ppt

download ppt

of 32

Transcript of ppt

  • Faktor Resiko Timbulnya Penyakit Pitiriasis VersikolorRiki1061050181

  • Latar BelakangPitiriasis versikolor atau tinea versikolor merupakan salah satu penyakit mikosis superfisial nondermatofitosis.Penyakit ini merupakan penyakit yang universal dan ditemukan di seluruh dunia pada semua umurAngka kejadian penyakit ini sekitar 20-50 % pada daerah yang beriklim tropis dan beriklim subtropis

  • Latar BelakangDi Indonesia penyakit ini merupakan salah satu penyakit mikosis superfisial dengan frekuensi tinggi. Pitiriasis versikolor disebabkan oleh beberapa jenis jamur Malassezia spp.Hubungan faktor resiko dengan pitiriasis versikolor

  • Perumusan MasalahPenyakit ini merupakan penyakit yang universal dan ditemukan diseluruh dunia pada semua umur. Pitiriasis versikolor dipengaruhi oleh faktor resiko tertentu, sehingga seseorang akan lebih mudah terkena penyakit ini dan sering mengalami kekambuhan. Oleh karena itu studi literatur ini ditujukan untuk menelusuri lebih lanjut faktor resiko yang menimbulkan penyakit pitiriasis versikolor.

  • Tujuan Penulisan Tujuan UmumUntuk memberikan informasi dan pegetahuan tentang faktor resiko yang dapat menimbulkan penyakit pitiriasis versikolor.

    Tujuan KhususUntuk mengetahui penanggulangan penyakit pitiriasis versikolor.Mengurangi angka kekambuhan pada orang yang mempunyai faktor resiko terjadinya pitiriasis versikolor.

  • Manfaat Penulisan Bagi MahasiswaMahasiswa mengetahui, memahami, dan menguasai tentang metode pembuatan skripsi berdasarkan studi literatur. Bagi Institusi PendidikanMewujudkan Universitas Kristen Indonesia sebagai Research University dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi, serta sebagai bahan bacaaan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Kristen Indonesia.

  • Manfaat Penulisan Bagi MasyarakatSebagai bahan masukan bagi instansi kesehatan, pendidikan, media informasi dan komunikasi sehingga memberikan pemahaman yang baik bagi masyarakat tentang penyakit pitiriasis versikolor.

  • Anatomi KulitPembagian kulit secara garis besar terdapat 3 lapisan utama yaitu :Lapisan epidermis atau kutikel.Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin).Lapisan subkutis (hipodermis).

    Selain itu terdapat adneksa kulit yang terdiri dari kelenjar kulit, kuku, dan rambut.

  • Anatomi Kulit

    Struktur Kulit (sumber:http://www.in-vivo-health.co.uk/image/skin_ structure.jpg)

  • Fisiologi KulitFungsi proteksiFungsi absorpsiFungsi ekskresi Fungsi persepsiFungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)Fungsi pembentukan pigmenFungsi keratinisasiFungsi pembentukan vitamin D

  • Penyakit Pitiriasis VersikolorDefinisiEpidemiologiEtiologiTaksonomi Malassezia spp.Patogenesis dan Gejala KlinisDiagnosis Terapi

  • DefinisiPitiriasis versikolor adalah suatu penyakit jamur superfisial kronis dan asimptomatik yang ditandai dengan munculnya lesi bulat atau oval. Lesi tersebut bisa hipopigmentasi ataupun hiperpigmentasi. Penyakit ini umumnya menyerang badan (dada, punggung) dan kadang-kadang terlihat di ketiak, sela paha, tungkai atas, leher, muka, dan kulit kepala.

  • EpidemiologiPenyakit universal dan ditemukan diseluruh dunia terutama beriklim tropisPada United States prevalensi 2-8% populasiPenelitian Krisanti RI et al insidensi 30-40% pada daerah beriklim tropisPenelitian Mahmoudabadi AZ et al prevalensi tertinggi berumur 17-28 tahun (70, 6%) dan laki-laki lebih besar kemungkinan terkena dengan rasio 1.64:1

  • Etiologi

    Merupakan flora normalEichstedt dan Louis Malassez menggambarkan organisme tersebut sebagai sel ragi bulat dan sel tunas ovalBersifat lipofilik

  • Taksonomi Malassezia spp.Malassezia spp. merupakan organisme dimorphic, yaitu hidup dalam bentuk ragi dan dalam bentuk miselium1846 Eichstedt jamur yang terkait dengan lesi pitiriasis versikolor Klasifikasi taksonomi resmi pertama yaitu genus Pityrosporum1889 Baillon genus Malassezia dan Malassezia furfur 1995 Publikasi seminal oleh Guillot dan Gueho 7 spesies Malassezia

  • Patogenesis dan Gejala KlinisPitiriasis versikolor disebabkan oleh jamur Malassezia , bersifat lipofilik dimorfik yang membutuhkan lipid untuk pertumbuhannya

    Awal infeksi jamur tampak sebagai sel ragi (saprofit) dan berubah menjadi patogen setelah sel ragi menjadi miselium (hifa) sehingga menyebabkan timbulnya lesi dikulit. Lesi bisa hipopigmentasi dan hiperpigmentasi Jamur Malassezia spp.Faktor dan Kondisi TertentuPatogenStratum korneumLesi

  • Patogenesis dan Gejala KlinisLesi hipopigmentasi disebabkan oleh asam dikarboksilat, contohnya asam azelat yang dihasilkan oleh jamur dan menghambat tirosinase yang terlibat dalam produksi melanin. Lesi hiperpigmentasi disebabkan oleh peradangan ringan. Kelainan kulit terutama pada tubuh bagian atas berupa bercak yang bulat-bulat kecil (nummular), atau bahkan lebar seperti plakat apabila penyakit ini sudah menahun. lesi tersebut juga bisa mengakibatkan pruritus atau gatal

    (A, C) Lesi hiperpigmentasi, (B, D) lesi hipopigmentasi (sumber: Ann Dermatol. November 2012; 24(4): 444452 )

  • DiagnosisGejala klinis Pemeriksaan fluoresensi lesi kulit dengan lampu wood : Berwarna kuning keemasanSediaan langsung : Kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat campuran hifa pendek, spora-spora bulat dengan miselium yang pendek menyerupai gambaran seperti spageti dan bakso

    Gambaran spageti dan bakso sediaan KOH (100x) (Sumber : Ann Dermatol. Agustus 2012 ; 24(3): 345347 )

  • TerapiPitiriaisis versikolor dapat diobati secara Topikal : lotion atau krim yang mengandung selenium sulfide, sodium tiosulfat, sodium sulfacetamide, ciclopiroxolamine, atau dengan anti jamur spesifikOral : Ketoconazole, fluconazole, itraconazole Itraconazole sebagai pengobatan profilaksis

  • PembahasanFaktor resiko timbulnya penyakit pitiriasis versikolor :UmurJenis KelaminIklimFaktor genetikPenggunaan Obat Immunosupresan

  • UmurFrekuensi dan densitas kolonisasi dari jamur Malassezia spp. ini berkaitan dengan aktivitas kelenjar sebaseaPaling sering dialami oleh remaja dan dewasaPada penelitian He SM et al prevalensi tertinggi pada pitiriasis versikolor berusia 20-29 tahun.Penyakit ini jarang ditemukan pada anak-anak, hanya 5,9% ditemukan pada anak-anak usia dibawah 12 tahun

  • Jenis KelaminPada penelitian He SM et al laki-laki lebih besar kemungkinannya menderita pitiriasis versikolor daripada perempuan di setiap interval umur dengan rasio 2,2:1. Aktivitas kelenjar sebasea yang lebih tinggi pada laki-lakiAktivitas hormon androgen memiliki peranan penting dengan timbulnya pitiriasis versikolor Laki-laki lebih mudah berkeringat daripada perempuan dikarenakan perbedaan fisiologis antara kedua jenis kelamin

  • Distribusi insiden pitiriasis versikolor berdasarkan umur dan jenis kelamin (Sumber : He SM, et al. The genetic epidemiology of tinea versicolor in China. Mycoses 51. 2007: 5562)

  • IklimPrevalensi iklim tropis/musim panas: 20-50%. Pitiriasis versikolor berhubungan dengan lingkungan dengan temperatur yang tinggi dan kelembaban, Iklim Penyebaran dan kekambuhan

    Distribusi insiden pitiriasis versikolor. Puncak insiden pitiriasis versikolor terjadi pada musim panas. (sumber : He SM, et al.The genetic epidemiology of tinea versicolor in China. Mycoses 51. 2007: 5562)

  • Faktor GenetikPada penelitian He SM et al dari 503 pasien yang diteliti, sebanyak 106 (21.1%) pasien dilaporkan positif memiliki riwayat keluarga pitiriasis versikolor ( 66 laki-laki, 40 perempuan).

    Riwayat Keluarga +Onset umur rata-rata Angka KekambuhanDurasi

  • Penggunaan Obat Immunosupresan

    Enam puluh lima (63.7%) dari 102 resipien transplantasi ginjal mengalami oral kutaneus kandidiasis, dermatofitosis, pitiriasis versikolor, dan hanya 27 (30.7%) pasien yang mengkontrol infeksi jamur. Terjadi peningkatan kolonisasi jamur Malassezia spp. hingga 69% pada pasien tranplantasi ginjal

    Penggunaan Obat ImmunosupresanimunitasRentan InfeksiInfeksi Jamur

  • KesimpulanPitiriasis versikolor disebabkan oleh jamur Malassezia spp. yang merupakan flora normal pada kulit manusiaPitiriasis versikolor dipengarahui oleh faktor resiko yang mengakibatkan jamur tersebut dapat berubah menjadi patogen dalam bentuk miselium.Faktor resiko yang berhubungan dengan ini ialah umur, jenis kelamin, iklim, faktor genetik, dan penggunaan obat imunosupresan.

  • SaranPerlu dilakukan penelusuran lebih lanjut tentang penyakit pitiriasis versikolor. Dengan penelusuran lebih lanjut diharapkan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas dan pemahaman yang lebih baik tentang pitiriasis versikolor, sehingga upaya untuk mengurangi angka kejadian dan angka kekambuhan penyakit pitiriasis versikolor dapat dilakukan lebih baik lagi.

  • Daftar PustakaSiregar RS. Mikosis Superfisialis. In : Hartanto H, editor. Penyakit Jamur Kulit, edisi 2. Jakarta: EGC, 2002: 8-11.Wasitaatmadja SM. Anatomi dan Faal Kulit. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi 5. Jakarta: FKUI, 2007: 3-5, 7-8. Amirlak B. Skin anatomy. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com /article/ 1294744-overview#showall 1 September 2012. Shokohi T, Afshar P, Barzgar A. Distribution of Malassezia species in patients with pityriasis versicolor in Northern Iran. Indian J Med Microbiol. 2009: 27:321 -4. Diunduh dari http://www.ijmm.org/article.asp?issn=0255-0857;year=2009;vo lume= 27;issue=4;spage=321;epage=324;aulast=Shokohi 5 September 2012Mulyati, Sulaeman JR, Susilo J. Mikosis Superfisialis Bukan Dermatofitosis. In : Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S, editors. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran edisi 4. Jakarta: FKUI, 2008:311-13. KrisantyRI, Bramono K, Made WI. Identification of Malassezia species from pityriasis versicolor in Indonesia and its relationship with clinical characteristics. Mycoses. 2009:52(3):257-62.Diunduh dari http://reference.medscape.com/med line/abstract/18643886 3 Oktober 2012Burkhart CG. Tinea Versicolor. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/ article/1091575-overview#showall 15 September 2012.Mahmoudabadi AZ, Mossavi Z, Zarrin M. Pityriasis versicolor in Ahvaz. Iran Jundishapur Journal of Microbiology. 2009: 2(3): 92-96. Diunduh dari http://jjm.ajums.ac.ir 15 September 2012MuhammadN, Kamal M, Islam T, Islam N, Shafiquzzaman M. A study to evaluate the efficacy and safety of oral fluconazole in the treatment of tinea versicolor.Mymensingh Med J. 2009: 18(1):31-5. Diunduh dari http://reference. medscape.com/medline/abstract/19182746 3 Oktober 2012Petry V, Tanhausen F, Weiss L, Milan T, Mezzari A, Weber MB. Identification of Malassezia yeast species isolated from patients with pityriasis versicolor. An Bras Dermatol. 2011:86(4):803-5. Diunduh dari http://www.scielo.br/scielo.php? script=sci_arttext&pid=S0365-05962011000400032&lng=en&nrm=iso&tlng=en 2 Oktober 2012Framil VMS, Szeszs MW, Melhem MSC, Zaitz C. New aspects in clinical course of Pityriasis Versicolor. An Bras Dermatol. 2011: 86 (6):1135-40. Diunduh dari http://www.scielo.br/pdf/abd/v86n6/en_v86n6a11.pdf 29 september 2012Chaudhary R, Singh S, Banerjee T, Tilak R. Prevalence of different Malassezia species in pityriasis versicolor in central India. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2010: 76:159-64. Diunduh dari http://www.ijdvl.com/article.asp?issn =0378-6323;year=2010;volume=76;issue=2;spage=159;epage=164;aulast=Chau-dhary 21 September 2012

  • Daftar PustakaWagner DK, Sohnle PG. Cutaneous defenses against dermatophyts and yeast. Clinical Microbiology Review. 1995, 8(3):317. Diunduh dari http://cmr.asm.org/ 30 Agustus 2012Tarazooie B, Kordbacheh P, Zaini F, Zomoradian K, Saadat F, Zeraati H, et al. Study of the distribution of Malassezia species in patients with pityriasis versicolor and healthy individuals in Tehran, Iran. BMC Dermatology. 2004: 4:5. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC421732/ 26 September 2012 Giusiano G, Sosa Mde L, Rojas F, Vanacore ST, Mangiaterra M. Prevalence of Malassezia species in pityriasis versicolor lesions in northeast Argentina. Rev Iberoam Micology. 2010: 27(2):71-4. Diunduh dari http://www. reviberoammicol. com/2010-27/071074.pdf 14 Oktober 2012Marconi MJ, Powell DA. Human Infections Due to Malassezia spp. Clinical Microbiology Reviews. 1992:101-19. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov /pmc /articles/PMC358230/ 29 Agustus 2012Ashbee HR, Evans EGV. Immunology of Diseases Associated with Malassezia Species. Clinical Microbiology Reviews. 2002: 21-57. Diunduh dari http://www. ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC118058/pdf/cm0002.pdf 6 September 2012Malassezia spp. Diunduh dari http://www.doctorfungus.org/thefungi/malassezia. php 1 November 2012.Burkhart CG. Tinea Versicolor Workup. Diunduh dari http://emedicine. medscape .com/article/1091575-workup 10 Oktober 2012. Burkhart CG. Tinea Versicolor Treatment & management. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1091575-treatment. 10 Oktober 2012.Gle AT, Demirbilek M, Seckin D, Can F, Saray Y, Sarifakiolu E, et al. Superficial fungal infections in 102 renal transplant recipients: a case-control study. Journal of the American Academy of Dermatology. 2003: 49: 187-92. Diunduh dari http://www.jaad.org/article/S0190-9622%2803%2900861-2/abstract 7 November 2012Ryu HW, Cho JW, Lee KS. Pityriasis Versicolor on Penile Shaft in a Renal Transplant Recipient. Ann Dermatol. 2012: 24(3): 34547. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3412245/ 7 November 2012He SM, Du WD, Yang S, Zhou SM, Li W, Wang J, et al. The genetic epidemiology of tinea versicolor in China. Mycoses 51. 2007: 5562. Diunduh dari http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1439-0507.2007.01437.x/pdf 2 November 2012Faergemann J, Gupta AK, Mofadi AA, Abanami A, Shareaah A, Marynissen G. Efficacy of Itraconazole in the Prophylactic Treatment of Pityriasis (Tinea) Versicolor. Arch Dermatol. 2002: 138(1):69-73. Diunduh dari http://www. archderm.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=478654 2 November 2012High WA. Pityriasis Versicolor. In: Elston DM, Scher RK, editors. Clinical Management of Uncomplicated Skin and Skin-Structure Infections, edisi 1. USA : Profesional Communication Inc, 2007 : 167-70.

  • Terimakasih

  • PertanyaanMengapa pada beberapa penelitian lain didapatkan insidensi terjadinya pitiriasis versikolor lebih besar pada perempuan?Karena pada penelitian lain mengatakan bahwa wanita lebih sering berobat dengan alasan kosmetik, kebersihan kulit, dan estetika, oleh karena itu didapatkan perempuan lebih sering mengalami pitiriasis versikolor

    Pada penggunaan obat imunosupresan anda memberikan contoh pada tranplantasi ginjal, apakah juga terdapat resiko pada transplantasi organ lain?Pada jurnal yang saya temukan, banyak topik yang membahas tentang hubungan pitiriasis versikolor dengan transplantasi ginjal yang menggunakan obat imunosupresan dengan terjadinya infeksi jamur contohnya pitiriasis versikolor. Jadi mungkin saja pada transplantasi organ lain faktor resiko akan meningkat dengan syarat pasien tersebut menggunakan obat imuno supresan.

    ********************************