Laporan Ppb 3 Fjr

14
III. UJI TETRAZOLIUM A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Pengujian benih sangat berperan penting, terujinya benih berarti terhindarnya para petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan usahatani. Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu dan kualitas benih. Informasi tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual maupun konsumen benih karena mereka bisa memperoleh keterangan yang dapat dipercaya tentang mutu atau kualitas dari suatu benih. Viabilitas dan vigor benih merupakan salah satu parameter yang perlu dipertimbangkan sebelum benih disimpan, didistribusikan dan ditanam. Uji viabilitas benih memberikan informasi kemampuan berkecambah suatu benih pada suatu kondisi tertentu. Uji viabilitas dapat dilakukan dengan pengecambahan benih dan diamati daya kecambah dan kekuatan kecambahnya. Salah satu metode yang digunakan untuk menduga kualitas benih adalah uji tetrazolium. Uji tetrazolium ini merupakan salah satu cara untuk membuktikan bahwa viabilitas tanaman itu baik, dan secara tidak langsung uji 22

description

Laporan Ppb 3 Fjr

Transcript of Laporan Ppb 3 Fjr

26

III. UJI TETRAZOLIUMA. Pendahuluan

1. Latar BelakangPengujian benih sangat berperan penting, terujinya benih berarti terhindarnya para petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan usahatani. Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu dan kualitas benih. Informasi tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual maupun konsumen benih karena mereka bisa memperoleh keterangan yang dapat dipercaya tentang mutu atau kualitas dari suatu benih.Viabilitas dan vigor benih merupakan salah satu parameter yang perlu dipertimbangkan sebelum benih disimpan, didistribusikan dan ditanam. Uji viabilitas benih memberikan informasi kemampuan berkecambah suatu benih pada suatu kondisi tertentu. Uji viabilitas dapat dilakukan dengan pengecambahan benih dan diamati daya kecambah dan kekuatan kecambahnya. Salah satu metode yang digunakan untuk menduga kualitas benih adalah uji tetrazolium. Uji tetrazolium ini merupakan salah satu cara untuk membuktikan bahwa viabilitas tanaman itu baik, dan secara tidak langsung uji ini dapat mempermudah untuk mengetahui kondisi embrio. Uji tetrazolium bertujuan dalam mengaktifkan sel/jaringan benih dan membedakan antara sel atau jaringan yang hidup atau mati. Uji tersebut sangat cepat dan tepat apabila diaplikasikan pada benih yang yang mengalami dormansi dan mengalami pemasakan lanjutan. Uji tetrazolium sangat perlu diketahui untuk mengefektifkan proses persemaian benih, terutama pada benih-benih dorman. Selain itu, uji ini juga memiliki tingkat ketelitian yang tinggi. Pada praktikum ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui cara menguji viabilitas benih secara tepat dan tidak langsung serta benih hidup atau benih mati melalui uji terazolium. 2. Tujuan PraktikumTujuan dari praktikum acara Uji Tetrazolium adalah untuk menguji viabilitas benih secara tepat dan tidak langsung. B. Tinjauan Pustaka Pengujian viabilitas ada beberapa macam yaitu pengujian pemotongan (cutting test), tetrazolium (TZ), pemotongan embrio, dan pengujian hydrogen peroksida (H2O2). Pengujian viabilitas benih biasanya kurang tepat diterapkan untuk benih-benih yang berukuran sangat kecil, bahkan teknik pengambilan/pemotongan embrio hampir tidak mungkin dilakukan. Untuk memudahkan dalam pengujian benih, benih yang digunakan harus berukuran agak besar seperti sengon buto (Enterolobium cyclocarpum Jacq.) (Hendri 2008).Uji tetrazolium disebut juga uji biokhemis benih dan uji cepat viabilitas. Uji biokhemis dikarenakan uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. Uji cepat viabilitas dikarenakan indikasi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah, melainkan pola-pola pewarnaan pada embrio, sehingga waktu yang diperlukan untuk pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk pengujian yang indikasinya berupa kecambah. Kegunaan uji tetrazolium antara lain untuk mengetahui viabilitas benih yang segera akan ditanam, viabilitas benih dorman, hidup atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih (Vega 2011). Prinsip kerja uji Tetrazolium adalah berdasarkan perbedaan warna dari benih setelah direndam dalam larutan Tetrazolium. Jaringan dalam benih itu hidup akan menghasilkan suatu reaksi pada benih dengan menimbulkan warna merah. Sedangkan jika tidak menimbulkan warna menunjukan bahwa benih sudah mati ( Chapman dan Lark 2005).Uji tetrazolium merupakan uji biokimiawi, yang membedakan jaringan hidup dari jaringan mati embrio biji dengan dasar aktivitas enzim dehidrogenase (enzim respirasi). Pada saat perlakuan hidrasi biji, ektivitas enzim dehidrogenase meningkat, yang menyebabkan pelepasan ion hidrogen, yang menurunkan larutan garam tetrazolium tak berwarna (2,3,5-trifenil tetrazolium klorida) menjadi senyawa kimia warna merah yang disebut formazan. Formazan menunjukan sel-sel yang hidup dengan warna merah, sementara yang mati tidak berwarna. Viabilitas benih diartikan menurut pola penanda embrio serta intensitas pewarnaan (Mc Donald 2006).Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam uji tetrazolium adalah evaluasi pola topografi perwarnaan untuk menentukan benih viable dan non-viable. ISTA sebagai organisasi pengujian benih internasional yang diakui kredibilitas dan metodenya digunakan di seluruh dunia mendefinisikan benih viable adalah benih yang memperlihatkan potensi untuk menjadi kecambah normal, sedangkan benih non-viable adalah terdiri dari benih yang berkembang secara abnormal baik pada embrio maupun pada struktur penting lainnya dan menunjukkan jaringan yang mati (Kartasapoetra 2005).C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara III Uji Tetrazolium dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Oktober 2014 pukul 09.00 - 11.00 WIB bertempat di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.2. Alat dan Bahan

a. Alat

1. Kertas pH meter

2. Gelas piala

3. Petridish

4. Oven

b. Bahan

1. Benih jagung (Zea mays)

2. Benih kacang tanah (Arachis hypogaea)3. Garam tetrazolium4. KH2PO4 dan Na2HPO4.2H2O3. Cara Kerjaa. Merendam benih padi dalam larutan KNO3 1%, 2%, 3%, 4% dan HNO3b. Membuat larutan penyangga dengan cara melarutkan 9,078 g KH2PO4 dan 11,876 g Na2HPO4.2H2O (masing-masing dalam 1000 ml air)

c. Mencampurkan 400 ml larutan pertama dan 600 ml larutan kedua

d. Melakukan test pH larutan dengan pH meter

e. Melarutkan 10 g garam tetrazolium dalam larutan penyangga

f. Membelah benih yang telah direndam melalui embryonic axis dan kemudian merendam dalam larutan garam tetrazolium tersebut sampai 0,5 atau 1 jam dalam temperatur 400C dalam oven

g. Mencuci benih dan melakukan pengamatan, menghitung benih yang viabel maupun yang non viabel dengan pewarnaan dari lembaga

h. Menggambar struktur benih beserta bagian-bagiannya. i. Pengamatan yang dilakukan warna embrio setelah direndam dalam larutan garam tetrazolium dan benih yang hidup dan mati. D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan 1. Hasil Pengamatan

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Uji Tetrazolium pada Benih Jagung (Zea mays) dan Kacang Tanah (Arachis hypogaea)

BenihUlanganGambarWarnaKeterangan

Jagung (Zea mays)1

Merah cerahViabel

2

Merah jambuViabilitas lemah

3

Tak berwarnaMati

Kacang Tanah (Arachis hypogaea)1

Merah cerahViabel

2

Merah cerahViabel

3

Merah cerahViabel

Sumber: Laporan Sementara2. PembahasanMenurut Erni (2010) uji tetrazolium merupakan suatu uji yang digunakan untuk mengetahui viabilitas benih ataupun untuk mengetahui mati dan hidupnya benih. Menurut Kuswanto (2009) uji Tetrazolium disebut metode tidak langsung karena didasarkan pada proses metabolisme serta kondisi fisik yang merupakan indikasi tidak langsung. Tetrazolium merupakan uji biokimiawi yang membedakan jaringan hidup dari jaringan mati embrio biji dengan dasar aktivitas enzim dehidrogenase (enzim respirasi). Saat perlakuan hidrasi biji, efektivitas enzim dehidrogenase meningkat yang menyebabkan pelepasan ion hidrogen, yang menurunkan larutan garam tetrazolium tak berwarna (2,3,5-trifenil tetrazolium klorida) menjadi senyawa kimia warna merah yang disebut formazan. Formazan menunjukkan sel-sel yang hidup dengan warna merah, sementara yang mati tidak berwarna. Uji tetrazolium memungkinkan untuk dapat membedakan bagian sel hidup yang berwarna merah dan bagian sel mati yang tidak berwarna. Posisi dan ukuran daerah yang berwarna dan tidak berwarna pada embrio atau endosperm dapat ditentukan apakah benih tersebut digolongkan sebagai viable atau non-viable. Menurut McDonald (2006) viabilitas benih merupakan kemampuan benih yang mampu berkecambah dalam kondisi normal. Viabilitas benih dapat dilakukan dengan melakukan uji tetrazolium. Uji tetrazolium memiliki fungsi sebagai uji viabilitas benih yang dapat dilakukan cepat dan tidak langsung. Uji ini dikatakan cepat karena uji ini menggunakan indikator warna dalam mengetahui viabilitas benih. Namun dikatakan tidak langsung karena pada uji viabilitas tidak diketahui apakah benih ini tumbuh normal atau abnormal. Larutan tetrazolium (2,3,5 triphenyl tetrazolium klorida atau bromida) digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan proses biologis yang terjadi di dalam sel hidup.Benih viabel merupakan benih yang memperlihatkan potensi untuk menjadi kecambah normal. Benih viabel lemah adalah terdiri dari benih yang berkembang secara abnormal baik pada embrio maupun pada struktur penting lainnya. Benih mati merupakan benih yang jaringan dan sel-selnya telah mati dan tidak bisa berkecambah. Prinsip metode tetrazolium adalah setiap sel hidup akan bewarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk endapan formazan merah, sedangkan sel-sel berviabilitas lemah berwarna merah jambu dan sel mati ditandai dengan warna putih. Enzim yang mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang berkaitan dengan respirasi. Kelebihan metode tetrazolium meliputi waktu pengujian yang singkat, sangat tepat diaplikasikan pada benih yang mengalami dormansi serta benih yang mengalami pemasakan lanjutan (after ripening), tingkat ketelitian tinggi, sedangkan. Kelemahan uji tetrazolium yaitu efek phytotoxic dari fungisida, insektisida atau fumigasi dengan methyl bromide yang telah diperlakukan pada benih tidak dapat diketahui dengan uji tetrazolium. Uji tetrazolium tidak selalu dapat memberikan keterangan tentang kerusakan pada benih yang diakibatkan proses pengeringan. Uji tetrazolium memerlukan lebih banyak kecakapan dan keputusan daripada yang biasa diperlukan dalam uji perkecambahan secara langsung. Seringkali diperlukan beberapa kali pembesaran untuk dapat mempelajari dengan seksama pola noda dan lokasi daerah nekrotik yang tidak ternoda.Uji tetrazolium dilakukan dengan cara membelah benih searah longitudinal setelah direndam didalam larutan garam tetrazolium selama 30 menit. Kemudian dilakukan pengamatan pola-pola pewarnaan pada embrio, bukan proses perkecambahan yang umumnya memerlukan waktu yang lebih lama. Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 3.1, bahwa benih jagung pada ulangan pertama memiliki warna merah cerah yang berarti benih tersebut viable, ulangan ke dua berviabilitas lemah dan ulangan ketiga menunjukan benih mati. Benih kacang tanah pada ulangan pertama sampai ketiga memiliki warna merah cerah yang berarti benih tersebut viabel. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa benih kacang tanah lebih viabel dari pada benih jagung. E. Kesimpulan dan Saran1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Uji tetrazolium dikatakan cepat karena uji ini menggunakan indikator warna dalam mengetahui viabilitas benih.

b. Uji tetrazolium dikatakan tidak langsung karena pada uji viabilitas tidak diketahui apakah benih ini tumbuh normal atau abnormal karena hanya mengandalkan indikator wana saja.c. Uji tetrazolium meningkatkan aktivitas enzim dehidrogenase dan melepaskan ion H+ yang dilepaskan pada proses respirasi agar dapat mereduksi garam tetrazolium yang tidak berwarna dan terjadi reaksi yang membentuk endapan formazan yang berwarna merah yang menandakan benih viable.d. Benih kacang tanah lebih viabel daripada benih jagung.e. Aktivitas kimia benih atau respirasi benih kacang tanah berlangsung lebih baik dari pada benih jagung.

2. Saran Saran yang dapat diberikan pada praktikum acara ini adalah pengarahan co-ass perlu ditingkatkan supaya praktikan dapat jelas dan mengerti tentang tahapan praktikum yang akan dilakukan. DAFTAR PUSTAKAChapman SR and Lark PC 2005. Crop Production Principle and Practise. WH Freeman Co. SF.

Erni 2010. Uji Tetrazolium. http://eni.uji_tetrazolium.com. Diakses tanggal 17 November 2014.Hendri G 2008. Uji Viabilitas Benih. http://hendriyanar08.student.ipb.ac.id/. Diakses tanggal 17 November 2014.

Kartasapoetra AG 2005. Teknologi Benih (Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kuswanto 2009. Principles of Seed Science and Technology. Minnesota: Burgess Publ. Co. McDonald 2006. Seed Moisture and the Equilibrium Seed Moisture Content Curve. J. Seed Technology 1(29): 7.Vega 2011. Struktur dan Tipe Perkecambahan. http://veganojustice.wordpress.com. Diakses pada tanggal 17 November 2014.

22