Aborsi Dan Hukumnya Menurut Islam

22
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNVERSITAS BRAWIJAYA ABORSI DAN HUKUMNYA MENURUT ISLAM Oleh: Theresia Sulistyaningrum (125070607111056) Monica Billy (125070601111005) Rizky Amalia (125070600111003) Azizatul Khamiliyah (125070601111006) Selvie Tri Arieningsih (6121500090) Woro Tamia Nunitias (125070607111059) Drevanda Maulidya A (125070600111002) Fahra Meysitta (125070600111020)

description

ABORSI DAN HUKUMNYA MENURUT ISLAM

Transcript of Aborsi Dan Hukumnya Menurut Islam

Page 1: Aborsi Dan Hukumnya Menurut Islam

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNVERSITAS BRAWIJAYA

ABORSI DAN HUKUMNYA MENURUT ISLAM

Oleh:

Theresia Sulistyaningrum (125070607111056)

Monica Billy (125070601111005)

Rizky Amalia (125070600111003)

Azizatul Khamiliyah (125070601111006)

Selvie Tri Arieningsih (6121500090)

Woro Tamia Nunitias (125070607111059)

Drevanda Maulidya A (125070600111002)

Fahra Meysitta (125070600111020)

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2012

Page 2: Aborsi Dan Hukumnya Menurut Islam

PENDAHULUAN

Fungsi reproduksi sering membingungkan manusia. Ada dimana pasangan

yang ingin sekali mempunyai anak namun susah memperolehnya. Namun ironis

dimana sisi lain dari hal tersebut ditemukan ada pasangan yang istrinya menjadi

hamil atau mungkin ia adalah seorang wanita atau gadis yang hamil namun

kehamilan tersebut tidak diinginkan. Banyak diantara mereka mencari segala cara

untuk menggugurkan kandungannya. Mereka juga mengalami beban psikologis

yang berat, dan terkadang menanggung biaya finansial yang cukup besar untuk

mewujudkan hal tersebut.

Sementara itu banyak negara sudah melegalisasi aborsi, dan banyak pula

yang selama puluhan tahun membahas dan mendiskusikan masalah aborsi. Di

Indonesia sendiri yang mayoritas muslim belum melegalisasi aborsi, namun ada

kalangan yang mengusulkan untuk segera melegalkan dengan persyaratan

tertentu. Disini kita akan membahas tentang pengertian aborsi itu sendiri, metode

dari aborsi, pertimbangan etika tentang aborsi, dan tentang pandangan islam

terhadap aborsi.

Page 3: Aborsi Dan Hukumnya Menurut Islam

PEMBAHASAN

I. Pengertian

Abortus provocatus adalah istilah Latin yang secara resmi dipakai

dalam kalangan kedokteran dan hukum yang artinya adalah dengan

sengaja mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seorang wanita

hamil. Sedangkan ada istilah lain abortus spontaneus yang terlihat dari

namanya saja mengandung kata spontan yang bila diartikan adalah

wanita hamil yang spontan gugur secara tidak sengaja bahkan tidak

diinginkannya. Jadi abortus terdapat dua macam yaitu “abortus yang

disengaja atau pengguguran kandungan” dan “abortus spontan atau

keguguran”. Istilah lain dalam pengguguran kandungan dalam bahasa

Indonesia adalah aborsi yang diambil dalam bahasa inggris abortion.

Namun di negara kita ini tidak dispesifikan perbedaan antara

abortus yang disengaja dan abortus spontan. Padahal kita semua tahu

bahwa itu adalah dua hal yang berbeda antara kematian alami dan

pembunuhan. Kematian alami merupakan akibat dari kejadian yang

tidak terhindarkan dari proses-proses alami yang berujung pada

kematian tersebut, sedangkan yang dimaksud pembunuhan adalah

aborsi yang disengaja adalah tindakan yang dilakukan manusia

dimana ia sadar melakukan hal tersebut dan mengakibatkan kematian

seseorang. Jelas ini adalah sesuatu yang berbeda antara

ketidaksengajaan gugur yang artinya tidak diinginkan hal ini terjadi

oleh seorang wanita yang mengandung dan keinginan untuk

menggugurkan atau abortus provocatus. Abortus spontan adalah

permasalahan alami yang tidak menimbulkan masalah etika

kebalikannya dengan abortus yang disengaja adalah permasalahan

yang menimbulkan masalah etika yang sangat besar khususnya di

negeri kita ini. Dan pada pembahasan selanjutnya kita menggunakan

istilah “aborsi” yang biasa dikenal orang untuk menunjukkan abortus

yang disengaja.

Page 4: Aborsi Dan Hukumnya Menurut Islam

II. Metode Aborsi

Secara medis, aborsi dimengerti sebagai penghentian kehamilan

selama janin belum viable, atau belum dapat hidup mandiri di luar

rahim, artinya sampai kira-kira umur 24 minggu atau sampai awal

trimester ketiga.

Dipandang dari segi medis-teknis, aborsi paling lebih mudah

dilakukan dalam trimester pertama kehamilan sekitar 7 hingga 12

minggu dengan proses kuret isap (suction curettage) dan dilakukan

dengan anestesi lokal dalam serviks. Pada 12 hingga 20 minggu

biasanya menggunakan metode dilatasi (dilation and evacuation atau

D & R) yang menggunakan anestesi total dan dilakukan oleh klinikus

yang terampil. Dan setelah 20 minggu dapat dilkaukan metode

installation abortion dimana cairan yang mematikan si fetus

disuntikan ke dalam rongga amnion,lalu isi rahim dikeluarkan secara

alami. Metode aborsi yang masih baru adalah pil aborsi atau RU-486

(mifepristone) yang ditemukan di Perancis dan mulai dipakai disana

sejak 1988. Selain di negara asalnya pil ini juga di 15 negara Eropa

dan pada tahun 2000 USA menyetujui penggunaan pil ini melalui

Food and Drug Administration.

III. Pertimbangan Etika tentang Aborsi

Dalam etika, kita mencoba memberikan alasan untuk apa yang kita

lakukan, khususnya untuk baik buruknya kelakuan diri kita. Dan

berarti yang dalam bahsan kita ini muncullah pertanyaan tentang etika

aborsi yaitu bolehkah aborsi dilakukan atau sebaliknya harus ditolak

sebagai tidak etis. Dalam pertimbangan etika muncul beberapa

wacana sebagi berikut:

Wacana hak yang meliputi:

a. Hak Perempuan Hamil

Page 5: Aborsi Dan Hukumnya Menurut Islam

Bagi pihak yang menyetujui aborsi, pendekatan hak adalah

jalur pemikiran yang paling banyak ditempuh. Mereka

menekankan bahwa perempuan hamil mempunyai hak

untuk menguasai tubuhnya sendiri. Perempuan berhak

untuk mengambil keputusan mau melanjutkan

kehamilannya, atau sebaliknya mau menghentikannya

artinya menggugurkan kandungannya.

b. Hak Janin

Disisi lain, wacana hak bisa dipakai juga untuk menolak

aborsi sebagai hal yang tidak etis. Sebab, bukan saja ibu

hamil yang mempunyai hak, janin dalam kangdungan pun

mempunyai hak, yaitu hak untuk hidup.

c. Polarisasi Antara “Pro life” dan “Pro choice”

Gerakan pro life menekankan hak janin untuk hidup.

Gerakan pro choice mengedepankan pilihan si perempuan

mau melanjutkan kehamilannya atau mengakhirinya dengan

aborsi. Pertentangan antara pro life dan pro choice tidak

saja tampak pada publikasi dan unjuk rasa, tetapi juga

mengambil bentuk kekerasan. Pandangan prolife terutama

didukung oleh kelompok-kelompok keagamaan, khususnya

yang berorientasi fundamentalistis. Pandanga pro choice

lebih banyak di anut oleh kelompok-kelompok feministis

dan oleh mereka yang berorientasi sekuler.

Wacana hormat untuk kehidupan

Kehidupan harus kita hormati karena kehidupan merupakan

sesuatu nilai paling mendasar untuk kita semua. Kita

sendiri termasuk alam hidup yang merupakan suatu

keseluruhan organik dimana banyak ekosistem

berhubungan satu sama lain. Dengan menghormati

Page 6: Aborsi Dan Hukumnya Menurut Islam

kehidupan, kita menghormati kondisi kehidupan kita

sendiri. Jika kehidupan dalam salah satu bentuknya

terancam, berarti eksistensi kita sendiri ikut terancam.

Kewajiban untuk menghormati kehidupan manusia tentu

berlaku bagi setiap orang yang beragama maupun yang

tidak beragama. Menghormati kehudupan manusia bukan

saja merupakan suatu tuntutan etis yang umum dan suatu

kewajiban yang secara khusus digaris bawahi oleh agama

aturan ini adalah suatu prinsip dasar juga untuk profesi

kedokteran. Menurut kodratnya, ethos profesi kedokteran

ditandai oleh hormat untuk kehidupan manusia. Hal itu

sudah diakui sejak Sumpah Hippokrates.

Indikasi Terapeutik sebagai alasan aborsi

Tidak bisa disangkal, bahwa menggugurkan kandungan

adalah suatu cara membunuh kehidupan manusiawi. Tetapi

seperti kita lihat tadi, membunuh bukan merupakan suatu

larangan mutlak. Selama sembilan bulan dua insan

mengalami simbiosis yang begitu erat, sehingga janin sama

sekali tergantung pada ibu. Tetapi bisa terjadi juga hadirnya

janin dalam kandungan mengganggu dan bahkan

mengancam kehidupan atau kesehatan si ibu. Dalam situasi

seperti ini, mengakhiri kehamilan dapat dibenarkan biarpun

akan dilakukan dengan berat hati. Seandainya dokter

mempunyai alternatif lain ia tidak akan melakukanya tetapi

alternatif tidak ada. Dengan demikian kehamilan boleh

diakhiri karena indikasi terapeutik atau alasan medis.

Indikasi lain sebagai alasan aborsi

Jika aborsi dapat dibenarkan karena indikasi terapeutik,

masalahnya belum selesai, karrena indikasi terapeutik ini

dapat diinterpretasikan dengan cara yang berbeda-beda.

Page 7: Aborsi Dan Hukumnya Menurut Islam

Suatu interpretasi luas sekali tentang indikasi terapeutik

rupanya diupayakan oleh Asosiasi Kedokteran Dunia

(WMA) dengan Steament on Therapeutic Abortion (Oslo,

1970). Indikasi non-terapeutik merupakan bagian paling

sulit dari diskusi tentang aborsi, dan agaknya bagian diskusi

ini tidak pernah selesai. Misalnya, aborsi karena gagal

dalam keluarga berencana. Secara mutlak melarang aborsi

bisa bersifat kurang manusiawi juga, walaupun dilakukan

untuk melindungi kehidupan manusiawi. Aristoteles (abad

ke-4 SM) sudah merencanakan bahwa diu bidang etika

tidak mungkin dicapai kepastian sperti dalam ilmu eksakta.

Beberapa kasus konkret yang meliputi:

1. Ibu hamil dengan kanker rahim

Tidak jarang terjadi, seorang ibu hamil didiagnosis sebagai

pasien kanker rahim dan menurut dokter ia harus segera

dioperasi, artinya rahimnya harus diangkat (hysterectomy).

Kasus seperti itu sudah lama dikenal dalam etika dan

secara umum dikatakan bahwa opersi itu boleh dilakukan,

walaupun mengakibatkan kematian janin. Dasar

pertimbangan di sini adalah prinsip efek ganda (the

principle of double effect). Operasi ini menimbulkan dua

efek sekaligus: efek baik dan efek buruk. efek baik adalah

si ibu akan sembuh dari penyakitnya, sedangkan efek

buruknya adalah janin akan mati.

2. Kehamilan Ektopik Terganggu

Sering terjadi juga bahwa setelah pembuahan, embrio

muda tidak sampai pada tempat yang semestinya dalam

rahim, tetapi dalam tuba Fallopi. Sementara itu, embrio

muda tersebut tumbuh terus dan mengakibatkan problem

kesehatan untuk si ibu. Kondisi medis ini disebut

Page 8: Aborsi Dan Hukumnya Menurut Islam

“kehamilan ektopik terganggu”. Disini aborsi boleh

dilakukan karena indikasi medis, biarpun banyak wanita

tidak akan menghayati tindakan medis ini sebagai aborsi,

karena kehamilanya masih muda sekali.

3. Pasien Jantung yang hamil

Wanita yang menjadi pasien jantung sering dianjurkan

diokter agar tidak hamil, karena jantungnya tidak kuat

untuk diberatkan dengan kehamilan selama 9 bulan dan

persalinan. Jika dokter yakin bahwa kehamilan membawa

risiko terlalu besar untuk ibu, dengan jelas terdapat

indikasi medis untuk mengakhiri kehamilannya. Tetapi

dalam kasus tertentu mungkin ada jalan keluar lain. Jika

dengan istirahat total di tempat tidur, risiko dapat dibatasi

sampai ketingkat minimum, sebaiknya dipilih

kemungkinan ini.

4. Janin Anensefal

Janin anensefal tidak mempunyai otak atau hanya

mempunyai batang otak. Ia tidak pernah bisa mencapai

taraf kesadaran. Ia tidak mempunyai masa depan sebagai

manusia. Dengan adanya pemeriksaan prenatal, kondisi

medis janin anensefal itu sekarang bisa diketahui selama

kehamilan. Kebanyakan pengamat tidak keberatan untuk

melkukan aborsi dalam kasus ini, dengan alasan bahwa

janin anensefal bukan merupakan manusia dalam arti

sesungguhnya, dan tidak pernah bisa berkembang sampai

status itu. Karena itu tidak ada arti untuk melanjutkan

kehamilan ini.

5. Janin Cacat

Page 9: Aborsi Dan Hukumnya Menurut Islam

Pasangan suami istri bertanggung jawab atas kualitas

kehidupan dari makhluk insani yang baru yaitu bayi.

Karena itu ibu hamil harus menghindari semua perbuatan

yang dapat merugikan kesehatan janin dan kandungannya.

Melalui pemeriksaan prenatal yang memakai USG (ultra

sonogram) atau beberapa metode lain (amniocentesis,

biopsi, chorion, fetoskopi) saat ini dapat dipastikan bahwa

janin dalam kandungan mempunyai cacat. Menurut ilmu

kedokteran, 4-6 persen dari semua bayi lahir mempunyai

kelainan tertentu dan kira-kira separuhnya adalah kelainan

serius. Berbeda dengan kasus sebelumnya (janin

anensefal), janin cacat ini mempunyai status sebagai

persona. Tidak bisa diragukan, ia mempunyai masa depan

sabagai manusia, tetapi masa depan itu terbatas saja dan

tidak sempurna. Dalam kasus seperti itu sekarang sering

dilakukan aborsi. Biasanya alasan adalah bahwa orang tua

merasa terlalu berat mengasuh dan mendidik anak cacat.

Alasan lain yang dikemukakan adalah anak seperti itu

selalu akan menderita, sering kali secara fisik (nyeri),

tetapi sekurang-kurangnya secara psikis.

6. Kehamilan karena perkosaan

Dalam kasus ini tergantung pada wanitanya. Apabila

wanita tersebut mampu mengatasi gejolaknya dalam diri

mungkin ia memilih untuk merawat kandungan hingga

masa kelahirannya. Dan bila tidak ia memilih jalan untuk

aborsi

7. Kehamilan anak remaja

Di Indonesia berdasar Undang-Undang Perkawinan usia

perkawinan bagi wanita adalah 16 tahun dan untuk laki-

laki 19 tahun. Namun dalam kenyataannya remaja yang

Page 10: Aborsi Dan Hukumnya Menurut Islam

hamil kebanyakan karena hubungan tidak serius yang

barangkali hanya berlangsung selama sekali. Dan

kebanyakan para remaja ini memilih jalan aborsi. Karena

bagi wanita remaja usia mereka masih di bangku sekolah

dan apabila mereka hamil pasti akan putus sekolah.

8. Aborsi karena malu

Ada beberapa alasan hamil karena malu. Namun

kebanyakan malu itu dikarenakan suatu kesalahan entah itu

dari segi agama maupun penilaian masyarakat. Kita akan

melihat pertentangan antara pandangan subyektif (dua

belah pihak yang beersangkutan) dan pertentangan

obyektif (mempertimbangkan alasan-alasan tanpa faktor

emosi). Dan konseling adalah jalan yang tepat untuk

mempertemukan kedua pandangan ini.

9. Pengguguran untuk seleksi jenis kelamin

Aborsi untuk kasus ini tidak dibenarkan karena pada

zaman ini antara pria dan wanita adalah setara. Tidak ada

diskriminasi antara wanita maupun pria.

IV. Pandangan Islam tentang Aborsi

Dalam buku Emansipasi Adakah Dalam Islam karya Dr.

Abdurrahman Al Baghdadi (1998) disebutkan bahwa aborsi dapat

dilakukan sebelum atau sesudah ruh (nyawa) ditiupkan. Apabila

dilakukan setelah ditiupkannya ruh, yaitu empat bulan masa

kehamilan maka semua ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan

keharamannya. Namun ada pula ulama yang berbeda pendapat jika

aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh, ada yang

memperbolehkan ada pula yang mengharamkannya. Muhammad

Ramli dalam kitabnya An Nihayah memperbolehkan aborsi

Page 11: Aborsi Dan Hukumnya Menurut Islam

sebelum peniupan ruh karena menurutnya janin tersebut belum

bernyawa namun ada pula disebutkan hukumnya makruh karena ia

mengalami pertumbuhan.

Ibnu Hajar mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh

dalam kitabnya At Tuhfah yang didukung pula oleh Al Ghazali

dalam kitabnya Ihya’ Ulumiddin. Bahkan Mahmud Syaltut (mantan

rektor Universitas Al Azhar Mesir berpendapat bahwa sejak

bertemunya sel sperma dan ovum aborsi telah diharamkan karena

sejak itu telah mulai pertumbuhan dan perkembangan.

Akan makin jahat dan besar dosanya jika aborsi dilakukan

setelah janin bernyawa dan akan lebih besar lagi dosanya kalau

bayi yang baru lahir dari kandungan sampai dibuang atau dibunuh

(Masjuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum

Islam, halaman 81; M.Ali Hasan, 1995.

Rasulullah bersabda “Sesungguhnya setiap kamu terkumpul

kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari dalam bentuk

‘nuthfah’, kemudian dalam bentuk ‘alaqah’ selama itu pula,

kemudian dalam bentuk ‘mudghah’ selam itu pula, kemudian

ditiupkan ruh kepadanya” [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud,

Ahmad dan Tirmidzi].

Berikut adalah firman Allah :

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena

kemiskinan. Kami akan memberi rizki kepada mereka dan

kepadamu.” Qs. Al An’aam [6]: 151.

“Dan jangnlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan

Allah (membunuhnya) melainkan dengan alasan yang benar

(menurut syara’).” Qs. Al Isra’ [17]: 31.

Page 12: Aborsi Dan Hukumnya Menurut Islam

“Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu

ditanya karena dosa apakah ia dibunuh.” Qs. At Takwiir [81]: 8-9.

Dalil syar’i yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila

usia janin 40 hari atau 40 malam adalah hadist Nabi saw “Jika

nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam,

maka Allah mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia

membentuk nutfah tersebut; dia membuat pendengarannya,

pengliahatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang belulangnya.

Lalu malaikat itu bertanya (kepada Allah) ‘Ya Tuhanku, apakah

dia (akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau permpuan?’

maka Allah memberi keputusan...” [HR. Muslim dari Ibnu Mas’ud

r.a]

Hadist diatas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan

janin dan penampakan anggota-anggota tubuhnya, adalah setelah

melewati 40 atau 42 malam. Dengan demikian, penganiayaan

terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap janin yang sudah

mempunyai tanda-tanda sebagai manusia yang terpelihara

darahnya (ma’shumud dam). Tindakan penganiayaan tersebut

merupakan pembunuhan terhadapnya. Dan dalam konteks tersebut

segala orang seperti ibu, ayah maupun dokternya diharamkan

menggugurkan atau melakukan tindak aborsi bila kandungan telah

berumur 40 hari. Dan apabila seseorang telah melakukan hal itu

maka diwajibkan untuk seorang budak laki-laki atau perempuan,

atau sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor unta)

sebagaimana telah diterangkan dalam hadist shahih, Rasulullah

bersabda:

“Rasulullah saw memberi keputusan dalam masalah janin dari

seorang perempuan Bani Lihyan yang gugur dalam keadaan mati,

dengan satu ghurrah yaitu seorang budak laki-laki atau

perempuan....”[HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah r.a].

Page 13: Aborsi Dan Hukumnya Menurut Islam

Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai

40 hari, maka hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa. Ini

disebabkan bahwa apa yang ada dalam rahim belum menjadi janin

karena dia masih berada dalam tahapan sebagai nutfah (gumpalan

darah),belum sampai fase penciptaan yang menunjukkan ciri-ciri

minimal sebagi manusia. Dan dalam segi hukum ini sama dengan

‘azl (coitus interruptus) yang dimaksudkan untuk mencegah

terjadinya kehamilan. Hal ini dilakukan oleh laki-laki yang tidak

menginginkan sang wanita hamil dengan cara mengeluarkan

sperma di luar vagina perempuan.

Dibolehkan pula melakukan aborsi apabila dokter yang

terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin dalam perut

mengakibatkan kematian ibunya dengan belum atau sudah

ditiupkan ruhnya. Yang terdapat dalam surat Al Maidah

“Barangsiapa yamg memelihara kehidupan seorang manusia,maka

seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.”

Dan hal itu termasuk pula dalam pengobatan yaitu demi

menyelamatkan ibu. Berikut sabda Rasulullah:

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan

penyakit, Dia menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula obatnya.

Maka berobatlah kalian” [HR. Ahmad].

Berdasarkan penjelasan ini, maka pendapat yang

mengharamkan aborsi setelah pertemuan sel telur dan sel sperma

dengan alasan sudah adanya kehidupan adalah pendapat yang

lemah sebab tidak didasarkan pada pemahaman fakta yang tepat

akan pengertian kehidupan (al hayah).

Page 14: Aborsi Dan Hukumnya Menurut Islam

PENUTUP

Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat, namun

juga problem sosial yang muncul karena manusia mengekor pada peradaban

Barat. Maka pemecahannya haruslah dilakukan secara komprehensif-

fundamental-radikal, yang intinya adalah dengan mencabut sikap taqlid kepada

peradaban barat dengan menghancurkan segala ilai dan institusi peradaban Barat

yang bertentangan dengan Islam untuk kemudian digantikan dengan peradaban

Islam yang manusiawi dan adil

Hukum aborsi dalam pandangan islam menegaskan keharaman aborsi jika

umur kehamilan sudah empat bulan, yakni sudah ditiupka ruh pada janin. Untuk

janin yang berumur di bawah empat bulan, para ulama telah berbeda pendapat.

Jadi ini merupakan masalah khilafiyah. Namun menurut pemahaman pendapat

yang kuat (rajih) adalah aborsi yang dilakukan setelah 40-42 hari dari usia

kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram.

Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari maka

hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa. Selain itu aborsi diperbolehkan juga

jika diyakini kehamilan dapat menyebabkan kematian sang ibu.

Page 15: Aborsi Dan Hukumnya Menurut Islam

REFERENSI

1. Zuhdi Masjuk.1993.Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam.Haji

Masagung:Jakarta.

2. Hasan M.Ali .1995. Masail Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Dihadapi

Hukum Islam Masa Kini. Kalam Mulia: Jakarta.

3. Hakim Abdul Hamid. 1927. Mabadi’ Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al

Qawa’id Al’Fiqhiyah. Sa’adiyah Putera: Jakarta.

4. Hasan M. Ali . 1995. Masail Fiqhiyah Al Haditsah pada Masalah-

Masalah Kontemporer Hukum Islam. Raja Grafindo Persada: Jakarata.

5. Uman Cholil. 1994. Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad

Modern. Ampel Suci: Surabaya.