PPD Quiz Dsr Manajemen 2014 4FE

3
PPD: Penyehatan atau Likuidasi Pemerintah lagi-lagi berusaha menyehatkan perusahaan Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD). Ribuan karyawan akan dirumahkan dan enam aset akan dijual. GUNSAR sedang mengalami cobaan berat. Perusahaan Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD). Terancam bangkrut. Sudah empat bulan ini gajinya tak dibayar. Padahal sudah punya empat anak yang setiap harinya harus diberi makan. Upahnya sebesar Rp. 800 ribu per bulan_gunsar sudah bekerja 22 tahun sebagai sopir –sering tak utuh diterimanya “kalau saya datang ke pangkalan tapi bus tidak ada karena jumlahnya terbatas, saya bilang mangkir. Gaji di potong Rp 26 ribu per hari “ katanya masygul. Kondisi PPD memang parah. Direktur Usaha PPD Jun Tambunan mengatakan ibarat bus. PPD kelebihan muatan ada 5.461 karyawan yang mengurus 450 bus. Ini berarti satu bus dikeroyok 14 karyawan. Padahal, yang ideal, satu bus cukup ditangani lima pekerja. Belum lagi kondisi sebagian besar bus yang sudah tua. Rata-rata usianya diatas sepuluh tahun. Kantor Menteri Negara BUMN menyetujui semua rencana penyehatan yang datang dari Direksi PPD. Sekitar 2.400 karyawan akan dirumahkan dan PPD akan mendapat tambahan 300 bus. Total dana yang dibutuhkan tak kecil. Untuk pesangon karyawan dan penambahan 300 bus –terdiri atas 150 bus bekas impor dan sisanya bus milik PPD yang diperbaiki—dibutuhkan Rp 199 miliar. Karena pemerintah tak punya duit, sedangkan pihak bank tak berani memberikan pinjaman, PPD terpaksa menjual empat pangkalan bus miliknya, ditambah dua bidang tanah kosong. Nilainya diperkirakan mencapai Rp 262 miliar. Jun Tambunan yakin, setelah itu, PPD akan melaju dan meraih untung. Tahun lalu merugi sampai Rp 45 miliar dengan penyehatan ini PPD diperkirakan bisa meraup laba Rp 166 miliar pada tahun 2007. Target itu memang fantastis, apalagi kalau dilihat dari sejarah PPD yang acap terjatuh-jatuh dan berkali-kali diselamatkan. Pada 1986, seperti diceritakan Koordinator Federasi Transportasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia, Robinson Hasibuan, PPD pernah menjual aset dengan alasan yang sama, demi penyehatan. Tapi PPD tetap sakit. “Yang sehat malah pejabatnya,” katanya ketus.

description

foundry

Transcript of PPD Quiz Dsr Manajemen 2014 4FE

Page 1: PPD Quiz Dsr Manajemen 2014 4FE

PPD: Penyehatan atau LikuidasiPemerintah lagi-lagi berusaha menyehatkan perusahaan Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD). Ribuan karyawan akan dirumahkan dan enam aset akan dijual.

GUNSAR sedang mengalami cobaan berat. Perusahaan Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD). Terancam bangkrut. Sudah empat bulan ini gajinya tak dibayar. Padahal sudah punya empat anak yang setiap harinya harus diberi makan. Upahnya sebesar Rp. 800 ribu per bulan_gunsar sudah bekerja 22 tahun sebagai sopir –sering tak utuh diterimanya “kalau saya datang ke pangkalan tapi bus tidak ada karena jumlahnya terbatas, saya bilang mangkir. Gaji di potong Rp 26 ribu per hari “ katanya masygul.

Kondisi PPD memang parah. Direktur Usaha PPD Jun Tambunan mengatakan ibarat bus. PPD kelebihan muatan ada 5.461 karyawan yang mengurus 450 bus. Ini berarti satu bus dikeroyok 14 karyawan. Padahal, yang ideal, satu bus cukup ditangani lima pekerja. Belum lagi kondisi sebagian besar bus yang sudah tua. Rata-rata usianya diatas sepuluh tahun. Kantor Menteri Negara BUMN menyetujui semua rencana penyehatan yang datang dari Direksi PPD. Sekitar 2.400 karyawan akan dirumahkan dan PPD akan mendapat tambahan 300 bus. Total dana yang dibutuhkan tak kecil. Untuk pesangon karyawan dan penambahan 300 bus –terdiri atas 150 bus bekas impor dan sisanya bus milik PPD yang diperbaiki—dibutuhkan Rp 199 miliar.

Karena pemerintah tak punya duit, sedangkan pihak bank tak berani memberikan pinjaman, PPD terpaksa menjual empat pangkalan bus miliknya, ditambah dua bidang tanah kosong. Nilainya diperkirakan mencapai Rp 262 miliar. Jun Tambunan yakin, setelah itu, PPD akan melaju dan meraih untung. Tahun lalu merugi sampai Rp 45 miliar dengan penyehatan ini PPD diperkirakan bisa meraup laba Rp 166 miliar pada tahun 2007.

Target itu memang fantastis, apalagi kalau dilihat dari sejarah PPD yang acap terjatuh-jatuh dan berkali-kali diselamatkan. Pada 1986, seperti diceritakan Koordinator Federasi Transportasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia, Robinson Hasibuan, PPD pernah menjual aset dengan alasan yang sama, demi penyehatan. Tapi PPD tetap sakit. “Yang sehat malah pejabatnya,” katanya ketus.

Ratusan miliar duit pemerintah juga sudah dikucurkan, semata-mata agar PPD tidak kolaps. Sejak 1996, setidaknya Rp 203 miliar dana talangan dihabiskan untuk membayar gaji karyawan dan menambah bus. Karena itu, Robinson tak yakin kali ini akan berhasil. Dia berpendapat, sumber utama kehancuran PPD adalah korupsi yang sudah mengakar dalam tubuh manajemen PPD. Dan borok ini bukan tidak diketahui pihak luar. Masalahnya lebih terletak pada ada atau tidaknya kesungguhan pemerintah daerah untuk melakukan pengawasan yang ketat dan menegakkan manajemen yang bersih.

Selama PPD terus dijadikan sasaran kanibalisme, selama itu pula perusahaan tersebut akan terus merugi. Singkat cerita penggerogotan PPD oleh orang PPD terjadi di semua lini dan dilakukan dengan berbagai cara: dari penetapan harga solar dipangkalan bus PPD yang Rp 35 lebih mahal daripada harga di pompa bensin biasa, suku cadang yang dinaikkan, sampai solar yang dioplos dengan minyak tanah. Hasil tes solar disebuah laboratorium di kawasan fatmawati menunjukkan bahwa solar di pangkalan bus PPD sudah dioplos dengan minyak tanah.

Tapi Jun Tambunan membantah adanya praktek korupsi seperti itu. Untuk harga jual solar yang lebih tinggi, dia memberikan alasan adanya beban ongkos angkut. Dan dia tak luput menunding awak bus yang suka menguntil. Katanya, ketika mereka diperbolehkan mengisi solar di pompa bensin umum, pemakaian solar ternyata jauh lebih besar. Dia juga

Page 2: PPD Quiz Dsr Manajemen 2014 4FE

membantah rekayasa harga suku cadang. Soal oplosan solar dengan minyak tanah dia mengatakan “kami tidak segoblok itu” seperti yang dikatakan Jun Tambunan.

Yang mana yang benar barangkali hanya bisa ditanyakan kepada bus PPD yang rongsokan. Sementara itu, Roshid Hidayat anggota DPR dari komisi Transportasi, menyatakan bahwa persoalan yang membelit PPD sudah seperti benang kusut. Kebocoran ada di semua Lini, baik manajemen maupun pengemudi di lapangan. Ini berarti PPD tidak sekedar “kelebihan muatan” seperti yang di katakan Jun Tambunan.

Bicara tentang solusi, Roshid cenderung pada pendapat agar PPD dilikuidasi. Kalau pemerintah masih memerlukan angkutan ini untuk melayani publik, menurut Roshid, lebih baik dibangun perusahaan baru. Jalan keluar ini dinilainya lebih sederhana dan tidak membuat PPD terantuk terus di tempat yang sama.

Pertanyaan

1. Identifikasi management skill dari manajemen PPD?2. Identifikasi management function dari manajemen PPD?3. Identifikasi management roles dari manajemen PPD?4. Apakah masalah di atas adalah merupakan masalah manajerial, baik skill, function

maupun role dari staf dan manajer yang bekerja di PPD?5. Apa saran anda untuk perbaikan manajemen di PPD, berikan contoh-contoh yang

seharusnya dilakukan oleh manajemen PPD?

SELAMAT BEKERJA….TIDAK BEKERJA SAMA