Populasi dan Sampel

25
Mata Kuliah Metodologi Penelitian POPULASI DAN SAMPEL Oleh: Sri Handayani, Khairun Nisak, Risnina Wafiqoh, Dan Melly Arthalia. 1

description

 

Transcript of Populasi dan Sampel

Page 1: Populasi dan Sampel

Mata Kuliah Metodologi Penelitian

POPULASI DAN SAMPEL

Oleh:

Sri Handayani, Khairun Nisak, Risnina Wafiqoh, Dan Melly Arthalia.

Program Studi Magister Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sriwijaya

2014

1

Page 2: Populasi dan Sampel

A. Populasi1. Pengertian Populasi

Margono (2010) mengatakan bahwa populasi adalah seluruh data

yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita

tentukan. Jadi populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau

setiap manusia memberikan data, maka banyaknya atau ukuran populasi akan

sama dengan banyaknya manusia. Pendapat lainnya datang dari Sudjana

(2005) yang menyatakan bahwa populasi merupakan totalitas semua nilai

yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, baik secara kuantitatif

maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota

kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Populasi memiliki parameter yakni besaran terukur yang menunjukan

cirri dari populasi tersebut. Diantara yang kita kenal besar-besaran: rata-rata,

bentengan, rata-rata simpangan, variansi, simpangan baku sebagai parameter

populasi. Parameter suatu populasi tertentu adalah tetap nilainya, bila nilainya

itu berubah, maka berubah pula populasinya.

2. Macam-macam PopulasiMargono (2010), populasi dapat dibedakan berikut ini:

Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki

batas kuantitatif secara jelas karena memiliki karakteristik yang terbatas.

Misalnya 5.000.000 orang guru SMA pada awal trahun 1985, dengan

karakteristik masa kerja 2 tahun, lulusan program strata 1, dan lain-lain.

Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasiyang tidak

dapat ditemukan batas-batasannya, sehingga tidak dapat dinyatakan dalam

bentuk jumlah secara kuantitatif. Misalnya, guru di Indonesia, yang berarti

jumlahnya harus dihitung sejak guru pertama ada samapai sekarang dan

yang akan datang. Dalam keadaan yang seperti itu jumlahnya tidak dapat

dihitung, hanya dapat digambarkan suatu jumlah objek secara kualitas

dengan karakteristik yang bersifat umum yaitu orang-orang dahulu,

sekarang, dan yang akan menjadi guru. Populasi yang seperti ini juga

disebut parameter.

2

Page 3: Populasi dan Sampel

Selain itu populasi dapat dibedakan kedalam berikut ini:

Populasi teoritis, yakni sejumlah populasi yang batas-batasnya ditetapkan

secara kualitatif. Kemudian, agar hasil penelitian berlaku juga bagi

populasi yang lebih luas, maka ditetapkan terdiri dari guru; berumur 25

sampai dengan 40 tahun, program S1, jalur tesis dan lain-lain.

Populasi yang tersedia, yakni sejumlah populasi yang secara kuantitatif

dapat dinyatakan dengan tegas. Misalnya, guru sebanyak 250 di kota

Bandung terdiri dari guru yang memilki karakteristik yang telah ditetapkan

dalam populasi teoritik.

Disamping itu persoalan populasi bagi suatu penelitian harus dibedakan ke

dalam sifat berikut ini:

Populasi yang bersifat homogeny, yakni populasi yang unsur-unsurnya

memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya

secara kuantitatif. Misalnya, seorang dokter yang akan melihat golongan

darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah saja. Dokter itu

tidak perlu satu botol, sebab setetes dan sebotol darah, hasilnya akan sama

saja.

Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya

memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan

batas-batasannya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.

Penelitian di bidang sosial yang objeknya manusia atau gejala-gejala

dalam kehidupan manusia menhadapi populasi yang heterogen.

Sedangkan menurut Sukmadinata (2010) dalam penelitian, populasi

dibedakan menjadi:

Populasi terukur, adalah populasi yang secara ril dijadikan dasar dalam

penentuan sampel, dan secara langsung menjadi lingkup sasaran

keberlakuan kesimpulan. Contoh populasi terukur umpamanya adalah

3

Page 4: Populasi dan Sampel

kecakapan berbahasa Indonesia anak-anak kelas empat sekolah dasar di

provinsi Jawa Barat.

Populasi secara target, adalah populasi dengan alasan yang kuat memiliki

kesamaan karakteristik dengan populasi terukur. Contoh populasi target

berhubungan dengan populasi terukur adalah, karena kecerdasan dan bakat

berbahasa, kematangan berbahasa, usia dan status sosial anak-anak kelas

empat di Jawa Barat berlaku untuk Pulau Jawa . populasi pulau jawa

disebut populasi target.

B. Sampel1. Pengertian Sampel

Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian

tersebut disebut penelitian sampel. Penelitian dinamakan penelitian sampel

apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan (mengangkat kesimpulan

penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasiI hasil penelitian sampel

(Arikunto, 2002)

Menurut Arikunto (2002) sampel adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010).

2. Alasan Penelitian Menggunakan Sampel

Alasan penelitian menggunakan sampel (Margono, 2010), yaitu:

1. Ukuran populasi

Dalam hal populasi tak terbatas berupa parameter yang jumlahya tidak

diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual. Karena itu

sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi.

2. Masalah biaya

Besar kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang

diamati.

3. Masalah waktu

4

Page 5: Populasi dan Sampel

Penelitian sampel selalu menggunakan waktu yang lebih sedikit daripada

penelitian populasi.

4. Percobaan yang sifatnya merusak

Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi

karena dapat merusak atau merugikan.

5. Masalah ketelitian

Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar

kesimpulan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Masalah ekonomis

Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seorang peneliti: apakah

kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga

yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian?

Menurut Sugiyono (2010) alasan dilakukan penelitian sampel sebagai

berikut: Bila populasi besar, peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang

ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu,

maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa

yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk

populasi.

Selanjutnya mengenai penetapan besar kecilnya sampel tidaklah ada

suatu ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen

suatu sampel harus diambil (Margono, 2010). Penelitian sampel baru boleh

dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi benar-benar homogen

(Arikunto, 2002). Apabila keadaan populasi heterogen, maka pertimbangan

pengambilan sampel harus memperhatikan hal berikut:

1. Harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas

2. Besarnya populasi dalam setiap kategori.

Karena itu informasi tentang populasi perlu dikejar sebarapa jauh dapat

diusahakan. Ada cara untuk memperoleh sampel minimal yang harus

diselidiki dengan menggunakan rumus:

5

Page 6: Populasi dan Sampel

n ≥ pq ( z12

a

b

)2

Keterangan:

n = jumlah sampel

p = proporsi populasi persentasi kelompok pertama

q = proporsi sisa di dalam populasi

z12

= derajat koefisien konfidensi pada 99% atau 95%

b = persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalam

menentukan ukuran sampel

(Margono, 2010)

3. Syarat yang Harus Dipenuhi dari Sampel

1. Sampel harus diambil dari populasi

2. Jumlah sampel yang mencukupi

3. Profil sampel yang dipilih harus mewakili

Untuk itu, dibutuhkan cara memilih agar benar-benar mewakili semua

populasi yang ada. Berikut dambar diagramatis alur pemikiran antara

populasi dengan sampel:

Gambar Hubungan populasi dan sampel

(Sugiyono, 2010)

6

Sampel

Hasil temuan

Populasi akses Populasi target

Page 7: Populasi dan Sampel

4. Teknik Sampling (Teknik Pengambilan Sampel)Sampling adalah sampel yang diambil dari suatu populasi (Sudjana, 2005).

Teknik Sampling adalah teknik yang digunakan dalam hal pengambilan

sampel (Usman dan Akbar, 2001).

Tujuan teknik sampling (Usman dan Akbar, 2001), yaitu antara lain:

- Mereduksi anggota populasi menjadi anggota sampel yang mewakili

populasinya, sehingga kesimpulan terhadap populasi dapat

dipertanggunngjawabkan.

- Lebih teliti menghitung yang sedikit daripada yang banyak.

- Menghemat waktu, tenaga dan biaya.

Teknik Sampling dilakukan dengan dua cara yaitu sampling random

(Probability Random) dan sampling non random (non Probability Random).

Adapun penjelasan teknik sampling (Usman dan Akbar, 2001), yaitu sebagai

berikut.

1) Sampling Random (Probability Random)

Sampling Random adalah pengambilan secara acak atau “random”

dimana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan

sampel (Sukmadinata, 2011). Pengambilan sampel secara acak yang

dilakukan dengan cara undian, ordinal atau tabel bilangan random atau

dengan komputer.

Tujuan pengambilan sampel secara acak yaitu kesimpulan yang diambil

dapat digeneralisasikan (Sukmadinata, 2011).

Macam-macam teknik sampling random, yaitu sebagai berikut:

a. Sampling Random Sederhana (Simple Random Sampling)

Pada teknik sampling ini, setiap anggota populasi memiliki

kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Anggota sampel yang didapat mudah dan cepat, namun kadang-

kadang didapatkan data yang tidak lengkap dari populasinya.

Asumsinya data bersifat homogen.

7

Page 8: Populasi dan Sampel

Contohnya:

Pengambilan data sampel dari populasinya yaitu Nilai Matematika

Siswa Kelas VII Smp Negeri 1 Palembang. Maka dipilih secara acak

misalnya 30 orang siswa SMP Negeri 1 kelas VII Palembang. Seluruh

siswa SMP Negeri 1 kelas VII Palembang mempunyai kesempatan

yang sama untuk dipilih.

b. Teknik Sampling Bertingkat / bertingkat (Stratified Sampling)

Teknik sampling ini disebut juga teknik sampling berlapis, berjenjang

dan petala. Teknik ini digunakan apabila populasi bersifat heterogen

atau terdiri dari kelompok – kelompok yang bertingkat. Teknik

sampling ini memungkinkan untuk membagi populasi ke dalam

kelompok yang homogen.

Contohnya:

Diperlukan sampel tentang Penilaian Siswa SMP Negeri Buana

Palembang Mengenai Perpustakaan Sekolah. Maka sampel

dikumpulkan dari 3 jenjang atau petala yaitu pendapat dari siswa

kelas 7, 8 dan 9 di SMP Negeri Buana Palembang.

c. Teknik Sampling Kluster (Cluster Sampling)

Teknik sampling ini digunakan apabila populasi tersebar dalam

beberapa daerah, propinsi, kabupaten, kecamatan dan seterusnya.

Dalam teknik sampling ini, populasi dibagi menjadi beberapa klaster

atau kelompok. Kemudian secara acak klaster atau kelompok dipilih.

Anggota dari kluster ini lah yang dijadikan sampel. Teknik sampling

ini mengacu pada kelompok bukan individu.

Contohnya:

Untuk mengetahui nilai matematika siswa SMA Negeri di kota

Palembang. Besar sampel adalah 600 orang. Misalkan jumlah sekolah

SMA di kota Palembang adalah ada 10 SMA. Rata-rata siswa di

setiap sekolah adalah 200 siswa. Maka jumlah cluster yang diambil

adalah 3. Kemudian dipilih secara acak 3 sekolah sebagai sampel dari

10 sekolah.

8

Page 9: Populasi dan Sampel

Selain teknik sampling ini, terdapat teknik sampling area.

Teknik Sampling Area adalah teknik pengambilan sampel

berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Teknik sampling

ini, pada dasarnya sama dengan sampling cluster. Bedanya pada

teknik sampling area, pemilihan sampel berdasarkan perbedaan dari

wilayah atau areanya.

d. Teknik Sampling Sistematis (Systematical Sampling)

Sampling dilakukan secara ordinal, artinya anggota sampel dipilih

berdasarkan urutan tertentu. Dalam sampling sistematis, anggota

sampel diambil dari populasi pada jarak interval waktu, ruang atau

urutan yang uniform (Sudjana, 2005). Menurut Usman dan Akbar

(2001), teknik sampling ini masuk ke dalam sampling random, akan

tetapi berdasarkan buku Sugiyono (2010), teknik sampling ini masuk

ke dalam sampling non random.

Contohnya:

Dalam produksi lampu, untuk memeriksa lampu yang dihasilkan maka

dapat dilakukan pada jarak interval waktu setiap 1 jam sekali.

Misalkan suatu populasi dengan 100 subjek penelitian, dipilih 10

sampel. Maka dipilih teknik sampling sistematik, dengan interval 10.

Anggota populasi ke-3 dipilih sebagai anggota ke 1 dalam sampel,

kemudian anggota populasi ke-13 dipilih sebagai anggota ke 2 dalam

sampel, selanjutnya dipilih anggota populasi ke-23 sebagai anggota ke

3 dalam sampel, dan seterusnya.

2) Sampling non Random (non Probbility Random)

Sampling non Random merupakan pengambilan sampel secara tidak acak

(Sukmadinata, 2011). Penelitian bersifat studi kasus, dimana penelitian

tidak ditujukan untuk menarik kesimpulan umum atau generalisasi.

9

Page 10: Populasi dan Sampel

Macam – macam teknik sampling non random, yaitu sebagai berikut:

a. Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling)

Anggota sampel dipilih secara kebetulan. Anggota sampel dilakukan

terhadap orang yang kebetulan dijumpai atau mudah ditemui.

Contohnya:

Penelitian untuk mengetahui pendapat mahasiswa matematika

mengenai kegiatan lomba cermat matematika. Maka pertanyaan

diajukan kepada mahasiswa matematika yang kebetulan ada pada saat

kegiatan atau yang kebetulan dijumpai.

b. Teknik Sampling Bertujuan (Purposive Sampling)

Pada teknik ini, anggota sampel dipilih berdasarkan tujuan penelitian

atau berdasarkan pertimbangan peneliti. Sampling purposive ini akan

baik hasilnya jika berada ditangan seorang ahli yang mengenal

populasi dan mengetahui masalah-masalah yang khas (Sudjana, 2005).

Sampling ini sangat cocok untuk studi kasus.

Contohnya:

Dalam penelitian, peneliti membagi kelas menjadi 2 kelompok yaitu

kelompok tinggi dan sedang. Kemudian diambil sampel yaitu 4 siswa

dari kelompok tinggi dan 4 siswa dari kelompok sedang. Namun pada

saat penelitian hanya 3 siswa dari kelompok sedang yang datang.

Peneliti menganggap, siswa yang datang dan tidak dari kelompok

sedang memiliki karakteristik yang sama. 1 siswa dari kelompok

sedang sudah cukup mewakili siswa dari kelompok sedang.

c. Teknik Sampling Kuota (Quota Sampling)

Teknik ini digunakan apabila anggota sampel pada suatu tingkat

dipilih dengan jumlah tertentu. Teknik sampling ini mendasarkan pada

jumlah sampel harus dipenuhi sesuai dengan yang telah ditetapkan

(Arikunto, 2002).

Contohnya:

Perlu keterangan mengenai 40 orang yang tinggal di daerah tertentu,

dalam kategori umur tertentu dan pendapatannya termasuk kelas

10

Page 11: Populasi dan Sampel

tertentu pula. Dan dalam pemilihan orangnya, petugas menentukan

sendiri sampel berdasarkan pertimbangannya. (Sudjana, 2005)

Selain tiga teknik sampling di atas, terdapat teknik sampling yang

termasuk ke dalam sampling non random yaitu sampling jenuh dan

snowball sampling. Sugiyono (2010) mengelompokkan sampling jenuh

dan snowball sampling ke dalam sampling non random.

d. Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah teknik sampling penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010).

Contohnya:

Untuk mengetahui pemahaman konsep siswa SMA kelas X.A tentang

materi trigonometri. Maka seluruh siswa kelas X.A merupakan

populasi sekaligus sebagai sampel dalam penelitian.

e. Snowball sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula – mula

jumlahnya kecil, kemudian membesar (Sugiyono, 2010). Teknik

sampling ini ibarat bola salju yang lama- kelamaan akan membesar.

Penentuan Besarnya Anggota Sampel dipilih berdasarkan Pertimbangan-

Pertimbangan (Usman dan Akbar, 2001), yaitu sebagai berikut:

1. Pertimbangan Praktis

Pertimbangan praktis menyangkut:

a. Unsur – unsur biaya, waktu, tenaga, dan kemampuan.

b. Untuk eksplorasi atau penemuan dan penjajakan, maka anggota

sampel tidak perlu banyak. Sedangkan untuk eksplanari atau

menerangkan, maka nggota sampelnya harus lebih banyak.

c. Jika kita memilih anggota sampel yang banyak, maka tingkat prediksi

relative tepat, kesalahan mentabulasi dan menghitung besar, reabilitas

besar, dan power meningkat demikian pula sebaliknya.

11

Page 12: Populasi dan Sampel

2. Ketepatan

Semakin kecil taraf signifikansinya (α), semakin banyak anggota

sampelnya. Hal ini agar tepat atau teliti ramalan kita.

3. Pertimbangan Nonresponden

Pertimbangan nonrespon adalah perkiraan jumlah anggota sampel yang

dapat dijadikan responden setelah seluruh anggota sampel dikurangi

dengan jumlah anggota sampel yang dijadikan kelompok uji coba

instrumen penelitian. Anggota sampel yang dijadikan responden adalah

bukan anggota sampel yang dijadikan kelompok uji coba instrumen

penelitian.

Anggota sampel yang sudah dijadikan kelompok uji coba sebaiknya tidak

dipakai sebagai responden untuk mendapatkan data yang sebenarnya.

4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan menentukan besarnya anggota sampel.

Untuk teknik statistika parametrik memerlukan data yang relative besar

(minimal 30). Untuk statistika nonparametrik cukup menggunakan data

yang relative kecil.

Menurut Margono (2010:128-130) penentuan sampel perlu

memperhatikan sifat dan penyebaran populasi. Berkenaan hal itu, dikenal

beberapa kemungkinan dalam menetapkan sampel dari suatu populasi berikut

ini:

1. Sampel Proporsional

Sampel proporsional menunjuk kepada perbandingan penarikan

sampel dari beberapa subpopulasi yang tidak sama jumlahnya. Dengan kata

lain unit sampling pada setiap subsampel sebanding jumlahnya dengan unit

sampling dalam setiap subpopulasi, misalnya, penelitian dengan

menggunakan murid SLTA Negeri sebagai unit sampling yang terdiri dari

3.000 murid SMA Negeri dan 1.500 murid STM Negeri. Dengan demikian

perbandingan subpopulasi adalah 2:1. Dari populasi itu akan diambil

sebanyak 150 murid. Sesuai dengan proporsi setiap subpopulasi, maka harus

12

Page 13: Populasi dan Sampel

diambil sebanyak 100 murid SMA Negeri dan 50 murid STM Negeri sebagai

sampel.

2. Area Sampel

Sampel ini memiliki kesamaan dengan proporsional sampel.

Perbedaannya terletak pada subpopulasi yang ditetapkan berdasarkan daerah

penyebaran populasi yang hendak diteliti. Perbandingan besarnya sub

populasi menurut daerah penelitian dijadikan dasar dalam menentukan ukuran

setiap sub sampel. Misalnya, penelitian yang menggunakan guru SMP Negeri

sebagai unit sampling yang tersebar pada lima kota kabupaten. Setiap

kabupaten memiliki populasi guru sebanyak 500, 400, 300, 200 dan 100.

Melihat populasi seperti itu, maka perbandingannya adalah 5:4:3:2:1. Jumlah

sampel yang akan diambil 150. Dengan demikian dari setiap kabupaten harus

diambil sampel sebesar 50, 40. 30, 20 dan 10 orang guru.

3. Sampel Ganda

Penarikan ganda atau sampel kembar dilakukan dengan maksud

menanggulangi kemungkinan sampel minimum yang diharapkan tidak masuk

seluruhnya. Untuk itu jumlah atau ukuran sampel ditetapkan dua kali lebih

banyak dari yang ditetapkan. Penentuan sampel sebanyak dua kali lipat itu

dilakukan terutama apabila alat pengumpul data yang dipergunakan adalah

kuesioner atau angket yang dikirimkan melalui pos. Dengan mengirim dua

set kuesioner pada dua unit sampling yang memiliki persamaan, maka dapat

diharapkan salah satu di antaranya akan dikembalikan, sehingga jumlah atau

ukuran sampel yang telah ditetapkan terpenuhi.

4. Sampel Majemuk (multiple samples)

Sampel majemuk ini merupakan perluasan dari sampel ganda.

Pengambilan sampel dilakukan lebih dari dua kali lipat, tetap memiliki

kesamaan dengan unit sampling yang pertama. Dengan sampel multiple ini

kemungkinan masuknya data sebanyak jumlah sampel yang telah ditetapkan

tidak diragukan lagi. Penarikan sampel majemuk ini hanya dapat dilakukan

apabila jumlah populasi cukup besar.

13

Page 14: Populasi dan Sampel

Margono (2010:130) menyatakan bahwa dalam setiap penelitian,

populasi yang dipilih erat hubungannya dengan masalah yang ingin dipelajari.

Dalam penelitian fertilitas misalnya. Suatu sampel biasanya dipilih dari

populasi wanita usia subur (umur 15-49 tahun) yang pernah kawin. Dalam

penelitian tenaga kerja dipilih populasi peduduk usia kerja; dalam penelitian

transmigrasi, para transmigran yang menjadi populasi sasaran; dan dalam

penelitian memakai alat kontrasepsi, para akseptor yang menjadi sasaran

peneliti.

Unsur-unsur yang diambil sebagai sampel disebut unsur sampling.

Unsur sampling diambil dengan menggunakan kerangka sampling (sampling

frame).

Kerangka sampling ialah daftar dari semua unsur sampling dalam

populasi sampling. Kerangka sampling dapat berupa daftar mengenai jumlah

penduduk, jumlah bangunan, mungkin pula sebuah peta yang unit-unitnya

tergambar secara jelas. Sebuah kerangka sampling yang baik, menurut

Margono (2010:131) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Harus meliputi seluruh unsur sampel (tidak satu unsur pun yang

tertinggal).

2. Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali;

3. Harus up to date.

4. Batas-batasnya harus jelas, misalnya batas wilayah; rumah tangga (siapa-

siapa yang menjadi anggota rumah tangga); dan

5. Harus dapat dilacak di lapangan; jadi hendaknya tidak terdapat beberapa

desa dengan nama yang sama.

Beberapa contoh dari kerangka sampling adalah sebagai berikut:

1. Kerangka sampling untuk individu atau rumah tangga

Dalam pembentukan kerangka sampel untuk individu atau rumah tangga,

yang terutama perlu diperhatikan ialah syarat 3 dan 5. Misalnya dalam

penelitian fertilitas, masalah up to date-nya data untuk kerangka sampel

adalah sangat penting. Hal ini disebabkan karena banyaknya mobilitas

14

Page 15: Populasi dan Sampel

penduduk dan adanya pembentukan keluarga baru, dan semua itu erat

hubungannya dengan perkawinan , kehamilan dan kelahiran. Di masyarakat

kita, banyak istri yang hamil pulang kembali ketempat ibunya pada waktu

akan melahirkan,dan kembali lagi ke tempat suaminya beberapa minggu

setelah melahirkan. Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka dianjurkan untuk

tidak menggunakan daftar registrasi penduduk untuk kerangka sampel,

kecuali kalau daftar itu dibuat oleh petugas lapangan atau daftar registrasi itu

baru saja dibuat.

Dibandingkan dengan individu, keluarga kurang mobil. Walaupun demikian,

juga tidak dianjurkan untuk menggunakan daftar keluarga yang dibuat

beberapa bulan yang lalu sebagai kerangka sampling. Di negara-negara

sedang berkembang, hasil dari sensus pun tidak begitu baik digunakan untuk

kerangka sampling keluarga. Dalam praktek, terutama untuk penelitian

fertilitas kerangka sampling harus dikerjakan terlebih dahulu atau dapat juga

digunakan kerangka sampling bangunan sebagai pengganti.

2. Kerangka sampel untuk bangunan

Di jawa, sebuah bangunan pada umumnya terdiri dari sebuah rumah tangga,

namun demikian kadang-kadang ada satu bangunan yang didiami oleh lebih

dari satu rumah tangga. Kerangka sampling bangunan lebih stabil (kurang

mengalami perubahan) dibandingkan dengan rumah tangga. Dalam beberapa

hal, kerangka sampel bangunan dapat menggantikan kerangka sampel rumah

tangga. Setelah menyeleksi sampel bangunan, lalu diteliti semua rumah

tangga yang terdapat pada sampel bangunan itu. Daftar bangunan di daerah

pedesan kurang lengkap, karena sering belum memasukkan bangunan-

bangunan yang sudah di bongkar. Daftar bangunan itu biasanya dapat dibuat

lebih mudah dan cepat, karena tidak harus mewawancarai seseorang. Untuk

memudahkan penentuan lokasinya, bangunan-bangunan itu dapat dipetakan

dan tiap bangunan diberi nomor urut.

3. Kerangka sampel wilayah

Untuk menghemat waktu dan biaya, sampel rumah tangga harus terletak pada

wilayah yang tidak begitu luas. Apabila wilayah tersebut luas, maka kita

15

Page 16: Populasi dan Sampel

dapat membaginya menjadi wilayah-wilayah yang lebih sempit dengan

pertolongan peta, dan mempergunakan batas alam (sungai, jalan, pagar dan

sebagainya).

(Margono, 2010:131-133).

16

Page 17: Populasi dan Sampel

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Margono S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Usman, Husaini., dan Akbar, Purnomo Setiady. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

17