PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL
-
Upload
w-andi-agustian -
Category
Documents
-
view
104 -
download
0
description
Transcript of PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL
1
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 2
BAB II ANALISA LAPORAN KEUANGAN 11
BAB III TUJUAN DAN PRASYARAT ANALISIS 14
BAB IV METODE DAN TEKNIK ANALISIS 17
BAB V TELAAH LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA 30
BAB VI CONTOH ILUSTRASI ANALISIS MENYELURUH 50
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. ALIRAN DANA, POSISI KEUANGAN DAN ATURAN AKUNTANSI
Laporan Keuangan yang disusun pada saat ini menggunakan kaidah-kaidah
akuntansi yang telah diakui secara internasional sesuai dengan sistem Government
Finance Statistics (GFS). Seluruh data dalam sistem GFS terdiri atas aliran dana (flows)
maupun posisi keuangan (stocks). Aliran dana merupakan pernyataan dalam bentuk uang
(monetary expression) dari tindakan-tindakan ekonomi yang dilakukan oleh unit-unit dan
kejadiankejadian lain yang mempengaruhi status ekonomi suatu unit yang terjadi
sepanjang suatu periode akuntansi. Sedangkan posisi keuangan menggambarkan posisi
aset dan kewajiban dari unit-unit pada waktu tertentu dan posisi nilai kekayaan bersih unit
tersebut, yang nilainya sama dengan total aset dikurangi total kewajiban.
Aliran dana dan posisi keuangan yang dicatat di sistem GFS merupakan catatan
yang terintegrasi, yang berarti bahwa seluruh perubahan posisi keuangan dapat
sepenuhnya dijelaskan oleh aliran dana. Dengan kata lain, hubungan berikut ini berlaku
untuk setiap posisi keuangan:
S1 = S0 + F
Di mana S0 dan S1 merupakan nilai-nilai dari posisi keuangan pada awal periode dan
akhir periode akuntansi, dan F merupakan nilai bersih dari aliran dana sepanjang periode
yang mempengaruhi posisi keuangan. Pada umumnya, nilai posisi keuangan yang dimiliki
oleh suatu unit pada suatu waktu tertentu merupakan nilai kumulatif dari seluruh aliran
dana yang mempengaruhi posisi keuangan yang terjadi sejak unit yang bersangkutan
pertama kali memperoleh posisi keuangan tersebut.
1. JENIS ALIRAN DANA
Aliran dana menggambarkan pembentukan, perubahan, pertukaran, transfer
atau hilangnya nilai ekonomis. Hal-hal ini meliputi perubahan-perubahan dalam
volume, komposisi, atau nilai aset, kewajiban dan kekayaan bersih suatu unit. Suatu
aliran dana dapat berupa kejadian tunggal, seperti pembayaran tunai untuk pembelian
barang, atau nilai kumulatif dari satu set kejadian yang muncul selama satu periode
akuntansi, seperti beban bunga yang terus menerus (continuous accrual of interest
expense) dari obligasi pemerintah. Seluruh aliran dana dapat diklasifikasikan sebagai
transaksi atau aliran dana ekonomi lainnya.
Transaksi
Suatu transaksi adalah sebuah interaksi antara dua unit dengan perjanjian
saling menguntungkan atau suatu tindakan di dalam satu unit yang diperlakukan
sebagai transaksi untuk kepentingan analitis. Perjanjian saling menguntungkan berarti
bahwa ada pengetahuan dan pemahaman sebelumnya dari unit-unit yang
bertransaksi, tetapi tidak berarti bahwa kedua unit melakukan transaksi secara
sukarela.
3
Setiap transaksi adalah suatu pertukaran apabila suatu unit memproduksi
barang, jasa, aset, atau tenaga kerja kepada unit kedua dan menerima barang, jasa,
aset, atau tenaga kerja dengan nilai yang sama sebagai gantinya. Kompensasi atas
karyawan, pembelian barang dan jasa, timbulnya biaya bunga, penjualan bangunan
kantor dan seluruh transaksi internal adalah pertukaran.
Suatu transaksi adalah transfer jika suatu unit menyediakan barang, jasa, aset,
atau tenaga kerja kepada unit kedua tanpa menerima secara simultan barang, jasa,
aset atau tenaga kerja pada nilai tertentu sebagai gantinya.
Beberapa transaksi muncul sebagai pertukaran tetapi secara aktual
merupakan kombinasi dari pertukaran dan transfer. Dalam hal ini transaksi actual
harus dibagi dalam dua transaksi, satu hanya merupakan pertukaran dan satu hanya
merupakan transfer. Sebagai contoh, unit pemerintah umum mungkin menjual aset
pada harga yang jelas di bawah harga pasar. Penjualan ini harus dibagi ke dalam
sebuah pertukaran pada nilai pasar dari aset dan sebuah transfer yang nilainya sama
dengan selisih antara nilai transaksi aktual dan nilai pasar dari aset yang
bersangkutan.
Seluruh transaksi dapat juga diklasifikasikan sebagai moneter atau non
moneter. Transaksi moneter adalah satu transaksi di mana satu unit membuat
pembayaran atau terbebani kewajiban yang dinyatakan dalam mata uang dan unit
kedua menerima pembayaran atau aset lainnya, juga dinyatakan dalam mata uang.
Sebagai contoh, barang biasanya dibeli pada jumlah mata uang tertentu untuk setiap
unit barang, dan manfaat pengaman sosial sering dibayar dalam jumlah kas tetap.
Sementara itu, transaksi non moneter harus dibuat dalam nilai moneter karena
berkaitan dengan aliran dana dan posisi keuangan yang dinyatakan dalam ukuran
uang. Nilai-nilai yang dibuat untuk transaksi non moneter mempunyai arti ekonomi
yang berbeda dibandingkan dengan pembayaran tunai dalam jumlah yang sama,
karena transaksi tersebut bukan merupakan jumlah uang bebas yang dapat
dibelanjakan. Akan tetapi, untuk semua sistem yang komprehensif dan terintegrasi,
perlu untuk dibuat estimasi nilai pasar terhadap pos-pos yang terlibat dalam transaksi
non moneter.
Transaksi non moneter dapat merupakan salah satu dari transaksi dua pihak
atau transaksi internal, dan transaksi-transaksi ini dapat merupakan perukaran atau
transfer. Barter, atau remunerasi dalam bentuk natura dan pembayaran dalam bentuk
lain adalah pertukaran non moneter. Transfer bentuk lain adalah transfer non moneter.
Aliran Dana Ekonomi Lainnya
Suatu aliran dana ekonomi lainnya adalah suatu perubahan dalam volume atau
nilai aset atau kewajiban yang bukan merupakan akibat dari transaksi. Perubahan
volume biasanya digambarkan sebagai perubahan lain dalam volume aset (other
changes in the volume of asets) atau istilah yang lebih sederhana perubahan lain
dalam volume, dan perubahan nilai diilustrasikan sebagai keuntungan dan kerugian
karena memegang aset (holding gains and loses). Dalam semua kasus, perubahan
volume dan nilai aset juga mengacu pada perubahan yang berkaitan dengan
kewajiban.
4
Perubahan lain dalam volume aset meliputi kejadian-kejadian dengan ruang
lingkup yang luas. Kejadian ini dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Kejadian-kejadian yang melibatkan penambahan atau pengurangan saldo neraca
dari aset dan kewajiban tanpa perubahan kuantitas atau kualitas, misalkan:
i) Peningkatan akses mungkin membuat budi daya tanaman tertentu di hutan
menjadi layak secara komersial;
ii) Proyek konstruksi mungkin kehilangan nilai ekonomis sebelum selesai dan
aset yang selesai sebagian ditunda;
iii) Pemerintah mungkin membantu perlindungan hak cipta untuk
penemuanpenemuan.
b. Kejadian-kejadian yang merubah kuantitas dan kualitas aset, misalkan:
i) Penghancuran sebagian atau seluruh aset yang disebabkan oleh kejadian
dengan skala besar, seperti gempa bumi atau angin ribut;
ii) Peningkatan kuantitas hutan dan persediaan ikan karena pertumbuhan alami;
iii) Pengecilan aset oleh unit pemerintah tanpa pemberian kompensasi penuh
dengan alas an-alasan selain kegagalan membayar pajak, denda dan
tagihan-tagihan sejenis.
c. Kejadian-kejadian yang berhubungan dengan perubahan-perubahan dalam
klasifikasi aset. Reklasifikasi aset dan dan kewajiban, serta reklasifikasi dari satu
sektor ke sektor lainnya termasuk dalam kategori ini. Pada kejadian dimaksud,
nilai ekayaan bersih tidak akan berubah karena perubahan klasifikasi.
2. ATURAN AKUNTANSI
Aturan akuntansi untuk mencatat aliran dana dan posisi keuangan didesain
untuk meyakinkan bahwa data yang dihasilkan dalam laporan keuangan sesuai
dengan standar yang diterima untuk kompilasi statistic ekonomi.
a. Jenis Sistem Akuntansi
Akuntansi ayat jurnal berpasangan (double entry accounting) digunakan untuk
pencatatan aliran dana. Dalam sistem ayat jurnal berpasangan, setiap aliran dana
akan memunculkan dua jurnal yang bernilai sama, yang secara tradisional disebut
sebagai jurnal debet dan kredit. Debet adalah suatu kenaikan aset, penurunan
kewajiban, atau penurunan nilai kekayaan bersih. Kredit adalah suatu penurunan
aset, kenaikan kewajiban, atau kenaikan nilai kekayaan bersih. Jurnal pendapatan
yang mewakili suatu kenaikan nilai kekayaan bersih, dicatat sebagai kredit.
Sebaliknya, suatu biaya menunjukkan penurunan nilai kekayaan bersih dan dicatat
sebagai debet.
Suatu neraca sebuah kompilasi aset, kewajiban dan nilai kekayaan bersih dari unjit
pemerintah. Ciri dasar neraca dan akuntansi secara umum adalah bahwa total nilai
aset selalu sama dengan total nilai kewajiban ditambah nilai kekayaan bersih.
Penggunaan sistem ayat jurnal berpasangan meyakinkan bahwa cirri tersebut
dipertahankan secara benar. Ada banyak kombinasi debet dan kredit yang
mungkin mempengaruhi aset, kewajiban dan nilai kekayaan bersih. Sebagai
contoh, pembelian jasa oleh unit pemerintah yang pembayarannya dilakukan
dalam 30 hari mendatang akan dicatat sebagai biaya (debet) dan kenaikan nilai
5
kewajiban (utang). Jadi nilai kekayaan bersih melalui biaya, turun/berkurang
dengan jumlah yang sama dengan kenaikan kewajiban, sementara nilai aset tidak
terpengaruh. Pembayaran yang dilakukan kemudian akan dicatat sebagai
penurunan uang kas (kredit) dan penurunan utang (debet). Dalam hal ini, aset dan
kewajiban keduanya menurun dengan jumlah yang sama dan nilai kekayaan
bersih tidak terpengaruh.
b. Saat Pencatatan Aliran Dana
Sekali aliran dana teridentifikasi, waktu di mana saat kejadian itu muncul harus
ditentukan sedemikian rupa sehingga hasil-hasil dari aliran dana dalam satu
periode akuntansi tertentu dapat dikompilasi. Meskipun bagian ini menekankan
pada waktu terjadinya aliran dana, karakteristik dari sistem yang terintegrasi
menunjukan bahwa posisi keuangan yang dicatat dalam neraca juga dipengaruhi
oleh waktu aliran dana tersebut terjadi.
Satu dari masalah dalam menentukan saat transaksi adalah kemunculan yang
sering dari periode yang panjang antara inisiatif tindakan dan penyelesaian akhir.
Sebagai contoh, banyak pembelian barang dimulai dengan penandatanganan
suatu kontrak antara penjual dan pembeli, yang diikuti dengan dimulainya produksi
atas barang yang dipesan, penyelesaian produksi, pengangkutan dari lokasi
penjual, kedatangan barang di lokasi pembeli, persiapan dan pengiriman faktur,
penerimaan faktur, persetujuan pembayaran, pengakuan bunga karena telat
membayar atau berakhirnya masa diskon, dan seterusnya. Bahkan kemudian,
transaksi ini mungkin belum selesai ketika ada hak untuk mengembalikan atau
klaim garansi. Meskipun masing-masing kejadian yang berbeda di atas secara
ekonomi relevan dan mungkin menghasilkan transaksi ganda, namun dalam
hanya satu waktu dapat ditandai untuk masing-masing transaksi.
c. Penilaian
Seluruh aliran dana dan posisi keuangan harus dinilai pada jumlah di mana
barang, aset selain kas, jasa, upah, atau penyediaan modal secara nyata
dipertukarkan atau dapat dipertukarkan secara tunai. Nilai ini biasanya dikenal
dengan istilah nilai atau harga pasar yang berlaku. Aliran dana harus dinilai
berdasarkan harga yang berlaku pada saat aliran dana tersebut dicatat. Posisi
keuangan harus dinilai dengan harga yang berlaku pada tanggal neraca.
Umumnya, aliran dana yang dinyatakan dalam satuan moneter ketika aliran
tersebut timbul dapat dicatat pada nilai aktualnya karena nilai tersebut dianggap
sebagai nilai pasar tahun berjalan. Beberapa transaksi yang dinyatakan dalam
satuan moneter perlu dibagi ke dalam dua transaksi. Dalam kasus tersebut, nilai
total dari dua transaksi harus sama dengan nilai satuan moneter dari transaksi
tunggal yang secara nyata timbul. Apabila unit pemerintah menjual aset dengan
nilai di bawah harga pasar atau membeli aset dengan nilai dari harga pasar,
penjualan atau pembelian harus dinilai pada harga pasar yang benar dan transfer
atas selisih harus dicatat. Sering transaksi-transaksi yang bersifat seperti ini
distrukturkan sedemikian rupa sehingga nilai pasar yang benar tidak mungkin
diestimasi secara akurat. Namun demikian, estimasi harus dibuat apabila
6
memungkinkan.
Aliran dana yang dinyatakan dalam satuan mata uang asing harus dikonversikan
ke dalam mata uang rupiah pada kurs yang berlaku ketika aliran dana dilakukan,
dan posisi keuangan dikonversikan pada kurs (tengah) yang berlaku pada tanggal
neraca. Penilaian dalam rupiah atas pembelian atau penjualan secara kredit yang
dinyatakan dalam mata uang asing mungkin berbeda dari nilai pembayaran tunai
yang mengikutinya karena kurs berubah dalam masa itu. Kedua transaksi harus
dinilai pada nilai pasar yang berlaku (current market value) pada tanggal-tanggal di
mana transaksi-transaksi tersebut timbul, dan keuntungan atau kerugian yang
dihasilkan dari perubahan kurs harus dicatat dalam periode tersebut atau periode
di mana kejadian tersebut timbul.
B. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Laporan Keuangan memuat informasi yang relevan mengenai posisi keuangan
dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu
periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan
realisasi pendapatan,belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang
ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu
entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan
perundangan.
Kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan ini diperlukan mengingat
setiap entitas pelaporan menggunakan sumber dana/anggaran yang berasal dari
rakyat dan perlu dipertanggungjawabkan capaian kegiatannya. Oleh karenanya
llaporan keuangan yang disusun oleh suatu entitas diperlukan untuk keperluan:
1) Akuntabilitas, yaitu untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya
serta pelaksanaan kegiatan secara periodik.
2) Manajemen, yaitu membantu para pengguna mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas
seluruh aset, kewajiban dan ekuitas dana.
3) Transparansi, yaitu memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur
kepada masyarakat.
4) Keseimbangan antar generasi (intergenerational equity), membantu para
pengguna untuk mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah untuk membiayai
seluruh pengeluaran yang dialokasikan.
Dalam kaitan dengan peranan laporan keuangan tersebut, maka diperlukan
proses analisis laporan keuangan sehingga didapatkan suatu penilaian yang obyektif dan
terukur mengenai penggunaan anggaran dan kinerja yang berhasil dicapai oleh suatu
entitas. Lebih lanjut, analisis juga diperlukan bagi perbaikan rencana penganggaran di
masa yang akan datang, sebagaimana tergambar dalam diagram berikut ini.
7
Sebelum melakukan analisis, terlebih dahulu perlu dimengerti mengenai
tujuan, prinsip, dan karakteristik pelaporan keuangan. Selain itu, perlu juga dimengerti
mengenai keterbatasan dari pelaporan keuangan sehingga hasil analisis dapat lebih
objektif dan tidak bias.
1. TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN
Dalam kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan yang merupakan salah
satu bagian dari Standar Akuntansi Pemerintahan, dijelaskan mengenai tujuan
laporan keuangan pemerintah. Tujuan laporan keuangan tersebut adalah untuk
menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai
akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik
dengan:
a. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan selama periode
berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran.
b. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya
ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan
perundangan,
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumberdaya ekonomi yang digunakan
dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai,
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi dan mencukupi kebutuhan kasnya,
e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan
berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan,
8
apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang
dilakukan selama periode pelaporan.
2. KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya,
yang meliputi:
a. Relevan, yaitu informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi
keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa
lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau
mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi yang relevan haruslah
memenuhi unsure-unsur memiliki manfaat umpan balik (feedback value), memiliki
manfaat prediktif (predictive value), tepat waktu dan lengkap.
b. Andal, yaitu informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta
dapat diverifikasi. Informasi yang andal haruslah memiliki karakteristik penyajian
jujur, dapat diverifikasi (verifiability), dan netral.
c. Dapat dibandingkan, yang berarti informasi yang termuat dalam laporan keuangan
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya.
d. Dapat dipahami, yang berarti laporan keuangan disajikan dalam bentuk serta
istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.
3. PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN
Penyusunan laporan keuangan harus mengikuti prinsip-prinsip akuntansi dan
pelaporan keuangan agar dapat ditaati dan dipahami para pembuat standar akuntansi
pemerintahan, penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan, dan para
pengguna laporannya. Prinsip-prinsip tersebut terdiri atas:
a. Basis akuntansi menggunakan basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja,
dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Sedangkan basis akrual
digunakan untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dalam neraca.
b. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayarkan atau
sebesar nilai wajar dari imbalan untuk memperoleh aset tersebutpada saat
perolehan. Sedangkan kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa depan dalam
pelaksanaan kegiatan pemerintah. Penggunaan nilai historis ini dikarenakan lebih
obyektif dan dapat diverifikasi dibandingkan penilaian lain. Dalam hal tidak
terdapat nilai historis , maka dapat digunakan nilai wajar dari aset atau kewajiban
terkait.
c. Realisasi, yang berarti pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui
anggaran pemerintah selama satu tahun fiskal akan digunakan untuk membayar
hutang dan belanja dalam periode tersebut.
d. Substansi mengungguli bentuk (substance over form), yang berarti transaksi atau
peristiwa lain yang ditampilkan dalam laporan keuangan dicatat dan disajikan
sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek
formalitasnya.
9
e. Periodisitas (periodicity), yang berarti kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan
dibagi dalam periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan
posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan.
f. Konsistensi (consistency), yaitu perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada
kejadian yang serupa dari period ke periode oleh entitas pelaporan.
g. Pengungkapan lengkap (full disclosure), yaitu menyajikan secara lengkap
informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.
h. Penyajian wajar (fair presentation).
4. KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN DAN ANDAL
Harus diakui bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pastilah
memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut dikarenakan adanya keterbatasan dalam
menyajikan informasi keuangan yang relevan dan andal. Secara umum, kendala ini
dapat diartikan sebagai keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang
ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan
andal akibat keterbatasan atau karena alasan-alasan kepraktisan, antara lain:
a. Materialitas, laporan keuangan pemerintah hanya memuat informasi yang
memenuhi kriteria materialitas.
b. Pertimbangan biaya dan manfaat, laporan keuangan pemerintah tidak seharusnya
menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya
penyusunannya.
c. Keseimbangan antar Karakteristik Kualitatif, diperlukan untuk mencapai suatu
keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan
dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah.
Selain kendala-kendala tersebut di atas, secara umum setiap laporan keuangan juga
memiliki sifat dan keterbatasan, yaitu:
a. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang
telah lewat.
b. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pihak tertentu.
c. Proses penyusunan laporan tidak lepas dari penggunaan taksiran dan
pertimbangan.
d. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang digunakan menimbulkan variasi
dalam pengukuran.
C. METODE ANALISIS
Ada beberapa cara atau metode dalam melakukan analisis terhadap laporan
keuangan suatu entitas, namun yang paling baik adalah gabungan atau kombinasi
metode-metode secara bersama-sama sehingga dapat diperoleh makna yang lebih
lengkap dan mendalam. Secara umum, metode yang digunakan meliputi:
1. ANALISIS HORISONTAL
Yaitu analisis dengan cara membandingkan neraca atau laporan realisasi
10
anggaran beberapa tahun terakhir secara berurutan. Analisis ini dimaksudkan
untuk memperoleh gambaran mengenai perubahan-perubahan yang terjadi baik
dalam neraca maupun LRA apakah mengalami kenaikan atau penurunan.
Apabila metode ini dilakukan untuk suatu jangka waktu yang cukup panjang dan
menitikberatkan pada arah perkembangannya, maka analisis seperti ini disebut
analisis tren.
2. ANALISIS VERTIKAL
Yaitu cara analisis yang dilakukan dengan jalan menghitung proporsi pos-pos
dalam neraca dengan suatu jumlah tertentu dari neraca atau proporsi dari
unsur-unsur tertentu LRA dengan jumlah tertentu LRA. Misalnya: proporsi Kas di
Bendahara Pengeluaran terhadap jumlah Aset Lancar, proporsi Persediaan
terhadap jumlah Aset, ataupun proporsi Belanja Pegawai terhadap jumlah
Belanja Satker. Jadi maksudnya untuk memperoleh gambaran tentang kewajaran
pos-pos atau unsureunsur neraca maupun LRA.
3. ANALISIS RASIO
Yaitu analisis dengan cara menghitung rasio-rasio keuangan dari data-data
laporan keuangan satker. Rasio-rasio tersebut dapat diklasifikasikan dalam
beberapa jenis, yaitu:
a. Rasio Cepat, yaitu rasio yang mengukur kesanggupan satker untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo dengan kas yang ada.
b. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang mengukur kesanggupan satker untuk
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo.
c. Rasio Solvabilitas, yaitu rasio yang mengukur kesanggupan satker untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya.
d. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio), yaitu rasio yang mengukur kesanggupan
satker untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara berkelanjutan.
Untuk dapat mengartikan rasio-rasio yang telah dihitung dari suatu satker
perlu adanya standar pembanding, misalnya rasio-rasio dari satker lain
dibandingkan dengan rasio rata-rata dari satker sejenis dalam kementerian
negara/lembaga tersebut. Dari sudut pandang praktis dapat dikatakan satker
yang dikelola dengan baik akan mempunyai beberapa rasio yang lebih baik
daripada rasio-rasio satker sejenisnya atau sebaliknya. Analisis rasio keuangan
ini jangan dilakukan secara mekanis saja, tetapi harus lebih menggunakan
penilaian (judgment) sebagai bagian dari proses evaluasi yang lebih luas. Dengan
meneliti rasio-rasio keuangan dari suatu satker serta membandingkannya dengan
suatu standar tertentu, maka dapat diperoleh gambaran mengenai tata kelola dari
suatu satker yang dinilai baik/unggul pada suatu kementerian negara/lembaga.
Selanjutnya atas dasar analisis ini, kementerian Negara/lembaga dapat
melakukan perbaikan tata kelola satker di bawahnya.
11
BAB II
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
A. PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan
pemerintah untuk menyusun laporan keuangan yang merupakan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Demikian pula Menteri/Pimpinan Lembaga
sebagai Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya, wajib menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya sebagai bentuk pertanggungjawaban. Laporan
keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi
sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh
kementerian/lembaga negara bersangkutan. Data keuangan dalam laporan keuangan
akan lebih berarti apabila dianalisis lebih lanjut sehingga dapat diperoleh informasi
yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil. Dengan demikian,
analisis laporan keuangan merupakan analisis yang dilakukan terhadap berbagai
macam informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
Analisis laporan keuangan banyak digunakan oleh berbagai pihak yang
berkepentingan terhadap masalah-masalah keuangan pemerintah. Dalam melakukan
analisis, setiap pengguna laporan harus mengidentifikasi informasi yang harus dipilih
untuk dianalisis, teknik analisis yang tepat, ruang lingkup, kedalaman analisis dengan
menggunakan pertimbangan yang cermat agar dapat memperoleh informasi yang
diinginkan untuk mendukung keputusan-keputusan yang diambilnya.
B. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN
Komponen laporan keuangan setidak-tidaknya terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran;
2. Laporan Arus Kas;
3. Neraca; dan
4. Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan Realisasi Anggaran sering juga disebut laporan operasional merupakan
laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan
sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah yang menggambarkan perbandingan
antara anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan dengan realisasinya dalam
satu periode pelaporan.
Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber,
penggunaaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi dan
saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan,
pembiayaan, dan nonanggaran.
12
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
Catatan atas Laporan Keuangan sekurang-kurangnya menyajikan tentang:
a. informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target,
berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
b. ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;
c. informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan
akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya;
d. pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar mukalaporan keuangan;
e. pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;
f. informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
g. daftar dan skedul.
Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai
referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis
atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan
Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah
penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi
Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk
penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan
komitmen-komitmen lainnya.
Setiap komponen laporan keuangan hendaknya tidak dianalisis secara parsial.
Keempat komponen laporan tersebut merupakan satu kesatuan yang harus dianalisis
secara bersama-sama. Terdapat hubungan antara pos yang satu dengan pos yang
lainnya dalam laporan keuangan sehingga untuk memperoleh gambaran informasi
yang utuh, pos-pos terkait dianalisis secara terintegrasi.
Laporan keuangan merupakan hasil rekaman transaksi keuangan dari peristiwa masa
lalu. Dengan demikian laporan keuangan berarti menyajikan data hsitoris pemerintah
yang bersangkutan. Sementara itu berbagai pihak yang berkepentingan pada
umumnya tidak hanya membutuhkan informasi masa lalu tetapi mereka
menggunakannya untuk mencari tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang. Oleh karena itu teknik dan tingkat kedalaman analisis disesuaikan dengan
kebutuhan.
B. PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN
Pihak-pihak yang menggunakan informasi keuangan dari laporan keuangan
disebut pengguna. Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan
pemerintah, namun tidak terbatas pada:
13
1. Masyarakat;
2. Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman; dan
4. Manajemen pemerintah.
Setiap pemakai bisa mempunyai kepentingan yang berlainan. Oleh karena itu, mereka
harus memahami informasi yang disajikan dalam laporan dan menganalisis dengan
teknik yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhannya
Masyarakat pada umumnya ingin mengetahui panggunaan sumber daya ekonomi yang
dipungut dari masyarakat selama tahun berjalan berikut kinerja atau hasil-hasil yang
dicapainya.
Para wakil rakyat berkewenangan untuk mengawasi apakah pemerintah bekerja sesuai
dengan batas-batas anggaran yang telah dituangan peraturan yang telah ditetapkan.
Mereka juga berkepentingan apakah peraturan perundangan yang berlaku ditaati.
Investor/kreditor pada umumnya berkepentingan untuk melihat apakah pemerintah
mampu mengembalikan pinjaman/investasi berikut kemampuan untuk membayar beban
bunganya secara tepat waktu.
Manajemen pemerintah berkepentingan terhadap informasi keuangan untuk
perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian kegiatan operasional pemerintahan.
Hal ini sangat penting bagi pemerintah agar dapat mengalokasikan dan menggunakan
anggaran yang tersedia untuk mencapai output/outcome secara efisien dan efektif.
14
BAB III
TUJUAN DAN PRASYARAT ANALISIS
A. TUJUAN ANALISIS
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan mencakup informasi
kuantitatif maupun informasi kualitatif. Informasi kuantitatif tentang posisi keuangan
pada awal dan akhir tahun anggaran disajikan di neraca dan transaksi anggaran
maupun non anggaran yang terjadi dalam satu tahun anggaran dilaporkan dalam
laporan realisasi anggaran dan laporan arus kas.
Informasi kualitatif berupa kebijakan umum keuangan, kebijakan akuntansi,
pencapaian kinerja dan penjelasan pos-pos laporan keuangan disajikan dalam
catatan atas laporan keuangan.
Informasi kuantitatif harus dipadukan dengan informasi kualitatif dalam
melakukan analisis laporan keuangan. Ruang lingkup informasi yang dianalisis sangat
dipengaruhi oleh tujuan analisis itu sendiri.
Tujuan analisis laporan keuangan pemerintah pada umumnya adalah:
1. untuk meyakini bahwa pemerintah telah melaksanakan anggaran sesuai dengan
peraturan perundang-udangan
2. untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja pemerintah
3. untuk mengukur potensi pendapatan atau sumber ekonomi
4. untuk mengetahui kondisi keuangan
5. untuk mengetahui kemampuan pemerintah dalam memenuhi kewajibannya
B. TINGKAT KEDALAMAN ANALISIS
Laporan keuangan pemerintah pada dasarnya merupakan laporan keuangan
yang bertujuan umum, yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan sebagian
besar pengguna. Dalam kenyataanya setiap kelompok pengguna bisa mempunyai
kebutuhan yang berbeda. Setiap kebutuhan membutuhkan jenis dan tingkat
kedalaman informasi yang berbeda. Hal ini menentukan seberapa dalam seorang
pengguna akan melakukan analisis terhadap laporan keuangan.
Sebagai contoh seorang calon investor yang akan menanamkan uang pemerintahan
untuk jangka waktu yang panjang akan membutuhkan banyak informasi dengan ruang
lingkup yang luas, menganalisisnya secara mendalam dengan menggunakan
berbagai teknik analisis. Mereka akan membutuhkan informasi mengenai potensi
ekonomi di masa yang akan datang, mengukur tingkat keuntungan yang dikehendaki,
mengukur berapa lama investasinya akan diperoleh kembali. Sebaliknya mungkin ada
pejabat pemerintah yang hanya ingin mengetahui naik-turunya pendapatan pajak atau
non pajak dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Karena kebutuhannya sangat
sederhana maka ia hanya akan membandingkan antara pajak dan non pajak dengan
tahun anggaran sebelumnya.
Dari kedua contoh tersebut tampak bahwa pengguna mempunyai kepentingan yang
berbeda. Kepentingannya bervariasi dari yang sangat sederhana sampai dengan
15
informasi yang kompleks. Semakin besar permasalahan yang dihadapi dan semakin
panjang waktu yang menjadi kepentingan pengguna akan diperlukan analisis yang
semakin mendalam dengan menggunakan berbagai teknik dan metode analisis.
C. PRASYARAT ANALISIS
Dalam melakukan analisis laporan keuangan, pengguna harus memahami
bahwa angka-angka yang disajikan di neraca, laporan realisasi anggaran dan laporan
arus kas merupakan hasil pemrosesan data keuangan sesuai dengan fakta atau
kondisi yang ada. Kondisi yang dihadapi belum tentu sama dari waktu ke waktu.
Disamping itu, juga harus disadari bahwa penyajian laporan keuangan harus mentaati
standar akuntansi pemerintahan yang berlaku. Berdasarkan standar akuntasi
pemerintahan tersebut, pemerintah harus menyusun kebijakan akuntansi yang sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada.
Berhubung dengan adanya permasalahan sebagaimana disebutkan di atas, maka
terdapat prasyarat analisis yang harus dipahami oleh pengguna, antara lain sebagai
berikut:
1. Laporan Keuangan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan dan
kebijakan akuntansi yang ditetapkan oleh pemerintah. Oleh karena itu,
membandingkan laporan keuangan secara horisontal maupun vertikal harus
diyakini terlebih dahulu bahwa mereka menggunakan metode-metode yang sama.
Setelah sama metodenya barulah angkaangka dapat diperbandingkan.
2. Angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan mungkin dipengaruhi oleh
suatu kondisi atau masalah tertentu yang spesifik. Dengan adanya kemungkinan
seperti ini, pengguna harus berhati-hati apabila membandingkan angka-angka dari
berbagai pos yang dihasilkan oleh kondisi yang berlainan. Misalnya pengeluaran
untuk belanja obatobatan pada tahun lalu dengan tahun ini. Tahun lalu belum ada
imunisasi cacar sehingga banyak obat yang dikeluarkan untuk
puskesmas-puskesmas untuk merawat masyarakat yang terkena penyakit
tersebut. Tahun berjalan tidak ada serangan penyakit cacar lagi sehubungan
dengan adanya program imunisasi. Dengan contoh seperti ini dapat dilihat bahwa
dalam hal-hal tertentu angka-angka sangat dipengaruhi oleh situasi atau kondisi
yang bersifat musiman yang terjadi.
3. Pengaruh transaksi, peristiwa dan kejadian yang ekstrim atau luar biasa juga
harus dieliminasi supaya tidak meyesatkan. Sebagai contoh, pada suatu tahun
terjadi bencana alam sehingga terdapat pengeluaran belanja yang besar untuk
menangani bencana alam tersebut. Tahun-tahun sebelumnya tidak pernah terjadi
bencana alam. Terhadap peristiwa yang sedemikian ini pengaruhnya terhadap
angka-angka laporan keuangan harus dihilangkan supaya angkanya tidak
meyesatkan.
4. Membandingkan antar Laporan Keuangan harus memperhitungkan kesetaraan
satker dalam hal tupoksi, jenis, maupun besaran-besaran relatif lainnya. Misalkan,
apabila kita ingin membandingkan efektifitas kinerja dari dua buah satker di bawah
Kementerian Keuangan maka harus dipastikan keduanya merupakan satker di
bawah unit organisasi Eselon 1 yang sama, mempunyai tupoksi yang sejenis dan
bertipe sama seperti antara KPPN tipe A dengan KPPN tipe A lainnya, KPP
Pratama dengan KPP Pratama lainnya dan sebagainya. Sangat tidak masuk akal
untuk membandingkan dua satker yang tidak mempunyai kesetaraan sama sekali,
16
sehingga analisis yang dihasilkanpun kemungkinan besar akan sumir.
Pemilihan angka-angka yang menjadi tolok ukur harus dilaksanakan secara
hati-hati, terlebih lagi jika yang digunakan sebagai pembanding adalah laporan
keuangan. Misalnya laporan keuangan suatu kementerian negara/lembaga
dibandingkan dengan kementerian negara/lembaga lainnya. Permasalahan tidak
hanya terletak pada perbedaan berbagai kebijakan akuntansi tetapi kondisi dan
kemampuan keuangan yang mungkin sudah berbeda.
17
BAB IV
METODE DAN TEKNIK ANALISIS
A. METODE ANALISIS HORISONTAL DAN VERTIKAL
Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan membandingkan pos-pos yang
disajikan dalam laporan keuangan. Metode yang dapat digunakan ada dua, yaitu analisis
horisontal dan analisis vertikal.
Analisis horisontal dilaksanakan dengan membandingkan angka-angka dalam suatu
laporan keuangan kementerian negara/lembaga dengan kementerian negara/lembaga
lainnya, antara pemerintah dengan pemerintah lainnya atau laporan keuangan beberapa
tahun terakhir secara berurutan. Di dalam melaksanakan metode yang demikian
pengguna harus hati-hati bahwa yang berbeda tidak hanya kebijakan akuntansi tetapi bisa
jadi terdapat perbedaan-perbedaan lain yang lebih mendasar. Dengan adanya
perbedaanperbedaan tersebut pengguna harus hati-hati dalam memilih laporan keuangan
yang akan dijadikan sebagai pembanding agar tidak menghasilkan informasi yang
menyesatkan. Atau, sebelum melakukan analisis, pengguna harus mengeliminasi
perbedaan-perbedaan yang yang berpengaruh terhadap proses analisis.
Analisis vertikal dilakukan dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos
yang lain dalam laporan keuangan yang sama, misalnya berapa persen belanja pegawai,
belanja barang atau belanja modal dari keseluruhan belanja. Dalam analisis vertikal ini,
kasus dan masalah tidak serumit sebagaimana analisis horisontal karena yang dianalisis
adalah laporan keuangan dari suatu entitas atau kementerian negara/lembaga yang
sama.
B. TOLOK UKUR ATAU PEMBANDING
Evaluasi hasil analisis laporan keuangan akan dibandingkan dengan kriteria atau tolok
ukur yang ditetapkan. Tolok ukur yang dapat digunakan dalam melakukan analisis ini
antara lain:
1. Informasi internal dari kementerian negara/lembaga yang bersangkutan, berupa:
a. Rencana kerja dan anggaran atau dokumen lainnya; dan
b. Laporan keuangan periode sebelumnya.
2. Informasi eksternal, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan kementerian
negara/lembaga lainnya.
C. TEKNIK ANALISIS
Terdapat beberapa teknik analisis yang dapat digunakan oleh pengguna dalam
melakukan analisis terhadap laporan keuangan. Teknik analisis laporan keuangan
tersebut meliputi:
1. Analisis perubahan laporan keuangan
2. Analisis prosentase per komponen
3. Analisis tren
4. Analisis rasio
18
5. Analisis ketaatan terhadap peraturan
Teknik-teknik analisis tersebut mempunyai fokus yang berbeda. Oleh karena itu,
pengguna harus berhati-hati dalam memilih teknik yang akan digunakan. Setiap teknik
analisis tersebut dapat digunakan secara individual atau bersama-sama sehingga dapat
saling melengkapi untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif mengenai
kondisi suatu laporan keuangan kementerian negara/lembaga.
1. ANALISIS PERUBAHAN LAPORAN KEUANGAN
a. Pengertian
Analisis perubahan laporan keuangan adalah teknik analisis yang dilakukan dengan
memperbandingkan pos-pos yang sama dua laporan keuangan dengan periode yang
berlainan. Periode yang dipilih pada umumnya adalah dua periode yang berturut-turut.
Sebagai contoh, membandingkan pos Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang
diperoleh selama tahun 2010 dengan PNBP yang diperoleh selama tahun 2009. Pos
belanja pegawai tahun anggaran 2010 dibandingkan dengan belanja pegawai tahun
anggaran 2009.
b. Tujuan
Analisis perubahan laporan keuangan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
perubahan suatu pos dari periode yang satu ke periode yang lain. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui dampak dari adanya perubahan kebijakan, lingkungan, peraturan, prosedur
dan hal-hal lainnya yang terjadi di suatu kementerian negara/lembaga. Oleh karena itu,
perubahan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan tidak dibaca secara awam
hanya sekedar kenaikan atau penurunannya melainkan harus dikaitkan dengan berbagai
perubahan yang telah dilakukan oleh kementerian negara/lembaga dalam menjalankan
kegiatan pemerintahan.
Perubahan suatu pos diukur secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan dalam
kuantitatif diperoleh dengan menghitung naik/turunnya suatu pos dari periode ke periode
berikutnya. Selanjutnya, perubahan tersebut diukur secara kualitatif untuk mengetahui
tingkat signifakansi dari angka-angka tersebut. Pengukuran secara kualitatif pada umunya
dilakukan dengan menghitung porsentasi perubahan terhadap pos tersebut di periode
sebelumnya.
c. Ilustrasi
Sumber PNBP Satuan Kerja AAA hanya berasal dari sewa rumah dinas dan Pendapatan
Pendidikan. Pendapatan Pendidikan adalah pendapatan yang diperoleh Satuan Kerja
AAA dalam rangka pelaksanaan program-program pendidikan sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi Satuan Kerja tersebut. Dalam tahun anggaran 2010, Satuan Kerja AAA
mencanangkan program optimalisasi PNBP tersebut, dimulai dengan kegiatan pendataan
ulang pendapatan sewa rumah dinas dan tagihantagihan yang seharusnya diterima
Satuan Kerja tersebut. Optimalisasi juga dilaksanakan dengan penambahan frekuensi
promosi atas keunggulan program pendidikan yang disediakan oleh Satuan Kerja AAA.
Pada akhir tahun 2010, Satuan Kerja AAA ingin mengetahui sejauh mana peningkatan
PNBP Satuan Kerja tersebut sehubungan dengan program yang telah dicanangkan.
19
Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari program tersebut, dapat dilakukan dengan
cara membandingkan antara PNBP tahun 2010 dengan tahun 2009. ilustrasi
perhitungannya sebagai berikut:
Apabila berbagai faktor yang berpengaruh terhadap PNBP tidak mengalami perubahan,
misalnya Satuan Kerja AAA pada tahun 2010 hanya mendapatkan PNBP dari sewa rumah
dinas dan Pendapatan Pendidikan, maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
pendataan ulang dan promosi program yang dikelola Satuan Kerja AAA ternyata
menghasilkan kenaikan PNBP sebesar Rp2.000 (12.000-10.000) atau sebesar 20%
((2.000/10.000)x100) dari PNBP tahun sebelumnya. Informasi ini tentunya diharapkan
juga mempunyai predictive value bagi jajaran manajemen pemerintah untuk
memperkirakan apa yang akan terjadi terhadap PNBP sehubungan dengan
program-program yang akan dilakukan di tahun-tahun mendatang.
Namun apabila terdapat unsur di luar sewa rumah dinas dan Pendapatan Pendidikan
yang bersifat tidak biasa yang mempengaruhi PNBP Satuan Kerja AAA maka
pendapatan dari unsur yang tidak biasa tersebut harus dikeluarkan dalam analisis.
Misalnya pada tahun 2010, PNBP Satuan Kerja AAA sebesar berasal dari:
*) Pendapatan ini berasal dari hasil lelang aset yang rusak dan sudah dihapuskan Satuan
Kerja AAA oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKN-L) dan
diperkirakan tidak akan terjadi pada tahun-tahun selanjutnya.
Akibat adanya transaksi yang tidak biasa tersebut, pendapatan yang berasal dari
penjualan aset yang berlebihan/rusak harus dikeluarkan dari unsur PNBP dalam
melakukan analisis perubahan pendapatan. Dengan demikian kenaikan PNBP sebagai
akibat program Satuan Kerja AAA sebesar Rp500 (Rp10.500-Rp10.000) atau sebesar 5%
((500/10.000)x100%). Hasil analisis ini selanjutnya dapat digunakan oleh manajemen
dalam hal ini adalah Satuan Kerja AAA untuk melakukan langkah-langkah peningkatan
PNBP, misalnya melalui intensifikasi penggunaan Balai Pendidikan dan Pelatihan yang
dimiliki, peningkatan mutu pendidikan yang disediakan dan promosi yang lebih gencar.
Ilustrasi yang lain analisis perubahan antara realisasi anggaran tahun 2010 dengan 2009
disajikan sebagai berikut:
20
Keterangan:
Dari sajian data di atas dapat diambil beberapa poin penting yang dapat dijadikan
sebagai kesimpulan yaitu:
• Pendapatan Negara Bukan Pajak Satuan Kerja BBB mengalami kenaikan 54,77%;
• Belanja Satuan Kerja BBB secara keseluruhan meningkat secara rata-rata 44,71%.
Berdasarkan teknik analisis yang sama untuk seluruh Satuan Kerja Kementerian ZZZ
diperoleh data sebagai berikut:
PERUBAHAN PNBP PER SATUAN KERJA KEMENTERIAN ZZZ
Dari data di atas dapat dilakukan analisis perubahan laporan keuangan metode horisontal
sebagai berikut:
Dengan asumsi bahwa terdapat kesetaraan antar Satuan Kerja dalam Kementerian ZZZ,
Satuan kerja BBB mengalami perubahan kenaikan pendapatan dengan prosentase paling
tinggi dibanding Satuan Kerja yang lain dalam Kementerian ZZZ. Dari hasil analisis dapat
disimpulkan bahwa kinerja Pendapatan Negara Bukan Pajak Satuan Kerja BBB paling
baik di antara Satuan Kerja dalam Kementerian ZZZ.
2. ANALISIS PERSENTASE PER KOMPONEN
a. Pengertian
Analisis persentase per komponen merupakan suatu teknik analisis yang
dilakukan dengan membandingkan antara suatu pos terhadap totalnya dalam laporan
keuangan yang sama. Jadi analisis ini merupakan analisis vertikal dalam suatu laporan
keuangan. Sebagai contoh:
21
• belanja gaji dibandingkan dengan total belanja pegawai
• belanja pegawai dibandingkan dengan total belanja
• pendapatan pajak dibandingkan dengan total pendapatan negara
b. Tujuan
Analisis prosentase per komponen dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
besar kontribusi suatu pos dalam bentuk angka total. Dengan diperolehnya angka ini,
pengguna dapat mengukur besarnya pengaruh pos tersebut bagi kementerian
negara/lembaga. Dengan demikian besaran angka ini seharusnya digunakan sebagai
dasar mengarahkan, mengalokasikan, dan mengendalikan sumber daya yang dimiliki
suatu kementerian negara/lembaga untuk menghasilkan output yang optimal bagi
kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.
Di samping itu fakta ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menggali
berbagai potensi-potensi yang dapat dikembangkan. Jadi, informasi ini dapat memberikan
umpan balik, baik untuk perencanaan, penganggaran, pengalokasian, maupun
pengendalian sumber daya yang dimiliki suatu kementerian negara/lembaga.
c. Ilustrasi
Belanja pegawai selama satu tahun anggaran Rp73.252.287. Dari jumlah tersebut
ternyata besarnya gaji Rp35.000.000, honorarium Rp38.000.000 dan lainnya Rp252.287.
Angka ini memperlihatkan bahwa besarnya gaji kurang dari 50%, sedangkan honorarium
mencapai lebih dari 50%. Angka yang demikian sudah memberikan sinyal adanya
kelemahan atau kesalahan dalam pemberdayaan sumber daya manusia.
Dengan mengambil data pada halaman 18, di atas, beberapa analisis prosentase per
komponen pada tahun yang bersangkutan sebagai berikut:
Berdasarkan teknik analisis yang sama untuk seluruh Satuan Kerja Kementerian
ZZZ misalnya diperoleh data sebagai berikut:
22
Belanja Barang per Satuan Kerja
Apabila diasumsikan bahwa ketiga Satuan Kerja AAA, BBB, CCC dari Kementerian
ZZZ mempunyai jenis/tipe kantor yang sama dengan jumlah pegawai yang relatif
sama, dan kegiatan yang relatif sama maka dapat dikatakan bahwa Satuan Kerja BBB
dapat melakukan penghematan atau efisiensi dalam belanja barang dibanding Satuan
Kerja yang lain. Bila digambarkan dengan tabel, komposisi Belanja Barang per Satuan
Kerja adalah sebagai berikut:
3. ANALISIS TREN
a. Pengertian
Analisis tren merupakan salah satu teknik analisis yang dilakukan dengan
membandingkan pos-pos yang sama dari beberapa periode yang berurutan (time series
data). Teknik ini membutuhkan data dari sejumlah periode yang relatif panjang agar
dapat memperoleh gambaran yang lebih baik dalam mempelajari perilaku pos tersebut
selama beberapa periode. Periode lima tahun pada umumnya dianggap cukup untuk
melakukan analisis tren ini.
Dalam melakukan analisis tren ini, angka-angka yang dibandingkan ke angka
suatu tahun, yang dikenal sebagai tahun dasar. Oleh karena itu, pengguna harus
menetapkan tahun yang dipilih sebagai tahun dasar. Tahun dasar pada umumnya dipilih
suatu tahun dimana kondisi ekonomi, sosial, politik, dan keamanan relatif stabil, tidak
terjadi berbagai macam gejolak, sehingga angka-angka yang tersaji dalam laporan
keuangan realistis dan wajar karena tidak ada distorsi-distorsi yang mengganggu dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
23
b. Tujuan
Analisis tren ini dimaksudkan untuk memahami arah atau kecenderungan suatu
pos dari waktu ke waktu. Angka-angka yang tersaji dalam laporan setiap tahunnya
merupakan potret atau rekaman fakta yang terjadi dalam suatu tahun dengan kebijakan,
situasi, dan kondisi tertentu.
Apabila arah kecenderungan ini dapat dipahami maka lama-kelamaan pengguna
dapat memahami perilaku pos-pos tersebut sehingga akan sangat membantu mereka
dalam proses pengambilan keputusan untuk masa-masa yang akan datang.
Dalam memahami informasi ini, seyogyanya pengguna melakukan analisis
terhadap sekelompok perkiraan terkait karena pada umunya pos-pos terkait ini
mempunyai perilaku yang sejalan. Oleh karena itu bilamana ada pos-pos yang trennya
meyimpang padahal seharusnya mempunyai tren yang sama, hal ini juga memberikan
sinyal bahwa ada sesuatu yang kurang tepat pada pos tersebut. Apabila sinyal ini
diperoleh maka pengguna akan meneliti lebih lanjut sesuai kepentingan masing-masing.
Bagi jajaran internal manajemen yang bersangkutan dapat melakukan analisis lebih
lanjut untuk meneliti penyebabnya supaya dapat memperoleh jalan keluar yang tepat
untuk mengatasi masalah tersebut.
c. Ilustrasi
Berikut ini data yang diperoleh dari laporan keuangan Satuan Kerja CCC dari
tahun 2005 sampai dengan 2009.
Apabila tahun 2005 dipilih sebagai tahun dasar karena berbagai pertimbangan
maka angka pada tahun tersebut diberikan nilai 100. Angka angka pada tahun berikutnya
dibandingkan dengan tahun dasar sehingga diperoleh tren selama lima tahun untuk
setiap pos. Pendapatan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) pada ilustrasi di atas adalah
pendapatan yang diperoleh sebagai akibat adanya tuntutan Satuan Kerja terhadap
pegawai yang karena kelalaiannya menghilangkan aset negara. Karena kelalaiannya,
maka pegawai tersebut harus membayar sejumlah uang kepada negara sebagai
pengganti aset yang hilang. Karena sifat dari Pendapatan TGR untuk Satuan Kerja ini
tidak terjadi terus menerus dan bukan pendapatan yang diperoleh karena kegiatan
operasional utama (tidak biasa), maka pendapatan ini harus dikeluarkan dari analisis
untuk mendapatkan informasi yang tepat.
24
Tren dari angka-angka tersebut adalah sebagai berikut:
Berikut ini ilustrasi tren dalam bentuk grafik atas pendapatan tersebut.
Dari gambar di atas pengguna dapat memanfaatkannya untuk memprediksi
kondisi yang akan terjadi di masa mendatang sehubungan dengan adanya
perubahan-perubahan atau rencana yang akan dilakukan oleh pemerintah atau dalam
lingkup yang lebih kecil yaitu Satuan Kerja CCC.
4. ANALISIS RASIO
a. Pengertian
Analisis rasio merupakan teknik analisis yang dilakukan dengan membandingkan
pos yang satu dengan pos yang lain dalam laporan keuangan yang sama. Rasio-rasio
yang diperoleh selanjutnya akan dibandingkan dengan rasio yang sama di kementerian
negara/lembaga yang bersangkutan untuk periode yang berlainan atau akan
dibandingkan dengan rasio pos yang sama dari kementerian negara/lembaga lainnya
Rasio ini dapat dikembangkan sebanyak yang diinginkan. Rasio ini mudah
dihitungnya dan bilamana pengguna mampu membaca angka-angka rasio ini dengan baik
serta menggabungkannya dengan informasi yang ada dalam catatan atas laporan
keuangan serta informasi lainnya akan banyak membantu pengguna dalam pengambilan
keputusan. Jenis-jenis rasio meliputi:
• Rasio neraca
• Rasio laporan realisasi anggaran
b. Tujuan
Analisis rasio lazimnya digunakan untuk mengetahui likuiditas, solvabilitas,
efisiensi serta kemampuan suatu organisasi dalam memperoleh hasil untuk membiayai
25
pengeluarannya.
Rasio yang berlaku di pemerintahan tentunya berbeda dengan rasio yang berada
di lingkungan organisasi komersial karena tujuan organisasi pemerintah berbeda dengan
perusahaan komersial. Oleh karena itu cara mengembangkan jenis rasio maupun cara
menganalisisnya tentu harus dikaitkan dengan hakekat organisasi pemerintah.
c. Ilustrasi
Rasio likuiditas dapat dihitung dengan membandingkan antara total aset lancar
dengan hutang lancar dalam neraca. Sebagai contoh, pemerintah mempunyai total aset
lancar sebesar Rp45.000 dan total hutang lancar sebesar Rp30.000 maka rasio likuiditas
pemerintah 45.000 : 30.000 = 1,33
Apabila rasio tersebut lebih besar dari 1 mencerminkan bahwa total aset lancar
mencukupi untuk pembayaran hutang jangka pendek. Namun angka ini tidak mutlak
berarti demikian. Sifat seperti ini tidak mutlak berlaku di bidang pemerintahan.
Pembayaran hutang tidak tergantung sepenuhnya pada aset lancar atau sumber daya
yang dimiliki. Terdapat sumber dana yang berasal dari pungutan masyarakat tanpa
imbalan secara langsung misalnya pajak. Oleh karena itu semua informasi ini harus
digunakan secara bersama-sama dengan informasi lainnya.
Dari rasio ini sebenarnya pengguna juga dapat melihat kemampuan pemerintah
untuk mendanai kebutuhannya. Semakin besar rasionya berarti semakin besar
kemampuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan.
Rasio solvabilitas dapat dihitung dengan membandingkan total aset dan total
hutang. Sebagai contoh, pemerintah mempunyai total aset sebesar Rp1.525.000 dan total
hutang hutang sebesar Rp335.000 maka rasio solvabilitas 1.525.000 : 335.000 = 4,5.
Apabila rasionya lebih besar dari 1 berarti asetnya masih lebih besar dari hutang.
Dalam analisis ini pengguna harus hati-hati karena sebagian besar aset pemerintah pada
umumnya berupa aset tetap yang dinilai dengan harga perolehan.
Oleh karena itu bilamana menghendaki data yang lebih akurat, aset tetap tersebut
seyogyanya dinilai dengan nilai pasar yang wajar saat dilakukan penilaian.
Apabila pemerintah mencari pinjaman pada umumnya digunakan untuk
membiayai perolehan aset tetap, misalnya membangun gedung, membeli peralatan,
membangun jalan, irigasi dan jaringan. Dengan membandingkan antara total aset tetap
dengan total hutang mencerminkan seberapa besar pemerintah membiayai aset tetapnya
dari hutang dan seberapa besar membiayainya dari ekuitas dana pemerintah.
Apabila ekuitas dananya negatif berarti utang pemerintah lebih besar dari total
aset yang dimiliki. Sebaliknya bila ekuitas dana positif mencerminkan hutangnya lebih
kecil dari total aset. Informasi seperti ini banyak digunakan investor dan kreditur untuk
mengukur kemampuan pemerintah untuk membayar kembali pokok hutang dan
bunganya.
26
Kemampuan pemerintah untuk membayar bunga dapat dihitung dari pendapatan
dibagi dengan tingkat bunga. Semakin besar rasionya berarti semakin besar kemampuan
pemerintah untuk membayar bunga atas pinjaman yang diterima.
Selanjutnya perlu disadari bahwa aset pemerintah banyak yang tertanam dalam
prasarana seperti jalan, jembatan, dan lain-lain yang tidak dapat dijadikan jaminan atau
dijual dalam rangka pelunasan pinjaman. Jadi angka-angka rasio hanyalah merupakan
sinyal bagi pengguna tentang kondisi keuangan pemerintah yang harus dilengkapi
dengan informasi lainnya.
Rasio realisasi anggaran yang dominan pada umumnya adalah perbandingan
angka realisasi terhadap anggarannya. Rasio jenis ini sering disebut rasio varians
(selisih). Angka ini mencerminkan pencapaian target selama satu tahun anggaran. Yang
perlu diperhatikan adalah angka ini hanya indikator keuangan. Untuk mengukur kinerja
pemerintah tidak cukup hanya melihat pencapaian target keuangan tetapi harus
memperhatikan output yang dihasilkan. Total penyerapan dana dibagi dengan output
menghasilkan biaya standar. Hal penting yang harus diingat dan selalu digunakan
bersama-sama dalam mengukur kinerja pemerintah adalah standar pelayanan minimal.
Apabila dapat diketahui berapa biaya standar per obyek dengan tingkat kualitas
pelayanan tertentu maka kombinasi ini sangat membantu untuk mengukur kinerja
keuangan maupun kinerja pelayanan di lingkungan pemerintah atau kementerian
negara/lembaga.
Biaya standar ini akan dibandingkan dengan biaya yang ditetapkan pada saat
penyusunan anggaran. Dengan demikian dapat diketahui tingkat efisiensi dalam
pengelolaan anggaran. Selanjutnya hasil yang dicapai dibandingkan dengan target yang
ditetapkan. Tingkat pencapaian target ini mencerminkan tingkat efektifitas pemerintah
dalam menghasilkan output.
Disamping membandingkan antara realisasi terhadap anggaran, pengguna dapat
melakukan analisis tentang kemampuan pemerintah untuk membiayai pengeluarannya
dari pendapatan yang diterimanya. Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
ini antara lain :
• Total pendapatan dalam negeri/total belanja
• Total pendapatan dalam negeri/total belanja operasi
• Pendapatan/total belanja
Berbagai informasi atau perhitungan yang dilakukan tersebut selanjutnya
digabungkan dengan strategi/kebijakan/sistem dan prosedur dalam pelaksanaan program
dan kegiatan pemerintah serta kendala/hambatan yang dihadapi sehingga pengguna
dapat memperoleh gambaran yang utuh tentang kinerja keuangan.
Disamping analisis kuantitatif sebagaimana telah diuraikan di atas, informasi
tentang aset yang tersedia dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah
dalam memberikan pelayanan. Informasi untuk memenuhi kebutuhan ini pada umumnya
dapat dilihat di catatan atas laporan keuangan atau informasi tambahan, misalnya
banyaknya item, kondisi, penguasaan dan umur. Berdasarkan ini akan dapat diketahui
apakah di pemerintah tersedia sarana dan prasarana yang cukup untuk melaksanakan
program dan kegiatan pemerintah.
27
Analisis rasio berdasarkan neraca disajikan sebagai berikut:
5. ANALISIS KETAATAN TERHADAP PERATURAN
a. Pengertian
Laporan keuangan pemerintah merupakan sarana pertanggungjawaban atas pengelolaan
keuangan negara yang setiap tahunnya ditetapkan dengan undangundang. Berhubung
anggaran dan realisasinya selalu diatur dalam peraturan perundang-perundangan.
Di dalam peraturan perundang-undangan terdapat berbagai macam ketentuan, antara
lain:
i) pendapatan dan belanja diatur dalam undang-undang APBN
ii) prinsip prealabel, yaitu anggaran harus disahkan sebelum ada penggunaan
28
iii) prinsip universalitas, yaitu semua jenis pengeluaran harus dicantumkan dalam
anggaran
iv) prinsip spesialitas, yaitu anggaran yang telah disediakan dalam mata anggaran
pengeluaran tertentu tidak diperkenankan untuk digeser
v) prinsip periodisitas, yaitu laporan disusun secara
berkala sesuai dengan peraturan
vi) asas bruto, yaitu tidak diperbolehkan adanya
offsetting antara pendpatan dan beban
vii) anggaran belanja merupakan plafon
viii) pelaksanaan anggaran sesuai dengan pedoman yang mengatur pelaksanaan
anggaran Semua ini harus dipelajari secara cermat dalam rangka memastikan
bahwa peraturan-peraturan telah ditaati.
b. Tujuan
Tujuan analisis ini terutama difokuskan untuk mayakini bahwa semua peraturan
perundang-undangan telah dipatuhi. Untuk meyakini apakah peraturanperaturan telah
dipatuhi, tidak setiap pangguna mampu menelaah dan menganalisis sendiri. Pengguna
pada umumnya tidak memiliki informasi yang cukup serta pengetahuan yang memadai
untuk mengetahui hal tersebut. Oleh karena itu dalam laporan keuangan harus diaudit
oleh auditor independen untuk meyakini kewajarannya. Hasil audit ini akan dimasukkan
dalam laporan keuangan disertai tanggapan pemerintah atas hasil audit atau
temuan-temuan yang berupa kesalahan, penyimpangan, dan kelemahan yang ada.
c. Ilustrasi
Sebagai contoh sederhana untuk mengetahui apakah plafon anggaran terlampaui,
laporan realisasi anggaran disajikan dengan membandingkan antara anggaran dan
realisasi. Dengan demikian setiap jenis belanja dapat dikendalikan dan bilamana terdapat
belanja yang melebihi plafon langsung dapat diketahui. Untuk meyakini bahwa semua
pengeluaran dimuat dalam anggaran, bisa dibandingkan antara mata anggaran yang ada
dengan realisasi belanja. Anggaran umurnya hanya satu tahun, maka mestinya per 31
Desember semua tagihan pihak ketiga (tagihan belanja) per 31 Desember telah dibayar.
Semua pendapatan dipungut berdasarkan peraturan yang berlaku. Untuk itu dapat
dibandingkan antara peraturan dengan jenis penerimaan pendapatan yang diterima.
Berikut disajikan analisis horizontal antara anggaran dengan realisasi tahun 2009.
29
Keterangan:
1) Analisis kepatuhan terhadap pendapatan cenderung untuk memenuhi target
besaran pendapatan yang telah ditetapkan pada periode yang bersangkutan.
Apabila pendapatan melebih target secara signifikan, maka penyusunan
anggaran kurang realistis.
2) Analisis kepatuhan terhadap belanja, di mana realisasi tidak melebihi pagu
yang ditetapkan.
30
BAB V
TELAAH LAPORAN KEUANGAN
SATUAN KERJA
A. TUJUAN
Telaah laporan keuangan satuan kerja dilakukan dengan tujuan, antara lain untuk:
1. Mengetahui validitas dari tiap pos yang disajikan dalam laporan keuangan satu periode; dan
2. Menguji kesesuaian pos-pos Neraca dan LRA yang memiliki keterkaitan satu sama lain, yang
disajikan dalam laporan keuangan satu periode.
3. Memastikan penyajian laporan keuangan telah sesuai dengan pedoman penyusunan
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
B. TEKNIK TELAAH
Telaah laporan keuangan satuan kerja dilakukan terhadap Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) suatu periode yang lebih difokuskan untuk mengetahui
validitas suatu laporan keuangan, sehingga teknik yang diterapkan antara lain ditujukan untuk
mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang potensial terjadi pada laporan keuangan sebagai
akibat dari kesalahan pada saat proses penyajian laporan keuangan.
1. Telaah Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan keuangan
pemerintah yang menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara
tersanding untuk suatu periode tertentu.
Laporan Realisasi Anggaran meliputi:
1. Laporan Realisasi Anggaran Belanja
2. Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Belanja
3. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Hibah
4. Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Pendapatan dan Hibah
a. Laporan Realisasi Anggaran Belanja
Laporan Realisasi Anggaran Belanja adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi
belanja yang dibandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
Analisis/telaah yang dilakukan terhadap LRA Belanja antara lain :
1. Analisis/telaah terhadap pagu
a) Pastikan jumlah kolom anggaran semula pada LRA Belanja sesuai dengan DIPA awal;
b) Pastikan jumlah kolom anggaran setelah revisi pada LRA Belanja sesuai dengan
Laporan Hasil Rekonsiliasi (LHR) Pagu bulan terakhir;
c) Pastikan tidak ada pagu dengan nilai minus pada LRA Belanja.
2. Analisis/telaah terhadap realisasi belanja
a) Pastikan jumlah realisasi belanja s.d bulan ini sesuai dengan LHR Belanja
b) Pastikan tidak ada realisasi belanja tanpa pagu kecuali transaksi non kas yang
berasal dari Persetujuan Memo Pencatatan Hibah Langsung Bentuk
Barang/Jasa/Surat Berharga (Persetujuan MPHL-BJS)
31
c) Pastikan tidak ada realisasi melebihi pagu
Pastikan tidak ada realisasi belanja tanpa pagu kecuali untuk transaksi non kas yang
berasal dari Persetujuan Memo Pencatatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat
Berharga (Persetujuan MPHL-BJS).
3. Analisis/telaah terhadap pengembalian belanja
Pastikan tidak ada pengembalian belanja yang tidak sejajar dengan belanjanya.
Yang dimaksud dengan pengembalian belanja yang tidak sejajar dengan belanjanya
adalah kondisi dimana posisi pengembalian belanja dalam LRA Belanja berdiri sendiri,
tidak disertai dengan anggaran dan realisasinya. Padahal pengembalian belanja tersebut
diakibatkan adanya realisasi yang melebihi seharusnya, disetor ke kas negara, sehingga
seharusnya dalam LRA Belanja pengembalian tersebut posisinya sejajar dengan
belanjanya. Atas pengembalian belanja ini juga tersaji dalam LRA Pengembalian Belanja.
b. Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Belanja
Laporan Realisasi Pengembalian Belanja adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi
pengembalian belanja dalam satu periode.
Analisis/telaah terhadap LRA Pengembalian Belanja antara lain:
1. Pastikan jumlah pengembalian belanja s.d bulan ini sesuai dengan Laporan Hasil
Rekonsiliasi (LHR) Pengembalian Belanja bulan terakhir.
2. Telaah kewajaran akun dan jumlah rupiah.
c. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah
Laporan Realisasi Pendapatan adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi
pendapatan dibandingkan dengan estimasinya dalam satu periode.
Analisis/telaah terhadap LRA Pendapatan dan Hibah antara lain:
1. Pastikan jumlah realisasi pendapatan sampai dengan bulan ini sesuai dengan LHR
Pendapatan dan Hibah
2. Pastikan tidak ada akun pendapatan yang tidak sesuai tuga dan fungsi satker. Misal, pada
LHR Pendapatan dan Hibah satker Kanwil DJPB terdapat Pendapatan Jasa Pelayanan
Rumah Sakit.
d. Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah
Laporan Realisasi Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah adalah laporan yang
menyajikan realisasi pengembalian pendapatan dalam satu periode.
Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah yang biasa terjadi pada satuan kerja antara lain:
1. Pengembalian atas kelebihan setoran pajak oleh wajib pajak.
a. Atas pengembalian tersebut diajukan oleh satker Direktorat Jenderal Pajak / Bea Cukai
melalui SPM Pengembalian Pajak
b. Menggunakan akun yang sama dengan realisasi pendapatannya, baik atas setoran pajak
tahun berjalan maupun tahun anggaran yang lalu.
2. Pengembalian atas kelebihan setoran PNBP yang telah disetor ke Rekening Kas Negara
dengan SSBP maupun melalui potongan SPM.
a. Pengembalian dimaksud bisa disebabkan karena kelebihan setor, kesalahan penyetoran,
maupun kelebihan dan kesalahan pemotongan pada SPM.
32
b. Pengembalian dilakukan dengan penerbitan SPM Pengembalian PNBP oleh Kuasa
Pengguna Anggaran. Bagi Departemen/Lembaga/Satker yang tidak memiliki DIPA, maka
yang menerbitkan SPM Pengembalian PNBP adalah KPPN.
c. Tatacara pengembalian diatur dalam Surat Edaran Dirjen. Perbendaharan nomor
SE-37/PB/2005 tentang Tatacara Pembayaran Imbalan Jasa Perbendaharaan kepada
PT Pos Indonesia, Pengembalian Penerimaaan Perhitungan Fihak Ketiga kepada Perum
Bulog, dan Pengembalian atas PNBP.
Menggunakan akun yang sama dengan realisasi pendapatannya, baik atas setoran PNBP tahun
berjalan maupun tahun anggaran yang lalu.
Analisis/telaah terhadap LRA Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah antara lain:
a. Pastikan jumlah pengembalian pendapatan dan hibah s.d bulan ini sesuai dengan Laporan
Hasil Rekonsiliasi (LHR) Pengembalian pendapatan dan hibah bulan terakhir.
b. Jika jumlah tidak sama, cocokkan dengan dokumen sumber, perbaiki perekaman dalam
aplikasi SAKPA kemudian posting ulang.
Pastikan ketepatan/kewajaran akun sesuai dengan tugas dan fungsi satker
Dalam melakukan telaah terhadap Laporan Realisasi Anggaran, perlu dilakukan
identifikasi kesalahan yang sering terjadi dalam pangoperasian aplikasi SAK, antara lain:
a. Kesalahan Input Kode Jenis Satker.
Misalnya: suatu instansi pusat tetapi mencantumkan kode jenis satker KD ( Kantor Daerah).
Indikasi atas kesalahan ini tidak terlihat pada sisa anggaran yang bernilai negatif, kesalahan
ini hanya dapat didentifikasi ketika dilakukan verifikasi laporan keuangan sehingga terlihat
jelas perbedaan jenis satker pada dokumen DIPA dan SPM/SP2D dengan jenis satker yang
tertera pada laporan.
b. Kesalahan Input Kode Sumber Dana (SD) dan Cara Penarikan (CP).
Hal ini diindikasikan dengan adanya pagu dana yang kosong (nol) tetapi memiliki realisasi
belanja.
c. Kesalahan Input Kode Program, Kegiatan, Output dan Kesalahan Pembebanan.
Hal ini diindikasikan dengan adanya realisasi belanja yang melebihi pagu dana sehingga sisa
anggaran bernilai negatif.
d. Kesalahan perekaman kode akun belanja dan revisi DIPA.
Hal ini diindikasikan dengan adanya realisasi belanja yang melebihi pagu dana sehingga sisa
anggaran bernilai negatif.
Dalam melakukan telaah Pendapatan, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Realisasi pendapatan tidak melihat apakah ada anggarannya atau tidak
b. Pendapatan suatu kementerian negara/lembaga merupakan pendapatan yang wajar diterima
oleh K/L yang bersangkutan sesuai dengan TUPOKSI, yaitu:
(1) Pendapatan Pajak, terdapat pada Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai
(2) PNBP Umum (sesuai PP. no 22 tahun 1997), dalam bentuk:
Penerimaan kembali belanja TAYL (Pendapatan Lain-lain)
Penerimaan hasil penjualan barang/kekayaan negara
Penerimaan hasil penyewaan barang/kekayaan negara
Penerimaan hasil penyimpanan uang negara (jasa giro)
Penerimaan ganti rugi atas kerugian Negara (Tuntutan Ganti Rugi dan Tuntutan
Perbendaharaan)
Penerimaan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah
33
Penerimaan dari hasil penjualan dokumen lelang
(3) PNBP Khusus
PNBP yang pelaksanaan pemungutannya hanya dilakukan oleh Kementerian Negara/
Lembaga tertentu yang mengacu kepada tugas pokok dan fungsi masing-masing
Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.
(4) Pendapatan Hibah
Bisa ada di semua K/L, dalam bentuk hibah uang, barang, dan jasa, tetapi dalam
pelaporannya hanya ada di Kementerian Keuangan.
Pelaporan hibah pada laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga hanya
dikaitkan dengan realisasi belanja yang bersumber dana dari ibah.
Dilaporkan di Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan diungkapkan dalam
CaLK.
Dalam melakukan validasi Belanja, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Apakah masih ada kode fungsi, sub fungsi dan program yang belum mempunyai uraian
maupun yang salah.
b. Identifikasi kode dan uraiannya;
c. Apakah realisasi tidak melebihi anggaran, yang ditandai dengan adanya nilai minus atau
angka dalam kurung (kecuali untuk belanja pegawai);
d. Pastikan ketepatan penggunaan kode akun sesuai dengan BAS
2. Telaah Neraca
Neraca adalah bagian dari Laporan Keuangan yang menggambarkan posisi keuangan mengenai
aset, kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
analisis/telaah terhadap neraca sbb :
A. Saldo Awal
B. Aset Lancar
C. Aset Tetap
D. Aset Lainnya
E. Kewajiban
F. Ekuitas Dana
A. Saldo Awal
Pada dasarnya pengambilan saldo awal membawa baik data realisasi anggaran maupun neraca,
sehingga jika telah melakukan pengambilan saldo awal LRA maka saldo awal neraca juga
otomatis terbawa. Analisis/telaah yang dilakukan terhadap Neraca komparatif adalah
memastikan kesesuaian saldo awal dengan saldo audited tahun sebelumnya. Jika saldo awal
neraca sudah terbawa, ditandai dengan telah terisinya data neraca tahun anggaran
sebelumnya.
B. Aset Lancar
1. Kas di Bendahara Pengeluaran
Akun Kas di Bendahara Pengeluaran mencerminkan jumlah Uang Persediaan (UP) yang ada
pada Bendahara Pengeluaran. Setiap bulan harus dilakukan rekonsiliasi internal mengenai
jumlah saldo Uang Persediaan dengan UAKPA yang hasilnya harus dituangkan dalam LPJ
Bendahara Pengeluaran. Hal-hal yang harus dianalisis/telaah adalah sebagai berikut:
34
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran = (Saldo UP + TUP) – (Pengembalian UP +
SPM/SP2D GUP)
Pada akhir tahun seluruh sisa uang persediaan harus disetorkan ke Kas Negara sehingga
saldo Kas di Bendahara Pengeluaran = NIHIL
Untuk mengetahui validitas penyajian Neraca, diperlukan pengujian terhadap pos-pos
neraca dengan teknik analisis sebagai berikut:
Kas di Bendahara Pengeluaran
Pada saat akhir tahun anggaran, saldo Kas di Bendahara Pengeluaran harus
berjumlah nol. Akan tetapi sering kali saldo Kas di Bendahara Pengeluaran
berjumlah tidak sama dengan nol atau bahkan minus (negatif).
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran dapat disebabkan:
SPM/SP2D UP/TUP, SPM/SP2D GU Nihil, SSBC Pengembalian UP masih ada yang
belum direkam. Kesalahan penggunaan BAS Pengembalian UP.
Terjadi kekurangan/kelebihan setor sisa Uang persediaan di akhir tahun.
Transaksi yang mempengaruhi saldo Kas di Bendahara Pengeluaran adalah seperti dalam
table berikut :
BAS Uraian Akun Dr Cr
825111 Pengeluaran Uang Persediaan Dana Rupiah √
825112 Pengeluaran Uang Persediaan Dana
Pinjaman/Hibah Luar Negeri
√
825113 Pengeluaran Uang Persediaan Pengguna PNBP
(Swadana)
√
815111 Penerimaan Pengembalian Uang Persediaan Dana
Rupiah
√
815112 Penerimaan Pengembalian Uang Persediaan Dana
Pinjaman/Hibah Luar Negeri
√
815113 Penerimaan Pengembalian Uang Persediaan
Pengguna PNBP (Swadana)
√
815114 Penerimaan Pengembalian Uang Persediaan
Tahun Anggaran Yang Lalu
√
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran di Neraca harus sama dengan Uang
Muka dari KPPN
2. Kas Lainnya dan Setara Kas
Akun Kas Lainnya dan Setara Kas adalah jumlah uang tunai dan saldo yang ada di dalam
rekening Bendahara Pengeluaran selain Uang Persediaan pada tanggal pelaporan. Hal-hal
yang harus ditelaah/dianalisis adalah sebagai berikut:
a. Petugas SAKPA harus menyajikan saldo Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran pada
Neraca setiap semester.
35
b. Dana selain Uang Persediaan seperti dimaksud di atas bisa berupa:
1) Bunga dan jasa giro rekening Bendahara Pengeluaran yang belum disetor ke kas
Negara (belum menerapkan Treasury National Pooling)
2) Pungutan pajak yang belum disetor
3) Pendapatan hibah langsung berupa uang yang ditampung di rekening Bendahara
Pengeluaran
4) Pengembalian Belanja yang belum disetor
5) Dana yang berasal dari SPM/SP2D LS kepada Bendahara Pengeluaran (misal : honor,
SPPD dll) yang belum dibayarkan
c. Jurnal standar untuk membukukan saldo kas selain Uang Persediaan tersebut adalah:
Jurnal untuk poin b. 1), 2), 4):
(D) 111821 Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran Rp. xxxxxxx
(K) 219611 Pendapatan yang Ditangguhkan Rp.xxxxxxx
Jurnal untuk poin b. 3):
(D) 111822 Kas Lainnya di K/L dari hibah Rp. xxxxxxx
(K) 311911 Ekuitas dana lancar lainnya dari hibah langsung Rp.xxxxxxx
Jurnal untuk poin b. 5):
(D) 111821 Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran Rp. xxxxxxx
(K) 212191 Utang kepada Pihak Ketiga Lainnya Rp.xxxxxxx
d. Dalam Neraca tampilan Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran adalah sebagai berikut :
Kas Lainnya dan Setara Kas (D)
Pendapatan yang Ditangguhkan (K) atau;
Utang Kepada Pihak Ketiga (K) atau;
Dinvestasikan dalam Aset Lainnya (K)
Kas Lainnya dan Setara Kas
Selain memegang kas Uang Persediaan, Bendahara Pengeluaran satuan kerja, biasanya juga
memegang kas selain Uang Persediaan, seperti:
1). Bunga jasa giro yang belum disetor ke kas negara
2). Pungutan pajak yang belum disetor ke kas negara
3). Penerimaan hibah langsung berupa kas (dalam/luar negeri)
4). Pengembalian belanja yang belum disetorkan ke kas negara
5). Belanja (gaji/honor) yang belum dibayarkan kepada yang berhak
Apabila pada tanggal pelaporan masih terdapat kas selain Uang Persediaan tersebut, maka
penyajian kas tersebut:
Saldo Kas Lainnya dan Setara Kas pada butir 1,2,3, dan 4 merupakan akun lawan dari
Pendapatan yang Ditangguhkan
Saldo Kas Lainnya dan Setara Kas pada butir 5 merupakan akun lawan dari Utang
kepada Pihak Ketiga
36
3. Kas di Bendahara Penerimaan
Akun Kas di Bendahara Penerimaan untuk mengakomodir apabila pada tanggal pelaporan
masih terdapat uang hasil penerimaan PNBP yang belum disetorkan ke kas Negara. Kondisi
ini harus dilaporkan dalam neraca setiap bulannya dan jika terjadi pada akhir semester I dan II
harus dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Kas di Bendahara Penerimaan
Untuk satuan kerja yang mempunyai tugas fungsional pemungut Pendapatan Negara Bukan
Pajak (PNBP), bila pada tanggal Neraca masih terdapat PNBP yang belum disetor ke kas
negara oleh Bendahara Penerimaan maka nilai yang belum disetor tersebut sajikan dalam
neraca pada akun Kas di Bendahara Penerimaan.
Saldo Kas di Bendahara Penerimaan di Neraca harussama dengan Saldo
Pendapatan yang Ditangguhkan
Apabila Bendahara Pengeluaran pada satuan kerja tersebut memegang kas selain
Uang Persediaan (Lihat butir c. Kas Lainnya dan Setara Kas), maka saldo Kas di
Bendahara Penerimaan tidak harus sama dengan saldo Pendapatan yang
Ditangguhkan.
4. Piutang Negara Bukan Pajak
Kementerian Negara/Lembaga wajib menyelenggarakan penatausahaan dan akuntansi atas
piutang PNBP serta menyajikannya dalam laporan keuangan. Tata cara penatausahaan dan
akuntansi atas piutang PNBP agar berpedoman pada Peraturan Dirjen. Perbendaharaan
Nomor: PER-02/PB/2007 tentang Pedoman Penatusahaan dan Akuntansi Piutang PNBP;
PER-85/PB/2011 tentang Penatausahaan Piutang PNBP pada Satuan Kerja Kementerian
Negara/Lembaga dan PER-82/PB/2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak
Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga.
Dokumen sumber yang menjadi dasar penatausahaan piutang PNBP adalah sebagai berikut:
a. Perjanjian/kontrak piutang PNBP;
b. Surat Ketetapan dalam hal Piutang PNBP, Surat Ketetapan Tanggung Jawab Mutlak
(SKTJM);
c. SSBP dan bukti setoran lainnya
d. Surat Keputusan Penghapusan
e. Dokumen lain yang berkaitan dengan piutang PNBP
Pada saat Kementerian Negara/Lembaga menyajikan sejumlah piutang PNBP di neraca, ada
kemungkinan sebagian dari jumlah tersebut tidak dapat ditagih. Misal, ketika satker di
lingkungan kepolisian menyajikan piutang PNBP yang berasal dari denda pelanggaran lalu
lintas, 36tan jadi sebagian pelanggar lalu lintas memilih tidak menghadiri 36tanda atau
mengambil kembali STNK/SIM yang dijadikan jaminan. Artinya terdapat piutang PNBP yang
tidak dapat ditagih. Sesuai PER-82/PB/2011, agar piutang yang disajikan di neraca nilainya
sama dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan, perlu dilakukan penyisihan piutang tak
tertagih.
6 jenis pitang PNBP yang biasa dijumpai dalam Laporan Keuangan Kementerian Lembaga
adalah sbb :
1. Persekot Gaji (Uang Muka Gaji)
37
2. Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR)
3. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (TPA)
4. Pengembalian Belanja yang belum Disetor pada Akhir Periode Pelaporan
5. Penerimaan Pendapatan yang belum Disetor pada Akhir Periode Pelaporan
6. Piutang PNBP Lainnya
1. Persekot Gaji (Uang Muka Gaji)
Persekot gaji adalah uang muka belanja yang dapat diajukan ke Kas Negara untuk diberikan
kepada pegawai yang dimutasi ke wilayah bayar KPPN lain. Pembayaran persekot gaji
menggunakan akun belanja pegawai dan pengembaliannya dapat dicicil maksimal 20 X.
Dengan terbitnya SPM/SP2D persekot gaji (uang muka belanja) akan timbul piutang dan
harus ditatausahakan serta disajikan dalam neraca.
2. Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR)
Akun neraca ini untuk mengakomodir saldo TP/TGR pada tanggal pelaporan. TP/TGR adalah
tagihan yang dikenakan kepada Pegawai Negeri Sipil yang karena kelalaiannya
mengakibatkan kerugian pada negara. Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
(TP/TGR) diakui pada saat terbitnya Surat Ketetapan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM).
TP/TGR disajikan dalam kelompok aset lainnya di neraca, tetapi Bagian Lancar TP/TGR
masuk dalam kelompok aset lancar. Bagian Lancar TP/TGR wajib diakui pada akhir tahun
sebesar jumlah piutang yang akan jatuh tempo pada tahun berikutnya. Sedangkan pada
periode semester I, Bagian Lancar TP/TGR diakui sebesar yang akan jatuh tempo sampai
dengan Desember tahun berjalan.
Atas pelunasan TP/TGR setiap bulannya menggunakan akun sebagai berikut:
423921 (Pendapatan Pelunasan Piutang Non Bendahara)
423922 Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi atas Kerugian yang Diderita Oleh Negara
(Masuk TP/TGR) Bendahara
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (TGR)
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi merupakan reklasifikasi tuntutan ganti rugi ke dalam asset
lancer disebabkan adanya tuntutan ganti rugi jangka panjang yang jatuh tempo tahun
berikutnya. Perlu dipastikan apakah masih ada saldo TGR, apabila ada perlu dipastikan juga
bahwa ada penggungkapan mengenai jangka waktu TGR tersebut dalam CaLK. Transaksi ini
dicatat berdasarkan jurnal neraca yang dihitung berdasarkan jumlah nilai TGR yang jatuh
tempo dua belas bulan sejak tanggal neraca. Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi dicatat
sebesar nilai nominal yaitu sejumlah rupiah Tuntutan Ganti Rugi yang akan diterima dalam
waktu satu tahun.
Akun Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi Mempunyai akun lawan Cadangan Piutang
Tuntutan Ganti Rugi
Tuntutan Ganti Rugi merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap pegawai negeri bukan
bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh
negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar
hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas
kewajibannya. Tuntutan ganti rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan
Tanggung Jawab Mutlak (SKTM). Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan
38
nilai tuntutan ganti rugi adalah surat keterangan tanggung jawab mutlak dan bukti setor ke kas
negara.
Akun Tuntutan Ganti Rugi merupakan lawan dari Akun Diinvestasikan dalam Aset
Lainnya
Telaah laporan keuangan satuan kerja juga dapat digunakan untuk menguji kesesuaian
pos-pos Neraca dan LRA yang memiliki keterkaitan satu sama lain, yang disajikan dalam
laporan keuangan satu periode, misalnya: korelasi antara penambahan Belanja Modal di LRA
dengan penambahan saldo Aset Tetap di Neraca.
3. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (TPA)
Akun neraca ini untuk mengakomodir saldo TPA pada tanggal pelaporan. TPA diakui pada
saat terbitnya dokumen sumber yang menjadi dasar melakukan penagihan. TPA disajikan
dalam kelompok aset lainnya di neraca tetapi Bagian Lancar TPA masuk dalam kelompok
aset lancar. Bagian Lancar TPA diakui pada saat akhir tahun sebesar jumlah piutang yang
akan jatuh tempo pada tahun berikutnya.
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran(TPA)
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Merupakan reklasifikasi tagihan penjualan
angsuran jangka panjang ke dalam piutang jangka pendek. Seluruh tagihan penjualan
angsuran yang jatuh tempo dalam kurun waktu satu tahun atau kurang diakui sebagai Bagian
Lancar Tagihan Penjualan Angsuran. Bagian lancer Tagihan penjualan angsuran dicatat
sebesar nilai nominal yaitu sejumlah tagihan penjualan angsuran yang harus diterima dalam
waktu satu tahun.
Akun Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran mempunyai akun lawan Akun
Cadangan Piutang
Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan Penjualan Angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset
pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah. Tagihan Penjualan Angsuran dinilai
sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah
dikuarangi dengan angsuran yang telah dibayarkan oleh pegawai ke kas negara atau daftar
saldo tagihan penjualan angsuran.
Akun Tagihan Penjualan Angsuran merupakan lawan dari Akun Diinvestasikan
dalam Aset Lainnya
4. Pengembalian Belanja yang belum Disetor pada Akhir Periode Pelaporan
Pada akhir periode pelaporan (semesteran/tahunan) bisa terjadi masih terdapat
pengembalian belanja tahun berjalan (misal: kelebihan pembayaran tunjangan fungsional,
39
uang makan dll) yang belum disetorkan ke kas Negara. Kondisi ini harus dilaporkan dalam
neraca dan dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
5. Penerimaan Pendapatan yang belum Disetor pada Akhir Periode Pelaporan
Pada akhir periode pelaporan (semesteran, tahunan) bisa terjadi masih terdapat pendapatan
yang belum disetorkan ke kas Negara. Kondisi ini harus dilaporkan dalam neraca dan
dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
6. Piutang PNBP Lainnya
Yang dimaksud piutang PNBP lainnya disini adalah piutang PNBP selain dari 5 (lima) jenis
piutang PNBP yang telah dibahas prosedur akuntansi dan pelaporannya di atas. Selain
kelima jenis piutang tersebut prosedur akuntansi dan pelaporan untuk piutang satker non BLU
yang biasa terjadi di Kementerian Negara/Lembaga adalah sama.
Contoh piutang PNBP lainnya disini antara lain :
Piutang atas Pendapatan Penjualan Hasil Peternakan dan Perikanan
Piutang atas Pendapatan Penjualan Sewa Beli
Piutang atas Pendapatan Uang Pengganti Tindak Pidana Korupsi Yang Ditetapkan Di
Pengadilan
Pada dasarnya piutang PNBP diakui pada saat terjadinya hak untuk menagih piutang PNBP,
atau pada saat terbit surat keputusan tentang Piutang PNBP. Sesuai Perdirjen.
Perbendaharaan nomor PER-02/PB/2007, pencatatan piutang hanya dilakukan pada saat
pencatatan saldo awal piutang pertama kali dan penambahan atau pengurangan nilai piutang
dilakukan pada akhir semester
Piutang
Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayarkan kepada pihak tertentu dan/atau
hak pihak tertentu yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau
akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat
lainnya yang sah. Piutang ini biasanya berupa piutang penerimaan negara bukan
pajak, bisa berbentuk hak pembayaran atas penggunaan aset satker yang
bersangkutan.
Akun Piutang Mempunyai akun lawan Akun Cadangan Piutang
3. Persediaan
Akun ini merupakan akun neraca yang menggambarkan nilai persediaan yang dimiliki pada
tanggal pelaporan. Nilai dari akun ini dihasilkan dari Aplikasi Persediaan. Persediaan adalah aset
lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksud untuk mendukung kegiatan
operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan atau diserahkan
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Sesuai PP 71 tahun 2010, pada akhir periode akuntansi persediaan dicatat berdasarkan hasil
inventarisasi fisik. Sekurang-kurangnya sekali dalam setahun, harus dilakukan opname fisik
terhadap saldo persediaan yang dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani Kuasa
Pengguna Barang.
Berdasarkan hasil opname fisik lakukan update data terhadap barang-barang dengan kondisi
berikut :
jumlahnya berbeda antara hasil opname fisik dengan pencatatan
40
rusak
usang
Jika terdapat perolehan persediaan yang berasal dari hibah maka pencatatannya adalah sebagai
berikut:
a. Persediaan yang diperoleh dari hibah dalam bentuk uang
Jika dana hibah digunakan untuk perolehan persediaan maka harus ditatausahakan melalui
aplikasi persediaan dan dicatat dengan menu pembelian.
b. Persediaan yang diperoleh dari hibah dalam bentuk barang
Jika satuan kerja menerima hibah barang dalam bentuk persediaan maka harus
ditatausahakan melalui aplikasi persediaan dan dicatat dengan menu hibah masuk.
Dalam neraca tidak dibedakan persediaan yang diperoleh dari hibah maupun dari sumber
dana lainnya. Namun atas penerimaan hibah ini hendaknya satuan kerja mengungkapkan
dengan memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Nilai persediaan dalam neraca merupakan hasil pengiriman dari Aplikasi Persediaan ke
Aplikasi SIMAK BMN. Pengiriman tersebut dilakukan setiap semester. Pada awal tahun
anggaran petugas persediaan harus memastikan data yang digunakan sudah sesuai dengan
data yang dikirim ke UAPPAB-W/Es-1 baik jumlah maupun rinciaannya
Persediaan
Pada satuan kerja, saldo Persedian yang disajikan dalam Neraca semesteran dan
tahunan berasal dari Catatan Persediaan Pengelola Barang yang merupakan hasil
dari aplikasi persediaan.
Saldo Persediaan di Neraca harus sama dengan saldo Cadangan Persediaan
C. Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap terdiri dari:
a. Tanah
b. Peralatan dan Mesin
c. Gedung dan Bangunan
d. Aset Tetap Lainnya
e. Konstruksi dalam Pengerjaan
Nilai akun aset tetap di neraca berasal dari nilai saldo awal (saldo akhir akun aset tetap di
Neraca tahun lalu) ditambah/dikurangi nilai mutasi aset tetap selama periode berjalan.
Berdasarkan PMK Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan PMK
No.233/PMK.05/2011, mutasi aset tetap terdiri dari:
a. Transaksi perolehan, seperti: pembelian, transfer masuk, hibah masuk, rampasan,
penyelesaian pembangunan, reklasifikasi masuk, dan sebagainya.
b. Transaksi perubahan, seperti: pengurangan, perubahan kondisi, pengembangan, dan koreksi
nilai/kuantitas aset.
c. Transaksi penghapusan, seperti: penghapusan, transfer keluar, hibah (keluar), reklasifikasi
keluar, dan koreksi pencatatan.
41
Sesuai Bagan Akun Standar realisasi belanja yang bisa menambah aset tetap di neraca
seharusnya hanya berasal dari realisasi belanja modal. Satker harus mencatat arus uang yang
berasal dari belanja modal dalam SIMAK BMN sesuai jenis aset yang diperoleh. Namun demikian
karena faktor kesalahan penganggaran terdapat beberapa hal yang menyebabkan perbedaan
penambahan aset tetap (yang berasal dari realisasi belanja) dengan jumlah realisasi belanja
modal sebagai berikut:
a. Perolehan persediaan (termasuk aset yang akan diserahkan ke masyarakat) dan aset tetap
yang tidak memenuhi batas minimum kapitalisasi dengan menggunakan belanja modal;
b. Perolehan aset tetap yang memenuhi batas minimum kapitalisasi dengan menggunakan
belanja barang
c. Pengembangan aset yang tidak memenuhi syarat kapitalisasi dengan menggunakan belanja
modal;
d. Pengembangan aset yang memenuhi syarat kapitalisasi tetapi menggunakan belanja barang
Transaksi-transaksi yang dipengaruhi oleh realisasi belanja dalam SIMAK BMN adalah:
a. Pembelian adalah transaksi pertukaran dengan penyerahan sejumlah uang untuk
memperoleh barang.
b. Penyelesaian Pembangunan adalah transaksi perolehan BMN dari hasil penyelesaian
pembangunan berupa bangunan/gedung dan BMN Lainnya yang telah diserahterimakan
dengan Berita Acara Serah Terima (BAST).
c. Pengembangan adalah transaksi pengembangan BMN yang memenuhi syarat kapitalisasi.
Ada dua kriteria dasar yang harus dipenuhi agar pengembangan
(renovasi/rehabilitasi/restorasi) dapat dikapitalisasi sebagai aset tetap:
1) Mengakibatkan bertambahnya masa manfaat, kapasitas, kualitas dan volume aset yang
telah dimiliki:
2) Memenuhi batasan minimal nilai kapitalisasi:
- Tanah; Jalan, Irigasi dan Jaringan; Aset Tetap Lainnya (koleksi perpustakaan dan
barang bercorak kesenian) ≥ Rp.1
- Peralatan dan Mesin ≥ Rp.300.000
- Gedung dan Bangunan ≥ Rp.10.000.000
d. Konstruksi dalam Pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan.
e. Aset Tak Berwujud (bagian dari aset lainnya)
Jika terdapat perolehan aset tetap yang berasal dari hibah maka pencatatannya adalah
sebagai berikut:
1. Aset tetap yang diperoleh dari hibah dalam bentuk uang
Jika dana hibah digunakan untuk perolehan aset tetap maka harus ditatausahakan melalui
aplikasi SIMAK BMN dan dicatat dengan menu yang sesuai (pembelian/penyelesaian
pembangunan/pengembangan).
2. Aset tetap yang diperoleh dari hibah dalam bentuk barang
Jika satuan kerja menerima hibah barang dalam bentuk aset tetap maka harus
ditatausahakan melalui aplikasi SIMAK BMN dan dicatat dengan menu hibah masuk.
Dalam neraca tidak dibedakan aset tetap yang diperoleh dari hibah maupun dari sumber
dana lainnya. Namun atas penerimaan hibah ini hendaknya satuan kerja mengungkapkan
dengan memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Aset Tetap
Untuk melakukan validasi saldo Aset Tetap di Neraca, dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
42
Bandingkan jumlah aset dalam Laporan Barang Milik Negara Intarakomptabel dan Laporan
Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP) dengan jumlah Aset Tetap Dalam Neraca.
Bandingkan Pertambahan Aset Tetap dalam Neraca dengan Realisasi Belanja Modal dalam
Laporan Realisasi Anggaran
Apabila dalam neraca satuan kerja masih terdapat akun-akun :
1) Tanah Belum disesuaikan
2) Gedung dan Bangunan sebelum disesuaikan
3) Peralatan dan Mesin belum disesuaikan
4) Jalan, irigasi dan jaringan belum disesuaikan
5) Aset Tetap Lainnya sebelum disesuaikan
Akun-akun tersebut disebabkan :
Belum melakukan proses penerimaan ADK (arsip data computer) dari Aplikasi SIMAK-BMN
Telah melakukan proses penerimaan ADK dari aplikasi SIMAK-BMN tetapi ada kesalahan
dalam perekaman nomor SPM/SP2D, kode kelompok akun belanja ataupun jumlah rupiah
SPM.
Belum selesainya pengadaan asset tersebut sehingga perlu dilaporkan sebagai Konstruksi
dalam Pengerjaan (KDP)
Saldo Aset Tetap di Neraca harus sama dengan Saldo Diinvestasikan dalam Aset tetap
D. Aset Lainnya
1. ASET TAK BERWUJUD (ATB)
Akun neraca ini untuk mengakomodir jika ada satker yang memiliki aset tak berwujud
seperti: software, hasil kajian/penelitian dan aset tak berwujud lainnya. Aset tak berwujud
adalah aset non keuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta
dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan
lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset tak berwujud meliputi: goodwill, hak
cipta, royalty, paten, software, lisensi, hasil kajian/penelitian, aset tak berwujud lainnya.
Komite Standar Akuntansi Pemerintah telah mengeluarkan pedoman aset tak berwujud
dalam Buletin Teknis nomor 11 tentang aset tak berwujud. Dalam buletin teknis tersebut,
aset tak berwujud harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Dapat diidentifikasi
Yang dimaksud dengan kriteria ini adalah :
- Dapat dipisahkan, artinya aset ini memungkinkan untuk dipisahkan atau dibedakan
dengan secara jelas dari aset-aset yang lain pada suatu entitas.
- Timbul dari kesepakatan yang mengikat, seperti hak kontraktual atau hak hukum
lainnya.
Sebagai ilustrasi, suatu entitas membeli hardware, software dan modul untuk kegiatan
tertentu. Sepanjang software tersebut dapat dipisahkan dari hardware terkait dan
memberikan manfaat masa depan maka software tersebut dapat diidentifikasi sebagai
ATB. Sebaliknya dalam hal software komputer ternyata tidak dapat dipisahkan dari
hardware yang tertentu (misal sistem operasi), tanpa adanya software tersebut hardware
tidak dapat beroperasi, maka software tersebut tidak dapat diperlakukan sebagai ATB
tetapi sebagai bagian tak terpisahkan dari hardware dan diakui sebagai bagian dari
peralatan dan mesin.
b. Pengendalian terhadap aset
43
Suatu entitas dianggap “mengendalikan aset” jika entitas dapat memperoleh manfaat
dari aset tersebut dan dapat membatasi akses pihak lain dalam memperoleh manfaat
ekonomi dari aset tersebut. Misal dengan adanya hak cipta.
c. Adanya manfaat ekonomi masa depan
Manfaat ekonomis ini dapat berupa aliran masuk kas, setara kas, barang atau jasa ke
pemerintah atau dalam bentuk manfaat lainnya, misal peningkatan pelayanan publik.
Sebagai contoh, penerapan sistem on-line untuk perpanjangan Surat Ijin Mengemudi
(SIM) Keliling mempercepat pemrosesan yang selanjutnya meningkatkan pelayanan
pemerintah kepada masyarakat.
Sesuai buletin teknis tersebut agar suatu aset dapat diakui sebagai aset tak berwujud
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Memenuhi definisi dari aset tak berwujud sebagaimana di atas.
b. Adanya manfaat ekonomi yang diterima di masa datang.
c. Biaya perolehan atau nilai wajarnya dapat diukur dengan andal.
Jika terdapat perolehan aset tak berwujud yang berasal dari hibah maka pencatatannya
adalah sebagai berikut:
a. ATB yang diperoleh dari hibah dalam bentuk uang
Jika dana hibah digunakan untuk perolehan aset tak berwujud, maka harus
ditatausahakan melalui aplikasi SIMAK BMN dan dicatat dengan menu yang sesuai
(pembelian/penyelesaian pembangunan/pengembangan).
b. ATB yang diperoleh dari hibah dalam bentuk barang
Jika satuan kerja menerima hibah barang dalam bentuk aset tak berwujud maka harus
ditatausahakan melalui aplikasi SIMAK BMN dan dicatat dengan menu hibah masuk.
Dalam neraca tidak dibedakan ATB yang diperoleh dari hibah maupun dari sumber dana lainnya.
Namun atas penerimaan hibah ini hendaknya satuan kerja mengungkapkan dengan memadai
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
2. ASET LAIN-LAIN
Aset lain-lain (1661) merupakan sub dari aset lainnya (16). Kategori aset lain-lain yang paling
sering terjadi pada satker non Badan Layanan Umum adalah aset tetap yang tidak
digunakan dalam operasi pemerintahan.
Contoh dari aset tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan (166112) adalah
barang-barang yang dalam kondisi rusak berat atau barang-barang yang sudah tidak bisa
dipergunakan lagi oleh satker, misal karena sudah kadaluarsa/usang.
Dengan diterbitkannya Peraturan Dirjen. Perbendaharaan Nomor PER-82/PB/2011 tentang
Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih, terhadap piutang sudah tidak
mungkin tertagih tidak lagi disajikan di neraca sebagai asset lain-lain (166111) namun
tetap disajikan sesuai akun piutangnya dengan disertai penyisihan piutang sesuai
penggolongan kualitas piutang.
E. Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya. Terdapat 2 (dua) klasifikasi kewajiban yaitu
kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Suatu kewajiban diklasifikasikan
44
sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan
setelah tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang.
Bagi satker non BLU, hanya memiliki kewajiban jangka pendek. Jenis kewajiban jangka pendek
yang biasa terjadi antara lain:
1. Utang kepada pihak ke-3
Utang kepada pihak ketiga (2121xx) di neraca menggambarkan kewajiban yang masih
harus dibayarkan oleh satker. Kewajiban tersebut antara lain berupa:
- Hak pegawai yang masih di tangan Bendahara Pengeluaran pada tanggal pelaporan.
Misal: honor, SPPD, uang makan dll.
Akun pasangan untuk utang pihak ketiga ini adalah Kas Lainnya dan Setara Kas (111821)
- Belanja pemerintah pusat yang masih harus dibayar pada tanggal pelaporan, baik berupa
belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan belanja bantuan sosial. Misal: Biaya
langganan listrik Desember 2012 yang dibayarkan di tahun 2013, kekurangan gaji
pegawai tahun 2012 yang dibayarkan di tahun 2013.
Akun pasangan untuk utang pihak ketiga ini adalah Dana yang harus disediakan untuk
Pembayaran Utang Jangka Pendek (311611).
Utang Kepada Pihak Ketiga
Utang pihak ketiga adalah kewajiban yang timbul akibat hak atas barang/jasa yang diterima
Kementerian Negara/Lembaga, namun sampai dengan pada akhir periode pelaporan belum
dilakukan pembayaran/pelunasan atas hak tersebut kepada pegawai dan/atau pihak ketiga
selaku penyedia barang/jasa. Termasuk dalam hal ini adalah kewajiban kepada pegawai dan
barang dalam perjalanan yang telah menjadihak satker yang bersangkutan.
Akun Utang Kepada Pihak Ketiga merupakan lawan dari Akun Dana yang harus
disediakan untuk pembayaran hutang jangka pendek
Apabila Bendahara Pengeluaran pada satuan kerja tersebut memegang kas selain Uang
Persediaan (Lihat butir c. Kas Lainnya dan Setara Kas), maka saldo Utang Kepada Pihak
Ketiga tidak harus sama dengan saldo Dana yang harus disediakan untuk pembayaran
hutang jangka pendek.
2. Pendapatan diterima di muka
Pendapatan yang diterima oleh satuan kerja/pemerintah dan sudah disetor ke Rekening Kas
Umum Negara, namun wajib setor belum menikmati barang/jasa/fasilitas dari satuan
kerja/pemerintah, atau pendapatan pajak/bukan pajak yang telah disetor oleh wajib
pajak/bayar ke Rekening Kas Umum Negara yang berdasarkan hasil pemeriksaan dan/atau
penelitian oleh pihak yang berwenang terdapat lebih bayar pajak/bukan pajak. Contoh:
pendapatan sewa diterima di muka, utang atas kelebihan pembayaran pendapatan non pajak
oleh wajib bayar.
3. Uang muka dari KPPN
Merupakan akun pasangan dari Kas di Bendahara Pengeluaran.
45
4. Pendapatan yang ditangguhkan.
Pendapatan yang ditangguhkan menggambarkan posisi pendapatan yang telah diterima oleh
satuan kerja, tetapi belum disetor ke kas Negara pada tanggal pelaporan. Pendapatan yang
ditangguhkan tersebut antara lain berupa:
- Pendapatan yang masih di tangan Bendahara Penerimaan pada tanggal pelaporan.
Akun pasangan untuk utang pihak ketiga ini adalah Kas di Bendahara Penerimaan (111711)
- Pendapatan yang masih di tangan Bendahara Pengeluaran pada tanggal pelaporan. Misal:
jasa giro yang belum disetor pada tanggal pelaporan dan pengembalian belanja yang belum
disetor pada tanggal pelaporan.
Akun pasangan untuk utang pihak ketiga ini adalah Kas Lainnya dan Setara Kas (111821)
F. Ekuitas Dana
Adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban
pemerintah. Terdapat 3 (tiga) jenis ekuitas yaitu:
1. Ekuitas Dana Lancar
Adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek. Ekuitas dana lancar yang
biasa disajikan dalam neraca satuan kerja non BLU antara lain: Cadangan Piutang,
Cadangan Persediaan, Dana yang harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka
Pendek, Ekuitas Dana Lancar Lainnya, Barang/Jasa yang harus diserahkan, Barang/Jasa
yang harus Diterima.
2. Ekuitas Dana Investasi
Ekuitas dana investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi
jangka panjang, asset tetap dan asset lainnya dikurangi dengan kewajiban jangka panjang.
Ekuitas dana investasi terdiri dari:
a. Diinvestasikan dalam Aset Tetap
b. Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
3. Ekuitas Dana Cadangan
Ekuitas dana cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan
tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pada satker non BLU pada umumnya hanya terdapat 2 (dua) jenis yaitu ekuitas dana lancar
dan ekuitas dana investasi.
3. Sistematika Penyajian Laporan Keuangan Tingkat Satuan Kerja
Sistematika untuk penyajian laporan keuangan disusun sesuai dengan Perdirjen.
Perbendaharaan nomor PER-55/PB/2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan
Kementerian Negara/ Lembaga sebagaimana berikut :
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TINGKAT SATKER
Sampul Luar
Sampul Dalam
Kata Pengantar
Daftar Isi
46
Daftar Tabel
Pernyataan Tanggung Jawab
Ringkasan
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Neraca
3. Catatan Atas Laporan Keuangan
I. Template Laporan Realisasi Anggaran
Semester I → LRA Semester I
Tahunan → LRA Komparatif
II. Template Neraca
Semester I → Neraca Semester I
Tahunan → Neraca Komparatif
III. Catatan Atas Laporan Keuangan
A. Penjelasan Umum
A.1. Dasar Hukum
A.2. Kebijakan Teknis Satuan Kerja
A.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
A.4. Kebijakan Akuntansi
B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran
B.1. Pendapatan Negara dan Hibah
B.2. Belanja Negara
C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca
C.1. Aset Lancar
C.2. Aset Tetap
C.3. Piutang Jangka Panjang
C.4. Aset Lainnya
C.5. Kewajiban
C.6. Ekuitas
D. Pengungkapan Penting Lainnya
D.1. Kejadian-Kejadian Penting Setelah Tanggal Neraca
D.2. Temuan dan Tindak Lanjut BPK
D.3. Informasi Pendapatan dan Belanja Akrual
D.4. Rekening Pemerintah
D.5. Pengungkapan Lain-Lain
Lampiran Laporan Keuangan
LRA (Semesteran/Tahunan)
LRA Belanja melalui KPPN dan BUN (Semesteran/Tahunan)
LRA Pendapatan dan Hibah melalui KPPN dan BUN (Semesteran/Tahunan)
LRA Belanja melalui KPPN dan BUN- Menurut Jenis Satker (Semesteran/Tahunan)
Neraca (Semesteran/Tahunan)
Neraca Percobaan ( Semesteran/Tahunan )
Lampiran-Lapiran Pendukung
LBKP Intra ekstra gabungan s.d kelompok (semesteran/ tahunan)
Laporan Barang Persediaan (semesteran/ tahunan)
Berita Acara Opname Fisik
Berita Acara Rekonsiliasi dengan KPKNL
Output
Aplikasi
SAKPA
OutputAplikasi
SIMAK BMN
Output Aplikasi
Persediaan
47
Lampiran Pendukung Lainnya
Laporan Rekening Pemerintah
Tindak Lanjut Atas Temuan BPK
Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual (Tahunan)
LPJ Bendahara Penerimaan ( bulan Juni / Desember )
LPJ Bendahara Pengeluaran ( bulan Juni / Desember )
Rekening Koran ( bulan Juni / Desember )
Daftar Rekapitulasi Piutang/Daftar Saldo Piutang (Piutang PNBP, Uang Muka Belanja
dll)
Laporan Keuangan BLU ( jika satker selain mendapat dana APBN juga merupakan satker
BLU)
Selain penelaah di atas, kita juga perlu melihat kesesuain penyajian laporan keuangan dengan
pedoman penyusunan laporan keuangan yang berlaku di Kementerian Negara/Lembaga. Dalam
hal ini dilakukan penelaahan terhadap kelengkapan komponen laporan keuangan antara lain:
1. Penyajian neraca dalam format komparatif untuk pelaporan tahunan dilengkapi dengan
pernyataan tanggung jawab (Statement of Responsibility/SOR) yang ditandatangai oleh
Kepala Satker/KPA
2. Penyusunan CaLK dibandingan dengan format yang telah dibakukan (sesuai dengan
Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. 55/PB/2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan)
3. Lampiran yang perlu dilengkapi, yaitu Laporan Bealisasi Belanja Melalui KPPN dan BUN,
laporan Realisasi Pendapatan, Laporan Realisasi Pengembalian Belanja, Laporan Realisasi
Pengembalian Pendapatan, Monitoring Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan BPK,dan
Laporan kinerja satker yang bersangkutan.
Ilustrasi Kesalah Input Data
Berikut adalah contoh kesalahan input data SAI oleh Satuan Kerja
48
49
50
BAB VI
CONTOH ILUSTRASI ANALISIS MENYELURUH
A. ANALISIS NERACA
Pada dasarnya, analisis pos-pos perkiraan Neraca bertujuan untuk mengetahui
pertumbuhan nilai tiap-tiap pos dalam Neraca selama periode runtun waktu tertentu,
mengetahui proporsi kelompok aset terhadap total aset dan mengetahui komposisi ekuitas
dana. Ketiga hal di atas diperlukan oleh para pimpinan di kementerian Negara/ lembaga untuk
mengambil keputusan. Sebagai contoh dengan mengetahui pertumbuhan Kas di Bendahara
Pengeluaran dapat diketahui efektifitas pengeluaran uang persediaan selama periode tahun
tertentu.
NERACA TINGKAT SATUAN KERJA PER 31 DESEMBER 2009 DAN 2008
(dalam rupiah)
NAMA PERKIRAAN
JUMLAH Kenaikan (Penurunan)
2009 2008 Jumlah %
1 2 3 4 5
ASET
ASET LANCAR
Kas di Bendahara Pengeluaran 25.000.000 20.000.000 5.000.000 25,0
Kas di Bendahara Penerimaan 100.000.000 90.000.000 10.000.000 11,1
Persediaan 5.000.000 3.500.000 1.500.000 42,8
JUMLAH ASET LANCAR 130.000.000 113.500.000 16.500.000 14,5
ASET TETAP
Tanah 4.250.000.000 4.125.000.000 125.000.000 3,0
Peralatan dan Mesin 250.000.000 175.000.000 75.000.000 42,8
Gedung dan Bangunan 1.450.000.000 1.350.000.000 100.000.000 7,4
Jalan, Irigasi dan Jaringan 125.000.000 150.000.000 (25.000.000) (16,7)
Aset Tetap Lainnya 125.000.000 145.000.000 (20.000.000) (13,8)
Konstruksi dalam Pengerjaan 25.000.000 15.000.000 10.000.000 66,7
JUMLAH ASET TETAP 6.225.000.000 5.960.000.000 265.000.000 4,4
ASET LAINNYA
Aset Lain-Lain 20.000.000 20.000.000 0 0,0
JUMLAH ASET AINNYA 20.000.000 20.000.000 0 0,0
JUMLAH ASET 6.375.000.000 6.093.500.000 281.500.000 4,6
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Uang Muka dari KPPN 25.000.000 20.000.000 5.000.000 25,0
Pendapatan yang Ditangguhkan 100.000.000 90.000.000 10.000.000 11,1
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA 125.000.000 110.000.000 15.000.000 13,6
PENDEK
JUMLAH KEWAJIBAN 125.000.000 110.000.000 15.000.000 13,6
51
Pada saat ini penghitungan kenaikan (penurunan) pos-pos Neraca langsung dapat dilakukan
dengan menggunakan aplikasi Sistem Akuntansi Instansi. Sebetulnya ada dua cara
menghitung pertumbuhan ini, yaitu dengan harga konstan yang memperhitungkan tingkat
inflasi pada saat ini atau dengan harga yang berlaku yang menegasikan tingkat inflasi. Untuk
saat ini kita hanya memperhatikan pertumbuhan menurut harga yang berlaku.
B. ANALISIS ASET
1. Pertumbuhan Aset Lancar
Apabila diperhatikan aset lancar dari Satuan Kerja A mengalami peningkatan
sebesar 14,5%. Hal ini disumbang dari kenaikan Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar
25,0%, Kas di Bendahara Penerimaan sebesar 11,1% dan Persediaan sebesar 42,8%.
Secara umum, kondisi ini menunjukkan bahwa Kementerian A terlalu likuid (overliquid)
karena pertumbuhan aset lancar melebihi kenaikan aset lainnya.
Jika ditilik dari nilai uang kas yang dipegang oleh Bendaharawan Pengeluaran,
maka pimpinan Satuan Kerja A dapat menilai apakah jumlah tersebut terlalu besar, wajar
ataupun terlalu kecil. Kemudian nilai tersebut dihubungkan dengan program-program
kegiatan di Kementerian tersebut, apakah berjalan sesuai rencana/target atau di bawah
rencana/target. Jumlah uang kas yang terlalu besar dengan capaian program kegiatan
yang di bawah target dapat mengindikasikan tidak efektifnya program kegiatan
Kementerian. Hal sebaliknya, apabila besarnya uang kas diimbangi dengan capaian
target sesuai rencana dapat dikatakan Kementerian A telah mencapai skala efisiensi
tertentu.
Sementara itu, naiknya nilai Kas di Bendahara Penerimaan dengan jumlah yang
signifikan dapat mengindikasikan pengelolaan PNBP di Kementerian A tersebut tidak
efektif. Untuk itu, pihak pimpinan Kementerian A dapat melakukan langkah-langkah
penertiban dengan mengatur waktu penyetoran, sehingga setoran PNBP tidak menumpuk
di akhir tahun anggaran. Akhirnya, kenaikan persediaan dapat berarti perencanaan
kegiatan Kementerian A tidak terlalu baik sehingga masih banyak barang yang belum
terdistribusikan ataupun terdapatnya potensi risiko dari memegang persedian tersebut
(opportunity cost).
2. Pertumbuhan Aset Tetap
Apabila diperhatikan aset lancar dari Satuan Kerja A, secara keseluruhan aset
tetap meningkat sebesar 4,4%. Akan tetapi dari jumlah kenaikan tersebut terdapat
kenaikan aset untuk pos-pos tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan serta
52
konstruksi dalam pengerjaan, dan penurunan nilai jalan, irigasi, dan jaringan serta aset
tetap lainnya.
Untuk aset tetap yang mengalami kenaikan, kita harus bertanya apakah
penambahan aset tersebut untuk keperluan pelayanan publik atau kepentingan aparatur.
Jika penambahan sebanding dengan kompleksitas pelayanan yang harus diberikan
kepada masyarakat, maka tujuan dari Satuan Kerja A dapat dikatakan tercapai.
Sedangkan jika penambahan aset ini semata-mata untuk kepentingan aparatur, pihak
pimpinan Satuan Kerja A harus kembali bertanya layakkah hal ini dilakukan. Dengan
demikian, Satuan Kerja A dapat membatasi untuk penambahan aset tetap yang tidak
terlalu diperlukan. Selain itu, dapat dicegah pemborosan belanja operasional untuk biaya
pemeliharaan di masa yang akan datang.
Sedangkan untuk aset tetap yang menurun nilainya, Satuan Kerja A harus
memastikan bahwa prosedur penghapusan yang dilakukan telah sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Dalam banyak kasus, terjadi pelimpahan aset tetap ke pihak lain
yang tidak sesuai prosedur sehingga menimbulkan kerugian bagi negara. Sekali lagi
dasar pertimbangan penghapusan harus diupayakan untuk efektifitas pelayanan publik.
3. Pertumbuhan Aset Lainnya
Penambahan atau penurunan nilai aset lainnya dapat bergantung kepada
kepemilikan benda-benda bersejarah, aset tak berwujud ataupun berupa aset lain-lain.
Dalam hal ini diupayakan agar pertambahan aset lain-lain serendah mungkin, karena
pada umumnya tidak berhubungan langsung dengan kegiatan Satuan Kerja A melayani
kepentingan masyarakat.
C. ANALISIS PROPORSI KELOMPOK ASET TERHADAP TOTAL ASET
Analisis di atas harus diimbangi dengan analisis proporsi yang berguna untuk
melihat gambaran aset Satuan Kerja A secara global. Apabila kelompok aset lancar
terlalu likuid (overliquid) maka hal tersebut tidak baik bagi pengelolaan keuangan Satuan
Kerja bersangkutan. Harus diingat bahwa Satuan Kerja A adalah bagian dari entitas
Pemerintah Pusat, sehingga pengelolaan keuangan yang tidak baik dapat berimplikasi
pada buruknya manajemen keuangan di tingkat nasional. Untuk itu perlu dilakukan
pengendalian keuangan di Satuan Kerja A tersebut.
D. ANALISIS KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
1. Analisis Pertumbuhan Utang
Analisis ini bermanfaat untuk mengetahui perkembangan kewajiban
Kementerian bersangkutan, sehingga dapat dilakukan pengendalian utang atasnya.
Jika menilik pada komposisi kewajiban Satuan Kerja A, terlihat bahwa masih banyak
Uang Muka dari KPPN yang belum terselurkan dan PNBP yang belum disetorkan. Hal
ini dapat mengindikasikan pengelolaan kas di Kementerian A kurang begitu baik
sehingga pimpinan Satuan Kerja A dapat mulai melakukan pembenahan di sektor ini.
Misalnya, dengan memperbaiki perencanaan kasnya dan memperbaiki mekanisme
penerimaan serta penyetoran PNBP.
53
2. Analisis Komposisi Ekuitas Dana
Setidaknya ada 2 (dua) macam analisis laporan keuangan yang melibatkan
ekuitas dana, yaitu rasio utang terhadap ekuitas dana dan rasio kecukupan ekuitas.
Rasio utang terhadap ekuitas dana menunjukkan posisi aman atau tidaknya keuangan
Kementerian bersangkutan, sedangkan rasio kecukupan ekuitas menunjukkan struktur
ekuitas yang mencerminkan harmonisasi antara pembiayaan eksternal dan internal
Kementerian.
Dari laporan keuangan di atas, dapat dilihat struktur ekuitas dan
komposisi ekuitas dana sebagai berikut:
Struktur Ekuitas
Ekuitas Dana Tahun 2008 Tahun 2009
Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi
Total Kewajiban 110.000.000 1,8% 125.000.000 2%
Total Ekuitas Dana 5.983.500.000 98,2% 6.250.000.000 98%
Total Kewajiban dan
Ekuitas Dana
6.093.500.000 100% 6.375.000.000 100%
Komposisi Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Tahun 2008 Tahun 2009
Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi
Ekuitas Dana Lancar 3.500.000 0,1% 5.000.000 0,1%
Ekuitas Dana Investasi 5.980.000.000 99,9% 6.245.000.000 99,9%
Total Ekuitas Dana 5.983.500.000 100% 6.250.000.000 100%
E. ANALISIS LAPORAN REALISASI ANGGARAN
1. Analisis Realisasi Pendapatan
Dengan memperhatikan Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja kita dapat
melakukan perhitungan analisis varians (selisih) anggaran pendapatan, pertumbuhan
pendapatan dan rasio keuangan. Akan tetapi pada modul ini hanya akan dibahas dua hal
terdahulu karena analisis rasio keuangan kurang diperlukan mengingat dalam rangka
tugas-tugas pemerintahan memberikan pelayanan publik, efektifitas lebih diutamakan
daripada efisiensinya.
2. Analisis Varians (Selisih) Anggaran dengan Pendapatan
Analisis ini dilakukan dengan cara menghitung selisih antara realisasi pendapatan
dengan yang dianggarkan. Informasi tentang selisih diperlukan untuk membantu
pengguna anggaran memahami dan menganalisis kinerja pendapatan. Hal utama yang
perlu dilakukan oleh pembaca laporan meliputi:
a. Melihat besarnya selisih anggaran pendapatan dengan realisasinya baik secara nominal
maupun persentase;
b. Menetapkan tingkat selisih yang dapat ditoleransi/wajar;
54
c. Menilai signifikansi selisih tersebut dilihat dari total pendapatan;
d. Menganalisis penyebab terjadinya selisih anggaran pendapatan.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja DDD
berikut ini.
Secara umum, anggaran pendapatan merupakan target pendapatan minimal yang
harus diperoleh oleh kementerian negara/lembaga dan biasanya tercantum dalam target
pendapatan dalam DIPA. Suatu Satuan Kerja dikatakan berkinerja baik apabila mampu
memenuhi sebesar-besarnya target pendapatan yang telah ditetapkan atau bahkan
melebihinya (favourable variance). Ini artinya perencanaan penganggaran pada Satuan
Kerja tersebut telah berjalan dengan baik. Demikian juga dengan hal sebaliknya, di mana
suatu Satuan Kerja dikatakan berkinerja kurang baik apabila target pendapatannya tidak
tercapai (unfavourable variance).
3. Analisis Pertumbuhan Pendapatan
Analisis ini diperlukan untuk mengetahui kinerja Satuan Kerja pada tahun
bersangkutan mengalami kemajuan yang positif atau mengalami kemunduran, sehingga
para pengambil keputusan dapat memperbaikinya. Formula yang dipergunakan adalah
sebagai berikut:
Pertumbuhan
Pendapatan Tahun
2009
= Pendapatan Tahun 2009 – Pendapatan Tahun 2008
X 100% Pendapatan Tahun 2008
55
Mengacu pada Laporan Realisasi Anggaran di atas, maka pertumbuhan Pendapatan dan
Hibah tahun 2006 dapat dihitung mengalami pertumbuhan sebesar 6,3%. Bagi Satuan
Kerja DDDD, hal ini merupakan preseden baik bagi pengelolaan keuangannya.
4. Analisis Komposisi Pendapatan
Analisis ini pada dasarnya dipergunakan untuk mengetahui komposisi
sumbersumber pendapatan negara dan hibah dari suatu Satuan Kerja terhadap jumlah
total pendapatan negara dan hibah yang diperolehnya. Dengan mengetahui komposisi
pendapatannya, Satuan Kerja dapat menyusun langkah-langkah untuk mengoptimalkan
sumber-sumber pendapatannya tersebut.
F. ANALISIS LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA
1. Analisis Varians (Selisih) Belanja
Anggaran belanja merupakan batas tertinggi pengeluaran yang boleh dilakukan
oleh kementerian negara/lembaga. Oleh karena itu mengatahui varians belanja tiap
tahunnya sangat menarik dalam proses pengambilan keputusan. Satuan Kerja dinilai
berkinerja baik apabila mampu mencapai target output yang telah ditetapkan dalam DIPA
dengan biaya yang tidak melebihi batas tertinggi anggaran. Hal penting yang harus
dilakukan dalam analisis varians, meliputi:
a. Mempertanyakan alasan terjadinya varians. Apakah selisih tersebut cukup beralasan
dan dapat dipertanggungjawabkan?
b. Berapa besarnya varians, apakah jumlahnya signifikan atau tidak?
c. Berapa selisih (varians) yang bisa ditoleransi?
Selisih anggaran yang cukup signifikan dapat mengindikasikan efisiensi anggaran
ataupun kelemahan dalam perencanaan penganggaran, tergantung pada capaian target
yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran. Ada beberapa analisis varians
(selisih) yang dapat dianalisis dari LRA Satuan Kerja, yaitu:
a. Analisis varians belanja per program;
b. Analisis varians belanja per jenis belanja;
c. Analisis varians belanja per jenis kewenangan:
d. Analisis varians belanja per sumber dana.
Mekanisme penghitungan varians ini menggunakan formula yang sama tetapi
kebutuhannya tergantung pada jenis LRA yang dianalisis. Untuk jelasnya perhatikan LRA
Satuan Kerja berikut ini.
Dari contoh di atas kita dapat menganalisis bahwa kinerja Kementerian C tergolong baik.
Hal ini terlihat bahwa dari total target penganggaran yang dicapainya, Kementerian C
hanya menggunakan 98,25% anggaran yang dialokasikan. Sementara itu apabila kita
ingin menganalisis varians belanja per eselon I, program, per wilayah dan jenis
kewenangan, maka kita tinggal menganalisis LRA yang berkesesuaian dengan hal
tersebut.
56
2. Analisis Pertumbuhan Belanja
Analisis pertumbuhan belanja dipergunakan untuk mengetahui tren belanja dari tahun ke
tahun. Hal ini sangat penting digunakan dalam analisis karena mampu mengindikasikan
kesalahan penganggaran. Logikanya setiap kenaikan anggaran harus memperhitungkan
kondisi perekonomian dan capaian kementerian negara/lembaga yang terus meningkat.
Apabila kedua hal tersebut tidak tercermin dalam kenaikan anggaran maka kenaikan
dapat dipertanyakan oleh para pengambil keputusan.
Analisis pertumbuhan belanja ini terdiri atas:
a. Analisis pertumbuhan belanja per program;
b. Analisis pertumbuhan belanja per jenis belanja;
c. Analisis pertumbuhan belanja per eselon I;
d. Analisis pertumbuhan belanja per wilayah;
e. Analisis Pertumbuhan belanja per jenis kewenangan;
f. Analisis pertumbuhan belanja per jenis sumber dana.
Sebagai contoh, dari LRA di atas didapatkan bahwa Kementerian C baik alokasi maupun
realisasi anggarannya meningkat dari tahun 2008 ke tahun 2009. Untuk alokasi anggaran
belanja meningkat hampir 9% sementara realisasi anggaran belanja meningkat 8,5%.
57
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
A. LATAR BELAKANG
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna baik internal maupun eksternal. Dengan
demikian laporan keuangan pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik
dari masingmasing kelompok pengguna. Laporan keuangan pemerintah bersifat general
purpose, artinya dibuat lebih umum dan sesederhana mungkin untuk memenuhi kebutuhan
informasi semua pihak. Meskipun demikian, tidak semua pembaca laporan keuangan dapat
memahami laporan keuangan tersebut dengan baik. Padahal interpretasi pengguna laporan
terhadap laporan keuangan akan menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
Dalam rangka membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami dan
menginterpretasikan laporan keuangan maka perlu dibuat analisa laporan keuangan. Analisa
laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu bagaimana memahami laporan keuangan,
bagaimana menafsirkan angka-angka dalam laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi
laporan keuangan dan bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan
keputusan.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Analisa laporan keuangan merupakan metode dan teknik analisa rasio keuangan pada
laporan keuangan baik neraca maupun laporan realisasi anggaran baik analisa secara
horisontal maupun vertikal. Metode dan teknik analisa digunakan untuk menentukan dan
mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehingga dapat
diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos jika diperbandingkan dengan
laporan dari beberapa periode atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya.
Dengan menerapkan metode analisa terhadap laporan keuangan, data-data yang disajikan
dalam laporan keuangan menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah dimengerti. Analisa
rasio keuangan meliputi analisa pertumbuhan masing-masing pos dalam laporan keuangan,
analisa proporsi pos-pos dalam laporan keuangan, analisa varians (selisih) antara anggaran
dengan realisasi anggaran dan evaluasi hasil perhitungan, interpretasi dan prediksi pos-pos
dalam laporan keuangan.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu :
1. menginterpretasi laporan keuangan
2. mengevaluasi laporan keuangan
D. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
1. memahami pengertian dan pentingnya analisa laporan keuangan;
58
2. memahami metode dan teknik-teknik analisa laporan keuangan;
3. menganalisa laporan neraca dan laporan realisasi anggaran.
E. TOPIK BAHASAN
Analisa laporan keuangan merupakan analisa rasio keuangan pada laporan keuangan
baik neraca maupun laporan realisasi anggaran. Analisa rasio keuangan menjadi topik
bahasan meliputi metode analisa horinsontal dan metode analisa vertikal. Kedua metode
analisa tersebut diterapkan dalam teknik-teknik analisa seperti analisa pertumbuhan
masingmasing pos dalam laporan keuangan, analisa proporsi pos-pos dalam laporan
keuangan, analisa varians (selisih) antara anggaran dengan realisasi anggaran dan evaluasi
hasil perhitungan, interpretasi dan prediksi pos-pos dalam laporan keuangan.
F. CAKUPAN
Jam/Sesi Materi Keterangan
I (100 menit) Pengenalan Analisa Laporan Keuangan dan
Overview Penyusunan Laporan Keuangan A. Aliran
Dana, Posisi Keuangan dan Aturan Akuntansi 1. Jenis
Aliran Dana
2. Aturan Akuntansi
B. Analisa Laporan Keuangan 1. Tujuan Pelaporan
Keuangan 2. Karakteristik Laporan Keuangan 3. Prinsip
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan 4. Kendala
Informasi yang Relevan dan Andal C. Metode Analisa
1. Analisa Horisontal (Pengenalan) 2. Analisa Vertikal
(Pengenalan) 3. Analisa Rasio (Pengenalan)
Analisa Laporan Keuangan A. Pengertian Analisis
Laporan Keuangan B. Komponen Laporan Keuangan
C. Pengguna Laporan Keuangan
Tujuan dan Prasyarat Analisis A. Tujuan Analisis B.
Tingkat Kedalaman Analisis C. Prasyarat Analisis
II (100 menit) Metode dan Teknik Analisis
A. Metode Analisis Horisontal
B. Tolok Ukur atau Pembanding
C. Teknik Analisis
1. Analisa Perubahan Laporan Keuangan
2. Analisis Prosentase Per Komponen
3. Analisis Tren
4. Analisis Rasio
5. Analisa Ketaatan terhadap Peraturan
D. Latihan Analisa Laporan Keuangan
59
III (100 menit) Telaah Laporan Keuangan Satuan Kerja A. Tujuan B.
Teknik Telaah
1. Telaah Laporan Realisasi Anggaran 2. Telaah
Neraca
a. Kas di Bendahara Pengeluaran b. Kas di Bendahara
Penerima
c. Kas Lainnya dan Setara Kas d. Persediaan
e. Piutang f. Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi g.
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran h. Aset
Tetap i. Tagihan Penjualan Angsuran j. Tuntutan Ganti
k. Utang kepada Pihak Ketiga
Contoh Ilustrasi Analisis Menyeluruh A. Analisis
Neraca
B. Analisa Aset
1. Pertumbuhan Aset Lancar
2. Pertumbuhan Aset Tetap 3. Pertumbuhan Aset
Lainnya C. Analisis Proporsi Kelompok Aset terhadap
Total Aset D. Analisis Kewajiban dan Ekuitas Dana 1.
Analisis Pertumbuhan Utang 2. Analisis Komposisi
Ekuitas Dana
IV (100 menit) Contoh Ilustrasi Analisis Menyeluruh
A. Analisis Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan
1. Analisis Realisasi Pendapatan
2. Analisis Varians (Selisih) Anggaran dengan
Pendapatan
3. Analisis Pertumbuhan Pendapatan
4. Analisis Komposisi Pendapatan
B. Analisis Laporan Realisasi Anggaran Belanja
1. Analisa Varians (Selisih) Belanja
2. Analisis Pertumbuhan Belanja
Latihan Analisis Laporan Keuangan (final)
A. Analisa Horisontal
B. Analisa Vertikal
C. Analisa Rasio
D. Teknik Analisa Lainnya
1
ANALISIS LAPORAN KEUANGANANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS
KEUANGAN KEUANGAN PEMERINTAHPEMERINTAH
20120133
2
MANFAAT LAPORAN KEUANGANMANFAAT LAPORAN KEUANGAN
AKUNTABILITAS Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber
daya serta pelaksanaan kegiatan secara periodik
MANAJEMEN
Membantu para pengguna mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan ���� memudahkan fungsi
perencanaan, pengelolaan dan pengendalian
atas seluruh aset, kewajiban dan ekuitas dana
TRANSPARANSIMemberikan informasi keuangan yang terbuka
dan jujur kepada masyarakat
KESEIMBANGAN
ANTAR GENERASI
Membantu para pengguna untuk mengetahui
kecukupan penerimaan pemerintah untuk
membiayai seluruh pengeluaran yang
dialokasikan
2
3
PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN
KEUANGANKEUANGAN
•• Analisis laporan keuangan merupakan analisis Analisis laporan keuangan merupakan analisis yang dilakukan terhadap berbagai macam yang dilakukan terhadap berbagai macam informasi yang disajikan dalam laporan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan keuangan
•• Dalam melakukan analisis, setiap pengguna Dalam melakukan analisis, setiap pengguna laporan harus mengidentifikasi informasi yang laporan harus mengidentifikasi informasi yang harus dipilih untuk dianalisis, teknik analisis harus dipilih untuk dianalisis, teknik analisis yang tepat, ruang lingkup, kedalaman analisis yang tepat, ruang lingkup, kedalaman analisis dengan menggunakan pertimbangan yang dengan menggunakan pertimbangan yang cermat agar dapat memperoleh informasi yang cermat agar dapat memperoleh informasi yang diinginkan untuk mendukung keputusandiinginkan untuk mendukung keputusan--keputusan yang diambilnya.keputusan yang diambilnya.
4
PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN
�� Masyarakat;Masyarakat;
�� Para wakil rakyat; Para wakil rakyat;
�� Lembaga pengawas, dan lembaga Lembaga pengawas, dan lembaga
pemeriksa;pemeriksa;
�� Pemberi atau yang berperan dalam Pemberi atau yang berperan dalam
proses donasi, investasi, dan proses donasi, investasi, dan
pinjamanpinjaman
�� Manajeman pemerintahManajeman pemerintah
3
5
Meyakini bahwa pemerintah telah melaksanakan
anggaran sesuai dengan peraturan perundang-udangan
Mengukur dan mengevalusasi kinerja pemerintah
Mengukur potensi pendapatan atau sumber ekonomi
Mengetahui kondisi keuangan
Mengetahui kemampuan pemerintah dalam memenuhi kewajibannya
TUJUAN
TUJUAN ANALISISTUJUAN ANALISIS
6
TINGKAT KEDALAMAN ANALISISTINGKAT KEDALAMAN ANALISIS(1(1--3)3)
Semakin besar permasalahan yang Semakin besar permasalahan yang
dihadapi dan semakin panjang dihadapi dan semakin panjang
waktu yang menjadi kepentingan waktu yang menjadi kepentingan
pengguna akan diperlukan analisis pengguna akan diperlukan analisis
yang semakin mendalam dengan yang semakin mendalam dengan
menggunakan berbagai teknik dan menggunakan berbagai teknik dan
metode analisis. metode analisis.
4
7
ContohContoh::
Seorang calon investor Seorang calon investor asing asing yang akan yang akan berinvestasiberinvestasi
untuk jangka waktu yang panjang akan membutuhkan untuk jangka waktu yang panjang akan membutuhkan
banyak informasi dengan ruang lingkup yang luas, dan banyak informasi dengan ruang lingkup yang luas, dan
melakukan analisis secara mendalam dengan melakukan analisis secara mendalam dengan
menggunakan berbagai teknik analisis. Mereka akan menggunakan berbagai teknik analisis. Mereka akan
membutuhkan informasi mengenai: membutuhkan informasi mengenai:
-- potensi ekonomi di masa yang akan datangpotensi ekonomi di masa yang akan datang
-- mengukur tingkat keuntungan yang dikehendakimengukur tingkat keuntungan yang dikehendaki
-- mengukur berapa lama investasinya akan mengukur berapa lama investasinya akan
diperoleh kembali. diperoleh kembali.
TINGKAT KEDALAMAN ANALISISTINGKAT KEDALAMAN ANALISIS(2(2--3)3)
8
Contoh:Contoh:
Sebaliknya mungkin ada pejabat pemerintah Sebaliknya mungkin ada pejabat pemerintah
yang hanya ingin mengetahui naikyang hanya ingin mengetahui naik--turunya turunya
pendapatan pajak atau bukan pajak pendapatan pajak atau bukan pajak
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Karena kebutuhannya sangat sederhana maka Karena kebutuhannya sangat sederhana maka
ia hanya akan membandingkan antara pajak ia hanya akan membandingkan antara pajak
dan bukan pajak dengan tahun anggaran dan bukan pajak dengan tahun anggaran
sebelumnya.sebelumnya.
TINGKAT KEDALAMAN ANALISISTINGKAT KEDALAMAN ANALISIS(3(3--3)3)
5
9
PRASYARAT ANALISISPRASYARAT ANALISIS
Prasyarat analisis yang harus dipahami oleh pengguna:Prasyarat analisis yang harus dipahami oleh pengguna:
1.1. LK disusun berdasarkan SAP dan kebijakan LK disusun berdasarkan SAP dan kebijakan akuntansi yang ditetapkan oleh Pemerintah; akuntansi yang ditetapkan oleh Pemerintah;
2.2. AngkaAngka--angka yang disajikan dalam LK mungkin angka yang disajikan dalam LK mungkin dipengaruhi oleh suatu kondisi atau masalah dipengaruhi oleh suatu kondisi atau masalah tertentu yang spesifik;tertentu yang spesifik;
3.3. Pengaruh transaksi, peristiwa dan kejadian yang Pengaruh transaksi, peristiwa dan kejadian yang ekstrim atau luar biasa juga harus dieliminasi ekstrim atau luar biasa juga harus dieliminasi supaya tidak meyesatkan;supaya tidak meyesatkan;
4.4. Membandingkan antar Laporan Keuangan harus Membandingkan antar Laporan Keuangan harus memperhitungkan kesetaraan satker dalam hal memperhitungkan kesetaraan satker dalam hal tupoksi, jenis, maupun besarantupoksi, jenis, maupun besaran--besaran relatif besaran relatif lainnyalainnya; ;
10
METODE ANALISISMETODE ANALISIS
�� Analisis horisontalAnalisis horisontal: dilaksanakan
dengan membandingkan angka-angka
dalam suatu LK KL dengan KL lainnya,
antara pemerintah dengan pemerintah
lainnya.
�� Analisis vertikalAnalisis vertikal: dilakukan dengan
membandingkan antara pos yang satu
dengan pos yang lain dalam laporan
keuangan yang sama.
6
11
TOLOK UKUR ATAU PEMBANDINGTOLOK UKUR ATAU PEMBANDING
� Evaluasi hasil analisis LK akan
dibandingkan dengan kriteria atau tolok
ukur yang ditetapkan.
� Tolok ukur yang dapat digunakan dalam
melakukan analisis ini antara lain:
1) informasi internal dari KL ybs, berupa:
a. RKA atau dokumen lainnya
b. LK periode sebelumnya
2) informasi eksternal, informasi yang
disajikan dalam LK KL lainnya.
12
TEKNIK ANATEKNIK ANALISISLISIS
Teknik analisa laporan keuangan meliputi:Teknik analisa laporan keuangan meliputi:
��Analisis perubahan LKAnalisis perubahan LK
��Analisis persentase per komponenAnalisis persentase per komponen
��Analisis trendAnalisis trend
��Analisis rasioAnalisis rasio
��Analisis ketaatan terhadap peraturanAnalisis ketaatan terhadap peraturan
7
13
1. ANALISIS PERUBAHAN LK1. ANALISIS PERUBAHAN LK (1(1--4)4)
•• PengertianPengertian
Teknik analisa yang dilakukan dengan
memperbandingkan pos-pos yang sama
dari dua LK suatu K/L dengan dua periode
yang berlainan
•• TujuanTujuan
Untuk mengetahui perubahan suatu pos
dari periode yang satu ke periode yang lain
14
ANALISIS PERUBAHAN (2-4)
8
15
ANALISIS PERUBAHAN (3-4)
16
ANALISIS PERUBAHAN DI CALKANALISIS PERUBAHAN DI CALK(4(4--4)4)
9
17
2. ANALISIS PERSENTASE 2. ANALISIS PERSENTASE
PERKOMPONENPERKOMPONEN (1(1--5)5)
• Pengertian
Suatu teknik analisa yang dilakukan dengan membandingkan antara suatu pos terhadap
totalnya dalam laporan keuangan yang sama.
• Tujuan
Untuk mengetahui seberapa besar
kontribusi suatu pos dalam bentuk angka
total.
18
ANALISIS PERSENTASE PERKOMPONEN (2-5)
REALISASI APBN TA 2010
10
19
CONTOH PENGUNGKAPAN HASIL ANALISIS
PERSENTASE PERKOMPONEN (3-5)
Grafik: Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah TA 2010
20
CONTOH PENGUNGKAPAN HASIL ANALISIS
PERSENTASE PERKOMPONEN (4-5)
Grafik: Komposisi Alokasi Belanja Negara Per Jenis TA 2010
11
21
CONTOH PENGUNGKAPAN HASIL ANALISIS
PERSENTASE PERKOMPONEN (5-5)
Grafik: Komposisi Lima Terbesar Kementerian Negara/Lembaga Pengguna Anggaran Belanja Pemerintah Pusat TA 2010
22
3. ANALISIS TREND (1-5)
• Pengertian
Teknik analisa yang dilakukan dengan
membandingkan pos-pos yang sama dari
beberapa periode yang berurutan (time series
data).
• Tujuan
untuk memahami arah atau kecenderungan
suatu pos dari waktu ke waktu.
12
23
ANALISIS TREND (2-5)
TA
2010
TA
2009
TA
2008
TA
2007
TA
2006
Pen. Negara
Pen. Perpajakan 723,31 619,92 658,70 490,99 409,20
PNBP 268,94 227,17 320,60 215,12 226,95
Belanja Negara
Bel. Pem. Pusat 697,41 628,81 693,36 504,62 440,03
Trans.untuk Daerah 344,73 308,59 292,43 253,26 226,18
Dalam Rp triliun
24
CONTOH PENGUNGKAPAN
HASIL ANALISIS TREND (3-5)
Grafik: Perkembangan Realisasi Penerimaan Perpajakan dan PNBP TA 2006-2010
13
25
CONTOH PENGUNGKAPAN
HASIL ANALISIS TREND (4-5)
Grafik: Perkembangan Belanja 2006-2010
TREND BELANJA NEGARA BULANAN TA 2010 (5-5)
14
27
4. ANALISIS RASIO (1-3)
• Pengertian
Teknik analisis yang dilakukan dengan membandingkan pos yang satu dengan pos yang lain dalam laporan keuangan yang sama. Rasio-rasio yang diperoleh selanjutnya akan dibandingkan dengan rasio yang sama di K/L yang bersangkutan untuk periode yang berlainan atau akan dibandingkan dengan rasio pos yang sama dari K/L lainnya.
• TujuanUntuk mengetahui likuiditas, solvabilitas, efisiensi serta kemampuan suatu organisasi dalam memperoleh hasil untuk membiayai pengeluarannya.
28
ASET (2-3)
URAIAN 31 Des 2010 31 Des 2009
Aset Lancar
Kas
254,78 triliun
117,33 triliun
231,39 triliun
81,37 triliun
Investasi Jangka Panjang 706,41 triliun 737,04 triliun
Aset Tetap 1.184,30 triliun 979.00 triliun
Aset Lainnya 278,20 triliun 175,47 triliun
Total Aset 2.423,69 triliun 2.122,90 triliun
Kewajiban Jangka Pendek 201,34 triliun 187,84 triliun
Kewajiban Jangka Panjang 1.594,73 triliun 1.493,87 triliun
Total Kewajiban 1.796,08 triliun 1.681,71 triliun
15
29
ANALISIS RASIO (3-3)
Current Ratio= Current AssetCurrent Liabilities
Quick Ratio = CashCurrent Liabilities
Solvabilitas Ratio= Total AssetTotal Liabilities
....
...
...
...
...
...
2010 2009
30
5. 5. ANALISIS KETAATAN TERHADAP ANALISIS KETAATAN TERHADAP
PERATURANPERATURAN (1(1--4)4)
• Pengertian
Teknik analisa yang dilakukan dengan
cara menguji apakah peraturan-peraturan
yang ada telah ditaati.
• Tujuan
Untuk meyakini bahwa semua peraturan
perundang-undangan telah dipatuhi.
16
31
PRINSIPPRINSIP (2(2--4)4)
1. Pendapatan dan belanja diatur dalam undang-
undang APBN
2. Prinsip prealabel, yaitu anggaran harus
disahkan sebelum ada penggunaan
3. Prinsip universalitas, yaitu semua jenis
pengeluaran harus dicantumkan dalam
anggaran
4. Prinsip spesialitas, yaitu anggaran yang telah
disediakan dalam mata anggaran pengeluaran
tertentu tidak diperkenankan untuk digeser
32
PRINSIPPRINSIP (3(3--4)4)
5. Prinsip periodisitas, yaitu laporan disusun secara berkala sesuai dengan peraturan
6. Azas bruto, yaitu tidak diperbolehkan adanya offsetting antara pendapatan dan belanja
7. Anggaran belanja merupakan plafon
8. Pelaksanaan anggaran sesuai dengan pedoman yang mengatur pelaksanaan anggaran
17
33
ANALISIS THD UU APBN (4-4)
34
ANALISIS KETERKAITAN ANTAR
LAPORAN KEUANGAN
• LRA & NERACA– SILPA & SAL
– BELANJA MODAL VS MUTASI TAMBAH ASET TETAP
– PEMBIAYAAN UTANG/OBLIGASI VS MUTASI SALDO UTANG JANGKA PANJANG
• LRA & LAK– PENDAPATAN NEGARA & HIBAH
– BELANJA NEGARA
– PEMBIAYAAN
• NERACA & LAK– SALDO KAS
18
35
TELAAH LAPORAN KEUANGAN
TINGKAT K/L & SATKER
36
LAPORAN REALISASI ANGGARANLAPORAN REALISASI ANGGARAN
19
37
UNSURUNSUR--UNSUR YANG PERLU DITELAAHUNSUR YANG PERLU DITELAAH
1. Pendapatan Negara dan Hibah, a.l.:� Pendapatan perpajakan hanya ada di Departemen Keuangan (DJP,
DJBC, DJA)
� PNBP-Bagian Laba BUMN hanya ada di LKBUN.
� Pastikan seluruh PNBP telah dilaporkan dan saldonya telah setor ke kas negara.
� Penerimaan hibah disampaikan kepada DJPU untuk dilaporkan pada LKBUN, LKKL hanya mengungkapkannya secara memadai.
2. Belanja Negara, a.l.:� Realisasi Belanja Modal (53) pada TA ybs perlu dibandingkan dengan
perubahan (kenaikan) saldo Aset Tetap.
� Pembayaran Bunga Utang (54) hanya ada di BA 999.01 dan BA 015.
� Dalam Belanja Lain-lain (58) terdapat unsur pembelian aset.
38
NERACANERACA
20
39
KAS DI BENDAHARA
PENGELUARAN
• “Kas di Bendahara Pengeluaran” = “Uang Muka dari KPPN”
• Minus (kurang):– SPM/SP2D UP/TUP ada yang belum rekam
– Kelebihan pengembalian UP.
• Terlalu besar:– SPM GU Nihil masih ada yang belum direkam.
– SSBP berupa pengembalian UP belum direkam.
• “Kas di Bendahara Pengeluaran” hanya memuat kas UP.
40
KAS LAINNYA DAN SETARA KAS
• Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran lazimnya terdiri dari:
1. Bunga jasa giro yang belum disetor ke kas negara
2. Pungutan pajak yang belum disetor ke kas negara
3. Penerimaan hibah langsung berupa kas (dalam/luar negeri) *)
4. Belanja yang tidak jadi direalisir atau pengembalian belanja
5. Belanja (gaji/honor) yang belum dibayarkan kepada yang berhak
• Kebijakan pemerintah terkait dengan penyajian kas tersebut:
Butir 1,2,3, dan 4 disajikan:
Kas Lainnya dan setara kas
(Kas lainnya di Bendahara Pengeluaran) Rpxxx
Pendapatan yang ditangguhkan Rpxxx
Butir 5 disajikan:
Kas Lainnya dan setara kas
(Kas lainnya di Bendahara Pengeluaran) Rpxxx
Utang kepada Pihak Ketiga Rpxxx
*) Disajikan sebagai Kas Lainnya pada K/L dari hibah langsung, apabila telah disahkan akun pasangannya
Ekuitas Dana Lancar
21
41
KAS DI BENDAHARA PENERIMA
• Cermati apakah pada tanggal neraca masih
terdapat kas di bendahara penerimaan (kas yang
diterima dari PNBP) yang belum disetor ke kas
negara.
• Jika ada, sajikan nilai kas tersebut di neraca
sebesar nilai yang ada pada bendahara
penerimaan.
• Akun “Kas di Bendahara Penerima” =
“Pendapatan yang Ditangguhkan”
42
PERSEDIAANPERSEDIAAN
• Laporan persediaan diperoleh dari bagian perlengkapan.
• Persediaan dilaporkan semesteran dan tahunan berdasarkan hasil opname fisik.
• Nilai yang disajikan pada neraca adalah nilai pembelian terkahir.
• “Persediaan” = “Cadangan Persediaan”
22
43
BAGIAN LANCAR TGR/TPABAGIAN LANCAR TGR/TPA
• TGR/TPA biasanya mencakup masa
pelunasan lebih dari satu tahun anggaran.
• Jika pada akhir tahun masih terdapat saldo,
dilakukan reklasifikasi untuk menentukan
Bagian Lancar (yang jatuh tempo pada
tahun depan).
• Jumlah Bagian Lancar TGR/TPA ini
dimasukkan ke kelompok aset lancar,
sedangkan sisanya (TPA/TGR) disajikan
dalam kelompok Aset Lainnya.
44
ASET TETAP SEBELUM DISESUAIKAN
• Periksa apakah masih ada akun “<Aset Tetap>
Sebelum Disesuaikan”
• Akun ini masih muncul disebabkan oleh:
– Penerimaan ADK dari Aplikasi SIMAK-BMN belum
dilakukan,
– Penerimaan ADK dari SIMAK-BMN sudah dilakukan tetapi
terdapat aset berikut SPM/SP2D yang belum direkam
atau masih terdapat BMN yang berupa Konstruksi Dalam
Pengerjaan.
• Pada akhir semester/tahun, akun ini harus
dihapuskan dari neraca dengan jurnal koreksi.
23
45
ASET TETAPASET TETAP
• Nilai aset tetap non KDP di neraca seharusnya sama dengan total nilai BMN di LBMN Intrakomtabel.
• Bandingkan pertambahan nilai aset tetap di Neraca dengan Realisasi Belanja Modal pada LRA.
• Jika akuntansi BMN masih dikerjakan secara manual, periksa kebenaran mapping antara laporan BMN dengan akun aset tetap di Neraca.
• Total nilai aset tetap harus sama dengan nilai akun “Diinvestasikan Dalam Aset Tetap”
46
ASET LAINNYAASET LAINNYA
• Lakukan reklasifikasi pada akhir tahun untuk TPA/TGR yang akan jatuh tempo pada tahun berikutnya.
• Yakinkan bahwa nilai TPA/TGR yang terdapat pada neraca akhir tahun adalah nilai setelah dikurangai bagian lancar-nya.
• Total “Aset Lainnya” = “Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya.”
24
47
DISKUSI
48
25
49
50
26
51
KASUS 5
52
1. Kas di Bendahara Penerimaan sebesar Rp1.000.000
2. Bunga jasa giro yang belum disetor ke kas negarasebesar Rp100.000
3. Pungutan pajak yang belum disetor ke kas negarasebesar Rp500.000
4. Belanja honor/gaji yang telah dicairkan namun belum diserahkan kepada yang berhak sebesar Rp750.000
5. Tagihan listrik, PAM, dan telepon yang belum dilunasi sebesar Rp2.000.000
6. Pertanyaan:1. Berapa nilai pendapatan ditangguhkan dalam laporan
keuangan?
2. Berapa nilai kewajiban yang disajikan dalam laporan keuangan?
27
53