PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

86
1 DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN 2 BAB II ANALISA LAPORAN KEUANGAN 11 BAB III TUJUAN DAN PRASYARAT ANALISIS 14 BAB IV METODE DAN TEKNIK ANALISIS 17 BAB V TELAAH LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA 30 BAB VI CONTOH ILUSTRASI ANALISIS MENYELURUH 50

description

MODUL PPAKP 2013

Transcript of PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

Page 1: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

1

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN 2

BAB II ANALISA LAPORAN KEUANGAN 11

BAB III TUJUAN DAN PRASYARAT ANALISIS 14

BAB IV METODE DAN TEKNIK ANALISIS 17

BAB V TELAAH LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA 30

BAB VI CONTOH ILUSTRASI ANALISIS MENYELURUH 50

Page 2: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. ALIRAN DANA, POSISI KEUANGAN DAN ATURAN AKUNTANSI

Laporan Keuangan yang disusun pada saat ini menggunakan kaidah-kaidah

akuntansi yang telah diakui secara internasional sesuai dengan sistem Government

Finance Statistics (GFS). Seluruh data dalam sistem GFS terdiri atas aliran dana (flows)

maupun posisi keuangan (stocks). Aliran dana merupakan pernyataan dalam bentuk uang

(monetary expression) dari tindakan-tindakan ekonomi yang dilakukan oleh unit-unit dan

kejadiankejadian lain yang mempengaruhi status ekonomi suatu unit yang terjadi

sepanjang suatu periode akuntansi. Sedangkan posisi keuangan menggambarkan posisi

aset dan kewajiban dari unit-unit pada waktu tertentu dan posisi nilai kekayaan bersih unit

tersebut, yang nilainya sama dengan total aset dikurangi total kewajiban.

Aliran dana dan posisi keuangan yang dicatat di sistem GFS merupakan catatan

yang terintegrasi, yang berarti bahwa seluruh perubahan posisi keuangan dapat

sepenuhnya dijelaskan oleh aliran dana. Dengan kata lain, hubungan berikut ini berlaku

untuk setiap posisi keuangan:

S1 = S0 + F

Di mana S0 dan S1 merupakan nilai-nilai dari posisi keuangan pada awal periode dan

akhir periode akuntansi, dan F merupakan nilai bersih dari aliran dana sepanjang periode

yang mempengaruhi posisi keuangan. Pada umumnya, nilai posisi keuangan yang dimiliki

oleh suatu unit pada suatu waktu tertentu merupakan nilai kumulatif dari seluruh aliran

dana yang mempengaruhi posisi keuangan yang terjadi sejak unit yang bersangkutan

pertama kali memperoleh posisi keuangan tersebut.

1. JENIS ALIRAN DANA

Aliran dana menggambarkan pembentukan, perubahan, pertukaran, transfer

atau hilangnya nilai ekonomis. Hal-hal ini meliputi perubahan-perubahan dalam

volume, komposisi, atau nilai aset, kewajiban dan kekayaan bersih suatu unit. Suatu

aliran dana dapat berupa kejadian tunggal, seperti pembayaran tunai untuk pembelian

barang, atau nilai kumulatif dari satu set kejadian yang muncul selama satu periode

akuntansi, seperti beban bunga yang terus menerus (continuous accrual of interest

expense) dari obligasi pemerintah. Seluruh aliran dana dapat diklasifikasikan sebagai

transaksi atau aliran dana ekonomi lainnya.

Transaksi

Suatu transaksi adalah sebuah interaksi antara dua unit dengan perjanjian

saling menguntungkan atau suatu tindakan di dalam satu unit yang diperlakukan

sebagai transaksi untuk kepentingan analitis. Perjanjian saling menguntungkan berarti

bahwa ada pengetahuan dan pemahaman sebelumnya dari unit-unit yang

bertransaksi, tetapi tidak berarti bahwa kedua unit melakukan transaksi secara

sukarela.

Page 3: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

3

Setiap transaksi adalah suatu pertukaran apabila suatu unit memproduksi

barang, jasa, aset, atau tenaga kerja kepada unit kedua dan menerima barang, jasa,

aset, atau tenaga kerja dengan nilai yang sama sebagai gantinya. Kompensasi atas

karyawan, pembelian barang dan jasa, timbulnya biaya bunga, penjualan bangunan

kantor dan seluruh transaksi internal adalah pertukaran.

Suatu transaksi adalah transfer jika suatu unit menyediakan barang, jasa, aset,

atau tenaga kerja kepada unit kedua tanpa menerima secara simultan barang, jasa,

aset atau tenaga kerja pada nilai tertentu sebagai gantinya.

Beberapa transaksi muncul sebagai pertukaran tetapi secara aktual

merupakan kombinasi dari pertukaran dan transfer. Dalam hal ini transaksi actual

harus dibagi dalam dua transaksi, satu hanya merupakan pertukaran dan satu hanya

merupakan transfer. Sebagai contoh, unit pemerintah umum mungkin menjual aset

pada harga yang jelas di bawah harga pasar. Penjualan ini harus dibagi ke dalam

sebuah pertukaran pada nilai pasar dari aset dan sebuah transfer yang nilainya sama

dengan selisih antara nilai transaksi aktual dan nilai pasar dari aset yang

bersangkutan.

Seluruh transaksi dapat juga diklasifikasikan sebagai moneter atau non

moneter. Transaksi moneter adalah satu transaksi di mana satu unit membuat

pembayaran atau terbebani kewajiban yang dinyatakan dalam mata uang dan unit

kedua menerima pembayaran atau aset lainnya, juga dinyatakan dalam mata uang.

Sebagai contoh, barang biasanya dibeli pada jumlah mata uang tertentu untuk setiap

unit barang, dan manfaat pengaman sosial sering dibayar dalam jumlah kas tetap.

Sementara itu, transaksi non moneter harus dibuat dalam nilai moneter karena

berkaitan dengan aliran dana dan posisi keuangan yang dinyatakan dalam ukuran

uang. Nilai-nilai yang dibuat untuk transaksi non moneter mempunyai arti ekonomi

yang berbeda dibandingkan dengan pembayaran tunai dalam jumlah yang sama,

karena transaksi tersebut bukan merupakan jumlah uang bebas yang dapat

dibelanjakan. Akan tetapi, untuk semua sistem yang komprehensif dan terintegrasi,

perlu untuk dibuat estimasi nilai pasar terhadap pos-pos yang terlibat dalam transaksi

non moneter.

Transaksi non moneter dapat merupakan salah satu dari transaksi dua pihak

atau transaksi internal, dan transaksi-transaksi ini dapat merupakan perukaran atau

transfer. Barter, atau remunerasi dalam bentuk natura dan pembayaran dalam bentuk

lain adalah pertukaran non moneter. Transfer bentuk lain adalah transfer non moneter.

Aliran Dana Ekonomi Lainnya

Suatu aliran dana ekonomi lainnya adalah suatu perubahan dalam volume atau

nilai aset atau kewajiban yang bukan merupakan akibat dari transaksi. Perubahan

volume biasanya digambarkan sebagai perubahan lain dalam volume aset (other

changes in the volume of asets) atau istilah yang lebih sederhana perubahan lain

dalam volume, dan perubahan nilai diilustrasikan sebagai keuntungan dan kerugian

karena memegang aset (holding gains and loses). Dalam semua kasus, perubahan

volume dan nilai aset juga mengacu pada perubahan yang berkaitan dengan

kewajiban.

Page 4: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

4

Perubahan lain dalam volume aset meliputi kejadian-kejadian dengan ruang

lingkup yang luas. Kejadian ini dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu:

a. Kejadian-kejadian yang melibatkan penambahan atau pengurangan saldo neraca

dari aset dan kewajiban tanpa perubahan kuantitas atau kualitas, misalkan:

i) Peningkatan akses mungkin membuat budi daya tanaman tertentu di hutan

menjadi layak secara komersial;

ii) Proyek konstruksi mungkin kehilangan nilai ekonomis sebelum selesai dan

aset yang selesai sebagian ditunda;

iii) Pemerintah mungkin membantu perlindungan hak cipta untuk

penemuanpenemuan.

b. Kejadian-kejadian yang merubah kuantitas dan kualitas aset, misalkan:

i) Penghancuran sebagian atau seluruh aset yang disebabkan oleh kejadian

dengan skala besar, seperti gempa bumi atau angin ribut;

ii) Peningkatan kuantitas hutan dan persediaan ikan karena pertumbuhan alami;

iii) Pengecilan aset oleh unit pemerintah tanpa pemberian kompensasi penuh

dengan alas an-alasan selain kegagalan membayar pajak, denda dan

tagihan-tagihan sejenis.

c. Kejadian-kejadian yang berhubungan dengan perubahan-perubahan dalam

klasifikasi aset. Reklasifikasi aset dan dan kewajiban, serta reklasifikasi dari satu

sektor ke sektor lainnya termasuk dalam kategori ini. Pada kejadian dimaksud,

nilai ekayaan bersih tidak akan berubah karena perubahan klasifikasi.

2. ATURAN AKUNTANSI

Aturan akuntansi untuk mencatat aliran dana dan posisi keuangan didesain

untuk meyakinkan bahwa data yang dihasilkan dalam laporan keuangan sesuai

dengan standar yang diterima untuk kompilasi statistic ekonomi.

a. Jenis Sistem Akuntansi

Akuntansi ayat jurnal berpasangan (double entry accounting) digunakan untuk

pencatatan aliran dana. Dalam sistem ayat jurnal berpasangan, setiap aliran dana

akan memunculkan dua jurnal yang bernilai sama, yang secara tradisional disebut

sebagai jurnal debet dan kredit. Debet adalah suatu kenaikan aset, penurunan

kewajiban, atau penurunan nilai kekayaan bersih. Kredit adalah suatu penurunan

aset, kenaikan kewajiban, atau kenaikan nilai kekayaan bersih. Jurnal pendapatan

yang mewakili suatu kenaikan nilai kekayaan bersih, dicatat sebagai kredit.

Sebaliknya, suatu biaya menunjukkan penurunan nilai kekayaan bersih dan dicatat

sebagai debet.

Suatu neraca sebuah kompilasi aset, kewajiban dan nilai kekayaan bersih dari unjit

pemerintah. Ciri dasar neraca dan akuntansi secara umum adalah bahwa total nilai

aset selalu sama dengan total nilai kewajiban ditambah nilai kekayaan bersih.

Penggunaan sistem ayat jurnal berpasangan meyakinkan bahwa cirri tersebut

dipertahankan secara benar. Ada banyak kombinasi debet dan kredit yang

mungkin mempengaruhi aset, kewajiban dan nilai kekayaan bersih. Sebagai

contoh, pembelian jasa oleh unit pemerintah yang pembayarannya dilakukan

dalam 30 hari mendatang akan dicatat sebagai biaya (debet) dan kenaikan nilai

Page 5: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

5

kewajiban (utang). Jadi nilai kekayaan bersih melalui biaya, turun/berkurang

dengan jumlah yang sama dengan kenaikan kewajiban, sementara nilai aset tidak

terpengaruh. Pembayaran yang dilakukan kemudian akan dicatat sebagai

penurunan uang kas (kredit) dan penurunan utang (debet). Dalam hal ini, aset dan

kewajiban keduanya menurun dengan jumlah yang sama dan nilai kekayaan

bersih tidak terpengaruh.

b. Saat Pencatatan Aliran Dana

Sekali aliran dana teridentifikasi, waktu di mana saat kejadian itu muncul harus

ditentukan sedemikian rupa sehingga hasil-hasil dari aliran dana dalam satu

periode akuntansi tertentu dapat dikompilasi. Meskipun bagian ini menekankan

pada waktu terjadinya aliran dana, karakteristik dari sistem yang terintegrasi

menunjukan bahwa posisi keuangan yang dicatat dalam neraca juga dipengaruhi

oleh waktu aliran dana tersebut terjadi.

Satu dari masalah dalam menentukan saat transaksi adalah kemunculan yang

sering dari periode yang panjang antara inisiatif tindakan dan penyelesaian akhir.

Sebagai contoh, banyak pembelian barang dimulai dengan penandatanganan

suatu kontrak antara penjual dan pembeli, yang diikuti dengan dimulainya produksi

atas barang yang dipesan, penyelesaian produksi, pengangkutan dari lokasi

penjual, kedatangan barang di lokasi pembeli, persiapan dan pengiriman faktur,

penerimaan faktur, persetujuan pembayaran, pengakuan bunga karena telat

membayar atau berakhirnya masa diskon, dan seterusnya. Bahkan kemudian,

transaksi ini mungkin belum selesai ketika ada hak untuk mengembalikan atau

klaim garansi. Meskipun masing-masing kejadian yang berbeda di atas secara

ekonomi relevan dan mungkin menghasilkan transaksi ganda, namun dalam

hanya satu waktu dapat ditandai untuk masing-masing transaksi.

c. Penilaian

Seluruh aliran dana dan posisi keuangan harus dinilai pada jumlah di mana

barang, aset selain kas, jasa, upah, atau penyediaan modal secara nyata

dipertukarkan atau dapat dipertukarkan secara tunai. Nilai ini biasanya dikenal

dengan istilah nilai atau harga pasar yang berlaku. Aliran dana harus dinilai

berdasarkan harga yang berlaku pada saat aliran dana tersebut dicatat. Posisi

keuangan harus dinilai dengan harga yang berlaku pada tanggal neraca.

Umumnya, aliran dana yang dinyatakan dalam satuan moneter ketika aliran

tersebut timbul dapat dicatat pada nilai aktualnya karena nilai tersebut dianggap

sebagai nilai pasar tahun berjalan. Beberapa transaksi yang dinyatakan dalam

satuan moneter perlu dibagi ke dalam dua transaksi. Dalam kasus tersebut, nilai

total dari dua transaksi harus sama dengan nilai satuan moneter dari transaksi

tunggal yang secara nyata timbul. Apabila unit pemerintah menjual aset dengan

nilai di bawah harga pasar atau membeli aset dengan nilai dari harga pasar,

penjualan atau pembelian harus dinilai pada harga pasar yang benar dan transfer

atas selisih harus dicatat. Sering transaksi-transaksi yang bersifat seperti ini

distrukturkan sedemikian rupa sehingga nilai pasar yang benar tidak mungkin

diestimasi secara akurat. Namun demikian, estimasi harus dibuat apabila

Page 6: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

6

memungkinkan.

Aliran dana yang dinyatakan dalam satuan mata uang asing harus dikonversikan

ke dalam mata uang rupiah pada kurs yang berlaku ketika aliran dana dilakukan,

dan posisi keuangan dikonversikan pada kurs (tengah) yang berlaku pada tanggal

neraca. Penilaian dalam rupiah atas pembelian atau penjualan secara kredit yang

dinyatakan dalam mata uang asing mungkin berbeda dari nilai pembayaran tunai

yang mengikutinya karena kurs berubah dalam masa itu. Kedua transaksi harus

dinilai pada nilai pasar yang berlaku (current market value) pada tanggal-tanggal di

mana transaksi-transaksi tersebut timbul, dan keuntungan atau kerugian yang

dihasilkan dari perubahan kurs harus dicatat dalam periode tersebut atau periode

di mana kejadian tersebut timbul.

B. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Laporan Keuangan memuat informasi yang relevan mengenai posisi keuangan

dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu

periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan

realisasi pendapatan,belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang

ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu

entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan

perundangan.

Kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan ini diperlukan mengingat

setiap entitas pelaporan menggunakan sumber dana/anggaran yang berasal dari

rakyat dan perlu dipertanggungjawabkan capaian kegiatannya. Oleh karenanya

llaporan keuangan yang disusun oleh suatu entitas diperlukan untuk keperluan:

1) Akuntabilitas, yaitu untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya

serta pelaksanaan kegiatan secara periodik.

2) Manajemen, yaitu membantu para pengguna mengevaluasi pelaksanaan kegiatan

sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas

seluruh aset, kewajiban dan ekuitas dana.

3) Transparansi, yaitu memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur

kepada masyarakat.

4) Keseimbangan antar generasi (intergenerational equity), membantu para

pengguna untuk mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah untuk membiayai

seluruh pengeluaran yang dialokasikan.

Dalam kaitan dengan peranan laporan keuangan tersebut, maka diperlukan

proses analisis laporan keuangan sehingga didapatkan suatu penilaian yang obyektif dan

terukur mengenai penggunaan anggaran dan kinerja yang berhasil dicapai oleh suatu

entitas. Lebih lanjut, analisis juga diperlukan bagi perbaikan rencana penganggaran di

masa yang akan datang, sebagaimana tergambar dalam diagram berikut ini.

Page 7: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

7

Sebelum melakukan analisis, terlebih dahulu perlu dimengerti mengenai

tujuan, prinsip, dan karakteristik pelaporan keuangan. Selain itu, perlu juga dimengerti

mengenai keterbatasan dari pelaporan keuangan sehingga hasil analisis dapat lebih

objektif dan tidak bias.

1. TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN

Dalam kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan yang merupakan salah

satu bagian dari Standar Akuntansi Pemerintahan, dijelaskan mengenai tujuan

laporan keuangan pemerintah. Tujuan laporan keuangan tersebut adalah untuk

menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai

akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik

dengan:

a. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan selama periode

berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran.

b. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya

ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan

perundangan,

c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumberdaya ekonomi yang digunakan

dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai,

d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh

kegiatannya dan mencukupi dan mencukupi kebutuhan kasnya,

e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan

berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun

jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.

f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan,

Page 8: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

8

apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang

dilakukan selama periode pelaporan.

2. KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang

perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya,

yang meliputi:

a. Relevan, yaitu informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi

keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa

lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau

mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi yang relevan haruslah

memenuhi unsure-unsur memiliki manfaat umpan balik (feedback value), memiliki

manfaat prediktif (predictive value), tepat waktu dan lengkap.

b. Andal, yaitu informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang

menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta

dapat diverifikasi. Informasi yang andal haruslah memiliki karakteristik penyajian

jujur, dapat diverifikasi (verifiability), dan netral.

c. Dapat dibandingkan, yang berarti informasi yang termuat dalam laporan keuangan

dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya.

d. Dapat dipahami, yang berarti laporan keuangan disajikan dalam bentuk serta

istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.

3. PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN

Penyusunan laporan keuangan harus mengikuti prinsip-prinsip akuntansi dan

pelaporan keuangan agar dapat ditaati dan dipahami para pembuat standar akuntansi

pemerintahan, penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan, dan para

pengguna laporannya. Prinsip-prinsip tersebut terdiri atas:

a. Basis akuntansi menggunakan basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja,

dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Sedangkan basis akrual

digunakan untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dalam neraca.

b. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayarkan atau

sebesar nilai wajar dari imbalan untuk memperoleh aset tersebutpada saat

perolehan. Sedangkan kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang

diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa depan dalam

pelaksanaan kegiatan pemerintah. Penggunaan nilai historis ini dikarenakan lebih

obyektif dan dapat diverifikasi dibandingkan penilaian lain. Dalam hal tidak

terdapat nilai historis , maka dapat digunakan nilai wajar dari aset atau kewajiban

terkait.

c. Realisasi, yang berarti pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui

anggaran pemerintah selama satu tahun fiskal akan digunakan untuk membayar

hutang dan belanja dalam periode tersebut.

d. Substansi mengungguli bentuk (substance over form), yang berarti transaksi atau

peristiwa lain yang ditampilkan dalam laporan keuangan dicatat dan disajikan

sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek

formalitasnya.

Page 9: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

9

e. Periodisitas (periodicity), yang berarti kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan

dibagi dalam periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan

posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan.

f. Konsistensi (consistency), yaitu perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada

kejadian yang serupa dari period ke periode oleh entitas pelaporan.

g. Pengungkapan lengkap (full disclosure), yaitu menyajikan secara lengkap

informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.

h. Penyajian wajar (fair presentation).

4. KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN DAN ANDAL

Harus diakui bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pastilah

memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut dikarenakan adanya keterbatasan dalam

menyajikan informasi keuangan yang relevan dan andal. Secara umum, kendala ini

dapat diartikan sebagai keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang

ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan

andal akibat keterbatasan atau karena alasan-alasan kepraktisan, antara lain:

a. Materialitas, laporan keuangan pemerintah hanya memuat informasi yang

memenuhi kriteria materialitas.

b. Pertimbangan biaya dan manfaat, laporan keuangan pemerintah tidak seharusnya

menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya

penyusunannya.

c. Keseimbangan antar Karakteristik Kualitatif, diperlukan untuk mencapai suatu

keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan

dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah.

Selain kendala-kendala tersebut di atas, secara umum setiap laporan keuangan juga

memiliki sifat dan keterbatasan, yaitu:

a. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang

telah lewat.

b. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan pihak tertentu.

c. Proses penyusunan laporan tidak lepas dari penggunaan taksiran dan

pertimbangan.

d. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang digunakan menimbulkan variasi

dalam pengukuran.

C. METODE ANALISIS

Ada beberapa cara atau metode dalam melakukan analisis terhadap laporan

keuangan suatu entitas, namun yang paling baik adalah gabungan atau kombinasi

metode-metode secara bersama-sama sehingga dapat diperoleh makna yang lebih

lengkap dan mendalam. Secara umum, metode yang digunakan meliputi:

1. ANALISIS HORISONTAL

Yaitu analisis dengan cara membandingkan neraca atau laporan realisasi

Page 10: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

10

anggaran beberapa tahun terakhir secara berurutan. Analisis ini dimaksudkan

untuk memperoleh gambaran mengenai perubahan-perubahan yang terjadi baik

dalam neraca maupun LRA apakah mengalami kenaikan atau penurunan.

Apabila metode ini dilakukan untuk suatu jangka waktu yang cukup panjang dan

menitikberatkan pada arah perkembangannya, maka analisis seperti ini disebut

analisis tren.

2. ANALISIS VERTIKAL

Yaitu cara analisis yang dilakukan dengan jalan menghitung proporsi pos-pos

dalam neraca dengan suatu jumlah tertentu dari neraca atau proporsi dari

unsur-unsur tertentu LRA dengan jumlah tertentu LRA. Misalnya: proporsi Kas di

Bendahara Pengeluaran terhadap jumlah Aset Lancar, proporsi Persediaan

terhadap jumlah Aset, ataupun proporsi Belanja Pegawai terhadap jumlah

Belanja Satker. Jadi maksudnya untuk memperoleh gambaran tentang kewajaran

pos-pos atau unsureunsur neraca maupun LRA.

3. ANALISIS RASIO

Yaitu analisis dengan cara menghitung rasio-rasio keuangan dari data-data

laporan keuangan satker. Rasio-rasio tersebut dapat diklasifikasikan dalam

beberapa jenis, yaitu:

a. Rasio Cepat, yaitu rasio yang mengukur kesanggupan satker untuk memenuhi

kewajiban-kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo dengan kas yang ada.

b. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang mengukur kesanggupan satker untuk

memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo.

c. Rasio Solvabilitas, yaitu rasio yang mengukur kesanggupan satker untuk

memenuhi kewajiban-kewajibannya.

d. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio), yaitu rasio yang mengukur kesanggupan

satker untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara berkelanjutan.

Untuk dapat mengartikan rasio-rasio yang telah dihitung dari suatu satker

perlu adanya standar pembanding, misalnya rasio-rasio dari satker lain

dibandingkan dengan rasio rata-rata dari satker sejenis dalam kementerian

negara/lembaga tersebut. Dari sudut pandang praktis dapat dikatakan satker

yang dikelola dengan baik akan mempunyai beberapa rasio yang lebih baik

daripada rasio-rasio satker sejenisnya atau sebaliknya. Analisis rasio keuangan

ini jangan dilakukan secara mekanis saja, tetapi harus lebih menggunakan

penilaian (judgment) sebagai bagian dari proses evaluasi yang lebih luas. Dengan

meneliti rasio-rasio keuangan dari suatu satker serta membandingkannya dengan

suatu standar tertentu, maka dapat diperoleh gambaran mengenai tata kelola dari

suatu satker yang dinilai baik/unggul pada suatu kementerian negara/lembaga.

Selanjutnya atas dasar analisis ini, kementerian Negara/lembaga dapat

melakukan perbaikan tata kelola satker di bawahnya.

Page 11: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

11

BAB II

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

A. PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

pemerintah untuk menyusun laporan keuangan yang merupakan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Demikian pula Menteri/Pimpinan Lembaga

sebagai Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang

dipimpinnya, wajib menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian

negara/lembaga yang dipimpinnya sebagai bentuk pertanggungjawaban. Laporan

keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi

sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh

kementerian/lembaga negara bersangkutan. Data keuangan dalam laporan keuangan

akan lebih berarti apabila dianalisis lebih lanjut sehingga dapat diperoleh informasi

yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil. Dengan demikian,

analisis laporan keuangan merupakan analisis yang dilakukan terhadap berbagai

macam informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

Analisis laporan keuangan banyak digunakan oleh berbagai pihak yang

berkepentingan terhadap masalah-masalah keuangan pemerintah. Dalam melakukan

analisis, setiap pengguna laporan harus mengidentifikasi informasi yang harus dipilih

untuk dianalisis, teknik analisis yang tepat, ruang lingkup, kedalaman analisis dengan

menggunakan pertimbangan yang cermat agar dapat memperoleh informasi yang

diinginkan untuk mendukung keputusan-keputusan yang diambilnya.

B. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN

Komponen laporan keuangan setidak-tidaknya terdiri dari:

1. Laporan Realisasi Anggaran;

2. Laporan Arus Kas;

3. Neraca; dan

4. Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan Realisasi Anggaran sering juga disebut laporan operasional merupakan

laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan

sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah yang menggambarkan perbandingan

antara anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan dengan realisasinya dalam

satu periode pelaporan.

Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber,

penggunaaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi dan

saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas

diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan,

pembiayaan, dan nonanggaran.

Page 12: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

12

Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas

pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.

Catatan atas Laporan Keuangan sekurang-kurangnya menyajikan tentang:

a. informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target,

berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;

b. ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;

c. informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan

akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan

kejadian-kejadian penting lainnya;

d. pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar mukalaporan keuangan;

e. pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul

sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan

rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;

f. informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak

disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;

g. daftar dan skedul.

Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam

Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai

referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis

atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan

Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah

penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi

Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk

penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan

komitmen-komitmen lainnya.

Setiap komponen laporan keuangan hendaknya tidak dianalisis secara parsial.

Keempat komponen laporan tersebut merupakan satu kesatuan yang harus dianalisis

secara bersama-sama. Terdapat hubungan antara pos yang satu dengan pos yang

lainnya dalam laporan keuangan sehingga untuk memperoleh gambaran informasi

yang utuh, pos-pos terkait dianalisis secara terintegrasi.

Laporan keuangan merupakan hasil rekaman transaksi keuangan dari peristiwa masa

lalu. Dengan demikian laporan keuangan berarti menyajikan data hsitoris pemerintah

yang bersangkutan. Sementara itu berbagai pihak yang berkepentingan pada

umumnya tidak hanya membutuhkan informasi masa lalu tetapi mereka

menggunakannya untuk mencari tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan

datang. Oleh karena itu teknik dan tingkat kedalaman analisis disesuaikan dengan

kebutuhan.

B. PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN

Pihak-pihak yang menggunakan informasi keuangan dari laporan keuangan

disebut pengguna. Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan

pemerintah, namun tidak terbatas pada:

Page 13: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

13

1. Masyarakat;

2. Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;

3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman; dan

4. Manajemen pemerintah.

Setiap pemakai bisa mempunyai kepentingan yang berlainan. Oleh karena itu, mereka

harus memahami informasi yang disajikan dalam laporan dan menganalisis dengan

teknik yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhannya

Masyarakat pada umumnya ingin mengetahui panggunaan sumber daya ekonomi yang

dipungut dari masyarakat selama tahun berjalan berikut kinerja atau hasil-hasil yang

dicapainya.

Para wakil rakyat berkewenangan untuk mengawasi apakah pemerintah bekerja sesuai

dengan batas-batas anggaran yang telah dituangan peraturan yang telah ditetapkan.

Mereka juga berkepentingan apakah peraturan perundangan yang berlaku ditaati.

Investor/kreditor pada umumnya berkepentingan untuk melihat apakah pemerintah

mampu mengembalikan pinjaman/investasi berikut kemampuan untuk membayar beban

bunganya secara tepat waktu.

Manajemen pemerintah berkepentingan terhadap informasi keuangan untuk

perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian kegiatan operasional pemerintahan.

Hal ini sangat penting bagi pemerintah agar dapat mengalokasikan dan menggunakan

anggaran yang tersedia untuk mencapai output/outcome secara efisien dan efektif.

Page 14: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

14

BAB III

TUJUAN DAN PRASYARAT ANALISIS

A. TUJUAN ANALISIS

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan mencakup informasi

kuantitatif maupun informasi kualitatif. Informasi kuantitatif tentang posisi keuangan

pada awal dan akhir tahun anggaran disajikan di neraca dan transaksi anggaran

maupun non anggaran yang terjadi dalam satu tahun anggaran dilaporkan dalam

laporan realisasi anggaran dan laporan arus kas.

Informasi kualitatif berupa kebijakan umum keuangan, kebijakan akuntansi,

pencapaian kinerja dan penjelasan pos-pos laporan keuangan disajikan dalam

catatan atas laporan keuangan.

Informasi kuantitatif harus dipadukan dengan informasi kualitatif dalam

melakukan analisis laporan keuangan. Ruang lingkup informasi yang dianalisis sangat

dipengaruhi oleh tujuan analisis itu sendiri.

Tujuan analisis laporan keuangan pemerintah pada umumnya adalah:

1. untuk meyakini bahwa pemerintah telah melaksanakan anggaran sesuai dengan

peraturan perundang-udangan

2. untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja pemerintah

3. untuk mengukur potensi pendapatan atau sumber ekonomi

4. untuk mengetahui kondisi keuangan

5. untuk mengetahui kemampuan pemerintah dalam memenuhi kewajibannya

B. TINGKAT KEDALAMAN ANALISIS

Laporan keuangan pemerintah pada dasarnya merupakan laporan keuangan

yang bertujuan umum, yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan sebagian

besar pengguna. Dalam kenyataanya setiap kelompok pengguna bisa mempunyai

kebutuhan yang berbeda. Setiap kebutuhan membutuhkan jenis dan tingkat

kedalaman informasi yang berbeda. Hal ini menentukan seberapa dalam seorang

pengguna akan melakukan analisis terhadap laporan keuangan.

Sebagai contoh seorang calon investor yang akan menanamkan uang pemerintahan

untuk jangka waktu yang panjang akan membutuhkan banyak informasi dengan ruang

lingkup yang luas, menganalisisnya secara mendalam dengan menggunakan

berbagai teknik analisis. Mereka akan membutuhkan informasi mengenai potensi

ekonomi di masa yang akan datang, mengukur tingkat keuntungan yang dikehendaki,

mengukur berapa lama investasinya akan diperoleh kembali. Sebaliknya mungkin ada

pejabat pemerintah yang hanya ingin mengetahui naik-turunya pendapatan pajak atau

non pajak dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Karena kebutuhannya sangat

sederhana maka ia hanya akan membandingkan antara pajak dan non pajak dengan

tahun anggaran sebelumnya.

Dari kedua contoh tersebut tampak bahwa pengguna mempunyai kepentingan yang

berbeda. Kepentingannya bervariasi dari yang sangat sederhana sampai dengan

Page 15: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

15

informasi yang kompleks. Semakin besar permasalahan yang dihadapi dan semakin

panjang waktu yang menjadi kepentingan pengguna akan diperlukan analisis yang

semakin mendalam dengan menggunakan berbagai teknik dan metode analisis.

C. PRASYARAT ANALISIS

Dalam melakukan analisis laporan keuangan, pengguna harus memahami

bahwa angka-angka yang disajikan di neraca, laporan realisasi anggaran dan laporan

arus kas merupakan hasil pemrosesan data keuangan sesuai dengan fakta atau

kondisi yang ada. Kondisi yang dihadapi belum tentu sama dari waktu ke waktu.

Disamping itu, juga harus disadari bahwa penyajian laporan keuangan harus mentaati

standar akuntansi pemerintahan yang berlaku. Berdasarkan standar akuntasi

pemerintahan tersebut, pemerintah harus menyusun kebijakan akuntansi yang sesuai

dengan situasi dan kondisi yang ada.

Berhubung dengan adanya permasalahan sebagaimana disebutkan di atas, maka

terdapat prasyarat analisis yang harus dipahami oleh pengguna, antara lain sebagai

berikut:

1. Laporan Keuangan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan dan

kebijakan akuntansi yang ditetapkan oleh pemerintah. Oleh karena itu,

membandingkan laporan keuangan secara horisontal maupun vertikal harus

diyakini terlebih dahulu bahwa mereka menggunakan metode-metode yang sama.

Setelah sama metodenya barulah angkaangka dapat diperbandingkan.

2. Angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan mungkin dipengaruhi oleh

suatu kondisi atau masalah tertentu yang spesifik. Dengan adanya kemungkinan

seperti ini, pengguna harus berhati-hati apabila membandingkan angka-angka dari

berbagai pos yang dihasilkan oleh kondisi yang berlainan. Misalnya pengeluaran

untuk belanja obatobatan pada tahun lalu dengan tahun ini. Tahun lalu belum ada

imunisasi cacar sehingga banyak obat yang dikeluarkan untuk

puskesmas-puskesmas untuk merawat masyarakat yang terkena penyakit

tersebut. Tahun berjalan tidak ada serangan penyakit cacar lagi sehubungan

dengan adanya program imunisasi. Dengan contoh seperti ini dapat dilihat bahwa

dalam hal-hal tertentu angka-angka sangat dipengaruhi oleh situasi atau kondisi

yang bersifat musiman yang terjadi.

3. Pengaruh transaksi, peristiwa dan kejadian yang ekstrim atau luar biasa juga

harus dieliminasi supaya tidak meyesatkan. Sebagai contoh, pada suatu tahun

terjadi bencana alam sehingga terdapat pengeluaran belanja yang besar untuk

menangani bencana alam tersebut. Tahun-tahun sebelumnya tidak pernah terjadi

bencana alam. Terhadap peristiwa yang sedemikian ini pengaruhnya terhadap

angka-angka laporan keuangan harus dihilangkan supaya angkanya tidak

meyesatkan.

4. Membandingkan antar Laporan Keuangan harus memperhitungkan kesetaraan

satker dalam hal tupoksi, jenis, maupun besaran-besaran relatif lainnya. Misalkan,

apabila kita ingin membandingkan efektifitas kinerja dari dua buah satker di bawah

Kementerian Keuangan maka harus dipastikan keduanya merupakan satker di

bawah unit organisasi Eselon 1 yang sama, mempunyai tupoksi yang sejenis dan

bertipe sama seperti antara KPPN tipe A dengan KPPN tipe A lainnya, KPP

Pratama dengan KPP Pratama lainnya dan sebagainya. Sangat tidak masuk akal

untuk membandingkan dua satker yang tidak mempunyai kesetaraan sama sekali,

Page 16: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

16

sehingga analisis yang dihasilkanpun kemungkinan besar akan sumir.

Pemilihan angka-angka yang menjadi tolok ukur harus dilaksanakan secara

hati-hati, terlebih lagi jika yang digunakan sebagai pembanding adalah laporan

keuangan. Misalnya laporan keuangan suatu kementerian negara/lembaga

dibandingkan dengan kementerian negara/lembaga lainnya. Permasalahan tidak

hanya terletak pada perbedaan berbagai kebijakan akuntansi tetapi kondisi dan

kemampuan keuangan yang mungkin sudah berbeda.

Page 17: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

17

BAB IV

METODE DAN TEKNIK ANALISIS

A. METODE ANALISIS HORISONTAL DAN VERTIKAL

Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan membandingkan pos-pos yang

disajikan dalam laporan keuangan. Metode yang dapat digunakan ada dua, yaitu analisis

horisontal dan analisis vertikal.

Analisis horisontal dilaksanakan dengan membandingkan angka-angka dalam suatu

laporan keuangan kementerian negara/lembaga dengan kementerian negara/lembaga

lainnya, antara pemerintah dengan pemerintah lainnya atau laporan keuangan beberapa

tahun terakhir secara berurutan. Di dalam melaksanakan metode yang demikian

pengguna harus hati-hati bahwa yang berbeda tidak hanya kebijakan akuntansi tetapi bisa

jadi terdapat perbedaan-perbedaan lain yang lebih mendasar. Dengan adanya

perbedaanperbedaan tersebut pengguna harus hati-hati dalam memilih laporan keuangan

yang akan dijadikan sebagai pembanding agar tidak menghasilkan informasi yang

menyesatkan. Atau, sebelum melakukan analisis, pengguna harus mengeliminasi

perbedaan-perbedaan yang yang berpengaruh terhadap proses analisis.

Analisis vertikal dilakukan dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos

yang lain dalam laporan keuangan yang sama, misalnya berapa persen belanja pegawai,

belanja barang atau belanja modal dari keseluruhan belanja. Dalam analisis vertikal ini,

kasus dan masalah tidak serumit sebagaimana analisis horisontal karena yang dianalisis

adalah laporan keuangan dari suatu entitas atau kementerian negara/lembaga yang

sama.

B. TOLOK UKUR ATAU PEMBANDING

Evaluasi hasil analisis laporan keuangan akan dibandingkan dengan kriteria atau tolok

ukur yang ditetapkan. Tolok ukur yang dapat digunakan dalam melakukan analisis ini

antara lain:

1. Informasi internal dari kementerian negara/lembaga yang bersangkutan, berupa:

a. Rencana kerja dan anggaran atau dokumen lainnya; dan

b. Laporan keuangan periode sebelumnya.

2. Informasi eksternal, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan kementerian

negara/lembaga lainnya.

C. TEKNIK ANALISIS

Terdapat beberapa teknik analisis yang dapat digunakan oleh pengguna dalam

melakukan analisis terhadap laporan keuangan. Teknik analisis laporan keuangan

tersebut meliputi:

1. Analisis perubahan laporan keuangan

2. Analisis prosentase per komponen

3. Analisis tren

4. Analisis rasio

Page 18: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

18

5. Analisis ketaatan terhadap peraturan

Teknik-teknik analisis tersebut mempunyai fokus yang berbeda. Oleh karena itu,

pengguna harus berhati-hati dalam memilih teknik yang akan digunakan. Setiap teknik

analisis tersebut dapat digunakan secara individual atau bersama-sama sehingga dapat

saling melengkapi untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif mengenai

kondisi suatu laporan keuangan kementerian negara/lembaga.

1. ANALISIS PERUBAHAN LAPORAN KEUANGAN

a. Pengertian

Analisis perubahan laporan keuangan adalah teknik analisis yang dilakukan dengan

memperbandingkan pos-pos yang sama dua laporan keuangan dengan periode yang

berlainan. Periode yang dipilih pada umumnya adalah dua periode yang berturut-turut.

Sebagai contoh, membandingkan pos Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang

diperoleh selama tahun 2010 dengan PNBP yang diperoleh selama tahun 2009. Pos

belanja pegawai tahun anggaran 2010 dibandingkan dengan belanja pegawai tahun

anggaran 2009.

b. Tujuan

Analisis perubahan laporan keuangan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

perubahan suatu pos dari periode yang satu ke periode yang lain. Hal ini diperlukan untuk

mengetahui dampak dari adanya perubahan kebijakan, lingkungan, peraturan, prosedur

dan hal-hal lainnya yang terjadi di suatu kementerian negara/lembaga. Oleh karena itu,

perubahan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan tidak dibaca secara awam

hanya sekedar kenaikan atau penurunannya melainkan harus dikaitkan dengan berbagai

perubahan yang telah dilakukan oleh kementerian negara/lembaga dalam menjalankan

kegiatan pemerintahan.

Perubahan suatu pos diukur secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan dalam

kuantitatif diperoleh dengan menghitung naik/turunnya suatu pos dari periode ke periode

berikutnya. Selanjutnya, perubahan tersebut diukur secara kualitatif untuk mengetahui

tingkat signifakansi dari angka-angka tersebut. Pengukuran secara kualitatif pada umunya

dilakukan dengan menghitung porsentasi perubahan terhadap pos tersebut di periode

sebelumnya.

c. Ilustrasi

Sumber PNBP Satuan Kerja AAA hanya berasal dari sewa rumah dinas dan Pendapatan

Pendidikan. Pendapatan Pendidikan adalah pendapatan yang diperoleh Satuan Kerja

AAA dalam rangka pelaksanaan program-program pendidikan sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi Satuan Kerja tersebut. Dalam tahun anggaran 2010, Satuan Kerja AAA

mencanangkan program optimalisasi PNBP tersebut, dimulai dengan kegiatan pendataan

ulang pendapatan sewa rumah dinas dan tagihantagihan yang seharusnya diterima

Satuan Kerja tersebut. Optimalisasi juga dilaksanakan dengan penambahan frekuensi

promosi atas keunggulan program pendidikan yang disediakan oleh Satuan Kerja AAA.

Pada akhir tahun 2010, Satuan Kerja AAA ingin mengetahui sejauh mana peningkatan

PNBP Satuan Kerja tersebut sehubungan dengan program yang telah dicanangkan.

Page 19: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

19

Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari program tersebut, dapat dilakukan dengan

cara membandingkan antara PNBP tahun 2010 dengan tahun 2009. ilustrasi

perhitungannya sebagai berikut:

Apabila berbagai faktor yang berpengaruh terhadap PNBP tidak mengalami perubahan,

misalnya Satuan Kerja AAA pada tahun 2010 hanya mendapatkan PNBP dari sewa rumah

dinas dan Pendapatan Pendidikan, maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

pendataan ulang dan promosi program yang dikelola Satuan Kerja AAA ternyata

menghasilkan kenaikan PNBP sebesar Rp2.000 (12.000-10.000) atau sebesar 20%

((2.000/10.000)x100) dari PNBP tahun sebelumnya. Informasi ini tentunya diharapkan

juga mempunyai predictive value bagi jajaran manajemen pemerintah untuk

memperkirakan apa yang akan terjadi terhadap PNBP sehubungan dengan

program-program yang akan dilakukan di tahun-tahun mendatang.

Namun apabila terdapat unsur di luar sewa rumah dinas dan Pendapatan Pendidikan

yang bersifat tidak biasa yang mempengaruhi PNBP Satuan Kerja AAA maka

pendapatan dari unsur yang tidak biasa tersebut harus dikeluarkan dalam analisis.

Misalnya pada tahun 2010, PNBP Satuan Kerja AAA sebesar berasal dari:

*) Pendapatan ini berasal dari hasil lelang aset yang rusak dan sudah dihapuskan Satuan

Kerja AAA oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKN-L) dan

diperkirakan tidak akan terjadi pada tahun-tahun selanjutnya.

Akibat adanya transaksi yang tidak biasa tersebut, pendapatan yang berasal dari

penjualan aset yang berlebihan/rusak harus dikeluarkan dari unsur PNBP dalam

melakukan analisis perubahan pendapatan. Dengan demikian kenaikan PNBP sebagai

akibat program Satuan Kerja AAA sebesar Rp500 (Rp10.500-Rp10.000) atau sebesar 5%

((500/10.000)x100%). Hasil analisis ini selanjutnya dapat digunakan oleh manajemen

dalam hal ini adalah Satuan Kerja AAA untuk melakukan langkah-langkah peningkatan

PNBP, misalnya melalui intensifikasi penggunaan Balai Pendidikan dan Pelatihan yang

dimiliki, peningkatan mutu pendidikan yang disediakan dan promosi yang lebih gencar.

Ilustrasi yang lain analisis perubahan antara realisasi anggaran tahun 2010 dengan 2009

disajikan sebagai berikut:

Page 20: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

20

Keterangan:

Dari sajian data di atas dapat diambil beberapa poin penting yang dapat dijadikan

sebagai kesimpulan yaitu:

• Pendapatan Negara Bukan Pajak Satuan Kerja BBB mengalami kenaikan 54,77%;

• Belanja Satuan Kerja BBB secara keseluruhan meningkat secara rata-rata 44,71%.

Berdasarkan teknik analisis yang sama untuk seluruh Satuan Kerja Kementerian ZZZ

diperoleh data sebagai berikut:

PERUBAHAN PNBP PER SATUAN KERJA KEMENTERIAN ZZZ

Dari data di atas dapat dilakukan analisis perubahan laporan keuangan metode horisontal

sebagai berikut:

Dengan asumsi bahwa terdapat kesetaraan antar Satuan Kerja dalam Kementerian ZZZ,

Satuan kerja BBB mengalami perubahan kenaikan pendapatan dengan prosentase paling

tinggi dibanding Satuan Kerja yang lain dalam Kementerian ZZZ. Dari hasil analisis dapat

disimpulkan bahwa kinerja Pendapatan Negara Bukan Pajak Satuan Kerja BBB paling

baik di antara Satuan Kerja dalam Kementerian ZZZ.

2. ANALISIS PERSENTASE PER KOMPONEN

a. Pengertian

Analisis persentase per komponen merupakan suatu teknik analisis yang

dilakukan dengan membandingkan antara suatu pos terhadap totalnya dalam laporan

keuangan yang sama. Jadi analisis ini merupakan analisis vertikal dalam suatu laporan

keuangan. Sebagai contoh:

Page 21: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

21

• belanja gaji dibandingkan dengan total belanja pegawai

• belanja pegawai dibandingkan dengan total belanja

• pendapatan pajak dibandingkan dengan total pendapatan negara

b. Tujuan

Analisis prosentase per komponen dimaksudkan untuk mengetahui seberapa

besar kontribusi suatu pos dalam bentuk angka total. Dengan diperolehnya angka ini,

pengguna dapat mengukur besarnya pengaruh pos tersebut bagi kementerian

negara/lembaga. Dengan demikian besaran angka ini seharusnya digunakan sebagai

dasar mengarahkan, mengalokasikan, dan mengendalikan sumber daya yang dimiliki

suatu kementerian negara/lembaga untuk menghasilkan output yang optimal bagi

kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.

Di samping itu fakta ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menggali

berbagai potensi-potensi yang dapat dikembangkan. Jadi, informasi ini dapat memberikan

umpan balik, baik untuk perencanaan, penganggaran, pengalokasian, maupun

pengendalian sumber daya yang dimiliki suatu kementerian negara/lembaga.

c. Ilustrasi

Belanja pegawai selama satu tahun anggaran Rp73.252.287. Dari jumlah tersebut

ternyata besarnya gaji Rp35.000.000, honorarium Rp38.000.000 dan lainnya Rp252.287.

Angka ini memperlihatkan bahwa besarnya gaji kurang dari 50%, sedangkan honorarium

mencapai lebih dari 50%. Angka yang demikian sudah memberikan sinyal adanya

kelemahan atau kesalahan dalam pemberdayaan sumber daya manusia.

Dengan mengambil data pada halaman 18, di atas, beberapa analisis prosentase per

komponen pada tahun yang bersangkutan sebagai berikut:

Berdasarkan teknik analisis yang sama untuk seluruh Satuan Kerja Kementerian

ZZZ misalnya diperoleh data sebagai berikut:

Page 22: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

22

Belanja Barang per Satuan Kerja

Apabila diasumsikan bahwa ketiga Satuan Kerja AAA, BBB, CCC dari Kementerian

ZZZ mempunyai jenis/tipe kantor yang sama dengan jumlah pegawai yang relatif

sama, dan kegiatan yang relatif sama maka dapat dikatakan bahwa Satuan Kerja BBB

dapat melakukan penghematan atau efisiensi dalam belanja barang dibanding Satuan

Kerja yang lain. Bila digambarkan dengan tabel, komposisi Belanja Barang per Satuan

Kerja adalah sebagai berikut:

3. ANALISIS TREN

a. Pengertian

Analisis tren merupakan salah satu teknik analisis yang dilakukan dengan

membandingkan pos-pos yang sama dari beberapa periode yang berurutan (time series

data). Teknik ini membutuhkan data dari sejumlah periode yang relatif panjang agar

dapat memperoleh gambaran yang lebih baik dalam mempelajari perilaku pos tersebut

selama beberapa periode. Periode lima tahun pada umumnya dianggap cukup untuk

melakukan analisis tren ini.

Dalam melakukan analisis tren ini, angka-angka yang dibandingkan ke angka

suatu tahun, yang dikenal sebagai tahun dasar. Oleh karena itu, pengguna harus

menetapkan tahun yang dipilih sebagai tahun dasar. Tahun dasar pada umumnya dipilih

suatu tahun dimana kondisi ekonomi, sosial, politik, dan keamanan relatif stabil, tidak

terjadi berbagai macam gejolak, sehingga angka-angka yang tersaji dalam laporan

keuangan realistis dan wajar karena tidak ada distorsi-distorsi yang mengganggu dalam

penyelenggaraan pemerintahan.

Page 23: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

23

b. Tujuan

Analisis tren ini dimaksudkan untuk memahami arah atau kecenderungan suatu

pos dari waktu ke waktu. Angka-angka yang tersaji dalam laporan setiap tahunnya

merupakan potret atau rekaman fakta yang terjadi dalam suatu tahun dengan kebijakan,

situasi, dan kondisi tertentu.

Apabila arah kecenderungan ini dapat dipahami maka lama-kelamaan pengguna

dapat memahami perilaku pos-pos tersebut sehingga akan sangat membantu mereka

dalam proses pengambilan keputusan untuk masa-masa yang akan datang.

Dalam memahami informasi ini, seyogyanya pengguna melakukan analisis

terhadap sekelompok perkiraan terkait karena pada umunya pos-pos terkait ini

mempunyai perilaku yang sejalan. Oleh karena itu bilamana ada pos-pos yang trennya

meyimpang padahal seharusnya mempunyai tren yang sama, hal ini juga memberikan

sinyal bahwa ada sesuatu yang kurang tepat pada pos tersebut. Apabila sinyal ini

diperoleh maka pengguna akan meneliti lebih lanjut sesuai kepentingan masing-masing.

Bagi jajaran internal manajemen yang bersangkutan dapat melakukan analisis lebih

lanjut untuk meneliti penyebabnya supaya dapat memperoleh jalan keluar yang tepat

untuk mengatasi masalah tersebut.

c. Ilustrasi

Berikut ini data yang diperoleh dari laporan keuangan Satuan Kerja CCC dari

tahun 2005 sampai dengan 2009.

Apabila tahun 2005 dipilih sebagai tahun dasar karena berbagai pertimbangan

maka angka pada tahun tersebut diberikan nilai 100. Angka angka pada tahun berikutnya

dibandingkan dengan tahun dasar sehingga diperoleh tren selama lima tahun untuk

setiap pos. Pendapatan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) pada ilustrasi di atas adalah

pendapatan yang diperoleh sebagai akibat adanya tuntutan Satuan Kerja terhadap

pegawai yang karena kelalaiannya menghilangkan aset negara. Karena kelalaiannya,

maka pegawai tersebut harus membayar sejumlah uang kepada negara sebagai

pengganti aset yang hilang. Karena sifat dari Pendapatan TGR untuk Satuan Kerja ini

tidak terjadi terus menerus dan bukan pendapatan yang diperoleh karena kegiatan

operasional utama (tidak biasa), maka pendapatan ini harus dikeluarkan dari analisis

untuk mendapatkan informasi yang tepat.

Page 24: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

24

Tren dari angka-angka tersebut adalah sebagai berikut:

Berikut ini ilustrasi tren dalam bentuk grafik atas pendapatan tersebut.

Dari gambar di atas pengguna dapat memanfaatkannya untuk memprediksi

kondisi yang akan terjadi di masa mendatang sehubungan dengan adanya

perubahan-perubahan atau rencana yang akan dilakukan oleh pemerintah atau dalam

lingkup yang lebih kecil yaitu Satuan Kerja CCC.

4. ANALISIS RASIO

a. Pengertian

Analisis rasio merupakan teknik analisis yang dilakukan dengan membandingkan

pos yang satu dengan pos yang lain dalam laporan keuangan yang sama. Rasio-rasio

yang diperoleh selanjutnya akan dibandingkan dengan rasio yang sama di kementerian

negara/lembaga yang bersangkutan untuk periode yang berlainan atau akan

dibandingkan dengan rasio pos yang sama dari kementerian negara/lembaga lainnya

Rasio ini dapat dikembangkan sebanyak yang diinginkan. Rasio ini mudah

dihitungnya dan bilamana pengguna mampu membaca angka-angka rasio ini dengan baik

serta menggabungkannya dengan informasi yang ada dalam catatan atas laporan

keuangan serta informasi lainnya akan banyak membantu pengguna dalam pengambilan

keputusan. Jenis-jenis rasio meliputi:

• Rasio neraca

• Rasio laporan realisasi anggaran

b. Tujuan

Analisis rasio lazimnya digunakan untuk mengetahui likuiditas, solvabilitas,

efisiensi serta kemampuan suatu organisasi dalam memperoleh hasil untuk membiayai

Page 25: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

25

pengeluarannya.

Rasio yang berlaku di pemerintahan tentunya berbeda dengan rasio yang berada

di lingkungan organisasi komersial karena tujuan organisasi pemerintah berbeda dengan

perusahaan komersial. Oleh karena itu cara mengembangkan jenis rasio maupun cara

menganalisisnya tentu harus dikaitkan dengan hakekat organisasi pemerintah.

c. Ilustrasi

Rasio likuiditas dapat dihitung dengan membandingkan antara total aset lancar

dengan hutang lancar dalam neraca. Sebagai contoh, pemerintah mempunyai total aset

lancar sebesar Rp45.000 dan total hutang lancar sebesar Rp30.000 maka rasio likuiditas

pemerintah 45.000 : 30.000 = 1,33

Apabila rasio tersebut lebih besar dari 1 mencerminkan bahwa total aset lancar

mencukupi untuk pembayaran hutang jangka pendek. Namun angka ini tidak mutlak

berarti demikian. Sifat seperti ini tidak mutlak berlaku di bidang pemerintahan.

Pembayaran hutang tidak tergantung sepenuhnya pada aset lancar atau sumber daya

yang dimiliki. Terdapat sumber dana yang berasal dari pungutan masyarakat tanpa

imbalan secara langsung misalnya pajak. Oleh karena itu semua informasi ini harus

digunakan secara bersama-sama dengan informasi lainnya.

Dari rasio ini sebenarnya pengguna juga dapat melihat kemampuan pemerintah

untuk mendanai kebutuhannya. Semakin besar rasionya berarti semakin besar

kemampuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang

dibutuhkan.

Rasio solvabilitas dapat dihitung dengan membandingkan total aset dan total

hutang. Sebagai contoh, pemerintah mempunyai total aset sebesar Rp1.525.000 dan total

hutang hutang sebesar Rp335.000 maka rasio solvabilitas 1.525.000 : 335.000 = 4,5.

Apabila rasionya lebih besar dari 1 berarti asetnya masih lebih besar dari hutang.

Dalam analisis ini pengguna harus hati-hati karena sebagian besar aset pemerintah pada

umumnya berupa aset tetap yang dinilai dengan harga perolehan.

Oleh karena itu bilamana menghendaki data yang lebih akurat, aset tetap tersebut

seyogyanya dinilai dengan nilai pasar yang wajar saat dilakukan penilaian.

Apabila pemerintah mencari pinjaman pada umumnya digunakan untuk

membiayai perolehan aset tetap, misalnya membangun gedung, membeli peralatan,

membangun jalan, irigasi dan jaringan. Dengan membandingkan antara total aset tetap

dengan total hutang mencerminkan seberapa besar pemerintah membiayai aset tetapnya

dari hutang dan seberapa besar membiayainya dari ekuitas dana pemerintah.

Apabila ekuitas dananya negatif berarti utang pemerintah lebih besar dari total

aset yang dimiliki. Sebaliknya bila ekuitas dana positif mencerminkan hutangnya lebih

kecil dari total aset. Informasi seperti ini banyak digunakan investor dan kreditur untuk

mengukur kemampuan pemerintah untuk membayar kembali pokok hutang dan

bunganya.

Page 26: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

26

Kemampuan pemerintah untuk membayar bunga dapat dihitung dari pendapatan

dibagi dengan tingkat bunga. Semakin besar rasionya berarti semakin besar kemampuan

pemerintah untuk membayar bunga atas pinjaman yang diterima.

Selanjutnya perlu disadari bahwa aset pemerintah banyak yang tertanam dalam

prasarana seperti jalan, jembatan, dan lain-lain yang tidak dapat dijadikan jaminan atau

dijual dalam rangka pelunasan pinjaman. Jadi angka-angka rasio hanyalah merupakan

sinyal bagi pengguna tentang kondisi keuangan pemerintah yang harus dilengkapi

dengan informasi lainnya.

Rasio realisasi anggaran yang dominan pada umumnya adalah perbandingan

angka realisasi terhadap anggarannya. Rasio jenis ini sering disebut rasio varians

(selisih). Angka ini mencerminkan pencapaian target selama satu tahun anggaran. Yang

perlu diperhatikan adalah angka ini hanya indikator keuangan. Untuk mengukur kinerja

pemerintah tidak cukup hanya melihat pencapaian target keuangan tetapi harus

memperhatikan output yang dihasilkan. Total penyerapan dana dibagi dengan output

menghasilkan biaya standar. Hal penting yang harus diingat dan selalu digunakan

bersama-sama dalam mengukur kinerja pemerintah adalah standar pelayanan minimal.

Apabila dapat diketahui berapa biaya standar per obyek dengan tingkat kualitas

pelayanan tertentu maka kombinasi ini sangat membantu untuk mengukur kinerja

keuangan maupun kinerja pelayanan di lingkungan pemerintah atau kementerian

negara/lembaga.

Biaya standar ini akan dibandingkan dengan biaya yang ditetapkan pada saat

penyusunan anggaran. Dengan demikian dapat diketahui tingkat efisiensi dalam

pengelolaan anggaran. Selanjutnya hasil yang dicapai dibandingkan dengan target yang

ditetapkan. Tingkat pencapaian target ini mencerminkan tingkat efektifitas pemerintah

dalam menghasilkan output.

Disamping membandingkan antara realisasi terhadap anggaran, pengguna dapat

melakukan analisis tentang kemampuan pemerintah untuk membiayai pengeluarannya

dari pendapatan yang diterimanya. Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

ini antara lain :

• Total pendapatan dalam negeri/total belanja

• Total pendapatan dalam negeri/total belanja operasi

• Pendapatan/total belanja

Berbagai informasi atau perhitungan yang dilakukan tersebut selanjutnya

digabungkan dengan strategi/kebijakan/sistem dan prosedur dalam pelaksanaan program

dan kegiatan pemerintah serta kendala/hambatan yang dihadapi sehingga pengguna

dapat memperoleh gambaran yang utuh tentang kinerja keuangan.

Disamping analisis kuantitatif sebagaimana telah diuraikan di atas, informasi

tentang aset yang tersedia dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah

dalam memberikan pelayanan. Informasi untuk memenuhi kebutuhan ini pada umumnya

dapat dilihat di catatan atas laporan keuangan atau informasi tambahan, misalnya

banyaknya item, kondisi, penguasaan dan umur. Berdasarkan ini akan dapat diketahui

apakah di pemerintah tersedia sarana dan prasarana yang cukup untuk melaksanakan

program dan kegiatan pemerintah.

Page 27: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

27

Analisis rasio berdasarkan neraca disajikan sebagai berikut:

5. ANALISIS KETAATAN TERHADAP PERATURAN

a. Pengertian

Laporan keuangan pemerintah merupakan sarana pertanggungjawaban atas pengelolaan

keuangan negara yang setiap tahunnya ditetapkan dengan undangundang. Berhubung

anggaran dan realisasinya selalu diatur dalam peraturan perundang-perundangan.

Di dalam peraturan perundang-undangan terdapat berbagai macam ketentuan, antara

lain:

i) pendapatan dan belanja diatur dalam undang-undang APBN

ii) prinsip prealabel, yaitu anggaran harus disahkan sebelum ada penggunaan

Page 28: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

28

iii) prinsip universalitas, yaitu semua jenis pengeluaran harus dicantumkan dalam

anggaran

iv) prinsip spesialitas, yaitu anggaran yang telah disediakan dalam mata anggaran

pengeluaran tertentu tidak diperkenankan untuk digeser

v) prinsip periodisitas, yaitu laporan disusun secara

berkala sesuai dengan peraturan

vi) asas bruto, yaitu tidak diperbolehkan adanya

offsetting antara pendpatan dan beban

vii) anggaran belanja merupakan plafon

viii) pelaksanaan anggaran sesuai dengan pedoman yang mengatur pelaksanaan

anggaran Semua ini harus dipelajari secara cermat dalam rangka memastikan

bahwa peraturan-peraturan telah ditaati.

b. Tujuan

Tujuan analisis ini terutama difokuskan untuk mayakini bahwa semua peraturan

perundang-undangan telah dipatuhi. Untuk meyakini apakah peraturanperaturan telah

dipatuhi, tidak setiap pangguna mampu menelaah dan menganalisis sendiri. Pengguna

pada umumnya tidak memiliki informasi yang cukup serta pengetahuan yang memadai

untuk mengetahui hal tersebut. Oleh karena itu dalam laporan keuangan harus diaudit

oleh auditor independen untuk meyakini kewajarannya. Hasil audit ini akan dimasukkan

dalam laporan keuangan disertai tanggapan pemerintah atas hasil audit atau

temuan-temuan yang berupa kesalahan, penyimpangan, dan kelemahan yang ada.

c. Ilustrasi

Sebagai contoh sederhana untuk mengetahui apakah plafon anggaran terlampaui,

laporan realisasi anggaran disajikan dengan membandingkan antara anggaran dan

realisasi. Dengan demikian setiap jenis belanja dapat dikendalikan dan bilamana terdapat

belanja yang melebihi plafon langsung dapat diketahui. Untuk meyakini bahwa semua

pengeluaran dimuat dalam anggaran, bisa dibandingkan antara mata anggaran yang ada

dengan realisasi belanja. Anggaran umurnya hanya satu tahun, maka mestinya per 31

Desember semua tagihan pihak ketiga (tagihan belanja) per 31 Desember telah dibayar.

Semua pendapatan dipungut berdasarkan peraturan yang berlaku. Untuk itu dapat

dibandingkan antara peraturan dengan jenis penerimaan pendapatan yang diterima.

Berikut disajikan analisis horizontal antara anggaran dengan realisasi tahun 2009.

Page 29: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

29

Keterangan:

1) Analisis kepatuhan terhadap pendapatan cenderung untuk memenuhi target

besaran pendapatan yang telah ditetapkan pada periode yang bersangkutan.

Apabila pendapatan melebih target secara signifikan, maka penyusunan

anggaran kurang realistis.

2) Analisis kepatuhan terhadap belanja, di mana realisasi tidak melebihi pagu

yang ditetapkan.

Page 30: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

30

BAB V

TELAAH LAPORAN KEUANGAN

SATUAN KERJA

A. TUJUAN

Telaah laporan keuangan satuan kerja dilakukan dengan tujuan, antara lain untuk:

1. Mengetahui validitas dari tiap pos yang disajikan dalam laporan keuangan satu periode; dan

2. Menguji kesesuaian pos-pos Neraca dan LRA yang memiliki keterkaitan satu sama lain, yang

disajikan dalam laporan keuangan satu periode.

3. Memastikan penyajian laporan keuangan telah sesuai dengan pedoman penyusunan

Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga

B. TEKNIK TELAAH

Telaah laporan keuangan satuan kerja dilakukan terhadap Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) suatu periode yang lebih difokuskan untuk mengetahui

validitas suatu laporan keuangan, sehingga teknik yang diterapkan antara lain ditujukan untuk

mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang potensial terjadi pada laporan keuangan sebagai

akibat dari kesalahan pada saat proses penyajian laporan keuangan.

1. Telaah Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan keuangan

pemerintah yang menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara

tersanding untuk suatu periode tertentu.

Laporan Realisasi Anggaran meliputi:

1. Laporan Realisasi Anggaran Belanja

2. Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Belanja

3. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Hibah

4. Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Pendapatan dan Hibah

a. Laporan Realisasi Anggaran Belanja

Laporan Realisasi Anggaran Belanja adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi

belanja yang dibandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.

Analisis/telaah yang dilakukan terhadap LRA Belanja antara lain :

1. Analisis/telaah terhadap pagu

a) Pastikan jumlah kolom anggaran semula pada LRA Belanja sesuai dengan DIPA awal;

b) Pastikan jumlah kolom anggaran setelah revisi pada LRA Belanja sesuai dengan

Laporan Hasil Rekonsiliasi (LHR) Pagu bulan terakhir;

c) Pastikan tidak ada pagu dengan nilai minus pada LRA Belanja.

2. Analisis/telaah terhadap realisasi belanja

a) Pastikan jumlah realisasi belanja s.d bulan ini sesuai dengan LHR Belanja

b) Pastikan tidak ada realisasi belanja tanpa pagu kecuali transaksi non kas yang

berasal dari Persetujuan Memo Pencatatan Hibah Langsung Bentuk

Barang/Jasa/Surat Berharga (Persetujuan MPHL-BJS)

Page 31: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

31

c) Pastikan tidak ada realisasi melebihi pagu

Pastikan tidak ada realisasi belanja tanpa pagu kecuali untuk transaksi non kas yang

berasal dari Persetujuan Memo Pencatatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat

Berharga (Persetujuan MPHL-BJS).

3. Analisis/telaah terhadap pengembalian belanja

Pastikan tidak ada pengembalian belanja yang tidak sejajar dengan belanjanya.

Yang dimaksud dengan pengembalian belanja yang tidak sejajar dengan belanjanya

adalah kondisi dimana posisi pengembalian belanja dalam LRA Belanja berdiri sendiri,

tidak disertai dengan anggaran dan realisasinya. Padahal pengembalian belanja tersebut

diakibatkan adanya realisasi yang melebihi seharusnya, disetor ke kas negara, sehingga

seharusnya dalam LRA Belanja pengembalian tersebut posisinya sejajar dengan

belanjanya. Atas pengembalian belanja ini juga tersaji dalam LRA Pengembalian Belanja.

b. Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Belanja

Laporan Realisasi Pengembalian Belanja adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi

pengembalian belanja dalam satu periode.

Analisis/telaah terhadap LRA Pengembalian Belanja antara lain:

1. Pastikan jumlah pengembalian belanja s.d bulan ini sesuai dengan Laporan Hasil

Rekonsiliasi (LHR) Pengembalian Belanja bulan terakhir.

2. Telaah kewajaran akun dan jumlah rupiah.

c. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah

Laporan Realisasi Pendapatan adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi

pendapatan dibandingkan dengan estimasinya dalam satu periode.

Analisis/telaah terhadap LRA Pendapatan dan Hibah antara lain:

1. Pastikan jumlah realisasi pendapatan sampai dengan bulan ini sesuai dengan LHR

Pendapatan dan Hibah

2. Pastikan tidak ada akun pendapatan yang tidak sesuai tuga dan fungsi satker. Misal, pada

LHR Pendapatan dan Hibah satker Kanwil DJPB terdapat Pendapatan Jasa Pelayanan

Rumah Sakit.

d. Laporan Realisasi Anggaran Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah

Laporan Realisasi Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah adalah laporan yang

menyajikan realisasi pengembalian pendapatan dalam satu periode.

Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah yang biasa terjadi pada satuan kerja antara lain:

1. Pengembalian atas kelebihan setoran pajak oleh wajib pajak.

a. Atas pengembalian tersebut diajukan oleh satker Direktorat Jenderal Pajak / Bea Cukai

melalui SPM Pengembalian Pajak

b. Menggunakan akun yang sama dengan realisasi pendapatannya, baik atas setoran pajak

tahun berjalan maupun tahun anggaran yang lalu.

2. Pengembalian atas kelebihan setoran PNBP yang telah disetor ke Rekening Kas Negara

dengan SSBP maupun melalui potongan SPM.

a. Pengembalian dimaksud bisa disebabkan karena kelebihan setor, kesalahan penyetoran,

maupun kelebihan dan kesalahan pemotongan pada SPM.

Page 32: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

32

b. Pengembalian dilakukan dengan penerbitan SPM Pengembalian PNBP oleh Kuasa

Pengguna Anggaran. Bagi Departemen/Lembaga/Satker yang tidak memiliki DIPA, maka

yang menerbitkan SPM Pengembalian PNBP adalah KPPN.

c. Tatacara pengembalian diatur dalam Surat Edaran Dirjen. Perbendaharan nomor

SE-37/PB/2005 tentang Tatacara Pembayaran Imbalan Jasa Perbendaharaan kepada

PT Pos Indonesia, Pengembalian Penerimaaan Perhitungan Fihak Ketiga kepada Perum

Bulog, dan Pengembalian atas PNBP.

Menggunakan akun yang sama dengan realisasi pendapatannya, baik atas setoran PNBP tahun

berjalan maupun tahun anggaran yang lalu.

Analisis/telaah terhadap LRA Pengembalian Pendapatan Negara dan Hibah antara lain:

a. Pastikan jumlah pengembalian pendapatan dan hibah s.d bulan ini sesuai dengan Laporan

Hasil Rekonsiliasi (LHR) Pengembalian pendapatan dan hibah bulan terakhir.

b. Jika jumlah tidak sama, cocokkan dengan dokumen sumber, perbaiki perekaman dalam

aplikasi SAKPA kemudian posting ulang.

Pastikan ketepatan/kewajaran akun sesuai dengan tugas dan fungsi satker

Dalam melakukan telaah terhadap Laporan Realisasi Anggaran, perlu dilakukan

identifikasi kesalahan yang sering terjadi dalam pangoperasian aplikasi SAK, antara lain:

a. Kesalahan Input Kode Jenis Satker.

Misalnya: suatu instansi pusat tetapi mencantumkan kode jenis satker KD ( Kantor Daerah).

Indikasi atas kesalahan ini tidak terlihat pada sisa anggaran yang bernilai negatif, kesalahan

ini hanya dapat didentifikasi ketika dilakukan verifikasi laporan keuangan sehingga terlihat

jelas perbedaan jenis satker pada dokumen DIPA dan SPM/SP2D dengan jenis satker yang

tertera pada laporan.

b. Kesalahan Input Kode Sumber Dana (SD) dan Cara Penarikan (CP).

Hal ini diindikasikan dengan adanya pagu dana yang kosong (nol) tetapi memiliki realisasi

belanja.

c. Kesalahan Input Kode Program, Kegiatan, Output dan Kesalahan Pembebanan.

Hal ini diindikasikan dengan adanya realisasi belanja yang melebihi pagu dana sehingga sisa

anggaran bernilai negatif.

d. Kesalahan perekaman kode akun belanja dan revisi DIPA.

Hal ini diindikasikan dengan adanya realisasi belanja yang melebihi pagu dana sehingga sisa

anggaran bernilai negatif.

Dalam melakukan telaah Pendapatan, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Realisasi pendapatan tidak melihat apakah ada anggarannya atau tidak

b. Pendapatan suatu kementerian negara/lembaga merupakan pendapatan yang wajar diterima

oleh K/L yang bersangkutan sesuai dengan TUPOKSI, yaitu:

(1) Pendapatan Pajak, terdapat pada Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai

(2) PNBP Umum (sesuai PP. no 22 tahun 1997), dalam bentuk:

Penerimaan kembali belanja TAYL (Pendapatan Lain-lain)

Penerimaan hasil penjualan barang/kekayaan negara

Penerimaan hasil penyewaan barang/kekayaan negara

Penerimaan hasil penyimpanan uang negara (jasa giro)

Penerimaan ganti rugi atas kerugian Negara (Tuntutan Ganti Rugi dan Tuntutan

Perbendaharaan)

Penerimaan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah

Page 33: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

33

Penerimaan dari hasil penjualan dokumen lelang

(3) PNBP Khusus

PNBP yang pelaksanaan pemungutannya hanya dilakukan oleh Kementerian Negara/

Lembaga tertentu yang mengacu kepada tugas pokok dan fungsi masing-masing

Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.

(4) Pendapatan Hibah

Bisa ada di semua K/L, dalam bentuk hibah uang, barang, dan jasa, tetapi dalam

pelaporannya hanya ada di Kementerian Keuangan.

Pelaporan hibah pada laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga hanya

dikaitkan dengan realisasi belanja yang bersumber dana dari ibah.

Dilaporkan di Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan diungkapkan dalam

CaLK.

Dalam melakukan validasi Belanja, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Apakah masih ada kode fungsi, sub fungsi dan program yang belum mempunyai uraian

maupun yang salah.

b. Identifikasi kode dan uraiannya;

c. Apakah realisasi tidak melebihi anggaran, yang ditandai dengan adanya nilai minus atau

angka dalam kurung (kecuali untuk belanja pegawai);

d. Pastikan ketepatan penggunaan kode akun sesuai dengan BAS

2. Telaah Neraca

Neraca adalah bagian dari Laporan Keuangan yang menggambarkan posisi keuangan mengenai

aset, kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

analisis/telaah terhadap neraca sbb :

A. Saldo Awal

B. Aset Lancar

C. Aset Tetap

D. Aset Lainnya

E. Kewajiban

F. Ekuitas Dana

A. Saldo Awal

Pada dasarnya pengambilan saldo awal membawa baik data realisasi anggaran maupun neraca,

sehingga jika telah melakukan pengambilan saldo awal LRA maka saldo awal neraca juga

otomatis terbawa. Analisis/telaah yang dilakukan terhadap Neraca komparatif adalah

memastikan kesesuaian saldo awal dengan saldo audited tahun sebelumnya. Jika saldo awal

neraca sudah terbawa, ditandai dengan telah terisinya data neraca tahun anggaran

sebelumnya.

B. Aset Lancar

1. Kas di Bendahara Pengeluaran

Akun Kas di Bendahara Pengeluaran mencerminkan jumlah Uang Persediaan (UP) yang ada

pada Bendahara Pengeluaran. Setiap bulan harus dilakukan rekonsiliasi internal mengenai

jumlah saldo Uang Persediaan dengan UAKPA yang hasilnya harus dituangkan dalam LPJ

Bendahara Pengeluaran. Hal-hal yang harus dianalisis/telaah adalah sebagai berikut:

Page 34: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

34

Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran = (Saldo UP + TUP) – (Pengembalian UP +

SPM/SP2D GUP)

Pada akhir tahun seluruh sisa uang persediaan harus disetorkan ke Kas Negara sehingga

saldo Kas di Bendahara Pengeluaran = NIHIL

Untuk mengetahui validitas penyajian Neraca, diperlukan pengujian terhadap pos-pos

neraca dengan teknik analisis sebagai berikut:

Kas di Bendahara Pengeluaran

Pada saat akhir tahun anggaran, saldo Kas di Bendahara Pengeluaran harus

berjumlah nol. Akan tetapi sering kali saldo Kas di Bendahara Pengeluaran

berjumlah tidak sama dengan nol atau bahkan minus (negatif).

Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran dapat disebabkan:

SPM/SP2D UP/TUP, SPM/SP2D GU Nihil, SSBC Pengembalian UP masih ada yang

belum direkam. Kesalahan penggunaan BAS Pengembalian UP.

Terjadi kekurangan/kelebihan setor sisa Uang persediaan di akhir tahun.

Transaksi yang mempengaruhi saldo Kas di Bendahara Pengeluaran adalah seperti dalam

table berikut :

BAS Uraian Akun Dr Cr

825111 Pengeluaran Uang Persediaan Dana Rupiah √

825112 Pengeluaran Uang Persediaan Dana

Pinjaman/Hibah Luar Negeri

825113 Pengeluaran Uang Persediaan Pengguna PNBP

(Swadana)

815111 Penerimaan Pengembalian Uang Persediaan Dana

Rupiah

815112 Penerimaan Pengembalian Uang Persediaan Dana

Pinjaman/Hibah Luar Negeri

815113 Penerimaan Pengembalian Uang Persediaan

Pengguna PNBP (Swadana)

815114 Penerimaan Pengembalian Uang Persediaan

Tahun Anggaran Yang Lalu

Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran di Neraca harus sama dengan Uang

Muka dari KPPN

2. Kas Lainnya dan Setara Kas

Akun Kas Lainnya dan Setara Kas adalah jumlah uang tunai dan saldo yang ada di dalam

rekening Bendahara Pengeluaran selain Uang Persediaan pada tanggal pelaporan. Hal-hal

yang harus ditelaah/dianalisis adalah sebagai berikut:

a. Petugas SAKPA harus menyajikan saldo Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran pada

Neraca setiap semester.

Page 35: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

35

b. Dana selain Uang Persediaan seperti dimaksud di atas bisa berupa:

1) Bunga dan jasa giro rekening Bendahara Pengeluaran yang belum disetor ke kas

Negara (belum menerapkan Treasury National Pooling)

2) Pungutan pajak yang belum disetor

3) Pendapatan hibah langsung berupa uang yang ditampung di rekening Bendahara

Pengeluaran

4) Pengembalian Belanja yang belum disetor

5) Dana yang berasal dari SPM/SP2D LS kepada Bendahara Pengeluaran (misal : honor,

SPPD dll) yang belum dibayarkan

c. Jurnal standar untuk membukukan saldo kas selain Uang Persediaan tersebut adalah:

Jurnal untuk poin b. 1), 2), 4):

(D) 111821 Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran Rp. xxxxxxx

(K) 219611 Pendapatan yang Ditangguhkan Rp.xxxxxxx

Jurnal untuk poin b. 3):

(D) 111822 Kas Lainnya di K/L dari hibah Rp. xxxxxxx

(K) 311911 Ekuitas dana lancar lainnya dari hibah langsung Rp.xxxxxxx

Jurnal untuk poin b. 5):

(D) 111821 Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran Rp. xxxxxxx

(K) 212191 Utang kepada Pihak Ketiga Lainnya Rp.xxxxxxx

d. Dalam Neraca tampilan Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran adalah sebagai berikut :

Kas Lainnya dan Setara Kas (D)

Pendapatan yang Ditangguhkan (K) atau;

Utang Kepada Pihak Ketiga (K) atau;

Dinvestasikan dalam Aset Lainnya (K)

Kas Lainnya dan Setara Kas

Selain memegang kas Uang Persediaan, Bendahara Pengeluaran satuan kerja, biasanya juga

memegang kas selain Uang Persediaan, seperti:

1). Bunga jasa giro yang belum disetor ke kas negara

2). Pungutan pajak yang belum disetor ke kas negara

3). Penerimaan hibah langsung berupa kas (dalam/luar negeri)

4). Pengembalian belanja yang belum disetorkan ke kas negara

5). Belanja (gaji/honor) yang belum dibayarkan kepada yang berhak

Apabila pada tanggal pelaporan masih terdapat kas selain Uang Persediaan tersebut, maka

penyajian kas tersebut:

Saldo Kas Lainnya dan Setara Kas pada butir 1,2,3, dan 4 merupakan akun lawan dari

Pendapatan yang Ditangguhkan

Saldo Kas Lainnya dan Setara Kas pada butir 5 merupakan akun lawan dari Utang

kepada Pihak Ketiga

Page 36: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

36

3. Kas di Bendahara Penerimaan

Akun Kas di Bendahara Penerimaan untuk mengakomodir apabila pada tanggal pelaporan

masih terdapat uang hasil penerimaan PNBP yang belum disetorkan ke kas Negara. Kondisi

ini harus dilaporkan dalam neraca setiap bulannya dan jika terjadi pada akhir semester I dan II

harus dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Kas di Bendahara Penerimaan

Untuk satuan kerja yang mempunyai tugas fungsional pemungut Pendapatan Negara Bukan

Pajak (PNBP), bila pada tanggal Neraca masih terdapat PNBP yang belum disetor ke kas

negara oleh Bendahara Penerimaan maka nilai yang belum disetor tersebut sajikan dalam

neraca pada akun Kas di Bendahara Penerimaan.

Saldo Kas di Bendahara Penerimaan di Neraca harussama dengan Saldo

Pendapatan yang Ditangguhkan

Apabila Bendahara Pengeluaran pada satuan kerja tersebut memegang kas selain

Uang Persediaan (Lihat butir c. Kas Lainnya dan Setara Kas), maka saldo Kas di

Bendahara Penerimaan tidak harus sama dengan saldo Pendapatan yang

Ditangguhkan.

4. Piutang Negara Bukan Pajak

Kementerian Negara/Lembaga wajib menyelenggarakan penatausahaan dan akuntansi atas

piutang PNBP serta menyajikannya dalam laporan keuangan. Tata cara penatausahaan dan

akuntansi atas piutang PNBP agar berpedoman pada Peraturan Dirjen. Perbendaharaan

Nomor: PER-02/PB/2007 tentang Pedoman Penatusahaan dan Akuntansi Piutang PNBP;

PER-85/PB/2011 tentang Penatausahaan Piutang PNBP pada Satuan Kerja Kementerian

Negara/Lembaga dan PER-82/PB/2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak

Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga.

Dokumen sumber yang menjadi dasar penatausahaan piutang PNBP adalah sebagai berikut:

a. Perjanjian/kontrak piutang PNBP;

b. Surat Ketetapan dalam hal Piutang PNBP, Surat Ketetapan Tanggung Jawab Mutlak

(SKTJM);

c. SSBP dan bukti setoran lainnya

d. Surat Keputusan Penghapusan

e. Dokumen lain yang berkaitan dengan piutang PNBP

Pada saat Kementerian Negara/Lembaga menyajikan sejumlah piutang PNBP di neraca, ada

kemungkinan sebagian dari jumlah tersebut tidak dapat ditagih. Misal, ketika satker di

lingkungan kepolisian menyajikan piutang PNBP yang berasal dari denda pelanggaran lalu

lintas, 36tan jadi sebagian pelanggar lalu lintas memilih tidak menghadiri 36tanda atau

mengambil kembali STNK/SIM yang dijadikan jaminan. Artinya terdapat piutang PNBP yang

tidak dapat ditagih. Sesuai PER-82/PB/2011, agar piutang yang disajikan di neraca nilainya

sama dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan, perlu dilakukan penyisihan piutang tak

tertagih.

6 jenis pitang PNBP yang biasa dijumpai dalam Laporan Keuangan Kementerian Lembaga

adalah sbb :

1. Persekot Gaji (Uang Muka Gaji)

Page 37: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

37

2. Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR)

3. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (TPA)

4. Pengembalian Belanja yang belum Disetor pada Akhir Periode Pelaporan

5. Penerimaan Pendapatan yang belum Disetor pada Akhir Periode Pelaporan

6. Piutang PNBP Lainnya

1. Persekot Gaji (Uang Muka Gaji)

Persekot gaji adalah uang muka belanja yang dapat diajukan ke Kas Negara untuk diberikan

kepada pegawai yang dimutasi ke wilayah bayar KPPN lain. Pembayaran persekot gaji

menggunakan akun belanja pegawai dan pengembaliannya dapat dicicil maksimal 20 X.

Dengan terbitnya SPM/SP2D persekot gaji (uang muka belanja) akan timbul piutang dan

harus ditatausahakan serta disajikan dalam neraca.

2. Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR)

Akun neraca ini untuk mengakomodir saldo TP/TGR pada tanggal pelaporan. TP/TGR adalah

tagihan yang dikenakan kepada Pegawai Negeri Sipil yang karena kelalaiannya

mengakibatkan kerugian pada negara. Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

(TP/TGR) diakui pada saat terbitnya Surat Ketetapan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM).

TP/TGR disajikan dalam kelompok aset lainnya di neraca, tetapi Bagian Lancar TP/TGR

masuk dalam kelompok aset lancar. Bagian Lancar TP/TGR wajib diakui pada akhir tahun

sebesar jumlah piutang yang akan jatuh tempo pada tahun berikutnya. Sedangkan pada

periode semester I, Bagian Lancar TP/TGR diakui sebesar yang akan jatuh tempo sampai

dengan Desember tahun berjalan.

Atas pelunasan TP/TGR setiap bulannya menggunakan akun sebagai berikut:

423921 (Pendapatan Pelunasan Piutang Non Bendahara)

423922 Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi atas Kerugian yang Diderita Oleh Negara

(Masuk TP/TGR) Bendahara

Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (TGR)

Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi merupakan reklasifikasi tuntutan ganti rugi ke dalam asset

lancer disebabkan adanya tuntutan ganti rugi jangka panjang yang jatuh tempo tahun

berikutnya. Perlu dipastikan apakah masih ada saldo TGR, apabila ada perlu dipastikan juga

bahwa ada penggungkapan mengenai jangka waktu TGR tersebut dalam CaLK. Transaksi ini

dicatat berdasarkan jurnal neraca yang dihitung berdasarkan jumlah nilai TGR yang jatuh

tempo dua belas bulan sejak tanggal neraca. Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi dicatat

sebesar nilai nominal yaitu sejumlah rupiah Tuntutan Ganti Rugi yang akan diterima dalam

waktu satu tahun.

Akun Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi Mempunyai akun lawan Cadangan Piutang

Tuntutan Ganti Rugi

Tuntutan Ganti Rugi merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap pegawai negeri bukan

bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh

negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar

hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas

kewajibannya. Tuntutan ganti rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan

Tanggung Jawab Mutlak (SKTM). Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan

Page 38: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

38

nilai tuntutan ganti rugi adalah surat keterangan tanggung jawab mutlak dan bukti setor ke kas

negara.

Akun Tuntutan Ganti Rugi merupakan lawan dari Akun Diinvestasikan dalam Aset

Lainnya

Telaah laporan keuangan satuan kerja juga dapat digunakan untuk menguji kesesuaian

pos-pos Neraca dan LRA yang memiliki keterkaitan satu sama lain, yang disajikan dalam

laporan keuangan satu periode, misalnya: korelasi antara penambahan Belanja Modal di LRA

dengan penambahan saldo Aset Tetap di Neraca.

3. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (TPA)

Akun neraca ini untuk mengakomodir saldo TPA pada tanggal pelaporan. TPA diakui pada

saat terbitnya dokumen sumber yang menjadi dasar melakukan penagihan. TPA disajikan

dalam kelompok aset lainnya di neraca tetapi Bagian Lancar TPA masuk dalam kelompok

aset lancar. Bagian Lancar TPA diakui pada saat akhir tahun sebesar jumlah piutang yang

akan jatuh tempo pada tahun berikutnya.

Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran(TPA)

Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Merupakan reklasifikasi tagihan penjualan

angsuran jangka panjang ke dalam piutang jangka pendek. Seluruh tagihan penjualan

angsuran yang jatuh tempo dalam kurun waktu satu tahun atau kurang diakui sebagai Bagian

Lancar Tagihan Penjualan Angsuran. Bagian lancer Tagihan penjualan angsuran dicatat

sebesar nilai nominal yaitu sejumlah tagihan penjualan angsuran yang harus diterima dalam

waktu satu tahun.

Akun Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran mempunyai akun lawan Akun

Cadangan Piutang

Tagihan Penjualan Angsuran

Tagihan Penjualan Angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset

pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah. Tagihan Penjualan Angsuran dinilai

sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah

dikuarangi dengan angsuran yang telah dibayarkan oleh pegawai ke kas negara atau daftar

saldo tagihan penjualan angsuran.

Akun Tagihan Penjualan Angsuran merupakan lawan dari Akun Diinvestasikan

dalam Aset Lainnya

4. Pengembalian Belanja yang belum Disetor pada Akhir Periode Pelaporan

Pada akhir periode pelaporan (semesteran/tahunan) bisa terjadi masih terdapat

pengembalian belanja tahun berjalan (misal: kelebihan pembayaran tunjangan fungsional,

Page 39: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

39

uang makan dll) yang belum disetorkan ke kas Negara. Kondisi ini harus dilaporkan dalam

neraca dan dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

5. Penerimaan Pendapatan yang belum Disetor pada Akhir Periode Pelaporan

Pada akhir periode pelaporan (semesteran, tahunan) bisa terjadi masih terdapat pendapatan

yang belum disetorkan ke kas Negara. Kondisi ini harus dilaporkan dalam neraca dan

dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan

6. Piutang PNBP Lainnya

Yang dimaksud piutang PNBP lainnya disini adalah piutang PNBP selain dari 5 (lima) jenis

piutang PNBP yang telah dibahas prosedur akuntansi dan pelaporannya di atas. Selain

kelima jenis piutang tersebut prosedur akuntansi dan pelaporan untuk piutang satker non BLU

yang biasa terjadi di Kementerian Negara/Lembaga adalah sama.

Contoh piutang PNBP lainnya disini antara lain :

Piutang atas Pendapatan Penjualan Hasil Peternakan dan Perikanan

Piutang atas Pendapatan Penjualan Sewa Beli

Piutang atas Pendapatan Uang Pengganti Tindak Pidana Korupsi Yang Ditetapkan Di

Pengadilan

Pada dasarnya piutang PNBP diakui pada saat terjadinya hak untuk menagih piutang PNBP,

atau pada saat terbit surat keputusan tentang Piutang PNBP. Sesuai Perdirjen.

Perbendaharaan nomor PER-02/PB/2007, pencatatan piutang hanya dilakukan pada saat

pencatatan saldo awal piutang pertama kali dan penambahan atau pengurangan nilai piutang

dilakukan pada akhir semester

Piutang

Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayarkan kepada pihak tertentu dan/atau

hak pihak tertentu yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau

akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat

lainnya yang sah. Piutang ini biasanya berupa piutang penerimaan negara bukan

pajak, bisa berbentuk hak pembayaran atas penggunaan aset satker yang

bersangkutan.

Akun Piutang Mempunyai akun lawan Akun Cadangan Piutang

3. Persediaan

Akun ini merupakan akun neraca yang menggambarkan nilai persediaan yang dimiliki pada

tanggal pelaporan. Nilai dari akun ini dihasilkan dari Aplikasi Persediaan. Persediaan adalah aset

lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksud untuk mendukung kegiatan

operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan atau diserahkan

dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Sesuai PP 71 tahun 2010, pada akhir periode akuntansi persediaan dicatat berdasarkan hasil

inventarisasi fisik. Sekurang-kurangnya sekali dalam setahun, harus dilakukan opname fisik

terhadap saldo persediaan yang dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani Kuasa

Pengguna Barang.

Berdasarkan hasil opname fisik lakukan update data terhadap barang-barang dengan kondisi

berikut :

jumlahnya berbeda antara hasil opname fisik dengan pencatatan

Page 40: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

40

rusak

usang

Jika terdapat perolehan persediaan yang berasal dari hibah maka pencatatannya adalah sebagai

berikut:

a. Persediaan yang diperoleh dari hibah dalam bentuk uang

Jika dana hibah digunakan untuk perolehan persediaan maka harus ditatausahakan melalui

aplikasi persediaan dan dicatat dengan menu pembelian.

b. Persediaan yang diperoleh dari hibah dalam bentuk barang

Jika satuan kerja menerima hibah barang dalam bentuk persediaan maka harus

ditatausahakan melalui aplikasi persediaan dan dicatat dengan menu hibah masuk.

Dalam neraca tidak dibedakan persediaan yang diperoleh dari hibah maupun dari sumber

dana lainnya. Namun atas penerimaan hibah ini hendaknya satuan kerja mengungkapkan

dengan memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Nilai persediaan dalam neraca merupakan hasil pengiriman dari Aplikasi Persediaan ke

Aplikasi SIMAK BMN. Pengiriman tersebut dilakukan setiap semester. Pada awal tahun

anggaran petugas persediaan harus memastikan data yang digunakan sudah sesuai dengan

data yang dikirim ke UAPPAB-W/Es-1 baik jumlah maupun rinciaannya

Persediaan

Pada satuan kerja, saldo Persedian yang disajikan dalam Neraca semesteran dan

tahunan berasal dari Catatan Persediaan Pengelola Barang yang merupakan hasil

dari aplikasi persediaan.

Saldo Persediaan di Neraca harus sama dengan saldo Cadangan Persediaan

C. Aset Tetap

Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan

dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap terdiri dari:

a. Tanah

b. Peralatan dan Mesin

c. Gedung dan Bangunan

d. Aset Tetap Lainnya

e. Konstruksi dalam Pengerjaan

Nilai akun aset tetap di neraca berasal dari nilai saldo awal (saldo akhir akun aset tetap di

Neraca tahun lalu) ditambah/dikurangi nilai mutasi aset tetap selama periode berjalan.

Berdasarkan PMK Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan PMK

No.233/PMK.05/2011, mutasi aset tetap terdiri dari:

a. Transaksi perolehan, seperti: pembelian, transfer masuk, hibah masuk, rampasan,

penyelesaian pembangunan, reklasifikasi masuk, dan sebagainya.

b. Transaksi perubahan, seperti: pengurangan, perubahan kondisi, pengembangan, dan koreksi

nilai/kuantitas aset.

c. Transaksi penghapusan, seperti: penghapusan, transfer keluar, hibah (keluar), reklasifikasi

keluar, dan koreksi pencatatan.

Page 41: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

41

Sesuai Bagan Akun Standar realisasi belanja yang bisa menambah aset tetap di neraca

seharusnya hanya berasal dari realisasi belanja modal. Satker harus mencatat arus uang yang

berasal dari belanja modal dalam SIMAK BMN sesuai jenis aset yang diperoleh. Namun demikian

karena faktor kesalahan penganggaran terdapat beberapa hal yang menyebabkan perbedaan

penambahan aset tetap (yang berasal dari realisasi belanja) dengan jumlah realisasi belanja

modal sebagai berikut:

a. Perolehan persediaan (termasuk aset yang akan diserahkan ke masyarakat) dan aset tetap

yang tidak memenuhi batas minimum kapitalisasi dengan menggunakan belanja modal;

b. Perolehan aset tetap yang memenuhi batas minimum kapitalisasi dengan menggunakan

belanja barang

c. Pengembangan aset yang tidak memenuhi syarat kapitalisasi dengan menggunakan belanja

modal;

d. Pengembangan aset yang memenuhi syarat kapitalisasi tetapi menggunakan belanja barang

Transaksi-transaksi yang dipengaruhi oleh realisasi belanja dalam SIMAK BMN adalah:

a. Pembelian adalah transaksi pertukaran dengan penyerahan sejumlah uang untuk

memperoleh barang.

b. Penyelesaian Pembangunan adalah transaksi perolehan BMN dari hasil penyelesaian

pembangunan berupa bangunan/gedung dan BMN Lainnya yang telah diserahterimakan

dengan Berita Acara Serah Terima (BAST).

c. Pengembangan adalah transaksi pengembangan BMN yang memenuhi syarat kapitalisasi.

Ada dua kriteria dasar yang harus dipenuhi agar pengembangan

(renovasi/rehabilitasi/restorasi) dapat dikapitalisasi sebagai aset tetap:

1) Mengakibatkan bertambahnya masa manfaat, kapasitas, kualitas dan volume aset yang

telah dimiliki:

2) Memenuhi batasan minimal nilai kapitalisasi:

- Tanah; Jalan, Irigasi dan Jaringan; Aset Tetap Lainnya (koleksi perpustakaan dan

barang bercorak kesenian) ≥ Rp.1

- Peralatan dan Mesin ≥ Rp.300.000

- Gedung dan Bangunan ≥ Rp.10.000.000

d. Konstruksi dalam Pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan.

e. Aset Tak Berwujud (bagian dari aset lainnya)

Jika terdapat perolehan aset tetap yang berasal dari hibah maka pencatatannya adalah

sebagai berikut:

1. Aset tetap yang diperoleh dari hibah dalam bentuk uang

Jika dana hibah digunakan untuk perolehan aset tetap maka harus ditatausahakan melalui

aplikasi SIMAK BMN dan dicatat dengan menu yang sesuai (pembelian/penyelesaian

pembangunan/pengembangan).

2. Aset tetap yang diperoleh dari hibah dalam bentuk barang

Jika satuan kerja menerima hibah barang dalam bentuk aset tetap maka harus

ditatausahakan melalui aplikasi SIMAK BMN dan dicatat dengan menu hibah masuk.

Dalam neraca tidak dibedakan aset tetap yang diperoleh dari hibah maupun dari sumber

dana lainnya. Namun atas penerimaan hibah ini hendaknya satuan kerja mengungkapkan

dengan memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Aset Tetap

Untuk melakukan validasi saldo Aset Tetap di Neraca, dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

Page 42: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

42

Bandingkan jumlah aset dalam Laporan Barang Milik Negara Intarakomptabel dan Laporan

Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP) dengan jumlah Aset Tetap Dalam Neraca.

Bandingkan Pertambahan Aset Tetap dalam Neraca dengan Realisasi Belanja Modal dalam

Laporan Realisasi Anggaran

Apabila dalam neraca satuan kerja masih terdapat akun-akun :

1) Tanah Belum disesuaikan

2) Gedung dan Bangunan sebelum disesuaikan

3) Peralatan dan Mesin belum disesuaikan

4) Jalan, irigasi dan jaringan belum disesuaikan

5) Aset Tetap Lainnya sebelum disesuaikan

Akun-akun tersebut disebabkan :

Belum melakukan proses penerimaan ADK (arsip data computer) dari Aplikasi SIMAK-BMN

Telah melakukan proses penerimaan ADK dari aplikasi SIMAK-BMN tetapi ada kesalahan

dalam perekaman nomor SPM/SP2D, kode kelompok akun belanja ataupun jumlah rupiah

SPM.

Belum selesainya pengadaan asset tersebut sehingga perlu dilaporkan sebagai Konstruksi

dalam Pengerjaan (KDP)

Saldo Aset Tetap di Neraca harus sama dengan Saldo Diinvestasikan dalam Aset tetap

D. Aset Lainnya

1. ASET TAK BERWUJUD (ATB)

Akun neraca ini untuk mengakomodir jika ada satker yang memiliki aset tak berwujud

seperti: software, hasil kajian/penelitian dan aset tak berwujud lainnya. Aset tak berwujud

adalah aset non keuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta

dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan

lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset tak berwujud meliputi: goodwill, hak

cipta, royalty, paten, software, lisensi, hasil kajian/penelitian, aset tak berwujud lainnya.

Komite Standar Akuntansi Pemerintah telah mengeluarkan pedoman aset tak berwujud

dalam Buletin Teknis nomor 11 tentang aset tak berwujud. Dalam buletin teknis tersebut,

aset tak berwujud harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Dapat diidentifikasi

Yang dimaksud dengan kriteria ini adalah :

- Dapat dipisahkan, artinya aset ini memungkinkan untuk dipisahkan atau dibedakan

dengan secara jelas dari aset-aset yang lain pada suatu entitas.

- Timbul dari kesepakatan yang mengikat, seperti hak kontraktual atau hak hukum

lainnya.

Sebagai ilustrasi, suatu entitas membeli hardware, software dan modul untuk kegiatan

tertentu. Sepanjang software tersebut dapat dipisahkan dari hardware terkait dan

memberikan manfaat masa depan maka software tersebut dapat diidentifikasi sebagai

ATB. Sebaliknya dalam hal software komputer ternyata tidak dapat dipisahkan dari

hardware yang tertentu (misal sistem operasi), tanpa adanya software tersebut hardware

tidak dapat beroperasi, maka software tersebut tidak dapat diperlakukan sebagai ATB

tetapi sebagai bagian tak terpisahkan dari hardware dan diakui sebagai bagian dari

peralatan dan mesin.

b. Pengendalian terhadap aset

Page 43: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

43

Suatu entitas dianggap “mengendalikan aset” jika entitas dapat memperoleh manfaat

dari aset tersebut dan dapat membatasi akses pihak lain dalam memperoleh manfaat

ekonomi dari aset tersebut. Misal dengan adanya hak cipta.

c. Adanya manfaat ekonomi masa depan

Manfaat ekonomis ini dapat berupa aliran masuk kas, setara kas, barang atau jasa ke

pemerintah atau dalam bentuk manfaat lainnya, misal peningkatan pelayanan publik.

Sebagai contoh, penerapan sistem on-line untuk perpanjangan Surat Ijin Mengemudi

(SIM) Keliling mempercepat pemrosesan yang selanjutnya meningkatkan pelayanan

pemerintah kepada masyarakat.

Sesuai buletin teknis tersebut agar suatu aset dapat diakui sebagai aset tak berwujud

harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Memenuhi definisi dari aset tak berwujud sebagaimana di atas.

b. Adanya manfaat ekonomi yang diterima di masa datang.

c. Biaya perolehan atau nilai wajarnya dapat diukur dengan andal.

Jika terdapat perolehan aset tak berwujud yang berasal dari hibah maka pencatatannya

adalah sebagai berikut:

a. ATB yang diperoleh dari hibah dalam bentuk uang

Jika dana hibah digunakan untuk perolehan aset tak berwujud, maka harus

ditatausahakan melalui aplikasi SIMAK BMN dan dicatat dengan menu yang sesuai

(pembelian/penyelesaian pembangunan/pengembangan).

b. ATB yang diperoleh dari hibah dalam bentuk barang

Jika satuan kerja menerima hibah barang dalam bentuk aset tak berwujud maka harus

ditatausahakan melalui aplikasi SIMAK BMN dan dicatat dengan menu hibah masuk.

Dalam neraca tidak dibedakan ATB yang diperoleh dari hibah maupun dari sumber dana lainnya.

Namun atas penerimaan hibah ini hendaknya satuan kerja mengungkapkan dengan memadai

dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

2. ASET LAIN-LAIN

Aset lain-lain (1661) merupakan sub dari aset lainnya (16). Kategori aset lain-lain yang paling

sering terjadi pada satker non Badan Layanan Umum adalah aset tetap yang tidak

digunakan dalam operasi pemerintahan.

Contoh dari aset tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan (166112) adalah

barang-barang yang dalam kondisi rusak berat atau barang-barang yang sudah tidak bisa

dipergunakan lagi oleh satker, misal karena sudah kadaluarsa/usang.

Dengan diterbitkannya Peraturan Dirjen. Perbendaharaan Nomor PER-82/PB/2011 tentang

Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih, terhadap piutang sudah tidak

mungkin tertagih tidak lagi disajikan di neraca sebagai asset lain-lain (166111) namun

tetap disajikan sesuai akun piutangnya dengan disertai penyisihan piutang sesuai

penggolongan kualitas piutang.

E. Kewajiban

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya

mengakibatkan aliran keluar sumber daya. Terdapat 2 (dua) klasifikasi kewajiban yaitu

kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Suatu kewajiban diklasifikasikan

Page 44: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

44

sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan

setelah tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka

panjang.

Bagi satker non BLU, hanya memiliki kewajiban jangka pendek. Jenis kewajiban jangka pendek

yang biasa terjadi antara lain:

1. Utang kepada pihak ke-3

Utang kepada pihak ketiga (2121xx) di neraca menggambarkan kewajiban yang masih

harus dibayarkan oleh satker. Kewajiban tersebut antara lain berupa:

- Hak pegawai yang masih di tangan Bendahara Pengeluaran pada tanggal pelaporan.

Misal: honor, SPPD, uang makan dll.

Akun pasangan untuk utang pihak ketiga ini adalah Kas Lainnya dan Setara Kas (111821)

- Belanja pemerintah pusat yang masih harus dibayar pada tanggal pelaporan, baik berupa

belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan belanja bantuan sosial. Misal: Biaya

langganan listrik Desember 2012 yang dibayarkan di tahun 2013, kekurangan gaji

pegawai tahun 2012 yang dibayarkan di tahun 2013.

Akun pasangan untuk utang pihak ketiga ini adalah Dana yang harus disediakan untuk

Pembayaran Utang Jangka Pendek (311611).

Utang Kepada Pihak Ketiga

Utang pihak ketiga adalah kewajiban yang timbul akibat hak atas barang/jasa yang diterima

Kementerian Negara/Lembaga, namun sampai dengan pada akhir periode pelaporan belum

dilakukan pembayaran/pelunasan atas hak tersebut kepada pegawai dan/atau pihak ketiga

selaku penyedia barang/jasa. Termasuk dalam hal ini adalah kewajiban kepada pegawai dan

barang dalam perjalanan yang telah menjadihak satker yang bersangkutan.

Akun Utang Kepada Pihak Ketiga merupakan lawan dari Akun Dana yang harus

disediakan untuk pembayaran hutang jangka pendek

Apabila Bendahara Pengeluaran pada satuan kerja tersebut memegang kas selain Uang

Persediaan (Lihat butir c. Kas Lainnya dan Setara Kas), maka saldo Utang Kepada Pihak

Ketiga tidak harus sama dengan saldo Dana yang harus disediakan untuk pembayaran

hutang jangka pendek.

2. Pendapatan diterima di muka

Pendapatan yang diterima oleh satuan kerja/pemerintah dan sudah disetor ke Rekening Kas

Umum Negara, namun wajib setor belum menikmati barang/jasa/fasilitas dari satuan

kerja/pemerintah, atau pendapatan pajak/bukan pajak yang telah disetor oleh wajib

pajak/bayar ke Rekening Kas Umum Negara yang berdasarkan hasil pemeriksaan dan/atau

penelitian oleh pihak yang berwenang terdapat lebih bayar pajak/bukan pajak. Contoh:

pendapatan sewa diterima di muka, utang atas kelebihan pembayaran pendapatan non pajak

oleh wajib bayar.

3. Uang muka dari KPPN

Merupakan akun pasangan dari Kas di Bendahara Pengeluaran.

Page 45: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

45

4. Pendapatan yang ditangguhkan.

Pendapatan yang ditangguhkan menggambarkan posisi pendapatan yang telah diterima oleh

satuan kerja, tetapi belum disetor ke kas Negara pada tanggal pelaporan. Pendapatan yang

ditangguhkan tersebut antara lain berupa:

- Pendapatan yang masih di tangan Bendahara Penerimaan pada tanggal pelaporan.

Akun pasangan untuk utang pihak ketiga ini adalah Kas di Bendahara Penerimaan (111711)

- Pendapatan yang masih di tangan Bendahara Pengeluaran pada tanggal pelaporan. Misal:

jasa giro yang belum disetor pada tanggal pelaporan dan pengembalian belanja yang belum

disetor pada tanggal pelaporan.

Akun pasangan untuk utang pihak ketiga ini adalah Kas Lainnya dan Setara Kas (111821)

F. Ekuitas Dana

Adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban

pemerintah. Terdapat 3 (tiga) jenis ekuitas yaitu:

1. Ekuitas Dana Lancar

Adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek. Ekuitas dana lancar yang

biasa disajikan dalam neraca satuan kerja non BLU antara lain: Cadangan Piutang,

Cadangan Persediaan, Dana yang harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka

Pendek, Ekuitas Dana Lancar Lainnya, Barang/Jasa yang harus diserahkan, Barang/Jasa

yang harus Diterima.

2. Ekuitas Dana Investasi

Ekuitas dana investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi

jangka panjang, asset tetap dan asset lainnya dikurangi dengan kewajiban jangka panjang.

Ekuitas dana investasi terdiri dari:

a. Diinvestasikan dalam Aset Tetap

b. Diinvestasikan dalam Aset Lainnya

3. Ekuitas Dana Cadangan

Ekuitas dana cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan

tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pada satker non BLU pada umumnya hanya terdapat 2 (dua) jenis yaitu ekuitas dana lancar

dan ekuitas dana investasi.

3. Sistematika Penyajian Laporan Keuangan Tingkat Satuan Kerja

Sistematika untuk penyajian laporan keuangan disusun sesuai dengan Perdirjen.

Perbendaharaan nomor PER-55/PB/2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan

Kementerian Negara/ Lembaga sebagaimana berikut :

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TINGKAT SATKER

Sampul Luar

Sampul Dalam

Kata Pengantar

Daftar Isi

Page 46: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

46

Daftar Tabel

Pernyataan Tanggung Jawab

Ringkasan

1. Laporan Realisasi Anggaran

2. Neraca

3. Catatan Atas Laporan Keuangan

I. Template Laporan Realisasi Anggaran

Semester I → LRA Semester I

Tahunan → LRA Komparatif

II. Template Neraca

Semester I → Neraca Semester I

Tahunan → Neraca Komparatif

III. Catatan Atas Laporan Keuangan

A. Penjelasan Umum

A.1. Dasar Hukum

A.2. Kebijakan Teknis Satuan Kerja

A.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan

A.4. Kebijakan Akuntansi

B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran

B.1. Pendapatan Negara dan Hibah

B.2. Belanja Negara

C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca

C.1. Aset Lancar

C.2. Aset Tetap

C.3. Piutang Jangka Panjang

C.4. Aset Lainnya

C.5. Kewajiban

C.6. Ekuitas

D. Pengungkapan Penting Lainnya

D.1. Kejadian-Kejadian Penting Setelah Tanggal Neraca

D.2. Temuan dan Tindak Lanjut BPK

D.3. Informasi Pendapatan dan Belanja Akrual

D.4. Rekening Pemerintah

D.5. Pengungkapan Lain-Lain

Lampiran Laporan Keuangan

LRA (Semesteran/Tahunan)

LRA Belanja melalui KPPN dan BUN (Semesteran/Tahunan)

LRA Pendapatan dan Hibah melalui KPPN dan BUN (Semesteran/Tahunan)

LRA Belanja melalui KPPN dan BUN- Menurut Jenis Satker (Semesteran/Tahunan)

Neraca (Semesteran/Tahunan)

Neraca Percobaan ( Semesteran/Tahunan )

Lampiran-Lapiran Pendukung

LBKP Intra ekstra gabungan s.d kelompok (semesteran/ tahunan)

Laporan Barang Persediaan (semesteran/ tahunan)

Berita Acara Opname Fisik

Berita Acara Rekonsiliasi dengan KPKNL

Output

Aplikasi

SAKPA

OutputAplikasi

SIMAK BMN

Output Aplikasi

Persediaan

Page 47: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

47

Lampiran Pendukung Lainnya

Laporan Rekening Pemerintah

Tindak Lanjut Atas Temuan BPK

Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual (Tahunan)

LPJ Bendahara Penerimaan ( bulan Juni / Desember )

LPJ Bendahara Pengeluaran ( bulan Juni / Desember )

Rekening Koran ( bulan Juni / Desember )

Daftar Rekapitulasi Piutang/Daftar Saldo Piutang (Piutang PNBP, Uang Muka Belanja

dll)

Laporan Keuangan BLU ( jika satker selain mendapat dana APBN juga merupakan satker

BLU)

Selain penelaah di atas, kita juga perlu melihat kesesuain penyajian laporan keuangan dengan

pedoman penyusunan laporan keuangan yang berlaku di Kementerian Negara/Lembaga. Dalam

hal ini dilakukan penelaahan terhadap kelengkapan komponen laporan keuangan antara lain:

1. Penyajian neraca dalam format komparatif untuk pelaporan tahunan dilengkapi dengan

pernyataan tanggung jawab (Statement of Responsibility/SOR) yang ditandatangai oleh

Kepala Satker/KPA

2. Penyusunan CaLK dibandingan dengan format yang telah dibakukan (sesuai dengan

Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. 55/PB/2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan)

3. Lampiran yang perlu dilengkapi, yaitu Laporan Bealisasi Belanja Melalui KPPN dan BUN,

laporan Realisasi Pendapatan, Laporan Realisasi Pengembalian Belanja, Laporan Realisasi

Pengembalian Pendapatan, Monitoring Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan BPK,dan

Laporan kinerja satker yang bersangkutan.

Ilustrasi Kesalah Input Data

Berikut adalah contoh kesalahan input data SAI oleh Satuan Kerja

Page 48: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

48

Page 49: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

49

Page 50: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

50

BAB VI

CONTOH ILUSTRASI ANALISIS MENYELURUH

A. ANALISIS NERACA

Pada dasarnya, analisis pos-pos perkiraan Neraca bertujuan untuk mengetahui

pertumbuhan nilai tiap-tiap pos dalam Neraca selama periode runtun waktu tertentu,

mengetahui proporsi kelompok aset terhadap total aset dan mengetahui komposisi ekuitas

dana. Ketiga hal di atas diperlukan oleh para pimpinan di kementerian Negara/ lembaga untuk

mengambil keputusan. Sebagai contoh dengan mengetahui pertumbuhan Kas di Bendahara

Pengeluaran dapat diketahui efektifitas pengeluaran uang persediaan selama periode tahun

tertentu.

NERACA TINGKAT SATUAN KERJA PER 31 DESEMBER 2009 DAN 2008

(dalam rupiah)

NAMA PERKIRAAN

JUMLAH Kenaikan (Penurunan)

2009 2008 Jumlah %

1 2 3 4 5

ASET

ASET LANCAR

Kas di Bendahara Pengeluaran 25.000.000 20.000.000 5.000.000 25,0

Kas di Bendahara Penerimaan 100.000.000 90.000.000 10.000.000 11,1

Persediaan 5.000.000 3.500.000 1.500.000 42,8

JUMLAH ASET LANCAR 130.000.000 113.500.000 16.500.000 14,5

ASET TETAP

Tanah 4.250.000.000 4.125.000.000 125.000.000 3,0

Peralatan dan Mesin 250.000.000 175.000.000 75.000.000 42,8

Gedung dan Bangunan 1.450.000.000 1.350.000.000 100.000.000 7,4

Jalan, Irigasi dan Jaringan 125.000.000 150.000.000 (25.000.000) (16,7)

Aset Tetap Lainnya 125.000.000 145.000.000 (20.000.000) (13,8)

Konstruksi dalam Pengerjaan 25.000.000 15.000.000 10.000.000 66,7

JUMLAH ASET TETAP 6.225.000.000 5.960.000.000 265.000.000 4,4

ASET LAINNYA

Aset Lain-Lain 20.000.000 20.000.000 0 0,0

JUMLAH ASET AINNYA 20.000.000 20.000.000 0 0,0

JUMLAH ASET 6.375.000.000 6.093.500.000 281.500.000 4,6

KEWAJIBAN

KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

Uang Muka dari KPPN 25.000.000 20.000.000 5.000.000 25,0

Pendapatan yang Ditangguhkan 100.000.000 90.000.000 10.000.000 11,1

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA 125.000.000 110.000.000 15.000.000 13,6

PENDEK

JUMLAH KEWAJIBAN 125.000.000 110.000.000 15.000.000 13,6

Page 51: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

51

Pada saat ini penghitungan kenaikan (penurunan) pos-pos Neraca langsung dapat dilakukan

dengan menggunakan aplikasi Sistem Akuntansi Instansi. Sebetulnya ada dua cara

menghitung pertumbuhan ini, yaitu dengan harga konstan yang memperhitungkan tingkat

inflasi pada saat ini atau dengan harga yang berlaku yang menegasikan tingkat inflasi. Untuk

saat ini kita hanya memperhatikan pertumbuhan menurut harga yang berlaku.

B. ANALISIS ASET

1. Pertumbuhan Aset Lancar

Apabila diperhatikan aset lancar dari Satuan Kerja A mengalami peningkatan

sebesar 14,5%. Hal ini disumbang dari kenaikan Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar

25,0%, Kas di Bendahara Penerimaan sebesar 11,1% dan Persediaan sebesar 42,8%.

Secara umum, kondisi ini menunjukkan bahwa Kementerian A terlalu likuid (overliquid)

karena pertumbuhan aset lancar melebihi kenaikan aset lainnya.

Jika ditilik dari nilai uang kas yang dipegang oleh Bendaharawan Pengeluaran,

maka pimpinan Satuan Kerja A dapat menilai apakah jumlah tersebut terlalu besar, wajar

ataupun terlalu kecil. Kemudian nilai tersebut dihubungkan dengan program-program

kegiatan di Kementerian tersebut, apakah berjalan sesuai rencana/target atau di bawah

rencana/target. Jumlah uang kas yang terlalu besar dengan capaian program kegiatan

yang di bawah target dapat mengindikasikan tidak efektifnya program kegiatan

Kementerian. Hal sebaliknya, apabila besarnya uang kas diimbangi dengan capaian

target sesuai rencana dapat dikatakan Kementerian A telah mencapai skala efisiensi

tertentu.

Sementara itu, naiknya nilai Kas di Bendahara Penerimaan dengan jumlah yang

signifikan dapat mengindikasikan pengelolaan PNBP di Kementerian A tersebut tidak

efektif. Untuk itu, pihak pimpinan Kementerian A dapat melakukan langkah-langkah

penertiban dengan mengatur waktu penyetoran, sehingga setoran PNBP tidak menumpuk

di akhir tahun anggaran. Akhirnya, kenaikan persediaan dapat berarti perencanaan

kegiatan Kementerian A tidak terlalu baik sehingga masih banyak barang yang belum

terdistribusikan ataupun terdapatnya potensi risiko dari memegang persedian tersebut

(opportunity cost).

2. Pertumbuhan Aset Tetap

Apabila diperhatikan aset lancar dari Satuan Kerja A, secara keseluruhan aset

tetap meningkat sebesar 4,4%. Akan tetapi dari jumlah kenaikan tersebut terdapat

kenaikan aset untuk pos-pos tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan serta

Page 52: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

52

konstruksi dalam pengerjaan, dan penurunan nilai jalan, irigasi, dan jaringan serta aset

tetap lainnya.

Untuk aset tetap yang mengalami kenaikan, kita harus bertanya apakah

penambahan aset tersebut untuk keperluan pelayanan publik atau kepentingan aparatur.

Jika penambahan sebanding dengan kompleksitas pelayanan yang harus diberikan

kepada masyarakat, maka tujuan dari Satuan Kerja A dapat dikatakan tercapai.

Sedangkan jika penambahan aset ini semata-mata untuk kepentingan aparatur, pihak

pimpinan Satuan Kerja A harus kembali bertanya layakkah hal ini dilakukan. Dengan

demikian, Satuan Kerja A dapat membatasi untuk penambahan aset tetap yang tidak

terlalu diperlukan. Selain itu, dapat dicegah pemborosan belanja operasional untuk biaya

pemeliharaan di masa yang akan datang.

Sedangkan untuk aset tetap yang menurun nilainya, Satuan Kerja A harus

memastikan bahwa prosedur penghapusan yang dilakukan telah sesuai dengan

peraturan yang berlaku. Dalam banyak kasus, terjadi pelimpahan aset tetap ke pihak lain

yang tidak sesuai prosedur sehingga menimbulkan kerugian bagi negara. Sekali lagi

dasar pertimbangan penghapusan harus diupayakan untuk efektifitas pelayanan publik.

3. Pertumbuhan Aset Lainnya

Penambahan atau penurunan nilai aset lainnya dapat bergantung kepada

kepemilikan benda-benda bersejarah, aset tak berwujud ataupun berupa aset lain-lain.

Dalam hal ini diupayakan agar pertambahan aset lain-lain serendah mungkin, karena

pada umumnya tidak berhubungan langsung dengan kegiatan Satuan Kerja A melayani

kepentingan masyarakat.

C. ANALISIS PROPORSI KELOMPOK ASET TERHADAP TOTAL ASET

Analisis di atas harus diimbangi dengan analisis proporsi yang berguna untuk

melihat gambaran aset Satuan Kerja A secara global. Apabila kelompok aset lancar

terlalu likuid (overliquid) maka hal tersebut tidak baik bagi pengelolaan keuangan Satuan

Kerja bersangkutan. Harus diingat bahwa Satuan Kerja A adalah bagian dari entitas

Pemerintah Pusat, sehingga pengelolaan keuangan yang tidak baik dapat berimplikasi

pada buruknya manajemen keuangan di tingkat nasional. Untuk itu perlu dilakukan

pengendalian keuangan di Satuan Kerja A tersebut.

D. ANALISIS KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA

1. Analisis Pertumbuhan Utang

Analisis ini bermanfaat untuk mengetahui perkembangan kewajiban

Kementerian bersangkutan, sehingga dapat dilakukan pengendalian utang atasnya.

Jika menilik pada komposisi kewajiban Satuan Kerja A, terlihat bahwa masih banyak

Uang Muka dari KPPN yang belum terselurkan dan PNBP yang belum disetorkan. Hal

ini dapat mengindikasikan pengelolaan kas di Kementerian A kurang begitu baik

sehingga pimpinan Satuan Kerja A dapat mulai melakukan pembenahan di sektor ini.

Misalnya, dengan memperbaiki perencanaan kasnya dan memperbaiki mekanisme

penerimaan serta penyetoran PNBP.

Page 53: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

53

2. Analisis Komposisi Ekuitas Dana

Setidaknya ada 2 (dua) macam analisis laporan keuangan yang melibatkan

ekuitas dana, yaitu rasio utang terhadap ekuitas dana dan rasio kecukupan ekuitas.

Rasio utang terhadap ekuitas dana menunjukkan posisi aman atau tidaknya keuangan

Kementerian bersangkutan, sedangkan rasio kecukupan ekuitas menunjukkan struktur

ekuitas yang mencerminkan harmonisasi antara pembiayaan eksternal dan internal

Kementerian.

Dari laporan keuangan di atas, dapat dilihat struktur ekuitas dan

komposisi ekuitas dana sebagai berikut:

Struktur Ekuitas

Ekuitas Dana Tahun 2008 Tahun 2009

Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi

Total Kewajiban 110.000.000 1,8% 125.000.000 2%

Total Ekuitas Dana 5.983.500.000 98,2% 6.250.000.000 98%

Total Kewajiban dan

Ekuitas Dana

6.093.500.000 100% 6.375.000.000 100%

Komposisi Ekuitas Dana

Ekuitas Dana Tahun 2008 Tahun 2009

Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi

Ekuitas Dana Lancar 3.500.000 0,1% 5.000.000 0,1%

Ekuitas Dana Investasi 5.980.000.000 99,9% 6.245.000.000 99,9%

Total Ekuitas Dana 5.983.500.000 100% 6.250.000.000 100%

E. ANALISIS LAPORAN REALISASI ANGGARAN

1. Analisis Realisasi Pendapatan

Dengan memperhatikan Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja kita dapat

melakukan perhitungan analisis varians (selisih) anggaran pendapatan, pertumbuhan

pendapatan dan rasio keuangan. Akan tetapi pada modul ini hanya akan dibahas dua hal

terdahulu karena analisis rasio keuangan kurang diperlukan mengingat dalam rangka

tugas-tugas pemerintahan memberikan pelayanan publik, efektifitas lebih diutamakan

daripada efisiensinya.

2. Analisis Varians (Selisih) Anggaran dengan Pendapatan

Analisis ini dilakukan dengan cara menghitung selisih antara realisasi pendapatan

dengan yang dianggarkan. Informasi tentang selisih diperlukan untuk membantu

pengguna anggaran memahami dan menganalisis kinerja pendapatan. Hal utama yang

perlu dilakukan oleh pembaca laporan meliputi:

a. Melihat besarnya selisih anggaran pendapatan dengan realisasinya baik secara nominal

maupun persentase;

b. Menetapkan tingkat selisih yang dapat ditoleransi/wajar;

Page 54: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

54

c. Menilai signifikansi selisih tersebut dilihat dari total pendapatan;

d. Menganalisis penyebab terjadinya selisih anggaran pendapatan.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja DDD

berikut ini.

Secara umum, anggaran pendapatan merupakan target pendapatan minimal yang

harus diperoleh oleh kementerian negara/lembaga dan biasanya tercantum dalam target

pendapatan dalam DIPA. Suatu Satuan Kerja dikatakan berkinerja baik apabila mampu

memenuhi sebesar-besarnya target pendapatan yang telah ditetapkan atau bahkan

melebihinya (favourable variance). Ini artinya perencanaan penganggaran pada Satuan

Kerja tersebut telah berjalan dengan baik. Demikian juga dengan hal sebaliknya, di mana

suatu Satuan Kerja dikatakan berkinerja kurang baik apabila target pendapatannya tidak

tercapai (unfavourable variance).

3. Analisis Pertumbuhan Pendapatan

Analisis ini diperlukan untuk mengetahui kinerja Satuan Kerja pada tahun

bersangkutan mengalami kemajuan yang positif atau mengalami kemunduran, sehingga

para pengambil keputusan dapat memperbaikinya. Formula yang dipergunakan adalah

sebagai berikut:

Pertumbuhan

Pendapatan Tahun

2009

= Pendapatan Tahun 2009 – Pendapatan Tahun 2008

X 100% Pendapatan Tahun 2008

Page 55: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

55

Mengacu pada Laporan Realisasi Anggaran di atas, maka pertumbuhan Pendapatan dan

Hibah tahun 2006 dapat dihitung mengalami pertumbuhan sebesar 6,3%. Bagi Satuan

Kerja DDDD, hal ini merupakan preseden baik bagi pengelolaan keuangannya.

4. Analisis Komposisi Pendapatan

Analisis ini pada dasarnya dipergunakan untuk mengetahui komposisi

sumbersumber pendapatan negara dan hibah dari suatu Satuan Kerja terhadap jumlah

total pendapatan negara dan hibah yang diperolehnya. Dengan mengetahui komposisi

pendapatannya, Satuan Kerja dapat menyusun langkah-langkah untuk mengoptimalkan

sumber-sumber pendapatannya tersebut.

F. ANALISIS LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA

1. Analisis Varians (Selisih) Belanja

Anggaran belanja merupakan batas tertinggi pengeluaran yang boleh dilakukan

oleh kementerian negara/lembaga. Oleh karena itu mengatahui varians belanja tiap

tahunnya sangat menarik dalam proses pengambilan keputusan. Satuan Kerja dinilai

berkinerja baik apabila mampu mencapai target output yang telah ditetapkan dalam DIPA

dengan biaya yang tidak melebihi batas tertinggi anggaran. Hal penting yang harus

dilakukan dalam analisis varians, meliputi:

a. Mempertanyakan alasan terjadinya varians. Apakah selisih tersebut cukup beralasan

dan dapat dipertanggungjawabkan?

b. Berapa besarnya varians, apakah jumlahnya signifikan atau tidak?

c. Berapa selisih (varians) yang bisa ditoleransi?

Selisih anggaran yang cukup signifikan dapat mengindikasikan efisiensi anggaran

ataupun kelemahan dalam perencanaan penganggaran, tergantung pada capaian target

yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran. Ada beberapa analisis varians

(selisih) yang dapat dianalisis dari LRA Satuan Kerja, yaitu:

a. Analisis varians belanja per program;

b. Analisis varians belanja per jenis belanja;

c. Analisis varians belanja per jenis kewenangan:

d. Analisis varians belanja per sumber dana.

Mekanisme penghitungan varians ini menggunakan formula yang sama tetapi

kebutuhannya tergantung pada jenis LRA yang dianalisis. Untuk jelasnya perhatikan LRA

Satuan Kerja berikut ini.

Dari contoh di atas kita dapat menganalisis bahwa kinerja Kementerian C tergolong baik.

Hal ini terlihat bahwa dari total target penganggaran yang dicapainya, Kementerian C

hanya menggunakan 98,25% anggaran yang dialokasikan. Sementara itu apabila kita

ingin menganalisis varians belanja per eselon I, program, per wilayah dan jenis

kewenangan, maka kita tinggal menganalisis LRA yang berkesesuaian dengan hal

tersebut.

Page 56: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

56

2. Analisis Pertumbuhan Belanja

Analisis pertumbuhan belanja dipergunakan untuk mengetahui tren belanja dari tahun ke

tahun. Hal ini sangat penting digunakan dalam analisis karena mampu mengindikasikan

kesalahan penganggaran. Logikanya setiap kenaikan anggaran harus memperhitungkan

kondisi perekonomian dan capaian kementerian negara/lembaga yang terus meningkat.

Apabila kedua hal tersebut tidak tercermin dalam kenaikan anggaran maka kenaikan

dapat dipertanyakan oleh para pengambil keputusan.

Analisis pertumbuhan belanja ini terdiri atas:

a. Analisis pertumbuhan belanja per program;

b. Analisis pertumbuhan belanja per jenis belanja;

c. Analisis pertumbuhan belanja per eselon I;

d. Analisis pertumbuhan belanja per wilayah;

e. Analisis Pertumbuhan belanja per jenis kewenangan;

f. Analisis pertumbuhan belanja per jenis sumber dana.

Sebagai contoh, dari LRA di atas didapatkan bahwa Kementerian C baik alokasi maupun

realisasi anggarannya meningkat dari tahun 2008 ke tahun 2009. Untuk alokasi anggaran

belanja meningkat hampir 9% sementara realisasi anggaran belanja meningkat 8,5%.

Page 57: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

57

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

A. LATAR BELAKANG

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna baik internal maupun eksternal. Dengan

demikian laporan keuangan pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik

dari masingmasing kelompok pengguna. Laporan keuangan pemerintah bersifat general

purpose, artinya dibuat lebih umum dan sesederhana mungkin untuk memenuhi kebutuhan

informasi semua pihak. Meskipun demikian, tidak semua pembaca laporan keuangan dapat

memahami laporan keuangan tersebut dengan baik. Padahal interpretasi pengguna laporan

terhadap laporan keuangan akan menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan.

Dalam rangka membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami dan

menginterpretasikan laporan keuangan maka perlu dibuat analisa laporan keuangan. Analisa

laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu bagaimana memahami laporan keuangan,

bagaimana menafsirkan angka-angka dalam laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi

laporan keuangan dan bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan

keputusan.

B. DESKRIPSI SINGKAT

Analisa laporan keuangan merupakan metode dan teknik analisa rasio keuangan pada

laporan keuangan baik neraca maupun laporan realisasi anggaran baik analisa secara

horisontal maupun vertikal. Metode dan teknik analisa digunakan untuk menentukan dan

mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehingga dapat

diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos jika diperbandingkan dengan

laporan dari beberapa periode atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya.

Dengan menerapkan metode analisa terhadap laporan keuangan, data-data yang disajikan

dalam laporan keuangan menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah dimengerti. Analisa

rasio keuangan meliputi analisa pertumbuhan masing-masing pos dalam laporan keuangan,

analisa proporsi pos-pos dalam laporan keuangan, analisa varians (selisih) antara anggaran

dengan realisasi anggaran dan evaluasi hasil perhitungan, interpretasi dan prediksi pos-pos

dalam laporan keuangan.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu :

1. menginterpretasi laporan keuangan

2. mengevaluasi laporan keuangan

D. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:

1. memahami pengertian dan pentingnya analisa laporan keuangan;

Page 58: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

58

2. memahami metode dan teknik-teknik analisa laporan keuangan;

3. menganalisa laporan neraca dan laporan realisasi anggaran.

E. TOPIK BAHASAN

Analisa laporan keuangan merupakan analisa rasio keuangan pada laporan keuangan

baik neraca maupun laporan realisasi anggaran. Analisa rasio keuangan menjadi topik

bahasan meliputi metode analisa horinsontal dan metode analisa vertikal. Kedua metode

analisa tersebut diterapkan dalam teknik-teknik analisa seperti analisa pertumbuhan

masingmasing pos dalam laporan keuangan, analisa proporsi pos-pos dalam laporan

keuangan, analisa varians (selisih) antara anggaran dengan realisasi anggaran dan evaluasi

hasil perhitungan, interpretasi dan prediksi pos-pos dalam laporan keuangan.

F. CAKUPAN

Jam/Sesi Materi Keterangan

I (100 menit) Pengenalan Analisa Laporan Keuangan dan

Overview Penyusunan Laporan Keuangan A. Aliran

Dana, Posisi Keuangan dan Aturan Akuntansi 1. Jenis

Aliran Dana

2. Aturan Akuntansi

B. Analisa Laporan Keuangan 1. Tujuan Pelaporan

Keuangan 2. Karakteristik Laporan Keuangan 3. Prinsip

Akuntansi dan Pelaporan Keuangan 4. Kendala

Informasi yang Relevan dan Andal C. Metode Analisa

1. Analisa Horisontal (Pengenalan) 2. Analisa Vertikal

(Pengenalan) 3. Analisa Rasio (Pengenalan)

Analisa Laporan Keuangan A. Pengertian Analisis

Laporan Keuangan B. Komponen Laporan Keuangan

C. Pengguna Laporan Keuangan

Tujuan dan Prasyarat Analisis A. Tujuan Analisis B.

Tingkat Kedalaman Analisis C. Prasyarat Analisis

II (100 menit) Metode dan Teknik Analisis

A. Metode Analisis Horisontal

B. Tolok Ukur atau Pembanding

C. Teknik Analisis

1. Analisa Perubahan Laporan Keuangan

2. Analisis Prosentase Per Komponen

3. Analisis Tren

4. Analisis Rasio

5. Analisa Ketaatan terhadap Peraturan

D. Latihan Analisa Laporan Keuangan

Page 59: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

59

III (100 menit) Telaah Laporan Keuangan Satuan Kerja A. Tujuan B.

Teknik Telaah

1. Telaah Laporan Realisasi Anggaran 2. Telaah

Neraca

a. Kas di Bendahara Pengeluaran b. Kas di Bendahara

Penerima

c. Kas Lainnya dan Setara Kas d. Persediaan

e. Piutang f. Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi g.

Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran h. Aset

Tetap i. Tagihan Penjualan Angsuran j. Tuntutan Ganti

k. Utang kepada Pihak Ketiga

Contoh Ilustrasi Analisis Menyeluruh A. Analisis

Neraca

B. Analisa Aset

1. Pertumbuhan Aset Lancar

2. Pertumbuhan Aset Tetap 3. Pertumbuhan Aset

Lainnya C. Analisis Proporsi Kelompok Aset terhadap

Total Aset D. Analisis Kewajiban dan Ekuitas Dana 1.

Analisis Pertumbuhan Utang 2. Analisis Komposisi

Ekuitas Dana

IV (100 menit) Contoh Ilustrasi Analisis Menyeluruh

A. Analisis Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan

1. Analisis Realisasi Pendapatan

2. Analisis Varians (Selisih) Anggaran dengan

Pendapatan

3. Analisis Pertumbuhan Pendapatan

4. Analisis Komposisi Pendapatan

B. Analisis Laporan Realisasi Anggaran Belanja

1. Analisa Varians (Selisih) Belanja

2. Analisis Pertumbuhan Belanja

Latihan Analisis Laporan Keuangan (final)

A. Analisa Horisontal

B. Analisa Vertikal

C. Analisa Rasio

D. Teknik Analisa Lainnya

Page 60: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

1

ANALISIS LAPORAN KEUANGANANALISIS LAPORAN KEUANGAN

PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS

KEUANGAN KEUANGAN PEMERINTAHPEMERINTAH

20120133

2

MANFAAT LAPORAN KEUANGANMANFAAT LAPORAN KEUANGAN

AKUNTABILITAS Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber

daya serta pelaksanaan kegiatan secara periodik

MANAJEMEN

Membantu para pengguna mengevaluasi

pelaksanaan kegiatan ���� memudahkan fungsi

perencanaan, pengelolaan dan pengendalian

atas seluruh aset, kewajiban dan ekuitas dana

TRANSPARANSIMemberikan informasi keuangan yang terbuka

dan jujur kepada masyarakat

KESEIMBANGAN

ANTAR GENERASI

Membantu para pengguna untuk mengetahui

kecukupan penerimaan pemerintah untuk

membiayai seluruh pengeluaran yang

dialokasikan

Page 61: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

2

3

PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN

KEUANGANKEUANGAN

•• Analisis laporan keuangan merupakan analisis Analisis laporan keuangan merupakan analisis yang dilakukan terhadap berbagai macam yang dilakukan terhadap berbagai macam informasi yang disajikan dalam laporan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan keuangan

•• Dalam melakukan analisis, setiap pengguna Dalam melakukan analisis, setiap pengguna laporan harus mengidentifikasi informasi yang laporan harus mengidentifikasi informasi yang harus dipilih untuk dianalisis, teknik analisis harus dipilih untuk dianalisis, teknik analisis yang tepat, ruang lingkup, kedalaman analisis yang tepat, ruang lingkup, kedalaman analisis dengan menggunakan pertimbangan yang dengan menggunakan pertimbangan yang cermat agar dapat memperoleh informasi yang cermat agar dapat memperoleh informasi yang diinginkan untuk mendukung keputusandiinginkan untuk mendukung keputusan--keputusan yang diambilnya.keputusan yang diambilnya.

4

PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN

�� Masyarakat;Masyarakat;

�� Para wakil rakyat; Para wakil rakyat;

�� Lembaga pengawas, dan lembaga Lembaga pengawas, dan lembaga

pemeriksa;pemeriksa;

�� Pemberi atau yang berperan dalam Pemberi atau yang berperan dalam

proses donasi, investasi, dan proses donasi, investasi, dan

pinjamanpinjaman

�� Manajeman pemerintahManajeman pemerintah

Page 62: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

3

5

Meyakini bahwa pemerintah telah melaksanakan

anggaran sesuai dengan peraturan perundang-udangan

Mengukur dan mengevalusasi kinerja pemerintah

Mengukur potensi pendapatan atau sumber ekonomi

Mengetahui kondisi keuangan

Mengetahui kemampuan pemerintah dalam memenuhi kewajibannya

TUJUAN

TUJUAN ANALISISTUJUAN ANALISIS

6

TINGKAT KEDALAMAN ANALISISTINGKAT KEDALAMAN ANALISIS(1(1--3)3)

Semakin besar permasalahan yang Semakin besar permasalahan yang

dihadapi dan semakin panjang dihadapi dan semakin panjang

waktu yang menjadi kepentingan waktu yang menjadi kepentingan

pengguna akan diperlukan analisis pengguna akan diperlukan analisis

yang semakin mendalam dengan yang semakin mendalam dengan

menggunakan berbagai teknik dan menggunakan berbagai teknik dan

metode analisis. metode analisis.

Page 63: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

4

7

ContohContoh::

Seorang calon investor Seorang calon investor asing asing yang akan yang akan berinvestasiberinvestasi

untuk jangka waktu yang panjang akan membutuhkan untuk jangka waktu yang panjang akan membutuhkan

banyak informasi dengan ruang lingkup yang luas, dan banyak informasi dengan ruang lingkup yang luas, dan

melakukan analisis secara mendalam dengan melakukan analisis secara mendalam dengan

menggunakan berbagai teknik analisis. Mereka akan menggunakan berbagai teknik analisis. Mereka akan

membutuhkan informasi mengenai: membutuhkan informasi mengenai:

-- potensi ekonomi di masa yang akan datangpotensi ekonomi di masa yang akan datang

-- mengukur tingkat keuntungan yang dikehendakimengukur tingkat keuntungan yang dikehendaki

-- mengukur berapa lama investasinya akan mengukur berapa lama investasinya akan

diperoleh kembali. diperoleh kembali.

TINGKAT KEDALAMAN ANALISISTINGKAT KEDALAMAN ANALISIS(2(2--3)3)

8

Contoh:Contoh:

Sebaliknya mungkin ada pejabat pemerintah Sebaliknya mungkin ada pejabat pemerintah

yang hanya ingin mengetahui naikyang hanya ingin mengetahui naik--turunya turunya

pendapatan pajak atau bukan pajak pendapatan pajak atau bukan pajak

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Karena kebutuhannya sangat sederhana maka Karena kebutuhannya sangat sederhana maka

ia hanya akan membandingkan antara pajak ia hanya akan membandingkan antara pajak

dan bukan pajak dengan tahun anggaran dan bukan pajak dengan tahun anggaran

sebelumnya.sebelumnya.

TINGKAT KEDALAMAN ANALISISTINGKAT KEDALAMAN ANALISIS(3(3--3)3)

Page 64: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

5

9

PRASYARAT ANALISISPRASYARAT ANALISIS

Prasyarat analisis yang harus dipahami oleh pengguna:Prasyarat analisis yang harus dipahami oleh pengguna:

1.1. LK disusun berdasarkan SAP dan kebijakan LK disusun berdasarkan SAP dan kebijakan akuntansi yang ditetapkan oleh Pemerintah; akuntansi yang ditetapkan oleh Pemerintah;

2.2. AngkaAngka--angka yang disajikan dalam LK mungkin angka yang disajikan dalam LK mungkin dipengaruhi oleh suatu kondisi atau masalah dipengaruhi oleh suatu kondisi atau masalah tertentu yang spesifik;tertentu yang spesifik;

3.3. Pengaruh transaksi, peristiwa dan kejadian yang Pengaruh transaksi, peristiwa dan kejadian yang ekstrim atau luar biasa juga harus dieliminasi ekstrim atau luar biasa juga harus dieliminasi supaya tidak meyesatkan;supaya tidak meyesatkan;

4.4. Membandingkan antar Laporan Keuangan harus Membandingkan antar Laporan Keuangan harus memperhitungkan kesetaraan satker dalam hal memperhitungkan kesetaraan satker dalam hal tupoksi, jenis, maupun besarantupoksi, jenis, maupun besaran--besaran relatif besaran relatif lainnyalainnya; ;

10

METODE ANALISISMETODE ANALISIS

�� Analisis horisontalAnalisis horisontal: dilaksanakan

dengan membandingkan angka-angka

dalam suatu LK KL dengan KL lainnya,

antara pemerintah dengan pemerintah

lainnya.

�� Analisis vertikalAnalisis vertikal: dilakukan dengan

membandingkan antara pos yang satu

dengan pos yang lain dalam laporan

keuangan yang sama.

Page 65: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

6

11

TOLOK UKUR ATAU PEMBANDINGTOLOK UKUR ATAU PEMBANDING

� Evaluasi hasil analisis LK akan

dibandingkan dengan kriteria atau tolok

ukur yang ditetapkan.

� Tolok ukur yang dapat digunakan dalam

melakukan analisis ini antara lain:

1) informasi internal dari KL ybs, berupa:

a. RKA atau dokumen lainnya

b. LK periode sebelumnya

2) informasi eksternal, informasi yang

disajikan dalam LK KL lainnya.

12

TEKNIK ANATEKNIK ANALISISLISIS

Teknik analisa laporan keuangan meliputi:Teknik analisa laporan keuangan meliputi:

��Analisis perubahan LKAnalisis perubahan LK

��Analisis persentase per komponenAnalisis persentase per komponen

��Analisis trendAnalisis trend

��Analisis rasioAnalisis rasio

��Analisis ketaatan terhadap peraturanAnalisis ketaatan terhadap peraturan

Page 66: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

7

13

1. ANALISIS PERUBAHAN LK1. ANALISIS PERUBAHAN LK (1(1--4)4)

•• PengertianPengertian

Teknik analisa yang dilakukan dengan

memperbandingkan pos-pos yang sama

dari dua LK suatu K/L dengan dua periode

yang berlainan

•• TujuanTujuan

Untuk mengetahui perubahan suatu pos

dari periode yang satu ke periode yang lain

14

ANALISIS PERUBAHAN (2-4)

Page 67: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

8

15

ANALISIS PERUBAHAN (3-4)

16

ANALISIS PERUBAHAN DI CALKANALISIS PERUBAHAN DI CALK(4(4--4)4)

Page 68: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

9

17

2. ANALISIS PERSENTASE 2. ANALISIS PERSENTASE

PERKOMPONENPERKOMPONEN (1(1--5)5)

• Pengertian

Suatu teknik analisa yang dilakukan dengan membandingkan antara suatu pos terhadap

totalnya dalam laporan keuangan yang sama.

• Tujuan

Untuk mengetahui seberapa besar

kontribusi suatu pos dalam bentuk angka

total.

18

ANALISIS PERSENTASE PERKOMPONEN (2-5)

REALISASI APBN TA 2010

Page 69: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

10

19

CONTOH PENGUNGKAPAN HASIL ANALISIS

PERSENTASE PERKOMPONEN (3-5)

Grafik: Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah TA 2010

20

CONTOH PENGUNGKAPAN HASIL ANALISIS

PERSENTASE PERKOMPONEN (4-5)

Grafik: Komposisi Alokasi Belanja Negara Per Jenis TA 2010

Page 70: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

11

21

CONTOH PENGUNGKAPAN HASIL ANALISIS

PERSENTASE PERKOMPONEN (5-5)

Grafik: Komposisi Lima Terbesar Kementerian Negara/Lembaga Pengguna Anggaran Belanja Pemerintah Pusat TA 2010

22

3. ANALISIS TREND (1-5)

• Pengertian

Teknik analisa yang dilakukan dengan

membandingkan pos-pos yang sama dari

beberapa periode yang berurutan (time series

data).

• Tujuan

untuk memahami arah atau kecenderungan

suatu pos dari waktu ke waktu.

Page 71: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

12

23

ANALISIS TREND (2-5)

TA

2010

TA

2009

TA

2008

TA

2007

TA

2006

Pen. Negara

Pen. Perpajakan 723,31 619,92 658,70 490,99 409,20

PNBP 268,94 227,17 320,60 215,12 226,95

Belanja Negara

Bel. Pem. Pusat 697,41 628,81 693,36 504,62 440,03

Trans.untuk Daerah 344,73 308,59 292,43 253,26 226,18

Dalam Rp triliun

24

CONTOH PENGUNGKAPAN

HASIL ANALISIS TREND (3-5)

Grafik: Perkembangan Realisasi Penerimaan Perpajakan dan PNBP TA 2006-2010

Page 72: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

13

25

CONTOH PENGUNGKAPAN

HASIL ANALISIS TREND (4-5)

Grafik: Perkembangan Belanja 2006-2010

TREND BELANJA NEGARA BULANAN TA 2010 (5-5)

Page 73: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

14

27

4. ANALISIS RASIO (1-3)

• Pengertian

Teknik analisis yang dilakukan dengan membandingkan pos yang satu dengan pos yang lain dalam laporan keuangan yang sama. Rasio-rasio yang diperoleh selanjutnya akan dibandingkan dengan rasio yang sama di K/L yang bersangkutan untuk periode yang berlainan atau akan dibandingkan dengan rasio pos yang sama dari K/L lainnya.

• TujuanUntuk mengetahui likuiditas, solvabilitas, efisiensi serta kemampuan suatu organisasi dalam memperoleh hasil untuk membiayai pengeluarannya.

28

ASET (2-3)

URAIAN 31 Des 2010 31 Des 2009

Aset Lancar

Kas

254,78 triliun

117,33 triliun

231,39 triliun

81,37 triliun

Investasi Jangka Panjang 706,41 triliun 737,04 triliun

Aset Tetap 1.184,30 triliun 979.00 triliun

Aset Lainnya 278,20 triliun 175,47 triliun

Total Aset 2.423,69 triliun 2.122,90 triliun

Kewajiban Jangka Pendek 201,34 triliun 187,84 triliun

Kewajiban Jangka Panjang 1.594,73 triliun 1.493,87 triliun

Total Kewajiban 1.796,08 triliun 1.681,71 triliun

Page 74: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

15

29

ANALISIS RASIO (3-3)

Current Ratio= Current AssetCurrent Liabilities

Quick Ratio = CashCurrent Liabilities

Solvabilitas Ratio= Total AssetTotal Liabilities

....

...

...

...

...

...

2010 2009

30

5. 5. ANALISIS KETAATAN TERHADAP ANALISIS KETAATAN TERHADAP

PERATURANPERATURAN (1(1--4)4)

• Pengertian

Teknik analisa yang dilakukan dengan

cara menguji apakah peraturan-peraturan

yang ada telah ditaati.

• Tujuan

Untuk meyakini bahwa semua peraturan

perundang-undangan telah dipatuhi.

Page 75: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

16

31

PRINSIPPRINSIP (2(2--4)4)

1. Pendapatan dan belanja diatur dalam undang-

undang APBN

2. Prinsip prealabel, yaitu anggaran harus

disahkan sebelum ada penggunaan

3. Prinsip universalitas, yaitu semua jenis

pengeluaran harus dicantumkan dalam

anggaran

4. Prinsip spesialitas, yaitu anggaran yang telah

disediakan dalam mata anggaran pengeluaran

tertentu tidak diperkenankan untuk digeser

32

PRINSIPPRINSIP (3(3--4)4)

5. Prinsip periodisitas, yaitu laporan disusun secara berkala sesuai dengan peraturan

6. Azas bruto, yaitu tidak diperbolehkan adanya offsetting antara pendapatan dan belanja

7. Anggaran belanja merupakan plafon

8. Pelaksanaan anggaran sesuai dengan pedoman yang mengatur pelaksanaan anggaran

Page 76: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

17

33

ANALISIS THD UU APBN (4-4)

34

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR

LAPORAN KEUANGAN

• LRA & NERACA– SILPA & SAL

– BELANJA MODAL VS MUTASI TAMBAH ASET TETAP

– PEMBIAYAAN UTANG/OBLIGASI VS MUTASI SALDO UTANG JANGKA PANJANG

• LRA & LAK– PENDAPATAN NEGARA & HIBAH

– BELANJA NEGARA

– PEMBIAYAAN

• NERACA & LAK– SALDO KAS

Page 77: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

18

35

TELAAH LAPORAN KEUANGAN

TINGKAT K/L & SATKER

36

LAPORAN REALISASI ANGGARANLAPORAN REALISASI ANGGARAN

Page 78: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

19

37

UNSURUNSUR--UNSUR YANG PERLU DITELAAHUNSUR YANG PERLU DITELAAH

1. Pendapatan Negara dan Hibah, a.l.:� Pendapatan perpajakan hanya ada di Departemen Keuangan (DJP,

DJBC, DJA)

� PNBP-Bagian Laba BUMN hanya ada di LKBUN.

� Pastikan seluruh PNBP telah dilaporkan dan saldonya telah setor ke kas negara.

� Penerimaan hibah disampaikan kepada DJPU untuk dilaporkan pada LKBUN, LKKL hanya mengungkapkannya secara memadai.

2. Belanja Negara, a.l.:� Realisasi Belanja Modal (53) pada TA ybs perlu dibandingkan dengan

perubahan (kenaikan) saldo Aset Tetap.

� Pembayaran Bunga Utang (54) hanya ada di BA 999.01 dan BA 015.

� Dalam Belanja Lain-lain (58) terdapat unsur pembelian aset.

38

NERACANERACA

Page 79: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

20

39

KAS DI BENDAHARA

PENGELUARAN

• “Kas di Bendahara Pengeluaran” = “Uang Muka dari KPPN”

• Minus (kurang):– SPM/SP2D UP/TUP ada yang belum rekam

– Kelebihan pengembalian UP.

• Terlalu besar:– SPM GU Nihil masih ada yang belum direkam.

– SSBP berupa pengembalian UP belum direkam.

• “Kas di Bendahara Pengeluaran” hanya memuat kas UP.

40

KAS LAINNYA DAN SETARA KAS

• Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran lazimnya terdiri dari:

1. Bunga jasa giro yang belum disetor ke kas negara

2. Pungutan pajak yang belum disetor ke kas negara

3. Penerimaan hibah langsung berupa kas (dalam/luar negeri) *)

4. Belanja yang tidak jadi direalisir atau pengembalian belanja

5. Belanja (gaji/honor) yang belum dibayarkan kepada yang berhak

• Kebijakan pemerintah terkait dengan penyajian kas tersebut:

Butir 1,2,3, dan 4 disajikan:

Kas Lainnya dan setara kas

(Kas lainnya di Bendahara Pengeluaran) Rpxxx

Pendapatan yang ditangguhkan Rpxxx

Butir 5 disajikan:

Kas Lainnya dan setara kas

(Kas lainnya di Bendahara Pengeluaran) Rpxxx

Utang kepada Pihak Ketiga Rpxxx

*) Disajikan sebagai Kas Lainnya pada K/L dari hibah langsung, apabila telah disahkan akun pasangannya

Ekuitas Dana Lancar

Page 80: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

21

41

KAS DI BENDAHARA PENERIMA

• Cermati apakah pada tanggal neraca masih

terdapat kas di bendahara penerimaan (kas yang

diterima dari PNBP) yang belum disetor ke kas

negara.

• Jika ada, sajikan nilai kas tersebut di neraca

sebesar nilai yang ada pada bendahara

penerimaan.

• Akun “Kas di Bendahara Penerima” =

“Pendapatan yang Ditangguhkan”

42

PERSEDIAANPERSEDIAAN

• Laporan persediaan diperoleh dari bagian perlengkapan.

• Persediaan dilaporkan semesteran dan tahunan berdasarkan hasil opname fisik.

• Nilai yang disajikan pada neraca adalah nilai pembelian terkahir.

• “Persediaan” = “Cadangan Persediaan”

Page 81: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

22

43

BAGIAN LANCAR TGR/TPABAGIAN LANCAR TGR/TPA

• TGR/TPA biasanya mencakup masa

pelunasan lebih dari satu tahun anggaran.

• Jika pada akhir tahun masih terdapat saldo,

dilakukan reklasifikasi untuk menentukan

Bagian Lancar (yang jatuh tempo pada

tahun depan).

• Jumlah Bagian Lancar TGR/TPA ini

dimasukkan ke kelompok aset lancar,

sedangkan sisanya (TPA/TGR) disajikan

dalam kelompok Aset Lainnya.

44

ASET TETAP SEBELUM DISESUAIKAN

• Periksa apakah masih ada akun “<Aset Tetap>

Sebelum Disesuaikan”

• Akun ini masih muncul disebabkan oleh:

– Penerimaan ADK dari Aplikasi SIMAK-BMN belum

dilakukan,

– Penerimaan ADK dari SIMAK-BMN sudah dilakukan tetapi

terdapat aset berikut SPM/SP2D yang belum direkam

atau masih terdapat BMN yang berupa Konstruksi Dalam

Pengerjaan.

• Pada akhir semester/tahun, akun ini harus

dihapuskan dari neraca dengan jurnal koreksi.

Page 82: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

23

45

ASET TETAPASET TETAP

• Nilai aset tetap non KDP di neraca seharusnya sama dengan total nilai BMN di LBMN Intrakomtabel.

• Bandingkan pertambahan nilai aset tetap di Neraca dengan Realisasi Belanja Modal pada LRA.

• Jika akuntansi BMN masih dikerjakan secara manual, periksa kebenaran mapping antara laporan BMN dengan akun aset tetap di Neraca.

• Total nilai aset tetap harus sama dengan nilai akun “Diinvestasikan Dalam Aset Tetap”

46

ASET LAINNYAASET LAINNYA

• Lakukan reklasifikasi pada akhir tahun untuk TPA/TGR yang akan jatuh tempo pada tahun berikutnya.

• Yakinkan bahwa nilai TPA/TGR yang terdapat pada neraca akhir tahun adalah nilai setelah dikurangai bagian lancar-nya.

• Total “Aset Lainnya” = “Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya.”

Page 83: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

24

47

DISKUSI

48

Page 84: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

25

49

50

Page 85: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

26

51

KASUS 5

52

1. Kas di Bendahara Penerimaan sebesar Rp1.000.000

2. Bunga jasa giro yang belum disetor ke kas negarasebesar Rp100.000

3. Pungutan pajak yang belum disetor ke kas negarasebesar Rp500.000

4. Belanja honor/gaji yang telah dicairkan namun belum diserahkan kepada yang berhak sebesar Rp750.000

5. Tagihan listrik, PAM, dan telepon yang belum dilunasi sebesar Rp2.000.000

6. Pertanyaan:1. Berapa nilai pendapatan ditangguhkan dalam laporan

keuangan?

2. Berapa nilai kewajiban yang disajikan dalam laporan keuangan?

Page 86: PPAKP 2013:Analisa Laporan Keuangan FINAL

27

53