terhadap kegiatan manusia atau terhadap alam sekeliling.

Pengamatan terhadap kegiatan manusia atau alam sekeliling dapat

menjadi suatu sumber masalah yang akan diteliti. Seorang ahli ilmu kepelatihan,

dapat menemukan masalah ketika ia sedang melatih atlet-atletnya untuk

mendapatkan prestasi yang optimal di setiap pertandingan.

5. Pernyataan pemegang otoritas atau pakar.

Pemegang otoritas dalam pemerintahan atau ilmu tertenu dapat menjadi

sumber masalah penelitian misalkan pernyataan Menteri Pemuda dan Olahraga

tentang rendahnya partisipasi masyarakat dalam membangun olahraga di

sekolah, pernyataan Direktur Perguruan Tinggi tentang kecilnya daya tamping

perguruan tinggi Negeri. Pernyataan-pernyataan semacam ini secara tidak

langsung mengandung masalah yang harus diteliti kebenarannya. Sumber lain

yang dapat diharapkan adalah dari para pengambil keputusan. Penelitian yang

masalahnya bersumber dari para pengambil keputusan disebut penelitian

kebijakan.

6. Phenomenon (fenomena).

Fenomena merupakan suatu keadaan dimana sesuatu hal berlangsung.

Penjelasan atas apa yang terjadi pada suatu fenomena tersebut dapat dijadikan

sebagai sumber masalah penelitian. Variabel-variabel yang berhubungan dengan

Page 36: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

36

tempat, kejadian, waktu, siklus dan lain-lain adalah variabel-variabel yang

berhubugnan dengan fenomena.

D. BENTUK-BENTUK MASALAH

Bentuk-bentuk masalah penelitian dikembangkan berdasarkan penelitian

menurut tingkat eksplanasi yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Hal ini

disebabkan oleh karena pada dasarnya hasil penelitian nanti digunakan untuk

menjelaskan fenomena berdasarkan data yang terkumpul. Berdasarkan hal tersebut

maka bentuk masalah dapat dikelompokkan ke dalam bentuk masalah deskriptif,

komparatif, asosiatif.

a. Permasalahan Deskriptif

Permasalahan deskriptif adalah suatu permasalahan yang berkenaan dengan

pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau

lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi pada penelitian ini, peneliti tidak membuat

perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu

dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan

penelitian deskriptif

Contoh rumusan masalah deskriptif :

Seberapa baik Kinerja Kabinet Gotong Royong?

Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri

berbadan hukum?

Seberapa tinggi efektivitas kebijakan mobil berpenumpang tiga di

Jakarta?

Seberapa tinggi tingkat kepuasan dan apresiasi masyarakat terhadap

pelayanan pemerintah daerah di bidang kesehatan?

Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian

berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara mandiri (bandingkan dengan

masalah komparatif dan asosiatif)

b. Permasalahan Komparatif

Permasalahan komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat

membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel

Page 37: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

37

yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh rumusan masalah

komparatif :

Adakah perbedaan program latihan A dan B terhadap peningkatan

prestasi pada cabang olahraga X?

Adakah perbedaan kualitas manajemen antara Bank Swasta dan Bank

Pemerintah?

Adakah perbedaan daya tahan jantung atlet yang berlatih di dataran

tinggi dan dataran rendah? (satu variabel pada 2 sampel)

c. Permasalahan Asosiatif

Permasalahan asosiatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat

hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan, yaitu :

hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/reciprocal/timbal balik.

1. Hubungan Simetris

Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau

lebih yang kebetulan munculnya bersama. Contoh rumusan masalahnya

sebagai berikut:

Adakah hubungan antara datangnya kupu-kupu dengan akan

datangnya tamu?

Adakah hubungan antara sering datang ke Gunung Kawi dengan

prestasi olahraga?

Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan berlari

100 meter?

Adapun contoh judul penelitiannya: 1). Hubungan antara warna

rambut dengan kemampuan berlari 100 meter, 2). Hubungan antara intensitas

pergi ke Gunung Kawi dengan prestasi olahraga.

2. Hubungan Kausal

Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi di

sini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel

dependen (dipengaruhi). Contohnya adalah:

Page 38: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

38

Seberapa besar pengaruh komunikasi terhadap prestasi olahraga?

Seberapa besar pengaruh kepemimpinan manajer terhadap kepuasan

kerja?

Seberapa besar pengaruh toko yang diberi AC dan keramahtamahan

pelayan terhadap nilai penjualan?

Adapun contoh judul penelitiannya: 1). Pengaruh komunikasi

terhadap prestasi olahara pada cabang bulutangkis. (Satu variabel

independen). 2). Pengaruh gaya kepemimpinan dan insentif terhadap

kepuasan kerja di PT. Andormeda. (Dua variabel independen)

3. Hubungan Interaktif/Resiprocal/Timbal Balik

Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi.

Disini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen. Contohnya

adalah:

Hubungan antara motivasi dan prestasi. Disini dapat dinyatakan

motivasi mempengaruhi prestasi, dan sebaliknya prestasi juga

mempengaruhi motivasi

Hubungan antara kecerdasan dan kekayaan. Kecerdasan dapat

menyebabkan kaya, dan orang yang kaya juga dapat meningkatkan

kecerdasan.

E. PERUMUSAN MASALAH

Penelitian ilmiah berawal dari pemeilihan topik atau tema yang akan diteliti.

Dalam pemilihan tema atau topic penelitian harus diperhatikan beberapa persyaratannya

antara lain topik atau tema harus menarik (interesting topic), dalam arti menarik sebagai

obyek penelitian; kemudian subtansi masalah dalam topic harus memiliki arti penting

(significant topic); dan masalah yang tercakup dalam topik memungkinkan untuk diteliti

(manageable topic). Selain itu juga harus diperhatikan bahwa tema atau topik sebaiknya

topic yang sedang menjadi perhatian utama.

Setelah menentukan topik atau tema yang akan diteliti, selanjutnya peneliti harus

menentukan permasalahan yang hendak diselidiki. Pada umumnya setiap pertanyaan

yang ingin ditemukan jawabannya dapat dikembangkan menjadi rumusan masalah.

Namun, tidak semua pertanyaan tersebut dapat dikembangkan menjadi suatu rumusan

Page 39: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

39

masalah. Karena hal ini tergantung dengan metodologi dan metode untuk menemukan

jawaban pertanyaan. Kadangkala ada pertanyaan yang sangat rumit sehingga tidak

memungkinkan untuk dilakukan penyelidikian, atau kadang kala menemukan bahan

atau material yang diperlukan untuk menemukan jawaban juga sulit, sehingga

menghambat untuk dilakukan penyelidikan. Jadi, sebenarnya pertanyaan–pertanyaan

yang berpotensi untuk dapat dijadikan penelitian sangat mudah ditemukan di sekeliling

kehidupan manusia, namun untuk menjadikan suatu rumusan yang bermanfaat dalam

penyelidikan bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.

Dengan demikian sangatlah penting untuk merumuskan suatu masalah dengan

memperhatikan ketersediaan bahan, metode dan prosedur yang sesuai masalah tersebut

sehingga dapat dilakukan penelitian yang cermat dan seksama. Rumusan masalah

merupakan kelanjutan dari latar belakang penelitian karena di dalam latar belakang

penelitian menjelaskan tentang faktor-faktor penyebab munculnya masalah yang akan

diteliti. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa masalah yang dimaksud dalam

penelitian mempunyai arti yang spesifik, yaitu mengisi kekosongan pengetahuan yang

diawali dengan pertanyaan mengapa terjadi perbedaan antara what is (apa yang terjadi)?

Dan what should be (apa yang seharusnya)? Dan apakah faktor penyebab terjadinya

perbedaan tersebut.

Oleh karena itu, perumusan masalah dalam penelitian merupakan langkah

pertama dan langkah penting dalam proses penelitian. Karena ini sama saja seperti

menentukan tujuan atau destinasi ketika hendak berpergian. Rumusan masalah juga

berperan seperti halnya pondasi sebuah bangunan. Jika pondasi bangunan sangat kuat

dan di desain dengan sangat baik, maka seseorang dapat berharap bahwa bangunan

tersebut juga sangat kuat. Begitu juga rumusan masalah. Jika rumusan masalah

penelitian dirumuskan dengan baik, maka penelitian yang dilakukan juga akan

berlangsung dengan baik.

Rumusan masalah bisa jadi mempunyai beberapa bentuk, mulai dari yang paling

sederhana sampai pada yang lebih kompleks. Namun apapun bentuknya, setiap kali

seseorang hendak merumuskan masalah penelitian, sebaiknya harus selalu

memperhatikan beberapa hal berikut:

Page 40: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

40

Jenis penelitian yang hedak dilakukan; apakah itu penelitian eksperimen,

survey, penelitian tindakan atau penelitian korelasional

Jika menggunakan sampel, strategi sampling seperti apa yang paling sesuai

Ketersediaan dan kemudahan memperoleh bahan-bahan serta instrument atau

peralatan yang hendak digunakan.

Jenis analisis dan karakterisasi yang akan diterapkan.

Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tertulis

pertanyaan-pertanyaan tentang apa saja yang ingin dicarikan jawabannya. Perumusan

masalah diidentifisir dari identifikasi masalah. Dengan demikian merumuskan masalah

dalam suatu penelitian merupakan suatu langkah yang tidak dapat ditawar-tawar.

Masalah yang dirumuskan dengan baik berarti sudah setengah dijawab. Perumusan

masalah yang baik bukan saja hanya membantu peneliti dalam memusatkan pikirannya

pada apa yang ingin digarap atau dikaji, namun sekaligus mengarahkan pikirannya itu

pada masalah yang ditelaahnya. Sehingga rumusan masalah mempunyai beberapa

kegunaan, yaitu:

Sebagai alat untuk justifikasi atau alasan mengapat penelitian dilakukan

Mampu mengarahkan penelitian, dengan prosedur menganalisis masalah

secara operasional, yaitu : (i) menemukan dan mengenali penampilan

masalah (mengetahui perbedaan antara what should be done dan what is

actually being done); (ii) mendeskripsikan sosok masalah dengan

bantuan konsep 5 W + 1 H.

Rumusan masalah pada hakikatnya adalah generalisasi deskripsi ruang lingkup

masalah, pembatasan dimensi dan analisis variabel yang tercakup di dalamnya. Dalam

hal ini perumusan dapat dibuat baik dalam bentuk pertanyaan deskriptif maupun dalam

bentuk pertanyaan sekitar masalah yang ditelitinya. Adapun rumusan masalah penelitian

yang baik adalah:

1. Masalah harus feasible, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicarikan

jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana,

tenaga dan waktu

2. Masalah harus jelas, yaitu semua orang memberikan persepsi yang sama

terhadap masalah tersebut

Page 41: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

41

3. Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban atas masalah itu harus

memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan

masalah kehidupan manusia.

4. Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat

etika, moral, nilai-nilai keyakinan dan agama.

Berikut ini adalah contoh-contoh perumusan masalah, yaitu:

Apakah terjadi peningkatan pada renang 50 meter gaya bebas setelah

diberikan latihan plyometrik?

Apakah terdapat hubungan yang positif antara komunikasi dengan

motivasi berprestasi?

Apakah terdapat hubungan yang positif antara kepemimpinan dengan

motivasi berpretasi?

Apakah terdapat perbedaan kemampuan lari 100 meter antara kelompok

yang diberikan latihan pliometrik dan kelompok yang diberikan latihan

beban?

Dengan demikian, rumusan masalah bagaikan masukan atau input dalam

penelitian, sedankgan luaran atau outputnya adalah kualitas hasil dan isi laporan

penelitian beserta logis dan ilmiahnya pembahasan yang menyertainya. Rumusan

masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui

pengumpulan data. Ada kaitan yang erat antara masalah dan rumusan masalah, karena

setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah.

Latihan

1. Apakah yang dimaksud dengan masalah penelitian?

2. Jelaskan sumber-sumber masalah penelitian!

3. Apa sajakah kriteria dalam memilih suatu masalah penelitian?

4. Bagaimanakah perumusan masalah yang baik?

5. Sebutkan beberapa contoh perumusan masalah penelitian! (minimal 3 buah)

Page 42: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

42

Ringkasan

1. Masalah adalah suatu kondisi atau keadaan yang dihadapi, yang disebabkan adanya

kesenjangan antara sesuatu yang seharusnya dilakukan (expected condition) dan

kenyataan yang terjadi (actual condition).

2. Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui

pengamatan inderawi.

3. Banyak sumber untuk mendapatkan masalah penelitian, antara lain bersumber pada:

pengalaman, deduksi, literatur yang relevan, pengamatan baik terhadap kegiatan

manusia maupun keadaan alam dan pernyataan pemegang otoritas.

4. Hasil dari suatu penelitian digunakan untuk menjelaskan fenomena berdasarkan data

yang terkumpul. Berdasarkan hal tersebut maka bentuk masalah dapat

dikelompokkan ke dalam bentuk masalah deksriptif, komparatif dan asosiatif.

5. Rumusan masalah adalah keberlanjutan atau serapan dair latar belakang yang

berperan sebagai penegasannya, dengan ciri khusus lebih jelas dalam formulasi yang

lebih spesifik, yakni menjelaskan faktor-faktor penyebab munculnya masalah yang

akan diteliti.

Sumber Lain

Masyhuri dan M. Zainuddin, Metodologi Penelitian; Pendekatan Praktis dan Aplikatif,

Bandung: PT. Refika Aditama, 2008

Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian; Sebuah Pengenalan dan Penuntun

Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011

Page 43: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

43

BAB III

VARIABEL DAN PARADIGMA PENELITIAN

Kompetensi yang hendak dicapai :

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian variabel

Mahasiswa mampu menjelaskan ciri-ciri variabel

Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis variabel

Mahasiswa mampu menjelaskan paradigma penelitian

Media yang dapat digunakan :

In Focus / LCD dan Computer

A. Pengertian Variabel

Di dalam kehidupan sehari-hari, seseorang seringkali dihadapkan pada

kenyataan bahwa orang tersebut harus menilai sesuatu yang ada dihadapannya.

Misalnya kita bertanya sejauh mana sikap anda terhadap pertunjukan drama, lalu ada

yang menjawab: ‘senang sekali’, ada yang tidak punya pendapat (ragu-ragu), atau ‘tidak

senang”, maka sikap terhadap pertunjukan drama disebut variabel. Atau kita bertanya

kepada beberapa orang apakah jenis kelaminnya (gender), lalu jawabannya ada yang

pria dan ada yang wanita, maka jenis kelamin (gender) adalah variabel. Atau jika kita

bertanya pada sejumlah mahasiswa, sejauh mana kemampuan mereka melompat, lalu

mereka menjawab dengan jawaban yang berbeda-beda (ada yang 1,5 m, ada yang 2 m,

ada yang 1 m) atau bervariasi, maka kemampuan melompat juga disebut sebagai

variabel.

Berdasarkan contoh di atas, maka tentu kita bertanya-tanya apakah variabel itu?

Begitu juga dalam suatu penelitian. Apabila ada pertanyaan tentang apa yang kita teliti,

maka jawabannya berkenaan dengan variabel penelitian. Jadi apakah variabel itu?

Variabel adalah suatu sebutan yang dapat diberi nilai angka (kuantitatif) atau nilai mutu

(kualitatif). Variabel merupakan pengelompokan secara logis dari dua atau lebih atribut

dari obyek yang diteliti. Atribut itu misalnya: tidak sekolah, tidak tamat SD, maka

Page 44: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

44

variabelnya adalah tingkat pendidikan dari objek penelitian itu atau dapat dikatakan

bahwa variabel tingkat pendidikan merangkum semua atribut tadi.

Variabel merupakan suatu istilah yang berasal dari kata vary dan able yang

berarti “berubah” dan “dapat”. Sehingga secara teoritis variabel dapat didefinisikan

sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang

dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981).

Ada juga yang mendefinisikan variabel adalah karakteristik yang akan diobservasi dari

satuan pengamatan. Karakteristik yang dimiliki satuan pengamatan itu berbeda-beda

(berubah-ubah) atau memiliki gejala yang bervariasi dari satu satuan pengamatan

lainnya, atau, untuk satuan pengamatan yang sama, karakteristiknya berubah menurut

waktu atau tempat. Hal ini dipertegas oleh Al Rasyid (1994) yang menyebutkan bahwa

variabel adalah karakteristik yang dapat diklasifikasikan ke dalam sekurang-kurangnya

dua buah klasifikasi (kategori) yang berbeda atau yang dapat memberikan sekurang-

kurangnya dua hasil pengukuran atau perhitungan yang nilai numeriknya berbeda.

Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dinamakan variabel harus memiliki

nilai yang berbeda atau ada variasinya. Misalnya kemampuan melompat dapat dikatakan

variabel, karena kemampuan melompat orang itu bervariasi antara satu orang dengan

yang lain. Demikian juga dengan tinggi badan, berat badan, motivasi atau persepsi. Jadi

kalau peneliti akan memilih variabel penelitian, baik yang dimiliki orang, obyek

maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, harus ada variasinya. Variabel yang

tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variabel. Misalkan Sekelompok orang

penelitian tersebut memiliki kemampuan melompat yang sama misalnya sejauh 2 m,

maka kemampuan melompat bukanlah merupakan variabel tetapi parameter atau

konstanta.

Variabel penelitian pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan kata lain, variabel penelitian

adalah setiap hari dalam suatu penelitian yang datanya ingin diperoleh.Dinamakan

variabel karena nilai sari data tersebut beragam.

Page 45: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

45

B. Ciri-ciri Variabel

Di dalam suatu penelitian, variabel mempunyai tiga ciri,yaitu: mempunyai

variasi nilai, membedakan satu objek dengan objek yang lain dalam satu populasi, dapat

di ukur dan nilainya bervariasi.

1. Variabel harus dapat diukur.

Penelitian kuantitatif mengharuskan hasil penelitian yang objektif, terukur

dan selalu terbuka untuk diuji. Variabel merupakan operasionalisasi dari konsep.

Data variabel penelitian harus tampak dalam perilaku yang dapat diobservasi dan

diukur. Misalnya: prestasi belajar dapat diukur dari jumlah jawaban benar yang

dikerjakan siswa dalam menjawab sebuah tes, atau prestasi olahraga yang dapat

dilihat dari catatan waktu atau dari penskoran.

2. Variabel membedakan satu objek dari objek yang lain.

Objek-objek menjadi anggota populasi karena mempunyai satu

karakteristik yang sama. Akan tetapi walaupun sama, objek-objek dalam populasi

dapat dibedakan satu sama lain dalam variabel. Misalnya: populasi siswa terdiri dari

anggota yang memiliki satu kesamaan karakteristik yaitu siswa. Tetapi di samping

kesamaan itu, antara mereka berbeda dalam usia, jenis kelamin, agama, pekerjaan

orang tua, kecerdasan dan lain-lain. Perbedaan-perbedaan itulah yang merupakan

variabel karena mempunyai sifat membedakan.

3. Mempunyai nilai yang bervariasi.

Oleh karena variabel membedakan satu objek dengan objek lain dalam satu

populasi, maka variabel harus mempunyai nilai yang bervariasi. Misalnya populasi

yang terdiri dari 40 orang siswa, jenis kelamin hanya akan menjadi variabel apabila

dari 40 orang siswa terdapat 15 orang berjenis kelamin laki-laki dan 25 orang

berjenis kelamin perempuan.

C. Jenis-jenis Variabel

Pengetahuan mengenai jenis-jenis variabel penelitian sangat penting mengingat

penentuan suatu faktor sebagai variabel yang sangat terkait dengan hipotesa, disain,

pengembangan instrument penelitian, disain penelitian serta serta penetapan uji statistik.

Penentuan dan penamaan jenis variabel sangat bervariasi antara satu kepustakaan

dengan kepustakaan yang lain. Ada yang mengatakan ada lima (5) jenis variabel, tetapi

Page 46: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

46

ada juga yang mengatakan tujuh (7) variabel. Akan tetapi pada prinsipnya sama. Untuk

lebih memudahkan dalam membagi jenis variabel, penulis membedakan variabel ke

dalam 5 macam, yaitu :

a. Variabel Bebas/Variabel Independen. Adalah variabel yang di duga sebagai

penyebab timbulnya variabel lain. Variabel bebas sering di sebut sebagai

variabel stimulus, predictor, antecedent. Variabel bebas biasanya

dimanipulasi, diamati, diukur untuk mengetahui pengaruhnya terhadap

variabel lain.

Contoh : Metode-metode latihan, Faktor-faktor Fisik, Faktor psikis, dan lain-

lain.

b. Variabel Terikat/Variabel Dependen. Adalah variabel yang timbul sebagai

akibat langsung dari manipulasi dan pengaruh variabel bebas. Variabel ini

sering di sebut sebagai variabel output, criteria, konsekuen. Variabel

tergantung diamati dan diukur untuk mengetahui pengaruh dari variabel

bebas.

Contoh : Kekuatan otot tungkai, Prestasi renang 100 m gaya bebas,

Ketepatan Pukulan Smash pada cabang bulutangkis, bola voly atau sepak

takraw, dan lain-lain

c. Variabel Moderator. Adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan

memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen.

Variabel ini disebut juga variabel independen ke dua. Variabel ini juga

diukur, diamati dan dimanipulasi oleh peneliti karena diduga ikut

mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel

tergantung/terikat.

Contoh :

Daya Ledak Otot Tungkai

(Variabel Independen)

Kemampuan Start Jongkok

(Variabel Dependen)

Page 47: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

47

d. Variabel Antara/Variabel Intervening. Adalah variabel yang secara teoritis

mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen

menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.

Menurut Tuckman (1988) tentang variabel intervening : “An intervening

variable is that factor that theoretically affect the observed phenomenon but

cannot be seen, measure, or manipulate”. Variabel ini merupakan variabel

penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan dependen,

sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya

atau timbulnya variabel dependen. Variabel ini biasanya tidak pernah disebut

dalam kajian operasional, tetapi disebutkan keberadaannya dalam kajian

teoritik.

Contoh :

e. Variabel Kontrol. Adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan

sehingga pengaruh variabel independent terhadap dependen tidak

dipengaruhi oleh factor luar yang tidak diteliti. Variabel ini sering digunakan

oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.

Daya Ledak Otot Tungkai

(Variabel Independen)

Kemampuan Start Jongkok

(Variabel Dependen)

Jenis Kelamin (Variabel Moderator)

Jenis Kelamin (Variabel Moderator)

Daya Ledak Otot Tungkai

(Variabel Independen)

Kemampuan Start Jongkok

(Variabel Dependen) Bentuk Tubuh

(Variabel Intervening)

Page 48: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

48

Untuk dapat menentukan yang kedudukan variabel independen dan dependen,

moderator, intervening atau variabel yang lain, harus dilihat konteksnya dengan

dilandasi konsep teoritis yang mendasari maupun hasil dari pengamtan yang empiris.

D. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan cara

pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu

atau teori, yang dikonstruksi sebagai pandangan mendasar dari suatu disiplin ilmu

tentang pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Secara etimologis, paradigma

berasal dari bahasa Inggris yaitu paradigm, yang berarti type of something, model

pattern (Ismail, 2001: viii). Dalam kamus filsafat, terdapat beberapa pengertian

paradigm diantaranya:

Cara memandang sesuatu

Sebagai suatu model, pola, ideal

Totalitas premis-premis teoretis dan metodologis yang menentukan atau

mendefinisikan suatu studi ilmiah konkret.

Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan

problem-problem riset. (Lorens Bagus, 1996: 779)

Mengacu pada definisi tersebut, terungkap bahwa paradigma ilmu itu amat

beragam. Hal ini didasarkan pada pandangan dan pemikiran filsafat yang dianut oleh

masing-masing ilmuwan berbeda-beda. Mereka memiliki cara pandang sendiri tentang

hakikat sesuatu serta memiliki ukurang-ukurang yang dijadikan dasar berpikir oleh para

ilmuwan tersebut, yang kemudian berakibat pada perbedaan paradigm yang dianut, baik

menyangkut hakikat yang harus dipelajari, objek yang diamati, atau metode yang

digunakan.

Perbedaan paradigma yang dianut para ilmuwan tidak hanya berakibat pada

perbedaan skema konseptual penelitian, tetapi juga pendekatan yang melandasai semua

proses dan kegiatan penelitian. Dalam praktik ilmiah, ada dua pendekatan untuk

menjawab permasalahan penelitian yang timbul sebagai suatu fenomena yang harus

dicari jawabannya, yaitu: penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Pendekatan

kuantitatif dibangun berlandaskan paradigm positivism dari August Comte (1798 –

Page 49: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

49

1857), sedangkan penelitian kualitatif dibangun berdasarkan landasan fenomenologis

dari Edmund Husserl (1859 – 1926).

Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan penelitian yang dibangun

berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak

unsure metafisik dan teologik dari realitas sosial. Paradigam ini disebut juga dengan

paradigm tradisional, eksperimental atau empiris. Dalam penelitian kuantitatif, diyakini

bahwa satu-satunya pengetahuan (knowledge) yang valid adalah ilmu pengetahuan

(science), yaitu pengetahuan (knowledge) yang berawal dan didasarkan pada

pengalaman (experience) yang tertangkap melalui pancaindra untuk kemudian diolah

oleh nalar (reason).

Sementara pendekatan kualitatif lahir dari akar filsafat aliran fenomenologi

hingga terbentuk paradigm post positivism. Pendekatan ini memandang bahwa realitas

sosial tampak sebagai suatu fenomena yang dianggap sesuatu yang ganda (jamak).

Artinya, realitas yang tampak memiliki makna ganda, yang menyebabkan terjadinya

realitas. Sehingga penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah satu model penelitian

humanistik, yang menempatkan manusia sebagai subjek utama dalam peristiwa sosial

atau budaya. Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang

posisi manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial. Berikut

gambaran tentang akar filsafat dari kedua pendekatan yang telah dijelaskan.

Gambar 3.1. Akar Filsafat Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Aliran

Fenomenologi

Penelitian

Kualitatif

Paradigma Post Positivism

Aliran

Rasionalisme

Paradigma positivism

Aliran

Empirisme

Penelitian

Kuantitaif

Page 50: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

50

Dengan demikian, dalam penelitian kualitatif, realitas sosial yang terjadi atau

tampak, jawabannya tidak cukup dicari sampai apa yang menyebabkan realitas tersebut,

tetapi dicari sampai kepada makna dibalik terjadinya realitas sosial yang tampak. Oleh

karena itu, untuk memperoleh makna dari realitas sosial yang terjadi, pada tahap

pengumpulan data diperlukan tatap muka langsung dengan individu atau kelompok

yang dipilih sebagai responden atau informan orang, proses, atau objek, berdasarkan

cara pandang, persepsi dan sistem keyakinan yang mereka miliki.

Latihan

1. Apakah yang dimaksud dengan variabel penelitian?

2. Sebut dan jelaskan ciri-ciri variabel dalam suatu penelitian!

3. Jelaskan jenis-jenis variabel penelitian!

4. Apakah yang dimaksud dengan paradigma penelitian?

Ringkasan

1. Variabel adalah karakteristik yang akan diobservasi dari satuan pengamatan.

Karakteristik yang dimiliki satuan pengamatan itu berbeda-beda (berubah-ubah) atau

memiliki gejala yang bervariasi dari satu satuan pengamatan lainnya, atau, untuk

satuan pengamatan yang sama, karakteristiknya berubah menurut waktu atau tempat.

2. Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui

pengamatan inderawi.

3. Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam-

macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi: variabel independen,

variabel dependen, variabel moderator, variabel intervening dan variabel kontrol.

4. Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan cara pandang

peneliti terhadap fakta kehidupan social dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau

teori, yang dikonstruksi sebagai pandangan mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang

pokok persoalan yang semestinya dipelajari..

Page 51: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

51

Sumber Lain

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV. Alfabeta, 2003

Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian & Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta:

Pustaka Belajar, 2004

Page 52: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

52

BAB IV

DATA PENELITIAN

Kompetensi yang hendak dicapai :

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian data

Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam data

Mahasiswa mampu menjelaskan sumber-sumber data

Media yang dapat digunakan :

In Focus / LCD dan Computer

A. Pengertian Data

Penelitian merupakan usaha yang sistematik untuk menyediakan jawaban atau

pembuktian atas sejumlah pertanyaan maupun hipotesis. Setelah pertanyaan maupun

hipotesis penelitian dirumuskan, kegiatan berikutnya adalah mencari jawaban atau

membuktikan atas pertanyaan berikutnya ytiu mencari jawaban atau membuktikan atas

pertanyaan maupun hipotesis tersebut. Jawaban pertanyaan maupun pembuktian

hipotesis dilakukan dengan menganalisis data yang telah dikumpulkan.

Oleh karena itu timbullah pertanyaan apakah itu data? Data adalah bentuk jamak

dari datum. Secara umum, data diartikan sebagai sautu fakta yang dapat digambarkan

dengan angka, symbol, kode dan lain-lain (Umar, 2001:6). Sedangkan menurut Ridwan

(2009; 5) data merupakan bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan

informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta.

Dalam konteks penelitian, data dapat diartikan sebagai keterangan mengenai

variabel dalam sejumlah objek. Data menerangkan objek-objek dalam varaibel tertentu.

Misalnya: data tinggi 6 batang pohon merupakan keterangan mengenai 6 pohon dalam

variabel “tinggi”, motivasi berprestasi adalah keterangan mengenai atlet dalam variabel

“motivasi berprestasi” dan lain-lain. Keterangan tersebut dapat diwujudkan dalam

bentuk symbol maupun angka-angka.

Page 53: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

53

Data itu sendiri memiliki peran yang sangat penting dalam penelitian karena:

(i) Data berfungsi sebagai alat uji hipotesis atau alat bukti atas pertanyaan

penelitian.

(ii) Kualitas data sangat menentukan kualitas hasil penelitian. Artinya hasil

penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang berhasil dikumpulkan.

Kualitas data juga tergantung pada kualitas dari instrumen yang digunakan

untuk mengumpulkan data.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa data merupakan sejumlah informasi yang

dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan, atau masalah baik yang berbentuk

angka-angka maupun yang berbentuk kategori atau keterangan dapat mempunyai

makna. Data dapat diartikan sebagai sesuatu yang diketahui atau yang dianggap atau

anggapan. Sesuatu yang diketahui biasanya di dapat dari hasil pengamatan atau

percobaan dan hal itu berkaitan dengan waktu dan tempat. Anggapan atau asumsi

merupakan suatu perkiraan atau dugaan yang sifatnya masih sementara, sehingga belum

tentu benar. Oleh karena itu, anggapan atau asumsi perlu diuji kebenarannya.

B. Macam-macam Data

Sesuai dengan macam atau jenis variabel, maka data atau hasil pencatatannya

juga mempunyai jenis sebanyak variabel. Data dapat dibagi dalam kelompok tertentu

berdasarkan kriteria yang menyertainya, misalnya jenis, sifat, sumber, cara

pengumpulan dan skala pengukuran. susunan, sifat, waktu pengumpulan dan sumber

pengambilan dan skala pengukuran.

1. Pembagian Data Menurut Susunannya.

a. Data acak atau data tunggal

Data acak atau tunggal adalah data yang belum tersusun atau dikelompokkan

ke dalam kelas-kelas interval.

Contoh: Berikut ini adalah data hasil pengukuran berat siswa kelas VI

(dalam kg) ialaah sebagai berikut:

Page 54: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

54

Tabel 4.1. Berat Siswa Kelas VI

30 34 25 35 33

35 35 32 30 29

32 30 27 31 33

28 31 27 25 28

25 30 33 32 25

b. Data Berkelompok

Data berkelompok adalah data yang sudah tersusun atau dikelompokkan ke

dalam kelas-kelas interval. Data kelompok disusun dalam bentuk distribusi

frekuensi atau tabel frekuensi.

Contoh: Data tinggi badan dan jumlah mahasiswa Klub olahraga Futsal

Tabel 4.2. Tabel Penolong Distribusi Frekuensi

Tinggi Badan Frekuensi

154 - 157 3

158 -161 5

162 - 165 10

166 - 169 12

170 - 173 8

174 - 177 5

2. Pembagian Data Menurut Sifatnya.

a. Data Kualitatif.

Data kualitatif merupakan data yang menunjukkan kualitas atau mutu

sesuatu yang ada, baik keadaan, proses, peristiwa/kejadian dan lainnya yang

dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau berupa kata-kata. Penentuan kualitas data

itu menuntut kemampuan menilai tentang bagaimana mutu sesuatu itu. Contohnya:

wanita itu baik, lelaki itu tampan, harga minyak turun, harga dolar naik, rumah itu

kecil, daerah itu gersang, dan lain sebagainya. Data ini biasanya diperoleh dari hasil

wawancara dan bersifat subjektif sebab data tersebut dapat ditafsirkan lain oleh

orang yang berbeda. Data kualitatif dapat diangkakan (dikuantifikasikan) dalam

bentuk ordinal atau ranking.

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka-angka sebagai hasil

observasi atau pengkuran. Contohnya mahasiswa baru UNJ tahun 2013 berjumlah

Page 55: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

55

3000 orang, Guntur mempunyai berat badan 50 kg, catatan waktu 50 meter gaya

bebas Margaretha 26.50 detik, dan lain-lain. Data ini diperoleh dari pengukuran

langsung maupun dari angka-angka yang diperoleh dengan mengubah data kualitatif

menjadi data kuantitaif. Dta kuantitatif bersifat objektif dan bisa ditafsirkan sama

oleh semua orang.

3. Pembagian Data Menurut Waktu Pengumpulannya

a. Data berkala (Time Series).

Data time series atau data berkala atau data deret waktu merupakan data

yang dikumpulkan dari beberapa tahapan waktu secara kronologis. Pada umumnya

data deret waktu merupakan kumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang

didapat dalam beberapa interval waktu tertentu. Misalnya dalam waktu meingguna,

bulanan atau tahunan. Contoh: Data atlet cabang olahraga bulutangkis dari tahun

2000 - 2012

b. Data Cross Section

Data cross section adalah data yang dikumpulkan pada waktu dan tempat

tertentu saja. Data cross section pada umumnya mencerminkan suatu fenomena

tertentu dalam satu kurun waktu tertentu saja, misalnya data hasil pengisian

kuesioner tentang perilaku dalam memilih suatu universitas dari 300 orang

responden pada bulan Februari 2012.

4. Pembagian Data Menurut Sumber Pengambilannya

a. Data Primer.

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama, atau

dengan kata lain data yang pengumpulannya dilakukan sendiri oleh peneliti secara

langsung seperti hasil wawancara dan hasil pengisian angket (kuesioner). Sebagai

contoh peneliti ingin mengetahui tentang peran hubungan masyarakat (humas)

dalam suatu organisasi olahraga, maka dapat diadakan wawancara atau pengisian

angket.

b. Data Sekunder.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua. Menurut

Purwanto (2007: 195) mengartikan data sekunder sebagai data yang dikumpulkan

oleh orang atau lembaga lain. Sedangkan menurut Soeratno dan Arsyad (2003:76)

mengartikan data sekudner sebagai data yang diterbitkan atau digunakan oleh

Page 56: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

56

organisasi yang bukan pengolahnya. Dengan demikian data sekunder memiliki dua

makna, yaitu:

(i). Data yang telah diolah lebih alnjut, misalnya dalam bentuk table atau

diagram.

(ii). Data yang dikumpulkan oleh orang atau lembaga lain, dengan kata lain

bukan data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti.

Adapun contoh-contoh data sekunder adalah data tingkat pendidikan yang

dikumpulkan oleh Biro Pusat Statistik, data prosentase pemilihan gubernur di suatu

wilayah yang dilakukan oleh lembaga-lembaga survey, dan sebagainya.

5. Pembagian Data Menurut Skala Pengukurannya.

a. Data Nominal

Data nominal merupakan data yang hanya dapat dibedakan, tetapi tidak

dapat diurutkan dan diperbandingkan satu dengan yang lain. Nominal atau nomi

yang berarti nama, menunjukan label atau tanda yang hanya untuk membedakan

antara yang satu dengan tanda tanda yang lainnya. Sebagai sebuah tanda atau

tabel, data nominal dapat dibedakan tetapi tidak dapat diurutkan. Tanda atau tabel

tidak mempunyai makna selain sebagai pembeda. Contoh data nominal

diantaranya data jenis kelamin, data jenis pekerjaan, jenis sekolah, wilayah,

agama yang dianut responden dan sebagainya. Angka-angka dalam variabel

nominal digunakan untuk menghitung, yaitu banyak pria, banyak yang hadir dan

sebagainya. Maka angka dinyatakan sebagai frekuensi. Data nominal diperoleh

dari variabel nominal.

Data nominal mempunyai ciri antara lain: (i) Hasil hitungan dan tidak

dijumpai bilangan pecahan, (ii). Angka yang tertera hanya tabel saja, (iii). Tidak

mempunyai urutan (rangking), (iv). Tidak mempunyai ukuran baku, (v). Tidak

mempunyai nol mutlak. Analisis statistik yang cocok untuk data nominal antara

lain : Uji Binomium (binomium test), Uji Chi Kuadrat Satu Sampel (X2 One

Sampel Test) Uji Chi Kuadrat lebih dua sampel (Test for Two Independent

Samples) Uji perubahan tanda Mc. Nemar (Mc. Nemar For The Significant Of

Change): Uji peluang Fisher (Fisher Exact Probability Test): Uji Chohran Q

(Chochan Q Test) ; dan Uji Koefisien Kontigensi (C) (Contigency Coefficien (c).

Page 57: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

57

Sedangkan tes statistik yang digunakan adalah statistic non parametik

(Ridwan.2009 : 6-7)

b. Data Ordinal

Data interval merupakan data yang memiliki urutan (order), tetapi tidak

memiliki jarak perbedaan yang sama di antara rangkaian urutan tersebut. Atau

dengan kata lain merupakan data yang mempunyai jenjang sehingga responden

dapat diurutkan jenjangnya sesuai dengan karakteristik yang ada pada dirinya.

Dalam data ordinal kita dapat menyatakan bahwa sesuatu itu lebih, sama, atau

kurang dari yang lain. Data ordinal dapat dibedakan dan diurutkan tetapi tidak

memiliki jarak yang sama dalam urutan maupun perbedaan yang ada.

Data ordinal menggolongkan subjek menurut jenjangnya, tanpa

memperhatikan jarak perbedaan antara golongan yang satu dengan yang lain.

Contoh data ordinal : peringkat kejuaraan dari juara I, II, II, dan seterusnya,

rangking prestasi belajar, jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA. Perbedaan

jarak skor dalam kejuaraan antara juara I dan juara II belum tentu sama dengan

jarak perbedaan skor antara juara II dengan juara III, dan seterusnya. Begitu juga

rangking prestasi belajar belum tentu memiliki jarak perbedaan yang sama antara

rangking I dengan rangking II, dan antara rangking II dengan rangking III. Data

ordinal tidak hanya mengatagorikan variabel yang menunjukan perbedaan

kualitatif antara berbagai katagori, tetapi juga mengurutkan kategori berdasarkan

suatu cara tertentu. Data ordinal diperoleh dari variabel ordinal.

Analisis statistik yang cocok untuk data ordinal adalah: Uji Kolmogorov

Smirnov Satu Sample (Kolomogorov-Smirnov One Sample Test); Uji Deret Satu

Sampel (One Sample Run Test); Uji Tanda (Sign Test): Uji Pasang Tanda Wilcoxon

(Wilcoxon Matched Pairs Sign Rank Test); Uji Median (Median Test); Uji Mann-

Whitney U (Mann-Whitney U Test): Uji Kolmogorov Smirnov Dua Sampel

(Kolomogorov-Smirnov Two Sample Test); Uji Deret Wald – Wolfowistz (Wald-

Wolfowitz Run Test); Uji Reaksi Ekstrim Moses (Moses Test Of Extere Reactions);

Uji Analisis Varians Dua Arah Fridman (Friedman Two-Way Analysis Of

Variance); Uji Varians Kruskal-Wallis Satu Arah (Kruskal-Wallis One Way

Analysis Of Variance); Perluasan Uji Media (Extension Of The Median Test); Uji

Kofisien Korelasi tatajenjang Spearman (Spearman Rank Correlation Cofficient);

Page 58: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

58

Uji Koffisien Korelasi Rank Parsial Kendall (Kendall Partial Rank Correlation

Cofficient). Analisis statistik yang digunakan adalah statistik non parametrik

(Riduwan. 2009 : 7 – 8 ).

c. Data Interval

Data interval merupakan data yang memiliki perbedaan, urutan dan jarak

perbedaan yang sama di antara rangkaian urutan tersebut, tetapi tidak memiliki

titik nol absolut atau mutlak. Jarak dalam skala interval diatur mengikuti ukuran

tertentu yang mudah dapat dimengerti maksanya dalam rangka menyusun suatu

interprestasi. Misalnya data test hasil belajar siswa yang diberikan angka

4,5,6,7,8, dan seterusnya. Urutan skor angka antara 1 sampai 10 memiliki satuan

1 per unit. Jarak antara 5 dengan 6, antara 7 dengan 8 dan seterusnya, namun

angka-angka tersebut tidak memiliki arti perbandingan, dalam pengertian bahwa

angka 4 yang diperoleh seorang siswa tidak berarti tingkat kepandaiannya

setengahnya dari siswa yang memperoleh angka 8, ini karena angka – angka

dalam data interval tidak memiliki sifat absolut sehingga tidak dapat

diperbandingkan. Begitu juga siswa yang hasil tesnya memperoleh angka 0 (nol)

bersifat arbitrer (konvensi), artinya kalau siswa tidak dapat menjawab dengan

betul setiap butir soal tes yang diberikan akan memperoleh angka 0, namun

demikian seandainya butir soalnya diganti akan lain hasilnya.

Data Interval diperoleh dari variabel interval. Data ordinal yang

dikumpulkan dengan aturan skoring yang mengikuti skala tertentu dapat

diasumsikan sebagai data interval walaupun pada dasarnya ordinal, misalnya data

yang diperoleh dari angket yang menggunakan aturan skoring dengan skala

tertentu.

Data jenjang pendidikan yang bersifat ordinal dapat diubah menjadi

interval dengan mengubah nama tahun pendidikan atau tahun sukses menjadi skor

jenjang pendididkan. Misalnya jenjang SD diberi skor 6, SLTP diberi skor 9,

SLTA diberi skor 12, Diploma satu (D1) diberi skor 13, Diploma dua (D2) diberi

skor 14, Diploma tiga (D3) atau Sarjana Muda diberi skor 15, Sarjana Stara satu

(S1) diberi skor 16, Magister atau Stara dua (S2) diberi skor 18, dan Doktor atau

Stara tiga (S3) diberi skor 21. Dengan mengubah skor berdasarkan nama tahun

Page 59: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

59

pendidikan tersebutdata jejang pendidikan yang bersifat ordinal merubah menjadi

interval karena memiliki jarak yang sama.

Analisis ststistik yang cocok untuk data interval adalah; Uji t (t – test); Uji t

(t-test) Dua Sampel; Uji Anova Satu Jalur (One Way- Anova); Uji Anova Dua jalur

(Two way-Anova); Uji PearsonProduct Moment; Uji Korelasi Parsial (Partial

Correlation); Uji Korelasi Ganda (Multiple Correlation); Uji Regresi (Regression

Tes); dan Uji Regresi Ganda (Multiple Regression Test). Tes statistik yang

digunakan adalah tes statistik parametrik (Riduwan. 2009 : 9)

d. Data Rasio

Data rasio merupakan data yang memiliki perbedaan, urutan, jarak

perbedaan yang sama di antara urutan tersebut, dan memiliki titik nol absolut atau

mutlak, sehingga dapat diperbandingkan satu dengan yang lain. Nilai 0 (nol)

sebagai titik nol absolut menunjukan bahwa suatu gejala dengan seluruh unsur

atau faktor didalamnya benar-benar tidak ada. Dengan mempunyai nol absolut

maka keadaan variabel sebesar nol dapat dikatakan objek itu tidak memiliki

apapun dalam variabel tersebut. Nilai absolut maksimum menunjukan bahwa

didalamnya suatu gejala terdapat semua unsur atau faktor yang menjadi bagian

gejala tersebut. Oleh karena jarak antara dua titik yang berdekatan memiliki nilai

yang sama, penggunaan data ini menyatakan perbandingan secara pasti, sehingga

lebih banyak dipergunakan di lingkungan Ilmu Eksakta daripada Ilmu Sosial.

Data rasio diperoleh dari variabel rasio. Data rasio merupakan data yang

memiliki tingkat tertinggi dalam perskalaan, pengukuran variabel, karena dapat

menunjukan perbedaan, tingkat, jarak, dandapat diperbandingkan. Misalnya data

berat badan, seorang yang berat badannya 45 kg adalah setengah dari orang yang

berat badannya 90 kg. Contoh lain data yang menunjukan ukuran panjang antara 1

meter dengan 2 meter dan 3 meter jarak selalu sama, sehingga jika dikatakan 4

meter, berarti perbandingannya adalah 2 kali yang 2 meter. Demikian juga jika

dikatakan 0 (nol) berarti sama sekali tidak ada jarak yang menunjukkan panjang.

Data rasio dengan titik maksimum dapat dilihat pada ukuran persentase,

sepanjang terdapat konsensur menerima nilai 100% sebagai titik absolut. Dengan

demikian jika dikatakan 0% berarti tidak ada sama sekali gejala dan semua unsur

atau faktor didalamnya, sedang dikatakan 100% berarti semua unsur atau faktor

Page 60: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

60

terdapat di dalam gejala yang diteliti. Konsekuensinya jika dikatakan 50% berarti

ada setengah dari unsur atau faktor gejala tertentu yang diteliti. Demikian juga

jika dikatakan 25% atau 75% maka kelipatannya dapat dikatakan secara pasti.

Contoh lain dalam penggunaan data rasio ini dapat dilihat pada penelitian tentang

produktivitas kerja yang menghasilkan jenis barang secara material. Misalnya

dengan mengemukakan produksi meningkat satu setengah kali atau produksi

menurun 50% atau pegai A lebih produktif dua kali lebih besar dari pegawai B,

dan sebagainya.

Data rasio memiliki variasi yang paling banyak, yaitu perbedaan, urutan,

tingkat, kesamaan jarak perbedaan dan perbandingan. Analisis dan tes statistik

yang cocok digunakan sama dengan data data interval. Pemilihan teknik statistik

yang digunakan dalam analisis data selain tergantung pada macam data juga pada

bentuk hipotesisnya. Sebagai pedoman pemilihan teknik ststistik yang digunakan

dalam analis data, sugiyono (2010 : 27) menyusun bentuk tabel berikut.

Tabel 4.3. PENGGUNAAN STATISTIK PARAMETRIK DAN

NONPARAMETRIK UNTUK MENGUJI HIPOTESIS MACAM DATA

BENTUK HIPOTESIS

MACAM

DATA

BENTUK HIPOTESIS

Deskriptif

(1

Variabel)

Komparatif ( 2 variabel) Komparatif ( 2 variabel) Asosiatif

(Hubungan) Related Independent Related Independent

Binominal Ficher Exact

Probability 2 fot kt

Sample

2 fot k Sample

Contigency

Coefficient

C Nominal

Mc

Nemar

2 One Sample

Cochran Q

Page 61: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

61

MACAM

DATA

BENTUK HIPOTESIS

Deskriptif

(1

Variabel)

Komparatif ( 2 variabel) Komparatif ( 2 variabel) Asosiatif

(Hubungan) Related Independent Related Independent

Sign test Median test Median

Extension Spearman

Rank

Correlation

Wilcoxon

Matched

pairs

Mann-Whitney

U test

Friedman

Two-way

Anova

Kruskal-

Wallis One

Way Anova

Kendall Tau

Ordinal Run Test Kolmogorov-

Smirnow

Wald-

Wolfowitz

Pearson

Product

Moment*

One-Way

Anova*

One-Way

Anova* Interval

dan t-test* t-test of

Related*

t-tes

Independent*

Two-Way

Anova*

Two-Way

Anova*

Partial

Correlation*

Rasio

Multiple

Correlation*

C. Sumber-sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat dikumpulkan atau diperoleh dari

berbagai sumber data. Pengertian sumber data dalam penelitian adalah subjek dari

mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan anget atau wawancara

dalam pengumpulan datanya, maka sumber data tersebut disebut responden, yaitu

orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti. Bila

pengumpulan data dilakukan atas populasi maka responden penelitian adalah

populasi, sedangkan bila pengumpulan data dilakukan atas sampel maka responden

adalah sampel. Data dikumpulkan dengan memberi skor terhadap respons yang

diberikan oleh responden. Pertanyaan mengenai data yang akan dikumpulkan

berhubungan dengan variabel.

Page 62: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

62

Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa

berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Penelitian yang mengamati aktivitas siswa

dalam kegiatan pembelajaran, sumber datanya adalah siswa, sedangkan objek

penelitiannya adalah aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Apabila peneliti

menggunakan analisis dokumen, maka dokumen atau catatan yang menjadi sumber

datanya, sedangkan isi catatan subjek penelitian menjadi variabel penelitian.

Sumber data dapat di bedakan berdasarkan dua hal, yaitu berdasarkansubjek

dimana data melekat, dan berdasarkan wilayah sumber data. Berdasarkan subjek

dimana data melekat sumber data dapat diklasifikasikan menjadi 4 singkatan huruf p

(4p) dari bahasa Inggris yaitu ; P = person, sumber data berupa orang, P = place,

sumber data berupa tempat, P = process, sumber data gerak/aktivitas, P = paper,

sumber data berupa simbol.

1. Person, yaitu data bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui

wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. Sumber data person

disebut dengan responden.

2. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam,

misalnya kelengkapan alat,wujud benda, warna, kondisi ruangan, dan lain

sebagainya.

3. Process, yaitu sumber ydata yang menyajikan tampilan berupa keadaan

bergerak, misalnya aktivitas belajar siswa, kinerja, laju kendaraan, gerak

tarian, sajian film, dan lain sebagainya.

4. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,

angka, atau simbol-simbol lain. Dengan pengertian ini maka “paper”

dalam bukan terbatas hanya dalam kertas sebagaimana terjemahan dari

kata “paper” dalam bahasa Inggris, tetapi dapat berwujud batu, kayu,

tulang, daun lontar, dan sebagainya, yang cocok untuk penggunaan

metode analisis dokumen.

Berdasarkan wilayah sumber data dalam arti keseluruhan atau sebagian sumber

data diambil sebagai subjek penelitian, sumber data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

populasi dan sampel. Pengumpulan data yang dilakukan atas populasi akan

menghasilkan data dan kesimpulan yang lebih akurat karena tidak ada kesalahan yang

akan terjadi karena seluruh objek dikumpulkan datanya, dan dianalisis. Namun

Page 63: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

63

pengumpulan data demikian sering kali tidak dapat dilakukan karena berbagai kesulitan.

Dengan kondisi demikian pengumpulan data hanya dilakukan dari sampel. Sampel

adalah dengan sebagian dari populasi yang mempunyai sifat dan ciri yang sama dengan

populasi karena diambil dari populasi dengan menggunakan teknik sampling tertentu

yang secara metodologis dapat dipertanggung jawabkan. Bila sumber data adalah

sampel maka pengumpulan data analisis hanya dilakukan atas sampel, namun

kesimpulan akan diberlakukan untuk seluruh populasi dengan proses generalisasi.

Latihan

1. Jelaskan pengertian Data!

2. Jelaskan macam-macam data

3. Sebutkan dan berikan contoh jenis data berdasarkan skala pengukuran!

4. Jelaskan sumber-sumber data!

Ringkasan

1. Data merupakan sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran tentang

suatu keadaan, atau masalah baik yang berbentuk angka-angka maupun yang

berbentuk kategori atau keterangan

2. Sesuai dengan macam atau jenis variabel, maka data atau hasil pencatatannya juga

mempunyai jenis sebanyak variabel. Data dapat dibagi dalam kelompok tertentu

berdasarkan kriteria yang menyertainya, misalnya susunan, sifat, waktu

pengumpulan dan sumber pengambilan dan skala pengukuran.

3. Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara

metodis, sistematis dan koheren.

Sumber Lain

Supardi, Aplikasi Statistikda dalam Penelitian, Jakarta: UFUK Press, 2011

Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, Yogyakarta; Pustaka Belajar, 2012

Maman Abdurrahman dan Sambas Ali Muhidin, Panduan Praktis Memahami

Penelitian (Bidang Sosial-Administrasi-Pendidikan), Bandung: CV. Pustaka

Setia, 2011

Page 64: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

64

BAB V

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Kompetensi yang hendak dicapai :

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian landasan teori

Mahasiswa mampu menjelaskan kerangka berfikir

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian hipotesis penelitian

Mahasiswa mampu menjelaskan jenis dan bentuk hipotesis penelitian

Mahasiswa mampu menjelaskan karakteristik hipotesis yang baik

Mahasiswa mampu menjelaskan kesalahan hipotesis penelitian

Media yang dapat digunakan :

In Focus / LCD dan Computer

A. Pengertian Landasan Teori

Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses

penelitian terutama penelitian kuantitaif adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan

generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk

pelaksanaan penelitian. Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian mempunyai

dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Adanya

landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data.

Penelitian-penelitian ilmiah dilakukan untuk menguji hipotesis. Hipotesis yang

dibuat harus didasarkan atas teori. Oleh karena itu, pada semua penlitian ilmiah teori-

teori wajib diperlukan untuk mendukung hipotesis yang dibuat. Umumnya pada laporan

penelitian ilmiah akan ditemukan suatu bagian yang membahas tentang teori-teori yang

dipakai untuk mendukung hipotesis yang dibuat. Sehingga setiap penelitian

menggunakan teori. Seperti yang dinyatakan oleh Neumen (2003) “Researchers use

theory differently in various types of research, but some type of theory is present in most

Page 65: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

65

social research”. (Setiap peneliti menggunakan teori yang berbeda dalam berbagai jenis

penelitian, tetapi beberapa jenis teori ada dalam banyak penelitian sosial).

Sedangkan Kerlinger (1978) mengemukakan bahwa ‘theory is a set of

interrelated construct (concepts), definitions, and proposition that present a systematic

view of phenomena by specifying relations among variables with purpose of explaining

and predicting the phenomena” (Teori adalah seperangkat konstruik (konsep), definsi,

dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui

spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan

meramalkan fenomena).

Selanjutnya Sitirahayu Haditono (1999), menyatakan bahwa suatu teori akan

memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan

meramalkan gejala yang ada. Mark dalam Sitirahayu Haditono (1999) membedakan

adanya tiga macam teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data

empiris. Ketiga teori yang dibedakan antara lain:

1. Teori yang deduktif, yaitu memberikan keterangan yang dimulai dari

suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan

diterangkan.

2. Teori yang induktif, yaitu cara menerangkan dari data ke arah teori.

Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistic ini dijumpai pada

kaum behavioris.

3. Teori yang fungsional, yaitu adanya interaksi pengaruh antara data dan

perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan

pembentukan teori kembali mempengaruhi data.

Teori merupakan suatu alur logika atau penalaran, yang merupakan konsep,

definisi dan proposisi yang disusun secdara sistematis. Secara umum, teori mempunyai

tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction) dan

pengendalian (control) suatu gejala. Sedangkan landasan teori adalah berisi tentang

teori-teori yang mendukung, relevan dan data pendukungnya. Cerminan dari teori ini

adalah teori yang sejak awal diungkapkan pada latar belakang dan yang ditegaskan pada

identifikasi masalah.

Page 66: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

66

B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan alur

pikiran peneliti dalam memberikan penjelasan kepada orang lain, mengapa dia

mempunyai anggapan yang diutarakan dalam hipotesis. Kerangka bepikir atau disebut

juga sebagai kerangka konseptual menurut Widayat dan Amirullah (2002) merupakan

model konseptual tentang bagaiman teori berhubungan dengan berbagai faktor yang

telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir menjelaskan

sementara terhadap gejala yang menjadi masalah penelitian. Deskripsi teori dan hasil

penelitian terdahulu merupakan landasan utama untuk menyusun kerangka berpikir

yang pada akhirnya digunakan dalam merumuskan hipotesis.

Dasar penyusunan kerangak berpikir adalah tinjaun pustaka. Pada kerangka

berpikir peneliti diharapkan mampu menyajikan teori-teori dan konsep secara baik,

terpadu, sistematis dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti, sebab kerangka

berpikir itu merupakan alur berpikir yang didasarkan pada teori-teori terdahulu dan juga

pengalaman-pengalaman empiris, yang berguna untuk membangun suatu hipotesis.

Secara umum, kerangka berpikir berfungsi sebagai tempat peneliti memberikan

penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, subvariabel

pokok, atau pokok masalah yang ada dalam penelitian berdasarkan teori yang ada.

Bahkan dalam kaitannya dengan tahap selanjutnya, yaitu perumusan hipotesis, kerangka

berpikir berfungsi menjelaskan alasan atau argumentasi bagi rumusan hipotesis. Jadi

kerangka berpikir sebagai dasar penyusunan hipotesis.

Kerangka berpikir biasanya dikemukakan untuk menjelaskan hubungan dua

peubah, yaitu hubungan asimetrik atau hubungan simetrik. Di samping itu, dapat

diajukan hubungan antar beberapa peubah sehingga memungkinkan diajukan peubah

control atau peubah antara (intermediate variable) yang dapat memperjelas hubungan

antara peubah bebas dan peubah terikat. Oleh karena itu, sebuah kerangka berpikir

dikatakan baik apabila memuat beberapa hal-hal berikut:

1. Paparan sistematis tentang variabel-variabel yang diteliti

2. Paparan sistematis yang menunjukkan dan menjelaskan pertautan atau

hubungan antarvariabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari

Page 67: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

67

3. Paparan sistematis yang menunjukkan dan menjelaskan hubungan

antarvariabel, baik positif atau negative, berbentuk simetris, kausal atau

timbal balik (interaktif).

4. Paparan sistematis dari variabel pada penelitian kuantitatif, menyertakan

penjelasan terukur berupa indikator-indikator masing-masing variabel.

5. Kerangka berpikir tersebut dinyatakan dalam bentuk skema berpikir (model

penelitian) sehingga cara kerja teoritis penelitian dapat dipahami.

Kerangka berpikir dapat berupa kerangka teori dan kerangka penalaran logis.

Kerangka teori merupakan uraian ringkas tentang teori yang digunakan dan cara

menggunakan teori tersebut dalam menjawab pertanyaan penelitian. Kerangka berpikir

bersifat operasional, yang diturunkan dari satu atau beberapa teori, atau dari pernyataan-

pernyataan yang logis. Kerangka berpikir berhubungan dengan masalah penelitian dan

menjadi pedoman dalam perumusan hipotesis yang akan diajukan. Berikut contoh

kerangka berpikir:

Judul: Hubungan antara kepemimpinan dengan motivasi

Kepemimpinan adalah seorang pemimpin regu atau tim olahraga yang

mampu mempengaruhi, membimbing, menggerakkan serta mengarahkan orang lain

dalam hal ini adalah para atletnya untuk mencapai suatu tujuan dalam olahraga yaitu

meraih prestasi yang setinggi-tingginya.

Pada proses kepemimpinan ada proses pengarahan kepada anggota tim yang

dilakukan sebelum anggota tim melakukan tugas-tugas yang diberikan sangatlah

penting agar anggota tidak menyimpang dari batas-batas yang telah ditentukan.

Dalam memberikan pengarahan pemimpin harus mampu menjelaskan ‘tujuan-

tujuan’ yang ingin dicapai dan alasan-alasannya, termasuk strategi yang ingin

diterapkan serta program-program yang ada didalamnya. Hal-hal tersebut sangat

penting karena dengan menyadari apa tujuan kita dalam bekerja, maka kita tidak

sekedar beraktivitas untuk menghabiskan jam kerja.

Begitu pula dalam olahraga, kepemimpinan dalam suatu tim atau kegiatan

olahraga merupakan suatu hal yang penting dan vital agar tim itu dapat berfungsi

secara efektif. Tanpa seorang pemimpin yang memberikan arahan kepada atlet dan

mengkoordinasi para atlet, suatu tim akan sukar untuk mengkoordinasi kegiatan-

Page 68: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

68

kegiatan latihannya, menentukan tujuan-tujuan latihan, dan bagaimana tujuan-tujuan

tersebut dapat dicapai seefektif dan seefisien mungkin. Seorang pelatih harus

mampu menjelaskan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dan alasan-alasannya, serta

strategi dan program apa yang akan diterapkan untuk mencapai tujuan tersebut.

Sehingga, para atlet akan mengerjakan program-program latihan yang diberikan

dengan penuh semangat, disiplin dan motivasi yang tinggi guna mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

Di dalam memberikan pengarahan, dapat membuat sebuah ‘komitmen’ yang

isinya adalah ‘tekad’ bersama untuk mencapai target-target tertentu yang ingin dicapai.

Komitmen hendaknya berisi angka-angka yang jelas, terukur dan cukup menantang.

Komitmen yang dibuat dengan prosedur yang benar, menampung aspirasi dari

kelompok yang sekaligus akan menjadi ‘motivasi’ bagi anggotanya untuk mencapai

target-target yang ingin di capai. Hal ini sesuai dengan definsi motivasi, yaitu sebagai

penggerak yang setiap saat dapat berfungsi dalam berbagai aktivitas yang dilakukan

manusia untuk mencapai tujuannya yang ingin di capai. Motivasi tampak sebagai

kebutuhan sekaligus sebagai pendorong yang dapat menggerakkan daya dan potensi

yang ada secara produktif untuk mencapai tujuan dan ditentukan oleh stimulusnya.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan kekuatan

dinamis yang bisa menumbuhkan motivasi, aspirasi, koordinasi dan integrasi yang

semuanya sangat penting bagi pencapaian tujuan bersama. Berdasarkan kerangka

berpikir di atas maka di duga ada pengaruh langsung antara kepemimpinan terhadap

motivasi.

Akhir kerangka berpikir dapat disusun dalam bentuk model, yaitu abstraksi dari

pemikiran yang melandasi penelitian. Model kerangka berpikir disebut model teoritis.

Model teoritis merupaakn diagram skematis teori agar pembaca yang membaca

penelitian dapat melihat dan dengan mudah memahami hubungan antarvariabel yang

diteorikan.

C. Pengertian Hipotesis Penelitian

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa penelitian itu berasal

mula dari adanya masalah (problem) yang belum dapat dipecahkan. Masalah yang

menyebabkan dilakukannya penelitian itu disebut dengan masalah penelitian (research

Page 69: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

69

problem), yang biasanya dalam bentuk kalimat pertanyaan. Jika masalah penelitian

sudah spesifik, dan penelitiannya menggunakan hipotesis, maka hipotesis akan lebih

mudah dirumuskan.

Oleh karena itu, muncullah suatu pertanyaan apakah hipotesis itu? Menurut

etimologi, hipotesis berasal dari kata hipo dan tesis. Hipo artinya belum sedangkan tesis

artinya dalil. Jadi hipotesis itu belum dalil atau masih calon dalil. Untuk menjadi dalil

harus didukung oleh data, dengan kata lain harus dibuktikan melalui penelitian. Jadi,

jika berbicara tentang hipotesis, maka berkaitan dengan penelitian. Ada juga yang

berpendapat bahwa hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara atas

permasalahan penelitian dimana memerlukan data untuk kebenaran dugaan tersebut.

Dengan demikian, ada keterkaitan antara perumusan masalah dengan hipotesis,

karena perumusan masalah merupakan pertanyaan penelitian. Pertanyaan ini harus

dijawab pada hipotesis. Jawaban pada hipotesis ini didasarkan pada teori dan empiris,

yang telah dikaji pada kajian teori sebelumnya. Kajian teori yang digunakan sebagai

dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan diukur dalam dunia nyata. Maka, teori

tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk yang dapta diamati dan diukur, melalui

proses operasionalisasi, yaitu mengubah keabstrakan suatu teori menjadi fenomena

empiris atau berbentuk proposisi yang dapat diamati atau diukur. Proposisi yang dapat

diukur atau diamati adalah proposisi yang menyatakan hubungan antarvariabel.

Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis.

Jika teori merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antarkonsep

(pada tingkat abstrak atau teoretis), maka hipotesis merupakan pernyataan yang

menunjukkan hubungan antarvariabel (dalam tingkat yang konkret atau empiris).

Hipotesis menghubungkan teori dengan realitas sehingga melalui hipotesis

dimungkinkan dilakuakn pengujian atas teori dan bahkan membantu pelaksanaan

pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian. Oleh

sebab itu, hipotesis sering disebut sebagai pernyataan tentang teori dalam bentuk yang

dapat diuji (statement of theory in testable form). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

Page 70: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

70

Gambar 5.1. Formulasi Hipotesis

Selain adanya keterkaitan antara hipotesis dengan perumusan masalah, hipotesis

juga berkaitan dengan data yang digunakan untuk membuktikan kebenaran akan dugaan

sementara itu. Dimana dugaan ini harus didasarkan atas suatu atau beberapa dasar

pemikiran. Dasar-dasar pemikiran ini diperoleh dari teori-teori. Hipotesis tidak dapat

dibuat tanpa dasar teori yang kuat. Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proporsi

atau tanggapan yang sering digunakan sebagai pembuat keputusan/solusi persoalan dan

juga untuk dasar penelitian lebih lanjut. Anggapan/asumsi dari suatu hipotesis dapat

merupakan data, tetapi kemungkinan dapat salah. Sebagai contoh:

Karena seorang pimpinan bank berpendapat bahwa penurunan suku bunga

deposito tidak memengaruhi jumlah tabungan deposito maka diputuskan untuk

menurunkan suku bunga deposito.

Perumusan

Masalah

Kajian Teoretis

Hipotesis/Proposisi

Hipotesis

Penelitian

Hipotesis

Statistik

Pertanyaan Penelitian

Menjawab Pertanyaan

(berdasarkan teori dan penemuan

empiris dari peneliti lain)

Pernyataan Penelitian

Jawaban Sementara

Formulasi Ho dan H1

Page 71: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

71

Pemerintah melalui departemen pertambangan berpendapat bahwa kenaikan

harga minyak tidak memengaruhi harga makanan maka diputuskan untuk

menaikkan harga minyak.

Akan tetapi, tidak setiap masalah penelitian harus dijawab dengan hipotesis.

Suatu penelitian tidak harus mencantumkan atau harus mengajukan hipotesis.

Keilmiahan suatu penelitian tidak tergantung pada menggunakan hipotesis atau tidak.

Seperti penelitian yang menggunakan metode exploratory, historical dan deskriptif,

tidak harus menggunakan hipotesis. Tetapi penelitian eksperimental, korelasional dan

explanatory seharusnya menggunakan hipotesis.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, hipotesis adalah pernyataan yang dapat

diuji mengenai hubungan antarvariabel. Hipotesis juga dapat menguji apakah terdapat

perbedaan antara dua kelompok (atau antara beberapa kelompok) yang terkait dengan

variabel. Untuk menguji apakah ada hubungan atau perbedaan diperkirakan tersebut ada

atau tidak, hipotesis dapat disusun sebagai proposisi atua dalam bentuk pernyataan jika-

maka (if-then statement). Jika, dalam menyatakan hubungan antara dau variabel atau

membandingkan dua kelompok, istilah seperti positif, negatif, lebih dari (>), kurang dari

(<), dan semacamnya digunakan, maka hipotesis ini direksional (directional) karena

arah hubungan.

Di sisi lain, hipotesis non-direksional (non-directional) adalah hipotesis yang

mendalilkan hubungan atau perbedaan, tetapi tidak memberikan indikasi mengenai arah

dari hubungan atau perbedaan tersebut. Dengan kata lain, meskipun mungkin

diperkirakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan di antara dua variabel, kita tidak

dapat mengatakan apakah hubungan tersebut positif atau negatif.

D. Jenis dan Bentuk Hipotesis Penelitian

Ketika kita menguji hipotesis, maka muncullah dua macam hipotesis yaitu:

1. Hipotesis Penelitian (Research Hypothesis)

Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang mengandung pernyataan mengenai

hubungan atau pengaruh, baik secara positif atau negatif antara dua variabel atau lebih

sesuai dengan teori. Adapun bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan

rumusan masalah penelitian. Berdasarkan tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan

Page 72: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

72

masalah penelitian ada tiga, yaitu: rumusan masalah deskriptif, (variabel mandiri),

komparatif (perbandingan), Asosiatif (hubungan) dan kausal (sebab akibat).

a. Hipotesis Variabel mandiri (deskriptif) adalah jawaban sementara terhadap

rumusan masalah deskriptif.

b. Hipotesis komparatif (perbandingan) merupakan jawaban sementara

terhadap masalah komparatif.

c. Hipotesis asosiatif (hubungan) merupakan jawaban sementara terhadap

masalah asosiatif.

d. Hipotesis kausal (sebab-akibat) merupakan jawaban sementara terhadap

masalah kausal.

Untuk dapat lebih jelas memberikan gambaran mengenai bentuk-bentuk

hipotesis, maka berikut dicantumkan contoh karakteristik hipotesis, rumusan masalah

dan pernyataan hipotesis dalam bentuk tabel.

Tabel. 5.1. Contoh Karakteristik Hipotesis, Rumusan Masalah dan Pernyataan

Hipotesis

Karakteristik Rumusan Masalah Pernyataan Hipotesis

Hipotesis deskriptif:

Dugaan tentang nilai

suatu variabel mandiri,

tidak membuat

perbandingan atau

hubungan.

1. Seberapa besar prosentase

keberhasilan pukulan drop shoot

pada cabang olahraga

bulutangkis?

2. Sprinter lebih cenderung

menggunakan sistem energy

aerobik atau anaerobik?

1. Keberhasilan pukulan drop

shoot pada cabang olahraga

bulutangkis mencapai 40%

2. Sprinter lebih cenderung

menggunakan sistem energy

anaerobik

Hipotesis Komparatif:

Pernyataan yang

menunjukkan dugaan

nilai dalam satu

variabel atau lebih pada

sampel yang berbeda

1. Apakah ada perbedaan antara

metode latihan game 30 menit

dan metode latihan game full?

2. Apakah ada perbedaan antara

metode latihan leg press dan

squat?

1. Terdapat perbedaan metode

latihan antara metode

latihan game 30 menit dan

game full

2. Terdapat perbedaan

kemampuan antara latihan

leg press dan squat

Hipotesis Asosiatif:

Korelasional.

1. Apakah ada hubungan antara

kepemimpinan dengan

1. Terdapat hubungan antara

kepemimpinan dan motivasi

Page 73: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

73

Pernyataan yang

menunjukkan dugaan

tentang hubungan

antara dua variabel atau

lebih

motivasi?

2. Apakah ada hubungan

komunikasi dengan motivasi?

2. Terdapat hubungan antara

komunikasi dan motivasi

Hipotesis Kausal:

Kausal. Pernyataan

yang menunjukkan

dugaan tentang

pengaruh antara dua

variabel atau lebih.

1. Apakah kepemimpinan

berpengaruh terhadap prestasi?

2. Apakah media massa

berpengaruh terhadap motivasi?

3. Apakah komunikasi berpengaruh

terhadap prestasi?

1. Terdapat pengaruh langsung

positif kepemimpinan

terhadap prestasi

2. Terdapat pengaruh langsung

positif media massa

terhadap motivasi

3. Terdapat pengaruh langsung

positif komunikasi terhadap

prestasi

2. Hipotesis Statistik

. Untuk menguji hipotesis penelitian, harus terlebih dahulu diterjemahkan

menjadi term statistic yakni:

a. Hipotesis null adalah proposisi yang menyatakan hubungan definitif dan

tepat di antara dua variabel adalah sama dengan nol atau perbedaan dalam

means (rerata hitung) dua kelompok dalam populasi adalah sama dengan nol

(atau suatu angka tertentu). Atau dengan kata lain hipotesis null menyatakan

tidak adanya hubungan, atau tidak adanya pengaruh, atau tidak adanya

perbedaan.

Contohnya:

Ho: ρ = 0 (tidak terdapat hubungan/pengaruh kepemimpinan dengan/terhadap

motivasi)

Ho: µ1 = µ2 (tidak ada perbedaan latihan leg press dan squat)

b. Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja adalah hipotesis yang pernyataan

yang mengungkapkan hubungan antara dua variabel atau menunjukkan

perbedaan antara kelompok. Atau dengan kata lain hipotesis kerja adalah

menyatakan adanya hubungan, atau adanya pengaruh, atau adanya

Page 74: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

74

perbedaan. Hipotesis kerja ini merupakan kebalikan dari hipotesis nol.

Dalam notasi hipotesi ini dituliskan dengan H1 atau Ha.

Contoh:

H1 : ρ > 0 (Terdapat hubungan/pengaruh positif kepemimpinan dengan

motivasi)

Ho: µ1 ≠ µ2 (Terdapat perbedaan latihan leg press dan squat)

E. Karakteristik Hipotesis Penelitian yang Baik

Berdasarkan penjelasan dan uraian di atas, maka jelas bahwa suatu hipotesis

yang baik hendaknya mempunyai beberapa karakteristik yang harus dipenuhi. Ada

beberapa pertimbangan yang harus selalu ditekankan ketika seseorang hendak

menyusun sebuah hipotesis, mengingat bahwa hipotesis sangat penting untuk dapat

dilakukan pembuktian. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan untuk dapat

menyusun hipotesis yang baik adalah:

1. Hipotesis harus menyatakan hubungan. Ini berarti, hipotesis merupakan pernyataan

terkaan tentang hubungan antarvariabel.. Hipotesis mengandung dua atu lebih

variabel yang dapat diukur ataupun secara potensial dapat diukur.

2. Hipotesis harus sesuai dengan fakta. Ini berarti bahwa hipotesis, konsep, dan

variabel harus jelas. Hipotesis harus dapat dimengerti dan tidak mengandung hal-hal

yang bersifat metafisis.

3. Hipotesis harus sesuai dengan ilmu serta sesuai dan tumbuh dengan ilmu

pengetahuan. Ini berarti, hipotesis harus tumbuh dan memiliki hubungan dengna

ilmu pengetahuan dan berada dalam bidang penelitian yang sedang dilakukan.

4. Hipotesis harus dapat diuji. Ini berarti, hipotesis harus dapat diuji, baik oleh nalar

ataupun dengan menggunakan alat-alat statistic dapat diuji.

5. Hipotesis harus sederhana. Ini berarti, hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk

spesifik atau khas untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman pengertian.

6. Hipotesis harus dapat menerangkan fakat. Berarti, hipotesis harus dinyatakan dalam

bentuk yang menerangkan hubungan fakta-fakat yang ada dan dapat dikaitkan

dengan teknik pengujian yang dapat dikuasai.

Secara umum, hipotesis yang baik harus mempertimbangkan semua teori dan

fakta ilmiah yang relevan, logis dan dapat diuji dengan aplikasi deduktif atau induktif

Page 75: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

75

untuk verifikasi. Hipotesis harus jelas dan sederhana. Kegagalan dalam merumuskan

hipotesis akan mengaburkan hasil hipotesis yang abstrak. Hipotesis yang abstrak bukan

saja membingungkan prosedur penelitian, tetapi juga sukar untuk diuji secara empiris.

F. Kesalahan Hipotesis

Pengujian hipotesis hanya memberikan dua kemungkinan keputusan, yaitu

menolak atau menerima hipotesis nol. Keputusan untuk ‘menolak’ atau ‘menerima’

tidak berarti bahwa peneliti telah membuktikan salah atu benarnya hipotesis nol. Hal ini

karena pada tataran atau keadaan sebenarnya hipotesis nol itu tidak pernah dapat

dibuktikan. Sehingga ada dua jenis kesalahan yang dapat terjadi dalam pengujian

hipotesis. Kesalahan dapat terjadi karena kita menolak hipotesis nol, padahal hipotesis

nol itu benar, atau kita menerima hipotesis nol, padahal hipotesis nol tersebut salah.

Kesalahan yang disebabkan karena kita menolak hipotesis nol, padahal hipotesis itu

benar disebut kesalahan jenis I atau type error I. Sebaliknya, kesalahan yang disebabkan

karena kita menerima hipotesis nol, padahal hipotesis itu salah disebut kesalahan jenis II

atau type error II. Penjelasan di atas dapat digambarkan pada table berikut ini:

Tabel 521. Jenis Kesalahan (Error) pada saat pengujian hipotesis

Keputusan Situasi Ho (Benar) Ho (Salah)

Menerima Ho Keputusan tepat (1-α) Kesalahan jenis II (β)

Menolak Ho Kesalahan Jenis I (α) Keputusan tepat (1-β)

Dalam pengujian hipotesis, para ahli statistika menunjuk α dan bukan β sebagai

criteria dalam pengambilan keputusan pengujian hipotesis. Apa artinya? Artinya,

pengujian hipotesis selalu didasarkan pada asumsi bahwa dalam keadaan sebenarnya,

hipotesis nol adalah benar. Dalam konteks ini, para ahli statistika menyebut α sebagai

tingkat signifikansi (the level of significance), dan (1-α) sebagai tingkat kepercayaan

atau tingkat keyakinan (the level of confidence) terhadap kebenaran dari keputusan yang

diambil.

Tingkat signifikansi (α) menunjukkan probabilitas atau peluang kesalahan yang

ditetapkan peneliti dalam mengambil keputusan untuk menolak atau mendukung

hipotesis nol, atau dapat diartikan juga sebagai tingkat kesalahan atau tingkat kekeliruan

Page 76: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

76

yang ditolerir oleh peneliti, yang diakibatkan oleh kemungkinan adanya kesalahan

dalam pengambilan sampel (sampling error). Adapun tingkat keyakinan pada dasarnya

menunjukkan tingkat keyakinan bahwa pengambilan keputusan mengenai hasil uji

hipotesis nol diyakini kebenarannya.

Jadi, ketika seorang peneliti mengambil keputusan, “pada tingkat signifikansi

sebesar 0,01 Ho ditolak”, ini artinya, “penelitia berani mengambil keputusan menolak

Ho dengan tingkat keyakinan 99% benar, dan jika salah, peluang membuat kesalahan

(yaitu kesalahan tipe I) hanya sebesar 1%”. Jika (1-α) disebut tingkat keyakinan atau

kepercayaan , (1-β) disebut oleh para ahli statistika sebagai kuasa uji (power of the test),

yang menunjukkan peluang menolak hipotesis nol yang seharusnya ditolak, karena

memang dalam keadaan sebenarnya, hipotesis nol itu salah.

Latihan

1. Jelaskan pengertian landasan teori!

2. Jelaskan pengertian kerangka berpikir!

3. Sebutkan dan jelaskan tentang jenis-jenis atau bentuk hipotesis penelitian!

4. Sebutkan karakteristik hipotesis penelitian yang baik!

5. Ada berapa jenis kesalahan dalam hipotesis penelitian? Jelaskan!

Ringkasan

1. Landasan teori adalah berisi tentang teori-teori yang mendukung, relevan dan data

pendukungnya. Cerminan dari teori ini adalah teori yang sejak awal diungkapkan

pada latar belakang dan yang ditegaskan pada identifikasi masalah

2. Kerangka bepikir atau disebut juga sebagai kerangka konseptual merupakan model

konseptual tentang bagaiman teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah

diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

3. Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara atas permasalahan

penelitian dimana memerlukan data untuk kebenaran dugaan tersebut. Dugaan ini

harus didasarkan atas suatu atau beberapa dasar pemikiran.

Page 77: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

77

4. Ketika menguji hipotesis, maka muncullah dua macam hipotesis berupa hipotesis

penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian merupakan hipotesis yang

mengandung pernyataan mengenai hubungan atau pengaruh, antara dua variabel atua

lebih sesuai dengan teori yang terdiri dari hipotesis penelitian deskripsi, komparasi,

asosiatif dan kausal. Sedangkan hipotesis statistik adalah hipotesis yang dibuat dalam

bentuk hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternative/kerja (H1 atau Ha) serta diikuti

dengan simbol-simbol statstik.

5. Hipotesis yang baik harus mempertimbangkan semua teori dan fakta ilmiah yang

relevan, logis dan dapat diuji dengan aplikasi deduktif atau induktif untuk verifikasi.

Hipotesis harus jelas dan sederhana. Kegagalan dalam merumuskan hipotesis akan

mengaburkan hasil hipotesis yang abstrak. Hipotesis yang abstrak bukan saja

membingungkan prosedur penelitian, tetapi juga sukar untuk diuji secara empiris.

6. Pengujian hipotesis hanya memberikan dua kemungkinan keputusan, yaitu menolak

atau menerima hipotesis nol. Keputusan untuk ‘menolak’ atau ‘menerima’ tidak

berarti bahwa peneliti telah membuktikan salah atu benarnya hipotesis nol. Sehingga

ada dua jenis kesalahan yang dapat terjadi dalam pengujian hipotesis. Kesalahan

dapat terjadi karena kita menolak hipotesis nol, padahal hipotesis nol itu benar, atau

kita menerima hipotesis nol, padahal hipotesis nol tersebut salah. Kesalahan yang

disebabkan karena kita menolak hipotesis nol, padahal hipotesis itu benar disebut

kesalahan jenis I atau type error I. Sebaliknya, kesalahan yang disebabkan karena

kita menerima hipotesis nol, padahal hipotesis itu salah disebut kesalahan jenis II

atau type error II.

Sumber Lain

Ronny Kountur, Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta:

Penerbit PPM, 2003

Danang Sunyoto, Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, Jakarta: PT. Buku Seru, 2002

Sugiyono, Metode Penelitian; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:

Alfabeta, 2008

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian; Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya Ilmiah,

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010

Page 78: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

78

BAB VI

POPULASI DAN SAMPEL

Kompetensi yang hendak dicapai :

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian populasi

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian sampel

Mahasiswa mampu menjelaskan permasalahan sampel

Mahasiswa mampu menjelaskan penentuan ukuran sampel

Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis sampling

Media yang dapat digunakan :

In Focus / LCD dan Computer

A. Pengertian Populasi

Populasi adalah keseluruhan elemen, atau unit penelitian, atau unit analisis yang

memiliki ciri atau karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian atau

menjadi perhatian dalam suatu penelitian (pengamatan). Sedangkan suatu nilai yang

menggambarkan cirri/karakteristik populasi di sebut parameter (parameter merupakan

suatu nilai yang stabil karena nilai tersebut diperoleh atas hasil observasi seluruh

anggota populasi).

Informasi yang diperoleh apabila peneliti mengobservasi keseluruhan anggota

populasi, adalah besaran yang menyatakan karakteristik populasi yang sebenarnya, yang

dalam statistika disebut parameter. Dengan demikian, parameter adalah nilai yang

menggambarkan ciri atau karakteristik ppopulasi. Parameter merupakan nilai yang stabil

karena diperoleh dari observasi terhadap seluruh anggota populasi.

Dalam penelitian, seorang peneliti harus menentukan secara jelas populasi yang

menjadi sasaran penelitiannya, yang disebut dengan populasi sasaran (target populasi).

Populasi sasaran adalah populasi yang akan menjadi cakupan kesimpulan penelitian.

Jadi apabila dalam sebuah hasil penelitian dikeluarkan kesimpulan, menurut etika

penelitian, kesimpulan itu hanya berlaku untuk populasi sasaran yang telah ditentukan.

Page 79: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

79

Setelah peneliti menentukan secara tegas populasi sasarannya, tetapi karena

suatu hal peneliti tidak bisa memperoleh keterangan mengenai populasi sasarannya,

populasi yang ditelitinya berbeeda (lebih kecil) dari populasi sasarannya. Populasi yang

diteliti, yang berbeda (lebih kecil)_dari populasi sasaran inilah yang dinamakan dengan

populasi studi. Dengan demikian, apabila seorang peneliti hendak melakukan penelitian

populasi dan kemudian dia memperoleh data yang berbeda (lebih kecil) dari populasi

sasarannya, peneliti tersebut tetap melakukan penelitian populasi.

B. Pengertian Sampel

Dalam suatu penelitian yang ditujukan untuk mengetahui karakteristik suatu

populasi, masalah penggunaan sampel merupakan sesuatu yang sangat penting. Bahkan

disadari dalam kehidupan sehari-hari penggunaan sampel bukan merupakan suatu hal

yang asing lagi bagi masyarakat. Pada umumnya untuk memperoleh informasi tentang

karakteristik suatu populasi maka tidak perlu semua anggota populasi diobservasi, tetapi

cukup sebagian saja populasi yang dipilih yang kemudian dinamakan sampel. Lalu

apakah itu sampel? Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut.

Dengan hanya mengamati sampel tersebut, akan diperoleh efisiensi baik dari

segi waktu, tenaga maupun biaya. Seperti halnya apabila kita ingin mengetahui apakah

teh itu sudah manis atau belum, cukup di coba dengan mengambil sesendok teh tersebut

lalu dicicipi, tidak perlu meminum teh tersebut sampai habis. Bila populasi besar, dan

peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan

diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-

betul representatif (mewakili).

Suatu sampel yang baik, (dalam arti diambil secara ‘benar’) akan dapat

memberikan gambaran yang sebenarnya tentang populasi. Sehingga jika dalam suatu

penelitian, sampelnya tidak diambil secara ‘benar’ maka hasilnya tidak akan dapat

digeneralisasikan dan tidak dapat memberikan hasil yang sahih dalam menggambarkan

keadaan sebenarnya dari populasi yang diteliti. Oleh karena itu masalah penarikan

sampel secara ‘benar’ menjadi sangat penting. Terkait erat dengan pengambilan sampel

Page 80: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

80

adalah metode yang digunakan untuk menyeleksi sejumlah individu dari populasi

sehngga dapat menghasilkan sampel yang representatif, dalm arti sampel tersebut benar-

benar mampu digunakan untuk menggambarkan populasinya.

Sampel digunakan dalam suatu penelitian didasarkan atas berbagai

pertimbangan yaitu:

a. Seringkali tidak mungkin mengamati seluruh anggota populasi. Karena

terkadang populasi yang dihadapi (misalnya atlet seluruh Indonesia) sangat

besar, sehingga kecil kemungkinannya untuk dapat diobservasi satu-persatu

dan kalaupun dilakukan perlu waktu yang lama dan atau tenaga dan biaya

yang sangat besar.

b. Pengamatan terhadap seluruh anggota populasi dapat bersifat merusak.

Misalnya, bila ingin mengetahui rasa dari mangga yang dijual oleh pedagang

buah, tentu tidak mungkin mencicipi seluruh mangga yang dijual.

c. Menghemat waktu, biaya dan tenaga. Menelitia seluruh anggota populasi

yang besar memerlukan biaya tinggi, selain itu juga butuh waktu dalam

pengumpulan dan pemrosesannya serta tenaga yang terlatif.

d. Mampu memberikan informasi yang lebih menyeluruh dan mendalam

(komprehensif). Suatu sampel yang kecil (jumlahnya sedikit) akan leibh

mudah untuk diteliti secara mendalam sehingga memberikan informasi yang

lebih banyak, daripada keseluruhan populasi yang diteliti.

C. Permasalahan Sampel

Sampel dimunculkan oleh peneliti pada suatu penelitian disebabkan karena: (1).

Peneliti ingin mereduksi (memotong) obyek yang akan diteliti. Peneliti tidak melakuakn

penyelidikan pada semua obyek atau gejala atau kejadian atau peristiwa tetapi hanya

sebagian saja; (2). Peneliti ingin melakukan generalisasi dari hasil penelitiannya, artinya

mengenakan kesimpulannya kepada obyek, kejadian, gejalan atau peristiwan yang lebih

luas.

Dua hal di atas yang mendasari penelitian sampel (research sampling atau

sampling study), namun demikian hal paling penting dalam penelitian sampel ini adalah

bagaimana sampel tersebut ‘mewakili’ (representative) populasi bukan merupakan

‘duplikat’ atau ‘replika’ yang cermat, melainkan hanya sebagai ‘cermin’ yang dapat

Page 81: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

81

dipandang menggambarkan secara optimal keadaan populasi. Dalam peneltiian sosial,

dikenal dengan hokum kemungkinan (probability), yaitu kesimpulan yang ditarik dari

populasi dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi. Kesimpulan ini dapat

dilakukan karena pengambilan sampel dimaksud adalah untuk mewakili seluruh

populasi. Dari ide hokum kemungkinan ini, maka kemudian banyak penelitian yang

menggunakan sampel.

Tidak semua penelitian menggunakan sampel sebagai sasaran penelitian. Pada

penelitian tertentu dengan skala kecil, yang hanya memerlukan beberapa orang sebagai

subyek penelitian, seperti penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi

kasus maupun grounded research. Atau beberapa penelitian kuantitatif yang dilakukan

terhadap objek atau populasi kecil, biasanya pengguna sampel tidak diperlukan. Hal

tersebut karena keseluruhan objek penelitian dapat dijangkau oleh peneliti atau lebih

dikenal dengan sampel total (sensus) yaitu keseluruhan anggota populasi merangkap

sebagai anggota sampel. Dengan kata lain bahwa kebanyakan penelitian yang tidak

bertujuan untuk membangun suatu generalisasi, cenderung tidak menggunakan sampel

penelitian.

Apabila suatu penelitian menggunakan sampel penelitian, maka penelitian

tersebut menganalisis hasil penelitiannya melalui statistic inferensial, dan berarti hasil

penelitian tersebut adalah suatu generalisasi. Untuk mencapai generalisasi yang baik,

maka di samping tata cara penarikan kesimpulan diperhatikan, juga baoba sampel harus

dapat dipertanggungjawabkan. Ini berarti sampel harus betul-betul dapat mewakili

(representative) populasi. Guna mencapai bobot sampel sepert ini, maka sampai pada

tingkat manapun dari suatu penarikan sampel, setiap unit populasi harus mewakili,

Dengan demikian, sampel adalah wakil dari semua unit strata dan sebagainya yang ada

di dalam populasi.

Kalau pada populasi homogen, penarikan sampel tidak sesulit pada populasi

yang bersifat heterogen. Pada populasi homogen, kemungkinan keberagaman unit,

strata, ataupun sifat-sifat tertentu dari populasi hampir tidak ditemui. Sedangkan pada

populasi heterogen, keberagaman itu terjadi dimana-mana, dan ini membutuhkan

pekerjaan khusus yang merepotkan peneliti. Kalau pada populasi homogen, karena

sifatnya yang hampir “satu”, dalam penarikan sampel, mungkin hanya dengan undian

atau sejenisnya. Namun pada populasi heterogen, cara seperti itu tidak akan dapat

Page 82: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

82

dilaksanakan, karenanya membutuhkan teknik-teknik khusus yang sejalan dengan sifat

populasi itu.

Persoalan lain, menyangkut besar kecilnya anggota sampel. Pertimbangan pokok

dalam penelitian kuantitatif, tidak hanay semjata didasarkan pada besar kecilnya

sampel, tetapi apakah sampel tersebut representatif tidak, sebab besarnya sampel belum

tentu akan menjamin ketepatan kesimpulan penelitian, demikian pula sebaliknya.

Namun, yang paling ideal adalah sampel besar dan cukup representatif. Contoh populasi

300 orang diambil sampel 10% sehingga total sampel yang harus terambil sebanyak 30

orang, maka dengan meneliti sebagian dari sampel ini diharapkan dapat

menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan.

D. Penentuan Ukuran Sampel

Ukuran besarnya sampel yang harus diambil dalam suatu penelitian agar hasil

penelitian tersebut dapat dikatakan valid (sah) merupakan suatu masalah dasar yang

seringkali muncul dari pihak yang hendak melakukan penelitian dengan menggunakan

sampel. Sehingga muncullah pertanyaan: “Berapa jumlah anggota sampel yang paling

tepat digunakan dalam penelitian?”. Jawabannya adalah tergantung pada tingkat

ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Secara umum kita dapat memutuskan besar

ukuran sampel bila kita mengetahui batas atas kesalahan pendugaan dari penlitian kita.

Disamping itu keputusan mengenai ukuran sampel dapat ditetapkan atas dasar informasi

keragaman (variabilitas) dari individu-individu penyusun populasi dan tingkat ketelitian

yang diinginkan oleh si peneliti.

Besarnya sampel sebaiknya sebanyak mungkin; semakin besar sampel yang

diambil umumnya akan semakin representatif dari populasinya dan hasil penelitian lebih

dapat digeneralisasikan. Hal yang penting untuk diperhatikan ialah terdapatnya alasan

yang logis untuk pemilihan teknik sampling serta besarnya sampel dilihat dari sudut

metodologi penelitian. Dilihat dari substansi tujuan penarikan sampel yakni untuk

memperoleh representasi populasi yang tepat, maka besarnya sampel yang akan diambil

perlu mempertimbangkan karakteristik populasi akan menentukan teknik pengambillan

sampel dimana hal ini dimaksudkan untuk mengurangi atau mengilangkan bias,

sementara kemampuan estimasi berkaitan dengan presisi dalam mengestimasi populasi

dari sampel serta bagaimana sampel dapat digeneralisasikan atas populasinya.

Page 83: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

83

Upaya untuk mencapai presisi yang lebih baik memerlukan penambahan sampel,

seberapa besar sampel serta penambahannya akan tergantung pada variasi dalam

kelompok, tingkat kesalahan yang ditoleransi serta tingkat kepercayaan. Bagi tahap

peneliti pemula, sampel bisa diambil sekitar 10 persen dari total individu populasi yang

diteliti. Bilamana sampel sebesar 10 persen dair populasi masih dianggap besar (lebih

dari 30) maka alternative yang biasa diguanakn adalah mengambil sampel sebanyak 30,

dengan pertimbangan ukuran sampel tersebut telah dapat memberikan ragam sampel

yang telah stabil sebagai pendugaan ragam populasi.

Akan tetapi untuk ketepatan dalam menentukan ukuran besarnya sampel perlu

digunakan metode statistka. Berikut ini akan diberikan penjelasan mengenai cara

menentukan jumlah elemen/anggota sampel dari suatu populasi, sebagai berikut:

1. Menggunakan Rumus Slovin

N

n =

1 + (N x e2)

Dimana :

n = Jumlah elemen/anggota sampel

N = Jumlah elemen/anggota populasi

e = Error level (tingkat kesalahan) (catatan: umumnya diguanakn 1%

atau 0,01, 5% dan 10% atau 0,1 (catatan dapat dipilih oleh peneliti).

Misalnya:

Jumlah elemen populasi (N) = 300 orang, error level yang ditetapkan

oleh peneliti 5%, maka jumlah sampelnya:

300

n = = 171, 43, atau dibulatkan menjadi 171 orang.

1 + (300 x 0.052)

2. Menggunakan Interval Penaksiran

a. Untuk menaksir parameter rata-rata µ

Zα/2

n = 2

e

Seorang mahasiswa akan menguji hipotesis yang menyatakan bahwa

indeks prestasi mahasiswa jurusan Somatokinetika adalah 2,7. Dari 30

Page 84: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

84

sampel percobaan dapat diperoleh informasi bahwa standar deviasi indeks

prestasi mahasiswa adalah 0,25. Untuk menguji hipotesis ini berapa jumlah

sampel yang diperlukan jika kita menginginkan tingkat keyakinan sebesar

95% dan error estimasi µ kurang dari 0,05?

1,96)(0,25)

n = 2

0,05

n = 96,04

b. Untuk menaksir parameter proporsi P

z2α/2pq

n = 2

e2

Kita akan memperkirakan porposi mahasiswa yang menggunakan

angkutan kota waktu pergi kuliah. Berapa sampel yang diperlukan jika

dengan tingkat kepercayaan 95% dan kesalahan yang mungkin terjadi 0,10?

1,962

n = 2

4 (0,10)2

n = 96,04

3. Menggunakan Pendekatan Isac Michel

a. Menentukan sampel untuk menaksir parameter rata-rata

NZ2S2

n =

Nd2 + Z2 + S2

Seorang mahasiswa akan menguji hipotesis yang menyatakan bahwa

indeks prestasi mahasiswa jurusan Somatokinetika yang berjumlah 175

mahasiswa adalah 2,7. Dari 30 sampel percobaan dapat diperoleh informasi

bahwa standar deviasi indeks prestasi mahasiswa adalah 0,25. Untuk

menguji hipotesis ini berapa jumlah sampel yang diperlukan jika kita

menginginkan tingkat keyakinan sebesar 95% dan error estimasi µ kurang

dari 0,05?

Page 85: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

85

(175) (1,96)2 (0,25)2

n =

(175) (0,05)2 + (1,96)2 + (0,25)2

n = 62

b. Menentukan sampel untuk menaksir parameter proporsi P

Seorang mahasiswa akan menguji hipotesis yang menyatakan bahwa

indeks prestasi mahasiswa jurusan somatokinetika yang berjumalh 175

mahasiswa. Berdasarkan penelitian pendahuluan diperoleh data proporsi

mahasiswa Somatokinetika menggunakan angkutan kota waktu pergi kuliah

40%. Berapa sampel yang diperlukan jika dengan tingkat kepercayaan

sebesar 95% dan derajat penyimpangan sebesar 0,10?

(175) (1,96)2 (0,4) (0,6)

n =

(175) (0,01)2 + (1,96)2 + (0,4) (0,6)

n = 60,38

Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel

yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi

itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan

untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama

dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel

mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya

makin kecil jumlah sampe menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi

(diberlakukan umum). Atau dapat juga dikatakan bahwa semakin besar keragaman dari

individu-individu yang merupakan anggota populasi semakin besar pula ukuran sampel

yang diperlukan agar semakin banyak informasi yang dapat terambil.

E. Jenis-jenis Sampling

Dalam penelitian, bermutu tidaknya hasil penelitian akan ditentukan juga oleh

penarikan sample (sampling). Sebab apabila sampel yang diambil salah, maka penelitian

dikatakan gagal. Agar tidak gagal, peneliti harus pandai-pandai memilih metode

penarikan sampel setepat mungkin dan dapat memberikan hasil sebaik mungkin. Oleh

karena itu dapat dikatakan bahwa teknik sampling adalah merupakan teknik

Page 86: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

86

pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian

terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.

Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu

Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability Sampling meliputi:

simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random,

dan area random. Non Probability Sampling meliputi: sampling sistematis, sampling

kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball

sampling. Untuk lebih memudahkan pemahaman tentang pengelompokkan teknik

sampling maka digambarkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 6.1. Jenis-jensi Teknik Sampling

1. Probability Sampling (Metode Acak)

Probability sampling adalah teknik sampling (teknik pengambilan

sampel) yang memberikan peluang yang sama bagia setiap unsur (anggota)

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dalam probability sampling,

pemilihan sampel tidak dilakukan secara subyektif, dalam arti sampel yang

terpilih tidak didasarkan semata-mata pada keinginan si penelitin. Sehingga

Teknik

Sampling

Probability

Sampling

Non-probability

Sampling

1. Simple Random Sampling

2. Proportionate

Stratified random

sampling

3. Disproportionate

Stratified random

sampling

4. Area (cluster)

sampling (sampling

menurut daerah)

1. Sampling sistematis

2. Sampling kuota

3. Sampling aksidental

4. Purposive sampling

5. Sampling jenuh

6. Snowball Sampling

Page 87: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

87

setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama (acak) untuk terpilih

sebagai sampel. Dengan demikian diharapkan sampel yang terpilih dapat

digunakan untuk menduga karakteristik populasi secara objektif.

Di samping itu, teori-teori probabilitas (peluang) yang dipakai dalam

probability sampling memungkinkan peneliti untuk mengetahui bias yang

muncul dan sejauh mana bias yang muncul tersebut menyimpang dari perkiraan.

Hasil perhitungan yang diperoleh dapat digunakan untuk menyimpulkan variasi-

variasi yang mungkin ditimbulkan oleh tiap-tiap teknik sampling. Selain itu

untuk dapat menggunakan probability sampling, dibutuhkan kerangka sampel

(sampling frame) yaitu suatu daftar dari unit-unit sampling dalam rangka untuk

mendapatkan responden dengan peluang yang telah diketahui sebelumnya.

Teknik ini meliputi Simple random sampling (Penarikan Sampel Acak

Sederhana), Proportionate Stratified random sampling, Disproportionate

Stratified Random Sampling, dan Cluster Sampling.

a. Simple Random Sampling

Teknik simple random sampling adalah teknik yang paling

sederhana (simple). Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan

sampel anggota populasi dilakuakn secara acak tanpa memperhatikan

strata yang ada dalam populasi itu. Cara ini dilakukan bila anggota

populasi dianggap homogen. Teknik ini dapat digambarkan seperti

gambar berikut:

Gambar 6.2. Teknik Simple Random Sampling

Populasi

homogen

Sampel yang

representatif

Diambil secara

random

Page 88: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

88

b. Proportionate Stratified random sampling

Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsure

yang tidak homogen dan berstarata secara proporsional. Misalnya

populasi adalah dosen di suatu Fakultas adalah jumlah 90 orang, dan

tingkat kesalahan 5% diperoleh besar sampel adalah 73. Populasi sendiri

terbagi ke dalam tiga jenjang pendidikan yaitu (S1, S2 dan S3) yang

masing-masing berjumlah: S3 = 20, S2 = 60, S1 = 10. Maka jumlah

sampel yang diambil berdasarkan masing-masing bagian tersebut

ditentukan kembali dengan rumus : n = (populasi nkelas/jumlah populasi

keseluruhan) x jumklah sampel yang ditentukan.

S3 : 20/90 x 73 = 16,22 dibulatkan 16

S2 : 60/90 x 73 = 48,67 dibulatkan 49

S1 ; 10/90 x 73 = 8,11 dibulatkan 8

Sehingga dari keseluruhan sampel kelas tersebut adalah 16 + 49 +

8 = 73 sampel. Teknik ini umumnya digunakan pada populasi heterogen

(tidak sejenis) yang dalam hal ni berbeda tingkatan/strata. Oleh karena

itu strata atau kelompok diambil secara proporsional untuk memperoleh

besaran sampel pada masing-masing strata. Teknik ini dapat

digambarkan seperti pada gambar berikut :

Gambar 6.3. Teknik Stratified Random Sampling

c. Disproportionate Stratified Random Sampling

Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila

populasai berstrata tetapi kurang proposional. Misalnya pegawai dari PT

Populasi Berstrata Sampel yang

representatif

Diambil secara random

proporsional

Page 89: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

89

tertentu mempunyai, 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1,

800 orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat

S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok ini

terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan SMP.

d. Cluster Sampling

Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel

bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal

penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menetukan

penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan

sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.

Misalnya di Indonesia terdapat 27 propinsi, dan sampelnya akan

menggunakan 10 propinsi, maka pengambilan 10 propinsi itu dilakukan

secara random. Tetapi tentu diingat, karena propinsi-propinsi di

Indonesia itu berstrata maka pengambilan sampelnya stratified random

sampling. Teknik sampling daerah ini sering digunakan melali dua tahap,

yaitu tahap pertama menentukan sampai daerah, dan tahap berikutnya

menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.

2. Nonprobability Sampling (Metode Tak Acak)

Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel. Nonprobability sampling (penarikan sampel

secara tak acak) dikembangkan untuk menjawab kesulitan yang ditimbulkan

dalam menerapkan metode acak, terutama dalam kaitannya dengan pengurangan

biaya dan permasalahan yang mungkin timbul dalam pembuatan kerangka

sampel. Hal ini dapat dimungkinkan karena kerangka sampel tidak diperlukan

dalam pengambilan sampel secara nonprobability.

Sayangnya, ketepatan dari informasi yang dapat diperoleh juga akan

terpengaruh. Hasil dari non-probability sampling ini seringkali mengandung bias

dan ketidaktentuan yang bisa berakibat lebih buruk. Permasalahan yang muncul

ini tidak dapat dihilangkan dengan hanay menambah ukuran sampelnya. Alasan

inilah yang mengakibatkan keengganan para statistika untuk menggunakan

Page 90: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

90

metode ini. Adapun teknik sampel nonprobability Sampling meliputi: sampling

sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh dan snowball.

a. Sampling Sistematis.

Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel

berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut

yang berdasarkan nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun

nomor identitas tertenu, ruang dengan urutan yang seragam atau

pertimbangan sistematis lainnya. Adapun langkah-langkah untuk

melakukan systematic sampling, yaitu: (1). Tentukan kerangka sampling

yang mjemuat semua unit analisi; (2) Pilihlah secara acak suatu

konstanta K yaitu suatu bilangan antara nol sampai rasio sampling (N/n);

(3) Ambillah secara sistematis setiap elemen ke-K dari kerangka

sampling sebagai sampel penelitian.

Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari

semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai 100.

Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap

saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari

bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel adalah

nomor 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100.

b. Sampling Kuota

Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari

populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang

diinginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian tentang pendapat

masyarakat terhadap produk industri tertentu. Jumlah sampel kalau

pengumpulan data belum didasarkan pada 500 orang tersebut, maka

penelitian dipandang belum selesai, karena belum memenuhi kuota yang

ditentukan. Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang

terdiri atas 5 orang, maka setiap anggota kelompok harus dapat

menghubungi 100 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut dapat

mencari data dari 500 anggota sampel.

Page 91: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

91

c. Sampling Aksidental

Sampling Aksidental adalah teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu

dengan penelitian dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang

yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

d. Sampling Purposive

Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang

kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli

makanan. Atau penelitian tentang pola pembinaan olahraga renang.

Maka, sample yang diambil adalah pelatih renang yang dianggap

memiliki kompetensi di bidang ini. Teknik ini biasanya dilakukan pada

penelitian kualitatif.

e. Sampling Jenuh

Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila

jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30orang. Istilah lain sampel

jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

f. Snowball Sampling

Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-

mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola saljuyang

menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel,

pertama-tama dipilih satu atau dua orang, kemudia dua orang ini disuruh

memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya,

sehingga jumlah sampel semakin besar. Pada penelitian kualitiatif

banyak menggunakan sampel Purposive dan Snowball

Latihan

1. Jelaskan pengertian populasi!

2. Jelaskan pengertian sampel dan berikan contoh!

3. Jelaskan jenis-jenis sampling!

Page 92: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

92

Ringkasan

1. Populasi adalah keseluruhan elemen, atau unit penelitian, atau unit analisis yang

memiliki ciri atau karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian atau

menjadi perhatian dalam suatu penelitian (pengamatan)

2. Sampel adalah bagian dari jumlahdan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang

ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

3. Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan

sampel yang akan digunakan dalam penelitian terdapat berbagai teknik sampling

yang digunakan. Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua

yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling.

Sumber Lain

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif dan R&D,

Bandung: Alfabeta, 2008

Sugiarto, dkk., Teknik Sampling, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian; Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya Ilmiah,

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010

Page 93: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

93

BAB VII

JENIS-JENIS PENELITIAN

Kompetensi yang hendak dicapai :

Mahasiswa mampu menjelaskan penelitian sejarah

Mahasiswa mampu menjelaskan penelitian deskriptif

Mahasiswa mampu menjelaskan Grounded Research

Mahasiswa mampu menjelaskan Penelitian Tindakan atau Terapan

Mahasiswa mampu menjelaskan penelitian eksperimental

Media yang dapat digunakan :

In Focus / LCD dan Computer

A. Penelitian Sejarah

Ketika hendak melakukan penelitian, seorang peneliti dihadapkan pada pilihan

mengenai metode yanhg akan digunakannya. Pilihan yang diambil peneliti ditentukan

oleh sikap peneliti terhadap jenis-jenis metode tersebut. Sekalipun demikian, tidak

jarang ditemukan kasus bahwa pilihan mengenai metode penelitian tersebut disebabkan

tradisi komunitas ilmiah yang lebih menyukai jenis metode tertentu. Oleh karena itu,

dalam memilih metode penelitian, peneliti harus mempertimbangkan tujuan-tujuan

khusus dari jenis metode tersebut, latar belakang pemikiran, dan asumsi-asumsi yang

terdapat di belakang jenis metode tersebut.

Seperti diketahui bersama, validitas hasil penelitian, salah satunya ditentukan

oleh ketepatan peneliti dalam memilih metode penelitian. Metode penelitian merupakan

cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data yang objektif, valid dan reliable

sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah

dalam bidang tertentu. Penentuan jenis metode penelitian sangat berpengaruh terhadap

penentuan keseluruhan instrumen penelitian, baik jenis data, sumber data, ataupun alat

analisisnya.

Page 94: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

94

Oleh karena itu, metode penelitian umumnya dapat diklasifikasikan dari

berbagai cara dan sudut pandang yang secara keseluruhan saling memiliki hubungan

satu dnegan lainnya. Apabila didasarkan pada karakteristik dan kategori

permasalahannya, metode penelitian dapat diklasifikasikan pada tigas jenis metode

utama, yaitu: (1) metode historic; (2) metode deskriptif; (3) metode eksperimental

(Winarno Surakhmad, 1998: 132-162). Moh Nasir (1999: 54) menambahkan dua

metode yaitu: (4) metode grouded research; (5) metode penelitian tindakan. Berikut

akan dijelaskan tentang metode-metode penelitian tersebut.

Metode penelitian yang pertama adalah penelitian sejarah. Karena dalam setiap

lapangan ilmiah selalu terdapat perspektif yang perlu diteliti untuk memperoleh

kemampuan melihat masalah-masalah tertentu dari perspektif sejarah (Winarno

Surakhmad, 1998: 32). Penelitian sejarah adalah penelitian yang bermaksud membuat

rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan,

mengevaluasi, memverifikasi, serta mensintesiskan bukti-bukti untuk mendukung fakta

dalam memperoleh kesimpulan yang kuat. Penelitian sejarah berkenaan dengan analisis

yang logis terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung di masa lalu. Jadi, penelitian

tidak mungkin lagi mengamati kejadian yang akan diteliti. Walau demikian sumber

datanya bisa primer, yaitu orang terlibat langsung dalam kejadian itu.

Tujaun penelitian sejarah menurut Isaac (1981) adalah untuk merekonstruksi

kejadian-kejadian masa lampau secara sistematis dan obyektif, melalui pengumpulan,

evaluasi, verifikasi dan sintesa data diperoleh, sehingga dapat ditetapkan fakta-fakat

untuk membuat suatu kesimpulan. Namun demikian kesimpulan yang diperoleh sifatnya

masih hipotesis. Penelitian sejarah digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang:

kapang kejadian itu berlangsung, siapa pelakunya dan bagaimana prosesnya. Contoh:

penelitian untuk mengetahui sejarah perkembangan prestasi olahraga di Indonesia antara

tahun 1945 s/d 2012.

Penelitian sejarah memiliki beberapa ciri yaitu:

1. Penelitian sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data yang

diamanati penelitian sebelumnya

2. Data didominasi data primer dibandingkan data sekunder.

3. Data diperluas dengan menggali sumber-sumber yang belum digali, sumber-

sumber yang lebih tua tahunnya (masanya)

Page 95: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

95

4. Data harus jelas definisi, criteria, tempat, waktu, nama pengarah, penerbit,

dan sebagainya

5. Sumber data dapat berupa: (i)remain, yaitu tulisan-tulisan yang mempunyai

nilai sejarah atau peninggalan sejarah seperti perabot rumah tangga, perkakas

kantor dan sebagainya, dan (ii) dokumen, yaitu laporan, buku harian,batu

tulis, foto, dan lainnya.

Penelitian sejarah dapat ditujukan pada gagasan, individu, pergerakan atau suatu

institusi. Meskipun demikian, objek tersebut tidak dapat dipandang secara terpisan dan

sepotong-sepotong. Tidak ada yang dapat dijadikan objek penelitian sejarah tanpa

memperhitungkan interaksi dan hubungannya dengan gagasan, gerakan dan

kecendurngan yang hidup pada masanya. Secara umum, penelitian sejarah dapat

dilakukan dengan berbagai jenis studi, yaitu: studi komparatif historis, sutid legal atau

yuridis, studi bibliogrtafi dan studi biografi.

1. Studi komparatif historis, yaitu penelitian yang membandingkan faktor-

faktor dari fenomena-fenomena sejenis pada periode tertentu. Studi ini

bertujuan untuk menggambarkan hubungan perbandingan lebih dari suatu

fakta (fenomena) dalam rentang waktu dan tempat tertentu. Analisis historis

diperlukan untuk menggambarkan kronologi perkembangan, sedangakn

analisis komparatif diperlukan untuk menggambarkan nilai perbandingan

fakta tersebut. Contohnya adalah tentang Pertumbuhan dan perkembangan

Olahraga di Indonesia dari tahun 1900 – 2000.

2. Studi legal atau yuridis, yaitu penelitian sejarah yang menyelidiki tentang

hokum-hukum formal atau nonformal pada masa lalu, masa penjajahan,

masa kerajaan dibandingkan sekarang. Studi ini bertujuan untuk

menggambarkan proses lahirnya sebuah keputusan (hokum), direspons dan

ditanggapi, disosialisasikan dan dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.

Contohnya adalah Produk perundang-undangan Sistem Keolahragaan

Nasional tahun 2005, atau Kumpulan Peraturan Pemerintah tentang

Penyelenggaraan pertandingan Olahraga di Indonesia.

3. Studi Biografis, yaitu penelitian sejarah yang mengungkapkan tentang

kehidupan seseorang atau obyek yang menonjol untuk diteliti menyangkut

karakteristik, sifat, kehidupan beragama dan sebagainya. Studi ini bertujuan

Page 96: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

96

untuk mengumpulkan hasil-hasil pemikiran dalam bentuk dokumen pada

bidang ilmu tertentu. Berbeda dengan studi pustaka yang titik tekan

penelitiannya pada substansi materi, studi bibliografi ditujukan pada upaya

memahami dokumen dari sisi situasi dan waktu dokumen tersebut muncul.

Termasuk dalam studi ini, penyusunan kembali karya tertentu dari seorang

pemikir, atau menentukan dan menerbitkan kembali dokumen-dokumen tua

yang lama hilang, baik diterjemahkan kembali dokumen-dokumen tua yang

lama hilang, baik diterjemahkan atau tidak, baik diberi ataupun tidak.

Sumber data yang digali biasanya dari dokumentasi obyek yang diteliti bisa

berisi buku-buku harian, hasil karya, dan lainnya. Contoh: Pemikiran-

pemikiran tokoh-tokoh olahraga tentang Perkembangan Olahraga di

Indonesia.

4. Studi biografis, yaitu penelitian sejarah untuk mencari, menganalisis,

interpretasi (mengartikan), dan menggeneralisasikan fakta-fakat yang

merupakan pendapat para ahli dalam suatu masalah atau suatu organisasi.

Penelitian juga merekap, atau menghimpun karya-karya terdahulu untuk

diterbitkan kembali tetapi ditambah analisis, interpretasi dan rekomendasi.

Tujuan studi ini untuk menggali informasi tentang subjek tertentu (orang)

dan berusaha menjelaskan dengan teliti kenyataan hidupnya, pengaruh yang

diterimanya, serta sifat dan watak subjek yang diselidiki. Studi dapat

dilakuakan dari surat-surat yang pernah ditulisnya, buku harian, hasil karya

ataupun peristiwa yang digali dari orang-orang yang pernah dekat

dengannya. Contoh: Penelitian tentang perjuangan atlet-atlet bulutangkis.

Inti dari penelitian sejarah adalah upaya menyistematisasi fakta dan data masa

lalu melalui pembuktian, penafsiran, generalisasi dan juga penjelasan data melalui kritik

eksternal dan internal. Dengan demikian, penelitian dengan metode sejarah merupakan

penelitian kritis terhadap keadaan, perkembangan, serta pengalaman pada masa lampau

dengan menimbang secara teliti dan hati-hati terhadap validitas dari sumber-sumber

sejarah serta interpretasi dari sumber-sumber tersebut.

Page 97: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

97

B. Penelitian Deskriptif

Penelitian deskripsi atau survey adalah penelitian yang bermaksud membuat

‘penyandraan’ secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

populasi tertentu. Penelitian deskriptif ditujukan untuk memaparkan dan

menggambarkan dan memetakan fakta-fakta berdasarkan cara pandang atau kerangka

berpikir tertentu. Metode ini berusaha menggambarkan dan menginterpretasi apa yang

ada atau mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang berkembang,

proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau kecendrungan yang

tengah berkembang (Sumanto, 1995: 75).

Konsep yang terbatas melihat istilah deskriptif sebagai sekadar kegiatan yang

dangkal hanya terdiri atas pengumpulan data, tabulasi, dan penuturan dat. Sebenarnya,

sebagai sebuah metode penelitian, deskriptif memiliki pengertian yang lebih luas dan

dala. Oleh karena itu ada beberapa hal yang dipandang sebagai ciri pokok metode

deskriptif, yaitu:

1. Memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena.

2. Menerangkan hubungan (korelasi)

3. Menguji hipotesis yang diajukan

4. Membuat prediksi (forcase) kejadian

5. Memberikan arti atau makna atau implikasi pada suatu masalah yang diteliti.

6. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian

dianalisis (sehingga metode ini sering disebut metode analitik).

Pada hakikatnya, setiap penyelidikan mempunyai sifat deksriptif dan senantias

melakuakn proses analitik. Akan tetapi, pada metode deskriptif ini, proses deskripsi dan

analisis mendapat tempat yang sangat penting. Sebuah deskripsi dipandang sebagai

representasi objektif dari permasalahan yang diselidiki, sedangkan analisis deskriptif

dipandang sebagai penjelasan ilmiah yang menggunakan cara bepikir, cara pengupasan,

dengan referensi, dan titik tolak teori tertentu. Dengan demikian, secara umum, dalam

penggunaan metode deskriptif, secara umum akan ditemui langkah-langkah penelitian

berikut:

1. Mendeskripsikan masalah penelitian secara tegas sebab tujuan yang jelas

dalam penelitian dapat mengarahkan peneliti dalam mengumpulkan data-

datanya dan analisisnya.

Page 98: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

98

2. Menentukan prosedur penelitian, meliputi sasaran penelitian (populasi dan

sampel), teknik penentuan sumber datanya, dan teknik yang digunakan untuk

mengumpulkan data, pengolahan dat, dan analisisnya.

3. Mengumpulkan data dan menganalisis data. Pada tahapan ini, seorang

peneliti akan terlibat dengan sasaran penelitian dalam proses pendataan,

pengolahan, dan analisis untuk mencapai tujuan penelitian (Maman

Supriatman, 1997: 40).

Banyak ragam penggunaan metode deskriptif dalam penelitian. Beberapa jenis

metode deskriptif yang lazim digunakan adalah: Survei, Studi Kasus, Studi Komparatif,

Studi korelasional, Studi Kausal Komparatif, Analisis Isi (Content Analysis), Studi

waktu dan Gerakan (Time and Motion Study), Analisis Kerja dan Aktivitas (Job and

Activity analysis).

1. Survei.

Penelitian survey digunakan untuk melakukan penarikan kesimpulan

secara umum (generalisasi) dari sampel yang ditetnukan. Dalam penelitian ini,

sampel berfungsi sebagai penduga terhadap populasi penelitian. Penelitian

survey merupakan penyelidikan dengan gerak ke arah meluas dan merata.

Karena sampel besar yang dihadapi yang menggambarkan secara umum keadaan

sampel yang diselidiki. Contoh: penelitian tentang Sebaran Lulusan FIK UNJ

dalam lapangan kerja.

2. Studi Kasus.

Penelitian kasus adalah penelitian yang dilakukan untuk mengungkap

suatu keadaan secara mendalam, intensif, baik mengenai perseorangan, secara

individual, maupun kelompok, lembaga masyarakat. Karena sifat yang

mendalam dan mendetail ini studi kasus umumnya menghasilkan gambaran

yang longitudinal, yaitu hasil pengumpulan dan analisis data kasus dalam jangka

waktu tertentu (Winarno Surakhmad, 1998: 143). Satuan analisis dalam studi ini

dapat berupa seorang tokoh, keluarga, peristiwa, wilayah, pranata, kebudayaan

atau komunitas. Hal yang diutamakan dalam studi ini adalah keunikan satuan

analisis, bukuan generalisasi sejumlah satuan analisis (Cik Hasan Bisri, 1999:

57). Inti penelitian ini adalah mendeskripsikan suatu satuan yang unik atau

khusus. Contohnya: Pola Asuh anak dalam Keluarga Olahragawan.

Page 99: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

99

3. Studi Komparatif.

Penelitian komparatif adalah penelitian yang dilakukan untuk

menggambarkan dua atau lebih fakta dan sifat objek yang diteliti. Penelitian

dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta

tersebut berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Penelitian ini ditujukan untuk

membuat generalisasi tingkat perbandingan berdasarkan cara pandang atau

kerangka berpikir tertentu. Karena peneltiian komparatif dilakukan terhadap dua

atau lebih variabel penelitian.

4. Studi Korelasional

Penelitian korelasional berkaitan dengan pengumpulan data untuk

menentukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan

tingkat hubungannya. Setelah data dihimpun dan disusun secara sistematis, studi

korelasional berupaya mencari hubungan di antara vairabel-variabel yang

diteliti. Studi korelasional ditujukan untuk meneliti sejauh mana variabel pada

satu faktor berkaitan dengan variabel pada faktor lainnya. Jika hanya dua

variabel yang dihubungkan, studi korelasi disebut korelasi sederhana (simple

correlation), sedangkan studi korelasi lebih dari dua variabel yang dihubungkan

disebut korelasi berganda (multiple correlation).

5. Studi Kausal Komparatif (causal comparative research)

Penelitian kausal komparatif adalah jenis penelitian deskriptif yang ingin

mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat dengan menganlisa

faktor-faktor penyebab terjadinya atau munculnya suatu fenomena tertenu.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan penyebab atau alasan adanya

perbedaan perilaku atau status kelompok individual. Studi kausal komparatif

merupakan tindak lanjut dari korelasional.

Dalan penelitian pendidikan, penelitian kausal komparatif tepat

digunakan apabila penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan sebab akibat

dan pengaruh antara dua variabel. NIlai penelitian kausal komparatif terletak

pada upaya menggambarkan hubungan sebab akibat dan pengaruh tertenu

berdasarkan kerangka teori pendidikan tertentu. Contoh: Pengaruh Tingkat

Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Page 100: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

100

6. Analisis Isi (Content Analysis)

Analisis isi adalah teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan

mengolah pesan, atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis perilaku

komunikasi yang terbuka dari komunikator yang terpilih. Metode ini biasanya

digunakan dalam penelitian komunikasi. Namun, saat ini metode analisis isi

digunakan secara luas dalam penelitian lain mengingat metode ini sangat efisien

dan efektif, mendasar dan multiguna. Dengan menggunakan analisis isi, akan

diperoleh suatu hasil atau pemahaman terhadap berbagai isi pesan yang

disampaikan oleh media massa, kitab suci, atau sumber informasi lain secara

objektif, sistematis dan relevan.

7. Studi waktu dan Gerakan (Time and Motion Study).

Studi waktu dan gerakan adalah penelitian dengan metode deskriptif

yang berusaha untuk menyelidiki efisiensi produksi dengan mengadakan

studiyang mendetail tentang penggunaan waktu serta perilaku pekerja dalam

proses produksi. Gerakan-gerakan utama dalam pekerjaan diamati, dicatat,

dilukiskan serta dianalisa. Generalisasi dan interpretasi tentang waktu yang

digunakan serta gerak-gerak utama yang terjadi sehingga suatu kesimpulan

tentang gerak-gerak yang diperlukan dalam pekerjaan, gerak-gerak yang tidak

diperlukan yang dapat menghambat pekerjaan serta saran-saran dalam rangka

memperbaiki pekerjaan dan menambah efisiensi kerja.

8. Analisis Kerja dan Aktivitas (Job and Activity analysis).

Analisis kerja dan aktivitas (Job and Activity analysis) merupakan

penelitian dnegna metode deskriptif. Penelitian ini ditujukan untuk menyelidiki

secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia, dan hasil peneltiian tersebut

dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan

datang. Penelitian ini biasanya terkonsentrasi pada perilaku pekerja, buruh,

petani, karyawan pabrik, instansi perusahaan dan sebagainya baik dari sisi kerja

(job) ataupun aktivitasnya (activity). Data yang diperoleh akan dianalisis,

diinterpretasi, digeneralisasi, disimpulkan dan diimplikasikan.

Demikianlah secara umum jenis-jenis metode dalam penelitian deskriptif.

Berdasarkan dari uraian di atas, semua jenis penelitian di atas dapat juga

Page 101: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

101

diklasifikasikan berdasarkan jenis tempat pelaksanaan penelitian. Penelitian analisis isi

dapat dikategorikan sebagai penelitian perpustakaan, sedangkan jeni penelitian yang

lain masuk dalam kategori penelitian lapangan.

C. Penelitian Grounded Research

Penelitian grounded research merupakan suatu penelitian yang metodenya

dicetuskan oleh Glaser dan Strauss (1967). Pada dasarnya penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Penelitian grounded diperkenalkan sebagai manifestasi reaksi tajam

dan sekaligus member jalan keluar dari “stagnasi teori” dalam ilmu-ilmu sosial dengan

menitikberatkan pada aspek sosiologis. Penelitian dengan metode ini berbeda dengan

metode pada penelitian secara verifikasi, yaitu penelitian yang diawali dengan teori atau

sering dikatakan penelitian dengan pendekatan deduktif (penelitian yang diawali dari

hal yang bersifat umum (teori) lalu ditarik pada hal yang khusus (spesifik)). Oleh karena

itu, penelitian grounded research adalah penelitian yang diawali dari kondisi empirik

menuju pada kondisi yang umum atau sering dikatakan penelitian dengan pendekatan

induktif.

Metode penelitian grounded research merupakan reaksi terhadap metode

penelitian yang berasaskan verifikasi teori. Dalam grounded research, data meruapakn

sumber teori. Metode penelitian ini biasanya digunakan dalam penelitian antropologi.

Dalam dunia pendidikan, metode ini tepat digunakan apabila penelitian ditujukan untuk

memahami pola implementasi pendidikan. Oleh karena itu, metode penelitian grounded

research mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Generalisasi empiris.

2. Menetapkan konsep-konsep

3. Membuktikan dan mengembangkan teori

4. Menggunakan data sebagai sumber teori

5. Pengumpulan data tidak dilakukan secara random atau mekanik

6. Peneliti diharuskan berbaur dengan obyek yang akan diteliti agar terjamin

validitas datanya.

7. Pengumpulan data dan analisis data berjalan dilakukan secara bersama-sama.

Page 102: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

102

Akan tetapi metode penelitian grounded research mempunyai beberapa

kelemahan. Menurut Vredenbregt dalam Nazir (1999), kelemahan metode ini adalah

sebagai berikut:

1. Generalisasi yang dibuat sering mengandung bias, karena dalam grounded

research tidak menggunakan probability sampling.

2. Akhir dari penelitian bergantung pada subjektivitas penelitia.

3. Secara umum dapat disimpulkan bahwa teori yang diperoleh dalam

grounded research tidak didasarkan pada langkah-langkah sistematis melalui

siklus empiris dari metode ilmiah. Spekulasi dan sifat impresionistis (aliran

seni yang menekankan pemberian kesan pada pengapresiasiannya) menjadi

kelemahan utama grounded research, sehingga diragukan adanya

representativitas, validitas dan reliabilitas (reliability keadaan dapat

dipercaya) dari data.

4. Grounded research dapat disamakan dengan pilot studi atau explanatory

research (menyelidikia atau memeriksa) belaka

5. Karena memberikan definisi yang banyak menggunakna aksioma

(pernyataan) atau asumsi mereka sendiri, maka sukar sekali dinilai dengan

metode-metode umum lainnya yang sering dilakukan dalam penelitian

kemasyarakatan.

Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian grounded research bertolak belakang

dengan layaknya penelitian pada umumnya. Kalau penelitian umumnya diawali dengan

desain tertentu, namun grounded tidak demikian. Peneliti langsung ke lapangan,

semuanya dilaksanakan di lapgnan. Rumusan ditemukan di lapangan, hipotesis

senantiasa jatuh bangun di tempat data. Data merupakan sumber teori. Teori

berdasarkan data sehingga teori juga lahir dan berkembang di lapangan. Selain itu

grounded research dilaksanakan dengan tidak terdesain karena pendekatan utama yang

dilakukan adalah dnegan pendekatan induktif. Faktor subjektivitas cukup menonjol,

tetapi peneliti dituntut mempunyai sifat yang arif dan tidak apriori terhadap objek yang

diteliti, dan selalu bersifat skeptic (tidak mudah percaya). Pelaksanaan metode

penelitian grounded research ini digambarkan pada bagan berikut:

Page 103: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

103

Gambar 7.1. Pelaksanaan metode penelitian grounded research

Penelitian grounded research tidak hanya sekedar melakukan studi deskriptif

kualitatif atua sekedar studi eksplorasi yang membutuhkan penelitian lanjutan saja,

tetapi kewaspadaan yang tinggi harus dilakukan. Peneliti harus mampu membaca gejala-

gejala sosial yang diteliti dengan tepat agar mampu menyusun kategori-kategori dan

rumusan masalah yang akurat, hipotesis yang tajam, daya interpretasi dan argumentasi

yang kuat. Karena tujuan dari semua ini adalah agar teori yang dibangun melalui

grounded research mempunyai kredibilitas yang baik. Dan untuk mencapai itu, maka

peneliti harus mempunyai pemahaman atas teori dan konsep-konsep sebelumnya.

D. Penelitian Tindakan atau Terapan (Action Research)

Penelitian ini sering juga disebut dengan istilah Action Research. Kalau dilihat

dari fokus pendekatannya, maka penelitian ini lebih banyak pada hal-hal yang praktis.

Penelitian tindakan adalah suatu proses yang dilalui oleh perorangan atau kelompok

yang menghendaki perubahan dalam situasi tertentu untuk menguji prosedur yang

diperkirakan akan menghasilkan perubahan tersebut, dan kemudian setelah sampai pada

tahap kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, melaksanakan prosedur ini.

Penelitian tindakan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan

metode kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan dan

produktivitas lembaga dapat meningkat. Penelitian terapan tidak sekedar

memungkinkan ditemukannya kebenaran yang subyektif atau ilmiah, tetapi juga

memberikan jaminan yang tinggi bagi ditemukannya pemecahan masalah yang tepat

sebagai tindakan (action), dalam memperbaiki atau menyempurnakan suatu keadaan.

Penelitian terapan tidak berakhir sampai pada pembuktian, menerangkan atau

mengungkapkan tentang adanya sesuatu tetapi berlanjut sampai pada ungkapan;

bagaiamana sesuatu itu terjadi? Mengapa? Kapan? Seberapa besar?, dan lain-lain.

DATA

URAIAN BERDASARKAN DATA

ANALISIS MENJADI KONSEP DAN

HIPOTESIS BERDASARKAN DATA

TEORI YANG MENERANGKA

N DATA

Page 104: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

104

Conoth: penelitian untuk memperbaiki prosedur dan metode kerja dalam suatu

organisasi olahraga.

Adapun ciri-ciri dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian terapan meruapakn penelitian ilmiah, yang menekankan pada

aktivitas untuk menemukan kebenaran yang obyektif. Dimana kebenaran itu

harus didukung dan dibentengi dengan data empiris, baik yang bersifat

konkret maupun abstrak yang ditransformasikan menjadi data yang konkret.

Dengan kata lain penelitian terapan bukan pekerjaan trial and error. Data

sebagai bukti ilmiah untuk mendukung kebenaran hasil penelitian terapan

yang terbaik adalah yang berasal dari sumber-sumber primer agar keaslian

dan ketepatannya dapat dipercaya. Untuk itu ketepatan menetapkan populasi

sebagai sumber data menjadi sangat penting dalam penelitian terapan ini.

2. Penelitian terapan memerlukan penggunaan metode yang tepat atau relevan.

Metode merupakan prosedur kerja yang haru diikuti secara ketat dan cermat,

agar menghasilkan kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.

3. Penggunaan teori-teori yang bersifat terpakai (applied). Teori-teori dan

pengalaman itu tidak saja dipakai sebagai dasar pemikiran (kerangka teori),

tetapi juga dipergunaakn dalam menyusun kesimpulan dan implementasinya,

yang dihubungkan dengan data yang telah dihimpun.

4. Data yang dikumpulkan harus lengkap dan objektif. Data yang dikumpulkan

bukan berarti jumlah data tetapi ketepatan dan kualitas data yang

berhubungan dengan masalah.

5. Penelitian terapan, di samping memaparkan data, mengolah data juga

menginterpretasikannya baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

6. Pelaporan dipaparkan secara jelas, sistematis, objektif, rasional dan dapat

dipertanggunjawabkan.

Jadi dapat dinyatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu proses yang dilalui

oleh perorangan atau kelompok yang menghendaki perubahan dalam situasi tertentu

untuk menguji prosedur yang diperkirakan akan menghasilkan perubahan tersebut dan

kemudian setelah sampai pada tahap kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan,

melaksanakan prosedur ini. Tujuan utama penelitian ini adalah mengubah (1) situasi, (2)

perilaku, (3) organisasi termasuk struktur mekanisme kerja, iklim kerja dan pranata.

Page 105: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

105

E. Penelitian Eksperimental

Penelitian eksperimental adalah observasi di bahwa kondisi buatan (artificial

condition). Atau penelitian ekperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari

pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol

secara ketat. Adapun tujuan dari penelitian eksperimental adalah menyelidiki ada-

tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut

dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan (treatment) pada beberapa kelompok

eksperimental dan penyelidikan kontrol untuk perbandingan. Penelitian eksperimental

dapat mengubah teori-teori yang telah using. Percobaan-percobaan dilakuan untuk

menguji hipotesa serta untuk menemukan hubungan kausal yang baru.

Namun, meskipun hipotesa telah dapat diuji dengan percobaan, tetapi

penerimaan dan penolakan hipotesa bukanlah merupakan penemuaan suatu kebenaran

yang mutlak. Eksperimen atau percobaan bukanlah merupakan titik akhir atau tujuan

yang diinginkan dalam penelitian. Percobaan hanya merupakan suatu cara untuk

mencapai tujuan. Adapun perbedaan antara penelitian eksperimental dan penelitian ex

post facto. Penelitian ex post facto adalah penelitian secara empiris yang sistematik

dimana peneliti tidak mempunyai control langsung terhadap variabel-variabel bebas

(independent variable) karena manifestasi fenomena telah terjadi atau karena fenomena

sukar dimanipulasikan. Inferensi tentang hubungan antar variabel dibuat tanpa

intervensi langsung, tetapi dari variasi yang seiring (concomitant variation) dari variabel

bebas dengan variabel dependen.

Latihan

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penelitian sejarah!

2. Sebutkan ciri-ciri dan jenis-jenis penelitian sejarah!

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penelitian deskriptif!

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan!

5. Jelaskan perbedaan penelitian eksperimental dengan penelitian ex post facto!

Page 106: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

106

Ringkasan

1. Penelitian sejarah adalah penelitian yang bermaksud membuat rekonstruksi masa

lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,

memverifikasi, serta mensintesiskan bukti-bukti untuk mendukung fakta dalam

memperoleh kesimpulan yang kuat

2. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud membuat ‘penyandraan’

secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi

tertentu.

3. Penelitian Grounded Research adalah penelitian yang diawali dari kondisi empiric

menuju pada kondisi yang umum atau sering dikatakan penelitian dengan pendekatan

induktif.

4. Penelitian tindakan adalah suatu proses yang dilalui oleh perorangan atau kelompok

yang menghendaki perubahan dalam situasi tertentu untuk menguji prosedur yang

diperkirakan akan menghasilkan perubahan tersebut, dan kemudian setelah sampai

pada tahap kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, melaksanakan prosedur

ini.

5. Penelitian ekperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh

variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara

ketat. Adapun tujuan dari penelitian eksperimental adalah menyelidiki ada-tidaknya

hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan

cara memberikan perlakuan-perlakuan (treatment) pada beberapa kelompok

eksperimental dan penyelidikan kontrol untuk perbandingan.

Sumber Lain

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Pustaka Setia, 2011

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta, 2003

Masyhuri,MP., M. Zainuddin, MA., Metodologi Penelitian; Pendekatan Praktis dan

Aplikatif, Bandung: PT. Refika Utama, 2008

Page 107: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

107

BAB VIII

PENELITIAN KORELASIONAL

Kompetensi yang hendak dicapai :

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian penelitian korelasional

Mahasiswa mampu menjelaskan proses dasar penelitian korelasional

Mahasiswa mampu menjelaskan macam studi korelasional

Media yang dapat digunakan :

In Focus / LCD dan Computer

A. Pengertian Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional menggambarkan suatu pendekatan umum untuk

penelitian yang berfokus pada penaksiran pada kovariasi diantara variabel yang muncul

secara alami. Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mengidentifikasi hubungan

prediktif dengan menggunakan teknik korelasi atau teknik statistik yang lebih canggih.

Hasil penelitian korelasional juga mempunyai implikasi untuk pengambilan keputusan,

seperti tercermin dalam penggunaan prediksi aktuarial secara tepat. Keterbatasan yang

paling besar dari penelitian korelasional adalah masalah penafsiran hubungan kausal

(Zechmester,2000: 1).

Menurut Gay (1981 : 183) penelitian korelasional kadang-kadang diperlakukan

sebagai penelitian deskriptif, tertutama disebabkan penelitian korelasional

mendeskripsikan sebuah kondisi yang telah ada. Bagaimanapun, kondisi yang

dideskripsikan berbeda secara nyata dari kondisi yang biasanya dideskripsikan berbeda

secara nyata dari kondisi yang biasanya dideskripsikan dalam laporan diri atau studi

observasi; suatu studi tingkatan dimana variabel-variabel berhubungan. Peneliti

korelasional melibatkan pengumpulan data untuk menentukan apakah, dan untuk

tingkatan apa, terdapat hubungan antara dua atau lebih variabel yang dapat

dikuantitatifkan. Tingkatan hubungan diungkapkan sebagai suatu konfisien korelasi.

Jika terdapat hubungan ara dua variabel, maka itu berarti bahwa skor didalam rentangan

Page 108: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

108

tertentu pada suatu pengukuran berasosiasi dengan skor di dalam rentangan tertentu

pada pengukuran yang lain. Sebagai contoh, terdapat korelasi antara inteligensi dan

prestasi akademik subjek yang skornya tinggi pada tes inteligensi cenderung memiliki

rata-rata prestasi akademik yang tinggi pula, sebaliknya subyek yang skornya rendah

pada tes inteligensi cenderung pula memiliki rata-rata prestasi akademik yang rendah.

Tujuan studi korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau

untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi (Gay, 1981: 183).

Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya

berhubungan dengan suatu variabel mayor seperti hasil belajar. Variabel yang ternyata

tidak mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya ; variabel

yang mempunyai hubungan yang tinggi disarankan untuk diteliti lebih lanjut dengan

metode kausal komparatif (ex post facto) atau metode eksperimental untuk menentukan

jika hubungan tersebut adalah kausal. Sebagai contoh, terdapat fakta bahwa hubungan

antara konsep diri dan hasil belajar tidak mengimplikasikan bahwa konsep

dirimemengaruhi hasil belajar atau hasil belajar memengaruhi konsep diri. Tanpa

memerhatikan apakah suatu hubungan bersifat sebab akibat, eksistensi hubungan yang

tinggi mengizinkan adanya prediksi.

Studi korelasional melengkapi penaksiran seberapa tepat hubungan dua variabel.

Jika dua variabel mempunyai hubungan yang tinggi, koefisien korelasi mendekati +

1,00 (atau-1,00) akan diperoleh; jika dua variabel tidak mempunyai hubungan, suatu

koefisien korelasi mendekati 0,00 akan ditemukan. Semakin tinggi hubungan dua

variabel, semakin akurat prediksi yang didasarkan pada hubungan tersebut. Sementara

untuk hubungan yang agak sempurna, sejumlah variabel cukup memadai untuk

membolehkan prediksi yang bermanfaat (Gay, 1981: 184).

Penelitian survei mengilustrasikan prinsip-prinsip penelitian korelasional dan

melengkapinya dengan cara yang tepat dan efektif untuk mendeskripsikan pemikiran,

pendapat, dan perasaan orang. Berbagai survei berbeda dalam tujuan dan ruang lingkup,

tetapi secara umum semuanya melibatkan sampling. Hasil yang diperoleh untuk suatu

sampel yang dipilih secara hati-hati dipergunakan untuk mendeskripsikan seluruh

populasi objek penelitian yang menarik perhatian kita. Survei juga juga melibatkan

penggunaan suatu set pertanyaan awal yang pada umumnya berbentuk kuesioner

(Zechmester, 2000: 1).

Page 109: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

109

Terdapat tiga metode survei umum, yaitu survei pos, wawancara personal, dan

wawancara telepon. Survei pos digunakan untuk mengihindari masalah bias

pewawancara dan sangat cocok untuk pengujian topik bersifat pribadi atau yang

memalukan. Masalah bias respons merupakan keterbatasan serius dari survei pos.

Wawancara personal dan survei telepon biasanya memiliki tingkat respons yang lebih

tinggi dan melengkapi fleksibilitas yang lebih besar. Survei telepon merupakan metode

pilihan untuk kebanyakan survei singkat.

Penelitian survei dilakukan menurut perencanaan yang disebut rancangan

penelitian. Terdapat tiga rancangan penelitian survei, rancangan lintas-seksional (the

cross-sectional design), rancangan sampel bebas suksesif (the successive independent

samples design), dan rancangan longitudinal (the longtudinal design). Rancangan

penelitian lintas seksional berfokus pada pendeskripsian karakteristik dari suatu

populasi atau perbedaan antara dua atau lebih populasi pada satu titik waktu.

Pendeskripsian perubahan pada sikap atau opini pada waktu yang lama (panjang)

memerlukan penggunaan rancangan sampel bebas suksesif atau rancangan longtudinal.

Rancangan longtudinal biasanya lebih disukai karena memungkinkan peneliti untuk

menilai perubahan individu secara khusus dan menghindari masalah sampel suksesif

yang tak dapat dibandingkan (noncomparable successive samples).

Sehingga dapat dikatakan bahwa, metode korelasional memungkinkan para

peneliti menganalisis hubungan antara sejumlah besar variabel dalam sautu studi

tunggal. Koefisien korelasi memberikan ukuran tingkat dan arah hubungan. Penggunaan

metode korelasional ditujukan (1) untuk mengungkapkan hubungan antar variable dan

(2) untuk memprediksikan skor subjek pada suatu variabel melalui skor pada variabel

lain.

B. Proses Dasar Penelitian Korelasional

Adapun proses dasar penelitian korelasional mnurut Gay (1981) sebagai berikut:

1. Pemilihan Masalah

Studi korelasional dapat dirancang untuk menentukan variabel mana dari

suatu daftar yang mungkin berhubungan maupun untuk menguji hipotesis mengenai

hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan harus diseleksi berdasarkan

Page 110: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

110

penalaran deduktif dan penalaran induktif. Dengan kata lain, hubungan yang akan

diselidiki harus didukung oleh teori atau diturunkan dari pengalaman.

2. Sampel dan Pemilihan Instrumen

Sampel untuk studi korelasional dipilih dengan menggunakan metode

sampling yang dapat diterima, dan 30 subjek dipandang sebagai ukuran sampel

minimal yang dapat diterima. Sebagaimana suatu studi, adalah penting untuk

memilih dan mengembangkan pengukuran yang valid dan reliabel terhadap variabel

yang akan diteliti. Jika variabel yang tidak memadai dikumpulkan, koefisien

korelasi yang dihasilkan akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang tidak akurat.

Selanjutnya, jika pengukuran yang digunakan tidak secara nyata mengukur variabel

yang diinginkan, koefisien yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan

yang diinginkan. Sebagai contoh, anda ingin menentukan hubungan antara hasil

belajar matematika dengan hasil fisika. Jika anda memilih dan mengkoreksi yang

dihasilkan tidak akan menjadi estimasi akurat dari hubungan yang diinginkan.

Keterampilan berhitung hanya merupakan satu jenis hasil belajar matematika;

koefisien korelasi yang dihasilkan akan mengidikasikan hubungan antara hasil

belajar fisika dan satu jenis dari hasil belajar matematika, yaitu keterampilan

berhitung. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam memilih dan menggunakan

instrumen yang valid dan reliabel untuk tujuan penelitian kita

3. Desain dan Prosedur

Desain korelasional dasar tidaklah rumit, dua atau lebih skor yang diperoleh

dari setiap jumlah sampel yang dipilih, satu skor untuk setiap variabel yang teliti,

dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang dihasilkan

mengindikasikan tingkatan/derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Studi

yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa pengguna prosedur

statistik yang kompleks, namun desain dasar tetap sama dalam semua studi

korelasional.

4. Analisis Data dan Interpretasi

Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien korelasi. Suatu

koefisien korelasi angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00 atau – 0,00 dan – 1,00,

yang mengindikasikan derajat hubungan dua variabel. Jika koefisien mendekati

Page 111: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

111

+ 1,00; kedua variabel tersebut mempunyai hubungan positif. Hal ini berarti bahwa

seorang dengan skor yang tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang

rendah pula pada variabel yang lain; suatu peningkatan pada suatu variabel

berhubungan/diasosiasikan dengan peningkatan pada suatu variabel lain. Jika

koefisien korelasi tersebut mendekati 0,00, kedua variabel tidak berhubungan. Hal

ini berarti bahwa skor seseorang pada suatu variabel tidak mengidikasikan skor

orang tersebut pada variabel lain. Jika koefisien tersebut mendekati -1,00, kedua

variabel memiliki hubungan yang sebaliknya (negatif). Hal ini berarti bahwa

seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang rendah

pada variabel lain; peningkatan pada suatu akan diasosiasikan dengan penurunan

pada variabel lain, dan sebaliknya (Gay, 1981: 185).

Interprestasi suatu koefesien korelasi tergantung pada bagaimana ia akan

digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar ia diperlukan agar bermanfaat

tergantung pada tujuan perhitungannya. Dalam studi yang dirancang untuk

menyelidiki atau hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefesien korelasi

diinterprestasikan dalam istilah signfikansi statistiknya. Dalam studi prediksi,

signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan

prediksi yang akurat. Signfikansi statistik mengacu pada apakah kofesien yang

diperoleh berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan suatu hubungan

yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan; keputusan berdasarkan

signifikansi statistik dibuat pada suatu level kemungkinan (probability) yang

diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan ukuran sampel yang diberikan, anda tidak

dapat menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan. Untuk

menentukan signfikansi statistik, anda hanya mengonsultasikannya pada tabel yang

dapat mengatakan pada anda seberapa besar koefisien anda diperlukan untuk

menjadi signifikan pada level probabilitas yang diberikan, dan ukuran sampel anda

yang diberikan.

Untuk level probabilitas yang sama, atau level signifikansi yang sama,

koefiosien yang besar diperlukan bila sampel yang lebih kecil dilibatkan. Kita secara

umum memiliki lebih banyak bukti dalam koefesienyang didasarkan pada 100

subjek daripada 10 subjek. Dengan demikian, sebagai contoh , pada level bukti 95%,

dengan 10 kasus, anda akan memerlukan sekurangnya koefesien 0,6319 agar dapat

Page 112: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

112

menyimpulkan eksistensi suatu hubungan; dipihak lain, dengan 102 kasus anda

hanya memerlukan koefisien 0,1946. Konsep ini berarti bahwa anda memerhatikan

kasus tersebut ketika anda akan mengumpulkan data pada setiap anggota populasi,

bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan, dan

tanpa memperhatikan seberapa kecil koefisien korelasi yang ada, itu akan mewakili

derajat korelasi yang benar antara variabel untuk populasi tersebut.

Ketika penginterpresian suatu koefisien korelasi, anda harus selalu ingat

bahwa anda hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat.

Koefisien korelasi yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab akibat,

tetapi tidak menetapkannya, yaitu eksperimen. Bila seseorang menemukan

hubungan yang dekat antara dua variabel, hal itu disebabkan lain. Dalam kenyataan,

itu mungkin tidak salang mempengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang

memengaruhi kedua variabel.

Berikut akan diberikan contoh penelitian korelasional dengan judul

penelitian: Hubungan antara Kekuatan Tangan dan Daya Tahan Otot Kaki

Terhadap Prestasi Renang Gaya Bebas 50 Meter

Masalah penelitian:

a. Apakah terdapat hubungan antara kekuatan tangan dengan pretasi renang

gaya bebas 50 meter?

b. Apakah terdapat hubungan antara daya tahan otot kaki terhadap prestasi

renang gaya bebas 50 meter?

c. Apakah terdapat hubungan antara kekuatan tangan dan daya tahan otot

kaki terhadap prestasi renang gaya bebas 50 meter?

Kajian Teoretis

Teori-teori yang dikemukakan dalam penelitian ini menyangkut variabel

penelitian yang meliputi kekuatan tangan, daya tahan otot kaki dan prestasi

renang 50 meter gaya bebas.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teoretis dan penyusunan kerangka berpikir tentang

asumsi hubungan antara variabel bebas dengan varibel terikat baik secara

Page 113: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

113

terpisah maupun secara bersama-sama, maka peneliti mengajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

a. Terdapat hubungan antara kekuatan tangan dengan pretasi renang gaya

bebas 50 meter

b. Terdapat hubungan antara daya tahan otot kaki terhadap prestasi renang

gaya bebas 50 meter

c. Terdapat hubungan antara kekuatan tangan dan daya tahan otot kaki

terhadap prestasi renang gaya bebas 50 meter

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan

korelasional. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kekuatan tangan (X1)

dan daya tahan otot kaki (X2). Sementara itu, variabel terikatnya adalah prestasi

renang gaya bebas 50 meter (Y).

Penelitian ini dilakukan di FIK UNJ dengan unit analisis mahasiswa

Klub Renang FIK UNJ yang dilakukan mulai dari bulan Januari sampai dengan

bulan Juli 2011.

Pengambilan sampel sebanyak 60 mahasiswa dilakukan secara acak dari

populasi mahasiswa klub renang FIK UNJ yang berjumlah 100 orang. Instrumen

yang digunakan untuk mengumpulkan data dari kedua variabel adalah tes

pengukuran. Sedangkan prestasi renang gaya bebas 50 meter sebagai variabel

terikat didasarkan pada catatan waktu yang diambil pada saat mereka melakukan

renang gaya bebas 50 meter.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

regresi sederhana, korelasi sederhana, regresi ganda, korelasi ganda dan korelasi

parsial.

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian, maka temuan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Terdapat hubungan positif antara kekuatan tangan dengan pretasi renang

gaya bebas 50 meter

Page 114: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

114

b. Terdapat hubungan positif antara daya tahan otot kaki terhadap prestasi

renang gaya bebas 50 meter

c. Terdapat hubungan positif antara kekuatan tangan dan daya tahan otot

kaki terhadap prestasi renang gaya bebas 50 meter

Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa prestasi renang gaya bebas 50

meter dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kekuatan tangan dan daya tahan

otot kaki.

C. Macam Studi Korelasional

1. Studi Hubungan

Studi hubungan dilakukan dalam suatu usaha memperoleh pemahaman faktor-

faktor atau variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks, seperti hasil

prestasi olahraga, motivasi, dan konsep diri. Variabel yang diketahui tidak berhubungan

dapat dieliminasi dari perhatian/pertimbangan selanjutnya. Identifikasi variabel yang

berhubungan membantu beberapa tujuan utama. Pertama, studi demikian memberikan

arah untuk melanjutkan studi kausal-komparatif atau eksperimental. Studi eksperimental

mahal dalam lebih dari satu cara; studi korelasional merupakan cara yang efektif

mengurangi studi eksperimental yang tidak menguntungkan dan menyarankan sesuatu

yang secara potensial produktif.

Dalam studi kausal-komperatif dan eksperimental, peneliti juga berkonsentrasi

terhadap pengontrolan variabel selain variabel bebas, yang mungkin berhubungan

dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya yang tidak akan bercampur

dengan variabel bebas. Studi hubungan membantu peneliti mengindentifikasi variabel-

variabel seperti itu untuk mengontrolnya, dan selanjutnya menyelidiki pengaruh

variabel yang sesungguhnya. Jika anda tertarik dalam membandingan keefektifan

metode yang berbeda dari pengajaran membaca untuk kelas 1, misalnya anda barangkali

ingin mengontrol perbedaan awal dalam kesiapan membaca.

2. Studi Prediksi

Jika dua variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel

dapat digunakan untuk memprediksikan skor pada satu variabel yang lain. Peringkat

SMA, sebagai contoh, dapat digunakan untuk memprediksikan peringkat di Perguruan

tinggi. Variabel yang menjadi dasar perbuatan prediksi diacu sebagai prediktor, dan

Page 115: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

115

variabel yang diprediksikan diacu sebagai kriteria. Studi prediksi sering dilakukan untuk

memudahkan pengambilan kesimpulan mengenai individu.

Studi prediksi juga dilakukan untuk menguji hipotesis teoretis mengenai variabel

yang dipercaya menjadi prediktor suatu kriteria, dan untuk menentukan validitas

prediktif instrumen pengukuran individual. Sebagai contoh, hasil studi prediksi

digunakan untuk memperediksikan level kesuksesan yang mungkin dicapai individu

dalam mata pelajaran tertentu seperti, aljabar pada tahun pertama untuk

memperediksikan individu mana yang yang mungkin berhasil di perguruan tinggi atau

dalam bidang suatu program pelatihan pekerjaan, dan untuk memprediksikan dalam

bidang studi mana seseorang individu mungkin paling sukses, dengan demikian hasil

studi prediksi digunakan oleh sejumlah kelompok disamping para peneliti, seperti

konsultan, dan personil perizinan.

Jika beberapa variabel prediktor masing-masing mempunyai hubungan dengan

suatu variabel kriteria. Prediksi yang didasarkan pada kombinasi dari variabel tersebut

akan lebih akurat daripada didasarkan pada salah satu darinya. Sebagai contoh, prediksi

keberhasilan di perguruan tinggi biasanya didasarkan pada kombinasi beberapa faktor,

seperti peringkat di SMA, rangking dalam peringkat kelas, dan skor pada ujian masuk

perguruan tinggi. Walaupun terdapat beberapa perbedaan utama antara studi prediksi

dan studi hubungan, keduanya melibatkan penentuan hubungan, keduanya melibatkan

penentuan hubungan antara sejumlah variabel yang didetifikan dan variabel kompleks.

3. Korelasi dan kausalitas

Penelitian korelasi mengacu pada studi yang bertujuan untuk

mengungkapkan hubungan antar variabel melalui penggunaan statistik korelasional (r).

Kuadrat dari koefisien korelasi menghasilkan varians yang dijelaskan (r-square). Suatu

hubungan korelasional antara dua variabel kadang-kadang merupakan hasil dari sumber

lain, jadi kita harus hati-hati dan ingat bahwa korelasi tidak harus menjelaskan sebab

dan akibat. Jika suatu hubungan yang kuat ditemukan antara dua variabel, kausalitas

dapat diuji melalui penggunaan pendekatan eksperimental (LaMar, 2004:1).

Berbagai rancangan penelitian korelasional didasarkan pada asumsi bahwa

realitas lebih baik dideskripsikan sebagai suatu jaringan timbal balik dan

penginteraksian daripada hubungan kausal. Sesuatu memengaruhi – dan dipengaruhi

Page 116: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

116

oleh – sesuatu yang lain. Jariangan hubungan ini tidak linear, seperti dalam penelitian

eksperimental (Davis, 1997:1).

Dengan demikian, dinamika suatu sistem – bagaimana setiap bagian dari

keseluruhan sistem memengaruhi setiap bagian yang lain – lebih penting dari kausalitas.

Sebagai suatu kaidah, rancangan korelasional tidak mengindikasikan kausalitas.

Walaupun, beberapa rancangan korelasional seperti analisis jalur (path analysis) dan

rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design) membolehkan pernyataan-

pernyataan kausal. Penelitian korelasional adalah penelitian kuanitatif.

Latihan

1. Jelaskan pengertian penelitian korelasional!

2. Jelaskan secara singkat proses dasar penelitian korelasional

3. Jelaskan macam studi korelasional!

Ringkasan

1. Penelitian korelasional menggambarkan suatu pendekatan umum untuk penelitian

yang berfokus pada penaksiran pada kovariasi diantara variabel yang muncul secara

alami. Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mengidentifikasi hubungan

prediktif dengan menggunakan teknik korelasi atau teknik statistik yang lebih

canggih.

2. Hasil penelitian korelasional juga mempunyai implikasi untuk pengambilan

keputusan, seperti tercermin dalam penggunaan prediksi aktuarial secara tepat.

Keterbatasan yang paling besar dari penelitian korelasional adalah masalah

penafsiran hubungan kausal

3. Studi korelasional melengkapi penaksiran seberapa tepat hubungan dua variabel.

Jika dua variabel mempunyai hubungan yang tinggi, koefisien korelasi mendekati +

1,00 (atau-1,00) akan diperoleh; jika dua variabel tidak mempunyai hubungan, suatu

koefisien korelasi mendekati 0,00 akan ditemukan.

Page 117: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

117

4. Adapun proses dasar penelitian korelasional adalah: (a) Pemilihan Masalah; (b)

Sampel dan Pemilihan Instrumen; (c) Desain dan Prosedur; (d) Analisis Data dan

Interpretasi.

Sumber Lain

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan; Kuantitatif & Kualitatif, Jakarta: PT.

RajaGrafindo Perkasa, 2009

Soehardi Sigit, Pengantar Metodologi Penelitian; Sosial – Bisnis – Manajemen,

Yogyakarat: Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa, 1999

Page 118: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

118

BAB IX

PENELITIAN EKSPERIMEN

Kompetensi yang hendak dicapai :

Mahasiswa mampu menjelaskan definisi penelitian eksperimen

Mahasiswa mampu menjelaskan kriteria dan ciri khas penelitian eksperimen

Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis penelitian eksperimen

Mahasiswa mampu menjelaskan cara dan prosedur penelitian eksperimen

Media yang dapat digunakan :

In Focus / LCD dan Computer

A. Definisi Penelitian Eksperimen

Penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab pertanyaan

“jika kita melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara ketat maka apakah

yang akan terjadi?”. Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu

keadaan yang di control secara ketat maka kita memerlukan perlakuan (treatment) pada

kondisi tersebut dan hal inilah yang dilakukan pada penelitian eksperimen. Sehingga

penelitian eksperimen dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk

mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan (Sugiono : 2010).

Menurut Solso & MacLin (2002), penelitian eksperimen adalah suatu penelitian

yang di dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk

mempelajari hubungan sebab-akibat. Sedangkan Wiersma (1991:99) mendefinisikan

eksperimen sebagai suatu penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang

disebut sebagai variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti. Oleh karena

itu, penelitian eksperimen erat kaitanya dalam menguji suatu hipotesis dalam rangka

mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok yang

dikenakan perlakuan.

Page 119: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

119

Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk menetapkan hukum sebab-akibat

dengan mengisolasi variabel kausal. Dalam studi eksperimental, peneliti memanipulasi

paling sedikit satu variabel, mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengobservasi

efek/pengaruhnya terhadap satu atau lebih variabel terikat. Peneliti menentukan “siapa

memperoleh apa”, kelompok mana dari subjek yang memperoleh perlakuan mana.

Manipulasi variabel bebas merupakan salah satu karakteristik yang membedakan

penelitian eksperimental dari penelitian lain.

Variabel bebas juga diacu sebagai variabel eksperimental. Variabel penyebab

atau variabel perlakuan yang aktivitas atau karakteristiknya dipercaya membuat suatu

perbedaan. Dalam penelitian pendidikan variabel yang biasa dimanipulasi termasuk

metode pengajaran, jenis penguatan (reinforcement), pengaturan lingkungan belajar,

jenis materi belajar dan ukuran kelompok belajar. Variabel terikat juga diacu sebagai

variabel criteria atau variabel pengaruh, yaitu hasil dari studi. Perubahan atau perbedaan

dalam kelompok sebagai suatu hasil manipulasi variabel bebas.

B. Ciri khas Penelitian Eksperimen

Danim (2002) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimen, yaitu :

1. Variabel-veniabel penelitian dan kondisi eksperimen diatur secara tertib ketat

(rigorous management), baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi

langsung, maupun random (acak).

2. Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan

dengan kelompok eksperimen.

3. Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk

memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian,

meminimalkan variansi variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil

eksperimen, tetapi tidak menjadi tujuan penelitian. Di samping itu, penelitian ini

meminimalkan variansi kekeliruan, termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu,

sebaiknya pemilihan dan penentuan subjek, serta penempatan subjek dalarn

kelompok-kelompok dilakukan secara acak.

Page 120: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

120

4. Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian

eksperimen, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimen yang dilakukan

pada saat studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan.

5. Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana

kerepresentatifan penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan

menggeneralisasikan pada kondisi yang sama.

6. Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang

secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.

Selain itu, dalam penelitian eksperimen ada tiga unsur penting yang harus

diperhatikan dalam melakukan penelitian ini, yaitu mnaipulasi, control/pengendalian

dan pengamatan.

1. Manipulasi

Manipulasi langsung peneliti terhadap sekurang-kurangnya satu variabel

bebas merupakan salah satu karakteristik yang membedakan semua penelitian

eksperimental dari metode penelitian lain. Manipulasi secara sederhana dimaksudkan

bahwa peneliti memutuskan apa bentuk atau nilai-niali variabel bebas (atau sebab)

yang akan diambil dan kelompok mana akan mendapatkan bentuk yang mana.

Namun perlu diperhatikan bahwa ada variabel bebas yang dapat dimanipulasi tetapi

ada juga variabel bebas yang tidak dapat dimanipulasi. Contohnya variabel bebas

yang dapat dimanipulasi adalah metode pengajaran dan ukuran besar kelompok.

Sedangkan variabel bebas yang tidak dapat dimanipulasi adalah jenis kelamin atau

status sosial ekononomi. Oleh karena itu, agar dapat memanipulasi suatu variabel,

peneliti yang harus menentukan siapa akan menjadi apa atau siapa akan mendapat

apa.

2. Pengendalian

Pengendalian mengacu pada usaha-usaha pihak peneliti untuk

menyingkirkan pengaruh suatu variabel (selain variabel bebas) yang dapat

memengaruhi performansi pada variabel terikat. Dengan kata lain, peneliti ingin agar

kelompok sedapat mungkin sama, dnegan demikian perbedaan utama di antara

mereka hanyalah variabel bebas, perbedaan yang disebabkan oleh peneliti. Untuk

melukiskan pentingnya pengendalina, anggaplah kita melaksanakn suatu studi untuk

Page 121: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

121

membandingkan keefektifan metode latihan antara latihan squat dengan latihan leg

press dalam peningkatan kekuatan otot kaki.

Sekarang anggaplah metode latihan squat diberikan setiap 3 x seminggu

pada setiap anggota kelompoknya, sedangkan metode latihan leg press diberikan

setiap 2 x seminggu pada setiap anggota kelompoknya. Apakah perbandingan ini

berimbang? Tentu saja tidak. Subjek dengan metode latihan squat menerima latihan

lebih banyak dari subjek dengan metode latihan leg press (3 x seminggu berbanding

2 x seminggu). Dengan demikian, satu variabel yang harus dikendalikan adalah

waktu. Agar perbandingannya adil, anggota dari kedua kelompok harus menerima

latihan dalam jumlah yang sama. Dengan demikian, peneliti dapat membandingkan

keefektifan perbedaan jenis latihan, bukan perbedaan banyakny>

Contoh di atas hanya salah satu jenis factor yang harus diperhatikan dalam

perencanaan eksperimen. Peneliti berjuang untuk menjamin bahwa karakteristik dan

pengalaman kedua kelompok sedapat mungkin sama pada semua variabel, kecuali,

tentu saja, variabel bebas.

3. Pengamatan

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh manipulasi variabel bebas terhadap

variabel terikat dalam suatu penelitian eksperimental, pengamatan perlu dilakukan.

Pengematan dilakukan pada ciri-ciri tingkah laku subjek yang diteliti. Dalam

melakukan pengamatan ini peneliti melakukan pengukuran dengan menggunakan

instrumen. Sebagai contoh, bila peneliti melakukan penelitian eksperimen untuk

mengetahui apakah metode tertentu mempunyai pengaruh terhadap prestasi olahraga,

maka setelah pelaksanaan perlakuan dilakukan pengukuran pada prestasi olahraga

pada kedua kelompok eksperimental dan kelompok control dengan menggunakan tes

untuk mengukur prestasi tersebut. Hasil tes kemudian dibandingkan untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan.

C. Jenis-jenis Penelitian Eksperimen

Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam

penelitian eksperimen, yaitu: Pre-Experimental design, True Experimental Design,

Factorial Design, dan Quasi Experimental Design. Hal ini dapat digambarkan seperti

gambar berikut:

Page 122: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

122

Gambar 9.1. Jenis-jenis Design Experiment

1. Pre-Experimental Designs (nondesigns)

Dikatakan pre-experimental designs, karena design ini belum merupakan

eksperimen sungguh-sungguh. Mengapa? Karena masih terdapat variabel luar yang

ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen

yang merupakan vairabel dependen itu bukan semat-mata dipengaruhi oleh varaibel

independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanyavarabel control, dan sampel

tidak dipilih secara random.Pre-experimental designs mempunyai beberapa macam

bentuk yaitu:

1. One-Shot Case Study

Paradigman dalam desain ini dapat digambarkan seperti berikut:

X = treatment yang diberikan (variabel independen)

0 = Observasi (Variabel dependen)

Macam Design

Eksperimen

Pre-

Experimental

True-

Experimental

Factorial

Experimental

Quasi

Experimental

One-shot Case Studi

One Group Pretest-Posttest

Intec- Group Comparison

Posttest Only Control Design

Pretest-Control Group Design

Time – Series Design

NonEquivalent Control Group

Design

X . 0

Page 123: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

123

Paradigma itu dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok

yang diberikan treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya.

(Treatment adalah sebagai variabel independen, dan hasil adalah sebagai

variabel dependen).

Contoh:

Pengaruh Metode latihan leg press (X) terhadap kekuatan otot kaki (O)

Terdapat kelompok mahasiswa yang diberikan latihan leg press,

kemudian setelah selesai diukur kekuatan otot kakinya.

2. One-Group Pretest-Posttest Design

Kalau pada design One-shot Case Study tidak ada pretest, maka ada

design ini terdapat pretest, sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil

perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan

keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

O1 = nilai pretest (sebelum diberi latihan leg press)

O2 = nilai posttest (setelah diberi latihan leg press)

Pengaruh metode latihan leg press terhadap kekuatan

otot kaki = (O2 – O1)

3. Intact-Group Comparison

Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian,

tetapi dibagi dua, yaitu setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi

perlakuan) dan setengah untuk kelompok control (yang tidak diberi perlakuan).

Paradigma penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

O1 = hasil pengukuran setengah kelompok yang

diberi perlakuan

O2 = hasil pengukuran setengah kelompok yang

tidak diberi perlakuan

Pengaruh perlakuan = O1 – O2

O1 X O2

X O1

O2

Page 124: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

124

Contoh:

Terdapat sekelompok karyawan di bidang pemasaran, yang separo dalam

tugasnya berbaju seragam (O1), dan separonya lagi tidak berseragam (O2).

Setelah beberapa minggu diukur prestasi kerjanya, kelompok mana yang lebih

berprestasi dalam bidang pemasaran. Jadi pengaruh seragam terhadap prestasi

penjualan adalah (O1 – O2)

Seperti telah dikemukakan bahwa, ketiga bentuk desain pre-experiment

itu bila diterapkan untuk penelitian, akan banyak variabel-variabel luar yang

berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas internal penelitian menjadi

rendah.

2. True Experimental Design

Dikatakan true experimental (experimen yang betul-betul), karena dalam

desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi

jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksnaan

rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true eksperimental

adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok

kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Jadi crinya adalah adanya

kelompok kontrol dan sampel dipilih secara random.

Disini dikemukakan dua bentuk design true exprimental design yaitu : Posttest

Only Control Design dan Pretest Group Design.

a. Posttest-Only Control Design

Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara

random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lainnya

tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok

yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Pengaruh adanya perlakuan

(treatment) adalah (O1 : O2). Dalam penelitian yang sesungguhnya, pengaruh

R X O2

R O3

R 03

Page 125: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

125

treatment dianalisis dengan uji beda, pakai statistik t = test misalnya. Kalau terdapat

perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,

maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan

b. Pretest Control Group Design

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random,

kemudian diberi pretest untuk mengetahui adakah perbedaan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest y6ang baik bila nilai kelompok

eksperimen tidak berbeda secara signifikan.

Pengaruh perlakuan adalah (O2 - O1) - (O4 - O3)

3. Factorial Design

Desain faktorial merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu

dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang

mempengaruhi perlakuan (variabel independen) terhadap hasil (variabel

independen). Pradigma design faktorial dapat digambarkan seperti berikut.

Pada desain ini semua kelompok dipilih secara random, kemudia masing-masing

diberi preset. Kelompok untuk penelitian dinyatakan baik, bila setiap kelompok nilai

pretesnya sama, jadi O1 = O2 = O3 = O4. Dalam hal ini variabel moderatornya adalah Y1

dan Y2

RO1 X O2

RO3 O4

R03 03

R O1 X Y1 O2

R O3 Y1 O4

R O5 X Y2 O6

R 07 Y2 08

Page 126: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

126

Contoh :

Dilakukan penelitian untuk mengetahui metode latihan tertentu terhadap prestasi

olahraga. Untuk itu dipilih empat kelompok secara random. Variabel

moderatornya adalah jenis kelamin, yaitu laki-laki (Y1) dan perempuan (Y2).

Treatment/perlakuan (metode latihan) dicoba pada kelompok eksperimen

pertama yang telah diberi pretest (O1 = kelompok laki-laki) dan kelompok

eksperimen kedua yang telah diberi pretest (O5 = kelompok perempuan).

Pengaruh perlakuan (metode latihan) terhadap prestasi olahraga untuk

kelompok pria = (O2 - O1) - (O4 - O5)

Pengaruh perlakuan (metode latihan) terhadap prestasi olahraga untuk

kelompok wanita = (O6 - O5) - (O8 - O7)

Bila terdapat perbedaan pengaruh metode latihan terhadap prestasi olahraga

antara kelompok pria dan wanita, maka penyebab utamanya adalah bukan karena

treatment yang diberikan (karena treatment yang diberikan sama), tetapi karena

adanya variabel moderator, yang dalam hal ini adalah jenis kelamin. Pria dan wanita

menggunakan metode latihan yang sama, tetapi pada umumnya, kelompok pria lebih

berhasil dalam prestasi olahraga.

4. Quasi Experimental Design

Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true

experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok

kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel

luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian desain ini

lebih baik dari pre-experimental design. Quasi-experimental design, digunakan

karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan

untuk penelitian.

Dalam suatu kegiatan bisnis, sering tidak mungkin menggunakan

sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian diberi

metode pemasaran baru, sebagian tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan

dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan desain

Quasi Experimental.

Page 127: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

127

Berikut ini dikemukakan dua bentuk desain quasi eksperimen, yaitu Time-

Series Design dan Nonequlvalent Control Group Design.

a. Time Series Design.

Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat

dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai

empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kesetabilan dan kejelasan keadaan

kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata

nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu,

dantidak konsisten. Setelah kesetabilan keadaan kelompok dapat diketahui dengan

jelas, maka baru diberi treatment. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu

kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol. Hasil pretest yang

baik adalah O1= O2 = O3 = O4 dan hasil perlakuan yang baik adalah O5 = O6 = O7 =

O8. Besarnya pengaruh perlakuan adalah = (O5 + O6 + O7 + O8 ) - (O1 + O2 + O3 +

O4)

b. Nonequivalent Control Group Desing

Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya

desain ini kelompok eksperimen maupun keolmpok kontrol tidak dipilih secara

random

Contoh penggunaan :

Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh adanya tambahan bumbu

pada sekelompok makanan terhadap nilai penjualan. Dalam desain penelitian dipilih

satu kelompok jenis makanan, yang separuh diberi perlakuan dengan ditambah

bumbu tertentu dan yang separuhnya lagi tidak. O1dan O3 merupakan nilai penjualan

makanan sebelum diberi bumbu. O2 adalah nilai penjualan makanan setelah

O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8

O1 X O2

O3 O4

Page 128: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

128

ditambah bumbu. O4 nilai penjualan makanan yang tidak diberi tambahan bumbu.

Pengaruh tambahan bumbu masalah terhadap penjualan adalah

(O2 - O1) - (O4 - O3).

D. Cara dan Prosedur Penelitian Eksperimen

Langkah-langkah dalam studi eskperimetnal pada dasarnya sama dengan

langkah-langkah pada penelitian lain, yaitu (1) Memilih dan merumuskan masalah;

(2) Memilih subjek dan instrumen pengukuran; (3) Memilih desain penelitian;

(4) Melaksanakan Prosedur; (5) Menganalisis data; dan (6) Merumuskan kesimpulan.

Suatu penelitian eksperimental diarahkan oleh sekurang-kurangnya satu hipotesis yang

menyatakan hubungan kausal yang diharapkan antara dua variabel.

Eksperimen secara actual dilakukan untuk mendukung atau menolak hipotesis

eksperimental. Dalam suatu studi eksperimental, peneliti dalam keadaan siap aksi sejak

awal sekali. Penelitia membentuk atau memilih kelompok, memutuskan perubahan apa

yang akan terjadi pada setiap kelompok, mencoba mengontrol semua factor yang

relevan di samping perubahan yang ia perkenalkan, dan mengobservasi atau mengukur

pengaruh pada kelompok tersebut pada akhir studi.

Suatu eksperimen biasanya melibatkan dua kelompok, satu kelompok

eksperimental dan satu kelompok control. Kelompok eksperimental biasanya menerima

suatu yang baru, suatu perlakuan di bawah penyelidikan. Sementara itu, kelompok

kontrol biasanya menerima suatu perlakuan yang berbeda atau perlakuan yang biasa.

Kelompok kontrol diperlukan untuk tujuan perbandingan untuk melihat apakah

perlakuan baru lebih efektif dari perlakuan yang biasa atau tradisional atau untuk

melihat apakah suatu pendekatan lebih efektif daripada pendekatan yang lain.

Kedua kelompok yang menerima perlakuan berbeda adalah sama pada semua

variabel yang lain yang dapat dihubungkan dengan perofrmasi pada variabel terikat.

Dengan kata lain, peneliti melakukan segala usaha untuk menjamin bahwa kedua

kelompok sedapat mungkin sama pada semua varaibel kecuali variabel bebas. Setelah

kedua kelompok diberi perlakuan selama periode waktu tertentu, peneliti melaksanakan

suatu tes pada varaibel terikat (melakukan pengukuran) dan kemudian menentukan

apakah ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Dengan kata lain,

peneliti menentukan apakah perlakuan membuat suatu perbedaan

Page 129: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

129

Latihan

1. Jelaskan pengertian penelitian eksperimen!

2. Jelaskan kriteria dan ciri khas penelitian eksperimen!

3. Jelaskan jenis-jenis penelitian eksperimen!

Ringkasan

1. Penelitian eksperimen erat kaitanya dalam menguji suatu hipotesis dalam rangka

mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok

yang dikenakan perlakuan. Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk

menetapkan hukum sebab-akibat dengan mengisolasi variabel kausal.

2. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimental

memiliki karakterstik sebagai berikut: (a). Menggunakan kelompok kontrol sebagai

garis dasar untuk dibandingkan dengan kelompok yang dikenai perlakuan

eksperimental, (b). Menggunakan sedikitnya dua kelompok, (c). Harus

mempertimbangkan kesahihan ke dalam (internal validity), (d). Harus

mempertimbangkan kesahihan keluar (external validity).

3. Ada beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan, yaitu: Pre-

experimental Design, True experimental design, Factorial Design, dan Quasi

Experimental Design. Pre-Experimental Design ada beberapa macam yaitu:

One-shot Case Study, One Group Pretest-Posttest, Intec-Group Comparison.

True Experimental Design juga terdiri dari dua macam yaitu: Posttest Only

Control Design dan Pretest-Control Group Design. Sedangkan Quasi

Experimetnal terdiri atas dua macam, yaitu: Time-Series Design dan

Nonequivalent Control Group Design.

Sumber Lain

Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah, Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar),

Bandung: Alfabeta, 2011

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan; Kuantitatif & Kualitatif, Jakarta: PT.

RajaGrafindo Perkasa, 2009

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung; Alfabeta, 1999

Page 130: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

130

BAB X

INSTRUMEN PENELITIAN

DAN

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Kompetensi yang hendak dicapai :

Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam skala pengukuran

Mahasiswa mampu menjelaskan instrumen penelitian dan cara menyusun

instrumen

Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam teknik pengumpulan data

Media yang dapat digunakan :

In Focus / LCD dan Computer

A. Macam-macam Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengkuantifikasi

informasi yang diberikan oleh konsumen jika mereka diharuskan menjawab pertanyaan

yang telah dirumuskan dalam suatu kuesioner. Skala pengukuran merupakan

kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya

interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam

pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya timbangan

sebagai instrument untuk mengukur berat badan, dibuat dengan skala kg dan akan

menghasilkan data kuantitatif berat badan dalam satuan kg bila digunakan untuk

mengukur; meteran sebagai instrumen untuk mengukur panjang di buat dengan skla

mm, dan akan menghasilkan data kuantitatif panjang dengan satuan mm.

Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan

instrument tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat,

efisien dan komunikatif. Pada dasarnya skala pengukuran dapat digunakan dalam

berbagai bidang Perbedaannya terletak pada isi dan penekanannya. Para ahli sosiologi

lebih menekankan pada pengembangan instrumen untuk mengukur perilaku manusia.

Page 131: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

131

Tetapi baik ahli sosiologi maupun psikologi, keduanya sama-sama menekankan pada

pengukuran sikap yang menggunakan skala sikap. Dalam pengukuran sikap, sikap

sekelompok orang akan diketahui termasuk gradasi mana dari suatu skala sikap.

Berbagai jenis skala yang dapat digunakan untuk mengukur fenomena sosial,

dan dapat dianalisis menggunakan metode statistik adalah skala untuk mengukur

intelegensi, kepribadian sikap, status sosial, institusional (kelembagaan). Adapun

berbagai skala yang dapat digunakan untuk penelitian adalah: Skala Likert, Skala

Guttman, Rating Scale, Semantic Differensial. Dimana kelima jenis skala tersebut bila

digunakan dalam pengukuran akan mendapatkan data interval, atau rasio.

1. Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian

fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang

selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka

variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian

indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item

instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam

bentuk checklist ataupun pilihan ganda. Adapun jawaban setiap item instrumen

yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai

sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:

1. Sangat setuju 1. Setuju

2. Setuju 2. Sering

3. Ragu-ragu 3. Kadang-kadang

4. Tidak setuju 4. Hampir Tidak pernah

5. Sangat tidak setuju 5. Tidak pernah

1. Sangat positif 1. Baik Sekali

2. Positif 2. Cukup baik

3. Netral 3. Kurang baik

4. Negatif 4. Sangat tidak baik

5. Sangat Negatif

Page 132: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

132

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor,

misalnya:

1. Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5

2. Setuju/sering/positif diberi skor 4

3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3

4. Tidak setuju/ hampir tidak pernah/ negatif diberi skor 2

5. Sangat tidak setujur/ tidak pernah/ sangat positif diberi skor 1

Kemudian dengan teknik pengumpulan data angket, maka instrument

tersebut diberikan kepada 100 orang atlet yang diambil secara random. Dari 100

orang atlet setelah dilakukan analisis misalnya:

25 orang menjawab SS

40 orang menjawab ST

5 orang menjawab RG

20 orang menjawab TS

10 orang menjawab STS

Berdasarkan data tersebut 65 orang atau 65% atlet menjawab setuju dan

sangat setuju. Jadi kesimpulannya mayoritas atlet setuju dengan adanya

komunikasi yang efektif. Data tersebut juga dapat dianalisis berdasarkan scoring

setiap jawaban dari responden. Berdasarkan skor yang telah ditetapkan, maka:

Jumlah skor untuk 25 orang yang menjawab SS = 25 x 5 = 125

Jumlah skor untuk 40 orang yang menjawab ST = 40 x 4 = 160

Jumlah skor untuk 5 orang yang menjawab RG = 5 x 3 = 15

Jumlah skor untuk 20 orang yang menjawab TS = 20 x 2 = 40

Jumlah skor untuk 10 orang yang menjawab STS = 10 x 1 = 10

Jumlah = 350

Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS)

Jumlah skor rendah = 1 x 100 = 100 (STS)

Jadi berdasarkan data itu maka tingkat persetujuan terhadap komunikasi

yang efektif adalah = (350 :500)x 100% = 70%

Sehingga apabila digambarkan secara kontinum dapat digambarkan

sebagai berikut:

Page 133: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

133

Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden maka data 350

terletak pada daerah setuju. Bila didasarkan pada kelompok responden, maka

dapat diketahui bahwa:

(1). 25 persen menyatakan sangat setuju (25/100 = 25%)

(2). 40 persen menyatakan setuju (40/100 = 40%)

(3). 5 persen menyatakan ragu-ragu/netral (5/100 = 5%)

(4). 20 persen menyatakan tidak setuju (20/100 = 20%)

(5). 10 persen menyatakan sangat tidak setuju (10/100 = 10%)

2. Skala Guttman

Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang tegas,

yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, “positif-negatif” dan

lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikotomi

(dua alternative). Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3, 4, 5, 6, 7 interval, data

kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka pada dalam skala

Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” atau “tidak setuju”. Penelitian

menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang

tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.

Contoh:

(1). Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat menjadi pimpinan di

fakultas ini?

a. Setuju

b. Tidak Setuju

(2). Pernahkah pimpinan melakukan pemeriksaan ke ruang kerja dosen?

a. Tidak pernah

b. Pernah

Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat

dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan

terendah nol. Misal untuk jawaban dari pertanyaan di atas setuju diberi skor 1

100 200 300 350 400 500

STS TS RG ST SS

Page 134: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

134

dan tidak setuju diberi skor 0. Analisa jawaban bisa dilakukan seperti pada skala

Likert.

2. Semantic Differensial

Skala pengukuran yang berbentuk semantic defential dikembangkan oleh

Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak

pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang

jawabannya sangat positifnya terletak di bagian kanan garis, dan jawabannya

yang sangat negative terletak di bagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang

diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur

sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.

Responden dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang positif

sampai dengan negatif. Hal ini tergantung pada persepsi responden kepada yang

dinilai. Responden yang memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi

responden terhadap pemimpin itu sangat positif, sedangkan bila memberi

jawaban pada angka 3, berarti netral, dan bila member jawaban pada angka 1,

maka persepsi responden terhadap pemimpinnya sangat negatif.

Contoh:

Beri nilai gaya kepemimpinan Dekan anda

1 Bersahabat 5 4 3 2 1

Tidak bersahabat

2 Tepat janji 5 4 3 2 1

Lupa janji

3 Bersahabat 5 4 3 2 1

Memusuhi

4 Bersahabat 5 4 3 2 1

Suka marah

3. Rating Scale

Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang

diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantifikasikan.

Tetapi dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian

ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab, senang atau tidak

senang, setuju atau tidak setuju, pernah – tidak pernah adalah merupakan data

kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden tidak akan menjawab

Page 135: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

135

salah satu dari jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu rating

scale akan lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi

untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala

untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan,

proses kegiatan, dan lain-lain.

Yang penting bagi penyusun instrumen dengan rating scale adalah harus

dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternative pada setiap item

instrument. Orang tertentu memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang

tertentu belum tentu sama maknanya dengan orang lain yang juga memilih

jawaban dengan angka 2.

B. Instrumen Penelitian dan Cara Menyusun Instrumen

Pada prinsiprnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena

sosial dan alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan

membuat laporan daripada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang

paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian. Karena pada

prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik.

Teknik dan instrumen merupakan cara dan alat yang digunakan dalam mengumpulkan

data sebagai salah satu bagian penting dalam penelitian.

Alat ukur dalam penelitian dinamakan instrumen penelitian. Instrumen

penelitian merupakan alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data. Oleh

karena itu instrumen penelitian berkaitan dengan metode pengumpulan data. Instrumen

penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian

jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah

variabel yang diteliti. Bila variabel penelitiannya lima, maka jumlah instrumen yang

digunakan untuk penelitian juga lima. Instrumen-instrumen penelitian sudah ada yang

dibakukan, tetapi masih ada yang harus dibuat peneliti sendiri. Karena instrumen

penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan

data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala yang akurat.

Oleh karena itu untuk mendapatkan sebuah instrument penelitian yang baik atau

memenuhi standar, ada dua syarat yang harus dipenuhi yaitu reliabilitas dan validitas

Page 136: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

136

(akan dibahas dalam bab tersendiri). Tetapi ada juga yang mengajukan tiga syarat

tambahan yaitu sensitivitas, objektivitas dan visibilitas.

1. Sensitivitas.

Sensitivitas dimaksudkan sebagai kemampuan sebuah instrumen

untuk melakukan diskriminasi atau mempertajam perbedaan dalam derajat

variasi-variasi karakteristik yang diukr.

2. Objektivitas.

Objektivitas adalah tingkat yang pengukurannya bebas dari penilaian

subjektif, bebas dari pendapat, bebas dari bias dan perasaan orang yang

menggunakan instrumen tersebut.

3. Visibilitas

Visibilitas instrumen berkenaan dengan aspek-aspek keterampilan

penggunaan sumber daya dan waktu.

Penyusunan instrumen penelitian bukanlah hal yang mudah karena instrumen

ynag baik harus memenuhi beberapa syarat atau kriteria. Oleh karena itu, dalam

menyusun sebuah instrumen, peneliti harus teliti dan hati-hati. Titik tolak dari

penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Berikut

ini adalah beberapa langkah praktis dalam membuat instrumen penelitian, yaitu:

1. Tentukan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Variabel ini

dapat tercermin pada judul penelitian.

2. Variabel-variabel tersebut dapat dicarikan jabarannya dalam bentuk

subvariabel yang diketahui dari teori atau penelitian terdahulu

3. Subvariabel dicarikan jabarannya dalam bentuk indicator-indikator jika ada.

4. Indikator dicarikan jabarannya dalam bentuk subindikator, jika ada

5. Jika subindikator masih dapat dibagi lagi menjadi komponen kecil,

komponen-komponen ini dijadikan sebagai butir-butir pertanyaan.

6. Seluruh butir pertanyaan yang telah selesai, ditempatkan pada lembaran-

lembaran instrumen.

C. Macam-macam Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam

penelitian, karena metode ini merupakan strategi atau cara yang dipergunakan oleh

Page 137: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

137

peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitiannya.

Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan,

keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya. Untuk

memperoleh data seperti yang dimaksudkan tersebut, dalam penelitian dapat

digunakan berbagai macam metode, diantaranya adalah dengan angket, observasi,

wawancara, tes dan analisis dokumen.

1. Angket

Angket atau kusioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Angket

merupakan metode pengumpulan data yang efesien bila peneliti tahu apa yang

bisa diharapkan dari responden. Selain ini, angket juga cocok digunakan bila

jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang cukup luas. Angket

dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau

internet. Bila penelitian dilaksanakan pada wilayah yang tidak terlalu luas, angket

dapat diantarkan langsung kepada responden sehingga tidak terlalu lama. Dengan

adanya kontak langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan

kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan sukarela bersedia

memberikan data objektif dan cepat.

a. Dasar Penggunaan Angket

Angket mendasarkan diri pada pada laporan tentang diri sendiri (self

report) dari responden, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan, keyakinan,

maupun sikap pribadi responden. Penggunaan angket sebagai metode

pengumpulan data dalam penelitian didasarkan pada anggapan:

1) Bahwa subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri

2) Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar-

benar dipercaya.

3) Bahwa interprestasi subjek tentang pertanyaan- pertanyaan yang

diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh

peneliti ( Sutrisno Hadi 1984 : 157 ).

Page 138: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

138

b. Kelebihan dan kekurangan Angket

Penggunaan angket sebagai metode pengumpulan data memberi

kelebihan bagi peneliti. Diantara kelebihan angket antara lain:

1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti secara langsung.

2) Waktu pelaksanaan relatif lebih cepat, karena dapat dibagikan secara

serentak kepada banyak responden.

3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecapatan masing-masing dn

menurut waktu senggang responden.

4) Dapat di buat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-

malu menjawab atau memberi respon.

5) Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dan diberi

pertanyaan yang benar-benar sama.

6) Biaya lebih murah dibandingkan dengan metode yang lain,

Selain memiliki kelebihan, penggunaan angket juga memiliki

kelemahan. Diantara kelemahan angket antara lain :

1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan

yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulang untuk diberikan

kembali kepadanya.

2) Sering sulit dicari validitasnya, sebab responden memiliki situasi dan

kondisi yang tidak sama untuk digali informasinya.

3) Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja

memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.

4) Jika dikirim melalui pos, sering tidak kembali. Menurut penelitian,

angket yang dikirim lewat pos angka pengembangannya sangat rendah,

hanya sekitar 20% ( Suharsimi Arikunto. 2006 : 153).

5) Waktu pengembaliannya tidak bersama sama, bahkan kadang-kadang

ada yang terlalu lama sehingga terlambat.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan angket, peneliti perlu melakukan

cross-check dengan data yang diperoleh melalui metode lain.

Page 139: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

139

c. Fungsi Angket

Pada umumnya angket mempunyai dua fungsi, yaitu deskripsi dan

pengukuran.

1) Fungsi deskripsi, maksudnya adalah informasi yang diperoleh melalui

angket dapat diberikan gambaran (deskripsi) tentang karakteristik dari

individu atau sekelompok responden, contohnya : gender, pendidikan,

pekerjaan, umur, pendapatan, suku, keyakinan (agama), dan lain-lain.

Selanjutnya penggambaran unsur-unsur itu mempunyai beberapa

tujuan, misalnya peneliti dapat memperoleh keterangan tentang

tingkah laku individu atau kelompok responden tertentu.

2) Fungsi pengukuran, maksudnya berdasarkan respon yang diberikan

oleh responden peneliti dapat mengukur variabel-variabel individu

atau kelompok tertentu, contohnya variabel sikap. Angket dapat berisi

item pertanyaan maupun pertanyaan tunggal atau jamak, yang telah

dirancang melalui kisi-kisi instrumen untuk mengukur berbagai gejala.

d. Jenis-jenis Angket

Angket dapat dibeda-bedakan atas beberapa jenis, tergantung pada

sudut pandangnya.

1) Dipandang dari cara menjawab, angket dapat dibedakan menjadi

angket terbuka dan angket tertutup

a). Angket terbuka.

Angket terbuka merupakan angket yang bisa dijawab/direspon

secara bebas oleh responden. Peneliti tidak menyediakan alternatif

jawaban/respon bagi responden. Penggunaan angket terbuka maupun

tertutup masing-masing memiliki kelebihan maupun kekurangan.

Angket terbuka memiliki kelebihan baik bagi peneliti maupun bagi

responden. Kelebihan angket terbuka bagi peneliti: 1) akan

mendapatkan data yang bervariasi, bukan hanya yang sudah disajikan

karena sudah diasumsikan oleh peneliti, 2) membantu peneliti untuk

mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang objek yang diteliti.

Kelebihan angket terbuka bagi responden : 1) memberikan kebebasan

Page 140: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

140

kepada responden untuk menulis jawaban atau berdasarkan

pendapatnya, 2) responden dapat mengisi atau memberi respon sesuai

dengan keadaan responden yang dialaminya.

Kekurangan angket terbuka adalah : 1) bagi peneliti sulit untuk

mengelompokan jawaban/respon atau member kode terhadap jawaban

responden, 2) bagi responden memakan waktu untuk menjawab

pertanyaan atau memberi respon terhadap pertanyaan yang

disampaikan.

b) angket tertutup.

Angket tertutup merupakan angket yang jumlah item dan

alternatif jawaban maupun responnya sudah ditentukan, responden

tinggal memilihnya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Angket

tertutup memiliki kelebihan antara lain :1) mudah memberi nilai, 2)

mudah dalam pemberian kode, dan 3) responden tidak perlu menulis.

Adapun kekurangan angket tertutup antara lain : 1) bagi peneliti,

kadang – kadang sulit untuk menyediakan alternatif jawaban /respon

yang sesuai dengan keadaan responden, 2) bagi responden, sulit untuk

memilih alternatif jawaban/respon yang sesuai dengan keadaan

dirinya.

2) Dipandang dari jawaban yang diberikan, angket dibedakan menjadi

angket langsung dan angket tidak langsung.

a). Angket langsung,

Angket langsung yaitu angket dimana responden

menjawab/memberi respon tentang keadaan dirinya sendiri. Contoh :

1) angket yang mengukur sikap guru terhadap kebijakan sekolah,

respondennya adalah guru, maka guru akan menjawab keadaan tentang

dirinya sendiri, 2) angket untuk mengukur tingkat motivasi belajar

siswa repondennya adalah siswa, maka siswa akan menjawab tentang

keadaan dirinya sendiri.

Page 141: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

141

b). Angket tidak langsung.

Angket tidak langsung yaitu jika responden

menjawab/memberi respon tentang keadaan orang lain. Contoh angket

untuk mengukur kerja guru, respondennya adalah siswa, maka siswa

yang menilai keadaan guru atau kinerja gurunya pada saat mengajar

sesuai dengan alternatif yang disediakan oleh penyusun angket.

e. Prinsip Penulisan Angket

Penulisan angket yang baik perlu memperhatikan beberapa prinsip.

Sugiyono (2010:142-144) menyatakan ada 10 prinsip yang perlu diperhatikan

dalam penulisan angket.

1) Isi dan Tujuan Pertanyaan

Isi dan tujuan pertanyaan memberi makna apakah isi pertanyaan

tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan?, kalau berbentuk

pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap

pertanyaan harus ada skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi

untuk mengukur variabel yang akan diteliti.

2) Bahasa Yanag Digunakan

Bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus disesuaikan

dengan kemampuan berbahasa responden. Kalau sekiranya responden

tidak dapat berbahasa Indonesia, maka angket jangan disusun dengan

bahasa Indonesia. Jadi bahasa yang digunakan dalam angket harus

memperhatikan tingkat pendidikan responden, keadaan sosial budaya. dan

“frame of reference”dari responden.

3) Tipe dan Bentuk Pertanyaan

Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka maupun tertutup

(kalau dalam wawancara : terstruktur dan tidak terstruktur), dan bentuknya

dapat menggunakan kalimat positif atau negatif.

Pertanyaan terbuka, adalah pertanyaan yang mengharapkan

responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang suatu

hal. Contoh: bagaimanakah tanggapan anda terhadap iklan – iklan di TV

saat ini.?

Page 142: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

142

Pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang mengharapkan

jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu

alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang tersedia. Setiap pertanyaan

angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data nominal, ordinal,

interval, dan rasio adalah bentuk pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup

akan membantu responden untuk menjawab dengan cepat dan juga

memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data terhadap seluruh

angket yang terkumpul.Pertanyaan/pertanyaan dalam angket perlu dibuat

positif dan negatif agar responden dalam memberikan jawaban setiap

pertanyaan lebih serius dan tidak mekanis.

4) Pertanyaan Tidak Mendua

Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua (double- barreled)

sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban. Contoh:

bagaimana pendapat anda tentang kualitas dan harga tersebut.? Ini adalah

pertanyaan yang mendua, karena menyatakan dua hal sekaligus yaitu

kuatlitas dan harga. Sebaiknya pertanyaan tersebut di jadikan menjadi dua

yaitu: bagaimanakah kualitas barang tersebut.? Bagaimanakah harga

barang tersebut.?

5) Tidak menanyakan yang sudah lupa

Setiap pertanyaan dalam instrumen angket, sebaiknya juga tidak

menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa, atau

pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan berpikir berat. Contoh :

Bagaimanakah kinerja pada penguasa Indonesia 30 Tahun yang lalu?

Menurut anda bagaimana cara mengatasi krisis ekonomi saat ini? Kalau

misalnya umur responden baru 25 Tahun dan pendidikannya rendah,maka

akan sulit memberikan jawaban.

6) Pertanyaan tidak menggiring

Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke

jawaban yang baik saja atau yang jelek saja. Contoh: Bagaimanakah

kalau bonus atas jasa pemasaran ditingkatkan.? Jawaban responden tentu

cenderung akan setuju. Bagaimanakah prestasi kerja anda selama setahun

terakhir? Jawaban akan cenderung bak.

Page 143: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

143

7) Panjang Pertanyaan

Pertanyaan dalam angket sebaliknya tidak terlalu panjang,

sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah

variabel banyak, sehingga memerlukan instrumen yang banyak maka

instrumen tersebut dibuat bervariasi dalam penampilan, model skala

pengukuran yang digunakan dan cara mengisinya. Disarankan jumlah

pertanyaan yang memadai adalah 20 sampai dengan 30 petanyaan.

8) Urutan Pertanyaan

Urutan pertanyaan dalam angket dimulai yang umum menuju ke

hal spesofik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau diacak.

Hal ini perlu dipertimbangkan karena secara psikologis akan

mempengaruhi semangat untuk mengisi angket yang telah mereka terima.

Urutan pertanyaan yang diacak perlu dibuat bila tingkat kematangan

responden terhadap masalah yang ditanyakan sudah tinggi.

9) Prinsip Pengukuran

Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan

instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan

diteliti. Oleh karena itu, instrumen angket tersebut harus dapat digunakan

untuk mendapatkan data yang valid dan variabel tentang variabel yang

diukur. Supaya diperoleh data penelitian yang valid dan reliabel maka

perlu di uji vadilitas dan reliabel terlebih dahulu. Instrumen yang tidak

valid dan reliabel bila digunakan untuk digunakan untuk mengumpulkan

data akan menghasilkan data yang tidak valid dan reabel pula.

10) Penampilan Fisik Angket

Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan

mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket.

Angket yang dibuat di kertas buram akan mendapat respon yang kurang

menarik bagi responden, bila dibandingkan angket yang dicetak dikertas

yang bagus dan berwarna akan menjadi mahal.

Page 144: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

144

2. Wawancara (Interview)

Wawancara Merupakan suatu proses tanya jawab atau dialog secara lisan

antara pewawancara (interviewer) dengan responden atau orang yang diinterview

(interviewer) dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh

peneliti. Wawancara merupakan pengumpulan data secara langsung dari

sumbernya tentang berbagai gejala sosial, baik yang terpendam (latent) maupun

tampak. Wawancara merupakan alat yang sangat baik untuk mengetahui

tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi serta proyeksi seseorang

terhadap masa depannya, wawancara digunakan bila jumlah responden relatif

sedikit. Ada beberapa faktor pewancara, responden, pedoman wawancara dan

situasi wawancara.

Pewawancara (interviewer) adalah petugas pengumpul informasi yang

diharapkan dapat menyampaikan pertanyaan dengan jelas dan merangsang

responden untuk menjawab semua pertanyaan dan mencatat semua informasi

yang dibutuhkan dengan benar. Orang yang diinterview (interviwee) atau

responden adalah pemberi informasi yang diharapkan dapat dijawab semua

pertanyaan dengan jelas dan lengkap. Dalam pelaksanaan wawancara, diperlukan

kesediaan dari responden untuk menjawab pertanyaan dan keselarasan antara

responden dan pewawancara.

Pedoman wawancara berisi tentang uraian tentang data yang aka diungkap

yang biasanya dituangkan dalam bentuk pertanyaan agar proses wawancara

berjalan dengan baik. Situasi wawancara berhubungan dengan waktu dan tempat

wawancara. Waktu dan tempat wawancara yang tidak tepat dapat menjadikan

pewawancara merasa canggung untuk mewawancarai dan responden menjadi

enggan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.

a. Dasar Penggunaan Wawancara

Wawancara atau interview memiliki dasar penggunaan yang sama

dengan angket, yaitu mendasarkan diri kepada lapora tentang diri sendiri (self

report) dari responden, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan, keyakinan,

maupun sikap pribadi responden. Penggunaan wawancara sebagai metode

pengumpulan data dalam penelitian didasarkan pada anggapan :

Page 145: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

145

1) Bahwa subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.

2) Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar

dan dapat dipercaya.

3) Bahwa interprestasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh

peneliti

b. Fungsi Wawancara

Fungsi wawancara pada dasarnya dapat digolongkan kedalam tiga

golongan, yaitu (1) sebagai metode primer, (2) sebagai metode perlengkapan,

dan (3) sebagai kriterium. Bilamana wawancara dijadikan sebagai satu-

satunya alat pengumpulan data, atau sebagai metode pengumpulan data yang

utama dalam serangkaian metode-metode pengumpulan data lainnya, ia akan

memiliki fungsi sebagai metode primer. Sebaiknya juga ia digunakan sebagai

alat untuk mencarai informasi-informasi yang tidak dapat diperoleh dengan

cara lain, ia akan berfungsi sebagai metode pelengkap. Dengan kata lain

informasi yang diperoleh dari dasil wawancara digunakan sebagai pelengkap

terhadap informasi yang diperoleh dengan menggunakan metode lain.

Pada saat-saat tertentu metode wawancara digunakan peneliti untuk

menguji kebenaran atau menverikasi data yang telah diperoleh dengan metode

lain, seperti angket, observasi, tes, dan sebagainya. Dalam kasus yang

terakhir, metode wawancara berfungsi sebagai kriterium untuk mengecek

kebenaran data yang telah diperoleh dengan metode lain.

Pada tiga golongan fungsi tersebut tidak berarti satu fungsi

mempunyai kedudukan yang lebih penting dibandingkan dengan fungsi

lainnya. Sebagai metode primer, wawancara menjadi sumber informasi yang

berharga. Dan sebagai kriterium, wawancara menjadi alat yang dapat

dijadikan sebagai yang dapat diambil keputusan tentang kebenaran data

penelitian. Ditinjau dari segi tiga fungsi tersebut memperlihatkan bahwa

wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data yang serbaguna atau

multi fungsi.

Page 146: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

146

c. Jenis-jenis Wawancara

Berdasarkan sifat pertanyaan, wawancara dapat dibedakan menjadi dua

yaitu wawancara berstruktur dan wawancara tidak berstruktur.

1. Wawancara Terstruktur ( Structured Interview )

Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan

menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan

lengkap untuk pengumpulan data. Wawancara terstruktur digunakan sebagai

metode pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah

mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh

karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan

instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif

jawabannya telah disiapkan. Dengan wawancara trstuktur ini setiap responden

diberi pertanyaan yang sama, dan peneliti mencatatnya. Dengan wawancara

terstruktur ini pula, pengumpul data dapat menggunakan pewawancara

sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara mempunyai

keterampilan yang sama maka diperlukan training bagi calon pewawancara.

Saat melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai

pedoman untuk wawancara, maka pengumpulan data juga dapat dilakukan

menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan alat bantu

lainnya yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.

Penelitian bidang pemasaran misalnya, bila akan melakukan penelitian untuk

mengetahui respon masyarakat terhadap produk tertentu maka perlu

membawa foto-foto atau brosur tentang produk tersebut. Penelitian yang

menggunakan wawancara terstruktur, pewawancara harus bertanya dengan

pertanyaan-pertanyaan yang sudah tersedia dan tidak boleh menyimpang.

Materi pertanyaan harus jelas, tidak meragukan dan dapat dimengerti oleh

responden. Demikian juga kemungkinan jawaban-jawaban juga harus

dipikirkan dengan baik.

Berikut diberikan contoh wawancara terstruktur, tentang tanggapan

masyarakat terhadap berbagai pelayanan Pemerintah Kabupaten Tertentu yang

Page 147: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

147

diberikan kepada masyarakat. Pewawancara melingkari salah satu jawaban

yang diberikan responden.

1. Bagaimana tanggapan sdr/i terhadap Pelayanan akademik di fakultas ini?

a. Sangat baik

b. Baik

c. Jelek

d. Sangat jelek

2. Bagaimana tanggapan sdr/i terhadap Pelayanan tata usaha di fakultas ini?

a. Sangat baik

b. Baik

c. Jelek

d. Sangat jelek

3. Bagaimana tanggapan sdr/i terhadap Pelayanan bidang IT di fakultas ini?

a. Sangat baik

b. Baik

c. Jelek

d. Sangat jelek

Keberhasilan wawancara tidak terlepas dari kemampuan wawancara

dalam menggali sejumlah informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Oleh

karena itu untuk menunjang keberhasilan wawancara, para pewawancara

harus memiliki: (1) kemampuan berkomunikasi yang baik, (2) kemapuan

berbahasa yang baik, (3) kemampuan memberi kesan yang baik terhadap

responden, (4) pemahaman tentang maksud dan tujuan penelitian, dan (5)

kemampuan membuat cacatan yang lengkap dan jelas.

2. Wawancara Tidak Terstruktur ( Unstructured Interview )

Wawancara tidak terstruktur atau tidak terbuka adalah wawancara

bebas, dimana pewawancara tidak menggunakan pedoman wawancara yang

telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pedoman wawancara yang digunakan hanya merupakan garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan. Pertanyaan disampaikan dengan tidak

terstruktur, akan tetapi selalu terpusat kepada satu pokok permasalahan

Page 148: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

148

tertentu yang terkait dengan variabel yang diteliti. Wawancara dilakukan

sambil lalu, tidak tertuju kepada orang-orang yang tidak melalui seleksi

terlebih dahulu, akan tetapi hanya kepada responden yang dijumpai secara

kebetulan.

Contoh ;

Bagaimana pendapat Bapak/Ibu terhadap kebijakan Pemerintah

tentang sistem olahraga saat ini? Dan bagaimana dampaknya terhadap

pelaku olahraga?

Wawancara tidak terstruktur sering digunakan dalam penelitian

pendahuluan atau bahkan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang

responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan

informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada terhadap

objek penelitian, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti pasti

permasalahan satu variabel apa saja yang harus di teliti. Untuk mendapatkan

gambaran permasalahan yang lengkap, maka peneliti perlu melakukan

wawancara kepada pihak-pihak yang mewakili berbagai tingkatan yang ada

pada objek. Misalnya akan melakukan penelitian tentang iklim kerja

perusahaan, maka dapat dilakukan wawancara dengan pekerja tingkat bawah,

supervisor, dan manager.

Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang

responden, maka peneliti dapat menggunakan wawancara tidak terstruktur.

Misalnya seseorang yang dicurigai melakukan kecurangan dalam suatu

kegiatan, maka peneliti akan melakukan wawancara tidak terstruktur atau

terbuka secara mendalam, sampai diperoleh informasi bahwa orang tersebut

benar-benar melakukan kecurangan atau tidak.

Saat wawancara tidak terstruktur, pewawancara belum mengetahui

secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga pewawancara lebih

banyak mendengarkan apa saja yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan

analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut maka pewawancara

dapat mengajukan pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada tujuan

penelitian. Saat melakukan wawancara tidak terstruktur pewawancara dapat

Page 149: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

149

menggunakan cara “berputar-putar baru menungkik” artinya pada awal

wawancara yang dibicarakan adalah hal-hal yang tidak terkait dengan tujuan

penelitian, dan bila sudah terbuka kesempatan untuk menanyakan sesuatu

yang sesuai dengan tujuan, maka segera ditanyakan.

Wawancara baik yang terstruktur maupun tidak terstruktur dapat

dilakukan secara berhadapan muka secara langsung (face to face) maupun

menggunakan pesawat telepon. Pada saat wawancara selalu terjadi kontak

pribadi, oleh karena itu pewawancara harus memahami situasi dan kondisi

responden sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana

wawancara akan dilaksanakan. Pada saat responden sibuk bekerja, sedang

mempunyai permasalahan yang berat, sedang mulai istirahat, sedang tidak

sehat, atau emosi sedang tidak stabil, maka harus hati-hati melakukan

wawancara. Kalau wawancara dipaksakan dalam kondisi seperti itu, maka

akan menghasilkan data yang kurang akurat.

Bila responden yang diwawancarai telah ditentukan orangnya, maka

sebaiknya sebelum melakukan wawancara akan lebih baik, sehingga data

yang diperoleh akan lebih lengkap dan akurat.

3. Obervasi

Sebagai metode pengumpulan data, observasi biasa diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang nampak

dalam suatu gejala pada objek penelitian. Unsur-unsur yang nampak itu disebut

dengan data atau informasi yang harus diamati dan dicatat secara benar dan

lengkap. Metode ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung

keadaan dilapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang

permasalahan yang diteliti.

Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa observasi

merupakan salah satu metode pengumpulan data dimana pengumpul data

mengamati secara visual gejala yang diamati serta menginterprestasikan hasil

pengamatan tersebut dalam bentuk catatan sehingga validitas data sangat

tergantung pada kemampuan observer. Apabila orang yang melakukan observasi

subjektivitasnya tinggi, hal ini berarti sangat mengganggu, sehingga harus

Page 150: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

150

diadakan lebih dari satu orang yang melakukan observasi dalam suatu gejala,

sehingga bisa diukur relibilitas antar observer atau reliabilitas antar reter (inter

rater reliability)

Observasi sebagai metode pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan metode yang lain, yaitu angket dan wawancara.

Kalau angket dan wawancara selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi

tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain. Metode

pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan

prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati

tidak terlalu besar.

a. Jenis-jenis Observasi

Observasi dapat dikelompokan berdasarkan pada dua hal, yaitu

berdasarkan proses pengumpulan data, dan berdasarkan instrumen yang

digunakan. Berdasarkan proses pengumpulan data, observasi dapat dibedakan

menjadi dua yaitu observasi berperan serta (participant observations), dan

observasi non partisipan (non participant observations). Berdasarkan

instrumen yang digunakan, observasi dapat dibedakan menjadi observasi

sistimatis (systematic observation) dan observasi tidak sitematis (non

systematic observation).

1). Observasi Partisipan (Participant Observation)

Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang

melakukan observasi (observer) turut ambil bagian dalam kegiatan atau

terlibat secara langsung dalam aktivitas orang-orang yang sedang

diobservasi (observers). Sambil melakukan observasi, observer ikut

melakukan apa yang dikerjakan oleh observees sebagai sumber data, maka

dapat yang sdiperoleh akan lebih lengkap dan tajam, dan sampai mengetahui

pada tingkat makna dari setiap prilaku yang nampak. Pada suatu perusahaan

misalnya, observer dapat berperan sebagai karyawan, ia mengamati

bagaimana prilaku karyawan dalam bekerja, bagaimana semangat kerjanya,

bagaimana hubungan satu dengan yang lainnya, hubungan karyawan dengan

Page 151: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

151

supervisor dan pimpinan, keluluhan dalam melaksanakan pekerjaan, dan

lain sebagainya.

Kata partisipasi mempunyai arti yang penuh jika observer betul-betul

turut berpartisipasi, bukan hanya berpura-pura semata-mata. Observasi

dengan partisipasi pura-pura disebut quasi participant observation.

Observasi partisipan mula-mula dan terutama digunakan dalam penelitian

antropologi sosial. Metode ini kemudian meluas digunakan untuk

penelitian-penelitian sosial lainnya, termasuk penelitian dalam bidang

pendidikan.

2). Observasi Non Partisipan (Non Participant Observation)

Suatu observasi disebut observasi non partisipan jika orang yang

melakukan observer tidak turut ambil bagian dalam kegiatan atau tidak

terlibat secara langsung dalam aktivitas orang-orang yang sedang

diobservasi. Observer hanya bertindak sebagai pengamat independen.

Misalnya dalam suatu pertandingan, observer dapat mengamati bagaimana

pola makan pada saat pertandingan, makan-makanan apa saja yang atlet

konsumsi saat pertandingan. Observer mencatat, menganalisis dan

selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang pola makan para atlet yang

bertanding. Pengumpulan data pada obervasi non partisipan ini tidak akan

mendapat data yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna.

Makna adalah nilai-nilai dibalik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan

tertulis.

3). Observasi Sistimatis ( Systematic Observation )

Observasi sistematis adalah observasi yang telah dirancancang

secara sistematis, karena, observer telah mengetahui aspek-aspek apa saja

yang relevan dengan masalah serta tujuan penelitian. Telah diketahui

variabel apa saja yang perlu diamati, kapan dan dimana tempat pengamatan

dilakukan. Dalam hal ini observer mempersiapkan pedoman pengamatan

secara detail sekaligus menyediakan daftar cek (check list) yang bisa

digunakan sebagai pedoman pengamatan. Dengan kata lain observasi

Page 152: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

152

dilakukan dengan menggunakan instrumen pengamatan.Pengamatan bisa

dilakukan dilapangan atau dilabotatorium. Pengamatan bisa dilakukan

terhadap manusia, hewan, atau tumbuh-tumbuhan.

Dalam disain noneksperimental, meskipun peneliti tidak

mempunyai kontrol terhadap variabel, akan tetapi peneliti masih dapat

secara lebih awal menentukan secara perilaku apa saja yang diamati agar

masalah yang dipilih dapat diselasaikan. Pada desain eksprimental peneliti

dapat mengadakan pengaturan terhadap beberapa perlakuan dan

mengadakan control yang sesuai dengan keperluan menguji hipotensis dan

memecahkan masalah penelitian. Observasi sistematis disebut juga dengan

observasi struktur (structured observation).

4). Observasi Tidak Sistematis (Non Systematic Observation)

Obervasi tidak sistematis adalah observasi yang dalam

pelaksanaannya tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang

diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang

apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan observer tidak

menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu

pengamatan. Misalnya, dalam suatu pameran produk olahraga dari berbagai

industri, observer belum tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu,

observer dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat yang menarik,

melakukan analisis, dan kemudian dibuat kesimpulan.

Jadi, pada pengamatan tidak sistematis, observer tidak mengatahui

aspek-aspek apa saja yang hendak diamati. Selain itu, kegiatan apa saja

yang hendak diamati juga tidak terbatasi oleh pedoman pengamatan.

Dengan kata lain, hal-hal yang hendak diamati tidak terbatas pada kisi-kisi

pedoman pengamatan, tetapi seluruh aktivitas yang dilihat di lapangan dan

sesuai dengan tujuan penelitian menjadi perhatian observer. Observasi tidak

sistematis disebut juga dengan observasi tidak terstruktur (unstrured

observation) .

Page 153: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

153

4. Analisis Dokumen

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang dilakukan

dengan menganalisis isi dokumen yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti. Dalam arti sempit dokumen barang-barang atau benda-benda tertulis,

sedangkan dalam arti yang lebih luas, dokumen bukan hanya yang berwujud

tulisan saja, tetapi dapat berupa benda-benda peninggalan seperti prasasti dan

simbol-simbol lainnya.

Di dalam melaksanakan metode analisis dokumen, peneliti menyelidiki

dan menganalisis benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-

peraturan, notulen rapat, catatan harian, laporan kegiatan, dan sebagainya. Metode

ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan

dokumen, seperti konsep teori yang berkaitan dengan variabel yang diteliti,

indeks prestasi, jumlah anak jumlah siswa, catatan kinerja pegawai, volume

penjualan, dan sebagainya.

Metode analisis dokumen ini dapat merupakan metode utama atau primer

apabila peneliti melakukan pendekatan analisis isi (content analysis). Untuk

penelitian dengan pendekatan lain, metode analisis dokumen juga mempunyai

kedudukan yang penting. Data yang diperoleh dari analisis dokumen dapat

digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang

diperoleh melalui observasi dan wawancara.

5. Tes

Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat

untuk mengumpulkan informasi karateristik suatu objek. Karakteristik objek

dapat berupa keterampilan, pengetahuan, bakat, minat, maupun bakat, baik yang

dimiliki oleh individu maupun kelompok. Ditinjau dari segi sasaran atau objek

yang akan diukur, maka dibedakan adanya beberapa macam tes, yaitu :

a. Tes keperibadian (personality test),

Tes kepribadian (personality test) yaitu tes yang digunakan untuk mengukur

keperibadian seseorang. Yang diukur bisa berupa self concept, kreativitas,

disiplin, kemampuan khusus, dan lain sebagainya.

Page 154: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

154

b. Tes bakat (atitude test),

Tes bakat yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat

seseorang.

c. Tes inteligensi (intelligence test),

Tes Inteligensi (intelligence test) yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan

estimasi dan perkiraan terhadap tingkat intektual seseorang dengan cara

memberikan berbagai tugas kepada seseorang yang akan diukur

inteligensinya.

d. Tes sikap (attitude test),

Tes sikap (attitude test) sering juga disebut dengan istilah skala sikap, yaitu

tes yang digunakan untuk mengukur berbagai sikap seseorang.

e. Tes minat (interrest test ),

Tes minat (interest test) yaitu tes yang digunakan untuk mengukur minat

seseorang terhadap sesuatu.

f. Test prestasi (achievenest test),

Test prestasi (achievenest test) yaitu tes yang digunakan untuk mengukur

pencapaian maupun kompetensi seseorang setelah mempelajari sesuatu. Tes

prestasi diberikan sesudah orang yang dimaksud mempelajari sesuatu hal sesuai

dengan yang akan diteskan.

Latihan

1. Apa yang dimaksud dengan skala pengukuran?

2. Jelaskan jenis-jenis skala pengukuran!

3. Apa yang dimaksud dengan instrument penelitian?

4. Bagaimanakah cara menyusun instrumen penelitian?

5. Sebutkan macam-macam teknik pengumpulan data!

Ringkasan

1. Skala pengukuran merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengkuantifikasi

informasi yang diberikan oleh konsumen jika mereka diharuskan menjawab

pertanyaan yang telah dirumuskan dalam suatu kuesioner. Skala pengukuran

Page 155: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

155

merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang

pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila

digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.

2. Adapun jenis-jenis dari skala pengukuran adalah: skala likert, skala guttman, skala

semantic dan rating scale.

3. Alat ukur dalam penelitian dinamakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian

merupakan alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data. Oleh karena itu

instrumen penelitian berkaitan dengan metode pengumpulan data. Instrumen

penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian

jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada

jumlah variabel yang diteliti.

4. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan instrumen adalah: (1) Menetapkan

variabel yang akan diteliti, (2) Merumuskan definisi konseptual, (3) Menyusun

definisi operasional, (4) Menyusun kisi-kisi instrumen, (5) Menyusun butir-butir

instrumen.

5. Teknik pengumpulan data mempunyai beberapa macam teknik, yaitu: teknik

wawancara, angket, observasi, tes dan analisis dokumen.

Sumber Lain

Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2012

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV. Alfabeta, 1999

Mahmud, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011

Page 156: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

156

BAB XI

VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Kompetensi yang hendak dicapai :

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian validitas

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian reliabilitas

Mahasiswa mampu menjelaskan pengujian validitas

Mahasiswa mampu menjelaskan pengujian reliabilitas

Media yang dapat digunakan :

In Focus / LCD dan Computer

A. Pengertian Validitas

Salah satu masalah dalam kegiatan penelitian adalah masalah cara memperoleh

data informasi yang akurat dan objektif. Sehingga hal ini menjadi sangat penting artinya

dikarenakan kesimpulan penelitian hanya akan dapat dipercaya apabila didasarkan pada

informasi yang juga dapat dipercaya. Sayangnya, informasi yang akurat dan objektif

dalam penelitian biasanya tidak mudah. Karena pengukuran terhadap variabel yang

diteliti menjadi penentu apakah informasi yang dihasilkannya dapat dipercaya atau

tidak.

Para ahli telah menetapkan kriteria bagi setiap alat ukur yang baik, yaitu alat

ukur yang mampu memberikan informasi yang dapat dipercaya. Alat ukur yang baik

tersebut mempunyai kriteria antara lain adalah valid, reliable, standar, ekonomi dan

praktis. Suatu instrument ukur yang tidak valid atau tidak reliable akan memberikan

informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes itu.

Apabila informasi yang keliru itu dengan sadar atau tidak dengan sadar kita gunakan

sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan suatu kesimpulan dan keputusan maka

tentulah kesimpulan dan keputusan itu tidak akan merupakan kesimpulan atau

keputusan yang tepat.

Page 157: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

157

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan

dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Atau lebih mudahnya

dapat dikatakan bahwa validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen

dalam mengukur apa yang ingin diukur. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat

dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi

ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya

pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan

pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.

Makna yang terkandung dalam pengertian validitas bahwa valid-tidaknya suatu

alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mempunyai tujuan

pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Sisi lain dari pengertian validitas adalah

aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu

mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang

cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti bahwa pengkuran itu mampu

memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya di antara subyk yang

satu dengan yang lainnya.

Sebagai contoh, bila kita hendak mengetahui waktu yang diperlkuan dalam

perjalanan dari satu kota ke kota lainnya maka sebuah jam tangan biasa adalah cukp

cermat dan karenanya akan menghasilkan pengukuran waktu yang valid. Akan tetapi,

jam tangan yang sama tentu tidak dapat memberikan hasil ukur yang valid mengenai

waktu yang diperlukan seorang atlet renang untuk menempuh jarak 100 meter,

dikarenakan dalam hal itu diperlukan alat ukur yang lain yang harus dapat memberikan

perbedaan satuan waktu terkecil sampai kepada pecahan detik.

Menggunakan alat ukur yang bertujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu

akan tetapi tidak dapat memberikan hasil ukur yang cermat dan teliti tentu akan dapat

menimbulkan berbagai kesalahan. Kesalahan itu dapat berupa hasil yang terlatlu tinggi

(overestimasi) atau yang terlalu rendah (underestimasi). Sebagaimana telah

dikemukakan di atas, pengertian sangat erat berkaitan dnegan masalah tujuan

pengukuran. Oleh karena itu, tidak ada validitas yang berlaku umum untuk semua

tujuan pengukuran. Suatu alat ukur biasanya merupakan ukuran yang valid untuk satu

tujuan yang spesifik. Adapun jenis-jenis dari validitas, adalah:

Page 158: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

158

1. Validitas isi (content validity)

Validitas isi berhubungan dengan kesanggupan tes untuk mengukur isi

yang seharusnya diukur. Dengan kata lain validitas isi menyatakan apakah tes

sudah mencakup sampel yang representative dari domain perilaku yang diukur.

Misalnya tes kebugaran jasmani pada atlet harus mampu mengungkapkan

kebugaran jasmani atlet tersebut.

2. Validitas konstruk (construct validity)

Validitas konstruk menunjuk pada sejauhmana suatu instrument mampu

mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang akan

diukur. Misalnya instrument motivasi harus mampu mengukur pengertian-

pengertian yang terkandung pda variabel motivasi. Agar lebih jelas, biasanya

variabel tersebut diuraikan dulu menjadi indikator-indikatori

3. Validitas ramalan atau validitas prediksi (predictive validity)

Validitas prediksi menunjuk pada sejauhmana tes dapat menentukan atau

meramalkan kriteria tertentu yang diinginkan. Misalnya apakah prestasi di SEA

Games dapat digunakan untuk meramalkan prestasi di ASIAN Games.

4. Validitas kesamaan (concurrent validity)

Validitas kesamaan menunjuk kepada sejauhmana tes memiliki

kesamaan dengan tes yang sudah ada atau yang sudah dibakukan. Kesamaan

yang dimaksud meliputi kemampuan yang diukur, obyek yang diukur, dan

waktu yang diperlukan.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa validitas tes berhubungan dengan

ketepatan tes terhadap konsep yang akan diukur, sehingga betul-betul bisa mengukur

apa yang seharus nya diukur. Atau dengan kata lain validitas tes berhubungan dengan

ketepatan terhadap apa yang mesti diukur oleh tes dan seberapa cermat tes tersebut

melakukan pengukurannya.

B. Pengertian Reliabilitas

Reliabilitas merupaikan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal

kata rely dan ability. Reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan,

keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya. Namun ide pokok yang

terkandung dalam konsep reliabilitas adalah seajuhmana hasil suatu pengukuran dapat

Page 159: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

159

dipercaya. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran

yang reliable (reliable).

Reliabilitas tes berhubungan dengan konsistensi pengukuran, yaitu seberapa

konsistensi skor tes dari satu pengukuran ke pengukuran berikutnya. Realibitas

dinyatakan dengan koefisien reliabilitas, yaitu koefisien korelasi yang menunjukkan

derajat hubungan antara dua hasil pengukurang yang diperoleh dari instrument atau

prosedur yang sama. Reliabilitas merujuk pada ketepatan/keajegan alat tersebut dalam

menilai apa yang diinginkan, artinya kapanpun alat tersebut digunakan akan

memberikan hasil yang relatif sama.

Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali

pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang

relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.

Dalam hal ini, relative sama berarti tetap adanya tolerannsi terhadap perbedaan-

perbedaan kecil di antara hasil beberapa kali pengukuran. Bila perbedaan itu sangat

besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan

sebagai tidak reliable.

Pengertian reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap

sama. Namun penggunaanya masing-masing perlu diperhatikan. Konsep reliabilitas

dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of

measurement). Eror pengukuran sendiri menunjuk pada sejauhmana inkonsistensi hasil

pengukuran terjadi apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok subjek yang

sama. Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan eror

dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu kepada inkonsistensi hasil

ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda.

Oleh karena itu, dalam riset atau penelitian yang menggunakan alat ukur yang

sebelumnya telah teruji reliabilitasnya, komputasi koefisien reliabilitas hasil ukur bagi

subjek penelitian tersebut masih tetap perlu dilakukan. Subjek penelitian merupakan

kelompok individu yang lain daripada subjek yang dijadikan dasar pengujian reliabilitas

alat ukur semula. Dengan menghitung pula koefisien reliabilitas hasil pengukuran alat

tersebut bagi kelompok subjek yang diteliti, dan lebih jauh, kita dapat memperoleh

informasi mengenai kecermatan data sebagai estimasi skor yang sebenarnya dimiliki

oleh subjek penelitian.

Page 160: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

160

C. Pengujian Validitas

Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur

sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Ada dua jenis validitas untuk instrumen

penelitian, yaitu;

1. Validitas logis (logical validity)

Validitas logis adalah validitas yang dinyatakan berdasarkan hasil

penalaran. Instrumen dinyatakan memiliki validitas apabila di rancang dengan

baik dan menfikuti teori dan ketentuan yang ada. Artinya, apabila instrumen

yang sudah disusun berdasarkan teori penyusunan instrumen yang sudah disusun

berdasarkan teori penyusunan instrumen atau instrumen disusun mengikuti

ketentuan yang ada, secara logis sudah valid. Contoh seorang penliti akan

merancang instrumen penelitian. Variabel yang akan diteliti, misalnya

efektivitas komunikasi interpersonal antara pelatih dan atlet. Instrumen tersebut

dikatakan valid apabila peneliti menyusun instrumen berdasarkan dimensi atau

indikator yang membentuk kompetensi tersebut.

2. Validitas empiris (empirical validity).

Validitas empiris adalah validitas yang dinyatakan berdasarkan hasil

penfalaman. Sebuah instrumen penelitian dikatakan memiliki validitas apabila

sudah teruji dari pengalaman. Dengan demikian, syarat instrumen dikatakan

memiliki validitas apabila sudah dibuktikan melalui pengalaman, yaitu melalui

uji coba. Contoh: Seorang peneliri merancang sebuah instrumen penelitian.

Untuk mengetahui validitasnya, ia menyebarkan instrumen tersebut kepada

responden yang bukan responden sesungguhnya. Setelah di isi oleh responden

dan terkumpul kembali, selanjutnya peneliti menetukan validitasnya berdasarkan

formula tertentu, diantaranya koefisien korelasi product moment dari Karl

Pearson, yaitu:

r. xy = })(Y . }{()( - X .{(n

Y)X)(( - XY n.

2222 YnX

Keterangan :

Page 161: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

161

r.xy = koefisien korelasi antara X dan Y

n = jumlah data (jumlah responden)

X = Skor variabel (Jawaban responden)

Y = Skor total variabel untuk responden (n)

Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam mengukur validitas instrumen

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menybarkan instrumen yang akan diuji validitasnya kepada responden yang

bukan responden sesungguhnya.

2. Mengumpulkan data hasil uji coba instrumen.

3. Memeriksa kelengkapan data untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran

data yang terkumpul.

4. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang

diperoleh. Contoh format tabel perhitungan uji validitas sebagai berikut:

No.

Responden

Nomor Item Instrumen

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

5. Memberikan atau menempatkan skor (scoring) terhadap item-item yang

sudah di isi pada tabel pembantu. Contoh:

No.

Responden

Nomor Item Instrumen Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 48

2 3 2 4 4 4 3 4 4 2 4 34

3 5 4 5 5 3 5 4 4 4 4 43

4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 5 41

5 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 37

6 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 49

Page 162: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

162

No.

Responden

Nomor Item Instrumen Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

7 5 4 5 5 4 5 3 4 5 3 43

8 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 36

9 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 47

10 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 49

Jumlah 44 39 46 45 38 44 42 44 43 42 427

6. Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap butir atau

item angket dari skor-skor yang diperoleh. Pergunakan tabel pembantu

perhitungan korelasi. Contoh format tabel perhitungan korelasi, sebagai

berikut:

No.

Responden X Y XY X2 Y2

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Jumlah

Contoh nya berdasarkan data yang di atas, kita akan menguji validitas

instrumen, item ke 1. Perhitungannya adalah:

No.

Responden X Y XY X2 Y2

1 5 48 240 25 2304

2 3 34 102 9 1156

3 5 43 215 25 1849

4 4 41 164 16 1681

5 3 37 111 9 1369

6 5 49 245 25 2401

7 5 43 215 25 1849

Page 163: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

163

No.

Responden X Y XY X2 Y2

8 4 36 144 16 1296

9 5 47 235 25 2209

10 5 49 245 25 2401

Jumlah 44 427 1916 200 18515

Berdasarkan tabel perhitungan tersebut diketahui:

N = 10, X = 44, Y = 427

XY = 1.916, X2 = 200 Y2 = 18.515

Angka-angka di atas selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus koefisien

Karl Pearson, dan diperoleh:

rxy = })(Y . }{()( - X .{(n

Y)X)(( - XY n.

2222 YnX

rxy = })427(85151 . 10}{()44( - 002 . {(10

27)4(44)( - 1916)( 10.

22 = 0,875

7. Menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada derajat bebas (db) = n – 2.

Pada contoh di atas, diketahui n (jumlah responden) yang dilibatkan dalam

uji validitas adalah 10 orang, sehingga pada db = n – 2 = 10 – 2 = 8 dan α =

5 % diperoleh nilai tabel koefisien korelasi adalah 0,632.

8. Membuat kesimpulan, dengan cara membandingkan nilai hitung r dan nilai

tabel r. Kriterianya jika nilai hitung r lebih besar (>) daripada nilai tabel r,

item instrumen dinyatakan valid. Pada contoh yang di bahas, diketahui nilai r

hitung lebih besar daripada nilai tabel r atau 0,875 > 0,632, sehingga item

nomor 1 dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan

data. Selanjutnya, validitas item lainnya dapat dihitung dengan cara yang

sama, yaitu dengan mengorelasikan antara skor-skor pada item yang akan

diuji validitasnya dan jumlah skor yang diperoleh tiap responden. Jika

Page 164: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

164

dihitung, hasil pengujian validitas item lainnya tampak seperti pada tabel

berikut:

No.

Item

Nilai Hitung Korelasi

(rhitung)

Nilai Hitung Korelasi

(rtabel) Keterangan

1 0,875 0,632 Valid

2 0,764 0,632 Valid

3 0,876 0,632 Valid

4 0,659 0,632 Valid

5 0,664 0,632 Valid

6 0,875 0,632 Valid

7 0,569 0,632 Tidak Valid

8 0,853 0,632 Valid

9 0,835 0,632 Valid

10 0,569 0,632 Tidak Valid

Catatan:

Ada dua pendapat tentang perlu tidaknya digunakan uji t dalam uji validitas

dan reliabilitas. pendapat

t = r2 - 1

2 - N

Dimana:

t = Nilai tabel t student

r = Koefisien Korelasi

N = Ukuran sampel

Berkaitan dengan adanya perbedaan pendapat tentang perlu tidaknya

digunakan uji t dalam uji validitas dan reliabilitas, perlu ditegaskan bahwa kedua

pendapat adalah benar. Akan tetapi, ada syarat yang perlu dipenuhi oleh

keduanya yaitu:

Pengujian validitas cukup menggunakan nilai koefisien korelasi apabila

responden yang dilibatkan dalam pengujian validitas adalah populasi.

Artinya, keputusan valid-tidaknya item instrumen, cukup membandingkan

nilai hitung r dengan nilai tabel r.

Page 165: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

165

Pengujian validitas perlu menggunakan uji t apabila responden yang

dilibatkan dalam pengujian validitas adalah sampel. Artinya keputusan valid-

tidaknya item instrumen, tidak bisa diperoleh dengan membandingkan nilai

hitung r dengan nilai tabel r, tetapi harus dengan membandingkan nilai

hitung t dengan nilai tabel t.

Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa pengujian validitas atau reliabiltias dengan

sensus (populasi) tidak diperlukan generalisasi atau penarikan kesimpulan yang bersifat

umum, karena seluruh anggota populasi dilibatkan dalam penelitian sehingga

kesimpulan yang dibuat berlaku untuk populasi itu sendiri. Adapun dalam pengujian

validitas atau reliabilitas dengan sampel, generalisasi diperlukan karena tidak semua

anggota populasi dilibatkan sebagai responden. Tanpa generalisasi, kesimpulan yang

dibuat hanya untuk anggota sampel yang terlibat langsung sebagai responden, tidak

untuk populasi.

Dalam metode statistika, kegiatan untuk membuat generalisasi dilakukan dengan

menggunakan pengujian statistik tertentu. Dengan demikian, pengujian statistik ini

merupakan pengujian terhadap karakteristik sampel untuk ditarik kesimpulan yang

bersifat umum dalam hal ini dianggap mewakili seluruh keberadaan atau karakteristik

atau apa yang terjadi dalam populasi.

D. Pengujian Reliabilitas

Pengujian alat pengumpulan data yang kedua adalah pengujian reliabilitas

instrumen. Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliable jika pengukurannya

konsisten (cermat) dan akurat. Jadi, uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan

mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil pengukuran

dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali

pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama (homogen) diperoleh

hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum

berubah. Relatif sama berarti adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil

diantara hasil beberapa kali pengukuran.

Ada beberapa metode pengujian reliabilitas diantaranya metode tes ulang,

formula belah dua dari Spearman Brown, formula Rulon, formula Flanagan,

Page 166: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

166

Croncbach’s Alpha, metode formula KR-20, KR-21 dan metode Anova Hoyt. Yang

sering digunakan adalah instrument koefisien alfa (α) dari Croncbach, yaitu:

r 11 =

2

21

1 -k

k

t

i

s

s

Dimana:

Rumus Varians = s2 = N

N

xx

2)(2

rii = Koefisien reliabilitas instrumen

k = Jumlah butir pertanyaan

si2 = Jumlah Varians butir

si2 = Varians Total

N = Jumlah Responden

Langkah-langkah kerja yang dapat dilakukan untuk mengukur reliabilitas

instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menyebarkan instrumen yang akan diuji reliabilitasnya kepada responden

yang bukan responden sesungguhnya.

2. Mengumpulkan data hasil uji coba instrumen.

3. Memeriksa kelengkapna data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran

data yang terkumpul. Termasuk didalamnya memeriksa kelengkapan

pengisian item angket.

4. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item ayng

diperoleh. Dilakuakn untuk mempermudah perhitungan atau pengolahan data

selanjutnya. Berikut contoh format tabel perhitungan uji reliabilitas.

No

Responden

Nomor Item Instrumen

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1

2

3

4

5

Page 167: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

167

No

Responden

Nomor Item Instrumen

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

6

7

8

9

10

5. Memberikan atau menempatkan skor (scoring) terhadap item-item yang

sudah di isi responden pada tabel pembantu.

No

Responden

Nomor Item Instrumen Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 48

2 3 2 4 4 4 3 4 4 2 4 34

3 5 4 5 5 3 5 4 4 4 4 43

4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 5 41

5 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 37

6 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 49

7 5 4 5 5 4 5 3 4 5 3 43

8 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 36

9 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 47

10 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 49

Jumlah 45 41 49 49 43 50 49 52 52 62 427

6. Menghitung nilai varians masing-masing item dan varians total. Gunakan

tabel pembantu berikut:

No.

Responden X X2

1

2

3

4

5

6

7

Page 168: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

168

No.

Responden X X2

8

9

10

Jumlah

Keterangan :

X = Skor-skor pada item k I untuk menghitung varians item atau jumlah

skor yang diperoleh tiap responden untuk menghitung varians total

X = Jumlah seluruh skor pada item ke i atau jumlah skor yang diperoleh

tiap responden

X2 = Jumlah hasil kuadrat skor pada item ke i atau hasil kuadrat jumlah

skor yang diperoleh tiap responden

Perhatikan contoh pada kasus validitas di atas. Misalnya kita akan menghitung

varians item ke 1. Perhitungannya adalah:

No.

Responden X X2

1 5 25

2 3 9

3 5 25

4 4 16

5 3 9

6 5 25

7 5 25

8 4 16

9 5 25

10 5 25

Jumlah 44 200

Dari tabel di atas, diketahui:

N = 10

X = 44

X2 = 200

Page 169: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

169

Angka-angka di atas selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus varians, dan

diperoleh

s2 = N

N

xx

2)(2

s2 = 10

10

2)44(400

= 0,711

Dengan demikian, varians item nomor 1 diketahui sebesar 0,711.

Selanjutnya, varians item lainnya dan varians total dapat dihitung dengan cara

yang sama. Jika dihitung varians itemnya akan diperoleh hasil sebagai berikut:

No Item Varians

1 0.711

2 0.767

3 0.267

4 0.278

5 0.622

6 0.711

7 0.622

8 0.267

9 0.9

10 0.622

Jumlah 5.767

Jumlah varians itemnya adalah sebesar 5,767. Sementara untuk varians

total, jika dihitung dengan rumus di atas, akan diperoleh sebesar 31,34.

7. Menghitung nilai koefisien alfa. Berdasarkan langkah-langkah sebelumnya,

diketahui:

k = 10 (banyaknya item instrument)

si2 = 5,767

si2 = 31,34

N = 10 (jumlah responden)

Page 170: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

170

Angka-angka di atas selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus koefisien alfa,

dan diperoleh:

rii = {k

(k - 1) } {1 -

b2

t2 )

rii = {110

10

} {1 -

34,31

767,5} = 0,951

8. Menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada derajat bebas (db) = n -2.

Pada contoh di atas diketahui n (jumlah responden) yang dilibatkan dalam

uji validitas adalah 10 orang, sehingga pada db = n – 2 = 10 – 2 = 8 dan α =

5% diperoleh nilai tabel koefisien korelasi adalah 0,632.

9. Membuat kesimpulan dengan cara membandingkan nilai hitung r dan nilai

tabel r. Kriterianya jika nilai hitung r lebih besar (>) daripada nilai tabel r,

instrumen dinyatakan reliable. Pada contoh yang di bahas, diketahui nilai

hitung koefisien alfa lebih besar daripada nilai tabelnya atau 0,951 > 0,632,

sehingga instrumen penelitian dinyatakan reliable dan dapat dipergunakan

sebagai alat pengumpulan data.

Latihan

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan validitas?

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan reliabilitas?

3. Bagaimanakah pengujian yang dilakukan untuk menguji validitas?

4. Bagaimanakah pengujian yang dilakukan untuk menguji reliabilitas?

Ringkasan

1. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Atau lebih mudahnya

dapat dikatakan bahwa validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen

dalam mengukur apa yang ingin diukur. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat

dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi

Page 171: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

171

ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya

pengukuran tersebut.

2. Reliabilitas merupaikan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal

kata rely dan ability. Reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti

keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya.

Namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah seajuhmana

hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Pengukuran yang memiliki reliabilitas

tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliable (reliable).

3. Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur sesuatu

dengan tepat apa yang hendak diukur. Ada dua jenis validitas untuk instrumen

penelitian, yaitu; validitas logis dan validitas empiris.

4. Pengujian alat pengumpulan data yang kedua adalah pengujian reliabilitas

instrumen. Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliable jika pengukurannya

konsisten (cermat) dan akurat. Jadi, uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan

tujuan mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil

pengukuran dapat dipercaya.

Sumber Lain

Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah, Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar),

Bandung: Alfabeta, 2011

Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009

Hamzah B. Uno, Herminanto Sofyan dan I Made Candiasa, Pengembangan Instrumen

untuk Penelitian, Jakarta: Delima Press, 2001

Duwi Priyatno, Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS; Plus! Tata Car dan Tips

Menyusun Skripsi dalam Waktu Singkat!, Jakarta: PT. Buku Seru, 2010

Page 172: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

172

BAB XII

TEKNIK ANALISA DATA

Kompetensi yang hendak dicapai :

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan tujuan teknik analisa data

Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam teknik analisa data

Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur analisa data

Mahasiswa mampu menjelaskan analisis statistik deskriptif

Mahasiswa mampu menjelaskan analisis statistik parametrik

Media yang dapat digunakan :

In Focus / LCD dan Computer

A. Pengertian Teknik Analisa Data

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis. Untuk

keperluan analisis data yang baik, selayaknya peneliti memperhatikan dan

mempertimbangkan secara matang mengenai jenis skala data yang dipergunakan oleh

peneliti, dan skema hubungan antar variabel yang telah dirancang oleh peneliti. Sebab,

apabila penelitian yang dilakukan bersifat kuantitatif dengan mempergunakan statistik

inferensial, hasil akhirnya akan berupa hubungan yang tidak signifikan dan hubungan

yang signifikan.

Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi,

sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan

bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan

penelitian. Dengan demikian, teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara

melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi

informasi sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dipahami dengan mudah

dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan

penelitian, baik berkaitan dengan deskripsi data maupun untuk membuat induksi, atau

Page 173: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

173

menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi (parameter) berdasarkan data yang

diperoleh dari sampel (statistik).

Apabila hasil analisis data menunjukkan tidak signifikan, di dalam interpretasi

hasil analisis perlu dicari sumber penyebab tidak signifikannya hipotesis tersebut.

Biasanya, penyebabnya berkisar pada:

Landasan teori yang diterapkan peneliti

Representatif tidaknya sampel yang dipergunakan peneliti

Kurang tepatnya formula hipotesis yang dirumuskan peneliti

Validitas tidaknya instrument yang digunakan peneliti

Reliabilitas tidaknya instrument yang digunakan peneliti

Kurang tepatnya rancang bangun penelitian yang digunakan peneliti

Kurang tepatnya formula analisis yang diterapkan peneliti

Ada tidaknya pengaruh eksternal variabel yang diterapkan peneliti.

Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan diarahkan

untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam

proposal. Karena datanya kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan metode

statistik yang sudah tersedia. Misalnya akan menguji hipotesis hubungan antar dua

variabel, bila datanya ordinal maka statistik yang digunakan adalah Korelasi Spearman

Rank, sedang bila datanya interval atau ratio digunakan Korelasi Pearson Product

Moment. Bila akan menguji signifikansi komparasi data dua sampel, datanya interval

atau ratio digunakan t-test dua sampel, bila datanya nominal digunakan Chi kuadrat.

Sedangkan dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,

dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi),

dan dilakuakn secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang

terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh

pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif),

sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang jelas.

Adapun tujuan dari teknik analisis data adalah:

1. Mendeskripsikan data, biasanya dalam bentuk frekuensi, ukuran tendensi

sentral maupun ukuran disperse, sehingga dapat dipahami karakteristik

datanya. Dalam statistika kegiatan mendeskripsikan data dibahas pada

statistika deskriptif.

Page 174: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

174

2. Membuat induksi atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi,

atau karakteristik populasi berdasarkan data yang diperoleh dari sampel

(statistik). Kesimpulan yang diambil ini biasanya dibuat berdasarkan

pendugaan (estimasi) dan pengujian hipotesis. Dalam statistika kegiatan

membuat induksi atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi

atau sampel dibahas pada statistika inferensial.

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dikemukakan di sini bahwa, analisis

data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang

akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri

maupun orang lain.

B. Macam-macam Teknik Analisa Data

Teknik analisis data dibagai menjadi dua, yaitu teknik analisis data deskriptif

dan teknik analisis data inferensial.

1. Teknik Analisis Deskriptif.

Teknik analisis data penelitian secara deskriptif dilakukan melalui

statistika deskriptif, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat generalisasi hasil penelitian.

Yang termasuk dalam teknik analisis data statistik deskriptif antara lain

penyajian data melalui tabel, grafik, diagram, persentasi, frekuensi, perhitungan

mean, median atau modus.

2. Teknik Analisis Data Inferensial.

Teknik analisis data inferensial dilakukan dengan statistik inferensial,

yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan membuat

kesimpulan yang berlaku umum. Ciri analisis data inferensial adalah

digunakannya rumus statistik tertentu (misalnya uji t, uji F, dan sebagainya).

Hasil perhitungan rumus statistik inilah yang menjadi dasar pembuatan

generalisasi dari sampel bagi populasi. Sehingga, statistik inferensial

Page 175: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

175

mempunyai fungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel bagi

populasi.

Satu hal yang perlu diingat sebelum memilih atau menentukan jenis analisis data

yang akan digunakan adalah dengan memperhatikan rumusan masalah penelitian.

Dengan kata lain pemilihan jenis analisis data harus diarahkan untuk menjawab

permasalahan sebagaimana diungkap pada rumusan masalah. Sehingga, penentuan

analisis data ini didasarkan kepada tujuan penelitian yang sesuai dengan rumusan

masalah dan hipotesis yang dirumuskan.

Contoh:

Rumusan masalah: ”Adakah hubungan antara komunikasi interpersonal dengan

motivasi berprestasi”.

Hipotesis penelitian: ”Terdapat hubungan antara komunikasi interpersonal

dengan motivasi berprestasi”

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, diketahui bahwa tujuan penelitian

adalah mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel

komunikasi interpersonal dan variabel motivasi berprestasi. Oleh karenat itu, telaah

statistika menyebutkan bahwa apabila tujuan penelitian hendak menguji keterkaitan

antara variabel, teknik anlaisis data yang tepat adalah korelasi.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam teknik analisis data penelitian adalah

bahwa istilah deskriptif tidak sama dengan kualitatif. Sebagaimana diungkapkan di atas,

istilah deskriptif tidak identik bahwa penelitian itu tidak melibatkan angka-angka atau

rumus-rumus statistika. Jadi, sesuai dengna fungsinya, istilah deskriptif ini merupakan

kegiatan untuk menjelaskan berbagai karakteristik data sehingga gambaran dari data tiu

terungkap dengan jelas. Cara mendeskripsikan data bisa melalui tabel, grafik, diagram,

persentase, frekuensi, perhitungan mean, median atau modus.

Adapun istilah kualitatif, berkaitan erat dengan pendekatan dalam penelitian.

Dalam pendekatan penelitian kualitatif, kegiatan analisis data tidak melibatkan angka-

angka atau rumus-rumus statistika, baik pada saat pengumpulan data maupun pada saat

proses pengolahan atau analisis data. Kalaupun ada data berupa angka-angka yang

digunakan, data tersebut bentuknya sudah jadi atau tidak diolah atau dianalisis oleh

penleiti. Data tersebut diperoleh dari pihak lain yang berupa data sekunder.

Page 176: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

176

C. Prosedur Analisa Data

Proses analisisi dilakukan setelah melalui proses klasifikasi berupa

pengelompokkan atau pengumpulan dan pengategorian data ke dalam kelas-kelas yang

telah ditentukan. Apabila dijumpai data terlalu banyak dan beragam penafsiran, dapat

diperas guna menjawab masalah dan menguji hipotesis. Klasifikasi data sebagai awal

mengadakan perubahan dari data menta menuju pada pemanfaatan data, merupakan

awal dari penafsiran data untuk analisis. Analisis adalah mengelompokkan, membaut

suatu urutan, memanipulasi, serta menyingkatkan temuan data sehingga mudah untuk

dibaca.

Banyaknya data yang terkumpul tidak menjamin bahwa hasil penelitiannya akan

baik pula. Sebaliknya, sedikitnya data terkumpul tidak memastikan bahwa hasil

penelitiannya kurang memuaskan. Keadaan ini sangat ditentukan oleh pemanfaatan data

yang terkumpul, apakah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya aatau tidak. Pada

dasarnya analisis adalah kegiatan untuk memanfaatkan data sehingga diperoleh suatu

kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu hipotesis.

Secara umum, prosedur analisis data yang dapat dilakukan setelah data

terkumpul adalah sebagai berikut:

1. Editing, yaitu memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisian instrumen

pengumpulan data

2. Koding (pemberian kode), yaitu proses mengidentifikasi dan

mengklasifikasikan setiap pertanyaan yang terdapat dalam instrumen

pengumpulan data menurut variabel-variabel yang diteliti;

3. Tabulasi data, yaitu mencatat atau entri data ke dalam tabel induk penelitian

4. Pengujian kualtias data, yaitu menguji validitas dan reabilitas instrumen

pengumpulan data.

5. Mendeskripsikan data, yaitu mendeskripsikan data agar diketahui atau

dipahami karakteristik yang dimiliki oleh data. Biasanya, mendeskripsikan

data hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, serta

berbagai ukuran tendensi sentral, maupun ukuran dispersi;

6. Pengujian hipotesis, yaitu menguji hipotesis yang telah dibuat, untuk

mengetahui apakah hipotesis yang diajukan tersebut diterima atau ditolak.

Page 177: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

177

D. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistika deskriptif adalah analisis data penelitian secara deskriptif yang

dilakukan melalui statistika deskriptif, yaitu statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat generalisasi hasil penelitian.

Analisis statistika deskriptf dalam penelitian kuantitatif, dilakukan untuk menjawab

pertanyaan masalah yang mengarah kepada gambaran variabel yang diteliti, sehingga

karakteristik yang dimiliki oleh data tersebut dan gambaran empiris tentang variabel

yang diteliti dapat dipahami. Yang termasuk dalam statistika deskriptif adalah frekuensi,

ukuran tenedensi sentral dan ukuran dispersi.

1. Frekuensi.

Frekuensi adalah ukuran statistik deskriptif yang menunjukkan nilai

distribusi data yang disusun menurut kesamaan kategori atau karakteristik.

Penyajian data melalui frekuensi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi (relatif

dan kumulatif), dan grafik (histogram, poligon frekuensi, lingkaran dan ogives).

Adapun jenis data yang dapat digambarkan dalam bentuk frekuensi adalah

nominal, ordinal, interval dan rasio.

2. Tendensi Sentral.

Tendensi sentral adalah ukuran statistik deskriptif yang menjelaskan

gejala pemusatan distribusi data penelitian. Termasuk ke dalam tendensi sentral

adalah rata-rata (mean), median dan modus. Rata-rata (mean) merupakan ukuran

tendensi sentral yang dapat digunakan untuk jenis data berbentuk numerik, yaitu

interval dan rasio. Median digunakan untuk jenis data kategori, yaitu ordinal.

Sementara modus digunakan untuk jenis data nominal dan ordinal.

3. Dispersi.

Dispersi adalah ukuran penyimpangan atau varibilitas data dari ukuran

tendensi sentral. Semakin kecil penyimpangan, semakin mengindikasikan pola

distribusi data mengelompok di sekitar tendensi sentralnya. Termasuk ke dalam

dispersi adalah rentang, standar deviasi dan varians.

Page 178: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

178

E. Analisis Statistik Inferensial

Analisis statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk

menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Atau dapat juga

dikatakan bahwa analisis statistika inferensial yaitu data dengan statistik, yang

digunakan dengan tujuan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Dalam praktek

penelitian, analisis statistika inferensial dilakukan dalam bentuk pengujian hipotesis.

Hasil pengujian hipotesis inilah yang menjadi dasar pembuatan generalisasi dari sampel

bagi populasi. Dengan demikian statistik inferensial berfungsi menggeneralsiasikan

hasil penelitian sampel bagai populasi. Sesuai dengan fungsi tersebut statistik

inferensial sangat tepat untuk penelitian sampel.

Statistik ini disebut juga statistik probabilitas, karena kesimpulan yang

diberlakukan untuk populasi berdasarkan data sampel itu kebenarannya bersifat peluang

(probability). Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan diberlakukan untuk

populasi itu mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) yang

dinyatakan dalam bentuk prosentase. Bila peluang kesalahan 5% maka taraf

kepercayaan 95%, bila peluang kesalahan 1%, maka taraf kepercayaan 99%. Peluang

kesalahan dan kepercayaan ini disebut dengan taraf signifikansi.

Pengujian taraf signifikansi dari hasil suatu analisis akan lebih praktis bila

didasarkan pada tabel sesuai dengan teknik analisis yang digunakan. Misalnya uji-t

maka yang digunakan adalah tabel0t, uji F yang diguanakan adalah tabel F. Pada setiap

tabel sudah disediakan taraf signifikansi berapa persen suatu hasil analisis dapat

digeneralisasikan. Misalnya dari hasil analisis korelasi ditemukan koefisien korelasi

0,45 dan taraf signifikansinya 5%. Hal itu berarti hubungan variabel sebesar 0,45 itu

dapat berlaku pada 95 dari 100 sampel yang diambil dari suatu populasi. Jadi

signifikansi adalah kemampuan untuk digeneralisasikan dengan kesalahan tertentu. Ada

hubungan signifikan berarti hubungan itu dapat digeneralisasikan. Ada perbedaan

signifikan berarti perbedaan itu dapat digeneralisasikan.

Page 179: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

179

Latihan

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Teknik Analisis Data!

2. Sebutkan dan jelaskan tujuan dari teknik analisis data!

3. Sebutkan dan jelaskan macam-macam teknik analisis data!

4. Jelaskan mengenai prosedur teknik analisis data!

5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan teknik analisis deskriptif dan teknik analisis

inferensial

6. Apa saja yang termasuk dalam teknik analisis deskriptif? Jelaskan!

7. Apa saja yang termasuk dalam teknik analisis inferensial? Jelaskan!

Ringkasan

1. Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga

karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan

bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan

penelitian. Dengan demikian, teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara

melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi

informasi sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dipahami dengan

mudah dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan

kegiatan penelitian, baik berkaitan dengan deskripsi data maupun untuk membuat

induksi, atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi (parameter)

berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik).

2. Ada dua tujuan dilakukannya analisis data, yaitu: Mendeskripsikan data, biasanya

dalam bentuk frekuensi, ukuran tendensi sentral maupun ukuran disperse. Dan

Membuat induksi atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi, atau

karakteristik populasi berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik).

3. Teknik analisis data dibagai menjadi dua, yaitu teknik analisis data deskriptif dan

teknik analisis data inferensial. Teknik analisis data penelitian secara deskriptif

dilakukan melalui statistika deskriptif, yaitu statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat generalisasi hasil

penelitian. Sedangkan Teknik analisis data inferensial dilakukan dengan statistik

Page 180: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

180

inferensial, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan membuat

kesimpulan yang berlaku umum. Ciri analisis data inferensial adalah digunakannya

rumus statistik tertentu.

4. Secara umum, prosedur analisis data yang dapat dilakukan setelah data terkumpul

adalah sebagai berikut: Editing, Koding (pemberian kode), Tabulasi data, Pengujian

kualtias data, Mendeskripsikan data, dan Pengujian hipotesis.

5. Analisis statistika deskriptif adalah analisis data penelitian secara deskriptif yang

dilakukan melalui statistika deskriptif, yaitu statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat generalisasi hasil

penelitian. Yang termasuk dalam statistika deskriptif adalah frekuensi, ukuran

tenedensi sentral dan ukuran dispersi.

6. Analisis statistika inferensial yaitu data dengan statistik, yang digunakan dengan

tujuan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Dalam praktek penelitian, analisis

statistika inferensial dilakukan dalam bentuk pengujian hipotesis. Hasil pengujian

hipotesis inilah yang menjadi dasar pembuatan generalisasi dari sampel bagi

populasi.

Sumber Lain

Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah, Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar),

Bandung: Alfabeta, 2011

Jamal Ma’mur Asmani, Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan:

Buku Panduan Super Praktis Penelitian Pendidikan Modern Terkini,

Yogyakarta: DIVA Press, 2011

Maman Abdurrahman, dan Sambas Ali Muhidin, Panduan Praktis Memahami

Penelitian (Bidang Sosial-Administrasi-Pendidikan), Bandung: CV. Pustaka

Setia, 2011

Page 181: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

181

BAB XIII

SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN

Topik ini memberikan penjelasan dan pemahaman tentang bagaimana

sistematikan penulisan laporan penelitian yang dimulai dari cover, kata pengantar,

abstrak, daftar isi, Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab V dan Daftar Pustaka

Kompetensi yang hendak dicapai :

Mahasiswa mampu menjelaskan sistematika laporan hasil penelitian

Media yang dapat digunakan :

In Focus / LCD dan Computer

Pada bab ini membahas mengenai sistematika laporan hasil penelitian

ilmiah/skripsi berdasarkan metode penlitian yang digunakan. Sistematika laporan hasil

penelitian ilmiah/skripsi berbeda-beda pada setiap lembaga bergantung kebijakan dari

lembaga tersebut. Secara umum, sistematika laporan hasil penelitian ilmiah, khususnya

skripsi, terdiri atas tiga bagian yakni bagian awal, bagian isi dan bagian akhir.

1. Bagian awal terdiri atas; halaman judul (cover), abstrak, ringkasan, lembar

persetujuan, lembar pernyataan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar

gambar (jika ada), dan daftar lampiran.

2. Bagian isi terdiri atas beberapa bab, minimal lima bab mulai dari bab pertama

yakni bab pendahuluan sampai bab terakhir yakni bab kesimpulan.

3. Bagian akhir terdiri atas; daftar pustaka dan lampiran.

A. Bagian Awal

1. Judul

Judul merupakan cerminan jiwa dan isi seluruh karya tulis yang dirumuskan

dalam satu kalimat yang ringkas dan komunikatif. Judul mencerminkan konsep yang

diteliti. Halaman judul meliputi bagian luar (cover) dan judul bagian dalam. Akan

Page 182: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

182

tetapi, kandungan atau isi judl bagian luar dan bagian sama, yaitu memuat sebagai

berikut:

a. Judul ditulis dengan huruf kapital, bold, 1 spasi, maksimal tiga baris (ditulis

dengan huruf Arial dengan ukuran 14, apabila ada subjudul ditulis dengan

ukuran huruf 12)

b. Tulisan skripsi (ditulis dengan huruf kapital dengan ukuran huruf 14)

c. Maksud penulisan (ditulis dengan huruf capital pada setiap huruf awal dari

setiap kata, kecuali untuk kata sambung, dengan ukuran huruf 14)

d. Logo lembaga (polos tanpa identitas dengan ukuran 3 x 3 cm)

e. Identitas penulis (nama dan nomor induk atau pokok mahasiswa, ditulis

dengan ukuran huruf 14)

f. Nama lembaga (program studi, jurusan, fakultas, dan universitas atau

institute, ditulis dengan huruf capital dan ukuran huruf 14)

g. Tahun penerbitan

2. Lembar Pengesahan

Lembar pengesahan skripsi intinya terdiri atas nama dan tanda tangan tim

dosen pembimbing. Sekalipun demikian, tidak jarang ada yang memuat nama dan

tanda tangan ketua program studi atau ketua jurusan. Secara lengkap, lembar

pengesahan memuat sebagai berikut:

a. Tulisan “halaman Pengesahan” (ditulis dengan huruf capital, dengan ukuran

14)

b. Nama, nomor induk pegawai dan jabatan dosen pembimbing serta

mengetahui Ketua Jurusan.

3. Menyusun Abstrak

Abstrak merupakan rangkuman dari isi tulisan dalam format yang sangat

singkat. Abstrak menggambarkan isi tulisan. Oleh karena itu, abstrak harus dibuat

dengan baik. Abstrak ini sangat bermanfaat untuk menghemat waktu bagi pembaca.

Untuk skripsi, abstrak dibatasi satu halaman. Untuk itu, isi abstrak tidak perlu

berpanjang lebar dengan latar belakang, tetapi cukup langsung pada intinya saja.

Adapun kesulitan dalam menyusun abstrak adalah cara merangkum semua isi karya

ilmiah/skripsi tersebut menjadi satu halaman.

Page 183: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

183

Abstrak disusun dengan tiga alinea, yaitu alinea pertama berisi latar belakang

masalah, alinea kedua berisi metode penelitian yang digunakan, dan alinea ketiga

berisi hasil penelitian.

4. Kata Pengantar dan Ucapan Terima Kasih

Kata pengantar berisi uraian yang mengantarkan para pembaca pada isi atau

materi penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti. Setelah mengantarkan

pembaca pada isi atau materi penelitian, pada halaman ini peneliti mengungkapkan

terima kasih dan penghargaan kepada pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian penulisan skripsi sebagai karya ilmiah.

Ucapan terima kasih biasanya disampaikan kepada:

a. Dekan Fakultas

b. Ketua Jurusan

c. Ketua Program Studi

d. Dosen Pembimbing Ahli

e. Dosen Pembimbing Akademis

f. Tempat Penelitian

g. Orang tua dan keluarga, serta

h. Rekan mahasiswa

5. Daftar Isi, Daftar Tabel, Dafta Gambar

a. Daftar Isi.

Daftar isi adalah daftar yang memuat sistematika isi laporan secara

terperinci. Daftar isi berfungsi mempermudah para pembaca mencari judul atau

subjudul yang ingin dibacanya. Oleh karena itu, judul atau subjudul yang ditulis

dalam daftar isi harus langsung ditunjukkan nomoro halamannya.

b. Daftar Tabel

Daftar Tabel adalah sebuah daftar yang memuat nama tabel yang dibuat

dalam laporan penelitian. Daftar tabel menyajikan nomor dan judul tabel secara

berurutan mulai dari tabel pertama sampai dengan tabel terakhir, disertai nomor

halaman tempat tabel tersebut dimuat.

Page 184: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

184

c. Daftar Gambar

Daftar gambar adalah sebuah daftar yang memuat nama gambar yang

dibuat dalam laporan penelitian. Daftar gambar menyajikan nomor dan judul

gambar secara berurutan mulai dari gambar pertama samapi dengan gambar

terakhir, disertai nomor halaman tempat gambar tersebut dimuat.

d. Daftar Lampiran

Daftar lampiran adalah sebuah daftar yang memuat nama lampiran yang

digunakan dalam penelitian. Daftar lampiran memuat nomor dan judul lampiran

secara berurutan, sesuai dengan banyaknya lampiran yang dimuat pada bagian

akhir karya ilmiah, yaitu setelah daftar pustaka.

Lampiran-lampiran yang umumnya dimuat dalam daftar lampiran adalah:

(1) Instrumen penelitian, (2) Data dan Hasil pengujian instrumen penelitian, (3)

Deskripsi variabel, (4) Pengujian hipotesis, (5) Tabel-tabel statistika, (6)

Dokumen lain yang relevan

B. Bagian Isi

Bagian isi terdiri atas beberapa bab, minimal lima bab mulai dari bab pertama

yakni bab pendahuluan sampai bab terakhir yakni bab kesimpulan.

1. Bab I. Pendahuluan

Bab I dalam karya ilmiah merupakan pendahuluan, yang berisi latar

belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah,

dan kegunaan penelitian.

a. Latar Belakang Masalah

Pembahasan latar belakang masalah dimaksudkan untuk menjelaskan

alasan pentingnya suatu masalah untuk diteliti. Latar belakang masalah

menguraikan adanya kesenjangan antara fakta atau apa yang ada (Das Sein)

dengan harapan atau apa yang seharusnya (Das Sollen) sebagai masalah

penelitian. Fakta adalah apa yang ada sekarang berupa data sekunder, hasil

observasi, pengalaman pribadi, atau hasil penelitian lainnya, sedangkan

harapan adalah apa yang seharusnya atau yang diinginkan yang berupa

Page 185: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

185

undang-undang, pengaturan, visi misi, renstra kurikulum, atau teori-teori

dalam text book (literature) dan jurnal.

b. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan proses pemikiran untuk

mengungkapkan sejumlah faktor atau variabel yang mungkin menyebabkan

timbulnya masalah penelitian. Identifikasi masalah menguraikan berbagai

masalah yang mengakibatkan terjadinya kesenjangan antara Das Sein dan

Das Sollen. Masalah yang diindentifikasi dinyatakan dalam bentuk

pernyataan bukan pertanyaan.

c. Pembatasan Masalah

Peneliti membatasi masalah yang akan diteliti yakni memilih

beberapa masalah dari sejumlah masalah yang telah diindentifikasi diatas.

Pembatasan masalah dilakukan setidaknya dengan dua alasan, yaitu: (1)

adanya keterbatasan waktu, tenaga, biaya dan kemampuan, sehingga tidak

semua factor yang terindentifikasi memengaruhi masalah penelitian dapat

diteliti, (2) Pemilihan factor-faktor yang diteliti disesuaikan dengan

kebutuhan penelitian, baik dari sisi kepentingan peneliti maupun untuk

kepentingan praktis. Dengan demikian, hanya faktor-faktor yang memiliki

determinan yang tinggi saja yang dipilih sebagai variabel yang memengaruhi

variabel masalah.

d. Perumusan Masalah

Setelah melakukan identifikasi dan pembatasan masalah, maka langkah

selanjutnya adalah merumuskan masalah secara spesifik, sehingga variabel-

variabel yang akan diteliti dan hubungan antarvariabel menjadi jelas.

e. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian berkaitan dengan manfaat yang diharapkan dari

hasil penelitian, bagi bagi peneliti, bagi lembaga yang dijadikan studi kasus

maupun bagi pembaca laporan penelitian tersebut. Pada dasarnya, kegunaan

penelitian dapat dibagi menjadi dua, antara lain:

(1). Kegunaan teoritis, yaitu sumbangan terhadap ilmu karena penelitian ini

memungkinkan untuk menyokong keajegan (keberlakuan) suatu teori,

memodifikasi, atau menggugurkan ilmu

Page 186: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

186

(2). Kegunaan praktis, yaitu kegunaan untuk memecahkan permasalahn

praktis yang dihadapi manajemen dan atau organisasi

2. Bab II. Kajian Teoretis

Pada Bab II isinya memaparkan aspek-aspek teoretis tentang fenomena

atau masalah yang diteliti. Kekeliruan yang sering terjadi dalam menulis Bab II ini

adalah peneliti sering terjebak untuk menguraikan hal ikhwal yang berasal dari

referensi tanpa memerhatikan relevansinya. Hal ini karena berasal dari adanya

anggapan bahwa semakin banyak kutipan yang ditampilkan, semakin baik isi bab 2.

Hal ini tentu saja keliru. Isi bab 2 bukan merupakan book report atau book review

atau pamer kutipan, melainkan merupakan pemaparan yang lebih menegaskan

kerangka pemikiran peneliti dalam memunculkan variabel-variabel yang ditelitinya

serta konteks penelitiannya.

Oleh karena itu, isi pemaparan bab 2 selayaknya dimulai dengan

pemaparan tentang teori yang dijadikan landasan dalam penelitian secara lebih

komprehensif daripada yang sudah dipaparkan dalam kerangka pemikiran. Seluruh

uraian pada bab 2 harus lebih bersifat teoretis tanpa atau sedikit sekali memasukkan

unsur logika peneliti. Pada bab 2 membahas tentang variabel-variabel penelitian

secara konseptual dari berbagai teori atau konsep dari para ahli. Adapun kajian

konseptual ini dimulai dari variabel terikat ke variabel bebas.

Kajian konseptual tidak sekedar mencantumkan konsep-konsep secara

runtut dari berbagai sumber tetapi hasil analisis dari berbagai konsep. Dalam

kerangka teoretik ini peneliti juga membahas keterkaitan antara dan yang didukung

oleh teori yang ada atau hasil pemikiran peneliti yang didukung oleh argumentasi

yang logis untuk menghasilkan hipotesis penelitian.

3. Bab III. Metodologi Penelitian

Bab 3 tentang metode penelitian, berbicara tentang alat yang akan

digunakan dalam kegiatan penelitian. Hanya alat yang dipakai saja yang dimuat

dalam bab ini. Hal ini berarti konsep-konsep tentang metode penelitian yang tidak

digunakan dalam kegiatan penelitian, tidak perlu dimuat dalam bab ini. Sehingga

pemaparan metode pada bab 3 benar-benar berupa penjelasan tentang langkah-

langkah konkret yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan penelitian.

Page 187: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

187

Pada bab ini biasanya memuat: tujuan penelitian, tempat dan waktu

penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik

analisis data dan pengujian hipotesis (bila ada).

a. Tujuan Penelitian

Peneliti mendeskripsikan tujuan penelitian yang ingin dicapai

disesuaikan dengan perumusan masalah.

b. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti mendeskripsikan lokasi dilakukannya penelitian dan waktu

yang digunakan selama penelitian, mulai dari penyusunan rencana

penelitian (proposal) sampai dengan penyusunan laporan penelitian itu

selesai dilakukan.

c. Metode Penelitian

Peneliti menjelaskan metode penelitian yang digunakan apakah itu

metode deskriptif, hubungan atau experiemen. Selain itu peneliti juga

menjelaskan tentang variabel penelitian yang ada dalam penelitian tersebut

dan disain penelitian yang dipilih. Desain penelitian disajikan dalam

bentuk konstelasi penelitian sehingga dapat memberikan gambaran untuk

menguji hipotesis (bila ada).

d. Populasi dan Sampel

Peneliti menjelaskan populasi yang akan diteliti yang meliputi

populasi target dan populasi terjangkau, teknik pengambilan sampel dan

tahap-tahap pengambilan sampel, serta penentuan ukuran sampel yang

akan digunakan secara respesentatif mewakili populasi.

e. Teknik Pengumpulan data

Peneliti menjelaskan jenis-jenis instrumen dan skala pengukuran

yang digunakan, serta tahapan-tahapan pengembangan instrumen yang

mencukup: definisi konseptual, definisi operasional, kisi-kisi instrumen,

proses validasi konsep, pengujian validitas dan penghitungan reliabilitas

instrumen.

f. Teknik Analisa Data

Peneliti mendeskripsikan teknik analis data yang digunakan

meliputi analisis data dengan statistika deskriptif, analisis data dengan

Page 188: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

188

statistika inferensial dan uji persyaratan analisisnya. Analis data dengan

statistika deskriptif dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,

histogram, stem and leaf (diagram batang daun) atau box plot (diagram

kotak garis). Analisis data dengan ststistika inferensial sesuai dengan

penelitian.

4. Bab IV. Hasil Penelitian

Bab 4 dalam karya ilmiah/skripsi menyajikan hasil penelitian dan

pembahasan. Bab ini berisi hasil pengolahan data dan sejumlah informasi yang

dihasilkan dari pengolahan data, sesuai dengan metode (alat) yang dipergunakan

dalam bab 3 tentang metode penelitian. Pada hasil penelitian biasanya memuat:

(1). Karakteristik responden, (2). Pengujian Instrumen Penelitian; (3). Deskripsi

Variabel, (4). Pengujian persyaratan analisis data (uji asumsi, jika perlu); dan (5).

Pengujian hipotesis.

a. Karakteristik responden

Karakteristik responden adalah atribut yang melekat pada responden,

misalnya unitkerja, pendidikan, gender, golongan dan usia. Tujuan

dimuatnya karakteristik responden dalam hasil penelitian adalah untuk

kedalaman pembahasan. Peneliti bisa mengugnakan karakteristik responden

sebagai variabel control dalam mengkaji variabel-variabel yang sudah ada.

b. Pengujian instrumen penelitian

Pengujian instrumen dimuat dalam hasil penelitian, untuk

memberikan gambaran bahwa instrument yang digunakan sebagai alat untuk

mengumpulkan data memiliki kualitas yang baik dari sisi kelayakan maupun

keterpercayaannya. Pengujian instrument yang biasa dilakukan adalah uji

validitas dan reliabilitas.

c. Deskripsi Variabel

Deskripsi variabel adalah gambaran tentang variabel-variabel

secara empiris berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, dan

merupakan jawaban atas pertanyaan masalah yang telah dirumuskan pada

bab 1, seperti pertanyaan, “Bagaimanakah gambaran variabel motivasi di

PB. Bangkit Jaya”. Deskripsi variabel dalam penelitian kuantitatif biasanya

Page 189: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

189

menggunakan alat bantu statistika, yaitu metode statistika deskriptif. Metode

ini digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa

bermaksud membuat generalisasi hasil penelitian. Termasuk dalam teknik

analisis data statistic deskriptif ini adalah penyajian data melalui tabel,

grafik, diagram, persentase, frekuensi, perhitungan rata-rata, median, modus

dan standar deviasi.

d. Pengujian persyaratan analisis data (uji asumsi) (jika perlu)

Pengujian persyaratan analisis data dimuat dalam bab ini apabila

teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian merupakan teknik

analisis statistikan parametric. Jadi, apabila teknik statistika nonparametric

yang digunakan, uji asumsi ini tidak perlu dilakukan. Uji asumsi yang biasa

dilakukan adalah uji normalitas, uji homogenitas, dan uji Linearitas. Khusus

untuk uji linieritas dilakukan uji asumsi ini apabila analisis data yang

digunakan merupakn analisis hubungan (asosiasi), misalnya korelasi, regresi

dan jalur.

e. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis adalah jawaban atas pertanyaan masalah yang

telah dirumuskan pada bab 1, seperti pertanyaan masalah, “Apakah ada

hubungan antara komunikasi dengan motivasi atlet di PB. Bangkit Jaya”.

Pengujian hipotesis merupakan bagian dari kegiatan analisis data dan

menggunakan statistika sebagai alat mengujinya, khususnya metode

statistika inferensial. Metode statistic inferensial, yaitu statistic yang

digunakan untuk menganalisis data dengan membuat kesimpulan yang

berlaku umum. Cirinya adalah digunakannya rumus statistic tertentu

(misalnya uji t, uji F, dan lain sebagainya). Hasil perhitungan rumus statistic

inilah yang menjadi dasar pembuatan generalisasi hasil penelitian.

Setelah menyusun hasil penelitian, maka selanjutnya adalah

menyusun pembahasan. Pembahasan hasil penelitian disusun sesuai dengan

banyaknya rumusan masalah yang telah dibuat pada bab 1. Jadi, apabila

terdapat tiga rumusan masalah, pembahasan hasil penelitian pun sebanyak

tiga pembahasan. Isi pembahasan hasil penelitian biasanya adalah:

Page 190: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

190

a. Mengungkapkan, menjelaskan, dan membahas hasil penelitian

b. Menganalisis hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan yang

telah ditentukan; dan

c. Membahas hasil pengujian hipotesis dan mengungkapkan temuan

yang mengacu pada tujuan penelitian.

5. Bab V. Kesimpulan dan Saran

Bab 5 dalam karya ilmiah umumnya memuat kesimpulan dan saran.

Kesimpulan dalam bab 5 diturunkan dari pembahasan hasil penelitian ayng

merupakan jawaban dari pembahasan hasil penelitian yang merupakan jawaban

terhadap masalah penelitian yang telah dirumuskan. Adapun saran merupakan solusi

terhadap permasalahan yang ditemukan selama melakukan penelitian. Saran dibuat

berdasarkan indicator-indikator yang ditemukan paling rendah tingkatannya jika

dibandingkan dengan indicator lainnya. Oleh karena itu, setiap variabel akan

menghasilkan minimal satu saran.

Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penelitian adalah terdapat dua

kesimpulan yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penelitian adalah terdapat dua

kesimpulan yang harus dibuat oleh seorang peneliti, yaitu kesimpulan statistika dan

kesimpulan penelitian. Kesimpulan statistika adalah kesimpulan yang diambil

berkaitan dengan kegiatan pengolahan data, khususnya pada saat dilakukan analisis

data untuk menguji hipotesis. Ciri kesimpulan statistic adalah munculnya angka-

angka yang menyertai kesimpulan yang dibuat. Adapun kesimpulan penelitian

adalah kesimpulan yang diambil berkaitan dengan keseluruhan hasil penelitian yang

merupakan jawaban atas permasalahan penelitian ayng telah dirumuskan. Oleh

karena itu, dalam kesimpulan penelitian tidak diperlukan lagi angka-angka yang

menyertai kesimpulan yang dibuat.

C. Bagian akhir terdiri atas; daftar pustaka dan lampiran.

1. Daftar Pustaka

Daftar pustaka dalam karya ilmiah merupakan daftar buku, jurnal, laporan

penelitian dan karya tulis lainnya yang dijadikan rujukan dalam penulisan karya

Page 191: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

191

ilmiah, baik cetak maupun elektronik. Beberapa hal yang dapat dijadikan panduan

dalam menulis daftar pustaka, antara lain:

a. Disusun secara alfabetis. Jika huruf awal sama, hurus kedua dari nama

penulis itu menjadi dasar urutan demikian seterusnya

b. Susunan penulisan daftar pustaka meliputi: nama penulis, judul buku,

kota penerbit berada, nama penerbit dan tahun penerbitan.

c. Baris pertama diketik mulai pukulan pertama dan baris kedua dan

seterusnya diketik mulai pukulan kelima atau satu tab dalam computer.

2. Lampiran

Bagian akhir dari karya ilmiah adalah lampiran. Lampiran berisi semua alat

dan dokumen yang digunakan dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah.

Lampiran-lampiran yang umumnya dimuat antara lain: instrument penelitian, data

dan hasil pengujian instrument penelitian, data dan hasil pengujian persyaratan

analisis data, deskripsi variabel, pengujian hipotesis, tabel-tabel statistika, dokumen

yang relevan dan riwayat penulis.

Latihan

1. Sebutkan apa saja yang ada di bagian awal suatu karya ilmiah? Berikan penjelasan

2. Sebutkan apa saja yang ada di bagian tengah suatu karya ilmiah? Berikan penjelasan

3. Sebutkan apa saja yang ada di bagian akhir suatu karya ilmiah? Berikan penjelasan

Ringkasan

1. Sistematika laporan hasil penelitian ilmiah/skripsi berbeda-beda pada setiap

lembaga bergantung kebijakan dari lembaga tersebut. Secara umum, sistematika

laporan hasil penelitian ilmiah, khususnya skripsi, terdiri atas tiga bagian yakni

bagian awal, bagian isi dan bagian akhir.

Page 192: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

192

2. Bagian awal terdiri atas; halaman judul (cover), abstrak, ringkasan, lembar

persetujuan, lembar pernyataan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar

gambar (jika ada), dan daftar lampiran.

3. Bagian isi terdiri atas beberapa bab, minimal lima bab mulai dari bab pertama yakni

bab pendahuluan sampai bab terakhir yakni bab kesimpulan.

4. Bagian akhir terdiri atas; daftar pustaka dan lampiran.

Sumber Lain

Maman Abdurrahman dan Sambas Ali Muhidin, Panduan Praktis Memahami

Penelitian (Bidang Sosial-Administrasi-Pendidikan), Bandung: CV. Pustaka

Setia, 2011

Buku Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Negeri

Jakarta, 2012

Page 193: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

193

DAFTAR PUSTAKA

Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian; Suatu Tinjauan Teoritis &

Praksis, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011

Buku Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi, Program Pascasarjana, Universitas

Negeri Jakarta, 2012

Danang Sunyoto. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, Jakarta: PT. Buku Seru, 2011

Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2009

Jamal Ma’mur Asmani. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis, Penelitian Pendidikan:

Buku Panduan Penelitian Pendidikan Modern Terkini, Yogyakarta: DIVA Press,

April 2011

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian; Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya Ilmiah,

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010

Maman Abdurrahaman dan Sambas Ali Muhidin. Panduan Praktis Memahami

Penelitian (Bidang Sosial-Administrasi-Pendidikan), Bandung: CV. Pustaka

Setia,2011

Masyhuri dan M. Zainuddin. Metodologi Penelitian; Pendekatan Praktis dan Aplikatif,

Malang: PT. Refika Aditama, 2008

Restu Kartiko Widi. Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan Penuntun

Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV. Alfabeta, 2003

, Metode Penelitian; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:

Alfabeta, 2008

Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009

Hamzah B. Uno, Herminanto Sofyan dan I Made Candiasa, Pengembangan Instrumen

untuk Penelitian, Jakarta: Delima Press, 2001

Page 194: PRAKATA - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Bahan_Ajar_Ika_Metlit.pdf · dapat memahami buku ajar ini deban baik, maka pembaca perlu memahami setiap bab secara

194

RIWAYAT HIDUP

Ika Novitaria Marani, Lahir di Jakarta, 09 November 1979 dari

pasangan Ayah, Aladin Marani dan Ibu Yul Asteria Zakaria.

Pendidikan. Menyelesaikan studi SD Negeri Nusa Indah 1991,

SMP Negeri 109 Jakarta Timur 1994, SMU Negeri 71 Jakarta Timur 1997,

kemudian melanjutkan studi ke Program S1 FPOK – IKIP Jakarta pada tahun

1997 dan selesai pada tahun 2002. Studi ke Program S1 Manajemen

Universitas Nasional (UNAS) pada tahun 1999 dan selesai pada tahun 2004.

Melanjutkan studi ke Program S2 Pascasarjana Universitas Indonesia (UI)

Depok pada program studi Manajemen Komunikasi pada tahun 2007 dan

selesai pada tahun 2009. Melanjutkan studi ke Program S3 Pascasarjana

Universitas Negeri Jakarta program studi Pendidikan Olahraga (POR) pada

tahun 2009.

Sejak tahun 2004, bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta pada Jurusan Somatokinetika

Program Studi Kepelatihan. Dan saat ini menjabat sebagai Sekretaris Jurusan

Somatokinetika Fakultas Ilmu Keolahragaan periode 2012 – 2016.

Karya ilmiah yang pernah di buat dan dipublikasikan : 1). Strategic

Planning For Public Relations Towards Sea Games 2011, 2). The Role of Mass

Media on Sport Events, 3). The Role of Integrated Marketing Communication

(IMC) in Building and Marketing Product, 4). Pola Pengembangan Semangat

Kewiraswastaan Mahasiswa Melalui Pendekatan Gugus Kendali Mutu, 5). Sport

Marketing.