Post sty Pada Pasien Labioschizis Unilateral Incomplete Sinistra

download Post sty Pada Pasien Labioschizis Unilateral Incomplete Sinistra

of 29

Transcript of Post sty Pada Pasien Labioschizis Unilateral Incomplete Sinistra

CASE REPORT SESSION

POST LABIOPLASTY PADA PASIEN LABIOSCHIZIS UNILATERAL INCOMPLETE SINISTRA

Disusun oleh : SELVI PRATIWI 0618011086

Perceptor : drg. Welly Jozal

Bab I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang Kelainan celah atau biasa disebut dengan bibir sumbing merupakan cacat lahir yang paling umum keempat di Amerika dan mempengaruhi sekitar satu dari 700 kelahiran pertahun. Etiologi kelainan celah bibir adalah multifaktorial. 1.2 Tujuan Mengetahui lebih jelas mengenai labioschizis atau biasa disebut dengan bibir sumbing. Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya labioschizis atau biasa disebut dengan bibir sumbing. Mengetahui penatalaksanaan yang tepat untuk pasien labioschizis.

Bab II. Tinjauan Pustaka 2.1 Definisi Labioschizis yang merupakan kelainan terdapatnya celah pada bibir atau biasa disebut dengan bibir sumbing adalah suatu ketidaksempurnaan pada penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi tepat dibawah hidung. 2.2 Klasifikasi Klasifikasi kelainan celah pada bayi berdasarkan organ terlibat (kelainan anatomik) yaitu : Labioschizis jika celah hanya mengenai bibir Gnatoschizis jika celah hanya mengenai gusi Palatoschizis jika celah hanya mengenai palatum

Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk, Labioschizis dibagi menjadi : Complete, yaitu : jika celah mengenai seluruh bagian bibir Incomplete, yaitu : jika celah hanya mengenai sebagian bibir. Berdasarkan sisi yang terkena, labioschizis dibagi menjadi dua macam, yaitu : Unilateral : jika celah bibir hanya terkena satu sisi Bilateral : jika celah bibir terkena pada dua sisi

Gambar1. Kelainan celah bibir

2.3 Insidensi Di Indonesia, jumlah tertinggi penderita kelainan ini terbanyak di NTT Kebanyakan sumbing bibir terjadi pada pria (80%) daripada wanita, Perbedaan letak celah juga memperlihatkan insidensi yang berbeda yaitu, labioschizis 21%, labiopalatoschizis 46%, dan palatoschizis 33%. Terbanyak kasus unilateral sinistra

2.4 Etiologi a. Faktor Genetik b. Faktor Lingkungan 1. Kurangnya nutrisi, contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin pada waktu hamil, dan juga kekurangan asam folat. 2. Konsumsi obat-obatan tertentu pada saat hamil, seperti antikonvulsan (fenitoin, garam valproat), steroid, metotreksat. 3. Kurang terpenuhinya kebutuhan akan isotretionin 4. Infeksi pada trimester pertama kehamilan. 5. Kebiasaan merokok ibu 6. Stres saat kehamilan

2. 5 PatofisiologiDi dalam kandungan, bibir atas terbentuk sejak minggu kelima kehamilan, dan perkembangan langit mulut sekitar minggu ke8 sampai 12 dimulai dari sisi kanan dan kiri lidah mengarah ke atas. *Menurut Albery, perkembangan wajah terjadi pada minggu keempat setelah fertilisasi Fertilisasi sel mesenkhim Proccesus fasialis proccesus frontonasal processus mandibularis dan proccesus maxilaris *Menurut Petterson, perkembangan embriologi hidung, bibir dan langit-langit terjadi antara minggu ke-5 hingga ke-10.

2.6 Manifestasi klinis

Gangguan estetika Pengucapan huruf yang kurang sempurna Pengisapan dot atau puting susu yang tidak maksimal sehingga bisa menyebabkan kurangnya nutrisi bayi bayi tersebut;2.7 Penatalaksanaan a. Operatif anak mulai berlatih bicara pada usia 5-6 bulan dan terus berkembang sampai usia 2 tahun saat kemampuan bicara anak akan lengkap dan berhenti. Atas pertimbangan itu, operasi bibir (labioplasty) ideal bila dilakukan pada usia 3-6 bulan sampai 2 tahun. Jika koreksi anatomi bibir sudah sempurna pada usia 6 bulan, pengucapan huruf bibir (B, F, M, P, V, W) tidak terganggu.

Ada tiga tahap penanganan bibir sumbing yaitu : 1. Tahap sebelum operasi. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi: Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, Usia minimal 10 minggu, dan Kadar leukosit minimal 10.000/ui.

2. Tahapan operasi. Operasi bibir sumbing (labioplasty) adalah usia 3 bulan. Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan

3. Tahap setelah operasi Luka bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap menggunakan sendok atau dot khusus untuk memberikan minum bayi.

b. PsikososialPenanggulangan di bidang ini meliputi, penanggulangan stres kedua orangtua, hubungan orangtua dan anak, menilai emosional dan perilaku anak, menilai penerimaan kosmetik, memantau fungsi sosial dan melakukan evaluasi perkembangan kognitif.

2.8 Komplikasia. Komplikasi dari celah bibir bila tidak dioperasi daya isap tidak maksimal, gangguan kosmetik, dan gangguan bicara b. Komplikasi yang dapat timbul pada operasi adalah pendarahan, obstruksi saluran pernapasan, infeksi, dan deviasi septum nasi.

III . STATUS PASIEN3. 1 Identitas

Nama Umur Jenis kelamin No. RM MRS Agama Pekerjaan Alamat Sukarame

: An. Azizahtu Rohima : 10 bulan : perempuan : 179962 : 12 Oktober 2011 : Islam : Turut orang tua : Jln. Sentot Ali Basa no.111

3.2 Anamnesis

Riwayat Perjalanan PenyakitMRS 12 Oktober 2011, keluhan : bibir sumbing. Pada pasien ini terdapat celah pada bibir bagian atas yang terdapat tepat di bawah hidung dan mengarah ke arah kiri. Pada usia 3 bulan, pasien dibawa berobat ke dokter dan disarankan untuk berobat ke dokter bedah mulut dioperasi pada usia lebih dan sama dengan usia kelahiran pasien yaitu 3 bulan. Tetapi orang tua pasien menginginkan anaknya untuk dioperasi pada usia 10 bulan dengan alasan bayi lebih siap kondisi fisik maupun psikologisnya. Dan kini, setelah pasien cukup besar, pasien dibawa berobat untuk dioperasi.

2. Riwayat Kehamilan Pasien merupakan anak pertama Riwayat konsumsi obat-obatan, alkohol, dan rokok selama ibu pasien hamil disangkal Ibu pasien rutin memeriksakan kandungannya ke bidan Pasien lahir cukup bulan dengan persalinan normal, yaitu 9 bulan 2 hari dengan berat lahir 3,2 kg dan panjang badan saat lahir ibu pasien lupa. Usia ibu pasien saat hamil adalah 27 tahun.

3. Riwayat Penyakit Keluarga Ibu pasien mengaku bahwa di dalam keluarganya belum ada yang menderita penyakit serupa. 3.3 Pemeriksaan Fisik a.General Survey Riwayat asma, diabetes melitus, kelainan pembentukan darah, pemyakit jantung bawaan dan darah tinggi disangkal oleh ibu pasien. Berat badan pasien saat ini adalah 9,5 kg. b. Ekstra Oral Asimetris, tak ada kelainan.

c. Intra Oral Oral higiene Bibir Mukosa bukal Ginggiva Lidah Dasar mulut Palatum Oklusi Gigi geligi :

: Tidak dinilai : terdapat celah pada labium superius sinistra : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : tidak dapat dinilai

Kuadran 55 4 3 2 1 5 4 3 2 1 Kuadran 8

Kuadran 61 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Kuadran 7

d. Status Lokalis Gigi : Karies : Sondasi : Dingin : tidak dilakukan Perkusi : tidak dilakukan Tekanan : tidak dilakukan Palpasi : tidak dilakukan Mobilitas : tidak dilakukan Pocket : tidak dilakukan Jaringan sekitar : Inspeksi : terdapat celah pada labium superius yang mengarah lebih ke sinistra

3.4 Diagnosa Banding

Labioschizis unilateral incomplete sinistra Labioschizis bilateral incomplete sinistra3.5 Diagnosa

Labioschizis unilateral incomplete sinistra3.6 Rencana Perawatan Pro pemeriksaan laboratorium Pro rontgen thoraks Pro konsul pre operasi Pro labioplasty Pro medikasi post labioplasty

Konseling : Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Menjelaskan rencana perawatan yang akan dilakukan. Melakukan inform consent. Menjelaskan tentang rencana tindakan operasi yaitu mengenai operasi bibir sumbing. Menjelaskan mengenai pentingnya menjaga higiene mulut, evaluasi secara periodik mengenai keadaan psikologis.3.7 Terapi

Labioplasty pada tanggal 13 Oktober 2011 Medikamentosa : Post operasi hari labioplasty : - Amoksisiklin inj 3 x 125 mg (skin tes dulu) - Sanmol syrup 3 x 1 cth

Follow up , Hasil Rontgen dan Laporan Operasi D:\Selvi kuliah\Koas\GILUT\labioshizis\FOLLOW UP.docx

3.8 Konseling

Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan Menjelaskan rencana terapi yang akan dilakukan Menjelaskan tentang tindakan operasi yang akan dilakukan Edukasi post labioplasty Evaluasi secara periodik mengenai keadaan psikologis 3.9 Prognosis Quo ad vitam : dubia ad bonam Quo ad functionam : dubia ad bonam Quo ad sanationam : dubia ad bonam

IV. PEMBAHASAN 1. Apakah diagnosa pada pasien ini sudah tepat ? Penegakkan diagnosa pada kasus ini adalah berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Anamnesa : keluhan celah bibir atas tidak sampai ke rongga hidung, ibu pasien ingin segera dioperasi karena tidak baik dari segi estetika. Pemeriksaan fisik : terdapat celah yang mengenai sebagian bibir atas sampai tepat dibawah hidung dan celah tersebut megarah lebih ke arah kiri tidak sampai ke bagian pipi maupun ke bagian hidung. Diagnosa labioschizis unilateral incomplete sinistra.

2. Apakah etiologi kelainan pada pasien ini? Pada pasien ini tidak dapat ditemukan faktor genetik (herediter) yang mendukung berdasarkan anamnesa ibu dan ayah pasien. Riwayat kelainan seperti ini pada keluarga disangkal oleh ayah dan ibu pasien. Pada kasus ini faktor lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan adalah faktor obat-obatan. Ibu pasien rutin meminum jamu sebelum kehamilan anak pertamanya. Ibu pasien baru mengetahui bahwa ia sedang hamil pada saat usia kandungannya beranjak 2 bulan sehingga pada waktu usia kandungannya dibawah 2 bulan ibu pasien tetap rutin meminum jamu.

Dari anamnesa ini, maka perkiraan penyebab dari kelainan bawaan pasien adalah akibat penggunaan jamu pada kehamilan trimester pertama yang akan mengganggu proses pembentukan organ misalnya terdapatnya kelainan celah pada bibir pasien tersebut.

3. Apakah tatalaksana pada pasien ini sudah tepat? Penanganan pada pasien ini sudah tepat, yaitu : Konseling oleh dokter Spesialis Bedah Mulut Operasi pada pasien ini adalah labioplasty. Perawatan pasca bedah adalah dengan medikamentosa : * Amoxcicilin * Paracetamol Edukasi pada ibu pasien

Amoxcicilin memiliki aktivitas spektrum yang luas terhadap organisme gram negatif maupun gram positif. Dosis amoxcicilin pada bayi dan anak bb kurang dari 20 kg = 25-75 mg/kg bb/hari dibagi 3 x pemberian. Pada pasien dengan BB 9,5 kg, maka perhitungan dosis yang diberikan : 25-75 mg/kg bb/hari x 9,5 kg = 237,5 712,5 mg/hari Pada pasien ini, diberikan amoxcicilin 3 x 125 mg, yang berarti dosis per harinya 375 mg/hari, sehingga dosis pemberian Amoxcicilin sudah tepat.

Paracetamol merupakan obat analgetik dan antipiretik pilihan pada anak-anak karena tidak ada efek samping selama dosis teraupetik pemberiannya tepat. Dosis parasetamol adalah 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 3-4 kali sehari. Pada pasien dengan berat badan 9,5 kg maka perhitungan dosis pada pasien ini adalah : 10-15 mg/kgBB/kali x 9,5 kg = 950 142,5 mg/kali jadi dosisnya 120-180 mg/kali dengan 3-4 kali pemberian. Pada pasien ini diberikan Paracetamol 3x125 mg, sehingga dosis yang diberikan sudah tepat.

V. KESIMPULAN Diagnosis pasien pada kasus ini, berdasarkan anamnesis, dan hasil pemeriksaan fisik adalah labioscizis unilateral incomplete sinistra. Faktor yang mempengaruhi terjadinya kelainan ini adalah karena obat-obatan, konsumsi jamu pada trimester pertama kehamilan. Penatalaksanaan kasus pada pasien ini sudah tepat bila dibandingkan dengan teori-teori yang didapat.

DAFTAR PUSTAKA Ahmad Fawzy, Dr. 2007.Sumbing Bibir Dan Celah Langit-Langit Rongga Mulut . http://www.bedahplastik.com/cleft.html .Diakses pada tanggal 17 Oktober 2011. Indonesian Children. 2009. BIBIR SUMBING : Penanganan Celah Bibir (Cleft Lips) Bibir sumbing (cheiloschisis) dan Celah Langit-langit (Cleft Palate/palatoschisis). http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/02/bibir-sumbing-penanganan-celah-bibircleft-lips-bibir-sumbing-cheiloschisis-dan-celah-langit-langit-cleft-palatepalatoschisis/.Diakses pada tanggal 18 Oktober 2011. Jonojoni.2011.Sedikit Mengenal Celah Bibir dan Langitlangithttp://m.medicalera.com/jonojoni&t=14041. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2011. Latief, et all. 2001. Petunjuk Praktis Anestesiologi. FKUI. Jakarta. Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Jakarta. Sadler, T.2000. Embriologi Kedokteran Langman. Edisi 7. EGC. Jakarta. Tambunan, Taralan. 2005. Formularium Spesialistik Ilmu Keehatan Anak. IDAI. Jakarta.