P.Prov.JABAR_11
-
Upload
iga-amanda -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of P.Prov.JABAR_11
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
1/112
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
2/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
BAB I
PENDAHULUAN
Peran Sistem Informasi Kesehatan sangat penting dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan akan berhasil dengan
baik apabila didukung oleh tersedianya data dan informasi yang akurat dan
disajikan secara cepat dan tepat waktu. Atau dengan kata lain, pencapaian
pembangunan kesehatan memerlukan dukungan informasi yang dapat
diandalkan untuk mendukung proses pengambilan keputusan di semua
tingkatan administrasi pelayanan kesehatan.Salah satu bentuk output Sistem Informasi Kesehatan berupa
penyajian data dan informasi yang menggambarkan hasil Pembangunan
Bidang Kesehatan di Kota Bandung yang dikemas dalam bentuk Profil
Kesehatan Kota Bandung yang dibuat satu tahun sekali.
Profil Kesehatan merupakan gambaran kondisi kesehatan
masyarakat Kota Bandung yang tercermin dari indikator-indikator
pembangungan kesehatan. Indikator-indikator ini dipakai sebagai alat untuk
mengukur hasil pembangunan sektor kesehatan dalam mencapai visi
Bandung Kota Sehat yang Mandiri. Visi tersebut memiliki makna suatu
kondisi di mana masyarakat Bandung menyadari, mau dan mampu untuk
mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang
dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang
disebabkan karena penyakit maupun lingkungan dan perilaku yang
mendukung untuk hidup sehat.
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011 juga menggambarkan
kinerja institusi kesehatan maupun koordinasi dan kerjasama antar sektor
terkait yang mempunyai peran penting dalam pencapaian Visi Bandung
Kota Sehat yang Mandiri.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
3/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Profil Kesehatan Kota Bandung ini dapat dipergunakan dan
dimanfaatkan secara optimal oleh segenap pengguna data dan informasi
kesehaan sebagai bahan perencanaan, pelaksanaan dan sebagai alat
melakukan evaluasi program-program kesehatan.
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami profil ini maka kami
sajikan dengan sistematika berikut ini :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan
Pembuatan Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
serta sistematika penyajiannya.
Bab II : Gambaran Umum Kota Bandung
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kota Bandung,
uraian tentang letak geografi, kependudukan, ekonomi dan
pendidikan serta informasi umum lainnya. Pada bab ini juga
diulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan
dan faktor berhubungan dengan kesehatan secara umum di
Kota Bandung.
Bab III : Situasi Derajat Kesehatan Kota Bandung
Pada bab ini diuraikan tentang Derajat Kesehatan Kota
Bandung yang digambarkan melalui indikator mengenai
angka kematian, angka kesakitan , dan angka status gizi
masyarakat Kota Bandung.
Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan di Kota Bandung
Bab ini menguraikan tentang pencapaian hasil pelayanan
kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan
penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan
kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi
masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan,
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
4/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya
pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan di Kota
Bandung.
Bab V : Situasi Sumber Daya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan,tenaga
kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya
kesehatan lainnya yang ada di Kota Bandung.
Bab VI : Kesimpulan
Bab ini menyajikan tentang hal-hal penting yang perlu
ditindaklanjuti serta keberhasilan-keberhasilan yang perlu
dicatat serta mengemukakan hal-hal yang dianggap masih
kurang dalam upaya pencapaian Visi Bandung Kota Sehat
yang Mandiri.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
5/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
BAB II
GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG
A. GEOGRAFI
Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak
diantara 10736 Bujur Timur, 6- 55 Lintang Selatan. Ketinggian tanah
791 m di atas permukaan laut, titik terendah + 675 m berada di sebelah
selatan dengan permukaan relatif datar dan titik tertinggi + 1,050 m berada di
sebelah utara dengan kontur yang berbukit-bukit.
Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang sejuk
tetapi beberapa tahun belakangan mengalami peningkatan suhu yang
disebabkan polusi dan pemanasan global.
Luas wilayah Kota Bandung 176,56 Km2 yang terdiri dari dataran
(145,52 Km), perbukitan (0,82 km), pesawahan (21,56 Km), dan sebanyak
8.791,35 Ha (52,55%) digunakan untuk daerah perumahan/pemukiman.
Kota Bandung dipimpin oleh Walikota dibantu oleh Wakil Walikota
dan Sekretaris Daerah yang membawahi 3 Asisten Sekretaris Daerah,
dengan 11 Kepala Bagian, 11 Kepala Dinas,6 Kepala Badandan 2 Kepala
Kantor, 1 Inspektorat serta 3 Rumah Sakit Daerah. Wilayah pemerintahan
terbagi dalam 30 kecamatan, 151 kelurahan yang terdiri dari 1.558 RW
(rukun warga), dan 9.678 RT (rukun tetangga).
Secara administratif Kota Bandung berbatasan dengan daerah
kabupaten/kota lainnya yaitu :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Bandung
Barat.
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Cimahi dan Kabupaten
Bandung Barat.
3. Sebelah Timur dan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung
dan
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
6/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Dalam pelaksanaan Pembangunan Kesehatan diperlukan kerjasama
dengan ketiga Kabupaten Kota diatas karena masalah-masalah kesehatan
tidak mengenal batas wilayah kerja.
Kota Bandung sebagai kota besar juga memiliki 6 fungsi kota yaitu
sebagai :
o Pusat Pemerintahan Jawa Barat
o Kota Ekonomi dan Perdagangan
o Kota Pendidikan
o Kota Budaya dan Wisata
o Kota Industri
o Etalase Jawa Barat
Sebagai kota besar tidak terlepas dari berbagai permasalahan akibat
urbanisasi, yang membentuk budaya masyarakat yang heterogen sehingga
pemerintah Kota Bandung perlu mengadakan penataan kota secara cermat
dan akurat.
GAMBAR II.1PETA KOTA BANDUNG
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
7/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI
1. Pertumbuhan Penduduk
Kota Bandung memiliki Jumlah penduduk sebanyak 2.421.146 jiwa
dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 1.226.954 jiwa (50,67%)
dan penduduk perempuan sebanyak 1.194.192 jiwa (49,33%). Laju
pertumbuhan penduduk di tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 sebesar
1,10%. Grafik dibawah ini menunjukkan pertumbuhan penduduk Kota
Bandung selama 5 tahun terakhir.
GRAFIK II.1
PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK DI KOTA BANDUNGTAHUN 2007 2011
Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2011
Grafik di atas menunjukkan penambahan jumlah penduduk dari tahun
2010 sebesar 30.705 orang. Pertambahan jumlah penduduk di Kota
Bandung dapat disebabkan oleh migrasi yang berarti pertambahan penduduk
ke Kota Bandung (urbanisasi) lebih besar dari penduduk yang keluar dari
Kota Bandung.
2.100.000
2.150.000
2.200.000
2.250.000
2.300.000
2.350.000
2.400.000
2.450.000
2007 2008 2009 2010 2011
2.232.848
2.329.928
2.414.704
2.390.441
2.421.146
jml Pendududk
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
8/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Cibiru
Cicendo
Cidadap
Gedebage
Coblong
Regol
Andir
Buahbatu
Rancasari
Sukasari
Arcamanik
Sukajadi
Lengkong
Antapani
Ujungberung
CinamboBandung Kulon
Babakan Ciparay
Panyileukan
Mandalajati
KiaracondongBatununggal
Bandung Kidul
Bojongloa Kidul
Cibeunying Kaler
Cibeunying Kidul
Sumurbandung
Astanaanyar
Bandung Wetan
Bojongloa Kaler
KEPADATAN PENDUDUK
PER KECAMATANDI KOTA BANDUNG
TAHUN 2011
N
PEMERINTAH KOTA BANDUNGDINKES KOTA BANDUNG
TAHUN 2011
Kepadatan Penduduk(orang/KM2)
3.626 - 10.20010.201 - 15.50015.501 - 25.00025.001 - 39.200
1 0 1 2 Kilometer
Selain itu juga pertambahan penduduk dikarenakan oleh fertilitas yang cukup
tinggi (pertumbuhan penduduk alami). Program untuk mengurangi tingkat
kepadatan penduduk adalah dengan program transmigrasi ke daerah luar
Jawa dan program Keluarga Berencana.
GAMBAR II.2
PETA KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA BANDUNG
TAHUN 2011
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Bila dilihat dari komposisi penduduk masyarakat Kota Bandung secara
umum, penduduk laki laki lebih banyak dari pada perempuan, sebanyak
50,67% dan perempuan sebanyak 49,33 %.
Komposisi penduduk menurut golongan umur dapat dilihat pada grafik
berikut ini
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
9/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
GRAFIK II.2PENDUDUK MENURUT GOLONGAN UMUR DAN JENIS
KELAMIN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011
Sumber : BPS Kota Bandung, Tahun 2011
Grafik diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak di
Kota Bandung berada pada usia 20 29 tahun yaitu sebesar 20,68 % .
Komposisi penduduk Kota Bandung menurut kelompok umur menunjukkan
bahwa penduduk berusia muda yaitu 014 tahun 25,06 %, usia produktif
1564 tahun sebesar 70,73 % dan usia tua 65 tahun sebesar 4,21 %.
Pengelompokan penduduk berdasarkan umur berguna bagi intervensi
program kesehatan yang akan dilakukan. Seperti kelompok umur balita dan
usia lanjut merupakan sasaran program kesehatan, karena kelompok
tersebut merupakan kelompok rentan terhadap resiko penyakit-penyakit
tertentu yang memerlukan penanganan kesehatan khusus.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
10/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
2. Persebaran Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Persebaran penduduk di Kota Bandung terbanyak terdapat di
Kecamatan Babakan Ciparay (144.987 jiwa) disusul oleh Kecamatan
Bandung Kulon (140.422 jiwa) dan jumlah kecamatan dengan penduduk
yang paling sedikit adalah Kecamatan Cinambo (23.987 jiwa) .
Jumlah penduduk di Kota Bandung 2.421.146 jiwa maka rata-rata
kepadatan penduduk di Kota Bandung yaitu 14.471 jiwa/Km. Kecamatan
terpadat di Kota Bandung adalah di Kecamatan Bojongloa Kaler yaitu
39.182 jiwa / km serta Kecamatan Gede Bage merupakan kecamatan yang
terkecil kepadatan penduduknya yaitu 3.626 jiwa /Km. Hal ini menandakan
bahwa kepadatan penduduk di Kota Bandung tidak merata masih bertumpuk
pada daerah-daerah industri kecil / industri besar.
C. PENDUDUK MISKIN
Jumlah penduduk miskin dan hampir miskin di Kota Bandung, yang
bersumber dari kepemilikan Jamkesmas dan Jamkesda (Bawaku Sehat) di
Tahun 2011 adalah berjumlah 669.300jiwa. Jumlah ini sebesar 27,64 % dari
jumlah penduduk Kota Bandung. Sedangkan jumlah warga miskin Kota
Bandung bersumber dari data BPS bersama dengan TNP2K (Tim Nasional
Program Penanggulangan Kemiskinan) yang menggunakan data unifikasi
garis kemiskinan hingga 40% berjumlah 505.435 jiwa.
Kemiskinan secara tidak langsung sangat berpengaruh terhadap
kesehatan, terutama berkaitan dengan asupan nilai gizi makanan,
lingkungan tempat tinggal serta biaya pengobatan bila menderita sakit dan
hal lain. Untuk itu, data kemiskinan dalam pembangunan kesehatan sangatdiperlukan sebagai bahan untuk menentukan kebijakankebijakan promosi
maupun jaminan kesehatan.
D. KEADAAN EKONOMI
Salah satu indikasi keberhasilan pembangunan yang ada adalah
melalui indikator pertumbuhan ekonomi, walaupun pertumbuhan ekonomi
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
11/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
bukanlah tujuan akhir dari pembangunan. Tujuan utama yang ingin dicapai
adalah kesejahteraan rakyat seluas-luasnya. Kondisi perekonomian
masyarakat Kota Bandung dapat terlihat dari Indikator Laju Pertumbuhan
Ekonomi (LPE) yang setiap tahun mengalami kenaikan yang signifikan. Hal
ini dapat dilihat dari grafik berikut ini.
GRAFIK II. 3
LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BANDUNG
TAHUN 2007 - 2011
Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2011
Grafik di atas menunjukkan bahwa LPE Kota Bandung meningkat dari
8,46 % pada Tahun 2010 menjadi 8,58 % pada Tahun 2011. Dengan
kenaikan 0,12 % hal ini disebabkan adanya peningkatan beberapa faktor
indikator makro yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Capaian Indeks Daya Beli Kota Bandung Tahun 2011 adalah sebesar 65,98naik dari Tahun 2010 65,66. Indeks Daya Beli merupakan alat ukur untuk
mengetahui standar kehidupan yang layak.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
12/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
E. KEADAAN PENDIDIKAN
Manusia yang berkualitas, bermutu serta mampu bersaing dalam
menghadapi jaman merupakan hasil dari proses pendidikan baik pendidikan
formal maupun informal yang berkualitas. Penduduk yang bermutu akan
mampu berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembangunan termasuk
pembangunan kesehatan sehingga dapat secara mandiri meraih kehidupan
yang sehat.Tingkat pendidikan formal penduduk yang diselesaikan dapat
dijadikan dasar perencanaan program kesehatan.
GRAFIK II.4
PERSENTASE PENDUDUK BERUSIA 10 TAHUN KEATAS DIRINCIMENURUT TINGKAT PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN DI KOTABANDUNG TAHUN 2011
Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2011
Grafik diatas menunjukkan jumlah penduduk dengan pendidikan
terbanyak yang ditamatkan pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SLTA)
sebesar 35,26%, Akademi/Diploma sebesar 5,35%, S1/S2 sebesar 9,62%.
Hal ini menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia di Kota Bandung
cukup memadai.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
13/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Walaupun masih ditemukan penduduk yang tamat SD sebesar
22,50% serta yang belum/tidak tamat SD sebesar 7,00% yang secara tidak
langsung dapat menjadi ancaman bagi pembangunan kesehatan di Kota
Bandung.
Capaian rata-rata Lama Sekolah di Kota Bandung Tahun 2010
berdasarlan LKPJ Kota Bandung adalah 10,68 tahun sedangkan di Tahun
2011 sebesar 10,70. Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah di Kota
Bandung dalam lima tahun terakhir dapat dilihat dari grafik di bawah ini.
GRAFIK II.5PERKEMBANGAN RATA-RATA LAMA SEKOLAH
DI KOTA BANDUNG (DALAM TAHUN)TAHUN 2007 2011
Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2011
Dari grafik di atas dapat diartikan bahwa rata-rata warga Kota Bandung usia
718 tahun telah dapat menyelesaikan pendidikan hingga kelas 2 SMA.
Situasi pendidikan di suatu wilayah juga dapat digambarkan melalui
persentase angka melek huruf. Berikut grafik Angka Melek Huruf di Kota
Bandung dalam lima tahun terakhir .
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
14/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
GRAFIK II.6PERKEMBANGAN PERSENTASE ANGKA MELEK HURUF
DI KOTA BANDUNGTAHUN 2007 2011
Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2011
Grafik di atas memperlihatkan indikator Angka Melek Huruf (AMH),
yang menggambarkan tingkat penduduk di atas 10 tahun yang dapat
membaca. AMH Kota Bandung di Tahun 2010 sebesar 99,54 % sedangkan
di Tahun 2011 sebesar 99,55%.
F. PEMBANGUNAN MANUSIA
Indeks pembangunan manusia (IPM) adalah indikator untuk mengukur
kualitas manusia di wilayah setempat. Indikator ini adalah indikator komposit
yang kompleks yang mengikutsertakan banyak indikator dari berbagai bidang
strategis, seperti kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. BPS menghitung
indikator ini setiap tahunnya untuk mengukur kualitas manusia di wilayah
setempat tersebut sekaligus mengukur evaluasi kinerja pemerintah. Berikut
grafik IPM di Kota Bandung dalam lima tahun terakhir .
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
15/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
GRAFIK II.7
PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
DI KOTA BANDUNG
TAHUN 2007 2011
Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2011
IPM Kota Bandung Tahun 2011 sebesar 79,15. Melalui IPM ini dapat
menjadi indikasi bahwa kesejahteran masyarakat Kota Bandung dari waktu
ke waktu mengalami peningkatan.
Indeks Kesehatan mengukur tingkat kesehatan manusia secara umum
di suatu wilayah tertentu. Indeks Kesehatan juga merupakan indikator
komposit yang kompleks yang perhitungannya memperhitungkan banyak
indikator lain dalam bidang kesehatan. Indeks Kesehatan Kota Bandung
Tahun 2011 sebesar 81,32 poin sedangkan di Tahun 2010 mencapai 81,22.
Di bawah ini grafik yang menggambarkan perkembangan Indeks Kesehatan
di Kota Bandung dalam lima tahun terakhir.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
16/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
GRAFIK II.8
PERKEMBANGAN INDEKS KESEHATAN DI KOTA BANDUNG
TAHUN 2007 2011
Sumber BPS Kota Bandung Tahun 2011
Grafik di atas memperlihatkan bahwa Indeks Kesehatan di Kota Bandung
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir.
Capaian Angka Harapan Hidup (AHH) Kota Bandung di Tahun 2011
sebesar 73,79 tahun. Angka ini naik sebesar 0,06 tahun bila dibandingkan
dengan tahun lalu. Definisi AHH sendiri adalah perkiraan rata-rata lamanya
hidup sejak 0 tahun yang akan capai oleh sekelompok penduduk.
Peningkatan AHH adalah hasil komulatif dari berbagai kegiatan baik yang
bersifat preventif, promotif, maupun kuratif di berbagai tingkatan pelayanan
kesehatan. Di bawah ini grafik yang menggambarkan perkembangan Angka
Harapan Hidup Kesehatan di Kota Bandung dalam lima tahun terakhir.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
17/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
GRAFIK II.9
PERKEMBANGAN ANGKA HARAPAN HIDUP
DI KOTA BANDUNG (DALAM TAHUN)
TAHUN 2007 2011
Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2011
Grafik di atas memperlihatkan bahwa Umur Harapan Hidup di Kota Bandungmeningkat tahun demi tahun meningkat dalam lima tahun terakhir. Capaian
Angka Harapan Hidup (AHH) Kota Bandung di Tahun 2011 sebesar 73,79
tahun. Ini berarti bayi penduduk Kota Bandung yang dilahirkan di Tahun
2011 akan memiliki kemungkinan hidup hingga usia 73,79 tahun.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
18/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. ANGKA KEMATIAN
Angka kematian di suatu wilayah merupakan indikator vital
dalam mengukur tingkat kesehatan di masyarakat, diluar kejadian
khusus misalnya bencana alam dan rawan keamanan. Berbagai
penyebab kematian adalah langsung maupun tak langsung yang juga
terdapat interaksi berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat
kematian di masyarakat.
Faktor tersebut antara lain adalah tingkat sosial ekonomi,
kualitas lingkungan hidup, layanan kesehatan, dan lain-lain. Pada
umumnya pola kematian diklasifikasikan ke dalam kematian bayi,
kematian balita, dan kematian ibu. Pemaparan mengenai pola
kematian berdasarkan sumber data di fasilitas kesehatan dijabarkan
sebagai berikut :
1. Angka Kematian Bayi
Angka kematian bayi (AKB) atau lebih dikenal dengan infant
mortality rate (IMR). Angka kematian bayi merupakan salah satu
indikator sangat sensitif untuk mengetahui gambaran tingkat
permasalahan kesehatan masyarakat. Faktor yang berkaitan
dengan penyebab kematian bayi antara lain terutama tingkat
pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan
program KIA & KB, kondisi lingkungan, dan sosial Ekonomi.
Jumlah kematian bayi yang terlaporkan di Kota Bandung pada
Tahun 2011 sejumlah 235 bayi dan lahir mati sebanyak 116 bayi.
Melalui pelacakan dan autopsi verbal oleh petugas puskesmas,
penyebab kematian tertinggi Tahun 2011 untuk neonatus adalah
Asfiksia 68 kasus, BBLR 35 kasus, sepsis 2 kasus. Sedangkan
untuk penyebab kematian bayi adalah Diare 13 kasus, Pneumonia
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
19/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
4 kasus, Kelainan Saraf 2 kasus, dan kelainan saluran cerna 1
kasus. Grafik perkembangan jumlah kematian bayi di Kota
Bandung dalam 5 tahun terakhir dapat di lihat di bawah ini.
GRAFIK III.1
JUMLAH KEMATIAN BAYI
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kota Bandung Tahun 2011
Bila dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah kematian bayi
mengalami kenaikan kasus sebanyak 34 orang dan lahir mati
mengalami penurunan sebesar 133 kasus kematian dari tahun lalu.
Angka kematian bayi adalah kemungkinan kematian bayi
dalam 1.000 kelahiran hidup di suatu wilayah dalam periode
tertentu. BPS berwenang menghitung dan mengeluarkan angka ini
dalam periode tertentu melalui survey-survey bersama dengan
Angka Kematian Ibu (AKI). Angka Kematian Bayi di Kota Bandung
berdasarkan sumber BPS Jabar terakhir yang ada di Tahun 2008
sebesar 34,46 / 1.000 kelahiran hidup.
2. Angka Kematian Balita
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak
umur 12-59 bulan per 1.000 kelahiran hidup pada periode waktu
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
20/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
tertentu. AKABA dapat menggambarkan tingkat permasalahan
kesehatan serta faktor lain yang mempengaruhi terhadap
kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi lingkungan, tingkat
pelayanan KIA / Posyandu, penyakit infeksi, dan kecelakaan.
Kematian balita di Kota Bandung pada Tahun 2011 menurut
laporan bersumber fasilitas kesehatan sejumlah 5 anak, adapun
penyebab kematian terbanyaknya adalah karena penyakit ISPA
sebanyak 1 kasus, Diare 1 kasus, 1 kasus DBD dan lain lain.
Grafik berikut ini menunjukan jumlah kematian balita di Kota
Bandung selama 5 tahun terakhir. AKABA di Kota Bandung
berdasarkan sumber BPS Propinsi Jabar terakhir yang ada di
Tahun 2008 sebesar 8,8 / 1.000 kelahiran hidup.
GRAFIK III.2
JUMLAH KEMATIAN BALITA
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota BandungTahun 2011
Jumlah kematian balita disini yang dimaksud adalah jumlah
kematian seorang anak balita usia 12-59 bulan yang ditemukan di
Kota Bandung di Tahun 2011. Bila dibandingkan dengan angka
tahun lalu terdapat adanya penurunan sebesar 15 kasus kematian.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
21/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
3. Angka Kematian Ibu
Kematian ibu yang dimaksud adalah kematian seorang wanita
yang dikarenakan oleh kehamilan, persalinan, dan masa nifasnya.
Angka kematian Ibu mencerminkan resiko yang dihadapi ibu
selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh :
a. Keadaan sosial ekonomi dan kesehatan yang kurang baik
menjelang kehamilan.
b. Kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran.
c. Tingkat tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan perinatal dan obstetri.
Grafik berikut ini menunjukan jumlah kematian balita di Kota
Bandung selama 5 tahun terakhir.
GRAFIK III.3
JUMLAH KEMATIAN IBU
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung
Tahun 2011
Kejadian kematian ibu di Kota Bandung pada Tahun 2011
yang terlaporkan melalui fasilitas kesehatan dan telah dilakukan
autopsi verbal sebanyak 20 kasus. Penyebab kematian ibu
terbanyak adalah Perdarahan 4 kasus, Hipertensi dalam kehamilan
5 kasus, Emboli air ketuban 1 kasus dan lain lain 9 kasus.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
22/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Angka Kematian Ibu (AKI), seperti halnya AKB, dihitung dan
dikeluarkan oleh BPS selaku lembaga yang berwenang melalui
survey-survey. Angka Kematian Ibu di Kota Bandung berdasarkan
sumber BPS Kota Bandung dan UNPA terakhir yang ada di Tahun
2004 sebesar 164,70 / 100.000 kelahiran hidup. Angka ini dihitung
menggunakan pola/metoda kematian dari hasil Susenas, yaitu asumsi
kematian ibu terhadap kematian wanita dewasa untuk daerah Jabar
sebesar 8,70%.
B. ANGKA KESAKITAN
Data kesakitan di Kota Bandung didapat dari laporan rumah
sakit sebagai sarana kesehatan rujukan dan laporan puskesmas
sebagai sarana kesehatan dasar. Berdasarkan laporan yang masuk
dari puskesmas yang ada di Kota Bandung pada Tahun 2011 didapat
20 penyakit terbanyak sebagai berikut :
TABEL III.1
20 PENYAKIT TERBANYAK DI PUSKESMAS
KOTA BANDUNG TAHUN 2011
NO JENIS PENYAKIT %
1.Penyakit infeksi saluran pernafasan akut tidak
spesifik14,26
2. Hipertensi primer (esensial) 12,10
3. Nasofaringitis Akuta (Common Cold) 11,95
4. Myalgia 6,34
5. Diare dan Gastroenteritis 4,16
6. Penyakit Pulpa dan Jaringan Perpikal 3,90
7. Gastroduodenitis tidak spesifik 3,33
8. Tukak Lambung 2,99
9. Gangguan lain pada kulit dan jaringan subkutan
yang tidak terklasifikasi2,75
10. Faringitis Akuta 2,73
11. Gejala dan tanda umum lainnya 2,51
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
23/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
NO JENIS PENYAKIT %
12. Dermatitis lain tidak spesifik 2,25
13. Karies Gigi 2,00
14. Demam yang tak diketahui sebabnya 1.93
15. Gangguan Gigi dan Jaringan Penunjang Lainnya 1,71
16. Penyakit Gusi, Jaringan Periodental dan Tulang
Alveolar1,52
17. Konjungtivitis 1,42
18. Asma 1,28
19. Tonsillitis Akuta 1,12
20. Diabetes Melitus Tidak Spesifik 1,05
21. Penyakit Lain-lain 18,68
Sumber : Seksi Data dan Informasi Kesehatan dari rekapitu lasi SP3Tahun 2011
Dibandingkan Tahun 2010, Penyakit infeksi saluran
pernafasan akut tidak spesifik masih tetap menjadi penyakit
terbesar rawat jalan di puskesmas di Kota Bandung, sedangkan
Hipertensi primer dan Nasofaringitis Akuta (Common Cold)
bertukar urutan satu dengan lainnya di Tahun 2011.
Selain data penyakit seperti diatas dapat disampaikan juga data
penyakit menular yang diamati sebagai berikut :
C. PENYAKIT MENULAR YANG DIAMATI
1. Penyakit Acute Flaccid Paralysis ( AFP )
Cakupan penemuan penderita penyakit Non Polio Acute
Flacid Paralysis(AFP) pada penduduk 100.000 di bawah 15 tahun
adalah indikator Standar Pelayanan Mnimal (SPM) yang
diamanatkan dalam Kepmenkes RI No. 828/MENKES/SK/IX
Tahun 2008 untuk diperhatikan pencapaiannya. Adapun
perkembangan cakupan penemuan penderita penyakit AFP dalam
5 Tahun Terakhir di Kota Bandung dapat dilihat dari grafik di
bawah ini.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
24/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
GRAFIK III.4
JUMLAH TEMUAN KASUS ACUTE FLACCID PARALYSE ( AFP )
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007-2011
Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan PenyakitDinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Penemuan kasus AFP dilaksanakan melalui monitoring ke rumah
sakit, klinik, dokter swasta maupun di puskesmas yang ada di
Kota Bandung dengan mengamati secara cermat berbagai gejala
penyakit yang termasuk AFP.
Pada tahun 2011 di Kota Bandung telah ditemukan AFP
sebanyak 14 kasus pada anak < 15 tahun, kasus ini ditemukan di
Kecamatan Sukajadi, Andir, Cidadap, Coblong, Bandung Wetan,
Sumur Bandung, Cibenying Kaler, Kiara Condong, Bandung
Kulon, Mandalajati, Arcamanik, dan Buah Batu. Bila dihitung
angka kesakitannya yaitu jumlah kasus AFP pada anak usia < 15
tahun dibandingkan dengan jumlah penduduk pada usia
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
25/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
2. Penyakit Tuberculosis
Bersadarkan laporan dari puskesmas yang ada di Kota
Bandung pada tahun 2011 ditemukan penderita Tuberculosis
secara klinis dan laboratoris sebanyak 2.482 kasus. Bila
dibandingkan dengan tahun lalu, penemuan kasus Tuberculosis
sebesar 2.506 kasus, sehingga berarti terjadi penurunan
penemuan kasus sebesar 124 kasus.
Penderita Tuberculosis dengan TB BTA (+) sebanyak 1.137
bila dibandingkan dengan tahun lalu terdapat peningkatan yaitu
69 kasus. Penderita TB BTA (+) sebanyak 1.137 penderita
tersebut yang 1.075 (94,54 %) diantaranya telah diobati.
Penderita TB BTA (+) pada Tahun 2010 yang mendapatkan
pengobatan dan dinyatakan sembuh sebanyak 821 kasus atau
76,37%. Sedangkan persentase kesembuhan Tahun 2010 lalu
sebesar 82,59%.
3. Penyakit Pneumonia pada Balita
Penyakit Pnemonia yang diperkirakan diderita oleh balita
adalah 10 % dari jumlah populasi balita yang ada di suatu
wilayah. Di Kota Bandung di Tahun 2011 terdapat populasi
balita sebesar 209.008 maka perkiraan balita dengan pneumonia
sebesar 10%-nya menjadi 20.909 balita. Namun kasus yang
ditemukan dan ditangani sebesar 21.190 kasus. Oleh karenanya,
kasus balita dengan Peneumonia yang ditemukan di Kota
Bandung melebihi dari perkiraan sebelumnya.Dari jumlah tersebut, bila melihat dari wilayahnya, kasus
Pneumonia pada balita terbesar berturut-turut terdapat di
Kecamatan Coblong, Batununggal, Regol, dan Lengkong. Bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terdapat peningkatan
sebesar kasus dari 13.914 pada Tahun 2010 menjadi 21.190 pada
Tahun 2011 atau sebesar 7.126 kasus.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
26/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Target SPM untuk penanganan penyakit Pneumonia yang
ditangani adalah 100,00% oleh karenanya Cakupan Pneumonia
pada balita di Tahun 2011 dapat mencapai target.
4. Penyakit HIV/AIDS
Penyakit HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit menular
yang diakibatkan dari perilaku seks yang tidak sehat dan
penggunan alat suntik narkoba bersama.
Pada tahun 2011 di Kota Bandung terdapat kasus baru
HIV/AIDS sebanyak 442 kasus dan terjadi peningkatan dari
Tahun 2010 yaitu 370 kasus. Kasus HIV/AIDS dari tahun ketahun
terus meningkat hal ini dapat dilihat pada grafik berikut ini.
GRAFIK III.5
PERKEMBANGAN JUMLAH PENDERITA HIV/AIDS
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 - 2011
Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan PenyakitDinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Untuk mengantisipasi penyebaran penyakit HIV/AIDS melalui
donor darah, pada tahun 2011 PMI Kota Bandung telah
melakukan upaya dengan salah satunya adalah melakukan
skrining pada para pendonor darah. Terdapat 100.392 darah
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
27/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
orang pendonor di Tahun 2011 di Kota Bandung. Persentase
angka tersebut sebesar 98,47% dari jumlah pendonor darah yaitu
sebanyak 98.885 darah orang pendonor dilakukan skrining Uji
Saring Anti-HIV. Dari hasil skrining tersebut ditemukan positif
HIV/AIDS 441 sampel orang pendonor (0,45 %). Mengingat
masih terdapat 1,53% pendonor yang tidak terskrining HIV/AIDS,
maka diharapkan kepada masyarakat Kota Bandung untuk lebih
berhati-hati bila memerlukan tranfusi darah.
PatofisiologiHIV/AIDS sering mengakibatkan kematian bagi
para pengidapnya. Perkembangan jumlah penderita HIV/AIDS
meninggal di Kota Bandung Tahun 2007 hingga Tahun 2011
dapat diamati dari grafik berikut ini.
GRAFIK III.6
PERKEMBANGAN JUMLAH
PENDERITA HIV/AIDS MENINGGAL
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011
Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas KesehatanKota Bandung Tahun 2011
Kematian HIV/AIDS Tahun 2011 meningkat bila
dibandingkan dengan Tahun 2011 yaitu 37 kasus kematian,
sedangkan di Tahun 2010 terjadi kematian akibat HIV/AIDS
sebanyak 14 kasus.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
28/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Propinsi Jawa Barat menempati urutan pertama
perkembangan jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia,
sedangkan Kota Bandung memberikan jumlah terbesar penderita
HIV/AIDS di Jawa Barat. Sejak Tahun 2010 telah terjadi
pergesaran status pengidap HIV/AIDS dari penasun (pengguna
narkoba suntikan) ke heteroseksual. Kondisi saat in juga terjadi
fenomena peningkatan penderita HIV/AIDS yang signifikan di
kalangan ibu rumah tangga.
5. Penyakit Infeksi Menular Seksual
Kota Bandung merupakan kota besar yang berpenduduk
sangat heterogen yang juga merupakan kota jasa dan kota wisata
sehingga menjadi objek kunjungan penduduk dari penjuru
Indonesia yang berdampak pada kehidupan sosial warganya.
Oleh karenanya, Kota Bandung tidak lepas dari permasalahn
penyebaran penyakit infeksi menular seksual. Perkembangan
penyakit infeksi menular seksual di Kota Bandung Tahun 2007
hingga Tahun 2011 dapat diamati dari grafik berikut ini.GRAFIK III.7
PERKEMBANGAN PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 2011
Sumber : Seksi Pencegahan dan pemberantasan Penyakit
Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
29/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Infeksi menular seksual di Kota Bandung pada Tahun 2011
terdapat 1.278 kasus dan semuanya telah ditangani. Meski
demikian, bila dibandingkan dengan tahun lalu, terjadi
peningkatan jumlah kasus dari 1.115 kasus.
6. Penyakit Diare
Penyakit Diare dapat mengakibatkan tubuh kehilangan
cairan tubuh (dehidrasi), dan apabila tidak ditangani dengan benar
akan mengakibatkan kematian. Penyakit ini bisa menyerang siapa
saja dan sangat dipengaruhi oleh perilaku hidup dan lingkungan
yang tak sehat terutama pada bayi dan balita. Perkembangan
penyakit Diare pada Balita di Kota Bandung Tahun 2009 hingga
Tahun 2011 dapat diamati dari grafik berikut ini.
GRAFIK III.8
PERKEMBANGAN PENYAKIT DIARE PADA BALITA
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2009 2011
Sumber : Seksi Pencegahan dan pemberantasan PenyakitDinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Di Kota Bandung pada Tahun 2011 terlaporkan 77.829
kasus Diare. Kasus Diare, bila dilihat wilayahnya, terbanyak
terdapat di Kecamatan Astanaanyar, Mandalajati, dan Regol.
Akan tetapi, bila dilihat dari perkiraan kasus, yaitu persentase
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
30/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
dengan perbandingan terhadap penduduk dikalikan dengan angka
kesakitan nasional Diare (43/1000 penduduk) didapat berturut-
turut wilayah Kecamatan Bandung Wetan (204%), Astanaanyar
(197%), dan Mandalajati (177%). Sedangkan jumlah kasus Diare
pada balita Tahun 2011 sebesar 39.295 kasus meningkat 5.868
kasus dari tahun sebelumnya sebesar 33.427 kasus.
7. Penyakit Kusta
Kasus penyakit Kusta di Kota Bandung pada Tahun 2011,
jenis MB atau Multi Basiler, berjumlah 4 kasus, yang terdiri dari 1
kasus penderita dibawah 14 tahun dan 3 kasus penderita
penderita 15 tahun keatas. Bila dibandingkan dengan Tahun
2010, jumlah kasus baru Penyakit Kusta di Kota Bandung terjadi
penurunan sebanyak 4 kasus. Pemerintah Kota Bandung terus
memperhatikan adanya kasus pindahan Penderita Kusta yang
sedang melanjutkan pengobatan dari kabupaten/kota sehingga
tidak menularkan penyakitnya kepada masyarakat Kota
Bandung.Penderita Kusta yang ada di Kota Bandung terdapat di
Kecamatan Sukasari, Andir, Coblong, Arcamanik, Ujungberung,
dan Cibeunying Kaler.
Dari jumlah penderita kusta tersebut semuanya sedang
dalam pengobatan, bahkan penderita kasus Kusta MB (Multi
Basiler) di Tahun 2009 sebanyak 7 kasus di Kota Bandung telah
sembuh (RFT MB) 100%.
New Case Detection RateKusta atau kasus baru Kusta, bila
dibandingkan dengan 100.000 penduduk didapat angka 0,17.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
31/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
8. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
(PD3I)
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah
penyakit Diptheri, Pertusis, Tetanus ,Tetanus Neonatorum,
Campak, Polio, Hepatitis B. Penyakit menular yang dapat dicegah
dengan imunisasi yang muncul di Kota Bandung pada Tahun 2011
adalah penyakit Campak dengan 668 kasus dan 3 kasus Diptheri.
Sedangkan penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi lainnya tidak terjadi di Kota Bandung. Perkembangan
penyakit Campak pada Balita di Kota Bandung Tahun 2008
hingga Tahun 2011 dapat diamati dari grafik berikut ini.
GRAFIK III.9
PERKEMBANGAN PENYAKIT CAMPAK
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 2011
Sumber : Seksi Pencegahan dan pemberantasan PenyakitDinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Penyakit Campak meningkat cukup mencolok di kota
Bandung dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Di
Tahun 2010 terjadi 374 kasus Penyakit Campak, sedangkan di
Tahun 2011 terjadi 668 kasus Campak (klinis). Kasus Penyakit
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
32/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Campak (klinis) sepanjang Tahun 2011 hanya tidak ditemukan
dua kecamatan di Kota Bandung, yaitu Kecamatan Buah Batu dan
Bandung Wetan.
9. Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD)
Cara penanggulangan penyakit Demam berdarah yang
paling efektif sejak dulu adalah dengan memberantas sarang
nyamuk (PSN) melalui 3M Plus (mengubur, menguras, menutup,
dan mencegah gigitan nyamuk serta memelihara tanaman/ikan
pemakan jentik).
Hal ini agar selalu disosialisasikan dan digalakkan di tengah-
tengah masyarakat untuk menekan jumlah kasus Demam
Berdarah Dengue yang meningkat di Kota Bandung. Jumlah
kasus DBD di Kota Bandung Tahun 2010 sebanyak 3.435 kasus,
sedangkan di Tahun 2011 di temukan 3.901 kasus dengan jumlah
penderita meninggal 11 orang. Perkembangan penyakit Demam
Berdarah Dengue di Kota Bandung Tahun 2007 hingga Tahun
2011 dapat diamati dari grafik berikut ini.
GRAFIK III.10
PERKEMBANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011
Sumber : Seksi Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan KotaBandung Tahun 2011
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
33/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Cibiru
Cicendo
Cidadap
Gedebage
Coblong
Regol
Andir
Buahbatu
Rancasari
Sukasari
Arcamanik
Sukajadi
Lengkong
Antapani
Ujungberung
CinamboBandung Kulon
Babakan Ciparay
Panyileukan
Mandalajati
KiaracondongBatununggal
Bandung Kidul
Bojongloa Kidul
Cibeunying Kaler
Cibeunying Kidul
Sumurbandung
Astanaanyar
Bandung Weta n
Bojongloa Kaler
JUMLAH PENDERITADBD
PER KECAMATANDI KOTA BANDUNG
TAHUN 2011
N
PEMERINTAH KOTA BANDUNGDINKES KOTA BANDUNG
TAHUN 2011
1 0 1 2 Kilometer
27 - 100101 - 200201 - 300
301 - 400
DEMAM BERDARAHDENGUE (DBD)
Kasus Penyakit Demam Berdarah Dengue paling banyak
terjadi di Kecamatan Buah Batu sebesar 396 kasus. Sedangkan
untuk jumlah kasus paling sedikit berada di Kecamatan Gedebage
sebesar 57 kasus. Dari sebanyak 3.901 kasus DBD selama Tahun
2011 di Kota Bandung semuanya telah ditangani sehingga angka
pencapaian penderita ditanganinya mencapai 100 %. Ini berarti
target pencapaian SPM Tahun 2011 untuk penderita DBD yang
ditangani telah terpenuhi yaitu 100%.
GAMBAR III.1
JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE
DI KOTA BANDUNG
TAHUN 2011
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
10. Penyakit Malaria
Penyakit Malaria di Kota Bandung pada Tahun 2011
ditemukan 15 kasus baru, meskipun demikian penderitia penyakit
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
34/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Malaria tersebut dari luar wilyah Kota Bandung, karena di wilayah
Kota Bandung tidak terdapat vektor penular penyakit Malaria.
11. Penyakit Filariasis
Total kasus filariasis yang ada di Kota Bandung adalah 11
kasus, terdiri dari 8 kasus warga luar Kota Bandung, dan 3 kasus
menimpa warga Kota Bandung. Kasus baru Filariasis pada tahun
2011 berjumlah 1 penderta . Sepuluh dari penderita Filariasis tersebut
telah dilakukan survey darah jari dengan hasil negatif.
D. STATUS GIZI
Masalah gizi yang umum ditemui di Indonesia adalah
Kekurangan Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kurang Yodium
(GAKY), Anaemi Gizi, dan kekurangan Vitamin A. Permasalahan Gizi
banyak terjadi pada kelompok rawan, seperti ibu hamil, ibu menyusui,
bayi, balita , anak usia sekolah, wanita usia subur (WUS) dan
masyarakat dengan golongan ekonomi rendah.
Kondisi status gizi di Kota Bandung dapat dilihat dari uraian
berikut ini:
1. Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Semua ibu hamil mengharapkan bayi lahir sehat dengan
berat badan normal, karena bila bayi lahir dengan berat badan
rendah akan beresiko dalam pertumbuhan dan perkembangan
bayi selanjutnya. Perkembangan jumlah bayi dengan berat badanlahir rendah di Kota Bandung Tahun 2008 hingga Tahun 2011
dapat diamati dari grafik berikut ini.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
35/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
GRAFIK III.11
JUMLAH BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 - 2011
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan dasar Dinkes Kota BandungDinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Bayi dengan berat badan lahir rendah di Kota Bandung pada
Tahun 2011 mencapai 666 bayi. Di Tahun 2011 terdapat 43.366
kelahiran dengan bayi lahir ditimbang sebanyak 41.866 bayi. Bila
dibandingkan dengan bayi lahir ditimbang, maka besar BBLRadalah 3,19%. Terdapat kenaikan yang cukup mencolok
dibandingkan tahun lalu, yaitu sebesar 371 kasus bayi lahir
rendah. Hal ini merupakan penurunan yang berarti karena dengan
tingginya kasus BBLR menunjukkan rendahnya kualitas status
kesehatan ibu hamil yang dapat disebabkan oleh antara lain jarak
kelahiran yang terlalu rapat, asupan gizi yang tak cukup, hingga
pelayanan kesehatan kehamilan yang kurang memadai.
2. Balita Gizi Kurang
Kondisi status gizi kurang balita merupakan masalah gizi
yang harus segera diatasi, karena apa bila tak tertangani lebih
lama, maka akan jatuh pada kondisi rentan sakit dan penurunan
status gizi menjadi gizi buruk yang penanggulangan dan recovery-
nya lebih sulit.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
36/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Berdasarkan hasil Laporan Kegiatan Bulan Penimbangan
Balita di Tahun 2011, terdapat balita gizi kurang sebanyak 4.863
balita dari jumlah balita yang ditimbang sebanyak 131.337 balita
atau sebesar 3,69%. Bila melihat data tahun lalu, persentase
balita dengan status gizi kurang menurun 5,00 % dari 8,69 %
pada tahun 2010. Perkembangan jumlah balita gizi kurang di Kota
Bandung Tahun 2007 hingga Tahun 2011 dapat diamati dari grafik
berikut ini.
GRAFIK III.12
PERKEMBANGAN JUMLAH BALITA GIZI KURANG
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 - 2011
Sumber : Seksi Pelayanan kesehatan Dasar Dinas Kesehatan KotaBandung Tahun 2011
3. Balita Gizi Buruk
Masalah gizi buruk merupakan kelanjutan dari masalah gizi
kurang yang tak terangani. Gizi buruk perlu mendapat perawatan
yang sesuai dengan tatalaksana penanganan gizi buruk agar
mendapatkan hasil yang optimal. Data status balita gizi buruk
diperoleh dari hasil Bulan Penimbangan Balita (BPB) yang rutin
dilakukan 2 kali dalam setahun yaitu bulan Pebruari dan Agustus
bersaman dengan Bulan Vitamin A.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
37/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Persentase gizi buruk di Kota Bandung pada Tahun 2011
meningkat dibandingkan dengan tahun lalu yaitu 0,43 % pada
menjadi 0,49 % pada Tahun 2011 dengan jumlah 650 balita.
Jumlah balita gizi buruk terbanyak terdapat di Kecamatan Kiara
Condong dengan 192 kasus balita gizi buruk. Dari sebanyak 650
kasus gizi buruk yang ada di Tahun 2011 di Kota Bandung
semuanya telah mendapat perawatan, sehingga target SPM di
Tahun 2011 mengenai Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan
sebesar 100,00 % pada Tahun 2011 telah dapat dicapai.
Perkembangan jumlah balita gizi buruk di Kota Bandung Tahun
2007 hingga Tahun 2011 dapat diamati dari grafik berikut ini.
GRAFIK III.13
PERKEMBANGAN JUMLAH GIZI BURUK
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 - 2011
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan KotaBandung Tahun 2011
Peran orang tua sangat dominan dalam menghadapi
permasalahan gizi buruk, terutama peningkatan pengetahuan
mengenai kesehatan dan tumbuh kembang balita. Selain itu para
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
38/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
kader, tokoh masyarakat, aparat pemerintah, dan petugas
kesehatan juga merupakan pihak yang berperan dalam
penanggulangan gizi buruk melalui penyuluhan kesehatan dan
program pemberian makanan tambahan.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
39/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
A. PELAYANAN KESEHATAN
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
a. Pemeriksaan Kesehatan Ibu Hamil K1
Salah satu upaya untuk memperkecil resiko kematian ibu
adalah dengan memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan.
Jumlah Ibu hamil di Kota Bandung tahun 2011 adalah 50.651
orang dan 50.547 diantaranya (94,92%) telah melakukan
pemeriksaan yang ke I kehamilannya dalam trimester pertama.
Pencapaian ini bila di bandingkan dengan tahun 2010
mengalami penurunan sebesar 5,08 %.
GRAFIK IV.1
PERKEMBANGAN CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota BandungTahun 2011
0
20
40
60
80
100
2007 2008 2009 2010 2011
84,7278,96
91,77
100,0094,92
%K1
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
40/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Cibiru
Cicendo
Cidadap
Gedebage
Coblong
Regol
Andir
Buahbatu
Rancasari
Sukasari
Arcamanik
Sukajadi
Lengkong
Antapani
Ujungberung
CinamboBandung Kulon
Babakan Ciparay
Panyileukan
Mandalajati
KiaracondongBatununggal
Bandung Kidul
Bojongloa Kidul
Cibeunying Kaler
Cibeunying K idul
Sumurbandung
Astanaanyar
Bandung Wetan
Bojongloa Kaler
CAKUPAN K4PER KECAMATANDI KOTA BANDUNG
TAHUN 2011
N
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
DINKES KOTA BANDUNGTAHUN 2011
CAKUPAN K4 (%)59.00 - 90.9991.00- 100.00
0 1 21 Kilometer
b. Pemeriksaan Kesehatan Ibu Hamil K4
Pemeriksaan minimal kehamilan yang dianjurkan oleh
tenaga kesehatan seorang ibu hamil adalah 4 kali selama
kehamilan. Dengan demikian diharapkan kesehatan ibu dan bayi
yang ada di dalam kandungannya dapat terus terpantau. Pada
Tahun 2011, ibu hamil yang mendapat pelayanan pemeriksaan
kehamilan sesuai standar yang ke 4 kali (K4) sebanyak 53.138
orang atau 98,78%.
GAMBAR IV.1
PETA CAKUPAN K4DI KOTA BANDUNG
TAHUN 2011
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Bila dibandingkan dengan tahun lalu, maka pencapaian
tersebut mengalami penurunan sebesar 0,88% meski demikian
pencapaian ini telah melampaui dari target SPM bidang kesehatan
Tahun 2011 sebesar 91,00%.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
41/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Berikut adalah grafik perkembangan cakupan kunjungan ibu hamil
K4 di Kota Bandung Tahun 2007 hingga Tahun 2011.
GRAFIK IV.2
PERKEMBANGAN CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K4
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota BandungTahun 2011
c. Imunisasi TT Ibu Hamil
Unrtuk mendapat kekebalan yang sempurna atau
kekebalan seumur hidup, Imunisasi Tetanus Toxoid dilaksanakan
sebanyak lima dosis dengan interval tertentu yang dimulai saat
atau sebelum kehamilan.
Pada Tahun 2011 di Kota Bandung Ibu hamil yang
mendapat imunisasi TT 1 sebanyak 86,65 % dan TT 2 sebanyak84,62 %. Untuk pelayanan TT 3 telah diberikan pada 151 orang
wanita, TT 4 sebanyak 125 orang wanita serta TT 5 sebanyak
501 orang wanita.
Dengan demikian masyarakat /wanita di Kota Bandung saat
ini yang mempunyai kekebalan dengan status TT2+ tentang
tetanus toxoid seperti terlihat pada tabel berikut ini.
20
40
60
80
100
2007 2008 2009 2010 2011
89,33
69,14
90,60
99,66 98,78
%K4
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
42/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
TABEL IV .1
JUMLAH WANITA USIA SUBUR/IBU HAMIL DENGAN STATUS
IMUNISASI TT2+
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011
NO JENIS IMUNISASI TT JUMLAH
1. T T 2 42.862
2. T T 3 151
3. T T 4 125
4. T T 5 501
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Seksi Pencegahan dan
Penenggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
d. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe
Kasus anaemia pada ibu hamil sering terjadi, hal ini dapat
ditanggulangi dengan pemberian tablet besi (Fe) dalam 3
trimester selama kehamilan (Fe1 s/d Fe3). Fe diberikan sebanyak
90 tablet selama satu periode kehamilan.
Di Kota Bandung pada tahun 2011 terdapat ibu hamil dan
dari jumlah tersebut telah diberikan tablet Fe 1 kepada 43.201 ibu
hamil atau sebesar 85,29%-nya. Pemberian tablet Fe3 kepada
ibu hamil tahun 2011 sejumlah 49.289 ibu hamil atau 97,31%-nya.
Dari pengertiannya, Cakupan Ibu Hamil Mendapat Fe1
adalah cakupan ibu hamil yang mendapat 30 tablet Fe selama
periode trimester pertama kehamilannya di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Sedangkan untuk pengetian Fe3
adalah cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe hingga
periode trimester ke III di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Oleh karenanya, berdasarkan pengertian diatas maka
cakupan Fe3 tidak dapat lebih besar dari cakupan Fe1.
Pencatatan dan pelaporan di puskesmas baru sebatas
catatan yang bersifat rekapitulasi belum bersifat pencatatan
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
43/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Berdasarkan perjalanan individu/bumil. Selain itu juga kesamaan
sumber pelaporan antara Petugas Gizi dan Bidan sebagai
pemberi pelayanan KIA perlu terus dikordinasikan agar
mendapatkan kualitas informasi yang baik. Petugas kesehatan di
fasilitas kesehatan juga harus memahami definisi operasional
variabel pelaporan sehingga berdampak pada keseragaman dan
kualitas informasi yang baik.
TABEL IV.2
PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPAT TABLET FE
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011
No URAIAN JUMLAH %
1. Jml Ibu Hamil 50.651
2. Jml Ibu Hamil yg dapat Fe I 43.201 85,29
3. Jml Ibu hamil yg dapat Fe 3 49.289 97,31
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas KesehatanKotaBandung Tahun 2011
e. Komplikasi Kebidanan yang Ditangani
Yang dimaksud dengan komplikasi kebidanan adalah
kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat
mengancam ibu dan / atau bayi .
Penanganan komplikasi kebidanan di Kota Bandung pada
Tahun 2011 sebanyak 10.060 dari 50.651 ibu hamil yang ada
atau sebesar 19,86%. Jumlah sasaran ibu hamil dengan
komplikasi di Tahun 2011 sebesar 10.130 ibu. Besaran cakupan
Penanganan Komplikasi Kebidanan terhadap sasaran ibu hamil
yang mengalami komplikasi tersebut sebesar 99,31%. Dengan
demikian dari data tersebut masih terdapat ibu hamil dengan
komplikasi yang belum tertangani di Kota Bandung. Meski
demikian, Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan
mengalami peningkatan dari tahun lalu yang berkisar hanya
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
44/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
41,91% dan juga telah memenuhi target SPM 2011 sebesar
74,00%. Berikut adalah grafik cakupan komplikasi kebidanan yang
ditangani di Kota Bandung Tahun 2011.
GRAFIK IV.3
CAKUPAN KOMPLIKASI KEBIDANAN YANG DITANGANI
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas kesehatan Kota BandungTahun 2011
f. Perto longan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi
salah satu indikator yang erat kaitannya dengan indikator
kematian ibu dan bayi, oleh karena itu semua ibu bersalin
diharapkan mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi kebidanan. Di Kota Bandung pada tahun
2011, dari sebanyak 48.348 ibu yang melahirkan, terdapat 45.771
ibu melahirkan (94,67%) yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
Dengan demikain dari angka tersebut masih terdapat 2.577 ibu
melahirkan (5,33%) yang mendapat pertolongan persalinan ke
dukun beranak dan lain lain. Kondisi ini mengalami penurunan
dibandingkan tahun lalu yang ber ada di angka 95,58%. Meskipun
demikian angka tersebut telah memenuhi amanah SPM di Tahun
2011 yaitu sebesar 87,00%.
90,57
9,43
Ditangani Belum tertangani
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
45/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Cibiru
Cicendo
Cidadap
Gedebage
Coblong
Regol
Andir
Buahbatu
Rancasari
Sukasari
Arcamanik
Sukajadi
Lengkong
Antapani
Ujungberung
CinamboBandung Kulon
Babakan Ciparay
Panyileukan
Mandalajati
KiaracondongBatununggal
Bandung Kidul
Bojongloa Kidul
Cibeunying K aler
Cibeunying Kidul
Sumurbandung
Astanaanyar
Bandung Wetan
Bojongloa Kaler
CAKUPAN LINAKESPER KECAMATANDI KOTA BANDUNG
TAHUN 2011
N
PEMERINTAH KOTA BANDUNGDINKES KOTA BANDUNG
TAHUN 2011
1 0 1 2 Kilometer
Cakupan Linakes (%)41.00 - 86.9987.00 - 100.00
GRAFIK IV.4
PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota BandungTahun 2011
GAMBAR IV.2
PETA CAKUPAN LINAKES
DI KOTA BANDUNG
TAHUN 2011
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bandung ahun 2011
94,67
5,33
nakes lain-lain
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
46/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
g. Pelayanan Nifas
Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari
setelah melahirkan, dimana pada masa tersebut perlu minimal
mendapat 3 kali pengawasan / pelayanan dari petugas
kesehatan, yaitu pada 6 jam - 3 hari dan pada minggu ke-2 dan
minggu ke-4. Cakupan pelayanan kesehatan pada ibu nifas di
Tahun 2011 sebesaar 82,61%. Besaran tersebut ada di atas
target SPM Tahun 2011 yaitu sebesar 70,00%.
Pemberian Vitamin A merupakan salah satu pelayanan
kesehatan pada ibu Nifas. Di Kota Bandung pada tahun 2011
kepada ibu nifas telah diberikan vitamin A sebanyak 48.348 orang
atau 76,05 %. Pemberian Vitamin A kepada ibu nifas ini
mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu yang mencapai
angka 88,09%.
2. Pelayanan Keluarga Berencana
a. Peserta Keluarga Berencana Baru
Cakupan Peserta KB baru adalah untuk mengetahui
partisipasi masyarakat dalam program Keluarga Berencana.
Peserta KB baru di Kota Bandung pada Tahun 2011 tercatat
54.369 orang atau 14,21%. Bila dibandingkan dengan tahun lalu
terjadi penurunan dari 14,37 % pada Tahun 2010.
Kecamatan Coblong merupakan kecamatan dengan
cakupan peserta KB baru terkecil pada Tahun 2011, yaitu sebesar
4,12 % sedangkan Kecamatan Bandung Wetan merupakankecamatan dengan capaian peserta KB baru terbesar.
b. Peserta Keluarga Berencana Akti f
Persentase Peserta KB Aktif merupakan salah satu indikator
untuk melihat tingkat pemanfaatan alat kontrasepsi dari pasangan
usia subur.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
47/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Jumlah pasangan usia subur yang ada di Kota Bandung
pada tahun 2011 terdapat 382.627 pasangan dan yang aktif
memakai KB dengan berbagai jenis kontrasepsi sebanyak
310.548 orang atau 81,16%. Data tersebut bila diandingkan
dengan tahun lalu terdapat penurunan sebesar 2,63%. Angka ini
juga belum mencapai target SPM yang ditetapkan sebesar
93,00%. Kecamatan dengan cakupan KB Aktif terkecil ada di
Kecamatan Gedebage dengan capaian sebesar 66,03%.
c. Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi
Minat peserta KB baru di Kota Bandung pada Tahun 2011
dalam memilih jenis kontrasepsi terbanyak pada jenis kontrasepsi
suntik sebesar 57,92% dan terkecil pada jenis kontrasepsi MOW
(metode operasi wanita) sebesar 0,03% dan MOP (metode
operasi pria) 1,91%. Hal ini dapat dilihat bahwa keikutsertaan ber-
KB mantap pada pria maupun wanita masih sangat kecil di Kota
Bandung.
GRAFIK IV.5PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTASEPSI
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011
Sumber : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPP-KB) Kota
Bandung Tahun 2011
0
10
20
30
40
50
60
20,32
0,031,91 1,36
57,92
14,36
4,10
IUD
MOP
MOW
IMPLAN
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
48/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
d. Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi
Partisipasi masyarakat dalam keikutsertaan ber-KB di Kota
Bandung pada Tahun 2011 banyak memakai jenis kontrasepsi
hormonal yaitu suntik sebesar 45,80 % dan jenis kontrasepsi
yang jarang dipakai, diluar MOP dan MOW adalah Implant
sebesar 1,57%, kondom sebesar 1,09 % hal ini dapat dilihat
bahwa keikutsertaan ber-KB pada pria masih sangat kecil di
Kota Bandung.
3. Pelayanan Kesehatan Bayi
a. Kunjungan Neonatus
Neonatus merupakan awal dari kehidupan seorang manusia.
Untuk itu, perlu perhatian khusus terutama dalam kesehatannya.
Pelayanan kesehatan pada neonatal dasar meliputi ASI Ekslusif,
pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat pemberian
vitamin K, pemberian imunisasi hepatitis B1 dan manajemen
terpadu pada bayi muda. Pelayanan ini diberikan sesuai standar
sedikitnya tiga kali yaitu pada umur 6-24 jam setelah lahir, pada 3
7 hari, dan pada
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
49/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
c. Kunjungan Bayi
Setiap bayi berumur 29 hari 11 bulan diharapkan
memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali, yaitu 1 kali pada
umur 29 hari 3 bulan,1 kali pada umur 3 6 bulan, 1 kali pada
umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9 -11 bulan, yang meliputi
pelayanan imunisasi dasar, stimulasi intervensi dini tumbuh
kembang bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi.
Pada Tahun 2011 di Kota Bandung terdapat 46.046 bayi
dan 43.718 bayi atau 94,94% diantaranya telah mendapat
pelayanan kesehatan. Hal ini terdapat kenaikan dari tahun lalu
yang berada di angka 81,31%. Bila melihat angka tersebut, berarti
masih ada bayi di Kota Bandung yang belum mendapat
pemeriksaan pelayanan kesehatan sebanyak 5,06 %.
GRAFIK IV.6
PERKEMBANGAN KUNJUNGAN BAYI
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007-2011
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota BandungTahun 2011
d. Imunisasi Bayi
Imunisasi adalah upaya untuk meningkatkan/membentuk
sistem kekebalan tubuh dari beberapa jenis penyakit menular.
Program imunisasi dinilai sangat efektif untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit-penyakit yang dapat
0
20
40
60
80
100
2007 2008 2009 2010 2011
85,55
54,52
75,0281,31
94,94
Kunjungan Bayi
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
50/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
dicegah olah imunisasi. Berikut adalah grafik perbandingan
persentase cakupan imunisasi bayi di Kota Bandung Tahun 2010
dan Tahun 2011.
GRAFIK IV.7
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI BAYI
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010 - 2011
Sumber : Seksi Pencegahan dan Penaggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kota
Bandung Tahun 2011
Cakupan imunisasi bayi di Kota Bandung di Tahun 2011 menurun
dibandingkan Tahun 2010 di semua jenis pemberian imunisasi
seperti tampak pada grafik di atas.
Semua kelurahan yang ada di Kota Bandung (151
kelurahan) telah mencapai 100,00 % Kelurahan UCI (Universal
Child Immunization). Hal ini dapat dilihat dari Cakupan Imunisasi
setiap kelurahan telah melebihi 80,00 % dan bila dibandingkan
dengan dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) Program
Imunisasi Bayi Kelurahan UCI di Kota Bandung telah mencapai
target.
e. ASI Ekslusi f
Air susu ibu merupakan anugrah dan karunia dari Allah SWT
yang tidak terhingga baik untuk ibu maupun untuk bayi. ASI
mengandung segala zat gizi yang diperlukan oleh bayi dan
antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh sang bayi dari
40,0050,0060,0070,0080,0090,00
100,00
95,6692,39
93,88
73,3595,24
97,94 96,86 96,38
80,2197,02
TAHUN 2011
TAHUN 2010
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
51/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
serangan penyakit. Belum lagi dalam permberian ASI dari seorang
ibu kepada bayinya terjalin kasih sayang dan komunikasi yang
erat, yang mana nilai-nilai tersebut tidak dimiliki oleh susu formula
apapun. Sehingga, oleh karenanya, pemberian ASI dari seorang
ibu harus diberikan secara optimal kepada bayinya. ASI Eksklusif
adalah pemberian hanya air susu ibu saja kepada bayinya di usia
0 6 bulan.
Bayi yang mendapat ASI eksklusif di Kota Bandung pada
tahun 2011 sebanyak 4.889 orang (21,23%) dari 23.024 bayi yang
ada. Hal ini menunjukkanuntuk perlu lebih memasyarakatkan lagi
pemberian ASI Eksklusif melalui penyuluhanpenyuluhan di
berbagai media dan dalam berbagai kesempatan.
4. Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Pelayanan kesehatan anak balita dilaksanakan melalui
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan
memberikan pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh
Kembang minimal 8 kali dalam setahun.
Jumlah anak balita di Kota Bandung pada tahun 2011
sebanyak 209.088 orang dan telah diberikan pelayanan
kesehatan melalui deteksi dini tumbuh kembang sebanyak
185.382 orang atau 91,30%. Besaran tersebut ada di atas target
SPM Tahun 2011 yaitu sebesar 70,00%.
Pemberian Vitamin A pada setiap anak balita (termasuk bayi
usia 6-11 bulan) rutin diberikan 2 kali dalam setahun yaitu padabulan Pebruari dan Agustus bersamaan dengan bulan
penimbangan balita.
Di Kota Bandung terdapat balita sebanyak 213.738 anak,
dari jumlah tersebut yang telah diberi Vitamin A 2 kali sebanyak
163.441 anak atau 80,49%. Pemberian vitamin A 2 kali pada
balita bila dibandingkan dengan tahun 2010 terdapat penurunan
sebesar 4,28%.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
52/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
5. Pelayanan Gizi
a. Makanan Pendamping ASI / PMT-Pemulihan
Di Kota Bandung pada tahun 2011 terdapat 675 anak usia
6-59 bulan dari keluarga miskin dengan status gizi kurang yang
telah diberikan Pemberian Makanan Tambahan-Pemulihan.
Pemberian Makanan Tambahan-Pemulihan kepada keluarga
miskin dapat membantu orang tua balita dalam mepertahankan
status gizi dan proses tumbuh-kembang anak balitanya. Selain itu
kontak kader / tenaga kesehatan kepada orang tua dari keluarga
miskin dalam pemberian MP-ASI dapat dimanfaatkan untuk
menaympaikan penyuluhan / konsultasi kesehatan dalam rangka
meningkatkan pengetahuan kesehatan.
b. Anak Balita dengan Status Bawah Garis Merah (BGM)
Balita dengan status Bawah Garis Merah (BGM) adalah
balita yang berat badannya ketika ditimbang berada di bawah
garis merah pada kartu menuju sehat.
Di Kota Bandung pada Tahun 2011 terdapat 173 anak
(0,13%) yang berat badannya dibawah garis merah. Jumlah anak
dengan berat badan di bawah garis merah Tahun 2010 yaitu
sebanyak 567 anak (0,30%). Dengan demikian maka bila
dibandingkan dengan data Tahun 2011 terjadi penurunan jumlah
balita dengan status BGM.
Perlu ditindaklanjuti dengan penelusuran penyebab kondisi
BGM balita apakah karena faktor ekonomi atau karena rendahnyatingkat pengetahuan akan masalah kesehatan. Oleh karenanya,
meningkatkan promosi kesehatan di setiap tempat dan dalam
berbagai kesempatan, termasuk di penimbangan posyandu,
merupakan peran utama tenaga kesehatan khususnya petugas
pelaksana gizi. Berikut adalah grafik persentase balita dengan
berat di bawah garis merah (BGM) di Kota Bandung Tahun 2011.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
53/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
GRAFIK IV.8
PERSENTASE BALITA DENGAN
BERAT BADAN DI BAWAH GARIS MERAH (BGM)
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
c. Balita Ditimbang Berat Badannya
Untuk mengetahui pertumbuhan balita dilakukan
pemantauan berat badan setiap bulan, kegiatan ini bisa dilakukan
di posyandu maupun di fasilitas kesehatan baik oleh tenagakesehatan maupun oleh kader posyandu di wilayahnya.
Jumlah balita yang ada di Kota Bandung pada Tahun 2011
sebanyak 209.088 orang dan yang ditimbang baik di posyandu
maupun sarana pelayanan kesehatan lain sebanyak 131.779
orang atau 63,03%. Dari hasil penimbangan tersebut terdapat
balita dengan berat badan naik sebanyak 76.027 orang atau
57,69%, balita dengan gizi buruk sebanyak 650 orang atau
0,49%. Berikut adalah grafik perkembangan pemantauan
pertumbuhan balita di Kota Bandung Tahun 2007 hingga Tahun
2011.
8,75
1,410,96
0,30 0,13
0
2
4
6
8
10
2007 2008 2009 2010 2011
%BGM
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
54/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
GRAFIK IV.9
PERKEMBANGAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 2011
Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota BandungTahun 2011
Hasil pemantauan pertumbuhan balita mengalami penurunan
yang cukup berarti. Untuk indikator balita yang ditimbang berat
badannya (D/S) yang ditujukan untuk melihat partisipasi
masyarakat, mengalami penurunan dari 93,00 % di Tahun 2010
menjadi 63,03% di Tahun 2011.
Wilayah rawan gizi adalah wilayah di mana persentase
jumlah balita dengan status gizi kurang dan sangat kurang
(BB/TB) lebih dari 10,00% dari keseluruhan jumlah balita
diwilayah tersebut.
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
2007 2008 2009 2010 2011
Ditimbang 75,80 93,47 78,77 93,00 63,03
Naik Berat Badan 50,63 72,74 58,47 53,22 57,69
BGM 8,75 1,41 0,96 0,30 0,13
Gizi Buruk 0,73 0,73 0,74 0,43 0,49
75,80
93,47
78,77
93,00
63,03
50,63
72,74
58,4753,22
57,69
8,75
1,41 0,96 0,30 0,130,730,73 0,74 0,43 0,49
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
55/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Berikut adalah gambar wilayah rawan gizi di Kota Bandung Tahun
2011.
GAMBARIV.3
PETA WILAYAH RAWAN GIZI
DI KOTA BANDUNG
TAHUN 2011
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
d. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Status gizi buruk balita adalah kondisi gizi balita menurut berat
badan dan tinggi badan (BB/TB) berdasarkan standar WHO (2005)
dengan Z score < - 3 SD (standar deviasi) dan atau dengan
tanda-tanda klinis (Marasmus, Kwashiorkor, dan Marasmus
Kwashiorkor).
Jumlah balita dengan gizi buruk di Kota Bandung pada Tahun
2011 sebanyak 650 anak dan dari jumlah tersebut semuanya telah
mendapat perawatan sesuai tatalaksana gizi buruk. Besaran
Cibiru
Cicendo
Cidadap
Gedebage
Coblong
Regol
Andir
Buahbatu
Rancasari
Sukasari
Arcamanik
Sukajadi
Lengkong
Antapani
Ujungberung
CinamboBandung Kulon
Babakan Ciparay
Panyileukan
Mandalajati
KiaracondongBatununggal
Bandung Kidul
Bojongloa Kidul
Cibeunying Kaler
Cibeunying Kidul
Sumurbandung
Astanaanyar
Bandung Wetan
Bojongloa Kaler
WILAYAH RAWAN GIZIPER KECAMATANDI KOTA BANDUNG
TAHUN 2011
N
PEMERINTAH KOTA BANDUNGDINKES KOTA BANDUNG
TAHUN 2011
WILAYAHRAWAN GIZI
Tidak Rawan GiziRawan Gizi
1 0 1 2 Kilometer
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
56/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
tersebut telah memenuhi target SPM Tahun 2011 yaitu sebesar
100,00%.
Bila dibandingkan dengan tahun lalu, kondisi gizi buruk balita
di Kota Bandung mengalami penurunan dari 589 anak (0,43 %)
pada Tahun 2010.
6. Pelayanan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat dilakukan
melalui pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi, dan mulut
terhadap murid kelas I SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan
bersama guru dan dokter kecil.
Jumlah murid kelas 1 SD atau setingkat yang ada di Kota
Bandung pada tahun 2011 terdapat 48.490 murid, dari jumlah
tersebut dilakukan penjaringan pelayanan kesehatan melalui
pemeriksaan kesehatan umum dan kesehatan gigi mulut kepada
48.490 murid atau 100,00 % dari jumlah murid yang ada. Bila
melihat dari data tersebut semua murid kelas 1 SD atau setingkat
dapat diketahui kondisi kesehatan umumnya untuk mempersiapkandiri melangkah masuk dalam lingkungan sekolah dasar.
Cakupan pelayanan kesehatan siswa SD dan setingkat di
Kota Bandung Tahun 2011 mencapai 167.654 siswa (71,15%) dari
235.630 siswa yang ada.
7. Pelayanan Kesehatan Usia lanjut
Seiring meningkatnya Umur Harapan Hidup masyarakat Kota
Bandung setiap tahunnya, maka hal ini juga mengakibatkan
bertambahnya jumlah usia lanjut di Kota Bandung dengan
berbagai permasalahanya. Pembangunan kesehatan
mengharapkan meningkatnya umur harapan hidup dibarengi
dengan para usia lanjut yang mandiri dan sehat.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menjadikan para usia
lanjut yang sehat dan mandiri salah satunya dengan dibentuknya
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
57/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
pos pembinaan terpadu (Posbindu) di tingkat RW. Berbagai
kegiatan dilaksanakan di Posbindu antara lain pemeriksaan
kesehatan, olah raga bersama, rekreasi, penyuluhan, pengajian
dan saling tukar pengalaman antar usila.
Di Kota Bandung pada Tahun 2011 terdapat posbindu
sebanyak 750 kelompok dengan jumlah usila (60 tahun+)
sebanyak 150.939 orang, dari jumlah tersebut 49.384 dilayani
kesehatan atau sebanyak 32,72 %. Dari data tersebut bila
dibandingkan dengan tahun lalu terdapat penurunan dari 33,02 %
pada Tahun 2011.
TABEL IV.3
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011
NO KELOMPOK USILA JUMLAH DIPERIKSA %
1. Pra Usila ( 45 59 Th ) 418.694 93.681 22,37
2. Usila ( > 60 Th ) 150.939 49.384 32,72
3. Pra Usila dan Usila 569.633 143.065 25,12
Sumber : Seksi Kesehatan Khusus Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
8. Gawat Darurat
Yang dimaksud gawat darurat level 1 adalah tempat
pelayanan gawat darurat yang memiliki dokter umum berada ditempat
24 jam dengan kualifikasi general emergency life support dan atau
advance life support, advance cardiac life support serta memiliki alat
transportasi dan komunikasi.
Di Kota Bandung fasilitas kesehatan yang mempunyai
kelengkapan gawat darurat seperti itu terdapat di 5 puskesmas
perawatan dan 27 rumah sakit dari 30 rumah sakit (90%).
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
58/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Dago
Cisaranten Kidul
Isola
Ciumbuleuit
Derwati
Cigadung
Sekejati
Cijaura
Margasari
Cisurupan
Ledeng
Palasari
Sukapura
Sukamiskin
Mengger
Kopo
Sarijadi
Citarum
Jatisari
Merdeka
Pasir Biru
Turangga
SukarajaPasteur
Cijagra
Sukagalih
Cihapit
Jatihandap
Cisaranten Kulon
Pasirwangi
Hegarmanah
Pakemitan
Batununggal
Gegerkalong
Babakan
Cijerah
Cimencrang
Sukarasa
Ancol
Husein Sastranegara
Kebonlega
Pasirjati
MekarmulyaCipadung
Arjuna
Manjahlega
SekeloaCipedes
Pasanggrahan
Pasirluyu Cipamokolan
Sukahaji
Margasuka
Antapani Tengah
Wates
Cikutra
Braga
PajajaranCempaka
Pasirkaliki
Gumuruh
Kujangsari
Cipadung Kidul
Gempolsari
Babakan Ciparay
Mekarjaya
Antapani Kidul
Mekarwangi
Ciateul
Babakansari
Ciroyom
Babakan Penghulu
Cicaheum
Cibuntu
Cirangrang
Cigending
Sukaasih
Tamansari
Lebakgede
Sindanglaya
Caringin
Karangpamulang
Pasirlayung
Malabar
Pasirendah
Binong
Kacapiring
Sukapada
Cipaganti
Rancabolang
NeglasariSukaluyu
Kebonwaru
Sukawarna
Lingkar Selatan
Cigondewah Kaler
Lebaksiliwangi
Jamika
Rancamumpang
Situ Saeur
Garuda
Cipadung Kulon
Cigereleng
Maleber
Margahayu Utara
Maleer
Cibaduyut
Ciseureuh
Kebonjeruk
Cibadak
Sadangserang
Antapani Wetan
Padasuka
Cisaranten Endah
Pamoyanan
Cicadas
Cihaurgeulis
Sukamaju
Cipadung Wetan
Pasirimpun
Babakan Ciamis
Pungkur
Kebonpisang
Sukabungah
Pelindung Hewan
BalonggedeSamoja
Cibangkong
Antapani KulonCisaranten Binaharapan
Dunguscariang
Babakan Surabaya
Warungmuncang
Cikawao
Karasak
Burangrang
Paledang
Cigondewah Kidul
Cibaduyut Wetan
Kebonkangkung
Cisaranten Wetan
Karanganyar
PanjunanNyengseret
Cigondewah Rahayu
Cibaduyut Kidul
Kebonjayanti
WILAYAH KELURAHANYANG TERKENA
DI KOTA BANDUNGTAHUN 2011
N
PEMERINTAH KOTA BANDUNGDINKES KOTA BANDUNGTAHUN 2011
Jenis KLBDifteriCampak
Avian Influenza (H5N1)LeptospirosisFilariasisKeracunan MakananHepatitis A
1 0 1 2 Kilometer
Warung Muncang
9. Potensi Kejadian Luar Biasa (KLB)
a. Potensi Kasus dan Wilayah KLB
Potensi Kejadian luar biasa yang terjadi di Kota Bandung
Tahun 2011 terdiri dari kejadian penyakit Difteri, Campak, Avian
Influenza (H5N1), Leptospirosis, Filariasis, Keracunan Makanan, dan
Hepatitis A. Tahun 2010 terjadi 6 kasus KLB sedangkan Tahun 2011
terjadi 7 kasus. Berikut di bawah ini gambar peta wilayah kelurahan
berpotensi KLB di Kota Bandung Tahun 2011
GAMBAR IV. 4
PETA WILAYAH KELURAHAN BERPOTENSI KLB
DI KOTA BANDUNG
TAHUN 2011
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Adapun luasan kecamatan yang mengalami potensi KLB
adalah Kecamatan Cicendo, Cidadap, Kiaracondong, Regol,
Bojongloa Kaler, Babakan Ciparay, Antapani, Mandalajati, Arcamanik,
Ujungberung , Rancasari, dan Bandung Kulon, atau 40,00 % dari
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
59/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
kecamatan yang ada. Sedangkan untuk luasan kelurahan yang
mengalami potensi KLB terdapat 17 kelurahan.
Tim Gerak Cepat Dinas Kesehatan Kota Bandung, yang
bertugas menangani kejadian luar biasa setiap saat, telah
menangani/mengadakan penyelidikan epidemiologi KLB tersebut,
sehingga kejadian luar biasa yang terjadi dapat ditangani kurang dari
24 jam. Dalam SPM ditargetkan semua kelurahan yang mengalami
KLB dapat dilakukan penyelidikan epidemiologi kurang dari 24 jam.
Oleh karenanya pencapaian SPM untuk indikator ini sebesar 100%
telah dapat dicapai.
Dari data di atas penyebaran kejadian luar biasa Tahun 2011
lebih luas dibandingkan dengan tahun lalu yang mencakup 36,6%
wilayah kecamatan di Kota Bandung.
b. Jumlah Penderita
Jumlah penderita penyakit berpotensi KLB Tahun 2011 di Kota
Bandung sebanyak 550 orang, yang terdiri dari 3 penderita Difteri,
119 pendertia Campak diagnosa klinis, 4 penderta Avian Influenza
(H5N1), 4 penderita Leptospirosis, 3 Penderita Filariasis, 44
penderita keracunan makanan, 373 penderita Hepatitis A.
Terdapat 1 kematian akibat kasus Avian Influenza dgn CFR
25,00%. Dari semua kasus tersebut, dengan kesiapsiagaan Tim
Gerak Cepat Dinas Kesehatan Kota Bandung kejadian luar biasa
tersebut tidak meluas lebih lanjut.
10. Pelayanan Kesehatan Gigi
a. Ratio Tambal Cabut / Gigi Tetap
Pelayanan dasar kesehatan gigi di puskesmas dilakukan
untuk melihara gigi tetap dengan dilakukan upaya untuk
menambal / tumpatan gigi bagi gigi tetap yang karies dan masih
bisa dipertahankan dipuskesmas, serta pencabutan bagi gigi
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
60/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
tetap yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.
Pada tahun 2011 di Puskesmas Kota Bandung telah
dilakukan tumpatan/penambalan gigi tetap sebanyak 17.109 gigi
dan pencabutan gigi tetap sebanyak 16.556 gigi dengan ratio
tambal /cabut 1,03. Dengan capaian tersebut maka tumpatan gigi
tetap terhadap pencabutan gigi tetap sudah baik karena rasio
tambalan gigi tetap terhadap pencabutan gigi tetap yang ideal
adalah 1.
TABEL IV.4
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
DI PUSKESMAS KOTA BANDUNGDI KOTA BANDUNG TAHUN 2011
NO URAIAN JUMLAH
1. Tumpatan Gigi tetap 17.109
2. Pencabutan Gigi tetap 16.556
3. Jumlah 33.665
4. Ratio Tambal/ cabut 1,03
Sumber : Seksi Kesehatan Khusus Dinas Kesehatan Kota Bandung dan Rumah
Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kota Bandung Tahun 2011
b. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan
setingkat
Pelayanan kesehatan gigi juga dilakukan kepada anak SD
dan setingkat melalui kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
yang meliputi penyuluhan dan pemeriksaan gigi. Jumlah siswa
yang tercatat sebanyak 268.015 siswa dan yang diperiksakesehatan giginya sebanyak 70.658 siswa atau hanya 26,36%.
Dari hasil pemeriksaan tersebut terdapat 18.394 siswa perlu
mendapat perawatan, dan hanya 7.542 diantaranya mendapat
perawatan atau 41,00 %. Di bawah ini tampak tabel pelayanan
kesehatan gigi dan mulut padaanak SD dan setingkat di Kota
Bandung Tahun 2011.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
61/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
TABEL IV.5
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA
ANAK SD DAN SETINGKAT
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011
NO URAIAN JUMLAH %
1. Jumlah Murid SD dan setingkat 268.015
2. Jumlah Murid yang diperiksa 70.658 26,36
3. Jumlah Murid yang perlu perawatan 18.394
4. Jumlah Murid yang mendapat
perawatan
7.542 41,00
Sumber : Seksi Kesehatan Khusus Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Bila dibandingkan dengan tahun lalu terdapat peningkatan
jumlah siswa yang mendapat perawatan dari 17,06% menjadi
26,36% pada Tahun 2011. Meskipun demikian, persentase
cakupan siswa yang mendapat perawatan gigi dan mulut terhadap
siswa yang perlu perawatan masih kecil yaitu 41,00%.
11. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan dilakukan oleh tenaga kesehatan
baik di dalam gedung puskesmas maupun diluar gedung
Puskesmas. Penyuluhan kelompok adalah penyuluhan yang
dilakukan kepada sekelompok orang minmal 5 orang peserta.
Sedangkan penyuluhan massa adalah penyuluhan yang
dilaksanakan secara massa dengan menggunakan media
elektronik dan cetak yang berlangsung hanya 1 arah. Dalam
periode Tahun 2011, terdapat 13.859 kali penyuluhan kelompok
dengan berbagai materi kesehatan dan berbagai sasaran. Dinas
Kesehatan Kota Bandung sebagai kantor pengkordinasi kegiatan
kerja di puskesmas melakukan 6 penyuluhan kelompok dan 38
penyuluhan massa. Tercatat 521 kali penyuluhan yang dilakukan
oleh 9 rumah sakit di Kota Bandung.
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
62/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
1. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Prabayar
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Prabayar adalah suatu
cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna
berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan,
berkesinambungan dengan mutu yang terjamin dan biaya yang
terkendali. Grafik di bawah ini menjelaskan mengenai jaminan
kesehatan prabayar di Kota Bandung Tahun 2011.
GRAFIK IV.10
JAMINAN KESEHATAN PRA BAYAR
DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011
Sumbe : Seksi Data dan Informas Kesehatan Tim Jamkesmas Dinas Kesehatan
Kota Bandung Tahun 2011
Jenis Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar di Kota
Bandung jenisnya antara lain ASKES, Jamsostek, Dana Sehat,
Jamkesmas, Bawaku Sehat, dan asuransi kesehatan lain. Namun
data yang ada menyatakan bahwa penduduk Kota Bandung yang
mempunyai jaminan kesehatan dari ASKES sebanyak 244.622
jiwa, yang mendapat jaminan kesehatan dari kartu Jamkeskas
sebanyak 346.230 jiwa, dan jaminan kesehatan daerah (Bawaku
Sehat) sebanyak 323.070 jiwa. Jaminan pemeliharaan kesehatan
prabayar dari penyedia layanan asuransi kesehatan lain selain di
244.622
346.230323.070
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
ASKES JAMKESMAS BAWAKUSEHAT
JAMINAN KESEHATAN
PRABAYAR
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
63/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Cibiru
Cicendo
Cidadap
Gedebage
Coblong
Regol
Andir
Buahbatu
Rancasari
Sukasari
Arcamanik
Sukajadi
Lengkong
Antapani
Ujungberung
CinamboBandung Kulon
Babakan Ciparay
Panyileukan
Mandalajati
Kiaracondong
Batununggal
Bandung Kidul
Bojongloa Kidul
Cibeunying Kaler
Cibeunying Kidul
Sumurbandung
Astanaanyar
Bandung Wetan
Bojongloa Kaler
N
PEMERINTAH KOTA BANDUNGDINKES KOTA BANDUNG
TAHUN 2011
1 0 1 2 Kilometer
JUMLAH PESERTA JAMKESMASDAN BAWAKU SEHAT
DI KECAMATANDI KOTA BANDUNG
TAHUN 2011
Jumlah Peserta Jamkesmasdan Bawaku Sehat
4.824 - 10.08410.085 - 18.70718.708 - 33.14433.145 - 53.414
atas, yang merunut pesertanya berdasarkan pada domisili/status
warga Kota Bandung, belum dapat diperoleh datanya. Hal
tersebut dikarenakan keterbatasan sistem informasi yang tidak
mendukung ketersediaan data hingga ke domisili/warga Kota
Bandung.
2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin merupakan
tanggung jawab pemerintah baik Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah Propinsi maupun Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota.
Gambar peta di bawah ini menjelaskan jumlah peserta
Jamkesmas dan Bawaku Sehat di Kota Bandung Tahun 2011.
GAMBAR IV. 5
PETA JUMLAH PESERTA JAMKESMAS
DAN BAWAKU SEHAT DI KECAMATAN
DI KOTA BANDUNG
TAHUN 2011
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
-
7/21/2019 P.Prov.JABAR_11
64/112
Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2011
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat
miskin di Kota Bandung pada Tahun 2011 berupa pelayanan
kesehatan rawat jalan dan rawat inap di sarana kesehatan
pemerintah maupun swasta.
Pembiayaan pelayanan masyarakat miskin yang ada di Kota
Bandung bersumber dari Pemerintah Pusat berupa Jamkesmas,
Pemerintah Propinsi Jawa Barat berupa Bantuan Gubernur, dan
Pemerintah Kota Bandung berupa Program Bawaku Sehat.
Pelayanan kesehatan rawat jalan bagi masyarakat miskin di
Kota Bandung di berikan di Puskesmas, rumah sakit baik
pemerintah maupun rumah sakit swasta yang telah melakukan
kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam
pelayanan kesehatan masyarakat miskin.
Adapun jumlah kunjungan masyarakat miskin untuk
mendapat pelayanan rawat jalan di puskesmas pada Tahun 2011
sebanyak 275.090 kunjungan, dan rawat jalan di rumah sakit
sebanyak 43.343 kunjungan.
3. Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di sarana Pelayanan
Kesehatan
Masyarakat yang berkunjung untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan baik di puskesmas maupun di rumah sakit
terdiri dari kunjungan rawat jalan dan rawat inap.
Pada Tahun 2011 Kunjungan rawat jalan ke 73
puskesmas yang ada di Kota Bandung sebanyak 1.913.231kunjungan, dengan rata rata perhari satu puskesmas melayani 87
kunjungan. Kunjungan rawat inap di 5 puskesmas perawatan
dengan tempat tidur (DTP) yang ada di Kota Bandung sebanyak
1.627 kunjungan.
Berdasarkan data yang ada, 27 rumah sakit dari 30 rumah
-
7/21/2019