Portofolio v-VER Gendis

17
LAPORAN PORTOFOLIO RUMAH SAKIT KASUS MEDIKOLEGAL VISUM ET REPERTUM KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh : dr. Gendis Ayu Ardias Pendamping : dr. Triyono dr. Faridha Achmawati PROGRAM DOKTER INTERNSHIP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUNTILAN

description

assignments (port V)

Transcript of Portofolio v-VER Gendis

LAPORAN PORTOFOLIO RUMAH SAKITKASUS MEDIKOLEGALVISUM ET REPERTUM KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGAOleh :dr. Gendis Ayu ArdiasPendamping :

dr. Triyono

dr. Faridha AchmawatiPROGRAM DOKTER INTERNSHIP

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUNTILANDINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGELANG

2015No. ID dan Nama Peserta : dr. Gendis Ayu ArdiasPresenter : dr. Gendis Ayu Ardias

No. ID dan Nama Wahana : RSUD MuntilanPendamping : dr. Triyono dan dr. Faridha A

TOPIK : Visum Et Repertum Kekerasan dalam rumah tangga

Tanggal (kasus) : 21 September 2014

Nama Pasien : Sdr. G / 36 tahunNo. RM : 114027

Tanggal Presentasi : 8 Februari 2015Pendamping : dr. Triyono dan dr. Faridha A

Tempat Presentasi : RSUD Muntilan Magelang

OBJEKTIF PRESENTASI

Keilmuano Keterampilano Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostiko Manajemen Masalaho Istimewa

o Neonatuso Bayi o Anak Remajao Dewasao Lansiao Bumil

o Deskripsi :

VISUM ET REPERTUM KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

o Tujuan:

Melakukan pemeriksaan fisik dan menyimpulkan hasil pemeriksaan fisik dalam visum et repertum

Bahan Bahasan Tinjauan Pustakao Riset Kasuso Audit

Cara Membahaso DiskusiPresentasi dan Diskusio E-mailo Pos

DATA PASIENNama : Ny. GNo Registrasi : 114027

Nama klinik : IGDTelp : -Terdaftar sejak : 21 September 2014

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis : Visum Kekerasan Dalam Rumah Tangga

2. Gambaran Klinis : Pasien datang dengan keluhan post dipukuli oleh suaminya. Pasien mengalami pukulan di mata kiri, kepala belakang, dan tendangan paha kiri. Mata kiri terasa nyeri, bengkak dan keunguan. Pasien mengaku dari mata kirinya sempat mengeluarkan darah. Awalnya pasien dan suaminya sedang terlibat dalam pertengkaran masalah rumah tangga, kemudian sang suami naik pitam dan memukul pasien di bagian mata kiri dan kepala belakang, dan tendangan sebanyak tiga kali di paha kiri. Pasien datang ke IGD ditemani oleh tetangga rumahnya dalam keadaan sadar.

3. Riwayat Pengobatan : Disangkal

4. Riwayat Kesehatan/ Penyakit : Disangkal

5. Riwayat Pekerjaan : SPG

6. Lain-lain : (-)

DAFTAR PUSTAKA:

1. Budiyanto. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI.2. R. Atang Ranoemihardja. 1981.Ilmu Kedokteran Kehakiman (Forensic Science). Bandung: Tarsito.3. R. Soeparmono. 2002. Keterangan Ahli dan Visum Et Repertum dalam Aspek Hukum Acara Pidana. Bandung: Mandar Maju.

HASIL PEMBELAJARAN:

1. Mengetahui visum et repertum.2. Mengetahui aspek hukum kedokteran.3. Mengetahui aspek medikolegal.

VISUM ET REPERTUM

A. Definisi

Visum et repertumadalah istilah yang dikenal dalamilmu kedokteranforensik, biasanya dikenal dengan nama Visum. Visum berasal daribahasa Latin, bentuk tunggalnya adalah visa. Dipandang dari arti etimologi atau tata bahasa, kata visum atau visa berarti tanda melihat atau melihat yang artinya penandatanganan dari barang bukti tentang segala sesuatu hal yang ditemukan, disetujui, dan disahkan, sedangkan Repertum berarti melapor yang artinya apa yang telah didapat dari pemeriksaan dokter terhadapkorban. Secara etimologi, visum et repertum adalah apa yang dilihat dan ditemukan.Visum et repertum disingkat VeR adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter dalam ilmu kedokteran forensik atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan pro yustisia.

Visum et repertum kemudian digunakan bukti yang sah secara hukum mengenai keadaan terakhir korban penganiayaan, pemerkosaan, maupun korban yang berakibat kematian dan dinyatakan oleh dokter setelah memeriksa (korban). Khusus untuk perempuan visum et repertum termasuk juga pernyataan oleh dokter apakah seseorang masih perawan atau tidak.

Dapat disimpulkan bahwa visum et repertum adalah keterangan dokter tentang apa yang dilihat dan ditemukan dalam melakukan pemeriksaan barang bukti guna kepentingan peradilan. Jadi dalam hal ini visum et repertum merupakan kesaksian tertulis dalam proses peradilan.Tujuan visum et repertum merupakan untuk memberikan kepadahakimsuatu kenyataan akan fakta-fakta dari bukti-bukti yang ada pada korban atas semua keadaan sebagaimana tertuang dalam pembagian pemberitaan agar hakim dapat mengambil putusan dengan tepat dengan dasar kenyataan atau fakta-fakta tersebut, sehingga dapat menjadi pendukung keyakinan hakim.B. Peran dan Fungsi

Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHP. Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana VeR menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan. Dengan demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hukum sehingga dengan membaca visum et repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang, dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia. Apabila visum et repertum belum dapat menjernihkan duduk persoalan di sidang pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum dalam KUHAP, yang memungkinkan dilakukannya pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan. Hal ini sesuai dengan pasal 180 KUHAP.Bagi penyidik (Polisi/Polisi Militer) visum et repertum berguna untuk mengungkapkan perkara. Bagi penuntut umum (Jaksa) keterangan itu berguna untuk menentukan pasal yang akan didakwakan, sedangkan bagi hakim sebagai alat bukti formal untuk menjatuhkan pidana atau membebaskan seseorang dari tuntutan hukum. Untuk itu perlu dibuat suatu Standar Prosedur Operasional Prosedur (SPO) pada suatu Rumah Sakit tentang tata laksana pengadaan visum et repertum.C. Jenis Visum et Repertum

1. Untuk orang hidupa. VeR definitif, yaitu VeR yang dibuat seketika, dimana korban tidak memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga tidak menghalangi pekerjaan korban. Kualifikasi luka yang ditulis pada bagian kesimpulan yaitu luka derajat I atau luka golongan C.b. VeR sementara, yaitu VeR yang dibuat untuk sementara waktu, karena korban memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga menghalangi pekerjaan korban. Kualifikasi luka tidak ditentukan dan tidak ditulis pada kesimpulan.

Ada 5 manfaat dibuatnya VeR sementara, yaitu

1. Menentukan apakah ada tindak pidana atau tidak2. Mengarahkan penyelidikan3. Berpengaruh terhadap putusan untuk melakukan penahanan sementara terhadap terdakwa4. Menentukan tuntutan jaksa5. Medical record

c. VeR lanjutan, yaitu VeR yang dibuat dimana luka korban telah dinyatakan sembuh atau pindah rumah sakit atau pindah dokter atau pulang paksa. Bila korban meninggal, maka dokter membuat VeR jenazah. Dokter menulis kualifikasi luka pada bagian kesimpulan VeR.2. Untuk Orang MatiVeRjenazah, yaitu VeR yang dibuat terhadap korban yang meninggal. Tujuan pembuatan VeR ini adalah untuk menentukan sebab, cara, dan mekanisme kematian.Ada lima bagian tetap dalam laporan Visum et repertum, yaitu:

Pro Justisia. Kata ini diletakkan di bagian atas untuk menjelaskan bahwa visum et repertum dibuat untuk tujuan peradilan. VeR tidak memerlukanmateraiuntuk dapat dijadikan sebagaialat buktidi depansidangpengadilanyang mempunyai kekuatanhukum.

Pendahuluan. Kata pendahuluan sendiri tidak ditulis dalam VeR, melainkan langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian ini menerangkan penyidik pemintanya berikut nomor dan tanggal, surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, sertaidentitaskorban yang diperiksa.

Pemberitaan. Bagian ini berjudul "Hasil Pemeriksaan", berisi semua keterangan pemeriksaan. Temuan hasil pemeriksaan medik bersifatrahasiadan yang tidak berhubungan denganperkaranyatidak dituangkan dalam bagian pemberitaan dan dianggap tetap sebagairahasia kedokteran.

Kesimpulan. Bagian ini berjudul "kesimpulan" dan berisi pendapatdokterterhadap hasil pemeriksaan, berisikan:

a. Jenis luka

b. Penyebab luka

c. Sebab kematian

d. Mayat

e. Luka

f. TKP

g. Penggalian jenazah

h. Barang bukti

i. Psikiatrik

Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku "Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengankitab undang-undang hukum acara pidana/KUHAP".

DalamKUHAPpasal186dan187. (adopsi: Ordonansi tahun 1937 nomor 350 pasal 1)

Pasal 186:Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

Pasal 187(c):Surat keterangan dari seorang ahli yang dimuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya.Kedua pasal tersebut termasuk dalam alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan dalamKUHAP.Melalui pendekatan yuridis visum et repertum di dalam Undang-Undang No 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana, menunjukkan terdapat masalah mendasar yaitu kedudukan visum et repertum masuk dalam alat bukti keterangan ahli atau alat bukti surat yang kedua alat bukti ini sah menurut hukum sesuai pasal 184 KUHAP. Berikut analisis yuridis peraturan perundang-undangan pidana di indonesia:

a. Pasal 179 KUHAP 1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. 2) Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi saksi yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenar-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

b. Pasal 180 KUHAP 1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hakim memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang. 3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) 4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh instansi semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai wewenang untuk itu.

c. Pasal 184 KUHAP ayat 1 huruf b 1) Alat bukti yang sah ialah:

1) Keterangan saksi

2) Keterangan ahli

3) Surat

4) Petunjuk

5) Keterangan terdakwa

d. Pasal 186 KUHAP Keterangan ahli sidang pengadilan ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

e. Pasal 187 KUHAP Surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah adalah:

1) Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;

2) Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu keadaan;

3) Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya;

4) Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain.

Berdasarkan analisis yuridis peraturan perundang-undangan pidana di Indonesia tersebut maka kedudukan visum et repertum kendati pun isinya berupa keterangan ahli yang diberikan dibawah sumpah dan diluar persidangan pengadilan, dan kualifikasinya termasuk sebagai alat bukti surat dan bukan alat bukti keterangan ahli.Akan tetapi apabila visum et repertum dihubungkan dengan Pasal 1 stb. 1937 No. 350 dapat juga dianggap sebagai keterangan ahli dan keterangan ahli merupakan alat bukti yang sah dalam pasal 184 KUHAP.3. EkspertiseEkspertise adalah VeR khusus yang melaporkan keadaan benda atau bagian tubuh korban, misalnya darah, mani, liur, jaringan tubuh, tulang, rambut, dan lain-lain. Ada sebagian pihak yang menyatakan bahwa ekspertise bukan merupakan VeR.

HASIL PEMERIKSAAN

1. SUBJECTIVEPasien datang dengan membawa surat permintaan visum et repertum dari pihak kepolisian yang menerangkan bahwa hari Minggu, tanggal 21 September 2014 telah datang ke Polsek Muntilan seorang laki-laki WNI yang mengaku bernama:Nama : Ny. Gesti RatnasariTempat, Tanggal Lahir : Magelang, 10 Maret 1978Agama : Islam

Suku : Jawa

Kebangsaan : Indonesia

Pekerjaan : SPGAlamat : Perum Wonolelo Kec. Muntilan MagelangPada hari Selasa, tanggal 21 September 2014 pukul 19.30 WIB, pasien dan suaminya sedang terlibat dalam pertengkaran masalah rumah tangga, kemudian sang suami naik pitam dan memukul pasien di bagian mata kiri dan kepala belakang, dan tendangan sebanyak tiga kali di paha kiri.Atas kejadian tersebut selanjutnya korban melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Muntilan untuk pengusutan lebih lanjut.

Saat di IGD RSUD Muntilan, pasien tampak masih kesakitan. Pasien mengaku jika kejadian tersebut merupakan kejadian kekerasan dalam rumahtangga. Dari hasil pemeriksaan didapatkan yaitu : terdapat luka memar berbentuk bulat di sekitar kelopak mata kiri yang beridameter kurang lebih 6 cm dengan warna merah keunguan dan berbatas tegas.

2. OBJEKTIF

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang Kesadaran : GCS E4V5M6 Vital sign TD : 100/70 mmHg Nafas : 20 x/menit

Suhu : 36,5oC (per axiler) Nadi : 80 x/menit, regular Kepala

Bentuk mesocephal Wajah Hematom di Regio palpebra superior et inferior dengan diameter total kurang lebih 6 cm, batas tegas HidungSimetris, napas cuping hidung (-/-), secret (-/-), darah MulutSianosis (-) TenggorokUvula di tengah, T1-T1 LeherTrakhea di tengah, limfonodi tidak membesar, JVP tidak meningkat Thorax

PulmoInspeksi : Simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi Palpasi : Simetris, fremitus raba kanan = kiri

Perkusi : Sonor/sonorAuskultasi : SDV (+/+), ST (-/-)CorInspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebarAuskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising jantung (-) Abdomen

Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dadaAuskultasi : Bising usus (+) NPerkusi : TimpaniPalpasi : Supel, NT (-), hepar dan lien tidak teraba EkstremitasSuperior

Akral dingin (-/-)Oedem (-/-)Inferior

Akral dingin (-/-)

Oedem (-/-).

3. KESIMPULAN VISUM Hematom di Regio palpebra superior et inferior dengan diameter total kurang lebih 6 cm, batas tegas e.c trauma tumpul