PP1

4
PP-1 adalah Pajak Pembangunan yang merupakan Pajak Daerah, sehingga tidak mengenal batasan omset, jadi berapapun omsetnya pengusaha restoran wajib memungut PP-1 sebesar 10% dari harga makanan dan minuman yang dibayar oleh pembeli/tamu restoran. Pajak restoran (PP-1) bukan disetorkan ke Bank atau pun kantor pos tetapi disetorkan langsung ke Pemda setempat dengan menggunakan slip setoran yang telah disediakan oleh Pemda setempat. Setoran PP-1 ini tidak ada hubungannya dengan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) sehingga tidak ada laporan ke KPP. Kita pasti akan bertanya kenapa bukan PPN yang dipungut ? Pertanyaan ini dapat kita jawab dengan melihat dari kutipan : UU no 42 tahun 2009 tentang PPn dan PPnBM pasal 4A butir 2 yaitu: Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah barang tertentu dalam kelompok barang sebagai berikut : Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang langsung di sumbernya Barang kebutuhan pokok yang sangat di butuhkan masyarakat. Makanan dan minuman yang ada di restorant, rumah makan, warung hotel dan sejenisnya meliputi makanan baik yang dikonsumsi langsung di tempat atau di bungkus bawa pulang serta termasuk makanan dan minuman yang disajikan oleh usaha dagang maupun perusahaan jasa boga atau catering. Uang, emas batangan dan surat berharga. Mengacu UU no 42 tahun 2009 tentang PPn dan PPBM (makanan dan minuman sudah tidak kena PPN 10 % lagi). Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering ” bukan merupakan obyek PPN sebagaimana diatur dalam pasal 4a UU PPN.

Transcript of PP1

Page 1: PP1

PP-1 adalah Pajak Pembangunan yang merupakan Pajak Daerah, sehingga tidak mengenal batasan

omset, jadi berapapun omsetnya pengusaha restoran wajib memungut PP-1 sebesar 10% dari harga makanan dan minuman yang dibayar oleh pembeli/tamu restoran. Pajak restoran (PP-1) bukan disetorkan ke Bank atau pun kantor pos tetapi disetorkan langsung ke Pemda setempat dengan menggunakan slip setoran yang telah disediakan oleh Pemda setempat. Setoran PP-1 ini tidak ada hubungannya dengan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) sehingga tidak ada laporan ke KPP.

Kita pasti akan bertanya kenapa bukan PPN yang dipungut ? Pertanyaan ini dapat kita jawab dengan melihat dari kutipan :

UU no 42 tahun 2009 tentang PPn dan PPnBM pasal 4A butir 2 yaitu: Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah barang tertentu dalam kelompok barang sebagai berikut :

Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang langsung di sumbernya

Barang kebutuhan pokok yang sangat di butuhkan masyarakat.

Makanan dan minuman yang ada di restorant, rumah makan, warung hotel dan sejenisnya meliputi makanan baik yang dikonsumsi langsung di tempat atau di bungkus bawa pulang serta termasuk makanan dan minuman yang disajikan oleh usaha dagang maupun perusahaan jasa boga atau catering.

Uang, emas batangan dan surat berharga.

Mengacu UU no 42 tahun 2009 tentang PPn dan PPBM (makanan dan minuman sudah tidak kena PPN 10 % lagi). Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering ” bukan merupakan obyek PPN sebagaimana diatur dalam pasal 4a UU PPN.

Tapi, perlu kita ketahui bahwa sejak sebelum berlakunya UU no 42 tahun 2009 tersebut ” makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya” juga bukan merupakan obyek PPN?

Perubahan Pasal 4a UU PPN terkait dengan makanan dan minuman tsb , merupakan penegasan bahwa pengecualian (yang termasuk bukan obyek PPN) tersebut juga termasuk untuk makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun yang tidak, pesan antar, take away juga termasuk penyediaan makanan yang dilakukan oleh usaha katering.

Kalau bukan obyek PPN, kenapa Restoran memungut Pajak?

Kalau kita menemukan restoran memungut pajak atas makanan dan minuman yang mereka sajikan perlakuan ini sudah benar sesuai dengan Undang-undang Pajak dan Retribusi Daerah, (UU Pajak Daerah

Page 2: PP1

& Retribusi Daerah yg baru UU No 28 tahun 2009), salah satu jenis pajak kabupaten/kota adalah : “Pajak Restoran”.

Subjek dan Objek Pajak Restoran

Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari restoran.

Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran. Pelayanan yang disediakan Restoran meliputi : pelayanan penjualan makan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain.

Berapa tarif Pajak Restoran

Sesuai dengan ketentuan pasal 40 UU Pajak daaerah No. 28 tahun 2009, besarnya tarif pajak restoran ditetapkan paling tinggi 10%. Besarnya pajak restoran ditetapkan oleh masing-masing pemerintah Daerah (Pemerintah Kabupaten/Kota), sehingga mungkin akan terdapat perbedaan tarif pajak restoran di daerah satu dengan yang lainnya. Adapun besarnya pokok Pajak Restoran yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Dasar Pengenaan Pajak Restoran adalah : jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh restoran.

Contoh :

Dina makan di sebuah restoran dengan memesan makanan dan minuman dengan jumlah sebagai berikut :

- Makanan senilai …..................................... Rp 200.000,-

- Minuman senilai …...................................... Rp 35.000,-

Total tagihan ….......................................... Rp 235.000,-

Maka besarnya pajak restoran (PP-1) adalah :

10 % x Rp 235.000 Rp 23.500,-

sehingga besarnya nilai yang harus dibayar oleh

Dina adalah : Jumlah Tagihan atas makan dan minum Rp 235.000,-

Pajak Restoran (PP-1) …................ Rp 23.500,-(+)

Total …........................................ Rp 258.500,-

Apa sih Pajak Daerah itu? apa bedanya dengan PPN?

Dari sisi kita sebagai konsumen hampir tidak bisa membedakan keduanya, sama-sama membayar pajak 10% dan ditambahkan ke dalam harga barang/ makanan yang kita beli termasuk service charge.

Page 3: PP1

Perbedaannya terletak pada masalah administrasi dan kewenangan pemungutannya. PPN merupakan pajak pusat, yang pengadministrasiannya ada di pemerintah pusat, dalam hal ini oleh Direktorat Jenderal Pajak. Penerimaan dari PPN akan masuk dalam APBN.

Sedangkan Pajak Restoran Merupakan Pajak Daerah, yaitu pajak yang kewenangan pemungutan dan pengadministrasiannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah Kota/Kabupaten. Penerimaan dari Pajak Daerah akan masuk dalam APBD, sebagai PAD.

Selain Pajak Restoran, Apa Saja yang termasuk Pajak Daerah?

Pajak Daerah dibedakan menjadi 2, yaitu pajak Provinsi dan Pajak Kota/Kabupaten. Sesuai dengan UU Pajak Daerah & Retribusi Daerah yang baru, Jenis pajak Daerah terdiri dari :

a) Jenis Pajak Provinsi terdiri atas :

1. Pajak Kendaraan Bermotor;

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

4. Pajak Air Permukaan; dan

5. Pajak Rokok

b) Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:

1. Pajak Hotel;

2. Pajak Restoran;

3. Pajak Hiburan;

4. Pajak Reklame;

5. Pajak Penerangan Jalan;

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

7. Pajak Parkir;

8. Pajak Air Tanah;

9. Pajak Sarang Burung Walet;

10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan

11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Page 4: PP1

Jadi Pajak yang dipungut di Restoran adalah merupakan Pajak Daerah dan bukan PPN.

Mulai sekarang kalau kita makan atau minum di hotel/restoran/cafe/warung dan sejenisnya, jangan mau bayar PPN, tapi bayarlah sesuai harga makanan atau minuman yang kita pesan + pajak Daerah.