POLA PEMUKIMAN Kampung Naga Dan Kampung Kanekes

10
POLA PERMUKIMAN KAMPUNG NAGA DAN KAMPUNG CIGOEL Sebagai Tugas Mata Kuliah Pelestarian Permukiman Tradisional Oleh: Rizki Nimas Exacti 105060500111044 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013

description

perbandingan pola pemukiman antara Kampung Naga dan Kampung Kanekes

Transcript of POLA PEMUKIMAN Kampung Naga Dan Kampung Kanekes

  • POLA PERMUKIMAN KAMPUNG NAGA DAN KAMPUNG CIGOEL

    Sebagai

    Tugas Mata Kuliah Pelestarian Permukiman Tradisional

    Oleh:

    Rizki Nimas Exacti

    105060500111044

    JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    2013

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia adalah sebuah negara kepulauan di Asia Tenggara yang dilintasi garis

    khatuistiwa dan berada diantara benua Asia dan Australia. Selain itu Indonesia adalah negara

    kepulauan terbesar didunia terdiri dari 13.487 pulau dan sekitar 6.000 pulaunya tidak

    berpenghuni, oleh karena itu Indonesia juga disebut Nusantara. Dengan luas daratan

    Indonesia adalah 1.922.570 km. Wilayah Indonesia memiliki keanekaragaman hayati

    makhluk hidup hingga kebudayaan yang dimiliki Indonesia sangat beragam. Pulau Jawa

    adalah pulau berpenduduk terpadat di Indonesia. Pulau ini di huni oleh 60% penduduk

    Indonesia. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa dengan luas

    132.107 km, Sumatera luas 473.606 km, Kalimantan dengan luas 539.460 km, Sulawesi

    dengan luas 189.216 km, dan Papua pulau terbesar dengan luas 421.981 km.

    Keanekaragaman budaya yang dimiliki berakibat munculnya keanekaragaman dalam

    segi arsitektur yang juga menjadi ciri khas kebudayaan suku suku bangsa di Indonesia.

    Dalam perancangan rumah adat Nusantara pun tidak hanya memberi ke khasan suatu dari

    daerah tersebut tetapi juga mempertimbangkan fungsi dan karakteristik lingkungan di daerah

    tersebut.

    Pada Pulau Jawa yang merupakan pulau terpadat dan berada di wilayah barat Indonesia

    pun memiliki banyak suku. Dari beberapa suku yang ada di Pulau jawa diantaranya ada Suku

    Sunda yang mendiami kampung Naga. Walaupun era globalisasi masuk ke Negara Indonesia,

    Kampung Naga masih menjaga kelestarian dari pemukiman mereka.Di pulau yang sama

    terdapat suku Baduy luar yang bermukim di Kampung Cigoel, Lebak,Banten. Dimana kedua

    masyarakat kampung tersebut tumbuh di era pancosmisms dan mesih terus menjaga adat

    mereka hingga sekarang. Era pancosmism adalah era diamana manusia menyatu dengan

    alam. Manusia sangat bergantung pada alam. Ciri dari era ini adalah masyarakat menciptakan

    aturan agar hubungannya serasi dengan alam

    1.2 Rumusan Masalah

    Bagimana pola hidup suku Sunda pada Kampung Naga dan suku pada kampung. Dan

    bagaimana hubungan antara pola kebudayaan atau pola hidup dengan pola permukiman

    kedua suku tersebut.

  • 1.3 Tujuan

    Mengetahui seperti apa pola hidup masyarakat kampung Naga dan Kampung Cigoel .

    serta mengetahui pola permukiman yang berhubungan dengan pola hidup masyrakat kedua

    kampung tersebut.

    1.4 Metode

    Metode yang digunakan berupa kajian literatur dengan mencari data sekunder melalui

    internet dan buku

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Kampung Naga

    Kampung Nagawi atau Naga terletak di Kampung Nagaratengah desa Neglasari,

    kecamatan Selawu, Tasikmalaya. Dengan penduduk beragama muslim yang masih berpegang

    teguh adat leluhur. Luas area sekitar 4 hektar dan pemukiman hanya seluas 1,5 hektar.

    Kampung Naga ini terletak di lembah yang subur. Sehingga Kebanyakan penduduk

    kampung Naga berprofesi sebagai petani. Masyarakatnya pun masih mengolah hasil bumi

    mereka dengan cara yang masih manual semperti menumbuk padi sendiri dan menanam

    sayuran dan buah dengan pupuk organik olahan sendiri. Keadaan alam di kampung Naga

    masih sangat terjaga keasrianya. Kampung Naga memiliki hutan Keramat dan hutan

    terlarang. Dimana hutan keramat terletak disisi barat sementara hutan terlarang berada disis

    timur kampung. Disebelah selatan dibatasi oleh lahan tani penduduk dan sebelah utara timur

    dibatasi oleh Sungai Ciwulan.

    Penduduk membagi wilayahnya menjadi tiga bagian yaitu Leuweung Keramat (makam

    leluhur) di barat kampung, perkampungan di tengah, dan Leuweung Larangan ( hutan

    dedemit) di sebelah timur kampung Naga. Bisa dikatakan jika masyarakat kampung Naga

    membangun kosmologi ruang, yaitu atas-tengah-bawah. Leuweng keramat dibagian barat dan

    leuweung larangan berada ditimur adalah sumber kekuatan sakral. Leuweung Larangan

    sebagai tempat roh jahat dan Leuweung Keramat sebagai sumber kebaikan dengan adanya

    masjid dan lahan penduduk serta makam leluhur sebagai harta mereka. Penempatan masjid di

    sebelah barat mempresentasikan letak arah kiblat menunjukan penduduk memegang teguh

    agama.

    Falsafah hidup penduduk Kampung Naga adalah menjaga tata wilayah, tata wayah, dan

    tata lampah. Tata wilayah berupa ruang tertinggi yaitu gunung hingga ruang lautan. Tata

    Wayah adalah suatu zaman atau era. Dan tata Lampah adalah kepercayaan moralitas

    masyarakat yang berpedoman pada ajara agama dan Al-Quran. Penduduk percaya jika terjadi

    bencana, dikarenakan sikap dan perilaku manusia yang tidak menjaga ruang. Kawasan

    hutan bagi penduduk adalah sumber kelangsungan hidup mereka akan tetapi hanya bisa

    digunakan sebagian kecil saja.

    Masyarakat Kampung Naga masih memegang adat istiadat dari leluhur mereka. Terdapat

    beberapa upacara-upacara adat, yaitu:

    1. Upacara Nyepi, yang dilakukan pada hari Selasa, Rabu, dan Sabtu.

  • 2. Upacara Hajat Sasih, yang bertujuan untuk memohon berkah dan keselamatan pada

    leluhur dan rasa syukur kepda Tuhan YME.

    3. Upacara perkawinan, dimana upacara ini merupakan serangkaian acara-acara setelah

    ijab qabul.

    4. Khitanan, sebagai penanda seorang anak sudah menginjak dewasa. Sebelum acara

    anak lelaki yang akan di khitan dimandikan di Sungai Ciwulan lalu berkumpul di

    masjid untuk khataman Al-Quran. Kemudian diarak ke sekeliling kampung untuk

    mengikuti prosesi helaran.

    Adat istiadat kampung Naga terdapat hukum tidak tertulis yang diterapkan dimasyarakat

    hingga kini. Seperti cara membangun rumah, ciri dan bentuk rumah, tata letak dan arah

    rumah dan lain lain. Sehingga pemukiman kampung Naga memiliki keunikan yaitu seluruh

    bangunan menhadap arah utara dan selatan. Aeah selatan menghadap sungai dan arah utara

    menghadap bukit Cikuray. Sedangkan seluruh muka bangunan wajib menghadap selatan. Hal

    ini menunjukan bahwa kecenderungan kampung atau permukiman tradisional pasti berada

    dekat dengan sumber kehidupannya ( Sungai Ciwulan).

    Seluruh bangunan mulai dari rumah hunian hingga masjid dan balai pertemuan terbuat

    dari bilik bambu kepang dan sasak. Rumah bagi masyarakat kampung Naga tidak hanya

    berfungsi sebagai tempat berlindung saja, tetapi memiliki makna lebih yang berhubungan

    dengan dunia atau imah karena itu rumah merupakan bagian dari konsep kosmologis yang

    terdapat dalam penataan pola kampung, bentuk rumah, dan pembagian ruang. Penduduk

    yakin bahwa hubungan makrokosmos dan mikrokosmos harus terjaga dengan baik untuk

    menjaga keselarasan dan keseimbagan kampung mereka. Konsep tata ruang kampung Naga

    secara kosmologis bersifat triumvirate (tritunggal). Dalam tatanan ini berupaya mencari

    makna dunia menurut eksistensinya, yaitu menyangkut keleluasaannya yang mengandung

    segala macam dunia dengan seluruh bagian dan aspeknya, sehingga tidak ada sesuatu yang

    dikecualikan, pandangan tentang kesejahteraan antara makro dan mikrokosmos jagat raya dan

    dunia manusia (Darsa, 1998).

    Pada rumah pendududk, ruang depan berfungsi sebagai ruang tamu. Ruang tengah

    memiliki fungsi sebagai tempat tidur keluarga dan sebagai tempat penerima tamu pada

    waktu selamatan dan upacara keluarga. Bagian privat pada rumah ini adalah raung tidur yang

    berfungsi sebagai tempat istirahat dan kamar tidur. Didekat dapur terdapat ruang yang

    berguna sebagai tempat lumbung. Dinding dapur menggunakan bilik sasak dengan maksud

    agar adanya pergantian udara atau ventilasi karena penduduk masih menggunakan kayu

    untuk memasak. Atap bangunan terdiri dari dua lapis, lapis pertama dari daun alang-alang

  • dan yang terluar dari ijuk bermanfaat penyerapan panas atau dingin. Seluruh bangunan rumah

    memiliki ciri berupa tanda angin yang digantung dipintu depan. Menurut kepercayaan

    sebagai penolak bala. Bentuk rumah Kampung Naga adalah panggung yang tingginya kurang

    lebih 50cm dari tanah. Dikarenakan tanah di kampung Naga cenderung lembab, selain itu

    berguna sebagai penahan getaran gempa.

    Kondisi Kampung Naga

    Pembagian Rumah Penduduk

    Tampak Depan Rumah Penduduk

  • Pola pemukiman Kampung Naga adalah mengelompok atau cluster . pemukiman

    kampung Naga terletak di lereng bukit sehingga menggunakan topografi tanah kampung ini

    berkontur. Pada umumnya rumah penduduk berada di utara dan selatan kampung. Rumah

    penduduk saling berhadapan dan dilarang membelakangi karena merupakan adat kampung

    Naga dalam menjaga keharmonisan masyarakat. Pada bagian barat tengah kempung terdapat

    masjid dan balai pertemuan. Sementara terdapat lahan kosong disebelah timur masjid disebut

    sebagai alun-alun kampung tempat para masyraakat mengadakan acara-acara. Lahan sawah

    penduduk terdapat dibagian barat dan timur permukiman. Sementara dibagian timur terdapa

    tempat yang disakralkan dan batas kampung yang sebut Hutan Larangan (Leuweung

    Larangan)

    2.2 Kampung Cigoel, Desa Kanekes

    Masyarakat Baduy, dianggap memiliki ciri sosial dan kebudayaan yang hampir mirip

    seperti masyarakat Sunda Lama. Salah satu ciri yang paling menonjol pada suku ini adalah

    tradisi megalitik yang disebut dengan kabuyutan atau penghormatan kepada nenek moyang

    masih tetap terjaga. Untuk memasuki lokasi Kampung Cigoel harus melalu desa Ciboleger.

    Penduduk kampung Cigoel adalah salah satu wilayah dari Baduy Luar yang sudah merasakan

    sedikit modernisasi tetapi tetap menjaga kelestarian tradisi dan alam mereka.

    Lingkungan bagi masyarakat Baduy adalah tempat tinggal yang harus dijga bersama

    dengan tertib dan mengikuti aturan yang ada. Kehidupan sosial masyarakat baduy sangat

    bersahaja, tradisi gotong royong dalam pembuatan sarana dan prasarana sangat tinggi karena

    sebenarnya orang baduy masih terikat hubungan kerabat atau menganut sistem kekerabatan.

    Pekerjaan orang suku Baduy adalah bercocok tanam, dalam tradisi kehidupannya,

    mereka berladang secara berpindah-pindah.dengan menjual hasil bumi seperti gula dll ke

    Pola pemukiman Kampung Naga yang berkelompok

  • desa lain. Selain itu mereka menghasilkan kerajinan yang umumnya diproduksi untuk mereka

    sendiri seperti pemintalan benang.

    Bangunan rumah penduduk masih menggunakan adat suku baduy dengan denah berpola

    grid terdiri dari unit-unit modul ruang berulang. Sehingga dapat dilakukan penambahan atau

    pengurangan guna adaptasi terhadap keadaan tapak kampung yang berkontur tajam. Denah

    setiap rumah bertipe sama ( prototipe) berbentuk empat persegi panjang. Fungsi ruang-ruang

    pada bangunan rumah terdiri atas:

    a. Ruang transisi, yaitu sosoko atau teras, sebagai tempat istirahat saat pulang dari luar,

    membersihkan barang bawaan sebelum masuk kerumah, dan tempat bersosiali

    dengan tetangga.

    b. Ruang tamu sebagai tempat berinteraksi atau kegiatan utama.

    c. Ruang penyimpanan.

    d. Kamar tidur sebagai tempat dengan privasi yang tinggi

    e. Dapur, terletak dibelakang atau samping bangunan

    f. Terdapat kolong rumah panggung yang digunakan sebagai tempat menyimpan

    barang bahan baku rumah.

    Entrance rumah utama merupakan pintu pada dindign rumah yang merupakan sisi bentang

    rumah terpanjang. Ornamen pada bangunan rumah sangat sedikit.

    Tampak samping rumah

    Tampak depan rumah

    Pembagian ruang rumah

  • Pola pemukiman kampung Cigoel adalah linear. Jalan utama berupa jalan setapak

    merupakan jalur sirkulasi besar satu-satunyanya bagi orientasi dan akses ke rumah-rumah

    penduduk kampung Cigoel, menembus atau menghubungkan kampung Cigoel dengan tempat

    tempat lain seperti Desa Ciboleger, serta bercabang-cabang ke jalur-jalur kecil antar rumah.

    Pola rumah-rumah penduduk menggunakan pola grid, dengan jalur kecil yang merupakan

    cabang cabang dari jalur utama. Sirkulasi kecil yang relatid sejajar dengan lainnya dan

    membuat persimpangan empat dengan sirkulasi besar membentuk pola papan catur atau grid.

    Pola grid tersebut dapat terputus untuk membentuk ruang terbuka utama perkampungan atau

    untuk menyesuaikan peletakan rumah terhadap bentuk alami kaasan (kontur, tanah, bukit,

    atau sungai).

    Pemukiman kampung Baduy berorientasi ke sungai Ciujung. Dan orientasi rumah

    penduduk memiliki pintu utama menghadap ke arah selatan utara untuk menghormati letak

    soko domas dan guna upacara adat.

    Pola pemukiman Linear

    Pola pemukiman linear

    pada jalur masuk kampung

    cigoel

    Pola grid pada rumah

    penduduk

  • BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Pemukiman suku Naga dan Baduy Luar merupakan salah satu pemukiman tardisional

    di Indonesia yang masih menjaga kelestarian alam dan adat istiadatnya .rumah tradisional dan

    pola pemukiman kedua kampung tersebut berkaitan dengan kebudayaan dan adat istiadat

    yang dianut, didirikan menurut konsep, nilai, dan norma yang diturunkan oleh nenek moyang

    mereka. .

    Kedua pemukiman ini memiliki kesamaan yaitu berada didekat sungai yang

    membenarkan teori jika pemukiman pasti mendekati sumber kehidupan yaitu kebutuhan air.

    Sehingga setiap kegiatan yang mereka akan lakukan, maka selalu menghasilkan suatu ruang

    baru untuk mewadahi kegiatan mereka.