PPengembang Bisa Renegosiasiengembang Bisa Renegosiasi...

1

Transcript of PPengembang Bisa Renegosiasiengembang Bisa Renegosiasi...

49

2224

5

2522

30

2322 23

3025

BBM Gas Batu bara EBT*

2010 2025 2030

Target Bauran Energi (%)

Sumber: Kementerian ESDM Ket* EBT=Energi Baru Terbarukan BISNIS/RADITYO EKO

E N E R G I6 Rabu, 7 Mei 2014

JAKARTA—Lembaga riset Wood MacKenzie menerbitkan se buah laporan terkait kebijak-an pelarangan ekspor mineral mentah yang diterapkan pe me-rintah Indonesia.

Laporan yang diterbitkan awal Mei ini mengatakan indus-tri aluminium global bakal ke -sulitan memperoleh pasokan ba han baku akibat pelarangan tersebut.

Julian Kettle, Kepala Riset Lo gam dan Pertambangan di Wood MacKenzie menyebutkan pro duksi refineri alumina glo -

bal akan meningkat menjadi 140 juta ton pada 2018, yang artinya permintaan akan bijih ba uksit sebagai bahan baku me ningkat hingga 350 juta ton. Tentunya hal ini akan berdam-pak besar pada demand bauksit global.

“Kami meyakini larangan eks-por itu akan mengubah pasar bau ksit dunia dalam jangka pan-jang. Sementara untuk jangka pen dek dan menengah tidak ter lalu signifikan karena stok pe rusahaan masih melimpah,” ka tanya, Selasa (6/5). (Bisnis/50)

JAKARTA—Direktorat Jen -de ral Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM meng-umumkan berdasarkan per-hitungan Formula ICP, harga rata-rata minyak mentah Indonesia pada April 2014 turun dibandingkan Maret 2014.

Khususnya pada minyak mentah jenis direct burning. Pasalnya, ICP April 2014 mencapai US$106,44 per barel, turun sebesar US$0,46 per barel dari US$106,90 per barel pada Maret 2014.

Sedangkan harga Minas/SLC

mencapai US$111,05 per barel atau turun US$1,41 per barel dibanding Maret 2014 sebesar US$112,46 per barel.

Ditjen Migas Kementerian ESDM menjelaskan bila penurun -an harga minyak mentah Indo ne -sia tersebut terutama diakibatkan oleh penurunan permintaan minyak jenis direct burning untuk pembangkit listrik di Jepang.

“Turunnya permintaan minyak juga datang dari China akibat perlambatan pertumbuhan eko-nomi,” tulis situs resmi Ditjen Migas, Selasa (6/5). (Bisnis/66)

PERMINTAAN BAUKSIT GLOBAL TERGANGGU ICP HARGA MINYAK MENTAH TURUN

EK

SP

LO

RA

SI

HARGA LISTRIK PLTA

Pengembang Bisa RenegosiasiPengembang Bisa RenegosiasiKETAHANAN ENERGI

Impor BBM Bukan Solusi

KONTRAK PERTAMBANGAN

Renegosiasi Terganjal Royalti

KONVERSI ENERGI

Pertagas Tambah Jaringan Gasdi Prabumulih

Fauzul [email protected]

Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengemukakan pengem-bang pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang telah menganto-ngi izin diperbolehkan melakukan renegosiasi harga beli PLN.

“Artinya pengembang PLTA skala kecil dan menengah bisa memanfaatkan peluang renegosi-asi harga beli listrik oleh PLN,” ujarnya Selasa (6/5).

Dasar renegosiasi itu setelah

pemerintah melakukan revisi ter-hadap Permen ESDM No. 4/2012 menjadi Permen No. 12/2014. Isi permen itu sendiri menetapkan harga beli listrik renegosiasi meng-acu pada tarif rata-rata tertimbang (weighted average), yakni Rp880 per kWh. Selanjutnya, harga terse-but dikalikan faktor insentif sesuai dengan lokasi pembelian harga lis-trik oleh PLN.

Rida menambahkan, faktor insen-tif untuk wilayah Jawa dan Bali sama de ngan 1, artinya tarif Rp880 per kWh. Se dang -kan faktor in senti f u n t u k

daerah Sumatera dan Sulawesi 1,2. Artinya, tarif tertimbang berkisar Rp880 x 1,2 per kWh.

Dia melanjutkan, renegosiasi ha -nya berlaku bagi pemegang kontrak yang belum melakukan pembangun-an sampai tahap akhir. “Batasannya asal belum commissioning. Bila sudah jadi (commissioning), tetap menggunakan tarif lama.”

Direktur Utama PT Medco Power In donesia (MPI) Fazil Erwin Alfitri me nyambut baik peluang renegosi asi tersebut. Menurutnya, harga la ma—Rp656 per kWh, terlalu ke tat. “Masih ada keuntungan, tapi mi nim.”

Selain itu, paparnya, faktor alam seperti curah hujan yang tinggi seringkali membayangi proyek PLTA. Akibatnya, tanah menjadi rentan dan rawan longsor. “Faktor-faktor tersebut harus dimasukkan dalam investasi.”

IZIN PLTAFazil menjelaskan saat ini MPI

memiliki izin PLTA berkapasitas di bawah 10 MW pada 17 lokasi di Jawa Barat, Banten, dan Sulawesi. Sebanyak lima lokasi di Jawa Barat telah berjalan. “Satu proyek sudah hampir commissioning, empat

lainnya masuk tahap konstruk-si,” katanya.

Menurutnya, sedikitnya empat lokasi yang masuk

tahap konstruksi inilah yang akan diajukan renegosiasi. Dengan adanya renegosiasi harga, pihaknya berkomitmen membangun PLTA di banyak lokasi. “Kami akan bangun PLTA berkapasitas kecil dalam jumlah banyak.”

Sebelumnya, Menteri ESDM

Jero Wacik mengungkapkan kebe-radaan Permen No. 12/2014 yang menetapkan kenaikan harga pem-belian tenaga listrik yang berasal dari PLTA berskala kecil dan mene-ngah dari Rp656 menjadi Rp1075 per kWh. Tarif tersebut hanya ber-laku bagi pembangkit baru.

Dia menjelaskan harga terse-but berlaku tetap selama delapan tahun. Pada tahun kesembilan, tarif akan turun menjadi Rp750 per kWh. Menurutnya, penetapan tarif tetap bertujuan untuk men-dorong minat investasi. “Harga tinggi selama 8 tahun merupakan insentif bagi investor.”

Selain itu, tambah Rida, feed in tariff tetap dilakukan untuk mena-rik minat lembaga pemberi pin-jaman agar mengucurkan modal pada pengembangan PLTA skala kecil dan menengah. “Kami akan menyosialisasikan kepada investor dan lembaga pemberi pinjaman.”

Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM Alihuddin Sitompul menargetkan PLTA berkapasitas total 600 MW dengan keberadaan Permen baru.

Bisnis mencatat Indonesia memi-liki potensi 75.000 MW dari pem-bangkit listrik tenaga air. Potensi paling besar berada di Provinsi Papua dan Kalimantan, yakni masing-masing 22.350 MW dan 21.600 MW.

Sampai saat ini, status pengem-bangan PLTA yang sampai tahap konstruksi 1.525,4 MW. PLTA yang sampai pada tahap negosiasi PPA 1.819 MW. Sebanyak 1.819 MW sampai pada tahap negosiasi PPA. Selain itu, sebanyak 2.131 MW sampai pada tahap studi atau desain.

JAKARTA—Di tengah-tengah tren pro-duksi minyak dan gas yang menurun dari tahun ke tahun, sedangkan tren per-mintaan energi terus tumbuh, Indonesia Petroleum Association (IPA) menilai impor bahan bakar minyak bukanlah solusi yang terbaik.

Pasalnya, kekuatan nilai tukar rupi-ah terhadap dolar AS terus melemah sehingga akan menurunkan daya beli Indonesia terhadap BBM dari luar nege-ri. Akibatnya, beban Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) terus tertekan bila Indonesia mengimpor BBM.

Sekretaris IPA Sammy Hamzah menga-takan bila berpijak dari Kebijakan Energi Nasional yang disusun oleh Dewan Energi Nasional maka tantangan industri migas ke depan adalah untuk menyediakan energi murah, menjangkau seluruh masyarakat Indonesia dan adanya ketersediaan energi.

Menurutnya, perlu adanya regulasi yang bisa mengatur kesamaan harga BBM di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, juga perlu adanya peningkatan inves-tasi infrastruktur di sektor migas.

“Baik kontraktor kontrak kerja sama

[KKKS] maupun pemerintah sebenarnya sudah memiliki pemahaman yang sama, yakni bagaimana meningkatkan produk-si migas nasional,” ujarnya Senin (5/5).

Dia menjelaskan bila pemerintah dan KKKS juga tidak ingin Indonesia meng-impor BBM untuk memenuhi kebutuh-an dalam negeri. Pasalnya, telah ada 4 langkah yang disarankan DEN, yakni melalui enhanced recovery, conventio-nal exploration, unconventional oil and gas dan impor.

Hanya saja, dia menilai bila impor bukanlah solusi terbaik. Pasalnya, bila nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak membaik, maka impor bukanlah solusi sehingga dia berpendapat bila Indonesia harus mandiri memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.

Untuk mencapai kemandirian energi, pemerintah sebenarnya telah memiliki skema energi mix hingga 2025 yang meng-andalkan batu bara dan energi baru terba-rukan. Hanya saja, Sammy mempertanya-kan serealistis apa pemanfaatan energi lain di luar migas untuk menyokong kebutuh-an energi nasional. (Lukas Hendra)

JAKARTA—Renegosiasi kontrak per-tambangan baik berlisensi kontrak karya (KK) maupun perjanjian karya pengusa-haan batu bara (PKP2B) tidak berjalan. Pasalnya, dari 37 perusahaan berlisensi KK, baru enam perusahaan yang sudah rampung.

Di sisi lain, sisanya belum sepakat dengan beberapa poin renegosiasi ter-utama masalah royalti, seperti perusa-haan tambang berstatus PKP2B, dari 75 perusahaan berlisensi PKP2B, baru 22 perusahaan yang sudah merampungkan renegosiasi kontraknya.

Padahal renegosiasi kontrak pertam-bangan merupakan amanat dari Undang-Undang No.4/2009 yang sudah diumum-kan sejak pertengahan 2011 dan ditarget-kan tuntas pada akhir 2013. Namun, fak-tanya hingga saat ini renegosiasi tersebut belum rampung seluruhnya.

Dirjen Minerba Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) R. Sukhyar menjanjikan akan segera merampungkan renegosiasi yang masih mandeg ini

“Kami menarget renegosiasi ini akan segera selesai. Semua perusahaan wajib

melakukan amandemen kontrak ini. Akhir tahun ini harus selesai semua,” katanya kepada Bisnis, Senin (5/5).

Berdasarkan data laporan pencapai-an kemajuan renegosiasi yang diri-lis Ditjen Minerba pada bulan lalu, sebagian besar perusahaan berlisen-si kontrak karya belum sepakat atas penaikan royalti dan kewajiban dives-tasi. Sementara perusahaan berlisensi PKP2B sebagian besar belum sepakat terhadap poin luas wilayah dan penge-naan peningkatan royalti.

Sukhyar menyebutkan perusahaan besar berlisensi KK dan juga PKP2B wajib memenuhi skema pembayaran royalti yang mengacu pada harga jual suatu produk tambang. Poin ini tidak bisa dipisahkan dari proses renegosiasi kontrak.

Namun, penerapan besaran royalti juga memperhatikan aspek rencana per-usahaan membangun fasilitas hilir per-tambangan seperti pabrik pengolahan dan pemurnian. “Pemerintah tentu akan berikan insentif jika perusahaan serius membangun penghiliran mineral,” ung-kapnya. (M. Taufiqur Rahman)

PRABUMULIH—PT Per tamina Gas, melalui anak usahanya PT Per -tagas Niaga menargetkan penambahan sambungan jaringan gas rumah tang-ga di Prabumulih deng-an nilai investasi Rp30 miliar segera dieksekusi Agustus tahun ini, sem-bari menunggu hasil studi kelayakan dan desain rinci (front end enginee-ring design/FEED).

Hendra Jaya, Presiden Direktur Pertagas menga-takan proyek pengem-bangan itu akan melipat-gandakan jumlah pelang-gan gas di kota tersebut dari 4.650 menjadi 10.000 rumah tangga. Sumber dananya akan ditanggung sepenuhnya melalui kas perusahaan.

Rencananya, penambah-an jaringan akan menca-kup sejumlah kecamatan mulai dari Patih Galung, Anak Petai, Prabu Jaya, dan Manggala Besar.

“Dananya sudah siap. Saat ini, kami menunggu finalisasi FS dan FEED yang diperkirakan ram-pung sebulan sebelum pembangunan fisik,” jelasnya usai penandata-nganan kerja sama opera-si (KSO) dengan PD. Petro Prabu, Selasa (6/5).

Dalam skema pengem-bangan itu, Petro Prabu selaku badan usaha milik daerah (BUMD) akan ber-tindak sebagai mitra yang menjalankan sejumlah

peran mulai dari penge-lolaan jaringan, pendis-tribusian gas, perawatan, dan penagihan pelang-gan.

Azhari Harun, Direktur Utama Petro Prabu men-jelaskan perusahaan dae -rah membutuhkan du -kungan yang kuat untuk pengembangan bisnis gas rumah tangga di Pra bu -mulih. Untuk itu, Dia ber harap keberadaan Pe r -tagas Niaga akan mem -perluas jangkauan pe -langgan dan meningkat-kan mutu layanan.

“Kami harus akui sejauh ini jaringan eksis-ting belum optimal. De -ngan skema yang baru saat ini, jaringan gas ru -mah tangga dapat dinik-mati warga secara merata sekaligus meningkatkan prospek dari bisnis ini sendiri,” katanya.

Penandatanganan kerja sama operasi antara Per ta-gas Niaga dan Petro Baru sekaligus menandai landas-an hukum dalam mekanis-me kemitraan kedua belah pihak. Petro Baru akan mendapatkan kompensasi untuk sejumlah fungsi kerja yang dibebankan kepada BUMD tersebut.

Pro yek pengembangan jaringan gas rumah tang ga di Prabumulih cen derung lebih mudah ditempuh ketimbang dua kota lainnya yakni Jambi dan Sengkang Sulawesi Selatan. (Surya

Mahendra Saputra)

JAKARTA—Pengembang PLTA skala kecil dan mene-ngah dengan kapasitas maksimal 10 MW diizinkan untuk melakukan renegosiasi harga beli listrik ber-

sama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) setelah pemerintah menetapkan harga Rp880 per kWh.

Renegosiasi hanya berlaku bagi pemegang kontrak yang belum melakukan pembangun-an sampai tahap akhir.

Medco Power siap membangun PLTA di sejumlah lokasi.

Antara/Maha Eka Swasta

Jaringan Gas Rumah Tangga: Presiden Direktur PT Pertamina Gas (Pertagas) Hendra Jaya (kedua kiri) dan Direktur Utama PT Pertagas Niaga Jugi Prajogio (kedua kanan), serta Wali Kota Prabumulih Ridho Yahya mengamati meteran jaringan gas rumah tangga sebelum menandatangani kontrak kerja sama operasi jaringan distribusi gas bumi di Prabumulih, Sumatra Selatan, Selasa (6/5). Hingga saat ini pelanggan jaringan gas rumah tangga di Prabumulih mencapai 4.650 pelanggan.

pusdok
Typewritten Text
Bisnis, Investor, 07 Mei 2014
pusdok
Typewritten Text
pusdok
Typewritten Text