Potensi Sumber Bahan Pakan1

30
MATERI KULIAH TEKNOLOGI PAKAN POTENSI DAN BAHAN PAKAN

description

potensi

Transcript of Potensi Sumber Bahan Pakan1

MATERI KULIAH TEKNOLOGI PAKANPOTENSI DAN BAHAN PAKAN

PENDAHULUANPakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas ternak, kualitas produk peternakan, dan keuntungan pengusaha ternak. Oleh karenanya, program pembangunan peternakan akan tercapai bila mendapat dukungan pemenuhan pakan yang kualitas dan kuantitasnya terjamin sehingga pakan dapat dinyatakan sebagai faktor dominan yang mempengaruhi efisiensi dan kesuksesan dalam usaha peternakan baik secara jumlah maupun mutunya.Untuk memenuhi kebutuhan pakan yang memadai jumlahnya bagi ternak, saat ini pengembangan ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing, dan domba) menghadapi persoalan fluktuasi ketersediaan pakan hijauan. Demikian pula ternak unggas yang dihadapkan pada ketergantungan impor bahan baku pakan. Hal ini terjadi akibat tergusur oleh kepentingan ekonomi yang lebih prospektif, seperti pembangunan rumah tinggal, pasar swalayan sehingga sumber pakan utama ternak ruminansia hanya dapat mengandalkan limbah pertanian, seperti jerami padi, tongkol jagung, dan pucuk tebu. Tentunya kualitas nutrien limbah pertanian mempunyai kualitas yang lebih rendah. Hal ini dicirikan oleh rendahnya tingkat kecernaan, kadar protein kasar, kadar karbohidrat non struktural, dan tingginya kadar serat utama (lignoselulosa) dari limbah pertanian. Demikian pula untuk ternak unggas lebih berorientasi kepada produk impor, seperti tepung ikan, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dan jagung.Dalam modul 2, membahas tentang Potensi dan Sumber Bahan Pakan khususnya potensi dan bahan pakan lokal, baik sebagai pakan konvensional maupun inkonvensional melalui hasil penelitian terhadap komoditas potensi tanaman lokal yang bisa dijadikan sebagai alternatif bahan pakan yang dapat dimaksimalkan penggunaannya, juga bahan pakan lokal berbasis limbah yang implementasinya melalui konsep zero-waste.

POTENSI DAN SUMBER BAHAN PAKAN

Komponen-komponen utama bahan pakan sebenarnya dapat dipenuhi dengan memanfaatkan potensi lokal, karena potensi bahan pakan lokal mempunyai prospek ketersediaan yang tinggi dengan harga relatif murah, namun komposisi zat makanan yang dikandungnya dapat bersaing dengan bahan yang konvensional. Pemanfaatan bahan pakan lokal yang berbasis limbah dan implementasi konsep zero-waste, akan memberi dampak yang ramah lingkungan. Limbah pertanian, perkebunan, agro-industri, limbah pabrik, sisa hasil pemotongan hewan, dan sisa restoran dapat diolah menjadi bahan pakan. Limbah tersebut diantaranya: pucuk tebu, jerami kedelai, batang dan tongkol jagung, kulit singkong, kulit kopi, ampas tebu, dedak padi, bungkil sawit, ampas tahu, ampas tempe (Muhardini, 2006 dalam Mariyono dkk, 2007). Ironisnya, dengan pertimbangan untuk memperoleh devisa jangka pendek, beberapa limbah yang ada di dalam negeri dan cukup surplus, seperti pucuk tebu (wafer), bungkil inti sawit, onggok atau gaplek, dan tongkol jagung atau silase jagung sudah dilakukan ekspor, disamping itu juga banyak yang terbuang, seperti bahan pakan sumber serta yang dibakar bahkan menjadi masalah dalam usaha tani dan agroindustri, seperti jerami padi dan limbah sawit. Potensi pakan ini harus dimanfaatkan sebagai basis pengembangan ternak, baik melalui suatu inovasi teknologi, strategi pengembangan, atau kebijakan yang lebih berpihak dalam menguatkan industri peternakan yang tangguh berbasis sumber daya lokal. Banyak daerah di Indonesia yang mempunyai bahan pakan sumber energi dan sumber protein (hewani dan nabati). Potensi bahan pakan sumber energi selain jagung antara lain ubi kayu dan hasil sampingnya, sagu, serta bungkil. Bahan pakan sumber protein yang berpotensi dioptimalkan pemakaiannya adalah bungkil kacang koro yang banyak tersebar dalam jumlah besar sebagai alternatif pengganti bungkil kedele, bungkil kelapa, dan bungkil inti sawit. Gambaran potensi bahan-bahan pakan lokal yang dapat dioptimalkan adalah sebagai berikut :1. JagungSejak Indonesia berhasil menjadi negara swasembada jagung tahun 2008 dengan jumlah produksi 16,3 juta ton, peluang untuk kebutuhan dalam negeri bahkan ekspor akan semakin terbuka pada tahun 2009 ini. Diperkirakan produksi jagung dalam negeri tahun 2009 ini mencapai 17,1 juta ton. Artinya, potensi ekspor bisa mencapai 1,1 juta ton dari kebutuhan jagung nasional yang hanya 16,3 juta ton (Dewan Jagung Indonesia, 2009).Membaiknya produksi jagung dalam negeri tersebut salah satunya karena didukung oleh bibit jagung jenis hibrida yang penyebarannya sudah mencapai 45 persen dari total areal perkebunan jagung dalam negeri. Produksi jagung pada 2014 ditaksir mencapai 32 s/d 34 juta ton atau naik sekitar 80 persen dari produksi tahun 2008. Jika produksi tersebut tercapai, potensi ekspor jagung pada tahun 2014, bisa mencapai 50 persen dari kebutuhan jagung dalam negeri yakni 16,3 juta ton.

Kalau produksi jagung di Indonesia sudah dicapai dua kali lipat dari kebutuhan dalam negeri maka potensi ekspor jagung bisa mencapai 50 persen sehingga negara Indonesia sudah mampu mengisi sebagian dari perjagungan dunia. Produksi jagung dunia sebanyak 612,5 juta ton. Amerika Serikat masih menguasai produksi yakni mencapai 256,9 juta ton menyusul China yakni 114 juta ton (Dewan Jagung Indonesia, 2009). Perbedaan produksi negara-negara produsen jagung tersebut salah satu keunggulan karena produksi mereka sudah mencapai 8 ton per hektar. Sementara Indonesia masih sangat rendah yakni 3,7 ton per hektar.Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan (sumber karbohidrat utama) dunia yang terpenting, selain gandum dan padi, juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan (termasuk hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bijinya), dibuat tepung (dari butir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap dipasarkan. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi, umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m bahkan ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Produsen jagung terbesar saat ini adalah Amerika Serikat (38,85% dari total produksi dunia), diikuti China 20,97%; Brazil 6,45%; Mexico 3,16%; India 2,34%; Afrika Selatan 1,61%; Ukraina 1,44% dan Canada 1,34%, sedangkan untuk negara-negara Uni Eropa sebanyak 7,92% dan negara-negara lainnya 14,34%. Total produksi jagung pada tahun 2008/2009 adalah sebesar 791,3 juta MT. Provinsi penghasil jagung di Indonesia: Jawa Timur: 5 juta ton; Jawa Tengah: 3,3 juta ton; Lampung: 2 juta ton; Sulawesi Selatan: 1,3 juta ton; Sumatera Utara: 1,2 juta ton; Jawa Barat: 700 800 ribu ton, sisa lainnya (NTT, NTB, Jambi dan Gorontalo) dengan rata-rata produksi jagung nasional 16 juta ton per tahun. Biji/bulir jagung kaya akan karbohidrat, yang sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa. Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah : Kalori 355 Kalori, protein 9,2 gr, lemak 3,9 gr, karbohidrat 73,7 gr, kalsium 10 mg, fosfor 256 mg, ferrum 2,4 mg, vitamin A 510 SI, vitamin B1 0,38 mg, air 12 gr, dan bagian yang dapat dimakan 90%.

2. Ubi Kayu

Indonesia termasuk negara penghasil ubi kayu terbesar ke tiga di dunia (13.300.000 ton), setelah negara Brazil (25.554.000 ton), dan Thailand (13.500.000 ton), disusul negara-negara, seperti Nigeria (11.000.000 ton), dan India (6.500.000 ton) dari total produksi dunia sebesar 122.134.000 ton per tahun (Bigcassava.com, 2007). Berdasarkan kontribusi terhadap produksi nasional terdapat sepuluh propinsi utama penghasil singkong yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Sumatera Selatan dan Yogyakarta yang menyumbang sebesar 89,47 % dari produksi nasional, sedangkan dari propinsi lainnya sekitar 11-12 % (Agrica, 2007).Ubi kayu yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau singkong, adalah pohon tahunan tropika dan subtropika yang berasal dari Amerika tropis. Nama lain singkong dikenal dengan berbagai nama,seperti ubi kayee, kasapean, tela pohong, tela belada, lame kayu, pangala, dan sampeu. Singkong merupakan tanaman yang mudah hidup hampir di semua jenis tanah, tahan terhadap hama penyakit, mudah dikembangbiakkan (stek batang) dan relatip cepat panen (umur 8 bulan). Singkong merupakan bahan pangan utama setelah padi dan jagung sehingga ketersediaannya cukup terjamin.Salah satu produk dari singkong yang paling terkenal adalah Gaplek (dried cassava chips), yaitu singkong segar yang dikupas, dipotong kecil-kecil, dicuci, dicacah dan dikeringkan atau dijemur, untuk selanjutnya dapat diproses lagi menjadi beberapa produk turunan. Selain itu ada Pelet, yang dibuat dari umbi singkong kering yang digiling dan dibentuk menjadi bentuk silinder dengan panjang sekitar 23 cm dan diameter sekitar 48 mm. Dibandingkan dengan gaplek, pelet memiliki beberapa kelebihan yaitu kualitas lebih seragam, mudah disimpan. Limbah yang dihasilkan dari pengolahan singkong juga cukup beragam, seperti : bonggol umbi (sisa pembuatan tape), kulit dan onggok (limbah industri tapioka), dan daun singkong.Di Indonesia, limbah berbentuk onggok banyak digunakan sebagai bahan pakan sapi potong, karena dianggap penggunaan limbah onggok dapat menekan biaya produksi. Namun seiring dengan berkembangnya waktu, permintaan onggok sebagai pakan semakin meningkat, akibatnya harga onggok terus melambung. Nilai nutrien singkongtidak terlalu tinggi, namun cukup baik sebagai pakan ternak sapi karena merupakan bahan pakan sumber karbohidrat mudah larut dan diserap oleh tubuh. Melalui fermentasi nilai nutrien singkong dapat ditingkatkan. Hasil penelitian membuktikan bahwa pemberian pakan yang mengandung tepung singkong afkir sebesar 50 dan 60% pada sapi jantan lepas sapih mampu menghasilkan PBB sebesar 0,76 dan 0,81 kg/ ekor/hari. Pakan diberikan sebanyak 3,5 % berat badan (BB) berdasarkan bahan kering (BK) dengan imbangan 20% jerami kering dan 80% pakan penguat, sedangkan bahan pakan yang lain adalah dedak padi, bungkil kopra, bungkil inti sawit, dan mineral. Hasil analisis ekonomi menujukkan bahwa penggunaan singkong afkir sebesar 50% dalam pakan penguat mempunyai nilai RC ratio 1,83 sedangkan pada pemberian singkong afkir sebesar 60% mempunyai nilai RC ratio yang lebih tinggi yakni sebesar 2,20. Pada sapi betina, pakan diberikan untuk mencapai target PBB sebesar 0,5 kg/ekor/hari, agar dapat mencapai bobot badan 225 kg pada umur pubertas (0,05) antara dosis NaOH dengan lama pengukusan terhadap BK, PK, LK dan pengukusan fermentasi TBA memberikan pengaruh yang sangat nyata (P