POLITICAL MARKETING DALAM KAMPANYE POLITIK PADA...
Transcript of POLITICAL MARKETING DALAM KAMPANYE POLITIK PADA...
1
POLITICAL MARKETING DALAM KAMPANYE POLITIK PADA
PASANGAN LIS DARMANSYAH-SYAHRUL PADA PEMILIHAN
WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA TANJUNG PINANG PERIODE
2012-2017
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
M. BOBBY RAHMAN
NIM : 080565201033
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJI
TANJUNGPINANG
2015
1
POLITICAL MARKETING DALAM KAMPANYE POLITIK PADA
PASANGAN LIS DARMANSYAH-SYAHRUL PADA PEMILIHAN
WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA TANJUNG PINANG PERIODE
2012-2017
M. BOBBY RAHMAN
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH
Pemilihan kepala daerah merupakan rekruitmen politik yaitu
penyeleleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala
daerah yaitu pemilihan Walikota dan Wakil Walikota dalam kehidupan politik di
daerah. Pada Pilkada, peranan partai politik sangat dominan dalam menentukan
calon Kepala Daerah tersebut, tidak hanya calon dari internal Partai saja tapi
Partai Politik diharapkan juga mengakomodir calon-calon independen dari non
Partai Politik seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang
Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui tentang
Political Marketing Dalam Kampanye Politik Pada Pasangan Lis Darmansyah-
Syahrul pada Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Tanjung Pinang Periode
2012-2017. Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif
Kualitatif yang mana nantinya akan mengambarkan tentang marketing politik.
Dalam penelitian ini informan terdiri dari 4 orang. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif.
Setelah dilakukan penelitian, maka hasil temuan yang didapatkan bahwa Lis-
Syahrul bersama partai pengusung dan tim suksesnya sudah melakukan Political
Marketing yang benar dalam kampanye. Untuk menanamkan image politik yang
baik bagi masyarakat merupakan hal yang tidak sulit bagi Lis.-Syahrul. Karena
sosoknya telah dikenal banyak orang jauh sebelum adanya pemilihan walikota dan
beliau memutuskan untuk maju. Image yang dibangun selama ini tidak dilewati
melalui waktu yang sebentar tetapi melalui waktu yang cukup lama. Citraan-
citraan itulah yang dijual dalam pencalonan, kampanye dan janji-janji politiknya.
Dalam pilkada langsung orang dituntun memilih berdasarkan image.
Kata Kunci : Marketing Politik, Pemilihan Umum
2
ABSTRACT
M. BOBBY RAHMAN
Students of Science Of Government, FISIP, UMRAH
Local elections is a political recruitment is penyeleleksian people against
the leaders who ran for local office, namely the election of Mayor and Deputy
Mayor in political life in the area. On elections, political parties are very
dominant role in determining the prospective regional heads, not only internal
candidate from any party but the Parties are expected to also accommodate
independent candidates from non-Parties as mandated in the Act
The purpose of this study is basically to know about Political Marketing In
Political Campaigns In Lis pair Darmansyah-Syahrul on Election of Mayor and
Deputy Mayor of Tanjung Pinang period 2012-2017. In this study the authors
used qualitative descriptive type of research which will be a portrait of political
marketing. In this study informants consists of 4 people. Data analysis techniques
used in this research is descriptive qualitative data analysis techniques.
After doing research, the findings showed that Lis-Syahrul together bearer
party and his campaign team has done the correct Political Marketing in the
campaign. To instill good political image for the community is not difficult thing
for Lis.-Syahrul. Because the figure has been known to many people long before
the election of the mayor and he decided to go forward. Image which was built
during this time is not passed through a short time but through quite a long time.
Images-images that are sold in the nomination, campaigning and political
promises. In a direct election people vote based image guided.
Keywords: Political Marketing, General Election
3
POLITICAL MARKETING DALAM KAMPANYE POLITIK PADA
PASANGAN LIS DARMANSYAH-SYAHRUL PADA PEMILIHAN
WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA TANJUNG PINANG PERIODE
2012-2017
A. Latar Belakang
Agenda penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah merupakan
momentum yang strategis dalam upaya mewujudkan demokratisasi di tingkat
lokal. Sebab sirkulasi kekuasaan yang terjadi merupakan prasyarat bagi
berlangsung sistem pemerintahan yang demokratis. Peralihan mekanisme
pemilihan Presiden, Gubernur, Bupati dan Walikota beserta Wakil-Wakilnya dari
sistem perwakilan ke sistem pemilihan langsung merupakan kemajuan yang
sangat signifikan bagi perkembangan demokrasi Indonesia, setidaknya kita meraih
dua syarat Pemerintahan yang demokratis, Pertama: Ruang partisipasi rakyat
menjadi lebih luas, rakyat benar-benar menjadi berdaulat karena diberi ruang
untuk berpartisipasi aktif dalam setiap proses pembuatan keputusan kolektif.
Kedua: Pemimpin terpilih memiliki legitimasi demokratis yang kuat sehingga
diharapkan pemerintahan menjadi lebih stabil dan mendorong lebih bertanggung
jawab terhadap rakyat pemilihnya serta berusaha membuktikan kemampuannya
memimpin kepada rakyat yang tidak memilihnya.
Pemilihan kepala daerah merupakan rekruitmen politik yaitu
penyeleleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala
daerah yaitu pemilihan Walikota dan Wakil Walikota dalam kehidupan politik di
daerah. Pada Pilkada, peranan partai politik sangat dominan dalam menentukan
calon Kepala Daerah tersebut, tidak hanya calon dari internal Partai saja tapi
Partai Politik diharapkan juga mengakomodir calon-calon independen dari non
4
Partai Politik seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang. Dengan
diusungnya seorang calon tertentu oleh sebuah atau beberapa Partai Politik tentu
saja memiliki tujuan untuk meraih kekuasaan, karena sebagaimana tujuan Partai
Politik itu sendiri yaitu untuk meraih kekuasaan politik dan merebut kedudukan
politik.
Sejalan dengan semangat pilkada di era otonomi ini, tanggal 31 Oktober
2012, Kota Tanjung Pinang menyelenggarakan pesta demokrasi yaitu Pemilihan
Walikota dan Wakil Walikota. Bahkan suasana semarak sudah sangat terasa
semenjak Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Tanjung Pinang
berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Tanjung Pinang Nomor 43
Tahun 2012 menetapkan 4 (Empat) Pasangan untuk bertarung menuju orang
nomor satu di Kota Tanjung Pinang. Keempat pasangan calon itu yakni:
Tabel 1.1
Daftar Pasangan Calon dan Perolehan Suara Pemilihan Walikota dan Wakil
Walikota Tanjung Pinang Periode 2012-2017
Nomor
Urut
Pasangan Calon Latar Belakang Partai
Pendukung
Jumlah
Suara
%
1 Maya Suryanti dan
Teuku Dahlan
Maya adalah Putri
Walikota
Sebelumnya.
Teuku Dahlan
adalah Mantan
Sekda.
PPP,PKS,
GOLKAR
26.616.
31,30 %
2 Lis Darmansyah
dan Syahrul
Lis Darmansyah
adalah Wakil
Ketua DPRD
Kepri. Syahrul
adalah Ketua
PGRI Tanjung
Pinang.
PDIP, PAN
39.129
46,01 %
3 Hendry Frankim
dan Yusrizal
Hendry Frankim
adalah anggota
DPD RI
PIB,HANUR
A,PKPB,
PATRIOT
5.459
6,42%
4 Hoesnizar Hood Hoesnizar Hood DEMOKRAT
5
dan Rudy Chua adalah Wakil
Ketua DPRD
Tanjung Pinang
dan Rudy Chua
adalah tokoh
Tionghoa.
13.838
16,27%
Sumber: KPUD Kota Tanjung Pinang tahun 2012.
Fakta menarik dari Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Tanjung
Pinang seperti yang digambarkan pada tabel di atas adalah kemenangan pasangan
Lis Darmansyah dan Syahrul. Pasangan ini berhasil mengalahkan pasangan Maya
Suryandi-Teuku Dahlan yang tingkat popularitas yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pasangan lain, karena latar belakang keduanya, yakni Maya
Suryanti adalah Putri Walikota sebelumnya serta Teuku Dahlan adalah menjabat
Sekda Tanjung Pinang sebelum maju sebagai calon Walikota.
Selain itu, pasangan Maya Suryanti dan Teuku Dahlan juga didukung oleh
Partai yang menjanjikan yakni PPP, PKS serta Golkar. Terutama Golkar,
sebagaimana diketahui merupakan Partai yang telah matang dalam berpolitik,
terlebih di Provinsi Kepulauan Riau. Begitu juga halnya PPP. Sedangkan PKS
dikenal sebagai partai militan yang basis massanya sangat militan. Namun
kenyataannya, koalisi ketiganya dikalahkan oleh pasangan Lis Darmansyah dan
Syahrul yang didukung oleh PDIP dan PAN dengan perolehan suara yang cukup
jauh.
Pada penelitian ini tujuannya adalah ingin mengetahui cara-cara yang
beretika oleh masing-masing bakal calon walikota dan para pengusung bakal
calon agar dalam menarik simpati para pemilih harus didasarkan pada kesantunan-
kesantunan dan etika dalam melakukan kampanye yang bersih tanpa menjatuhkan
6
bakal calon yang juga berniat maju di Pemilukada Kota Tanjungpinang. Pada
pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dalam hal ini adalah Walikota
beserta Wakilnya.
Beberapa partai pendukung setiap pasangan berupaya untuk menjalin
komunikasi yang baik khususnya kepada masyarakat kota Tanjungpinang agar
mau memilih salah satu pasangan calon yang diusung setiap partai lewat
kampanye. Tetapi pada kenyataannya, pemilihan tersebut dimenangkan oleh
pasangan H. Lis Darmansyah dan H. Syahrul. Hal ini mendorong untuk
melakukan penelitian tentang kampanye politik yang dilakukan partai pengusung
Calon Walikota pada saat itu sehingga dapat memenangkan suara dari masyarakat
Kota Tanjungpinang. Dengan demikian, berdasarkan hal tersebut, penulis
beranggapan kemenangan pasangan dalam Lis Darmansyah-Syahrul pada
Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Tanjungpinang setidaknya dipengaruhi
beberapa hal, yakni: Lis Darmansyah mampu memanfaatkan isu yang
berkembang di tengah masyarakat, Koalisi antara PDIP dan PAN yang solid.
Untuk melihat marketing seperti apa yang dilakukan dalam kampanye Lis-Syahrul
maka penulis melanjutkannya dengan melakukan penelitian mendalam dengan
mengedepankan judul: “Political Marketing Dalam Kampanye Politik Pada
Pasangan Lis Darmansyah-Syahrul pada Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota
Tanjung Pinang Periode 2012-2017”
B. Landasan Teoritis
Permasalahan politik dapat dikaji melalui berbagai macam pendekatan. Ia
dapat dipelajari dari sudut kekuasaan, struktur politik, partisipasi politik,
7
kebudayaan politik, konstitusi, pendidikan dan sosialisasi politik, pemikiran
politik, dan juga political marketing (marketing politik). Pemilihan terhadap
pendekatan political marketing antara lain didorong karena perkembangan
demokrasi di Indonesia, terutama di tingkat lokal yang mengalami peningkatan
yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari pemilihan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah, baik Gubernur dan Wakil Gubernur maupun Bupati/Walikota dan
Wakil Bupati/Walikota secara langsung oleh rakyat, yang merupakan perwujudan
pengembalian hak-hak dasar rakyat dalam memilih pemimpin di daerah. Dengan
itu rakyat memiliki kesempatan dan kedaulatan untuk menentukan pemimpin
daerah secara langsung, bebas dan rahasia tanpa intervensi (otonom).
Menurut Firmanzah (2007:203), dalam proses Political Marketing, digunakan
penerapan 4Ps bauran marketing, yaitu:
1. Produk (product) berarti partai, kandidat dan gagasan-gagasan partai yang
akan disampaikan konstituen.produk ini berisi konsep, identitas ideologi.
Baik dimasa lalumaupun sekarang yang berkontribusi dalam pembentukan
sebuah produk politik.
2. Promosi (promotion) adalah upaya periklanan, kehumasan dan promosi
untuk sebuah partai yang di mix sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Dalam hal ini, pemilihan media perlu dipertimbangkan.
3. Harga (Price), mencakup banyak hal, mulai ekonomi, psikologis, sampai
citra nasional. Harga ekonomi mencakup semua biaya yang dikeluarkan
partai selama periode kampanye. Harga psikologis mengacu pada harga
8
persepsi psikologis misalnya, pemilih merasa nyaman, dengan latar
belakang etnis, agama, pendidikan dan lain-lain . Sedangkan harga citra
nasional berkaitan dengan apakah pemilih merasa kandidat tersebut dapat
memberikan citra positif dan dapat menjadi kebanggaan negara.
4. Penempatan (place), berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi
sebuah partai dan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan para
pemilih. Ini berati sebuah partai harus dapat memetakan struktur serta
karakteristik masyarakat baik itu geografis maupun demografis.
Menggunakan 4Ps marketing dalam dunia politik menjadikan marketing
politik tidak hanya sebatas masalah iklan, tetapi lebih komprehensif. Marketing
politik menyangkut cara sebuah institusi politik atau Partai Politik ketika
menformulasikan produk politik, menyusun program publikasi kampanye dan
komunikasi politik, strategi segmentasi untuk memenuhi kebutuhan lapisan
masyarakat sampai ke perhitungan harga sebuah produk politik
(Firmanzah,2007:211).
Jadi, inti dari political marketing adalah mengemas pencitraan, publik
figur dan kepribadian (Personality) seorang kandidat yang berkompetisi dalam
konteks Pemilihan Umum (PEMILU) kepada masyarakat luas yang akan
memilihnya (Ibham: 2008). Dalam hal ini tujuan marketing dalam politik adalah
bagaimana membantu partai politik untuk lebih baik dalam mengenal masyarakat
yang diwakili atau menjadi target dan kemudian mengembangkan isu politik yang
sesuai dengan aspirasi mereka.
9
Menurut Kotler and Neil (1999:3), bahwa konsep political marketing, atau
pengertian Political Marketing adalah: “Suatu penggiatan pemasaran untuk
menyukseskan kandidat atau partai politik dengan segala aktivitas politiknya
melalui kampanye program pembangunan perekonomian atau kepedulian sosial,
tema, isu-isu, gagasan, ideologi, dan pesan-pesan bertujuan program politik yang
ditawarkan memiliki daya tarik tinggi dan sekaligus mampu mempengaruhi bagi
setiap warga negara dan lembaga/organisasi secara efektif.”
Political marketing memiliki peran untuk menentukan proses
demokratisasi. Para anggota tim pemenangan pemilihan mengarahkan
kemampuan marketing mereka untuk merebut sebanyak mungkin konstituen dan
berusaha menjual kandidat mereka dengan berbagai cara, yang seringkali kita
rasakan tak ada bedanya dengan mengiklankan produk di media, mempromosikan
outdor maupun indoor. Segala teknik dipakai agar rating kandidat mereka tinggi
dan rakyat memilihnya di bilik-bilik suara. Selain itu, political marketing dapat
memperbaiki kualitas hubungan antara kontestan dengan pemilih. Pemilih adalah
pihak yang harus dimengerti, dipahami dan dicarikan jalan pemecahan dari setiap
permasalahan yang dihadapi. Political marketing meletakkan bahwa pemilih
adalah subjek, bukan sebagai objek manipulasi dan eksploitasi.
Sedangkan menurut Cangara (2009:276) pemasaran politik (political
marketing) merupakan konsep yang diintroduksi dari penyebaran ide-ide sosial di
bidang pembangunan dengan meniru cara-cara pemasaran komersial, tetapi
orientasinya lebih banyak pada tataran penyadaran, sikap dan perubahan perilaku
untuk menerima hal-hal baru
10
Strategi adalah pola tindakan dan alokasi sumber daya yang dirancang
untuk mencapai tujuan organisasi”. Menurut Amstrong dalam Chandler
(2003;37): ”Strategi adalah penetapan tujuan dasar jangka panjang dan sasaran
perusahaan, dan penerapan serangkaian tindakan, serta alokasi sumber daya yang
penting untuk melaksanakan sasaran ini”. Sedangkan menurut Jhonson dan
Scholes (1993): ”Strategi adalah arah dan cakupan organisasi yang secara ideal
untuk jangka yang lebih panjang, yang menyesuaikan sumber dayanya dengan
lingkungan yang berubah, dan secara khusus, dengan pasarnya, dengan pelanggan
dan kliennya untuk memenuhi harapan stakeholder”.
Stephanie K. Marrus, seperti yang dikutip Sukristono (1995) dalam Husein
Umar (2003;31) strategi didefinisikan sebagai: ”Suatu proses penentuan rencana
pada pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi,
disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat
dicapai”. Selain definisi-definisi strategi yang sifatnya umum, ada juga yang lebih
khusus, misalnya dua orang pakar strategi, Hamel dan Prahalad (1995) dalam
Husein Umar (2003;31), mereka mendefinisikan strategi yang terjemahannya
seperti berikut ini: "Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental
(senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan
demikian strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan
dimulai dari apa yang terjadi".
Berdasarkan perspektif, strategi dapat didefinisikan sebagai program untuk
menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan implementasi misinya. Artinya,
11
bahwa para manajer memainkan peranan penting yang aktif, sadar dan rasional
dalam merumuskan strategi organisasi. Sedangkan berdasarkan perspektif kedua,
strategi didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi terhadap
lingkungannya sepanjang waktu. Pada definisi ini, setiap organisasi pasti memiliki
strategi, meskipun strategi tersebut tidak pernah dirumuskan secara eksplisit.
Pandangan ini diterapkan bagi para manajer yang bersifat reaktif, yaitu hanya
menanggapi dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara pasif manakala
dibutuhkan. Pernyataan strategi secara eksplisit merupakan kunci keberhasilan
dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis. Strategi memberikan kesatuan
arah bagi semua anggota organisasi. Bila konsep strategi tidak jelas, maka
keputusan yang diambil akan bersifat subyektif atau berdasarkan intuisi belaka
dan mengabaikan keputusan yang lain.
Fred R. David ( 2010 : 5 ) strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan
pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi
keputusan – keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi
mencapai tujuannya. Sebagaimana disiratkan oleh definisi ini, strategi berfokus
pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan / akuntasi,
produksi / operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi computer
untuk mencapai keberhasilan organisasional. Terkadang istilah manajamen
strategi digunakan untuk merujuk pada perumusan, implementasi, dan evaluasi
strategi.
Tujuan dari strategi adalah untuk mengeksploitasi serta menciptakan
berbagai peluang baru dan berbeda untuk esok ; perencanaan jangka panjang,
12
sebaliknya, berusaha untuk mengoptimalkan untuk esok. Menurut Haryadi,
Bambang ( 2003:3 ) strategi manajemen adalah suatu proses yang dirancang
secara sistematis oleh manajemen untuk merumuskan strategi, menjalankan
strategi dan mengevaluasi strategi dalam rangka menyediakan nilai – nilai yang
terbaik bagi seluruh pelanggan untuk mewujudkan visi organisasi.
Menurut John A Pearce II dan Richard B. Robinson yang dikutip dalam
buku Tunggal Amin Widjaja ( 2004 : 2 ) strategi adalah kumpulan keputusan dan
tindakan yang merupakan hasil dari formulasi dan implementasi, rencana yang
didesain untuk mencapai tujuan suatu perusahaan. Menurut Michael R. Porter,
seperti yang dikutip dalam buku Husein Umar ( 2002:34 ) menyatakan bahwa
strategi generic dibagi menjagi 3 yaitu :
1. Strategi Diferensiasi ( Differentiation Strategy )
Strategi dimana perusahaan mengambil keputusan untuk membangun
persepsi pasar potensial terhadap suatu produk atau jasa yang unggul agar
tampak berbeda dengan produk yang lain.
2. Strategi Kepemimpinan Biaya ( Cost Leadership Strategy )
Strategi dimana perusahaan lebih memperhitungkan pesaing daripada
pelanggan dengan cara memfokuskan harga jual produk yang murah,
sehingga biaya produksi, promosi maupun riset dapat ditekan bila perlu
produk yang dihasilkan hanya sekedar meniru produk perusahaan lain.
3. Strategi Fokus ( Focus Strategy )
13
Strategi dimana perusahaan mengkonsentrasikan pada pangsa pasar yang
kecil untuk menghindar dari pesaing yang menggunakan strategi
kepemimpinan biaya menyeluruh atau diferensiasi.
Crown Dirgantoro (2001;5) menyatakan definisi strategi sebagai berikut:
“Strategi adalah hal yang menetapkan arah kepada manajemen dalam arti orang
tentang sumber daya dalam bisnis dan tentang bagaimana mengidentiikasikan
kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan
persaingan dalam pasar” Menurut Tedjo Tripomo (2005;17): “Strategi adalah
kerangka atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan (goals) kebijakan-
kebijakan (policies), dan tindakantindakan/ program (programs) organisasi”.
1. Karyoso (2005;70) menjelaskan ”Strategi ialah suatu seni
menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk
mencapai sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan
lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan”. Tujuan
pemilihan strategi adalah untuk menjamin ketepatan pencapaian
sasaran. Suatu rancangan strategi dapat dipilih untuk menutup
kesenjangan dalam mencapai sasaran. Berkenaan dengan pilihan
strategic maka akan dikaji penentuan pilihan melalui matriks
kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, Threats matrix), melalui cara ini suatu organisasi dapat
memandang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sebagai
suatu kesatuan yang integral dalam perumusan strategi.
Kampanye adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan secara terlembaga.
(Antar Venus, 2004:9) Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ketiga
Departemen Pendidikan Nasional bahwa yang dimaksud dengan Kampanye
memiliki dua arti, diantaranya:
1. Gerakan (tindakan) serentak (untuk melawan, mengadakan aksi)
2. Kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi politik atau
calon yang memperebutkan kedudukandalam parlemen dan
14
sebagainya untuk mendapat dukungan massa pemilih dalamsuatu
pemungutan suara.
Jika merujuk pada Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan kampanye yaitu kegiatan-kegiatan penyampaian
visi, misi, dan program pada waktu tahapan kampanye Pemilu. Dalam Undang-
undang ini, selain waktu, diatur juga soal materi kampanye, metode kampanye,
larangan dalam kampanye dan sanksi atas pelanggaran kampanye, yang semua itu
nantinya akan diatur secara lebih teknis dalam peraturan-peraturan KPU.
Menurut Firmanzah (2007:203), dalam proses Political Marketing,
digunakan penerapan 4Ps bauran marketing, yaitu:
1. Produk (product) berarti partai, kandidat dan gagasan-gagasan partai yang
akan disampaikan konstituen.produk ini berisi konsep, identitas ideologi.
Baik dimasa lalumaupun sekarang yang berkontribusi dalam pembentukan
sebuah produk politik.
2. Promosi (promotion) adalah upaya periklanan, kehumasan dan promosi
untuk sebuah partai yang di mix sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Dalam hal ini, pemilihan media perlu dipertimbangkan.
3. Harga (Price), mencakup banyak hal, mulai ekonomi, psikologis, sampai
citra nasional. Harga ekonomi mencakup semua biaya yang dikeluarkan
partai selama periode kampanye. Harga psikologis mengacu pada harga
persepsi psikologis misalnya, pemilih merasa nyaman, dengan latar
belakang etnis, agama, pendidikan dan lain-lain . Sedangkan harga citra
15
nasional berkaitan dengan apakah pemilih merasa kandidat tersebut dapat
memberikan citra positif dan dapat menjadi kebanggaan negara.
4. Penempatan (place), berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi
sebuah partai dan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan para
pemilih. Ini berati sebuah partai harus dapat memetakan struktur serta
karakteristik masyarakat baik itu geografis maupun demografis.
Menggunakan 4Ps marketing dalam dunia politik menjadikan marketing
politik tidak hanya sebatas masalah iklan, tetapi lebih komprehensif. Marketing
politik menyangkut cara sebuah institusi politik atau Partai Politik ketika
menformulasikan produk politik, menyusun program publikasi kampanye dan
komunikasi politik, strategi segmentasi untuk memenuhi kebutuhan lapisan
masyarakat sampai ke perhitungan harga sebuah produk politik
(Firmanzah,2007:211).
Jadi, inti dari political marketing adalah mengemas pencitraan, publik
figur dan kepribadian (Personality) seorang kandidat yang berkompetisi dalam
konteks Pemilihan Umum (PEMILU) kepada masyarakat luas yang akan
memilihnya (Ibham: 2008). Dalam hal ini tujuan marketing dalam politik adalah
bagaimana membantu partai politik untuk lebih baik dalam mengenal masyarakat
yang diwakili atau menjadi target dan kemudian mengembangkan isu politik yang
sesuai dengan aspirasi mereka.
Menurut Kotler and Neil (1999:3), bahwa konsep political marketing, atau
pengertian Political Marketing adalah: “Suatu penggiatan pemasaran untuk
menyukseskan kandidat atau partai politik dengan segala aktivitas politiknya
16
melalui kampanye program pembangunan perekonomian atau kepedulian sosial,
tema, isu-isu, gagasan, ideologi, dan pesan-pesan bertujuan program politik yang
ditawarkan memiliki daya tarik tinggi dan sekaligus mampu mempengaruhi bagi
setiap warga negara dan lembaga/organisasi secara efektif.”
Pendekatan kampanye politik atau political campaign approach untuk
mendukung penggiatan pemasaran politik atau political marketing activity
tersebut sebagai upaya selain bertujuan untuk: Membentuk preferensi bagi pihak
setiap pemilih dalam menentukan suaranya, tujuan lainnya adalah; Ingin
merangkul simpati pihak kelompok-kelompok atau the third influencer of person
and groups seperti tokoh masyarakat, agama, adat, eksekutif dan artis atau
selebritis terkenal lainnya. Memiliki daya tarik bagi kalangan media massa baik
cetak maupun elektronik, termasuk memanfaatkan penggunaan atribut kanpanye,
poster, spanduk, iklan politik di media-massa, termasuk melalui situs atau blog
internet untuk mempengaruhi pembentukan opini publik dan citra secara positif
demi kepentingan membangun populeritas tinggi atau menebar pesona sang
kandidat dan aktivitas parpol yang bersangkutan sebagai kontestan yang siap
berlaga dalam setiap siklus pelaksanaan Pemilihan Umum.
Kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses kegiatan komunikasi
individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk
menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Rogers dan Storey (dalam
Venus:2004:7) mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan
komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada
sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu
17
tertentu”
Beberapa ahli komunikasi mengakui bahwa definisi yang diberikan Rogers
dan Storey adalah yang paling popular dan dapat diterima dikalangan ilmuwan
komunikasi (Grossberg, 1998; Snyder, 2002; Klingemann & Rommele, 2002).
Hal ini didasarkan kepada dua alasan. Pertama, definisi tersebut secara tegas
menyatakan bahwa kampanye merupakan wujud tindakan komunikasi, dan alasan
kedua adalah bahwa definisi tersebut dapat mencakup keseluruhan proses dan
fenomena praktik kampanye yang terjadi dilapangan
Peraturan KPU No. 69 Tahun 2009, tentang teknis kampanye pemilihan
umum kepala daerah dan wakil kepala daerah, Bab I, Ketentuan Umum, di pasal 5
ayat 1 dan 2. Yang berbunyi: (1) Untuk dapat dikategorikan sebagai kegiatan
kampanye, harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut : a. dilakukan oleh
pasangan calon dan/atau tim kampanye; b. terdapat unsur meyakinkan para
pemilih dalam rangka memperoleh dukungan sebesarbesarnya dalam bentuk
penawaran visi, misi, dan program secara tertulis atau lisan; c. terdapat alat peraga
atau atribut pasangan calon; dan d. dilakukan pada jadwal dan waktu kampanye.
(2) Terhadap kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila tidak
memenuhi seluruh unsur tersebut secara kumulatif, kegiatan tersebut tidak dapat
dikategorikan sebagai kegiatan kampanye.
C. Hasil Penelitian
1. Produk
Untuk menanamkan image politik yang baik bagi masyarakat merupakan hal
yang tidak sulit bagi Lis.-Syahrul. Karena sosoknya telah dikenal banyak orang
18
jauh sebelum adanya pemilihan walikota dan beliau memutuskan untuk maju.
Image yang dibangun selama ini tidak dilewati melalui waktu yang sebentar tetapi
melalui waktu yang cukup lama. Citraan-citraan itulah yang dijual dalam
pencalonan, kampanye dan janji-janji politiknya. Dalam pilkada langsung orang
dituntun memilih berdasarkan image.
2. Promosi
Promosi sudah dilakukan pihak Lis dan Syahrul. Media ini yang paling
sering digunakan oleh LSM untuk selalu mengingatkan isu yang sedang
dikampanyekan. Bentuk media yang sering dilakukan adalah melalui training,
diskusi, dialog. Media ini memiliki keunggulan dalam menyelipkan pesan di
benak khalayak diantara beribu informasi yang diterimanya. Selain itu juga
murah. Namun demikian media ini memiliki keterbatasan dalam merengkuh
jumlah penerima pesan, karena pesan disebarkan secara langsung. starategi yang
dilakukan oleh Lis-Syahrul adalah membangun reputasi baiknya ditengah
masyarakat, menjalin kedekatan dan memperkenalkan partainya sebagai partai
“wong cilik” Kampanye pada awalnya dijalankan untuk sebuah rekayasa
Pencitraan kemudian berkembang menjadi upaya persamaan pengenalan sebuah
gagasan atau isu kepada suatu kelompok tertentu yang diharapkan mendapatkan
feedback / timbal balik / tanggapan.
3. Harga (Price)
Ada tiga dimensi untuk menilai harga politik (Political Price), yaitu: Harga
ekonomi, yang didasarkan pada komunitas masyarakat yang dijadikan target oleh
19
organisasi kandidat atau politik. Ketiga hal tersebut sudah dilaksanakan dengan
baik dan mampu membawa Lis-Syahrul dalam kemenangan.
4. Penempatan
Komunikasi politik dalam kampanye politik adalah interaksi dan mencari
pemahaman beserta solusi yang dihadapi masyarakat semua sudah dilakukan
dengan sangat baik oleh pihak Lis-Syahrul. Kampanya politik merupakan suatu
bentuk komunikasi politik yang terorganisasi dalam waktu tertentu. Kampanye
politik merupakan satu agenda dalam keseluruhan proses pemilu, pemilukada,
pilpres yang memiliki peratusan sendiri didalamnya.
D. Penutup
1. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa Lis-Syahrul bersama partai
pengusung dan tim suksesnya sudah melakukan Political Marketing yang benar
dalam kampanye. Untuk menanamkan image politik yang baik bagi masyarakat
merupakan hal yang tidak sulit bagi Lis.-Syahrul. Karena sosoknya telah dikenal
banyak orang jauh sebelum adanya pemilihan walikota dan beliau memutuskan
untuk maju. Image yang dibangun selama ini tidak dilewati melalui waktu yang
sebentar tetapi melalui waktu yang cukup lama. Citraan-citraan itulah yang dijual
dalam pencalonan, kampanye dan janji-janji politiknya. Dalam pilkada langsung
orang dituntun memilih berdasarkan image.
Promosi sudah dilakukan pihak Lis dan Syahrul. Media ini yang paling sering
digunakan oleh LSM untuk selalu mengingatkan isu yang sedang dikampanyekan.
Bentuk media yang sering dilakukan adalah melalui training, diskusi, dialog.
20
Media ini memiliki keunggulan dalam menyelipkan pesan di benak khalayak
diantara beribu informasi yang diterimanya. Selain itu juga murah. Namun
demikian media ini memiliki keterbatasan dalam merengkuh jumlah penerima
pesan, karena pesan disebarkan secara langsung. starategi yang dilakukan oleh
Lis-Syahrul adalah membangun reputasi baiknya ditengah masyarakat, menjalin
kedekatan dan memperkenalkan partainya sebagai partai “wong cilik” Kampanye
pada awalnya dijalankan untuk sebuah rekayasa Pencitraan kemudian berkembang
menjadi upaya persamaan pengenalan sebuah gagasan atau isu kepada suatu
kelompok tertentu yang diharapkan mendapatkan feedback / timbal balik /
tanggapan.
2. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya jika menggunakan media dalam promosi terlebih dahulu
disaring informasi yang benar-benar bermanfaat dan dapat membuat
masyarakat memandang baik pasangan calon tersebut
2. Waktu yang lama yang dibangun oleh Lis-Syahrul untuk memperkenalkan
sosoknya sebaiknya dapat terus menunjang pelaksanaan kerjanya dan
bekerja sesuai dengan visi misi saat mencalonkan diri.
1. Untuk masyarakat agar lebih pintar dalam memilih pasangan calonnya,
memahami dan mengerti tentang pentingnya pemilukada.
21
DAFTAR PUSTAKA
BUKU-BUKU :
Adman Nursal. 2004. Political Marketing Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah
Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden, Jakarta : PT
Gramedia.
Agustino, Leo, 2005, Politik dan Otonomi Daerah, Untirta Press : Jakarta
Antar, Venus. (2004). Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam
Mengekfektifkan kampanye Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama
Media.
Ardial. 2009. Komunikasi Politik. Jakarta : PT.Indeks
Bambang Tri Cahyono. 1996. Strategi. Jakarta: IPWI
Budioarjo, Miriam. 2003. Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta : Yayasan Obor
Indonoesia
D. Lasswell, Harold., & Kaplan, Abraham. 1970. Power and Society. New
Haven: Yale University Press.
Dennis F. 2002. Etika Politik Pejabat Negara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Diamond, Larry, 2003, Developing Democracy Toward Consolidation, IRE Press:
Yogyakarta
Firmanzah.2007.Marketing Politi. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia
Glueck dan Jauch. 2000. Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Edisi Ketiga.
Terjemahan Murad dan Henry. Erlangga.
Hafied Cangara. 2009. Komunikasi Politik, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Kotler, P. and N. Kotler. (1999). “Generating effective candidates, campaigns, and
causes.” In B. I. Newman (Ed.), Handbook of political marketing (pp. 3–
19). Thousand Oaks, CA: Sage.
Marbun, BN, 2003, Kamus Politik, Pustaka Sinar Harapan : Jakarta
Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda
Karya
22
Rangkuti, Freddy, 2005, Riset Pemasaran, Elex Media Computindo, Jakarta.
Silih Agung Wasesa. 2011.Political Branding dan Public Relation. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Sugiyono. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung : CV. Alfabeta
Sumarno AP, 1993. Dimensi-dimensi Komunikasi Politik, Citraaditya Bakti,
Bandung.
Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Perundang-undangan :
Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) N0. 35 Tahun 2004 Tentang
Kampanye Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 Tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum
Peraturan KPU Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Pencalonan
Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah