POLIGAMI DAN HUKUMNYA

14
POLIGAMI DAN EKSISTENSINYA Oleh : SRIYANA *) A. Sejarah Poligami Kata Poligami berasal dari bahasa Yunani “POLYGAMIE”, Poly berarti banyak dan Gamie berarti laki- laki. Jadi arti dari polygamie adalah laki-laki yang beristri lebih dari satu orang wanita dalam satu ikatan perkawinan. Pada dasarnya sistim poligami telah ada sebelum Islam dikumandangkan oleh Muhammad SAW sebagai Nabi dan utusan Allah yang merupakan penutup para Nabi dan Rasul. Sebelum kedatangan Islam poligami telah biasa dan membudaya di kalangan bangsa-bangsa di dunia baik di Barat maupun di Timur, begitu pula di Timur Tengah. Diantara bangsa-bangsa yang telah membudaya dikalangan mereka adalah : Bangsa Ibrani, Arab jahiliyah dan Cisilia yang kemudian melahirkan sebagian besar penduduk yang menghuni negara-negara di Timur dan Barat, seperti Rusia, Lituania, Polandia, Cekoslovakia, Yugoslavia dan sebagian dari orang-orang Jerman serta Saxon yang melahirkan sebagian besar penduduk yang menghuni negara

Transcript of POLIGAMI DAN HUKUMNYA

Page 1: POLIGAMI DAN HUKUMNYA

POLIGAMI DAN EKSISTENSINYA

Oleh : SRIYANA *)

A. Sejarah Poligami

Kata Poligami berasal dari bahasa Yunani “POLYGAMIE”, Poly berarti

banyak dan Gamie berarti laki-laki. Jadi arti dari polygamie adalah laki-laki yang

beristri lebih dari satu orang wanita dalam satu ikatan perkawinan.

Pada dasarnya sistim poligami telah ada sebelum Islam dikumandangkan oleh

Muhammad SAW sebagai Nabi dan utusan Allah yang merupakan penutup para

Nabi dan Rasul. Sebelum kedatangan Islam poligami telah biasa dan membudaya di

kalangan bangsa-bangsa di dunia baik di Barat maupun di Timur, begitu pula di

Timur Tengah. Diantara bangsa-bangsa yang telah membudaya dikalangan mereka

adalah : Bangsa Ibrani, Arab jahiliyah dan Cisilia yang kemudian melahirkan

sebagian besar penduduk yang menghuni negara-negara di Timur dan Barat, seperti

Rusia, Lituania, Polandia, Cekoslovakia, Yugoslavia dan sebagian dari orang-orang

Jerman serta Saxon yang melahirkan sebagian besar penduduk yang menghuni

negara Jerman, Swiss, Belgia, Belanda, Denmark, Swedia, Norwegia dan Inggris.

Dan pada zaman Nabi Sulaiman juga berlaku sistim poligami di mana Nabi

Sulaiman juga mengawini lebih dari satu orang, dalam Hadist Shahih diterangkan

bahwa Nabi Sulaiman menikahi 100 orang wanita.

Banyak tuduhan dari kalangan Barat yang mengatakan bahwa Islam adalah

agama poligami dan Islamlah agama yang mula-mula membawa sistim poligami.

Sungguh sangat naif tuduhan semacam itu dan tidak beralasan, sebab sejak sebelum

Nabi Muhammad SAW, poligami sudah membudaya dikalangan bangsa-bangsa di

dunia sejak ribuan tahun yang lalu dan sampai saat ini yang menerapkan sistim

poligami bukan hanya Islam saja, namun agama lain juga menerapkan sistim

poligami, hanya beda cara, jumlah dan sistemnya saja.

Page 2: POLIGAMI DAN HUKUMNYA

Islam datang bukan membawa sistim poligami, namun Islam datang untuk

mengatur, mengidealisasikan, memanusiawikan, mengislamisasikan sistim poligami

yang telah membudaya di kalangan bangsa-bangsa di dunia khususnya bangsa Arab

Jahiliyah, sehingga sistim poligami yang tidak beraturan itu diatur oleh Islam, yang

tadinya tanpa batas, dibatasi hanya empat saja, yang tadinya wanita tidak diberi hak

waris, diberi hak waris oleh Islam, yang tadinya wanita dijadikan dan dianggap

seperti barang yang dapat dijualbelikan di pasar bebas, cara tidak manusiawi itu

dihapus oleh Islam, yang tadinya wanita di mata laki-laki bak seperti sampah,

disetarakan kedudukannya oleh Islam.

Hingga dewasa ini sistim poligami masih tetap dilakukan oleh bangsa-bangsa

di dunia ini yang bukan beragama Islam, seperti orang-orang Afrika, Hindu India,

Cina dan Jepang. Juga tidak benar bahwa sistim poligami itu hanya berlaku di

kalangan ummat Islam saja, sebab pemeluk agama lain juga mengikuti sistim

poligami, karena kitab Injil tidak melarang poligami, karena di sana tidak

ditemukan satu katapun yang melarang poligami.

Sebelum Islam datang, sistim poligami berlaku tanpa kendali, laki-laki kaya,

bangsawan, raja dan sejawatnya menikahi wanita tanpa batas, ada yang menikahi 4,

5,10, 18 dan bahkan lebih banyak dari itu. Namun setelah Islam datang poligami

yang tidak beraturan dan tidak manusiawi itu dibatasi hanya 4 orang saja. Karena

dengan mengawini wanita semaunya termasuk jenis diskriminasi terhadap wanita.

Wanita seolah tidak ada harganya, dan wanita hanya laksana mainan, pemuas nafsu

seksual dan benda yang dijualbelikan.

Keadilan Islam dalam masalah ini tercermin dalam firman Allah dalam Surat

An-Nisa’: 3 yang artinya :

“Dan menikahlah dengan wanita yang kamu cintai, dua, tiga atau empat

wanita, namun bila kamu khawatir tidak dapat berbuat adil, maka nikahilah

satu orang wanita saja ..”

B. Hukum Poligami

Page 3: POLIGAMI DAN HUKUMNYA

Ulama sepakat bahwa poligami hukumnya mubah, di mana dalam kondisi

tertentu seorang laki-laki boleh menikahi wanita lebih dari satu dan maksimalnya 4

orang wanita dalam satu ikatan perkawinan. Dalam hadits dari Abu Hurairah ra,

diceritakan, ia berkata : Sesungguhnya Rasullullah SAW, bersabda :

“Barang siapa yang menikahi dua orang wanita dan berbuat tidak adil

terhadap salah satunya, maka akan datang pada hari kiamat kelak dalam

keadaan miring sebelah “. (HR. Ahmad dan Arba’ah)

C. Syarat Poligami

Pada dasarnya syarat poligami sama saja dengan monogami, namun utamanya

adalah :

1. Sanggup Memberi Nafkah Lahir

Orang yang menikah hendaknya sudah mempunyai persiapan yang matang

dalam bidang finansial atau materi, sebab ia mempunyai tanggungan untuk

memberi belanja terhadap istrinya dan juga mencukupi kebutuhan rumah tangga

yang meliputi sandang, pangan dan papan sekalipun dapat dipikul bersama-sama

dengan istri, namun suami yang bertanggung jawab untuk mencukupinya,

apalagi mempunyai istri lebih dari satu, kalau dalam segi materi tidak mampu

mencukupi, maka lebih baik satu istri saja dulu dan nanti bila sudah mampu

baru cari istri lagi.

Dalam hadits dari Abdullah bin Mas’ud ra, diceritakan : Sesungguhnya

Rasulullah SAW, bersabda :

“Wahai para pemuda, siapa diantaramu yang telah mampu membiayai

pernikahan maka nikahlah...” (HR. Bukhari dan Muslim)..

2. Sanggup Memberi Nafkah Bathin.

Termasuk syarat bolehnya nikah atau juga poligami adalah masih mampu

memberikan nafkah bathin, kalau tidak maka tidak boleh berpoligami, karena itu

dapat berakibat buruk bagi wanita yang dinikahi, sedangkan satu istri saja sudah

tidak mampu apalagi istrinya tambah, jadi letoy dan malah kedodoran.

Page 4: POLIGAMI DAN HUKUMNYA

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan : Sesungguhnya

Rasulullah SAW, bersabda :

“Takutlah kepada Allah dalam urusan perempuan, karena sesungguhnya kamu

mengambil mereka dengan amanah Allah dan dihalalkan bagimu mencampuri

mereka dengan kalimah Allah diwajibkan atas kamu (suami) memberi nafkah

dan pakaian kepada mereka (istri) dengan cara yang baik (pakaian yang

pantas). (HR. Muslim)

3. Mampu Berbuat Adil.

Islam membolehkan poligami, bukan asal numpuk istri saja kemudian masing-

masing disuruh mencari nafkah sendiri-sendiri, atau dibiarkan kesepian tanpa

didampinginya, kalau poligami model ini haram hukumnya. Maka orang yang

berpoligami harus mampu berbuat adil terhadap para istri-istrinya baik dalam

bergilir atau dalam segi materi. Kalau tidak, maka satu istri saja, toh itu pun

tidak akan habis kalau dipelihara dan dijaga baik-baik.

Dalam hadits dari Abu Hurairah ra, diceritakan: Sesungguhnya Rasulullah

SAW, bersada :

“Barangsiapa mempunyai dua orang istri dan tidak berbuat adil, maka akan

datang pada hari kiamat, badannya miring sebelah”. (HR. Abu Dawud, Nasa’i,

Tirmudzi dan Ibnu Majah dalam Fiqhusunnah II/96).

4. Wanita Mensyaratkan Agar Tidak Dimadu

Bila wanita mensyaratkan kepada suami yang menikahinya bahwa ia mau

menikah dengannya dengan syarat nantinya tidak dimadu, maka syarat itu syah

dan suami harus menepati janji dan bila tidak, maka wanita berhak untuk

menuntut perceraian kepada suaminya bila ia menghendakinya, namun bila ia

rela dimadu sekalipun pernah mensyaratkan saat akan nikah agar tidak dimadu,

hal ini juga tidak mengapa. Demikian pendapat Imam Ahmad bin Hambal dan

Ibn Taimiyah dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim

disebutkan : Sesungguhnya Rasulullah SAW, bersabda :

Page 5: POLIGAMI DAN HUKUMNYA

“Sesungguhnya syarat yang paling berhak untuk dipenuhi adalah syarat yang

menjadikan kamu halal bersebadan dengan istrimu”. (HR. Bukhari dan

Muslim)

Ibnu Qayyim juga mengatakan, bahwa seseorang laki-laki bila istrinya sudah

memberi syarat untuk tidak dimadu maka wajiblah syarat itu dipenuhi, namun

bila ternyata dikemudian hari ia tetap dimadu juga, maka ia berhak untuk

membatalkan perkawinan, bila ia menghendakinya. (Fiqhusunnah II/100).

D. Hikmah dan Sebab Diperbolehkannya Poligami

Islam membolehkan poligami dalam kondisi dan syarat tertentu, dan dibalik

bolehnya poligami tersebut mengandung hikmah yang sangat besar. Diantara sebab

dan hikmah diperbolehkannya poligami adalah :

1. Merupakan karunia dan rahmat Allah yang besar kepada manusia, dimana di

dalam kondisi tertentu Allah membolehkan laki-laki berpoligami dengan

maksimal 4 orang wanita dalam satu ikatan perkawinan. Dan merupakan solusi

terbaik dalam mengatasi masalah sosial yang berkaitan dengan wanita, terutama

pada masa di mana jumlah wanita lebih banyak dari jumlah pria, sehingga

banyak wanita menjanda, perawan tua merana dan anak-anak yatim hidup

sengsara tanpa ada yang membiayai kebutuhan hidupnya. Dengan

dibolehkannya poligami, maka kerancauan masalah sosial ini dapat

diminimalisir.

2. Islam sebagai agama yang mulia, mengatur segala bentuk kehidupan baik

individu, bertetangga, bermasyarakat, bernegara maupun hubungan

internasional, mewajibkan bagi kaum muslimin untuk melaksanakan

pembangunan di segala bidang. Mereka tidak akan sanggup memikul tugas

risalah ini, kecuali jika mereka mempunyai negara yang kuat dan sumber daya

manusia yang handal. Hal itu tidak akan terwujud apabila penduduknya hanya

sedikit. Jalan untuk mewujudkan penduduk dan sumber daya manusia yang

handal tersebut hanya dengan adanya perkawinan. Dan dalam segi lain

Page 6: POLIGAMI DAN HUKUMNYA

dilakukan poligami bagi penduduk yang mampu dalam segi ekonomi dan

mampu pula berbuat adil terhadap istri-istri yang dinikahinya.

3. Negara merupakan pendukung agama, dimana ia seringkali menghadapi bahaya

peperangan sehingga penduduknya ada yang meninggal akibat perang atau

bencana alam lainnya. Oleh karena itu haruslah ada badan-badan atau lembaga

yang memperhatikan nasib janda-janda, anak-anak yatim yang dapat

mengurangi beban mereka, dan termasuk solusi terbaik untuk mengatasi hal

tersebut adalah dengan dilakukannya poligami, karena dengan demikian para

janda, perawan tua dan anak yatim ada yang memberi kasih sayang dan

menanggung biaya hidupnya dan masa depannya terjamin.

4. Di negara-negara yang terjadi peperangan dan penjajahan dipastikan jumlah

penduduknya berkurang, maka salah satu cara untuk menggantikan nyawa-

nyawa yang melayang itu adalah dengan memperbanyak keturunan dan

termasuk jalan untuk mendapatkan banyak keturunan adalah poligami.

5. Bahwa adakalanya jumlah wanita pada suatu negara lebih banyak dari jumlah

pria, maka banyak wanita-wanita menjanda, perawan-perawan tua merana

menunggu cinta tiba, sedangkan kondisi ekonomi mereka sangat

memprihatinkan, bila dibiarkan demikian keadaannya dikhawatirkan mereka

terjerumus pada lembah hitam, maka solusi terbaik adalah dilakukannya sistem

poligami, untuk mencegah berbagai kemungkinan terjadinya hal-hal negatif.

6. Bahwa kesanggupan laki-laki untuk berketurunan lebih besar daripada wanita,

sebab laki-laki telah memiliki persiapan kerja seksual sejak aqil baligh sampai

lanjut usia, sedangkan wanita tidak demikian dan itu terjadi beberapa fase, yaitu

disaat haid yang kadang-kadang sampai 15 hari, di masa hamil dan di masa nifas

serta di masa monopouse yang mayoritas terjadi pada usia 50 tahun ke atas.

Setelah monopouse wanita sudah tidak bisa hamil lagi (kecuali seizin Allah) dan

naluri seksualnya juga menurun. Sedangkan laki-laki tidak demikian, malah di

usia tua daya seksualnya melebihi anak muda, yang biasa orang menyebutnya

Page 7: POLIGAMI DAN HUKUMNYA

“TUA-TUA KELADI”. Makin tua makin menjadi-jadi, dan makin suka kawin

dengan mencari istri lagi. Dalam kondisi yang demikian ini, sangatlah perlu

dicarikan solusi terbaik untuk menyalurkan gairah seksual yang membara sang

kakek, kalau tidak, tentunya kasihan si nenek yang sudah tua. Maka jalan terbaik

adalah dengan dibolehkannya poligami.

7. Sungguh tidak semua wanita itu subur, ada pula yang mandul, sedang termasuk

tujuan perkawinan adalah membuahkan keturunan sebagai generasi penerus.

Bila istri tidak dapat melahirkan tentu ini merupakan suatu masalah sosial yang

selalu mengganjal dan mungkin juga menyebabkan rumah tangga berantakan.

Untuk menjaga keutuhan rumah tangga dan tercapainya tujuan berumah tangga

yang diantaranya adalah adanya keturunan, maka salah satu jalan adalah

membolehkan poligami.

8. Ada kalanya wanita terkena penyakit rotak, yaitu tersumbatnya farji dengan

daging stan qorn, yaitu farjinya tersumbat tulang, sehingga tidak dapat

berhubungan badan, sedangkan termasuk tujuan perkawinan adalah

berhubungan badan untuk membuahkan keturunan. Dalam kondisi yang

demikian ini tentunya harus ada solusi terbaik, yaitu dibolehkannya poligami.

9. Ada kalanya istri sakit berkepanjangan atau sakit menahun, sehingga tidak dapat

melayani suaminya, sedang suaminya sangat membutuhkan penyaluran biologis,

maka dalam kondisi semacam ini solusi terbaik yaitu berpoligami.

10. Ada kalanya laki-laki mempunyai gairah seksual yang sangat tinggi (hypersex),

yang secara alami mereka tidak puas hanya dilayani oleh seorang istri, sehingga

dikhawatirkan suami menyalurkan nafsu seksualnya di jalan yang haram, maka

cara terbaik adalah dengan dilakukan poligami. Dengan demikian suami tetap

pada jalur yang benar dan istri tidak capek mandi keramas.

Itulah diantara sebab-sebab dan hikmah diperbolehkannya poligami yang

menjadi pertimbangan dalam syari’at Islam guna menyelesaikan masalah-masalah

sosial kemasyarakatan, di mana Islam merupakan suatu agama yang bukan hanya

Page 8: POLIGAMI DAN HUKUMNYA

berlaku bagi suatu generasi saja atau pada masa-masa serta zaman tertentu, namun

adalah syari’at yang berlaku bagi segenap manusia sepanjang masa dan Islam

adalah universal, agama yang memperhatikan hak-hak asasi manusia, agama yang

selalu memberikan solusi terbaik bagi ummatnya pada setiap masalah yang timbul

dan dihadapinya.

E. Sebab-Sebab Orang Menolak Poligami

Poligami dilain pihak merupakan solusi untuk mengatasi masalah-masalah

sosial yang menyangkut wanita, namun disisi lain justru banyak wanita atau

khsususnya istri-istri yang menentang, hal ini bisa dimaklumi, karena mereka

beranggapan bahwa “siapa sich yang mau dimadu ?”, “siapa sich yang mau

diduakan ?”, “siapa sich yang mau suaminya dibagi dua?, mendingan cerai aja !!”.

Kalimat-kalimat seperti sudah bukan suatu klise sebagai alasan bagi istri-istri yang

menolak suaminya berpoligami. Namun secara umum, diantara sebab-sebab orang

menentang poligami adalah sebagai berikut :

1. Adanya anggapan bahwa poligami adalah bentuk penipuan terhadap wanita dan

hanya bertujuan untuk pemuasan seksual belaka.

Bukankah meniduri wanita kemudian ditinggal begitu saja tanpa tanggung

jawab itu yang disebut penipuan terhadap wanita? Bukankah membiarkan

wanita-wanita menjanda yang mendambakan laki-laki yang melindungi dan

mencukupi hidupnya serta menjamin kehidupan yang baik di masa depannya itu

bukan disebut penipuan kepada wanita? Dan Bukankah membiarkan perawan-

perawan tua merana menunggu cinta itu bukan suatu penipuan terhadap wanita?

Bukankah membiarkan wanita menjual auratnya, berpose porno telanjang dada,

paha dan pantat demi uang itu bukan penipuan terhadap wanita ?.

2. Adanya angapan bahwa poligami adalah sebagai aktivitas seperti binatang yang

hanya ingin kawin cerai saja.

3. Belum mengenal dan paham tentang hikmah dan sebab poligami, sehingga

dalam memahami lebih bersifat emosional dari pada rasional.

Page 9: POLIGAMI DAN HUKUMNYA

4. Egoisme wanita itu sendiri dalam hal ini kaum istri-istri, yang kadangkala tidak

mau tahu atau justru masa bodoh dengan nasib kaumnya sendiri. Dengan alasan

tidak mau dimadu, tidak mau diduakan atau tidak mau cinta suaminya dibagi-

bagi dengan wanita lain, apalagi sampai ada “Istri Untuk Suamiku”.

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa poligami merupakan hak asasi

manusia dalam menjalani hidupnya dalam suatu ikatan perkawinan, yang bukan hanya

bertujuan untuk memuaskan nafsunya namun juga ingin merubah suatu kehidupan yang

lebih baik. Dan juga bagi peminat poligami agar berpikir lebih matang sebelum

berpoligami, bila segi negatifnya lebih besar, maka sebaiknya tidak perlu berpoligami,

karena akan membuat sengsara diri sendiri dan orang lain, memang saat ini jumlah

wanita lebih banyak dari pria dan perlu solusi terbaik yang diantaranya adalah

poligami. Namun solusi itu adalah dapat menyelesaikan masalah dan merubah keadaan

lebih baik dari sebelumnya bukan membuat petaka dan sengsara.

*) Pemerhati Masalah Sosial