PPB ACARA V.docx
-
Upload
chidug-a-loha -
Category
Documents
-
view
73 -
download
1
description
Transcript of PPB ACARA V.docx
ACARA V
PENYIMPANAN BIBIT BAWANG MERAH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Bawang merah, merupakan komoditas penting bagi kebutuhan
aneka masakan khas Indonesia dan kegunaan lainnya yang luas
pemanfaatannya. Kebutuhan yang terus-menerus ini perlu diimbangi
dengan persediaan stok bahan yang dapat memenuhi target kebutuhan
dalam negeri. Penanganan pasca panen yang penting, adalah tahapan cara
penyimpanan bawang merah yang baik sangat diperlukan dalam
pengendalian stok secara kontinyu. Penyimpanan merupakan suatu proses
yang harus diperhatikan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas
benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan
aspek penyimpanan adalah kualitas fisik-fisiologik. Kualitas fisik-
fisiologik bibit dapat dipengaruhi oleh kualitas benih yang melalui
tahapan proses penyimpanan.
Ketahanan benih untuk disimpan beragam tergantung dari jenis,
cara dan tempat penyimpanan. Berdasarkan daya simpan benih, ada dua
tipe benih yaitu benih ortodoks dan rekalsitran. Benih ortodoks adalah
benih yang dapat dikeringkan pada kadar air benih (KA) rendah yaitu
sampai 5% tanpa kerusakan dan benih orthodoks tersebut toleran pada
suhu dingin. Benih rekalsitran adalah benih yang tidak dapat dikeringkan
pada KA < 30% tanpa kerusakan dan benih rekalsitran tidak dapat toleran
pada suhu dingin. Benih rekalsitran (benih yang mati bila dikeringkan,
seperti kakao, karet, durian, lengkeng) dan benih ortodok (benih yang
tahan dikeringkan) dalam buah basah (cabe, tomat, terong, semangka,
mentimun) biasanya dipanen pada saat masak fisiologis, tetapi benih
ortodok yang berbuah kering (seperti padi, jagung, kedelai) biasanya
dipanen setelah cukup kering di lapangan (kadar air 15-20%) untuk
mengurangi biaya pengeringan.
Bawang merah termasuk benih ortodoks sehingga proses
penyimpanan dapat dikeringkan pada kadar air benih (KA) rendah yaitu
sampai 5%. Praktikum acara ini bermanfaat untuk menjamin persediaan
benih yang masih memiliki mutu yang baik untuk suatu program
penanaman (apabila penanaman tidak dilaksanakan segera). Dengan
demikian benih yang disimpan berfungsi sebagai penyangga antara
permintaan untuk penanaman dengan produksi.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum acara V yang berjudul “Penyimpanan Bibit Bawang
Merah” ini bertujuan sebagai berikut
a. Melatih agar praktikan memahami bagaimana cara penyimpanan
benih bawang merah dengan lingkungan mikro yang telah
dikonduksikan
b. Mempertahankan viabilitas benih tetap baik sampai saat sebelum
benih di tanam
c. Mempertahankan daya simpan
d. Membandingkan penyimpanan bawang merah antara yang disimpan
di dalam kondisi oksigen yang minimal dengan sistem curah
B. Tinjauan Pustaka
Bawang merah merupakan produk hidup berbentuk umbi lapis, dan
memiliki sifat mudah sekali mengalami kerusakan. Jenis kerusakan yang
terjadi berupa pelunakan umbi, keriput, keropos, busuk, pertunasan,
pertumbuhan akar dan tumbuhnya jamur. Kerusakan-kerusakan semacam itu
pada proses penyimpanan akan menyebabkan turunnya kualitas umbi bawang
merah di samping kehilangan berat, yang pada akhirnya akan mempengaruhi
harga bawang merah di pasaran. Bawang merah merupakan tanaman
semusim yang tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-50 cm, dan
membentuk rumpun. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak panjang
dan tidak terlalu dalam tertanam di tanah. Tanaman ini tidak tahan kekeringan
(Lana 2010).
Durasi atau lamanya penyimpanan benih akan sangat tergantung
kepada sifat dormansi benih. Benih-benih dengan sifat dorman yang lama,
maka akan memiliki peluang untuk disimpan lama. Seperti benih-benih
ortodoks yang memiliki ciri masa dormansi yang lama, sehingga jenis-jenis
benih tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Berbeda
dengan jenis yang semi rekalsitran dan rekalsitran. Jenis-jenis benih yang
rekalsitran memiliki sifat yang tidak tahan untuk disimpan dalam jangka
waktu yang lama. Sedangkan untuk jenis semi rekalsitran memiliki sifat dapat
disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama (Dovas 2001).
Teknik yang dapat dijadikan indikator dalam pengelompokkan jenis
berdasarkan sifat penyimpanan adalah dapat diduga berdasarkan ukuran
benih. Benih-benih dengan ukuran yang besar dapat diduga tergolong ke
dalam jenis rekalsitran, ukuran benih yang sedang dapat diduga sebagai jenis
benih yang semi rekalsitran serta benih dengan ukuran yang kecil dapat
diduga sebagai benih ortodoks. Oleh karena itu, untuk menduga lama durasi
penyimpanan benih dapat diduga berdasarkan ukuran dari benih yang akan
disimpan. Pada dasarnya teknik pendugaan jenis benih berdasarkan ukuran
dapat berimplikasi kepada kandungan air benih. Benih dengan ukuran yang
kecil lebih cenderung untuk memiliki kadar air yang rendah, benih dengan
ukuran yang sedang memiliki kadar air yang sedang serta benih dengan
ukuran besar dapat mengandung kadar air yang tinggi (Arisuryanti 2009).
Bawang merah harus disimpan di tempat dengan lingkungan spesifik
jika diharapkan kualitas produk yang tinggi. Di samping itu, perlakuan
terhadap bawang merah juga mempengaruhi kualitas produk. Umbi bawang
merah dikatakan baik apabila pada waktu panen umbi sudah cukup tua, tidak
terluka, dan cukup kering. Penyimpanan tradisional dilakukan dengan kondisi
ruang penyimpanan pada temperatur antara 25-30°C, RH 70-80 % dan
sirkulasi udara (aerasi) yang cukup baik. Bawang merah juga disimpan
dengan cara non-tradisional, yaitu dengan teknologi pendinginan. Kondisi
yang ideal untuk cara ini adalah udara dengan temperatur 0°C dan RH antara
60-70 % (Maemunah 2010).
Penyimpanan yang umum dilakukan dibedakan menjadi penyimpanan
tradisional dan non-tradisional. Penyimpanan tradisional, pada tahap I
sesudah panen, bawang merah dijemur dengan maksud untuk menghilangkan
air yang terkandung dalam kulit luar dan leher batang. Pada tahap II
dilakukan curing untuk membantu perkembangan warna kulit bawang merah
menjadi mengkilat dan menarik. Penyimpanan dilakukan setelah tahap I dan
II selesai, dengan cara menggantungkan umbi-umbi tersebut dengan bantuan
para-para di atas tungku. Kondisi ruangan dijaga pada temperatur 26-29°C
dengan RH 70-80 %. Penyimpanan tradisional dapat mempertahankan
kondisi bawang selama 6 bulan dengan kehilangan berat sekitar 25%.
Penyimpanan non-tradisional ini dilakukan dengan refrigerasi. Tujuan
utamanya ialah mengendalikan laju transpirasi, respirasi, infeksi penyakit,
serta mempertahankan produk dalam bentuk yang paling diminati konsumen
(Sunarjono 2003).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara V yang berjudul “Penyimpanan Bibit Bawang
Merah” dilaksanakan pada hari Rabu, 2 Oktober 2013 pukul 15.30-17.00
WIB di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Kuali (gentong)
2) Lilin
3) Alumunium foil
4) Alas lilin
5) Korek api
b. Bahan
1) Bibit bawang merah (Allium cepa)
3. Cara Kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan (bibit bawang merah,
gentong, lilin, dan alumunium foil, korek api dan alas lilin)
b. Memasukkan bibit bawang merah ke dalam gentong (hampir penuh)
c. Memasukkan lilin ke dalam gentong dan nyalakan
d. Menutup gentong dengan kertas alumunium foil
e. Sebagian bibit bawang merah disimpan dengan sistem curah pada
ruangan terbuka (suhu kamar)
f. Lamanya penyimpanan diamati perkecambahan bibit dengan uji daya
kecambah dan kecepatan kecambah
g. Mengamati perubahan persentasi rusak dan umur simpan bibit dan
mengamati pertumbuhan bibit dengan cara uji daya kecambah dan
kecepatan kecambah
h. Bandingkan antara yang disimpan pada gentong (suhu dan
kelembaban terkendali) dengan yang disimpan pada sistem curah
4. Pengamatan yang dilakukan
Pengamatan yang dilakukan pada praktikum acara V yang berjudul
“Penyimpanan Bibit Bawang Merah” yaitu perkecambahan bibit,
perubahan persentasi rusak, umur simpan bibit, pertumbuhan bibit dan
membandingkan antara bibit yang disimpan pada gentong dan sistem
curah.
5. Analisis data
Analisis data yang dilakukan pada praktikum acara V yang
berjudul “Penyimpanan Bibit Bawang Merah” yaitu
a. Kecepatan Kecambah
=Jumlah benih yangberkecambah
Jumlahkeseluruhanbenih yang dikecambahkan×100 %
b. Daya Kecambah
=Jumlahbenih yangberkecambah
Jumlahkeselu ruhanbenih yangdikecambahkan×100 %
D.
DAFTAR PUSTAKA
Arisuryanti T, B Daryono, dan S Hartono 2009. Pengembangan Metode Skrining Ketahanan Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Virus menggunakan RT-PCR. Laporan Hasil Penelitian Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada.
Dovas, Crisostomos, Efstathios Hatziloukas, Raphael Salomon, Erhard Barg, Yoel Shiboleth and Nikolaos I. Katis. 2001. Incidence of Viruses Infecting Allium spp. in Greece. European Journal of Plant Pathology 107:677-684.
Lana, Wayan. 2010. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi dan Berat Benih terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L). Bul. Ganec Swara 4 (2):81-86
Maemunah 2010. Viabilitas dan Vigor Benih Bawang Merah pada Beberapa Varietas setelah Penyimpanan. J. Agroland 17(1): 18-22.
Sunarjono, Hendro 2003. Budidaya Bawang Merah. CV Sinar Baru. Bandung