Polineuropati.doc

21
A. PENGERTIAN Polineuropati adalah kelainan fungsi yang berkesinambungan pada beberapa saraf perifer diseluruh tubuh. Sistem saraf perifer terdiri dari bermacam-macam tipe sel dan elemen yang membentuk saraf motor, saraf sensor, dan saraf autonom. Polineuropati adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sindroma yang terjadi dari lesi yang mengenai saraf-saraf, dimana dimanisfestasikan sebagai kelemahan, kehilangan kemampuan sensor, dan disfungsi autonom. B. ETIOLOGI 1. Infeksi bisa menyebabkan polineuropati, kadang karena racun yang dihasilkan oleh beberapa bakteri (misalnya pada difteri) atau karena reaksi autoimun (pada sindroma Guillain- Barr). 2. Bahan racun bisa melukai saraf perifer dan menyebabkan polineuropati atau mononeuropati (lebih jarang). 3. Kanker bisa menyebabkan polineuropati dengan menyusup langsung ke dalam saraf atau menekan saraf atau melepaskan bahan racun 4. Kekurangan gizi dan kelainan metabolikjuga Page | 1

Transcript of Polineuropati.doc

Page 1: Polineuropati.doc

A. PENGERTIAN

Polineuropati adalah kelainan fungsi yang berkesinambungan pada

beberapa saraf perifer diseluruh tubuh. Sistem saraf perifer terdiri dari

bermacam-macam tipe sel dan elemen yang membentuk saraf motor, saraf

sensor, dan saraf autonom.

Polineuropati adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan

sindroma yang terjadi dari lesi yang mengenai saraf-saraf, dimana

dimanisfestasikan sebagai kelemahan, kehilangan kemampuan sensor, dan

disfungsi autonom.

B. ETIOLOGI

1. Infeksi bisa menyebabkan polineuropati, kadang karena racun yang

dihasilkan oleh beberapa bakteri (misalnya pada difteri) atau karena

reaksi autoimun (pada sindroma Guillain-Barr).

2. Bahan racun bisa melukai saraf perifer dan menyebabkan

polineuropati atau mononeuropati (lebih jarang).

3. Kanker bisa menyebabkan polineuropati dengan menyusup langsung

ke dalam saraf atau menekan saraf atau melepaskan bahan racun

4. Kekurangan gizi dan kelainan metabolikjuga bisa menyebabkan

polineuropati. Kekurangan vitamin B bisa mengenai saraaf perifer

diseluruh tubuh.

5. Penyakit yang bisa menyebabkan polineuropati kronik (menahun)

adalah diabetes, gagal ginjal dan kekurangan gizi (malnutrisi) yang

berat. Polineuropati kronik cenderung berkembang secara lambat

(sampai beberapa bulan atau tahun) dan biasanya dimulai di kaki

(kadang di tangan).

C. PATOFISIOLOGI

Berbagai macam pencetus dan kondisi dapat mengakibatkan polineuropati

dengan caranya masing-masing. Kerusakan pada neuronal nuclei seperti pada

Page | 1

Page 2: Polineuropati.doc

diabetes melitus, mengakibatkan kedegenerasi tipe axonal retrogade sekunder

distal. Di lain pihak kerusakan langsung pada segmenaxon mengakibatkan

degenerasi tipe Wallerian pada segmen axon bagian distal. Berbeda pula

padapolineuropati karena zat toksik, sel schwann menjadi target serangan,

sehingga menyebabkan demyelinisasi

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Kesemutan, mati rasa, nyeri terbakar dan ketidakmampuan untuk

merasakan getaran atau posisi lengan, tungkai dan sendi merupakan gejala

utama dari polineuropati kronik.

2. Nyeri seringkali bertambah buruk di malam hari dan bisa timbul jika

menyentuh daerah yang peka atau karena perubahan suhu.

3. Penderita tidak bisa merasakan suhu dan nyeri, sehingga mereka sering

melukai dirinya sendiridan terjadilah luka terbuka (ulkus di kulit) akibat

penekanan terus menerus atau cedera lainnya.

4. Karena tidak dapat merasakan nyeri, maka sendi sering mengalami cedera

(persendian Charcot ).

5. Ketidakmampuan untuk merasakan posisi sendi menyebabkan

ketidakstabilan ketika berdiri dan berjalan.

6. Pada akhirnya akan terjadi kelemahan otot dan atrofi (penyusutan otot).

Banyak penderita yang juga memiliki kelainan pada sistem saraf otonom

yang mengendalikanfungsi otomatis di dalam tubuh, seperti denyut jantung,

fungsi pencernaan, kandung kemih dan tekanan darah.

Jika neuropati perifer mengenai saraf otonom, maka bisa terjadi :

1. Diare atau sembelit

2. Ketidakmampuan untuk mengendalikan saluran pencernaan atau kandung

kemih

3. Impotensi

4. Tekanan darah tinggi atau rendah

5. Tekanan darah rendah ketika dalam posisi berdiri

Page | 2

Page 3: Polineuropati.doc

6. Kulit tampak lebih pucat dan lebih kering- keringat berlebihan

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Laboratorium

Darah lengkap (Darah perifer lengkap), LED, elektrolit, gula darah, ureum,

elektroforesis, tes toleransi gula, HBA 1c, faal ginjal dan hepar, serum

vitamin B12 dan asam folat, parameter vaskulitis.

2. Urin

Mikroskopik untuk mencari bukti faskulitis, glukosa, porfirin, protein,

Bence-Jones

3. Cairan Serebrospinal

Peningkatan protein, terutama pada neuropati inflamasi

4. Elektroneurografi dapat menunjukan tingkat gangguan dari konduksi

impuls, bergantung dari etiologi penyebabnya.

5. Elektromyografi (EMG) memiliki cara kerja dengan menggunakan jarum

ditusukkan kepada otottertentu dan aktifitas dari otot tersebut ditampilkan

pada oscilloscope . EMG biasanya digunakan untuk mengevaluasi

penyakit otot tapi secara tidak langsung juga bisa digunakan untuk

mengetahui prosesneuropatik

6. Foto thoraks

Untuk sarkoidosis, karsinoma

7. Biopsi saraf sangat berguna pada mononeuropathy multiplexatau

kecurigaan neuropati vaskulitis.

8. Biopsi kulit mengalami peningkatan untuk penggunaannya

untukmengevaluasi pasien dengan polineuropati

9. Biopsy sumsum tulang

Suvey tulang bila ada kecurigaan myeloma

10. Tes darah spesifik

Page | 3

Page 4: Polineuropati.doc

Untuk kecurigaan kondisi tertentu, misalnya analisis DNA untuk neuropati

herediter, enzim sel darah putih untuk inborn error of metabolism,

antibody borrelia untuk penyakit lime

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Terapi spesifik dilakukan bergantung kepada etiologi penyebab dari pasien

tersebut, terapi simptomatis, dan meningkatkan kemampuan pasien self-

care.

2. Terapi simptomatis dari polineuropati terdiri dari mengurangi atau

menghilangkan dari nyeri yang diderita dan fisioterapi.

3. Intubasi trakhea dan suport pernafasan mungkin dibutuhkan untuk pasien

SGB.

4. Proteksi kornea diberikan apabila terdapat kelemahan untuk menutup

mata.

5. Kasur tidur tempat pasien selalu dibersihkan dan penutupnya dibuat halus

untukmencegah cedera kulit pada kasus anesthetic skin.

6. Fisioterapi termasuk pijat untuk otot yang lemahdan melakukan

pergerakan pasif terhadap semua sendi.

Page | 4

Page 5: Polineuropati.doc

ASUHAN KEPERAWATAN POLINEUROPATI

I. PENGKAJIAN

Pola Fungsi Kesehatan

1. Aktivitas/ Istirahat

Gejala : Adanya kelemahan dan paralisis secara simetris yang

biasanya dimulai dari ekstremitas bagian bawah dan selanjutnya

berkembang dengan cepat kearah atas.

Tanda :

- Kelemahan otot, paralisis flaksaid (simetris)

- Cara berjalan tidak mantap

2. Sirkulasi

Tanda :

- Perubahan tekanan darah (hipertensi atau hipotensi)

- Disritmia, takikardia/ bradikardia

- Wajah kemerahan, diaforesis

3. Integritas Ego

Gejala : Perasaan cemas dan terlalu berkonsentrasi pada masalah

yang dihadapi.

Tanda : Tampak takut dan bingung

4. Eliminasi

Gejala : Adanya perubahan pola eliminasi

Tanda :

- Kelemahan pada otot-otot abdomen

- Hilangnya sensasi anal (anus) atau berkemih dan refleks

sfingter

5. Makanan/ Cairan

Gejala : Kesulitan dalam mengunyah dan menelan

Tanda : Gangguan pada refleks menelan atau refleks gag

Page | 5

Page 6: Polineuropati.doc

6. Neurosensori

Gejala :

- Kebas, kesemutan yang dimulai dari kaki atau jari-jari kaki dan

selanjutnya terus naik (distribusi stoking atau sarung tangan)

- Perubahan rasa terhadap posisi tubuh, vibrasi, sensasi nyeri,

sensasi suhu

- Perubahan dalam ketajaman penglihatan

Tanda :

- Hilangnya/ menurunya refleks tendon dalam

-Hilangnya tonus otot, adanya masalah dengan keseimbangan

-Adanya kelemahan pada otot-otot wajah, terjadi ptosis kelopak

mata (keterlibatan saraf kranial)

-Kehilangan kemampuan untuk bicara

7. Nyeri/ Kenyamanan

Gejala : Nyeri tekan otot; seperti terbakar, mengganggu, sakit,

nyeri (terutama pada bahu, pelvis, pinggang, punggung, dan bokong).

Hipersensitif terhadap sentuhan.

8. Pernapasan

Gejala : Kesulitan dalam bernapas, napas pendek.

Tanda :

- Pernapasan perut, menggunakan otot bantu napas, apnea.

- Penurunan/ hilangnya bunyi napas

- Menurunnya kapasitas vital paru

- Pucat/ sianosis

- Gangguan refleks gag/ menelan/ batuk

9. Keamanan

Gejala :

- Infeksi virus nonspesifik (seperti, infeksi saluran pernapasan atas)

kira-kira 2 minggu sebelum munculnya tanda serangan.

- Adanya riwayat terkena herpes zoster, sitomegalovirus

Tanda :

Page | 6

Page 7: Polineuropati.doc

- Suhu tubuh yang berfluktuasi (sangat tergantung pada suhu

lingkungan

- Penurunan kekuatan/ tonus otot, paralisis atau parestesia

10. Inteaksi Sosial

Tanda: Kehilangan kemampuan untuk berbicara/ berkomunikasi

11. Penyuluhan/ Pembelajaran

Gejala : Penyakit sebelumnya (infeksi saluran napas atas,

gastroenteritis); vaksinasi (campak, influensa, polio); keadaan kronis

(lupus eritematosus, penyakit Hodgkin/ proses keganasan):

pembedahan/ anestesia umum, trauma.

Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama perawatan: 6 hari

Rencana Pemulangan : Mungkin pasien memerlukan bantuan

mengenai transfortasi, penyiapan makanan, perawatan diri, dan

kewajiban pekerjaan rumah. Mungkin perlu perubahan pada tata ruang.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola napas tidak efektif b.d kelemahan/ paralisis otot pernafasan.

2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler (parestesia,

disestesia).

3. Perubahan persepsi sensori b.d ketidakmampuan berkomunikasi, bicara

atau berespon.

4. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b.d disfungsi sistem saraf

autonomik

5. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler

6. Konstipasi b.d imobilitas, perubahan pada masukan diet/ cairan

Page | 7

Page 8: Polineuropati.doc

III.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pola napas tidak efektif b.d kelemahan/ paralisis otot pernafasan.

Tujuan : Pola napas kembali efektif

Kriteria hasil :

Mendemonstrasikan ventilasi adekuat dengan tidak ada tanda distres

pernapasan, bunyi napas bersih , dan GDA dalam batas normal.

Intervensi :

a. Pantau frekuensi, kedalaman dan kesimetrisan pernafasan.

b. Kaji adanya perubahan sensasi terutama adanya penurunan respons

pada T8 atau daerah lengan atas/ bahu.

c. Catat adanya kelelahan pernafasan selama berbicara (kalau pasien

masih dapat berbicara)

d. Auskultasi bunyi nafas, catat tidak adnya bunyi atau suara napas

tambahan seperti ronki, mengi.

e. Tinggikan kepala tempat tidur atau letakkan pasien pada posisi duduk

bersandar.

f. Kolaborasi: Berikan terapi suplementasi oksigen (yang telah

dilembabkan sesuai indikasi), dengan menggunakan cara pemberian

yang sesuai, seperti kanula, masker oksigen, atau ventilator mekanik.

Rasional

a. Peningkatan distres pernafasan menandakan adanya kelelahan pada otot

pernapasan dan/atau paralisis yang mungkin memerlukan sokongan dari

ventilasi mekanik.

b. Penurunan sensasi seringkali mengarah pada kelemahan motorik.

c. Merupakan indikator yang baik terhadap gangguan fungsi pernafasan/

menurunya kapasitas vital paru

d. Peningkatan resistensi jalan napas dan/ atau akumulasi sekret akan

menganngu proses difusi gas dan akan mengarah pada komplikasi

pernafasan (seperti pneumonia)

e. Meningkatkan ekspansi paru dan usaha batuk, menurunkan kerja

pernafasan dan membatasi terjadinya risiko aspirasi sekret.

Page | 8

Page 9: Polineuropati.doc

2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler (parestesia,

disestesia).

Tujuan : Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol

Kriteria hasil :

Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi sesuai indikasi

untuk situasi individu, melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.

Intervensi :

a. Evaluasi derajat nyeri/rasa tidak nyaman dengan menggunakan skala 0-

10. Observasi adanya tanda-tanda nonverbal dari nyeri tersebut.

b. Berikan kompres hangat atau dingin, mandi dengan air hangat, berikan

massase atau sentuhan sesuai toleransi pasien secara individual.

c. Berikan latihan rentang gerak secara pasif

d. Instruksikan /anjurkan untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti

visualisasi, bimbingan imajinasi.

e. Kolaborasi penggunaan obat analgetik sesuai kebutuhan.

Rasional

a. Menganjurkan pasien untuk “melokalisasi/ mengetahui kuantitas” nyeri

yang menunjukan adanya perubahan, perbaikan.

b. Membantu pasien mendapatkan kontrol perasaan tidak nyaman secara

konstan yang disebabkan oleh parestesia dan menurunkan kekakuan/

nyeri pada otot.

c. Menurunkan kekakuan pada sendi

d. Memfokuskan kembali secara langsung dari perhatian/ persepsi dan

meningkatkan koping yang dapat membantu menghilangkn rasa nyeri.

e. Berguna untuk menghilangkan rasa nyeri ketika metode lain yang telah

dicoba tidak memberikan hasil yang memuaskan.

3. Perubahan persepsi sensori b.d ketidakmampuan berkomunikasi, bicara

atau berespon.

Tujuan : Mengungkapkan kesadran tentang defisit sensori.

Page | 9

Page 10: Polineuropati.doc

Kriteria hasil :

a. Mempertahankan mental/ orientasi umum

b. Mengidentifikasi intervensi untuk meminimalkan kerusakan/

komplikasi sensori.

Intervensi :

a. Pantau status neurologis secara periodik

b. Berikan alternatif cara berkomunikasi jika pasien tidak dapat berbicara,

seperti “metode kedipan”

c. Berikan lingkungan yang aman (penghalang tempat tidur, proteksi

terhadap trauma termal).

d. Berikan stimulasi sensori yang sesuai, meliputi suara musik yang

lembut; jam (waktu); televisi; bercakap-cakap santai.

e. Kolaborasi: rujik keberbagai sumber penolong untuk membantu, seperti

terapi fisik, terapi okulasi/ terapi wicara, ahli agama, pelayanan sosial,

departemen rehabilitasi

Rasional

a. Catatan yang teratur sangat membantu dalam perawatan untuk

menemukan adanya komplikasi yang memerlukan intervensi/ evaluasi

selanjutnya.

b. Jika gejala tersebut berkembang dengan lambat, pasien dapat

membantu untuk menciptakan metode komunikasi alternatif.

c. Kehilangan sensasi dan kontrol motorik menjadikan pasien perhatian

utama dari pemberi asuhan yang harus mempertahankan lingkungan

teurapeutik dan mencegah trauma.

d. Pasien (biasanya sadar) merasa terisolasi total karena terjadi paralisis

dan selama fase penyembuhan.

e. Semua pelayanan mengkoordinasikan usaha untuk meningkatkan

proses penyembuhan/ meminimalkan gejala sisa penurunan

neurologis.

Page | 10

Page 11: Polineuropati.doc

4. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b.d disfungsi sistem saraf

autonomik

Tujuan : perubahan perfusi jaringan tidak terjadi dan tanda vital tetap

stabil

Kriteria hasil :

Mempertahankan perfusi dengan tanda vital stabil, disritmia jantung

tekontrol/takada.

Intervensi :

a. Ukur tekanan darah, catat adanya fluktuasi. Observasi adanyahipotensi

postural.

b. Pantau frekuensi jantung dan iramanya. Dokumentasikan adanya

disritmia

c. Pantau suhu tubuh. Berikan suhu lingkungan yang yaman, berikan atau

tanggalkan selimut, gunakan kipas angin ruangan dan sebagainya.

d. Catat masukan an haluaran

e. Ubah posisi secara teratur

f. Kolaborasi: Pakailah stroking antiemboli atau alat pemijat kontinu:

lepaskan sesuai jadwal dengan interval tertentu

Rasional

a. Perubahan pada tekanan darah terjadi sebagai akibat dari kehilangan

alur dari saraf simpatik untuk mempertahankan tonus vaskuler perifer.

b. Sinus takikardi/bradikardi dapat berkembang sebagai akibat dari

gangguan saraf autonom simpatis atau tidak adanya hambatan terhadap

refleks vagal yang menyebabkan henti jantung.

c. Perubahan pada tonus vasomotor menimbulkan kesulitan pada regulasi

suhu dan pasien mungkin kan trpengaruh dengan lingkungan

sekitarnya.

d. Relaksasi tonus vaskuler, perubahan cairan dan penurunan masukan

oral dapat menurunkan volume sirkulasi dan secara negatif akan

mempengaruhi tekanan darah dan haluaran urine

Page | 11

Page 12: Polineuropati.doc

e. Perubahan sirkulasi/pengumpulan vaskuler dapat menganggu perfusi

seluler yang meningkatkan risiko iskemia/ kerusakan jaringan.

f. Meningkatkan arus balik vena, menurunkan keadaan vena statis dan

menghindari risiko terjadinya pembentukan trombosis.

5. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler

Tujuan : mempeertahankan posisi fungsi dengan tak ada komplikasi

Kriteria hasil :

Meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian yang sakit, mendemonstrasikan

teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktivitas yang

diinginkan

Intervensi :

a. Kaji kekuatan motorik/ kemampuan secara fungsional dengan

menggunakn skala 0-5

b. Berikan posisi yang menimbukan rasa nyaman

c. Sokong ekstremitas dan persendian dengan bantal, trokhanter roll,

papan kaki.

d. Berikan lubrikasi/ minyak artifisial sesuai kebutuhan

e. Kolaborasi: konfirmasikan dengan/rujuk ke bagian terapi fisik/ terapi

okupasi.

Rasional

a. Menentukan perkembangan/ munculnya kembali tanda yang

menghambat tercapainya tujuan/ harapan pasien

b. Menurunkan kelelahan , meningkatkan relaksasi ,enurunkan risiko

terjadinya iskemia/ kerusakan pada kulit.

c. Mempertahankan ekstremitas dalam posisi fisiologis, mencegah

kontraktur dan kehilangan fungsi sendi.

d. Mencegah kekeringan dari jaringan tubuh yang halus ketika pasien

tidak dpat menutup/ mengedipkan mata secara memadai.

e. Bermanfaat dalam menciptakan kekuatan otot secara inividula/ latihan

terkondisin dan program latihan berjalan dan mengidentifikasikan alat

Page | 12

Page 13: Polineuropati.doc

bantu/brace untuk mempertahankan mobilisasi dan kemandirian dalam

melakukan aktivitas sehari-hari.

6. Konstipasi b.d imobilitas, perubahan pada masukan diet/ cairan

Tujuan : Klien dapat BAB dengan lancar

Kriteria hasil :

Mempertahankan pola eleminasi usus tanpa ileus

Intervensi :

a. Anjurkan pasien untuk minum paling sedikit 2000 ml/hari (tentunya

jika pasien dapat menelan)

b. Auskultasi bising usus, catat adanya, atau tidak adanya perubahan

bising usus

c. Catat adanya distensi abdomen, nyeri tekan (otot abdomen yang lemas)

d. Kolaborasi: beri obat pelembek feses, supositoria, laksatif, atau

penggunaaan selang rektal sesuai kebutuhan

Rasional

a. Dapat melembekan feses dan memfasilitasi eleminasi

b. Penurunan atau hilangnya bising usus dapat merupakan indikasi adanya

ileus paralitik yang berarti hilangnya motilitas usus dan/ ataau

ketidakseimbangan elektrolit

c. Dapat mencerminkan perkembangan ileus yang komplet dapat

bervariasi tetapi dapat diperkirakan.

d. Mencegah konstipasi, menurunkan distensi abdomen dan membantu

dalam keteraturan fungsi defekasi

Page | 13

Page 14: Polineuropati.doc

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.

Jakarta: EGC.

http://id.scribd.com/doc/68988102/polineuropati-polyneuropathy

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.

Jakarta : EGC; 2001.

Page | 14