Potensi Sumber Energi Baru Terbarukan Di Indonesia

8
Kesiapan Pertamina pada Bauran Energi Indonesia: Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) Atikah Fathinah, Kompartemen II, CEOS for BUMN I. Kebutuhan Akan Pengembangan EBT di Indonesia Pengembangan pemanfaatan energi alternatif sudah sangat dirasakan kebutuhannya. Hal ini dilakukan sebagai respon dari perubahan tingkat konsumsi dan produksi sumber energi minyak sebagai penyokong utama kebutuhan energi nasional di Indonesia. Konsumsi energi primer Indonesia meningkat pesat sebesar 50% dalam satu dekade terakhir. Padahal, tingkat produksi minyak sebagai sumber energi utama mengalami penurunan menjadi sekitar 900.000 barel per hari pada 2011, dari produksi puncaknya yaitu sekitar 1,5 juta barel per hari selama satu dekade terakhir. Lihat Grafik 1. Cadangan minyak Indonesia mengalami penurunan yang sangat pesat, bahkan tercepat se-Asia. Kini, Indonesia termasuk negara nett importer minyak dengan pemenuhan sebesar 30% dari total konsumsi energi minyak dari impor. Dengan demikian, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan sebagai strategi untuk menangani permasalahan sumber energi di Indonesia, seperti konservasi energi dan pemanfaatan sumber energi baru terbarukan (EBT). Upaya tersebut ditujukan untuk mengurangi kebergantungan pada minyak dan segera beralih ke sumber energi alternatif, seperti gas alam, gas non konvensional, dan energi baru terbarukan yang potensi dan cadangannya masih sangat menjanjikan di Indonesia.

description

Menililk potensi dari sumber energi baru terbarukan yang ada di Indonesia dengan data-data serta saran untuk mengembangkan EBT di Indonesia oleh atikah fahinah

Transcript of Potensi Sumber Energi Baru Terbarukan Di Indonesia

Page 1: Potensi Sumber Energi Baru Terbarukan Di Indonesia

Kesiapan Pertamina pada Bauran Energi Indonesia: Pengembangan Energi Baru

Terbarukan (EBT)

Atikah Fathinah, Kompartemen II, CEOS for BUMN

I. Kebutuhan Akan Pengembangan EBT di Indonesia

Pengembangan pemanfaatan energi alternatif sudah sangat dirasakan kebutuhannya. Hal

ini dilakukan sebagai respon dari perubahan tingkat konsumsi dan produksi sumber energi

minyak sebagai penyokong utama kebutuhan energi nasional di Indonesia. Konsumsi energi

primer Indonesia meningkat pesat sebesar 50% dalam satu dekade terakhir. Padahal, tingkat

produksi minyak sebagai sumber energi utama mengalami penurunan menjadi sekitar

900.000 barel per hari pada 2011, dari produksi puncaknya yaitu sekitar 1,5 juta barel per hari

selama satu dekade terakhir. Lihat Grafik 1. Cadangan minyak Indonesia mengalami

penurunan yang sangat pesat, bahkan tercepat se-Asia. Kini, Indonesia termasuk negara nett

importer minyak dengan pemenuhan sebesar 30% dari total konsumsi energi minyak dari

impor.

Dengan demikian, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan sebagai strategi untuk

menangani permasalahan sumber energi di Indonesia, seperti konservasi energi dan

pemanfaatan sumber energi baru terbarukan (EBT). Upaya tersebut ditujukan untuk

mengurangi kebergantungan pada minyak dan segera beralih ke sumber energi alternatif,

seperti gas alam, gas non konvensional, dan energi baru terbarukan yang potensi dan

cadangannya masih sangat menjanjikan di Indonesia.

Grafik 1. Produksi dan Konsumsi Minyak di Indonesia

Page 2: Potensi Sumber Energi Baru Terbarukan Di Indonesia

Salah satu dari kebijakan tersebut adalah Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang

Kebijakan Energi Nasional. Dalam peraturan tersebut, pemerintah menargetkan penggunaan

EBT di Indonesia mencapai 25% pada tahun 2025. Lihat Grafik 2. Selain itu, Indonesia

ditargetkan dapat mewujudkan energy mix yang optimal pada peranan masing-masing jenis

energi terhadap komposisi konsumsi energi nasional. Pada tahap tersebut, komposisi

konsumsi energi nasional ditargetkan mengalami pengurangan konsumsi minyak bumi dan

peningkatan konsumsi sumber energi lain, seperti gas bumi, batubara, biofuel, panas bumi,

biomass, nuklir, tenaga air skala kecil, tenaga surya, tenaga angin, dan bahan bakar lain yang

berasal dari pencairan batubara (Pasal 2, PP No. 5/2006).

Grafik 2. Bauran Energi Primer Tahun 2025

Sumber: DESDM, 2008

Selain itu, pada tahun 2007 telah diberlakukan UU No. 30 tahun 2007 tentang Energi

yang memprioritaskan penyediaan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan, yang wajib

ditingkatkan oleh pemerintah pusat dan daerah (Pasal 20 ayat 4 dan Pasal 21 ayat 2), serta

oleh badan usaha, bentuk usaha tetap, dan perseorangan yang dapat memperoleh kemudahan

dan/atau insentif dari pemerintah pusat dan daerah sesuai kewenangannya untuk jangka

waktu tertentu hingga tercapai nilai keekonomiannya (Pasal 21 ayat 3). Kebijakan energy

nasional tersebut menargetkan Indonesia mencapai bauran energi yang optimal pada tahun

2030 dengan proporsi sesuai dengan kebutuhan. Lihat Grafik 3.

Grafik 3. Target Bauran Energi Nasional Indonesia tahun 2030

Page 3: Potensi Sumber Energi Baru Terbarukan Di Indonesia

II. Potensi Pemanfaatan EBT di Indonesia

Pada dasarnya, terdapat lima jenis sumber energi baru terbarukan yang cukup potensial di

Indonesia meliputi bidang unconventional Hydrocarbon (yaitu coal bed methane dan shale

gas) dan renewable energy (yaitu geothermal, algae, dan angin). Pengembangan energi baru

terbarukan jenis tersebut merupakan fokus kajian dalam kerjasama antara Pertamina dan

Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) ESDM melalui Nota Kesepahaman pada

September 2010 lalu. Dua dari kelima energi tersebut, yaitu panas bumi dan CBM, sudah

dikembangkan Pertamina. Ketiga sumber energi alternatif lainnya, yaitu shale gas, algae, dan

angin, merupakan tantangan baru bagi Pertamina untuk dikaji sejauh mana tingkat

keekonomiannya ketika dikembangkan. Pada pengembangan energi panas bumi, Pertamina

melalui anak perusahaan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) mengelola 15 wilayah

kerja panas bumi di Indonesia. Potensi panas bumi Indonesia mencapai 27 giga watt, namun

pemanfaatannya baru 4,6%. Efisiensi pemanfaatan panas bumi sebagai EBT masih dapat

ditingkatkan.

Coal Bed Methane merupakan sumber energi dari gas metan batubara yang terbilang

relatif baru dibandingkan geothermal. Dalam beberapa dekade terakhir, CBM telah menjadi

sumber energi penting di sejumlah negara seperti Amerika Serikat dan Kanada. Potensi

cadangan CBM di Indonesia merupakan terbesar keenam di dunia. bahkan, PT Pertamina

(persero) tengah menyiapkan investasi sebesar US$1,5 miliar untuk melakukan eksplorasi

200 sumur coal bed methane (CBM) dalam lima tahun kedepan. Pada pengembangan CBM,

saat ini Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Energi mengelola empat blok CBM di

Indonesia, yaitu Blok Sangatta 1 dan Sangatta 2 di Kalimantan Timur, Blok Tanjung Enim

dan Muara Enim di Sumatera Selatan, dengan rencana target produksi CBM mencapai 200-

Page 4: Potensi Sumber Energi Baru Terbarukan Di Indonesia

300 MMSCFD. Pemanfaatan CBM sebagai salah satu EBT sangat berpotensi, namun

praktiknya membutuhkan biaya yang sangat besar.

Di sisi lain, shale gas adalah gas alam yang terdapat di lapisan batuan sedimen klastik

yang antara lain terdiri atas campuran clay minerals dan fragmen kecil atau partikel mineral

lain, seperti quartz dan calcite. Sama halnya dengan CBM, pemanfaatan shale gas juga

memerlukan biaya yang besar, terutama untuk proses ekstraksi.

Selain itu, Indonesia berpotensi menjadi pusat produksi biofuel atau bioethanol yang

bersumber dari tebu (molase), singkong dan jagung (pati), serta lignoselulosa (selulosa dan

hemiselulosa) untuk menghasilkan bioethanol. Namun, potensi tersebut masih terbatas karena

harga jual bahan dasar bioethanol lebih tinggi ketika dijual sebagai produk makanan. Banyak

petani yang masih enggan untuk mengonversi hasil tani mereka menjadi bioethanol.

Bagaimanapun, pengembangan bioethanol sangat diperlukan untuk mengurangi nilai

impor minyak dan meningkatkan efisiensi pembakaran. Menurut Direktur Utama Pertamina,

rencana mencampurkan 10% bioethanol pada BBM yang memiliki oktan tinggi pada tahun

2010 akan mengurangi impor gasoline lebih dari 30 juta barel per tahun. Selain itu,

penggunaan bioethanol sebagai pengganti bahan bakar minyak dapat menjaga sustainability

dengan jumlah bahan baku yang melimpah dan mengurangi pencemaran udara yang dapat

berdampak pada efek gas rumah kaca. Lihat Grafik 4.

Grafik 4. Pengurangan Gas Rumah Kaca Melalui Penggunaan Ethanol

Sumber: www.opi.lipi.go.id, 2011

III. Kesimpulan dan Saran

Pada dasarnya, pengembangan EBT di Indonesia memiliki peluang dan tantangan

tersendiri. Tingkat efisiensi, konsumsi, dan distribusi energi perkapita masyarakat Indonesia

masih rendah, sehingga masih memungkinkan bagi Pertamina untuk meningkatkan efisiensi

produksi dari kapasitas potensi EBT. Selain itu, Indonesia kaya akan bahan baku energi baru

Page 5: Potensi Sumber Energi Baru Terbarukan Di Indonesia

terbarukan, seperti panas bumi, bioethanol, CBM, shale gas, angin, dan air. Pertamina perlu

lebih gencar dalam mengembangkan sumber energi tersebut untuk menyediakan energi yang

berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Namun, perlu disadari bahwa masyarakat masih sangat tergantung pada bahan bakar

minyak (BBM) karena tingginya subsidi yang diberikan pemerintah. Indonesia juga masih

kurang dalam penguasaan teknologi dan minat pada pengembangan pertanian untuk sumber

energi. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan dapat mendukung upaya yang telah dilakukan

Pertamina dengan mengurangi besaran subsidi BBM untuk dialihkan pada sektor lainnya

seperti pendidikan, kesehatan dan pengembangan infrastruktur. Selain itu, dana subsidi BBM

dapat dialihkan untuk insentif pengembangan riset dan teknologi pada sumber energi

alternatif lain, baik bagi Pertamina maupun bagi BUMN lainnya.

Referensi

Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Direktorat Jenderal Listrik dan

Pemanfaatan Energi - DESDM. 2008. Kebijakan & RPP di Bidang Energi Baru

Terbarukan. Dapat diakses di: www.djlpe.esdm.go.id.

Ferial. 2013. Pertamina Siapkan US$1,5 Miliar Untuk Pengembangan CBM. Dapat diakses

di: www.ebtke.esdm.go.id/id/energi/energi-baru/coal-bed-methane/845-pertamina-

siapkan-us15-miliar-untuk-pengembangan-cbm.html

Pemerintah Percepat Pengembangan Energi Terbarukan. 2013. Dapat diakses di:

www.migasreview.com/pemerintah-percepat-pengembangan-energi-terbarukan.html.

Pertamina Rintis Lima Energi Baru Terbarukan. 2010. Dapat diakses di:

www.iannnews.com/business-5380-business.php?bid=5380.

Pertamina Serahkan Nota Kesepahaman Pengembangan 5 Energi Baru dan Terbarukan.

2010. Dapat diakses di: www.esdm.go.id/berita/migas/40-migas/3882-pertamina-

serahkan-nota-kesepahaman-pengembangan-5-energi-baru-dan-terbarukan.html.

PWC. 2012. Oil and Gas in Indonesia – Investment and Taxation Guide. Dapat diakses di:

www.pwc.com/id.

Sudiyani, Yanni. 2011. Status Terkini Penelitian Dan Pengembangan Bioetanol Dari

Biomassa Lignoselulosa: Pretreatment Sakarifikasi Dan Fermentasi. Pusat Penelitian

KIMIA-LIPI. Dapat diakses di:

www.opi.lipi.go.id/data/1228964432/data/13086710321319787750.makalah.pdf.