Ppb Bahan Kimia Di Industri

13
Bahan Kimia Berbahaya di Industri 2015 BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI INDUSTRI Industri Sebagai Sumber Zat Kima Industri memainkan peranan penting dalam kehidupan sebagian besar umat manusia. Secara ekonomi, industri penting bagi Negara dan dapat memperkerjakan jutaan orang diseluruh dunia. Walaupun di beberapa Negara diatur dengan baik, sector industri merupakan sumber dari begitu banyak kontaminan dan zat kimia perlu diingat di sini bahwa sector industri bukan hanya berkaitan dengan bagunan dan pabrik, tetapi juga mencakup industri pertanian, perkapalan dan kendaraan laut lainnya, kilang minyak dan pengeboran minyak lepas pantai, serta truk-truk yang digunakan untuk membawa barang-barang dan bahan mentah yang dibawa oleh pabrik. Dengan demikian, industri ada disekeliling kita dan memegang peranan penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Kegiatan pokok di dalam industri berpotensi menghasilkan emisi udara, limbah buangan, dan sampah padat, yang kesemuanya dapat mengandung berbagai jenis polutan kimia. Jika prosedur industri dan tindakan pencegahan yang tepat dijalankan dengan benar, masyarakat umum akan terlindungi dari paparan zat kimia yang dikeluarkan oleh industri. Akan tetapi, baik disengaja ataupun tidak, buangan kimiawi terkadang tidak dapat dihindari. Contoh zat dari industri yang mencemari lingkungan adalah buangan limbah yang mengandug merkuri anorganik ke lingkungan dan pemaparan manusia terhadap metilmerkuri yang terjadi kemudian. Pemaparan yang parah terhadap zat kimia kemungkinan besar dialami oleh pekerja yang mengoprasikan fasilitas pabrik. Hal semacam itu disebut pemaparan okupasioal (di tempat kerja). Tidak mengejutkan apabila pada beberapa kasus ternyata ditemukan angka insidensi yang tinggi dari penyakit yang berkaitan dengan zat kimia dilingkungan kerja. A. Minamata dan toksisitas merkuri di lingkungan Pada tahun 1950-an, kota Minamata yang terletak di tepi pantai laut Yatsushiro pulau selatan Jepang menjadi tempat berdirinya perusahaan Shin Nihon Chisso Co, sebuah pabrik penghasil polivinil klorida yang menggunakan merkuri sebagai katalis. Dari tahun 1920-an sampai tahun 1960-an perusahaan ini membuang ribuan ton merkuri ke pantai Minamata Jepang. Merkuri kemudian diubah menjadi metil oleh bakteri. Metil merkuri yang terbentuk, adalah suatu bentuk merkuri yang sangat toksik, akhirnya mengkontaminasi ikan di pantai yang dikonsumsi penduduk yang tinggal di wilayah tersebut. Kisaran dampak yang berat pada korban yang muncul diantaranya kematiaan, tuli, penglihatan kabur, bicara tidak jelas, dan cacat/defek lahir pada anak yang ibunya terpapar

description

bahan berbahaya hasil limbah industri

Transcript of Ppb Bahan Kimia Di Industri

Page 1: Ppb Bahan Kimia Di Industri

Bahan Kimia Berbahaya di Industri 2015

BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI INDUSTRI

Industri Sebagai Sumber Zat Kima

Industri memainkan peranan penting dalam kehidupan sebagian besar umat manusia.

Secara ekonomi, industri penting bagi Negara dan dapat memperkerjakan jutaan orang diseluruh

dunia. Walaupun di beberapa Negara diatur dengan baik, sector industri merupakan sumber dari

begitu banyak kontaminan dan zat kimia perlu diingat di sini bahwa sector industri bukan hanya

berkaitan dengan bagunan dan pabrik, tetapi juga mencakup industri pertanian, perkapalan dan

kendaraan laut lainnya, kilang minyak dan pengeboran minyak lepas pantai, serta truk-truk yang

digunakan untuk membawa barang-barang dan bahan mentah yang dibawa oleh pabrik. Dengan

demikian, industri ada disekeliling kita dan memegang peranan penting dalam kehidupan kita

sehari-hari. Kegiatan pokok di dalam industri berpotensi menghasilkan emisi udara, limbah

buangan, dan sampah padat, yang kesemuanya dapat mengandung berbagai jenis polutan kimia.

Jika prosedur industri dan tindakan pencegahan yang tepat dijalankan dengan benar,

masyarakat umum akan terlindungi dari paparan zat kimia yang dikeluarkan oleh industri. Akan

tetapi, baik disengaja ataupun tidak, buangan kimiawi terkadang tidak dapat dihindari. Contoh

zat dari industri yang mencemari lingkungan adalah buangan limbah yang mengandug merkuri

anorganik ke lingkungan dan pemaparan manusia terhadap metilmerkuri yang terjadi kemudian.

Pemaparan yang parah terhadap zat kimia kemungkinan besar dialami oleh pekerja yang

mengoprasikan fasilitas pabrik. Hal semacam itu disebut pemaparan okupasioal (di tempat

kerja). Tidak mengejutkan apabila pada beberapa kasus ternyata ditemukan angka insidensi yang

tinggi dari penyakit yang berkaitan dengan zat kimia dilingkungan kerja.

A. Minamata dan toksisitas merkuri di lingkungan

Pada tahun 1950-an, kota Minamata yang

terletak di tepi pantai laut Yatsushiro pulau selatan

Jepang menjadi tempat berdirinya perusahaan Shin

Nihon Chisso Co, sebuah pabrik penghasil polivinil

klorida yang menggunakan merkuri sebagai katalis.

Dari tahun 1920-an sampai tahun 1960-an

perusahaan ini membuang ribuan ton merkuri ke

pantai Minamata Jepang. Merkuri kemudian diubah

menjadi metil oleh bakteri. Metil merkuri yang

terbentuk, adalah suatu bentuk merkuri yang sangat toksik, akhirnya mengkontaminasi ikan di

pantai yang dikonsumsi penduduk yang tinggal di wilayah tersebut. Kisaran dampak yang

berat pada korban yang muncul diantaranya kematiaan, tuli, penglihatan kabur, bicara tidak

jelas, dan cacat/defek lahir pada anak yang ibunya terpapar

Page 2: Ppb Bahan Kimia Di Industri

Bahan Kimia Berbahaya di Industri 2015

Merkuri metalik digunakan dalam industri klorin alkali untuk memproduksi klorin dan

natrium hidroksida yang bermuatan listrik. Zat tersebut digunakan untuk memproduksi

perangkat listrik dan saintifik, sebagai katalis dalam reaksi kima, dan untuk membuat

thermometer. Substansi perak berkilauan yang kita lihat dalam thermometer adalah unsure

yang umum ditemukan di alam. Para ilmuan memperkirakan bahwa dalan setiap tahunnya,

bumi secara alami melepaskan 30.000 ton merkuri ke alam. Sumber lainnya adalah buangan

air dari industri. Merkuri metalik ini merupakan kontaminan yang ada diseluruh dunia, tetapi

kebanyakan kasus keracunan merkuri terjadi akibat metilmerkuri, terutama yang terkandung

dalam ikan yang dikonsumsi manusia. Toksisitas merkuri dilingkungan merupakan salah satu

contoh yang baik tentang tiga sifat penting suatu zat. Ketiga sifat tersebut antara lain

toksisitas, volume penggunaan (sebagai substansi industri, aturan dan control pembuangannya

masih sangat buruk), dan mobilitas.

1. Gajala keracunan metilmerkuri

Gejala penyakit yang berkembang di pantai Minamaata mungkin disadari untuk

pertama kalinya pada kucing, baru kemudian pada manusia. Gajala yang dialami

manusia meliputi degenerasi system saraf yang disertai dengan menghilangnya

pendengaran, penglihatan, wicara dan control motorik. Gejala lainnya meliputi

sensasi kesemutan, lemah otot, langkah yang limbung, penglihatan kabur, wicara

tidak jelas, kehilangan pendengaran, dan perilaku yang abnormal. Sekitar 40% dari

mereka yang terpapar, merupakan kasus yang fatal. Neuro-toksisitas merupakan

masalah terbesar pada janin yang sedang berkembang yang terpapar sebelum

kelahiran. Pada banyak kasus, bayi yang lahir dari ibu yang mengkonsumsi

metilmerkuri, terutama selama trimester dua kehamilan, memperlihatkan adanya

kecacatan walau ibu yang terpapar hanya sedikit terpengaruh. Pada anak-anak,

beberapa hasil akhir yang berhasil diamati diantaranya lambat berjalan, lambat

berbicara, kejang, disfungsi system saraf, dan keterlambatan perkembangan mental.

Gejala serupa juga berhasil diamati pada kucing yang memperlihatkan perilaku

aneh/abnormal dan tremor.

2. Pengobatan keracunan

Alasan mengapa merkuri menjadi salah satu masalah kesehatan adalah karena

merkuri memiliki afinitas (daya ikat) khusus dengan otak dan jaringan saraf sehingga

paparaan dan asupan zat ini dapat menyebabkan kerusakan di lokasi tersebut. Tetapi

pengkelatan (pengkelat adalah sejenis zat kimia yang memiliki afinitas khusus pada

logam) sangat diperlukan karena pengkelat memiliki daya tarik yang lebih kuat

terhadap otak dan jaringan saraf daripada metilmerkuri. Oleh karena itu, jika

keracunan berhasil terdeteksi secara dini, pengobatan dapat berlangsung dengan

sukses.

3. Cara Mengatasi Permasalahan Pencemaran Air Laut Akibat Tragedi Minamata

Berbagai usaha restorasi dan rehabilitasi lingkungan teluk Minamata dan laut

Shiranui pada umumnya untuk mencegah terus menyebarnya metil merkuri tersebut

Page 3: Ppb Bahan Kimia Di Industri

Bahan Kimia Berbahaya di Industri 2015

ke rantai makanan dan manusia, sejak tahun 1970 untuk merehabilitasi lingkungan.

Usaha-usaha tersebut mencakup 5 kategori, yaitu : (1) Kegiatan penelitian, (2)

Peraturan-peraturan dan administrasi (3), Pengobatan bagi korban, (4) Pemantauan

merkuri dan bahan berbahaya lainnya serta (5) Usaha perbaikan lingkungan.

Selain larangan bagi masyarakat untuk menangkap ikan di teluk ini, program

pembersihan sedimen dengan teknik remediasi dilakukan dari tahun1974-1990.

Limbah sedimen yang mengandung merkuri di teluk Minamata diperkirakan

sebanyak 70 - 150 ton. Sedimen yang ada di dasar teluk Minamata tersebut di keruk

dan ditaruh pada lokasi reklamasi menggunakan pompa yang didesain khusus untuk

mencegah kekeruhan di saat penggerukan. Kemudian sedimen yang terkontaminasi

tersebut ditimbun lagi/ditutupi dengan menggunakan tanah yang tidak terkontaminasi

secara hati-hati (diisolasi). Teknik remediasi ini dilakukan aktif antara tahun 1983-

1987 dan berakhir di tahun 1990, teknik ini teruji efektif namun mahal dan memakan

waktu serta dapat saja bocor dan mencemari lingkungan lagi. Lewat program ini,

merkuri yang terkontaminasi di sedimen sebanyak 25 ppm di tahun 1977 menurun

menjadi 4,6 ppm (1990). Daerah yang direklamasi di teluk Minamata seluas 58

hektar dan menghabiskan anggaran 48 Milyar Yen. Chisso menanggung lebih dari

30.5 Milyar yen dan sisanya ditanggung oleh pemerintah. Berbagai alternatif teknik

selain remidiasi dan imobilisasi dikaji untuk digunakan seperti dengan treatment

tanah atau air yang terpolusi baik secara fisik atau kimia. Teknik ini lebih murah

namun tidak berlaku umum, hanya memindahkan dari polusi air ke polusi udara, dan

tetap berpotensi menimbulkan pencemaran lain. Teknik lainnya seperti fitoremediasi,

yakni dengan menggunakan tumbuhan penyerap metilmerkuri relatif murah dan

polutan yang telah terakumulasi dapat dikumpulkan dan digunakan bila perlu.

Namun proses ini relatif lambat dan belum cukup teruji serta kemungkinan terjadi

gangguan pada ekosistem.

Usaha lain yang dilakukan adalah memasang jaring sebagai batas mengelilingi

mulut teluk untuk menangkap ikan yang terkontaminasi (imobilisasi). Teknik ini

cukup efektif serta lebih murah, namun gangguan efek ekologis pada ekosistem

tempat batas dipasang dapat saja terjadi. Pemerintah telah mengizinkan kembali

penangkapan ikan di teluk Minamata di tahun 1997 dan menyatakan bahwa tingkat

merkuri di Laut Shiranui telah mencapai batas aman untuk dimakan. Bersama dengan

persetujuan nelayan setempat, jaring yang membatasi teluk Minamata diangkat dan

teluk Minamata dibuka kembali untuk umum. untuk pertama kalinya dalam 24 tahun,

penangkapan ikan dan promosi mengenai amannya ikan dari teluk minamata dan

Laut Shiranui pada umumnya dilakukan. Namun masyarakat sudah tidak mau lagi

mengkonsumsi ikan yang terdapat di teluk Minamata.

Pencemaran air oleh merkuri dalam skala yang lebih kecil pun tidak bisa diatasi

hanya dengan cara penyaringan, koagulasi kopulasi, pengendapan, atau pemberian

tawas. Hal ini karena merkuri di air berbentuk ion. Cara terbaik untuk

Page 4: Ppb Bahan Kimia Di Industri

Bahan Kimia Berbahaya di Industri 2015

menghilangkan merkuri dalam air ini adalah dengan pertukaran ion. Yaitu

mempergunakan suatu resin yang mampu mengikat ion merkuri hingga menjadi

jenuh, kemudian diregenerasi kembali dengan penambahan suatu asam, sehingga

Mercury bisa dinetralisir. Namun karena biaya ionisasi ini sangat mahal, maka biaya

termurah dan terbaik adalah dengan mencegah merkuri tidak masuk perairan. Cara

lain, yaitu penyulingan. Tapi setali tiga uang, biaya yang akan dikeluarkan untuk

penyulingan pun sangat mahal.

Penelitian tentang pengobatan keracunan merkuri sangat terbatas. Akhir- akhir ini

dapat digunakan chelators N-acetyl-D,L-penicillamine (NAP), British Anti-Lewisite

(BAL), 2,3-dimercapto-1-propanesulfonic acid (DMPS), and dimercaptosuccinic

acid (DMSA). Pada penelitian dengan sampel kecil dilakukan pada pekerja yang

terkontaminasi air raksa diberikan DMSA dan NAP. Obat ini bekerja dengan cara

memperkecil partikel air raksa,sehingga pengeluaran ke ginjal bisa di tingkatkan.

Selain itu juga, suatu laporan yang dibuat oleh Enviromental Protection Agency

(EPA) memuat beberpa rekomedasi untuk mencegah terjadinya pencemaran merkuri

di lingkungan. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut:

· Pestisida alkil merkuri tidak boleh digunakan lagi.

· Penggunaan pestisida yang menggunakan komponen merkuri lainnya dibatasi

untuk daerah-daerah tertentu.

· Semua industri yang menggunkan merkuri harus membuang limbah industri

dengan terlebih dahulu mengurangi jumlah merkurinya sampai batas normal.

Pelaksanaan rekomendasi tersebut tidak seluruhnya dapat memecahkan masalah

pencemaran merkuri di lingkungan. Pencemaran tetap terjadinya pada lumpur di

dasar sungai atau danau dan menghasilkan CH3Hg+ yang dilepaskan ke badan air

sekililingnya.

Kasus Minamata ini menjadi pelajaran yang sangat berarti bagi masyarakat

Jepang, khususnya Pemerintah Jepang. Pasca bencana Minamata, secara bersama-

sama masyarakat Minamata, kalangan industri, pemerintah kota dan pemerintah

Jepang melakukan perbaikan lingkungan dengan upaya terpadu. Secara konsisten,

seluruh industri diharuskan mengolah limbah. Peraturan disusun dan dilaksanakan

secara konsisten. Pada saat bersamaan pemulihan lingkungan teluk Minamata

dilakukan, sehingga kualitas air di teluk Minamata kembali seperti sebelum

pencemaran. Limbah rumah tangga dari seluruh bangunan diolah secara sungguh-

sungguh, sehingga tidak ada lagi limbah industri dan limbah rumah tangga yang

mencemari perairan kota Minamata. Sejarah kemudian mencatat, bahwa Minamata

yang semula tercemar logam berat, kini menjadi kota kualitas lingungannya baik,

kota yang nyaman dan aman untuk ditinggali.

B. Industry penghasil tekstil

Page 5: Ppb Bahan Kimia Di Industri

Bahan Kimia Berbahaya di Industri 2015

Ribuan tahun lalu manusia sudah membuat

pakaian dan karpet, bukti tentang pakaian

peninggalan masa lampau telah ditemukan di

berbagai belahan dunia. Sejak tahun 8000 SM,

manusia sudah membuat benang, dan materi yang

berasal dari rumput dan pohon diyakini sebagai

substansi pertama yang digunakan untuk membuat

helaian benang pembentuk pakaian. Sememtara itu,

pembuatan tekstil secara mekanis baru dimulai pada abad ke-18 di inggris, industry pembuat

tekstil menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Kenyataannya, industry tekstil merupakan

salah satu industry pokok terbesar di dunia. Selama 20 tahun terakhir, sebagian industry

tekstil dasar telah beralih ke Negara-negara di Afrika dan Asa. Industry tekstil meliputi

pemintalan, penenunan, perajutan, dan finishing semua jenis serat baik alami maupun

buatan/sintesis. Mesinnyapun bervariasi mulai dari mesin tenun tangan yang dipakai dalam

industry perumahan sampai mesin yang rumit dan sangat mahal yang dipakai di pabrik

modern.

Selama pembuatan, pekerja dapat terpapar pada berbagai macam agens pemutih,

pembersih, dan pencelup (pewarna). Zat toksik biasanya tidak dipakai dalam pemintalan dan

penenunan serat-serat alami. Akan tetapi, masalah yang dihadapi adalah paparan terhadap

debu serat. Kapas mentah juga mungkin terkontaminasi zat pengawet, zat perontok dan

bakteri; sementara wol mentah mungkin tercemar pestisida yang sebelumnya disemprotkan

pada domba untuk disinfeksi maupun tindakan pengobatan. Pengaruh yang ditimbulkan

pada kesehatan masyarakat pada umumnya berasal dari udara yang bercampur debu, limbah

cair, dan emisi zat organic volatile.

1. Sumber dan paparan

Zat kimia toksik dipakai dalam pembuatan serat sinteis. Bahaya keracunan juga

dapat muncul saat pewarnaan dan penyelesaian akhir dalam industry tekstil. Dalam

pewarnaan dan pencetakan motif , pekerja seringkali terpapar pada zat yang dipakai

untuk pewarnaan , misalnya berbagai jenis asaam seperti asam formic, sulforik, dan

asam asetat, pencerah yang mengandung flor, solven organic, dan zat pengawet.

Paparan terhadap agens anti-kusut, anti-api, dan sejumlah solven toksik yang

digunakan untuk degreasing dan pencetakan motif harus dihadapi oleh pekerja di

bagian penyelesaian akhir. Oleh karena itu seseorang harus berhati-hati dalam

menggunakan zat ini untuk mencegah kontak langsung zat dengan kulit dan tindakan

yang tepat harus dilakukan untuk memastikan agar materi tersebut tidak terlepas ke

udara.

2. Efek

Penyakit kulit seperti dermatitis umum ditemukan pada pekerja dibagian

pemutihan, pewarnaan, dan finishing, saat penyiapan batang lenan/rami, dan saat

penggunaan solven untuk membuat serat sitesis. Beberapa zat pewarna dapat

Page 6: Ppb Bahan Kimia Di Industri

Bahan Kimia Berbahaya di Industri 2015

menyebabkan kanker kandung kemih. Ekzema krom atau keracunan krom

merupakan hazard yang muncul akibat penggunaan kalium atau natrium bikromat

dalam industry tektil.

Efek pada kesehatan kerja meliputi bissinosis, bronchitis kronis, kanker kandung

kemih serta kanker rongga hidung diantra para penenun dan pekerja lain dalam

pabrik tekstil.

Berdasarkan evaluasi menyeluruh, The Internationl for Research on cancer

menyimpulkan bahwa pekerja dipabrik pembuat tekstil menyebabkan timbulnya

paparan yang “kemungkinan karsinogenik bagi manusia”.

Berbagai jenis zat yang ada dalam pabrik tekstil dimana pekerjanya mungkin

terpapar zat tersebut disajikan dalam table berikut:

Materi Prinsip penggunaan atau sumber emisi

Asam asetat

Bifenil

Debu kapas

Urea etilen siklik

Dekabromodifenil oksida

Diamonium fosfat

Diklorometana

Dimetilformamida

1,3-difenil-2-pirazolin

Resin formaldehid

Asam formic

Hidrogen peroksida

Hipoklorit

Monoklorobenen

Pewarna mordan

Fenol

Polivinil alcohol

Natrium asetat

Natrium bikromat

Natrium hidroksida

Natrium perborat

Minyak pemutar

Kanji/zat tepung

Pewarna sulfur

Asam sulfat

Tetrakloroetilen

Tetranatrium pirofosfat

Trikloroetilen

Control pH pewarna

Carrier pewarnaan

Pencampuran, pemutaran dan penenunan

Anti kusut

Tahan api

Control pH

Penggosokan bahan atau kain

Penyelesaian akhir kain

Pencerah mengandung klor

Anti kusut

Kontrl pH pewarnaan

Pewarnaan kain

Pewarnaan, perebusan kain

Pencetakan motif kain

Pewarnaan

Pencetakan motif

Penyiapan, pelunakan kain

Pewarnaan polyester

Proses pewarnaan dengan krom

Pemutihan, pelunakkan kain

Agens anti-kotor

Pelumas

Agens pengecil

Pewarnaan

Proses karbonisasi, pengecilan ukuran

Penggosokan kain, carrier pewarnaan

Control pH pewarnaan

Carrier pewarnaan, penggosok

Page 7: Ppb Bahan Kimia Di Industri

Bahan Kimia Berbahaya di Industri 2015

Tris(2,3-dibromopropil) fosfat

Pewrna vat

Anti api

Pewarnaan

Paparan itu dapat terjadi secara bersamaan dengan hazard fisik misalnya

kebisingan, panas dan getaran. Hanya sedikit data yang ada tentang zat kimia yang

digunakan, tingkat paparan dan jumlah pekerja yang dilibatkan dalam proses tertentu

di Negara-negara yang menghadapi masalah tersebut. Tingkat paparan dan zat kimia

yang digunakan mungkin berlainan dari satu Negara dengan Negara lain. Dalam

banyak proses, selalu ada kemungkinan untuk menggunakan solven yang tidak

beracun yang hanya sedikit, itupun kalau memang ada, berdampak pada kesehatan

manusia dan lingkungan.

Umumnya sering dilakukan pembuangan udara berdebu yang dikeluarkan dari

pabrik tekstil ke atmosfer. Pada pabrik tekstil, resirkulasi dan filtrasi sekarang

digunakan tetapi tindakan ini mungkin tidak ada di beberapa Negara. Emisi organic

berbahaya (dari minyak yang ditambahkan selama proses pengeringan dan dari

pelartnya) sangat tidak terkontrol dan digunakan dalam pembuatan tekstur,

pengaturan panas, finishing, ppewarnaan dan tindakan printing.

C. Asbestos dan serat lain

Asbestos banyak digunakan sebagai bahan

pembuat atap (genteng) dan sekat, semen

asbestos, pelapis rem, perangkat listrik, dan

materi tahan api serta materi pengemas. Asbestos

merupakan nama umum sekelompok silikat alami

yang akan terpecah menjadi serat-serat yang

fleksibel. Paparan bias berasal dari sumber alami

dan pemakaian industry. Ada dua jenis serat

fleksibel, krisotil dan krosidolit. Krisotil

merupakan jenis yang sangat penting dalam dunia

perdagangan dan 90%-nya terdiri dari asbestos.

Krosidolit (asbestos biru) tersusun dari serat-serat berbentuk batang yang pendek-pendek

dan lebih berbahaya dari serat krisotil. Inhalsi serat asbestos ke dalam paru-paru

menyebabkan kerusakan fisik , dan dihubungkan dengan terjadinya mesotelioma, suatu

bentuk kanker paru. Asbestosis, suatu penyakit pernapasan, ditandai dengan munculnya

fibrosis dan pengapuran/kalsifikasi paru, yang kemudian dapat menyebabkan kanker paru.

Oleh karena itu, inhalsi serat asbestos harus dihindari, dan petugas yang cukup terlatih/ahli

harus dihubungi jika ingin membuang asbestos dari perangkat seperti genteng dan sekat

Page 8: Ppb Bahan Kimia Di Industri

Bahan Kimia Berbahaya di Industri 2015

D. Petroleum

Asal - usul Minyak Bumi dan gas alam berasal dari

binatang - binatang laut yang kecil atau pun besar hidup

dilaut dangkal yang selanjutnya mati dan kemudian

terendapkan, sehingga dalam kurun waktu yang lama akan

tertutup oleh lapisan yang tebal. Karena pengaruh waktu,

tekanan, temperature yang Tinggi. endapan makhluk hidup

tersebut berubah menjadi Petroleum ( minyak bumi )

MIGAS.

Minyak Bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus – karang dan oleum –

minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, berwarna coklat gelap, atau

kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak

bumi. Minyak Bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian

besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.

Minyak Bumi diambil dari sumur minyak di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi

sumur-sumur minyak ini didapatkan setelah melalui proses studi geologi, analisis sedimen,

karakter dan struktur sumber, dan berbagai macam studi lainnya. Setelah itu, minyak Bumi

akan diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan titik

didihnya sehingga menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin dan

minyak tanah sampai aspal dan berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk membuat

plastik dan obat-obatan. Minyak Bumi digunakan untuk memproduksi berbagai macam

barang dan material yang dibutuhkan manusia.

Minyak petroleum selama berabad-abad telah banyak dipakai di Mesir, Irak dan Iran utuk

pemanasan, penerangan, pembuatan jalan, dan bangunan. Dewasa ini industry kilang minyak

petroleum di dunia menghasilkan lebih dari 2500 produk yang mencakup nafta, hasil

sulingan, bahan bakar residu, aspal, gas petroleum cair, petrol, bensin, bahan bakar pesawat,

dan bahan bakar diesel, berbagai jenis bahan bakar inyak, dan minyak pelumas.

Minyak mentah merupakan campuran dari beribu hidrokarbon yang beranekaragam

dengan rentang titik didih yang cukup lebar. Selain itu, senyawa-senyawa di dalam minyak

mentah mengandung sulfur, oksigen, garam, logam renik, dan air dalam berbagai jumlah.

Pabrik penyulingan petroleum menghasilkan berbagai jenis polutan udara dan air serta

limbah padat berbahaya. Campuran khusus polutan bervariasi bergantung aktivitas dan

proses yang dilakukan. Sering kali, polutan yang dilepaskan mengandung semua produk

penyulingan kilang minyak (bahan bakar, solven, minyak, zat lilin, pelumas, aspal) dan

khususnya hydrogen sulfide, hidrokarbon polisiklik aromatic, karbon monoksida, karbon

dioksida, dan benzene. Karena fasilitas ini biasanya terletak di zona industry yang luas dan

memakai banyak fasilitas petrokimia, maka pencemaran air dan udara secara signifikan

dikaitkan dengan keberadaan fasilitas itu. Penduduk yang tingggal berdekatan dengan

fasilitas tersebut beresiko untuk menghirup udara yang tercemar dan mengkonsumsi air yang

tercemar. Banyak limbah berbahaya yang dihasilkan dan harus dibuang dengan tepat, karena

Page 9: Ppb Bahan Kimia Di Industri

Bahan Kimia Berbahaya di Industri 2015

jika tidak limbah tersebut akan berdampak buruk pada kesehatan akibat mencemari tanah

dan air tanah.

Penduduk yang tinggal dekat dengan pabrik penyulingan, ternyata beresiko cukup tinggi

untuk mengalami gejala sakit pernapasan (batuk dan mengi). Peningkatan resiko kanker otak

pun telah diperlihatkan melalui hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada

penduduk yang tinggal di dekat pabrik petrokimia, dan pada kenyataannya, ada laporan yang

menyatakan bahwa bertempat tinggal di dekat pabrik petroleum di Louisiana selama lebih

dari 10 tahun apat meningkatkan risiko kanker paru.

Berbagai macam bahaya kesehatan kerja juga ditemukan dalam pabrik penyulingan

minyak. Paparan berasal dari kontak kulit dan inhalasi gas dan uap, terutama terhadap

hidrokarbon yang secara alami ada didalam minyak mentah dan diepas selama penyulingan

atau terbentuk dan teremisikan selama proses. Senyawa gas yang mengandung sulfur seperti

hydrogen sulfide, sulfur dioksida, dan merkaptan diemisikan selama pemindahan dan

penanganan sulfur. Paparan terhadap debu dank abut uap berasal terutama dari aktivitas

pemeliharaan seperti abrasive blasting, penggunaan katalis dan penanganan produk kental

dan padat seperti bitumen dan arang.

Berdasarkan hasil evaluasi menyeluruh, the International Agency for Research on Cancer

menyimpulkan bahwa paparan okupasional dalam pabrik penyulingan petroleum

“kemungkinan karsinogenik bagi manusia”.

E. Solven

Solven organic dan uapnya biasa kita temukan di

lingkungan yang modern. Kalangan industri menggunakan

dalam jumlah yang besar pada proses pembuatan berbagai

jenis produk. Kita juga dapat terpapar pada materi seperti

bensin, petrol, uap, sprai aerosol, dan penghilang cat.

Contoh yang baik dari solven adalah benzene. Benzene

adalah solven yang sangat baik untuk lateks karet, dan

digunakan secara besar-besaran dalam industri karet di

sepanjang abad ke-19. Pada tahun 1930-an, banyak kasus

toksisitas benzene yang terjadi dalam industri percetakan

dimana benzene dipakai sebagai solven (pelarut) tinta.

Kenyataannya, sampai sekarang benzene masih digunakan

sebagai solven dengan angka estimasi yang masih mencapai

42 juta m3 pertahun. Paparan menahun terhadap benzene dapat menimbulkan kerusakan

yang hebat pada sumsum tulang dan anemia aplastik. Paparan terhadap benzene juga dapat

dikaitkan dengan kasus leukemia. Perlu diingat bahwa banyak solven yang berbahaya

sehingga didalam penggunaan solven apapun, peralatan perlindungan personal harus

dikenakan. Mintalah nasihat ahli sebelum memilih peralatan yang paling tepat.

Page 10: Ppb Bahan Kimia Di Industri

Bahan Kimia Berbahaya di Industri 2015

Sistem Manajemen Bahan Kimia Berbahaya Dan Beracun (B3)

Secara umum unsur pengelolaan/manajemen B3 sama adalah: Perencanaan (Planing),

Pengorganisasian (Organizing), Pelaksanaan (Actuating) dan Pengendalian (Controlling).

1. Perencanaan

Perencanaan dilakukan bertujuan untuk menghindari pengadaan bahan yang tidak sesuai

dengan kegiatan yang akan dikerjakan. Selain itu agar tidak terjadi penumpukan bahan kimia

yang berlebihan disatu sisi dan adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi disisi lain yang dapat

mengganggu kegiatan yang akan dilaksanakan. Adanya penumpukan bahan khususnya B3

akan mengganggu dan mambahayakan lingkungan, serta dapat menimbulkan kecelakaan

khususnya bahan-bahan yang sudah kadaluarsa/habis masa penggunaannya.

Perencanaan dilakukan untuk kurun waktu tertentu (1 tahun) mulai dari perencanaan

pengadaan, penyimpanan/penggudangan, dan penggunaannya. Dalam perencanaan ini

meliputi identifikasi kebutuhan bahan, klasifikasi bahan dan perencanaan penyimpanan. B3

dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yakni bahan berbahaya dan bahan beracun.

Bahan-bahan beracun dalam industri dapat digolongkan seperti dalam Tabel 1

Page 11: Ppb Bahan Kimia Di Industri

Bahan Kimia Berbahaya di Industri 2015

Kekuatan racun (toksisitas) dari suatu bahan kimia dapat diketahui berdasarkan angka

LD50 (Lethal Dose 50) yaitu dosis (banyaknya zat racun yang diberikan kepada sekelompok

binatang percobaan sehingga menimbulkan kematian pada 50% dari binatang tersebut. LD50

biasanya dinyatakan dalam satuan bobot racun persatuan bobot binatang percobaan, yaitu

mg/Kg berat badan. Makin kecil angka LD50 makin toksik zat tersebut

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian untuk mengelola B3 meliputi penetapan tugas dan wewenang personil

pengelola, pemakai, dan pengawas. Dalam pengorganisasian perlu adanya koordinasi antar

berbagai pihak yang berkepentingan dengan B3 tersebut. Selain itu juga dilakukan penetapan

persyaratan penyimpanan B3 dimana setiap jenis bahan memiliki syarat penyimpanan

tertentu. Persyaratan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Dalam penyimpanan B3 harus diketahui sifat-sifat berbagai jenis bahan kimia berbahaya,

dan juga perlu memahami reaksi kimia akibat interaksi dari bahan-bahan yang disimpan.

Interaksi dapat berupa tiga hal yaitu :

1. Interaksi antara bahan dan lingkungannya

2. Interaksi antara bahan dan wadah

Page 12: Ppb Bahan Kimia Di Industri

Bahan Kimia Berbahaya di Industri 2015

3. Interaksi antar bahan

3. Pelaksanaan (actuating)

Pelaksanaan setiap kegiatan mulai dari pengelolaan (penyimpanan), pemakaian dan

pengawasan harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Prosedur harus digunakan

untuk setiap kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan B3 oleh semua personil, baik

sebagai pengelola, pemakai maupun pengawas. Prosedur yang telah ditetapkan harus telah

teruji dan mengacu pada informasi yang telah ada pada setiap bahan kimia. Informasi ini

biasanya tercantum pada label yang menjelaskan 4 hal terpenting, yaitu :

a. Nama bahan dan formula

b. Bentuk fisik yakni gas, cair, atau padat

c. Sifat fisik, yakni titik didih, titik lebur, berat jenis, tekanan uap, dan lain-lain

d. Sifat kimia dan bahaya yakni korosif, mudah terbakar, beracun dan lain-lain.

Untuk tujuan praktis, maka bahan bahan kimia berbahaya dibagi dalam tiga kelompok

besar yaitu

a. Bahan beracun dan korosif

b. Bahan mudah terbakar

c. Bahan kimia reaktif

Penanganan B3 ini berdasarkan jenis bahan dapat dilihat seperti dalam Tabel 5.

Page 13: Ppb Bahan Kimia Di Industri

Bahan Kimia Berbahaya di Industri 2015

Selain itu dalam melakukan kegiatan penanganan B3 harus tercatat dalam suatu rekaman

sehingga mudah untuk mengetahui status dan keberadaannya serta mudah untuk dilakukan

penelusuran.

4. Pengendalian

Pengendalian(controlling) B3 merupakan unsur manajemen yang harus diterapkan pada

setiap unsur-unsur yang lain yakni mulai dari perencanaan, pengorganisasian (organizing),

dan pelaksanaan (actuating). Controlling dapat dilakukan dengan cara inspeksi dan audit

terhadap dokumen dan rekaman yang ada.