portofolio kejang demam

24
No. ID dan Nama Peserta: dr. Ines Damayanti Octaviani No. ID dan Nama Wahana: RSAU dr. Esnawan Antariksa Topik: Kejang Demam Sederhana Tanggal (kasus): 28 Desember 2015 Nama Pasien: An. R No. RM : 145893 Tanggal Presentasi: 11 Desember 2015 Pendamping: dr. Hambrah Sri Atriadewi Tempat Presentasi: RSAU dr. Esnawan Antariksa Obyek Presentasi: Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonat us Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi : Os usia 16 bulan datang ke UGD RSAU dengan keluhan kejang setengah jam sebelum masuk rumah sakit Tujuan : Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan appendicitis akut Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit Cara Membahas Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos Data Pasien Nama: An. R Terdaftar Sejak: 28 Desember 2015 Nama Tempat UGD RSAU dr. Esnawan Antariksa

description

tugas portofolio dokter internsip jakarta

Transcript of portofolio kejang demam

Page 1: portofolio kejang demam

No. ID dan Nama Peserta: dr. Ines Damayanti Octaviani

No. ID dan Nama Wahana: RSAU dr. Esnawan Antariksa

Topik: Kejang Demam Sederhana

Tanggal (kasus): 28 Desember 2015

Nama Pasien: An. R No. RM : 145893

Tanggal Presentasi: 11 Desember

2015

Pendamping: dr. Hambrah Sri

Atriadewi

Tempat Presentasi: RSAU dr. Esnawan Antariksa

Obyek Presentasi:

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan

Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi : Os usia 16 bulan datang ke UGD RSAU dengan keluhan kejang

setengah jam sebelum masuk rumah sakit

Tujuan : Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan appendicitis akut

Bahan

Bahasan

Tinjauan

Pustaka

Riset Kasus Audit

Cara

Membahas

Diskusi Presentasi dan

diskusi

Email Pos

Data Pasien Nama: An. R Terdaftar Sejak: 28 Desember

2015

Nama Tempat

Perawatan

UGD RSAU dr. Esnawan

Antariksa

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Os datang dengan keluhan kejang setengah jam sebelum masuk rumah sakit. Kejang seluruh tubuh dan mata mendelik. Setelah kejang OS lemas dan tertidur. Kejang diawali dengan demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk kering, muntah sebanyak 2x berisi makanan, diare kurang lebih 5x dengan ampas sedikit tanpa lendir dan darah.

2. Riwayat Pengobatan: Os saat ini sedang menjalani pengobatan TB sejak bulan April 2015 di RS Meilia Cibubur

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit: Os memiliki riwayat kejang saat berusia 1

Page 2: portofolio kejang demam

tahun4. Riwayat Keluarga: Ibu Os memiliki riwayat kejang demam 5. Riwayat Antenatal: Os lahir cukup bulan melalui SC dengan indikasi lilitan

tali pusat. Berat lahir 2900 gram. 6. Kondisi Lingkungan: Os tinggal di rumah dengan lingkungan padat penduduk.

Tinggal bersama orang tuanya. Os merupakan anak pertama.7. Riwayat Sosial dan Kebiasaan: -. 8. Riwayat Makanan dan Minuman: Os tidak memiliki riwayat alergi makanan,

nafsu makan menurun sejak sakit.9. Riwayat Imunisasi : riwayat imunisasi Os lengkap10. Lain-lain: -

Daftar Pustaka:

1. Wibisono E, et al, Apendisitis, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Keempat, Jilid 1, Cetakan Pertama. Media Aesculapius, Jakarta, 2014, hlm. 213-4.

2. Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan Anorektum, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm.639-45.

3. Apendisitis akut. dalam Permenkes no. 5 tahun tentang Panduan Praktek Klinis di Fasilitas Kesehatan Primer. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Hlm 103-10

4. Henry, Michael M, et al. 2005. The Epidemiology Of Appendicitis AndAppendectomy In The United States diunduh darihttp://aje.oxfordjournals.org/content/132/5/910. 12 November 2015

5. Perbandingan Ripasa dan Alvarado Score dalam Ketepatan Diagnosis Apendisitis Akut di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=70411&is_local=1. 12 November 2015

6. A Comparative Study of RIPASA Score and ALVARADO Score in the Diagnosis of Acute Appendicitis diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4290278/. 12 November 2015

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

1. Subyektif

Os anak laki – laki usia 16 bulan datang dengan keluhan kejang setengah jam sebelum masuk rumah sakit. Kejang seluruh tubuh dan mata mendelik. Setelah kejang Os lemas dan tertidur. Kejang diawali dengan demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk kering, muntah sebanyak dua kali, dan diare sebanyak kurang lebih lima kali dengan sedikit ampas, tanpa darah dan lendir. Os memiliki riwayat kejang saat berusia 1 tahun. Saat ini Os sedang menjalani pengobatan TB di RS Meilia Cibubur sejak

2

Page 3: portofolio kejang demam

bulan April 2015.

2. Obyektif

Pemeriksaan fisik umum :

Keadaan umum: Tampak sakit sedang

Kesadaran: Compos mentis

TD: -, Nadi: 118x/menit, Pernapasan: 26x/menit, Suhu: 38oC , BB: 10 Kg

Pemeriksaan sistemik :

Kepala : normocephali, ubun – ubun tidak cekung, mata tidak cekung,

konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebral -/-,

pernapasan cuping hidung (-), bibir sianosis (-), mukosa mulut dan bibir

basah (+)

THT : faring hiperemis, tonsil T1-T1, uvula di tengah

Leher : JVP tidak meningkat, pembesaran KGB colli (-)

Jantung

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : tidak dilakukan

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi: S1-S2 regular, murmur (-), gallop (-)

Paru

Inspeksi : pergerakan dada simetris kanan dan kiri

Palpasi : tidak dilakukan

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : bunyi nafas vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : datar

Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan limpa

tidak teraba, turgor kulit baik

Perkusi : shifting dullness (-), undulasi (-), nyeri ketok CVA -/-

Auskultasi : bising usus (+) meningkat

Ekstremitas : akral hangat (-/-),edema (-/-), CRT <2detik

Genitalia : dalam batas normal

3

Page 4: portofolio kejang demam

Status neurologis : dalam batas normal

Kulit : dbn

Pemeriksaan Penunjang

2 November 2015

Hematologi

Hb : 12,5

Leukosit : 22.900

Hematokrit : 35

Trombosit : 297.000

3. Assesment

Kejang Demam Sederhana

Diare tanpa dehidrasi

ISPA

4. Plan

Tatalaksana awal di UGD

- Triage: Os termasuk kategori 5 penanganan 120 menit

- Cek DPL

- Konsul dr. Dyah, Sp.A:

o Rawat Inap

o IVFD KAEN 3A 500cc/24 jam

o Paracetamol syrup 3 x 1 cth

o Ceftriaxon inj 1 x 500 mg

o Stesolit 5 mg bila kejang

o OAT lanjut

Tatalaksana di ruang Parkit (29 Desember 2015)

o Zinc kid syrup 2 x 1 cth

o lactoB 2 x 1 sachet

o ambroxol syrup 2 x 2/3 cth

4

Page 5: portofolio kejang demam

Jakarta, Januari 2016

Peserta Pendamping

dr. Adhi Pasha Dwitama dr. Hambrah Sri Atriadewi

5

Page 6: portofolio kejang demam

Kejang Demam

Definisi

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38oC) akibat suatu proses ekstra

kranial.

Kejang demam merupakan kelainan neurologist yang paling sering

dijumpai pada anak terutama pada golongan anak yang berumur 6 bulan

sampai 4 tahun. Pada kejang demam terjadi pembahasan sekelompok

neuron secara tiba-tiba yang menyebabkan suatu gangguan kesadaran,

gerak, sensori atau memori yang bersifat sementara.

Klasifikasi Kejang Demam

Kejang Demam pertama kali oleh Livingstone (1954) di bagi dua

golongan:

1. Kejang Demam Sederhana atau Simple Febrile Convulsion dengan

kriteria :

a. Kejang umum atau bilateral

b. Kejang berlangsung singkat (kurang dari 15menit)

c. Umur waktu kejang kurang dari 6 tahun.

d. Frekuensi kurang dari 4 kali dalam setahun

e. EEG normal sesudah paling sedikit 1 minggu setelah bebas panas.

2. Epilepsi yang di provokasi oleh demam (Epylepsi Triggered of by

fever) ialah :

a. Kejang lama atau fokal

b. Umur lebih dari 6tahun

c. Frekuensi serangan lebih dari 4 kali per tahun

d. EEG normal.

6

Page 7: portofolio kejang demam

Pada Sub Bagian Saraf Anak bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI

menggunakan kriteria Livingstone yang telah dimodifikasi yaitu sebagai

berikut :

a. Umur saat kejang 6 bulan – 4 tahun.

b. Lama kejang tidak melebihi 15 menit.

c. Kejang bersifat umum

d. Kejang timbul 16 jam pertama setelah demam

e. Pemeriksaan neurologik setelah dan sesudah kejang normal.

f. Pemeriksaan neurologik yang dibuat minimal 1 minggu setelah kejang

normal.

g. Frekuensi bangkitan kejang tidak lebih dari 4 kali dalam setahun.

Kejang demam yang memenuhi kriteria tersebut diatas

digolongkan kejang demam sederhana, sedangkan yang tidak

memenuhi kriteria tersebut diatas dimasukan dalam golongan epilepsi

yang diprovokasi oleh demam (ada juga yang menyebutnya sebagai

kejang demam komplek).

Menurut Unit Kerja Koordinasi Neurologi IDAI, (2006) membuat

klasifikasi kejang demam pada anak menjadi:

1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure)

Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure) terjadi secara

singkat durasi kurang dari 15 menit, kejang dapat umum, tonik, dan

atau klonik, umumnya akan berhenti sendiri tanpa gerakan fokal dan

tidak berulang dalam 24 jam.

2. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)

Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure) disertai demam

tinggi, kejang lama durasi lebih dari 15 menit. Kejang fokal atau

7

Page 8: portofolio kejang demam

parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial dan

berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

Etiologi Kejang Demam

Penyebab kejang demam atau Febrile Convulsion hingga kini belum

diketahui dengan pasti, demam sering disebabkan oleh infeksi saluran

pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi

saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.

Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan

kejang. Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami

hipoksemia (penurunan oksigen dalam darah) berat, hipoglikemia,

asodemia, alkalemia, dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi.

Kejang yang disebabkan oleh gangguan metabolik bersifat reversibel

apabila stimulus pencetusnya dihilangkan.

Patofisiologi Kejang Demam

Pada saat kenaikan suhu 1o C, maka terjadi peningkatan

metabolisme basal dan oksigen yang menyebabkan perubahan

keseimbangan membran sel neuron. Sel dikelilingi oleh membran yang

terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu

ionik, dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan

mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium

(Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya

konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,

sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan

jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat

perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari

neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan

energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan

sel.

8

Page 9: portofolio kejang demam

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak

diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk

metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa, sifat proses itu adalah

oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan ke otak

melalui system kardiovaskuler.

Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang

melalui proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air.

Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam

yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal

membran sel neuron dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya,

kecuali ion clorida. Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi

dan konsentrasi NA+ rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat

keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion

didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut

potensial nmembran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan

potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K, ATP

yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan

perubahan konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang

datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari

sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena

penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 %

dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu

pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel

neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui

membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan listrik.

Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas

keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan

yang disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya

kejang.

9

Page 10: portofolio kejang demam

Gambar 2.1 Patofisiologi Kejang Demam.

Gambaran Klinis Kejang Demam

Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis

sebagai berikut:

1. Kejang berlangsung singkat, < 15 menit

2. Kejang umum tonik dan atau klonik

Kejang Tonik adalah: Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa

pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum

dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi

atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk

dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus

di bedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang

meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus.

Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan

pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis

kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi dengan

baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti

oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio

cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau

oleh ensepalopati metabolik.

3. Umumnya berhenti sendiri

4. Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam

10

Page 11: portofolio kejang demam

5. Tanda atau gejala otomik, muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi

pupil.

Gambaran Laboratorium Kejang Demam

1. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang

demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi

penyebab demam, atau keadaan lain, misalnya gastroenteritis

dehidrasi disertai demam.

b. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya: darah

perifer, elektrolit dan gula darah.

c. Lumbal pungsi:

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau

menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis

bakterialis adalah 0,6%-6,7%.

Meningitis dapat menyertai kejang, walupun kejang biasanya bukan

satu-satunya tanda meningitis. Faktor resiko meningitis pada pasien

yang datang dengan kejang dan demam meliputi berikut ini: 12

1) Kunjungan ke dokter dalam 48 jam

2) Aktivitas kejang saat tiba di rumah sakit

3) Kejang fokal, penemuan fisik yang mencurigakan (seperti merah-

merah pada kulit, petekie) sianosis, hipotensi

4) Pemeriksaan saraf yang abnormal

Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan

diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh

karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:

1) Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan

2) Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan

3) Bayi > 18 bulan tidak rutin

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi

lumbal.

11

Page 12: portofolio kejang demam

2. Pencitraan

a. Foto X-Ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography

scan (CT-Scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang

sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:

b. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)

c. Paresis Nervus VI

d. Papiledema

e. CT scan sebaiknya dipertimbangkan pada pasien dengan kejang

demam kompleks. 

3. Tes lain (EEG)

a. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi

berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian

epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak

direkomendasikan.

b. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam tak khas;

misalnya pada anak usia > 6 tahun atau kejang demam fokal.

EEG tidak diperlukan pascakejang demam sederhana karena

rekamannya akan membuktikan bentuk Non-epileptik atau normal dan

temuan tersebut tidak akan mengubah manajemen. EEG terindikasi

untuk kejang demam atipik atau pada anak yang berisiko untuk

berkembang epilepsi. Kejang demam atipik meliputi kejang yang

menetap selama lebih dari 15 menit, berulang selama beberapa jam atau

hari, dan kejang setempat. Sekitar 50% anak menderita kejang demam

berulang dan sebagian kecil menderita kejang berulang berkali-kali.

Faktor resiko untuk perkembangan epilepsi sebagai komplikasi kejang

demam adalah riwayat epilepsi keluarga positif, kejang demam awal

sebelum umur 9 bulan, kejang demam lama atau atipik, tanda

perkembangan yang terlambat, dan pemeriksaan neurologis abnormal.

Indidens epilepsi adalah sekitar 9% bila beberapa faktor risiko ada

dibanding dengan insiden 1% pada anak yang menderita kejang demam

dan tidak ada faktor resiko

12

Page 13: portofolio kejang demam

Faktor resiko yang berhubungan dengan kejang demam

Faktor – faktor yang berhubungan terjadinya kejang demam pada anak

diantaranya adalah :

Faktor umur

Faktor umur merupakan salah satu faktor resiko utama yang

berhubungan dengan kejang demam karena hal ini erat kaitannya

dengan kematangan otak, tingkat kematangan otak dalam bidang

anatomi, fisiologi dan biokimiawi otak.

Umur dapat menentukan kemungkinan terjadinya penyakit

tartentu sepanjang jangka hidup. Kerentanan terhadap infeksi berubah,

bayi sangat rentan terhadap infeksi, lahir dengan hanya memiliki anti

body dari ibu, sistem imunimatur bayi belum mampu menghasilkan

immunoglobulin yang diperlukan. Kejang demam merupakan kelainan

neorologis yg paling sering dijumpai pada anak, terutama pada

golongan anak 6 bulan sampai 5 tahun

Faktor suhu tubuh.

Demam apabila hasil pengukuran suhu tubuh mencapai diatas

37,8°C aksila atau 38°C rektal. Demam dapat disebabkan oleh berbagai

sebab, tetapi pada anak tersering disebabkan oleh infeksi. Demam

merupakan faktor utama timbul bangkitan kejang demam. Perubahan

kenaikan temperatur tubuh berpengaruh terhadap nilai ambang kejang

dan ekstabilitas neural, karena kenaikan suhu tubuh berpengaruh pada

kanal ion dan metabolisme seluler serta produksi ATP.

Setiap kenaikan suhu tubuh satu derajat celsius akan meningkatkan

metabolisme karbohidrat 10-15% sehingga dengan adanya peningkatan

suhu akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan glukosa dan oksigen.

Pada demam tinggi akan mengakibatkan hipoksia jaringan termasuk

jaringan otak. Pada keadaan metabolisme di siklus skreb normal, satu

13

Page 14: portofolio kejang demam

molekul glukosa akan menghasilkan 38 ATP, sedangkan pada keadaan

hipoksia jaringan metabolisme anaerob, satu molekul glukosa hanya

akan menghasilkan 2 ATP, sehingga pada keadaan hipoksia akan

kekurangan energi, hal ini akan mengganggu fungsi normal pompa Na+

dan reuptake asam glutamat oleh sel glia.

Kedua hal tersebut mengakibatkan masuknya ion Na+ ke dalam

sel meningkat dan timbunan asam glutamat ekstrasel. Timbunan asam

glutamat ekstrasel akan mengakibatkan permeabilitas membran sel

terhadap ion Na+ sehingga semakin meningkatkanmasuknya ion Na+ ke

dalam sel. Masuknya ion Na+ ke dalam sel dipermudah dengan adanya

demam, sebab demam akan meningkatkan mobilitas dan benturan ion

terhadap membran sel. Perubahan konsentrasi ion Na+ intrasel dan

ekstrasel tersebut akan mengakibatkan perubahan potensial membran

sel neuron sehingga membran sel dalam keadaan depolarisasi. Selain

itu demam dapat merusak neuron GABA-ergik sehingga fungsi inhibisi

terganggu.

Faktor riwayat keluarga

Mekanisme peranan faktor riwayat keluarga pada terjadinya

kejang demam terutama disebabkan oleh adanya mutasi gen-gen

tertentu yang mempengaruhi esktabilitas ion-ion pada membran sel.

Mekanisme yang mempengaruhi peristiwa tersebut sangat kompleks.

Secara teoritis defek yang diturunkan pada tiap-tiap gen pengkode

protein yang menyangkut ekstabilitas neuron dapat mencetuskan

bangkitan kejang. Penelitian yang dilakukan oleh lumbantobing

mendapatkan hasil bahwa 20-25% penderita kejang demam

mempunyai riyawat keluarga yang juga pernah menderita kejang

demam.

Faktor usia saat ibu hamil

14

Page 15: portofolio kejang demam

Menurut Soetomenggolo (2007), usia ibu pada saat hamil sangat

menentukan status kesehatan bayi yang akan dilahirkan. Usia ibu

kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dapat mengakibatkan

berbagai komplikasi kehamilan dan persalinan, komplikasi kehamilan

diantaranya hipertensi dan eklampsia, sedangkan ggangguan pada

persalinan adalah trauma persalinan. Komplikasi kehamilan dan

persalinan dapat menyebabkan prematuritas, bayi berat lahir rendah,

penyulit persalinan dan partus lama. Keadaan tersebut dapat

mengakibatkan janin dengan asfiksia. Pada asfiksia terjadi hipoksia dan

iskemia. Hipoksia dapat mengakibatkan rusaknya faktor inhibisi dan

atau meningkatnya fungsi neuron eksitasi sehingga mudah timbul

kejang bila ada rangsangan yang memadai.

  Lama demam sebelum kejang.

Makin pendek jarak antar mulainya demam dengan terjadinya kejang

demam, makin besar risiko untuk terjadi berulangnya kejang demam.

Komplikasi Kejang Demam

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak

berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang

yang berlangsung lebih lama (>15 menit) biasanya disertai apnoe,

hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat, hipotensi artrial, suhu tubuh

makin meningkat, metabolisme otak meningkat yang dapat

menyebabkan kerusakan saraf dan sel-sel otak.

Tata Laksana kejang demam

a. Tujuan pengobatan kejang demam pada anak adalah untuk:

1.  Mencegah kejang demam berulang

15

Page 16: portofolio kejang demam

2.  Mencegah status epilepsi

3.  Mencegah epilepsi atau mental retardasi.

4.  Normalisasi kehidupan anak dan keluarga

b. Pengobatan fase akut

Membebaskan jalan napas dan memantau fungsi vital tubuh. Saat ini

diazepam intravena atau rektal merupakan obat pilihan utama. Dosis

diazepam pada anak adalah 0,3 mg/kg BB diberikan secara intervena

pada kejang demam fase akut tetapi pemberian tersebut sering gagal

pada anak yang lebih kecil maka diazepam dapat diberikan per rektal

dengan dosis 5 mg bila berat badan kurang dari 10 kg. Bila diazepam

tidak tersedia, dapat diberikan luminal suntikan intramuskular dengan

dosis awal 30 mg untuk neonatus, 50 mg untuk usia 1 bulan sampai 1

tahun, dan 75 mg untuk usia lebih dari satu tahun. Midazolam

intranasal (0,2 mg/kg BB) setelah di teliti aman dan efektif untuk

mengantisipasi kejang demam akut pada anak.

c. Pengobatan profilaksis

1. Intermittent : anti konvulsan segera diberikan pada waktu pasien

demam (suhu rektal lebih dari 380C) dengan mengunakan diazepam

oral atau rektal, klonazepam atau klorahidrad supositoria

2. Terus menerus dengan memberikan fenobarbital atau asam valporat

tiap hari untuk mencegah berulangnya kejang demam.

16