PPT kawokawo

28
PERENCANAAN HUTAN MANGROVE BERBASIS EKOWISATA DI KEPULAUAN TANAKEKE KABUPATEN TAKALAR Edmund Teofano D 521 10 258

description

da

Transcript of PPT kawokawo

PERENCANAAN HUTAN MANGROVE BERBASIS EKOWISATA DI

KEPULAUAN TANAKEKE KABUPATEN TAKALAR

Edmund Teofano

D 521 10 258

Latar Belakang

Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki sumber daya alam meliputi sumber daya hayati, sumber daya non-hayati, sumber daya buatan serta jasa-jasa lingkungan (keindahan alam)

Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan daerah peralihan yang rentan akan perubahan baik secara alami maupun fisik yang terjadi dari darat maupun lautan

Ekosistem mangrove di wilayah kepulauan Tanakeke merupakan salah satu sumberdaya hayati yang mengalami degradasi kualitas akibat aktifitas pembangunan.

Ekosistem mangrove yang terus mengalami penurunan luas secara signifikan sejak tahun 1980-1990an akibat konversi lahan mangrove ke budidaya perikanan serta pembabatan lahan mangrove akibat permintaan bahan baku arang dari luar Pulau Tanakeke.

Dengan berkurangnya ekosistem mangrove maka berkurang pula sumberdaya potensial lain seperti beragam jenis ikan, udang dan biota laut yang hidup di sekitar ekosistem mangrove serta potensi ekonomi sebagai tempat rekreasi wisata jelajah mangrove.

Upaya konservasi serta pengelolaan mangrove yang berkelanjutan menjadi tantangan masyarakat kepulauan Tanakeke.

Salah satu upaya dalam mengelola ekosistem mangrove secara berkelanjutan yaitu dengan menerapkan konsep wisata mangrove berbasis konservasi atau lebih dikenal dengan istilah ekowisata

Rumusan Masalah

Bagaimana kondisi eksisting dan sebaran ekosistem mangrove yang ada di kepulauan Tanakeke.

Bagaimana daya dukung dan kesesuain ekosistem mangrove terhadap kegiatan ekowisata di kepulauan Tanakeke

Bagaimana konsep perencanaan ekowisata yang sesuai dengan ekosistem mangrove di kepulauan Tanakeke

Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi kondisi eksisting dan potensi sebaran mangrove yang terdapat di kepulauan Tanakeke

Mengidentifikasi daya dukung dan kesesuaian ekosistem mangrove terhadap kegiatan ekowisata mangrove di kepulaun Tanakeke

Merumuskan konsep perencanaan ekowisata mangrove yang sesuai dengan ekosistem mangrove

Manfaat Penelitian

Bagi pemerintah yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pengembangan wilayah kabupaten Takalar khususnya wilayah kepulauan Tanakeke dan penetapan kebijakan pengelolaan ekosistem mangrove

Bagi Masyarakat yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola ekosistem mangrove di kepulauan Tankeke

Bagi peneliti yaitu sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengembangan sumber daya di wilayah pesisir

Ruang Lingkup Perencanaan

Ruang lingkup materi yaitu materi mengenai kepariwisataan, potensi serta pengelolaan ekosistem mangrove di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta konsep wisata berkelanjutan dan hasil akhir yaitu perencanaan ekowisata Mangrove

Ruang Lingkup Daerah yaitu wilayah kepulauan Tanakeke Kabupaten Takalar yang merupakan obyek utama dari perencanaan ini yang memiliki potensi wisata cukup baik

Kajian Teori

Wilayah Pesisir Wilayah pesisir berdasarkan UU 27 tahun

2007 tentang pengelolaan pesisisr dan pulau-pulau kecil pasal 1 mendefenisikan bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan dilaut serta daerah pertemuan antara darat dan laut.

Ekosistem Mangrove Ekosistem mangrove merupakan komunitas

vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur

Karakteristik habitat mangrove yaitu umumnya tumbuh pada interidal yang jenis tanahnya berlumpur, atau berpasir, daerah yang tergenang air laut secara berkala, menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat, dan terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat

No Kegiatan Dampak potensial

1 Tebang Habis - Berubahnya komposisi tumbuhan mangrove

- Tidak berfungsinya daerah mencari makanan dan pengasuhan

2 Pengalihan aliran air tawar, misalnya

pada pembangunan irigasi

- Peningkatan salinitas hutan mangrove

- Menurunnya tingkat kesuburan hutan

3 Konversi menjadi lahan pertanian,

perikanan, pemukiman, dll

- Mengancam regenerasi stok ikan dan udang di perairan lepas pantai

yang memerlukan hutan

- Terjadi pencemaran laut oleh bahan pencemar yang sebelumnya diikat

oleh substrat hutan mangrove.

- Pendangkalan perairan pantai.

- Erosi garis pantai dan intrusi garam

4 Pembuangan sampah cair - Penurunan kandungan oksigen terlarut, timbul gas H2S

5 Pembuangan sampah padat - Kemungkinan terlapisnya pneumatoforayang mengakibatkan matinya

pohon mangrove

- Perembesan bahan-bahan pencemar dalam sampah padat

6 Pencemaran minyak tumpahan - Kematian pohon mangrove

7 Penambangan dan ekstraksi mineral, baik

didalam hutan maupun di daratan sekitar

hutan mangrove

- Kerusakan total ekosistem mangrove, sehingga memusnahkan fungsi

ekologis hutan mangrove (daerah pencari makanan, asuhan)

- Pengendapan sedimen yang dapat mematikan pohon mangrove.

Dampak kegiatan manusia pada ekosistem mangrove (Bengen, 2002)

Tujuan utama pengelolaan ekosistem mangrove

Mengoptimalkan manfaat produksi dan manfaat ekologis dari ekosistem mangrove dengan menggunakan pendekatan ekosistem berdasarkan prinsip kelestarian hasil dan fungsi ekosistem yang bersangkutan

Merehabilitasi hutan mangrove yang rusak Membangun dan memperkuat kerangka

kelembagaan beserta iptek yang kondusif bagi penyelenggaraan pengelelolaan mangrove secara baik.

Bentuk pengolahan ekosistem mangrove mencakup tiga bentuk kegiatan pokok:

1) Pengusahaan hutan mangrove yang kegiatannya dapat dikendalikan dengan penerapan sistem silvikultur dan pengaturan kontrak (pemberian kosensi)

2) Perlindungan dan pelestarian hutan mangrove yang dilakukan dengan cara menunjuk, menetapkan dan mengukuhkan hutan mangrove menjadi hutan lindung, hutan konservasi (suaka alam, taman nasional, taman hutan raya, hutan wisata,dll) dan kawasan lindung lainnya(jalur hijau, sempadan pantai/sungai, dll)

3) Rehabilitasi kawasan mangrove yang rusak sesuai dengan tujuan pengelolaannya dengan pendekatan pelaksanaan dan penggunaan iptek yang tepat guna

Konsep wisata berkelanjutan

1. Boosterism yaitu pendekatan sederhana yang melihat pariwisata sebagai suatu atribut posistif untuk suatu tempat dan penghuninya

2. Economic Industry approach yaitu pendekatan yang sangat luas digunakan oleh wilayah yang menganggap wisata sebagai industri yang mendatangkan manfaat ekonomi bersamaan dengan lapangan kerja dan kesempatan pembangunan.

3. The physical spatial approach yaitu pendekatan yang didasarkan pada tradisi pengggunaan lahan dengan pendekatan rasional untuk perencanaan lingkungan dianggap sebagai isu kritis melalui usaha strategi perencanaan dengan prinsip keruangan

4. The community approach yaitu pendekatan yang menekankan pada keterlibatan maksimal dalam proses perencanaan.

5. Sustainable approach yaitu pendekatan perencanaan yang berorientasi ke masa depan terhadap sumber daya dan efek-efek pembangunan ekonomi pada lingkungan yang mungkin menyebabkan gangguan kultural dan sosial untuk memantapkan pola-pola kehidupan dan gaya hidup individual.

Ekowisata Ekowisata adalah suatu bentuk

perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.

Konsep pengembangan ekowisata dilakukan dengan cara pengembangan pariwisata pada umumnya namun lebih menekankan pada penggunaan jasa-jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik, dan atau psikologis wisatawan.

Prinsip dasar ekowisata Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktifitas wisatawan

terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam serta budaya setempat.

Pendidikan konservasi lingkungan.. Pendapatan langsung untuk kawasan. Partisipasi msyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak

dalam merencanakan pengembangan ekowisata. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap

terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian wisata alam.

Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak. Focus pada kegiatan konservasi flora dan fauna serta menjaga keaslian dari budaya setempat.

Daya dukung lingkungan. Pada umumnya, lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dibandingkan dengan daya dukung kawasan buatan.

Penerapan ekowisata Ekowisata pengelolaan mangrove di teluk Bintuni Pemanfaatan tradisional kawasan mangrove di

teluk Bintuni dikombinasikan dengan kegiatan wisata ekologi maka nilai yang dihasilkan dapat mencapai 65 juta dollar/tahun.

Ekowisata pada taman laut Bunaken Taman laut bunaken merupakan salah satu taman

nasional yang mempunyai ekosistem terlengkap di dunia. Kawasan ini telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi bagi habitat perairan laut, khususnya satwa dan tumbuhan laut

Perbandingan ekowisata di beberapa negara Costa rica merupakan salah satu negara yang

berhasil dalam mengembangkan konsep ekowisata yang didukung oleh sumber daya alam yang beragam jenisnya terutama beberapa flora dan fauna langka.

Dalam 5 tahun terakhir ekowisata telah berhasil menarik 800.000 wisatawan untuk mengunjungi 28 taman nasional dan suaka alam.

Hingga saat ini ekowisata menghasilkan devisa sebesar 600 juta dollar dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi sebesar

Metode Perencanaan Lokasi Perencanaan

Lokasi perencanaan

Lokasi perencanaan adalah wilayah kepulauan Tanakeke kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar yang memiliki masalah terkait dengan pengelolaan mangrove yang berkelanjutan serta memiliki potensi wisata mangrove dengan keanekaragaman serta ciri khas yang unik

Jenis Studi

Jenis studi adalah deskriptif evaluatif yaitu perencanaan yang diawali dengan penelitian deskriptif yaitu proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek dan obyek penelitian berdasarkan kondisi eksisting dan lalu kemudian dilakukan proses evaluasi berupa konsep perencana.

Teknik Pengumpulan Data

Metode observasi (pengamatan) dilakukan dengan cara mengamati mencatat dan memotret secara sistemik gejala gejala yang diselidiki secara langsung

Metode interview dilakukan dengan kegiatan wawancara terhadap masyarakat di pulau tanakeke terhadap kegiatan ekowisata mangrove

Metode pengumpulan data sekunder diperoleh dari instansi terkait antara lain Bappeda, BPS, Transportasi, Pariwisata, penelusuran tinjauan pustaka dari buku dan internet

Metode Analisis Data

Analisis kondisi ekosistem mangrove yaitu menggunakan metode kombinasi antara metode jalur dan metode garis berpetak yang diletakan tegak lurs garis pantai menuju daratan

Lebar jalur adalah 10 meter dengan panjang jalur disesuaikan dengan kondisi lapangan

Hasil yang dituju adalah mendapatkan beberapa parameter tumbuhan seperti kerapatan jenis, frekuensi jenis, frekuensi relatif, dominasi suatu jenis, dll.

Analisis kondisi satwa mangrove Analisis kondisi Sosial Ekonomi dan

Kelembagaan dan sarana Analisis kondisi dan kelayakan ekowisata

mangrove1. Analisis kelayakan ekowisata yaitu dapat

dilihat dari matriks kelayakan ekowisata mangrove(Tuwo,2011)

No Parameter Kondisi yang sesuai

1 kriteria ekologi

1. Keanekaragaman

Tutupan tumbuhan mangrove Sangat bagus (>75%):Bagus (50-74,9%); sedang (25-

49,9%); Rusak (5-24,9%); Rusak Parah (<5%)

Spesies mangrove Sangat baik (<7); Baik (5-6); sedang (3-4); Tidak

Baik(<2)

Keberadaaan fauna Terdapat fauna lain

1. Keunikan Ada keunikan

1. biota berbahaya Tidak ada biota berbahaya

1. keaslian Kondisi masih alami

1. karakteristik kawasan

substrat Keras, lembek berpasir/berlumpur

1. kerawanan bencana Aman dari ancaman bencana

1. konservasi Bukan daerah konservasi

2 Kriteria sosial

2.1 penerimaan masyarakat Baik

2.2 kesehatan masyarakat Baik

2.3 pendidikan Baik

2.4 Keamanan Aman

2.5 Tenaga Kerja Baik

3 kriteria penunjang

3.1 Aksesbilitas Mudah diakses

3.2 Air Bersih Tersedia air bersih

Analisis SWOT Yaitu analisis yang dilakukan untuk

mendapatkan gambaran kondisi lingkungan strategik dilingkungan perencanaan.

Metode SWOT diperkuat dan dilengkapi dengan berbagai pendekatan lain, untuk menghasilkan gambaran potensi sosial dan ekonomi, menentukan isu-isu sosial serta isu strategis lainnya.

Analisis AHP Analisis AHP digunakan untuk menganalisis

pengaruh prioritas pada level yang lebih tinggi terhadap prioritas pada level yang dibawahnya.

AHP dilakukan untuk mendapatkan alternatif kebijakan umum pengembangan daerah ekowisata. Obyektif atau tujuan dari analisis AHP adalah untuk menganalisis berbagai kriteria dan alternatif dalam pengembangan ekowisata

Kriteria yang digunakan adalah kebijakan strategik sedangkan alternatif yang berpengaruh adalah kondisi ekosistem mangrove , sosial dan ekonomi, kondisi infrastruktur dan kondisi kelembagaan masyarakat.

Kerangka pikir