ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY S DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM ...
POLA MAKAN PADA IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM ... · PDF filepola makan pada ibu...
-
Upload
dangnguyet -
Category
Documents
-
view
233 -
download
0
Transcript of POLA MAKAN PADA IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM ... · PDF filepola makan pada ibu...
POLA MAKAN PADA IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DAN ANEMIA DI WILAYAH PUSKESMAS CUNDA MUARA DUA
LHOKSEUMAWE ACEH (NAD) TAHUN 2008
SKRIPSI
OLEH
ROHANA NIM : 031000331
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Universitas Sumatera Utara
POLA MAKAN PADA IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DAN ANEMIA DI WILAYAH PUSKESMAS CUNDA MUARA DUA
LHOKSEUMAWE ACEH (NAD) TAHUN 2008
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH
ROHANA NIM : 031000331
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul
POLA MAKAN PADA IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DAN ANEMIA DI WILAYAH CUNDA
MUARA DUA LHOKSEUMAWE ACEH (NAD) TAHUN 2008
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
NIM. 031000331 ROHANA
Yang Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi
Pada Hari Rabu, Tanggal 28 Oktober 2008 Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I (Dr.Ir. Albiner Siagian, MSi) (Prof.dr.David.H.Simanjuntak) NIP.132049786 NIP. 13023153
Penguji II Penguji III (Dr.Ir. Zulhaida Lubis, MKes ) NIP. 131862380 NIP. 132126844
(Ernawati Nasution, SKM,MKes)
Medan, Desember 2008 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan
( dr. Ria Masniari Lubis, MSiNIP. 131 124 053
)
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan diawal kehamilan. Umumnya gangguan mual muntah tersebut bisa berlangsung hingga minggu ke 20 kehamilan, yang ditandai dengan mual yang tidak terkendali serta muntah-muntah hampir dua puluh kali setiap harinya. Pola makan ibu hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum perlu diperhatikan, karena selama hamil kebutuhan akan energi dan zat gizi lainnya meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola makan pada ibu hamil yang hyperemesis gravidarum dan anemia di wilayah Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe (NAD) tahun 2008. Penelitian ini merupakan survai bersifat deskriptif yang dilakukan dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang mengalami hyperemesis gravidarum yang berdasarkan data bulan Maret-Mei 2008 yang berjumlah 150 orang, sedangkan sampel berjumlah 59 orang yang diambil secara random sampling. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan formulir food frequency dan food recall makan serta pengukuran HB. Selain itu juga menggunakan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan ibu hamil baik dari segi jenis bahan makanan maupun frekuensi makan, tidak berbeda jauh pada setiap tingkatan hyperemesis. Diperoleh hasil bahwa ibu hamil yang mengalami hyeperemesis, pola makan dengan tingkat asupan energi cukup sebanyak (40,7%) dan kategori tidak cukup (59,3%). Untuk tingkat asupan protein diperoleh (52,5%) kategori cukup dan (47,5%) dengan kategori tidak cukup. Sedangkan dari hasil penilaian anemia dengan menggunakan pengukuran Hb diperoleh yang mengalami anemia ringan (25,4%), anemia sedang (20,3%), anemia berat (13,6%) sedangkan yang tidak terkena anemia sebanyak (40,7%). Diharapkan petugas kesehatan yang menangani ibu hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum dapat memberikan petunjuk pengaturan pola makan (diit) yang benar sesuai kondisi ibu hamil tersebut. Kata kunci : pola makan, anemia, ibu hamil hyperemesis gravidarum
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Rohana
Tempat/tanggal lahir : Sigli, 11 Nopember 1957
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Alamat Rumah : Jl. Balikpapan No.110 Batuphat Barat
Lhokseumawe Aceh
Alamat Kantor : Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 1972 : SD Negeri No.2 Beureunuen
2. Tahun 1975 : SMP Negeri Beureunuen
3. Tahun 1978 : SPKU Swasta RSU Sigli
4. Tahun 1989 : SPK Swasta Meulaboh
5. Tahun 1992 : Bidan Negeri Sigli
5. Tahun 2003 – sekarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT PEKERJAAN
1. Tahun 1982 – 1983 : CPNS Rumah Sakit Umum Sigli
2. Tahun 1993 – Sekarang : PNS Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe
Aceh
3. Tahun 2003 – Sekarang : Tugas Belajar Pada Fakultas Kesehatan Msyarakat
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pola
Makan Pada Ibu Hamil Dengan Hyperemesis Gravidarum dan Anemia di
Wilayah Puskesmas Cunda Muara Dua Kabupaten Lhokseumawe Aceh
(NAD) Tahun 2008”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes, selaku Ketua Departemen Gizi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi, selaku Dosen Pembimbing I yang
telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan
bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis, sehingga skripsi dapat
diselesaikan.
4. Bapak Prof. dr. David H.Simanjuntak, selaku Dosen Pembimbing II yang
telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya kepada penulis, sehingga
skripsi dapat diselesaikan.
Universitas Sumatera Utara
5. Ibu Siti Khadidjah, SKM,MKes, selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang selalu memberikan petunjuk penulis mengikuti pendidikan di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Sumatera Utara.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan seluruh staf Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya Bapak/Ibu Dosen di
Departemen Gizi.
7. Suamiku tercinta Ir.Zainal Ishak dan anak-anakku tersayang Reza Rinaldi
Ichza Marzha, Siti Bungsu Rai Maninjanna Eka Suzann dan Faisal Zahary
Ichzha Mahrazha yang telah banyak memberikan dukungan doa dalam
menghadapi segala hambatan sehingga penulis lebih tegar dan termotivasi
menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi ini.
8. Kepada orang tuaku tercinta dan seluruh keluarga yang telah memberikan
dorongan moril maupun materiil kepada penulis.
9. Kepada Ibu Drg. Henny Jayani selaku Kepala Puskesmas Cunda Muara
Dua yang telah memberilkan ijin penelitian.
10. Seluruh rekan-rekan mahasiswa, khususnya mahasiswa angkatan tahun
2005 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmatNya kepada semua
yang telah membantu penulis.
Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca.
Medan, Desember 2008
Penulis
(Rohana)
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan ...................................................................... i
Abstract .................................................................................................................................. ii
Riwayat Hidup ................................................................................ iii
Kata Pengantar ............................................................................... iv
Daftar Isi ...... .................................................................................. vii
Daftar Tabel .................................................................................... x
Daftar Lampiran ............................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah ...................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................... 4 1.3.1. Tujuan Umum ..................................................... 4 1.3.2. Tujuan Khusus .................................................... 5 1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Makan .............................................................................................. 6 2.1.1. Pola Makan Ibu Hamil .................................................................. 7 2.1.2. Makanan yang Baik dan Sehat Bagi Ibu Hamil ........................... 8 2.2. Kebutuhan Zat Gizi Ibu Hamil ................................................................ 10 2.2.1. Energi ............................................................................................. 10 2.2.2. Protein ............................................................................................ 11 2.2.3. Vitamin dan Mineral ...................................................................... 11 2.3. Anemia ..................................................................................................... 13 2.3.1. Pengertian Anemia ......................................................................... 13 2.3.2. Penyebab dan Gejala Anemia ....................................................... 14 2.3.3. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan ......................................... 15 2.3.4. Efek Anemia pada Ibu Hamil ........................................................ 18 2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Ibu Hamil ........... 18 2.4.1. Umur .............................................................................................. 18 2.4.2. Pendidikan ..................................................................................... 19 2.4.3. Sarana Kesehatan .......................................................................... 19 2.4.4. Penghasilan Keluarga .................................................................... 20
Universitas Sumatera Utara
2.5. Kehamilan Hyperemesis Gravidarum ................................................... 20 2.5.1. Pengertian Hyperemesis Gravidarum ........................................... 20 2.5.2. Penyebab Hyperemesis Gravidarum ............................................ 22 2.5.3. Patofisiologi Hyperemesis Gravidarum ........................................ 23 2.5.4. Penanganan Hyperemesis Gravidarum ........................................ 26 2.5.5. Diit Ibu Hamil Dengan Hyperemesis Gravidarum ...................... 28 2.6. Kerangka Konsep .................................................................................... 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ......................................................................................... 33 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 33 3.2.1. Lokasi Penelitian ............................................................................ 33 3.2.2. Waktu Penelitian ............................................................................ 33 3.3. Populasi dan Sampel ................................................................................ 33 3.3.1. Populasi .......................................................................................... 33 3.3.2. Sampel ............................................................................................ 34 3.4. Instrumen Penelitian ................................................................................ 34 3.5. Metode dan Cara Pengumpulan Data ..................................................... 35 3.5.1. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 35 3.5.2. Cara Pengumpulan Data ................................................................ 35 3.6. Definisi Operasional ................................................................................ 35 3.7. Aspek Pengukuran ................................................................................... 36 3.8. Pengolahan dan Analisa Data ................................................................. 38 3.8.1. Pengolahan Data ............................................................................ 38 3.8.2. Analisa Data ................................................................................... 39 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ...................................................... 40 4.2. Karakteristik Responden .......................................................................... 41 4.2.1. Umur Responden ........................................................................... 41 4.2.2. Pendidikan Responden .................................................................. 41 4.2.3. Pekerjaan Responden ..................................................................... 42 4.2.4. Pendapatan Responden .................................................................. 42 4.2.5. Suku ................................................................................................ 43 4.2.6. Riwayat Kehamilan ....................................................................... 43 4.3. Pola Frekuensi Makan Ibu Hamil ........................................................... 44 4.3.1. Jenis Bahan Makanan dan Frekuensi Makan Pada Hyperemesis Tingkat I ................................................................... 44 4.3.2. Jenis Bahan Makanan dan Frekuensi Makan Pada Hyperemesis Tingkat II ................................................................. 46 4.3.3. Jenis Bahan Makanan dan Frekuensi Makan Pada Hyperemesis Tingkat III ................................................................ 47 4.4. Jumlah Asupan Energi dan Protein Ibu Hamil ....................................... 49 4.4.1. Jumlah Asupan Energi ................................................................... 49
Universitas Sumatera Utara
4.4.2. Jumlah Asupan Protein .................................................................. 50 4.4.3. Tingkat Hyperemesis ..................................................................... 50 4.4.4. Kejadian Anemia ........................................................................... 51 4.5. Hasil tabulasi Silang ................................................................................. 51 4.5.1. Hasil Tabulasi Silang Asupan Energi Dengan Tingkat Hyperemesis 51 4.5.2. Hasil Tabulasi Silang Antara Asupan Protein Dengan Tingkat Hyperemesis ................................................................................... 52 4.5.3. Hasil Tabulasi Silang Anemia Dengan Hyperemesis Gravidarum .................................................................................... 52 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden .......................................................................... 54 5.2. Pola Frekuensi Makan ............................................................................. 56 5.2.1. Pola Makan Ibu Hamil Hyperemesis Gravidarum I .................... 56 5.2.2. Pola Makan Ibu Hamil Hyperemesis Gravidarum Tingkat II ...... 58 5.2.3. Pola Makan Ibu Hamil Hyperemesisi Gravidarum Tingkat III ... 60 5.3. Asupan Zat Gizi Energi dan Protein ........................................................ 61 5.4. Anemia pada Ibu Hamil Hyperemesis Gravidarum ............................... 63 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan .............................................................................................. 65 6.2. Saran ......................................................................................................... 66 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Kebutuhan Makanan Ibu Hamil Setiap Harinya ........................................ 13 Tabel 2.2. Bahan Makanan Yang Diberikan Sehari .................................................. 30 Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) tahun 2008 41 Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 ................. 41 Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 ............................ 42 Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Pendapatan di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 ............................ 42 Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Suku di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 ................................................ 43 Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut Anak yang Dikandung di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 ................. 43 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Bahan Makanan Pada Hyperemesis Tingkat I ............................................................................... 44 Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Bahan Makanan Pada Hyperemesis Tingkat II ............................................................................. 46 Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Bahan Makanan Pokok Pada Hyperemesis Tingkat III ................................................................... 47 Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan JenisLauk Pauk Pada Hyperemesis Tingkat III ............................................................................. 48 Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Sayuran Pada Hyperemesis Tingkat III ............................................................................ 48 Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Buah-Buahan Pada Hyperemesis Tingkat III ............................................................................ 49
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Minuman Pada Hyperemesis Tingkat III ............................................................................. 49 Tabel 4.14. Distribusi Jumlah Asupan Energi di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 ................................................. 49 Tabel 4.15. Distribusi Jumlah Asupan Protein di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 ................................................. 50 Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Hyperemesis di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 ................. 50 Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Anemia di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 ................. 51 Tabel 4.18. Distribusi Hasil Tabulasi Silang Antara Asupan Energi Dengan Tingkat Hyperemesis di Puskesmas Cunda Muara Dua Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 .......................................................................... 51 Tabel 4.19. Distribusi Hasil Tabulasi Silang, Asupan Protein Dengan Tingkat Hyperemesis di Puskesmas Cunda Muara Dua Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 .......................................................................... 52 Tabel 4.20. Distribusi Hasil Tabulasi Silang Antara Tingkat Hyperemesis Dengan Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Cunda Muara Dua Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008 ................................... 53
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ............................................................................... 69 Lampiran 2 : Formulir Food Frequency ....................................................................... 70 Lampiran 3 : Formulir Food Recall .............................................................................. 71 Lampiran 4 : Data Ibu Hamil yang Mengalami Hyperemesis Gravidarum ................ 72 Lampiran 5 : Frequency Table ....................................................................................... 74 Lampiran 6 : Permohonan Izin Peninjauan Riset/Wawancara/on The Job Training dari Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ........................................................................................ 77 Lampiran 7 : Surat Keterangan Telah Mengadakan Riset/Penelitian dari Pemerintah Kota Lhokseumawe Dinas Kesehatan Puskesmas Muara Dua Aceh ..................................................................................... 78
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan diawal kehamilan. Umumnya gangguan mual muntah tersebut bisa berlangsung hingga minggu ke 20 kehamilan, yang ditandai dengan mual yang tidak terkendali serta muntah-muntah hampir dua puluh kali setiap harinya. Pola makan ibu hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum perlu diperhatikan, karena selama hamil kebutuhan akan energi dan zat gizi lainnya meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola makan pada ibu hamil yang hyperemesis gravidarum dan anemia di wilayah Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe (NAD) tahun 2008. Penelitian ini merupakan survai bersifat deskriptif yang dilakukan dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang mengalami hyperemesis gravidarum yang berdasarkan data bulan Maret-Mei 2008 yang berjumlah 150 orang, sedangkan sampel berjumlah 59 orang yang diambil secara random sampling. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan formulir food frequency dan food recall makan serta pengukuran HB. Selain itu juga menggunakan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan ibu hamil baik dari segi jenis bahan makanan maupun frekuensi makan, tidak berbeda jauh pada setiap tingkatan hyperemesis. Diperoleh hasil bahwa ibu hamil yang mengalami hyeperemesis, pola makan dengan tingkat asupan energi cukup sebanyak (40,7%) dan kategori tidak cukup (59,3%). Untuk tingkat asupan protein diperoleh (52,5%) kategori cukup dan (47,5%) dengan kategori tidak cukup. Sedangkan dari hasil penilaian anemia dengan menggunakan pengukuran Hb diperoleh yang mengalami anemia ringan (25,4%), anemia sedang (20,3%), anemia berat (13,6%) sedangkan yang tidak terkena anemia sebanyak (40,7%). Diharapkan petugas kesehatan yang menangani ibu hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum dapat memberikan petunjuk pengaturan pola makan (diit) yang benar sesuai kondisi ibu hamil tersebut. Kata kunci : pola makan, anemia, ibu hamil hyperemesis gravidarum
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan Nasional
diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk hidup
sehat, agar dapat terwujud derajat kesehatan yang optimal, dengan usaha
peningkatan derajat kesehatan. Bukan hanya kemauan dan kesadaran masyarakat
saja tetapi pemerintah juga menitik beratkan perhatian pada sumber daya
manusia dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut maka
pembangunan kesehatan harus ditingkatkan untuk mempercepat penurunan angka
kematian bayi (AKB) dan angka kematian maternal (ibu hamil, melahirkan dan
nifas) (Manuaba, 1998).
Saat ini masih banyak ibu hamil dan pra-hamil yang menderita anemia
gizi. Kondisi ibu hamil yang demikian merupakan faktor resiko melahirkan berat
badan bayi rendah (BBLR). Anemia gizi sangat umum dijumpai di Indonesia
pravalensinya masih tinggi, pada ibu hamil, anak balita, anak sekolah dan
pekerja berpenghasilan rendah. Walaupun terdapat penurunan prevalensi pada ibu
hamil, tetapi pada dasarnya prevalensi anemia pada segmen populasi lainnya
tidak banyak. Prevalensi anemia gizi yang tinggi dapat membawa akibat yang
negatif, seperti : (1) rendahnya kemampuan kerja jasmani dan produktivitas
kerja; (2) rendahnya kekebalan tubuh sehingga menyebabkan tingginya angka
kesakitan (Depkes RI, 1996).
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Kehamilan merupakan suatu hal yang fisiologis yang menjadi dambaan
setiap pasangan suami istri. Kehamilan sebagai hal yang fisiologis akan dapat
menjadi patologis
jika terdapat kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat
menyebabkan kematian. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kematian
adalah anemia. Wanita hamil dengan anemia meningkatkan resiko kematian ibu,
angka prematuritas, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan angka kematian bayi
(Notobroto, 2003).
Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survai Kesehatan
Demografi Indonesia (SDKI) telah mengalami penurunan yaitu dari 450 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 307 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2003. Tetapi hal ini masih tergolong tinggi karena belum dapat
mencapai target nasional Indonesia Sehat 2010, untuk program kesehatan
reproduksi yaitu menurunkan AKI menjadi 125 per100.000 kelahiran hidup
(Azwar, 2005).
Sedangkan pravalensi Anemia Gizi Besi (AGB) pada ibu hamil,
menunjukkan penurunan secara tajam, pada tahun 1986 pravalensi AGB ibu
hamil 70%, turun menjadi 63,5% (tahun 1992) dan 50,9% (tahun 1995). Dari
angka pravalensi tersebut terjadi penurunan pravalensi rata-rata 4,2% per tahun
(Baliwati, 2004).
Penyebab kematian ibu tidak langsung antara lain adalah anemia. Menurut
SKRT (Survai Kesehatan Rumah Tangga) tahun 1997, prevalensi anemia pada ibu
hamil adalah 51% dan pada ibu nifas 45%. Akan tetapi penelitian di Jawa Barat,
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
suatu provinsi dengan kondisi sosial-ekonomi yang relatif lebih baik, melaporkan
bahwa persentase ibu hamil yang menderita anemia sedang adalah 36% dan
anemia ringan hanya 0,7%. Data SKRT tahun 1997, menunjukkan pula bahwa
Body Mass Index (BMI) kurang dari 18,5 kg/m2, yaitu indikasi dari kurang gizi
kronis, yang terdapat pada 14,5% wanita hamil di Provinsi Jawa Barat, Jawa
tengah, NTT, Maluku serta Irian Jaya. Survai pascakrisis yang baru dilakukan
terhadap sampel yang lebih kecil di beberapa provinsi menunjukkan adanya
peningkatan wanita usia subur dengan BMI rendah. Kekurangan gizi kronis
mengakibatkan BBLR yang merupakan faktor resiko utama kematian neonatal
(Depkes RI, 2001).
Mual dan muntah selama kehamilan yang umumnya disebut morning
sickness adalah kondisi yang fisiologis wajar terjadi pada kehamilan muda
(trimester I). Hal ini dialami oleh 50-80% wanita hamil, namun jika mual dan
muntah tersebut semakin berat, maka dapat mengakibatkan gangguan kehamilan
yang disebut Hyperemesis Gravidarum (Lestari,D, 2005).
Beberapa penelitian melaporkan bahwa beberapa faktor mungkin
berhubungan dengan meningkatnya resiko morning sicness dan hyperemesis
gravidarum yaitu hamil pada usia muda, obesitas, hamil pertama kalinya,
kehamilan kembar, hamil anggur (mola hidatidosa) dan pernah mengalami
hyperemesis gravidarum sebelumnya (Lestari, D, 2005).
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus-
menerus dapat menyebabkan dehidrasi, penurunan klorida urin selanjutnya
terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
menyebabkan tertimbunnya zat toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat dan
lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna hingga terjadi ketosis.
Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah
frekuensi muntah dan perusak hepar. Selanjutnya lendir esofagus dan lambung
dapat robek sehingga terjadi pendarahan gastrointestinal (Arief, 2001).
Survai awal yang penulis lakukan di Puskesmas Cunda Muara
Lhokseumawe Aceh (NAD) banyak ibu hamil yang pada kehamilan trimester 1
mengalami mual dan muntah yang berlebihan di awal kehamilannya atau yang
dikenal dengan istilah Hyperemesis gravidarum, yang ditandai dengan mual yang
tidak terkendali serta muntah-muntah hampir dua puluh kali setiap harinya.
Akibatnya nafsu makan si ibu akan hilang dan tubuh menjadi lemas karena
kehilangan banyak cairan sehingga mudah menderita anemia yang dikarenakan
pola makan yang tidak seimbang.
Berdasarkan hasil survai tersebut penulis merasa tertarik untuk
mengetahui bagaimana pola makan pada ibu hamil dengan Hyperemesis
Gravidarum dan anemia di wilayah Puskesmas Cunda muara Dua Lhokseumawe
Aceh (NAD) tahun 2008.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas yang menjadi permasalahan
adalah bagaimana pola makan pada ibu hamil yang Hyperemesis Gravidarum dan
anemia di Wilayah puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD)
Tahun 2008.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pola makan pada ibu hamil yang Hyperemesis
Gravidarum dan anemia di wilayah Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe
Aceh (NAD) Tahun 2008.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pola makan ibu hamil yang hyperemesis gravidarum
berdasarkan jenis, jumlah (energi, protein)dan frekuensi makan di
Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD).
2. Untuk mengetahui anemia pada ibu hamil yang hyperemesis gravidarum.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe
Aceh (NAD) dalam rangka penanggulangan ibu hamil yang hyperemesis
gravidarum dan anemia.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pola Makan
Yang dimaksud pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan
gambaran mengenai macam/jenis makanan yang dimakan setiap hari oleh satu
orang dan merupakan ciri khas untuk kelompok masyarakat tertentu. Pola makan
juga merupakan cara seseorang atau kelompok memilih dan memakannya sebagai
tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial. Pola makan
dinamakan pula kebiasaan makan, kebiasaan atau pola pangan (Suhardjo, 1996).
Di dalam susunan pola makan ada satu bahan makanan yang dianggap
penting, dimana satu hidangan dianggap tidak lengkap apabila bahan makanan
tersebut tidak ada, bahan makanan tersebut adalah bahan makanan pokok, di
Indonesia bahan makanan pokok adalah beras dan beberapa daerah menggunakan
jagung, sagu dan ubi jalar.
Pola makan disuatu daerah berubah-ubah sesuai dengan perubahan
beberapa faktor ataupun kondisi setempat yang dapat dibagi dalam dua bagian :
1. Faktor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan
pangan. Dalam kelompok ini termasuk geografi, iklim kesuburan tanah
yang dapat mempengaruhi jenis tanaman dan jumlah produksinya disuatu
daerah.
2. Faktor adat istiadat yang berhubungan dengan konsumen. Taraf sosio
ekonomi dan adat kebiasaan setempat memegang peranan penting dalam
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
konsumsi pangan penduduk. Jumlah penduduk adalah kunci utama yang
menentukan tinggi rendahnya jumlah konsumsi bahan pangan disuatu
daerah. Demikian juga dalam hal keluarga, jumlah anggota keluarga akan
mempengaruhi pola konsumsi makan anggota keluarga. Apalagi dengan
pengetahuan, pendapatan yang rendah dan jumlah anak yang banyak
cenderung pola konsumsi berkurang pula (Khumadi, 1994).
2.1.1. Pola Makan Ibu Hamil
Pola makan yang baik bagi ibu hamil harus memenuhi sumber
karbohidrat, protein dan lemak serta vitamin dan mineral. Untuk pengganti nasi
dapat digunakan jagung, ubi jalar dan roti. Untuk pengganti protein hewani dapat
digunakan daging, ayam dan telur. Makanan ibu selama hamil diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan zat gizi agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Demi
suksesnya kehamilan, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan
baik dan selama hamil harus mendapatkan tambahan protein, mineral, vitamin
dan energi (Huliana, 2001).
Para ahli antropologi gizi umumnya berpendapat bahwa kebiasaan makan
tidak mudah diubah tetapi bersifat dinamis. Hal ini berarti bahwa kebiasaan
makan dapat berubah jika faktor-faktor yang mempengaruhinya diubah dengan
sengaja. Karena kebiasaan makan bersifat menyatu dengan perilaku konsumsi
makanan maka proses perubahan itu umumnya berjalan lambat. Selanjutnya
perubahan atau kelestarian pola makan dapat dikaji dari faktor dalam dan faktor
luar sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
1. Dari dalam meliputi corak kebudayaan, corak masyarakat, corak individu
yang berkaitan dengan keterbukaan/tertutup, labil, dinamik, statis, tradisional.
2. Dari luar mencakup keterjangkauan (accesibility), ketersediaan (availability),
berkesinambungan (sustainability). Keterbukaan dan ketertutupan mencakup
unsur-unsur seperti struktur keluarga, tingkat sosial ekonomi (Muhilal, 1996).
Untuk memperoleh pengaruh yang lebih baik dari pola makan ibu hamil,
perlu diperhatikan prinsip ibu hamil, yaitu jumlah lebih banyak, mutu lebih baik,
selain itu susunan menu juga harus seimbang. Adapun menu ibu hamil yang
seimbang setara dengan nasi/pengganti 5-6 piring, lauk hewani 4-5 potong, lauk
nabati 3-4 potong, sayuran 2-3 mangkuk, buah-buahan 3 potong dan dianjurkan
minum 8-12 gelas/hari.
Untuk kelancaran pencernaan dianjurkan menghindari makanan yang
banyak bumbu, terlalu panas/dingin dan tidak menggunakan alkohol. Dianjurkan
juga banyak makan sayuran berwarna hijau (Soetjiningsih, 1997).
2.1.2. Makanan yang Baik dan Sehat Bagi Ibu Hamil
Kadar zat makanan/gizi pada setiap bahan makanan memang tidak sama,
ada yang rendah dan ada pula yang tinggi. Karena itu dengan memperhatikan
makanan yang selalu dianjurkan, setiap makanan akan saling melengkapi zat
makanan atau gizinya yang selalu dibutuhkan manusia guna menjamin
pertumbuhan dan perkembangan fisik serta energi yang cukup guna
melaksanakan kegiatan/kegiatannya. Zat makanan/gizi yang diperlukan tubuh
manusia ada pula yang berasal dari hewan yang disebut pangan hewani
(Marsetyo, 1999).
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Menurut Irianto (2007), makanan yang kita makan sehari-hari dinilai sehat
untuk mencukupi kebutuhan tubuh, apabila makanan tersebut tersusun atau
terdiri dari bahan makanan yang mempunyai tiga kegunaan yang disebut tri guna
makanan yaitu :
1. Mengandung zat tenaga berguna untuk bekerja, belajar, bertani dan lainnya.
Bahan makanan sumber tenaga adalah beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi
jalar, roti, dan mie yang mengandung karbohidrat serta minyak dan santan
yang mengandung lemak.
2. Mengandung zat pembangun berguna untuk pertumbuhan pada anak-anak dan
mengganti jaringan yang rusak. Bahan makanan sumber zat pembangun yang
berasal dari hewan mengandung protein hewani adalah telur, ikan, ayam,
daging, kerang, udang, kepiting, susu serta hasil olahannya. Sedangkan jenis
makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan mengandung protein nabati
adalah kacang-tanah, kacang merah, kacang ijo, kacang kedelai dan hasil
olahannya seperti tempe, tahu dan lain-lain.
3. Mengandung zat pengatur berguna untuk mengatur semua fungsi tubuh dan
melindungi tubuh dari penyakit. Bahan makanan sumber zat pengatur adalah
semua jenis sayur-sayuran dan buah-buahan. Bahan makanan ini mengandung
berbagai macam vitamin dan mineral.
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan
untuk wanita tidak hamil, kegunaan makanan tersebut adalah (Soehardjo, 1996) :
1. Untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan
2. Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan ibu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
3. Agar supaya luka-luka persalinan lekas sembuh dalam nifas
4. Guna mengadakan cadangan untuk masa laktasi.
Caranya adalah :
1. Ibu harus makan teratur tiga kali dalam sehari
2. Hidangan harus tersusun dari bahan makanan bergizi yang terdiri dari :
makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan dan diusahakan
minum susu satu gelas setiap hari.
3. Pergunakan aneka ragam makanan yang ada.
4. Pilihlah, belilah, berbagai macam bahan makanan yang segar.
2.2. Kebutuhan Zat Gizi Ibu Hamil
Makanan ibu hamil mempunyai peranan penting bagi tumbuh kembang
janin dan pada saat ibu melahirkan. Selama kehamilan seorang ibu akan
mengalami perubahan baik anatomis, fisiologis, maupun perubahan lainnya, yang
akan meningkatkan kebutuhan akan zat gizi dalam makanannya. Di dalam rahim
ibu terdapat janin yang sedang tumbuh, ditempat lain beberapa organ tubuh ibu
mengalami perubahan fungsi dalam rangka mempersiapkan kehadiran sang bayi
(Soetjiningsih, 1997).
Wanita hamil yang menunjukkan kenaikan berat badan yang cukup
banyak, baik bagi komponen janin maupun bagi dirinya sendiri, maka bagi
mereka dianjurkan untuk dapat makanan tambahan (suplemen) seperti energi,
protein dan berbagai mineral maupun vitamin (Solihin, 1990).
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Demi suksesnya kehamilan keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus
dalam keadaan baik, dan selama hamil harus mendapat tambahan energi, protein,
vitamin dan mineral (Huliana, 2001).
2.2.1. Energi
Tambahan energi selama hamil diperlukan baik bagi komponen fetus
maupun perubahan yang terdapat pada dirinya sendiri. Kurang lebih 27.000 kkal
atau 100 kkal/hari dibutuhkan selama mengandung. National Research Council
(1980), menganjurkan pemberian 2000 kkal/hari bagi wanita berumur 25-50
tahun dengan tambahan 300 kkal bagi mereka yang sedang mengandung.
2.2.2. Protein
Kebutuhan protein tergantung pada kecepatan pertumbuhan janinnya.
Trimester pertama kurang dari 6 gram tiap hari sampai trimester dua. Trimester
terakhir pada waktu pertumbuhan janin sangat cepat sampai 10 gram/hari. Bila
bayi sudah dilahirkan protein dinaikkan menjadi 15 gram/hari. Menurut WHO
tambahan protein ibu hamil adalah 0,75 gram/kg berat badan.
2.2.3. Vitamin dan Mineral
Bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan
mineral seperti vitamin C, asam folat, zat besi, kalsium dan zink. Angka
kecukupan gizi yang dianjurkan oleh National Research Council, menunjukkan
persentase tambahan gizi ibu hamil ialah energi 15%, protein 68%, vitamin A
25%, vitamin D 100%, vitamin E 25% dan vitamin C 33%.Untuk vitamin
kelompok vitamin B-kompleks 40%, tiamin 25%, riboflavin 15%, niasin 30%,
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
vitamin B6 100%, asam folat 33% dan vitamin B12, kalsium, fosfor, magnesium
50%, zat besi 300%, zink 32% serta iodium 16%
Tambahan vitamin dan mineral bagi ibu hamil tidak melebihi 100%
terkecuali zat besi. Tambahan makanan lebih baik dikonsumsi dalam bentuk
cairan seperti formula dengan kandungan zat gizinya telah sesuai dengan
kebutuhan ibu hamil. Makanan yang harus dihindari ibu hamil adalah yang
mengandung zat warna, pengawet dan penyedap makanan, minimal alkohol,
kafein karena mempunyai pengaruh buruk terhadap anak yang dikandungnya
(Huliana, 2001).
Banyaknya makanan yang dibutuhkan oleh ibu hamil tergantung dari
kondisi badan si ibu. Namun jika terjadi gangguan masa kehamilan maka dapat
diatur sebagai berikut (Marbun, 2005) :
1. Pada Trimester I :
Pada umur kehamilan 1-3 bulan kemungkinan terjadi penurunan berat
badan. Hal ini disebabkan adanya gangguan pusing, mual bahkan
muntah.Untuk itu dianjurkan porsi makanan kecil tetapi sering. Bentuk
makanan kering/tidak berkuah.
2. Pada Trimester II :
Nafsu makan ibu membaik, makan makanan yang diberikan : 3x sehari
ditambah 1x makanan selingan. Hidangan lauk pauk hewani seperti : telur,
daging, teri, hati sangat baik dan bermanfaat untuk menghindari kurang
darah
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
3. Pada Trimester III :
Makanan harus disesuaikan dengan keadaan badan ibu. Bila ibu hamil
mempunyai berat kelebihan, maka makanan pokok dan tepung-tepungan
dikurangi, dan memperbanyak sayur-sayuran dan buah-buahan segar untuk
menghindari sembelit.
4. Bila terjadi keracunan kehamilan/oedem (bengkak-bengkak pada kaki),
maka janganlah menambah garam dapur dalam masakan sehari-hari.
Tabel. 2.1. Kebutuhan Makanan Ibu Hamil Setiap hari
Nama Bahan Berat (gram)
Ukuran Rumah Tangga
Beras 300 4 gelas nasi Daging 75 3 potong sedang Tempe 75 3 potong kecil Sayuran 300 3 gelas Buah 200 2 potong Susu 200 1 gelas Gula 10 1 sendok makan Minyak 25 5 sendok makan Selingan 2 x Nilai Gizi - Kalori : 2500 - Lemak : 82 - Protein : 85 - H.A : 414
Sumber : Marbun, (2005)
Apabila kebutuhan kalori, protein, vitamin dan mineral yang meningkat
ini tidak dapat dipenuhi melalui konsumsi makanan oleh ibu hamil, akan terjadi
kekurangan gizi.
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat berakibat :
a. Berat badan bayi pada waktu lahir rendah atau sering disebut Berat Badan
Bayi Rendah (BBLR).
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
b. Kelahiran premature (lahir belum cukup umur kehamilan).
c. Lahir dengan berbagai kesulitan dan lahir mati (Notoatmodjo, 1997).
2.3. Anemia
2.3.1. Pengertian Anemia
Anemia adalah penyakit yang melemahkan tubuh, yang disebabkan
kekurangan sel darah merah atau haemoglobin, yaitu pigmen pembawa oksigen.
Anemia merupakan suatu keadaan hipoksia sebagai akibat kemampuan kapasitas
pengangkutan oksigen darah berkurang. Pada masa kehamilan relatif terjadi
karena darah ibu hamil mengalami hemodilus (pengenceran dengan peningkatan
volume 30-40% yang puncaknya pada kehamilan 32-34 minggu (Supardiman,
1997).
Menurut Wiknjosastro (2002), anemia adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 11 gr%.
Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin dibawah 11gr% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada
trimester II (Saifuddin, 2002).
Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi,
jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Darah akan bertambah banyak
dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi
bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma,
sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai
berikut : plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai
puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002).
2.3.2. Penyebab dan Gejala Anemia
Anemia bisa terjadi akibat keadaan-keadaan seperti kehilangan darah
karena luka berat, tindakan pembedahan, kecelakaan, menstruasi, melahirkan dan
terlalu sering donor darah. Menurunnya jumlah sel darah merah bisa juga akibat
zat gizi besi digunakan untuk kepentingan lain (diluar untuk pembuatan sel darah
merah). Misalnya akibat kekurangan asam lambung, penyakit pada sumsum
tulang, kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan atau
memproduksi sel-sel darah merah seperti asam folat, vitamin B12, dan lainnya.
Anemia juga disebabkan oleh menurunnya kualitas serta kuantitas haemoglobin
sel darah merah (Moehji, S, 1998).
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun
(anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan
mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan
akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Menurut Mochtar (1998),
penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut :
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-
lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan
lain-lain.
Tanda-tanda orang terkena anemia sebagai berikut : kulit pucat terutama
diujung jari, bibir, sekeliling mata dan lidah, sesak nafas selesai melaksanakan
aktifitas, pusing, nadi meningkat (Supardiman, 1997).
2.3.3. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
Klasifikasi anemia dalam kehamilan adalah sebagai berikut (Mochtar,
1998) :
1. Anemia Defisiensi Besi
Anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya
yaitu : keperluan untuk zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam
laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero
glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat
menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr%/bulan. Saat ini program nasional
menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk
profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat
besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran
pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002).
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg
(20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/1M (Infus Meskuler) pada gluteus, dapat
meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil
anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang
dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan
Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli, dilakukan minimal 2 kali
selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli
dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Hb 11 gr% : Tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7-8 gr% : Anemia sedang
d. Hb < 7 gr% : Anemia berat.
2. Anemia Megaloblastik
Anemia disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena
kekurangan vitamin B12. Pengobatannya :
a. Asam folik 15-30 mg per hari
b. Vitamin B12 3x1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3x1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan tranfusi darah.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
3. Anemia Hipoplastik
Anemia disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah
merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan
diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan fungsi ekternal dan
pemeriksaan retikulosi.
4. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan oleh penghancuran atau pemecahan sel darah merah
yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan
kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala
komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Ada dua tipe anemia yang dikenal selama ini yaitu anemia gizi dan non
gizi. Anemia gizi adalah keadaan kurang darah akibat kekurangan zat gizi yang
diperlukan dalam pembentukan serta produksi sel-sel darah merah, baik kualitas
maupun kuantitasnya. Sedangkan anemia non gizi akibat pendarahan seperti luka
akibat kecelakaan, menstruasi atau penyakit darah yang bersifat genesis seperti
thalasemia, hemofilia dan lainnya (Almatsier, 2002).
2.3.4. Efek Anemia Pada Ibu Hamil
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena kejadian ini harus
selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat
mengakibatkan : Abortus, Missed Abortus dan kelainan kongenital. Anemia
kehamilan pada Trimester II dapat menyebabkan : persalinan prematur,
perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
intrauterin sampai kematian, BBLR (Berat Badan lahir Rendah), gestosis dan
mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.
2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Ibu Hamil
2.4.1. Umur
Umur reproduksi yang optimal bagi ibu adalah antara umur 20-35 tahun.
Apabila dibawah 20 tahun, maka meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan,
karena pada usia muda organ-organ reproduksi wanita belum sempurna secara
keseluruhan dan perkembangan kejiwaannya pun belum siap dalam menerima
kehamilannya.
Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun rahim dan bagian lainnya belum
siap untuk terjadinya kehamilan dan adanya kecenderungan kurang perhatian
terhadap kehamilannya. Ibu berumur 20-35 tahun rahim dan bagian tubuh lainnya
sudah siap menerima kehamilan dan diharapkan lebih memperhatikan
kehamilannya karena lebih banyak pengetahuan dan pengalaman yang telah
diperoleh tentang kehamilan serta lebih dewasa dimana lebih besar rasa tanggung
jawab dan percaya dirinya (Hamilton, 1995).
2.4.2. Pendidikan
Wanita yang berpendidikan lebih rendah atau tidak berpendidikan
biasanya mempunyai anak lebih banyak dibandingkan yang berpendidikan lebih
tinggi. Mereka yang berpendidikan rendah umumnya tidak dapat/sulit diajak
memahami dampak negatif dari mempunyai banyak anak. Frekuensi kehamilan
dan melahirkan akan menyebabkan ibu berpeluang besar untuk mengalami
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
gangguan kesehatan dan menyebabkan angka kematian anak dan ibu tinggi
(Baliwati, 2002).
2.4.3. Sarana Kesehatan
Pemerintah telah memperluas jaringan kesehatan sampai ke pedesaan.
Dengan didirikannya puskesmas dan puskesmas pembantu, pondok bersalin desa
dan posyandu dengan tujuan agar pada daerah-daerah terpencil juga merasakan
mendapat pelayanan kesehatan yang merata dan menyeluruh. Kegiatan pelayanan
kesehatan meliputi usaha kesehatan untuk seluruh penduduk. Kelompok umur
masyarakat yang menjadi prioritas pelayanan kesehtan adalah para ibu hamil,
menyusui dan anak-anak terutama anak balita.
Puskesmas merupakan keterpaduan beberapa program salah satunya dalam
pelayanan kesehatan gizi. Pelayanan gizi yang diberikan meliputi pemantauan
pertumbuhan balita, Pemberian Makanan Tambahan (PMT), pemeriksaan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan penyuluhan gizi. Sasaran dari program
tersebut adalah bayi (usia 2-12 bulan), anak balita (1-4 tahun), ibu hamil dan ibu
menyusui serta pasangan usia subur. Kegiatan puskesmas yang lain adalah
dilakukannya pemeriksaan antenatal selama kehamilan, pemberian imunisasi TT
sebanyak dua kali selama kehamilan, pemberian tablet Fe selama kehamilan
sampai masa nifas serta dilakukannya penyuluhan terutama pada penderita
berisiko tinggi (Moehji, 1998).
2.4.4. Penghasilan Keluarga
Pada masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah walaupun
memiliki pengetahuan baik, ia tidak mampu untuk membeli bahan makan yang
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
dapat memenuhi kebutuhan gizi tubuhnya. Kemiskinan sebagai penyebab gizi
kurang menduduki posisi pertama pada kondisi umum. Hal ini harus mendapat
perhatian yang serius karena keadaan ekonomi ini relatif lebih mudah diurus dan
berpengaruh pada konsumsi pangan.
Keluarga dengan pendapatan terbatas, besar kemungkinan kurang dapat
memenuhi kebutuhan makanannya sejumlah yang dibutuhkan tubuh. Setidaknya
keanekaragaman kurang bisa dijamin, karena dengan uang yang terbatas itu tidak
akan banyak pilihan. Banyak sebab yang turut berperan dalam menentukan besar
kecilnya pendapatan keluarga (Soehardjo, 1996).
2.5. Kehamilan Hyperemesis Gravidarum
2.5.1. Pengertian Hyperemesis Gravidarum
Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan diawal
kehamilan. Kondisi yang demikian diduga berkaitan dengan meningkatnya kadar
hormon kehamilan dan estrogen secara berlebihan. Umumnya gangguan mual
muntah tersebut bisa berlangsung hingga minggu ke 20 kehamilan, yang ditandai
dengan mual yang tidak terkendali serta muntah-muntah hampir dua puluh kali
setiap harinya. Akibatnya nafsu makan si ibu akan hilang dan tubuh menjadi
lemas karena kehilangan banyak cairan. Dalam keadaan ini variasi makanan
sangat diperlukan guna mempertahankan selera makan, dianjurkan pemberian
makanan dalam bentuk kering, porsi kecil dan sering. Cairan diberikan dalam
bentuk terpisah untuk menghindari muntah, dianjurkan banyak minum, kaldu,
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
sari buah, cairan elektrolit atau soda tanpa kafein untuk mencegah terjadinya
dehidrasi (Soetjiningsih, 1997).
Sebagian besar emesis gravidarum (mual-muntah) saat hamil dapat diatasi
dengan berobat jalan, serta pemberian obat penenang dan anti muntah. Tetapi
sebagian kecil wanita hamil tidak dapat mengatasi mual-muntah yang
berkelanjutan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan
kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit.
Hyperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis
dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada
cadangan lemak dan protein. Karena pembakaran lemak kurang sempurna
terjadilah badan keton dalam darah yang dapat menambah beratnya gejala klinik.
Melalui muntah dikeluarkan sebagian cairan lambung serta elektrolit natrium,
kalium dan kalsium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah,
sehingga makin berkurang kalium dalam keseimbangan tubuh serta makin
menambah berat terjadinya muntah.
Muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh makin berkurang,
sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat melambatkan
peredaran darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang.
Kekurangan makanan dan O2 ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan
yang dapat menambah beratnya keadaan janin dan wanita hamil.
Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah
kapiler pada lambung dan esofagus, sehingga muntah bercampur darah. Suasana
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
demikian dapat menimbulkan kekawatiran wanita hamil, dan mengagetkan
keluarga (Manuaba, 1998).
2.5.2. Penyebab Hyperemesis Gravidarum
Kejadian hyperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti.Tetapi
beberapa faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut (Manuaba, 1998) :
1. Faktor adaptasi dan hormonal
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hyperemesis
gravidarum. Dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah
wanita hamil dengan anemia, wanita primigravida dan overdistensi rahim
pada hamil ganda dan hamil mola hidatidosa. Sebagian kecil primigravida
belum mampu beradabtasi terhadap hormon estrogen dan koreonik
gonadotropin, sedangkan pada hamil ganda dan mola hidatidosa, jumlah
hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi hyperemis
gravidarum.
2. Faktor Psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hyperemesis gravidarum belum
jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut
kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan suami dan sebagainya, diduga
dapat menjadi faktor kejadian hyperemesis gravidarum. Dengan perubahan
suasana dan masuk rumah sakit penderitaannya dapat berkurang sampai
menghilang.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
3. Faktor Alergi
Pada kehamilan dimana diduga terjadi invasi jaringan villi korialis yang
masuk ke dalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap
menyebabkan kejadian hyperemesis gravidarum.
2.5.3. Patofisiologi Hyperemesis Gravidarum
Pada penderita dengan muntah terus-menerus cadangan karbohidrat dan
cadangan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak
tidak sempurna timbul ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetic, asam
hidrosibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan
ekstraselluler dan plasma berkurang. Selain itu dehidrasi menyebabkan
hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke dalam jaringan menurun. Kekurangan
kalium akan terjadi karena muntah dan karena peningkatan eksresi kalium karena
ginjal. Hipokalemi ini menyebabkan lebih banyak muntah. Muntah yang
bertambah banyak bersama dengan kerusakan hati akan menyebabkan sirkulus
vitiosus yang sukar dipatahkan.
Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik
dengan hyperemesis gravidarum t idak jelas, akan tetapi apabila keadaan umum
penderita terpengaruh sebaiknya itu dianggap sebagai hyperemesis gravidarum.
Menurut gejala-gejalanya, hyperemesis gravidarum dapat dibagi dalam
tiga tingkat yaitu (Manuaba, 1998) :
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
1. Tingkat I
Muntah yang terus-menerus mempengaruhi keadaan umum penderita, ia
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badannya turun dan ia merasa
nyeri epigastrium. Nadinya meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah
sistolik turun, tugor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.
2. Tingkat II
Penderita tampak lebih lemah lagi apatis, tugor kulit lebih mengurang, lidah
kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, kadang-kadang suhunya naik
sedikit dan mata sedikit ikteris. Berat badan turun, mata menjadi cekung,
tensi turun, urin berkurang, terjadi gangguan buang air besar.
3. Tingkat III
Keadaan umum wanita hamil lebih payah. Muntah-muntah berkurang,
gangguan kesadaran dalam bentuk samnolen sampai koma, nadi meningkat,
suhu lebih meningkat, tekanan darah turun, keadaan dehidrasi makin jelas.
Selama kehamilan sering terjadi gangguan yang dapat disebabkan oleh
kehamilan itu sendiri, misalnya (Soetjiningsih, 1997) :
1. Rasa mual dan muntah-muntah (emesis-hyperemesis)
- Beberapa minggu awal kehamilan nafsu makan turun, timbul rasa mual dan
muntah, biasa disebut morning sickness, meskipun tidak selalu terjadi di
pagi hari.
- Dalam hal ini variasi makanan sangat diperlukan guna mempertahankan
selera makan, dianjurkan pemberian makanan dalam bentuk kering, porsi
kecil dan sering.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
- Cairan diberikan dalam bentuk terpisah untuk menghindari muntah,
dianjurkan banyak minum, kaldu, sari buah, cairan elektrolit atau sida
tanpa kafein untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Ibu dianjurkan cukup
istirahat dan disediakan makanan yang dapat dimakan sewaktu-waktu.
Bila keadaan menjadi lebih berat disebut hyperemesis, maka ibu segera
dirujuk ke rumah sakit. Diit yang diberikan untuk keadaan ini adalah diit
hyperemesis I/II/III, tergantung keadaan klinis ibu.
Umumnya gangguan mual dan muntah tersebut bisa berlangsung hingga
minggu ke 20 kehamilan yang ditandai dengan mual yang tidak terkendali
serta muntah-muntah hampir dua puluh kali setiap harinya. Akibatnya
nafsu makan si ibu akan hilang dan tubuh menjadi lemas karena
kehilangan banyak cairan.
2. Rasa kepenuhan
Untuk menghindari terjadinya keadaan hal ini :
a. Menghindari pemberian kafein, makanan terlalu banyak bumbu, makanan
berlemak, makanan/minuman yang menimbulkan gas
b. Setiap selesai makan jangan tidur dengan posisi rata, usahakan kepala
lebih tinggi
3. Konstipasi
Keadan ini sering terjadi pada keadaan hamil tua, yang merupakan akibat dari
a. Kegiatan ibu semakin berkurang akibat umur kehamilan
b. Tekanan berat janin terhadap saluran pencernaan makanan
c. Makanan ibu kurang mengandung serat
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Hal ini dapat diatasi dengan :
a. Banyak minum dan makan makanan tinggi serat (sayuran, buah terutama
lalapan)
b. Sedikit latihan/senam hamil
c. Minum sari buah lebih banyak, kalau 3-4 hari jika konstipasi masih
berlangsung
4. Kegemukan
Setelah melewati masa mual/emesis, nafsu makan dapat kembali normal atau
bahkan lebih besar (ada pula ibu-ibu yang tidak mengalami gangguan nafsu
makan). Pembatasan kalori pada kehamilan sangatr tidak dianjurkan karena
dapat merugikan janin, namun pengaturan berat badan sampai tahap tertentu
diharapkan.
5. Anemia
Keadaan ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dan asam folat dalam
makanan ibu. Gejalanya adalah kadar Hb darah kurang dari 11 g%, pucat,
pusing, lemas, penglihatan berkunang-kunang dan berat badan ibu naiknya
sedikit. Ibu yang anemia dua kali lebih sering mendapat bayi berat badan
lahir rendah dari pada ibu yang tanpa anemia.
6. Keracunan kehamilan
Keadaan ini disebut juga toksemia, merupakan penyakit hipertensif akut yang
terjadi pada sekitar minggu ke 20 (trimester III), ditandai dengan :
a. Tekanan darah
b. Kenaikan berat badan yang pesat
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
c. Adanya edem
2.5.4. Penanganan Hyperemesis Gravidarum
Penanganan hyperemesis gravidarum meliputi pencegahan, mengurangi
muntah-muntah, koreksi dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, pemberian
vatamin dan kalori yang adekuat untuk mempertahankan nutrisi.
Profilaksis terhadap hyperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan
memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologis, memberi keyakinan bahwa mual dan muntah ialah gejala-gejala
yang lazim dalam kehamilan muda dan akan hilang menjelang kehamilan 4
bulan, mengubah cara makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil
tetapi sering. Waktu pagi jangan segera keluar dari tempat tidur, tetapi makanlah
dahulu roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan
berbau sebaiknya dihindarkan. Defekasi secara teratur hendaknya diperhatikan.
Menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, maka
dari itu dianjurkan makanan yang mengandung banyak gula.
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak berkurang,
harus diberi pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberi obat yang
bersifat teratogen. Sedatif yang sering diberikan adalah fenolbarbital. Vitamin
yang sering diberikan adalah vitamin B1 dan vitamin B6. Beberapa
antihistaminika juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin dan torekan.
Penanganan hyperemesis gravidarum perlu dilakukan di rumah sakit dengan cara:
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
1. Isolasi
Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ka kamar penderita. Dengan
demikian penderita dilepaskan dari lingkungan yang mungkin merupakan
sumber kecemasan baginya. Kadang-kadang dengan isolasi saja, mual dan
muntah berkurang atau hilang tanpa pengobatan. Dengan beristirahat-baring,
penderita ditempatkan dalam kamar yang tenang dan berventilasi baik. Tidak
diberikan makanan dan minuman per oral dalam 24 jam.
2. Terapi Psikologik
Dengan segala usaha diyakinkan kepada penderita bahwa penyakitnya dapat
disembuhkan. Bila keadaan mengizinkan, sebaiknya diusahakan
menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor psikologis atau sosio-ekonomis
yang dapat menjadi latar belakang muntah-muntah yang berlebihan itu.
3. Cairan Parental
Segera setelah diagnosis dipastikan, kepada penderita diberikan glukosa 5%
dalam air garam fisiologik dengan infus intra vena sebanyak 2-3 liter dalam
24 jam. Selanjutnya diberikan vitamin B kompleks, vitamin C dan 25 mg
klorpromazin dengan suntikan intramuskulus. Dibuat daftar kontrol cairan
yang masuk dan dikeluarkan (air kencing dan muntah), air kencing harus
diperiksa sehari sekali terhadap protein, aseton klorida dan bilirubin. Suhu
dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari, dilakukan
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan selanjutnya menurut keperluan.
Jika penderita dalam 24 jam tidak muntah dan keadaan umum bertambah
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
baik, dapat dicoba untuk memberi minuman tergantung dari keadaan
minuman dapat ditambah dan lambat laun dapat diberi makanan cair.
Pada umumnya dengan cara penanganan tersebut diatas keadaan umum
penderita berangsur baik, diuresis bertambah, aseton dalam air kencing
lambat laun menghilang dan kualitas nadi bertambah baik.
4. Penghentian Kehamilan
Ada kalanya dengan terapi tersebut diatas keadaan penderita tidak bertambah
baik, malahan mundur. Dieresis tidak bertambah, asetonuria tetap ada, nadi
bertambah cepat dan suhu menaik. Dalam keadaan demikian penghentian
kehamilan perlu dipertimbangkan. Keputusan untuk melakukan abortus
terapeutik sulit diambil oleh karena pada satu pihak tidak boleh terlalu cepat
dan pada lain pihak tidak boleh menunggu sampai gejala-gejala yang
menunjukkan kelainan ireversibel pada alat-alat vital.
2.5.5. Diit Ibu Hamil Dengan Hyperemesis Gravidarum
Diit ibu hamil dengan hyperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti
persediaan glikogen dan mengontrol asidosis, serta secara berangsur memberikan
makanan yang cukup kalori dan zat gizi. Syarat diit hyperemesis gravidarum
adalah tinggi karbohidrat, rendah lemak dan cukup cairan. Makan mudah dicerna,
tidak merangsang dan diberikan dalam porsi yang kecil tapi sering. Menurut
keadaan ibu hamil secara berangsur diberikan makanan yang memenuhi syarat
gizi, sebagai berikut (Junaidi, 2001).
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
1). Diit Hyperemesis I
Diit ini diberikan kepada ibu hamil dengan hyperemesis berat. Makanan
terdiri dari roti kering dan buah-buahan, semua zat gizi dikurangi kecuali
vitamin C, oleh karena itu hanya diberikan beberapa hari. Nilai zat gizi diit
ini sehari ialah 1059 kalori, dan 15 gram protein.
2). Diit Hyperemesis II
Diit ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Secara
berangsur mual diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Makanan
ini rendah dalam semua zat gizi kecuali vitamin A dan vitamin C. Nilai gizi
ini adalah 1672 kalori dan 57 gram protein.
3). Diit Hyperemesis III
Diit ini diberikan kepada ibu dengan hyperemesis ringan. Makan ini cukup
dalam semua zat gizi kecuali kalsium. Nilai gizi diit ini sehari adalah 2269
kalori dan 73 gram protein.
Ibu hamil yang mempunyai gangguan pada kehamilan, terutama yang
menderita hyperemesis gravidarum dianjurkan untuk melakukan diit dengan
tujuan :
1. Mengganti persediaan glikogen dan mengontrol asidosis
2. Secara berangsur memberikan makanan cukup kalori dan zat-zat gizi.
Adapun syarat-syarat diit hyperemesis gravidarum antara lain : tinggi
hidrat arang, cukup cairan, makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian
cairan disesuaikan dengan penderita, makanan mudah dicerna tidak merangsang
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
serta diberikan dalam porsi kecil tetapi sering, dan memenuhi syarat gizi
(Soetjiningsih, 1997).
Tabel. 2.2. Bahan Makanan yang Diberikan Sehari
Bahan
Makanan Diit Hyperemesis I Diit Hyperemesis II Diit Hyperemesis
III Berat (gr)
URT Berat (gr)
URT Berat(gr)
URT
Beras Roti Biskuit Daging Telur Tempe Sayuran Buah Minyak Margarin Selai Gula pasir
- 120
- - - - -
700 - -
30 50
- 6 potong
- - - - -
7ptg.pepaya - -
3 sdm 5 sdm
150 80 -
100 50 50
150 400
- 10 20 30
2 gls.nasi 4 potong - 2 ptg. sdg 1 butir 2 ptg. sdg 1½ sdg 4ptg.pepaya - 1 sdm 2 sdm 3 sdm
200 80 40
100 50
100 150 400 10 20 20 30
3 gls.nasi 4 potong 4 buah 2 ptg.sdg 1 butir 4 ptg.sdg 1½ gls 4ptg.pepaya 1 sdm 2 sdm 2 sdm 3 sdm
Keterangan : - URT = ukuran rumah tangga - ptg = potong - sdm = sendok makan - sdg = sedang - gls = gelas Makanan bagi ibu hamil yang mengalami Hyperemesis Gravidarum
sebaiknya dalam porsi ringan. Berikut ini panduan dalam pengaturan pola makan
untuk hyperemesis gravidarum (Majalah Lisa, 2007) :
1. Hindari mengkonsumsi makanan berbumbu menyengat, berminyak dan
makanan berat dalam porsi besar. Caranya : Bagi porsi makan menjadi 5 atau
6 bagian porsi kecil dalam sehari yang bisa dimakan setiap 2 jam sekali. Di
pagi hari saat bangun tidur, makanlah creakers tawar, lalu istirahat.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
2. Pastikan tubuh mendapatkan cukup asupan cairan.
Caranya : Bawalah botol berisi air putih kemanapun anda pergi, dan minum
beberapa teguk setiap hari secara teratur. Cara tersebut untuk mencegah
meningkatnya asam lambung yang bisa mempengaruhi rasa mual yang anda
alami. Tapi jangan minum bersamaan saat makan, itu akan membuat perut
terasa penuh dan mual semakin parah.
3. Makanlah makanan berkarbohidrat tinggi, batasi makanan dan minuman
manis.
Pilihannya : roti panggang, madu, pisang, kentang panggang, tofu atau sereal.
4. Minuman yang tepat di pagi hari.
Yang bisa dijadikan alternatif : jus buah, tapi hindari yang terlalu asam.
5. Bisa mengkonsumsi teh jahe, permen jahe atau permen rasa mint untuk
menghilangkan rasa mual.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
2.6. Kerangka Konsep
Adapun yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Karakteristik ibu hamil yang mengalami Hyperemesis gravidarum dapat
mempengaruhi pola makan, frekuensi makan dan asupan energi-protein, sehingga
dapat mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil
Pola Makan - Frekuensi Makan - Jenis makanan - Jumlah energi dan
Ibu Hamil dengan Hyperemesis Gravidarum :
- Umur - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan keluarga
Kejadian Anemia Ibu Hamil
Hyperemesis Gravidarum
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitik dengan desain cross
sectional untuk mengetahui pola makan pada ibu hamil yang mengalami
Hyperemesis Gravidarum dan anemia di wilayah Puskesmas Cunda Muara Dua
Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Cunda Muara Dua
Lhokseumawe Aceh (NAD). Lokasi ini dipilih dengan alasan masih banyak ibu
hamil menderita anemia dimana hal ini diketahui penyebabnya adalah
hyperemesis gravidarum.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Pebruari sampai dengan Juni 2008.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami
hyperemesis gravidarum dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Cunda Muara
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) berdasarkan data bulan Maret – Mei 2008 yang
berjumlah 149 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara Random Sampling,
populasi yang berjumlah 149 orang, diambil secara acak agar setiap populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Untuk menentukan
besar sampel dipergunakan rumus sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005) :
Rumus :
N n =
1 + N (0,1)²
149 n = 1 + 149 (0,01)
149 n = 1 + 1,49
149 n = 2,49 n = 59 orang
3.4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Formulir Data Umum Responden
2. Formulir Food Frequency Makanan
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
3. Formulir Food Recall 2x 24 jam
4. Alat pengukur Hb (sahli)
3.5. Metode dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer diambil dengan wawancara langsung kepada ibu hamil dengan
menggunakan kuesioner Food Frequency dan Food Recall 24 jam serta
pengukuran Hb.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan melihat data umum tentang ibu hamil yang
ada di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD).
3.5.2. Cara Pengumpulan Data
1. Data mengenai karakteristik ibu hami yaitu data mengenai umur, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan dan riwayat kehamilan diperoleh melalui wawancara
langsung.
2. Data jenis dan frekuensi makan diperoleh dengan menggunakan formulir food
frequency sehingga diperoleh setiap jenis makanan yang dimakan
3. Data jumlah energi, protein dan Fe diperoleh dengan food recall 24 jam
dengan menghitung semua jenis bahan makanan yang dimakan ibu hamil
dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan (DKBM).
4. Data umum mengenai ibu hamil yang mengalami hyperemesisi gravidarum di
peroleh dari Puskesmas Cunda Muara Dua.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
3.6. Definisi Operasional
1. Umur adalah lamanya seseorang hidup (dalam satuan tahun) mulai sejak
dilahirkan sampai ulang tahun terakhir pada saat penelitian.
2. Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah dijalani ibu.
3. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan ibu untuk mendapatkan
imbalan berupa uang atau barang.
4. Pendapatan keluarga adalah tingkat penghasilan keluarga baik yang
diperoleh dari suami maupun dari istri.
5. Pola makan adalah kebiasaan makan ibu hamil yang hyperemesis
gravidarum dalam sehari-hari menyangkut jenis, jumlah dan frekuensi
makan.
6. Jenis makanan adalah berbagai macam makanan yang dikonsumsi oleh ibu
hamil yang dikelompokkan berdasarkan makanan pokok, protein hewani,
protein nabati, sayuran, buah-buahan dan minuman.
7. Frekuensi makan adalah tingkat keseringan makan yang dilakukan oleh
ibu hamil.
8. Anemia ibu hamil adalah ibu hamil yang pada saat dilakukan penelitian
dimana keadaan Hb di dalam darahnya kurang dari 11 gr%.
9. Hyperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan yang
diderita ibu pada saat kehamilan trimester pertama.
10. Jumlah energi dan protein adalah banyaknya makanan yang dikonsumsi
ibu hamil untuk mendapatkan asupan jumlah energi dan protein yang
dihitung berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
3.7. Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran yaitu untuk mengukur bagaimana pola makan dan
status anemia ibu yang hyperemesis gravidarum.
1. Umur adalah lamanya hidup (dalam tahunan) mulai sejak lahir sampai ulang
tahun terakhir pada saat penelitian. Dikategorikan atas :
- Kurang dari 20 tahun - Lebih dari 36 tahun
- 21 – 35 tahun
2. Pendidikan Responden dikategorikan atas :
- Tidak tamat SD - Tamat SLTA
- Tamat SD - Tamat Akademi/PT
- Tamat SLTP
3. Pekerjaan, dikategorikan atas :
- Tidak bekerja/ibu rumah tangga - Wiraswasta
- PNS - Pegawai swasta
- Buruh/Tani
4. Pendapatan Keluarga disesuaikan dengan Upah Minimum Regional dari
Pemkab NAD, (2006) dan dikategorikan atas :
- < Rp. 600.000
- Rp. 600.000 – Rp. 1.500.000
- > Rp. 1.500.000
5. Anemia ibu hamil, dikategorikan atas :
- Tidak Anemia, jika Hb 11-13gr%
- Anemia Ringan, jika 9-10gr%
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
- Anemia Sedang, jika Hb 7-8gr%
- Anemia Berat, jika Hb < 7gr%
6. Jenis makanan, diperoleh dengan wawancara memakai formulir food
frequency, kemudian dikelompokkan menjadi golongan pokok, lauk-pauk,
sayuran, buah-buahan, susu dan minuman lainnya.
7. Frekuensi makan diperoleh dengan menggunakan food frequency questionnaire
dan dianalisis menjadi kelompok pangan sumber kalori dan protein. Menurut
Kusharto dan Nino (2004), frekuensi makan dikategorikan menjadi tiap hari
(≥ 1x1 kali/hari), (1x1 hari), (1-2 kali/minggu) dan tidak pernah.
8. Kategori pola makan dengan tingkat asupan energi dan protein bagi ibu hamil
yang mengalami hyperemesis gravidarum, yaitu (Junaidi, 2001) :
Tingkat Hyperemesis Gravidarum
Asupan Kategori Energi (kal) Protein (gr)
I ≥ 2269 ≥ 73 Cukup < 2269 < 73 Tidak Cukup
II ≥ 1672 ≥ 57 Cukup < 1672 < 57 Tidak Cukup
III ≥ 1059 ≥ 15 Cukup < 1059 < 15 Tidak Cukup
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
3.8. Pengolahan dan Analisa Data
3.8.1. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut :
1. Editing (pemeriksaan data).
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan.
Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap atau terdapat kesalahan maka data harus
dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden.
2. Coding (pemberian kode)
Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi
kode oleh peneliti secara manual.
3. Tabulating
Memindahkan data dari daftar pertanyaan ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan.
3.8.2. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan tabel distribusi frekuensi yang selanjutnya
akan dideskripsikan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner dan observasi dengan
formulir check list.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Muara Dua meliputi seluruh wilayah
kerja kecamatan Muara Dua. Kecamatan Muara Dua termasuk dalam wilayah
Kota Administratif Lhokseumawe, pada tahun 2006 wilayah Kecamatan Muara
Dua mengalami pemekaran yaitu Kecamatan Muara Dua dan Kecamatan Muara
Satu, tetapi wilayah kerja Puskesmas Muara Dua tetap yaitu membawahi 28 desa
yaitu terdiri dari 27 Desa dan 1 Kelurahan yaitu Kelurahan Batuphat Barat.
Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Muara Dua adalah sebagai berikut :
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Blang Mangat
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Muara Satu
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Banda Sakti
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kuta Makmur
Dalam Kecamatan Muara Dua terdapat satu Desa terpencil yaitu Desa
Paya Billi dan sembilan Desa tertinggal yaitu : Desa Blang Naleng Mameh,
Ujong Pacu, Cot Trieng, Paloh Punti, Dayah Paloh, Lhok Mon Puteh, Mns
Balang, Paloh Pineng dan Paloh Bate.
Penduduk di Kecamatan Muara Dua mayoritas (100%) beragama Islam.
Luas Kecamatan Muara Dua adalah 113.70 Km² dengan jumlah penduduk di
Kecamatan Muara Dua menurut data statistik tahun 2007 berjumlah 65.820 jiwa
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 13.160 KK dan rata-rata
jiwa/rumah tangga yaitu 5 KK.
4.2. Karakteristik Responden
4.2.1. Umur Responden
Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawa Aceh (NAD) tahun 2008
No. Umur Ibu (tahun) Jumlah Persen (%) 1. < 20 0 0 2. 21 – 35 50 84,7 3.. > 36 9 15,3
Jumlah 59 100,0
Berdasarkan tabel 4.1. dapat diketahui bahwa kelompok umur 21 – 35
tahun merupakan jumlah terbanyak yaitu 50 orang (84,7%), kemudian kelompok
umur lebih dari 36 tahun sebanyak (15,3%) merupakan jumlah terkecil.
4.2.2. Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan responden di Puskesmas Cunda Muara Dua bervariasi
mulai dari tamat SD sampai dengan tamat SLTA. Data tentang tingkat pendidikan
responden tersebut disajikan pada tabel 4.2.berikut.
Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) tahun 2008
No. Tingkat Pendidikan Ibu Jumlah Persen (%) 1. Tamat SD 8 13,6 2. Tamat SLTP 35 59,3 3. Tamat SLTA 16 27,1
Jumlah 59 100,0
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Berdasarkan tabel 4.2. dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan
responden sebagian besar adalah tamat SLTP sebanyak (59,3%), kemudian tamat
SLTA sebanyak (27,1%) dan jumlah terkecil adalah tamat SD sebanyak (13,6%).
4.2.3. Pekerjaan Responden
Jenis pekerjaan responden yaitu sebagai ibu rumah tangga dan PNS. Hal
ini dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut.
Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawa Aceh (NAD) tahun 2008
No. Jenis Pekerjaan Ibu Jumlah Persen (%) 1. Ibu Rumah Tangga 55 93,2 2. PNS 4 6,8
Jumlah 59 100,0
Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat bahwa pekerjaan responden mayoritas
adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu (93,2%) dan (6,8%) sebagai PNS.
4.2.4. Pendapatan Responden
Pendapatan responden terdiri dari < RP. 600.000, Rp. 600.000-Rp.
1.500.000 dan > Rp. 1.500.00, dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut ini.
Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Pendapatan di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008
No. Pendapatan Jumlah Persen (%) 1. < Rp. 600.000 32 54,2 2. Rp. 600.000 – Rp. 1.500.000 27 45,8 3. > Rp. 1.500.000 0 0
Jumlah 59 100,0
Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa pendapatan responden mayoritas
mempunyai penghasilan < RP.600.000 yaitu sebanyak (54,2%), sedangkan
pendapatan Rp.600.000-Rp.1.500.000 ada (45,8%)
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
4.2.5. Suku
Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Suku di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008
No. Suku Jumlah Persen (%) 1. Aceh 55 93,2 2. Batak 1 1,7 3. Jawa 3 5,1
Jumlah 59 100,0
Berdasarkan tabel 4.5. dapat diketahui bahwa mayoritas responden adalah
suku Aceh yaitu sebesar (93,2%) dan (1,7%) mempunyai suku Batak merupakan
jumlah terkecil.
4.2.6. Riwayat Kehamilan
Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut Anak Yang Dikandung di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008
No. Anak yang Dikandung Jumlah Persen (%) 1. Anak I 14 23,7 2. Anak II 26 45,1 3. Anak III 18 30,5 4. Anak IV 1 1,7 Jumlah 59 100,0
Berdasarkan tabel 4.6. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
sedang mengandung anak ke dua yaitu sebanyak (45,1%), sedangkan untuk
jumlah terkecil ada (1,7%) mengandung anak ke IV.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
4.3. Pola Frekuensi Makan Ibu Hamil
4.3.1. Jenis Bahan Makanan dan Frekuensi Makan Pada Hyperemesis Tingkat I
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Bahan Makanan
Pada Hyperemesis Tingkat I
No
.
Jenis Bahan Makanan
Frekuensi Makan Jumlah ≥1x1/hari 3-5x/mgg 1-2x/mgg Tidak Pernah
N % N % N % N % N % A Makanan Pokok 1. Nasi 36 100,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 36 100,0 2. Mie 0 0,0 7 19,4 18 50,0 11 30,6 36 100,0 3. Singkong 0 0,0 4 11,1 0 0,0 32 88,9 36 100,0 4. Roti tawar 0 0,0 8 22,2 19 52,8 9 25,0 36 100,0 5. Crakers 4 11,1 13 36,1 16 44,5 3 8,3 36 100,0
B Lauk Pauk 1. D.Ayam 0 0,0 9 25 17 47,2 10 27,8 36 100,0 2. Telur 0 0,0 8 22,3 21 58,3 7 19,4 36 100,0 3. Ikan basah 0 0,0 29 80,6 7 19,4 0 0,0 36 100,0 4. Ikan Asin 0 0,0 6 16,7 25 69,4 5 13,9 36 100,0 5. Udang 0 0,0 4 11,1 32 88,9 0 0,0 36 100,0 6. Tahu 0 0,0 9 25,0 27 75,0 0 0,0 36 100,0 7. Tempe 0 0,0 8 22,2 28 77,8 0 0,0 36 100,0
C Sayuran 1. Daun ubi 0 0,0 0 0,0 31 86,1 5 13,9 36 100,0 2. Bayam 0 0,0 7 19,4 21 58,3 8 22,2 36 100,0 3. Kangkung 0 0,0 4 11,1 19 52,8 13 36,1 36 100,0 4. Sawi 0 0,0 13 36,1 9 25,0 14 38,9 36 100,0 5. Labu siam 0 0,0 6 16,7 18 50,0 12 33,3 36 100,0 5. Buncis 0 0,0 0 0,0 13 36,1 23 63,9 36 100,0 6. Wortel 0 0,0 0 0,0 4 11,1 32 88,9 36 100,0 7.Kacangpanjang 0 0,0 5 13,9 15 41,7 16 44,4 36 100,0
D Buah 1. Pepaya 0 0,0 14 38,9 12 33,3 10 27,8 36 100,0 2. Jeruk 0 0,0 13 36,1 23 63,9 0 0,0 36 100,0 3. Pisang 0 0,0 9 25,0 27 75,0 0 0,0 36 100,0 4. Apel 0 0,0 0 0,0 9 25,0 27 75,0 36 100,0 5. Mangga 0 0,0 0 0,0 8 22,2 28 77,8 36 100,0
E. Lain lain/Minuman
1. Susu 0 0,0 0 0,0 17 47,2 19 52,8 36 100,0 2. Teh manis 4 11,1 19 52,8 13 36,1 0 0,0 36 100,0 3. Permen 11 30,6 12 33,3 13 36,1 0 0,0 36 100.0
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Tabel 4.7. diatas dapat diketahui bahwa responden dengan tingkat
hyperemesis I umumnya responden mengkonsumsi nasi (100%) sebagai bahan
makanan pokok dengan frekuensi makan ≥ 1x1/hari, untuk mie dikonsumsi
(50%) dan roti tawar juga creakers dengan frekuensi makan 1-2x/minggu.
Sedangkan jenis lauk pauk yang dikonsumsi responden dengan frekuensi
1-2x/minggu yaitu daging ayam (47,2%), telur (58,3%), ikan asin (69,4%), udang
(88,9%), tahu (75%) dan tempe (77,8%); sedangkan ikan basah yang
mengkonsumsi ada (80,6%) dengan frekuensi makan 3-5x/minggu.
Jenis bahan makanan sayuran yang dikonsumsi dengan frekuensi 1-
2x/minggu yaitu : daun ubi (86,1%), bayam (58,3%), kangkung (52,8%), labu
siam (50%), dan kacang panjang (41,7%), untuk jenis sayuran sawi dikonsumsi
oleh (36,1%) dengan frekuensi makan 3-5x/minggu.
Jenis buah-buahan yang dikonsumsi oleh responden adalah jeruk (63,9%)
dan pisang (75%) dengan frekuensi makan 1-2x/minggu. Sedangkan jenis
minuman responden lebih banyak mengkonsumsi teh manis (52,8%) dengan
frekuensi makan 3-5x/minggu dan susu di konsumsi oleh (47,2%) dengan
frekuensi makan 1-2x/minggu.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
4.3.2. Jenis Bahan Makanan dan Frekuensi Makan Pada Hyperemesis Tingkat II
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Bahan Makanan
Pada Hyperemesis Tingkat II
No
.
Jenis Bahan Makanan
Frekuensi Makan Jumlah ≥ 1x1/hari 3-5x/mgg 1-2x/mgg Tidak Pernah
N % N % N % N % N % A Makanan Pokok 1. Nasi 14 100,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 14 100,0 2. Mie 0 0,0 4 28,6 10 71,4 0 0,0 14 100,0 3. Singkong/ubi 0 0,0 0 0,0 2 14,3 12 85,7 14 100,0 4. Roti tawar 0 0,0 9 64,3 5 35,7 0 0,0 14 100,0 5. Crakers 0 0,0 10 71,4 4 28,6 0 0,0 14 100,0
B Lauk Pauk 1. D.Ayam 0 0,0 6 42,9 5 35,7 3 21,4 14 100,0 2. Telur 0 0,0 4 28,6 10 71,4 0 0,0 14 100,0 3. Ikan basah 0 0,0 3 21,4 11 78,6 0 0,0 14 100,0 4. Ikan Asin 0 0,0 0 0,0 13 92,9 1 7,1 14 100,0 5. Udang 0 0,0 8 57,0 6 43,0 0 0,0 14 100,0 6. Tahu 0 0,0 10 71,4 4 28,6 0 0,0 14 100,0 7. Tempe 0 0,0 12 85,7 2 14,3 0 0,0 14 100,0
C Sayuran 1. Daun ubi 0 0,0 3 21,4 9 64,3 2 14,3 14 100,0 2. bayam 0 0,0 2 14,2 6 42,9 6 42,9 14 100,0 3. Kangkung 0 0,0 3 21,4 4 28,6 7 50,0 14 100,0 4. Sawi 0 0,0 0 0,0 11 78,6 3 21,4 14 100,0 5. Labu siam 0 0,0 2 14,3 8 57,1 4 28,6 14 100,0 5. Buncis 0 0,0 0 0,0 9 64,3 5 35,7 14 100,0 6. Wortel 0 0,0 0 0,0 9 64,3 5 35,7 14 100,0 7.Kacangpanjang 0 0,0 3 21,4 8 57,1 3 21,4 14 100,0
D Buah 1. Pepaya 0 0,0 3 21,4 10 71,4 1 7,2 14 100,0 2. Jeruk 0 0,0 0 0,0 8 57,1 6 42,9 14 100,0 3. Pisang 0 0,0 2 14,3 12 85,7 0 0,0 14 100,0 4. Apel 0 0,0 0 0,0 2 14,3 12 85,7 14 100,0 5. Mangga 0 0,0 0 0,0 2 14,3 12 85,7 14 100,0
E. Lain-lain/Minuman 1. Susu 2 14,3 3 21,4 6 42,9 3 21,4 14 100,0 2. Teh manis 9 64,3 2 14,3 4 28,6 0 0,0 14 100,0 3. Permen 0 0,0 0 0,0 9 64,3 5 35,7 14 100,0
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Tabel 4.8. dapat diketahui bahwa responden dengan tingkat hyperemesis II
mayoritas mengkonsumsi nasi (100%), untuk jenis makanan mie dikonsumsi oleh
(71,4%) dengan frekuensi makan 1-2x/minggu. Sedangkan roti tawar (64,3%)
dan creakers (71,4%) dengan frekuensi 3-5x/minggu. Untuk jenis bahan makanan
lauk pauk yaitu telur (71,4%), ikan basah (78,6%), ikan asin (92,9%) dikonsumsi
responden dengan frekuensi 1-2x/minggu; sedangkan untuk jenis lauk pauk
daging ayam (42,9%), udang (57%), tahu (71,4%) dan tempe (85,7%) dengan
frekuensi makan 3-5x/minggu.
Jenis sayuran yang dikonsumsi oleh ibu hamil yaitu daun singkong
(64,3%), bayam (42,9%), sawi (78,6%), labu siam (57,1%), buncis (64,3%),
wortel (64,3%) dan kacang panjang (57,1%) dengan frekuensi makan 1-
2x/minggu.
Sedangkan jenis buah-buahan yaitu pepaya (71,4%), jeruk (57,1%), pisang
(85,7%) dikonsumsi oleh ibu hamil dengan frekuensi makan 1-2x/minggu.
Sedangkan jenis minuman mayoritas mengkonsumsi teh manis (64,3%) dengan
frekuensi ≥ 1x1/hari
4.3.3. Jenis Bahan Makanan dan Frekuensi Makan Pada Hyperemesis Tingkat III Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Bahan Makanan
Pokok Pada Hyperemesis Tingkat III
No
.
Jenis Bahan Makanan
Frekuensi Makan Jumlah ≥1x1/hari 3-5x/mgg 1-2x/mgg Tidak
Pernah N % N % N % N % N %
A Makanan Pokok 1. Nasi 4 44,4 0 0,0 0 0,0 5 55,6 9 100,0 2. Mie 0 0,0 0 0,0 3 33,3 6 66,7 9 100,0 3. Singkong 0 0,0 0 0,0 3 33,3 6 66,7 9 100,0 4. Roti tawar 0 0,0 0 0,0 7 77,8 2 22,2 9 100,0 5. Crakers 0 0,0 0 0,0 8 88,9 1 11,1 9 100,0
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Dari tabel 4.9. diatas dapat diketahui bahwa jenis bahan makanan pokok
yang dikonsumsi oleh ibu hamil dengan hyperemesis tingkat III hanya (44,4%)
yang mengkonsumsi nasi dengan frekuensi makan ≥ 1x1/hari, sedangkan untuk
jenis makanan roti tawar (77,8%) dan creakers (88,9%) dengan frekuensi makan
1-2x/minggu dan ada juga responden yang tidak pernah mengkonsumsi bahan
makanan pokok.
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Konsumsi Berdasarkan Jenis Lauk Pauk Pada Hyperemesis Tingkat III
No.
Jenis Bahan Makanan
Frekuensi Makan Jumlah ≥1x1/hari 3-5x/mgg 1-2x/mgg Tidak
Pernah N % N % N % N % N %
B Lauk Pauk 1. D.Ayam 0 0,0 1 11,1 8 88,9 0 0,0 9 100,0 2. Telur 0 0,0 0 0,0 7 77,8 2 22,2 9 100,0 3. Ikan basah 0 0,0 0 0,0 6 66,7 3 33,3 9 100,0 4. Ikan Asin 0 0,0 0 0,0 6 66,7 3 33,3 9 100,0 5. Udang 0 0,0 0 0,0 3 33,3 6 66,7 9 100,0 6. Tahu 0 0,0 3 33,3 6 66,7 0 0,0 9 100,0 7. Tempe 0 0,0 3 33,3 6 66,7 0 0,0 9 100,0
Tabel 4.10. diatas dapat diketahui bahwa untuk jenis bahan makanan lauk
pauk yang dikonsumsi oleh ibu hamil hyperemesis tingkat III yaitu dging ayam
(88,9%), telur (77,8%), ikan basah (66,7%), ikan asin (66,7%), tahu (66,7%), dan
tempe (66,7%) dengan frekuensi makan 1-2x/minggu.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Sayuran Pada Hyperemesis Tingkat III
No.
Jenis Bahan Makanan
Frekuensi Makan Jumlah ≥1x1/hari 3-5x/mgg 1-2x/mgg Tidak
Pernah N % N % N % N % N %
C Sayuran 1. Daun ubi 0 0,0 0 0,0 4 44,4 5 55,6 9 100,0 2. bayam 0 0,0 0 0,0 9 100,0 0 0,0 9 100,0 3. Kangkung 0 0,0 0 0,0 9 100,0 0 0,0 9 100,0 4. Sawi 0 0,0 0 0,0 9 100,0 0 0,0 9 100,0 5. Labu siam 0 0,0 0 0,0 9 100,0 0 0,0 9 100,0 5. Buncis 0 0,0 0 0,0 4 44,4 5 55,6 9 100,0 6. Wortel 0 0,0 0 0,0 7 77,8 2 22,2 9 100,0 7.Kacangpanjang 0 0,0 0 0,0 9 100,0 0 0,0 9 100,0
Tabel 4.11. dapat diketahui bahwa jenis sayuran yang dikonsumsi yaitu
bayam, kangkung, sawi, labu siam dan kacang panjang dikonsumsi oleh seluruh
responden dengan frekuensi makan 1-2x/minggu, sedangkan daun singkong
hanya dikonsumsi (44,4%).
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Buah-Buahan Pada Hyperemesis Tingkat III
No.
Jenis Bahan Makanan
Frekuensi Makan Jumlah ≥1x1/hari 3-5x/mgg 1-2x/mgg Tidak
Pernah N % N % N % N % N %
D Buah-Buahan 1. Pepaya 0 0,0 0 0,0 9 100,0 0 0,0 9 100,0 2. Jeruk 0 0,0 0 0,0 9 100,0 0 0,0 9 100,0 3. Pisang 0 0,0 0 0,0 9 100,0 0 0,0 9 100,0 4. Apel 0 0,0 0 0,0 4 44,4 5 55,6 9 100,0 5. Mangga 0 0,0 0 0,0 8 88,9 1 11,1 9 100,0
Tabel 4.12. dapat diketahui bahwa jenis buah-buahan yang dikonsumsi
oleh seluruh ibu hamil hyperemesis tingkat III yaitu pepaya, jeruk dan pisang,
sedangkan mangga hanya dikonsumsi oleh (88,9%), juga apel oleh (44,4%).
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Konsumsi Berdasarkan Jenis Minuman Pada Hyperemesis Tingkat III
No.
Jenis Bahan Makanan
Frekuensi Makan Jumlah ≥1x1/hari 3-5x/mgg 1-2x/mgg Tidak Pernah
N % N % N % N % N % E. Lain-lain/Minuman 1. Susu 0 0,0 0 0,0 0 0,0 9 100,0 9 100,0 2. Teh manis 0 0,0 0 0,0 9 100,0 0 0,0 9 100,0 3. Permen 0 0,0 0 0,0 5 55,6 4 44,4 9 100,0 Dari tabel 4.13. dapat diketahui bahwa untuk jenis minuman seluruh
responden mengkonsumsi teh manis (100%), dan makan permen (55,6%).
4.4. Jumlah Asupan Energi dan Protein Ibu Hamil
4.4.1. Jumlah Asupan Energi
Tabel 4.14. Distribusi Jumlah Asupan Energi di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008
No. Asupan Jumlah Energi Jumlah Persen (%) 1. Cukup 24 40,7 2. Tidak Cukup 35 59,3
Total 59 100,0
Berdasarkan tabel 4.14. dapat diketahui bahwa dari keseluruhan responden
yang diteliti diperoleh sebanyak (40,7%) berada pada kategori asupan energi
yang cukup, sedangkan yang berada pada kategori asupan energi yang tidak
cukup (59,3%).
4.4.2. Jumlah Asupan Protein
Tabel 4.15. Distribusi Jumlah Asupan Protein di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008
No. Tingkat Asupan Protein Jumlah Persen (%) 1. Cukup 31 52,5 2. Tidak Cukup 28 47,5
Total 59 100,0
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Berdasarkan tabel 4.15. dapat diketahui bahwa dari keseluruhan responden
yang diteliti diperoleh sebanyak (52,5%) berada pada kategori asupan protein
yang cukup, sedangkan (47,5%) berada pada kategori asupan protein yang tidak
cukup.
4.4.3. Tingkat Hyperemesis
Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Hyperemesis di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe (NAD) Tahun 2008
No. Tingkat Hyperemesis Jumlah Persen (%) 1. I 36 61,0 2. II 14 23,7 3. III 9
15,3 Total 59 100,0
Berdasarkan tabel 4.16. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mengalami hyperemesis gravidarum t ingkat I (hyperemesis ringan) yakni
sebanyak (61%), sedangkan hyperemesis tingkat III (hyperemesis berat) ada
(15,3%).
4.4.4. Kejadian Anemia
Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Anemia di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe (NAD) Tahun 2008
No. Kejadian Anemia Jumlah Persen (%) 1. Tidak Anemia 24 40,7 2. Anemia Ringan 15 25,4 3. Anemia Sedang 12 20,3 4. Anemia Berat 8 13,6
Total 59 100,0
Berdasarkan tabel 4.17. diatas dapat diketahui bahwa dari 59 responden
yang diteliti menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami kategori anemia
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
berat ada (13,6%) dan anemia ringan (25,4%), sedangkan yang tidak mengalami
anemia sebanyak (40,7%).
4.5. Hasil Tabulasi Silang
4.5.1. Hasil Tabulasi Silang Asupan Energi dengan Tingkat Hyperemesis
Tabel 4.18. Hasil Tabulasi Silang Antara Asupan Energi Dengan Tingkat Hyperemesis di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008
No. Tingkat
Hyperemesis Asupan Energi
Jumlah Cukup Tidak Cukup n % n % n %
1. I 17 47,2 19 52,8 36 100,0 2. II 6 42,9 8 57,1 14 100,0 3. III 0 0 9 100,0 9 100,0
Total 24 40,7 35 59,3 59 100,0 Tabel 4.18. diatas dapat diketahui bahwa dari 59 responden, yang
mempunyai asupan energi tidak cukup ada (52,8%) dengan hyperemesis t ingkat I,
sedangkan hyperemesis t ingkat II ada (57,1%) dengan kategori asupan energi
tidak cukup, dan seluruh responden (100%) dengan asupan energi tidak cukup
berada pada hyperemesis tingkat III..
4.5.2. Hasil Tabulasi Silang Asupan Protein dengan Tingkat Hyperemesis Tabel 4.19. Hasil Tabulasi Silang Antara Asupan Protein Dengan Tingkat
Hyperemesis di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe Aceh (NAD) Tahun 2008
No. Tingkat
Hyperemesis Asupan Protein
Jumlah Cukup Tidak Cukup n % n % n %
1. I 17 47,2 19 52,8 36 100,0 2. II 9 64,3 5 35,7 14 100,0 3. III 5 55,6 4 44,4 9 100,0
Total 31 52,5 28 47,5 59 100,0
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Tabel 4.19. dapat diketahui bahwa dari 59 responden yang ditelit i
diperoleh sebanyak (52,8%) berada pada kategori asupan protein yang tidak
cukup dengan hyperemesis t ingkat I, sedangkan (64,3%) berada pada kategori
asupan protein cukup dengan kategori hyperemesis tingkat II dan (55,6%) dengan
asupan protein cukup dengan kategori hyperemesis tingkat III.
4.5.3. Hasil Tabulasi Silang Anemia dengan Hyperemesis Gravidarum
Anemia pada ibu hamil yang mengalami hyperemesis meliputi anemia
ringan (9-10gr%), anemia sedang (Hb 7-8gr%), anemia berat (Hb<7gr%) dan
tidak mengalami anemia. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.20. berikut
Tabel 4.20. Hasil Tabulasi Silang antara Tingkat Hyperemesis dengan Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Cunda Muara Dua Lhokseumawe (NAD) Tahun 2008
No.
Tingkat
Hyperemesis
Anemia Jumlah Tidak
Anemia Anemia Ringan
Anemia Sedang
Anemia Berat
n % n % n % n % n % 1. I 18 50,0 10 27,8 5 13,9 3 8,3 36 100,0 2. II 6 42,8 4 28,6 4 28,6 0 0 14 100,0 3. III 0 0 1 11,1 3 33,3 5 55,6 9 100,0 Total 24 40,7 15 25,4 12 20,3 8 13,6 59 100,0
Tabel 4.20. dapat diketahui bahwa dari hasil tabulasi silang antara anemia
dengan tingkat hyperemesis menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami
anemia berat ada (55,6%) dengan hyperemesis t ingkat III, dan (27,8%) pada
kategori anemia ringan dengan hyperemesis tingkat I, sedangkan yang tidak
mengalami anemia sebanyak (42,8%) dengan hyperemesis t ingkat II.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
BAB V
PEMBAHASAN
Secara teori, pada pola makan ibu hamil yang mengalami gangguan
hyperemesis gravidarum berbeda dengan pola makan ibu hamil tanpa gangguan
tersebut (Huliana, 2001).
Sehubungan dengan itu, Junaidi (2001), menyatakan bahwa prinsip diet
hyperemesis gravidarum adalah makanan harus tinggi kalori/karbohidrat, rendah
lemak dan cukup cairan. Makanan juga sebaiknya mudah dicerna, tidak
merangsang dan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering. Ini dimaksudkan untuk
mengganti persediaan glikogen dan mengontrol asidosis, serta memberikan
makanan yang cukup kalori dan zat gizi lain. Keseluruhan zat gizi tersebut
diperoleh melalui konsumsi makanan yang beraneka ragam dengan
penatalaksanaan atau pengaturan (pola) makan yang baik.
5.1. Karakteristik Responden
Hasil wawancara kepada 60 responden menunjukkan bahwa ibu-ibu di
Puskesmas Cunda Muara Dua mayoritas berumur 21 – 35 tahun yaitu sebanyak
(84,7%), sedangkan yang berumur lebih dari 36 tahun sebesar (15,3%). Hal ini
dapat dilihat pada tabel 4.1. halaman 41.
Usia ibu mempengaruhi kesehatan janin serta kualitas bayi yang akan
dilahirkan. Ibu yang terlalu muda tidak/belum siap untuk memberikan
lingkungan yang diperlukan untuk pertumbuhan janin. Sebaliknya, umur yang
terlalu tua sudah tidak baik lagi bagi janin. Semakin tua seorang ibu, semakin
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
besar kemungkinannya untuk melahirkan anak cacat. Ibu-ibu yang berusia 40
tahun keatas seringkali melahirkan anak berpenyakit Mongolisme, suatu penyakit
di mana terdapat kelainan gen dan didapat gejala berat, yaitu keterbelakangan
mental. Oleh karenanya orang menganggap bahwa usia optimum untuk
kehamilan adalah sekitar 21 - 28 tahun
Usia ibu ini tidak saja berpengaruh terhadap bayinya, tetapi juga terhadap
ibu sendiri. Wanita yang melahirkan pada usia 18 tahun atau lebih muda,
mempunyai risiko kematian akibat persalinan 3 x lebih besar daripada ibu-ibu
yang melahirkan pada usia antara 20-29 tahun. Risiko kematian ibu berusia lebih
dari pada 34 tahun meningkat menjadi 5 x lebih besar daripada ibu berusia 20-29
tahun (Soemirat, 1994).
Berdasarkan hasil wawancara untuk tingkat pendidikan ibu pada umumnya
mempunyai tingkat pendidikan tamat SLTP (59,3%), dan tingkat pendidikan
tamat SD ada (13,6%) yang merupakan jumlah terkecil.
Menurut Notoatmodjo, (1997), pendidikan adalah suatu proses belajar
yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi suatu proses pertumbuhan,
perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih
matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan pekerjaan ibu mayoritas sebagai ibu rumah
tangga sebesar (93,2%), karena di daerah tersebut masyarakatnya hidup dari
bertani atau sebagai nelayan, sehingga yang bekerja hanya para suami saja.
Sedangkan pendapatan ibu lebih banyak mempunyai pendapatan < Rp.600.000
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
yaitu (54,2%) dan yang mempunyai pendapatan lebih dari Rp. 600.000 -
Rp.1.500.000 sebesar (45,8%).
Keluarga dengan pendapatan terbatas, besar kemungkinan kurang dapat
memenuhi kebutuhan makanannya sejumlah yang dibutuhkan tubuh. Setidaknya
keanekaragaman kurang bisa dijamin, karena dengan uang yang terbatas itu tidak
akan banyak pilihan. Banyak sebab yang turut berperan dalam menentukan besar
kecilnya pendapatan keluarga (Soehardjo, 1996).
Berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden suku Aceh (93,2%) dan
riwayat kehamilan yang dialami responden lebih banyak anak yang dikandung itu
anak ke dua (45,1%).
Menurut Soemirat (1994), paritas adalah angka-angka yang menunjukkan
jumlah kehamilan yang pernah dialami ibu serta status terminasi kehamilan
tersebut. Dalam menilai paritas perlu juga diperhatikan interval waktu
melahirkan antar anak.
5.2. Pola Frekuensi Makan
5.2.1. Frekuensi Makan Ibu Hamil Hyperemesis Gravidarum I
Hasil penelitian mengenai jenis dan frekuensi makan ibu hamil
hyperemesis gravidarum I dapat dilihat pada tabel 4.7. yang menunjukkan bahwa
untuk jenis bahan makanan pokok yaitu nasi, sebanyak (100%) berada pada
frekuensi makan ≥1x1/hari, untuk jenis makanan yang berupa mie hanya
dikonsumsi oleh (50%) dengan frekuensi 1-2x/minggu, jenis bahan makanan
singkong hanya (11,1%) dengan frekuensi 3-5x/minggu. Hal ini berarti
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
responden tidak kesulitan dalam memenuhi kebutuhan zat gizi dari sumber bahan
makanan pokok atau tenaga. Ketersediaan pangan dengan bahan makanan pokok
berupa beras merupakan faktor pendukung yang ada di wilayah Puskesmas
Cunda Muara Dua. Tambahan energi selama hamil diperlukan baik bagi
komponen fetus maupun perubahan yang terdapat pada dirinya. Kurang lebih
27,000 kkal atau 100 kkal/hari dibutuhkan selama mengandung. National
Research Council (1980), menganjurkan pemberian 2000 kkal/hari bagi wanita
berumur 25-50 tahun dengan tambahan 300 kkal bagi mereka yang sedang
mengandung (Huliana, 2000).
Sedangkan bahan makanan dari jenis lauk pauk, dari data food frekuensi
diketahui bahwa sumber bahan makanan jenis lauk pauk yang banyak dikonsumsi
oleh responden adalah ikan basah yaitu sebanyak (80,6%) dengan frekuensi
makan 3-5x/minggu, untuk ikan asin dikonsumsi oleh (69,4%), udang (88,9%),
tahu ada (75%), tempe sebesar (77,8%), telur (58,3%) dan daging ayam
dikonsumsi (47,2%) semuanya itu dengan frekuensi makan 1-2 x/minggu. Karena
bahan makanan tersebut mudah didapat dan harganya terjangkau.
Untuk bahan makanan jenis sayuran dapat diketahui bahwa ibu hamil yang
mengalami hyperemesis gravidarum tingkat I mayoritas mengkonsumsi daun ubi
yaitu (86,1%), bayam ada (58,3%), kangkung (52,8%), jenis labu siam ada
(50%), buncis dikonsumsi (63,9%) dan kacang panjang dikonsumsi oleh (44,4%)
semuanya itu dengan frekuensi 1-2x/minggu, ini disebabkan karena jenis sayuran
tersebut banyak terdapat di daerah Muara Cunda dan mudah didapat selain itu
banyak mengandung zat besi dan harganya terjangkau.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Jenis bahan makanan berupa buah-buahan, yang paling banyak dikonsumsi
oleh responden adalah buah pisang sebanyak (75%) dengan frekuensi makan 1-
2x/minggu, juga buah jeruk dikonsumsi oleh (63,9%). Ini disebabkan karena
buah pisang dan buah jeruk mudah didapat dan harganya terjangkau, sedangkan
buah pepaya cukup tersedia dimana saja tetapi dalam penyajiannya membutuhkan
waktu lama. Untuk apel dan mangga hanya dikonsumsi sebagian orang saja
selain harganya yang lumayan mahal dan membelinya terpaksa harus ke pasar.
Untuk frekuensi makan dengan bahan makanan dari jenis susu dan
minuman dapat diketahui bahwa konsumsi untuk jenis minuman susu sebesar
(47,2%) dengan frekuensi 1-2x/minggu, sedangkan konsumsi jenis minuman teh
manis sebanyak (52,8%) dengan frekuensi 3-5x/minggu. Untuk jenis makanan
permen responden juga mengkonsumsinya selain dapat menghilangkan rasa mual
juga bisa menambah tenaga karena mengandung gula.
Hasil dari frekuensi pola makan ke 36 ibu hamil yang mengalami hyperemesis
gravidarum t ingkat I tersebut, belum sesuai dengan syarat diet yang ditentukan.
Syarat diit yang utama pada hyperemesis gravidarum tingkat ini adalah bahwa
makanan cukup energi dan semua zat gizi harus terpenuhi. Pola makan yang baik
bagi ibu hamil harus memenuhi sumber karbohidrat, protein dan lemak serta
vitamin dan mineral. Makanan selama hamil diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan zat gizi agat ibu dan janin dalam keadaan sehat (Huliana, 2001).
5.2.2. Pola Makan Ibu Hamil Hyperemesis Gravidarum II
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa pola makan ibu
hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum tingkat II dalam mengkonsumsi
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
bahan makanan jenis makanan pokok seluruh ibu hamil (100%) mengkonsumsi
nasi sebagai makanan utama dengan frekuensi ≥ 1x1/hari, sedangkan mie
dikonsumsi (71,4%) dengan frekuensi makan 1-2x/minggu, dan roti tawar serta
creakersdengan frekuensi makan 3-5x/minggu.
Untuk bahan makanan jenis lauk-pauk, pola makan dengan frekuensi 3-
5x/minggu yang paling banyak adalah mengonsumsi tahu (71,4%), daging ayam
(42,9%) dan yang mengkonsumsi tempe ada (85,7%), sedangkan jenis lauk pauk
dengan frekuensi 1-2x/minggu adalah ikan basah, ikan asin dan telur.
Bahan makanan untuk jenis sayuran yaitu daun ubi ada (64,3%), bayam
(42,9%), sawi (78,6%), labu siam (57,1%), buncis (64,3%), wortel (64,3%) dan
kacang panjang (57,1%) jenis sayuran tersebut di konsumsi dengan frekuensi
makan 1-2x/minggu, ada juga sebagian responden yang mengkonsumsi jenis
sayuran dengan frekuensi 3-5x/minggu.
Pola makan untuk jenis buah-buahan yang paling banyak dikonsumsi yaitu
pisang sebesar (85,7%), pepaya (71,4%) dan jeruk (57,1%) dengan frekuensi
makan 1-2x/minggu.
Sedangkan untuk jenis bahan minuman dikonsumsi paling banyak adalah
teh manis dengan frekuensi ≥ 1x1/hari yaitu (64,3%). Dimana teh manis
merupakan minuman rutin setiap hari dan apabila diminum dalam keadaan hangat
dapat menghilangkan rasa mual karena rasa manis pada minuman teh.
Menurut Kardjati (1985), seperti yang dikutip oleh Santoso (2004),
berdasarkan data Biro Pusat Statistik dan hasil sosio ekonomi sosial menyatakan
bahwa beras merupakan bahan makanan utama di Sumatera, Kalimantan, dan
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Jawa bagian Barat. Alasan responden memberikan nasi sebagai pilihan utama
dikarenakan masih banyaknya responden yang beranggapan bahwa fungsi
makanan pokok hanya untuk memberi rasa kenyang. Disamping itu nasi
merupakan makanan pokok yang dikonsumsi oleh keluarga secara turun-temurun.
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa pola makan ke 14 ibu hamil
yang mengalami hyperemesis gravidarum tingkat II tersebut, juga belum sesuai
dengan syarat diit yang ditentukan untuk Diit Hyperemesis II. Syarat diit yang
utama pada hyperemesis tingkat ini adalah bahwa makanan harus dapat
memenuhi kebutuhan gizi. Akan tetapi untuk kebutuhan cairan pada hyperemesis
tingkat ini sudah sesuai, dimana selain tidak diminum pada saat makan, juga
dukungan oleh keadaan mual dan muntah yang sudah berkurang (Almatsier,
2005).
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan
untuk wanita tidak hamil, kegunaan makanan tersebut adalah :
1. Untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan
2. Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan ibu sendiri
3. Agar supaya luka-luka bekas persalinan lekas sembuh dalam nifas
4. Untuk cadangan pada masa laktasi (Suhardjo, 1996).
5.2.3. Pola Makan Ibu Hamil Hyperemesis Gravidarum Tingkat III
Pola makan ibu hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum tingkat III
yang ditunjukkan pada lampiran 3, dapat diketahui bahwa pola makan tersebut
berbeda dengan hyperemesis tingkat I dan II.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Jenis bahan makanan pokok responden yang mengkonsumsi nasi (44,4%)
dengan frekuensi ≥ 1x1/hari sedangkan (55,6%) tidak p ernah mengkonsumsi
nasi, sedangkan responden yang lebih banyak makan roti (77,8%) atau biskuit
(88,9%).
Bahan makanan jenis lauk pauk yang dikonsumsi responden yaitu daging
ayam (88,9%), telur (77,8%), ikan basah (66,7%), ikan asin (66,7%), tahu dan
tempe dengan frekkuensi 1-2x/minggu karena lebih banyak mengandung protein.
Sedangkan untuk jenis bahan sayuran seluruh responden memilih bayam,
kangkung, sawi, labu siam, wortel dan kacang panjang dengan frekuensi makan
1-2x.minggu.
Jenis bahan makanan buah-buahan seluruhnya memilih pepaya, jeruk dan
pisang dengan frekunsi 1-2x/minggu, karena rasanya yang tidak membuat perut
mual dan banyak mengandung cairan. Untuk jenis minuman seluruh responden
mengkonsumsi teh manis. Tambahan makanan lebih baik dikonsumsi dalam
bentuk cairan seperti formula dengan kandungan zat gizinya telah disesuaikan
dengan kebutuhan ibu hamil (Huliana, 2001)
Sehubungan dengan ini, karena ibu hamil yang mengalami hyperemesis
gravidarum tingkat III, harus lebih memperhatikan pola makan sehingga tidak
mengakibatkan anemia dan yang perlu diperhatikan adalah konsumsi sayur dan
buah, untuk mengimbangi kurangnya nafsu makan akibat kondisi ibu yang sering
mual dan muntah. Namun kenyataannya pada ke 9 ibu hamil yang mengalami
hyperemesis gravidarum untuk konsumsi jenis sayur dan buah masih pada
kategori 1-2x/minggu, sedangkan yang diharapkan 3-5x/minggu.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Apabila kebutuhan kalori, protein, vitamin dan mineral yang meningkat
ini tidak dapat dipenuhi melalui konsumsi makanan oleh ibu hamil, akan terjadi
kekurangan gizi yang dapat berakibat bagi janin yang dikandungnya
(Notoatmodjo, 1997).
5.3. Asupan Zat Gizi Energi dan Protein
Kombinasi pola makan ibu hamil yang mengalami hyperemesis
gravidarum yang hanya terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk setiap harinya
secara keseluruhan, menunjukkan tingginya intake (asupan) energi dan protein
namun kurang akan gizi lainnya.
Berdasarkan tabel 4.14. halaman 49, menunjukkan bahwa jumlah asupan
energi pada kategori cukup sebesar (40,7%) dan pada kategori tidak cukup lebih
besar yaitu (59,3%). Sedangkan berdasarkan dari wawancara dan jumlah asupan
protein untuk tingkat asupan protein cukup ada (52,5%) dan yang tidak cukup
(47,5%). Untuk tingkat hyperemesis ibu hamil yang berada pada tingkat
hyperemesis I sebesar (61%), hyperemesis II (23,7%) dan tingkat hyperemesis III
ada (15,3%).
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara asupan energi dengan tingkat
hyperemesis ibu hamil yang berada pada asupan energi tidak cukup (< 2269
kalori) ada (52,8%) dengan tingkat hyperemesis I, sedangkan pada hyperemesis
tingkat II yang berada pada asupan energi tidak cukup (< 2269 kalori) sebesar
(57,1%), dan untuk hyperemesis tingkat III seluruh responden pada asupan energi
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
tidak cukup (< 2269 kalori) ada (100%), hal ini dapat dilihat pada tabel 4.18
(halaman 51).
Hasil dari tabulasi silang antara asupan protein dengan tingkat
hyperemesis pada kategori tidak cukup (<73) lebih banyak yaitu sebesar (52,8%)
dengan tingkat hyperemesis I, untuk tingkat asupan protein cukup (≥73) berada
pada tingkat hyperemesis II (64,3%), dan tingkat hyperemesis III dengan asupan
protein cukup (55,6%).
Makanan ibu hamil mempunyai peranan penting bagi tumbuh kembang
janin dan pada saat ibu melahirkan. Selain kehamilan seorang ibu akan
mengalami perubahan baik anatomis, fisiologis, maupun perubahan lainnya yang
akan meningkatkan kebutuhan akan zat gizi dalam makanannya. Di dalam rahim
ibu terdapat janin yang sedang tumbuh, ditempat lain beberapa organ tubuh ibu
mengalami perubahan fungsi dalam rangka mempersiapkan kehadiran sang bayi
(Soetjiningsih, 1997).
Menurut Huliana (2001), kebutuhan protein tergantung pada kecepatan
pertumbuhan janinnya. Trimester pertama kurang dari 6 gram tiap hari sampai
trimester dua. Trimester terakhir pada waktu pertumbuhan janin sangat cepat
sampai 10 gram/hari. Bila bayi sudah dilahirkan protein menjadi 15 gram/hari.
Menurut WHO tambahan protein ibu hamil adalah 0,75 gram/kg berat badan.
5.4. Anemia pada Ibu Hamil Hyperemesis Gravidarum
Hasil dari penelitian dan pemeriksaan kepada 59 responden pada tabel
4.17 halaman 51 dapat diketahui bahwa ibu mengalami kejadian anemia ringan
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
sebesar (25,4%), yang mengalami anemia sedang (20,3%), anemia berat (13,6%)
dan yang tidak mengalami anemia (40,7%). Sedangkan dari hasil tabulasi silang
antara anemia dengan tingkat hyperemesis ibu hamil dengan kategori
hyperemesis gravidarum tingkat I yang mengalami anemia ringan sebesar
(27,8%), dan yang mengalami anemia berat ada (8,3%). Untuk ibu hamil dengan
hyperemesis gravidarum t ingkat II yang mengalami anemia ringan dan sedang
ada (28,6%). Dan untuk ibu hamil hyperemesis tingkat III yang mengalami
anemia berat (Hb<7gr%) sebesar (55,6%).
Menurut Supardiman (1997), anemia adalah penyakit yang melemahkan
tubuh, yang disebabkan kekurangan sel darah merah atau haemoglobin, yaitu
pigmen pembawa oksigen. Anemia merupakan suatu keadaan hipoksia sebagai
akibat kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen darah berkurang. Pada masa
kehamilan relatif terjadi karena darah ibu hamil mengalami hemodilus
(pengenceran dengan peningkatan volume 30-40% yang puncaknya pada
kehamilan 32-34 minggu.
Meskipun ibu tersebut sudah memenuhi energi dan protein yang
dikonsumsinya tetapi bukan berarti bahwa ibu tersebut tidak mengalami anemia,
ini mungkin disebabkan karena faktor frekuensi makan yang kurang memenuhi
kebutuhan bagi ibu hamil dan masih adanya pengaruh rasa mual.
Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi,
jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Darah akan bertambah banyak
dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi
bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma,
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai
berikut : plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah
dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai
puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002).
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Jenis bahan makanan yang dikonsumsi ibu hamil yang mengalami hyperemesis
gravidarum terdiri atas makanan pokok (nasi), lauk pauk (khususnya ikan
basah, tempe, dan tahu), sayur-sayuran dan buah-buahan (pisang, pepaya, dan
jeruk), serta minuman (teh manis/susu).
- Untuk ibu hamil hyperemesis gravidarum t ingkat I seluruhnya
mengkonsumsi nasi (100%) pada frekuensi ≥ 1x1/hari, ikan basah (80,6%)
dengan frekuensi 3-5x/minggu, jenis sayuran dengan frekuensi 1-
2x/minggu, jenis buah-buahan dan minuman dengan frekuensi makan 1-
2x/minggu.
- Ibu hamil dengan hyperemesis tingkat II, seluruhnya masih mengkonsumsi
nasi dengan frekuensi ≥ 1x1/hari, jenis lauk pauk seperti daging ayam,
udang, tahu dan tempe dengan frekuensi makan 3-5x/minggu, jenis
sayuran dan buah-buahan dengan frekuensi 1-2x/minggu, dan jenis
minuman khususnya teh dikonsumsi responden dengan frekuensi ≥
1x1/hari.
- Untuk ibu hamil dengan hyperemesis tingkat III, lebih banyak
mengkonsumsi biskuit/creakers untuk jenis bahan makanan pokok yaitu
sebesar (88,9%), jenis lauk pauk, sayuran, buah-buahan dan minuman
lebih banyak berada pada frekuensi makan 1-2x/minggu.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
2. Ibu hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum dengan asupan energi
cukup sebanyak (40,7%) dan kategori tidak cukup sebanyak (59,3%),
sedangkan dengan untuk asupan protein dengan kategori cukup sebanyak
(52,5%) dan tidak cukup sebanyak (47,5%).
3. Anemia pada ibu hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum pada
kategori anemia ringan ada (25,4%), anemia sedang (20,3%), anemia berat
(13,6%) dan yang tidak mengalami anemia (40,7%).
6.2. Saran
1. Diharapkan petugas kesehatan di Puskesmas Cunda Muara Dua khususnya
yang menangani ibu hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum, dapat
memberikan petunjuk panatalaksanaan atau pengaturan diit yang benar sesuai
dengan situasi dan kondisi masing-masing pasien.
2. Ibu hamil sebaiknya melaksanakan pengaturan pola makan (konsumsi) yang
baik sebagai persiapan diri selama kehamilan atau setelah melahirkan.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, 2005. Penuntun Diet Edisi Baru, PT.Gramedia pustaka Utama,
Jakarta. Arif, 2001. Hyperemesis Gravidarum, Penerbit EGC, Jakarta. Azwar, 2005. Rubrik Ibu dan Anak, http://www.google.com. Baliwati, 2004. Pengantar Pangan dan Gizi, Penerbit Penebar Swadaya,
Jakarta. Depkes, RI, 1996. Panduan Survei Cepat Kelainan Gizi, Jakarta. ………….... 2001. Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS)
di Indonesia 2001-2010, Jakarta. Hadi, 2002. Meningkatkan Status Kesehatan dan Gizi Keluarga Melalui
Kemitraan Pria dan Wanita dalam Rumah Tangga. Makalah Disampaiakan pada Seminar Nasional Meningkatkan Kualitas Bangsa Melalui Kesehatan Perempuan, UGM, Yogyakarta.
Huliana, 2001. Gizi Ibu Hamil, Penerbit Kanisius, Jakarta. Junaidi, 2001. Gizi Ibu Hamil, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Khumaidi, 1994. Gizi Masyarakat, Penerbit PT BPK Gunung Mulia, Jakarta. Kusharto, M Clara dan Nino Yayah S, 2004. Penilaian Konsumsi Pangan,
Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Pertanian Bogor. Lestari, 2005. Mengatasi ”Morning Sickness” Saat Hamil, www.bali travel
news.com. Akses 22 Mei 2005. Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
.............., 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB, Penerbit EGC, Jakarta. Majalah Lisa, 2007. Cara Mengatasi ”Morning Sickness”,
http://www.cyberwoman.cbn.net.id. Akses 12 Mei 2007.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Marbun, 2005. Makanan Ibu Hamil, Isnaini.dot.com. Akses 9 Nopember 2004. Marsetyo, 1999. Ilmu Gizi, Rineka Cipta, Jakarta. Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta. Moehji, 1998. Ilmu Gizi, Bharata Karya Aksara, Jakarta. Muhilal, 1996. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Gizi Indonesia
Volume XVII No.1-2, Persagi, Jakarta. Notoatmodjo, 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta. ...................., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta. Notobroto, 2003. Insiden Anemia, http://adln.lib.unair.ac.id. Akses 24 Pebruari
2006. Ross dan Thomas, 2002. http://google.com. Akses tanggal Pebruari 2006. Saifuddin, 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, YBP-SP, Jakarta. Soetjiningsih, 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. Soemirat, 1994. Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. Solihin, 1990. Ilmu Gizi Klinis pada Anak, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta. Suhardjo, 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi, Bumi Aksara, Jakarta. .............., 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi, Bumi Aksara, Jakarta. Supardiman, 1997. Anemia pada Ibu Hamil, http://www.google.com. Wiknjosastro, 2002. Ilmu Bedah Kebidanan, YBP-SP, Jakarta. Wiryo, 2002. Pola menyusui dan Makanan Anak, Laporan Seri SDKI 1997,
Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
KUESIONER PENELITIAN
POLA MAKAN PADA IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DAN ANEMIA DI WILAYAH CUNDA MUARA DUA
LHOKSEUMAWE ACEH (NAD) TAHUN 2008
No. Responden : ........... I. Identitas Responden 1. Nama Ibu Hamil :
2. Umur :
3. Pendidikan :
a. Tidak Tamat SD d. Tamat SLTA
b. Tamat SD e. Tamat PT/Akademi
c. Tamat SLTP
4. Pekerjaan :
a. Tidak bekerja/ibu rumah tangga d. Wiraswasta
b. PNS e. Pegawai swasta
c. Buruh/Tani
5. Pendapatan Keluarga :
a. < Rp.600.000
b. Rp.600.000 – Rp.1.500.000
c. > Rp.1.500.000
6. Ukuran Tekanan Hb :
a. Hb 11-13 gr%
b. Hb 7-8 gr%
c. Hb < 7gr%
7. Jenis Anemia :
a. Tidak Anemia c. Anemia Berat
b. Anemia Sedang
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
II. Formulir Food Frequency
No.
Jenis Bahan Pangan
Frekuensi Konsumsi (Hari/Minggu) ≥1x1/hr 3-5x/
mgg 1-2x/ mgg
Tidak Pernah
Golongan Karbohidrat 1. Nasi 2. Kentang panggang 3. Jagung 4. Sagu 5. Mie 6. Roti tawar 7. Crakers 8. Singkong/ubi Golongan Protein Hewani
1. Daging Sapi 2. Daging Ayam 3. Telur 4. Ikan laut 5. Ikan Teri 6. Udang 7. Hati Golongan Protein Nabati
1. Tempe 2. Tahu 3. Kacang Hijau 4. Kacang Tanah 5. Kacang Merah Golongan Sayuran
1. Bayam 2. Kangkung 3. Daun Ubi 4. Sawi 5. Taoge 6. Kacang Panjang 7. Terong 8. Jipang 9. Wortel
10. Buncis Golongan Minuman
1. Teh 2. Tepung Susu 3. Yogurt 4. Susu Sapi 5. Jus buah/air jeruk Golongan Buah-buahan
1. Pisang 2. Pepaya 3. Anggur 4. Jeruk 5. Apel 6. Mangga
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Formulir Food Recall
Waktu Nama Hidangan Makanan
Jenis Bahan Pangan
Banyaknya yang dimakan
Jumlah Fe Kal Prot
URT Gr Kkal gr Pagi
Selingan
Siang
Sore
Malam
Jumlah
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Frequency Table Kategori umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 21-35 50 83.3 84.7 84.7
> 36 tahun 9 15.0 15.3 100.0 Total 59 98.3 100.0
Missing System 1 1.7 Total 60 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Tamat SD 8 13.3 13.6 13.6
Tamat SLTP 35 58.3 59.3 72.9
Tamat SLTA 16 26.7 27.1 100.0
Total 59 98.3 100.0 Missing System 1 1.7 Total 60 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Ibu rumah
tangga 55 91.7 93.2 93.2
PNS 4 6.7 6.8 100.0 Total 59 98.3 100.0
Missing System 1 1.7 Total 60 100.0
Pendapatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid < Rp 600.000 32 53.3 54.2 54.2
Rp 600.000- Rp1.500.000 27 45.0 45.8 100.0
Total 59 98.3 100.0 Missing System 1 1.7 Total 60 100.0
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Kehamilan ke
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid ke 1 14 23.3 23.7 23.7
ke 2 26 43.3 44.1 67.8 ke 3 18 30.0 30.5 98.3 ke 4 1 1.7 1.7 100.0 Total 59 98.3 100.0
Missing System 1 1.7 Total 60 100.0
Kecukupan energi/kalori
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Cukup 24 40.0 40.7 40.7
Tidak cukup 35 58.3 59.3 100.0
Total 59 98.3 100.0 Missing System 1 1.7 Total 60 100.0
Kecukupan protein
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Cukup 31 51.7 52.5 52.5
Tidak cukup 28 46.7 47.5 100.0
Total 59 98.3 100.0 Missing System 1 1.7 Total 60 100.0
Anemia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Tidak anemia 24 40.0 40.7 40.7
Anemia ringan 15 25.0 25.4 66.1
Anemia sedang 12 20.0 20.3 86.4
Anemia berat 8 13.3 13.6 100.0 Total 59 98.3 100.0
Missing System 1 1.7 Total 60 100.0
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm
Crosstabs Tingkat Hyperemesis * Kecukupan energi/kalori Crosstabulation Count
Kecukupan energi/kalori
Total Cukup Tidak cukup Tingkat Hyperemesis
I 17 19 36 II 7 7 14 III 0 9 9
Total 24 35 59 Tingkat Hyperemesis * Kecukupan protein Crosstabulation Count
Kecukupan protein
Total Cukup Tidak cukup Tingkat Hyperemesis
I 17 19 36 II 9 5 14 III 5 4 9
Total 31 28 59 Tingkat Hyperemesis * Anemia Crosstabulation Count
Anemia
Total Tidak anemia Anemia ringan
Anemia sedang Anemia berat
Tingkat Hyperemesis
I 18 10 5 3 36 II 6 4 4 0 14 III 0 1 3 5 9
Total 24 15 12 8 59
Universitas Sumatera Utara
This document has been edited with Infix PDF Editor - free for non-commercial use.
To remove this notice, visit: www.iceni.com/unlock.htm