POSITIONING OF DEMOCRAT PARTY IN EWSPAPER …
Transcript of POSITIONING OF DEMOCRAT PARTY IN EWSPAPER …
Positioning Partai Demokrat Dalam Pemberitaan... Yohanes Museng Ola Buluamang
109
POSITIONING PARTAI DEMOKRAT DALAM PEMBERITAAN SURAT KABAR
POSITIONING OF DEMOCRAT PARTY IN NEWSPAPER COVERAGE
Yohanes Museng Ola Buluamang
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi NTT
Jl. Fetor Funay, Kolhua-Kota Kupang, NTT, Indonesia Hp.085393409894 E-mail : [email protected]
diterima tanggal : 17 Agustus 2016 | direvisi tanggal 13 September 2016 | disetujui tanggal 2 Oktober 2016
ABSTRACT
Media coverage about the involvement of M. Nazaruddin in the bribery case of SEA Games athlete
development leads to low credibility of the Democratic Party. Through publications in mass media, the
Democratic Party showed political positioning to minimize the formation of a negative image. This study aims
to determine the difference of illustration and newspaper accounts about the positioning of the Democratic
Party in an attempt to address the involvement of M. Nazaruddin cases related to bribery athlete development
SEA Games. The research method that used is quantitative, with media content analysis approach. Data were
analyzed using chi-square distribution and the frequency of the five indicators of positioning and twenty
categories of research. Through the chi square calculation results, it was found that the significance of
differences in positioning indicators and positioning categories of significant and insignificant.
Keywords: positioning democrat party, newspapers coverage, media content analysis
ABSTRAK
Pemberitaan seputar keterlibatan M. Nazaruddin dalam kasus suap pembangunan wisma atlet SEA Games
menyebabkan rendahnya kredibilitas Partai Demokrat. Melalui publikasi di media massa, Partai Demokrat
menunjukkan positioning politik untuk meminimalisir terbentuknya citra yang negatif. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui penggambaran dan perbedaan pemberitaan surat kabar tentang positioning partai Demokrat
dalam upaya menyikapi keterlibatan M. Nazaruddin terkait kasus suap pembangunan wisma atlet SEA Games.
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dengan pendekatan analisis isi media. Teknik analisis
data menggunakan distribusi frekuensi dan chi square terhadap lima indikator positioning dan 20 kategori
positioning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan frekuensi pemberitaan tentang
positioning partai Demokrat antara Harian Kompas, Media Indonesia, dan Jurnal Nasional. Melalui hasil
perhitungan chi square, ditemukan bahwa signifikansi perbedaan indikator positioning dan kategori
positioning signifikan dan tidak signifikan.
Kata Kunci: positioning partai demokrat, pemberitaan surat kabar, analisis isi media
I. PENDAHULUAN
Dinamika dan persaingan pencitraan politik
yang dilakukan antara partai politik dan politisi
sangat tinggi menjelang pemilu. Media massa
menjadi sarana yang strategis dalam menyampaikan
pesan-pesan politik kepada masyarakat dengan
tujuan pembentukan opini publik dan membangun
citra politik (Haryati, 2014). Hal ini ditunjukkan
dengan perubahan partai pemenang Pemilu 2009
dan 2014. Pemilu 2009 menempatkan partai
Demokrat sebagai partai pemenang dari 44 jumlah
partai peserta (Cangara, 2010). Akan tetapi, pada
pemilu 2014 raihan suara partai Demokrat
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 109-119
110
mengalami penurunan dan menempatkanya tidak
lagi sebagai partai pemenang.
Berdasarkan survei Political Communication
Institute (PolcoMM Institute) dengan dua metode
riset yakni content analysis dan discourse analysis
methods diketahui mayoritas responden
menyatakan bahwa partai Demokrat merupakan
partai yang dinilai banyak mengalami krisis yakni
29,2%, diikuti oleh PKS (17,6%), partai Golkar
(10,2%), PKB (9,3%) dan pada urutan kelima PDIP
dengan penilaian 7,6% responden. Penyebabnya
adalah faktor korupsi kader yang mendominasi
pendapat publik dengan 73,2%, kemudian adanya
konflik internal yang terjadi dalam tubuh partai
sebanyak 10,8%, faktor lain-lain sebanyak 8,9%
dan pelanggaran etika sebanyak 7,0% (Nurrhamah,
2014). Kasus suap pembangunan wisma atlet SEA
Games merupakan salah satu faktor korupsi kader
partai yang menyebabkan krisisnya partai
Demokrat.
Untuk menjelaskan mengapa kasus korupsi
menjadi agenda pemberitaan, media adalah aktor
kunci. Media memiliki kontrol atas isu-isu partai
politik, dan pilihan pemimpin partai yang
diberitakan. Ini merupakan pengaturan agenda
terhadap kelompok-kelompok khusus; yang
menjadi bagian dari strategi komunikasi (Birgir,
2013). Berkaitan dengan itu, salah satu strateginya
adalah media management. Mengutip Brian
McNair, dijelaskan bahwa media management
sebagai pengorganisasian media secara luas dengan
berbagai praktek aktor politik yang berusaha untuk
mengontrol, memanipulasi atau memengaruhi
organisasi media dalam cara yang sesuai dengan
tujuan politik (Rus, 2011). Oleh karena itu, media
management merupakan kegiatan yang dirancang
untuk mempertahankan hubungan positif antara
media dengan politisi. Hubungan ini ditentukan
pula oleh konteks kelembagaan dan inisiatif
wartawan dalam pemberitaan (van Santen, Helfer,
and van Aelst, 2015).
Untuk meminimalisir menurunnya citra partai
Demokrat, solusi yang ditempuh adalah melalui
positioning pesan-pesan politik yang digunakan
(Holtz, 2002). Kata kunci positioning statement
adalah konsistensi walk the talk (Wasesa, 2011).
Dalam konteks dunia politik, positioning politik
dimaksudkan agar partai politik atau aktor politik
mampu menempatkan produk dan image politik
dalam benak masyarakat (Firmansyah, 2011).
Dengan maksud positioning politik, pengemasan
pesan disiasati pula melalui strategi media yang
memaksimalkan frekuensi pesan, dan mengatur
objek media (Krajcovic, 2015).
Kontribusi utama media untuk proses politik
adalah agenda-setting yang menjadi faktor penentu
dalam mengidentifikan isu-isu penting politik dan
pencitraan suatu objek (Flaviu Rus, 2011). Konsep
agenda setting menunjukkan bahwa media massa
memiliki pengaruh signifikan terhadap opini publik
dengan mengatakan apa yang dipikirkan orang
tentang fakta atau realitas yang menunjukkan
adanya hubungan positif antara arti penting isu di
media dalam berita dengan isu-isu yang menonjol
dalam opini publik (Cohen, 1963:13, McCombs dan
Shaw, 1972) dalam (Kim, Kiousis, & Xiang, 2015).
Teori agenda setting menjelaskan hubungan antara
penempatan isu-isu oleh media dengan isu-isu
publik. Pengaturan agenda didasarkan pada
pentingnya prioritas perhatian dalam isi media
terhadap isu dan peristiwa (agenda media),
memberitakan isu-isu yang menonjol dan
Positioning Partai Demokrat Dalam Pemberitaan... Yohanes Museng Ola Buluamang
111
pengetahuan sesuai agenda publik dan dampaknya
pada opini publik. Selain itu, media juga dapat
menjelaskan isu dan usulan kebijakan dari para
politisi (D Rivera Rogel, et.al, 2013). Ketiga
agenda setting tersebut dipengaruhi juga oleh
ideologi media dan kepemilkan modal. Ini dapat
menentukan arah dalam menyikapi peristiwa
politik. Ideologi menandakan realitas yang
berkaitan dengan kepentingan kelompok atau
individu tertentu dan dengan bantuan framing
meyakinkan pembaca terkait sikap media terhadap
realitas tersebut (Farrukh dan Ahmad, 2015).
Menjadi bagian dari agenda setting media,
fokus pelaksanaan riset ini ditekankan pada
deskripsi media tentang positioning partai
Demokrat. Kaitan dengan itu, hasil riset
menunjukkan bahwa kasus korupsi pelaporan
proyek Hambalang yang melibatkan Anas
Urbaningrum menggunakan format berita langsung
(straight news). Umumnya, karakteristik berita yang
digunakan adalah kombinasi dari informatif,
deskriptif dan argumentatif (Azzam et. al, 2013).
Sedangkan, riset lainnya menegaskan bahwa
sebagai bagian dari realitas media, isi komunikasi
politik tidak hanya mentransfer pesan dan informasi
dari politisi, tetapi juga dianalisis pilihan pesan,
membuat komentar, memberikan pendapat sendiri
dan berbagi sikap terhadap fakta (Ejupi, 2014).
Dengan adanya kasus korupsi yang melibatkan
petinggi partai Demokrat, positioning politik partai
Demokrat mendapat sorotan media. Masing-masing
media cetak memiliki strategi pengemasan
tersendiri tentang realitas tersebut. Oleh karena itu,
rumusan masalah dalam penelitian yakni, apa saja
pemberitaan media seputar positioning politik partai
Demokrat dalam menyikapi kasus suap
pembangunan wisma atlet SEA Games
(Sesmenpora) antara harian Kompas, Media
Indonesia dan Jurnal Nasional? Selain itu,
dirumuskan pula masalah penelitiannya adalah
bagaimana perbedaan isi pemberitaan media
tentang positioning partai Demokrat dalam kasus
tersebut antara ketiga surat kabar? Dengan
demikian, secara khusus tujuan penelitian ini adalah
menguji perbedaan pemberitaan ketiga surat kabar
dan dan menganalisis positioning partai Demokrat
dalam ketiga surat kabar.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode analisis isi
media secara kuantitatif dengan pendekatan
deskriptif dan eksplanatif. Analisis isi didasarkan
pada gagasan bahwa framing media dalam
pemberitaan dapat menyoroti aspek tertentu dari
sebuah perdebatan tentang berbagai hal (Rachul &
Caulfield, 2015). Analisis isi memfokuskan pada
aspek-aspek berita surat kabar sebagai indikator
positioning, yakni: tema berita, sumber berita,
kualitas berita, penggambaran realitas dan
kecenderungan narasumber dalam memberikan
komentar atau menyatakan sikap.
Unit analisis yang ditentukan adalah
keseluruhan isi teks berita yang berisi tentang
peristiwa politik tersebut. Oleh karena itu, aspek-
aspek yang dimasukkan ke dalam kategori
penelitian, seperti tema pemberitaan meliputi
konflik internal partai, sikap partai dan agenda
partai. Sumber berita meliputi presiden, anggota
DPR RI, kalangan partai Demokrat, pakar atau
pengamat politik, tokoh nasional, KPK dan
Kepolisian. Kualitas berita mencakup kategori
kelengkapan berita 5W1H, cover both side,
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 109-119
112
narasumber, dan pencampuran fakta dan opini. Pada
penggambaran partai Demokrat terdapat kategori
positif, negatif dan netral. Kecenderungan
berpendapat atau berkomentar oleh kalangan Partai
Demokrat terdiri dari petinggi partai, anggota partai
dan kader partai.
Dengan teknik purposive sampling, sampel
yang ditetapkan adalah teks-teks berita tentang
kasus suap pembangunan wisma atlet SEA
(Sesmenpora) di Media Indonesia, Harian Kompas
dan Jurnal Nasional periode April-November 2011
yang berjumlah 200 berita. Penelitian ini
menggunakan lembar koding (coding sheet) sebagai
instrument penelitian. Dalam mengukur reliabilitas
antar-coder, digunakan formula Holsti. Rumus
untuk menghitung reliabilitas adalah sebagai
berikut (Eriyanto, 2011):
Reliabilitas antar − 𝑐𝑜𝑑𝑒𝑟 =2𝑀
N1 + N2
Keterangan : M : jumlah coding yang sama (disetujui oleh
masing-masing coder) N1 : jumlah coding yang dibuat oleh coder 1 N2 : jumlah coding yang dibuat oleh coder 2
Hasil uji reabilitas terhadap 200 berita oleh tiga
coder diperoleh jumlah persetujuan antar coder
yakni, 0, 97 atau setara dengan 97% berdasarkan
keseluruhan kategori pemberitaan. Maka, kategori
yang disusun oleh penulis dinyatakan reliabel.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
cara pengisian lembar koding (coding sheet)
terhadap berita-berita yang terkumpul (pembuatan
kliping berita). Data yang terkumpul dianalisis
dengan teknik analisis statistik deskriptif dan
analisis statistik inferensial. Teknik analisis
deskriptif menggunakan rumus distribusi frekuensi
(Bungin, 2009):
𝑛 =𝑓𝑥
𝑁 × 100%
Keterangan: N adalah Jumlah kejadian/Fenomena, Fx adalah Frekuensi individu
Sedangkan, dalam teknik analisis statistik
inferensial digunakan uji beda untuk mengetahui
perbedaan pemberitaan ketiga surat kabar. Uji beda
dapat menggunakan rumus chi kuadrat:
𝑥2 = ∑(O − E)2
E
Keterangan: 𝑥2 adalah chi kuadrat, O adalah frekuensi obsevarsi, dan E adalah frekuensi harapan (Eriyanto, 2011).
Dasar pengambilan keputusan adalah jika
probabilitas > 0,05, maka Ho diterima. Sementara
jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dibagi menjadi dua bagian
berdasarkan analisis data.
A. Distribusi Frekuensi Pemberitaan
Ketiga Surat Kabar
Frekuensi tema pemberitaan harian Kompas,
Media Indonesia dan Jurnal Nasional tentang
positioning Partai Demokrat lebih menekankan
pernyataan sikap partai Demokrat, di antaranya
harian Kompas sebesar 87,72% berita, Media
Indonesia sebesar 69,70% berita dan Jurnal
Nasional sebesar 79,22% berita. Isi berita lebih
menampilkan parade pendapat yang didominasi
oleh kalangan internal partai Demokrat sebagai
sumber berita, yakni harian Kompas sebesar
85,96% berita, Media Indonesia sebesar 69,70%
Positioning Partai Demokrat Dalam Pemberitaan... Yohanes Museng Ola Buluamang
113
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pemberitaan Indikator Positioning Dirinci Menurut Kategori Penelitian Ketiga Surat Kabar pada Periode April-November 2011
No Indikator Positioning
Kategori Positioning
Kompas (N=57) Media INA (N=66) Jurnal INA (N=77)
A TA TJ A TA TJ A TA TJ
1 Tema Pemberitaan
Konflik Internal Partai
12 (21,05%) 45 (78,95%) 20 (30,30%) 46 (69,70%) 14 (18.18%) 63 (81,82%)
Sikap Partai 50 (87,72%) 7 (12,28%) 46 (69,70%) 20 (30,30%) 61 (79,22%) 16 (20,78%)
Agenda Partai 16 (28%) 41 (71,93%) 8 (12,12%) 58 (87,88%) 11 (14,29%) 66 (85,71%)
2 Sumber Berita Presiden 13 (22,81%) 43 (75,44%) 12 (18,18%) 54 (81,82%) 11 (14,29%) 66 (85,71%)
DPR 32 (56,14%) 25 (43,86%) 33 (50%) 33 (50%) 48 (62,34%) 29 (37,66%)
Partai Demokrat 49 (85,96%) 8 (14,04%) 46 (69,70%) 22 (30,30%) 54 (70,13%) 23 (29,87%)
Pakar Politik 12 (21,05%) 45 (78,59%) 10 (15,15%) 56 (84,85%) 12 (15,58%) 65 (84,42%)
Tokoh Politik 4 (7,02%) 53 (92,88%) 3 (4,55%) 63 (95,45%) 2 (2,60%) 75 (97,40%)
KPK 29 (50,88%) 28 (49,12%) 29 (43,94%) 37 (56,06%) 23 (29,87%) 54 (70,13%)
Kepolisian 4 (7,02%) 53 (92,88%) 2 (3,03%) 64 (96,97%) 2 (2,60%) 75 (97,40%)
3 Kualitas Berita Unsur 5W1H 52 (91,23%) - 5 (7,58%) 57 (86,36%) - 9 (13,64%) 66 (85,71%) 2 (2,60%) 9 (11,69%)
Cover both side 46 (80,70%) 4 (7,02%) 7 (12,28%) 37 (56,06%) 25 (37,88%) 4 (6,06%) 29 (37,66%) 36 (46,57%) 12 (15,58%)
Narasumber 55 (96,49%) 2 (3,51%) - 64 (96,97%) 2 (3,03%) - 75 (97,40%) 2 (2,60%) -
Campuran fakta dan opini
6 (10,53%) 47 (71,21%) 4 (5,19%) 16 (24,24%) 50 (75,76%) - 8 (10,39%) 66 (85,71%) 3 (3,90%)
4 Pengambaran Partai Demokrat
Positif 48 (87,72%) 9 (15,79%) 45 (68,18%) 21 (31,82%) 58 (75,32%) 18 (23,38%)
Negatif 36 (63,16%) 21 (36,84%) 11 (16,67%) 55 (83,33%) 28 (36,36%) 49 (63,64%)
Netral 22 (38,60%) 35(61,40%) 3 (4,55%) 63 (95,45%) - 77 (100%)
5 Kecenderungan berkomentar dari kalangan Partai Demokrat
Petinggi Partai 50 (87,72%) 7 (12,28%) 45 (68,18%)
21 (31,82%) 58 (75,32%) 18 (23,38%)
Anggota Partai 9 (15,79%) 48 (84,21%) 11 (16,67%) 55 (83,33%) 28 (36,36%) 49 (63,64%)
Keterangan: A: Ada, TA: Tidak Ada, TJ: Tidak Jelas Angka dalam kurung merupakan hasil distribusi frekuensi
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 109-119
114
berita dan Jurnal Nasional sebesar 70,13% berita.
Kecenderungan parade pendapat kalangan internal
partai Demokrat mengarah pada penggambaran
Partai Demokrat secara positif oleh harian Kompas
sebesar 87,72% dan Jurnal Nasional sebesar
75,32%. Sedangkan, penggambaran partai
Demokrat secara positif oleh Media Indonesia
sebesar 68,18% berita. Hal ini disebabkan karena
narasumber yang dijadikan sumber berita dari
kalangan internal partai Demokrat lebih didominasi
oleh para petinggi partai, yakni harian Kompas
sebesar 87,72% berita, Media Indonesia sebesar
68,18% berita dan Jurnal Nasional sebesar 75,52%
berita. Melalui petinggi partai, partai Demokrat
menunjukkan sikap yang inkonsisten terhadap
dugaan keterlibatan M. Nazaruddin dan konsisten
terhadap proses hukum M. Nazaruddin dalam kasus
suap pembangunan wisma atlet SEA Games.
Pemberitaan tentang positioning partai
Demokrat memperlihatkan juga kualitas isi berita
yang baik untuk ketiga surat kabar. Hasil
perhitungan distribusi frekuensi menunjukkan
bahwa aspek kelengkapan unsur dasar berita
(5W1H), narasumber, tidak mencampurkan fakta
dan opini jurnalis diperlihatkan dalam keseluruhan
isi berita. Sedangkan, aspek keseimbangan berita
(cover both side) memperlihatkan perbedaan antara
ketiga surat kabar, yakni harian Kompas 80,70%
berita, Media Indonesia 56,06% berita dan Jurnal
Nasional 37,66% berita (Tabel 1).
B. Perbedaan Indikator Positioning dan
Kategori Positioning antara Ketiga
Surat Kabar
Hasil perhitungan X2 perbedaan adalah
pemberitaan tentang positioning partai Demokrat
memperlihatkan perbedaan yang signifikan dan
tidak signifikan antara ketiga surat kabar. Kualitas
berita, penggambaran partai Demokrat dan
kecenderungan berkomentar dari kalangan partai
Demokrat memiliki perbedaan yang signifikan.
Sedangkan, tema pemberitaan dan sumber berita
antara ketiga surat kabar memiliki perbedaan yang
tidak signifikan (Tabel 2).
Tabel 2. Hasil Perhitungan Uji X2 Perbedaan Indikator Positioning antara Ketiga Surat Kabar
No Indikator Positioning
Kategori Positioning
Surat Kabar Total
X2 Hitung
Titik Kritis
Signifikansi Kompas Media INA
Jurnal INA
1 Tema Pemberitaan
Konflik Internal Partai
12 20 14 46
6,77 9,49 Tidak
Signifikan Sikap Partai 50 46 61 157 Agenda Partai 16 8 11 34
Total 78 74 86 238 2 Sumber Berita Presiden 13 12 11 36
19,2 21,03 Tidak
Signifikan
DPR 32 33 48 113 Partai Demokrat
49 46 54 149
Pakar Politik 12 10 12 34 Tokoh Politik (Nasional)
4 3 2 9
KPK 29 29 23 81 Kepolisian 4 2 2 8
Total 143 135 152 430
Positioning Partai Demokrat Dalam Pemberitaan... Yohanes Museng Ola Buluamang
115
Tabel 2. Sambungan
No Indikator Positioning
Kategori Positioning
Surat Kabar Total
X2 Hitung
Titik Kritis
Signifikansi Kompas Media INA
Jurnal INA
3 Kualitas Berita Unsur 5W1H 52 57 66 175
13,23 2,59 Signifikan
Cover both side
46 37 29 112
Narasumber 55 64 75 194 Campuran fakta dan opini
6 16 8 30
Total 159 174 178 511 4 Penggambaran
partai Demokrat
Positif 48 30 59 137
42,397 9,49 Signifikan Negatif 36 36 12 84 Netral 6 13 25 44
Total 96 79 90 265 5 Kecenderungan
Berkomentar dari partai Demokrat
Petinggi Partai
50 45 59 154
10,77 5,991 Signifikan
Anggota Partai
9 11 28 48
Kader Muda Partai
3 3 0 6
Total 62 59 87 208
Kategori positioning menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan dan tidak signifikan.
Dari keduapuluh kategori positioning dalam isi
berita, terdapat sebelas kategori (sikap partai,
agenda partai, KPK, kepolisian, unsur 5W1H, cover
both side, pencampuran fakta dan opini, orientasi
positif, orientasi negatif, petinggi partai dan anggota
partai) memiliki perbedaan isi pemberitaan yang
signifikan dan sembilan kategori (konflik internal
partai, presiden, DPR, kalangan partai Demokrat,
pengamat politik, tokoh nasional, narasumber,
penggambaran yang netral, dan kader muda partai)
memiliki perbedaan isi pemberitaan yang tidak
signifikan (Tabel 3).
Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji X2 Perbedaan Kategori Positioning Partai Demokrat antara Ketiga Surat Kabar
Kategori Positioning
Surat Kabar Total
X2
Hitung
Titik Kritis
Signifikan
si Kompas Media Indonesia Jurnal
Indonesia
A TJ TA A TJ TA A TJ TA
Tema Berita
Konflik Internal Partai
12 45 20 46 14 63 200 3,116 5,991 Tidak signifkan
Sikap Partai 50 7 46 20 61 16 200 11,043 5,991 Signifikan
Agenda Partai
16 41 8 58 10 67 200 7,279 5,991 Signifikan
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 109-119
116
Keterangan : A: Ada, TA: Tidak Ada, TJ: Tidak Jelas
Tema pemberitaan dan sumber berita
menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan
antara ketiga surat kabar. Artinya, selama periode
April-November 2011 ketiga media gencar
memberitakan kasus suap pembangunan wisma
atlet yang menampilkan pula ketujuh sumber berita.
Sedangkan, tiga indikator positioning lainnya
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Masing-
masing media menunjukkan perbedaan kualitas dan
mempertahankannya dalam pemberitaan seputar
kasus suap pembangunan wisma atlet. Kualitas
berita yang berbeda menempatkan positioning
partai Demokrat dalam penggambaran yang
berbeda secara signifikan. Artinya, ketiga surat
Tabel 2. Sambungan
Kategori Positioning
Surat Kabar
Total X2
Hitung
Titik Kritis
Signifikansi
Kompas Media Indonesia Jurnal
Indonesia A TJ TA A TJ TA A TJ TA
Sumber Berita
Presiden 13 44 12 54 11 66 200 5,374 5,991 Tidak signifikan
DPR 32 25 33 33 48 29 200 5,201 5,991 Tidak signifikan
Partai Demokrat
49 8 46 20 54 23 200 5,525 5,991 Tidak signifikan
Pakar Politik 12 45 10 56 12 65 200 0,926 5,991 Tidak signifikan
Tokoh Politik (Nasional)
4 53 3 6 32 75 200 1,937 5,991 Tidak signifikan
KPK 29 28 29 37 23 54 200 7,477 5,991 Signifikan
Kepolisian 4 53 2 64 2 75 200 8.371 5,991 Signifikan
Kualitas Berita
Unsur 5W1H 52 5 0 57 9 0 66 9 2 200 6,126 9,488 Tidak signifikan
Cover both side
46 7 4 37 4 25 29 12 36 200 30,502 9,488 Signifikan
Narasumber 55 0 2 64 0 2 75 0 2 200 4,979 9,488 Tidak signifikan
Campuran fakta dan opini
6 4 47 16 0 50 8 3 66 200 16,703 9,488
Signifikan
Penggambaran Partai Demokrat
Positif 48 9 30 36 59 18 200 246,891 5,991 Signifikan
Negatif 36 21 36 30 65 12 200 293,93 5,991 Signifikan
Netral 22 35 13 53 25 52 200 5,562 5,991 Tidak signifikan
Kecenderungan Berkomentar
Petinggi Partai
50 7 45 21 59 18 200 19,355 5,991 Signifikan
Anggota Partai
9 48 11 55 28 49 200 10,225 5,991 Signifikan
Kader Muda Partai
3 54 3 63 77 200 3,924 5,991 Signifikan
Positioning Partai Demokrat Dalam Pemberitaan... Yohanes Museng Ola Buluamang
117
kabar memiliki agenda setting yang berbeda-beda
dalam pelabelan partai Demokrat terkait kasus suap
tersebut. Pelabelan tersebut dilihat dari pilihan
jumlah pilihan sumber berita dari kalangan partai
Demokrat yang berpendapat terkait kasus suap
tersebut.
Konflik internal partai adalah satu-satunya
tema pemberitaan yang tidak signifikan. Artinya,
tema ini tidak begitu mendapat perhatian ketiga
surat kabar. Sedangkan, sikap partai dan agenda
partai memiliki perbedaan yang signifikan. Ini
berkaitan dengan perbedaan penonjolan isu dalam
pemberitaan kasus suap wisma atlet. Ketiga surat
kabar selektif dalam memilih pesan dan tindakan
politik partai Demokrat terkait kasus suap
pembangunan wisma atlet tersebut. Selektifitas
pilihan agenda dan sikap partai Demokrat menjadi
pertimbangan ketiga surat kabar dalam pemberitaan
kasus suap wisma atlet. Oleh karena itu,
pemberitaan kasus suap wisma atlet lebih dilihat
dari sudut pandang politik dari pada sudut pandang
hukum. Hal ini ditunjukkan dalam signifikansi
perbedaan sumber berita dari kalangan politik dan
hukum.
Kualitas berita ketiga surat kabar memang
berbeda dalam pemberitaan kasus suap wisma atlet.
Dua kategori yang berbeda secara tidak signifikan
adalah narasumber dan unsur berita 5W1H. Artinya,
semua berita tentang kasus suap tersebut memuat
dua aspek dasar dalam penulisan berita. Sedangkan,
dua kategori lainnya berbeda secara signifikan. Ini
menunjukkan bahwa ketiga surat kabar tersebut
memiliki cara penyusunan realitas dan sudut
pandang wartawan yang berbeda. Perbedaan inilah
yang mengeksplisitkan pesan politik disampaikan
kepada publik, netralitas pemberitaan dan sikap
media.
Netralitas pemberitaan dan sikap media
ditunjukkan melalui penggambaran suatu realitas.
Ketiga surat kabar menunjukkan perbedaan yang
tidak signifikan dalam penggambaran partai
Demokrat. Ini berarti netralitas pemberitaan tetap
ditonjolkan oleh ketiga surat kabar. Sedangkan,
penggambaran partai Demokrat secara positif dan
negatif memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan ini berarti antara ketiga surat kabar
memiliki pelabelan dan penilaian yang berbeda-
beda terhadap partai Demokrat dengan adanya
kasus suap pembangunan wisma atlet. Surat kabar
yang menonjol dalam penggambaran partai
Demokrat secara positif adalah Jurnal Indonesia,
sedangkan Media Indonesia menonjol dalam
penggambaran yang negatif. Penggambaran yang
berbeda ini merepsenteasikan sikap masing-masing
surat kabar terhadap peristiwa politik ini.
Perbedaan penggambaran partai Demokrat
tidak hanya ditentukan oleh kebijakan redaksi
media tetapi bagaimana wartawan memilih politisi
dalam pemberitaan. Pemilihan politisi dari kalangan
partai Demokrat dalam berpendapat memiliki
perbedaan yang signifikan. Artinya, ketiga surat
kabar memiliki pertimbangan sendiri dalam
menentukan politisi siapa yang layak atau tepat
untuk diwawancarai. Perbedaan pilihan politisi
disesuaikan dengan angle pemberitaan yang
menentukan positioning partai Demokrat.
Dalam teori media, angel pemberitaan
ditentukan oleh agenda setting media. Ketiga surat
kabar memiliki agenda setting media yang berbeda
dalam menggambarkan positioning partai
Demokrat. Agenda setting harian Kompas
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 109-119
118
menempatkan positioning partai Demokrat sesuai
konteks pemberitaan kasus suap pembangunan
wisma atlet SEA Games. Sekalipun menjadi salah
satu pilihan utama agenda media, positioning partai
Demokrat dalam kasus suap wisma atlet tidak
begitu ditonjolkan selama periode April-November
2011. Sebaliknya, Harian Media Indonesia
mengagendakan positioning politik partai
Demokrat dalam kondisi yang berbeda dengan
konteks pemberitaan kasus suap pembangunan
wisma atlet SEA Games. konteks pemberitaan yang
berbeda memosisikan kasus tersebut menjadi
pilihan utama agenda media yang menyebabkan
positioning partai Demokrat mengalami
ketidakseimbangan. Sedangkan, harian Jurnal
Indonesia menggendakan positioning politik partai
Demokrat dalam konteks yang berbeda.
Pemberitaan kasus suap ditengarai sebagai strategi
pencitraan partai politik dengan variasi penonjolan
penggambaran partai politik yang dominan positif.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Positioning politik dan kategori positioning
politik antara ketiga surat kabar. Melalui
perhitungan chi square, diketahui ada perbedaan
yang signifikan dalam tiga indikator positioning,
sedangkan dua indikator lainnya menunjukkan
perbedaan yang tidak signifikan. Masing-masing
indikator positioning tersebut menunjukkan
signifikansi perbedaan dalam kategori positioning.
Dari dua puluh kategori positioning terdapat sebelas
kategori yang berbeda secara siginfikan, sedangkan
sembilan kategori lainnya berbeda secara tidak
signifikan. Signifikansi perbedaan ini
mengeksplisitkan perbedaan agenda setting ketiga
surat kabar dalam mengambarkan positioning
politik partai Demokrat.
B. Saran
Untuk menghasilkan pemberitaan yang
berkualitas, perlu diperhatikan strategi pemberitaan
secara baik, misalnya dalam melaporkan atau
menggambarkan suatu peristiwa secara berimbang
dan tidak mencampurkan fakta dan opini jurnalis,
sehingga tidak menunjukkan adanya keberpihakkan
media. Selain itu, politisi atau praktisi political
public relations Partai Demokrat dapat membangun
hubungan yang baik dengan ketiga media tesebut,
sehingga memiliki kesempatan untuk
berkomunikasi secara efektif. Komunikasi yang
efektif dapat memosisikan Partai Demokrat dengan
tepat dalam setiap pemberitaan di ketiga surat
kabar.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr.
Indrawadi Tamin, MS, selaku pembimbing tesis dan
Prof. Dr. Ir. Panjtar Simatupang, M. S, selaku
pembimbing dalam penyelesaian penulisan karya
tulis ilmiah ini. Ucapan terima kasih disampaikan
juga buat semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Azzam, A., Pawito, & Kandyawan. (2014).
Proyek Hambalang Pada Harian Kompas
(Studi Analisis Isi Kuantitatif Tentang
Pemberitaan Kasus Korupsi Hambalang
Yang Melibatkan Mantan Ketua Umum
Partai Demokrat Anas Urbaningrum Pada
Harian Kompas Edisi 1 Februari-31
Maret 2013). Jurnal Komunikasi
Massa.[internet]. Available from
<http://www.jurnalkommas.com/docs/Ju
Positioning Partai Demokrat Dalam Pemberitaan... Yohanes Museng Ola Buluamang
119
rnal_Abdullah%20Azzam_D1211001.pd
f>
Bungin, Burhan. (2009). Metode Penelitian
Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Cangara, Hafied. (2009). Komunikasi Politik:
Konsep, Teori dan Strategi, Jakarta:
Rajawali Pers.
Eriyanto. (2011). Analisis Isi: Pengantar
Metodologi untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial
Lainnya. Jakarta: Kencana
Farrukh, F. and Anmol Ahmad. (2015).
“Understanding Perspectives in a Media
Text : Critical Discourse Analysis of
Babar Sattar’s “ Dangerous
Contradictions”. Journal of Research in
Social Sciences-JRSS, 3 (2).
Firmansyah. (2011). Mengelola Partai Politik;
Komunikasi dan Positioning Ideologi
Politik di Era Reformasi. Jakarta:
Yayasan Obor.
Gu, B. (2013). “New Media - Opportunity for
New and Small Parties ? Political
Communication before the Parliamentary
Elections in Iceland in 2013”. Icelandic
Review of Politics and Administration, 12
(1): 47–66.
Haryati. (2013). “Pencitraan Tokoh Politik
Menjelang Pemilu 2014 dalam Dinamika
Komunikasi Politik Menjelang Pemilu
2014”. Jurnal Observasi, 11 (2).
Holtz, Shel. (2002). Public Relations on the
Net. New York: AMACOM.
Kim, J. Y., Kiousis, S., and Xiang, Z.
(2015).“Agenda Building and Agenda
Setting in Business: Corporate
Reputation Attributes”. Corporate
Reputation Review, 18, (1): 25–36.
Krajcovic, Peter. “Strategies in Media
Planning.” Communication Today, 6 (2).
Nurrahmah. (2014). Opini Mahasiswa
Terhadap Citra Partai Demokrat Periode
2009-2014. Skripsi, Jurusan Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.
Makasar: Universitas Hassanuddin.
Rachul, C., and Caulfield, T. (2015). “The
Media and Access Issues: Content
Analysis of Canadian Newspaper
Coverage of Health Policy Decisions.”
Orphanet Journal of Rare Diseases, 10
(1).
Rogel, D Rivera, MI Punín Larrea, and D Calva
Cabrera. (2013). "Agenda setting in
Ecuadorian media. Daily:\nEl Universo,
El Mercurio, El Comercio and El
Telégrafo." Revista Latina de
Comunicación Social, 68: 529 – 544.
Rus, Flaviu C., et al. (2011). "Media Coverage
of Politicians’ Participation to Religious".
Journal for the Study of Religions and
Ideologies, 10 (29): 132-158.
van Santen, R., Helfer, L., and van Aelst, P.
(2015). “When Politics Becomes News:
An Analysis of Parliamentary Questions
and Press Coverage in Three West
European Countries”. Acta Politica, 50
(1): 45–63.
Wasesa, Silih Agung. (2011). Political
Branding dan Public Relations. Jakarta:
Gramedia.
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 109-119
120