Poskeskel
-
Upload
ramadhan-ananda-putra -
Category
Documents
-
view
358 -
download
15
Transcript of Poskeskel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Pos Kesehatan Kelurahan
A. Pengertian1,2
Pos kesehatan kelurahan atau yang biasa disingkat Poskeskel adalah upaya
kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa / kelurahan
dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat desa/kelurahan. Poskeskel dibentuk dalam rangka mendekatkan
pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat serta sebagai sarana kesehatan yang
merupakan pertemuan antara upaya masyarakat dan dukungan pemerintah.
Pelayanan Poskeskel meliputi upaya promotif, preventif, dan kuratif yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dengan melibatkan kader atau
tenaga sukarela lainnya. Pengertian kelurahan dapat berarti desa atau kelurahan atau
nagari atau sebutan lainnya bagi satuan administrasi pemerintahan setingkat desa.
B. Tujuan1,8
a. Tujuan Umum
Terwujudnya masyarakat sehat yang siaga terhadap permasalahan kesehatan
di wilayah desa/kelurahannya.
b. Tujuan Khusus
Terselenggaranya promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
Terselenggaranya pengamatan, pencatatan dan pelaporan dalam rangka
meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko
dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terutama
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB serta
faktor-faktor resikonya (termasuk status gizi dan ibu hamil yang berisiko).
Terselenggaranya upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka
meningkakan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya di bidang
kesehatan.
Terkoordinasinya penyelenggaraan UKBM lainya yang ada di desa/
kelurahan.
C. Ruang Lingkup Kegiatan1,8
Ruang lingkup kegiatan Poskeskel meliputi upaya kesehatan yang menyeluruh
mencakup upaya promotif, preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan (terutama bidan) dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya.
Kegiatan utama Poskeskel adalah pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans
penyakit, gizi, perilaku berisiko dan lingkungan, dan masalah kesehatan lainnya),
penanganan kegawatdaruratan kesehatan, dan kesiapsiagaan terhadap bencana serta
pelayanan kesehatan dasar.
Kegiatan Poskeskel lainnya yang merupakan kegiatan pengembangan yaitu
promosi kesehatan, penyehatan lingkungan, dan lain-lain. Sebagai bentuk
pertanggungjawaban maka kegiatan di Poskeskel didukung dengan pencatatan dan
pelaporan. Poskeskel juga merupakan pusat pengembangan atau revitalisasi
berbagai UKBM, menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat, kemitraan dengan
berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) terkait. Kegiatan Poskeskel
dilakukan berdasarkan pendekatan edukatif atau kemasyarakatan yang dilakukan
melalui musyawarah dan mufakat yang disesuaikan dengan kondisi dan potensi
masyarakat setempat.
D. Fungsi Poskeskel1,8
1. Sebagai wahana peran aktif masyarakat di bidang kesehatan.
2. Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah
kesehatan.
3. Sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar, guna lebih mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat serta untuk meningkatkan jangkauan dan
cakupan pelayanan kesehatan.
4. Sebagai wahana pembentukan jejaring berbagai UKBM yang ada di desa /
kelurahan.
5. Sebagai lini terdepan pelayanan kesehatan dalam penanggulangan pasca
bencana.
E. Prioritas Pengembangan1,8
Mengingat Poskeskel merupakan salah satu upaya memeratakan pelayanan
kesehatan yang sekaligus wahana partisipasi masyarakat, maka prioritas
pengembangannya adalah :
1. Desa/kelurahan yang tidak terdapat sarana kesehatan (Puskesmas atau Rumah
Sakit). Adapun desa/kelurahan yang terdapat Puskesmas Pembantu masih
memungkinkan untuk dikembangkan Poskeskel.
2. Desa/kelurahan di lokasi terisolir, terpencil, tertinggal, perbatasan atau
kepulauan.
Sebagai langkah awal pengembangan dapat diutamakan pada kelurahan yang sudah
terdapat Polindes.
F. Manfaat1,8
1. Bagi masyarakat desa/kelurahan
a) Permasalahan kesehatan di desa/kelurahan dapat dideteksi secara dini,
sehingga bisa ditangani dengan cepat dan diselesaikan sesuai kondisi,
potensi, dan kemanpuan yang ada.
b) Masyarakat desa/kelurahan dapat memperoleh pelayanan kesehatan dasar
yang dapat dijangkau (secara geografis)
2. Bagi kader
a) Kader dapat informasi awal di bidang kesehatan.
b) Kader mendapatkan kebanggaan bahwa dirinya lebih berkarya bagi warga
desa/kelurahannya.
3. Bagi Puskesmas
a) Memperluas jangkauan pelayanan Puskesmas dengan mengoptimalkan
segala sumberdaya secara efektif dan efisien.
b) Dapat mengoptimalkan fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat,
dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
4. Bagi sektor lain
a) Dapat memadukan kegiatan sektornya dengan bidang kesehatan.
b) Kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan lebih efektif dan
efisien.
G. Pengorganisasian1,8
Prinsip pengorganisasian Poskeskel adalah dikelola oleh masyarakat yang
dalam hal ini kader, dengan bimbingan dari tenaga kesehatan.
1. Tenaga Poskeskel
Agar Poskeskel dapat terselenggara,maka perlu didukung dengan tenaga sebagai
berikut :
Tenaga masyarakat
Kader atau tenaga sukarela lainnya. Tenaga masyarakat sekurang-kurangnya
ada 2 orang yang mendapatkan pelatihan khusus.
Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan di Poskeskel minimal
seorang bidan. Pemenuhan tenaga kesehatan Poskeskel awalnya dapat
dilakukan atas bantuan pemerintah, dan selanjutnya diharapkan bisa
dilakukan secara bertahap oleh masyarakat sendiri. Diharapkan tenaga
kesehatan yang akan membantu Poskeskel berdomisili di desa/kelurahan
setempat.
Kepengurusan
Kepengurusan Poskeskel dipilih melalui musyawarah dan mufakat
masyarakat desa, serta ditetapkan oleh kepala desa/kelurahan. Struktur
pengurus minimal terdiri dari pembina, ketua, sekretaris, bendahara dan
anggota. Susunan pengurus Poskeskel bersifat fleksibel sehingga dapat
DINKES KAB/KOTA RSUD KAB/KOTA
POSKESKEL
PUSTU
PUSKESMASsS
PUSTU
Keluarga / Masyarakat
UKBM Lainnya
POSYANDU
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan permasalahan
setempat.
Kedudukan dan hubungan kerja
Kedudukan dan hubungan kerja antara Poskeskel dengan unit-unit serta
masyarakat, dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan :
Poskeskel merupakan koordinator dari UKBM yang ada (misalnya :
posyandu, poskestren, ambulan desa). Dengan demikian, maka
Poskeskel bertugas pula membina kelestarian UKBM lain tersebut.
Poskeskel berada dibawah pengawasan dan bimbingan Puskesmas
setempat. Pelaksana Poskeskel wajib melaporkan kegiatannya
kepada Puskesmas ataupun kepada sektor terkait lainnya sesuai
dengan bidangnya. Laporan kesehatan disampaikan kepada
Puskesmas. Adapun laporan yang menyangkut dengan
pertanggunggjawaban keuangan disampaikan kepada kepala desa/
kelurahan.
Jika di wilayah desa/kelurahan tersebut terdapat Puskesmas
Pembantu, maka Poskeskel berkoordinasi dengan Puskesmas
Pembantu tersebut.
Poskeskel dibawah pembinaan kabupaten/kota melalui Puskesmas.
Pembinaan dalam aspek uapaya kesehatan masyarakat maupun
upaya kesehatan perorangan. apabila Poskeskel tidak mampu
memberikan pelayanan maka perlu melakukan rujukan ke
Puskesmas, antara lain pelayanan kegawatdaruratan. Pada keadaan
tertentu Poskeskel dapat melakukan rujukan langsung ke Rumah
Sakit dengan sepengetahuan Puskesmas.
2.2 Langkah Pengembangan Pos Kesehatan Kelurahan1,8
Oleh karena Poskeskel merupakan penggerak dalam pengembangan Kelurahan
Siaga, maka langkah-langkah pengembangan Poskeskel terintegrasi dalam langkah-
langkah pengembangan desa siaga siaga sebagaimana tercantum dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 564 tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan
Desa Siaga. Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
A. Persiapan Internal1,8
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan lainnya
dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para provider, atau
petugas kesehatan yang berada di wilayah Puskesmas, baik petugas teknis maupun
petugas administrasi. Persiapan para provider ini bisa berbentuk sosialisasi,
pertemuan dan pelatihan yang bersifat konsolidasi yang tentunya disesuaikan
dengan kondisi tempat. Hasil langkah ini diharapkan para provider telah memahami
tugas dan fungsinya, dan siap untuk melakukan pendekatan pada pemangku
kepentingan dan masyarakat.
B. Persiapan Eksternal1,8
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan masyarakat, terutama tokoh
masyarakat, agar mereka tahu, mau dan mampu mendukung pengembangan
Poskeskel. Pendekatan kepada tokoh masyarakat, diharapkan agar mereka
memahami dan mendukung dalam pembentukan opini publik untuk menciptakan
iklim yang kondusif bagi pengembangan Poskeskel. Jadi dukungan yang
diharapkan dapat berupa moril, finansil dan materil, seperti kesepakatan dan
persetujuan masyarakat untuk pengembangan Poskeskel. Langkah ini termasuk
kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau memberikan
dukungan, baik berupa dana maupun kebijakan atau anjuran, serta restu, sehingga
Poskeskel dapat berjalan dengan lancar.
Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah-wadah kegiatan masyarakat
dibidang kesehatan seperti Konsil Kesehatan Kecamatan/Bidan Penyantun
Puskesmas (BPP), Badan Pemberdayaan Desa, PKK, serta organisasi
kemasyarakatan lainnya hendaknya menjadi penggerak dalam pengembangan
Poskeskel.
C. Survei Mawas Diri Atau Telaah Mawas Diri1,8
Survei Mawas Diri (SMD) atau Community Self Survey (CSS) bertujuan agar
masyarakat dengan bimbingan petugas mampu melakukan telaah mawas diri untuk
kelurahannya. Survei ini harus dilakukan oleh masyarakat setempat dengan
bimbingan provider kesehatan, dan diharapkan agar mereka sadar akan
permasalahan yang dihadapi di kelurahannya, serta dapat membangkitkan niat dan
tekad untuk mencari solusinya berdasarkan potensi yang dimiliki. Untuk itu,
sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi warga
masyarakat yang dinilai mampu melakukan SMD. Hasil SMD ini adalah
identifikasi permasalahan kesehatan serta daftar potensi di kelurahan yang
didayagunakan dalam menyelesaikan masalah kesehatan.
D. Musyawarah Masyarakat1,8
Tujuan pengembangan masyarakat ini adalah untuk mencari alternatif
penyelesaian masalah kesehatan hasil SMD terkait dengan potensi yang dimiliki
kelurahan. Inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari para tokoh
masyarakat yang mendukung pembentukan Poskeskel. Peserta musyawarah ini
adalah wakil-wakil tokoh masyarakat termasuk perempuan dan generasi muda.
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disajikan, utamanya
adalah daftar masalah kesehatan, data potensi, serta harapan masyarakat. Hasil
pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan prioritas, dukungan dan
kontribusi apa yang dapat disumbangkan oleh masing-masing individu atau
lembaga yang diwakilinya, serta langkah-langkah pemecahan untuk pembentukan
Poskeskel.
E. Pembentukan Poskeskel1,8
Secara operasional, pembentukan Poskeskel dilakukan dengan kegiatan sebagai
berikut:
1. Pemilihan pengurus dan kader Poskeskel
Pemilihan pengurus dan kader Poskeskel dilakukan melalui pertemuan khusus
para pimpinan, pengelola dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil
masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah mufakat, sesuai dengan
tatacara dan kriteria yang disepakati, dengan fasilitasi Puskesmas. Jumlah kader
untuk setiap Poskeskel minimal 2 (dua) orang atau disesuaikan dengan kegiatan
yang dilaksanakan dan kemampuan serta potensi kelurahan setempat.
2. Orientasi/pelatihan kader Poskeskel
Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader Poskeskel terpilih
perlu diberikan orientasi atau pelatihan tentang pengelolaan Poskeskel.
Orientasi/pelatihan dilaksanakan oleh Puskesmas sesuai dengan pedoman
orientasi/pelatihan yang berlaku. Materi orientasi/pelatihan antara lain
mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan di Poskeskel meliputi:
a. Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit
menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB) dan faktor risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil
yang berisiko.
b. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor risikonya (termasuk kurang
gizi).
c. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan.
d. Pelayanan kesehatan sederhana sesuai dengan kompetensinya.
Pada waktu menyelenggarakan orientasi/pelatihan, sekaligus disusun rencana
kerja (Plan of Action) Poskeskel yang akan dibentuk, lengkap dengan waktu
dan tempat penyelenggaraan, para pelaksana dan pembagian tugas serta sarana
dan prasarana yang diperlukan.
3. Pemenuhan/Penempatan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
a. Penempatan dan penugasan tenaga kesehatan, terutama Bidan sebagai
penyelenggara Poskeskel oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Pelatihan tenaga kesehatan
Sebelum melaksanakan tugasnya, tenaga kesehatan diberikan pelatihan
sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang harus dimiliki serta tugas
yang menjadi tanggungjawabnya.
F. Pengembangan Jejaring Kerjasama1,8
Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor
lain, serta adanya keterbatasan sumberdaya, maka untuk memajukan Poskeskel
perlu adanya pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak. Aktualisasi
dari pengembangan jejaring Poskeskel, dapat dilakukan melalui temu jejaring
UKBM secara internal di dalam kelurahan sendiri atau temu jejaring antar
Poskeskel, serta temu jejaring antar tenaga kesehatan (praktek swasta). Selain untuk
memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat dijadikan wahana untuk melakukan
tukar-menukar pengalaman dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
bersama.
2.3 Penyelenggaraan Pos Kesehatan Kelurahan
Kegiatan rutin Poskeskel diselenggarakan dan dimotori oleh kader Poskeskel dan
tenaga kesehatan yang ada di desa/kelurahan tersebut dengan bimbingan Puskesmas
setempat dan sektor terkait.
A. Kegiatan
Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Poskeskel meliputi promotif,
preventif dan kuratif (pengobatan) sesuai dengan kompetensi. Kegiatan pelayanan
kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa/kelurahan,
adalah :
1. Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap terhadap penyakit, terutama
penyakit menuloar dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar
Biasa (KLB), dan faktor risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu
hamil yang berisiko.
2. Penaggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor-faktor resikonya (termasuk kurang
gizi)
3. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.
4. Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensi.
Pelayanan tersebut dilaksanakan baik di dalam Poskeskel (dalam gedung
maupun luar gedung). Adapun kegiatan pengembangan, meliputi promosi kesehatan
untuk :
1. Peningkatan keluarga sadar gizi.
2. Peningkatan Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS)
3. Penyehatan lingkungan.
Poskeskel juga merupakan pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai
UKBM lain yang dibutuhkan oleh masyarakat desa, antara lain Warung Obat Desa,
Kelompok Pemakai Air, Arisan jamban keluarga. Dengan demikian Poskeskel juga
berperan sebagai coordinator dari berbagai UKBM yang ada di wilayah desa.
B. Waktu Penyelenggaraan
Pelayanan Poskeskel dilaksanakan secara rutin setiap hari.
C. Tempat Penyelenggaraan
Poskeskel perlu memiliki tempat pelayanan. Dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan di dalam Poskeskel, diperlukan ruangan yang dapat berfungsi sebagai ;
1. Ruang pendaftaran
2. Ruang tunggu
3. Ruang pemeriksaan
4. Ruang tindakan (persalinan)
5. Ruang rawat inap persalinan
6. Ruang petugas
7. Ruang konsultasi (gizi, sanitasi, dll)
8. Ruang obat
9. Kamar mandi dan toilet
Pengadaan gedung Poskeskel dapat dilaksanakan dengan ;
1. Memanfaatkan gedung Polindes yang sudah ada, yang dikembangkan menjadi
Poskeskel.
2. Memanfaatkan/menumpang pada sarana gedung yang tersedia, seperti Balai
Desa, Balai Pertemuan Desa, dan lain-lain.
3. Pengadaan tempat dan pembangunan gedung Poskeskel dapat diupayakan
dengan alternatif pembiayaan :
a. Swadaya masyarakat.
b. Donator/dunia usaha/swasta.
c. Fasilitasi pemerintah (pusat atau daerah).
Untuk itu pemetaan potensi kelurahan sangat diperlukan.
D. Peralatan Dan Logistik1,8
Selain sarana tersebut diatas, Poskeskel perlu dilengkapi dengan :
1. Peralatan ;
a. Peralatan medis. Disesuaikan dengan jenis pelayanan yang disediakan.
b. Peralatan non medis. Perabotan, air, sarana pencatatan, sarana komunikasi,
sarana transportasi dan lain-lain sesuai kebutuhan.
Pemenuhan peralatan Poskeskel dapat disesuaikan dapat dilaksanakan melalui ;
a. Pemanfaatan alat yang telah ada di Polindes.
b. Pengadaan alat Poskeskel dengan swadaya masyarakat.
c. Pengadaan alat Poskeskel dengan bantuan donator/dunia usaha/swasta.
d. Pengadaan alat Poskeskel dengan fasilitasi pemerintah (pusat atau daerah).
2. Obat-obatan
Jenis dan jumlah obat-obatan yang perlu disediakan di Poskeskel sesuai dengan
jenis pelayanan yang diselenggarakan, yang penetapannya berkoordinasi dengan
Puskesmas setempat.
Penyediaan obat Poskeskel dapat dilaksanakan dengan :
a. Swadaya masyarakat di bawah pengawasan.
b. Bantuan donator/dunia usaha/swasta dibawah pengawasan dan pembinaan
Puskesmas.
c. Fasilitasi pemerintah (pusat dan daerah) melalui Puskesmas.
E. Tugas dan Tanggungjawab Para Pelaksana1,8
Terselenggaranga pelayanan Poskeskel melibatkan banyak pihak. Adapun tugas dan
tanggung jawab masing-masing pihak dalam menyelenggarakan Poskeskel adalah
sebagai berikut :
1. Tenaga Poskeskel
a. Poskeskel diselenggarakan oleh tenaga kesehatan (minimal seorang
bidan) dan dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang kader.
b. Tugas masing-masing pelaksana sesuai dengan kompetensi, kemampuan
dan kewenangannya.
c. Tenaga pelaksana Poskeskel, baik tenaga kesehatan maupun kader,
terlebih dahulu mendapat pelatihan.
2. Petugas Puskesmas
Kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas yang diwajibkan di Poskeskel minimal
satu kali dalam sebulan. Peran petugas Puskesmas antara lain sebagai berikut :
a. Memberikan bimbingan dan pembinaan kader dan tenaga kesehatan
dalam penyelenggaraan Poskeskel.
b. Menyelenggarakan pelatihan atau penyegaran bagi kader dan tenaga
kesehatan Poskeskel.
c. Melakukan analisis hasil kegiatan poskeskel, serta menyusun rencana
kerja dan melaksanaakan upayaperbaikan sesuai dengan kebutuhan
Poskeskel.
d. Menerima konsultasi/rujukan dalam menangani berbagai kasus
kesehatan yang tidak dapat ditanggulangi oleh pelaksana Poskeskel.
e. Mendukung pemenuhan/pengadaan alat dan obat-obatan yang
dibutuhkan Poskeskel.
f. Melakukan konsultasi kepada dinas kesehatan setempat mengenai
permasalahan yang dihadapi di Poskeskel baik dari segi tenaga,
peralatan dan sarana lain serta dana.
Agar dapat melaksanakan seluruh tugas tersebut di atas Puskesmas perlu
ditingkatkan kemampuannya (melaui revitalisasi Puskesmas) sehingga
pembinaan ke Poskeskel dapat dilaksanakan secara optimal.
F. Pembiayaan. 1,8
1. Sumber Biaya
Pembiayaan Poskeskel berasal dari berbagai sumber, antara lain :
a. Masyarakat
1) Iuran masyarakat umum dalam bentuk dana sehat.
2) Sumbangan/donator dari perorangan atua kelompok masyarakat.
3) Mobilisasi dana sosial keagamaan.
b. Swasta/dunia usaha
Peran aktif swasta/dunia usaha juga diharapkan dapat menunjang
pembiayaan Poskeskel. Misalnya dengan menjadikan Poskeskel sebagai
anak angkat swasta/dunia usaha. Bantuan yang diberikan dapat berupa dana,
sarana, prasarana, atau tenaga, yakni sebagai sukarelawan Poskeskel.
c. Hasil usaha
Pengelola dan kader Poskeskel dapat melakukan usaha mandiri yang
hasilnya disumbangkan untuk biaya pengelolaan Poskeskel.
d. Pemerintah
Bantuan dari pemerintah terutama diharapkan pada tahap awal
pembentukan, yakni berupa dana stimulant atau bantuan lainnya dalam
bentuk sarana dan prasarana Poskeskel.
2. Pemanfaatan dan pengelolaan dana.
a. Pemanfaatan Dana
Dana yang diperoleh Poskeskel, digunakan untuk membiayai kegiatan
Poskeskel, antara lain untuk :
1) Biaya operasional Poskeskel.
2) Bantuan biaya rujukan bagi yang membutuhkan.
3) Modal usaha.
b. Pengelolaan Dana
Pengelolaan dana dilakukan oleh pengelola dan kader Poskeskel. Dana
harus disimpan di tempat yang aman dan mungkin mendatangkan hasil.
Untuk keperluan biaya rutin disediakan kas kecil yang dipegang oleh kader
yang ditunjuk. Setiap pemasukan dan pengeluaran harus dicatat dan dikelola
secara bertanggungjawab.
G. Pencatatan Dan Pelaporan. 1,8
1. Pencatatan
Pencatatan dilakukan oleh kader dan tenaga kesehatan segera setelah kegiatan
dilaksanakan. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan format yang ada,
antara lain :
a. Buku dan catatan sasaran Poskeskel, yang mencatat jumlah seluruh
warga dan masyarakat sekitarnya.
b. Buku catatan rekapitulasi kegiatan pelayanan Poskeskel.
c. Buku catatan kegiatan pertemuan yang diselenggarakan oleh Poskeskel.
d. Buku catatan kegiatan usaha, apabila poskeskel menyelenggarakan
kegiatan usaha.
2. Pelaporan
Pada dasarnya kegiatan kader Poskeskel tidak wajib melaporkan
kegiatannya kepada Puskesmas. Akan tetapi kegiatan yang menyangkut
pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan Poskeskel, tetap harus dilaporkan
dengan mengacu format pelaporan Puskesmas disesuaikan dengan kegiatan di
Poskeskel. Untuk into, setiap Puskesmas harus menunjuk petugas yang
bertanggungjawab untuk melakukan pembinaan pencatatan dan pelaporan
Poskeskel. Berkaitan dengan pertanggungjawaban keuangan, Poskeskel
melaporkan kepada Pengurus Poskeskel dan Kepala Desa.
2.4 Pembinaan Dan Peningkatan Pos Kesehatan Kelurahan1,8
A. Pembinaan
Pembinaan Poskeskel dilaksanakan secara terpadu dengan lintas sektor.
Pembinaan teknis medis dilakukan oleh Puskesmas, sedangkan hal-hal non teknis
dilakukan oleh pemerintahan kelurahan dan lintas sektor di tingkat kecamatan.
Pembinaan Poskeskel meliputi peningkatan pengetahuan baik petugas kesehatan,
kader, maupun tenaga non-kesehatan, pembinaan administrasi, termasuk
pengelolaan keuangan. Pembinaan ini ditujukan untuk memelihara operasionalisasi
dan berfungsinya Poskeskel. Pembinaan tersebut ditujukan pada pengelolaan
sumber daya Poskeskel, yang terdiri dari dana, sarana penunjang, dan sumber daya
manusia.
Pembinaan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari desa/kelurahan sampai
pusat oleh berbagai pemangku kepentingan (stakeholder). Adapun peran pembina
Poskeskel tersebut antara lain :
1. Kepala Desa
a. Memberikan produk hukum guna kelancaran operasional Poskeskel.
b. Menggalang kader dan tenaga PKK.
c. Mengupayakan infrastruktur Poskeskel.
d. Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat dan swasta.
e. Menggalang dana.
f. Melaksanakan pembinaan administrasi.
2. Lintas Sektor Desa.
a. Mengkoordinasikan program/kegiatan sektor dengan program / kegiatan
Poskeskel.
b. Ikut menciptakan suasana kondusif bagi kelancaran pelaksanaan
Poskeskel.
3. Petugas Puskesmas.
a. Melaksanakan monitoring, pembinaan dan evaluasi berkaitan dengan
teknis medis (pelatihan, supervisi, dsb)
b. Melaksanakan advokasi kepada pejabat dan kelompok potensial lainnya.
c. Menggalang informasi kesehatan dari hasil pelaporan.
d. Melakukan fasilitasi pelayanan kesehatan apabila diperlukan.
4. Camat.
a. Mengkoordinasikan seluruh potensi yang ada.
b. Mengupayakan infrastruktur Poskeskel.
c. Menggalang dana untuk operasional Poskeskel.
d. Menggalang kader dan tenaga PKK.
e. Melaksanakan pembinaan administrasi.
5. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
a. Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat kabupaten/
kota dalam rangka pengembangan Poskeskel.
b. Merevitalisasi Puskesmas (dan jaringanya) sehingga mampu
melaksanakan fungsi dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara
optimal.
c. Merevitalisasi Rumah Sakit sehingga mampu melaksanakan pelayanan
rujukan dengan baik.
d. Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader.
e. Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat
kabupaten/kota dalam rangka pengembangan Poskeskel.
f. Bersama Puskesmas melakukan pemantauan, bimbingan dan evaluasi
teknis terhadap Poskeskel.
g. Menyediakan dukungan anggaran dan dan sumberdaya bagi
kesinambungan dan kelestarian Poskeskel.
6. Peran Dinas Kesehatan Provinsi.
a. Mengembangkan komitmen dan kejasama tim di tingkat provinsi dalam
rangka pengembangan Poskeskel.
b. Membantu dinas kesehatan kabupaten/kota mengembangkan
kemampuan melalui pelatihan manajemen, pelatihan teknis dan cara
lain.
c. Membantu dinas kesehatan kabupaten/kota mengembangkan
kemampuan (revitalisasi) Puskesmas (dan jaringannya) dan rumah sakit
dalam rangka pengembangan Poskeskel.
d. Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat
provinsi dalam rangka pengembangan Poskeskel.
e. Bersama dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan pemantauan,
bimbingan dan evaluasi teknis terhadap Poskeskel.
f. Menyediakan dukungan anggaran dan sumberdaya lain bagi
kesinambungan dan kelestarian Poskeskel.
7. Peran Departemen Kesehatan.
a. Menyusun konsep dan pedoman pengembangan Poskeskel serta
melakukan sosialisasi dan advokasi.
b. Memfasilitasi revitalisasi dinas kesehatan, Puskesmas (dan jaringannya),
Rumah Sakit, Posyandu dan berbagai UKBM lainnya.
c. Mefasilitasi pembangunan Poskeskel.
d. Memfasilitasi pengembangan sistem surveilans, sistem informasi/
pelaporan, serta sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan
kegawatdaruratan dan bencana berbasis masyarakat.
e. Memfasilitasi ketersediaan tenaga kesehatan untuk poskeskel.
f. Menyelenggarakan pelatihan bagi pelatih (TOT).
g. Menyediakan dana dan dukungan sumberdaya lain.
h. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi.
8. Peran pemangku kepentingan (Stakeholder)
a. Pejabat Pemerintah Daerah.
i. Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk
penyelenggaraan Poskeskel.
ii. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk
memanfaatkan pelayanan Poskeskel.
iii. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk berperan aktif
dalam penyelenggaraan Poskeskel.
iv. Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan poskeskel
secara berkesinambungan dan lestari.
b. Tim Penggerak PKK.
i. Berperan aktif dalam pengembangan dan penyelanggaraan
Poskeskel.
ii. Menggerakkan masyarakat untuk mengelola, menyelenggarakan
dan memanfaatkan Poskeskel.
iii. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dalam mendukung
kegiatan Poskeskel.
c. Tokoh masyarakat.
i. Menggali sumberdaya untuk kesinambungan dan kelangsungan
penyelenggaraan Poskeskel.
ii. Menaungi dan membina Poskeskel.
iii. Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan
Poskeskel.
d. Organisasi kemasyarakatan/LSM/dunia usaha/swasta.
i. Berperan aktif dalam penyelenggaraan Poskeskel.
ii. Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pengembangan dan
penyelenggaraan Poskeskel.
B. Peningkatan 1,8
Dalam rangka peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan, maka perlu
adanya peningkatan sarana dan prasarana serta sumberdaya penunjang. Ada dua
macam peningkatan, yakni :
1. Peningkatan program pelayanan
Peningkatan program yang dimaksud adalah meningkatkan jenis kegiatan
pelayanan yang disesdiakan untuk masyarakat. Hal ini bisa dilakukan setelah
Poskeskel tersebut telah mampu dalam arti memiliki sarana, prasarana dan
sumber daya yang memadai serta kegiatan utamanya telah dapat
diselenggarakan secara optimal.
Penambahan jenis kegiatan pelayanan ini ditetapkan melalui langkah-
langkah PKMD serta melibatkan masyarakat dan unit terkait, dengan fasilitasi
Puskesmas. Penambahan program atau kegiatan tetap memperhatikan fungsi
dan kewenangan Poskeskel.
2. Peningkatan kuaalitas pelayanan.
Poskeskel mempunyai tanggungjawab dan kewenangan untuk
memberikan pelayanan dan menyelenggarakan kegiatan tertentu.
Penyelenggaraan kegiatan serta pelayanan yang diberikan harus
memperhatikan dan menjamin mutu. Artinya pelayanan yang diberikan harus
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karenanya peningkatan
mutu pelayanan harus selalu dilaksanakan.
2.5 Indikator Keberhasilan Pos Kesehatan Kelurahan1,8
Guna mengukur keberhasilan pelaksanaan Poskeskel, dapat dilihat dari komponen
sistem Poskeskel, yaitu input dan output menuru tujuan, sasaran, fungsi, dan pelayanan
yang diberikan. Indikator yang ditetapkan harus mempunyai daya ungkit terhadap
pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya. Adapun indikator tersebut adalah :
1. Input
a. Jumlah kader aktif.
b. Jumlah tenaga kesehatan yang tersedia.
c. Tersedianya sarana (alat & obat)
d. Tersedianya tempat pelayanan.
e. Tersedianya dana operasional Poskeskel.
f. Tersedianya data/catatan (jumlah bayi di immunisasi, jumlah kematian)
2. Output
a. Cakupan ibu hamil yang dilayani (K4)
b. Cakupan persalinan yang dilayani (Linakes)
c. Cakupan kunjungan neonatus (KN2)
d. Cakupan BBLR yang dirujuk.
e. Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik (T) ditangani.
f. Jumlah Balita Gakin umur 6-24 bulan yang mendapat MP-ASI.
g. Cakupan imunisasi.
h. Cakupoan pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
i. Cakupan keluarga yang punya jamban.
j. Cakupan keluarga yag dibina sadar gizi.
k. Cakupan keluarga yang menggunakan garam beryodium.
l. Tersedianya data kesehatan lingkungan (jumlah jamban, air bersih dan SPAL)
m. Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular tertentu yang
menjadi masalah setempat.
n. Peningkatan perkembangan UKBM yang dibina.