portofolio malariaku
-
Upload
riris-sinurat -
Category
Documents
-
view
50 -
download
16
Transcript of portofolio malariaku
BORANG PORTOFOLIO
No. ID dan Nama Peserta : dr. Wulan Ervinna Simanjuntak
No. ID dan Nama Wahana : RSUD AM Parikesit
Topik : Malaria Serebral
Tanggal (kasus) : 21 Januari 2013
Tanggal Presentasi :
Pendamping : dr. Herry, Sp. A dan dr. Ibnoe,Sp.S
Tempat Presentasi : Komite Medik RSUD AM Parikesit
Obyektif Presentasi :
√ Keilmuan ○ Keterampilan √ Penyegaran √ Tinjauan Pustaka
√ Diagnostik √ Manajemen ○ Masalah ○ Istimewa
o Neonatus ○ Bayi √ Anak ○ Remaja ○Dewasa ○ Lansia ○ Bumil
Deskripsi
Seorang anak laki-laki, usia 13 tahun dibawa orangtuanya pada hari Senin, 21 Januari 2013
pukul 21.50 ke UGD RS AM Parikesit dengan keluhan penurunan kesadaran.
Tujuan
Mendiagnosis malaria serebral, mampu melakukan penatalaksanaan awal dan mampu
mengenali komplikasi pada penyakit tersebut.
Bahasan Masalah
√ Tinjauan Pustaka ○ Riset √ Kasus ○ Audit
Cara Membahas
○ Diskusi √ Presentasi dan Diskusi ○ Email ○Pos
1
Data Pasien
Nama Pasien : An. R
Umur : 13 tahun
Nomor Registrasi : RS 4949
Alamat : Jalan Sungai Payang,Kaltim
Pembayaran : Jamkesda
Tanggal Masuk : 21 Januari 2013 ke IGD RSUD AM Parikesit
Anamnesis
KU : penurunan kesadaran
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien dibawa oleh keluarga dengan penurunan kesadaran. 4 hari SMRS, pasien mengeluh
demam disertai menggigil dan keringat dingin, dirasakan di seluruh tubuh, serta sakit
kepala. Oleh ibunya pasien dibawa berobat ke mantri dan diberi obat 4 macam tetapi ibu
pasien tidak tahu nama obatnya, dikatakan pasien terkena demam tifoid. Setelah minum obat
demam pasien turun sebentar, lalu kemudian naik kembali. Mimisan (+), gusi berdarah(-),
mual muntah (+) setiap kali makan dan minum.
• 3 hari SMRS demam tidak turun juga, pasien mengeluh sakit kepalanya semakin berat.
Nafsu makan dan aktivitasnya mulai menurun, muntah semakin sering, tidak mau makan,
pasien seperti orang kebingungan, meracau dan gelisah. 1 hari SMRS kaki dan tangan
pasien semakin dingin. Pasien tampak seperti orang kejang 1x, mata mendelik ke atas,
tangan kelojotan dan setelah itu semakin lemas, tidak bisa dibangunkan. 1 bulan sebelumnya
pasien bekerja ke hutan dan baru 1 minggu kembali dr hutan.
• Karena keluhan-keluhan tersebut, orangtua pasien segera membawa pasien ke UGD RS AM
Parikesit.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Kelahiran
Persalinan : tidak diketahui
Bayi lahir cukup bulan
BBL : tidak diketahui
PB : tidak diketahui
2
Kelainan kongenital : -
Riw. Imunisasi : tidak diketahui
- Riwayat Psikologis dan Perkembangan mental : seperti anak biasa
- Riwayat Alergi disangkal
- Riwayat penyakit yang pernah diderita disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa dalam keluarga disangkal.
Kebiasaan
- Riwayat merokok disangkal
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : E3M4V3
Tanda Vital : TD: 100/40 mmHg, Nadi: 72x/menit regular, Suhu: 38,3 C, pernafasan:
22x/menit
Mata : konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik.
KGB : tidak ada pembesaran
Leher : JVP tidak meningkat
Thorax :
o cor: S1-2 reguler, gallop (-), murmur (-)
o Pulmo: vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
Abdomen : supel, BU (+) normal, NT (-), hati teraba 2 jari bac, limpa sulit dinilai
Ekstremitas : akral dingin, edema -/-
Pemeriksaan Penunjang
LABORATORIUM :
Tanggal 21 Januari 2013
• Hb : 14,4
• Leukosit : 14.100
• Trombosit : 71.000
• Ht : 47
3
• Hitung Jenis
• Basofil : >53
• Eosinofil :
• Batang :
• Segmen :
• Limfosit : 28,8
• Monosit : 16,9
• Malaria : Fr +
• Widal : TO -, AO -, TH 1/80, AH 1/80
• GDS : 110
• Ur 40, Cr 1,0
• Na 140, Ka 5.0, Cl 112
USG ABDOMEN
Kesan : - Hepatomegaly dan splenomegaly
- Cairan bebas di cavum abdomen
Diagnosis
Malaria Cerebral
Diagnosis Banding :
- DD/ Malaria berat:
1. Meningoencefalitis
2. Stroke
4
3. Tifoid ensefalopati
4. Hepatitis
5. Leptospirosis berat
6. Glomerulonefritis akut atau kronik
7. Sepsis
8. DHF atau DSS
Anjuran Pemeriksan Tambahan : Foto Thorax,
Tatalaksana
Konsul dr. Herry, Sp.A:
O2 3 – 4 liter/menit
IVFD: D5% 650 cc+ 1300 mg CAP (162 cc/jam IP) selama 4 jam selanjutnya D51/2NS 143
cc/jam selama 4 jam
IVFD: D5% 325 cc+ 650 mg CAP (162 cc/jam IP) selama 2 jam selanjutnya D51/2NS 143
cc/jam selama 6 jam
IVFD: D5% 325 cc+ 650 mg CAP (162 cc/jam IP) selama 2 jam selanjutnya D51/2NS 143
cc/jam selama 6 jam
Inj Ceftriaxone 2x 1 gr IV
PCT 3x500 mg
Pemasangan DC dan selang NGT
Obs KU, TTV, tanda perdarahan, GDS , balance cairan ketat
Puasa sementara
5
Follow Up
22/01/2013 23/01/2013
S: gelisah +
O: KU/Kesadaran : Tampak Sakit Berat
Apatis
FN : 128x/mnt, RR40x/mnt, TD 100/50
mmHg, Suhu 38,9 C
K/L : anemis -/-, ikterik -/-
Thoraks : vesikuler, rhonki -/-wheezing
-/-, BJ normal, gallop -, murmur -
Abdomen : BU +, supel, NT +, hati teraba
2 jari bac
A: Malaria Cerebral
P: - CIV: Asering 162 cc/jam dan D51/2NS
162cc/jam+CAP 2,6 cc habiskan dalam 3 jam
- O2 2-3 lpm
- MM/
Ceftriaxone 2x1 gr iv
Paracetamol inj 3x500 mg drip
Vit K 1mg dlm 500cc Asering per hr
- Puasa
NGT : 100 cc cairan hitam kental
Urine : 500 cc pekat kehitaman
• Pukul 14.00 Visit dr. Heri
• Instruksi:
• Periksa DL, elektrolit,
GDS jam 21.00
• Cek GDS tiap 3 jam
• Terapi lain lanjut
• 21. 30 Advice dr. Hery
• Infus pump 81 cc/jam
• Cek ulang DL jam 03.00
S: gelisah -, tampang bingung, nyeri perut
O: KU/Kesadaran : Tampak Sakit Berat
Apatis
FN : 94x/mnt, RR 28x/mnt, TD 90/60 mmHg,
Suhu 37 C
K/L : anemis -/-, ikterik -/-
Thoraks : vesikuler, rhonki -/-,
wheezing -/-, BJ normal, gallop -, murmur -
Abdomen : BU +, supel, NT +, hati teraba
2 jari bac
A: Malaria Cerebral
P: - CIV: Asering 81cc/jam dan D51/2NS
+CAP 2,6 cc (81cc/jam) habiskan dalam 3 jam
tiap 8 jam
- O2 2-3 lpm
- MM/
Ceftriaxone 2x1 gr iv
Tamolif 3x500 mg drip
Vit K 1mg dlm 500cc Asering per hari
Ranitidin 2x1 ampul
- Puasa
NGT : 100 cc cairan hitam kental, urin 50cc
kuning pekat
• Pukul 08.00 Visit dr. Heri
• Instruksi:
• Periksa DL, elektrolit,
GDS tiap 6 jam
• Terapi lain lanjut
• 05. 30 Advice dr. Hery
• Transfusi PRC 1 kolf
Hb/Ht/Leukosit/Trombosit:
6
Hb/Ht/Leukosit/Trombosit:
11,2/33/8.270/71.000
10,8/33/7.700/90.000
7
24 Januari 2013 25 Januari 2013
S: gelisah -, tampang bingung, nyeri perut
O: KU/Kesadaran : Tampak Sakit Berat
Apatis
FN : 89x/mnt, RR 28x/mnt, TD 130/80 mmHg,
Suhu 37 C
K/L : anemis -/-, ikterik -/-
Thoraks : vesikuler, rhonki -/-, wheezing
-/-, BJ normal, gallop -, murmur -
Abdomen : BU +, supel, NT +, hati teraba 2
jari bac
A: Malaria Cerebral
P: - CIV: D51/2NS 81cc/jam dan D51/2NS
+CAP 2,6 cc (81cc/jam) habiskan dalam 3 jam
tiap 8 jam, D5% 14 tpm
- O2 2-3 lpm
- MM/
Ceftriaxone 2x1 gr iv
Tamolif 3x500 mg drip
Vit K 1mg dlm 500cc dlm D5% per hari
Ranitidin 2x1 ampul
- Puasa
NGT : 100 cc cairan hitam kental, urin 50cc
kuning pekat
• Pukul 08.00 Visit dr. Heri
• Instruksi:
• Periksa DL, tiap 12,
GDS tiap 6 jam
• Terapi lain lanjut
Hb/Ht/Leukosit/Trombosit:
12/34/7.200/110.000
S: demam -, nyeri perut
O: KU/Kesadaran: Tampak Sakit Berat
Apatis
FN : 89x/mnt, RR 28x/mnt, TD 130/80
mmHg,
Abdomen : BU +, supel, NT +, hati
teraba 2 jari bac
A: Malaria Cerebral
P: - CIV: D51/2NS 81cc/jam dan D51/2NS
+CAP 2,6 cc (81cc/jam) habiskan dalam 3
jam tiap 8 jam, D5% 14 tpm
- O2 2-3 lpm
- MM/
Ceftriaxone 2x1 gr iv
Tamolif 3x500 mg drip
Vit K 1mg dlm 500cc dlm D5% per hari
Ranitidin 2x1 ampul
NGT : 20 cc cairan coklat hitam kental, urin
100cc kuning jernih
Diet sonde 8x30cc
Lab: Hb 10,7, Ht 33%, Leukosit 7100,
Trombosit 172.000
8
26 Januari 2013 27 Januari 2013
S: demam -, lemas
O: KU/Kesadaran: Tampak Sakit Berat Apatis
FN : 80x/mnt, RR 24x/mnt, TD 110/56 mmHg,
Abdomen : BU +, supel, NT +, hati teraba 2
jari bac
A: Malaria Cerebral
P: - CIV: D51/2NS 81cc/jam dan D51/2NS
+CAP 2,6 cc (81cc/jam) habiskan dalam 3 jam
tiap 8 jam, D5% 14 tpm
- O2 2-3 lpm
- MM/
Ceftriaxone 2x1 gr iv
Ranitidin 2x1 ampul
PCT 500mg k/p
Diet sonde 12x50cc
Lab: Hb 11,3, Ht 33%, Leukosit 7400,
Trombosit 237.000
Cek DL per hari dan DDR
S: demam -, lemas
O: KU/Kesadaran: Tampak Sakit Berat
Apatis
FN : 80x/mnt, RR 24x/mnt, TD 131/72
mmHg,
Abdomen : BU +, supel, NT +, hati
teraba 2 jari bac
A: Malaria Cerebral
P: - CIV: D51/2NS 81cc/jam dan D51/2NS
+CAP 2,6 cc (81cc/jam) habiskan dalam 3
jam tiap 8 jam, D5% 14 tpm
- O2 2-3 lpm
- MM/
Ceftriaxone 2x1 gr iv
Ranitidin 2x1 ampul
PCT 500mg k/p
Diet : susu 12x80cc dan bubur saring 3x1/2
porsi
Lab: Hb 11,, Ht 26%, Leukosit 8200,
Trombosit 301.000
Cek DL per hari dan DDR
9
28 Januari 2013 29 Januari 2013
S: demam -, lemas
O: KU/Kesadaran: Tampak Sakit Berat Apatis
TD 109/769 mmHg,
Abdomen : BU +, supel, NT +, hati teraba 2
jari bac
A: Malaria Cerebral
P: - CIV: D51/2NS 81cc/jam dan D51/2NS
+CAP 2,6 cc (81cc/jam) habiskan dalam 3 jam
tiap 8 jam, D5% 14 tpm
- O2 2-3 lpm
- MM/
Ceftriaxone 2x1 gr iv
Ranitidin 2x1 ampul stop
PCT 500mg k/p
Elkana 1x1 cth
Diet : susu 12x100cc dan bubur saring 3x1 porsi
S: demam -, lemas
O: KU/Kesadaran: Tampak Sakit Berat
Apatis
TD 109/769 mmHg,
Abdomen : BU +, supel, NT +, hati
teraba 2 jari bac
A: Malaria Cerebral
P: - CIV: D51/2NS 81cc/jam dan D5% 14
tpm
- O2 2-3 lpm
- MM/
Ceftriaxone 2x1 gr iv
Ranitidin 2x1 ampul stop
PCT 500mg k/p
Elkana 1x1 cth
Diet : susu 12x120cc dan bubur saring 3x1
porsi
Lab: Hb 11,, Ht 26%, Leukosit 8200,
Trombosit 301.000
Cek DL per hari dan DDR
Hasil Pembelajaran
1. Melakukan penilaian manifestasi klinis pada malaria cerebral
2. Melakukan penatalaksanaan awal pada malaria cerebral
3. Mengenal dan dapat mengevaluasi penyebab komplikasi pada malaria cerebral
4. Mengetahui penatalaksanaan pada malaria cerebral.
10
Subyektif
• Pasien anak laki-laki 13 tahun dibawa oleh keluarga dengan penurunan kesadaran. 4 hari
SMRS, pasien mengeluh demam disertai menggigil dan keringat dingin, dirasakan di
seluruh tubuh, serta sakit kepala. Mimisan (+), gusi berdarah(-), mual muntah (+) setiap kali
makan dan minum.
• 3 hari SMRS demam tidak turun juga, pasien mengeluh sakit kepalanya semakin berat.
Nafsu makan dan aktivitasnya mulai menurun, muntah semakin sering, tidak mau makan,
pasien seperti orang kebingungan, meracau dan gelisah. 1 hari SMRS kaki dan tangan
pasien semakin dingin. Pasien tampak seperti orang kejang 1x, mata mendelik ke atas,
tangan kelojotan dan setelah itu semakin lemas, tidak bisa dibangunkan. 1 bulan sebelumnya
pasien bekerja ke hutan dan baru 1 minggu kembali dr hutan.
Pada anamnesis, yang penting diperhatikan tentu saja adalah demam. Demam pada malaria
timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan berbagai macam antigen yang
akan merangsang sel-sel radang mengeluarkan sitokin-sitokin yang mengaktifkan sistem pengatur
suhu hipotalamus sehingga terjadi peningkatan suhu. Daur pecahnya skizon pada tiap spesies
Plasmodium berbeda-beda sehingga terjadi pola demam yang juga berbeda. Pada P.falciparum
diperlukan waktu 36-48 jam, P. vivax/ P. ovale 48 jam dan P. malariae 72 jam. Hal ini
menyebabkan demam pada malaria tropika dapat terjadi setiap hari, pada malaria tersiana dan ovale
terjadi selang satu hari dan malaria kuartana terjadi selang dua hari. Hal lain yang penting dalam
anamnesis malaria adalah apakah penderita tinggal di daerah endemis malaria. Hal ini menunjukkan
bahwa penderita sebagai penduduk dari Kalimantan rentan terinfeksi Malaria.
Obyektif
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesaadaran : E3M4V3
Tanda Vital : TD: 100/40 mmHg, Nadi: 72x/menit regular, Suhu: 38,3 C, pernafasan:
22x/menit
Mata : konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik.
KGB : tidak ada pembesaran
Leher : JVP tidak meningkat
Thorax :
o cor: S1-2 reguler, gallop (-), murmur (-)
o Pulmo: vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
11
Abdomen : supel, BU (+) normal, NT (-), hati teraba 2 jari bac, limpa sulit dinilai
Ekstremitas : akral dingin, edema -/-
Pada pemeriksaan fisik hal pertama yang perlu dikonfirmasi adalah suhu badan, apakah benar
penderita panas. Saat masuk, suhu penderita 38,3 0C, sehingga dapat disimpulkan bahwa penderita
demam.
Pada penderita malaria dapat juga ditemukan anemia, yang disebabkan leh pecahnya sel-sel
darah merah yang terinfeksi parasit Malaria. Namun pada pasien ini, belum ditemukan adanya kulit
maupun konjungtiva yang anemis pada saat masuk, namun saat dalam perawatan pasien terlihat
pucat.
Pada pemeriksaan fisik abdomen, hal yang khas pada malaria adalah adanya splenomegali.
Hal ini disebabkan oleh fungsi limpa sebagai organ retikuloendotelial yang memproduksi sel-sel
makrofag dan limfosit yang bertugas untuk menghancurkan parasit mengalami peningkatan,
sehingga limpa membesar oleh bertambahnya produksi sel-sel tersebut. Pada pasien ini ditemukan
adanya pembesaran limpa sulit dinilai namun terdapat pembesaran hepar.
Assesmen
Definisi
Malaria merupakan suatu penyakit akut maupun kronik, yang disebabkan oleh protozoa genus
Plasmodium dengan manifestasi klinis berupa demam, anemia dan pembesaran limpa. Sedangkan
meurut ahli lain malaria merupakan suatu penyakit infeksi akut maupun kronik yang disebakan oleh
infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual
dalam darah, dengan gejala demam, menggigil, anemia, dan pembesaran limpa.
Epidemiologi
Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin lebih berkaitan dengan perbedaan derajat
kekebalan tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respon imun
yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan dapat maningkatkan resiko
malaria. Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi seseorang terinfeksi malaria adalah):
1. Ras atau suku bangsa
Pada penduduk benua Afrika prevalensi Hemoglobin S (HbS) cukup tinggi sehingga lebih tahan
terhadap infeksi P. falciparum karena HbS dapat menghambat perkembangbiakan P. falciparum.
2. Kekurangan enzim tertentu
12
Kekurangan terhadap enzim Glukosa 6 Phosphat Dehidrogenase (G6PD) memberikan
perlindungan terhadap infeksi P. falciparum yang berat. Defisiensi terhadap enzim ini merupakan
penyakit genetik dengan manifestasi utama pada wanita.
3. Kekebalan pada malaria terjadi apabila tubuh mampu mengancurkan Plasmodium yang masuk
atau mampu menghalangi perkembangannya.
Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus Plasmodium.
Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada manusia terdapat 4 spesies yaitu
Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.
Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles ataupun ditularkan langsung
melalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya.
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai malaria tertiana. P.
malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria kuartana. P. ovale merupakan
penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum menyebabkan malaria falsiparum atau malaria
tropika. Spesies terakhir ini paling berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi
berat sebab dalam waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga
menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-organ tubuh.
Siklus Hidup Plasmodium
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan nyamuk
anopheles betina.
Silkus Pada Manusia
Pada waktu nyamuk anopheles infektif mengisap darah manusia, sporozoit yang berada dalam
kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dsalam peredaran darah selama kurang lebih 30 menit. Setelah
itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang
menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit hati. Siklus ini disebut siklus
eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu. Pada P. vivak dan P. ovale,
sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang memjadi bentuk
dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-
bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif
sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam peredaran darah dan
menginfeksi sela darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium
13
tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni.
Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel
darah merah lainnya. Siklus inilah yang disebut dengan siklus eritrositer. Setelah 2-3 siklus
skizogoni darah, sebagian merozoit yang meninfeksi sel darah merah dan membentuk stadium
seksual yaitu gametosit jantan dan betina.
Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam
tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot ini akan
berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Di luas dinding
lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit yang nantinya
akan bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit masuk ke tubuh
manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam bervariasi, tergantung dari
spesies Plasmodium. Sedangkan masa prepaten atau rentang waktu mulai dari sporozoit masuk
sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.
Patogenesis Malaria
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan lingkungan.
Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah daripada
koagulasi intravaskuler. Oeleh karena skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi
anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit
selain yang mengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang menyebabkan
gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor
lain yang menyebabkan terjadinya anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit.
Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah pecah.
Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi fagositosis dari eritrosit
yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit
diserta peningkatan makrofag.
Pada malaria beratm mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit ke dalam
eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalami perubahan struktur
danmbiomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut meliputi
mekanisme, diantaranya transport membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi dan resetting.
14
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi P. falciparum pada
reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler. Selain itu eritrosit juga dapat melekat pada
eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk roset.
Resetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yang mengandung merozoit
matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit, sehingga berbentu seperti
bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya resetting adalah golongan darah dimana
terdapatnya antigen golongan darah A dan B yang bertindak sebagai reseptor pada permukaan
eritrosit yang tidak terinfeksi.
Menurut pendapat ahli lain, patogenesis malaria adalah multifaktorial dan berhubungan dengan
hal-hal sebagai berikut:
1. Penghancuran eritrosit
Fagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi juga terhadap eritrosit
yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan anemia dan hipoksemia jaringan. Pada
hemolisis intravascular yang berat dapat terjadi hemoglobinuria (black white fever) dan dapat
menyebabkan gagal ginjal.
2. Mediator endotoksin-makrofag
Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang sensitive
endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator. Endotoksin mungkin berasal dari saluran cerna
dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF) yang merupakan suatu
monokin, ditemukan dalam peredaran darah manusia dan hewan yang terinfeksi parasit malaria.
TNF dan sitokin dapat menimbulkan demam, hipoglikemia, dan sndrom penyakit pernapasan pada
orang dewasa(9).
3. Sekuestrasi eritrosit yang terluka
Eritrosit yang terinfeksi oleh Plasmodium dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada
permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen dan bereaksi dengan antibodi malaria dan
berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung parasit terhadap endothelium kapiler alat
dalam, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi alat dalam. Eritrosit yang terinfeksi menempel
pada endothelium dan membentuk gumpalan yang mengandung kapiler yang bocor dan
menimbulkan anoksia dan edema jaringan.
Patologi Malaria
Sporozoit pada fase eksoeritrosit bermultiplikasi dalam sel hepar tanpa menyebabkan reaksi
inflamasi, kemudian merozoit yang dihasilkan menginfeksi eritrosit yang merupakan proses
patologi dari penyakit malaria. Proses terjadinya patologi malaria serebral yang merupakan salah
15
satu dari malaria berat adalah terjadinya perdarahan dan nekrosis di sekitar venula dan kapiler.
Kapiler dipenuhi leukosit dan monosit, sehingga terjadi sumbatan pembuluh darah oleh roset
eritrosit yang terinfeksi.
Manifestasi Klinis
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium mempunyai gejala utama
yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya
merozoit atau skizon), pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin atau
toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi (misalnya pada daerah hiperendemik)
banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam
periodic, anemia dan splenomegali.
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit (terpendek untuk
P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi dan pada pengobatan
sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi yang mungkin
disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse darah yang mengandung
stadium aseksual).
2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa: malaise, lesu,
sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak enak, diare
ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P.
vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas.
3. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara berurutan:
Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering membungkus dirinya
dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering seluruh badan gemetar, pucat sampai
sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti
dengan meningkatnya temperatur.
Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh tetap
tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri
16
kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah dan dapat terjadi syok. Periode ini berlangsung lebih
lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
Periode berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita merasa capek
dan sering tertidur. Bial penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan
biasa.
Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan lebih sering ditemukan
pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan terjadi setelah 3 hari dari serangan akut dimana
limpa akan membengkak, nyeri dan hiperemis.
Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum. pada infeksi P.
falciparum dapat meimbulkan malaria berat dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai
malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P. falciparum stadium aseksual
dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut:
1. Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11.
2. Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit >10.000/µl.
3. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau <12 ml/kgBB pada
anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan kreatinin >3mg%.
4. Edema paru.
5. Hipoglikemia: gula darah <40 mg%.
6. Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg diserta keringat dingin atau perbedaan
temperature kulit-mukosa >1oC.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan laboratorik
adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam setelah pendinginan pada hipertermis.
9. Asidemia (Ph<7,25) atau asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L).
10. Makroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena obat antimalaria
pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler
jaringan otak.
Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti infeksi malaria ditegakkan
dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostic cepat.
1. Anamnesis
17
Keluhan utama, yaitu demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal.
Riwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1-4 minggu yang lalu ke daerah
endemik malaria.
Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
Riwayat sakit malaria.
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
Riwayat mendapat transfusi darah.
Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat, dapat ditemukan
keadaan di bawah ini:
Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.
Keadaan umum yang lemah.
Kejang-kejang.
Panas sangat tinggi.
Mata dan tubuh kuning.
Perdarahan hidung, gusi, tau saluran cerna.
Nafas cepat (sesak napas).
Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.
Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman.
Jumlah air seni kurang bahkan sampai tidak ada.
Telapak tangan sangat pucat.
2. Pemeriksaan Fisik
Demam (≥37,5oC)
Kunjunctiva atau telapak tangan pucat
Pembesaran limpa
Pembesaran hati
Pada penderita tersangaka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis sebagai berikut:
Temperature rectal ≥40oC.
Nadi capat dan lemah.
Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan <50 mmHg pada anak-anak.
Frekuensi napas >35 kali permenit pada orang dewasa atau >40 kali permenit pada
balita, dan >50 kali permenit pada anak dibawah 1 tahun.
Penurunan kesadaran.
Manifestasi perdarahan: ptekie, purpura, hematom.
18
Tanda-tanda dehidrasi.
Tanda-tanda anemia berat.
Sklera mata kuning.
Pembesaran limpa dan atau hepar.
Gagal ginjal ditandai dengan oligouria sampai anuria.
Gejala neurologik: kaku kuduk, refleks patologis positif.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskopik
Sebagai standar emas pemeriksaan laboratoris demam malaria pada penderita adalah
mikroskopik untuk menemukan parasit di dalam darah tepi(13). Pemeriksaan darah tebal dan
tipis untuk menentukan:
Ada/tidaknya parasit malaria.
Spesies dan stadium Plasmodium
Kepadatan parasit
- Semi kuantitatif:
(-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB
(+) : ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB
(++) : ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB
(+++) : ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB
(++++): ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB
- Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah tebal atau sediaan
darah tipis.
b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda immunokromatografi dalam bentuk dipstik.
c. Tes serologi
Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau pada
keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic
sebab antibodi baru terbentuk setelah beberapa hari parasitemia. Titer >1:200 dianggap
sebagai infeksi baru, dan tes >1:20 dinyatakan positif.
19
Pengobatan Malaria
Obat anti malaria yang tersedia di Indonesia antara lain klorokuin, sulfadoksin-pirimetamin,
kina, primakuin, serta derivate artemisin. Klorokuin merupakan obat antimalaria standar untuk
profilaksis, pengobatan malaria klinis dan pengobatan radikal malaria tanpa komplikasi dalam
program pemberantasan malaria, sulfadoksin-pirimetamin digunakan untuk pengobatan radikal
penderita malaria falciparum tanpa komplikasi. Kina merupakan obat anti malaria pilihan untuk
pengobatan radikal malaria falciparum tanpa komplikasi. Selain itu kina juga digunakan untuk
pengobatan malaria berat atau malaria dengan komplikasi. Primakuin digunakan sebagai obat
antimalaria pelengkap pada malaria klinis, pengobatan radikal dan pengobatan malaria berat.
Artemisin digunakan untuk pengobatan malaria tanpa atau dengan komplikasi yang resisten
multidrugs.
Beberapa obat antibiotika dapat bersifat sebagai antimalaria. Khusus di Rumah Sakit, obat
tersebut dapat digunakan dengan kombinasi obat antimalaria lain, untuk mengobati penderita
resisten multidrugs. Obat antibiotika yang sudah diujicoba sebagai profilaksis dan pengobatan
malaria diantaranya adalah derivate tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, sulfametoksazol-
trimetoprim dan siprofloksasin. Obat-obat tersebut digunakan bersama obat anti malaria yang
bekerja cepat dan menghasilkan efek potensiasi antara lain dengan kina.
Pengobatan Malaria Falciparum
20
21
22
Terapi untuk komplikasi khusus
a. Koma
Untuk mengukur tingkat kesadaran dapat digunakan Glasgow Coma Scale pada dewasa dan
Blantyre Coma Scale pada anak ≤ 5 tahun.
1) Cek gula darah , hipoglikemia = < 2.2 mmol/l; < 40 mg/100ml
2) Lihat tanda-tanda meningitis, diantaranya kaku kuduk: jika ada, pertimbangkan untuk
lumbal pungsi (LP) dan mulai pemberian antibiotic IV. Jangan lakukan LP jika ada tanda
peningkatan TIK diantaranya pupil anisokor, pupil tidak reaktif, bradikardia atau nafas tidak
teratur. Jika tidak bisa melakukan LP tapi sudah yakin ada meningitis, maka mulailah
pemberian antibiotic.
3) Observasi secara teratur, awal setiap jam sampai pasien stabil dan kemudian tiap 4 jam,
ini meliputi gula darah, nadi, tekanan darah, kesadaran.
4) Monitor dan catat input dan output cairan, sebaiknya dipasang kateter urin. Saat urin
kurang dari 0.5ml/kg/jam atau ada tanda-tanda dehidrasi, pertimbangkan untuk pemberian
cairan bolus. Cairan Normal Salin awalnya 20 ml/kg pada anak-anak.Ini dapat diulang
maksimal 40ml/kg pada anak-anak. Observasi tanda-tanda oedema paru dan auskultasi dada
untuk mendengarkan krepitasi (oedema paru). Jika ada pertimbangkan pemberian furosemid
1mg/kgBB.
5) Observasi kejang, jika ada kejang sebaiknya diterapi.
6) Monitor parasitaemia setiap 6-12 jam sampai negatif
23
7) Cek haemoglobin atau haematocrit setiap 24 jam
8) Berikan asuhan keperawatan yang baik
9) Masukkan NGT dan kosongkan isi lambung
10) Pertimbangkan untuk mulai pemberian makanan pada hari ke-2 pada anak-anak dan
hari.
b. Anemia Berat
Anemia berat ditandai dengan pucat yang sangat pada tangan, sering diikuti dengan denyut nadi
yang x=cepat. Kesulitan vernafas, kebingungan atau gelisah. Tanda gagal jantung seperti irama
Gallop, pembesaran hati dan edema paru bisa ditemukan.
Berikan transfusi darah sesegera mungkin kepada:
- Hb < 5 gr/dL atau Hct kuramg dari 15%
- Hct > 15%, atau Hb > 5 gr/dL dengan tanda2 sebagai berikut:
o Dehidrasi, shok, penurunan kesadaran, pernafasan kismaull, gagal jantung, parasitemia yang
sangat tinggi.
Berikan PRC 10 ml/kgBB selama 3-4 jam. Jika tidak tersedia PRC berikan WB 20 ml/kgBB dalam
wwaktu 3-4 jam.
Periksa nafasdan nadi setiap 15 menit, jika salah satnya mengalaami kenaikan, berikan transfuse
dengan tetesan yang lebih lambat. Jika ada bukti kelebihan cairan karena transfusi darah, berikan
furosemid intravena 1-2 mg/kgBB hingga jumlah maksimal 20 mg/kgBB. Setelah transfuse jika Hb
tetap rendah ulangi transfuse. Pada anak dengan gizi buruk kelebihan cairan merupakan komplikasi
yang umum dan serius. Berikan fresh whole blood 10 ml/kgBB hanya sekali.
c. Hipoglikemia
Gula darah < 2,5 mmol/liter atau < 45 mg/dl lebih sering terjadi pada pasien umur < 3 tahun, yang
mengalami kejang atau hiperparasitemia dan pasien koma. Periksa glukosa plasma setiap 4 jam
pada pasien tidak sadar. Berikan pasien hipoglikemia dengan Dextrose 50%, 1 ml per kgBB lebih
dari 10 menit. Perhatikan bahwa hipoglikemia dapat kambuh dengan cepat. Hal ini penting untuk
memastikan bahwa hipoglikemia, syok atau penyakit yang berbeda seperti meningitis bukanlah
penyebab kesadaran berubah. Kemungkinan hipoglikemia lebih tinggi pada anak-anak dan
pengobatan dengan pengobatan kina. Juga, periksa glukosa darah jika ada penurunan tingkat
kesadaran.
d. Meningitis
Jika ada keraguan tentang diagnosis malaria serebral, pungsi lumbal harus dilakukan untuk
menyingkirkan meningitis bakteri, asalkan tidak ada kontraindikasi. Meningitis harus diperhatikan
jika slide negatif untuk bentuk aseksual P. falciparum, pasien shock atau jika ada leukositosis dan /
24
atau pergeseran ke kiri dalam jumlah sel putih (karena ini bukan fitur-fitur umum malaria berat ),
atau jika ada tanda-tanda keterlibatan meningeal seperti leher kaku. Cairan cerebrospinal berawan
(CSF), berarti meningitis jadi pengobatan awal (idealnya) dengan sefalosporin generasi ke-3
(dewasa ceftriaxone IV 2000 mg BD, anak-anak 80mg/kg BD). Jika mungkin, CSF harus dikirim
untuk jumlah sel, glukosa dan tingkat protein, Gram dan BTA dan budaya. Gram stain dan kultur
(CSF dan darah) adalah yang paling penting.
e. Jaundice
Pasien dengan malaria berat bisa sangat kuning, karena hemolisis intravaskular sel darah merah dan
disfungsi hati. Ini adalah tanda prognosis, tetapi tidak ada terapi spesifik.
f. Blackwater Fever
Haemoglobinuria karena hemolisis intravaskular dikaitkan dengan terapi kina dan defisiensi G6PD.
Transfusi darah segar bertujuan untuk mempertahankan hematokrit di atas 20%. Tidak ada terapi
spesifik. terapi antimalaria tidak harus dihentikan.
g. Shock
Hipotensi berat (tekanan darah sistolik di bawah 80 mmHg) adalah temuan jarang pada malaria
berat dan jika syok septik hadir harus dicurigai. Sumber infeksi mungkin harus dicari, jika sama
sekali tidak diketahui maka darah harus diambil dan terapi antibiotik empiris yang mencakup
organisme gram negatif harus dijalankan (misalnya untuk orang dewasa ceftriaxone 2 g BD, untuk
anak-anak 80mg/kg BD atau 1 g cefotaxime untuk orang dewasa dan TID 25mg/kg, dengan atau
tanpa dosis tunggal gentamisin 4 mg / kg). Pemberian cairan (pada orang dewasa 1 L NSS;. Pada
anak 20ml/kg NSS (koloid jauh lebih mahal dan tidak memiliki keuntungan besar) harus diberikan.
Jika ini tidak meningkatkan tekanan darah, pasien mungkin akan memerlukan terapi vasopresor
(dopamin, noradrenalin) dan harus dirujuk ke rumah sakit. Sementara itu harus dilanjutkan sampai
tekanan darah rata-rata (diastolik BP + 1 / 3 * (diastolik sistolik) di atas 60 hingga 70 mmHg. Pada
syok septik tanpa bantuan obat-obatan vasopresor dan kemungkinan untuk intubasi/ventilasi,
keseimbangan antara resusitasi cairan dan dekompensasi kadang-kadang tidak dapat dicapai.
h. DIC
Disseminated intravascular coagulation (DIC) dapat dicurigai bila terdapat perdarahan spontan dan
oozing dari tempat venepuncture. Hal ini sangat jarang pada malaria berat (5%), tapi sangat sering
pada septicaemia. Untuk therapy, 10 mg vitamin K diberikan intravenously (secara lambat) 24 jam
untuk 3 hari. Diagnosisdapat ditegakkan dengan pengukuran clotting times dalam blood, tapi hal ini
tidak essentialpada setiap situasi. Terapi tambahan tidak direkomendasikan.
25
g. Kejang
Terapi segera dengan diazepam dan cek gula darah. Dewasa 10 mg IV setelah 5 menit, Anak 0.3
mg/kg IV, atau pemberian rectal 0.5 mg/kg
Kejang lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa dengan malaria berat. Profilaksis
untuk kejang tidak direkomendasikan (pedoman WHO 2006). Fenobarbital 20 mg / kg pada anak-
anak Kenya dikaitkan dengan peningkatan mortalitas, mungkin dari depresi pernapasan. kejang
berulang pada orang dewasa dapat diobati dengan fenobarbital IM 7 mg / kg, jika tersedia. Pada
anak-anak fenitoin IV 18 mg / kg selama 20 menit (dewasa 5mg/kg) adalah pilihan.
Prognosis
1. Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan ketepatan diagnosis serta pengobatan.
2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada anak-anak
15%, dewasa 20% dan pada kehamilan meningkat sampai 50%.
3. Prognosis malaria berat dengan gangguan satu fungsi organ lebih baik daripada gangguan 2 atau
lebih fungsi organ(3).
Mortalitas dengan gangguan 3 fungsi organ adalah 50%.
Mortalitas dengan gangguan 4 atau lebih fungsi organ adalah 75%.
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:
Kepadatan parasit <100.000/µL, maka mortalitas <1%.
Kepadatan parasit >100.000/µL, maka mortalitas >1%.
Kepadatan parasit >500.000/µL, maka mortalitas >5%.
26
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Malaria merupakan suatu penyakit yang bersifat akut maupun kronik, yang disebabkan oleh
protozoa genus Plasmodium, yang ditandai dengan demam, anemia dan pembesaran limpa.
Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies, yaitu P. falciparum, P. ovale, P. vivax,
dan P. malariae. Malaria juga melibatkan hospes perantara yaitu nyamuk anopheles betina. Daur
hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual dalam tubuh nyamuk anopheles betina dan fase
aseksual dalam tubuh manusia. Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit,
inang dan lingkungan. Pada malaria berat berkaitan dengan mekanisme transport membrane sel,
penurunan deformabilitas, pembentukan knob, sitoadherensi, resetting, dan lain-lain. Manifestasi
klinik dari penyakit malaria ditandai dengan gejala prodromal, trias malaria (menggigil-panas-
berkeringat), anemia dan splenomegali. Diagnosis malaria ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan
fisik dan laboratorium. Gold standard adalah menemukan parasit malaria dalam pemeriksaan
sediaan apus darah tepi. Pengobatan untuk malaria falsiparum yang berat adalah dengan pemberian
artesunat atau quinine dan mengatasi komplikasinya.
Saran
Perlunya dilakukan program pemberantasan malaria melalui kegiatan:
1. Menghindari atau mengurangi kontak atau gigitan nyamuk anopheles.
Membunuh nyamuk dewasa dengan menggunkan berbagai insektisida.
Membunuh jentik baik secara kimiawi (larvasida) maupun biologik (ikan, dan sebagainya).
Mengurangi tempat perindukan.
Mengobati penderita malaria.
Pemberian pengobata pencegahan.
2. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien kepada pasien yang meliputi diagnosis secara dini dan
pengobatan yang cepat dan tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
3. Menganjurkan kepada masyarakat yang akan bepergian ke daerah endemis malaria agar
mengkonsumsi kemoprofilaksis malaria.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Ramdja M, Mekanisme Resistensi Plasmodium Falsiparum Terhadap Klorokuin. MEDIKA.
No. XI, Tahun ke XXIII. Jakarta, 1997; Hal: 873.
2. ↵ Bell D, Winstanley P. Current issues in the treatment of uncomplicated malaria in Africa. Br
Med Bull 2004;71:29–43. Abstract/FREE Full Text
3. ↵ WHO. Severe falciparum malaria. World Health Organization, Communicable Diseases
Cluster. Trans R Soc Trop Med Hyg 2000;94(Suppl. 1):S1–90. Medline Web of Science
4. ter Kuile F, White NJ, Holloway P et al. Plasmodium falciparum: in vitro studies of the
pharmacodynamic properties of drugs used for the treatment of severe malaria. Exp Parasitol
1993;76:85–95.
5. Dondorp A, Nosten F, Stepniewska K et al. Artesunate versus quinine for treatment of severe
falciparum malaria: a randomised trial. Lancet 2005;366:717–25.
6. Kartono M. Nyamuk Anopheles: Vektor Penyakit Malaria. MEDIKA. No.XX, tahun XXIX.
Jakarta, 2003; Hal: 615.
7. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta,
2006; Hal:1-12, 15-23, 67-68.
8. Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta, 2006; Hal: 1754-60.
9. Gunawan S. Epidemiologi Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi,
Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 1-15.
10. Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi,
Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 249-60.
11. Nugroho A & Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam Harijanto PN (editor).
Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000;
Hal: 38-52.
12. Harijanto PN, Langi J, Richie TL. Patogenesis Malaria Berat. Dalam: Harijanto PN (editor).
Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000;
Hal: 118-26.
28