POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu...
Transcript of POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU 2019 - · PDF fileASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu...
POLA PENEGAKAN HUKUM
PEMILU 2019
Oleh:
Arief Budiman
Ketua KPU RI
Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan RI, 12 Desember 2017
LANDASAN HUKUM
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum
(UU Pemilu)
ASPEK PENTING PEMILU 1. Kerangka Hukum Pemilu (Electoral Law): Undang-
Undang, Peraturan KPU, Peraturan Bawaslu
dalam rangka Kepastian Hukum:
2. Proses Pemilu (Electoral Process): Tahapan
Pemilu.
3. Penegakan Hukum Pemilu (Electoral Law
Enforcement), terdiri dari:
a. Pelanggaran pidana Pemilu
b. Pelanggaran administratif Pemilu
c. Pelanggaran kode etik Pemilu
d. Sengketa Pemilu: Proses dan Hasil
Tujuan:
Mewujudkan
Integritas Pemilu
Proses Hasil
a.Tidak terjadi kekosongan hukum;
b.Tidak multitafsir;
c.Tidak saling bertentangan;
d.Dapat dilaksanakan.
UU PEMILU
1. Buku ke-1 (satu) mengenai Ketentuan Umum, terdiri dari 2
(dua) bab dan 5 (lima) pasal;
2. Buku ke-2 (dua) mengenai Penyelenggara Pemilu, terdiri
dari 3 (tiga) bab dan 161 (seratus enam puluh satu) pasal;
3. Buku ke-3 (tiga) mengenai Pelaksanaan Pemilu, terdiri dari
18 (delapan belas) bab dan 287 (dua ratus delapan puluh
tujuh) pasal;
4. Buku ke-4 (empat) mengenai Pelanggaran Pemilu,
Sengketa Proses Pemilu, dan Perselisihan Hasil Pemilu,
terdiri dari 3 (tiga) bab dan 22 pasal;
5. Buku ke-5 (lima) mengenai Tindak Pidana Pemilu, terdiri
dari 2 (dua) bab dan 79 (tujuh puluh Sembilan) pasal;
6. Buku ke-6 (enam) mengenai Penutup, terdiri dari 3 (tiga)
bab dan 19 (Sembilan belas) pasal.
Terdiri dari:
TAHAPAN PEMILU (Electoral Process)
a. perencanaan program dan anggaran serta penyusunan
peraturan pelaksanaan Penyelenggaraan pemilu;
b. pemutakhiran data Pemilih dan penyusunan daftar Pemilih;
c. pendaftaran dan verifikasi Peserta Pemilu;
d. penetapan Peserta Pemilu;
e. penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;
f. pencalonan Presiden dan Wakil Presiden serta anggota
DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota;
g. masa Kampanye Pemilu;
h. Masa Tenang;
i. pemungutan dan penghitungan suara;
j. penetapan hasil Pemilu; dan
k. pengucapan sumpah/janji Presiden dan Wakil Presiden
serta anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota.
Pasal
167
ayat (4)
UU
Pemilu
1. Saat ini Tahapan Penyelenggaraan Pemilu 2019 yang
sedang berjalan adalah Pendaftaran dan Verifikasi
Partai Politik Peserta Pemilu 2019 (3 September 2017
– 20 Februari 2018)
2. Pembentukan PPK dan PPS (9 Januari – 8 Maret
2018)
3. Sengketa Penetapan Partai Politik Peserta Pemilu ( 19
Februari – 17 April 2018)
4. Penyusunan Daerah Pemilihan Anggota DPRD
Kabupaten/Kota (17 Desember 2017 – 6 April 2018)
5. Pemutakhiran dan Penyusunan Daftar Pemilih ( 17
Desember 2017 – 10 September 2018)
Kegiatan/Program yang Sedang dan Segera Berjalan
Potensi Kecurangan dalam Pemilu
Tahapan
Potensial pendaftaran dan verifikasi Peserta Pemilu
pencalonan Presiden dan Wakil Presiden serta anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi,
dan DPRD Kabupaten/Kota
masa Kampanye Pemilu
Masa Tenang
pemungutan dan penghitungan suara
Larangan dalam Kampanye (Pasal 280-283 UU Pemilu)
Pasal 280
(1) Pelaksana, peserta dan tim Kampanye Pemilu dilarang:
a. mempersoalkan dasar negara Pancasila, pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
c. menghina seseorang, agana, sulnl, ras, golongan, calon, dan/atau Peserta
Pemilu yang lain;
d. menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat;
e. mengganggu ketertiban umum;
f. mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan
kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota masyarakat, dan/atau
peserta Pemilu yang lain;
g. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye Peserta Pemilu;
h. menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan;
i. membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut selain dari tanda
gambar dan/atau atribut peserta Pemilu yang bersangkutan;
j. menjaniikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta
Kampanye pemilu.
Pasal 280 (2) Pelaksana dan/atau tim kampanye dalam kegiatan Kampanye Pemilu dilarang
mengikutsertakan:
a. Ketua, wakil ketua, ketua muda, hakim agung pada Mahkamah Agung, dan hakim pada
semua badan peradilan di bawah Mahkamah Agung, dan hakim konstitusi pada Mahkamah
Konstitusi;
b. Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan pemeriksa Keuangan;
c. gubernur, deputi gubernur senior, dan deputi gubernur Bank Indonesia;
d. direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan badan usaha milik negara/badan usaha
milik daerah;
e. pejabat negara bukan anggota partai politik yang menjabat sebagai pimpinan di lembaga
nonstruktural;
f. aparatur sipil negara;
g. anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia;
h. kepala desa;
i. perangkat desa;
j. anggota badan permusyawaratan desa; dan
k. Warga Negara Indonesia yang tidak memiliki hak memilih. .'
(3) setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilarang ikutserta sebagai pelaksana
dan tim Kampanye pemilu.
(4) Pelanggaran terhadap larangan ketentuan pada ayat (1) huruf c, huruf f, huruf g, huruf i,
dan huruf j, dan ayat (2) merupakan tindak pidana Pemilu.
Larangan dalam Kampanye
Larangan dalam Kampanye
Pasal 281 (1) Kampanye Pemilu yang mengikutsertakan presiden, wakil Presiden, menteri, gubernur,
wakil gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walitkota harus memenuhi ketentuan:
a. tidak menggunakan fasilitas dalam jabatannya, kecuali fasilitas pengamanan bagi pejabat
negara sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. menjalani cuti di luar tanggungan negara.
(2) Cuti dan jadwal cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan dengan
memperhatikankeberlangsungan tugas penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Pasal 282 Pejabat negara, pejabat struktural, dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri, serta kepala
desa dilarang membuit keputusan dan/atau melakukan tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu Peserta Pemilu selama masa Kampanye.
Pasal 283 (1) Pejabat negara, pejabat struktural dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri serta
aparatur sipil negara lainnya dilarang mengadakan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap Peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa Kampanye
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pertemuan, ajakan, imbauan,
seruan atau pemberian barang kepada aparatur sipil negara dalam lingkungan unit
kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
Identifikasi Potensi Permasalahan
No Potensi Masalah Dampak Masalah
1 Manipulasi data pendukung oleh bakal calon
perseorangan
1. Menyebabkan bakal
calon tidak memenuhi
syarat (TMS)
2. Potensi tindak
kekerasan oleh
pendukung kepada
penyelenggara (KPU
Daerah)
3. Sengketa pencalonan
di Bawaslu dan
Pengadilan Tata Usaha
2 Dukungan ganda oleh pendukung atau partai
politik yang sedang bersengketa
kepengurusannya
3 Pemalsuan dokumen pencalonan dan/atau syarat
calon
4 Potensi politik uang dalam pencalonan
(candidacy buying)
5 Perbedaan persepsi terhadap regulasi antara
penyelenggara dengan bakal calon
Identifikasi Potensi Permasalahan
No Potensi Masalah Dampak Masalah
6 Praktek Politik uang dalam bentuk hadiah/doorprise,
uang trasnport, bantuan pembangunan, pembagian
sembako, dll
1. Menjadikan pemilih
pragmatis, meningkatkan
biaya politik calon, dan
berpotensi perilaku
korupsi jika terpilih.
2. Hukuman pidana dan
dibatalkan pencalonan jika
terbukti
7 Penggunaan fasilitas publik oleh calon petahana
8 Kampanye Hitam dan SARA Potensi tindak kekerasan dan
konflik antar pendukung calon
9 Beredarnya berita bohong/palsu atau Hoax di tengah
masyarakat
10 Intimidasi terhadap pendukung pasangan calon lain
11 Pemalsuan formulir dan Rekapitulasi Penghitungan
suara
Perbedaan data hasil pemilu
antara saksi dengan KPU
No Potensi Masalah Dampak
12 Politik uang dalam bentuk serangan fajar Hukuman Pidana pemilu jika terbukti
13 Penyalahgunaan Beberapa Formulir 1. Pemungutan Suara ulang
2. Pidana pemilu bagi pelanggar 14 Pemilih menggunakan hak pilih lebih dari 1 kali
15 Manipulasi penghitungan suara
16 Pemilih Tidak terdaftar di DPT yang menggunakan KTP
Elektronik hadir di TPS (DPTb) dalam jumlah banyak
Ketidaktersediaan surat suara untuk
melayani pemilih DPTb
17 Intimidasi terhadap pemilih dan petugas KPPS
18 Kesalahan penghitungan dan isi formulir C1 Akurasi data hasil pemilu berkurang dan
potensi konflik dengan saksi
Identifikasi Potensi Permasalahan
19 Potensi manipulasi data hasil pemilu Integritas hasil pemilu terciderai dan
berpotensi digugat ke MK
20 Politik uang kepada penyelenggara untuk mengubah hasil
pemilu
21 Perbedaan data dan persepsi antara saksi dengan KPU Perdebatan yang panjang pada saat
proses rekapitulasi
22 Tekanan/teror dari pendukung yang merasa dirugikan atau
kalah
Proses rekapitulasi terganggu dan
keamanan di sekitar lokasi terganggu
PENEGAKAN HUKUM PEMILU (Electoral Law Enforcement)
Pelanggaran
Pemilu
Pelanggaran
Pidana
Pelanggaran
Administratif
Penegakan Hukum
Pemilu
Pelanggaran
Kode Etik
Sengketa
Hasil
Sengketa Proses
(Non Hasil)
Sengketa
Pemilu
Bawaslu
PTUN
MK DKPP Bawaslu Bawaslu
SPP
Pelanggaran
Administratif TSM Bawaslu
MA
Kepolisian
Kejaksaan
PELANGGARAN PEMILU
Temuan
Bawaslu
Laporan
“tertulis” kpd
Bawaslu
Pelanggaran
Pemilu
Pengawasan aktif
oleh Bawaslu
Warga, Peserta
Pemilu dan
Pemantau
Dugaan Pelanggaran
Dugaan Pelanggaran
1. Pelanggaran Administratif Pemilu ditangani dan diselesaikan oleh Bawaslu melalui proses
pemeriksaan Terbuka;
2. Pelanggaran Kode Etik Pemilu diteruskan ke DKPP melalui Sidang Etik;
3. Pelanggaran Pidana Pemilu ditangani oleh Bawaslu, diteruskan kepada Sistem Peradilan Pidana
sampai tingkat Banding (Pengadilan Tinggi);
4. Pelanggaran lain yang bukan pelanggaran, sengketa maupun tindak pidana:
a. diproses oleh Bawaslu sesuai dengan kewenangan masing-masing; dan/atau
b. diteruskan kepada instansi atau pihak yang berwenang.
Maks. 7 hari
Tindak Lanjut oleh
Bawaslu Maks. 7+7= 14hr
SENGKETA PROSES PEMILU
Permohonan
Tertulis kpd
Bawaslu Keputusan KPU
Peserta / Calon Peserta
Pemilu
Sengketa Pemilu
Maks. 3 hari sejak
Keputusan KPU
Bawaslu memeriksa dan
memutus Maks. 12 hari
a. menerima dan mengkaji permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu;
b. mempertemukan pihak yang bersengketa untuk mencapai kesepakatan melalui mediasi atau
musyawarah dan mufakat.
Ada Solusi
dan Mufakat Tidak Mencapai
Kesepahaman Adjudikasi
Putusan final dan
mengikat
kecuali 3 (tiga) hal.
1. perihal verifikasi partai politik
2. penetapan daftar calon tetap
DPR, DPD dan DPRD
3. penetapan pasangan calon
Sengketa Tata Usaha
Negara PTUN
SENGKETA HASIL PEMILU
Permohonan
pembatalan
penetapan hasil
penghitungan
perolehan suara
Penetapan perolehan
suara hasil Pemilu
secara nasional oleh
KPU
(DPR,DPRD dan
DPD)
Peserta Pemilu
Mahkamah Konstitusi
Maks 3x24 jam sejak Pengumuman
Penetapan perolehan suara
Jika kurang lengkap, pemohon
dapat memperbaiki dan
melengkapi permohonan paling
lama 3 x 24 jam sejak
diterimanya permohonan
mengajukan
keberatan
Penetapan perolehan
suara hasil Pemilu
secara nasional oleh
KPU
(Presiden & Wakil
Presiden)
Pasangan Calon Mahkamah Konstitusi
Maks 3 hari setelah penetapan hasil
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
Hanya terhadap hasil
penghitungan suara yang
memengaruhi penentuan
terpilihnya Pasangan Calon
atau penentuan untuk dipilih
kembali pada Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden
memutus paling lama 14
hari sejak diterimanya
permohonan keberatan
oleh Mahkamah Konstitusi
Putusan KPU Wajib
Menindaklanjuti
DESAIN PENANGANAN TP PEMILU
Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/ Kota, dan/
atau Panwaslu
Kecamatan
dugaan tindak pidana
Pemilu
(Ps. 488 s/d Ps. 554
UU Pemilu)
Laporan Tertulis
Sistem Peradilan
Pidana
paling lama 1 x 24 jam sejak Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, dan/atau Panwaslu
Kecamatan menyatakan bahwa
perbuatan atau tindakan yang diduga
merupakan tindak pidana Pemilu
Penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan tindak pidana Pemilu dilakukan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana, kecuali ditentukan lain
dalam UU Pemilu.
Koordinasi dengan
Kepolisian dan Kejaksaan
(Gakkumdu)
Penyelidik
penyelidikan menemukan bukti
permulaan yang cukup adanya
dugaan tindak pidana Pemilu, hasil
penyelidikannya disertai berkas
perkara disampaikan kepada
penyidik paling lama I x 24 jam.
Penyidik Penuntut
Umum hasil penyidikan disertai berkas perkara
diserahkan paling lama 14 (empat belas)
hari sejak diterimanya laporan dan dapat
dilakukan dengan tanpa kehadiran
tersangka.
Dalam hal hasil penyidikan belum
lengkap, dalam waktu paling lama 3 hari
penuntut umum mengembalikan berkas
perkara kepada Penyidik Kepolisian
disertai petunjuk tentang hal yang harus
dilakukan untuk dilengkapi.
Penyampaian kembali berkas
perkara tersebut kepada
penuntut umum dalam waktu
paling lama 3 hari sejak tanggal
penerimaan berkas.
DESAIN PENANGANAN TP PEMILU
Pengadilan Negeri Penuntut Umum Pelimpahan berkas perkara
tersangka.
paling lama 5 (lima) hari sejak
menerima berkas perkara dan
dapat dilakukan dengan tanpa
kehadiran tersangka.
Putusan
Sidang pemeriksaan perkara
tindak pidana Pemilu dilakukan
oleh majelis khusus.
memeriksa, mengadili, dan memutus
perkara tindak pidana Pemilu paling
lama 7 hari setelah pelimpahan berkas
perkara dan dapat dilakukan dengan
tanpa kehadiran terdakrra.
Pengadilan
Tinggi Banding
paling lama 3 hari setelah
permohonan banding diterima.
Putusan
terakhir dan mengikat
serta tidak dapat
dilakukan upaya
hukum lain.
paling lama 7 hari setelah
permohonan banding diterima.
Putusan TP Pemilu
Pasal 483
(1) Putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 482 ayat (1) dan ayat
(4) harus sudah disampaikan kepada penuntut umum paling lambat 3 (tiga) hari
setelah putusan dibacakan.
(2) Putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 482 harus
dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari setelah putusan diterima oleh jaksa.
Pasal 484
(1) Putusan pengadilan terhadap kasus tindak pidana Pemilu yang menurut Undang
Undang ini dapat memengaruhi perolehan suara Peserta Pemilu harus sudah
selesai paling lama 5 (lima) hari sebelum KPU menetapkan hasil Pemilu secara
nasional.
(2) KPU, KPU Provinsi, dan KPU lhbupaten/Kota wajib menindaklanjuti putusan
pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Salinan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sudah
diterima KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota, dan Peserta Pemilu
pada hari putusan pengadilan dibacakan.
Majelis Khusus Tindak Pidana Pemilu
Pasal 485
(1) Majelis khusus terdiri atas hakim khusus yang merupakan hakim karier pada
pengadilan negeri dan pengadilan tinggi yang ditetapkan secara khusus untuk
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana Pemilu.
(2) Hakim khusus ditetapkan berdasarkan keputusan Kehra Mahkamah Agung
Republik Indonesia.
(3) Hakim khusus harus memenuhi syarat telah melaksanakan tugasnya sebagai
hakim minimal 3 (tiga) tahun, kecuali dalam suatu pengadilan tidak terdapat
hakim yang masa kerjanya telah mencapai 3 (tiga) tahun.
(4) Hakim khusus selama memeriksa, mengadili, dan memutus tindak pidana Pemilu
dibebaskan dari tugasnya untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
lain.
(5) Hakim khusus harus menguasai pengetahuan tentang Pemilu.
Peran Strategis Kejaksaan Pasal 24 ayat (3) UUD 1945
“Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman.”
Kejaksaan memiliki posisi penting secara konstitusional (constitutionally important state institution)
Sentra Penegakan Hukum Terpadu Pasal 486
(1) Untuk menyamakan pemahaman dan pola penanganan tindak pidana Pemilu, Bawaslu, Kepolisian
Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia membentuk Gakkumdu.
(2) Gakkumdu melekat pada Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota.
(3) Gakkumdu terdiri atas penyidik yang berasal dari Kepolisian Negara Republik Indonesia dan penuntut
yang berasal dari Kejaksaan Agung Republik Indonesia.
(4) Penyidik dan penuntut menjalankan tugas secara penuh waktu dalam penanganan tindak pidana Pemilu.
(5) Penyidik dan penuntut diperbantukan sementara dan tidak diberikan tugas lain dari instansi asalnya
selama menjalankan tugas di Gakkumdu.
(6) Pihak instansi asal memberikan penghargaan kepada penyidik dan penuntut yang telah menyelesaikan
tugas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Gakkumdu dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh sekretariat Gakkumdu.
(8) Sekretariat Gakkumdu melekat pada sekretariat Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota.
(9) Anggaran operasional Gakkumdu dibebankan pada anggaran Bawaslu.
(10) Untuk pembentukan Gakkumdu di luar negeri, Bawaslu, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan
Kejaksaan Agung Republik Indonesia berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri.
(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai Gakkumdu diatur dengan Peraturan Bawaslu disusun secara
bersama oleh Kapolri, Jaksa Agung RI, dan Ketua Bawaslu (Pasal 487).
Langkah Implementasi
1. Kesiapan Masing-masing Lembaga, mulai
dari Aturan Pelaksana, Anggaran, Hingga
Sumber Daya Manusia.
2. Sinergisitas antar Lembaga Penyelenggara
Pemilu (KPU, Bawaslu, DKPP) dan Lembaga
Kekuasaan Kehakiman (termasuk di
dalamnya Subsistem Peradilan Pidana:
Kepolisian dan Kejaksaan).
3. Integritas dan Keterbukaan.
TERIMA KASIH www.kpu.go.id