POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO
-
Upload
edwin-octavian-mahendra -
Category
Documents
-
view
789 -
download
1
Transcript of POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 1/21
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
123
POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH
DI KABUPATEN BONDOWOSO
Yudhananto : Alumni Pascasarjana Universitas Jember Program Studi Ilmu Ekonomi
Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi dan prospek pajak
pengambilan dan pemanfaatan air tanah di Kabupaten Bondowoso. Penelitian ini
juga mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi optimalisasi penerimaan
pajak daerah disertai dengan rekomendasi kebijakan upaya optimalisasi penerimaan
pajak daerah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah identifikasinilai ekonomi potensi dengan tolak ukur hasil dan kemampuan melaksanakan.
Sedangkan untuk menangkap persepsi masyarakat digunakan metode analytical
hierarchy process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak pengambilan
dan pemanfaatan air tanah di Kabupaten Bondowoso sangat tidak berpotensi
berdasarkan tolak ukur hasil (yield) dan kemampuan untuk melaksanakan (ability to
implement). Hal ini berbeda dengan Kabupaten Situbondo yang masih satu
Cekungan Air Tanah (CAT) dengan Kabupaten Bondowoso, pajak pengambilan dan
air tanah cukup potensial. Hasil penilaian persepsi masyarakat mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi optimalisasi penerimaan pajak daerah adalah faktor
ekonomi menempati prosentase terbesar yaitu 36,54 % dengan kriteria faktor adalah
masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat, aksesibilitas sumber-sumber ekonomi masih terbatas, dan inovasi dalam pemungutan pajak. Diikuti faktor ekologi
22,37 % meliputi faktor pengendalian pencemaran dan keseimbangan ekosistem
masih menjadi faktor utama dalam upaya optimalisasi pajak daerah. Faktor
kelembagaan 21,56 % dipengaruhi oleh masih lemahnya law of enforcement
terhadap segala bentuk pelanggaran pajak dan belum adanya reformasi birokrasi
dalam pemungutan pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah. Faktor sosial
budaya 19,53 % yaitu masih rendahnya kualitas sumber daya manusia dan kesehatan
serta kurangnya penyediaan infrastruktur. Secara umum, menurut persepsi
masyarakat dan pengambil kebijakan optimis bahwa pajak pengambilan dan
pemanfaatan air tanah di Kabupaten Bondowoso dapat dikembangkan lebih lanjut.
Kata Kunci: Potensi, Prospek, Determinan, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan
Air Tanah
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 2/21
Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso
124
POTENCY AND SOIL LAND GROUND WATER UPTAKE TAX PROSPECT
IN SUB-PROVINCE BONDOWOSO
Abstract
This research aim to identify potency and retrieval tax prospect and exploiting of
ground water in Kabupaten Bondowoso. This research also identifies factors
influencing optimalisation of acceptance?receiving of area tax is accompanied with
recommendation of policy of optimalisation effort of acceptance?receiving of area
tax. Analytical method applied in research is identification of potency economics
value with result yardstick and ability executes. While to catch perception of public
is applied [by] method analytical hierarchy process ( AHP). Result of research
indicates that retrieval tax and exploiting of ground water in Kabupaten Bondowoso
hardly potency doesn't based on result yardstick ( yield) and ability to execute (ability to implement). This thing differs from Kabupaten Situbondo which still one
Cekungan Air Tanah ( PAINT) with Kabupaten Bondowoso, retrieval tax and
ground water enough potential. Result of assessment of perception of public about
factors influencing optimalisation of acceptance?receiving of area tax is economic
factor occupies percentage of the biggest that is 36,54 % with factor criterion is still
the low of level of public earnings, aksesibility source of economicses still be limited,
and innovation in tax imporser. Followed ecological factor 22,37 % to cover control
of contamination factor and balance of ecosystem still becoming primary factor in
the effort optimalisation of area tax. Institutional factor 21,56 % influenced by still
weakening it law of enforcement to all kind of collision of tax and has not existence
of bureaucracy reform in retrieval tax imporser and ground water exploiting.Cultural social factor 19,53 % that is still the low of quality of human resource and
health and lack of infrastructure supply. In general, according to perception of
optimism public and policy taker that retrieval tax and exploiting of ground water in
Kabupaten Bondowoso can be developed furthermore.
Key word : Potency, Prospect, Determinant, Retrieval Tax and Ground water
Exploiting
I. PENDAHULUANSumber-sumber pendapatan daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
pasal 5 ayat 2 terdiri dari : 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) ; 2) dana perimbangan ; dan 3)
lain-lain pendapatan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber
penerimaan yang memberikan kontribusi terbesar di antara komponen lainnya. Oleh karenaitu jenis penerimaan ini menjadi salah satu tolak ukur dari tingkat kemandirian suatu daerah
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Kemampuan suatu daerah dalam hal pembiayaan penyelenggaraan pembangunan dapat
dilihat dari besarnya kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap AnggaranPembangunan Belanja Daerah (APBD). Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 3/21
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
125
yang mempunyai prospek cukup baik dan kontribusi terbesar adalah pajak daerah. Sesuai
Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik
Indonesia No.18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi daerah yang termasuk dalam Jenis
Pajak Propinsi adalah pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air; Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di atas Air; Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor dan Pajak Pengambilan serta Pemanfaatan Air Tanah maupun Air Permukaan.Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Tanah dan Air Permukaan merupakan salah satu
sumber pendapatan daerah yang penting.
Pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah sangat penting seiring dengan makin
meningkatnya kebutuhan air masyarakat baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhansektor niaga dan non niaga. Kabupaten Bondowoso merupakan daerah yang mempunyai
perkembangan pesat di wilayah Provinsi Jawa Timur yang dicirikan oleh perkembangan
sektor pertanian, industri dan pariwisata. Pesatnya perkembangan tersebut diikuti dengan
perkembangan penduduk yang menyebabkan berkembangnya permukiman baru dan
berdampak pada alih fungsi lahan. Akibatnya, resapan air tanah semakin berkurang,sementara disisi lain kebutuhan akan air terus meningkat baik untuk keperluan sehari-hari,
niaga dan non niaga.Permintaan air untuk kebutuhan sehari-hari setiap jiwa di daerah Kabupaten
Bondowoso dapat dikategorikan dalam program Indeks Kebutuhan Konsumen yaitu 100
liter/hari/jiwa sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1
Kebutuhan Air Penduduk di Kabupaten Bondowoso
NO TAHUNJUMLAH
PENDUDUKKEBUTUHAN AIR
LITER/HARIBERASAL DARI AIR
TANAH 60 %KEBUTUHAN AIR
LITER/TAHUN
1 2004 714,835 71,483,500 42,890,100 15,654,886,500
2 2005 721,078 72,107,800 43,264,680 15,791,608,200
3 2006 727,376 72,737,600 43,642,560 15,929,534,400
4 2007 733,729 73,372,900 44,023,740 16,068,665,100
Rata-rata 15,861,173,550 Sumber : Bondowoso dalam angka tahun 2007
Pada tahun 2004 dengan jumlah penduduk 714.835 jiwa membutuhkan air sebesar
71.483.500 liter/hari yang diambil dari air tanah dan diperkirakan sebesar 42.890.100 liter
/hari atau 15.654.886.500 liter/tahun. Pada tahun 2005 dengan jumlah penduduk 721.078 jiwa
membutuhkan air sebesar 72.107.800 liter/hari yang diambil dari air tanah dan diperkirakansebesar 43.264.680 liter /hari atau 15.791.608.200 liter/tahun. Pada tahun 2006 dengan jumlah
penduduk yang makin meningkat yaitu 727.376 jiwa membutuhkan air sebesar 72.737.600liter/hari yang diambil dari air tanah dan diperkirakan sebesar 15.929.534.400 liter /hari atau
15.929.534.400 liter/tahun. Pada tahun 2007 dengan jumlah penduduk yang makin meningkat
yaitu 733.729 jiwa membutuhkan air sebesar 73.372.900 liter/hari yang diambil dari air tanah
dan diperkirakan sebesar 44.023.740 liter /hari atau 16.068.665.100 liter/tahun. Rata-ratapenggunaan air tanah di Kabupaten Bondowoso sebesar 15.861.173.550 liter/tahun.
Kebutuhan air di Kabupaten Bondowoso bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari tetapi juga untuk keperluan niaga dan non niaga. Pada tahun 2004, dengan jumlahrata-rata satu bulan 1.917.876 m3 dan dalam satu tahun 23.014.512.000 liter/tahun Pada tahun
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 4/21
Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso
126
2005, dengan jumlah rata-rata satu bulan 1.994.112 m3 dan dalam satu tahun 23.929.344.000
liter/tahun. Pada tahun 2006, jumlah rata-rata satu bulan meningkat menjadi 1.995.264 m3,
dalam satu tahun 23.943.168 liter/tahun. Pada tahun 2007, dengan jumlah rata-rata satu bulan
2.011.766 m3 dan dalam satu tahun 24.141.192.000 liter/tahun. Maka jumlah rata-ratakeseluruhan pengambilan air tanah sebesar 23.757.054.000 liter/tahun.
Penggunaan air tanah secara keseluruhan baik untuk kebutuhan sehari-hari maupunniaga dan non niaga sebesar 39.618.227.550 liter/tahun. Sedangkan air tanah yang tersedia
pada cadangan air tanah Bondowoso-Situbondo sebesar 136.532.620.800 liter/tahun. Keadaan
tersebut bila tidak diimbangi dengan adanya upaya konversi lahan resapan kemungkinaan
besar pemanfaatan dan pengambilan air tanah tanpa kendali dan akan berkembang terusseiring dengan perkembangan penduduk dan industri akan mendekati air tanah yang tersedia,
bahkan tidak menutup kemungkinan pemanfaatan dan pengambilan air tanah dapat melebihi
ketersediaan air tanah yang ada. Konservasi lahan resapan ini tentunya tidak lepas dari biaya
yang digunakan yang cukup tinggi. Oleh karena peran pajak sangat penting bagi upaya
konservasi lahan ini.Pemanfaatan kebutuhan air tanah yang makin meningkat merupakan sumber potensial
bagi penerimaan pajak pengambilan air tanah. Target pajak pengambilan air tanah diKabupaten Bondowoso pada kurun waktu 2004 hingga 2007 rata-rata mencapai 63,61 %.
Pada tahun 2004, dari target pajak sebesar Rp. 340.254.876,00 dapat direalisasikan menjadi
sebesar Rp.176.842.987,00, atau mencapai 51,97 %. Namun tahun 2005 terjadi penurunandari target Rp. 388.348.015,00 dapat direalisasikan menjadi sebesar Rp.125.395.690,00,
perbandingan target dan realisasi mencapai 32,29 %. Pada tahun 2006 dari target Rp.
187.593.905,00 dapat direalisasikan menjadi Rp. 157.142.876,00 perbandingan target realisasi
mencapai 83,77 %. Pada tahun 2007 dari target Rp. 96.000.000,00 dapat direalisasikanmenjadi Rp. 82.944.918,00 atau perbandingan target dan realisasi mencapai 86,40 % (Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Bondowoso, 2004-2007). Penurunan penerimaan pajak tersebut disebabkan antara lain tidak adanya perolehan obyek pajak baru serta kesadaranwajib pajak rendah yang tidak lagi membayar kewajibannya. Hal ini tidak menutup
kemungkinan ke depan realisasi pajak tidak mencapai target yang diharapkan..
Masih rendahnya optimalisasi pajak air tanah disebabkan oleh beberapa faktor dari
berbagai aspek. Beberapa faktor yang menyebabkan belum tergalinya potensi pajak antaralain : (1) ekonomi, pemanfaatan air tanah belum memberikan kontribusi yang besar bagai
pembentukan komposisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan secara ekonomis, belum
memberikan kontribusi optimal peningkatan pendapatan masyarakat sekitar; (2) sosial ,
rendahnya kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak secara tepat waktu; belumseimbangnya kebutuhan pemakaian air dengan cadangan air yang ada sehingga potensial
menyebabkan krisis air tanah; (3) ekologi, pengambilan dan pemanfaatan air tanah secaraeksploitatif akan berdampak pada keseimbangan ekologi sehingga menimbulkan kerugianbaik terhadap masyarakat itu sendiri maupun bagi daerah lain. Beberapa dampak kerugian
lingkungan tersebut antara lain : a) Menurunnya permukaan air tanah akibat dari pengambilan
air tanah secara besar-besaran; b) Semakin berkurangnya jumlah sumber air akibat adanyapenggundulan hutan dan berubah fungsi menjadi lahan pertanian; c) Terjadinya penurunan
permukaan tanah atau subsidant daerah setempat. (4) budaya, masih rendahnya pengetahuan
dan pendidikan masyarakat mengenai manfaat dan sustainibilitas air bagi kebutuhan
masyarakat yang berimplikasi pada pemakaian air secara berlebihan, masih rendahnyamotivasi dan kesadaran untuk pembayaran pajak atas pemakaian dan pemanfaatan air; (5)
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 5/21
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
127
kelembagaan, masih lemahnya kemampuan aparatur dalam pengelolaan pajak, lemahnya
sistem hukum dimana belum ada peraturan daerah sebagai payung hukum untuk pengelolaan
air tanah, lemahnya law of enforcement bagi masyarakat, dan lemahnya sistem administrasi
pengelolaan pajak.Berangkat dari fenomena mengenai manfaat penting sumber daya air tanah bagi
masyarakat, namun belum diimbangi dengan pengelolaan yang baik, maka diperlukankebijakan yang tepat dalam pengelolaan air tanah. Rekomendasi kebijakan baik yang bersifat
preventif maupun implementatif penting untuk dilakukan dalam berbagai aspek baik ekonomi,
sosial dan budaya, ekologi dan kelembagaan.
Terkait dengan pentingnya pemanfaatan air tanah dalam peningkatan Pendapatan AsliDaerah (PAD) dan pemenuhan kebutuhan air masyarakat, hal ini menarik untuk dikaji lebih
dalam dari berbagai aspek. Dengan menganalisa potensi dan prospek pajak pengambilan dan
pemanfaatan air tanah dapat diperoleh gambaran dan informasi ketersediaan potensi air tanah
sehingga diharapkan akan memberikan stimulus bagi pemenuhan kebutuhan air masyarakat,
dan dapat untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) baik untuk saat ini dan yangakan datang serta dapat ditindak lanjuti dengan kebijakan pengelolaan air tanah yang tepat.
Oleh karena itu penelitian mengenai potensi dan prospek pajak pengambilan dan pemanfaatanair tanah menjadi penting dan relevan untuk dilaksanakan.
II. PERUMUSAN MASALAHPajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah merupakan salah satu komponen pajak
yang cukup potensial dalam memberikan kontribusi bagi penerimaan daerah seiring dengan
makin meningkatnya kebutuhan air masyarakat setiap tahunnya. Belum tercapainyaoptimalisasi penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah dipengaruhi oleh
berbagai faktor baik dari sisi ekonomi, sosial dan budya, ekologi, dan kelembagaan. Terkaitdengan hal tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :1. Bagaimana potensi pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah di Kabupaten
Bondowoso ?
2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor ekonomi, sosial dan budaya, kelembagaan dan ekologi
terhadap pemungutan pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah di KabupatenBondowoso?
3. Bagaimana prospek pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah di Kabupaten
Bondowoso ?
III. METODE PENELITIAN3.1 Obyek Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Bondowoso. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan makin meningkatnya jumlah penduduk masyarakat di Kabupaten Bondowoso
dan meningkatnya penggunaan air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik untuk kepentingan rumah tangga maupun industri yang diambil dari air tanah.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder dan primer. Data sekunder
tahun 2002-2006 diperoleh dari : (a) kantor Badan Pusat Statistik untuk data Produk
Domestik Bruto Regional Bruto (PDRB) dan Anggaran Pembangunan Dan Belanja Daerah(APBD) Kabupaten Bondowoso; dan (c) kantor Unit Pelaksana Teknis Pendapatan Daerah
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 6/21
Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso
128
Provinsi Jawa Timur, Bappekab, Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Kabupaten
Bondowoso dan Instansi lain yang dianggap perlu.
Seangkan data data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner untuk menangkap
persepsi orang-orang yang expert terkait dengan pajak pengambilan dan pemanfaatan airtanah. Pengambilan data dilakukan dengan observasi langsung dan terpadu dilengkapi dengan
pengisian kuesioner dengan harapan observasi yang dilakukan memiliki tingkat obyektivitasdan ketelitian yang akurat.
3.2 Teknik Analisis DataUntuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini digunakan beberapa alat analisis
antara lain: Statistik Deskriptif yang berguna untuk memberi gambaran mengenai hasil
penelitian secara universal. Untuk menganalisis lebih dalam digunakan teknik variance test
yang berguna untuk melihat keseragaman sampel, sensitivity test yang berguna untuk melihat
perubahan situasi dan kondisi objek penelitian.Sebelum data dianalisis, akan dilakukan seleksi data sampel untuk mendeteksi apakah
masih terdapat sampling error pada data sampel, dengan harapan hasil penelitian akanmenjadi konsisten dan tidak bias. Dengan demikian rekomendasi yang akan diajukan akan
menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Alat analisis yang digunakan dalam menghitung peranan pajak pengambilan danpemanfaatan air tanah sebagai pajak daerah adalah menghitung rasio pajak pemanfaatan dan
pengambilan air tanah terhadap pajak daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan penerimaan
daerah dengan rumus sebagai berikut (Widodo, 1990:21):
∑ Pajak Air TanahPeranan Pajak AT = -------------------------
∑ Pajak Daerah
∑ Pajak Air TanahPeranan Pajak AT = ----------------------------------
∑ Pendapatan Asli Daerah
∑ Pajak Air Tanah
Peranan Pajak AT = ----------------------------
∑ Penerimaan Daerah
Keterangan :
Peranan Pajak Air Tanah adalah peranan pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah∑ Pajak Air Tanah adalah realisasi pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah
∑ Pajak Daerah adalah realisasi pajak daerah
∑ Pendapatan Asli Daerah adalah realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
∑ Penerimaan Daerah adalah realisasi penerimaan daerah
a. Identifikasi Nilai Ekonomi Potensi Pajak Daerah
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 7/21
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
129
Setiap nilai pajak diberi nilai antara -2, -1, +1 dan +2 didasarkan atas besaran hasil
( yield ) dan kemampuan melaksanakan (ability to implement ). Nilai -2 menunjukkan pajak
sangat tidak berpotensi, nilai -1 menunjukkan tidak berpotensi, nilai +1 berpotensi sedangkan
+2 sangat berpotensi.
b. Variabel hasil ( yield )Untuk mendapatkan nilai -2 hingga +2 dapat dilihat dari (1) rata-rata realisasi
penerimaan tahun 2004-2007 dengan rata-rata realisasi penerimaan pajak tahun 2004-2007 di
kabupaten lain yaitu Kabupaten Situbondo; (2) elastisitas realisasi penerimaan pajak tahun
2004-2007 dibandingkan dengan pengeluaran rutin Anggaran Pembangunan Dan BelanjaDaerah (APBD) kabupaten Bondowoso; dan (3) elastisitas realisasi penerimaan pajak dan
retribusi tahun 2004-2007 dibandingkan dengan Product Domestic Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten Bondowoso.
- Bila hasil analisis lebih besar dari kabupaten lain dan elastis terhadap pengeluaran
rutin dan Product Domestic Regional Bruto (PDRB) maka pajak sangat berpotensi(+2)
- Bila hasil lebih besar dan tidak elastis terhadap pengeluaran rutin dan Product
Domestic Regional Bruto (PDRB) berarti pajak berpotensi +1
- Bila hasil lebih kecil dan elastis terhadap pengeluaran rutin dan Product DomesticRegional Bruto (PDRB) berarti pajak tidak berpotensi -1
- Bila hasil lebih kecil dan tidak elastis terhadap pengeluaran rutin dan Product
Domestic Regional Bruto (PDRB) berarti pajak sangat tidak berpotensi -2
c. Variabel Kemampuan Daerah untuk melaksanakan ( Ability to implement )
Digunakan dua perbandingan yaitu (1) rata-rata perbandingan antara target dan
realisasi penerimaan pajak selama 2004 – 2007, (2) Perbandingan target dan realisasi antaraKabupaten Bondowoso dengan kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Situbondo.
1) Bila rata-rata perbandingan antara target dan realisasi diatas 110% dan lebih tinggi
dibandingkan dengan perbandingan target dan realisasi kabupaten lain maka pajak
sangat berpotensi (+2)2) Bila rata-rata perbandingan antara target dan realisasi antara 100% - 110% dan lebih
tinggi dibandingkan dengan perbandingan target dan realisasi kabupaten lain maka
pajak sangat berpotensi (+1)
3) Bila rata-rata perbandingan antara target dan realisasi dibawah 100% dan lebih tinggidibandingkan dengan perbandingan target dan realisasi kabupaten lain maka pajak
sangat berpotensi (-1)
4)
Bila rata-rata perbandingan antara target dan realisasi dibawah 100% dan lebih rendahdibandingkan dengan perbandingan target dan realisasi kabupaten lain maka pajak
sangat berpotensi (-2)
d. Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan analisis yang digunakan dalam
pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem, dimana pengambil keputusan berusaha
memahami suatu kondisi sistem dan membantu melakukan prediksi dalam mengambilkeputusan.
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 8/21
Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso
130
Di dalam Analytical Hierarchy Process (AHP), penetapan prioritas kebijakan dilakukan
dengan menangkap secara rasional persepsi orang, kemudian mengkonversi faktor-faktor
yang intangible (yang tidak terukur) ke dalam aturan yang biasa, sehingga dapat
dibandingkan. Adapun tahapan dalam analisis data sebagai berikut (Saaty, 1980):
1. Identifikasi sistem, yaitu untuk mengidentifikasi permasalahan dan menentukan solusi
yang diinginkan. Identifikasi sistem dilakukan dengan cara mempelajari referensi dan
berdiskusi dengan para pakar yang memahami permasalahan, sehingga diperolehkonsep yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
2. Penyusunan struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan
sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang
paling bawah.
3. Perbandingan berpasangan, menggambarkan pengaruh relatif setiap elemen terhadap
masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Teknik perbandingan berpasangan yang digunakan dalam AHP berdasarkan “ judgement ” atau pendapat dari
para responden yang dianggap sebagai “ key person“. Mereka dapat terdiri atas: 1)
pengambil keputusan; 2) para pakar; 3) orang yang terlibat dan memahamipermasalahan yang dihadapi. 4. Matriks pendapat individu, formulasinya dapat
disajikan sebagai berikut:
ija A
C1 C2 . . . Cn
C1 1 a12 . . . A1n
C2 1/a12 1 A2n
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Cn 1/a1n .1/a2n . . . 1
Dalam hal ini C1, C2, ..... Cn adalah set elemen pada satu tingkat dalam hierarki.Kuantifikasi pendapat dari hasil perbandingan berpasangan membentuk matriks n x n.
Nilai aij merupakan nilai matriks pendapat hasil perbandingan yang mencerminkan
nilai kepentingan Ci terhadap Cj.
4. Matriks pendapat gabungan, merupakan matriks baru yang elemen-elemennya berasaldari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu yang nilai rasio
inkonsistensinya memenuhi syarat.
5. Pengolahan horisontal, yaitu : a) Perkalian baris; b) Perhitungan vektor prioritas atau
vektor ciri (eigen vektor ); c) Perhitungan akar ciri (eigen value) maksimum, dan d)Perhitungan rasio inkonsistensi. Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk
menghitung konsistensi jawaban responden
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 9/21
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
131
6. Pengolahan vertikal, digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen
pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama. Revisi Pendapat,
dapat dilakukan apabila nilai rasio inkonsistensi pendapat cukup tinggi (>0,1).
Beberapa ahli berpendapat jika jumlah revisi terlalu besar, sebaiknya respondentersebut dihilangkan. Jadi penggunaan revisi ini sangat terbatas mengingat akan
terjadinya penyimpangan dari jawaban yang sebenarnya.
Struktur hierarki Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam penelitian ini meliputi dua
hal yaitu hierarki pertama meliputi identifikasi faktor dan prospek pajak pengambilan dan
pemanfaatan air tanah di Kabupaten Bondowoso. Hierarki kedua mencakup rekomendasikebijakan dalam intensifikasi pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah di Kabupaten
Bondowoso.
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN1. Identifikasi Potensi Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air tanah Kabupaten
BondowosoUntuk mengidentikasi potensi pajak pengambilan dan pemanfataan air tanah di
Kabupaten Bondowoso didasarkan pada lima tolak ukur prinsip pemungutan pajak. Menurut
Devas (1989), ada lima tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai pajak daerah yaitu
yield , equity, economic efficiency, ability to implement dan suitability as a local source. Arti
penting dari kelima tolak ukur tersebut pada penilaian apakah suatu jenis pajak akan bertahan
lama dan berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan dua tolak ukur yaitu hasil atau yield dan
kemampuan melaksanakan atau ability to implement .
a) Yield Tolak ukur yield memberikan justifikasi bahwa untuk menilai hasil penerimaan pajak
di Kabupaten Bondowoso digunakan tiga penilaian, yaitu :
1) Pertumbuhan penerimaan pajak daerah di Kabupaten Bondowoso relatif terhadap
penerimaan rata-rata di Kabupaten sekitarnya yaitu Kabupaten Situbondo.
2) Elastisitas penerimaan pajak daerah terhadap pengeluaran rutin pemerintah daerah3) Elastisitas penerimaan pajak daerah terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kabupaten Bondowoso
Digunakannya dimensi pertumbuhan sebagai alat untuk menilai hasil ( yield ),diharapkan dapat memberikan gambaran kongkrit hasil ( yield ) penerimaan pajak daerah.
Sebab hasil ( yield ) nominal penerimaan pajak daerah pada periode waktu tertentu seringkalikurang menggambarkan hasil yang sesungguhnya, baik karena kesalahan teknis maupunkesalahan sumber daya manusia.
Adapun digunakannya perbandingan dengan daerah lain, diharapkan memperkuat
penilaian hasil ( yield ) melalui dimensi pertumbuhan. Dimana apabila pertumbuhannya baik,
maka dengan asumsi lainnya daerah lain tetap, maka seharusnya pertumbuhan hasil ( yield ) diKabupaten Bondowoso lebih besar dari rata-rata pertumbuhan hasil ( yield ) di daerah
sekitarnya. Dan mengingat pajak lebih banyak digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin,
maka seharusnya terdapat hubungan yang elastis antara pajak dengan pengeluaran rutin
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 10/21
Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso
132
pemerintah daerah. Oleh karena itu, untuk menilai hasil penerimaan pajak daerah Kabupaten
Bondowoso berpotensi atau tidak, digunakan ukuran:
1)
Sangat potensial jika pertumbuhan hasil ( yield ) lebih tinggi dari daerah sekitarnya danpada saat yang sama elastis terhadap pengeluaran rutin dan Produk Domestik RegionalBruto (PDRB)
2) Potensial jika pertumbuhan hasil ( yield ) lebih tinggi dari daerah sekitarnya namun
pada saat yang sama inelastis terhadap pengeluaran rutin dan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB)
3) Jika pertumbuhan hasil ( yield ) lebih rendah dari daerah sekitarnya dan pada saat yangsama elastis terhadap pengeluaran rutin dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
4) jika pertumbuhan hasil ( yield ) lebih rendah daerah sekitarnya dan pada saat yang sama
inelastis terhadap pengeluaran rutin dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Potensi hasil (Yield ) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air tanah Kabupaten
Bondowoso ditunjukkan tabel 1.
Tabel 1. Potensi hasil (Yield ) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air tanah
Kabupaten Bondowoso
Tahun Perbandingan
dengan Kabupaten
Situbondo
Elastisitas
Belanja Rutin
Non Pegawai-
Pajak
Elastisitas
PDRB dengan
Pajak air tanah
Kesimpulan :
Potensi/Tidak
Berpotensi
2004 < 0.00 0.00
Sangat tidak
berpotensi
2005 < -0.21 -0.64Sangat tidak
berpotensi
2006 < 1.34 0.63 Tidak berpotensi
2007 < -0.43 -0.27Sangat tidak
berpotensiSumber : Data diolah
Pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah di Kabupaten Bondowoso sangat tidak berpotensi karena memiliki nilai pertumbuhan hasil ( yield ) lebih kecil dibandingkan
pertumbuhan hasil ( yield ) di daerah lain yaitu Kabupaten Situbondo. Selain itu nilai elastisitas
pajak dengan pengeluaran rutin dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menunjukkannilai yang tidak elastis. Hanya pada tahun 2006 menunjukkan nilai yang elastis, namunrealisasi penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah masih lebih kecil dari
kabupaten Situbondo.
Pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah dinilai sangat tidak berpotensiberdasarkan tolak ukur hasil ( yield ) disebabkan oleh beberapa faktor antara lain masih
sedikitnya pemanfaatan air tanah di Kabupaten Bondowoso seperti untuk industri maupun
rumah tangga. Disamping juga faktor pelayanan publik yang juga masih kurang. Bila
dibandingkan dengan kabupaten Situbondo yang masih satu cekungan (Cekungan Air Tanah,
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 11/21
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
133
CAT), potensi pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah lebih signifikan di kabupaten
Situbondo.
Hal ini mengingat relatif lebih banyaknya jumlah industri dibandingkan kabupaten
Bondowoso. Adanya PT.PLN (Persero) Paiton dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)memerlukan kebutuhan air cukup besar. Potensi lainnya adalah adanya tambak udang dan
pabrik gula Prajekan yang menggunakan input sumber daya air yang cukup besar.
b) Kemampuan Melaksanakan ( Ability to Implement)Untuk mengetahui sejauh mana pemerintah daerah Kabupaten Bondowoso dapat
melaksanakan pengelolaan pajak daerah digunakan dua alat, yaitu1) Perbandingan antara rata-rata potensi dan realisasi penerimaan pajak daerah tahun
2004-2007 di Kabupaten Bondowoso
2) Perbandingan antara rata-rata potensi dan realisasi penerimaan pajak daerah tahun
2004-2007 Kabupaten Bondowoso dengan Kabupaten sekitarnya yaitu Kabupaten
SitubondoKesimpulan analisis sebagai berikut :
1) Sangat berpotensi untuk dilaksanakan di kabupaten Bondowoso apabila rata-rata diKabupaten Bondowoso lebih dari 110% dan lebih besar dibandingkan kabupaten
lainnya.
2) Berpotensi apabila lebih dari 110%, namun lebih kecil dibandingkan Kabupatenlainnya
3) Tidak berpotensi apabila kurang dari 110%, namun lebih besar dibandingkan
Kabupaten lainnya
4) Sangat tidak berpotensi bila kurang dari 110 % dan lebih kecil dibandingkanKabupaten lainnya
Dipergunakannya alasan perbandingan antara potensi dan realisasi penerimaan pajak daerah, dengan argumentasi hubungan antara potensi dan realisasi menunjukkan kemampuan
melaksanakan pajak daerah. Kemampuan untuk mencapai potensi apalagi melebihi potensi
menunjukkan bahwa pajak daerah tersebut mudah dilaksanakan. Semakin tinggi realisasi
dibandingkan potensinya, berarti semakin terlihat adanya kemampuan daerah untuk melaksanakan pajak tersebut. Penelitian ini menggunakan patokan 110% sebagaimana
penelitian yang dilakukan Riyardi et al (2002).
Dimana disebut memiliki potensi untuk melaksanakan pajak daerah, berarti realisasi
penerimaan pajak daerah minimal 110% dari potensinya. Adapun realisasi sebesar kurang dari110% dikhawatirkan terlalu mudah dicapai, sehingga tidak dapat digunakan sebagai tolok
ukur kemampuan untuk melaksanakan. Adapun digunakannya ukuran kedua, yaituperbandingan dengan Kabupaten lain. Hal ini tercermin pada penerimaan pajak daerah yanglebih mudah dilaksanakan dibandingkan daerah lain yaitu berupa realisasi dibandingkan
potensi di Kabupaten Bondowoso lebih tinggi daripada daerah/kota lain.
Hasil identifikasi potensi berdasarkan tolak ukur kemampuan melaksanakan,menunjukkan pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah di Kabupaten Bondowoso sangat
tidak berpotensi dibandingkan kabupaten Situbondo yang lebih potensial. Identifikasi potensi
pajak berdasarkan kemampuan melaksanakan menunjukkan hasil yang sama dengan
identifikasi berdasarkan hasil ( yield ). Pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah di
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 12/21
Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso
134
Kabupaten Bondowoso belum menunjukkan keunggulan dan memberikan kontribusi yang
cukup terhadap penerimaan daerah, lihat tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan antara Potensi dan Realisasi Penerimaan Pajak Pengambilan
dan Pemanfaatan Air tanah Kabupaten Bondowoso
Tahun
Kab.Bondowoso Kabupaten Situbondo
KesimpulanRerata 99-00 >110 Rerata 99-00
< Kab.Bondowoso
2004 51.97 < 143 <Sangat tidak
berpotensi
2005 32.29 < 94 <Sangat tidak
berpotensi
2006 83.77 < 126 <Sangat tidak
berpotensi
2007 86.40 < 100 <Sangat tidak
berpotensi
Rata-rata 53.58 < 114 <Sangat tidak
berpotensiSumber : Data diolah, 2009
c) Identifikasi Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan dalam Pemungutan Pajak
Pengambilan dan Pemanfaatan Air tanahImplementasi pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah kota/kabupaten untuk
memiliki kewenangan dan tanggungjawab yang lebih nyata dan sangat luas dalam mengelola
dan mengurus rumahtangganya sendiri, akan tetapi hal ini memerlukan sumber-sumber
pembiayaan yang sangat besar untuk mengurangi ketergantungannya pada pemerintah pusat.Untuk itu pemerintah kota/kabupaten perlu meningkatkan kontribusi penerimaan pajak
daerah terhadap total penerimaan anggaran dan belanja daerah melalui kebijakan intensifikasi
dan ekstensifikasi pajak daerah yang bersifat komperehensif dan senantiasa berpihak padarakyat. Optimalisasi penerimaan pajak daerah merupakan langkah penting dalam
meningkatkan penerimaan daerah.
d) Determinan Penerimaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Tanah di
Kabupaten BondowosoDalam implementasi pengelolaan penerimaan pajak daerah masih dijumpai berbagai
kendala baik teknis maupun non-teknis. Beberapa faktor yang mempengaruhi optimalisasipajak daerah dapat dilihat dari sisi ekonomi, sosial/budaya, kelembagaan dan ekologi. Dari
sisi ekonomi, aspek penting dalam upaya optimalisasi pajak daerah adalah tingkat pendapatan
masyarakat, iklim investasi, aksesibilitas sumber-sumber ekonomi, mobilitas ekonomi dan
inovasi dalam pemungutan pajak.Sisi sosial budaya adalah kualitas SDM terutama menyangkut kesadaran masyarakat
membayar pajak dan kualitas aparat pajak, kualitas kesehatan, ketersediaan infrastruktur
untuk pengembangan sumber daya manusia dan kesehatan serta masih rendahnya pola pikirmasyarakat mengenai kepemilikan barang publik.
Sisi kelembagaan mencakup masalah hukum kurangnya Perda mengenai ketentuan
pajak daerah, masalah law of enforcement pada setiap tindak kriminal penyalahgunaan
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 13/21
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
135
wewenang, masih kecilnya peran lembaga non pemerintah, masih kuatnya sistem lokal,
kurangnya sosialisasi dan masih belum adanya reformasi birokrasi. Sedangkan dari sisi
ekologi meliputi ketersediaan sumber daya air tanah, eksploitasi sumber daya, keseimbangan
ekosistem, tindakan pengendalian pencemaran dan upaya konservasi lahan. Analisa tersebutterangkum dalam hasil rekapitulasi pendapat masyarakat yang expert terkait pajak.
Hasil perhitungan persepsi masyarakat dengan menggunakan metode analytical
hierarchy process (AHP) menunjukkan bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi
penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah adalah faktor ekonomi dengan
prosentase 36,54% diikuti faktor ekologi 22,37%, faktor kelembagaan 21,56% dan faktor
sosial/budaya 19,53%.Sedangkan pada level dua faktor ekonomi yaitu pendapatan masyarakat menempati
urutan terbesar yaitu 11,68%, diikuti aksesibilitas ekonomi masyarakat yaitu 7,2% dan inovasi
dalam pemungutan pajak yaitu 6,14%. Untuk faktor sosial/budaya adalah kualitas sumber
daya manusia yaitu 5,85%, diikuti kualitas kesehatan 3,71%. Belum adanya reformasi
birokrasi menempati bobot terbesar yaitu 4,1%, diikuti masih rendahnya law enforcement terhadap segala bentuk pelanggaran pajak 3,9% dan sistem lokal yang masih kental berlaku.
Sedangkan faktor ekologi dipengaruhi oleh pengendalian pencemaran air tanah yaitu 5,05%,diikuti keseimbangan ekosistem 4,98% dan ketersediaan sumber daya air 4,95%, lihat gambar
1.
0.117
0.053
0.0720.061
0.061
0.058
0.037
0.037
0.031
0.032
0.035
0.039
0.032
0.035
0.0330.041
0.050
0.030
0.050
0.051
0.044
0.000 0.020 0.040 0.060 0.080 0.100 0.120 0.140
P endapatan Mas yarakat
Iklim inves tas i
Aks es bilitas
Mo bilitas
Ino vas i P emunguta n P ajak
Kualitas SDM
Kualitas Kes eha tan
Kualitas infras truktur kes ehata n
Kualitas infras truktur SDM
P ola pikir atas kep em ilikan bara ng publik
Belum a da perda
Law enforce me nt renda h
Organisa si non go vernment
Sistem lo kal yang be rlaku
Sosial isasiReformas i birokrasi
Keters edian sum ber daya alam
Eks plo itas i s umbe r daya
Ekos i s tem
P enge ndalian penc em aran
Ko ns ervas i laha n
Gambar 1
Determinan Pajak Pengambilan dan Pemanfataan Air Tanah
di Kabupaten Bondowoso
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 14/21
Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso
136
Level ketiga untuk alternatif prospek pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah
menunjukkan prospek optimis terhadap sustainibilitas pajak pengambilan dan pemanfaatan air
tanah, dengan prosentase 38,12%, diikuti status quo 32,73% dan pesimis 28,40%. Hal ini
menunjukkan menurut persepsi pelaku ekonomi dan pengambil kebijakan, pajak pengambilandan pemanfaatan air tanah optimis untuk dikembangkan dan dikelola lebih lanjut, ditunjukkan
tabel 3.
Tabel 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air
tanah Kabupaten Bondowoso
Level
PertamaBobot Level Kedua
Bobot
Final
Level
Ketiga
Bobot
final
Ekonomi 0.3654
Pendapatan Masyarakat 0.1168
Optimis
Status
Quo
Pesimis
0.3812
0.3273
0.2840
Iklim investasi 0.0535
Aksesbilitas 0.0723
Mobilitas 0.0614
Inovasi Pemungutan Pajak 0.0614
Sosial
Budaya0.1953
Kualitas SDM 0.0585
Kualitas Kesehatan 0.0371
Kualitas infrastruktur
kesehatan 0.0369
Kualitas infrastruktur SDM 0.0314
Pola pikir atas kepemilikanbarang publik 0.0315
Kelembagaan 0.2156
Belum ada perda 0.0348 Law enforcement rendah 0.0395
Organisasi non government 0.0321
Sistem lokal yang berlaku 0.0346
Sosialisasi 0.0333
Reformasi birokrasi 0.0413
Ekologi 0.2237
Ketersedian sumber daya
alam 0.0496
Eksploitasi sumber daya 0.0296
Ekosistem 0.0499
Pengendalian pencemaran 0.0505
Konservasi lahan 0.0442Sumber : Data diolah dari Data Primer, 2009
e. Rekomendasi KebijakanUpaya peningkatan penerimaan pajak daerah memerlukan adanya kebijakan yang
mendukung optimalisasi pajak. Pemerintah kota/kabupaten perlu meningkatkan kontribusipenerimaan pajak daerah terhadap total penerimaan anggaran dan belanja daerah melalui
kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah yang bersifat komperehensif dan
berpihak pada rakyat.
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 15/21
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
137
e.1 Intensifikasi PajakIntensifikasi pajak daerah diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh
pemerintah kota/kabupaten untuk meningkatkan pajak daerah yang biasanya diaplikasikan
dalam bentuk:1. Perubahan Tarif Pajak Daerah
Kebijakan perubahan tarif pajak daerah merupakan hal yang sangat mudah dilaksanakanoleh pemerintah kota/kabupaten dan secara nyata dapat meningkatkan penerimaan pajak
daerah lebih besar dan sangat cepat. Namun kebijakan ini dapat mengganggu daerah
tersebut khususnya dalam kegiatan produksi dan kegiatan perdagangan barang dan jasa,
disamping itu kebijakan ini dapat pula menimbulkan terjadinya pelarian modal oleh parainvestor (crowding out ) dari daerah tersebut ke daerah lain yang tarif pajaknya lebih
rendah yang pada akhirnya akan berdampak pada perekonomian masyarakat.
2. Peningkatan Pengelolaan Pajak Daerah
a.
Pengelolaan pajak daerah harus dilakukan secara profesional melalui mekanisme danprosedur yang baik dan transparan, guna menghindari terjadinya pemborosan biaya
pemungutan dan kebocoran penerimaan pajak daerah. Mekanisme dan prosedurpenerimaan yang baik dan transparan dalam pengelolaan sumber-sumber penerimaan
keuangan kota/kabupaten idealnya ditetapkan dengan peraturan pemerintah
kota/kabupaten yang dijabarkan lebih lanjut dengan keputusan walikota/bupatisebagai petunjuk operasional bagi aparat pengelola keuangan daerah, guna
menghindari terjadinya kebocoran dan pemborosan sumber-sumber keuangan
kota/kabupaten.
Memperhatikan prosedur dan mekanisme pengelolaan pajak daerah yang transparan
dan jelas, tidaklah berarti bahwa pengelolaan pajak daerah sudah pasti akan berjalan denganbaik, namun dalam pelaksanaannya masih sering mengalami/dijumpai hambatan dari berbagaipihak baik hambatan yang bersifat internal maupun eksternal. Adapun hambatan-hambatan
tersebut adalah:
a. Hambatan yang bersifat internalHambatan yang bersifat internal dalam pengelolaan pajak daerah bersumber dari dalam
organisasi pemerintah kota/kabupaten yang disebabkan oleh hal-hal antara lain sebagai
berikut:
1) Perkembangan intelektual dan moral aparat pengelola pajak daerah.2) Kurangnya koordinasi antara unit pengelola pajak daerah dengan unit-unit terkait.
b. Hambatan yang bersifat eksternalHambatan yang bersifat eksternal dalam pengelolaan PAD dari luar organisasi pemerintah
kota/kabupaten yang disebabkan oleh hal-hal antara lain sebagai berikut:
1) Perkembangan intelektual moral masyarakat untuk membayar pajak daerah.2) Rendahnya pendapatan perkapita masyarakat.
3) Adanya usaha meringankan beban pajak daerah oleh masyarakat, baik yang sesuai
ketentuan maupun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 16/21
Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso
138
Inovasi dalam optimalisasi sistem pemungutan pajak daerah dan diikuti dengan
pendidikan dan pelatihan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan
perlunya unit pelayanan terpadu merupakan upaya penting dalam optimalisasi penerimaan
pajak. Hal ini sejalan dengan semakin dinamisnya dan meningkatnya aktivitas masyarakat,sehingga memerlukan kemudahan dalam mengakses segala informasi dan layanan. Dukungan
inovasi berbasis teknologi informasi menjadi faktor utama dalam sistem perpajakan daerah.Optimalisasi penerimaan pajak perlu didukung dengan peningkatan kualitas sumber
daya manusia (SDM) melalui peran pendidikan dan pelatihan sebagai komoditi utama dalam
peningkatan penerimaan pajak. Didukung dengan iklim hukum yang semakin kondusif dalam
menjamin kualitas sistem, peningkatan kualitas moral dan tanggung jawab baik masyarakatmaupun aparat serta reformasi birokrasi yang lebih efisien.
e.2 Ekstensifikasi Pajak
Ekstensifikasi merupakan suatu kebijakan yang dilakukan oleh daerah kota/kabupaten
dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak daerah melalui penciptaan sumber-sumberpajak daerah. Salah satu kebijakan penciptaan sumber-sumber pajak daerah oleh pemerintah
kota/kabupaten adalah melalui investasi yang memiliki peranan yang sangat strategis bagipemerintah kota/kabupaten dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak daerah. Investasi
secara makro dapat menciptakan multiplier effect dalam sektor perekonomian seperti
meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi daerah, meningkatnya Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dan terciptanya sumber/potensi pajak baru.
Kegiatan investasi memberikan kontribusi yang sangat besar dan baik terhadap upaya
peningkatan penerimaan pajak daerah pada khususnya dan penerimaan pendapatan asli daerah
pada umumnnya. Untuk itu kegiatan investasi mutlak diusahakan oleh pemerintahkota/kabupaten melalui kebijakan-kebijakan sebagai berikut:
1)
Menciptakan daya tarik dan iklim yang kondusif bagi investor lokal maupun investorasing untuk menanamkan/menginvestasikan modalnya di kota/kabupaten.
2) Memberi kemudahan bagi investor lokal maupun asing untuk
menanamkan/menginvestasikan modalnya di daerah dengan menghilangkan birokrasi
yang berbelit-belit
e.3 Tinjauan Ekologi Optimalisasi PajakDari sisi ekologi, upaya menjaga keberlangsungan (sustainability) ketersediaan air
tanah merupakan langkah penting dalam mengoptimalisasikan penerimaan pajak air tanah.
Menjaga keseimbangan ekosistem sumber daya air tanah disertai dengan tindakan preventif pengendalian pencemaran air tanah diharapkan dapat menjaga ketersediaan air tanah.
Kebijakan konservasi lingkungan yang diimbangi dengan penegakan law of enforcement yang tegas, sosialisasi lingkungan pada masyarakat dan upaya yang bersifatkontinyu melalui reboisasi hutan merupakan faktor penting dalam menjaga sustainabilitas air
tanah. Faktor dan Prospek Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Tanah Kabupaten
Bondowoso ditunjukkan gambar 2.
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 17/21
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
139
Gambar 2Hierarki 1 : Faktor dan Prospek Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Tanah
Kabupaten Bondowoso
Prospek Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Tanah
Kabupaten Bondowoso
Ekonomi Sosial/Budaya Kelembagaan
Pendapatanmasyarakat
Kualitas Sumber
Daya Manusia
Ekologi
Belum ada
PerdaKetersediaan
sumber daya
Kualitas kesehatan Law
enforcement rendah
Iklim Investasi
Organisasinon
goverment
Optimis Status Quo Pesimis
EksploitasiSumber Daya
Aksesbilitas
Mobilitas
Kualitas
infrastrukturkesehatan
Kualitas
infrastrukturSumber daya
manusia
Pola pikir atas
kepemilikanbarang publik
Sistem lokal
yang berlaku
Ekosistem
Pengendalian
pencemaran
Sosialisasi
Konservasi
lahan
Reformasi
birokrasi
Inovasi
pemungutan
pajak
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 18/21
Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso
140
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan pada pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
simpulan sebagai berikut:1. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah kurang potensial berdasarkan tolak ukur
hasil ( yield ) dan kemampuan melaksanakan (ability to implement ). Begitu halnya dengan
kontribusi terhadap penerimaan daerah relatif rendah dan kurang signifikan. Dibandingkan
dengan Kabupaten Situbondo yang masih satu cekungan air tanah (CAT) dengan
kabupaten Bondowoso, pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah di KabupatenSitubondo lebih potensial.
2. Berdasarkan persepsi pelaku ekonomi dan pengambil kebijakan, faktor ekonomi menjadi
determinan utama yang menjadi hambatan dan penyebab masih rendahnya penerimaan
pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah yaitu masih rendahnya tingkat pendapatan
masyarakat, aksesibilitas sumber-sumber ekonomi masih terbatas, dan inovasi dalampemungutan pajak. Sedangkan faktor sosial budaya dipengaruhi oleh faktor masih
rendahnya kualitas sumber daya manusia dan kesehatan serta kurangnya penyediaan
infrastruktur. Dari sisi ekologi, faktor pengendalian pencemaran dan keseimbanganekosistem masih menjadi faktor utama dalam upaya optimalisasi pajak daerah. Faktor
kelembagaan dipengaruhi oleh masih lemahnya law of enforcement terhadap segala bentuk
pelanggaran pajak dan belum adanya reformasi birokrasi dalam pemungutan pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah.
3. Secara umum, menurut persepsi masyarakat dan pengambil kebijakan optimis bahwa pajak
pengambilan dan pemanfaatan air tanah di Kabupaten Bondowoso dapat dikembangkan
dan dikelola lebih lanjut.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai implikasi
kebijakan:
1. Pentingnya pemantapan hukum secara tegas melalui law of enforcement bagi setiap
tindakan penyalahgunaan wewenang maupun hasil penerimaan pajak baik bagi masyarakatpembayar pajak, aparat pajak maupun aparat pemerintah daerah
2. Inovasi pengelolaan pajak yang semakin variatif sesuai kebutuhan masyarakat dan sistem
pemungutan pajak yang mudah diakses oleh masyarakat dan intensifikasi penyampaian
informasi pada masyarakat secara lebih luas dan menarik.
3.
Pentingnya peningkatan kualitas aparat dan masyarakat melalui pendidikan dan pelatihandalam bentuk workshop terkait dengan perpajakan daerah. Memberikan fasilitas untuk melanjutkan studi bagi aparat ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
4. Pentingnya sosialisasi dan tindakan preventif kepedulian terhadap kelestarian lingkungan
khususnya menjaga ekosistem dan pengendalian pencemaran. Upaya ini perlu juga
didukung dengan penerapan hukum yang tegas terhadap segala tindakan pencemaranlingkungan.
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 19/21
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
141
DAFTAR PUSTAKA
Affendi, Anwar, Prof.Dr.Ir., 1996, Ekonomi Sumber Daya Alam, Materi Kuliah, Ilmu
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan, Program Pasca Sarjana, IPB,Bogor
Analytical Hirarchical Process,(2003), Modul Pelatihan, Que IESP Universitas Gadjah Mada
Arsyad, Lincolyn.1999.Pengantar Perencanaan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah. BPFE,
Yogyakarta
Azis, Iwan Jaya, (1994), “ Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia”,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta
Chay Asdak, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada UniversityPress, 2001, Yogyakarta.
Daud Silalahi. M, DR, SH, Pengaturan Hukum Sumber Daya Air dan Lingkungan di
Indonesia, Penerbit Alumni, 1996, Bandung.
Devas, N, Brian Binder, Anne Both, Kenneth Davey, and Roy Kelly, 1989, Keuangan
Pemerintah Daerah di Indonesia (Terjemahan oleh Masri Maris), Universitas
Indonesia Press, Jakarta, 61-62
Devas, Nick, et al.1989.Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia.UI-Press. Jakarta
Hakim Basyar.A, S.Sos,M.Si, Upaya Meletekan Reformasi Kebijakan Pengelolaan SumberDaya Alam Secara Komprehensif, 2001, Jakarta.
Insukindro, Mardiasmo, Wahyu Hidayat, Wihana Kirana Jaya, BM. Purwanto, Abdul Halim,
John Suprihanto, A. Budi Purnomo, 1994, Peranan dan Pengelolaan Keuangan
Daerah Dalam Usaha Peningkatan Pendapatan Asli Daerah, Buku I, KKD, Fakultas
Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta , 9
Jamil.A, dan Rahayu Astuti, 1997, Analisis Pajak Pembangunan I Perhotelan sebagai
Sumber Pendapatan Asli Daerah, Studi Kasus Kotamadya Yogyakarta, Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Volume 2 Nomor 3, 312-323
Kaho, Joseph Riwu.1997. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia.
RajaGrafindo Persada, Jakarta
Karseno, Arif Ramelan, et al.2004. Peningkatan PAD Kabupaten Demak tahun 2004.
Dispenda Demak dan MEP-UGM
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasi, Perencanaan,Strategi dan Peluang. Penerbit Erlangga. Jakarta
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 20/21
Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso
142
Mardiasmo dan Makhfatel, 2000, Perhitungan Potensi Pajak dan Restribusi Daerah di
Kabupaten Magelang, Laporan akhir Pusat Antar Universitas, Studi Ekonomi ,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Mardiasmo, 1997, Perpajakan, Edisi ke-4, Andi Offset, Yogyakarta, 1
Millier.M. Stephen and Russek Frank.S, 1997, Fiscal Structures and Economic Growth at
The State and Local Level, Public Finance Review, Volume 25 Nomor 2, 213-237
Mulyanto, Dr., 2002. Potensi Pajak dan Retribusi Daerah di Kawasan Subosuka Wonosraten
Propinsi Jawa Tengah. Central for Institutional Reform and The Informal Sector.
University of Maryland at College Park
Mulyono, Sri, (1988), “ AHP Suatu Model Baru yang Serbaguna”, Ekonomi KeuanganIndonesia Vol. 36 No.3
Penelitian Air Bawah Tanah di Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo, Kerjasama
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Propinsi jawa Timur, 2003
Ppal, J.S. 2000. Taxation in Indonesia.Gadjahmada University Press, Yogyakarta
Ray. K. Linsley, Joseph B Fransini, Edisi ke Tiga. Teknik Sumber Daya Air, Pnerbit
Airlangga, 1985, Jakarta.
Reksohadiprodjo, Sukanto, M.Com.,PhD., 1998, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi,BPFE, Yogyakarta
Reksohadiprodjo, Sukanto, 1999, Govermental of Indonesia Tax Revenues, Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia, Volume 14 Nomor. 4, 1-3
Rin Bata, Firdaus, 2001, Potensi dan Prospek Pajak Hotel dan Restoran di Kabupaten Tana
Toraja Tahun 1991-2000, Tesis Magister Ekonomika Pembangunan, UGM,
Yogyakarta, tidak dipublikasikan
Riyardi, Agung, Anton Agus Setiawan dan Didit Purnomo.2002.Potensi Pajak dan Retribusi
Daerah di Kabupaten Sukoharjo. Central for Institutional Reform and TheInformal Sector. University of Maryland at College Park
Saaty, Thomas, (1986), “Axiomatic Foundation of The Analytic Hierarchy Process”,
Management Science Vol. 32 No.7
Salvatore, D, 1997, Theory and Problems of Microeconomis Theory (terjemahan), Penerbit
Erlangga, Jakarta, 51
5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 21/21
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009
143
Sidik, Machfud. 2002. Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam rangka
Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah. Orasi Ilmiah Wisuda XXI, STIA
LAN Bandung
Suparmoko. 1991. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Edisi ketiga. Yogyakarta,
BPFE-UGM
Tadaro, MP, 1997, Economic Development , Sixth Edition, Logman Limited, London.
Umar Fahmi Achmadi, Prof.,Dr., MPH,PhD., Peranan Air Dalam Peningkatan DerajatKesehatan Masyarakat, Direktorat Jenderal PPM dan PL, Departeman Kesehatan,
2001, Jakarta.
Undang – Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Pembagian Keuangan antar Pemerintah
Pusat dan Daerah, Dirjen PUOD Jakarta
Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik
Indonesia No.18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Jakarta
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Dirjen PUOD, Jakarta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air , Sekneg,
Jakarta
Yahya, Agus, 2001, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian
Golongan C di Kabupaten Trenggalek , Tesis Magister Ekonomika Pembangunan,UGM, Yogyakarta, tidak dipublikasikan