PPT MH

68
KUSTA Preceptor: Dr.dr. Savitri Restu W, Sp.KK Yanuar Surya SP 0710151

Transcript of PPT MH

Page 1: PPT MH

KUSTA

Preceptor: Dr.dr. Savitri Restu W, Sp.KK

Yanuar Surya SP0710151

Page 2: PPT MH

• Lepra dijumpai di negara-negara yang sedang berkembang

• Indonesia negara ketiga terbanyak penderitanya setelah India dan Brasil.

• Berbagai masalah segi medis dan sosial timbul akibat penyakit lepra

PendahuluanKusta

Page 3: PPT MH

• Penyakit infeksi kronis, disebabkan Mycobacteroium lepraeMycobacteroium leprae

• Mula-mula mengenai kulit,SS tepi, mukosa mulut, traktus respiratorius atas, RES, mata, otot, tulang, testis & organ lain, kecuali SSPkecuali SSP.

DefinisiKusta

Page 4: PPT MH

Mycobacterium lepraeMycobacterium leprae • Basil gram positif, tahan asam, tahan

alkohol• Ukuran 3 – 8 μm x 0,5 μm • Sifat parasit obligat intraseluler • Tidak dapat dibiakan dalam media

buatan

EtiologiKusta

Page 5: PPT MH

WHO 2006• Dunia pasien lepra 224.727

penderita. • Indonesia 22.175 prevalensi

lepra 1,7 per 10.000 penduduk.• laki-laki > wanita • usia puncak 10-20 tahun dan 30-50

tahun

EpidemiologiKusta

Page 6: PPT MH

• Pada tahun 2009, 17.260 kasus baru kusta di Indonesia dan jumlah kasus terdaftar sebanyak 21.026 orang.

• Sedangkan tahun 2010, jumlah kasus baru tercatat 10.706) dan jumlah kasus terdaftar sebanyak 20.329 orang : 0.86.

• Pada 28 Januari 2011 lalu, bertepatan dengan peringatan Hari Kusta Sedunia ke 58  6

Page 7: PPT MH

Klasifikasi

Klasifikasi Internasional Madrid(1953)• Indeterminate (I)• Tuberkuloid (T)• Borderline-Dimorphous (B)• Lepromatosa (L)

Kusta

Page 8: PPT MH

Klasifikasi

klasfikasi Ridley-Jopling (1962).• Tuberkoloid (TT)• Borderline tubercoloid (BT)• Mid-Borderline (BB)• Borderline lepromatous (BL)• Lepromatosa (LL)

Kusta

Page 9: PPT MH

Klasifikasi

klasifikasi WHO (1981) & modifikasi WHO (1988)

• Pausibasilar (PB)• Multibasilar (MB)

Kusta

Page 10: PPT MH

Patogenesis

• Pengaruh M. leprae terhadap kulit bergantung pd imunitas seseorang.

• Proteksi awal melalui mekanisme imunitas non-spesifik dg fagositosis o/makrofag.

• Bila gagal, berlanjut mekanisme imunitas spesifik.

• Pada kusta tipe TT kemampuan fungsi sistem imunitas selular tinggi.

• Pada kusta tipe LL terjadi kelumpuhan sistem imunitas selular.

Kusta

Page 11: PPT MH

Patogenesis

Prinsip mekanisme imunitas

Kusta

Dikutip dari: Robins Cotran, Pathologic Basis of Disease

Page 12: PPT MH

Patogenesis

Imunitas Spesifik

Kusta

Dikutip dari: Robins Cotran, Pathologic Basis of Disease

Page 13: PPT MH

Patogenesis

Hipersensitivitas tipe IV pd kulit thdp reaksi lepromin

Kusta

Dikutip dari: Robins Cotran, Pathologic Basis of Disease

Page 14: PPT MH

Karakteristik Tuberkuloid (TT) Borderline tuberculoid (BT) Intermediate (I)

Lesi

Tipe Makula atau makula dibatasi

infiltrat

Makula dibatasi infiltrat saja Makula

Jumlah Satu atau beberapa Beberapa atau satu dengan lesi satelit

Satu atau beberapa

Distribusi Terlokalisasi dan asimetris

Asimetris Bervariasi

Permukaan Kering, skuama Kering, skuama Dapat halus agak berkilat

Anastesi Jelas Jelas Tidak ada sampai tidak jelas

BTA

Pada lesi kulit - - atau 1+ Biasanya -

Tes Lepromin Positif kuat (3+) Positif (2+) Meragukan (1+)

14Morbus Hansen (Kusta)

Page 15: PPT MH

Gambaran Klinis

Lesi Tuberkuloid, soliter, anesthetic, anular

Kusta

Dikutip dari: Fitzpatrick, Color Atlas of Dermatology

Makula atau makula dibatasi

infiltrat, terlokalisasi

simetris, kering, berskuama,

anestesi jelas, tes Lepromin 3+, BTA

-.

Page 16: PPT MH

Gambaran Klinis

Borderline Tuberculoid, gambaran anular inkomplit dengan papul satelit

Kusta

Dikutip dari: Fitzpatrick, Color Atlas of Dermatology

Makula dibatasi infiltrat, kering,

berskuama, beberapa, ada lesi

satelit, anestesi jelas, tes Lepromin

2+, BTA-.

Page 17: PPT MH

Karakteristik Lepromatosa (LL) Borderline lepromatosa (BL) Mid-borderline (BB)

Lesi

Tipe Makula, infiltrate difus, papul, nodus

Makula, plak, papul Plak, lesi berbentuk kubah, punched-out lesion

Jumlah Banyak, praktis tidak ada kulit sehat

Banyak, tapi kulit sehat masih ada Beberapa, kulit sehat +

Distribusi Luas, simetris Cenderung simetris Asimetris

Permukaan Halus berkilap Halus berkilap Sedikit berkilap, beberapa kering

Anestesi Tidak ada/tidak jelas Tak jelas Lebih jelas

BTA

Pada lesi kulit Banyak (globi) Banyak Agak bayak

Pada hembusan hidung

Banyak (globi) Biasanya tidak ada Tidak ada

Tes Lepromin - - Biasanya -, dapat juga ±

17Morbus Hansen (Kusta)

Page 18: PPT MH

Gambaran Klinis

Lesi Kulit pada Borderline Lepromatous

Kusta

Dikutip dari: Fitzpatrick, Color Atlas of Dermatology

Makula, plak, papul, halus berkilapAnestesi tidak jelasKulit sehat masih adaBTA kulit banyak, BTA hidung –Tes Lepromin-

Page 19: PPT MH

Makula, infiltrate difus, papul, nodusPermukaan halusmengkilapTidak ada kulit yang sehatAnestesi tidak ada/tidak jelasBTA : banyakTes Lepromin -

19Morbus Hansen (Kusta)

(Klaus Wolff et al, 2008)

Page 20: PPT MH

Khas ! PUNCHED-OUT LESION

20Morbus Hansen (Kusta)

(Klaus Wolff et al, 2008)

Page 21: PPT MH

Kriteria Diagnosis

Ditemukan satu atau lebih TANDA KARDINAL :

Bercak kulit yang mati rasa

Penebalan nervus perifer

Penebalan nervus perifer

Ditemukan M. Leprae (BTA)

Ditemukan M. Leprae (BTA) 21

Page 22: PPT MH

Gambaran Klinis

Tanda penyakit kusta masih aktif• Kulit: lesi membesar, jumlah bertambah,

ulserasi, eritematosa, infiltrate atau nodus.• Saraf: nyeri, gangguan fungsi bertambah,

jumlah saraf yang terkena bertambah

Tanda sisa penyakit kusta• Kulit: atrofi, keriput, non-repigmentasi dan

bulu hilang• Saraf: mati rasa persisten, paralisis,

kontraktur dan atrofi otot

Kusta

Page 23: PPT MH

Anamnesis :• Keluhan pasien• Riwayat kontak dengan pasien• Latar belakang pasien, misalnya keadaan

sosioekonomi

Inspeksi :• Lesi kulit dan kerusakan kulit diperhatikan

Kusta

Page 24: PPT MH

Palpasi :• Kelainan kulit : nodus, infiltrat, jaringan parut,

ulkus, khususnya tangan dan kakiKelainan saraf :1. N. ulnaris2. N. medianus3. N. Radialis4. N. poplitea lateralis5. N. tibialis posterior6. N. fasialis7. N. trigeminus

Kusta

Page 25: PPT MH

Tes Fungsi Saraf :• Tes sensoris rasa raba, nyeri, suhu• Tes otonom tes dengan pinsil tinta (tes

Gunawan)

Kusta

Page 26: PPT MH

26

Page 27: PPT MH

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan bakterioskopikSediaan kerokan jaringan kulit atau usapan dan kerokan mukosa hidung Jumlah tempat yang diambil untuk pemeriksaan rutin sebaiknya minimal 4-6 tempat, yaitu kedua cuping telinga bagian bawah dan 2-4 lesi lain yang paling aktif (yang paling eritematosa dan infiltratif) diwarnai dengan Ziehl-Neelsen.

Kusta

Page 28: PPT MH

28

Page 29: PPT MH

ZN: BTA dlm sel lepra (mononuklear/epitheloid) packets of cigar/globi

29

Page 30: PPT MH

Pemeriksaan Penunjang

30

2. Skin test : tes lepromin3. Pemeriksaan histopatologikSIS yang tinggi: makrofag ->

fagosit M.lepraeSIS rendah: sel Virchow

atau sel lepra atau sel busa.

Page 31: PPT MH

Pemeriksaan Penunjang

4. Pemeriksaan serologik• Uji MLPA ( Mycobacterium Leprae

Particle Aglutination)• Uji ELISA (Enzyme Linked

Immunosorbent Assay)• ML dipstick test5. Pemeriksaan PCR( Polimerase

chain reaction)

31

Page 32: PPT MH

Indeks Bakteri (I.B)

0 BTA -

1 – 10/ 100 L.P +1

1 – 10/ 10 L.P +2

1 – 10/ 1 L.P +3

10 – 100/ 1 L.P +4

100 – 1000/ 1 L.P +5

> 1000/ 1 L.P + 6

32

Page 33: PPT MH

Pemeriksaan Serologi

• Dasar : terbentuknya antibodi spesifik M. leprae, yaitu antibodi anti phenolic glycolipid -1 (PGL-1) dan antibodi antiprotein 16 kD seta 35 kD.

• Tidak spesifik : antibodi anti-lipoarabinomanan (LAM)

• Fungsi : – Membantu diagnosis– Membantu menentukan kusta subklinis

Page 34: PPT MH

• Macam-macam pemeriksaan serologi kusta, ialah :

– Uji MLPA (Mycobacterium leprae Particle Aglutination)

– Uji ELISA (Enzyme Linked Immuno-sorbent Assay)

– ML dipstick test (Mycobacterium leprae dipstick)

– ML flow test (Mycobacterium leprae flow test)

Page 35: PPT MH

Tes Lepromin

Tujuan : Melihat Daya Imunitas Pasien Terhadap Penyakit Kusta

• Tes Mitsuda• Tes Fernandez

Page 36: PPT MH

– Menggunakan basil lepra mati– Hasil rx diperiksa stlh 3 – 4 minggu– Interpretasi:

» - tidak ada reaksi/ kelainan

» +/- papel + eritema < 3 mm

» +1 papel + eritema 3 – 5 mm

» +2 papel + eritema > 5 mm

» +3 ulserasi

Page 37: PPT MH

– Menggunakan fraksi prot M.leprae– Hasil reaksi diperiksa setelah 48 jam– Interpretasi:

» - tidak ada kelainan» +/- indurasi + eritema < 5 mm» + 1 indurasi + eritema 5 – 10

mm» + 2 indurasi + eritema 10 – 15

mm» + 3 indurasi + eritema 15 – 20 mm

Page 38: PPT MH

Indeks Morfologi (IM)

Fungsi: Untuk melihat keberhasilan terapi Untuk melihat resistensi kuman BTA Untuk melihat infeksiositas penyakit

IM = Jumlah seluruh kuman utuh

X 100%Jumlah seluruh kuman diperiksa

38

Page 39: PPT MH

Diagnosis Banding

39

Page 40: PPT MH

Komplikasi

Dikutip dari: Depkes RI. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Cetakan XVIII. 2006

40

Page 41: PPT MH

Tujuan Terapi

• Eradikasi infeksi• Mencegah komplikasi• Mengurangi morbiditas

41

Page 42: PPT MH

Regimen Obat

• Rifampine (bakterisidal)• Dapsone (bakteriostatik)• Clofazimine (bakterisidal lemah,

bakteriostatik)

42

Page 43: PPT MH

Rifampin

• Bakterisid• Menghambat DNA- dependent RNA

polymerase berikatan dengan subunit beta

• ES : hepatotoksik dan nefrotoksik

43

Page 44: PPT MH

Dapson

• Dapson = diamino difenil sulfon – Bakteriostatik :

menghambat pertumbuhan bakteri

– Antagonis kompetitif para-aminobezoic acid (PABA) inhibisi sintesis asam folat

– ES : anemia hemolitik, skin rash, anoreksia, nausea, vomit, cephalgia, dan vertigo 44

Page 45: PPT MH

Clofazimine

• Bakteriostatik dan dapat menekan reaksi kusta

• Menghambat siklus sel dan transpor dari NA/K ATPase

• ES : warna kulit ungu kehitaman, diare, nyeri lambung

45

Page 46: PPT MH

Obat Lain

• Sulfas Ferrous untuk anemia berat

• Vitamin A untuk kulit kering dan bersisik (ichtyosis)

• Ofloxacin dan Minosiklin pilihan terapi bila ada intoleransi 3 regimen obat utama

46

Page 47: PPT MH

47

Page 48: PPT MH

Regimen

48

Page 49: PPT MH

PB dengan Lesi Tunggal

• PB dengan lesi tunggal ROM (Rifampicin Ofloxacin Minocyclin)– Pemberian obat sekali saja langsung RFT (Release From

Treatment)– Obat diminum di depan petugas– Anak-anak Ibu hamil tidak di berikan ROM.

49

Page 50: PPT MH

Penatalaksanaan

• PB dengan lesi 2 – 5• Lama pengobatan 6 dosis 6-9bulan

Release from treatment• Masa pengamatan setelah RFT

secara pasif untuk tipe PB selama 2 tahun

Kusta

Page 51: PPT MH

Penatalaksanaan

Tabel Regimen MDT pada kusta Pausibasiler (PB)

JENIS

OBAT

< 5 TAHUN 5-9 TAHUN 10-14

TAHUN

> 15

TAHUN

KET

Rifampicin Berdasarkan

berat badan

300 mg/bln 450 mg/bln 600 mg/bln Minum di

depan

petugas

DDS Berdasarkan

berat badan

25 mg/hari 50 mg/hari 100 mg/hari Minum di

depan

petugas

DDS Berdasarkan

berat badan

25 mg/hari 50 mg/hari 100 mg/hari Minum di

rumah

Dikutip dari:Depkes RI. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Cetakan XVIII. 2006

Kusta

Page 52: PPT MH

Penatalaksanaan

• MB (BB, BL, LL) dengan lesi > 5 • Lama pengobatan 12 dosis ini selama

12-18 bulanRealease From Treatment • Masa pengamatan setelah RFT secara

pasif untuk tipe MB selama 5 tahun

Kusta

Page 53: PPT MH

Penatalaksanaan

Tabel Regimen MDT pada kusta Multibasiler (MB)

JENIS

OBAT

< 5 TAHUN 5-9 TAHUN 10-14

TAHUN

> 15 TAHUN KET

Rifampicin Berdasarkan

berat badan

300 mg/bln 450 mg/bln 600 mg/bln Minum di

depan petugas

DDS Berdasarkan

berat badan

25 mg/hari 50 mg/hari 100 mg/hari Minum di

depan petugas

DDS Berdasarkan

berat badan

25 mg/hari 50 mg/hari 100 mg/hari Minum di

rumah

DDS Berdasarkan

berat badan

100 mg/bln 150 mg/bln 300 mg/bln Minum di

depan petugas

Clofazimine Berdasarkan

berat badan

50 mg,

2xseminggu

50 mg,

3xseminggu

50 mg/hari Minum di

rumah

Dikutip dari: Depkes RI. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Cetakan XVIII. 2006

Kusta

Page 54: PPT MH

Penatalaksanaan

Untuk anak < 5tahunDosis sesuai berat badan :• Rifampisin : 10-l5mg/kgBB• DDS : 1-2 mg/kg BB• Clofazimine : 1 mg/kgBB

Kusta

Page 55: PPT MH

Komplikasi

Dikutip dari: Depkes RI. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Cetakan XVIII. 2006

Kusta

Page 56: PPT MH

Klasifikasi cacat penderita kusta

Cacat pada tangan dan kaki

Cacat pada mata

Tingkat 0 tidak ada gangguan sesnibilitas, kerusakan dan deformitas

tidak ada kelainan pada mata (termasuk visus)

Tingkat 1 ada gangguan sensibilitas, tidak ada kerusakan dan deformitas.

ada kelianan tetapi tidak terlihat (visus sedikit berkurang).

Tingkat 2 terdapat kerusakan dan deformitas.

ada kerusakan (lagoftalmos, iritis, kekeruhan kornea) dan atau visus sangat terganggu.

56

Page 57: PPT MH

Pencegahan Cacat

• Penemuan dini penderita sebelum cacat• Mengobati penderita dengan MDT sampai

RFT• Deteksi dini adanya reaksi kusta

pemeriksaan fungsi saraf

Kusta

PRINSIP 3M:Mencegah timbulnya cacat.

Mencegah agar cacat tidak lebih berat.Menjaga agar cacat tidak kambuh lagi.

PRINSIP 3M:Mencegah timbulnya cacat.

Mencegah agar cacat tidak lebih berat.Menjaga agar cacat tidak kambuh lagi.

Page 58: PPT MH

REAKSI KUSTA

Page 59: PPT MH

Reaksi kusta

• Interupsi dg/ episode akut pd perjalanan penyakit yg sangat kronik

• Akibat reaksi imun• Tipe :

– E.N.L (eritema nodusum leprosum)

– Reaksi reversal / upgrading

Page 60: PPT MH

Reaksi kusta

E.N.L

Tipe LL & BL Makin >> multibasilar,

makin >> E.N.L fenomena kompleks imun

Reaksi ag M. leprae + Ab (IgG, IgM) + komplemen kompleks imun

Tidak terjadi perubahan tipe kusta

Pengobatan tahun ke-2

REAKSI REVERSAL

• Tipe borderline (Li, BL, BB, BT, Ti)

• Tergantung SIS:– Up grading

Tuberculoid (SIS)– Down grading

Lepromatose ( SIS)

• Pengobatan 6 bulan pertama

Page 61: PPT MH

Gejala klinis

• Nodus eritema• Nyeri• Predileksi: lengan &

tungkai• Organ lain

iridosiklitis, neuritis akut, limfadenitis, artritis, orkitis, nefritis akut

REAKSI REVERSAL = NODULAR

Sebagian atau seluruh lesi >> aktif / timbul lesi baru dlm waktu singkat

Hipopigmentasi eritema

Eritema makin eritema

Makula infiltrat Infiltrat >> infiltratifLesi lama >> luas

E.N.L = NODULAR

Page 62: PPT MH

E.N.L Reaksi Reversal

Page 63: PPT MH

Fenomena Lucio

• Reaksi kusta sangat berat pd tipe lepromatosa non-nodular difus.

• GK: ekstremitas plak/infiltrat difus, warna merah muda, bentuk x teratur, nyeri

• Lesi berat : > eritematosa, purpura, bula nekrosis & ulserasi, nyeri jaringan parut.

Page 64: PPT MH

Fenomena Lucio

Page 65: PPT MH

Pengobatan E.N.L

Prednison tablet (15-30 mg/hari), Klofazimin tablet (200-300

mg/hari)dosis diturunkan bertahap-stop

sesuai perbaikan reaksi

Analgetik & sedativa p.r.n

Selama pengobatan ENL, obat antikusta yg diberikan diteruskan tanpa dikurangi dosisnya

Page 66: PPT MH

Pengobatan reaksi Reversal

• Pengobatan diberikan bila ada neuritis akut

• Prednison 40-60 mg/hari, dosis diturunkan perlahan

• Pengobatan secepatnya, dosis adekuat

• Ekstremitas yg kena neuritis akut diistirahatkan

• Analgetik & sedativa p.r.n

Page 67: PPT MH

Prognosis

Bergantung pada:• seberapa luas lesi• tingkat stadium penyakit• kepatuhan pasien terhadap pengobatan• pasien dapat mengalami kelumpuhan

(cacat)• kualitas hidup pasien menurun• Kematian

Kusta

Page 68: PPT MH