POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu...

24
POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 Oleh: Arief Budiman Ketua KPU RI Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan RI, 12 Desember 2017

Transcript of POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu...

Page 1: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

POLA PENEGAKAN HUKUM

PEMILU 2019

Oleh:

Arief Budiman

Ketua KPU RI

Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan RI, 12 Desember 2017

Page 2: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

LANDASAN HUKUM

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017

tentang Pemilihan Umum

(UU Pemilu)

Page 3: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

ASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-

Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu

dalam rangka Kepastian Hukum:

2. Proses Pemilu (Electoral Process): Tahapan

Pemilu.

3. Penegakan Hukum Pemilu (Electoral Law

Enforcement), terdiri dari:

a. Pelanggaran pidana Pemilu

b. Pelanggaran administratif Pemilu

c. Pelanggaran kode etik Pemilu

d. Sengketa Pemilu: Proses dan Hasil

Tujuan:

Mewujudkan

Integritas Pemilu

Proses Hasil

a.Tidak terjadi kekosongan hukum;

b.Tidak multitafsir;

c.Tidak saling bertentangan;

d.Dapat dilaksanakan.

Page 4: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

UU PEMILU

1. Buku ke-1 (satu) mengenai Ketentuan Umum, terdiri dari 2

(dua) bab dan 5 (lima) pasal;

2. Buku ke-2 (dua) mengenai Penyelenggara Pemilu, terdiri

dari 3 (tiga) bab dan 161 (seratus enam puluh satu) pasal;

3. Buku ke-3 (tiga) mengenai Pelaksanaan Pemilu, terdiri dari

18 (delapan belas) bab dan 287 (dua ratus delapan puluh

tujuh) pasal;

4. Buku ke-4 (empat) mengenai Pelanggaran Pemilu,

Sengketa Proses Pemilu, dan Perselisihan Hasil Pemilu,

terdiri dari 3 (tiga) bab dan 22 pasal;

5. Buku ke-5 (lima) mengenai Tindak Pidana Pemilu, terdiri

dari 2 (dua) bab dan 79 (tujuh puluh Sembilan) pasal;

6. Buku ke-6 (enam) mengenai Penutup, terdiri dari 3 (tiga)

bab dan 19 (Sembilan belas) pasal.

Terdiri dari:

Page 5: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

TAHAPAN PEMILU (Electoral Process)

a. perencanaan program dan anggaran serta penyusunan

peraturan pelaksanaan Penyelenggaraan pemilu;

b. pemutakhiran data Pemilih dan penyusunan daftar Pemilih;

c. pendaftaran dan verifikasi Peserta Pemilu;

d. penetapan Peserta Pemilu;

e. penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;

f. pencalonan Presiden dan Wakil Presiden serta anggota

DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota;

g. masa Kampanye Pemilu;

h. Masa Tenang;

i. pemungutan dan penghitungan suara;

j. penetapan hasil Pemilu; dan

k. pengucapan sumpah/janji Presiden dan Wakil Presiden

serta anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota.

Pasal

167

ayat (4)

UU

Pemilu

Page 6: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

1. Saat ini Tahapan Penyelenggaraan Pemilu 2019 yang

sedang berjalan adalah Pendaftaran dan Verifikasi

Partai Politik Peserta Pemilu 2019 (3 September 2017

– 20 Februari 2018)

2. Pembentukan PPK dan PPS (9 Januari – 8 Maret

2018)

3. Sengketa Penetapan Partai Politik Peserta Pemilu ( 19

Februari – 17 April 2018)

4. Penyusunan Daerah Pemilihan Anggota DPRD

Kabupaten/Kota (17 Desember 2017 – 6 April 2018)

5. Pemutakhiran dan Penyusunan Daftar Pemilih ( 17

Desember 2017 – 10 September 2018)

Kegiatan/Program yang Sedang dan Segera Berjalan

Page 7: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

Potensi Kecurangan dalam Pemilu

Tahapan

Potensial pendaftaran dan verifikasi Peserta Pemilu

pencalonan Presiden dan Wakil Presiden serta anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi,

dan DPRD Kabupaten/Kota

masa Kampanye Pemilu

Masa Tenang

pemungutan dan penghitungan suara

Page 8: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

Larangan dalam Kampanye (Pasal 280-283 UU Pemilu)

Pasal 280

(1) Pelaksana, peserta dan tim Kampanye Pemilu dilarang:

a. mempersoalkan dasar negara Pancasila, pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan bentuk Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

c. menghina seseorang, agana, sulnl, ras, golongan, calon, dan/atau Peserta

Pemilu yang lain;

d. menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat;

e. mengganggu ketertiban umum;

f. mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan

kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota masyarakat, dan/atau

peserta Pemilu yang lain;

g. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye Peserta Pemilu;

h. menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan;

i. membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut selain dari tanda

gambar dan/atau atribut peserta Pemilu yang bersangkutan;

j. menjaniikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta

Kampanye pemilu.

Page 9: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

Pasal 280 (2) Pelaksana dan/atau tim kampanye dalam kegiatan Kampanye Pemilu dilarang

mengikutsertakan:

a. Ketua, wakil ketua, ketua muda, hakim agung pada Mahkamah Agung, dan hakim pada

semua badan peradilan di bawah Mahkamah Agung, dan hakim konstitusi pada Mahkamah

Konstitusi;

b. Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan pemeriksa Keuangan;

c. gubernur, deputi gubernur senior, dan deputi gubernur Bank Indonesia;

d. direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan badan usaha milik negara/badan usaha

milik daerah;

e. pejabat negara bukan anggota partai politik yang menjabat sebagai pimpinan di lembaga

nonstruktural;

f. aparatur sipil negara;

g. anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia;

h. kepala desa;

i. perangkat desa;

j. anggota badan permusyawaratan desa; dan

k. Warga Negara Indonesia yang tidak memiliki hak memilih. .'

(3) setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilarang ikutserta sebagai pelaksana

dan tim Kampanye pemilu.

(4) Pelanggaran terhadap larangan ketentuan pada ayat (1) huruf c, huruf f, huruf g, huruf i,

dan huruf j, dan ayat (2) merupakan tindak pidana Pemilu.

Larangan dalam Kampanye

Page 10: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

Larangan dalam Kampanye

Pasal 281 (1) Kampanye Pemilu yang mengikutsertakan presiden, wakil Presiden, menteri, gubernur,

wakil gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walitkota harus memenuhi ketentuan:

a. tidak menggunakan fasilitas dalam jabatannya, kecuali fasilitas pengamanan bagi pejabat

negara sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. menjalani cuti di luar tanggungan negara.

(2) Cuti dan jadwal cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan dengan

memperhatikankeberlangsungan tugas penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

Pasal 282 Pejabat negara, pejabat struktural, dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri, serta kepala

desa dilarang membuit keputusan dan/atau melakukan tindakan yang menguntungkan atau

merugikan salah satu Peserta Pemilu selama masa Kampanye.

Pasal 283 (1) Pejabat negara, pejabat struktural dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri serta

aparatur sipil negara lainnya dilarang mengadakan kegiatan yang mengarah kepada

keberpihakan terhadap Peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa Kampanye

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pertemuan, ajakan, imbauan,

seruan atau pemberian barang kepada aparatur sipil negara dalam lingkungan unit

kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

Page 11: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

Identifikasi Potensi Permasalahan

No Potensi Masalah Dampak Masalah

1 Manipulasi data pendukung oleh bakal calon

perseorangan

1. Menyebabkan bakal

calon tidak memenuhi

syarat (TMS)

2. Potensi tindak

kekerasan oleh

pendukung kepada

penyelenggara (KPU

Daerah)

3. Sengketa pencalonan

di Bawaslu dan

Pengadilan Tata Usaha

2 Dukungan ganda oleh pendukung atau partai

politik yang sedang bersengketa

kepengurusannya

3 Pemalsuan dokumen pencalonan dan/atau syarat

calon

4 Potensi politik uang dalam pencalonan

(candidacy buying)

5 Perbedaan persepsi terhadap regulasi antara

penyelenggara dengan bakal calon

Page 12: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

Identifikasi Potensi Permasalahan

No Potensi Masalah Dampak Masalah

6 Praktek Politik uang dalam bentuk hadiah/doorprise,

uang trasnport, bantuan pembangunan, pembagian

sembako, dll

1. Menjadikan pemilih

pragmatis, meningkatkan

biaya politik calon, dan

berpotensi perilaku

korupsi jika terpilih.

2. Hukuman pidana dan

dibatalkan pencalonan jika

terbukti

7 Penggunaan fasilitas publik oleh calon petahana

8 Kampanye Hitam dan SARA Potensi tindak kekerasan dan

konflik antar pendukung calon

9 Beredarnya berita bohong/palsu atau Hoax di tengah

masyarakat

10 Intimidasi terhadap pendukung pasangan calon lain

11 Pemalsuan formulir dan Rekapitulasi Penghitungan

suara

Perbedaan data hasil pemilu

antara saksi dengan KPU

Page 13: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

No Potensi Masalah Dampak

12 Politik uang dalam bentuk serangan fajar Hukuman Pidana pemilu jika terbukti

13 Penyalahgunaan Beberapa Formulir 1. Pemungutan Suara ulang

2. Pidana pemilu bagi pelanggar 14 Pemilih menggunakan hak pilih lebih dari 1 kali

15 Manipulasi penghitungan suara

16 Pemilih Tidak terdaftar di DPT yang menggunakan KTP

Elektronik hadir di TPS (DPTb) dalam jumlah banyak

Ketidaktersediaan surat suara untuk

melayani pemilih DPTb

17 Intimidasi terhadap pemilih dan petugas KPPS

18 Kesalahan penghitungan dan isi formulir C1 Akurasi data hasil pemilu berkurang dan

potensi konflik dengan saksi

Identifikasi Potensi Permasalahan

19 Potensi manipulasi data hasil pemilu Integritas hasil pemilu terciderai dan

berpotensi digugat ke MK

20 Politik uang kepada penyelenggara untuk mengubah hasil

pemilu

21 Perbedaan data dan persepsi antara saksi dengan KPU Perdebatan yang panjang pada saat

proses rekapitulasi

22 Tekanan/teror dari pendukung yang merasa dirugikan atau

kalah

Proses rekapitulasi terganggu dan

keamanan di sekitar lokasi terganggu

Page 14: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

PENEGAKAN HUKUM PEMILU (Electoral Law Enforcement)

Pelanggaran

Pemilu

Pelanggaran

Pidana

Pelanggaran

Administratif

Penegakan Hukum

Pemilu

Pelanggaran

Kode Etik

Sengketa

Hasil

Sengketa Proses

(Non Hasil)

Sengketa

Pemilu

Bawaslu

PTUN

MK DKPP Bawaslu Bawaslu

SPP

Pelanggaran

Administratif TSM Bawaslu

MA

Kepolisian

Kejaksaan

Page 15: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

PELANGGARAN PEMILU

Temuan

Bawaslu

Laporan

“tertulis” kpd

Bawaslu

Pelanggaran

Pemilu

Pengawasan aktif

oleh Bawaslu

Warga, Peserta

Pemilu dan

Pemantau

Dugaan Pelanggaran

Dugaan Pelanggaran

1. Pelanggaran Administratif Pemilu ditangani dan diselesaikan oleh Bawaslu melalui proses

pemeriksaan Terbuka;

2. Pelanggaran Kode Etik Pemilu diteruskan ke DKPP melalui Sidang Etik;

3. Pelanggaran Pidana Pemilu ditangani oleh Bawaslu, diteruskan kepada Sistem Peradilan Pidana

sampai tingkat Banding (Pengadilan Tinggi);

4. Pelanggaran lain yang bukan pelanggaran, sengketa maupun tindak pidana:

a. diproses oleh Bawaslu sesuai dengan kewenangan masing-masing; dan/atau

b. diteruskan kepada instansi atau pihak yang berwenang.

Maks. 7 hari

Tindak Lanjut oleh

Bawaslu Maks. 7+7= 14hr

Page 16: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

SENGKETA PROSES PEMILU

Permohonan

Tertulis kpd

Bawaslu Keputusan KPU

Peserta / Calon Peserta

Pemilu

Sengketa Pemilu

Maks. 3 hari sejak

Keputusan KPU

Bawaslu memeriksa dan

memutus Maks. 12 hari

a. menerima dan mengkaji permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu;

b. mempertemukan pihak yang bersengketa untuk mencapai kesepakatan melalui mediasi atau

musyawarah dan mufakat.

Ada Solusi

dan Mufakat Tidak Mencapai

Kesepahaman Adjudikasi

Putusan final dan

mengikat

kecuali 3 (tiga) hal.

1. perihal verifikasi partai politik

2. penetapan daftar calon tetap

DPR, DPD dan DPRD

3. penetapan pasangan calon

Sengketa Tata Usaha

Negara PTUN

Page 17: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

SENGKETA HASIL PEMILU

Permohonan

pembatalan

penetapan hasil

penghitungan

perolehan suara

Penetapan perolehan

suara hasil Pemilu

secara nasional oleh

KPU

(DPR,DPRD dan

DPD)

Peserta Pemilu

Mahkamah Konstitusi

Maks 3x24 jam sejak Pengumuman

Penetapan perolehan suara

Jika kurang lengkap, pemohon

dapat memperbaiki dan

melengkapi permohonan paling

lama 3 x 24 jam sejak

diterimanya permohonan

mengajukan

keberatan

Penetapan perolehan

suara hasil Pemilu

secara nasional oleh

KPU

(Presiden & Wakil

Presiden)

Pasangan Calon Mahkamah Konstitusi

Maks 3 hari setelah penetapan hasil

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Hanya terhadap hasil

penghitungan suara yang

memengaruhi penentuan

terpilihnya Pasangan Calon

atau penentuan untuk dipilih

kembali pada Pemilu Presiden

dan Wakil Presiden

memutus paling lama 14

hari sejak diterimanya

permohonan keberatan

oleh Mahkamah Konstitusi

Putusan KPU Wajib

Menindaklanjuti

Page 18: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

DESAIN PENANGANAN TP PEMILU

Bawaslu, Bawaslu

Provinsi, Bawaslu

Kabupaten/ Kota, dan/

atau Panwaslu

Kecamatan

dugaan tindak pidana

Pemilu

(Ps. 488 s/d Ps. 554

UU Pemilu)

Laporan Tertulis

Sistem Peradilan

Pidana

paling lama 1 x 24 jam sejak Bawaslu,

Bawaslu Provinsi, Bawaslu

Kabupaten/Kota, dan/atau Panwaslu

Kecamatan menyatakan bahwa

perbuatan atau tindakan yang diduga

merupakan tindak pidana Pemilu

Penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan tindak pidana Pemilu dilakukan

berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana, kecuali ditentukan lain

dalam UU Pemilu.

Koordinasi dengan

Kepolisian dan Kejaksaan

(Gakkumdu)

Penyelidik

penyelidikan menemukan bukti

permulaan yang cukup adanya

dugaan tindak pidana Pemilu, hasil

penyelidikannya disertai berkas

perkara disampaikan kepada

penyidik paling lama I x 24 jam.

Penyidik Penuntut

Umum hasil penyidikan disertai berkas perkara

diserahkan paling lama 14 (empat belas)

hari sejak diterimanya laporan dan dapat

dilakukan dengan tanpa kehadiran

tersangka.

Dalam hal hasil penyidikan belum

lengkap, dalam waktu paling lama 3 hari

penuntut umum mengembalikan berkas

perkara kepada Penyidik Kepolisian

disertai petunjuk tentang hal yang harus

dilakukan untuk dilengkapi.

Penyampaian kembali berkas

perkara tersebut kepada

penuntut umum dalam waktu

paling lama 3 hari sejak tanggal

penerimaan berkas.

Page 19: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

DESAIN PENANGANAN TP PEMILU

Pengadilan Negeri Penuntut Umum Pelimpahan berkas perkara

tersangka.

paling lama 5 (lima) hari sejak

menerima berkas perkara dan

dapat dilakukan dengan tanpa

kehadiran tersangka.

Putusan

Sidang pemeriksaan perkara

tindak pidana Pemilu dilakukan

oleh majelis khusus.

memeriksa, mengadili, dan memutus

perkara tindak pidana Pemilu paling

lama 7 hari setelah pelimpahan berkas

perkara dan dapat dilakukan dengan

tanpa kehadiran terdakrra.

Pengadilan

Tinggi Banding

paling lama 3 hari setelah

permohonan banding diterima.

Putusan

terakhir dan mengikat

serta tidak dapat

dilakukan upaya

hukum lain.

paling lama 7 hari setelah

permohonan banding diterima.

Page 20: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

Putusan TP Pemilu

Pasal 483

(1) Putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 482 ayat (1) dan ayat

(4) harus sudah disampaikan kepada penuntut umum paling lambat 3 (tiga) hari

setelah putusan dibacakan.

(2) Putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 482 harus

dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari setelah putusan diterima oleh jaksa.

Pasal 484

(1) Putusan pengadilan terhadap kasus tindak pidana Pemilu yang menurut Undang

Undang ini dapat memengaruhi perolehan suara Peserta Pemilu harus sudah

selesai paling lama 5 (lima) hari sebelum KPU menetapkan hasil Pemilu secara

nasional.

(2) KPU, KPU Provinsi, dan KPU lhbupaten/Kota wajib menindaklanjuti putusan

pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Salinan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sudah

diterima KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota, dan Peserta Pemilu

pada hari putusan pengadilan dibacakan.

Page 21: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

Majelis Khusus Tindak Pidana Pemilu

Pasal 485

(1) Majelis khusus terdiri atas hakim khusus yang merupakan hakim karier pada

pengadilan negeri dan pengadilan tinggi yang ditetapkan secara khusus untuk

memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana Pemilu.

(2) Hakim khusus ditetapkan berdasarkan keputusan Kehra Mahkamah Agung

Republik Indonesia.

(3) Hakim khusus harus memenuhi syarat telah melaksanakan tugasnya sebagai

hakim minimal 3 (tiga) tahun, kecuali dalam suatu pengadilan tidak terdapat

hakim yang masa kerjanya telah mencapai 3 (tiga) tahun.

(4) Hakim khusus selama memeriksa, mengadili, dan memutus tindak pidana Pemilu

dibebaskan dari tugasnya untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara

lain.

(5) Hakim khusus harus menguasai pengetahuan tentang Pemilu.

Page 22: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

Peran Strategis Kejaksaan Pasal 24 ayat (3) UUD 1945

“Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman.”

Kejaksaan memiliki posisi penting secara konstitusional (constitutionally important state institution)

Sentra Penegakan Hukum Terpadu Pasal 486

(1) Untuk menyamakan pemahaman dan pola penanganan tindak pidana Pemilu, Bawaslu, Kepolisian

Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia membentuk Gakkumdu.

(2) Gakkumdu melekat pada Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota.

(3) Gakkumdu terdiri atas penyidik yang berasal dari Kepolisian Negara Republik Indonesia dan penuntut

yang berasal dari Kejaksaan Agung Republik Indonesia.

(4) Penyidik dan penuntut menjalankan tugas secara penuh waktu dalam penanganan tindak pidana Pemilu.

(5) Penyidik dan penuntut diperbantukan sementara dan tidak diberikan tugas lain dari instansi asalnya

selama menjalankan tugas di Gakkumdu.

(6) Pihak instansi asal memberikan penghargaan kepada penyidik dan penuntut yang telah menyelesaikan

tugas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(7) Gakkumdu dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh sekretariat Gakkumdu.

(8) Sekretariat Gakkumdu melekat pada sekretariat Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu

Kabupaten/Kota.

(9) Anggaran operasional Gakkumdu dibebankan pada anggaran Bawaslu.

(10) Untuk pembentukan Gakkumdu di luar negeri, Bawaslu, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan

Kejaksaan Agung Republik Indonesia berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri.

(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai Gakkumdu diatur dengan Peraturan Bawaslu disusun secara

bersama oleh Kapolri, Jaksa Agung RI, dan Ketua Bawaslu (Pasal 487).

Page 23: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

Langkah Implementasi

1. Kesiapan Masing-masing Lembaga, mulai

dari Aturan Pelaksana, Anggaran, Hingga

Sumber Daya Manusia.

2. Sinergisitas antar Lembaga Penyelenggara

Pemilu (KPU, Bawaslu, DKPP) dan Lembaga

Kekuasaan Kehakiman (termasuk di

dalamnya Subsistem Peradilan Pidana:

Kepolisian dan Kejaksaan).

3. Integritas dan Keterbukaan.

Page 24: POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu dalam rangka Kepastian

TERIMA KASIH www.kpu.go.id