POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

21
 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009 123 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DI KABUPATEN BONDOWOSO Yudhananto : Alumni Pascasarjana Universitas Jember Program Studi Ilmu Ekonomi Ringkasan  Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi dan prospek pajak  pengambilan dan pemanfaatan air tanah di Kabupaten Bondowoso. Penelitian ini  juga mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi optimalisasi penerimaan  pajak daerah disertai dengan rekomendasi kebijakan upaya optimalisasi penerimaan  pajak daerah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah identifikasi nilai ekonomi potensi dengan tolak ukur hasil dan kemampuan melaksanakan. Sedangkan untuk menangkap persepsi masyarakat digunakan metode analytical hierarchy process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah di Kabupaten Bondowoso sangat tidak berpotensi berdasarkan tolak ukur hasil (yield) dan kemampuan untuk melaksanakan (ability to implement). Hal ini berbeda dengan Kabupaten Situbondo yang masih satu Cekungan Air Tanah (CAT) dengan Kabupaten Bondowoso, pajak pengambilan dan air tanah cukup potensial. Hasil penilaian persepsi masyarakat mengenai faktor-  faktor yang mempengaruhi optimalisasi penerimaan pajak daerah adalah faktor ekonomi menempati prosentase terbesar yaitu 36,54 % dengan kriteria faktor adalah masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat, aksesibilitas sumber-sumber ekonomi masih terbatas, dan inovasi dalam pemungutan pajak. Diikuti faktor ekologi 22,37 % meliputi faktor pengendalian pencemaran dan keseimbangan ekosistem masih menjadi faktor utama dalam upaya optimalisasi pajak daerah. Faktor kelembagaan 21,56 % dipengaruhi oleh masih lemahnya law of enforcement terhadap segala bentuk pelanggaran pajak dan belum adanya reformasi birokrasi dalam pemungutan pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah. Faktor sosial budaya 19,53 % yaitu masih rendahnya kualitas sumber daya manusia dan kesehatan  serta kurangnya penyediaan infrastruktur. Secara umum, menurut persepsi masyarakat dan pengambil kebijakan optimis bahwa pajak pengambilan dan  pemanfaatan air tanah di Kabupaten Bondowoso dapat dikembangkan lebih lanjut. Kata Kunci  : Potensi, Prospek, Determinan, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan  Air Tanah 

Transcript of POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

Page 1: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 1/21

 

 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

123

POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH

DI KABUPATEN BONDOWOSO

Yudhananto : Alumni Pascasarjana Universitas Jember Program Studi Ilmu Ekonomi

 Ringkasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi dan prospek pajak 

 pengambilan dan pemanfaatan air tanah di Kabupaten Bondowoso. Penelitian ini

 juga mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi optimalisasi penerimaan

 pajak daerah disertai dengan rekomendasi kebijakan upaya optimalisasi penerimaan

 pajak daerah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah identifikasinilai ekonomi potensi dengan tolak ukur hasil dan kemampuan melaksanakan.

Sedangkan untuk menangkap persepsi masyarakat digunakan metode analytical

hierarchy process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak pengambilan

dan pemanfaatan air tanah di Kabupaten Bondowoso sangat tidak berpotensi

berdasarkan tolak ukur hasil (yield) dan kemampuan untuk melaksanakan (ability to

implement). Hal ini berbeda dengan Kabupaten Situbondo yang masih satu

Cekungan Air Tanah (CAT) dengan Kabupaten Bondowoso, pajak pengambilan dan

air tanah cukup potensial. Hasil penilaian persepsi masyarakat mengenai faktor-

 faktor yang mempengaruhi optimalisasi penerimaan pajak daerah adalah faktor 

ekonomi menempati prosentase terbesar yaitu 36,54 % dengan kriteria faktor adalah

masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat, aksesibilitas sumber-sumber ekonomi masih terbatas, dan inovasi dalam pemungutan pajak. Diikuti faktor ekologi

22,37 % meliputi faktor pengendalian pencemaran dan keseimbangan ekosistem

masih menjadi faktor utama dalam upaya optimalisasi pajak daerah. Faktor 

kelembagaan 21,56 % dipengaruhi oleh masih lemahnya law of enforcement 

terhadap segala bentuk pelanggaran pajak dan belum adanya reformasi birokrasi

dalam pemungutan pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah. Faktor sosial

budaya 19,53 % yaitu masih rendahnya kualitas sumber daya manusia dan kesehatan

serta kurangnya penyediaan infrastruktur. Secara umum, menurut persepsi

masyarakat dan pengambil kebijakan optimis bahwa pajak pengambilan dan

 pemanfaatan air tanah di Kabupaten Bondowoso dapat dikembangkan lebih lanjut.

 Kata Kunci: Potensi, Prospek, Determinan, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan

 Air Tanah 

Page 2: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 2/21

 

Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso 

124

POTENCY AND SOIL LAND GROUND WATER UPTAKE TAX PROSPECT

IN SUB-PROVINCE BONDOWOSO

Abstract 

This research aim to identify potency and retrieval tax prospect and exploiting of 

ground water in Kabupaten Bondowoso. This research also identifies factors

influencing optimalisation of acceptance?receiving of area tax is accompanied with

recommendation of policy of optimalisation effort of acceptance?receiving of area

tax. Analytical method applied in research is identification of potency economics

value with result yardstick and ability executes. While to catch perception of public

is applied [by] method analytical hierarchy process ( AHP). Result of research

indicates that retrieval tax and exploiting of ground water in Kabupaten Bondowoso

hardly potency doesn't based on result yardstick ( yield) and ability to execute (ability to implement). This thing differs from Kabupaten Situbondo which still one

Cekungan Air Tanah ( PAINT) with Kabupaten Bondowoso, retrieval tax and 

ground water enough potential. Result of assessment of perception of public about 

 factors influencing optimalisation of acceptance?receiving of area tax is economic

 factor occupies percentage of the biggest that is 36,54 % with factor criterion is still

the low of level of public earnings, aksesibility source of economicses still be limited,

and innovation in tax imporser. Followed ecological factor 22,37 % to cover control

of contamination factor and balance of ecosystem still becoming primary factor in

the effort optimalisation of area tax. Institutional factor 21,56 % influenced by still

weakening it law of enforcement to all kind of collision of tax and has not existence

of bureaucracy reform in retrieval tax imporser and ground water exploiting.Cultural social factor 19,53 % that is still the low of quality of human resource and 

health and lack of infrastructure supply. In general, according to perception of 

optimism public and policy taker that retrieval tax and exploiting of ground water in

Kabupaten Bondowoso can be developed furthermore.

 Key word : Potency, Prospect, Determinant, Retrieval Tax and Ground water 

 Exploiting

I.  PENDAHULUANSumber-sumber pendapatan daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

pasal 5 ayat 2 terdiri dari : 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) ; 2) dana perimbangan ; dan 3)

lain-lain pendapatan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber

penerimaan yang memberikan kontribusi terbesar di antara komponen lainnya. Oleh karenaitu jenis penerimaan ini menjadi salah satu tolak ukur dari tingkat kemandirian suatu daerah

dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Kemampuan suatu daerah dalam hal pembiayaan penyelenggaraan pembangunan dapat

dilihat dari besarnya kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap AnggaranPembangunan Belanja Daerah (APBD). Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Page 3: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 3/21

 

 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

125

yang mempunyai prospek cukup baik dan kontribusi terbesar adalah pajak daerah. Sesuai

Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik 

Indonesia No.18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi daerah yang termasuk dalam Jenis

Pajak Propinsi adalah pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air; Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di atas Air; Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor dan Pajak Pengambilan serta Pemanfaatan Air Tanah maupun Air Permukaan.Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Tanah dan Air Permukaan merupakan salah satu

sumber pendapatan daerah yang penting.

Pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah sangat penting seiring dengan makin

meningkatnya kebutuhan air masyarakat baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhansektor niaga dan non niaga. Kabupaten Bondowoso merupakan daerah yang mempunyai

perkembangan pesat di wilayah Provinsi Jawa Timur yang dicirikan oleh perkembangan

sektor pertanian, industri dan pariwisata. Pesatnya perkembangan tersebut diikuti dengan

perkembangan penduduk yang menyebabkan berkembangnya permukiman baru dan

berdampak pada alih fungsi lahan. Akibatnya, resapan air tanah semakin berkurang,sementara disisi lain kebutuhan akan air terus meningkat baik untuk keperluan sehari-hari,

niaga dan non niaga.Permintaan air untuk kebutuhan sehari-hari setiap jiwa di daerah Kabupaten

Bondowoso dapat dikategorikan dalam program Indeks Kebutuhan Konsumen yaitu 100

liter/hari/jiwa sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1

Kebutuhan Air Penduduk di Kabupaten Bondowoso

NO TAHUNJUMLAH

PENDUDUKKEBUTUHAN AIR

LITER/HARIBERASAL DARI AIR

TANAH 60 %KEBUTUHAN AIR

LITER/TAHUN

1 2004 714,835 71,483,500 42,890,100 15,654,886,500

2 2005 721,078 72,107,800 43,264,680 15,791,608,200

3 2006 727,376 72,737,600 43,642,560 15,929,534,400

4 2007 733,729 73,372,900 44,023,740 16,068,665,100

Rata-rata 15,861,173,550  Sumber : Bondowoso dalam angka tahun 2007 

Pada tahun 2004 dengan jumlah penduduk 714.835 jiwa membutuhkan air sebesar

71.483.500 liter/hari yang diambil dari air tanah dan diperkirakan sebesar 42.890.100 liter

 /hari atau 15.654.886.500 liter/tahun. Pada tahun 2005 dengan jumlah penduduk 721.078 jiwa

membutuhkan air sebesar 72.107.800 liter/hari yang diambil dari air tanah dan diperkirakansebesar 43.264.680 liter /hari atau 15.791.608.200 liter/tahun. Pada tahun 2006 dengan jumlah

penduduk yang makin meningkat yaitu 727.376 jiwa membutuhkan air sebesar 72.737.600liter/hari yang diambil dari air tanah dan diperkirakan sebesar 15.929.534.400 liter /hari atau

15.929.534.400 liter/tahun. Pada tahun 2007 dengan jumlah penduduk yang makin meningkat

yaitu 733.729 jiwa membutuhkan air sebesar 73.372.900 liter/hari yang diambil dari air tanah

dan diperkirakan sebesar 44.023.740 liter /hari atau 16.068.665.100 liter/tahun. Rata-ratapenggunaan air tanah di Kabupaten Bondowoso sebesar 15.861.173.550 liter/tahun.

Kebutuhan air di Kabupaten Bondowoso bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari tetapi juga untuk keperluan niaga dan non niaga. Pada tahun 2004, dengan jumlahrata-rata satu bulan 1.917.876 m3 dan dalam satu tahun 23.014.512.000 liter/tahun Pada tahun

Page 4: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 4/21

 

Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso 

126

2005, dengan jumlah rata-rata satu bulan 1.994.112 m3 dan dalam satu tahun 23.929.344.000

liter/tahun. Pada tahun 2006, jumlah rata-rata satu bulan meningkat menjadi 1.995.264 m3,

dalam satu tahun 23.943.168 liter/tahun. Pada tahun 2007, dengan jumlah rata-rata satu bulan

2.011.766 m3 dan dalam satu tahun 24.141.192.000 liter/tahun. Maka jumlah rata-ratakeseluruhan pengambilan air tanah sebesar 23.757.054.000 liter/tahun.

Penggunaan air tanah secara keseluruhan baik untuk kebutuhan sehari-hari maupunniaga dan non niaga sebesar 39.618.227.550 liter/tahun. Sedangkan air tanah yang tersedia

pada cadangan air tanah Bondowoso-Situbondo sebesar 136.532.620.800 liter/tahun. Keadaan

tersebut bila tidak diimbangi dengan adanya upaya konversi lahan resapan kemungkinaan

besar pemanfaatan dan pengambilan air tanah tanpa kendali dan akan berkembang terusseiring dengan perkembangan penduduk dan industri akan mendekati air tanah yang tersedia,

bahkan tidak menutup kemungkinan pemanfaatan dan pengambilan air tanah dapat melebihi

ketersediaan air tanah yang ada. Konservasi lahan resapan ini tentunya tidak lepas dari biaya

yang digunakan yang cukup tinggi. Oleh karena peran pajak sangat penting bagi upaya

konservasi lahan ini.Pemanfaatan kebutuhan air tanah yang makin meningkat merupakan sumber potensial

bagi penerimaan pajak pengambilan air tanah. Target pajak pengambilan air tanah diKabupaten Bondowoso pada kurun waktu 2004 hingga 2007 rata-rata mencapai 63,61 %.

Pada tahun 2004, dari target pajak sebesar Rp. 340.254.876,00 dapat direalisasikan menjadi

sebesar Rp.176.842.987,00, atau mencapai 51,97 %. Namun tahun 2005 terjadi penurunandari target Rp. 388.348.015,00 dapat direalisasikan menjadi sebesar Rp.125.395.690,00,

perbandingan target dan realisasi mencapai 32,29 %. Pada tahun 2006 dari target Rp.

187.593.905,00 dapat direalisasikan menjadi Rp. 157.142.876,00 perbandingan target realisasi

mencapai 83,77 %. Pada tahun 2007 dari target Rp. 96.000.000,00 dapat direalisasikanmenjadi Rp. 82.944.918,00 atau perbandingan target dan realisasi mencapai 86,40 % (Dinas

Pendapatan Daerah Kabupaten Bondowoso, 2004-2007). Penurunan penerimaan pajak tersebut disebabkan antara lain tidak adanya perolehan obyek pajak baru serta kesadaranwajib pajak rendah yang tidak lagi membayar kewajibannya. Hal ini tidak menutup

kemungkinan ke depan realisasi pajak tidak mencapai target yang diharapkan..

Masih rendahnya optimalisasi pajak air tanah disebabkan oleh beberapa faktor dari

berbagai aspek. Beberapa faktor yang menyebabkan belum tergalinya potensi pajak antaralain : (1) ekonomi, pemanfaatan air tanah belum memberikan kontribusi yang besar bagai

pembentukan komposisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan secara ekonomis, belum

memberikan kontribusi optimal peningkatan pendapatan masyarakat sekitar; (2)  sosial ,

rendahnya kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak secara tepat waktu; belumseimbangnya kebutuhan pemakaian air dengan cadangan air yang ada sehingga potensial

menyebabkan krisis air tanah; (3) ekologi, pengambilan dan pemanfaatan air tanah secaraeksploitatif akan berdampak pada keseimbangan ekologi sehingga menimbulkan kerugianbaik terhadap masyarakat itu sendiri maupun bagi daerah lain. Beberapa dampak kerugian

lingkungan tersebut antara lain : a) Menurunnya permukaan air tanah akibat dari pengambilan

air tanah secara besar-besaran; b) Semakin berkurangnya jumlah sumber air akibat adanyapenggundulan hutan dan berubah fungsi menjadi lahan pertanian; c) Terjadinya penurunan

permukaan tanah atau subsidant daerah setempat. (4)  budaya, masih rendahnya pengetahuan

dan pendidikan masyarakat mengenai manfaat dan sustainibilitas air bagi kebutuhan

masyarakat yang berimplikasi pada pemakaian air secara berlebihan, masih rendahnyamotivasi dan kesadaran untuk pembayaran pajak atas pemakaian dan pemanfaatan air; (5)

Page 5: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 5/21

 

 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

127

 kelembagaan, masih lemahnya kemampuan aparatur dalam pengelolaan pajak, lemahnya

sistem hukum dimana belum ada peraturan daerah sebagai payung hukum untuk pengelolaan

air tanah, lemahnya law of enforcement  bagi masyarakat, dan lemahnya sistem administrasi

pengelolaan pajak.Berangkat dari fenomena mengenai manfaat penting sumber daya air tanah bagi

masyarakat, namun belum diimbangi dengan pengelolaan yang baik, maka diperlukankebijakan yang tepat dalam pengelolaan air tanah. Rekomendasi kebijakan baik yang bersifat

preventif maupun implementatif penting untuk dilakukan dalam berbagai aspek baik ekonomi,

sosial dan budaya, ekologi dan kelembagaan.

Terkait dengan pentingnya pemanfaatan air tanah dalam peningkatan Pendapatan AsliDaerah (PAD) dan pemenuhan kebutuhan air masyarakat, hal ini menarik untuk dikaji lebih

dalam dari berbagai aspek. Dengan menganalisa potensi dan prospek pajak pengambilan dan

pemanfaatan air tanah dapat diperoleh gambaran dan informasi ketersediaan potensi air tanah

sehingga diharapkan akan memberikan stimulus bagi pemenuhan kebutuhan air masyarakat,

dan dapat untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) baik untuk saat ini dan yangakan datang serta dapat ditindak lanjuti dengan kebijakan pengelolaan air tanah yang tepat.

Oleh karena itu penelitian mengenai potensi dan prospek pajak pengambilan dan pemanfaatanair tanah menjadi penting dan relevan untuk dilaksanakan.

II.  PERUMUSAN MASALAHPajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah merupakan salah satu komponen pajak 

yang cukup potensial dalam memberikan kontribusi bagi penerimaan daerah seiring dengan

makin meningkatnya kebutuhan air masyarakat setiap tahunnya. Belum tercapainyaoptimalisasi penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah dipengaruhi oleh

berbagai faktor baik dari sisi ekonomi, sosial dan budya, ekologi, dan kelembagaan. Terkaitdengan hal tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :1.  Bagaimana potensi pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah di Kabupaten

Bondowoso ?

2.  Bagaimana pengaruh faktor-faktor ekonomi, sosial dan budaya, kelembagaan dan ekologi

terhadap pemungutan pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah di KabupatenBondowoso?

3.  Bagaimana prospek pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah di Kabupaten

Bondowoso ?

III. METODE PENELITIAN3.1 Obyek Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Bondowoso. Hal ini didasarkan pada

pertimbangan makin meningkatnya jumlah penduduk masyarakat di Kabupaten Bondowoso

dan meningkatnya penggunaan air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik untuk kepentingan rumah tangga maupun industri yang diambil dari air tanah.

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder dan primer. Data sekunder

tahun 2002-2006 diperoleh dari : (a) kantor Badan Pusat Statistik untuk data Produk 

Domestik Bruto Regional Bruto (PDRB) dan Anggaran Pembangunan Dan Belanja Daerah(APBD) Kabupaten Bondowoso; dan (c) kantor Unit Pelaksana Teknis Pendapatan Daerah

Page 6: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 6/21

 

Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso 

128

Provinsi Jawa Timur, Bappekab, Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Kabupaten

Bondowoso dan Instansi lain yang dianggap perlu.

Seangkan data data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner untuk menangkap

persepsi orang-orang yang expert  terkait dengan pajak pengambilan dan pemanfaatan airtanah. Pengambilan data dilakukan dengan observasi langsung dan terpadu dilengkapi dengan

pengisian kuesioner dengan harapan observasi yang dilakukan memiliki tingkat obyektivitasdan ketelitian yang akurat.

3.2 Teknik Analisis DataUntuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini digunakan beberapa alat analisis

antara lain: Statistik Deskriptif yang berguna untuk memberi gambaran mengenai hasil

penelitian secara universal. Untuk menganalisis lebih dalam digunakan teknik  variance test 

yang berguna untuk melihat keseragaman sampel, sensitivity test  yang berguna untuk melihat

perubahan situasi dan kondisi objek penelitian.Sebelum data dianalisis, akan dilakukan seleksi data sampel untuk mendeteksi apakah

masih terdapat sampling error  pada data sampel, dengan harapan hasil penelitian akanmenjadi konsisten dan tidak bias. Dengan demikian rekomendasi yang akan diajukan akan

menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Alat analisis yang digunakan dalam menghitung peranan pajak pengambilan danpemanfaatan air tanah sebagai pajak daerah adalah menghitung rasio pajak pemanfaatan dan

pengambilan air tanah terhadap pajak daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan penerimaan

daerah dengan rumus sebagai berikut (Widodo, 1990:21):

∑ Pajak Air TanahPeranan Pajak AT = -------------------------

∑ Pajak Daerah 

∑ Pajak Air TanahPeranan Pajak AT = ----------------------------------

∑ Pendapatan Asli Daerah 

∑ Pajak Air Tanah

Peranan Pajak AT = ----------------------------

∑ Penerimaan Daerah 

Keterangan :

Peranan Pajak Air Tanah adalah peranan pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah∑ Pajak Air Tanah adalah realisasi pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah

∑ Pajak Daerah adalah realisasi pajak daerah 

∑ Pendapatan Asli Daerah adalah realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) 

∑ Penerimaan Daerah adalah realisasi penerimaan daerah

a.  Identifikasi Nilai Ekonomi Potensi Pajak Daerah

Page 7: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 7/21

 

 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

129

Setiap nilai pajak diberi nilai antara -2, -1, +1 dan +2 didasarkan atas besaran hasil

( yield ) dan kemampuan melaksanakan (ability to implement ). Nilai -2 menunjukkan pajak 

sangat tidak berpotensi, nilai -1 menunjukkan tidak berpotensi, nilai +1 berpotensi sedangkan

+2 sangat berpotensi.

b. Variabel hasil ( yield )Untuk mendapatkan nilai -2 hingga +2 dapat dilihat dari (1) rata-rata realisasi

penerimaan tahun 2004-2007 dengan rata-rata realisasi penerimaan pajak tahun 2004-2007 di

kabupaten lain yaitu Kabupaten Situbondo; (2) elastisitas realisasi penerimaan pajak tahun

2004-2007 dibandingkan dengan pengeluaran rutin Anggaran Pembangunan Dan BelanjaDaerah (APBD) kabupaten Bondowoso; dan (3) elastisitas realisasi penerimaan pajak dan

retribusi tahun 2004-2007 dibandingkan dengan Product Domestic Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Bondowoso.

- Bila hasil analisis lebih besar dari kabupaten lain dan elastis terhadap pengeluaran

rutin dan Product Domestic Regional Bruto (PDRB) maka pajak sangat berpotensi(+2)

- Bila hasil lebih besar dan tidak elastis terhadap pengeluaran rutin dan Product

Domestic Regional Bruto (PDRB) berarti pajak berpotensi +1

- Bila hasil lebih kecil dan elastis terhadap pengeluaran rutin dan Product DomesticRegional Bruto (PDRB) berarti pajak tidak berpotensi -1

- Bila hasil lebih kecil dan tidak elastis terhadap pengeluaran rutin dan Product

Domestic Regional Bruto (PDRB) berarti pajak sangat tidak berpotensi -2

c. Variabel Kemampuan Daerah untuk melaksanakan ( Ability to implement )

Digunakan dua perbandingan yaitu (1) rata-rata perbandingan antara target dan

realisasi penerimaan pajak selama 2004  – 2007, (2) Perbandingan target dan realisasi antaraKabupaten Bondowoso dengan kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Situbondo.

1)  Bila rata-rata perbandingan antara target dan realisasi diatas 110% dan lebih tinggi

dibandingkan dengan perbandingan target dan realisasi kabupaten lain maka pajak 

sangat berpotensi (+2)2)  Bila rata-rata perbandingan antara target dan realisasi antara 100% - 110% dan lebih

tinggi dibandingkan dengan perbandingan target dan realisasi kabupaten lain maka

pajak sangat berpotensi (+1)

3)  Bila rata-rata perbandingan antara target dan realisasi dibawah 100% dan lebih tinggidibandingkan dengan perbandingan target dan realisasi kabupaten lain maka pajak 

sangat berpotensi (-1)

4) 

Bila rata-rata perbandingan antara target dan realisasi dibawah 100% dan lebih rendahdibandingkan dengan perbandingan target dan realisasi kabupaten lain maka pajak 

sangat berpotensi (-2)

d. Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytical Hierarchy Process  (AHP) merupakan analisis yang digunakan dalam

pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem, dimana pengambil keputusan berusaha

memahami suatu kondisi sistem dan membantu melakukan prediksi dalam mengambilkeputusan.

Page 8: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 8/21

 

Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso 

130

Di dalam  Analytical Hierarchy Process  (AHP), penetapan prioritas kebijakan dilakukan

dengan menangkap secara rasional persepsi orang, kemudian mengkonversi faktor-faktor

yang intangible (yang tidak terukur) ke dalam aturan yang biasa, sehingga dapat

dibandingkan. Adapun tahapan dalam analisis data sebagai berikut (Saaty, 1980):

1.  Identifikasi sistem, yaitu untuk mengidentifikasi permasalahan dan menentukan solusi

yang diinginkan. Identifikasi sistem dilakukan dengan cara mempelajari referensi dan

berdiskusi dengan para pakar yang memahami permasalahan, sehingga diperolehkonsep yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

2.  Penyusunan struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan

sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang

paling bawah.

3.  Perbandingan berpasangan, menggambarkan pengaruh relatif setiap elemen terhadap

masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Teknik perbandingan berpasangan yang digunakan dalam AHP berdasarkan “ judgement ” atau pendapat dari

 para responden yang dianggap sebagai “ key person“. Mereka dapat terdiri atas: 1)

pengambil keputusan; 2) para pakar; 3) orang yang terlibat dan memahamipermasalahan yang dihadapi. 4. Matriks pendapat individu, formulasinya dapat

disajikan sebagai berikut:

ija A  

C1 C2 . . . Cn 

C1 1 a12 . . . A1n 

C2 1/a12 1 A2n 

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Cn 1/a1n .1/a2n . . . 1

Dalam hal ini C1, C2, ..... Cn adalah set elemen pada satu tingkat dalam hierarki.Kuantifikasi pendapat dari hasil perbandingan berpasangan membentuk matriks n x n.

Nilai aij merupakan nilai matriks pendapat hasil perbandingan yang mencerminkan

nilai kepentingan Ci terhadap Cj.

4.  Matriks pendapat gabungan, merupakan matriks baru yang elemen-elemennya berasaldari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu yang nilai rasio

inkonsistensinya memenuhi syarat.

5.  Pengolahan horisontal, yaitu : a) Perkalian baris; b) Perhitungan vektor prioritas atau

vektor ciri (eigen vektor ); c) Perhitungan akar ciri (eigen value) maksimum, dan d)Perhitungan rasio inkonsistensi. Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk 

menghitung konsistensi jawaban responden

Page 9: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 9/21

 

 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

131

6.  Pengolahan vertikal, digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen

pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama. Revisi Pendapat,

dapat dilakukan apabila nilai rasio inkonsistensi pendapat cukup tinggi (>0,1).

Beberapa ahli berpendapat jika jumlah revisi terlalu besar, sebaiknya respondentersebut dihilangkan. Jadi penggunaan revisi ini sangat terbatas mengingat akan

terjadinya penyimpangan dari jawaban yang sebenarnya.

Struktur hierarki Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam penelitian ini meliputi dua

hal yaitu hierarki pertama meliputi identifikasi faktor dan prospek pajak pengambilan dan

pemanfaatan air tanah di Kabupaten Bondowoso. Hierarki kedua mencakup rekomendasikebijakan dalam intensifikasi pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah di Kabupaten

Bondowoso.

III.  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN1.  Identifikasi Potensi Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air tanah Kabupaten

BondowosoUntuk mengidentikasi potensi pajak pengambilan dan pemanfataan air tanah di

Kabupaten Bondowoso didasarkan pada lima tolak ukur prinsip pemungutan pajak. Menurut

Devas (1989), ada lima tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai pajak daerah yaitu

 yield , equity, economic efficiency, ability to implement dan suitability as a local source. Arti

penting dari kelima tolak ukur tersebut pada penilaian apakah suatu jenis pajak akan bertahan

lama dan berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan dua tolak ukur yaitu hasil atau  yield dan

kemampuan melaksanakan atau ability to implement .

a)  Yield Tolak ukur yield memberikan justifikasi bahwa untuk menilai hasil penerimaan pajak 

di Kabupaten Bondowoso digunakan tiga penilaian, yaitu :

1)  Pertumbuhan penerimaan pajak daerah di Kabupaten Bondowoso relatif terhadap

penerimaan rata-rata di Kabupaten sekitarnya yaitu Kabupaten Situbondo.

2)  Elastisitas penerimaan pajak daerah terhadap pengeluaran rutin pemerintah daerah3)  Elastisitas penerimaan pajak daerah terhadap Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Kabupaten Bondowoso

Digunakannya dimensi pertumbuhan sebagai alat untuk menilai hasil ( yield ),diharapkan dapat memberikan gambaran kongkrit hasil ( yield ) penerimaan pajak daerah.

Sebab hasil ( yield ) nominal penerimaan pajak daerah pada periode waktu tertentu seringkalikurang menggambarkan hasil yang sesungguhnya, baik karena kesalahan teknis maupunkesalahan sumber daya manusia.

Adapun digunakannya perbandingan dengan daerah lain, diharapkan memperkuat

penilaian hasil ( yield ) melalui dimensi pertumbuhan. Dimana apabila pertumbuhannya baik,

maka dengan asumsi lainnya daerah lain tetap, maka seharusnya pertumbuhan hasil ( yield ) diKabupaten Bondowoso lebih besar dari rata-rata pertumbuhan hasil ( yield ) di daerah

sekitarnya. Dan mengingat pajak lebih banyak digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin,

maka seharusnya terdapat hubungan yang elastis antara pajak dengan pengeluaran rutin

Page 10: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 10/21

 

Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso 

132

pemerintah daerah. Oleh karena itu, untuk menilai hasil penerimaan pajak daerah Kabupaten

Bondowoso berpotensi atau tidak, digunakan ukuran:

1) 

Sangat potensial jika pertumbuhan hasil ( yield ) lebih tinggi dari daerah sekitarnya danpada saat yang sama elastis terhadap pengeluaran rutin dan Produk Domestik RegionalBruto (PDRB)

2)  Potensial jika pertumbuhan hasil ( yield ) lebih tinggi dari daerah sekitarnya namun

pada saat yang sama inelastis terhadap pengeluaran rutin dan Produk Domestik 

Regional Bruto (PDRB)

3)  Jika pertumbuhan hasil ( yield ) lebih rendah dari daerah sekitarnya dan pada saat yangsama elastis terhadap pengeluaran rutin dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

4)   jika pertumbuhan hasil ( yield ) lebih rendah daerah sekitarnya dan pada saat yang sama

inelastis terhadap pengeluaran rutin dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Potensi hasil (Yield ) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air tanah Kabupaten

Bondowoso ditunjukkan tabel 1.

Tabel 1. Potensi hasil (Yield ) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air tanah

Kabupaten Bondowoso

Tahun Perbandingan

dengan Kabupaten

Situbondo

Elastisitas

Belanja Rutin

Non Pegawai-

Pajak 

Elastisitas

PDRB dengan

Pajak air tanah

Kesimpulan :

Potensi/Tidak 

Berpotensi

2004 < 0.00 0.00

Sangat tidak 

berpotensi

2005 < -0.21 -0.64Sangat tidak 

berpotensi

2006 < 1.34 0.63 Tidak berpotensi

2007 < -0.43 -0.27Sangat tidak 

berpotensiSumber : Data diolah

Pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah di Kabupaten Bondowoso sangat tidak berpotensi karena memiliki nilai pertumbuhan hasil ( yield ) lebih kecil dibandingkan

pertumbuhan hasil ( yield ) di daerah lain yaitu Kabupaten Situbondo. Selain itu nilai elastisitas

pajak dengan pengeluaran rutin dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menunjukkannilai yang tidak elastis. Hanya pada tahun 2006 menunjukkan nilai yang elastis, namunrealisasi penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah masih lebih kecil dari

kabupaten Situbondo.

Pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah dinilai sangat tidak berpotensiberdasarkan tolak ukur hasil ( yield ) disebabkan oleh beberapa faktor antara lain masih

sedikitnya pemanfaatan air tanah di Kabupaten Bondowoso seperti untuk industri maupun

rumah tangga. Disamping juga faktor pelayanan publik yang juga masih kurang. Bila

dibandingkan dengan kabupaten Situbondo yang masih satu cekungan (Cekungan Air Tanah,

Page 11: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 11/21

 

 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

133

CAT), potensi pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah lebih signifikan di kabupaten

Situbondo.

Hal ini mengingat relatif lebih banyaknya jumlah industri dibandingkan kabupaten

Bondowoso. Adanya PT.PLN (Persero) Paiton dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)memerlukan kebutuhan air cukup besar. Potensi lainnya adalah adanya tambak udang dan

pabrik gula Prajekan yang menggunakan input sumber daya air yang cukup besar.

b) Kemampuan Melaksanakan ( Ability to Implement)Untuk mengetahui sejauh mana pemerintah daerah Kabupaten Bondowoso dapat

melaksanakan pengelolaan pajak daerah digunakan dua alat, yaitu1)  Perbandingan antara rata-rata potensi dan realisasi penerimaan pajak daerah tahun

2004-2007 di Kabupaten Bondowoso

2)  Perbandingan antara rata-rata potensi dan realisasi penerimaan pajak daerah tahun

2004-2007 Kabupaten Bondowoso dengan Kabupaten sekitarnya yaitu Kabupaten

SitubondoKesimpulan analisis sebagai berikut :

1)  Sangat berpotensi untuk dilaksanakan di kabupaten Bondowoso apabila rata-rata diKabupaten Bondowoso lebih dari 110% dan lebih besar dibandingkan kabupaten

lainnya.

2)  Berpotensi apabila lebih dari 110%, namun lebih kecil dibandingkan Kabupatenlainnya

3)  Tidak berpotensi apabila kurang dari 110%, namun lebih besar dibandingkan

Kabupaten lainnya

4)  Sangat tidak berpotensi bila kurang dari 110 % dan lebih kecil dibandingkanKabupaten lainnya

Dipergunakannya alasan perbandingan antara potensi dan realisasi penerimaan pajak daerah, dengan argumentasi hubungan antara potensi dan realisasi menunjukkan kemampuan

melaksanakan pajak daerah. Kemampuan untuk mencapai potensi apalagi melebihi potensi

menunjukkan bahwa pajak daerah tersebut mudah dilaksanakan. Semakin tinggi realisasi

dibandingkan potensinya, berarti semakin terlihat adanya kemampuan daerah untuk melaksanakan pajak tersebut. Penelitian ini menggunakan patokan 110% sebagaimana

penelitian yang dilakukan Riyardi et al (2002).

Dimana disebut memiliki potensi untuk melaksanakan pajak daerah, berarti realisasi

penerimaan pajak daerah minimal 110% dari potensinya. Adapun realisasi sebesar kurang dari110% dikhawatirkan terlalu mudah dicapai, sehingga tidak dapat digunakan sebagai tolok 

ukur kemampuan untuk melaksanakan. Adapun digunakannya ukuran kedua, yaituperbandingan dengan Kabupaten lain. Hal ini tercermin pada penerimaan pajak daerah yanglebih mudah dilaksanakan dibandingkan daerah lain yaitu berupa realisasi dibandingkan

potensi di Kabupaten Bondowoso lebih tinggi daripada daerah/kota lain.

Hasil identifikasi potensi berdasarkan tolak ukur kemampuan melaksanakan,menunjukkan pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah di Kabupaten Bondowoso sangat

tidak berpotensi dibandingkan kabupaten Situbondo yang lebih potensial. Identifikasi potensi

pajak berdasarkan kemampuan melaksanakan menunjukkan hasil yang sama dengan

identifikasi berdasarkan hasil ( yield ). Pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah di

Page 12: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 12/21

 

Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso 

134

Kabupaten Bondowoso belum menunjukkan keunggulan dan memberikan kontribusi yang

cukup terhadap penerimaan daerah, lihat tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan antara Potensi dan Realisasi Penerimaan Pajak Pengambilan

dan Pemanfaatan Air tanah Kabupaten Bondowoso

Tahun

Kab.Bondowoso Kabupaten Situbondo

KesimpulanRerata 99-00 >110 Rerata 99-00

< Kab.Bondowoso

2004 51.97 < 143 <Sangat tidak 

berpotensi

2005 32.29 < 94 <Sangat tidak 

berpotensi

2006 83.77 < 126 <Sangat tidak 

berpotensi

2007 86.40 < 100 <Sangat tidak 

berpotensi

Rata-rata 53.58 < 114 <Sangat tidak 

berpotensiSumber : Data diolah, 2009

c)  Identifikasi Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan dalam Pemungutan Pajak

Pengambilan dan Pemanfaatan Air tanahImplementasi pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah kota/kabupaten untuk 

memiliki kewenangan dan tanggungjawab yang lebih nyata dan sangat luas dalam mengelola

dan mengurus rumahtangganya sendiri, akan tetapi hal ini memerlukan sumber-sumber

pembiayaan yang sangat besar untuk mengurangi ketergantungannya pada pemerintah pusat.Untuk itu pemerintah kota/kabupaten perlu meningkatkan kontribusi penerimaan pajak 

daerah terhadap total penerimaan anggaran dan belanja daerah melalui kebijakan intensifikasi

dan ekstensifikasi pajak daerah yang bersifat komperehensif dan senantiasa berpihak padarakyat. Optimalisasi penerimaan pajak daerah merupakan langkah penting dalam

meningkatkan penerimaan daerah.

d)  Determinan Penerimaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Tanah di

Kabupaten BondowosoDalam implementasi pengelolaan penerimaan pajak daerah masih dijumpai berbagai

kendala baik teknis maupun non-teknis. Beberapa faktor yang mempengaruhi optimalisasipajak daerah dapat dilihat dari sisi ekonomi, sosial/budaya, kelembagaan dan ekologi. Dari

sisi ekonomi, aspek penting dalam upaya optimalisasi pajak daerah adalah tingkat pendapatan

masyarakat, iklim investasi, aksesibilitas sumber-sumber ekonomi, mobilitas ekonomi dan

inovasi dalam pemungutan pajak.Sisi sosial budaya adalah kualitas SDM terutama menyangkut kesadaran masyarakat

membayar pajak dan kualitas aparat pajak, kualitas kesehatan, ketersediaan infrastruktur

untuk pengembangan sumber daya manusia dan kesehatan serta masih rendahnya pola pikirmasyarakat mengenai kepemilikan barang publik.

Sisi kelembagaan mencakup masalah hukum kurangnya Perda mengenai ketentuan

pajak daerah, masalah law of enforcement  pada setiap tindak kriminal penyalahgunaan

Page 13: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 13/21

 

 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

135

wewenang, masih kecilnya peran lembaga non pemerintah, masih kuatnya sistem lokal,

kurangnya sosialisasi dan masih belum adanya reformasi birokrasi. Sedangkan dari sisi

ekologi meliputi ketersediaan sumber daya air tanah, eksploitasi sumber daya, keseimbangan

ekosistem, tindakan pengendalian pencemaran dan upaya konservasi lahan. Analisa tersebutterangkum dalam hasil rekapitulasi pendapat masyarakat yang expert terkait pajak.

Hasil perhitungan persepsi masyarakat dengan menggunakan metode analytical

hierarchy process (AHP) menunjukkan bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi

penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah adalah faktor ekonomi dengan

prosentase 36,54% diikuti faktor ekologi 22,37%, faktor kelembagaan 21,56% dan faktor

sosial/budaya 19,53%.Sedangkan pada level dua faktor ekonomi yaitu pendapatan masyarakat menempati

urutan terbesar yaitu 11,68%, diikuti aksesibilitas ekonomi masyarakat yaitu 7,2% dan inovasi

dalam pemungutan pajak yaitu 6,14%. Untuk faktor sosial/budaya adalah kualitas sumber

daya manusia yaitu 5,85%, diikuti kualitas kesehatan 3,71%. Belum adanya reformasi

birokrasi menempati bobot terbesar yaitu 4,1%, diikuti masih rendahnya law enforcement  terhadap segala bentuk pelanggaran pajak 3,9% dan sistem lokal yang masih kental berlaku.

Sedangkan faktor ekologi dipengaruhi oleh pengendalian pencemaran air tanah yaitu 5,05%,diikuti keseimbangan ekosistem 4,98% dan ketersediaan sumber daya air 4,95%, lihat gambar

1. 

0.117

0.053

0.0720.061

0.061

0.058

0.037

0.037

0.031

0.032

0.035

0.039

0.032

0.035

0.0330.041

0.050

0.030

0.050

0.051

0.044

0.000 0.020 0.040 0.060 0.080 0.100 0.120 0.140

P endapatan Mas yarakat

Iklim inves tas i

Aks es bilitas

Mo bilitas

Ino vas i P emunguta n P ajak 

Kualitas SDM

Kualitas Kes eha tan

Kualitas infras truktur kes ehata n

Kualitas infras truktur SDM

P ola pikir atas kep em ilikan bara ng publik 

Belum a da perda

Law enforce me nt renda h

Organisa si non go vernment

Sistem lo kal yang be rlaku

Sosial isasiReformas i birokrasi

Keters edian sum ber daya alam

Eks plo itas i s umbe r daya

Ekos i s tem

P enge ndalian penc em aran

Ko ns ervas i laha n

 

Gambar 1

Determinan Pajak Pengambilan dan Pemanfataan Air Tanah

di Kabupaten Bondowoso

Page 14: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 14/21

 

Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso 

136

Level ketiga untuk alternatif prospek pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah

menunjukkan prospek optimis terhadap sustainibilitas pajak pengambilan dan pemanfaatan air

tanah, dengan prosentase 38,12%, diikuti status quo 32,73% dan pesimis 28,40%. Hal ini

menunjukkan menurut persepsi pelaku ekonomi dan pengambil kebijakan, pajak pengambilandan pemanfaatan air tanah optimis untuk dikembangkan dan dikelola lebih lanjut, ditunjukkan

tabel 3.

Tabel 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air

tanah Kabupaten Bondowoso

Level

PertamaBobot Level Kedua

Bobot

Final

Level

Ketiga

Bobot

final

Ekonomi 0.3654

Pendapatan Masyarakat 0.1168

Optimis

Status

Quo

Pesimis

0.3812

0.3273

0.2840

Iklim investasi 0.0535

Aksesbilitas 0.0723

Mobilitas 0.0614

Inovasi Pemungutan Pajak 0.0614

Sosial

Budaya0.1953

Kualitas SDM 0.0585

Kualitas Kesehatan 0.0371

Kualitas infrastruktur

kesehatan 0.0369

Kualitas infrastruktur SDM 0.0314

Pola pikir atas kepemilikanbarang publik 0.0315

Kelembagaan 0.2156

Belum ada perda 0.0348 Law enforcement rendah 0.0395

Organisasi non government 0.0321

Sistem lokal yang berlaku 0.0346

Sosialisasi 0.0333

Reformasi birokrasi 0.0413

Ekologi 0.2237

Ketersedian sumber daya

alam 0.0496

Eksploitasi sumber daya 0.0296

Ekosistem 0.0499

Pengendalian pencemaran 0.0505

Konservasi lahan 0.0442Sumber : Data diolah dari Data Primer, 2009

e. Rekomendasi KebijakanUpaya peningkatan penerimaan pajak daerah memerlukan adanya kebijakan yang

mendukung optimalisasi pajak. Pemerintah kota/kabupaten perlu meningkatkan kontribusipenerimaan pajak daerah terhadap total penerimaan anggaran dan belanja daerah melalui

kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah yang bersifat komperehensif dan

berpihak pada rakyat.

Page 15: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 15/21

 

 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

137

e.1 Intensifikasi PajakIntensifikasi pajak daerah diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh

pemerintah kota/kabupaten untuk meningkatkan pajak daerah yang biasanya diaplikasikan

dalam bentuk:1.  Perubahan Tarif Pajak Daerah

Kebijakan perubahan tarif pajak daerah merupakan hal yang sangat mudah dilaksanakanoleh pemerintah kota/kabupaten dan secara nyata dapat meningkatkan penerimaan pajak 

daerah lebih besar dan sangat cepat. Namun kebijakan ini dapat mengganggu daerah

tersebut khususnya dalam kegiatan produksi dan kegiatan perdagangan barang dan jasa,

disamping itu kebijakan ini dapat pula menimbulkan terjadinya pelarian modal oleh parainvestor (crowding out ) dari daerah tersebut ke daerah lain yang tarif pajaknya lebih

rendah yang pada akhirnya akan berdampak pada perekonomian masyarakat.

2. Peningkatan Pengelolaan Pajak Daerah

a. 

Pengelolaan pajak daerah harus dilakukan secara profesional melalui mekanisme danprosedur yang baik dan transparan, guna menghindari terjadinya pemborosan biaya

pemungutan dan kebocoran penerimaan pajak daerah. Mekanisme dan prosedurpenerimaan yang baik dan transparan dalam pengelolaan sumber-sumber penerimaan

keuangan kota/kabupaten idealnya ditetapkan dengan peraturan pemerintah

kota/kabupaten yang dijabarkan lebih lanjut dengan keputusan walikota/bupatisebagai petunjuk operasional bagi aparat pengelola keuangan daerah, guna

menghindari terjadinya kebocoran dan pemborosan sumber-sumber keuangan

kota/kabupaten.

Memperhatikan prosedur dan mekanisme pengelolaan pajak daerah yang transparan

dan jelas, tidaklah berarti bahwa pengelolaan pajak daerah sudah pasti akan berjalan denganbaik, namun dalam pelaksanaannya masih sering mengalami/dijumpai hambatan dari berbagaipihak baik hambatan yang bersifat internal maupun eksternal. Adapun hambatan-hambatan

tersebut adalah:

a.  Hambatan yang bersifat internalHambatan yang bersifat internal dalam pengelolaan pajak daerah bersumber dari dalam

organisasi pemerintah kota/kabupaten yang disebabkan oleh hal-hal antara lain sebagai

berikut:

1)  Perkembangan intelektual dan moral aparat pengelola pajak daerah.2)  Kurangnya koordinasi antara unit pengelola pajak daerah dengan unit-unit terkait.

b. Hambatan yang bersifat eksternalHambatan yang bersifat eksternal dalam pengelolaan PAD dari luar organisasi pemerintah

kota/kabupaten yang disebabkan oleh hal-hal antara lain sebagai berikut:

1)  Perkembangan intelektual moral masyarakat untuk membayar pajak daerah.2)  Rendahnya pendapatan perkapita masyarakat.

3)  Adanya usaha meringankan beban pajak daerah oleh masyarakat, baik yang sesuai

ketentuan maupun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Page 16: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 16/21

 

Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso 

138

Inovasi dalam optimalisasi sistem pemungutan pajak daerah dan diikuti dengan

pendidikan dan pelatihan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan

perlunya unit pelayanan terpadu merupakan upaya penting dalam optimalisasi penerimaan

pajak. Hal ini sejalan dengan semakin dinamisnya dan meningkatnya aktivitas masyarakat,sehingga memerlukan kemudahan dalam mengakses segala informasi dan layanan. Dukungan

inovasi berbasis teknologi informasi menjadi faktor utama dalam sistem perpajakan daerah.Optimalisasi penerimaan pajak perlu didukung dengan peningkatan kualitas sumber

daya manusia (SDM) melalui peran pendidikan dan pelatihan sebagai komoditi utama dalam

peningkatan penerimaan pajak. Didukung dengan iklim hukum yang semakin kondusif dalam

menjamin kualitas sistem, peningkatan kualitas moral dan tanggung jawab baik masyarakatmaupun aparat serta reformasi birokrasi yang lebih efisien.

e.2 Ekstensifikasi Pajak

Ekstensifikasi merupakan suatu kebijakan yang dilakukan oleh daerah kota/kabupaten

dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak daerah melalui penciptaan sumber-sumberpajak daerah. Salah satu kebijakan penciptaan sumber-sumber pajak daerah oleh pemerintah

kota/kabupaten adalah melalui investasi yang memiliki peranan yang sangat strategis bagipemerintah kota/kabupaten dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak daerah. Investasi

secara makro dapat menciptakan multiplier effect  dalam sektor perekonomian seperti

meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi daerah, meningkatnya Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dan terciptanya sumber/potensi pajak baru.

Kegiatan investasi memberikan kontribusi yang sangat besar dan baik terhadap upaya

peningkatan penerimaan pajak daerah pada khususnya dan penerimaan pendapatan asli daerah

pada umumnnya. Untuk itu kegiatan investasi mutlak diusahakan oleh pemerintahkota/kabupaten melalui kebijakan-kebijakan sebagai berikut:

1) 

Menciptakan daya tarik dan iklim yang kondusif bagi investor lokal maupun investorasing untuk menanamkan/menginvestasikan modalnya di kota/kabupaten.

2)  Memberi kemudahan bagi investor lokal maupun asing untuk 

menanamkan/menginvestasikan modalnya di daerah dengan menghilangkan birokrasi

yang berbelit-belit

e.3 Tinjauan Ekologi Optimalisasi PajakDari sisi ekologi, upaya menjaga keberlangsungan (sustainability) ketersediaan air

tanah merupakan langkah penting dalam mengoptimalisasikan penerimaan pajak air tanah.

Menjaga keseimbangan ekosistem sumber daya air tanah disertai dengan tindakan preventif pengendalian pencemaran air tanah diharapkan dapat menjaga ketersediaan air tanah.

Kebijakan konservasi lingkungan yang diimbangi dengan penegakan law of enforcement  yang tegas, sosialisasi lingkungan pada masyarakat dan upaya yang bersifatkontinyu melalui reboisasi hutan merupakan faktor penting dalam menjaga sustainabilitas air

tanah. Faktor dan Prospek Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Tanah Kabupaten

Bondowoso ditunjukkan gambar 2.

Page 17: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 17/21

 

 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

139

Gambar 2Hierarki 1 : Faktor dan Prospek Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Tanah

Kabupaten Bondowoso

Prospek Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Tanah

Kabupaten Bondowoso

Ekonomi Sosial/Budaya  Kelembagaan

Pendapatanmasyarakat

Kualitas Sumber

Daya Manusia

Ekologi

Belum ada

PerdaKetersediaan

sumber daya

Kualitas kesehatan  Law

enforcement  rendah

Iklim Investasi

Organisasinon

goverment

Optimis Status Quo Pesimis

EksploitasiSumber Daya

Aksesbilitas

Mobilitas

Kualitas

infrastrukturkesehatan

Kualitas

infrastrukturSumber daya

manusia

Pola pikir atas

kepemilikanbarang publik 

Sistem lokal

yang berlaku

Ekosistem

Pengendalian

pencemaran

Sosialisasi

Konservasi

lahan

Reformasi

birokrasi

Inovasi

pemungutan

pajak 

Page 18: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 18/21

 

Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso 

140

IV.  KESIMPULAN

Berdasarkan pada pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa

simpulan sebagai berikut:1.  Pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah kurang potensial berdasarkan tolak ukur

hasil ( yield ) dan kemampuan melaksanakan (ability to implement ). Begitu halnya dengan

kontribusi terhadap penerimaan daerah relatif rendah dan kurang signifikan. Dibandingkan

dengan Kabupaten Situbondo yang masih satu cekungan air tanah (CAT) dengan

kabupaten Bondowoso, pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah di KabupatenSitubondo lebih potensial.

2.  Berdasarkan persepsi pelaku ekonomi dan pengambil kebijakan, faktor ekonomi menjadi

determinan utama yang menjadi hambatan dan penyebab masih rendahnya penerimaan

pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah yaitu masih rendahnya tingkat pendapatan

masyarakat, aksesibilitas sumber-sumber ekonomi masih terbatas, dan inovasi dalampemungutan pajak. Sedangkan faktor sosial budaya dipengaruhi oleh faktor masih

rendahnya kualitas sumber daya manusia dan kesehatan serta kurangnya penyediaan

infrastruktur. Dari sisi ekologi, faktor pengendalian pencemaran dan keseimbanganekosistem masih menjadi faktor utama dalam upaya optimalisasi pajak daerah. Faktor

kelembagaan dipengaruhi oleh masih lemahnya law of enforcement terhadap segala bentuk 

pelanggaran pajak dan belum adanya reformasi birokrasi dalam pemungutan pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah.

3.  Secara umum, menurut persepsi masyarakat dan pengambil kebijakan optimis bahwa pajak 

pengambilan dan pemanfaatan air tanah di Kabupaten Bondowoso dapat dikembangkan

dan dikelola lebih lanjut.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai implikasi

kebijakan:

1.  Pentingnya pemantapan hukum secara tegas melalui law of enforcement  bagi setiap

tindakan penyalahgunaan wewenang maupun hasil penerimaan pajak baik bagi masyarakatpembayar pajak, aparat pajak maupun aparat pemerintah daerah

2.  Inovasi pengelolaan pajak yang semakin variatif sesuai kebutuhan masyarakat dan sistem

pemungutan pajak yang mudah diakses oleh masyarakat dan intensifikasi penyampaian

informasi pada masyarakat secara lebih luas dan menarik.

3. 

Pentingnya peningkatan kualitas aparat dan masyarakat melalui pendidikan dan pelatihandalam bentuk  workshop terkait dengan perpajakan daerah. Memberikan fasilitas untuk melanjutkan studi bagi aparat ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

4.  Pentingnya sosialisasi dan tindakan preventif kepedulian terhadap kelestarian lingkungan

khususnya menjaga ekosistem dan pengendalian pencemaran. Upaya ini perlu juga

didukung dengan penerapan hukum yang tegas terhadap segala tindakan pencemaranlingkungan.

Page 19: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 19/21

 

 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

141

DAFTAR PUSTAKA

Affendi, Anwar, Prof.Dr.Ir., 1996, Ekonomi Sumber Daya Alam, Materi Kuliah, Ilmu

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan, Program Pasca Sarjana, IPB,Bogor

Analytical Hirarchical Process,(2003), Modul Pelatihan, Que IESP Universitas Gadjah Mada

Arsyad, Lincolyn.1999.Pengantar Perencanaan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah. BPFE,

Yogyakarta

Azis, Iwan Jaya, (1994), “ Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia”,

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta

Chay Asdak, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada UniversityPress, 2001, Yogyakarta.

Daud Silalahi. M, DR, SH, Pengaturan Hukum Sumber Daya Air dan Lingkungan di

Indonesia, Penerbit Alumni, 1996, Bandung.

Devas, N, Brian Binder, Anne Both, Kenneth Davey, and Roy Kelly, 1989, Keuangan

Pemerintah Daerah di Indonesia (Terjemahan oleh Masri Maris), Universitas

Indonesia Press, Jakarta, 61-62

Devas, Nick, et al.1989.Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia.UI-Press. Jakarta

Hakim Basyar.A, S.Sos,M.Si, Upaya Meletekan Reformasi Kebijakan Pengelolaan SumberDaya Alam Secara Komprehensif, 2001, Jakarta.

Insukindro, Mardiasmo, Wahyu Hidayat, Wihana Kirana Jaya, BM. Purwanto, Abdul Halim,

John Suprihanto, A. Budi Purnomo, 1994, Peranan dan Pengelolaan Keuangan

 Daerah Dalam Usaha Peningkatan Pendapatan Asli Daerah, Buku I, KKD, Fakultas

Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta , 9

Jamil.A, dan Rahayu Astuti, 1997,  Analisis Pajak Pembangunan I Perhotelan sebagai

Sumber Pendapatan Asli Daerah, Studi Kasus Kotamadya Yogyakarta, Jurnal

Ekonomi Pembangunan, Volume 2 Nomor 3, 312-323

Kaho, Joseph Riwu.1997. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia.

RajaGrafindo Persada, Jakarta

Karseno, Arif Ramelan, et al.2004. Peningkatan PAD Kabupaten Demak tahun 2004.

Dispenda Demak dan MEP-UGM

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasi, Perencanaan,Strategi dan Peluang. Penerbit Erlangga. Jakarta

Page 20: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 20/21

 

Yudhananto, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan Air Tanah Di Kabupaten Bondowoso 

142

Mardiasmo dan Makhfatel, 2000, Perhitungan Potensi Pajak dan Restribusi Daerah di

Kabupaten Magelang, Laporan akhir Pusat Antar Universitas, Studi Ekonomi ,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Mardiasmo, 1997, Perpajakan, Edisi ke-4, Andi Offset, Yogyakarta, 1

Millier.M. Stephen and Russek Frank.S, 1997, Fiscal Structures and Economic Growth at 

The State and Local Level, Public Finance Review, Volume 25 Nomor 2, 213-237

Mulyanto, Dr., 2002. Potensi Pajak dan Retribusi Daerah di Kawasan Subosuka Wonosraten

Propinsi Jawa Tengah. Central for Institutional Reform and The Informal Sector.

University of Maryland at College Park 

Mulyono, Sri, (1988), “ AHP Suatu Model Baru yang Serbaguna”, Ekonomi KeuanganIndonesia Vol. 36 No.3

Penelitian Air Bawah Tanah di Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo, Kerjasama

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Propinsi jawa Timur, 2003

Ppal, J.S. 2000. Taxation in Indonesia.Gadjahmada University Press, Yogyakarta

Ray. K. Linsley, Joseph B Fransini, Edisi ke Tiga. Teknik Sumber Daya Air, Pnerbit

Airlangga, 1985, Jakarta.

Reksohadiprodjo, Sukanto, M.Com.,PhD., 1998, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi,BPFE, Yogyakarta

Reksohadiprodjo, Sukanto, 1999, Govermental of Indonesia Tax Revenues, Jurnal Ekonomi

dan Bisnis Indonesia, Volume 14 Nomor. 4, 1-3

Rin Bata, Firdaus, 2001, Potensi dan Prospek Pajak Hotel dan Restoran di Kabupaten Tana

Toraja Tahun 1991-2000, Tesis Magister Ekonomika Pembangunan, UGM,

Yogyakarta, tidak dipublikasikan

Riyardi, Agung, Anton Agus Setiawan dan Didit Purnomo.2002.Potensi Pajak dan Retribusi

Daerah di Kabupaten Sukoharjo. Central for Institutional Reform and TheInformal Sector. University of Maryland at College Park 

Saaty, Thomas, (1986), “Axiomatic Foundation of The Analytic Hierarchy Process”,

 Management Science Vol. 32 No.7

Salvatore, D, 1997, Theory and Problems of Microeconomis Theory (terjemahan), Penerbit

Erlangga, Jakarta, 51

Page 21: POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO

5/16/2018 POTENSI DAN PROSPEK PAJAK PENGAMBILAN AIR TANAH DIKABUPATEN BONDOWOSO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/potensi-dan-prospek-pajak-pengambilan-air-tanah-dikabupaten-bondowoso 21/21

 

 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Nopember 2009

143

Sidik, Machfud. 2002. Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam rangka

Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah. Orasi Ilmiah Wisuda XXI, STIA

LAN Bandung

Suparmoko. 1991. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Edisi ketiga. Yogyakarta,

BPFE-UGM

Tadaro, MP, 1997, Economic Development , Sixth Edition, Logman Limited, London.

Umar Fahmi Achmadi, Prof.,Dr., MPH,PhD., Peranan Air Dalam Peningkatan DerajatKesehatan Masyarakat, Direktorat Jenderal PPM dan PL, Departeman Kesehatan,

2001, Jakarta.

Undang  –  Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Pembagian Keuangan antar Pemerintah

Pusat dan Daerah, Dirjen PUOD Jakarta

Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik 

 Indonesia No.18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Jakarta

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Dirjen PUOD, Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air , Sekneg,

Jakarta

Yahya, Agus, 2001, Potensi dan Prospek Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian

Golongan C di Kabupaten Trenggalek , Tesis Magister Ekonomika Pembangunan,UGM, Yogyakarta, tidak dipublikasikan